Mazmur-1-50 5
pun disebut dalam Kitab
Suci sebagai seorang yang hina (Dan. 11:21). Namun, buruk-
lah suatu kerajaan apabila orang-orang demikian yang justru
dipilih. Tidak mengherankan jika kefasikan kemudian tumbuh
menjadi kurang ajar dan semena-mena. Jika orang fasik me-
merintah, berkeluhkesahlah rakyat.
II. Marilah sekarang kita lihat, dengan pikiran-pikiran baik apa kita
diperlengkapi di sini untuk masa-masa yang buruk seperti itu.
Dan ingat, masa-masa seperti apa yang masih akan kita hadapi
nanti, tidak dapat kita katakan. Namun, apabila masa-masa men-
jadi buruk seperti yang kita lihat di atas, maka akan menghibur
jika kita berpikir,
1. Bahwa kita mempunyai Allah yang dapat kita datangi, yang
dari-Nya kita dapat meminta dan mengharapkan pemulihan
terhadap segala keluhan kita. Ini dimulai Daud dengan (ay. 2):
Tolonglah kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah habis.
Semua pertolongan dan penolong yang lain tidak berhasil.
Bahkan orang saleh dan orang yang setia, yang seharusnya
mengulurkan tangan untuk membantu mendartikel ng kepenting-
an agama yang sekarat pun kini telah lenyap, dan oleh sebab
itu, ke manakah kami akan mencari pertolongan kecuali kepa-
da-Mu? Perhatikanlah, apabila orang saleh dan orang yang
setia telah habis dan tidak berhasil, maka sekaranglah waktu-
nya untuk berseru, Tolonglah kiranya, Tuhan! Merebaknya
kejahatan mengancam datangnya air bah. Tolonglah kiranya,
Tuhan, tolonglah orang-orang yang baik. Hanya ada sedikit
orang saja yang tetap berpegang pada kejujuran dan janji me-
reka, dan berdiri teguh di tengah perubahan. Tolong selamat-
kanlah kepentingan-Mu sendiri di dunia supaya tidak teng-
gelam. Waktu bagi-Mu untuk bertindak telah tiba, ya TUHAN.
2. Bahwa Allah pasti akan berurusan dengan orang-orang yang
penuh kepalsuan dan congkak, dan akan menghartikel m serta
Kitab Mazmur 12:1-9
165
mengekang tindakan semena-mena mereka. Mereka tidak bisa
dikendalikan oleh manusia dan suka menantang. Manusia
tidak dapat mencerna kepalsuan orang-orang yang menyan-
jung mereka, atau merendahkan kecongkakan orang-orang
yang bercakap besar. Tetapi Allah yang benar akan mengerat
segala bibir yang manis, yang memberikan ciuman pengkhia-
nat, dan yang berkata-kata lebih lembut daripada minyak
sementara hatinya penuh dengan peperangan. Dia akan men-
cabut setiap lidah yang bercakap besar melawan Allah dan
agama (ay. 3). Sebagian orang menerjemahkannya sebagai doa,
Semoga Allah mengerat segala bibir yang palsu dan penuh ke-
bencian. Biarlah bibir dusta menjadi kelu.
3. Bahwa Allah pada waktunya akan memberikan pembebasan
bagi umat-Nya yang tertindas, dan melindungi mereka dari
rancangan-rancangan keji para penganiaya mereka (ay. 6): se-
karang juga Aku bangkit, firman TUHAN. Janji Allah ini, yang
disampaikan Daud di sini dengan roh nubuat, merupakan ja-
waban terhadap permohonan yang dipanjatkannya kepada
Allah dengan roh doa. Tolonglah kiranya, Tuhan, katanya,
Ya, Aku akan menolongmu, firman Allah. Inilah Aku, de-
ngan pertolongan-Ku yang tepat waktu dan yang pasti ber-
hasil.
(1) Pertolongan itu datang pada waktunya, pada waktu yang
paling tepat.
[1] saat para penindas berada di puncak kesombongan
dan kesemena-menaan mereka saat mereka berkata,
Siapakah tuan atas kami? maka sudah tiba waktu-
nya bagi Allah untuk memberi tahu mereka, yang akan
membawa kerugian bagi diri mereka sendiri, bahwa Dia
ada di atas mereka.
[2] saat kaum tertindas berada dalam kesusahan dan ke-
sengsaraan mereka yang paling dalam, saat mereka
berkeluh kesah seperti Israel di Mesir oleh sebab per-
budakan yang kejam, maka tibalah waktunya bagi Allah
untuk menampakkan diri kepada mereka, seperti ke-
pada Israel saat mereka ditindas sejadi-jadinya dan
Firaun ditinggikan setinggi-tingginya. Sekarang juga
Aku bangkit. Perhatikanlah, ada waktu yang sudah dite-
166
tapkan untuk menyelamatkan orang-orang tidak bersa-
lah yang tertindas. Waktunya akan tiba, dan kita boleh
yakin bahwa waktu itulah yang paling tepat (102:14).
(2) Pertolongan-Ku itu pasti berhasil: Aku memberi keselamat-
an kepadanya, atau keamanan, tidak hanya melindungi-
nya, tetapi juga memulihkannya ke dalam kemakmurannya
yang semula, dan akan mengeluarkannya sehingga bebas
(66:12, KJV: membawanya ke tempat yang kaya pen.). De-
ngan begitu, pada akhirnya, ia tidak akan kehilangan apa
pun dengan penderitaan-penderitaannya itu.
4. Bahwa, meskipun manusia penuh kepalsuan, Allah tetap se-
tia. Sekalipun mereka tidak bisa dipercaya, Allah bisa. Mereka
mengatakan hal-hal yang besar dan memberikan sanjungan-
sanjungan yang kosong, namun janji TUHAN yaitu janji yang
murni (ay. 7, KJV: firman Tuhan yaitu firman yang murni
pen.), tidak hanya benar melainkan juga murni, seperti perak
yang dipanaskan di perapian atau di tempat peleburan logam.
Ini menunjukkan,
(1) Ketulusan firman Allah. Segala sesuatu benar-benar sama
seperti apa yang digambarkan di sana, dan tidak sebalik-
nya. Firman itu tidak main-main dengan kita, tidak dipak-
sakan kepada kita, juga tidak mempunyai rancangan apa
pun terhadap kita selain untuk kebaikan kita sendiri.
(2) Berharganya firman Allah. Nilainya secara hakiki sangat
besar, seperti perak yang dimurnikan sampai semurni-
murninya. Tidak ada apa pun di dalamnya yang dapat
membuat nilainya turun.
(3) Banyaknya bukti yang sudah diberikan tentang kuasa dan
kebenarannya. Firman itu sudah sering kali diuji, semua
orang kudus di sepanjang abad telah mempercayainya dan
dengan demikian telah mengujinya, dan firman itu tidak
pernah menipu mereka atau membuat mereka kecewa de-
ngan pengharapan mereka. Sebaliknya, mereka semua te-
guh mengatakan bahwa firman Allah itu benar, dan meme-
teraikannya dengan Experto crede Percayalah pada orang
yang sudah mengujinya. Mereka sudah mendapatinya de-
mikian. Mungkin ini merujuk terutama pada janji-janji da-
lam mazmur ini, untuk membantu dan membebaskan
Kitab Mazmur 12:1-9
167
orang miskin dan tertindas. Teman-teman mereka mem-
buat mereka berharap bahwa mereka akan berbuat sesua-
tu bagi mereka, namun semua itu terbukti sebagai buluh
yang patah terkulai. Tetapi firman Allah itu dapat kita an-
dalkan. sebab itu, marilah kita kurangi keyakinan kita ke-
pada perkataan manusia, dan percaya kepada firman Allah
dengan lebih yakin.
5. Bahwa Allah akan mengamankan bagi diri-Nya sendiri umat
sisa yang telah dipilih-Nya, betapapun buruknya masa-masa
itu (ay. 8): Engkau akan menjaga kami senantiasa terhadap
angkatan ini. Ini menunjukkan bahwa selama dunia ini masih
berdiri, akan ada angkatan yang congkak dan fasik di dalam-
nya, yang kira-kira akan mengancam menghancurkan agama
dengan tipu muslihat mereka yang jahat, dengan menganiaya
orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi (Dan. 7:25). Namun,
biarlah Allah sendiri yang mempertahankan kepentingan-Nya
dan melindungi umat-Nya sendiri. Dia akan menjaga mereka
dari angkatan ini.
(1) Agar tidak dirusak oleh mereka dan agar tidak dijauhkan
dari Allah, agar tidak bercampur baur dengan mereka dan
belajar dari perbuatan mereka. Dalam masa-masa kemur-
tadan besar, Tuhan mengetahui orang-orang kepunyaan-
Nya, dan mereka akan dimampukan untuk menjaga keju-
juran dan janji mereka.
(2) Agar tidak dihancurkan dan dibasmi oleh mereka. Jemaat
didirikan di atas batu karang, dan dengan demikian diben-
tengi dengan teguh sehingga alam maut tidak akan me-
nguasainya. Dalam masa-masa yang paling buruk, Allah
mempunyai umat-Nya yang tersisa, dan di setiap zaman
Dia akan melindungi tunas yang kudus bagi diri-Nya sen-
diri, dan menjaganya bagi kerajaan sorga-Nya.
Dalam menyanyikan mazmur ini dan mendoakannya, kita harus
meratapi kerusakan perilaku yang terjadi di mana-mana, dan ber-
syartikel r kepada Allah bahwa segala sesuatu yang terjadi tidak lebih
buruk daripada apa yang sekarang terjadi. Namun, kita juga perlu
berdoa dan berharap agar semua itu akan menjadi lebih baik pada
waktu Allah yang tepat.
PASAL 1 3
azmur ini menggambarkan keadaan jiwa yang ditinggalkan dan
apa yang menjadi kesembuhannya. Apakah mazmur ini ditulis
dalam suatu kesempatan tertentu atau tidak, itu tidak tampak di
sini, tetapi secara umum,
I. Daud dengan sedih mengeluh bahwa Allah sudah lama me-
narik diri darinya dan menunda-nunda waktu untuk mem-
bebaskannya (ay. 2-3).
II. Dia dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Allah untuk
mempertimbangkan perkaranya dan memberinya penghibur-
an (ay. 4-5).
III. Dia meyakinkan dirinya bahwa dia akan mendapatkan ja-
waban damai sejahtera, dan sebab itu menutup mazmur ini
dengan sukacita dan sorak kemenangan. Dia meyakini pem-
bebasannya seperti benar-benar telah terlaksana (ay. 6).
Keluhan-keluhan dan Permohonan-permohonan
Daud Diubah Menjadi Puji-pujian
(13:1-6)
1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. 2 Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulu-
pakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu ter-
hadap aku? 3 Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku,
dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan
diri atasku? 4 Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buat-
lah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati, 5 supaya mu-
suhku jangan berkata: Aku telah mengalahkan dia, dan lawan-lawanku
bersorak-sorak, apabila aku goyah. 6 Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku
percaya, hatiku bersorak-sorak sebab penyelamatan-Mu. Aku mau menya-
nyi untuk TUHAN, sebab Ia telah berbuat baik kepadaku.
M
170
Daud, dalam penderitaan, mencurahkan jiwanya di sini di hadapan
Allah. Permohonannya singkat, tetapi caranya sangat jelas terlihat,
dan bermanfaat untuk membimbing dan mendorong kita.
I. Permasalahan-permasalahannya memeras berbagai keluhan (ay.
2-3), dan orang yang sedang sengsara mempunyai kebebasan un-
tuk mencurahkan pengaduannya ke hadapan TUHAN (102:1). Jiwa
yang gundah akan merasa lega jika ia melepaskan segala kesedih-
annya, terutama jika melepaskannya di hadapan takhta anuge-
rah. Di takhta itu kita pasti akan menemukan Dia yang juga me-
rasakan derita di dalam penderitaan-penderitaan umat-Nya, dan
bersusah hati merasakan kelemahan-kelemahan mereka. Ke sana
kita mempunyai keberanian untuk masuk dengan iman, dan di
sana kita mempunyai parresia kebebasan berbicara.
