Mazmur-1-50 5

Rabu, 09 Juli 2025

Mazmur-1-50 5


 


pun disebut dalam Kitab 

Suci sebagai seorang yang hina (Dan. 11:21). Namun, buruk-

lah suatu kerajaan apabila orang-orang demikian yang justru 

dipilih. Tidak mengherankan jika kefasikan kemudian tumbuh 

menjadi kurang ajar dan semena-mena. Jika orang fasik me-

merintah, berkeluhkesahlah rakyat.    

II. Marilah sekarang kita lihat, dengan pikiran-pikiran baik apa kita 

diperlengkapi di sini untuk masa-masa yang buruk seperti itu. 

Dan ingat, masa-masa seperti apa yang masih akan kita hadapi 

nanti, tidak dapat kita katakan. Namun, apabila masa-masa men-

jadi buruk seperti yang kita lihat di atas, maka akan menghibur 

jika kita berpikir,  

1.  Bahwa kita mempunyai Allah yang dapat kita datangi, yang 

dari-Nya kita dapat meminta dan mengharapkan pemulihan 

terhadap segala keluhan kita. Ini dimulai Daud dengan (ay. 2): 

“Tolonglah kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah habis. 

Semua pertolongan dan penolong yang lain tidak berhasil. 

Bahkan orang saleh dan orang yang setia, yang seharusnya 

mengulurkan tangan untuk membantu mendartikel  ng kepenting-

an agama yang sekarat pun kini telah lenyap, dan oleh sebab   

itu, ke manakah kami akan mencari pertolongan kecuali kepa-

da-Mu?” Perhatikanlah, apabila orang saleh dan orang yang 

setia telah habis dan tidak berhasil, maka sekaranglah waktu-

nya untuk berseru, “Tolonglah kiranya, Tuhan!” Merebaknya 

kejahatan mengancam datangnya air bah. “Tolonglah kiranya, 

Tuhan, tolonglah orang-orang yang baik. Hanya ada sedikit 

orang saja yang tetap berpegang pada kejujuran dan janji me-

reka, dan berdiri teguh di tengah perubahan. Tolong selamat-

kanlah kepentingan-Mu sendiri di dunia supaya tidak teng-

gelam. Waktu bagi-Mu untuk bertindak telah tiba, ya TUHAN.”  

2. Bahwa Allah pasti akan berurusan dengan orang-orang yang 

penuh kepalsuan dan congkak, dan akan menghartikel  m serta 

 Kitab Mazmur 12:1-9 

 165 

mengekang tindakan semena-mena mereka. Mereka tidak bisa 

dikendalikan oleh manusia dan suka menantang. Manusia 

tidak dapat mencerna kepalsuan orang-orang yang menyan-

jung mereka, atau merendahkan kecongkakan orang-orang 

yang bercakap besar. Tetapi Allah yang benar akan mengerat 

segala bibir yang manis, yang memberikan ciuman pengkhia-

nat, dan yang berkata-kata lebih lembut daripada minyak 

sementara hatinya penuh dengan peperangan. Dia akan men-

cabut setiap lidah yang bercakap besar melawan Allah dan 

agama (ay. 3). Sebagian orang menerjemahkannya sebagai doa, 

“Semoga Allah mengerat segala bibir yang palsu dan penuh ke-

bencian.” Biarlah bibir dusta menjadi kelu.  

3. Bahwa Allah pada waktunya akan memberikan pembebasan 

bagi umat-Nya yang tertindas, dan melindungi mereka dari 

rancangan-rancangan keji para penganiaya mereka (ay. 6): se-

karang juga Aku bangkit, firman TUHAN. Janji Allah ini, yang 

disampaikan Daud di sini dengan roh nubuat, merupakan ja-

waban terhadap permohonan yang dipanjatkannya kepada 

Allah dengan roh doa. “Tolonglah kiranya, Tuhan,” katanya, 

“Ya, Aku akan menolongmu,” firman Allah. “Inilah Aku, de-

ngan pertolongan-Ku yang tepat waktu dan yang pasti ber-

hasil.”  

(1) Pertolongan itu datang pada waktunya, pada waktu yang 

paling tepat.  

[1] saat   para penindas berada di puncak kesombongan 

dan kesemena-menaan mereka – saat   mereka berkata, 

“Siapakah tuan atas kami?” – maka sudah tiba waktu-

nya bagi Allah untuk memberi tahu mereka, yang akan 

membawa kerugian bagi diri mereka sendiri, bahwa Dia 

ada di atas mereka.  

[2] saat   kaum tertindas berada dalam kesusahan dan ke-

sengsaraan mereka yang paling dalam, saat   mereka 

berkeluh kesah seperti Israel di Mesir oleh sebab   per-

budakan yang kejam, maka tibalah waktunya bagi Allah 

untuk menampakkan diri kepada mereka, seperti ke-

pada Israel saat   mereka ditindas sejadi-jadinya dan 

Firaun ditinggikan setinggi-tingginya. Sekarang juga 

Aku bangkit. Perhatikanlah, ada waktu yang sudah dite-


 166

tapkan untuk menyelamatkan orang-orang tidak bersa-

lah yang tertindas. Waktunya akan tiba, dan kita boleh 

yakin bahwa waktu itulah yang paling tepat (102:14).  

(2) Pertolongan-Ku itu pasti berhasil: Aku memberi keselamat-

an kepadanya, atau keamanan, tidak hanya melindungi-

nya, tetapi juga memulihkannya ke dalam kemakmurannya 

yang semula, dan akan mengeluarkannya sehingga bebas 

(66:12, KJV: membawanya ke tempat yang kaya – pen.). De-

ngan begitu, pada akhirnya, ia tidak akan kehilangan apa 

pun dengan penderitaan-penderitaannya itu. 

4.  Bahwa, meskipun manusia penuh kepalsuan, Allah tetap se-

tia. Sekalipun mereka tidak bisa dipercaya, Allah bisa. Mereka 

mengatakan hal-hal yang besar dan memberikan sanjungan-

sanjungan yang kosong, namun janji TUHAN yaitu   janji yang 

murni (ay. 7, KJV: firman Tuhan yaitu   firman yang murni – 

pen.), tidak hanya benar melainkan juga murni, seperti perak 

yang dipanaskan di perapian atau di tempat peleburan logam. 

Ini menunjukkan,  

(1) Ketulusan firman Allah. Segala sesuatu benar-benar sama 

seperti apa yang digambarkan di sana, dan tidak sebalik-

nya. Firman itu tidak main-main dengan kita, tidak dipak-

sakan kepada kita, juga tidak mempunyai rancangan apa 

pun terhadap kita selain untuk kebaikan kita sendiri.  

(2)  Berharganya firman Allah. Nilainya secara hakiki sangat 

besar, seperti perak yang dimurnikan sampai semurni-

murninya. Tidak ada apa pun di dalamnya yang dapat 

membuat nilainya turun.  

(3)  Banyaknya bukti yang sudah diberikan tentang kuasa dan 

kebenarannya. Firman itu sudah sering kali diuji, semua 

orang kudus di sepanjang abad telah mempercayainya dan 

dengan demikian telah mengujinya, dan firman itu tidak 

pernah menipu mereka atau membuat mereka kecewa de-

ngan pengharapan mereka. Sebaliknya, mereka semua te-

guh mengatakan bahwa firman Allah itu benar, dan meme-

teraikannya dengan Experto crede – Percayalah pada orang 

yang sudah mengujinya. Mereka sudah mendapatinya de-

mikian. Mungkin ini merujuk terutama pada janji-janji da-

lam mazmur ini, untuk membantu dan membebaskan 

 Kitab Mazmur 12:1-9 

 167 

orang miskin dan tertindas. Teman-teman mereka mem-

buat mereka berharap bahwa mereka akan berbuat sesua-

tu bagi mereka, namun semua itu terbukti sebagai buluh 

yang patah terkulai. Tetapi firman Allah itu dapat kita an-

dalkan. sebab   itu, marilah kita kurangi keyakinan kita ke-

pada perkataan manusia, dan percaya kepada firman Allah 

dengan lebih yakin.       

5.  Bahwa Allah akan mengamankan bagi diri-Nya sendiri umat 

sisa yang telah dipilih-Nya, betapapun buruknya masa-masa 

itu (ay. 8): Engkau akan menjaga kami senantiasa terhadap 

angkatan ini. Ini menunjukkan bahwa selama dunia ini masih 

berdiri, akan ada angkatan yang congkak dan fasik di dalam-

nya, yang kira-kira akan mengancam menghancurkan agama 

dengan tipu muslihat mereka yang jahat, dengan menganiaya 

orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi (Dan. 7:25). Namun, 

biarlah Allah sendiri yang mempertahankan kepentingan-Nya 

dan melindungi umat-Nya sendiri. Dia akan menjaga mereka 

dari angkatan ini.  

(1)  Agar tidak dirusak oleh mereka dan agar tidak dijauhkan 

dari Allah, agar tidak bercampur baur dengan mereka dan 

belajar dari perbuatan mereka. Dalam masa-masa kemur-

tadan besar, Tuhan mengetahui orang-orang kepunyaan-

Nya, dan mereka akan dimampukan untuk menjaga keju-

juran dan janji mereka.  

(2)  Agar tidak dihancurkan dan dibasmi oleh mereka. Jemaat 

didirikan di atas batu karang, dan dengan demikian diben-

tengi dengan teguh sehingga alam maut tidak akan me-

nguasainya. Dalam masa-masa yang paling buruk, Allah 

mempunyai umat-Nya yang tersisa, dan di setiap zaman 

Dia akan melindungi tunas yang kudus bagi diri-Nya sen-

diri, dan menjaganya bagi kerajaan sorga-Nya.    

Dalam menyanyikan mazmur ini dan mendoakannya, kita harus 

meratapi kerusakan perilaku yang terjadi di mana-mana, dan ber-

syartikel  r kepada Allah bahwa segala sesuatu yang terjadi tidak lebih 

buruk daripada apa yang sekarang terjadi. Namun, kita juga perlu 

berdoa dan berharap agar semua itu akan menjadi lebih baik pada 

waktu Allah yang tepat. 

  

 

 

 

 

 

 

 PASAL 1 3  

azmur ini menggambarkan keadaan jiwa yang ditinggalkan dan 

apa yang menjadi kesembuhannya. Apakah mazmur ini ditulis 

dalam suatu kesempatan tertentu atau tidak, itu tidak tampak di 

sini, tetapi secara umum,  

I.  Daud dengan sedih mengeluh bahwa Allah sudah lama me-

narik diri darinya dan menunda-nunda waktu untuk mem-

bebaskannya (ay. 2-3).  

II.  Dia dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Allah untuk 

mempertimbangkan perkaranya dan memberinya penghibur-

an (ay. 4-5).  

III. Dia meyakinkan dirinya bahwa dia akan mendapatkan ja-

waban damai sejahtera, dan sebab   itu menutup mazmur ini 

dengan sukacita dan sorak kemenangan. Dia meyakini pem-

bebasannya seperti benar-benar telah terlaksana (ay. 6). 

Keluhan-keluhan dan Permohonan-permohonan  

Daud Diubah Menjadi Puji-pujian  

(13:1-6) 

1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. 2 Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulu-

pakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu ter-

hadap aku? 3 Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, 

dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan 

diri atasku? 4 Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buat-

lah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati, 5 supaya mu-

suhku jangan berkata: “Aku telah mengalahkan dia,” dan lawan-lawanku 

bersorak-sorak, apabila aku goyah. 6 Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku 

percaya, hatiku bersorak-sorak sebab   penyelamatan-Mu. Aku mau menya-

nyi untuk TUHAN, sebab   Ia telah berbuat baik kepadaku. 


 170

Daud, dalam penderitaan, mencurahkan jiwanya di sini di hadapan 

Allah. Permohonannya singkat, tetapi caranya sangat jelas terlihat, 

dan bermanfaat untuk membimbing dan mendorong kita.  

I.   Permasalahan-permasalahannya memeras berbagai keluhan (ay. 

2-3), dan orang yang sedang sengsara mempunyai kebebasan un-

tuk mencurahkan pengaduannya ke hadapan TUHAN (102:1). Jiwa 

yang gundah akan merasa lega jika ia melepaskan segala kesedih-

annya, terutama jika melepaskannya di hadapan takhta anuge-

rah. Di takhta itu kita pasti akan menemukan Dia yang juga me-

rasakan derita di dalam penderitaan-penderitaan umat-Nya, dan 

bersusah hati merasakan kelemahan-kelemahan mereka. Ke sana 

kita mempunyai keberanian untuk masuk dengan iman, dan di 

sana kita mempunyai parresia – kebebasan berbicara.  

