Mazmur-1-50 4
h telah menunjukkan bahwa Ia mengatasi musuh-mu-
suh gereja yang congkak itu, maka kita harus mengambil ke-
sempatan untuk memberikan kemuliaan kepada-Nya sebagai
Yang Mahatinggi.
8. Sorak kemenangan Sang Penebus sudah sepatutnya menjadi
sorak kemenangan orang-orang yang telah ditebus pula (Why.
12:10; 19:5; 15:3-4).
II. Ia mengakui kuasa Allah yang Mahakuasa, yang tidak tertandingi
dan tidak mampu dihadapi oleh musuh-musuhnya yang paling
kuat dan perkasa sekalipun (ay. 4).
Sebaliknya:
1. Mereka terpaksa mundur kembali. Siasat dan keberanian me-
reka ternyata gagal, sehingga mereka tidak mampu dan tidak
berani maju terus dengan usaha mereka, tetapi mundur dan
terhempas.
2. Begitu mundur, mereka pun jatuh dan binasa. Bahkan dengan
mundur sekalipun mereka akan binasa, dan mereka tidak
mampu menyelamatkan diri lagi, baik dengan melarikan diri
maupun dengan bertempur. saat Haman mulai jatuh di de-
pan Mordekhai, ia sudah kalah dan tidak akan sanggup me-
nang lagi (Est. 6:13).
3. Kehadiran Tuhan dan kemuliaan kuasa-Nya sudah cartikel p un-
tuk membinasakan musuh-musuh-Nya dan musuh-musuh
umat-Nya. Dengan kehadiran-Nya manusia mudah melakukan
apa pun. Dengan kehadiran-Nya, Allah mengacaukan musuh-
musuh-Nya. Begitu dahsyat kehadiran-Nya itu. Hal ini dige-
120
napi saat Yesus Tuhan kita dengan satu perkataan, Akulah
Dia, membuat musuh-musuh-Nya mundur dan jatuh ke tanah
(Yoh. 18:6). Ia juga mampu membinasakan mereka pada saat
yang sama.
4. saat musuh-musuh jemaat Allah dibuat kebingungan, kita
harus mengakui bahwa keadaan mereka itu disebabkan oleh
kuasa Allah. Bukan oleh alat-alat bantu apa pun, melainkan
oleh kehadiran-Nya. sebab itu, kita harus memberikan kemu-
liaan bagi Dia semata.
III. Ia memberikan kemuliaan kepada Allah atas keadilan-Nya, yakni
sebab Allah telah tampil membela dia (ay. 5): Engkau membela
perkaraku dan hakku, yaitu perkaraku yang benar. saat hal itu
terjadi, sebagai Hakim yang adil Engkau duduk di atas takhta.
Amatilah:
1. Allah duduk di atas kursi pengadilan. Ia berhak mengambil
keputusan dalam percekcokan, menentukan mana yang benar
dan mana yang salah, membalas dendam bagi mereka yang
terluka, dan menghartikel m mereka yang gemar menyakiti. Se-
bab Ia telah berkata, Pembalasan itu yaitu hak-Ku.
2. Kita yakin bahwa penghakiman Allah itu sesuai dengan kebe-
naran dan bersama Dia tidak ada ketidakadilan. Sekali-kali Ia
tidak akan melencengkan keadilan. Seandainya pun kita mera-
sa seakan terdapat ketidakberesan di dalam keputusan Sang
Pemelihara pada masa kini, hal ini hendaknya tidak menggo-
yahkan percaya kita terhadap keadilan Allah, tetapi justru me-
nguatkan keyakinan kita akan penghakiman yang akan datang
itu, yang akan meluruskan segalanya menjadi benar.
3. Orang boleh tidak peduli dan mengabaikan begitu saja suatu
perkara benar yang ditindas, tetapi kita boleh yakin bahwa
Allah yang adil akan mengurus dan membela perkara itu de-
ngan rasa cemburu. Ia tidak akan pernah membiarkan suatu
perkara benar diinjak-injak.
IV. Dengan sukacita ia mencatat sorak-sorai kemenangan Allah di
sorga atas segala kuasa di neraka, dan dengan puji-pujiannya ia
mengiringi sorak-sorai kemenangan itu (ay. 6). Melalui tiga lang-
kah, kuasa dan keadilan Allah mengadili orang-orang kafir dan
Kitab Mazmur 9:1-11
121
orang-orang fasik, yang menjadi musuh raja yang baru saja di-
tempatkan Allah di atas bukit Sion yang suci.
1. Ia mengecam mereka: Engkau telah menghardik bangsa-bang-
sa, telah menunjukkan bukti-bukti nyata perihal kegusaran-
Mu terhadap mereka. Inilah yang dilakukan-Nya sebelum
membinasakan mereka, supaya mereka dapat mengindahkan
peringatan melalui kecaman Sang Pemelihara dan dengan
demikian mencegah kehancuran mereka sendiri.
2. Ia mengenyahkan mereka: Engkau telah membinasakan orang-
orang fasik. Orang fasik memang ditentukan untuk dibinasa-
kan, dan beberapa dari mereka dibuat menjadi batu peringat-
an di dunia ini akan keadilan Allah yang penuh pembalasan
dan akan kuasa-Nya yang membinasakan.
3. Ia telah menguburkan mereka hingga terlupakan dan dilucuti
hak-haknya untuk selamanya. Ia mencoret nama mereka sam-
pai selamanya, supaya mereka tidak akan pernah lagi dike-
nang dengan rasa hormat.
V. Ia bersorak atas musuh-musuh yang dilawan oleh Allah (ay. 7):
Kota-kota telah Kauruntuhkan. Ini artinya, Ya musuh, kota-kota
kami telah kauruntuhkan, setidaknya dalam rencana atau ba-
yanganmu, atau, Ya Allah, kota-kota mereka telah Kauruntuh-
kan dengan membawa kehancuran ke atas negeri mereka. Kedua
kemungkinan ini bisa sama-sama diterima, sebab sang pemazmur
mau agar musuh tahu,
1. Bahwa penghancuran yang menimpa mereka itu adil, dan bah-
wa Allah membuat perhitungan dengan mereka atas semua
kesesakan yang telah mereka akibatkan dan rencanakan ke
atas umat-Nya. Bangsa-bangsa tetangga Israel yang jahat dan
menjengkelkan seperti orang Filistin, Moab, Amon, Edom, dan
Aram, telah menyerang mereka (saat tidak ada raja di Israel
yang dapat memimpin pertempuran), dan meruntuhkan kota-
kota mereka serta berusaha sekuat tenaga menghapus bangsa
Israel dari ingatan orang. Tetapi sekarang keadaan telah ber-
balik. Usaha penghancuran mereka atas Israel telah berakhir
selamanya. Sekarang mereka tidak mampu merusak lagi dan
sebaliknya mereka sendiri yang harus mengalami perusakan
(Yes. 33:1).
122
2. Penghancuran ini menimpa mereka secara menyeluruh sampai
sehabis-habisnya, dan ini akan menjadi akhir bagi mereka
sampai selama-lamanya, sehingga kenangan atas kota-kota
mereka juga turut binasa dan terhapus bersama mereka. Wak-
tu begitu mudah menelan, dan pembinasaan akibat pengha-
kiman Allah yang adil seperti ini ke atas orang-orang berdosa
masih akan terjadi lagi, dan kota-kota besar dengan penduduk
yang padat pun akan berkurang menjadi puing-puingnya saja,
dan ingatan kepada mereka lenyap. Bahkan orang-orang yang
berusaha mencari kota-kota itu pun tidak berhasil menemu-
kan letaknya. Namun, berbalik dengan mereka, kita mencari
kota yang memiliki fondasi yang lebih kuat.
VI. Ia menghibur dirinya dan orang lain di dalam Allah, dan menye-
nangkan hatinya dengan perenungan-perenungan tentang Dia,
1. Dengan renungan tentang kekekalan-Nya. Di dunia ini kita ti-
dak dapat melihat apa pun yang bersifat abadi, bahkan kota-
kota kuat pun terkubur di tanah dan dilupakan orang, tetapi
TUHAN bersemayam untuk selama-lamanya (ay. 8). Tidak ada
perubahan pada keberadaan-Nya. Kebahagiaan, kuasa, dan
kesempurnaan-Nya tidak terjangkau oleh kekuatan neraka
dan bumi yang digabungkan sekalipun. Gabungan kekuatan
neraka dan bumi ini bisa saja merampas kebebasan, hak isti-
mewa, dan hidup kita, tetapi Allah kita tetap sama dan bahkan
bersemayam di atas air bah, tak tergoyahkan dan tidak ter-
ganggu (29:10; 93:2).
2. Dengan renungan tentang kedaulatan-Nya, baik dalam peme-
rintahan maupun penghakiman: Takhta-Nya didirikan-Nya. Ia
telah menetapkannya dengan hikmat-Nya yang tidak terbatas
dan rencana-Nya yang tidak dapat berubah. saat kekuatan
musuh gereja sedang mengancam dan urusan yang dihadapi
terasa menyedihkan serta membingungkan, orang-orang baik
boleh merasa mendapat dartikel ngan dan penghiburan yang be-
sar, bahwa Allah sekarang memerintah dunia dan tidak lama
lagi akan menghakimi dunia.