Perhatikanlah di sini:
1. Apa yang dikeluhkan Daud.
(1) Ketidakbaikan Allah, demikianlah dia menafsirkannya, dan
ini yaitu kelemahannya. Ia menyangka bahwa Allah telah
melupakannya, telah melupakan janji-janji-Nya kepadanya,
kovenan-Nya dengannya, dan kasih setia-Nya yang dulu
telah ditunjukkan-Nya kepadanya. Semuanya ini membuat
dia sungguh berharap akan terus mendapat kemurahan
dari-Nya, sehingga penundaan Allah membuat ia menyang-
ka Allah telah melupakan bahwa ada orang di dunia ini
yang memerlukan dan mengharapkan pembebasan serta
pertolongan dari-Nya. Demikianlah Sion berkata, TUHAN
telah meninggalkan aku (Yes. 49:14), dan Israel berujar,
Hidupku tersembunyi dari TUHAN (Yes. 40:27). Ini tidak
berarti bahwa orang yang baik dapat meragukan kemaha-
tahuan, kebaikan, dan kesetiaan Allah. Tetapi ini merupa-
kan ungkapan kekesalan dari seseorang yang dikuasai oleh
rasa takut, yang timbul dari penghargaan yang tinggi dan
keinginan yang tulus untuk mendapatkan kebaikan Allah.
sebab itu, meskipun ungkapan ini terasa kurang ber-
kenan dan tidak pada tempatnya, boleh diabaikan dan di-
ampuni, sebab setelah berpikir kembali, ia akan menca-
butnya kembali dan bertobat dari ucapannya itu. Allah
menyembunyikan wajah-Nya darinya, sehingga ia meng-
Kitab Mazmur 13:1-6
171
inginkan penghiburan di dalam batin dari Allah seperti
yang dulu dimilikinya. Di sini tampaklah pelambangan ten-
tang Kristus di atas kayu salib, yang berseru, Allahku,
mengapa Engkau meninggalkan aku? Allah kadang-kadang
menyembunyikan wajah-Nya dari anak-anak-Nya sendiri,
dan membiarkan mereka meraba-raba di dalam kegelapan
sehingga mereka merasa tidak ada bagian mereka di dalam
Dia. Dan masalah ini menyentuh hati mereka lebih dari-
pada kesusahan lahiriah apa pun.
(2) Kegelisahannya sendiri.
[1] Ia tersiksa sebab kekhawatirannya, yang memenuhi
hatinya: aku menaruh kekhawatiran dalam diriku. Aku
tidak tahu harus berbuat apa, dan aku inops consilii
tanpa teman yang bisa dimintai nasihat, yang bisa
kupercayai, dan sebab itu aku terus-menerus memikir-
kan rencana apa yang harus kulakukan untuk meno-
long diriku sendiri. Namun, tidak satu pun dari renca-
na-rencanaku itu yang tampak akan berhasil, sehingga
aku menjadi kehabisan akal, dan gelisah tanpa henti.
Rasa cemas yaitu beban berat yang sering kali dipikul
sendiri oleh orang-orang baik melebihi apa yang seper-
lunya.
[2] Ia kewalahan dengan dukacita yang memenuhi hatinya:
aku bersedih hati sepanjang hari. Ia cenderung terus
berdukacita, dan ini menyiksa rohnya, bukan hanya
pada malam hari, saat ia berdiam diri dan sendirian
saja, melainkan juga pada siang hari, saat segala du-
kacita yang lebih ringan dapat dialihkan dan disingkir-
kan melalui percakapan dan urusan kerja. Bahkan, se-
tiap hari datang dengan kesempatan-kesempatan baru
untuk berdukacita, awan-awan datang kembali sesudah
hujan. Roti dukacita kadang-kadang menjadi makanan
sehari-hari bagi orang-orang kudus. Guru kita sendiri
yaitu seorang yang penuh kesengsaraan.
(3) Kekasaran musuh-musuhnya, yang semakin menambah
dukacitanya. Saul, musuh besarnya dan para bawahannya
meninggikan diri atas dia, bersorak kemenangan di dalam
kesusahannya, bersenang-senang dengan dukacitanya, dan
172
merasa yakin telah menang mutlak atas dirinya. Hal ini di-
keluhkannya sebagai perbuatan yang melecehkan Allah,
dan kuasa serta janji-Nya.
2. Bagaimana ia berbantah dengan Allah dalam hal ini: Berapa
lama lagi hal ini akan berlanjut? Dan, Apakah akan terus se-
perti ini sampai selama-lamanya? Penderitaan-penderitaan
yang berlangsung lama menguji kesabaran kita, dan sering
kali membuat kita kehilangan kesabaran. Apabila permasalah-
an berlangsung lama, kita biasa tergoda untuk berpikir bahwa
permasalahan itu akan berlanjut terus. Kesedihan kemudian
berubah menjadi keputusasaan, dan orang-orang yang sudah
lama tanpa sukacita akan mulai, pada akhirnya, menjadi tan-
pa pengharapan. Tuhan, katakanlah kepadaku berapa lama
lagi Engkau akan menyembunyikan wajah-Mu dan meyakin-
kan aku bahwa kesedihan ini tidak akan berlangsung sampai
selama-lamanya. Berapa lama lagi Engkau pada akhirnya
akan kembali kepadaku dengan belas kasihan-Mu, sehingga
lebih mudah aku menanggung permasalahan-permasalahanku
sekarang ini.
II. Keluhan-keluhannya menggerakkan dia untuk memanjatkan doa-
doanya (ay. 4-5). Janganlah sampai kita membiarkan diri meng-
ucapkan keluhan-keluhan kecuali yang pantas untuk dipersem-
bahkan kepada Allah dan yang dapat membuat kita berlutut di
hadapan-Nya. Perhatikanlah di sini,
1. Apa permohonan-permohonannya: Pandanglah perkaraku, ja-
wablah keluhan-keluhanku, dan buatlah mataku bercahaya.
Artinya:
(1) Kuatkanlah imanku, sebab iman yaitu mata jiwa, yang
dengannya jiwa melihat ke atas, dan menatap menembus
apa yang hanya bisa disaksikan dengan indra. Tuhan,
mampukanlah aku untuk melihat melampaui permasalah-
an-permasalahanku pada saat ini, dan untuk mengetahui
sekarang ini hasil akhir yang membahagiakan dari semua
ini.
(2) Bimbinglah jalanku, mampukanlah aku untuk melihat se-
kelilingku, supaya aku dapat menghindari perangkap-pe-
rangkap yang telah dipasang untuk menjeratku.
Kitab Mazmur 13:1-6
173
(3) Segarkanlah jiwaku dengan kegirangan sebab selamat
yang daripada-Mu. Apa yang membangkitkan semangat
yang kendor dikatakan sebagai mata bercahaya lagi (1Sam.
14:27; Ezr. 9:8). Tuhan, usirlah awan kesedihan yang
menggelapkan mataku, dan biarlah wajahku berseri-seri.
2. Apa saja yang diserukannya. Ia menyebutkan hubungannya
dengan Allah dan kepentingannya di dalam Dia (ya TUHAN,
Allahku!) dan terus menegaskan besarnya bahaya yang diha-
dapinya, yang membutuhkan pembebasan dan pertolongan
segera. Jika matanya tidak menjadi terang secepatnya,
(1) Ia menyimpulkan bahwa ia pasti binasa: Aku akan tertidur
dan mati. Aku tidak dapat hidup di bawah tekanan semua
kecemasan dan kesengsaraan ini. Tidak ada yang lebih
membunuh jiwa selain dari tidak adanya perkenan Allah,
dan tidak ada yang lebih membangkitkannya selain dari
kembalinya perkenan Allah itu.
(2) Bahwa nanti musuh-musuhnya akan menang: Supaya
musuhku jangan berkata, Keinginanku terkabul. Supaya
Saul, dan Iblis, jangan merasa puas dengan kejatuhanku.
Ini akan memuaskan keangkuhan musuhnya, dan ia akan
berkata, Aku telah mengalahkan dia, aku telah meraih ke-
menangan, dan aku terlampau tangguh baginya dan bagi
Allahnya. Ini akan memuaskan kebencian musuh-musuh-
nya: mereka akan bersorak-sorak, apabila aku goyah. Dan
apakah ini akan membawa kehormatan bagi Allah jika me-
reka dibiarkan saja seperti itu menginjak-injak segala yang
kudus baik itu di sorga maupun di bumi?
III. Doa-doanya segera diubah menjadi puji-pujian (ay. 6): Tetapi
hatiku bersorak-sorak dan aku mau menyanyi untuk TUHAN. Be-
tapa mengejutkannya perubahan yang terjadi di sini hanya dalam
beberapa baris saja! Pada permulaan mazmur kita melihatnya
kendor, gemetar, dan akan segera tenggelam dalam kesedihan dan
keputusasaan. Namun, pada bagian akhirnya, ia bersukacita di
dalam Allah, dan ditinggikan serta dilegakan dalam puji-pujian-
nya. Lihatlah kuasa iman, kuasa doa, dan lihatlah betapa baiknya
bila datang mendekat kepada Allah. Jika kita membawa segala ke-
cemasan dan kesedihan kita ke hadapan takhta anugerah, dan
174
meninggalkannya di sana, maka kita dapat pergi seperti Hana,
dan muka kita tidak muram lagi (1Sam. 1:18). Dan amatilah di sini
bagaimana dia mendapat penghiburannya.
1. Belas kasihan Allah yaitu pendartikel ng imannya. Perkaraku
cartikel p buruk, rasanya sangat mengenaskan, sampai akhirnya
aku berharap-harap saja pada kebaikan Allah yang tidak ter-
batas. Dan, setelah menyadari bahwa kebaikan Allah yang
tidak terbatas itu bisa kupercayai, aku menjadi sungguh terhi-
bur, meskipun aku sendiri tidak berjasa apa-apa sedikit pun.
Dalam segala kesusahanku sebelumnya aku percaya akan ka-
sih setia Allah, dan aku tidak pernah dikecewakan. Kasih se-
tia-Nya telah membebaskan aku pada waktunya, dan keyakin-
anku akan kasih setia-Nya itu telah menyokong aku untuk
sementara waktu. Bahkan di kedalaman kesusahan ini, saat
Allah menyembunyikan wajah-Nya dariku, saat di luar ada
pergulatan dan di dalam ada ketakutan, tetap saja aku per-
caya akan kasih setia Allah. Dan inilah yang menjadi jangkar
di tengah-tengah badai, yang dengan pertolongannya, meski-
pun aku terombang-ambing, aku tidak akan terbalik. Dan ma-
sih juga aku percaya akan kasih setia-Mu, begitulah sebagian
orang membacanya. Aku mengarahkan diriku pada keperca-
yaanku itu, dengan keyakinan bahwa pada akhirnya ini akan
memberikan kebaikan bagiku. Hal ini diserukannya kepada
Allah, dengan mengetahui betapa Dia berkenan kepada orang-
orang yang berharap akan kasih setia-Nya (147:11).
2. Imannya akan kasih setia Allah memenuhi hatinya dengan
sukacita dalam keselamatan yang datang daripada-Nya. Kare-
na, sukacita dan damai sejahtera datang dengan percaya (Rm.
15:13). sebab percaya, kamu bergembira (1Ptr. 1:8). Setelah
menaruh kepercayaannya pada kasih setia Allah, dia menjadi
yakin sepenuhnya akan keselamatannya, dan hatinya, yang
sekarang menderita hari demi hari, akan bersorak-sorak kare-
na penyelamatan itu. Meskipun tangisan berlangsung lama,
sukacita akan datang kembali.
3. Sukacitanya dalam keselamatan yang datang dari Allah akan
memenuhi mulutnya dengan nyanyian puji-pujian (ay. 6): Aku
mau menyanyi untuk TUHAN, menyanyi untuk mengenang apa
yang telah diperbuat-Nya dahulu. Meskipun seandainya damai
yang pernah aku miliki itu tidak pernah kembali, aku akan
Kitab Mazmur 13:1-6
175
tetap memuji Allah sampai mati bahwa aku pernah memiliki
damai yang daripada-Nya itu. Sebelumnya Ia telah bermurah
hati dengan limpahnya kepadaku, sebab itu Ia patut dimulia-
kan. Sekarang Ia dapat melakukan apa saja kepadaku sesuka
hati-Nya. Aku akan bernyanyi dengan berharap pada apa yang
akan dilakukan-Nya bagiku pada akhirnya nanti. Dan aku
yakin segala sesuatunya pasti akan berakhir dengan baik, ya,
akan berakhir dengan baik sampai selama-lamanya. Namun,
ia berbicara tentang semuanya ini sebagai hal yang sudah ter-
jadi pada masa lalu (Ia telah berbuat baik kepadaku), sebab
dengan iman ia telah menerima pertanda keselamatan itu. Ia
yakin sepenuhnya bahwa keselamatan itu sudah terlaksana.
Dalam menyanyikan mazmur ini dan mendoakannya, jika kita
tidak mempunyai keluhan-keluhan yang sama seperti yang diutara-
kan Daud, kita harus bersyartikel r kepada Allah bahwa kita tidak sam-
pai takut dan mencela pengunduran diri-Nya. Selain itu, kita harus
bersimpati terhadap orang-orang yang sedang gelisah pikirannya, dan
mendorong diri kita sendiri untuk memiliki iman dan sukacita yang
kudus.