Perhatikanlah di sini: 

1.  Apa yang dikeluhkan Daud.  

(1) Ketidakbaikan Allah, demikianlah dia menafsirkannya, dan 

ini yaitu   kelemahannya. Ia menyangka bahwa Allah telah 

melupakannya, telah melupakan janji-janji-Nya kepadanya, 

kovenan-Nya dengannya, dan kasih setia-Nya yang dulu 

telah ditunjukkan-Nya kepadanya. Semuanya ini membuat 

dia sungguh berharap akan terus mendapat kemurahan 

dari-Nya, sehingga penundaan Allah membuat ia menyang-

ka Allah telah melupakan bahwa ada orang di dunia ini 

yang memerlukan dan mengharapkan pembebasan serta 

pertolongan dari-Nya. Demikianlah Sion berkata, “TUHAN 

telah meninggalkan aku” (Yes. 49:14), dan Israel berujar, 

“Hidupku tersembunyi dari TUHAN” (Yes. 40:27). Ini tidak 

berarti bahwa orang yang baik dapat meragukan kemaha-

tahuan, kebaikan, dan kesetiaan Allah. Tetapi ini merupa-

kan ungkapan kekesalan dari seseorang yang dikuasai oleh 

rasa takut, yang timbul dari penghargaan yang tinggi dan 

keinginan yang tulus untuk mendapatkan kebaikan Allah. 

sebab   itu, meskipun ungkapan ini terasa kurang ber-

kenan dan tidak pada tempatnya, boleh diabaikan dan di-

ampuni, sebab   setelah berpikir kembali, ia akan menca-

butnya kembali dan bertobat dari ucapannya itu. Allah 

menyembunyikan wajah-Nya darinya, sehingga ia meng-

 Kitab Mazmur 13:1-6 

 171 

inginkan penghiburan di dalam batin dari Allah seperti 

yang dulu dimilikinya. Di sini tampaklah pelambangan ten-

tang Kristus di atas kayu salib, yang berseru, “Allahku, 

mengapa Engkau meninggalkan aku?” Allah kadang-kadang 

menyembunyikan wajah-Nya dari anak-anak-Nya sendiri, 

dan membiarkan mereka meraba-raba di dalam kegelapan 

sehingga mereka merasa tidak ada bagian mereka di dalam 

Dia. Dan masalah ini menyentuh hati mereka lebih dari-

pada kesusahan lahiriah apa pun. 

(2)  Kegelisahannya sendiri.  

[1] Ia tersiksa sebab   kekhawatirannya, yang memenuhi 

hatinya: aku menaruh kekhawatiran dalam diriku. “Aku 

tidak tahu harus berbuat apa, dan aku inops consilii – 

tanpa teman yang bisa dimintai nasihat, yang bisa 

kupercayai, dan sebab   itu aku terus-menerus memikir-

kan rencana apa yang harus kulakukan untuk meno-

long diriku sendiri. Namun, tidak satu pun dari renca-

na-rencanaku itu yang tampak akan berhasil, sehingga 

aku menjadi kehabisan akal, dan gelisah tanpa henti.” 

Rasa cemas yaitu   beban berat yang sering kali dipikul 

sendiri oleh orang-orang baik melebihi apa yang seper-

lunya.  

[2]  Ia kewalahan dengan dukacita yang memenuhi hatinya: 

aku bersedih hati sepanjang hari. Ia cenderung terus 

berdukacita, dan ini menyiksa rohnya, bukan hanya 

pada malam hari, saat   ia berdiam diri dan sendirian 

saja, melainkan juga pada siang hari, saat   segala du-

kacita yang lebih ringan dapat dialihkan dan disingkir-

kan melalui percakapan dan urusan kerja. Bahkan, se-

tiap hari datang dengan kesempatan-kesempatan baru 

untuk berdukacita, awan-awan datang kembali sesudah 

hujan. Roti dukacita kadang-kadang menjadi makanan 

sehari-hari bagi orang-orang kudus. Guru kita sendiri 

yaitu   seorang yang penuh kesengsaraan.  

(3) Kekasaran musuh-musuhnya, yang semakin menambah 

dukacitanya. Saul, musuh besarnya dan para bawahannya 

meninggikan diri atas dia, bersorak kemenangan di dalam 

kesusahannya, bersenang-senang dengan dukacitanya, dan 


 172

merasa yakin telah menang mutlak atas dirinya. Hal ini di-

keluhkannya sebagai perbuatan yang melecehkan Allah, 

dan kuasa serta janji-Nya. 

2.  Bagaimana ia berbantah dengan Allah dalam hal ini: “Berapa 

lama lagi hal ini akan berlanjut?” Dan, “Apakah akan terus se-

perti ini sampai selama-lamanya?” Penderitaan-penderitaan 

yang berlangsung lama menguji kesabaran kita, dan sering 

kali membuat kita kehilangan kesabaran. Apabila permasalah-

an berlangsung lama, kita biasa tergoda untuk berpikir bahwa 

permasalahan itu akan berlanjut terus. Kesedihan kemudian 

berubah menjadi keputusasaan, dan orang-orang yang sudah 

lama tanpa sukacita akan mulai, pada akhirnya, menjadi tan-

pa pengharapan. “Tuhan, katakanlah kepadaku berapa lama 

lagi Engkau akan menyembunyikan wajah-Mu dan meyakin-

kan aku bahwa kesedihan ini tidak akan berlangsung sampai 

selama-lamanya. Berapa lama lagi Engkau pada akhirnya 

akan kembali kepadaku dengan belas kasihan-Mu, sehingga 

lebih mudah aku menanggung permasalahan-permasalahanku 

sekarang ini.”  

II.  Keluhan-keluhannya menggerakkan dia untuk memanjatkan doa-

doanya (ay. 4-5). Janganlah sampai kita membiarkan diri meng-

ucapkan keluhan-keluhan kecuali yang pantas untuk dipersem-

bahkan kepada Allah dan yang dapat membuat kita berlutut di 

hadapan-Nya. Perhatikanlah di sini,    

1. Apa permohonan-permohonannya: Pandanglah perkaraku, ja-

wablah keluhan-keluhanku, dan buatlah mataku bercahaya. 

Artinya:  

(1) “Kuatkanlah imanku,” sebab   iman yaitu   mata jiwa, yang 

dengannya jiwa melihat ke atas, dan menatap menembus 

apa yang hanya bisa disaksikan dengan indra. “Tuhan, 

mampukanlah aku untuk melihat melampaui permasalah-

an-permasalahanku pada saat ini, dan untuk mengetahui 

sekarang ini hasil akhir yang membahagiakan dari semua 

ini.”  

(2) “Bimbinglah jalanku, mampukanlah aku untuk melihat se-

kelilingku, supaya aku dapat menghindari perangkap-pe-

rangkap yang telah dipasang untuk menjeratku.”  

 Kitab Mazmur 13:1-6 

 173 

(3) “Segarkanlah jiwaku dengan kegirangan sebab   selamat 

yang daripada-Mu.” Apa yang membangkitkan semangat 

yang kendor dikatakan sebagai mata bercahaya lagi (1Sam. 

14:27; Ezr. 9:8). “Tuhan, usirlah awan kesedihan yang 

menggelapkan mataku, dan biarlah wajahku berseri-seri.”  

2. Apa saja yang diserukannya. Ia menyebutkan hubungannya 

dengan Allah dan kepentingannya di dalam Dia (ya TUHAN, 

Allahku!) dan terus menegaskan besarnya bahaya yang diha-

dapinya, yang membutuhkan pembebasan dan pertolongan 

segera. Jika matanya tidak menjadi terang secepatnya,  

(1)  Ia menyimpulkan bahwa ia pasti binasa: “Aku akan tertidur 

dan mati. Aku tidak dapat hidup di bawah tekanan semua 

kecemasan dan kesengsaraan ini.” Tidak ada yang lebih 

membunuh jiwa selain dari tidak adanya perkenan Allah, 

dan tidak ada yang lebih membangkitkannya selain dari 

kembalinya perkenan Allah itu.  

(2)  Bahwa nanti musuh-musuhnya akan menang: “Supaya 

musuhku jangan berkata, ‘Keinginanku terkabul.’ Supaya 

Saul, dan Iblis, jangan merasa puas dengan kejatuhanku.” 

Ini akan memuaskan keangkuhan musuhnya, dan ia akan 

berkata, “Aku telah mengalahkan dia, aku telah meraih ke-

menangan, dan aku terlampau tangguh baginya dan bagi 

Allahnya.” Ini akan memuaskan kebencian musuh-musuh-

nya: mereka akan bersorak-sorak, apabila aku goyah. Dan 

apakah ini akan membawa kehormatan bagi Allah jika me-

reka dibiarkan saja seperti itu menginjak-injak segala yang 

kudus baik itu di sorga maupun di bumi? 

III. Doa-doanya segera diubah menjadi puji-pujian (ay. 6): Tetapi 

hatiku bersorak-sorak dan aku mau menyanyi untuk TUHAN. Be-

tapa mengejutkannya perubahan yang terjadi di sini hanya dalam 

beberapa baris saja! Pada permulaan mazmur kita melihatnya 

kendor, gemetar, dan akan segera tenggelam dalam kesedihan dan 

keputusasaan. Namun, pada bagian akhirnya, ia bersukacita di 

dalam Allah, dan ditinggikan serta dilegakan dalam puji-pujian-

nya. Lihatlah kuasa iman, kuasa doa, dan lihatlah betapa baiknya 

bila datang mendekat kepada Allah. Jika kita membawa segala ke-

cemasan dan kesedihan kita ke hadapan takhta anugerah, dan 


 174

meninggalkannya di sana, maka kita dapat pergi seperti Hana, 

dan muka kita tidak muram lagi (1Sam. 1:18). Dan amatilah di sini 

bagaimana dia mendapat penghiburannya.  

1.  Belas kasihan Allah yaitu   pendartikel  ng imannya. “Perkaraku 

cartikel  p buruk, rasanya sangat mengenaskan, sampai akhirnya 

aku berharap-harap saja pada kebaikan Allah yang tidak ter-

batas. Dan, setelah menyadari bahwa kebaikan Allah yang 

tidak terbatas itu bisa kupercayai, aku menjadi sungguh terhi-

bur, meskipun aku sendiri tidak berjasa apa-apa sedikit pun. 

Dalam segala kesusahanku sebelumnya aku percaya akan ka-

sih setia Allah, dan aku tidak pernah dikecewakan. Kasih se-

tia-Nya telah membebaskan aku pada waktunya, dan keyakin-

anku akan kasih setia-Nya itu telah menyokong aku untuk 

sementara waktu. Bahkan di kedalaman kesusahan ini, saat   

Allah menyembunyikan wajah-Nya dariku, saat   di luar ada 

pergulatan dan di dalam ada ketakutan, tetap saja aku per-

caya akan kasih setia Allah. Dan inilah yang menjadi jangkar 

di tengah-tengah badai, yang dengan pertolongannya, meski-

pun aku terombang-ambing, aku tidak akan terbalik. Dan ma-

sih juga aku percaya akan kasih setia-Mu, begitulah sebagian 

orang membacanya. “Aku mengarahkan diriku pada keperca-

yaanku itu, dengan keyakinan bahwa pada akhirnya ini akan 

memberikan kebaikan bagiku.” Hal ini diserukannya kepada 

Allah, dengan mengetahui betapa Dia berkenan kepada orang-

orang yang berharap akan kasih setia-Nya (147:11).  

2.  Imannya akan kasih setia Allah memenuhi hatinya dengan 

sukacita dalam keselamatan yang datang daripada-Nya. Kare-

na, sukacita dan damai sejahtera datang dengan percaya (Rm. 

15:13). sebab   percaya, kamu bergembira (1Ptr. 1:8). Setelah 

menaruh kepercayaannya pada kasih setia Allah, dia menjadi 

yakin sepenuhnya akan keselamatannya, dan hatinya, yang 

sekarang menderita hari demi hari, akan bersorak-sorak kare-

na penyelamatan itu. Meskipun tangisan berlangsung lama, 

sukacita akan datang kembali.  

3.  Sukacitanya dalam keselamatan yang datang dari Allah akan 

memenuhi mulutnya dengan nyanyian puji-pujian (ay. 6): “Aku 

mau menyanyi untuk TUHAN, menyanyi untuk mengenang apa 

yang telah diperbuat-Nya dahulu. Meskipun seandainya damai 

yang pernah aku miliki itu tidak pernah kembali, aku akan 

 Kitab Mazmur 13:1-6 

 175 

tetap memuji Allah sampai mati bahwa aku pernah memiliki 

damai yang daripada-Nya itu. Sebelumnya Ia telah bermurah 

hati dengan limpahnya kepadaku, sebab   itu Ia patut dimulia-

kan. Sekarang Ia dapat melakukan apa saja kepadaku sesuka 

hati-Nya. Aku akan bernyanyi dengan berharap pada apa yang 

akan dilakukan-Nya bagiku pada akhirnya nanti. Dan aku 

yakin segala sesuatunya pasti akan berakhir dengan baik, ya, 

akan berakhir dengan baik sampai selama-lamanya.” Namun, 

ia berbicara tentang semuanya ini sebagai hal yang sudah ter-

jadi pada masa lalu (Ia telah berbuat baik kepadaku), sebab   

dengan iman ia telah menerima pertanda keselamatan itu. Ia 

yakin sepenuhnya bahwa keselamatan itu sudah terlaksana.     