3. Dengan renungan tentang keadilan dan kebenaran-Nya dalam
seluruh pengelolaan pemerintahan-Nya. Ia mengerjakan segala
sesuatu setiap hari, dan Ia akan melakukan semuanya pada
hari terakhir itu, sesuai dengan peraturan keadilan yang abadi
Kitab Mazmur 9:1-11
123
dan tidak dapat diubah (ay. 9): Dia akan menghakimi dunia,
semua orang dan semua persengketaan. Ia akan mengadili
bangsa-bangsa (Ia akan menentukan nasib mereka, baik da-
lam keadaan sekarang ini maupun yang akan datang) dengan
keadilan dan dengan kebenaran, tanpa pengecualian sedikit
pun.
4. Dengan renungan akan perkenan khusus yang diberikan-Nya
kepada umat-Nya dan perlindungan istimewa-Nya atas umat-
Nya. Tuhan, yang kekal sampai selamanya, yaitu kekuatan
dan perlindungan kekal mereka. Dia yang menghakimi dunia
itu pasti akan menghakimi bagi mereka pada waktu mereka
terinjak atau tertekan (ay. 10): TUHAN yaitu tempat
perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat yang tinggi dan
kokoh bagi mereka yang tertindas, tempat perlindungan pada
waktu kesesakan. Sudah menjadi nasib umat Allah untuk
ditindas di dunia ini dan mengalami masa kesesakan yang di-
tentukan bagi mereka. Boleh jadi Allah tidak segera tampil se-
bagai Penyelamat dan Penuntut balas bagi mereka, tetapi di te-
ngah kesesakan, mereka dapat berlari dengan iman kepada
Dia sebagai perlindungan mereka dan dapat bergantung pada
kuasa dan janji-Nya untuk keamanan mereka, sehingga tidak
akan terlampau dicelakakan.
5. Dengan renungan akan kepuasan manis dan ketenteraman pi-
kiran yang dialami orang-orang yang menjadikan Allah sebagai
tempat perlindungan mereka (ay. 11): Orang yang mengenal
nama-Mu percaya kepada-Mu, seperti yang telah kulakukan
(sebab anugerah Allah juga berlaku bagi semua orang kudus),
dan setelah itu mereka akan mendapati, sama seperti diriku,
bahwa Engkau tidak meninggalkan orang-orang yang mencari
Engkau, sebab perkenan Allah berlaku juga bagi semua orang
kudus.
Perhatikanlah:
(1) Semakin orang mengenal Allah, semakin mudah orang
mempercayakan diri kepada-Nya. Orang-orang yang me-
ngenal Dia sebagai Allah yang memiliki hikmat yang tak
terbatas, akan percaya kepada-Nya walaupun tidak dapat
melihat Dia (Ayb. 35:14). Orang-orang yang mengenal Dia
sebagai Allah yang Mahakuasa akan percaya kepada-Nya di
124
saat mereka tidak dapat mengandalkan manusia lagi dan
tidak ada apa-apa lagi yang dapat mereka percayai (2Taw.
20:12). Orang-orang yang mengenal Dia sebagai Allah yang
anugerah dan kebaikan-Nya tak terbatas, akan tetap per-
caya kepada-Nya seandainya pun Ia hendak membunuh
mereka (Ayb. 13:15). Orang-orang yang mengenal Dia seba-
gai Allah yang kebenaran dan kesetiaan-Nya tidak dapat
diganggu gugat akan bergembira di dalam kata-kata janji-
Nya. Mereka akan tetap berpegang pada janji-Nya itu, mes-
kipun penggenapannya tertunda dan pemeliharaan-Nya
selama masa penantian akan janji itu tampak bertolak be-
lakang. Orang-orang yang mengenal Dia sebagai Bapa se-
gala roh, dan sebagai Bapa yang kekal, akan mempercayai
Dia dengan segenap jiwa mereka. Mereka percaya kepada-
Nya sepanjang waktu, bahkan sampai pada kesudahan.
(2) Semakin Allah dipercayai, semakin Dia dicari. Jika kita
mempercayai Allah, kita akan terus mencari-Nya dengan
doa yang penuh iman dan bersungguh-sungguh, dengan
senantiasa berupaya agar kita berkenan kepada-Nya dalam
segenap perilaku kita.
(3) Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menolak atau
meninggalkan siapa saja yang mencari dan percaya ke-
pada-Nya dengan sungguh-sungguh. Walaupun Ia mem-
biarkan mereka menderita, Ia tidak akan meninggalkan
mereka tanpa penghiburan. Walaupun Ia sepertinya men-
campakkan mereka untuk beberapa waktu, Ia akan meng-
himpun mereka dengan rahmat yang kekal.
Panggilan untuk Memuji Allah;
Kebinasaan Pasti Orang Fasik
(9:12-21)
12 Bermazmurlah bagi TUHAN, yang bersemayam di Sion, beritakanlah
perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, 13 sebab Dia, yang membalas pe-
numpahan darah, ingat kepada orang yang tertindas; teriak mereka tidaklah
dilupakan-Nya. 14 Kasihanilah aku, ya TUHAN; lihatlah sengsaraku, disebab-
kan oleh orang-orang yang membenci aku, ya Engkau, yang mengangkat aku
dari pintu gerbang maut, 15 supaya aku menceritakan segala perbuatan-Mu
yang terpuji dan bersorak-sorak di pintu gerbang puteri Sion sebab kesela-
matan yang dari pada-Mu. 16 Bangsa-bangsa terbenam dalam pelubang yang
dibuatnya, kakinya tertangkap dalam jaring yang dipasangnya sendiri. 17
Kitab Mazmur 9:12-21
125
TUHAN telah memperkenalkan diri-Nya, Ia menjalankan penghakiman; orang
fasik terjerat dalam perbuatan tangannya sendiri. H i g a y o n. S e l a 18
Orang-orang fasik akan kembali ke dunia orang mati, ya segala bangsa yang
melupakan Allah. 19 Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan,
bukan untuk selamanya hilang harapan orang sengsara. 20 Bangkitlah,
TUHAN, janganlah manusia merajalela; biarlah bangsa-bangsa dihakimi di
hadapan-Mu! 21 Biarlah mereka menjadi takut, ya TUHAN, sehingga bangsa-
bangsa itu mengakui, bahwa mereka manusia saja. S e l a
Di dalam ayat-ayat ini,
I. Daud, setelah memuji-muji Allah sendiri, memanggil dan meng-
ajak orang-orang lain untuk memuji-Nya juga (ay. 12). Mereka
yang percaya bahwa Allah patut dipuji-puji, bukan saja ingin
melakukan hal itu sendiri dengan lebih baik, tetapi juga rindu
supaya orang lain juga bergabung bersama mereka. Dengan
senang hati mereka akan mengajak orang lain untuk memuji Dia:
Bermazmurlah bagi TUHAN, yang bersemayam di Sion. Sama
seperti tempat kediaman khusus kemuliaan-Nya yaitu di sorga,
demikian pula tempat kediaman khusus anugerah-Nya yaitu di
dalam jemaat-Nya. Hal ini dipelambangkan dengan Sion. Di sana-
lah Ia menyambut umat-Nya dengan janji-janji dan anugerah-Nya,
dan di sana pula Ia berharap agar mereka menyambut Dia dengan
puji-pujian dan ibadah mereka. Saat kita menaikkan puji-pujian,
mata kita harus tertuju kepada Allah yang bersemayam di Sion,
yang saat puji-pujian dinaikkan, hadir di tengah-tengah perhim-
punan umat-Nya saat itu. Ia hadir di antara mereka sebagai pelin-
dung dan pembela mereka. Daud bertekad menyatakan pekerjaan
Allah yang mengagumkan (ay. 2), dan di sini ia berseru kepada
orang lain untuk memberitakan perbuatan-Nya di antara bangsa-
bangsa. Ia memerintahkan rakyatnya untuk melakukan hal itu
demi kemuliaan Allah, bangsa, dan agama mereka yang kudus. Ia
mengajak para tetangganya untuk menyanyikan puji-pujian,
bukan kepada dewa-dewa palsu mereka seperti yang mereka
lakukan selama itu, melainkan kepada Yehovah yang bersemayam
di Sion, kepada Allah Israel. Ia mengakui di antara orang-orang
kafir bahwa TUHAN telah melakukan perkara besar kepada Israel,
umat-Nya (126:3-4). Biarlah bangsa-bangsa kafir itu melihat
bahwa keadilan Allah telah melakukan pembalasan dendam atas
darah Israel umat-Nya ke atas bangsa Filistin dan bangsa-bangsa
tetangga mereka yang jahat, yang dengan berperang telah menin-
das mereka dengan bengis tanpa ampun (ay. 13). Sebelum Allah
126
datang untuk melakukan pembalasan dendam atas darah yang
tertumpah melalui penghartikel man-Nya pada hari penghakiman
yang agung itu, Ia melakukannya terlebih dulu di muka bumi ini,
sebab Ia mengingat umat-Nya. Ia mengingat setiap tetes darah
tidak berdosa yang telah mereka tumpahkan, dan Ia akan mem-
balasnya tujuh kali lipat ke atas kepala orang-orang yang haus
darah. Ia akan memberi mereka darah untuk diminum, sebab
mereka memang layak menerimanya. Kepastian ini didasarkan
atas perkataan (Ul. 32:43), Ia membalaskan darah hamba-hamba-
Nya. Perhatikanlah, akan tiba hari saat Allah akan membalas
penumpahan darah, saat Ia mendapati apa yang telah ter-
tumpah dengan diam-diam, dan membalas darah yang telah ter-
tumpah dengan tidak adil (Yes. 26:21; Yer. 51:35). Pada hari itu
akan tampak betapa berharganya darah umat Allah di mata-Nya
(72:14), saat semua itu harus dipertanggungjawabkan. saat
itulah tampak bahwa teriak orang yang rendah hati tidaklah dilu-
pakan-Nya, baik seruan darah mereka maupun seruan doa mere-
ka. Seruan-seruan mereka dimeteraikan dalam ruang perbenda-
haraan-Nya.