PASAL 14
idak tampak di sini pada kesempatan apa mazmur ini ditulis,
atau apakah mazmur ini memang ditulis pada suatu kesempatan
tertentu. Sebagian orang berkata bahwa Daud menulisnya saat
Saul menganiaya dia, sementara menurut yang lain lagi, saat
Absalom memberontak melawan dia. Tetapi semua itu hanyalah
dugaan, yang tidak mempunyai cartikel p dasar untuk membenarkan
kita dalam menjelaskan mazmur ini menurut peristiwa-peristiwa itu.
Rasul Paulus, dalam mengutip sebagian dari mazmur ini (Rm. 3:10,
dst.) untuk membuktikan bahwa baik orang Yahudi maupun orang
bukan-Yahudi semua ada di bawah kuasa dosa (Rm. 3:9) dan bahwa
seluruh dunia bersalah di hadapan Allah (Rm. 3:19), menuntun kita
untuk mengartikannya sebagai berikut: Secara umum, mazmur ini
merupakan suatu gambaran tentang kerusakan kodrat manusia, ten-
tang keberdosaan kita saat dikandung dan dilahirkan, dan tentang
kerusakan menyedihkan sebagian besar umat manusia, bahkan se-
bagian besar isi dunia yang berada dalam kefasikan (1Yoh. 5:19).
Namun demikian, sama seperti dalam mazmur-mazmur lain yang di-
rancang untuk mengungkapkan kesembuhan kita di dalam Kristus,
biasanya ada suatu rujukan mengenai Daud sendiri, bahkan, peri-
kop-perikop tertentu harus dimengerti terutama tentang dia (seperti
dalam Mazmur 2, 16, 22, dan lain-lain). Demikian pula halnya de-
ngan mazmur ini, yang dirancang untuk mengungkapkan luka kita
akibat dosa, ada suatu rujukan mengenai musuh-musuh dan peng-
aniaya-penganiaya Daud, dan para penindas lain terhadap orang-
orang baik pada waktu itu. Tentang mereka ini beberapa perikop me-
nunjuk langsung. Dalam semua mazmur yang dimulai dari mazmur
ketiga sampai mazmur ini (kecuali mazmur kedelapan), Daud terus
mengeluhkan orang-orang yang membenci dan menganiayanya, yang
T
178
menghina dan melecehkannya. Sekarang di sini dia melacak semua
anak sungai yang pahit itu ke sumbernya, yakni kerusakan kodrat
yang umum terjadi di mana-mana, dan ia melihat bahwa bukan ha-
nya musuh-musuhnya melainkan juga semua anak manusia sudah
sedemikian rusak. Inilah,
I. Dakwaan yang ditunjukkan terhadap sebuah dunia yang
jahat (ay. 1).
II. Bukti dari dakwaan itu (ay. 2-3).
III. Peringatan yang sungguh-sungguh terhadap orang-orang
berdosa, terutama terhadap para penganiaya, di dalam dak-
waan itu (ay. 4-6).
IV. Doa yang penuh iman bagi keselamatan Israel, dan pengha-
rapan yang penuh sukacita akan datangnya keselamatan itu
(ay. 7).
Kerusakan Manusia
(14:1-3)
1 Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal berkata dalam hatinya:
Tidak ada Allah. Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat
baik. 2 TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia
untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. 3 Me-
reka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang ber-
buat baik, seorang pun tidak.
Jika kita mengarahkan hati kita, seperti yang diperbuat oleh Salomo
(Pkh. 7:25), untuk menyelidiki bahwa kefasikan itu kebodohan dan ke-
bebalan itu kegilaan, maka ayat-ayat ini akan membantu kita dalam
penyelidikan itu, dan akan menunjukkan kepada kita bahwa dosa itu
sungguh-sungguh merupakan pelanggaran yang amat berat. Dosa
yaitu penyakit umat manusia, dan tampak di sini bahwa dosa itu
menular dan mewabah.
1. Lihatlah betapa menularnya dosa itu (ay. 1), dalam dua hal:
(1) Penghinaannya terhadap kehormatan Allah: sebab pada da-
sarnya semua dosa merupakan perbuatan yang tidak meng-
akui adanya Allah. Orang bebal berkata dalam hatinya: Tidak
ada Allah. Kadang-kadang kita tergoda untuk berpikir, Pasti
dulu belum pernah ada kecemaran dan ketidakpercayaan ter-
hadap adanya Tuhan seperti yang terjadi pada masa kita seka-
Kitab Mazmur 14:1-3
179
rang. Namun, kita melihat bahwa masa-masa dulu pun ter-
nyata tidak lebih baik. Bahkan, pada masa Daud pun sudah
ada orang-orang yang mencapai puncak ketidaksalehan yang
begitu tinggi sehingga mereka menyangkal keberadaan Allah
itu sendiri dan menolak azas-azas agama yang utama dan
yang terbukti benar dengan sendirinya.
Perhatikanlah:
[1] Orang berdosa yang digambarkan di sini. Dia yaitu orang
yang berkata dalam hatinya, Tidak ada Allah. Dia yaitu
seorang atheis, tidak percaya akan adanya Tuhan. Tidak
ada Elohim, tidak ada Hakim atau Penguasa dunia, tidak
ada pemeliharaan ilahi yang mengatur urusan-urusan ma-
nusia. Mereka sebenarnya tidak dapat meragukan keber-
adaan Allah itu sendiri, namun mereka mau mempertanya-
kan kekuasaan-Nya. Ia mengatakan ini dalam hatinya. Ini
bukanlah penilaiannya, melainkan khayalannya. Ia tidak
bisa memuaskan dirinya bahwa Allah itu tidak ada, namun
ia berharap bahwa Allah tidak ada, dan ia menyenangkan
dirinya dengan angan-angan bahwa mungkin saja tidak
ada Allah. Ia tidak bisa yakin bahwa Allah itu ada, dan ka-
rena itu ia mau saja berpikir bahwa Allah itu tidak ada. Ia
tidak berani mengatakannya, sebab nanti ia akan dibantah,
dan dengan demikian disadarkan mengenai kesalahannya.
Sebaliknya, ia hanya membisikkannya diam-diam dalam
hatinya, untuk membungkam teriakan-teriakan hati nu-
raninya dan untuk memberanikan dirinya di dalam jalan-
jalannya yang jahat.
[2] Sifat orang berdosa ini. Dia seorang bebal. Dia dungu dan
tidak bijak, dan ini merupakan bukti dari kebodohannya
itu. Dia fasik dan cemar, dan ini merupakan akibat dari
kebodohannya. Perhatikanlah, pemikiran-pemikiran yang
atheistis yaitu pemikiran-pemikiran yang sangat jahat
dan bodoh, dan semua pemikiran itu merupakan dasar dari
banyaknya kejahatan yang ada di dunia ini. Firman Allah
yaitu firman yang membedakan pertimbangan dan pikiran
hati ini, dan memberikan julukan yang tepat kepada orang
yang menyimpan pikiran-pikiran tersebut. Nabal namanya
dan bebal orangnya, sebab pikirannya melawan terang
180
yang terjelas, melawan pengetahuan dan keyakinan-keya-
kinannya sendiri, dan melawan pendapat umum yang dimi-
liki oleh semua orang bijak dan waras. Tidak ada seorang
pun yang akan berkata, Tidak ada Allah, kecuali ia sudah
menjadi keras di dalam dosa, sehingga dia ingin agar tidak
ada siapa pun yang akan meminta pertanggungjawaban
darinya.
(2) Aib dan perendahan derajat yang ditimbulkannya pada kodrat
manusia. Orang-orang berdosa itu sudah rusak, sangat mero-
sot dari keadaan manusianya saat ia masih dalam keadaan
tidak berdosa: Mereka telah bejat (ay. 3), busuk. Semua keca-
kapan lahiriah dan batiniah mereka sudah begitu beran-
takannya sampai mereka telah menjadi menjijikkan di mata
Pencipta mereka, dan benar-benar tidak mampu memenuhi
tujuan-tujuan penciptaan mereka. Mereka memang busuk, ka-
rena,
[1] Mereka tidak berbuat kebaikan apa pun, selain menjadi
beban yang merugikan bagi bumi. Mereka tidak memberi-
kan pelayanan apa pun kepada Allah, tidak mendatangkan
penghormatan apa pun bagi-Nya, maupun melakukan ke-
baikan apa pun bagi diri mereka sendiri.
[2] Mereka melakukan banyak perbuatan yang mencelakakan.
Jijik perbuatan mereka, sebab demikianlah semua perbuat-
an dosa. Dosa merupakan kejijikan di hadapan Allah. Dosa
yaitu kejijikan yang Dia benci (Yer. 44:4), dan, cepat atau
lambat, orang berdosa pun akan mendapatinya demikian.
Dosa akan didapati sebagai hal yang dibenci (36:3), pem-
binasa keji, maksudnya, kekejian yang membinasakan
(Mat. 24:15). Semuanya ini sesuai dengan perkataan mere-
ka sendiri, Tidak ada Allah, sebab orang-orang yang
mengaku mengenal Allah, tetapi menyangkal Dia dengan
perbuatan mereka, yaitu orang-orang yang keji dan dur-
haka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik (Tit.
1:16).
2. Lihatlah bagaimana mewabahnya penyakit ini. Penyakit ini telah
menjangkiti seluruh umat manusia. Untuk membuktikan ini,
Kitab Mazmur 14:1-3
181
Allah sendiri di sini diajukan sebagai saksi, dan Dia yaitu saksi
mata (ay. 2-3).
Perhatikanlah:
(1) Penyelidikan-Nya: TUHAN memandang ke bawah dari sorga,
sebuah tempat untuk memandang, yang memerintah dunia
bawah ini. Dari sana, dengan mata yang mahamelihat, Dia me-
mandangi semua anak manusia, dan pertanyaan yang diaju-
kan-Nya yaitu , apakah ada dari antara mereka yang berakal
budi dan memahami dengan benar diri mereka sendiri, kewa-
jiban dan kepentingan-kepentingan mereka, dan yang benar-
benar mencari Allah serta yang menempatkan-Nya di hadapan
mereka. Dia yang mengadakan penyelidikan ini bukan hanya
dapat menemukan orang baik jika memang ada orangnya, se-
kalipun tersembunyi orang itu, melainkan juga akan berse-
nang hati jika menemukannya, dan pasti Ia akan memperhati-
kannya, seperti Nuh pada zaman dulu.
(2) Hasil dari penyelidikan ini (ay. 3). Dalam penyelidikan ini, da-
lam penyelidikan-Nya, tampak bahwa mereka semua telah me-
nyeleweng, kemurtadan ada di mana-mana, tidak ada yang
berbuat baik, seorang pun tidak, sampai anugerah Allah yang
cuma-cuma dan penuh kuasa itu mengerjakan suatu perubah-
an. Apa pun yang baik yang ada dalam diri anak-anak manu-
sia, atau yang diperbuat oleh mereka, bukanlah berasal dari
diri mereka sendiri. Semuanya yaitu pekerjaan Allah di da-
lam diri mereka. saat Allah telah menciptakan dunia, Dia
melihat pekerjaan-Nya sendiri, dan segalanya sungguh amat
baik (Kej. 1:31). Namun, beberapa waktu setelah itu, Dia meli-
hat pekerjaan manusia, dan lihatlah, segalanya sangat buruk
(Kej. 6:5), setiap jalan pikiran dan hati manusia itu jahat, jahat
semata-mata, dan ini dilakukan terus-menerus. Mereka telah
menyeleweng dari kewajiban mereka, dari jalan yang menuju
pada kebahagiaan, dan telah berbelok ke jalan-jalan si pem-
binasa.
Dalam menyanyikan mazmur ini, marilah kita meratapi kerusak-
an kodrat kita sendiri, dan melihat betapa kita membutuhkan anu-
gerah Allah. Dan, sebab apa yang dilahirkan dari daging yaitu
daging, janganlah kita terheran-heran bahwa kita diberi tahu bahwa
kita harus dilahirkan kembali.
182
Kerusakan Manusia
(14:4-7)
4 Tidak sadarkah semua orang yang melakukan kejahatan, yang memakan
habis umat-Ku seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada
TUHAN? 5 Di sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, sebab Allah me-
nyertai angkatan yang benar. 6 Kamu dapat mengolok-olok maksud orang
yang tertindas, tetapi TUHAN yaitu tempat perlindungannya. 7 Ya, datang-
lah kiranya dari Sion keselamatan bagi Israel! Apabila TUHAN memulihkan
keadaan umat-Nya, maka Yakub akan bersorak-sorak, Israel akan bersuka-
cita.