Dalam menyanyikan mazmur ini dan mendoakannya, jika kita 

tidak mempunyai keluhan-keluhan yang sama seperti yang diutara-

kan Daud, kita harus bersyartikel  r kepada Allah bahwa kita tidak sam-

pai takut dan mencela pengunduran diri-Nya. Selain itu, kita harus 

bersimpati terhadap orang-orang yang sedang gelisah pikirannya, dan 

mendorong diri kita sendiri untuk memiliki iman dan sukacita yang 

kudus. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL 14  

idak tampak di sini pada kesempatan apa mazmur ini ditulis, 

atau apakah mazmur ini memang ditulis pada suatu kesempatan 

tertentu. Sebagian orang berkata bahwa Daud menulisnya saat   

Saul menganiaya dia, sementara menurut yang lain lagi, saat   

Absalom memberontak melawan dia. Tetapi semua itu hanyalah 

dugaan, yang tidak mempunyai cartikel  p dasar untuk membenarkan 

kita dalam menjelaskan mazmur ini menurut peristiwa-peristiwa itu. 

Rasul Paulus, dalam mengutip sebagian dari mazmur ini (Rm. 3:10, 

dst.) untuk membuktikan bahwa baik orang Yahudi maupun orang 

bukan-Yahudi semua ada di bawah kuasa dosa (Rm. 3:9) dan bahwa 

seluruh dunia bersalah di hadapan Allah (Rm. 3:19), menuntun kita 

untuk mengartikannya sebagai berikut: Secara umum, mazmur ini 

merupakan suatu gambaran tentang kerusakan kodrat manusia, ten-

tang keberdosaan kita saat   dikandung dan dilahirkan, dan tentang 

kerusakan menyedihkan sebagian besar umat manusia, bahkan se-

bagian besar isi dunia yang berada dalam kefasikan (1Yoh. 5:19). 

Namun demikian, sama seperti dalam mazmur-mazmur lain yang di-

rancang untuk mengungkapkan kesembuhan kita di dalam Kristus, 

biasanya ada suatu rujukan mengenai Daud sendiri, bahkan, peri-

kop-perikop tertentu harus dimengerti terutama tentang dia (seperti 

dalam Mazmur 2, 16, 22, dan lain-lain). Demikian pula halnya de-

ngan mazmur ini, yang dirancang untuk mengungkapkan luka kita 

akibat dosa, ada suatu rujukan mengenai musuh-musuh dan peng-

aniaya-penganiaya Daud, dan para penindas lain terhadap orang-

orang baik pada waktu itu. Tentang mereka ini beberapa perikop me-

nunjuk langsung. Dalam semua mazmur yang dimulai dari mazmur 

ketiga sampai mazmur ini (kecuali mazmur kedelapan), Daud terus 

mengeluhkan orang-orang yang membenci dan menganiayanya, yang 


 178

menghina dan melecehkannya. Sekarang di sini dia melacak semua 

anak sungai yang pahit itu ke sumbernya, yakni kerusakan kodrat 

yang umum terjadi di mana-mana, dan ia melihat bahwa bukan ha-

nya musuh-musuhnya melainkan juga semua anak manusia sudah 

sedemikian rusak. Inilah,  

I.  Dakwaan yang ditunjukkan terhadap sebuah dunia yang 

jahat (ay. 1).  

II.   Bukti dari dakwaan itu (ay. 2-3).  

III. Peringatan yang sungguh-sungguh terhadap orang-orang 

berdosa, terutama terhadap para penganiaya, di dalam dak-

waan itu (ay. 4-6).  

IV. Doa yang penuh iman bagi keselamatan Israel, dan pengha-

rapan yang penuh sukacita akan datangnya keselamatan itu 

(ay. 7). 

Kerusakan Manusia 

(14:1-3) 

1 Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal berkata dalam hatinya: 

“Tidak ada Allah.” Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat 

baik. 2 TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia 

untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. 3 Me-

reka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang ber-

buat baik, seorang pun tidak. 

Jika kita mengarahkan hati kita, seperti yang diperbuat oleh Salomo 

(Pkh. 7:25), untuk menyelidiki bahwa kefasikan itu kebodohan dan ke-

bebalan itu kegilaan, maka ayat-ayat ini akan membantu kita dalam 

penyelidikan itu, dan akan menunjukkan kepada kita bahwa dosa itu 

sungguh-sungguh merupakan pelanggaran yang amat berat. Dosa 

yaitu   penyakit umat manusia, dan tampak di sini bahwa dosa itu 

menular dan mewabah.  

1.  Lihatlah betapa menularnya dosa itu (ay. 1), dalam dua hal: 

(1) Penghinaannya terhadap kehormatan Allah: sebab   pada da-

sarnya semua dosa merupakan perbuatan yang tidak meng-

akui adanya Allah. Orang bebal berkata dalam hatinya: “Tidak 

ada Allah.” Kadang-kadang kita tergoda untuk berpikir, “Pasti 

dulu belum pernah ada kecemaran dan ketidakpercayaan ter-

hadap adanya Tuhan seperti yang terjadi pada masa kita seka-

Kitab Mazmur 14:1-3 

 179 

rang.” Namun, kita melihat bahwa masa-masa dulu pun ter-

nyata tidak lebih baik. Bahkan, pada masa Daud pun sudah 

ada orang-orang yang mencapai puncak ketidaksalehan yang 

begitu tinggi sehingga mereka menyangkal keberadaan Allah 

itu sendiri dan menolak azas-azas agama yang utama dan 

yang terbukti benar dengan sendirinya.  

Perhatikanlah:  

[1]  Orang berdosa yang digambarkan di sini. Dia yaitu   orang 

yang berkata dalam hatinya, “Tidak ada Allah.” Dia yaitu   

seorang atheis, tidak percaya akan adanya Tuhan. “Tidak 

ada Elohim, tidak ada Hakim atau Penguasa dunia, tidak 

ada pemeliharaan ilahi yang mengatur urusan-urusan ma-

nusia.” Mereka sebenarnya tidak dapat meragukan keber-

adaan Allah itu sendiri, namun mereka mau mempertanya-

kan kekuasaan-Nya. Ia mengatakan ini dalam hatinya. Ini 

bukanlah penilaiannya, melainkan khayalannya. Ia tidak 

bisa memuaskan dirinya bahwa Allah itu tidak ada, namun 

ia berharap bahwa Allah tidak ada, dan ia menyenangkan 

dirinya dengan angan-angan bahwa mungkin saja tidak 

ada Allah. Ia tidak bisa yakin bahwa Allah itu ada, dan ka-

rena itu ia mau saja berpikir bahwa Allah itu tidak ada. Ia 

tidak berani mengatakannya, sebab nanti ia akan dibantah, 

dan dengan demikian disadarkan mengenai kesalahannya. 

Sebaliknya, ia hanya membisikkannya diam-diam dalam 

hatinya, untuk membungkam teriakan-teriakan hati nu-

raninya dan untuk memberanikan dirinya di dalam jalan-

jalannya yang jahat. 

[2]  Sifat orang berdosa ini. Dia seorang bebal. Dia dungu dan 

tidak bijak, dan ini merupakan bukti dari kebodohannya 

itu. Dia fasik dan cemar, dan ini merupakan akibat dari 

kebodohannya. Perhatikanlah, pemikiran-pemikiran yang 

atheistis yaitu   pemikiran-pemikiran yang sangat jahat 

dan bodoh, dan semua pemikiran itu merupakan dasar dari 

banyaknya kejahatan yang ada di dunia ini. Firman Allah 

yaitu   firman yang membedakan pertimbangan dan pikiran 

hati ini, dan memberikan julukan yang tepat kepada orang 

yang menyimpan pikiran-pikiran tersebut. Nabal namanya 

dan bebal orangnya, sebab   pikirannya melawan terang 


 180

yang terjelas, melawan pengetahuan dan keyakinan-keya-

kinannya sendiri, dan melawan pendapat umum yang dimi-

liki oleh semua orang bijak dan waras. Tidak ada seorang 

pun yang akan berkata, “Tidak ada Allah,” kecuali ia sudah 

menjadi keras di dalam dosa, sehingga dia ingin agar tidak 

ada siapa pun yang akan meminta pertanggungjawaban 

darinya.  

(2)  Aib dan perendahan derajat yang ditimbulkannya pada kodrat 

manusia. Orang-orang berdosa itu sudah rusak, sangat mero-

sot dari keadaan manusianya saat   ia masih dalam keadaan 

tidak berdosa: Mereka telah bejat (ay. 3), busuk. Semua keca-

kapan lahiriah dan batiniah mereka sudah begitu beran-

takannya sampai mereka telah menjadi menjijikkan di mata 

Pencipta mereka, dan benar-benar tidak mampu memenuhi 

tujuan-tujuan penciptaan mereka. Mereka memang busuk, ka-

rena, 

[1] Mereka tidak berbuat kebaikan apa pun, selain menjadi 

beban yang merugikan bagi bumi. Mereka tidak memberi-

kan pelayanan apa pun kepada Allah, tidak mendatangkan 

penghormatan apa pun bagi-Nya, maupun melakukan ke-

baikan apa pun bagi diri mereka sendiri.  

[2] Mereka melakukan banyak perbuatan yang mencelakakan. 

Jijik perbuatan mereka, sebab demikianlah semua perbuat-

an dosa. Dosa merupakan kejijikan di hadapan Allah. Dosa 

yaitu   kejijikan yang Dia benci (Yer. 44:4), dan, cepat atau 

lambat, orang berdosa pun akan mendapatinya demikian. 

Dosa akan didapati sebagai hal yang dibenci (36:3), pem-

binasa keji, maksudnya, kekejian yang membinasakan 

(Mat. 24:15). Semuanya ini sesuai dengan perkataan mere-

ka sendiri, “Tidak ada Allah,” sebab   orang-orang yang 

mengaku mengenal Allah, tetapi menyangkal Dia dengan 

perbuatan mereka, yaitu   orang-orang yang keji dan dur-

haka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik (Tit. 

1:16).    

2.  Lihatlah bagaimana mewabahnya penyakit ini. Penyakit ini telah 

menjangkiti seluruh umat manusia. Untuk membuktikan ini, 

Kitab Mazmur 14:1-3 

 181 

Allah sendiri di sini diajukan sebagai saksi, dan Dia yaitu   saksi 

mata (ay. 2-3).  

Perhatikanlah:  

(1) Penyelidikan-Nya: TUHAN memandang ke bawah dari sorga, 

sebuah tempat untuk memandang, yang memerintah dunia 

bawah ini. Dari sana, dengan mata yang mahamelihat, Dia me-

mandangi semua anak manusia, dan pertanyaan yang diaju-

kan-Nya yaitu  , apakah ada dari antara mereka yang berakal 

budi dan memahami dengan benar diri mereka sendiri, kewa-

jiban dan kepentingan-kepentingan mereka, dan yang benar-

benar mencari Allah serta yang menempatkan-Nya di hadapan 

mereka. Dia yang mengadakan penyelidikan ini bukan hanya 

dapat menemukan orang baik jika memang ada orangnya, se-

kalipun tersembunyi orang itu, melainkan juga akan berse-

nang hati jika menemukannya, dan pasti Ia akan memperhati-

kannya, seperti Nuh pada zaman dulu.  

(2) Hasil dari penyelidikan ini (ay. 3). Dalam penyelidikan ini, da-

lam penyelidikan-Nya, tampak bahwa mereka semua telah me-

nyeleweng, kemurtadan ada di mana-mana, tidak ada yang 

berbuat baik, seorang pun tidak, sampai anugerah Allah yang 

cuma-cuma dan penuh kuasa itu mengerjakan suatu perubah-

an. Apa pun yang baik yang ada dalam diri anak-anak manu-

sia, atau yang diperbuat oleh mereka, bukanlah berasal dari 

diri mereka sendiri. Semuanya yaitu   pekerjaan Allah di da-

lam diri mereka. saat   Allah telah menciptakan dunia, Dia 

melihat pekerjaan-Nya sendiri, dan segalanya sungguh amat 

baik (Kej. 1:31). Namun, beberapa waktu setelah itu, Dia meli-

hat pekerjaan manusia, dan lihatlah, segalanya sangat buruk 

(Kej. 6:5), setiap jalan pikiran dan hati manusia itu jahat, jahat 

semata-mata, dan ini dilakukan terus-menerus. Mereka telah 

menyeleweng dari kewajiban mereka, dari jalan yang menuju 

pada kebahagiaan, dan telah berbelok ke jalan-jalan si pem-

binasa. 

Dalam menyanyikan mazmur ini, marilah kita meratapi kerusak-

an kodrat kita sendiri, dan melihat betapa kita membutuhkan anu-

gerah Allah. Dan, sebab   apa yang dilahirkan dari daging yaitu   

daging, janganlah kita terheran-heran bahwa kita diberi tahu bahwa 

kita harus dilahirkan kembali. 


 182

Kerusakan Manusia 

(14:4-7) 

4 Tidak sadarkah semua orang yang melakukan kejahatan, yang memakan 

habis umat-Ku seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada 

TUHAN? 5 Di sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, sebab Allah me-

nyertai angkatan yang benar. 6 Kamu dapat mengolok-olok maksud orang 

yang tertindas, tetapi TUHAN yaitu   tempat perlindungannya. 7 Ya, datang-

lah kiranya dari Sion keselamatan bagi Israel! Apabila TUHAN memulihkan 

keadaan umat-Nya, maka Yakub akan bersorak-sorak, Israel akan bersuka-

cita. 