II. Daud, setelah memuji Allah atas rahmat dan keselamatan yang
telah diadakan-Nya, berdoa sepenuh hati supaya Allah masih te-
tap tampil membela dia, sebab ia melihat bahwa belum semua
hal telah diletakkan di bawah kakinya.
1. Ia berdoa:
(1) Supaya Allah berbelas kasihan terhadap dirinya (ay. 14):
Kasihanilah aku, yang ada padaku hanya sengsara, tak
ada kebaikan. Aku hanya mengandalkan diri pada belas
kasihan untuk memperoleh kelepasan.
(2) Supaya Allah mau peduli pada dirinya. Daud tidak me-
nyampaikan permintaan khusus sebab tidak mau tampak
seperti mengatur Allah. Jadi ia berserah saja kepada hik-
mat dan kehendak Allah, dengan menyampaikan permo-
honan yang sederhana ini: Tuhan, lihatlah sengsaraku,
dan perbuatlah kepadaku seperti yang sesuai menurut pi-
kiran-Mu.
2. Dalam mengajukan permohonannya, ia memberikan alasan-
alasan ini:
Kitab Mazmur 9:12-21
127
(1) Kejahatan musuh-musuhnya, kesesakan yang dideritanya
akibat orang-orang yang membencinya, dan kebencian me-
rupakan hasrat yang keji.
(2) Pengalamannya dalam menerima pertolongan ilahi dan
pengharapan yang sekarang ada di hatinya untuk tetap
menerimanya. Hal ini diperlukan untuk perkaranya ini: Ya
Engkau, yang mengangkat aku, yang mampu melakukan-
nya, yang telah melakukannya, yang masih akan melaku-
kannya, yang memiliki hak mutlak untuk mengangkat
umat-Mu dari pintu gerbang maut. Kita memang belum
pernah mengalami keadaan separah ini hingga begitu dekat
dengan maut, tetapi Allah mampu mengangkat kita juga.
Jika Ia telah menyelamatkan kita dari kematian rohani dan
kematian kekal, maka kita pun boleh berani mengharapkan
bahwa dalam semua kesesakan kita, Ia akan hadir untuk
menolong kita.
(3) Tujuan tulus Daud untuk memuji Allah saat kemenang-
annya telah menjadi kenyataan kelak (ay. 15): Tuhan, se-
lamatkanlah aku, bukan supaya aku dapat menikmati dan
diuntungkan oleh penyelamatan itu, melainkan supaya
Engkau mendapatkan kemuliaan, supaya aku mencerita-
kan segala perbuatan-Mu yang terpuji, di depan banyak
orang, di pintu gerbang puteri Sion. Di sanalah dikatakan
Allah bersemayam (ay. 12), dan di sanalah Daud akan me-
layani Dia dengan sukacita di dalam keselamatan Allah. Ini
menjadi pelambang dari keselamatan agung yang akan di-
kerjakan oleh Sang Anak Daud di kemudian hari.
III. Dengan iman, Daud telah melihat dan menubuatkan kebinasaan
semua orang fasik, baik di dunia ini maupun di dunia yang akan
datang.
1. Di dunia ini (ay. 16-17). Allah akan menjatuhkan hartikel man ke
atas mereka pada waktu takaran kejahatan mereka telah pe-
nuh, dan Ia melakukannya,
(1) Untuk mempermalukan mereka dan membuat kejatuhan
mereka sangat hina, sebab mereka jatuh ke dalam lubang
yang mereka gali sendiri (7:16). Mereka masuk ke dalam ja-
ring yang telah mereka pasang sendiri untuk menjebak
128
umat Allah, dan mereka terjerat dalam perbuatan tangan
mereka sendiri. Dalam semua pergumulan Daud dengan
orang-orang Filistin, merekalah yang menyerbu (2Sam.
5:17, 22). Bangsa-bangsa lain ditaklukkan melalui perta-
hanan yang mereka bentuk sendiri. Pemeliharaan Allah
begitu sering menyebabkan para penganiaya dan penindas
justru dijatuhkan oleh rencana-rencana yang hendak mere-
ka jalankan sendiri untuk menghancurkan umat Allah.
Para pemabuk membunuh diri sendiri. Pemboros membuat
diri sendiri menjadi pengemis. Orang-orang yang suka ber-
tengkar mendatangkan celaka ke atas diri sendiri. Demi-
kianlah dosa-dosa manusia dapat diketahui dari hartikel man
yang mereka terima, dan tampaklah bagi semua orang bah-
wa kehancuran orang berdosa itu sendiri bukan saja ber-
manfaat, tetapi juga bisa berhasil membuatnya kacau-
balau.
(2) Untuk mendatangkan kemuliaan bagi diri-Nya sendiri:
TUHAN telah memperkenalkan diri-Nya. Artinya, Ia mem-
buat diri-Nya dikenal melalui penghakiman yang dilaksana-
kan-Nya. Sudah diketahui bahwa ada Allah yang mengha-
kimi di bumi, bahwa Dia Allah yang adil, bahwa Dia mem-
benci dosa dan akan menghartikel mnya. Di dalam pengha-
kiman ini, murka Allah dinyatakan dari sorga terhadap
semua kefasikan dan ketidakbenaran manusia. Oleh kare-
na itu, di sini sang pemazmur menambahkan catatan yang
luar biasa dan menuntut perhatian khusus, Higayon, yaitu
sesuatu yang harus diamati dengan cermat dan direnung-
kan. Apa yang kita lihat dari penghakiman di masa seka-
rang, dan apa yang kita percayai tentang penghakiman
akan datang, sudah sepatutnya menjadi pokok perenungan
yang harus sering dan sungguh-sungguh kita kerjakan.
2. Di dunia yang akan datang (ay. 18): Orang-orang fasik akan
kembali ke dunia orang mati sebagai tawanan di dalam pen-
jara. Ini bahkan termasuk segala bangsa yang melupakan
Allah.
Perhatikanlah:
(1) Melupakan Allah yaitu penyebab terjadinya semua keja-
hatan orang fasik.
Kitab Mazmur 9:12-21
129
(2) Ada bangsa-bangsa fasik yang melupakan Allah, sejumlah
besar orang yang hidup di dunia tanpa Allah, dan banyak
bangsa gagah perkasa yang tidak pernah memedulikan Dia
ataupun menginginkan pengetahuan perihal jalan-jalan-
Nya.
(3) Akhirnya, nerakalah yang akan menjadi bagian orang-
orang seperti itu. Keadaan penuh sengsara dan penyiksaan
abadi Syeol sebuah lubang kebinasaan, yang di dalam-
nya mereka berikut semua kesenangan mereka akan le-
nyap dan terkubur selamanya. Meskipun jumlah mereka
mencakup banyak bangsa, mereka semua akan dilempar-
kan ke dalam neraka, bagaikan domba ke dalam rumah
penjagalan (49:15). Jumlah mereka yang begitu besar pun
tidak akan menjadi jaminan dan kemudahan bagi mereka.
Allah pun tidak akan menderita kerugian, dan kebaikan-
Nya pun tidak ternodai.
IV. Daud membesarkan hati umat Allah untuk menantikan kesela-
matan yang datang dari-Nya, walau tertunda untuk waktu yang
lama sekalipun (ay. 19). Orang-orang yang miskin mungkin akan
berpikir seperti orang lain berpikir tentang mereka, bahwa mereka
telah dilupakan. Pengharapan mereka untuk mendapatkan perto-
longan dari Allah mungkin tampak seakan-akan sirna dan beran-
takan selamanya. Tetapi orang yang percaya tidak akan tergesa-
gesa. Apa yang tampak itu hanyalah berlangsung untuk waktu
tertentu, dan pada akhirnya nanti bukti akan berbicara. Kita bo-
leh yakin akan hal ini bahwa sungguh benar umat pilihan Allah
sekali-kali tidak akan dilupakan. Pengharapan mereka atas janji-
Nya ini tidak akan dikecewakan. Allah bukan saja akan mengingat
mereka pada akhirnya nanti, tetapi juga membuktikan bahwa Ia
tidak pernah melupakan mereka. Sungguh mustahil bahwa Ia
akan lupa, meskipun seorang perempuan bisa saja melupakan
bayinya.
V. Daud mengakhiri mazmur ini dengan doa supaya Allah merendah-
kan orang-orang yang sombong, mematahkan kekuatan, dan
menghancurkan rencana-rencana semua musuh fasik jemaat-
Nya: Bangkitlah, TUHAN (ay. 20), menggeloralah, kerjakan tunjuk-
kan kekuatan-Mu, duduklah di takhta-Mu, dan hadapilah semua
130
orang yang sombong dan tidak kenal takut ini, yang memusuhi
nama, perkara, dan umat-Mu ini.
1. Tuhan, kekanglah mereka, dan batasilah kejahatan mereka:
Janganlah manusia merajalela. Pertimbangkanlah kehormat-
an-Mu sendiri, dan jangan biarkan manusia yang lemah dan
fana ini merajalela melawan kerajaan dan kepentingan Allah
yang Mahakuasa dan kekal. Mungkinkah seorang manusia ter-
lampau sukar ditaklukkan oleh Allah, terlampau kuat bagi
Penciptanya?