Dalam ayat-ayat ini sang pemazmur berusaha,
I. Meyakinkan orang-orang berdosa akan kejahatan dan bahaya dari
jalan yang sedang mereka tempuh, bagaimanapun amannya yang
mereka rasakan di jalan itu. Ada tiga hal yang ditunjukkannya
kepada mereka, yang mungkin tidak mau mereka lihat kejahat-
an mereka, kebodohan mereka, dan bahaya yang mengancam me-
reka, sementara mereka sendiri cenderung percaya bahwa mereka
yaitu orang yang sangat bijak, baik, dan aman. Lihatlah di sini,
1. Kejahatan mereka. Ini digambarkan dalam empat contoh:
(1) Mereka sendiri yaitu orang-orang yang melakukan keja-
hatan. Mereka merancangnya, mereka menjalankannya,
dan mendapatkan kesenangan di dalamnya seperti semua
orang yang senang dalam melakukan pekerjaan mereka.
(2) Mereka memakan habis umat Allah dengan sama rakusnya
seperti mereka memakan roti. Begitu berurat akar dan me-
ngerasnya permusuhan mereka terhadap umat Allah, dan
begitu sepenuh hatinya mereka menginginkan kehancuran
umat itu, sebab mereka sungguh membenci Allah, dan
umat itu yaitu umat-Nya. Bagi para penganiaya, melaku-
kan kejahatan sudah merupakan makanan sehari-hari.
Bagi mereka, kejahatan itu sama seperti makanan yang
mereka butuhkan. Mereka memakan habis umat Allah de-
ngan mudah, setiap hari, dan dengan aman, tanpa teguran
dari hati nurani saat mereka melakukannya ataupun pe-
nyesalan dalam hati nurani setelah mereka melakukannya.
Ini sama seperti saudara-saudara Yusuf yang melemparkan
dia ke dalam sumur, dan kemudian duduk untuk makan
(Kej. 37:24-25; Mi. 3:2-3).
Kitab Mazmur 14:4-7
183
(3) Mereka tidak berseru kepada TUHAN. Perhatikanlah, siapa
yang tidak peduli terhadap umat Allah, terhadap kaum
miskin kepunyaan Allah, ia juga tidak akan peduli terha-
dap Allah sendiri. Ia hidup dalam penghinaan terhadap
Dia. Penyebab mengapa orang jatuh ke dalam segala ben-
tuk kejahatan, bahkan yang terburuk, yaitu sebab mere-
ka tidak berseru kepada Allah untuk memohon anugerah-
Nya. Kebaikan apa yang dapat diharapkan dari orang-orang
yang hidup tanpa doa?
(4) Mereka mengolok-olok maksud orang yang tertindas, dan
mencela mereka sebab menjadikan Allah tempat perlin-
dungan mereka, seperti musuh-musuh Daud mencela dia
(11:1). Perhatikanlah, mereka itu benar-benar sangat jahat,
dan banyak sekali yang harus mereka pertanggungjawab-
kan. Mereka tidak hanya menyingkirkan agama dan hidup
tanpanya, tetapi juga berkata dan berbuat semampu mere-
ka untuk membuat orang lain yang beragama untuk me-
mandang rendah agama. Mereka berusaha membuat orang
lain menyingkirkan kewajiban agamanya, seolah-olah se-
mua kewajiban itu hina, menyedihkan, dan tidak berman-
faat. Mereka juga berusaha agar orang lain meremehkan
semua hak-hak istimewa yang didapat dari agama, seolah-
olah semuanya itu tidak cartikel p untuk membuat orang
aman dan berbahagia. Siapa mengejek agama dan orang-
orang yang beragama akan mendapati, untuk kerugian
mereka sendiri, bahwa dengan menganiaya orang-orang
yang menjadikan Allah sebagai tempat perlindungan mere-
ka, maka mereka sebenarnya sedang bermain-main dengan
pedang yang tajam dan berbahaya. Janganlah kamu men-
cemooh, supaya tali belenggumu jangan semakin keras. Ia
menunjukkan kepada mereka,
2. Kebodohan mereka: mereka tidak sadar (KJV: mereka tidak
mempunyai pengetahuan pen.). Ini jelas, sebab seandainya
mereka mempunyai pengetahuan akan Allah, seandainya
mereka memahami dengan benar diri mereka sendiri, dan me-
mandang segala sesuatu terlebih dulu seperti layaknya manu-
sia, maka mereka tidak akan bersikap kejam dan biadab se-
perti itu terhadap umat Allah.
184
3. Bahaya yang mengancam mereka (ay. 5): Di sanalah mereka
ditimpa kekejutan yang besar. Di sana, di tempat mereka me-
makan habis umat Allah, suara hati nurani mereka sendiri
mengutuk apa yang mereka perbuat, dan memenuhi mereka
dengan kengerian-kengerian di dalam hati. Mereka mengisap
darah orang-orang kudus dengan nikmat, tetapi dalam perut
mereka darah itu berubah menjadi empedu yang penuh
dengan ular berbisa. Sudah ada banyak contoh di mana para
penganiaya congkak dan kejam telah dijadikan seperti
Pasyhur, Magormissabibs Kegentaran bagi diri mereka sendiri
serta semua orang yang ada di sekeliling mereka. Orang-orang
yang tidak mau takut akan Allah mungkin akan dibuat takut
mendengar suara daun yang bergemerisik.
II. Ia berusaha untuk menghibur umat Allah,
1. Dengan apa yang mereka miliki. Mereka memiliki hadirat Allah
(ay. 5): Dia menyertai angkatan yang benar. Mereka memiliki
perlindungan-Nya (ay. 6): TUHAN yaitu tempat perlindungan-
nya. Hal ini merupakan keamanan bagi mereka sama seperti
kengerian bagi musuh-musuh mereka, yang hanya bisa men-
cemooh mereka sebab keyakinan mereka terhadap Allah,
tetapi tidak dapat mengolok-olok mereka untuk meninggalkan
keyakinan mereka itu. Pada hari penghakiman agung, kengeri-
an dan kebingungan orang-orang berdosa akan semakin ber-
tambah saat mereka melihat Allah mengakui angkatan yang
benar, yang telah mereka benci dan olok-olok itu.
2. Dengan apa yang mereka harapkan, dan itu yaitu keselamat-
an bagi Israel (ay. 7). saat Daud diusir oleh Absalom dan
antek-anteknya yang memberontak, dia menghibur diri dengan
keyakinan bahwa Allah pada waktunya akan memulihkan ke-
adaannya (KJV: mengembalikan dia yang tertawan pen.) men-
jadi kegembiraan semua rakyatnya yang baik. Namun, tentu
saja pengharapan yang menyenangkan ini memiliki pandangan
yang lebih jauh lagi. Pada permulaan mazmur ini, dia telah
meratapi kerusakan umum yang terjadi pada umat manusia,
dan saat melihat semuanya ini dengan sedih hati, ia mengha-
rapkan keselamatan yang akan dikerjakan oleh Sang Penebus,
yang diharapkan akan datang ke Sion, untuk menyingkirkan
segala kefasikan dari pada Yakub (Rm. 11:26). Dunia ini bu-
Kitab Mazmur 14:4-7
185
ruk. Oh, semoga saja Mesias akan datang dan mengubah sifat-
nya! Kerusakan ada di mana-mana. Oh, semoga saja datang
masa-masa pembaharuan! Masa-masa itu pasti akan merupa-
kan masa-masa yang menggembirakan, sama seperti masa-
masa ini yaitu masa-masa yang menyedihkan. Saat itu Allah
akan memulihkan keadaan umat-Nya (KJV: membawa kembali
umat-Nya dari tawanan pen.), sebab Sang Penebus akan
naik ke tempat tinggi, dan membawa tawanan-tawanan, dan
Yakub akan bersorak-sorak. Kemenangan Raja Sion akan
menjadi sukacita bagi anak-anak Sion. Kedatangan Kristus
yang kedua kali, untuk mengakhiri kekuasaan dosa dan Iblis
sampai selama-lamanya, akan merampungkan keselamatan
ini, yang merupakan pengharapan, dan akan menjadi suka-
cita, bagi setiap orang Israel sejati.
Dengan keyakinan akan semua inilah, saat menyanyikan mazmur
ini, kita harus menghibur diri kita dan saling menghibur satu sama
lain, apabila kita ingat akan dosa-dosa para pendosa dan penderita-
an-penderitaan para kudus saat ini.
PASAL 1 5
ujuan dari mazmur yang singkat namun istimewa ini yaitu un-
tuk menunjukkan kepada kita jalan ke sorga, dan untuk meya-
kinkan kita, bahwa jika kita ingin berbahagia, kita harus hidup
kudus dan jujur. Kristus, yang yaitu jalan itu sendiri, dan yang di
dalam Dia kita harus berjalan, juga telah menunjukkan kepada kita
jalan yang sama seperti yang digambarkan di sini (Mat. 19:17).
Jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perin-
tah Allah. Dalam mazmur ini,
I. Melalui pertanyaan dalam ayat 1, kita diarahkan dan digai-
rahkan untuk bertanya-tanya mengenai jalan itu.
II. Melalui jawaban terhadap pertanyaan itu, yang ada dalam
bagian-bagian selanjutnya dari mazmur ini, kita diarahkan
untuk berjalan di jalan itu (ay. 2-5).
III. Melalui kepastian yang diberikan pada bagian penutup maz-
mur ini mengenai keamanan dan kebahagiaan orang-orang
yang hidup sesuai dengan apa yang digambarkan di sini,
kita didorong untuk berjalan di jalan itu (ay. 5).
Warga Sion
(15:1-5)
1 Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu?
Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? 2 Yaitu dia yang berlaku
tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenar-
an dengan segenap hatinya, 3 yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidah-
nya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpa-
kan cela kepada tetangganya; 4 yang memandang hina orang yang tersingkir,
tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada
sumpah, walaupun rugi; 5 yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan
T
188
riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang
berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya.
Inilah,
I. Pertanyaan yang sangat sungguh-sungguh dan berat mengenai
sifat-sifat warga Sion (ay. 1): TUHAN, siapa yang boleh menum-
pang dalam kemah-Mu? Beritahukanlah kepadaku siapa saja yang
boleh masuk sorga. Bukan siapa sebab namanya (dalam hal ini,
hanya Tuhan yang mengetahui siapa orang-orang kepunyaan-
Nya), melainkan siapa sebab ciri-cirinya: Orang seperti apakah
yang akan Engkau akui dan Engkau mahkotai dengan anugerah-
anugerah istimewa dan kekal? Hal ini mengartikan bahwa men-
jadi penduduk Sion merupakan suatu keistimewaan yang besar,
suatu kehormatan dan keuntungan yang tidak dapat diungkap-
kan dengan kata-kata. Bahwa, tidak semua orang mendapatkan
kehormatan itu, melainkan hanya umat sisa saja. Bahwa, manu-
sia tidak berhak mendapatkan kehormatan ini melalui kelahiran
dan keturunan darah: tidak semua orang yang mempunyai Abra-
ham sebagai bapak mereka akan menumpang dalam kemah Allah,
tetapi, sesuai dengan hati dan hidup merekalah nasib mereka
akan ditentukan. Kita semua wajib mengajukan pertanyaan ini
kepada diri kita sendiri, Tuhan, aku harus seperti apa, dan apa
yang harus aku perbuat, supaya aku dapat menumpang di kemah-
Mu? (Luk. 18:18; Kis. 16:30).
1. Amatilah kepada siapa pertanyaan ini ditujukan kepada
Allah sendiri. Perhatikanlah, siapa ingin menemukan jalan ke
sorga harus memandang kepada Allah, harus mengikuti pe-
tunjuk dari firman-Nya, dan memohon panduan dari Roh-Nya.
Sungguh pantas kalau Dia sendiri yang harus memberikan
hartikel m kepada hamba-hamba-Nya, dan menetapkan syarat-
syarat bagaimana mendapatkan kebaikan-kebaikan-Nya, dan
memberi tahu siapa saja orang-orang kepunyaan-Nya dan
siapa yang bukan.
2. Bagaimana pertanyaan itu diungkapkan dalam bahasa Perjan-
jian Lama.
(1) Kemah di sini dapat kita mengerti sebagai jemaat yang giat
bergerak, yang dilambangkan dengan kemah Musa, yang
cocok dengan keadaan di padang gurun, sederhana dan
Kitab Mazmur 15:1-5
189
dapat berpindah-pindah. Di sanalah Allah menyatakan diri-
Nya, dan di sanalah Dia menjumpai umat-Nya, seperti pada
waktu dulu di dalam kemah kesaksian, kemah pertemuan.
Siapa yang boleh berdiam di kemah ini? Siapa yang akan
dipandang sebagai anggota yang giat dan benar dari jemaat
Allah, yang diakui di antara imam-imam rohani untuk ting-
gal di pelataran kemah ini? Kita harus merasa prihatin un-
tuk mempertanyakan hal ini, sebab banyak orang meng-
aku-ngaku mempunyai tempat di dalam kemah ini, pada-
hal sesunguhnya mereka tidak mempunyai bagian atau
hak dalam perkara ini.