Dalam ayat-ayat ini sang pemazmur berusaha, 

I.   Meyakinkan orang-orang berdosa akan kejahatan dan bahaya dari 

jalan yang sedang mereka tempuh, bagaimanapun amannya yang 

mereka rasakan di jalan itu. Ada tiga hal yang ditunjukkannya 

kepada mereka, yang mungkin tidak mau mereka lihat – kejahat-

an mereka, kebodohan mereka, dan bahaya yang mengancam me-

reka, sementara mereka sendiri cenderung percaya bahwa mereka 

yaitu   orang yang sangat bijak, baik, dan aman. Lihatlah di sini,  

1. Kejahatan mereka. Ini digambarkan dalam empat contoh: 

(1) Mereka sendiri yaitu   orang-orang yang melakukan keja-

hatan. Mereka merancangnya, mereka menjalankannya, 

dan mendapatkan kesenangan di dalamnya seperti semua 

orang yang senang dalam melakukan pekerjaan mereka.  

(2) Mereka memakan habis umat Allah dengan sama rakusnya 

seperti mereka memakan roti. Begitu berurat akar dan me-

ngerasnya permusuhan mereka terhadap umat Allah, dan 

begitu sepenuh hatinya mereka menginginkan kehancuran 

umat itu, sebab   mereka sungguh membenci Allah, dan 

umat itu yaitu   umat-Nya. Bagi para penganiaya, melaku-

kan kejahatan sudah merupakan makanan sehari-hari. 

Bagi mereka, kejahatan itu sama seperti makanan yang 

mereka butuhkan. Mereka memakan habis umat Allah de-

ngan mudah, setiap hari, dan dengan aman, tanpa teguran 

dari hati nurani saat   mereka melakukannya ataupun pe-

nyesalan dalam hati nurani setelah mereka melakukannya. 

Ini sama seperti saudara-saudara Yusuf yang melemparkan 

dia ke dalam sumur, dan kemudian duduk untuk makan 

(Kej. 37:24-25; Mi. 3:2-3).  

 Kitab Mazmur 14:4-7 

 183 

 (3) Mereka tidak berseru kepada TUHAN. Perhatikanlah, siapa 

yang tidak peduli terhadap umat Allah, terhadap kaum 

miskin kepunyaan Allah, ia juga tidak akan peduli terha-

dap Allah sendiri. Ia hidup dalam penghinaan terhadap 

Dia. Penyebab mengapa orang jatuh ke dalam segala ben-

tuk kejahatan, bahkan yang terburuk, yaitu   sebab   mere-

ka tidak berseru kepada Allah untuk memohon anugerah-

Nya. Kebaikan apa yang dapat diharapkan dari orang-orang 

yang hidup tanpa doa?  

(4) Mereka mengolok-olok maksud orang yang tertindas, dan 

mencela mereka sebab   menjadikan Allah tempat perlin-

dungan mereka, seperti musuh-musuh Daud mencela dia 

(11:1). Perhatikanlah, mereka itu benar-benar sangat jahat, 

dan banyak sekali yang harus mereka pertanggungjawab-

kan. Mereka tidak hanya menyingkirkan agama dan hidup 

tanpanya, tetapi juga berkata dan berbuat semampu mere-

ka untuk membuat orang lain yang beragama untuk me-

mandang rendah agama. Mereka berusaha membuat orang 

lain menyingkirkan kewajiban agamanya, seolah-olah se-

mua kewajiban itu hina, menyedihkan, dan tidak berman-

faat. Mereka juga berusaha agar orang lain meremehkan 

semua hak-hak istimewa yang didapat dari agama, seolah-

olah semuanya itu tidak cartikel  p untuk membuat orang 

aman dan berbahagia. Siapa mengejek agama dan orang-

orang yang beragama akan mendapati, untuk kerugian 

mereka sendiri, bahwa dengan menganiaya orang-orang 

yang menjadikan Allah sebagai tempat perlindungan mere-

ka, maka mereka sebenarnya sedang bermain-main dengan 

pedang yang tajam dan berbahaya. Janganlah kamu men-

cemooh, supaya tali belenggumu jangan semakin keras. Ia 

menunjukkan kepada mereka,   

2. Kebodohan mereka: mereka tidak sadar (KJV: mereka tidak 

mempunyai pengetahuan – pen.). Ini jelas, sebab   seandainya 

mereka mempunyai pengetahuan akan Allah, seandainya 

mereka memahami dengan benar diri mereka sendiri, dan me-

mandang segala sesuatu terlebih dulu seperti layaknya manu-

sia, maka mereka tidak akan bersikap kejam dan biadab se-

perti itu terhadap umat Allah.  


 184

3. Bahaya yang mengancam mereka (ay. 5): Di sanalah mereka 

ditimpa kekejutan yang besar. Di sana, di tempat mereka me-

makan habis umat Allah, suara hati nurani mereka sendiri 

mengutuk apa yang mereka perbuat, dan memenuhi mereka 

dengan kengerian-kengerian di dalam hati. Mereka mengisap 

darah orang-orang kudus dengan nikmat, tetapi dalam perut 

mereka darah itu berubah menjadi empedu yang penuh 

dengan ular berbisa. Sudah ada banyak contoh di mana para 

penganiaya congkak dan kejam telah dijadikan seperti 

Pasyhur, Magormissabibs – Kegentaran bagi diri mereka sendiri 

serta semua orang yang ada di sekeliling mereka. Orang-orang 

yang tidak mau takut akan Allah mungkin akan dibuat takut 

mendengar suara daun yang bergemerisik. 

II. Ia berusaha untuk menghibur umat Allah,  

1.  Dengan apa yang mereka miliki. Mereka memiliki hadirat Allah 

(ay. 5): Dia menyertai angkatan yang benar. Mereka memiliki 

perlindungan-Nya (ay. 6): TUHAN yaitu   tempat perlindungan-

nya. Hal ini merupakan keamanan bagi mereka sama seperti 

kengerian bagi musuh-musuh mereka, yang hanya bisa men-

cemooh mereka sebab   keyakinan mereka terhadap Allah, 

tetapi tidak dapat mengolok-olok mereka untuk meninggalkan 

keyakinan mereka itu. Pada hari penghakiman agung, kengeri-

an dan kebingungan orang-orang berdosa akan semakin ber-

tambah saat   mereka melihat Allah mengakui angkatan yang 

benar, yang telah mereka benci dan olok-olok itu.  

2. Dengan apa yang mereka harapkan, dan itu yaitu   keselamat-

an bagi Israel (ay. 7). saat   Daud diusir oleh Absalom dan 

antek-anteknya yang memberontak, dia menghibur diri dengan 

keyakinan bahwa Allah pada waktunya akan memulihkan ke-

adaannya (KJV: mengembalikan dia yang tertawan – pen.) men-

jadi kegembiraan semua rakyatnya yang baik. Namun, tentu 

saja pengharapan yang menyenangkan ini memiliki pandangan 

yang lebih jauh lagi. Pada permulaan mazmur ini, dia telah 

meratapi kerusakan umum yang terjadi pada umat manusia, 

dan saat melihat semuanya ini dengan sedih hati, ia mengha-

rapkan keselamatan yang akan dikerjakan oleh Sang Penebus, 

yang diharapkan akan datang ke Sion, untuk menyingkirkan 

segala kefasikan dari pada Yakub (Rm. 11:26). Dunia ini bu-

 Kitab Mazmur 14:4-7 

 185 

ruk. Oh, semoga saja Mesias akan datang dan mengubah sifat-

nya! Kerusakan ada di mana-mana. Oh, semoga saja datang 

masa-masa pembaharuan! Masa-masa itu pasti akan merupa-

kan masa-masa yang menggembirakan, sama seperti masa-

masa ini yaitu   masa-masa yang menyedihkan. Saat itu Allah 

akan memulihkan keadaan umat-Nya (KJV: membawa kembali 

umat-Nya dari tawanan – pen.), sebab   Sang Penebus akan 

naik ke tempat tinggi, dan membawa tawanan-tawanan, dan 

Yakub akan bersorak-sorak. Kemenangan Raja Sion akan 

menjadi sukacita bagi anak-anak Sion. Kedatangan Kristus 

yang kedua kali, untuk mengakhiri kekuasaan dosa dan Iblis 

sampai selama-lamanya, akan merampungkan keselamatan 

ini, yang merupakan pengharapan, dan akan menjadi suka-

cita, bagi setiap orang Israel sejati.  

Dengan keyakinan akan semua inilah, saat menyanyikan mazmur 

ini, kita harus menghibur diri kita dan saling menghibur satu sama 

lain, apabila kita ingat akan dosa-dosa para pendosa dan penderita-

an-penderitaan para kudus saat ini. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL 1 5  

ujuan dari mazmur yang singkat namun istimewa ini yaitu   un-

tuk menunjukkan kepada kita jalan ke sorga, dan untuk meya-

kinkan kita, bahwa jika kita ingin berbahagia, kita harus hidup 

kudus dan jujur. Kristus, yang yaitu   jalan itu sendiri, dan yang di 

dalam Dia kita harus berjalan, juga telah menunjukkan kepada kita 

jalan yang sama seperti yang digambarkan di sini (Mat. 19:17). 

“Jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perin-

tah Allah.” Dalam mazmur ini,  

I.  Melalui pertanyaan dalam ayat 1, kita diarahkan dan digai-

rahkan untuk bertanya-tanya mengenai jalan itu.  

II.  Melalui jawaban terhadap pertanyaan itu, yang ada dalam 

bagian-bagian selanjutnya dari mazmur ini, kita diarahkan 

untuk berjalan di jalan itu (ay. 2-5).  

III. Melalui kepastian yang diberikan pada bagian penutup maz-

mur ini mengenai keamanan dan kebahagiaan orang-orang 

yang hidup sesuai dengan apa yang digambarkan di sini, 

kita didorong untuk berjalan di jalan itu (ay. 5).   

Warga Sion  

(15:1-5) 

1 Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? 

Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? 2 Yaitu dia yang berlaku 

tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenar-

an dengan segenap hatinya, 3 yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidah-

nya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpa-

kan cela kepada tetangganya; 4 yang memandang hina orang yang tersingkir, 

tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada 

sumpah, walaupun rugi; 5 yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan 


 188

riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang 

berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya.  

 

Inilah,  

I. Pertanyaan yang sangat sungguh-sungguh dan berat mengenai 

sifat-sifat warga Sion (ay. 1): “TUHAN, siapa yang boleh menum-

pang dalam kemah-Mu? Beritahukanlah kepadaku siapa saja yang 

boleh masuk sorga.” Bukan siapa sebab   namanya (dalam hal ini, 

hanya Tuhan yang mengetahui siapa orang-orang kepunyaan-

Nya), melainkan siapa sebab   ciri-cirinya: “Orang seperti apakah 

yang akan Engkau akui dan Engkau mahkotai dengan anugerah-

anugerah istimewa dan kekal?” Hal ini mengartikan bahwa men-

jadi penduduk Sion merupakan suatu keistimewaan yang besar, 

suatu kehormatan dan keuntungan yang tidak dapat diungkap-

kan dengan kata-kata. Bahwa, tidak semua orang mendapatkan 

kehormatan itu, melainkan hanya umat sisa saja. Bahwa, manu-

sia tidak berhak mendapatkan kehormatan ini melalui kelahiran 

dan keturunan darah: tidak semua orang yang mempunyai Abra-

ham sebagai bapak mereka akan menumpang dalam kemah Allah, 

tetapi, sesuai dengan hati dan hidup merekalah nasib mereka 

akan ditentukan. Kita semua wajib mengajukan pertanyaan ini 

kepada diri kita sendiri, “Tuhan, aku harus seperti apa, dan apa 

yang harus aku perbuat, supaya aku dapat menumpang di kemah-

Mu?” (Luk. 18:18; Kis. 16:30).  

1. Amatilah kepada siapa pertanyaan ini ditujukan – kepada 

Allah sendiri. Perhatikanlah, siapa ingin menemukan jalan ke 

sorga harus memandang kepada Allah, harus mengikuti pe-

tunjuk dari firman-Nya, dan memohon panduan dari Roh-Nya. 

Sungguh pantas kalau Dia sendiri yang harus memberikan 

hartikel  m kepada hamba-hamba-Nya, dan menetapkan syarat-

syarat bagaimana mendapatkan kebaikan-kebaikan-Nya, dan 

memberi tahu siapa saja orang-orang kepunyaan-Nya dan 

siapa yang bukan.  

2. Bagaimana pertanyaan itu diungkapkan dalam bahasa Perjan-

jian Lama.  

(1) Kemah di sini dapat kita mengerti sebagai jemaat yang giat 

bergerak, yang dilambangkan dengan kemah Musa, yang 

cocok dengan keadaan di padang gurun, sederhana dan 

 Kitab Mazmur 15:1-5 

 189 

dapat berpindah-pindah. Di sanalah Allah menyatakan diri-

Nya, dan di sanalah Dia menjumpai umat-Nya, seperti pada 

waktu dulu di dalam kemah kesaksian, kemah pertemuan. 

Siapa yang boleh berdiam di kemah ini? Siapa yang akan 

dipandang sebagai anggota yang giat dan benar dari jemaat 

Allah, yang diakui di antara imam-imam rohani untuk ting-

gal di pelataran kemah ini? Kita harus merasa prihatin un-

tuk mempertanyakan hal ini, sebab   banyak orang meng-

aku-ngaku mempunyai tempat di dalam kemah ini, pada-

hal sesunguhnya mereka tidak mempunyai bagian atau 

hak dalam perkara ini.  