2. Tuhan, buatlah perhitungan dengan mereka: Biarlah bangsa-
bangsa dihakimi di hadapan-Mu. Artinya, biarlah mereka di-
panggil untuk mempertanggungjawabkan semua penghinaan
yang telah mereka lakukan terhadap Engkau dan kejahatan
yang telah mereka perbuat kepada umat-Mu. Orang berdosa
yang tidak mau bertobat akan dihartikel m di hadapan Allah, dan
saat masa anugerah itu berlalu bagi mereka, cawan rahmat
yang tak terhingga itu pun bahkan tidak akan berbelas kasih-
an terhadap mereka (Why. 14:10).
3. Tuhan, buatlah mereka ketakutan: Biarlah mereka menjadi
takut, ya TUHAN (ay. 21), hajarlah mereka dengan kengerian,
buatlah mereka ketakutan dengan penghakiman-Mu. Allah
tahu cara membuat orang-orang yang paling kuat dan perkasa
gemetar dan melarikan diri meskipun tidak ada yang menge-
jar, supaya mereka tahu dan mengakui bahwa mereka hanya-
lah manusia. Mereka hanyalah manusia lemah yang tidak
mampu berdiri di hadapan Allah yang suci. Mereka hanyalah
manusia berdosa, rasa bersalah di dalam hati nurani mereka
membuat mereka selalu merasa cemas akan terkena bahaya.
Perhatikan, sangatlah diharapkan, demi kemuliaan Allah dan
damai sejahtera serta kesejahteraan alam semesta, supaya
manusia tahu dan sadar diri bahwa mereka hanyalah manusia
belaka, makhluk-makhluk yang mempunyai ketergantungan,
mudah berubah, fana, dan harus bertanggung jawab atas apa
yang dilakukan.
Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus memberikan kemu-
liaan kepada Allah atas keadilan-Nya dalam membela perkara umat-
Nya melawan musuh-musuh-Nya dan musuh-musuh mereka. Kita
harus mendorong diri sendiri untuk menantikan tahun penebusan
Kitab Mazmur 9:12-21
131
dan tahun pembalasan atas persengketaan Sion. Bahkan, untuk me-
nantikan penghancuran semua kekuatan dan golongan anti-Kristus,
yang dihubung-hubungkan dengan mazmur ini oleh banyak penulis
kuno.
PASAL 10
erjemahan Septuaginta dalam bahasa Yunani menghubungkan
mazmur ini dengan Mazmur 9 dan menyatukannya. Namun, ter-
jemahan dalam bahasa Ibrani memisahkannya menjadi mazmur yang
berbeda. Baik tujuan maupun gaya bahasanya jelas lain. Di dalam
mazmur ini,
I. Daud mengeluhkan kejahatan orang fasik, menggambarkan
kefasikan mereka yang sudah mencapai tingkat mengerikan
(hingga teramat sangat mempermalukan Allah dan menim-
bulkan prasangka orang terhadap gereja dan umat-Nya). Ia
memperhatikan bahwa Allah berlambat-lambat untuk tampil
melawan mereka (ay. 1-11).
II. Ia berdoa kepada Allah supaya Ia tampil melawan mereka
untuk membebaskan umat-Nya, dan hatinya terhibur de-
ngan pengharapan bahwa Allah akan melakukannya pada
waktunya nanti (ay. 12-18).
Tabiat Orang Fasik; Tabiat Para Penganiaya
(10:1-11)
1 Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-
Mu dalam waktu-waktu kesesakan? 2 sebab congkak orang fasik giat mem-
buru orang yang tertindas; mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka
rancangkan. 3 sebab orang fasik memuji-muji keinginan hatinya, dan orang
yang loba mengutuki dan menista TUHAN. 4 Kata orang fasik itu dengan ba-
tang hidungnya ke atas: Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!,
itulah seluruh pikirannya. 5 Tindakan-tindakannya selalu berhasil; hartikel m-
hartikel m-Mu tinggi sekali, jauh dari dia; ia menganggap remeh semua lawan-
nya. 6 Ia berkata dalam hatinya: Aku takkan goyang. Aku tidak akan ditimpa
malapetaka turun-temurun. 7 Mulutnya penuh dengan sumpah serapah, de-
ngan tipu dan penindasan; di lidahnya ada kelaliman dan kejahatan. 8 Ia du-
duk menghadang di gubuk-gubuk, di tempat yang tersembunyi ia membunuh
T
134
orang yang tak bersalah. Matanya mengintip orang yang lemah; 9 ia mengen-
dap di tempat yang tersembunyi seperti singa di dalam semak-semak; ia
mengendap untuk menangkap orang yang tertindas. Ia menangkap orang
yang tertindas itu dengan menariknya ke dalam jaringnya. 10 Ia membung-
kuk, dan meniarap, lalu orang-orang lemah jatuh ke dalam cakarnya yang
kuat. 11 Ia berkata dalam hatinya: Allah melupakannya; Ia menyembunyikan
wajah-Nya, dan tidak akan melihatnya untuk seterusnya.
Di dalam ayat-ayat ini Daud menemukan,
I. Betapa ia sangat merindukan Allah dan rahmat-Nya, sebab di
tengah masa kesesakan, hal yang paling dikeluhkannya sedalam-
dalamnya yaitu undurnya hadirat Allah yang penuh rahmat itu
(ay. 1): Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, tidak peduli dengan
penghinaan orang terhadap nama-Mu dan kejahatan mereka ter-
hadap umat-Mu? Perhatikanlah, kapan saja Allah menarik diri,
itu sangat menyedihkan hati umat-Nya, apalagi di masa kesukar-
an. Tindakan penyelamatan masih jauh dan tersembunyi dari
penglihatan kita, maka kita pun menyangka bahwa Allah jauh
dari kita. Itulah sebabnya kita perlu penghiburan dalam batin.
Namun, sangkaan semacam ini yaitu salah kita sendiri sebab
kita menilai dari apa yang terlihat. Kita berdiri jauh-jauh dari
Allah sebab ketidakpercayaan kita, lalu kita mengeluh bahwa
Allah berdiri jauh dari kita.
II. Amarah yang berkobar-kobar terhadap dosa, dosa-dosa yang
mendatangkan masa yang penuh bahaya (2Tim. 3:1). Daud mem-
perhatikan orang-orang yang mengadakan pelanggaran, dan ia
berduka, tertegun, lalu mengadukan kejahatan mereka kepada
Bapa sorgawi. Bukan dengan cara memuji-muji diri sendiri sambil
menyombongkan diri di hadapan Allah, bahwa dia bukan seperti
para pemungut cukai ini (Luk. 18:11), apalagi sampai melampias-
kan kemarahan, kekesalan, atau hawa nafsu pribadi, melainkan
sebagai seorang yang peduli terhadap kejahatan yang dilakukan
terhadap Allah dan semua orang benar, serta merindukan dengan
sepenuh hati pembaruan perilaku. Cercaan penuh nafsu dan sin-
diran terhadap orang-orang jahat hanya akan mengakibatkan le-
bih banyak kerugian daripada kebaikan. Jika kita hendak membi-
carakan keburukan mereka, biarlah hal ini disampaikan kepada
Allah dalam doa, sebab hanya Dia sajalah yang mampu membuat
mereka lebih baik. Di sini, penggambaran yang panjang perihal
Kitab Mazmur 10:1-11
135
kejahatan orang fasik ini diringkas dalam kata-kata pertama (ay.
2), Congkak orang fasik giat memburu orang yang tertindas. Di situ
disebutkan dua hal yang ada pada diri mereka, yaitu kecongkak-
an dan kegemaran menganiaya. Yang pertama membawa akibat
pada yang kedua. Orang-orang yang congkak ingin agar semua
orang di sekitar mereka juga mempunyai pikiran dan agama yang
sama dengan mereka, mengatakan hal yang sama, tunduk pada
kekuasaan mereka, dan menyetujui semua perintah mereka tanpa
membantah. Orang-orang yang melebihi mereka atau tidak mau
mengalah pada mereka, mereka fitnah dan benci dengan tak ter-
kira. Kelaliman, baik dalam negara maupun dalam gereja, berasal
dari kecongkakan. Setelah mengawali dengan gambaran ini, pe-
mazmur menyelipkan sebuah doa singkat, sebuah doa susulan,
untuk suatu tujuan yang baik dan tanpa prasangka buruk: semo-
ga mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka rancangkan (ay.
2). Biarlah rencana-rencana mereka dijungkirbalikkan, dan mere-
ka jatuh terjungkir bersamanya. Di sini kedua pokok dakwaan itu
diperjelas.
1. Mereka merasa bangga, sangat bangga, dan sangat menyom-
bongkan diri. Pantas saja bila Daud bertanya-tanya mengapa
Allah tidak segera tampil melawan mereka, sebab Ia membenci
kesombongan dan menolak orang yang sombong.
(1) Dengan congkak orang berdosa membangga-banggakan ke-
kuatan dan keberhasilannya. Ia memuji-muji keinginan hati-
nya. Ia menyombongkan diri bisa melakukan apa pun yang
dikehendakinya (seakan-akan Allah sendiri tidak mampu
mengendalikannya). Ia merasa telah memiliki segala sesua-
tu yang diingininya, dan telah mencapai tujuannya. Efraim
berkata, aku telah menjadi kaya, telah mendapat harta ben-
da bagiku (Hos. 12:9). Sekarang, Tuhan, apakah akan
membawa kemuliaan bagi-Mu jika orang berdosa dibiarkan
berbuat seolah-olah mereka memiliki kedaulatan dan pikir-
an seperti Allah?