(2) Gunung kudus di sini dapat kita mengerti sebagai jemaat
yang berkemenangan, yang merujuk ke Gunung Sion, yang
di atasnya Bait Allah akan dibangun oleh Salomo. Merupa-
kan kebahagiaan bagi orang-orang kudus yang sudah
dimuliakan bahwa mereka berdiam di gunung yang kudus
itu. Di sana mereka tinggal dengan nyaman seperti di ru-
mah sendiri: mereka akan berada di sana sampai selama-
lamanya. Merupakan kepedulian kita untuk mengetahui
siapa yang akan berdiam di sana, supaya kita sendiri yakin
bahwa kita akan mendapatkan tempat di antara mereka.
Kalau kita sudah yakin, hati kita akan terhibur dan ber-
sukacita dalam pengharapan kita akan gunung yang kudus
itu.
II. Sebuah jawaban yang sangat jelas dan khusus terhadap perta-
nyaan ini. Siapa ingin mengetahui kewajiban mereka, dan dengan
tekad ingin melakukannya, akan mendapati Kitab Suci sebagai
pembimbing yang setia dan hati nurani sebagai pengawas yang
setia. Kalau begitu, marilah kita lihat sifat-sifat khusus dari warga
Sion ini.
1. Dia yaitu orang yang tulus dan sepenuh hati dalam menja-
lankan agamanya: Dia berlaku tidak bercela, sesuai dengan
persyaratan perjanjian (Kej. 17:1), Hiduplah di hadapan-Ku
dengan tidak bercela (ini kata yang sama dengan yang diguna-
kan di sini) dan engkau akan mendapati bahwa Aku yaitu
Allah yang mahamencartikel pi. Ia merupakan orang yang benar-
benar sama seperti apa yang dinyatakannya dalam pengaku-
annya, bersih hatinya, dan dapat membuktikan dirinya di ha-
190
dapan Allah dalam hal kejujuran dan janjinya, dan dalam se-
gala perbuatannya. Perilakunya lurus tak berubah, dan dia
berlaku setia terhadap dirinya sendiri, dan berusaha untuk
melaksanakan seluruh kehendak Allah. Matanya mungkin ka-
bur, namun utuh dan terarah ke depan. Ia memang mempu-
nyai noda-noda, tetapi ia tidak melaburnya. Ia yaitu seorang
Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya (Yoh. 1:47;
2Kor. 1:12). Aku tidak mengenal agama apa pun, kecuali ketu-
lusan.
2. Ia selalu jujur dan adil dalam segala lakunya, setia dan lurus
terhadap semua orang yang berhubungan dengannya: ia mela-
kukan apa yang adil, ia berjalan dalam segala ketetapan dan
perintah Tuhan, dan memberikan perhatian untuk menjalan-
kannya secara layak. Ia adil, baik itu terhadap Allah maupun
terhadap manusia. Dan, dalam berbicara dengan Allah dan
manusia, ia mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya.
Segala doa, pengakuan, dan janjinya kepada Allah tidak keluar
dari bibir yang palsu, dan ia tidak berani berkata dusta. Dalam
percakapan dan pergaulan dengan sesamanya, ia tidak meng-
gunakan bahasa yang plinplan untuk mengaburkan maksud-
nya. Ia berjalan dalam aturan-aturan keadilan dan kebenaran,
dan memandang rendah serta membenci keuntungan-keun-
tungan yang didapat dari ketidakadilan dan penipuan. Di
matanya, apa yang diperoleh melalui dusta bukanlah suatu
keuntungan yang baik atau menyelamatkan, dan siapa yang
berbuat jahat kepada sesamanya dengan bermulut manis,
pada akhirnya pasti akan mencelakakan dirinya sendiri.
3. Ia berusaha berbuat baik sebisanya bagi sesamanya, dan sa-
ngat berhati-hati untuk tidak menyakiti siapa pun. Hatinya sa-
ngat peka untuk menjaga nama baik sesamanya (ay. 3). Ia
tidak berbuat jahat sama sekali terhadap temannya dengan
sengaja atau direncana, tidak melukai atau mendukakan roh
temannya itu, tidak juga membahayakan kesehatan atau ke-
nyamanan tubuhnya. Ia tidak membuat rugi temannya dalam
barang kepunyaannya atau kepentingan-kepentingan duniawi-
nya, maupun keluarganya atau saudara-saudaranya. Tetapi ia
berjalan menurut peraturan emas tentang keadilan, yaitu ber-
buat sebagaimana ia ingin orang lain juga berbuat demikian
kepadanya. Ia terutama berhati-hati untuk tidak melukai
Kitab Mazmur 15:1-5
191
nama baik sesamanya, walaupun banyak orang tidak meng-
anggap ini sebagai hal yang penting, padahal mereka akan
menyakiti sesama mereka jika tidak berhati-hati. Siapa tidak
mengekang lidahnya, ia akan melukai nama baik sesamanya,
dan dengan begitu, agamanya sia-sia belaka. Ia mengetahui
betapa berharganya nama baik, dan sebab itu ia tidak menye-
barkan fitnah, tidak mencemarkan nama siapa-siapa, tidak
berkata-kata jahat tentang siapa pun, tidak menjadikan kesa-
lahan-kesalahan orang lain sebagai bahan pembicaraannya di
mana-mana, apalagi sebagai bahan permainan dan tertawaan.
Ia sama sekali tidak membicarakan kesalahan-kesalahan
orang lain itu untuk bersenang-senang, kecuali untuk memba-
ngun orang lain. Ia memperlakukan semua orang sebagai yang
terbaik, dan siapa pun tidak ada yang buruk. Ia tidak menim-
pakan cela, yaitu, tidak menimbulkan atau membuat cela. Ia
tidak memuji ataupun menyetujui fitnah, tetapi keningnya me-
ngerut terhadap lidah yang menyebarkan fitnah, dan mem-
bungkamkannya (Ams. 25:23). Jika ada tabiat jelek dari sesa-
manya diberitahukan kepadanya, atau cerita yang tidak baik
disampaikan kepadanya, maka ia akan menyanggahnya jika ia
bisa. Jika tidak bisa, maka cerita itu akan berhenti padanya
dan tidak akan tersebar kepada siapa-siapa lagi. Kasihnya
akan menutupi banyak dosa.
4. Ia yaitu orang yang menghargai manusia berdasarkan keba-
jikan dan kesalehan mereka, dan bukan dengan nama besar
yang mereka miliki di dunia (ay. 5).
(1) Ia tidak memandang kejahatan itu baik hanya sebab ke-
megahan dan semarak orang itu: di matanya orang yang
keji yaitu orang yang terkutuk (KJV). Orang fasik yaitu
orang yang keji, tidak berharga dan tidak berguna apa-apa
(begitulah arti kata keji itu), seperti dedak, seperti sekam,
dan seperti garam yang menjadi tawar. Mereka keji dalam
pilihan-pilihan mereka (Yer. 2:13), dan dalam perbuatan-
perbuatan mereka (Yes. 32:6). sebab hal inilah orang bijak
dan orang baik mengutuk mereka, bukan dengan tidak
memberi mereka penghormatan dan penghargaan sebagai
manusia, seperti yang mungkin diberikan kepada orang-
orang yang berwenang dan berkuasa (1Ptr. 2:17; Rm. 13:7),
melainkan dalam penghakiman mereka terhadap orang-
192
orang itu sesuai dengan firman Allah. Mereka sama sekali
tidak iri terhadap orang-orang itu, melainkan justru
mengasihani mereka, memandang rendah untung yang
mereka peroleh (Yes. 33:15), sebagai hal yang sama sekali
tidak berguna, dan memandang sedap-sedapan mereka
(141:4), kesenangan mereka (Ibr. 11:24-25), sebagai hal
yang hambar dan tawar. Mereka memandang rendah
pergaulan orang-orang itu (119:115; 2Raj. 3:14). Mereka
tidak mengindahkan cemoohan-cemoohan dan ancaman-
ancaman mereka, dan tidak terpancing olehnya, atau ter-
ganggu sebab nya. Mereka memandang rendah segala upa-
ya jahat orang-orang itu, sebab tidak ada dayanya (2:1, 4).
Mereka akan segera bersuka ria dalam kejatuhan orang-
orang itu (52:7-8). Allah memandang rendah orang-orang
itu, dan mereka sepemikiran dengan-Nya.
(2) Ia tidak memandang buruk kesalehan siapa saja hanya
sebab kemiskinan dan kehinaan orang itu. Ia mengetahui
orang-orang yang takut akan Tuhan. Ia menganggap kesa-
lehan yang sungguh-sungguh, di mana pun itu ditemukan,
mendatangkan kehormatan kepada manusia, dan membuat
wajahnya bersinar, lebih daripada apa yang dapat dida-
tangkan oleh kekayaan, atau kecerdasan, atau nama besar
di antara manusia. Ia menghormati orang-orang seperti itu,
menghargai mereka sangat tinggi di dalam kasih, ingin ber-
teman dan bergaul dengan mereka, dan ingin didoakan
oleh mereka. Ia senang kalau mendapat kesempatan untuk
memberi penghormatan atau berbuat jasa bagi mereka. Ia
juga gembira kalau diberi kesempatan untuk membela per-
kara mereka dan berbicara tentang mereka dengan penuh
rasa hormat. Ia bersukacita saat mereka berhasil, dan
berduka saat mereka disingkirkan. Dan, apabila mereka
sudah tiada, kenangan tentang mereka sangat mulia bagi-
nya. Semuanya ini dapat kita pakai untuk menilai diri kita
sendiri sampai batas tertentu. Aturan-aturan apa yang kita
pakai dalam menghakimi orang lain?
5. Ia yaitu orang yang selalu mengutamakan suara hati nurani
yang baik daripada kepentingan atau keuntungan duniawi apa
pun. sebab , jika ia telah berjanji dengan sumpah untuk mela-
kukan apa saja, meskipun setelah itu sangat tampak bahwa
Kitab Mazmur 15:1-5
193
apa yang disumpahkannya akan membawa kerusakan dan ke-
rugian pada harta duniawinya, ia tetap berpegang pada sum-
pahnya itu dan tidak berubah (ay. 4). Lihatlah bagaimana
lemah dan piciknya pandangan bahkan dari orang yang bijak
dan baik sekalipun kadang-kadang. Ia bersumpah walaupun
rugi, yang tidak mereka sadari saat mereka mengambil sum-
pah itu. Sekalipun demikian, lihatlah betapa kuatnya kewajib-
an sumpah itu, sehingga orang harus lebih memilih menderita
kerugian bagi dirinya sendiri atau keluarganya daripada ber-
buat salah terhadap sesamanya dengan melanggar sumpah-
nya. Sumpah yaitu hal yang suci, yang tidak boleh kita per-
mainkan dengan seenaknya.
6. Ia yaitu orang yang tidak akan menambah kekayaannya de-
ngan perbuatan-perbuatan yang tidak adil (ay. 5).
(1) Tidak dengan pemerasan: ia tidak meminjamkan uangnya
dengan makan riba supaya dapat hidup nyaman di atas
jerih payah orang lain, sementara ia masih mempunyai ke-
mampuan untuk mengembangkan kekayaannya dengan
kerja kerasnya sendiri. Ini bukanlah berarti bahwa si pem-
beri piutang telah melakukan pelanggaran hartikel m keadilan
atau kasih saat dia mendapatkan untung dari si pemin-
jam yang memakai uangnya itu. Hal ini sama saja seperti
pemilik tanah menuntut uang sewa dari penyewa tanah-
nya. Dengan keterampilan dan kerja, uang juga dapat di-
kembangkan seperti halnya tanah. Namun, penduduk Sion
akan meminjamkan dengan cuma-cuma kepada orang
miskin, menurut kemampuannya, dan tidak berlaku keras
serta ketat dalam menuntut haknya dari orang-orang yang
berkekurangan sebab penyelenggaraan Sang Pemelihara.
(2) Tidak dengan suap: ia tidak akan menerima suap melawan
orang yang tak bersalah. Jika ia bekerja di bagian layanan
pengadilan umum, ia tidak akan mencari atau mengharap-
kan keuntungan bagi dirinya sendiri dengan melakukan
sesuatu yang merugikan suatu perkara yang benar.
III. Mazmur ini diakhiri dengan suatu pengartikel han terhadap sifat
warga Sion ini. Ia seperti Gunung Sion itu sendiri, yang tidak bisa
digoyang, tetapi tetap tinggal untuk selama-lamanya (125:1). Se-
tiap anggota jemaat yang sejati dan hidup, seperti jemaat itu
194
sendiri, didirikan di atas batu karang, yang tidak bisa dikuasai
oleh alam maut: Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah
selama-lamanya, tidak akan pernah goyah. Anugerah Allah akan
selalu cartikel p baginya, untuk menjaganya tetap aman dan tidak
bercacat bagi Kerajaan Sorga. Berbagai pencobaan tidak akan me-
ngalahkannya, berbagai permasalahan tidak akan membuatnya
kewalahan, dan tidak ada yang akan dapat merampas dari dia da-
mai sejahteranya sekarang ini atau kebahagiaannya yang akan
datang.
Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus mengajar dan mem-
peringatkan diri kita sendiri, dan saling memperingatkan, supaya
masing-masing memenuhi sifat-sifat warga Sion seperti yang digam-
barkan di sini. Dengan begitu, kita tidak diusir dari kemah Allah di
bumi, dan pada akhirnya boleh tiba di gunung yang kudus itu, tem-
pat di mana kita akan berada jauh dari jangkuan pencobaan dan ba-
haya untuk selama-lamanya.
PASAL 16
azmur ini menceritakan sedikit tentang Daud, tetapi lebih
banyak tentang Kristus. Mazmur ini diawali dengan ungkapan
bakti yang bisa ditujukan kepada Kristus, tetapi diakhiri dengan
keyakinan yang begitu besar akan kebangkitan (dan begitu terperinci-
nya sampai-sampai ditegaskan bahwa kebinasaan pun akan dicegah)
yang hanya boleh ditujukan kepada Kristus, kepada Dia saja, dan
tidak bisa dipahami sebagai ditujukan kepada Daud, sebagaimana
yang telah diamati oleh Rasul Petrus dan Rasul Paulus (Kis. 2:24;
13:36). Sebab, Daud mati dan dikuburkan, dan melihat kebinasaan.
I. Daud membicarakan dirinya sendiri sebagai bagian dari
Kristus, dan sebab itulah dia mewakili semua orang Kristen
yang saleh, menyatakan keyakinannya dalam Allah (ay. 1),
kesehatiannya dengan Allah (ay. 2), kasih sayangnya kepada
umat Allah (ay. 3), ketaatannya untuk menyembah Allah de-
ngan cara yang benar (ay. 4), dan seluruh kebanggaan serta
kepuasannya di dalam Allah serta bagian yang didapatnya di
dalam Dia (ay. 5-7).
II. Dia membicarakan dirinya sendiri sebagai gambaran dari
Kristus, sehingga ia pun mewakili pribadi Kristus sendiri,
yang kepada-Nya semua bagian selebihnya dari mazmur ini
dengan jelas dan panjang lebar ditujukan (Kis. 2:25, dst.).
Daud berkata tentang Dia (dan bukan tentang dirinya sen-
diri), Aku senantiasa memandang kepada Tuhan. Dan se-
bagai seorang nabi, inilah yang ia katakan (ay. 30-31). Dia
berkata-kata,
1. Mengenai hadirat istimewa Allah yang menyertai Sang
Penebus di dalam pelayanan dan penderitaan-Nya (ay. 8).
M
196
2. Mengenai pengharapan yang akan diperoleh Sang Pene-
bus dari kebangkitan-Nya dan kemuliaan yang mengikuti
setelah itu, yang menyokong-Nya di dalam menunaikan
tugas-Nya dengan penuh sukacita (ay. 9-11).
Iman yang Mempercayai; Penyucian Diri Bagi Allah
(16:1-7)
Miktam. Dari Daud. 1 Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.
2 Aku berkata kepada TUHAN: Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik
bagiku selain Engkau! 3 Orang-orang kudus yang ada di tanah ini, mereka-
lah orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku. 4 Bertambah besar
kesedihan orang-orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut mem-
persembahkan korban curahan mereka yang dari darah, juga tidak akan
menyebut-nyebut nama mereka di bibirku. 5 Ya TUHAN, Engkaulah bagian
warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang di-
undikan kepadaku. 6 Tali pengartikel r jatuh bagiku di tempat-tempat yang per-
mai; ya, milik pusakaku menyenangkan hatiku. 7 Aku memuji TUHAN, yang
telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku
mengajari aku.
Mazmur ini diberi judul Miktam, yang diterjemahkan sebagian orang
sebagai mazmur emas, yang sangat berharga dan harus kita hargai
lebih daripada emas. Ya, bahkan lebih daripada emas murni, sebab
mazmur ini menjelaskan dengan amat jelas mengenai Kristus dan ke-
bangkitan-Nya. Dialah harta sejati yang tersembunyi di ladang Per-
janjian Lama.
I. Di sini Daud berlari ke dalam perlindungan Allah dengan keyakin-
an mendalam dan hati riang (ay. 1): Jagalah aku, ya Allah! dari
maut, dan terutama dari dosa-dosa yang terus menerus meng-
gempurku. Sebab pada-Mu, dan hanya pada-Mu saja, aku berlin-
dung. Orang-orang dengan iman menyerahkan diri ke dalam
pemeliharaan ilahi dan berserah kepada bimbingan ilahi memiliki
alasan untuk mengharap-harapkan berkat penyerahan dirinya
itu. Hal ini dapat diterapkan kepada Kristus, yang berdoa, Bapa,
selamatkanlah Aku dari saat ini, dan Ia percaya kepada Allah,
bahwa Allah akan menyelamatkan-Nya.
II. Daud menyatakan dengan sungguh rasa baktinya kepada Allah
sebagai Allahnya (ay. 2): Aku berkata kepada TUHAN: Engkaulah
Tuhanku, dan sebab itulah aku berani mempercayai-Nya.
Kitab Mazmur 16:1-7
197
Perhatikanlah:
1. Mengakui Tuhan sebagai Tuhan kita merupakan kewajiban
dan kepentingan setiap dari kita. Kita wajib tunduk kepada-
Nya, dan melekat erat kepada-Nya. Adonai berarti Penopangku,
kekuatan hatiku.
2. Hal itu harus dilakukan dengan jiwa kita: Oh jiwaku! Engkau
telah mengatakannya. Mengikat janji dengan Allah haruslah
disertai kesungguhan hati. Segala yang ada di dalam diri kita
harus ikut dilibatkan di dalamnya.
3. Orang-orang yang telah menetapkan Allah sebagai Allah me-
reka harus kerap mengingatkan diri mereka sendiri mengenai
apa yang telah mereka putuskan itu. Sudahkah engkau ber-
kata kepada Tuhan, Engkaulah Tuhanku? Katakanlah sekali
lagi, berteguhlah di dalamnya dan jangan pernah menarik
kembali ucapanmu itu. Sudahkah engkau mengatakannya?
Kecaplah penghiburan dari pengakuanmu itu dan jalanilah ke-
hidupanmu sesuai dengannya. Dia yaitu Tuhanmu, jadi sem-
bahlah Dia dan biarlah matamu selalu tertuju kepada-Nya.
III. Daud membaktikan dirinya untuk kehormatan Allah melalui pela-
yanannya bagi para orang-orang kudus (ay. 2-3): Kebajikanku
tiada sampai kepada-Mu, melainkan kepada orang-orang kudus.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang mengakui Tuhan sebagai Tuhan mereka
haruslah menjadi baik dan berbuat baik seperti Dia. Kita tidak
bisa mengharapkan kebahagiaan tanpa kebaikan.
2. Kebaikan apa pun yang ada dalam diri kita, ataupun yang bisa
kita lakukan, haruslah kita akui dengan segala kerendahan
hati bahwa hal itu tiada sampai kepada Allah, sehingga kita
tidak memiliki alasan untuk berpikir bahwa kita berjasa kare-
nanya. Allah tidak memerlukan pelayanan kita, Dia tidak di-
untungkan sebab nya, dan segala yang kita buat juga tidak
akan sanggup menambah apa pun pada kesempurnaan dan
berkat-Nya yang tidak terbatas. Manusia yang paling bijak-
sana, paling baik dan paling berguna di dunia pun tidak meng-
untungkan Allah (Ayb. 22:2; 35:7). Allah itu jauh melampaui
kita dan berbahagia tanpa kita, dan kebaikan apa saja yang
kita lakukan semuanya bersumber dari Dia. sebab itulah,
198
kita berutang kepada-Nya dan bukan sebaliknya. Daud meng-
akui hal ini (1Taw. 29:14), dari tangan-Mu sendirilah persem-
bahan yang kami berikan kepada-Mu.
3. Jika Allah ialah Allah kita, maka kita harus berbuat kebaikan
kepada orang-orang kepunyaan-Nya, demi kemuliaan nama-
Nya, yaitu kepada orang-orang kudus di tanah ini. Sebab, Dia
selalu berkenan dan menganggap setiap perbuatan yang kita
lakukan bagi mereka sebagai perbuatan yang kita lakukan
bagi diri-Nya sendiri, sebab Dia telah menunjuk mereka seba-
gai penerima kebaikan itu.
Perhatikanlah:
(1) Ada orang-orang kudus di muka bumi ini. Dan kita semua
haruslah menjadi orang-orang kudus di bumi ini, atau kita
tidak akan pernah menjadi orang-orang kudus di sorga.
Orang-orang yang diperbarui dengan anugerah Allah dan
mengabdi demi kemuliaan Allah yaitu orang-orang kudus
di tanah ini.
(2) Orang-orang kudus di tanah ini merupakan orang-orang
yang hebat, mulia, gagah perkasa, akan tetapi sebagian
dari mereka begitu miskin di mata dunia sampai-sampai
Daud harus mengulurkan kebaikannya kepada mereka.
Allah menjadikan mereka hebat oleh anugerah yang Ia
berikan kepada mereka. Orang yang benar itu terlebih mulia
adanya dari pada segala kawannya, dan sebab itulah
Allah menganggap mereka hebat. Mereka berharga di mata-
Nya dan terpandang. Mereka yaitu permata-Nya, harta-
Nya yang istimewa. Allah mereka yaitu kemuliaan mere-
ka, dan merupakan mahkota kecantikan bagi mereka.
(3) Semua orang yang telah menjadikan Tuhan sebagai Allah
mereka bersuka atas orang-orang kudus-Nya dan meng-
anggap mereka hebat, sebab mereka mengenakan gam-
baran-Nya dan sebab Dia mengasihi mereka. Daud, mes-
kipun ia yaitu seorang raja, bersekutu dengan semua
orang yang takut kepada Allah (Mzm. 119:63), bahkan yang
termiskin sekalipun, yang menandakan bahwa ia bersuka
atas mereka.
(4) Bersuka saja atas orang-orang kudus itu tidaklah cartikel p
bagi kita, tetapi, setiap kali ada kesempatan, kita harus
Kitab Mazmur 16:1-7
199
melayangkan kebaikan kita kepada mereka. Kita harus
selalu siap sedia untuk menunjukkan kebaikan kita setiap
kali mereka memerlukannya, menolong mencartikel pi kebu-
tuhan mereka, dan melimpahi mereka dengan pekerjaan
kasih. Semua ini dapat diterapkan kepada Kristus. Kesela-
matan yang Ia kerjakan bagi kita tidaklah mendatangkan
keuntungan bagi Allah, sebab kebinasaan kita tidak akan
merugikan-Nya. Akan tetapi, kebaikan dan berkat dari ke-
selamatan itu sampai kepada kita umat manusia, yang
menjadi kesenangan-Nya (Ams. 8:31). Bagi merekalah, kata-
Nya, Aku menguduskan diri-Ku (Yoh. 17:19). Kristus saja
bersuka atas orang-orang kudus di bumi ini, dengan segala
kelemahan dan kekurangan mereka yang beraneka ragam.
Jadi beralasanlah bagi kita untuk berbuat serupa.
IV. Daud menolak pemujaan terhadap segala allah palsu dan segenap
persekutuan dengan para penyembahnya (ay. 4).
Di sini:
1. Dia menyatakan kutukan yang akan menimpa para penyem-
bah berhala, yang bergiat memburu allah lain, tergila-gila ke-
pada berhala-berhala mereka dan terus mengejar mereka se-
akan-akan berhala-berhala itu akan lolos dari mereka: Bertam-
bah besar kesedihan mereka, baik oleh sebab penghakiman
dari Allah yang benar, yang mereka timpakan sendiri sebab
meninggalkan-Nya, maupun oleh sebab kekecewaan terhadap
ilah-ilah palsu yang mereka puja. Orang-orang yang menyem-
bah banyak ilah mendatangkan banyak kedukaan pula bagi
diri sendiri. Sebab, siapa pun yang berpikir bahwa satu Allah
itu tidak cartikel p, dia akan menemukan bahwa dua ilah justru
terlalu banyak, tetapi masih juga akan merasa seratus ilah
tidak cartikel p-cartikel p pula.