(2) Gunung kudus di sini dapat kita mengerti sebagai jemaat 

yang berkemenangan, yang merujuk ke Gunung Sion, yang 

di atasnya Bait Allah akan dibangun oleh Salomo. Merupa-

kan kebahagiaan bagi orang-orang kudus yang sudah 

dimuliakan bahwa mereka berdiam di gunung yang kudus 

itu. Di sana mereka tinggal dengan nyaman seperti di ru-

mah sendiri: mereka akan berada di sana sampai selama-

lamanya. Merupakan kepedulian kita untuk mengetahui 

siapa yang akan berdiam di sana, supaya kita sendiri yakin 

bahwa kita akan mendapatkan tempat di antara mereka. 

Kalau kita sudah yakin, hati kita akan terhibur dan ber-

sukacita dalam pengharapan kita akan gunung yang kudus 

itu.   

II. Sebuah jawaban yang sangat jelas dan khusus terhadap perta-

nyaan ini. Siapa ingin mengetahui kewajiban mereka, dan dengan 

tekad ingin melakukannya, akan mendapati  Kitab Suci sebagai 

pembimbing yang setia dan hati nurani sebagai pengawas yang 

setia. Kalau begitu, marilah kita lihat sifat-sifat khusus dari warga 

Sion ini.  

1. Dia yaitu   orang yang tulus dan sepenuh hati dalam menja-

lankan agamanya: Dia berlaku tidak bercela, sesuai dengan 

persyaratan perjanjian (Kej. 17:1), “Hiduplah di hadapan-Ku 

dengan tidak bercela” (ini kata yang sama dengan yang diguna-

kan di sini) “dan engkau akan mendapati bahwa Aku yaitu   

Allah yang mahamencartikel  pi.” Ia merupakan orang yang benar-

benar sama seperti apa yang dinyatakannya dalam pengaku-

annya, bersih hatinya, dan dapat membuktikan dirinya di ha-


 190

dapan Allah dalam hal kejujuran dan janjinya, dan dalam se-

gala perbuatannya. Perilakunya lurus tak berubah, dan dia 

berlaku setia terhadap dirinya sendiri, dan berusaha untuk 

melaksanakan seluruh kehendak Allah. Matanya mungkin ka-

bur, namun utuh dan terarah ke depan. Ia memang mempu-

nyai noda-noda, tetapi ia tidak melaburnya. Ia yaitu   seorang 

Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya (Yoh. 1:47; 

2Kor. 1:12). Aku tidak mengenal agama apa pun, kecuali ketu-

lusan.  

2.  Ia selalu jujur dan adil dalam segala lakunya, setia dan lurus 

terhadap semua orang yang berhubungan dengannya: ia mela-

kukan apa yang adil, ia berjalan dalam segala ketetapan dan 

perintah Tuhan, dan memberikan perhatian untuk menjalan-

kannya secara layak. Ia adil, baik itu terhadap Allah maupun 

terhadap manusia. Dan, dalam berbicara dengan Allah dan 

manusia, ia mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya. 

Segala doa, pengakuan, dan janjinya kepada Allah tidak keluar 

dari bibir yang palsu, dan ia tidak berani berkata dusta. Dalam 

percakapan dan pergaulan dengan sesamanya, ia tidak meng-

gunakan bahasa yang plinplan untuk mengaburkan maksud-

nya. Ia berjalan dalam aturan-aturan keadilan dan kebenaran, 

dan memandang rendah serta membenci keuntungan-keun-

tungan yang didapat dari ketidakadilan dan penipuan. Di 

matanya, apa yang diperoleh melalui dusta bukanlah suatu 

keuntungan yang baik atau menyelamatkan, dan siapa yang 

berbuat jahat kepada sesamanya dengan bermulut manis, 

pada akhirnya pasti akan mencelakakan dirinya sendiri.  

3. Ia berusaha berbuat baik sebisanya bagi sesamanya, dan sa-

ngat berhati-hati untuk tidak menyakiti siapa pun. Hatinya sa-

ngat peka untuk menjaga nama baik sesamanya (ay. 3). Ia 

tidak berbuat jahat sama sekali terhadap temannya dengan 

sengaja atau direncana, tidak melukai atau mendukakan roh 

temannya itu, tidak juga membahayakan kesehatan atau ke-

nyamanan tubuhnya. Ia tidak membuat rugi temannya dalam 

barang kepunyaannya atau kepentingan-kepentingan duniawi-

nya, maupun keluarganya atau saudara-saudaranya. Tetapi ia 

berjalan menurut peraturan emas tentang keadilan, yaitu ber-

buat sebagaimana ia ingin orang lain juga berbuat demikian 

kepadanya. Ia terutama berhati-hati untuk tidak melukai 

 Kitab Mazmur 15:1-5 

 191 

nama baik sesamanya, walaupun banyak orang tidak meng-

anggap ini sebagai hal yang penting, padahal mereka akan 

menyakiti sesama mereka jika tidak berhati-hati. Siapa tidak 

mengekang lidahnya, ia akan melukai nama baik sesamanya, 

dan dengan begitu, agamanya sia-sia belaka. Ia mengetahui 

betapa berharganya nama baik, dan sebab   itu ia tidak menye-

barkan fitnah, tidak mencemarkan nama siapa-siapa, tidak 

berkata-kata jahat tentang siapa pun, tidak menjadikan kesa-

lahan-kesalahan orang lain sebagai bahan pembicaraannya di 

mana-mana, apalagi sebagai bahan permainan dan tertawaan. 

Ia sama sekali tidak membicarakan kesalahan-kesalahan 

orang lain itu untuk bersenang-senang, kecuali untuk memba-

ngun orang lain. Ia memperlakukan semua orang sebagai yang 

terbaik, dan siapa pun tidak ada yang buruk. Ia tidak menim-

pakan cela, yaitu, tidak menimbulkan atau membuat cela. Ia 

tidak memuji ataupun menyetujui fitnah, tetapi keningnya me-

ngerut terhadap lidah yang menyebarkan fitnah, dan mem-

bungkamkannya (Ams. 25:23). Jika ada tabiat jelek dari sesa-

manya diberitahukan kepadanya, atau cerita yang tidak baik 

disampaikan kepadanya, maka ia akan menyanggahnya jika ia 

bisa. Jika tidak bisa, maka cerita itu akan berhenti padanya 

dan tidak akan tersebar kepada siapa-siapa lagi. Kasihnya 

akan menutupi banyak dosa.  

4. Ia yaitu   orang yang menghargai manusia berdasarkan keba-

jikan dan kesalehan mereka, dan bukan dengan nama besar 

yang mereka miliki di dunia (ay. 5).  

(1) Ia tidak memandang kejahatan itu baik hanya sebab   ke-

megahan dan semarak orang itu: di matanya orang yang 

keji yaitu   orang yang terkutuk (KJV). Orang fasik yaitu   

orang yang keji, tidak berharga dan tidak berguna apa-apa 

(begitulah arti kata keji itu), seperti dedak, seperti sekam, 

dan seperti garam yang menjadi tawar. Mereka keji dalam 

pilihan-pilihan mereka (Yer. 2:13), dan dalam perbuatan-

perbuatan mereka (Yes. 32:6). sebab   hal inilah orang bijak 

dan orang baik mengutuk mereka, bukan dengan tidak 

memberi mereka penghormatan dan penghargaan sebagai 

manusia, seperti yang mungkin diberikan kepada orang-

orang yang berwenang dan berkuasa (1Ptr. 2:17; Rm. 13:7), 

melainkan dalam penghakiman mereka terhadap orang-


 192

orang itu sesuai dengan firman Allah. Mereka sama sekali 

tidak iri terhadap orang-orang itu, melainkan justru 

mengasihani mereka, memandang rendah untung yang 

mereka peroleh (Yes. 33:15), sebagai hal yang sama sekali 

tidak berguna, dan memandang sedap-sedapan mereka 

(141:4), kesenangan mereka (Ibr. 11:24-25), sebagai hal 

yang hambar dan tawar. Mereka memandang rendah 

pergaulan orang-orang itu (119:115; 2Raj. 3:14). Mereka 

tidak mengindahkan cemoohan-cemoohan dan ancaman-

ancaman mereka, dan tidak terpancing olehnya, atau ter-

ganggu sebab  nya. Mereka memandang rendah segala upa-

ya jahat orang-orang itu, sebab   tidak ada dayanya (2:1, 4). 

Mereka akan segera bersuka ria dalam kejatuhan orang-

orang itu (52:7-8). Allah memandang rendah orang-orang 

itu, dan mereka sepemikiran dengan-Nya.  

(2) Ia tidak memandang buruk kesalehan siapa saja hanya 

sebab   kemiskinan dan kehinaan orang itu. Ia mengetahui 

orang-orang yang takut akan Tuhan. Ia menganggap kesa-

lehan yang sungguh-sungguh, di mana pun itu ditemukan, 

mendatangkan kehormatan kepada manusia, dan membuat 

wajahnya bersinar, lebih daripada apa yang dapat dida-

tangkan oleh kekayaan, atau kecerdasan, atau nama besar 

di antara manusia. Ia menghormati orang-orang seperti itu, 

menghargai mereka sangat tinggi di dalam kasih, ingin ber-

teman dan bergaul dengan mereka, dan ingin didoakan 

oleh mereka. Ia senang kalau mendapat kesempatan untuk 

memberi penghormatan atau berbuat jasa bagi mereka. Ia 

juga gembira kalau diberi kesempatan untuk membela per-

kara mereka dan berbicara tentang mereka dengan penuh 

rasa hormat. Ia bersukacita saat   mereka berhasil, dan 

berduka saat   mereka disingkirkan. Dan, apabila mereka 

sudah tiada, kenangan tentang mereka sangat mulia bagi-

nya. Semuanya ini dapat kita pakai untuk menilai diri kita 

sendiri sampai batas tertentu. Aturan-aturan apa yang kita 

pakai dalam menghakimi orang lain?   

5.  Ia yaitu   orang yang selalu mengutamakan suara hati nurani 

yang baik daripada kepentingan atau keuntungan duniawi apa 

pun. sebab  , jika ia telah berjanji dengan sumpah untuk mela-

kukan apa saja, meskipun setelah itu sangat tampak bahwa 

 Kitab Mazmur 15:1-5 

 193 

apa yang disumpahkannya akan membawa kerusakan dan ke-

rugian pada harta duniawinya, ia tetap berpegang pada sum-

pahnya itu dan tidak berubah (ay. 4). Lihatlah bagaimana 

lemah dan piciknya pandangan bahkan dari orang yang bijak 

dan baik sekalipun kadang-kadang. Ia bersumpah walaupun 

rugi, yang tidak mereka sadari saat   mereka mengambil sum-

pah itu. Sekalipun demikian, lihatlah betapa kuatnya kewajib-

an sumpah itu, sehingga orang harus lebih memilih menderita 

kerugian bagi dirinya sendiri atau keluarganya daripada ber-

buat salah terhadap sesamanya dengan melanggar sumpah-

nya. Sumpah yaitu   hal yang suci, yang tidak boleh kita per-

mainkan dengan seenaknya. 

6.  Ia yaitu   orang yang tidak akan menambah kekayaannya de-

ngan perbuatan-perbuatan yang tidak adil (ay. 5). 

(1) Tidak dengan pemerasan: ia tidak meminjamkan uangnya 

dengan makan riba supaya dapat hidup nyaman di atas 

jerih payah orang lain, sementara ia masih mempunyai ke-

mampuan untuk mengembangkan kekayaannya dengan 

kerja kerasnya sendiri. Ini bukanlah berarti bahwa si pem-

beri piutang telah melakukan pelanggaran hartikel  m keadilan 

atau kasih saat   dia mendapatkan untung dari si pemin-

jam yang memakai uangnya itu. Hal ini sama saja seperti 

pemilik tanah menuntut uang sewa dari penyewa tanah-

nya. Dengan keterampilan dan kerja, uang juga dapat di-

kembangkan seperti halnya tanah. Namun, penduduk Sion 

akan meminjamkan dengan cuma-cuma kepada orang 

miskin, menurut kemampuannya, dan tidak berlaku keras 

serta ketat dalam menuntut haknya dari orang-orang yang 

berkekurangan sebab   penyelenggaraan Sang Pemelihara.  

(2) Tidak dengan suap: ia tidak akan menerima suap melawan 

orang yang tak bersalah. Jika ia bekerja di bagian layanan 

pengadilan umum, ia tidak akan mencari atau mengharap-

kan keuntungan bagi dirinya sendiri dengan melakukan 

sesuatu yang merugikan suatu perkara yang benar.  