(2) Dengan congkak orang berdosa menentang penghakiman
Allah yang kita yakin yaitu sesuai dengan kebenaran.
Orang congkak itu, dipujinya akan orang yang kikir dan di-
hujatnya akan Tuhan. Lihatlah betapa berbedanya Allah de-
ngan manusia dalam menilai orang: Allah membenci orang
136
duniawi tamak yang menjadikan uang sebagai berhala. Ia
memandang mereka sebagai musuh dan tidak mau berse-
kutu dengan mereka. Persahabatan dengan dunia yaitu
permusuhan dengan Allah. Namun, para penganiaya yang
congkak justru memuji-muji mereka dan menyetujui perka-
taan mereka (49:14). Mereka menyanjung dan menganggap
bijak orang-orang yang disebut bodoh oleh Allah (Luk.
12:20). Mereka membenarkan dan menyebut tidak bersalah
orang-orang yang dinyatakan sangat bersalah oleh Allah.
Mereka mengagumi dan menyebut berbahagia orang-orang
yang memperoleh bagian mereka dalam hidup di dunia ini,
yang dinyatakan benar-benar malang oleh Allah menurut
artikel ran tersebut. Engkau telah menerima segala yang baik
sewaktu hidupmu.
(3) Dengan congkak ia membuang pikiran tentang Allah, se-
mua ketergantungan kepada-Nya, dan ibadah kepada-Nya
(ay. 4): Orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas,
dengan kecongkakan hati yang terpancar dari roman mu-
kanya (Ams. 6:17), tidak mau mencari Allah ataupun memi-
kir-mikirkan perihal Allah. Tidak pernah ada Allah dalam
segala sesuatu yang dipikirkannya. Apa yang dipikirkannya
hanyalah bahwa tidak ada Allah itu.
Lihatlah di sini:
[1] Sifat dasar ketidaksalehan dan kekafiran. Ini berarti
tidak mau mencari Allah dan tidak ada Dia di dalam
pikiran kita. Tidak ada upaya untuk bertanya perihal
diri-Nya (Ayb. 35:10; Yer. 2:6). Tidak ada keinginan ter-
hadap Dia dan tidak ada persekutuan dengan Dia, ke-
cuali keinginan tersembunyi untuk tidak menggantung-
kan diri pada-Nya dan tidak dilihat oleh-Nya. Orang-
orang fasik tidak mau mencari Allah (artinya, tidak mau
berseru kepada-Nya). Mereka menjalani hidup tanpa
doa, dan itu sama saja dengan hidup tanpa Allah. Mere-
ka mempunyai banyak pikiran, pekerjaan, dan rencana,
tetapi semuanya tanpa mengindahkan Allah. Tidak ada
kepatuhan terhadap kehendak-Nya ataupun maksud
untuk mempermuliakan Dia.
Kitab Mazmur 10:1-11
137
[2] Penyebab ketidaksalehan dan kekafiran ini, yaitu ke-
congkakan. Manusia tidak mau mencari Allah sebab
menyangka bahwa mereka tidak membutuhkan Dia,
tangan mereka sendiri sudah cartikel p bagi mereka. Mere-
ka memandang rendah hidup saleh, sebab orang-orang
saleh hanya berjumlah sedikit, miskin, hina, dan ke-
kangan agama hanya akan membawa penghinaan bagi
mereka.
(4) Dengan congkak ia meremehkan perintah-perintah dan
penghakiman Allah (ay. 5): Tindakan-tindakannya selalu
berhasil. Dia sangat berani dan penuh percaya diri dalam
mengikuti jalan-jalannya yang penuh dosa. Dia akan me-
nuruti jalannya, sekalipun ini akan sangat meletihkan diri
sendiri dan menjengkelkan orang lain. Dia rela bersusah
payah di dalam jalan-jalannya yang jahat, dan kecongkak-
annya membuat dia keras kepala dan nekat di dalam jalan-
jalannya itu. Penghakiman Allah (apa yang diperintahkan-
Nya dan apa yang diancamkan-Nya jika perintah-perintah-
Nya dilanggar) jauh dari dia. Ia tidak sadar akan kewajiban-
nya menurut hartikel m Allah ataupun akan bahaya yang
dihadapinya dari murka dan kutukan Allah. Coba katakan
kepadanya tentang wewenang Allah atas dirinya, dan ia
akan membantahnya dengan berkata bahwa dia tidak
pernah melihat Allah dan oleh sebab itu tidak tahu bahwa
Allah itu ada. Dia akan berkata bahwa Allah bersemayam
di langit yang tinggi, dan quæ supra nos nihil ad nos kami
tidak mempunyai urusan dengan semua hal di atas kami.
Katakan kepadanya tentang penghakiman Allah yang akan
dijatuhkan ke atas orang-orang yang terus melakukan pe-
langgaran, dan ia tidak akan bisa diyakinkan bahwa hal itu
benar-benar akan terjadi. Penghakiman Allah itu jauh dari
penglihatannya, dan oleh sebab itu ia menyangka bahwa
hal itu cuma sekadar khayalan untuk menakut-nakuti be-
laka.
(5) Dengan congkak ia menganggap rendah semua musuhnya
dan memandang mereka dengan rasa jijik tak terperikan. Ia
menyombongkan diri terhadap orang-orang yang dipersiap-
kan Allah untuk mendatangkan bencana dan kehancuran
ke atas mereka, seakan-akan ia mampu mengalahkan me-
138
reka semua dan bisa berbaikan dengan mereka. Namun,
sama seperti perbuatan menghina musuh yaitu perbuat-
an yang tidak bijaksana, begitu pula tindakan menghina
orang yang menjadi alat Allah untuk menyalurkan murka-
Nya yaitu perbuatan yang fasik.
(6) Dengan congkak ia membuat masalah untuk menentang
dan ia merasa yakin akan kelangsungan kemakmurannya
(ay. 6): Ia berkata dalam hatinya dan menyenangkan diri
dengan pikiran itu, aku takkan goyang, kekayaanku sudah
terkumpul untuk waktu yang lama, dan aku tidak akan
ditimpa malapetaka turun-temurun. Ia seperti Babel yang
berkata, Untuk selama-lamanya aku tetap menjadi ratu
(Yes. 47:7; Why. 18:7). Siapa yang menjauhkan diri dari
kehancuran sebenarnya justru paling dekat dengan kehan-
curan itu.
2. Orang-orang congkak itu yaitu penganiaya, penganiaya yang
bengis. Demi memuaskan kecongkakan dan ketamakan mere-
ka, dan dalam melawan Allah dan agama, mereka menindas
habis-habisan semua orang yang bisa mereka jangkau. Amati-
lah perihal para penganiaya ini,
(1) Mereka sangat getir dan jahat (ay. 7): Mulutnya penuh de-
ngan sumpah serapah. Kalau ada yang tidak berhasil me-
reka celakai, mereka akan menyemburkan bisa kepadanya,
dan mengembuskan pembantaian yang tidak mampu mere-
ka laksanakan sendiri. Seperti itulah para penyembah
Allah yang setia disumpahi dan dikutuki selama ini, de-
ngan lonceng, bartikel , dan lilin. Di mana ada hati yang sarat
dengan kejahatan, di situ ada mulut yang penuh sumpah
serapah.
(2) Hati mereka penuh kepalsuan dan kecurangan. Mereka
merancang celaka yang tidak diucapkan sehingga tidak
diketahui orang, sebab mulutnya penuh dengan tipu dan
kejahatan. Ia telah belajar dari Iblis untuk menipu, dan de-
ngan demikian, untuk membinasakan juga. Kebenciannya
terselubung (Ams. 26:26). Ia tidak peduli dusta apa yang
dikatakannya, sumpah apa yang dilanggarnya, ataupun ke-
ahlian menipu seperti apa yang digunakannya untuk men-
capai tujuannya.
Kitab Mazmur 10:1-11
139
(3) Mereka sangat licik dan cerdik dalam menjalankan ran-
cangan mereka. Mereka memiliki berbagai cara dan sarana
untuk merancang maksud tujuan mereka supaya dapat
menyelesaikannya dengan lebih berhasil. Seperti Esau,
pemburu yang cerdik itu, ia duduk menghadang di gubuk-
gubuk, di tempat yang tersembunyi, dan matanya mengintip
untuk mendatangkan celaka (ay. 8), bukan sebab dia
malu akan perbuatannya (sebab jika wajahnya memerah,
itu berarti ada harapan bahwa dia akan bertobat). Bukan
juga sebab dia takut pada murka Allah, sebab pikirnya,
Allah tidak akan pernah meminta pertanggungjawaban
darinya (ay. 11). Melainkan, sebab ia takut kalau-kalau
rencananya digagalkan bila ketahuan. Mungkin hal ini ter-
utama merujuk kepada para perampok dan penyamun
yang mengintai para pelancong yang lugu, yang menjadi
mangsa perampokan mereka.