2. Dia mengumandangkan tekadnya untuk tidak berurusan apa
pun dengan mereka dan dengan pekerjaan kegelapan mereka
yang sia-sia: Tiada aku mau mencucurkan persembahan mi-
numan mereka itu yang dari pada darah adanya. Bukan saja
sebab korban curahan itu dipersembahkan kepada ilah-ilah
palsu, tetapi juga sebab korban curahan itu sendiri begitu
menjijikkan. sebab darah itu sifatnya menebus, meminum-
200
nya di mezbah Allah benar-benar merupakan sebuah tindakan
terlarang, sehingga persembahan minuman dilakukan dengan
anggur. Akan tetapi Iblis menyuruh para pemujanya meminum
darah korban untuk mengajari mereka supaya menjadi kejam.
Aku tidak sudi memiliki urusan apa pun (kata Daud) de-
ngan ilah-ilah yang haus darah itu, bahkan juga tidak akan
menyebut-nyebut nama mereka di bibirku dengan rasa senang
ataupun rasa hormat. Demikianlah kita juga harus membenci
berhala dan penyembahan berhala dengan kebencian yang
menyala-nyala. Beberapa orang menganggap hal tersebut juga
berkaitan dengan Kristus dan tugas yang diemban-Nya. Tugas-
Nya menunjukkan sifat dari korban yang Ia persembahkan
(korban itu bukanlah darah lembu dan kambing yang diper-
sembahkan sesuai dengan hartikel m Taurat. Korban seperti itu
tidak pernah dipanggil namanya, bahkan tidak pernah dise-
but-sebut oleh-Nya. Korban itu tiada lain yaitu darah-Nya
sendiri). Tugas-Nya itu juga menunjukkan kedukaan berlipat
ganda yang dialami orang-orang Yahudi yang tidak percaya,
yang bergiat mengejar raja lain, yaitu kaisar, dan masih juga
terus bertekun menantikan mesias yang lain, yang sia-sia saja
mereka cari.
V. Daud mengulangi keputusan bulatnya dalam memilih Allah seba-
gai bagian dan sukacitanya (ay. 5). Ia menikmati penghiburan
yang ditimbulkan oleh pilihannya itu (ay. 6), dan memberi kemu-
liaan kepada Allah atas pilihannya itu (ay. 7). Perkataannya itu
benar-benar menggambarkan bahasa jiwa yang saleh dan berbakti
sedalam-dalamnya.
1. Memilih Tuhan sebagai bagian dan sukacitanya. Kebanyakan
manusia menjadikan dunia sebagai sumber kebaikan baginya
dan menempatkan kebahagiaan mereka di dalam kenikmatan
akan dunia itu. Tetapi, inilah yang kukatakan, Ya Tuhan,
Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, bagian yang kupilih
dan hendak kupertahankan dengan penuh sukacita, tidak
peduli betapa miskinnya keadaanku di dunia ini. Biarlah aku
memiliki kasih dan kebaikan Allah dan diterima oleh-Nya. Se-
moga aku mendapatkan penghiburan di dalam persekutuan
dengan Allah dan dipuaskan oleh anugerah dan penghiburan
yang datang dari-Nya. Semoga aku mendapat bagian di dalam
Kitab Mazmur 16:1-7
201
janji-janji-Nya, dan berhak atas hidup dan kebahagiaan kekal
di masa akan datang. Dengan demikian, sudahlah cartikel p bagi-
ku, tidak ada yang aku perlukan lagi, tiada yang aku inginkan
lagi, untuk menyempurnakan kebahagiaanku. Jika kita ingin
berbuat baik dan bijak bagi diri kita sendiri, maka kita harus
menerima Allah, di dalam Kristus, sebagai,
(1) Bagian warisan kita di dunia yang lain. Sorga merupakan
sebuah warisan. Di sana, Allah sendiri menjadi warisan
bagi orang-orang kudus, dan menikmati Dia merupakan
kebahagiaan yang kekal buat mereka. Kita harus mengang-
gap sorga sebagai warisan kita, rumah kita, tempat peristi-
rahatan kita, kekekalan kita yang indah dan abadi, dan
memandang dunia ini tidak lebih dari sebuah negeri yang
terbentang di tengah-tengah perjalanan kita.
(2) Bagian dari piala kita di dunia ini, yang menguatkan, me-
nyegarkan, dan mencegah kita dari kelesuan. Orang-orang
yang tidak memiliki Allah sebagai bagian mereka yaitu
orang-orang yang tidak menganggap penghiburan dari-Nya
sebagai kebaikan yang paling menyegarkan, dan sebab itu
tidak mengenalnya dan memanfaatkannya untuk mengim-
bangi dukacita dan untuk meringankan cawan pahit pen-
deritaan saat ini.
2. Mempercayai Dia untuk mengamankan bagian kita itu: Eng-
kau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan ke-
padaku. Engkau yang melalui perjanjian sudah memberi diri-
Mu kepadaku, untuk menjadi milikku, juga melaksanakan apa
yang telah Engkau janjikan kepadaku, dan tidak akan pernah
membiarkanku kehilangan kebahagiaan ini, juga tidak akan
pernah membiarkan kuasa musuh merenggutnya dariku. Ti-
dak ada yang dapat merebutku dari tangan-Mu atau memisah-
kanku dari kasih-Mu dari belas kasih-Mu bagi Daud. Orang-
orang kudus dan kebahagiaan mereka dipelihara oleh kuasa
Allah.
3. Bersuka atas bagian ini dan berpuas di dalamnya (ay. 6): Tali
pengartikel r jatuh bagiku di tempat-tempat yang permai. Orang-
orang yang memiliki Allah sebagai bagian mereka mempunyai
alasan untuk berkata seperti itu. Mereka memiliki bagian yang
berharga, milik pusaka yang menyenangkan hati. Apa lagi
202
yang lebih baik dari itu? Apa lagi yang dapat mereka ingini
lebih dari itu? Kembalilah tenang, hai jiwaku, tidak perlu men-
cari-cari lagi. Perhatikanlah, orang-orang yang penuh dengan
anugerah tidak pernah menginginkan sesuatu yang lagi selain
Allah, meskipun mereka masih mengingini Allah lebih dalam
lagi. Mereka telah dipuaskan oleh kebaikan kasih-Nya, puas
dengan melimpah hingga tidak mengingini kesenangan daging
atau hiburan dan kenikmatan indrawi, melainkan selalu ber-
bahagia dengan apa yang mereka miliki itu. Mereka yakin
akan bahagia sempurna dengan apa yang mereka harapkan.
sebab itulah, orang-orang yang undinya dibuang di tanah
yang terang seperti undi Daud, di lembah penglihatan di mana
Allah dikenal dan disembah, memiliki alasan kuat untuk ber-
kata, Tali pengartikel r jatuh bagiku di tempat-tempat yang per-
mai. Maka, terlebih lagi yang terjadi pada orang-orang yang
bukan saja memiliki sarana, tetapi juga tujuan, bukan hanya
tanah Imanuel, tetapi juga kasih Imanuel.
4. Mengucap syartikel r kepada Allah sebab itu, dan juga atas anu-
gerah yang telah memampukan dia untuk mengambil pilihan
yang bijak dan penuh sukacita ini (ay. 7): Aku memuji TUHAN,
yang telah memberi nasihat kepadaku, yaitu nasihat untuk
menjadikan-Nya sebagai bagianku dan sukacitaku. Kita ini
memang begitu bodoh dan bebal, sehingga jika kita dibiarkan
sendirian, hati kita tentu akan mengikuti mata kita dan kita
akan memilih semua khayalan kita serta mengabaikan belas
kasihan dengan cara menukarnya dengan segala dusta yang
sia-sia. sebab itulah, jika kita telah memilih Allah sebagai
bagian dan berkat rohani kita yang kekal, lebih daripada hal-
hal yang bersifat sementara saja, kita harus mengakui dengan
penuh rasa syartikel r, kuasa dan kebaikan anugerah ilahi yang
sudah membimbing dan memampukan kita untuk membuat
pilihan seperti itu. Jika kita menikmati kesenangan seperti itu,
biarlah Allah juga menikmati pujian atasnya.
5. Mempergunakannya dengan baik. Setelah Allah memberinya
nasihat melalui firman dan Roh-Nya, batin-nya (pikiran-pikir-
annya sendiri) juga mengarahkan dia di malam hari. Saat dia
berdiam diri dan sendirian, menyepi dari dunia ini, saat itulah
hati nuraninya (yang di sini disebut batin, Yer. 17:10) tidak ha-
nya mengingat kembali dengan sukacita pilihan yang telah
Kitab Mazmur 16:8-11
203
ia buat itu, tetapi juga membimbing dan menegurnya menge-
nai tugas-tugas yang harus dikerjakannya sesuai pilihannya
itu. Hati nuraninya mengujinya dan membangkitkan serta me-
nyemangati dia untuk hidup sebagai orang yang memiliki Allah
sebagai bagiannya, untuk hidup dengan iman mengandalkan
Dia dan hidup bagi Dia. Orang-orang yang memiliki Allah se-
bagai bagian mereka, dan yang mau setia kepada-Nya, harus-
lah mengizinkan hati nurani mereka untuk berlaku setia dan
berterus terang kepada mereka.
Semua itu dapat diterapkan kepada Kristus, yang menjadikan
Tuhan sebagai bagian-Nya dan yang bersuka dengan bagian-Nya itu.
Ia menjadikan kemuliaan Bapa-Nya sebagai tujuan-Nya yang terting-
gi. Makanan dan minuman-Nya yaitu mencari dan melakukan ke-
hendak-Nya. Ia bersukacita melaksanakan tugas-Nya dan patuh ter-
hadap nasihat Bapa-Nya. Ia mengandalkan-Nya untuk meneguhkan
bagian-Nya dan untuk menyertai Dia di sepanjang pelaksanaan tu-
gas-Nya. Kita juga bisa menerapkan semuanya ini bagi diri kita sen-
diri dengan menyanyikan ayat-ayat mazmur ini, sambil memperbarui
kembali pilihan kita akan Allah sebagai milik kita dengan kepuasan
dan kebahagiaan yang kudus.
Nubuatan Mengenai Mesias;
Penderitaan dan Kemuliaan Kristus Setelahnya
(16:8-11)
8 Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; sebab Ia berdiri di sebelah
kananku, aku tidak goyah. 9 Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku ber-
sorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; 10 sebab Engkau
tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang
Kudus-Mu melihat kebinasaan. 11 Engkau memberitahukan kepadaku jalan
kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-
Mu ada nikmat senantiasa.
Semua ayat di atas dikutip oleh Rasul Petrus dalam khotbahnya yang
pertama, setelah Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta (Kis.
2:25-28). Dengan jelas Petrus mengatakan kepada kita bahwa Daud
berbicara tentang Kristus, terutama mengenai kebangkitan-Nya. Kita
bisa saja mengartikan ayat-ayat ini sebagai ungkapan Daud sendiri,
yang menggambarkan kasihnya yang begitu dalam kepada Allah, dan
bagaimana ia menggantungkan diri kepada anugerah-Nya untuk me-
204
nyempurnakan segala sesuatu bagi dia. Dan bahwa Daud menanti-
nantikan pengharapan yang penuh berkat itu dan keadaan yang
berbahagia nanti dalam kehidupan setelah mati saat ia menikmati
Allah saat ini. Akan tetapi, di dalam ungkapan hatinya terhadap Allah
dan sorga ini, Daud dibawa oleh Roh nubuatan jauh melebihi dirinya
sehingga ia tidak saja merenung mengenai dirinya dan perkaranya
sendiri. Sebaliknya, ia menubuatkan mengenai Mesias, dengan ung-
kapan-ungkapan yang hanya berlaku khusus untuk Mesias, dan
tidak bisa diartikan sebagai penjelasan mengenai dirinya sendiri. Per-
janjian Baru memperlengkapi kita dengan sebuah kunci untuk mem-
buka misteri bait-bait tersebut.
I. Pastilah ayat-ayat ini haruslah diterapkan bagi Kristus. Mengenai
Dialah sang nabi mengatakan hal itu, seperti juga yang dilakukan
banyak nabi lainnya dalam Perjanjian Lama, yang memberi kesak-
sian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan
tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu (1Ptr. 1:11),
dan inilah yang menjadi pokok dari nubuatan ini. Sudah dinu-
buatkan (seperti yang Ia sendiri telah tunjukkan mengenai hal ini,
tidak diragukan lagi, di antara nubuatan-nubuatan lain dalam
mazmur ini, Luk. 24:44, 46) bahwa Kristus akan menderita dan
bangkit dari antara orang mati (1Kor. 15:3-4).