III. Mazmur ini diakhiri dengan suatu pengartikel  han terhadap sifat 

warga Sion ini. Ia seperti Gunung Sion itu sendiri, yang tidak bisa 

digoyang, tetapi tetap tinggal untuk selama-lamanya (125:1). Se-

tiap anggota jemaat yang sejati dan hidup, seperti jemaat itu 


 194

sendiri, didirikan di atas batu karang, yang tidak bisa dikuasai 

oleh alam maut: Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah 

selama-lamanya, tidak akan pernah goyah. Anugerah Allah akan 

selalu cartikel  p baginya, untuk menjaganya tetap aman dan tidak 

bercacat bagi Kerajaan Sorga. Berbagai pencobaan tidak akan me-

ngalahkannya, berbagai permasalahan tidak akan membuatnya 

kewalahan, dan tidak ada yang akan dapat merampas dari dia da-

mai sejahteranya sekarang ini atau kebahagiaannya yang akan 

datang.  

Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus mengajar dan mem-

peringatkan diri kita sendiri, dan saling memperingatkan, supaya 

masing-masing memenuhi sifat-sifat warga Sion seperti yang digam-

barkan di sini. Dengan begitu, kita tidak diusir dari kemah Allah di 

bumi, dan pada akhirnya boleh tiba di gunung yang kudus itu, tem-

pat di mana kita akan berada jauh dari jangkuan pencobaan dan ba-

haya untuk selama-lamanya. 

PASAL 16  

azmur ini menceritakan sedikit tentang Daud, tetapi lebih 

banyak tentang Kristus. Mazmur ini diawali dengan ungkapan 

bakti yang bisa ditujukan kepada Kristus, tetapi diakhiri dengan 

keyakinan yang begitu besar akan kebangkitan (dan begitu terperinci-

nya sampai-sampai ditegaskan bahwa kebinasaan pun akan dicegah) 

yang hanya boleh ditujukan kepada Kristus, kepada Dia saja, dan 

tidak bisa dipahami sebagai ditujukan kepada Daud, sebagaimana 

yang telah diamati oleh Rasul Petrus dan Rasul Paulus (Kis. 2:24; 

13:36). Sebab, Daud mati dan dikuburkan, dan melihat kebinasaan.   

I. Daud membicarakan dirinya sendiri sebagai bagian dari 

Kristus, dan sebab   itulah dia mewakili semua orang Kristen 

yang saleh, menyatakan keyakinannya dalam Allah (ay. 1), 

kesehatiannya dengan Allah (ay. 2), kasih sayangnya kepada 

umat Allah (ay. 3), ketaatannya untuk menyembah Allah de-

ngan cara yang benar (ay. 4), dan seluruh kebanggaan serta 

kepuasannya di dalam Allah serta bagian yang didapatnya di 

dalam Dia (ay. 5-7).  

II. Dia membicarakan dirinya sendiri sebagai gambaran dari 

Kristus, sehingga ia pun mewakili pribadi Kristus sendiri, 

yang kepada-Nya semua bagian selebihnya dari mazmur ini 

dengan jelas dan panjang lebar ditujukan (Kis. 2:25, dst.). 

Daud berkata tentang Dia (dan bukan tentang dirinya sen-

diri), “Aku senantiasa memandang kepada Tuhan.” Dan se-

bagai seorang nabi, inilah yang ia katakan (ay. 30-31). Dia 

berkata-kata,  

1.  Mengenai hadirat istimewa Allah yang menyertai Sang 

Penebus di dalam pelayanan dan penderitaan-Nya (ay. 8).  


 196

2. Mengenai pengharapan yang akan diperoleh Sang Pene-

bus dari kebangkitan-Nya dan kemuliaan yang mengikuti 

setelah itu, yang menyokong-Nya di dalam menunaikan 

tugas-Nya dengan penuh sukacita (ay. 9-11).  

Iman yang Mempercayai; Penyucian Diri Bagi Allah 

(16:1-7) 

Miktam. Dari Daud. 1 Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. 

2 Aku berkata kepada TUHAN: “Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik 

bagiku selain Engkau!”  3 Orang-orang kudus yang ada di tanah ini, mereka-

lah orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku. 4 Bertambah besar 

kesedihan orang-orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut mem-

persembahkan korban curahan mereka yang dari darah, juga tidak akan 

menyebut-nyebut nama mereka di bibirku. 5 Ya TUHAN, Engkaulah bagian 

warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang di-

undikan kepadaku. 6 Tali pengartikel  r jatuh bagiku di tempat-tempat yang per-

mai; ya, milik pusakaku menyenangkan hatiku. 7 Aku memuji TUHAN, yang 

telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku 

mengajari aku. 

Mazmur ini diberi judul Miktam, yang diterjemahkan sebagian orang 

sebagai mazmur emas, yang sangat berharga dan harus kita hargai 

lebih daripada emas. Ya, bahkan lebih daripada emas murni, sebab 

mazmur ini menjelaskan dengan amat jelas mengenai Kristus dan ke-

bangkitan-Nya. Dialah harta sejati yang tersembunyi di ladang Per-

janjian Lama.   

I.  Di sini Daud berlari ke dalam perlindungan Allah dengan keyakin-

an mendalam dan hati riang (ay. 1): “Jagalah aku, ya Allah! dari 

maut, dan terutama dari dosa-dosa yang terus menerus meng-

gempurku. Sebab pada-Mu, dan hanya pada-Mu saja, aku berlin-

dung.” Orang-orang dengan iman menyerahkan diri ke dalam 

pemeliharaan ilahi dan berserah kepada bimbingan ilahi memiliki 

alasan untuk mengharap-harapkan berkat penyerahan dirinya 

itu. Hal ini dapat diterapkan kepada Kristus, yang berdoa, Bapa, 

selamatkanlah Aku dari saat ini, dan Ia percaya kepada Allah, 

bahwa Allah akan menyelamatkan-Nya.  

II. Daud menyatakan dengan sungguh rasa baktinya kepada Allah 

sebagai Allahnya (ay. 2): “Aku berkata kepada TUHAN: Engkaulah 

Tuhanku, dan sebab   itulah aku berani mempercayai-Nya.” 

 Kitab Mazmur 16:1-7 

 197 

Perhatikanlah:  

1.  Mengakui Tuhan sebagai Tuhan kita merupakan kewajiban 

dan kepentingan setiap dari kita. Kita wajib tunduk kepada-

Nya, dan melekat erat kepada-Nya. Adonai berarti Penopangku, 

kekuatan hatiku.  

2.  Hal itu harus dilakukan dengan jiwa kita: “Oh jiwaku! Engkau 

telah mengatakannya.” Mengikat janji dengan Allah haruslah 

disertai kesungguhan hati. Segala yang ada di dalam diri kita 

harus ikut dilibatkan di dalamnya.   

3. Orang-orang yang telah menetapkan Allah sebagai Allah me-

reka harus kerap mengingatkan diri mereka sendiri mengenai 

apa yang telah mereka putuskan itu. “Sudahkah engkau ber-

kata kepada Tuhan, Engkaulah Tuhanku? Katakanlah sekali 

lagi, berteguhlah di dalamnya dan jangan pernah menarik 

kembali ucapanmu itu. Sudahkah engkau mengatakannya? 

Kecaplah penghiburan dari pengakuanmu itu dan jalanilah ke-

hidupanmu sesuai dengannya. Dia yaitu   Tuhanmu, jadi sem-

bahlah Dia dan biarlah matamu selalu tertuju kepada-Nya.”  

III. Daud membaktikan dirinya untuk kehormatan Allah melalui pela-

yanannya bagi para orang-orang kudus (ay. 2-3): Kebajikanku 

tiada sampai kepada-Mu, melainkan kepada orang-orang kudus. 

Perhatikanlah:  

1. Orang-orang yang mengakui Tuhan sebagai Tuhan mereka 

haruslah menjadi baik dan berbuat baik seperti Dia. Kita tidak 

bisa mengharapkan kebahagiaan tanpa kebaikan.  

2.  Kebaikan apa pun yang ada dalam diri kita, ataupun yang bisa 

kita lakukan, haruslah kita akui dengan segala kerendahan 

hati bahwa hal itu tiada sampai kepada Allah, sehingga kita 

tidak memiliki alasan untuk berpikir bahwa kita berjasa kare-

nanya. Allah tidak memerlukan pelayanan kita, Dia tidak di-

untungkan sebab  nya, dan segala yang kita buat juga tidak 

akan sanggup menambah apa pun pada kesempurnaan dan 

berkat-Nya yang tidak terbatas. Manusia yang paling bijak-

sana, paling baik dan paling berguna di dunia pun tidak meng-

untungkan Allah (Ayb. 22:2; 35:7). Allah itu jauh melampaui 

kita dan berbahagia tanpa kita, dan kebaikan apa saja yang 

kita lakukan semuanya bersumber dari Dia. sebab   itulah, 


 198

kita berutang kepada-Nya dan bukan sebaliknya. Daud meng-

akui hal ini (1Taw. 29:14), dari tangan-Mu sendirilah persem-

bahan yang kami berikan kepada-Mu.  

3.  Jika Allah ialah Allah kita, maka kita harus berbuat kebaikan 

kepada orang-orang kepunyaan-Nya, demi kemuliaan nama-

Nya, yaitu kepada orang-orang kudus di tanah ini. Sebab, Dia 

selalu berkenan dan menganggap setiap perbuatan yang kita 

lakukan bagi mereka sebagai perbuatan yang kita lakukan 

bagi diri-Nya sendiri, sebab   Dia telah menunjuk mereka seba-

gai penerima kebaikan itu.  

Perhatikanlah:  

(1) Ada orang-orang kudus di muka bumi ini. Dan kita semua 

haruslah menjadi orang-orang kudus di bumi ini, atau kita 

tidak akan pernah menjadi orang-orang kudus di sorga. 

Orang-orang yang diperbarui dengan anugerah Allah dan 

mengabdi demi kemuliaan Allah yaitu   orang-orang kudus 

di tanah ini.  

(2) Orang-orang kudus di tanah ini merupakan orang-orang 

yang hebat, mulia, gagah perkasa, akan tetapi sebagian 

dari mereka begitu miskin di mata dunia sampai-sampai 

Daud harus mengulurkan kebaikannya kepada mereka. 

Allah menjadikan mereka hebat oleh anugerah yang Ia 

berikan kepada mereka. Orang yang benar itu terlebih mulia 

adanya dari pada segala kawannya, dan sebab   itulah 

Allah menganggap mereka hebat. Mereka berharga di mata-

Nya dan terpandang. Mereka yaitu   permata-Nya, harta-

Nya yang istimewa. Allah mereka yaitu   kemuliaan mere-

ka, dan merupakan mahkota kecantikan bagi mereka.  

(3) Semua orang yang telah menjadikan Tuhan sebagai Allah 

mereka bersuka atas orang-orang kudus-Nya dan meng-

anggap mereka hebat, sebab   mereka mengenakan gam-

baran-Nya dan sebab   Dia mengasihi mereka. Daud, mes-

kipun ia yaitu   seorang raja, bersekutu dengan semua 

orang yang takut kepada Allah (Mzm. 119:63), bahkan yang 

termiskin sekalipun, yang menandakan bahwa ia bersuka 

atas mereka. 

(4) Bersuka saja atas orang-orang kudus itu tidaklah cartikel  p 

bagi kita, tetapi, setiap kali ada kesempatan, kita harus 

 Kitab Mazmur 16:1-7 

 199 

melayangkan kebaikan kita kepada mereka. Kita harus 

selalu siap sedia untuk menunjukkan kebaikan kita setiap 

kali mereka memerlukannya, menolong mencartikel  pi kebu-

tuhan mereka, dan melimpahi mereka dengan pekerjaan 

kasih. Semua ini dapat diterapkan kepada Kristus. Kesela-

matan yang Ia kerjakan bagi kita tidaklah mendatangkan 

keuntungan bagi Allah, sebab kebinasaan kita tidak akan 

merugikan-Nya. Akan tetapi, kebaikan dan berkat dari ke-

selamatan itu sampai kepada kita umat manusia, yang 

menjadi kesenangan-Nya (Ams. 8:31). Bagi merekalah, kata-

Nya, Aku menguduskan diri-Ku (Yoh. 17:19). Kristus saja 

bersuka atas orang-orang kudus di bumi ini, dengan segala 

kelemahan dan kekurangan mereka yang beraneka ragam. 

Jadi beralasanlah bagi kita untuk berbuat serupa.  

IV. Daud menolak pemujaan terhadap segala allah palsu dan segenap 

persekutuan dengan para penyembahnya (ay. 4).  

Di sini:  

1.  Dia menyatakan kutukan yang akan menimpa para penyem-

bah berhala, yang bergiat memburu allah lain, tergila-gila ke-

pada berhala-berhala mereka dan terus mengejar mereka se-

akan-akan berhala-berhala itu akan lolos dari mereka: Bertam-

bah besar kesedihan mereka, baik oleh sebab   penghakiman 

dari Allah yang benar, yang mereka timpakan sendiri sebab   

meninggalkan-Nya, maupun oleh sebab   kekecewaan terhadap 

ilah-ilah palsu yang mereka puja. Orang-orang yang menyem-

bah banyak ilah mendatangkan banyak kedukaan pula bagi 

diri sendiri. Sebab, siapa pun yang berpikir bahwa satu Allah 

itu tidak cartikel  p, dia akan menemukan bahwa dua ilah justru 

terlalu banyak, tetapi masih juga akan merasa seratus ilah 

tidak cartikel  p-cartikel  p pula.  