(4) Mereka sangat bengis dan biadab. Kejahatan mereka di-
tujukan kepada orang yang tertindas, yang tidak pernah
mengganggu mereka, melawan orang miskin, yang tidak
mampu melawan dan yang juga tidak akan mendapat ke-
muliaan apa-apa sekalipun menang atas mereka. Orang-
orang ini sama sekali sudah tidak punya lagi kejujuran dan
kehormatan, dan sebab itu bahkan ketidakbersalahan dan
kemiskinan pun tidak akan luput dari rancangan kejahat-
an mereka. Orang-orang yang berkuasa seharusnya melin-
dungi mereka yang tidak bersalah dan mencartikel pi kebu-
tuhan orang miskin. Namun, para penguasa ini justru
malah menghancurkan orang-orang yang seharusnya me-
reka lindungi. Jadi apa sesungguhnya yang menjadi tujuan
mereka? Mereka ingin menangkap orang yang tertindas,
dan menariknya ke dalam jaringnya. Maksudnya, untuk
menguasai mereka, bukan sekadar melucuti mereka, tetapi
juga untuk membunuh mereka. Mereka memburu nyawa
yang berharga. Umat Allah yang miskinlah yang hendak
mereka aniaya, sebab mereka sangat membenci umat-Nya
itu, yang hidup demi Dia dan yang mengenakan gambaran-
Nya. Itulah sebabnya orang-orang jahat ini mengendap un-
tuk membunuh mereka: Ia mengendap seperti singa yang
haus darah dan memangsa korbannya dengan lahap. Si
140
Iblis, majikan dari penganiaya-penganiaya, diumpamakan
seperti singa yang mengaum-aum, yang mencari siapa, bu-
kan apa, yang bisa dilahapnya.
(5) Para penganiaya ini orang-orang rendah dan munafik (ay.
10): Ia membungkuk, dan meniarap, seperti yang memang
biasa dilakukan hewan-hewan pemangsa, supaya dapat
menangkap mangsa mereka. Hal ini menyiratkan bahwa
roh najis para penganiaya dan penindas bersedia meren-
dahkan derajat mereka, sehina apa pun, untuk mencapai
rancangan-rancangan jahat mereka. Lihat saja perilaku
Saul yang memalukan saat ia memburu Daud. Selain itu,
mereka menutup-nutupi rencana jahat mereka dengan ber-
pura-pura lembut, rendah hati berbaik hati terhadap
mereka yang hendak mereka celakai. Mereka seolah-olah
merendahkan diri untuk memperhatikan orang miskin dan
sangat peduli dengan keadaan mereka. Padahal, tujuan
mereka yaitu untuk menjatuhkan dan memangsa orang-
orang miskin itu.
(6) Mereka sangat kafir dan tidak percaya Tuhan (ay. 11). Bagi
mereka semua hartikel m keadilan dan kebaikan terhadap
manusia tidak bisa begitu saja dihancurkan jika mereka
tidak terlebih dulu melenyapkan semua perasaan mereka
terhadap agama, dan bangkit melawan terang prinsip-prin-
sip hidup yang paling suci dan yang terbukti benar dengan
sendirinya. Ia berkata dalam hatinya: Allah melupakannya.
saat hati nuraninya menegur dan mengingatkan dia akan
akibat-akibat yang harus ditanggungnya, dan menanyakan
bagaimana ia akan memberikan jawaban kepada Sang Ha-
kim langit dan bumi yang adil itu, ia menepiskan pertanya-
an itu dengan alasan ini, TUHAN sudah meninggalkan ta-
nah ini (Yeh. 8:12; 9:9). Ini merupakan hujatan,
[1] Terhadap kemahatahuan dan pemeliharaan Allah, se-
akan-akan Dia tidak bisa, atau tidak melihat apa yang
dilakukan manusia di dunia bawah ini.
[2] Terhadap kekudusan dan kebenaran perilaku dari kod-
rat-Nya, seolah-olah meskipun melihat, Dia tidak berke-
beratan dan malah bersedia bekerja sama dengan pen-
jahat-penjahat yang paling keji tak terperikan itu.
Kitab Mazmur 10:12-18
141
[3] Terhadap keadilan dan kejujuran pemerintahan-Nya,
seolah-olah meskipun memang melihat dan tidak me-
nyukai kejahatan orang fasik, Ia tidak akan mengada-
kan perhitungan dengan mereka atau menghartikel m ke-
jahatan mereka, baik sebab Ia tidak mampu atau tidak
berani, ataupun sebab Ia tidak berniat melakukannya.
Biarlah orang-orang yang menderita oleh para penindas
yang angkuh itu berharap bahwa Allah akan tampil
membela mereka pada waktunya nanti, sebab orang-
orang yang menyakiti mereka juga telah menyakiti Allah
yang Mahakuasa.
Dalam menyanyikan mazmur ini dan mendoakannya, hati kita
harus diliputi oleh amarah yang kudus terhadap kejahatan para pe-
nindas serta oleh rasa belas kasihan yang lembut terhadap keseng-
saraan mereka yang ditindas. Dan semuanya ini dilakukan dengan
semangat hati yang saleh demi kemuliaan dan kehormatan Allah, de-
ngan keyakinan yang teguh bahwa pada waktunya nanti Ia akan me-
mulihkan mereka yang terluka dan mengadakan perhitungan dengan
mereka yang menyakiti itu.
Doa Melawan Para Penganiaya
(10:12-18)
12 Bangkitlah, TUHAN! Ya Allah, ulurkanlah tangan-Mu, janganlah lupakan
orang-orang yang tertindas. 13 Mengapa orang fasik menista Allah, sambil
berkata dalam hatinya: Engkau tidak menuntut? 14 Engkau memang meli-
hatnya, sebab Engkaulah yang melihat kesusahan dan sakit hati, supaya
Engkau mengambilnya ke dalam tangan-Mu sendiri. Kepada-Mulah orang
lemah menyerahkan diri; untuk anak yatim Engkau menjadi penolong. 15 Pa-
tahkanlah lengan orang fasik dan orang jahat, tuntutlah kefasikannya, sam-
pai Engkau tidak menemuinya lagi. 16 TUHAN yaitu Raja untuk seterusnya
dan selama-lamanya. Bangsa-bangsa lenyap dari tanah-Nya. 17 Keinginan
orang-orang yang tertindas telah Kaudengarkan, ya TUHAN; Engkau me-
nguatkan hati mereka, Engkau memasang telinga-Mu, 18 untuk memberi
keadilan kepada anak yatim dan orang yang terinjak; supaya tidak ada lagi
seorang manusia di bumi yang berani menakut-nakuti.
Di sini Daud, berdasarkan gambaran sebelumnya mengenai kebe-
ngisan dan ketidaksalehan para penindas, menyampaikan isi hatinya
kepada Allah, dan di dalamnya kita bisa melihat,
142
I. Apa yang didoakannya.
1. Supaya Allah sendiri bersedia untuk tampil (ay. 12): Bangkit-
lah, TUHAN, Ya Allah, ulurkanlah tangan-Mu, nyatakan hadirat
dan pemeliharaan-Mu dalam semua perkara di dunia bawah
ini. Bangkitlah, TUHAN, agar kacau balaulah semua yang ber-
kata bahwa Engkau telah menyembunyikan wajah-Mu. Tun-
jukkanlah kuasa-Mu, wujud-nyatakan kuasa-Mu itu untuk
membela perkara-Mu sendiri, angkatlah tangan-Mu dan hajar-
lah para penindas ini hingga binasa. Biarlah lengan-Mu yang
kekal itu terlihat.
2. Supaya Ia mau tampil bagi umat-Nya: Janganlah lupakan
orang-orang yang tertindas, yang menderita, miskin dan yang
semakin dibuat miskin, serta yang miskin di hadapan Allah.
Dengan pongah para penindas mereka berkata bahwa Engkau
telah melupakan mereka, dan mereka sendiri juga, dalam ke-
putusasaan, siap berkata yang sama. Tuhan, tunjukkanlah
bahwa mereka semua keliru.
3. Supaya Ia mau tampil melawan para penganiaya mereka (ay.
15).
(1) Sehingga Ia dapat menghentikan mereka melakukan keja-
hatan: Patahkanlah lengan orang fasik, cabutlah kuasanya,
supaya jangan menjadi raja orang fasik yang yaitu jerat
bagi orang banyak (Ayb. 34:30). Kita bisa membaca perihal
para penindas yang telah dicabut kuasanya, tetapi yang hi-
dupnya diperpanjang (Dan. 7:12), supaya mereka punya
waktu untuk bertobat.
(2) Supaya Ia berurusan dengan mereka atas semua kejahatan
yang telah mereka lakukan: Tuntutlah kefasikannya. Biar-
lah dibawa ke dalam terang semua hal yang disangkanya
takkan pernah terungkap. Biarlah dipertanggungjawabkan
semua hal yang disangkanya tidak akan pernah dihartikel m.
Ungkapkanlah semuanya sampai Engkau tidak menemui-
nya lagi. Artinya, sampai tidak ada lagi perbuatan jahatnya
yang belum diperhitungkan, sampai tidak ada lagi rencana
jahatnya yang belum dipatahkan, dan tidak ada lagi peng-
ikutnya yang belum dibinasakan.
Kitab Mazmur 10:12-18
143
II. Apa yang diserukannya untuk menguatkan imannya sendiri da-
lam permohonan-permohonan ini.