1. Bahwa Dia harus menderita dan mati. Hal ini tersirat saat
Daud berkata (ay. 8), Aku tidak goyah, yang menunjukkan
bahwa Kristus akan diserang dan diperlakukan dengan amat
semena-mena seperti yang terjadi sesaat sebelum Ia mati, saat
jiwa-Nya sangat merana, dan waktu Ia berdoa supaya cawan
itu dilalukan dari-Nya. Saat Daud berkata, Tubuhku akan
diam, sebenarnya hal itu berarti bahwa Kristus harus mele-
paskan raga-Nya dan sebab itulah Dia harus mengalami se-
gala kesakitan maut. Hal itu juga dengan jelas menegaskan
bahwa jiwa-Nya harus dipisahkan dari tubuh-Nya, dan tubuh-
Nya yang dicampakkan itu terancam bahaya harus melihat ke-
binasaan, yakni bahwa Dia bukan saja harus mati, melainkan
juga harus dikuburkan dan tinggal beberapa saat di bawah
kuasa maut.
2. Bahwa Dia akan disokong dengan cara yang ajaib oleh kuasa
ilahi di dalam penderitaan dan saat sekarat-Nya.
Kitab Mazmur 16:8-11
205
(1) Bahwa Dia tidak goyah, tidak akan terlempar keluar dari
tugas-Nya ataupun tenggelam di bawah beban berat tugas-
Nya itu. Dia tidak akan menjadi pudar dan tidak akan pa-
tah terkulai (Yes. 42:4), melainkan akan terus bertahan di
dalam tugas-Nya sampai Dia dapat berkata, Sudah selesai.
Meskipun pelayanan itu sulit dan perseteruannya begitu
sengit, dan Dia harus mengirik anggur sendirian, Dia tidak
goyah atau menyerah, melainkan menjadikan muka-Nya
seolah-olah batu besi (Yes. 50:7-9). Inilah Aku, biarkanlah
mereka ini pergi. Bahkan,
(2) Hati-Nya akan bersuka dan kemuliaan-Nya bergembira,
bahwa Dia akan melanjutkan tugas-Nya, bukan saja de-
ngan tekad yang kuat, tetapi juga dengan penuh kegirang-
an dan dengan kepuasan serta kesenangan yang tiada ter-
perikan. Camkanlah perkataan-Nya ini (Yoh. 17:11), Aku
tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi Aku datang kepada-
Mu, dan juga (Yoh. 18:11), Bukankah Aku harus minum ca-
wan yang diberikan Bapa kepada-Ku? Dan banyak lagi per-
kataan lain yang serupa. Kemuliaan-Nya itu artinya lidah-
Nya, seperti yang tampak dalam Kisah Para Rasul 2:26 (TL).
Sebab lidah kita yaitu kemuliaan kita, dan memang demi-
kian adanya saat lidah itu dipergunakan untuk memper-
muliakan Allah. Ada tiga hal yang menyokong dan mene-
guhkan Dia untuk tetap bersukacita:
[1] Rasa hormat-Nya kepada kehendak dan kemuliaan
Bapa-Nya di dalam segala hal yang Ia perbuat: Aku se-
nantiasa memandang kepada TUHAN. Dia masih me-
musatkan pandangan-Nya kepada perintah Bapa-Nya
(Yoh. 10:18, 14:31) dan kehendak Dia yang mengutus-
Nya. Tujuan utama-Nya yaitu kehormatan Bapa-Nya
dan pemulihan kepentingan kerajaan-Nya di antara
umat manusia. Hal inilah yang membuat-Nya tidak ter-
goyahkan oleh kesulitan-kesulitan yang Ia hadapi. Se-
bab, Dia selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan
hati Bapa-Nya.
[2] Keyakinan teguh yang Ia miliki mengenai kehadiran
Bapa bersama-Nya di dalam penderitaan-Nya: Ia berdiri
di sebelah kananku, pertolongan yang selalu tersedia
bagi-Ku, dekat setiap kali dibutuhkan. Dia yang menya-
206
takan aku benar telah dekat (Yes. 50:8). Ia berdiri di
sebelah kanan-Ku, untuk mengarahkan dan menguat-
kan tangan-Ku, serta menopangnya (Mzm. 89:22). Saat
jiwa-Nya sedang menderita, seorang malaikat dikirim-
kan dari sorga untuk memberi kekuatan kepada-Nya
(Luk. 22:43). Berkat kekuatan itulah maka kemenangan
terjadi di kayu salib. Tuhan yang berdiri di sebelah ka-
nan-Nyalah yang meremukkan raja-raja (Mzm. 110:5;
Yes. 52:1-2).
[3] Ia menanti-nantikan kemuliaan yang akan terjadi sete-
lah penderitaan-Nya. Demi sukacita yang disediakan
bagi Dialah, maka Ia tekun memikul salib-Nya (Ibr. 12:2).
Dia diam dalam pengharapan, dan hal itu membuat
tempat kediamannya menjadi mulia (Yes. 11:10). Dia
tahu bahwa Dia akan dibenarkan di dalam Roh melalui
kebangkitan-Nya, dan segera dipermuliakan sesudah-
nya (Yoh. 13:31-32).
3. Bahwa Dia pasti dibawa melewati semua penderitaan-Nya, dan
dilepaskan dari kuasa maut melalui kebangkitan-Nya yang
mulia.
(1) Supaya jiwa-Nya tidak dicampakkan di neraka. Artinya,
jiwa manusia-Nya tidak harus tercampak terlalu lama se-
bagaimana yang biasanya terjadi pada jiwa-jiwa manusia,
dalam keadaan terpisah dari tubuh, tetapi hanya sesaat
saja. Jiwa-Nya kembali dan dipersatukan dengan tubuh-
Nya lagi, dan tidak akan pernah dipisahkan lagi.
(2) Supaya sebagai Yang Kudus dan istimewa dari Allah, yang
telah dikuduskan untuk melakukan pekerjaan penebusan
dan bebas sama sekali dari dosa, Dia tidak perlu melihat
atau merasakan kebinasaan. Hal ini menyiratkan bahwa
Dia bukan saja akan dibangkitkan dari kubur, tetapi juga
dibangkitkan dengan segera supaya jasad-Nya tidak mem-
busuk, yang pastinya akan terjadi secara alami, jika saja
Dia tidak bangkit pada hari ketiga. Kita yang memiliki ba-
nyak kebusukan di dalam jiwa kita pastilah memiliki tubuh
yang juga akan membusuk (Ayb. 24:19). Akan tetapi, Yang
Kudus dari Allah, yang tidak mengenal dosa, tidak melihat
kebinasaan. Berdasarkan hartikel m Taurat, bagian-bagian
Kitab Mazmur 16:8-11
207
korban yang tidak dibakar di mezbah dilarang keras untuk
disimpan sampai hari ketiga, sebab jika tidak begitu, bagi-
an-bagian itu akan menjadi busuk (Im. 7:15, 18). Hal itu
mungkin dapat menjelaskan mengapa Kristus bangkit pada
hari ketiga, yaitu supaya Ia tidak melihat kebinasaan juga
supaya tidak ada satu pun tulang-Nya yang dipatahkan.
4. Bahwa Dia akan memperoleh upah berlimpah-limpah sebagai
ganti penderitaan-Nya, dengan mendapatkan sukacita yang di-
persiapkan bagi Dia (ay. 11).
Dia sungguh yakin:
(1) Bahwa Dia tidak akan melewatkan kemuliaan-Nya: Eng-
kau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan dan mem-
bimbing-Ku kepada kehidupan melalui lembah kekelaman
ini. Yakin dengan ini, maka saat Ia menyerahkan nyawa-
Nya Ia pun berkata, Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserah-
kan nyawa-Ku. Sebelum itu pun Dia juga berkata, ya Bapa,
permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri.
(2) Bahwa Dia akan diterima ke dalam hadirat Allah, untuk
duduk di sebelah kanan-Nya. Penerimaan diri-Nya di hadi-
rat Allah itu merupakan penerimaan atas pelayanan-Nya,
dan kedudukan-Nya di sebelah kanan Allah merupakan im-
balan atas pelayanan-Nya itu.
(3) Oleh sebab itu, sebagai upah dari segala duka yang Ia
alami demi penebusan kita, maka sudah selayaknya pula
jika Dia mendapatkan sukacita berlimpah-limpah, dan nik-
mat senantiasa. Ia bukan saja mendapatkan kemuliaan
yang telah Ia miliki sebagai Allah, yaitu yang dimilikinya
bersama Allah sebelum dunia dijadikan, tetapi juga suka-
cita dan nikmat sebagai Sang Pengantara, yaitu dengan
melihat keturunan-Nya dan keberhasilan serta kejayaan
tugas yang telah Dia lakukan (Yes. 53:10-11).
II. sebab Kristus merupakan Sang Kepala dari tubuh, yaitu jemaat,
maka sebagian besar ayat-ayat di atas bisa diterapkan juga ke-
pada semua orang Kristen yang saleh, yang dibimbing dan dige-
rakkan oleh Roh Kristus. Maka dengan menyanyikan mazmur itu
saat kita terlebih dulu memberikan kemuliaan kepada Kristus
yang di dalam-Nya telah tergenapi seluruh mazmur itu, kita dapat
208
mendorong dan membangun diri kita sendiri serta satu sama lain
dengan ayat-ayat itu, dan dengan begitu dapat belajar,
1. Bahwa merupakan hikmat dan tugas kita untuk senantiasa
menempatkan Tuhan di depan kita dan memandang Dia terus-
menerus di sebelah kanan kita di mana pun kita berada. Kita
harus memandang Dia sebagai tujuan kita yang paling utama
dan mulia. Memandang Dia sebagai pemilik, penguasa dan ha-
kim kita, sebagai pelindung kita yang baik, pembimbing kita
yang benar dan pengawas kita yang tegas. Dan, saat kita mela-
kukan semua itu, kita tidak akan tergoyahkan, baik dari tugas
kita maupun dari penghiburan yang kita miliki. Paulus yang
terberkati itu pun senantiasa memandang kepada Tuhan se-
hingga sekalipun belenggu dan kesukaran menanti dia, dia
masih dapat berkata dengan berani, Aku tidak menghiraukan
nyawaku sedikit pun (Kis. 20:24).
2. Bahwa, jika mata kita terarah kepada Allah, maka hati dan
lidah kita pun dapat bersuka di dalam Dia. Kalau tidak begitu,
maka kesalahan ada dalam diri kita sendiri. Jika hati kita ber-
suka di dalam Allah, maka dari kelimpahan sukacita itu biar-
lah mulut kita juga memuliakan-Nya dan membangun orang
lain.
3. Bahwa orang-orang Kristen yang sedang menghadapi maut,
seperti juga Kristus pada saat Ia hampir mati, dapat dengan
penuh kegirangan menanggalkan tubuh mereka dalam keya-
kinan dan pengharapan akan kebangkitan yang penuh suka-
cita: Bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram. Tubuh kita
hanya dapat beristirahat sejenak saja di dunia ini, tetapi di
dalam kubur tubuh kita akan mendapat perhentian di atas
tempat tidurnya (Yes. 57:2). Hanya ada sedikit saja yang bisa
kita harapkan dari kehidupan yang sekarang ini, tetapi kita
bisa tinggal di dalam pengharapan akan kehidupan yang lebih
baik. Kita dapat menanggalkan tubuh kita dengan berbekal-
kan pengharapan itu. Kematian menghancurkan harapan ma-
nusia (Ayb. 14:19), tetapi bukan harapan seorang Kristen yang
baik (Ams. 14:32, TL). Ia memiliki harapan dalam kematiannya,
harapan-harapan yang hidup pada masa-masa menjelang ke-
matiannya, pengharapan bahwa tubuhnya tidak akan dicam-
pakkan di dalam kubur selamanya. Sebaliknya, meskipun tu-
buh itu akan melihat kebinasaan untuk sementara waktu, ia
Kitab Mazmur 16:8-11
209
akan dibangkitkan ke dalam kekekalan pada akhir zaman
nanti. Kebangkitan Kristus merupakan jaminan bagi kita jika
kita menjadi milik-Nya.
4. Bahwa orang-orang yang hidup di dalam kesalehan dengan se-
nantiasa memandang Allah juga akan mati dengan cara yang
nyaman, dengan memandang sorga. Di dunia ini kedukaan
menjadi bagian kita, tetapi di sorga ada sukacita. Segala suka-
cita kita di sini hampa dan mudah rusak, tetapi di sorga ada
kepenuhan sukacita. Segala kesenangan kita di sini hanya
sementara dan mudah menguap, sebab memang demikian
sifatnya sehingga tidak berlangsung lama. Akan tetapi, di se-
belah kanan Allah terdapat segala kesenangan yang kekal. Se-
bab, segala kesenangan itu yaitu kesenangan jiwa-jiwa yang
abadi yang dapat langsung melihat dan menikmati Allah yang
kekal.
PASAL 17
i dalam mazmur ini, Daud, yang sedang mengalami kesusahan
besar dan terancam bahaya akibat kejahatan musuh-musuh-
nya, berserah diri melalui doa kepada Allah, tempat bernaungnya
y