2.  Dia mengumandangkan tekadnya untuk tidak berurusan apa 

pun dengan mereka dan dengan pekerjaan kegelapan mereka 

yang sia-sia: “Tiada aku mau mencucurkan persembahan mi-

numan mereka itu yang dari pada darah adanya. Bukan saja 

sebab   korban curahan itu dipersembahkan kepada ilah-ilah 

palsu, tetapi juga sebab   korban curahan itu sendiri begitu 

menjijikkan.” sebab   darah itu sifatnya menebus, meminum-


 200

nya di mezbah Allah benar-benar merupakan sebuah tindakan 

terlarang, sehingga persembahan minuman dilakukan dengan 

anggur. Akan tetapi Iblis menyuruh para pemujanya meminum 

darah korban untuk mengajari mereka supaya menjadi kejam. 

“Aku tidak sudi memiliki urusan apa pun” (kata Daud) “de-

ngan ilah-ilah yang haus darah itu, bahkan juga tidak akan 

menyebut-nyebut nama mereka di bibirku dengan rasa senang 

ataupun rasa hormat.” Demikianlah kita juga harus membenci 

berhala dan penyembahan berhala dengan kebencian yang 

menyala-nyala. Beberapa orang menganggap hal tersebut juga 

berkaitan dengan Kristus dan tugas yang diemban-Nya. Tugas-

Nya menunjukkan sifat dari korban yang Ia persembahkan 

(korban itu bukanlah darah lembu dan kambing yang diper-

sembahkan sesuai dengan hartikel  m Taurat. Korban seperti itu 

tidak pernah dipanggil namanya, bahkan tidak pernah dise-

but-sebut oleh-Nya. Korban itu tiada lain yaitu   darah-Nya 

sendiri). Tugas-Nya itu juga menunjukkan kedukaan berlipat 

ganda yang dialami orang-orang Yahudi yang tidak percaya, 

yang bergiat mengejar raja lain, yaitu kaisar, dan masih juga 

terus bertekun menantikan mesias yang lain, yang sia-sia saja 

mereka cari.  

V. Daud mengulangi keputusan bulatnya dalam memilih Allah seba-

gai bagian dan sukacitanya (ay. 5). Ia menikmati penghiburan 

yang ditimbulkan oleh pilihannya itu (ay. 6), dan memberi kemu-

liaan kepada Allah atas pilihannya itu (ay. 7). Perkataannya itu 

benar-benar menggambarkan bahasa jiwa yang saleh dan berbakti 

sedalam-dalamnya. 

1.  Memilih Tuhan sebagai bagian dan sukacitanya. “Kebanyakan 

manusia menjadikan dunia sebagai sumber kebaikan baginya 

dan menempatkan kebahagiaan mereka di dalam kenikmatan 

akan dunia itu. Tetapi, inilah yang kukatakan, Ya Tuhan, 

Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, bagian yang kupilih 

dan hendak kupertahankan dengan penuh sukacita, tidak 

peduli betapa miskinnya keadaanku di dunia ini.  Biarlah aku 

memiliki kasih dan kebaikan Allah dan diterima oleh-Nya. Se-

moga aku mendapatkan penghiburan di dalam persekutuan 

dengan Allah dan dipuaskan oleh anugerah dan penghiburan 

yang datang dari-Nya. Semoga aku mendapat bagian di dalam 

 Kitab Mazmur 16:1-7 

 201 

janji-janji-Nya, dan berhak atas hidup dan kebahagiaan kekal 

di masa akan datang. Dengan demikian, sudahlah cartikel  p bagi-

ku, tidak ada yang aku perlukan lagi, tiada yang aku inginkan 

lagi, untuk menyempurnakan kebahagiaanku.” Jika kita ingin 

berbuat baik dan bijak bagi diri kita sendiri, maka kita harus 

menerima Allah, di dalam Kristus, sebagai,   

(1)  Bagian warisan kita di dunia yang lain. Sorga merupakan 

sebuah warisan. Di sana, Allah sendiri menjadi warisan 

bagi orang-orang kudus, dan menikmati Dia merupakan 

kebahagiaan yang kekal buat mereka. Kita harus mengang-

gap sorga sebagai warisan kita, rumah kita, tempat peristi-

rahatan kita, kekekalan kita yang indah dan abadi, dan 

memandang dunia ini tidak lebih dari sebuah negeri yang 

terbentang di tengah-tengah perjalanan kita.  

(2) Bagian dari piala kita di dunia ini, yang menguatkan, me-

nyegarkan, dan mencegah kita dari kelesuan. Orang-orang 

yang tidak memiliki Allah sebagai bagian mereka yaitu   

orang-orang yang tidak menganggap penghiburan dari-Nya 

sebagai kebaikan yang paling menyegarkan, dan sebab   itu 

tidak mengenalnya dan memanfaatkannya untuk mengim-

bangi dukacita dan untuk meringankan cawan pahit pen-

deritaan saat ini.   

2. Mempercayai Dia untuk mengamankan bagian kita itu: “Eng-

kau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan ke-

padaku. Engkau yang melalui perjanjian sudah memberi diri-

Mu kepadaku, untuk menjadi milikku, juga melaksanakan apa 

yang telah Engkau janjikan kepadaku, dan tidak akan pernah 

membiarkanku kehilangan kebahagiaan ini, juga tidak akan 

pernah membiarkan kuasa musuh merenggutnya dariku. Ti-

dak ada yang dapat merebutku dari tangan-Mu atau memisah-

kanku dari kasih-Mu dari belas kasih-Mu bagi Daud.” Orang-

orang kudus dan kebahagiaan mereka dipelihara oleh kuasa 

Allah.  

3.  Bersuka atas bagian ini dan berpuas di dalamnya (ay. 6): Tali 

pengartikel  r jatuh bagiku di tempat-tempat yang permai. Orang-

orang yang memiliki Allah sebagai bagian mereka mempunyai 

alasan untuk berkata seperti itu. Mereka memiliki bagian yang 

berharga, milik pusaka yang menyenangkan hati. Apa lagi 


 202

yang lebih baik dari itu? Apa lagi yang dapat mereka ingini 

lebih dari itu? Kembalilah tenang, hai jiwaku, tidak perlu men-

cari-cari lagi. Perhatikanlah, orang-orang yang penuh dengan 

anugerah tidak pernah menginginkan sesuatu yang lagi selain 

Allah, meskipun mereka masih mengingini Allah lebih dalam 

lagi. Mereka telah dipuaskan oleh kebaikan kasih-Nya, puas 

dengan melimpah hingga tidak mengingini kesenangan daging 

atau hiburan dan kenikmatan indrawi, melainkan selalu ber-

bahagia dengan apa yang mereka miliki itu. Mereka yakin 

akan bahagia sempurna dengan apa yang mereka harapkan. 

sebab   itulah, orang-orang yang undinya dibuang di tanah 

yang terang seperti undi Daud, di lembah penglihatan di mana 

Allah dikenal dan disembah, memiliki alasan kuat untuk ber-

kata, “Tali pengartikel  r jatuh bagiku di tempat-tempat yang per-

mai.” Maka, terlebih lagi yang terjadi pada orang-orang yang 

bukan saja memiliki sarana, tetapi juga tujuan, bukan hanya 

tanah Imanuel, tetapi juga kasih Imanuel.  

4. Mengucap syartikel  r kepada Allah sebab   itu, dan juga atas anu-

gerah yang telah memampukan dia untuk mengambil pilihan 

yang bijak dan penuh sukacita ini (ay. 7): “Aku memuji TUHAN, 

yang telah memberi nasihat kepadaku, yaitu nasihat untuk 

menjadikan-Nya sebagai bagianku dan sukacitaku.” Kita ini 

memang begitu bodoh dan bebal, sehingga jika kita dibiarkan 

sendirian, hati kita tentu akan mengikuti mata kita dan kita 

akan memilih semua khayalan kita serta mengabaikan belas 

kasihan dengan cara menukarnya dengan segala dusta yang 

sia-sia. sebab   itulah, jika kita telah memilih Allah sebagai 

bagian dan berkat rohani kita yang kekal, lebih daripada hal-

hal yang bersifat sementara saja, kita harus mengakui dengan 

penuh rasa syartikel  r, kuasa dan kebaikan anugerah ilahi yang 

sudah membimbing dan memampukan kita untuk membuat 

pilihan seperti itu. Jika kita menikmati kesenangan seperti itu, 

biarlah Allah juga menikmati pujian atasnya.  

5. Mempergunakannya dengan baik. Setelah Allah memberinya 

nasihat melalui firman dan Roh-Nya, batin-nya (pikiran-pikir-

annya sendiri) juga mengarahkan dia di malam hari. Saat dia 

berdiam diri dan sendirian, menyepi dari dunia ini, saat itulah 

hati nuraninya (yang di sini disebut batin, Yer. 17:10) tidak ha-

nya mengingat kembali dengan sukacita pilihan yang telah 

Kitab Mazmur 16:8-11 

 203 

 ia buat itu, tetapi juga membimbing dan menegurnya menge-

nai tugas-tugas yang harus dikerjakannya sesuai pilihannya 

itu. Hati nuraninya mengujinya dan membangkitkan serta me-

nyemangati dia untuk hidup sebagai orang yang memiliki Allah 

sebagai bagiannya, untuk hidup dengan iman mengandalkan 

Dia dan hidup bagi Dia. Orang-orang yang memiliki Allah se-

bagai bagian mereka, dan yang mau setia kepada-Nya, harus-

lah mengizinkan hati nurani mereka untuk berlaku setia dan 

berterus terang kepada mereka.  

Semua itu dapat diterapkan kepada Kristus, yang menjadikan 

Tuhan sebagai bagian-Nya dan yang bersuka dengan bagian-Nya itu. 

Ia menjadikan kemuliaan Bapa-Nya sebagai tujuan-Nya yang terting-

gi. Makanan dan minuman-Nya yaitu   mencari dan melakukan ke-

hendak-Nya. Ia bersukacita melaksanakan tugas-Nya dan patuh ter-

hadap nasihat Bapa-Nya. Ia mengandalkan-Nya untuk meneguhkan 

bagian-Nya dan untuk menyertai Dia di sepanjang pelaksanaan tu-

gas-Nya. Kita juga bisa menerapkan semuanya ini bagi diri kita sen-

diri dengan menyanyikan ayat-ayat mazmur ini, sambil memperbarui 

kembali pilihan kita akan Allah sebagai milik kita dengan kepuasan 

dan kebahagiaan yang kudus.  

Nubuatan Mengenai Mesias;  

Penderitaan dan Kemuliaan Kristus Setelahnya 

(16:8-11) 

8 Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; sebab   Ia berdiri di sebelah 

kananku, aku tidak goyah.  9 Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku ber-

sorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; 10 sebab Engkau 

tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang 

Kudus-Mu melihat kebinasaan. 11 Engkau memberitahukan kepadaku jalan 

kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-

Mu ada nikmat senantiasa. 

Semua ayat di atas dikutip oleh Rasul Petrus dalam khotbahnya yang 

pertama, setelah Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta (Kis. 

2:25-28). Dengan jelas Petrus mengatakan kepada kita bahwa Daud 

berbicara tentang Kristus, terutama mengenai kebangkitan-Nya. Kita 

bisa saja mengartikan ayat-ayat ini sebagai ungkapan Daud sendiri, 

yang menggambarkan kasihnya yang begitu dalam kepada Allah, dan 

bagaimana ia menggantungkan diri kepada anugerah-Nya untuk me-


 204

nyempurnakan segala sesuatu bagi dia. Dan bahwa Daud menanti-

nantikan pengharapan yang penuh berkat itu dan keadaan yang 

berbahagia nanti dalam kehidupan setelah mati saat ia menikmati 

Allah saat ini. Akan tetapi, di dalam ungkapan hatinya terhadap Allah 

dan sorga ini, Daud dibawa oleh Roh nubuatan jauh melebihi dirinya 

sehingga ia tidak saja merenung mengenai dirinya dan perkaranya 

sendiri. Sebaliknya, ia menubuatkan mengenai Mesias, dengan ung-

kapan-ungkapan yang hanya berlaku khusus untuk Mesias, dan 

tidak bisa diartikan sebagai penjelasan mengenai dirinya sendiri. Per-

janjian Baru memperlengkapi kita dengan sebuah kunci untuk mem-

buka misteri bait-bait tersebut.  

I.  Pastilah ayat-ayat ini haruslah diterapkan bagi Kristus. Mengenai 

Dialah sang nabi mengatakan hal itu, seperti juga yang dilakukan 

banyak nabi lainnya dalam Perjanjian Lama, yang memberi kesak-

sian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan 

tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu (1Ptr. 1:11), 

dan inilah yang menjadi pokok dari nubuatan ini. Sudah dinu-

buatkan (seperti yang Ia sendiri telah tunjukkan mengenai hal ini, 

tidak diragukan lagi, di antara nubuatan-nubuatan lain dalam 

mazmur ini, Luk. 24:44, 46) bahwa Kristus akan menderita dan 

bangkit dari antara orang mati (1Kor. 15:3-4). 