1. Ia berseru mengenai segala penghinaan yang dilontarkan para
penindas congkak ini kepada Allah sendiri: Tuhan, demi per-
kara-Mu sendirilah kami memohon Engkau tampil. Musuh
sendirilah yang menyebabkannya, dan oleh sebab itu, sung-
guh akan merugikan kemuliaan-Mu untuk membiarkan mere-
ka pergi tanpa dihartikel m (ay. 13): Mengapa orang fasik menista
Allah? Itulah yang dilakukannya, sebab ia berkata, Engkau
tidak menuntut. Engkau tidak akan pernah meminta kami
mempertanggungjawabkan perbuatan kami. Tidak ada peng-
hinaan lebih besar yang dapat mereka lontarkan kepada Allah
yang adil selain ini. Di sini pemazmur berkata dengan terhe-
ran-heran,
(1) Melihat kejahatan orang fasik: Mengapa mereka bisa ber-
kata dengan cara yang begitu jahat dan tidak masuk akal
seperti itu? Hati orang benar sungguh sangat terusik bila
memikirkan nista yang dilontarkan orang-orang berdosa
kepada Allah yang kudus, yakni terhadap semua perintah,
janji, ancaman, perkenan, dan penghakiman-Nya. Semua-
nya ini telah dihina dan diremehkan. Mengapa orang fasik
menista Allah? Ini sebab mereka tidak mengenal Dia.
(2) Melihat kesabaran dan ketenangan Allah terhadap mereka:
Mengapa mereka dibiarkan menista Allah seperti itu?
Mengapa Ia tidak langsung mempertahankan diri dan
membalas dendam terhadap mereka? Ini sebab hari un-
tuk mengadakan perhitungan itu belum tiba, saat takar-
an kejahatan mereka sudah penuh.
2. Ia berseru perihal perhatian Allah terhadap ketidaksalehan
dan kejahatan para penindas ini (ay. 14): Apakah para penin-
das menghibur diri dengan khayalan tanpa dasar bahwa Eng-
kau tidak akan pernah melihat perbuatan mereka? Biarlah
orang-orang yang tertindas berbesar hati dengan iman yang
mempunyai dasar kuat ini, yaitu bahwa Engkau bukan saja
telah melihatnya, tetapi bahkan memperhatikan seluruh keja-
hatan yang dilakukan oleh tangan-tangan penindas itu, serta
semua kebencian dan kejahatan yang mengintai di balik hati
mereka. Semua ini telah Engkau ketahui dan amati. Bukan
144
hanya itu saja, bukan saja melihat dan memperhatikannya,
Engkau malah akan mengadakan pembalasan dan menuntut
ganti rugi langsung kepada mereka, dengan tangan-Mu yang
adil dan penuh pembalasan.
3. Ia menyerukan ketergantungan orang-orang tertindas pada-
Nya: Kepada-Mulah orang lemah menyerahkan diri. Mereka se-
mua melakukan ini, termasuk aku juga. Mereka mengandal-
kan Engkau sebagai penopang dan pelindung. Mereka meman-
dang Engkau sebagai Hakim mereka. Keputusan-Mu mereka
akui, kehendak-Mu mereka terima. Mereka mempercayakan
diri mereka kepada-Mu (begitulah yang dibaca sebagian
orang), mereka tidak mengatur, melainkan tunduk pada kebi-
jaksanaan dan kehendak-Mu. Dengan demikian, mereka sung-
guh meninggikan Engkau di kala para penindas mereka me-
rendahkan-Mu. Mereka yaitu umat-Mu yang rela, yang me-
nempatkan diri di bawah perlindungan-Mu. Oleh sebab itu,
lindungilah mereka.
4. Ia berseru mengenai hubungan yang Allah berkenan jalin de-
ngan kita,
(1) Sebagai Allah yang agung. Dia yaitu Raja untuk seterus-
nya dan selama-lamanya (ay. 16). Dan sudah menjadi tu-
gas seorang raja untuk menjalankan keadilan guna me-
ngendalikan dan membuat takut para pelaku kejahatan
serta untuk melindungi dan memuji mereka yang berbuat
baik. Kepada siapa umat yang disakiti harus berseru selain
kepada Allah? Tolonglah, ya tuanku raja! Belalah hakku ter-
hadap lawanku. Tuhan, biarlah semua orang yang mem-
berikan penghormatan dan upeti kepada Engkau sebagai
Raja mereka, merasakan manfaat pemerintahan-Mu dan
mendapati Engkau sebagai perlindungan mereka. Engkau-
lah Raja yang kekal, tidak seperti raja di dunia, dan oleh
sebab itu Engkau dapat dan akan membagi-bagikan paha-
la dan hartikel man kekal melalui penghakiman kekal, saat
kesempatan telah ditutup. Pada penghakiman itulah orang
miskin berserah diri.
(2) Sebagai Allah yang baik. Dialah penolong bagi anak yatim
piatu (ay. 14), bagi orang-orang yang tidak memiliki siapa-
siapa untuk menolong mereka selain banyak musuh yang
hendak menyakiti mereka. Ia telah menunjuk raja-raja un-
Kitab Mazmur 10:12-18
145
tuk memberi keadilan kepada orang yang lemah dan kepa-
da anak yatim (82:3), dan oleh sebab itu lebih banyak lagi
yang akan dilakukan-Nya sendiri. Di antara gelar-gelar ke-
hormatan yang dimiliki-Nya, Ia telah menjadikan diri-Nya
Bapa bagi anak yatim (68:6), dan penolong bagi orang yang
tidak berdaya.
5. Ia menyerukan pengalaman yang telah dialami jemaat dan
umat Allah di mana Allah selalu sedia tampil bagi mereka.
(1) Ia telah mencerai-beraikan dan memusnahkan musuh-mu-
suh mereka (ay. 16): Bangsa-bangsa lenyap dari tanah-
Nya. Orang-orang Kanaan yang tersisa, yakni ketujuh
bangsa yang bertahan dan sudah sejak lama dianggap se-
bagai duri dalam daging bagi orang Israel, sekarang akhir-
nya dicabut sampai ke akar-akarnya. Hal ini merupakan
dorongan bagi kita untuk berharap bahwa Allah akan me-
matahkan lengan orang Israel yang suka menindas itu de-
ngan cara yang sama. Dalam beberapa hal, mereka ini
bahkan lebih buruk lagi daripada orang kafir.
(2) Dia telah mendengar dan menjawab doa-doa mereka (ay.
17): Keinginan orang-orang yang tertindas telah sering Kau-
dengarkan, ya TUHAN, dan Engkau tidak pernah menyu-
ruh orang-orang yang memohon-mohon dengan rendah
hati sebab ditimpa kesusahan untuk mencari dengan sia-
sia. Mengapa kita tidak boleh mengharapkan segala ke-
ajaiban dan anugerah yang pernah diceritakan nenek mo-
yang kita untuk terjadi dan terjadi lagi?
6. Ia mengajukan alasan bahwa pengharapan mereka tertuju ke-
pada Allah, menurut pengalaman mereka bersama-Nya: Ke-
inginan orang-orang yang tertindas telah Kaudengarkan, oleh
sebab itu Engkau memasang telinga-Mu, seperti dalam Mazmur
6:10. Engkau tidak berubah, begitu pula halnya dengan kuasa
dan janji-Mu. Hubungan-Mu dengan umat-Mu pun tetap
sama. Begitu pula karya dan pekerjaan anugerah-Mu di dalam
diri mereka. Oleh sebab itu mengapa kita tidak boleh berharap
bahwa Dia yang dahulu yaitu Allah yang mendengarkan doa,
juga tetap sama, sekarang dan untuk selamanya?
Namun, amatilah,
146
(1) Dengan cara bagaimana Allah menjawab doa. Pertama-
tama, Ia mempersiapkan hati umat-Nya, dan setelah itu
memberi mereka jawaban damai sejahtera. Janganlah kita
mengharapkan jawaban yang penuh berkat dari Dia selain
dengan cara ini, supaya apa yang dikerjakannya bagi kita
sungguh nyata merupakan yang terbaik bagi kita. Ia mem-
persiapkan hati kita sampai kita berdoa dengan kerinduan
yang suci dan menguatkan kita sampai kita mencapai iman
yang paling kudus. Ia memperbaiki segala pikiran dan
membangkitkan perasaan kita. Baru setelah itu Ia mene-
rima doa kita dengan penuh rahmat. Ia mempersiapkan
hati kita demi rahmat itu sendiri, yang diinginkan dan di-
doakan itu, supaya kita menjadi layak untuk menerima
dan menggunakannya dengan baik. Baru setelah itu Ia
memberikan rahmat itu kepada kita. Persiapan hati itu da-
tang dari Tuhan, dan kita harus mencari Dia untuk menda-
patkannya (Ams. 16:1). Rahmat itu perlu kita terima dulu
sebagai penuntun kita.
(2) Apa yang akan dilakukan-Nya sebagai jawaban atas doa
(ay. 18).
[1] Ia akan membela perkara mereka yang tertindas, akan
mengadili bagi anak yatim dan orang yang terindas,
akan menghakimi bagi mereka, membawa kejelasan
akan ketidakbersalahan mereka, memulihkan sukacita
mereka, dan mengganti kerugian atas semua kehilang-
an dan kerugian yang mereka alami.
[2] Ia akan mengakhiri kebengisan para penganiaya. Hanya
sampai di situlah mereka bertindak, tidak lebih jauh. Di
sinilah ombak kejahatan mereka yang congkak diben-
dung. Tindakan nyata akan diambil supaya tidak ada
lagi seorang manusia di bumi yang berani menakut-na-
kuti. Lihatlah betapa pemazmur sekarang menganggap
enteng kuasa penganiaya congkak yang digambarkan-
nya dalam mazmur ini. Betapa ia sekarang merendah-
kannya sesudah ia merenungkan kedaulatan Allah.