1. Bahwa Dia harus menderita dan mati. Hal ini tersirat saat  

Daud berkata (ay. 8), “Aku tidak goyah,” yang menunjukkan 

bahwa Kristus akan diserang dan diperlakukan dengan amat 

semena-mena seperti yang terjadi sesaat sebelum Ia mati, saat 

jiwa-Nya sangat merana, dan waktu Ia berdoa supaya cawan 

itu dilalukan dari-Nya. Saat Daud berkata, “Tubuhku akan 

diam,” sebenarnya hal itu berarti bahwa Kristus harus mele-

paskan raga-Nya dan sebab   itulah Dia harus mengalami se-

gala kesakitan maut. Hal itu juga dengan jelas menegaskan 

bahwa jiwa-Nya harus dipisahkan dari tubuh-Nya, dan tubuh-

Nya yang dicampakkan itu terancam bahaya harus melihat ke-

binasaan, yakni bahwa Dia bukan saja harus mati, melainkan 

juga harus dikuburkan dan tinggal beberapa saat di bawah 

kuasa maut.  

2.  Bahwa Dia akan disokong dengan cara yang ajaib oleh kuasa 

ilahi di dalam penderitaan dan saat sekarat-Nya.  

Kitab Mazmur 16:8-11 

 205 

(1)  Bahwa Dia tidak goyah, tidak akan terlempar keluar dari 

tugas-Nya ataupun tenggelam di bawah beban berat tugas-

Nya itu. Dia tidak akan menjadi pudar dan tidak akan pa-

tah terkulai (Yes. 42:4), melainkan akan terus bertahan di 

dalam tugas-Nya sampai Dia dapat berkata, Sudah selesai. 

Meskipun pelayanan itu sulit dan perseteruannya begitu 

sengit, dan Dia harus mengirik anggur sendirian, Dia tidak 

goyah atau menyerah, melainkan menjadikan muka-Nya 

seolah-olah batu besi (Yes. 50:7-9). Inilah Aku, biarkanlah 

mereka ini pergi. Bahkan,  

(2) Hati-Nya akan bersuka dan kemuliaan-Nya bergembira, 

bahwa Dia akan melanjutkan tugas-Nya, bukan saja de-

ngan tekad yang kuat, tetapi juga dengan penuh kegirang-

an dan dengan kepuasan serta kesenangan yang tiada ter-

perikan. Camkanlah perkataan-Nya ini (Yoh. 17:11), Aku 

tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi Aku datang kepada-

Mu, dan juga (Yoh. 18:11), Bukankah Aku harus minum ca-

wan yang diberikan Bapa kepada-Ku? Dan banyak lagi per-

kataan lain yang serupa. Kemuliaan-Nya itu artinya lidah-

Nya, seperti yang tampak dalam Kisah Para Rasul 2:26 (TL). 

Sebab lidah kita yaitu   kemuliaan kita, dan memang demi-

kian adanya saat   lidah itu dipergunakan untuk memper-

muliakan Allah. Ada tiga hal yang menyokong dan mene-

guhkan Dia untuk tetap bersukacita:  

[1] Rasa hormat-Nya kepada kehendak dan kemuliaan 

Bapa-Nya di dalam segala hal yang Ia perbuat: Aku se-

nantiasa memandang kepada TUHAN. Dia masih me-

musatkan pandangan-Nya kepada perintah Bapa-Nya 

(Yoh. 10:18, 14:31) dan kehendak Dia yang mengutus-

Nya. Tujuan utama-Nya yaitu   kehormatan Bapa-Nya 

dan pemulihan kepentingan kerajaan-Nya di antara 

umat manusia. Hal inilah yang membuat-Nya tidak ter-

goyahkan oleh kesulitan-kesulitan yang Ia hadapi. Se-

bab, Dia selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan 

hati Bapa-Nya.   

[2] Keyakinan teguh yang Ia miliki mengenai kehadiran 

Bapa bersama-Nya di dalam penderitaan-Nya: Ia berdiri 

di sebelah kananku, pertolongan yang selalu tersedia 

bagi-Ku, dekat setiap kali dibutuhkan. Dia yang menya-


 206

takan aku benar telah dekat (Yes. 50:8). Ia berdiri di 

sebelah kanan-Ku, untuk mengarahkan dan menguat-

kan tangan-Ku, serta menopangnya (Mzm. 89:22). Saat 

jiwa-Nya sedang menderita, seorang malaikat dikirim-

kan dari sorga untuk memberi kekuatan kepada-Nya 

(Luk. 22:43). Berkat kekuatan itulah maka kemenangan 

terjadi di kayu salib. Tuhan yang berdiri di sebelah ka-

nan-Nyalah yang meremukkan raja-raja (Mzm. 110:5; 

Yes. 52:1-2). 

[3] Ia menanti-nantikan kemuliaan yang akan terjadi sete-

lah penderitaan-Nya. Demi sukacita yang disediakan 

bagi Dialah, maka Ia tekun memikul salib-Nya (Ibr. 12:2). 

Dia diam dalam pengharapan, dan hal itu membuat 

tempat kediamannya menjadi mulia (Yes. 11:10). Dia 

tahu bahwa Dia akan dibenarkan di dalam Roh melalui 

kebangkitan-Nya, dan segera dipermuliakan sesudah-

nya (Yoh. 13:31-32). 

3.  Bahwa Dia pasti dibawa melewati semua penderitaan-Nya, dan 

dilepaskan dari kuasa maut melalui kebangkitan-Nya yang 

mulia.   

(1) Supaya jiwa-Nya tidak dicampakkan di neraka. Artinya, 

jiwa manusia-Nya tidak harus tercampak terlalu lama se-

bagaimana yang biasanya terjadi pada jiwa-jiwa manusia, 

dalam keadaan terpisah dari tubuh, tetapi hanya sesaat 

saja. Jiwa-Nya kembali dan dipersatukan dengan tubuh-

Nya lagi, dan tidak akan pernah dipisahkan lagi.  

(2) Supaya sebagai Yang Kudus dan istimewa dari Allah, yang 

telah dikuduskan untuk melakukan pekerjaan penebusan 

dan bebas sama sekali dari dosa, Dia tidak perlu melihat 

atau merasakan kebinasaan. Hal ini menyiratkan bahwa 

Dia bukan saja akan dibangkitkan dari kubur, tetapi juga 

dibangkitkan dengan segera supaya jasad-Nya tidak mem-

busuk, yang pastinya akan terjadi secara alami, jika saja 

Dia tidak bangkit pada hari ketiga. Kita yang memiliki ba-

nyak kebusukan di dalam jiwa kita pastilah memiliki tubuh 

yang juga akan membusuk (Ayb. 24:19). Akan tetapi, Yang 

Kudus dari Allah, yang tidak mengenal dosa, tidak melihat 

kebinasaan. Berdasarkan hartikel  m Taurat, bagian-bagian 

Kitab Mazmur 16:8-11 

 207 

korban yang tidak dibakar di mezbah dilarang keras untuk 

disimpan sampai hari ketiga, sebab jika tidak begitu, bagi-

an-bagian itu akan menjadi busuk (Im. 7:15, 18). Hal itu 

mungkin dapat menjelaskan mengapa Kristus bangkit pada 

hari ketiga, yaitu supaya Ia tidak melihat kebinasaan – juga 

supaya tidak ada satu pun tulang-Nya yang dipatahkan.  

4.  Bahwa Dia akan memperoleh upah berlimpah-limpah sebagai 

ganti penderitaan-Nya, dengan mendapatkan sukacita yang di-

persiapkan bagi Dia (ay. 11).  

Dia sungguh yakin: 

(1)  Bahwa Dia tidak akan melewatkan kemuliaan-Nya: “Eng-

kau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan dan mem-

bimbing-Ku kepada kehidupan melalui lembah kekelaman 

ini.” Yakin dengan ini, maka saat Ia menyerahkan nyawa-

Nya Ia pun berkata, Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserah-

kan nyawa-Ku. Sebelum itu pun Dia juga berkata, ya Bapa, 

permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri.  

(2) Bahwa Dia akan diterima ke dalam hadirat Allah, untuk 

duduk di sebelah kanan-Nya. Penerimaan diri-Nya di hadi-

rat Allah itu merupakan penerimaan atas pelayanan-Nya, 

dan kedudukan-Nya di sebelah kanan Allah merupakan im-

balan atas pelayanan-Nya itu.  

(3) Oleh sebab   itu, sebagai upah dari segala duka yang Ia 

alami demi penebusan kita, maka sudah selayaknya pula 

jika Dia mendapatkan sukacita berlimpah-limpah, dan nik-

mat senantiasa. Ia bukan saja mendapatkan kemuliaan 

yang telah Ia miliki sebagai Allah, yaitu yang dimilikinya 

bersama Allah sebelum dunia dijadikan, tetapi juga suka-

cita dan nikmat sebagai Sang Pengantara, yaitu dengan 

melihat keturunan-Nya dan keberhasilan serta kejayaan 

tugas yang telah Dia lakukan (Yes. 53:10-11). 

II.  sebab   Kristus merupakan Sang Kepala dari tubuh, yaitu jemaat, 

maka sebagian besar ayat-ayat di atas bisa diterapkan juga ke-

pada semua orang Kristen yang saleh, yang dibimbing dan dige-

rakkan oleh Roh Kristus. Maka dengan menyanyikan mazmur itu 

saat kita terlebih dulu memberikan kemuliaan kepada Kristus 

yang di dalam-Nya telah tergenapi seluruh mazmur itu, kita dapat 


 208

mendorong dan membangun diri kita sendiri serta satu sama lain 

dengan ayat-ayat itu, dan dengan begitu dapat belajar,  

1. Bahwa merupakan hikmat dan tugas kita untuk senantiasa 

menempatkan Tuhan di depan kita dan memandang Dia terus-

menerus di sebelah kanan kita di mana pun kita berada. Kita 

harus memandang Dia sebagai tujuan kita yang paling utama 

dan mulia. Memandang Dia sebagai pemilik, penguasa dan ha-

kim kita, sebagai pelindung kita yang baik, pembimbing kita 

yang benar dan pengawas kita yang tegas. Dan, saat kita mela-

kukan semua itu, kita tidak akan tergoyahkan, baik dari tugas 

kita maupun dari penghiburan yang kita miliki. Paulus yang 

terberkati itu pun senantiasa memandang kepada Tuhan se-

hingga sekalipun belenggu dan kesukaran menanti dia, dia 

masih dapat berkata dengan berani, Aku tidak menghiraukan 

nyawaku sedikit pun (Kis. 20:24).  

2.  Bahwa, jika mata kita terarah kepada Allah, maka hati dan 

lidah kita pun dapat bersuka di dalam Dia. Kalau tidak begitu, 

maka kesalahan ada dalam diri kita sendiri. Jika hati kita ber-

suka di dalam Allah, maka dari kelimpahan sukacita itu biar-

lah mulut kita juga memuliakan-Nya dan membangun orang 

lain.  

3.  Bahwa orang-orang Kristen yang sedang menghadapi maut, 

seperti juga Kristus pada saat Ia hampir mati, dapat dengan 

penuh kegirangan menanggalkan tubuh mereka dalam keya-

kinan dan pengharapan akan kebangkitan yang penuh suka-

cita: Bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram. Tubuh kita 

hanya dapat beristirahat sejenak saja di dunia ini, tetapi di 

dalam kubur tubuh kita akan mendapat perhentian di atas 

tempat tidurnya (Yes. 57:2). Hanya ada sedikit saja yang bisa 

kita harapkan dari kehidupan yang sekarang ini, tetapi kita 

bisa tinggal di dalam pengharapan akan kehidupan yang lebih 

baik. Kita dapat menanggalkan tubuh kita dengan berbekal-

kan pengharapan itu. Kematian menghancurkan harapan ma-

nusia (Ayb. 14:19), tetapi bukan harapan seorang Kristen yang 

baik (Ams. 14:32, TL). Ia memiliki harapan dalam kematiannya, 

harapan-harapan yang hidup pada masa-masa menjelang ke-

matiannya, pengharapan bahwa tubuhnya tidak akan dicam-

pakkan di dalam kubur selamanya. Sebaliknya, meskipun tu-

buh itu akan melihat kebinasaan untuk sementara waktu, ia 

Kitab Mazmur 16:8-11 

 209 

akan dibangkitkan ke dalam kekekalan pada akhir zaman 

nanti. Kebangkitan Kristus merupakan jaminan bagi kita jika 

kita menjadi milik-Nya.  

4.  Bahwa orang-orang yang hidup di dalam kesalehan dengan se-

nantiasa memandang Allah juga akan mati dengan cara yang 

nyaman, dengan memandang sorga. Di dunia ini kedukaan 

menjadi bagian kita, tetapi di sorga ada sukacita. Segala suka-

cita kita di sini hampa dan mudah rusak, tetapi di sorga ada 

kepenuhan sukacita. Segala kesenangan kita di sini hanya 

sementara dan mudah menguap, sebab memang demikian 

sifatnya sehingga tidak berlangsung lama. Akan tetapi, di se-

belah kanan Allah terdapat segala kesenangan yang kekal. Se-

bab, segala kesenangan itu yaitu   kesenangan jiwa-jiwa yang 

abadi yang dapat langsung melihat dan menikmati Allah yang 

kekal. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL 17  

i dalam mazmur ini, Daud, yang sedang mengalami kesusahan 

besar dan terancam bahaya akibat kejahatan musuh-musuh-

nya, berserah diri melalui doa kepada Allah, tempat bernaungnya 

y