Pertama, penganiaya itu hanyalah manusia di bumi
belaka, manusia yang keluar dari dalam bumi (begitulah
arti katanya), yang muncul dari bumi, dan oleh sebab
Kitab Mazmur 10:12-18
147
itu dia manusia biasa, lemah, dan akan segera kembali
ke tanah. Oleh sebab itu, mengapa kita harus takut
kepada kebengisan penindas itu, yang semata hanya
manusia yang memang akan mati, anak manusia yang
dibuang seperti rumput? (Yes. 51:12). Dia yang melin-
dungi kita yaitu Tuhan atas langit. Sedangkan dia
yang menganiaya kita hanyalah manusia belaka dari
bumi.
Kedua, Allah sudah membelenggunya, dan sebab
itu dengan mudah mengekang murkanya sehingga ia ti-
dak mampu melaksanakan keinginannya. Apabila Allah
mengatakan firman-Nya, Iblis tidak akan bisa lagi
mengadakan penyesatan melalui kaki tangannya (Why.
20:3), dan tidak akan bisa lagi menindas.
Dalam menyanyikan ayat-ayat ini kita harus tetap teguh menyim-
pan keadilan dalam ibadah kita dan menyerahkan perkara yang ter-
tindas kepada Allah, sebagai orang-orang yang sangat peduli dengan
kehormatan dan kepentingan dari keadilan. Tetaplah percaya, bahwa
Ia akan membela perkara kita dengan rasa cemburu.
PASAL 1 1
alam mazmur ini kita mendapati pergumulan Daud dengan, dan
kemenangannya atas, godaan kuat untuk tidak mempercayai
Allah dan untuk menggunakan sarana-sarana yang tidak langsung
guna menyelamatkan dirinya sendiri dalam keadaan bahaya. Mazmur
ini dianggap ditulis Daud saat ia mulai merasakan kebencian-ke-
bencian Saul yang iri terhadapnya, dan setelah ia berulang kali di-
lempari tombak. Pada waktu itu ia dinasihati untuk melarikan diri
dari negerinya. Tidak, katanya, Aku percaya kepada Allah, dan
sebab itu aku akan tetap tinggal di sini. Perhatikanlah,
I. Bagaimana dia menggambarkan godaan itu, dan mungkin
berunding dengannya (ay. 1-3).
II. Bagaimana dia menanggapi godaan itu, dan membungkamnya
dengan pikiran mendalam akan kekuasaan dan pemeliharaan
Allah (ay. 4), kebaikan-Nya kepada orang-orang benar, dan
murka yang akan menimpa orang-orang fasik (ay. 5-7).
Dalam masa-masa saat ketakutan melanda di mana-mana, keti-
ka hinaan-hinaan dari para musuh gereja menjadi gencar dan meng-
ancam, akan bermanfaat bagi kita untuk merenungkan mazmur ini.
Keyakinan kepada Allah
(11:1-3)
1 Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Pada TUHAN aku berlindung, bagai-
mana kamu berani berkata kepadaku: Terbanglah ke gunung seperti bu-
rung! 2 Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak
panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat
gelap. 3 Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh
orang benar itu?
D
150
Inilah,
I. Tekad Daud yang sudah bulat untuk menjadikan Allah sebagai
keyakinannya: Pada TUHAN aku berlindung (ay. 1). Orang-orang
yang sungguh-sungguh takut akan Allah dan melayani-Nya patut
untuk mempercayakan diri kepada-Nya, dan mereka tidak akan
dipermalukan dengan berbuat demikian. Dan sudah merupakan
ciri khas orang-orang kudus, yang telah menerima Allah sebagai
Allah mereka, bahwa mereka menjadikan-Nya pengharapan mere-
ka. Bahkan, sekalipun mereka mempunyai hal-hal lain untuk di-
andalkan, mereka tidak, dan tidak berani, mengandalkan hal-hal
itu, selain mengandalkan Allah saja. Emas bukanlah pengharapan
mereka. Kuda dan kereta pun bukan keyakinan mereka. Hanya
Allah semata. Dan sebab itu, apabila pegangan-pegangan yang
lain tidak berhasil, pengharapan mereka tidak kandas, sebab
pegangan yang utama masih sama, dan akan selalu sama. Sang
pemazmur, sebelum memberi uraian mengenai godaan yang se-
dang dialaminya untuk tidak mempercayai Allah, telah menyata-
kan tekadnya untuk berlindung pada-Nya, dan ia mau hidup atau
mati dengan tekad ini.
II. Kebenciannya terhadap godaan untuk melakukan hal yang ber-
lawanan: Bagaimana kamu berkata kepadaku, kepada jiwaku,
yang sudah sedemikian bersandar kepada Allah sebagai tempat
peristirahatannya dan berteduh di dalam Dia, terbanglah ke gu-
nung seperti burung, untuk mengamankan diri di sana dari jang-
kauan burung pemangsa? Perkataan ini bisa dipandang,
1. Sebagai nasihat yang sungguh-sungguh dari teman-temannya
yang penakut. Beginilah yang dimengerti oleh banyak orang,
dan kemungkinan besar memang benar. Sebagian orang yang
tulus hati menginginkan Daud selamat, saat mereka melihat
bagaimana Saul geram terhadapnya dan sangat mengingini
nyawanya, mendesaknya dengan segala cara untuk melarikan
diri ke suatu tempat perlindungan, dan untuk tidak terlalu
banyak bergantung pada urapan yang telah diterimanya, yang
menurut mereka akan lebih membuat dia kehilangan kepala-
nya daripada menyelamatkannya. Yang membuat Daud berse-
dih dengan permintaan ini bukanlah sebab anggapan bahwa
jika dia melarikan diri sekarang, maka itu berarti dia bertindak
Kitab Mazmur 11:1-3
151
seperti seorang pengecut, dan ini pantang bagi seorang pra-
jurit. Tetapi sebab anggapan bahwa melarikan diri menanda-
kan ketidakpercayaan. Bagi seorang kudus yang sering ber-
kata, Pada Tuhan aku berlindung, yaitu suatu pantangan
untuk melarikan diri. Dengan pemahaman seperti ini, kedua
ayat berikutnya berisikan alasan yang digunakan teman-te-
man Daud yang penakut ini untuk menyokong nasihat mere-
ka. Mereka memintanya melarikan diri,
(1) sebab dia tidak bisa aman di tempat dia berada sekarang
(ay. 2). Lihatlah, kata mereka, bagaimana orang fasik me-
lentur busurnya. Saul dan antek-anteknya membidik nya-
wamu, dan kejujuran hatimu tidak akan membuatmu
aman. Lihatlah betapa hebatnya permusuhan yang ada
dalam diri orang fasik terhadap orang benar, dalam diri
keturunan ular terhadap keturunan perempuan itu. Betapa
dahsyatnya upaya-upaya yang mereka lakukan, persiapan-
persiapan yang mereka kerjakan, untuk berbuat jahat ter-
hadap orang-orang benar: mereka memanah orang yang
tulus hati dengan diam-diam, atau di tempat gelap, sehing-
ga orang yang tulus hati itu tidak melihat kejahatan yang
sudah dirancang, untuk menghindarinya, ataupun orang
lain, untuk mencegahnya, bahkan Allah sendiri, untuk
menghartikel mnya.
(2) sebab dia tidak bisa berguna lagi di tempat dia berada
sekarang. Sebab, kata mereka, apabila dasar-dasar di-
hancurkan (seperti dasar-dasar yang dihancurkan oleh
pemerintahan Saul yang menyimpang), apabila negara dan
masyarakat menjadi kacau dan tidak karuan (75:4; 82:5),
apakah yang dapat engkau perbuat dengan kebenaranmu
itu untuk memperbaiki segala ketidakberesan ini? Aduh!
Tidak ada gunanya berusaha menyelamatkan kerajaan
yang sudah hancur berantakan seperti itu. Apa pun yang
dapat dilakukan orang benar tidak akan berarti apa-apa.
Abi in cellam, et dic, Miserere mei, Domine Pergilah ke
kamarmu, dan menangislah di sana, kasihanilah aku Ya
Tuhan! Banyak orang terhalang untuk memberikan jasa
yang dapat mereka berikan kepada masyarakat umum da-
lam masa-masa sulit, sebab hilangnya harapan untuk
memperoleh keberhasilan.
152
2. Perkataan Daud itu juga bisa dipandang sebagai olok-olok
yang dipakai musuh-musuhnya untuk mengejek dia. Mereka
mencela semua pengakuan yang dulu dibuatnya tentang keya-
kinannya kepada Allah, dan dengan cara yang menghina me-
mintanya untuk menguji apa manfaat yang bisa didapatnya
sekarang dari keyakinannya itu. Kamu berkata bahwa Allah
yaitu gunung batumu. Larilah kepada-Nya sekarang, dan
lihatlah apakah keadaanmu akan menjadi lebih baik. Demi-
kianlah mereka berusaha mempermalukan hikmat orang yang
tertindas, dengan berkata, Baginya tidak ada pertolongan dari
pada Allah (14:6; 3:3). Keyakinan dan penghiburan yang dimi-
liki orang-orang kudus di dalam Allah, saat segala peng-
harapan dan sukacita di dalam makhluk ciptaan tidak berha-
sil, merupakan teka-teki bagi dunia yang bersifat kedagingan
ini, dan sebab itu diolok-olok oleh dunia itu. Kalau perkataan
Daud di atas dipahami dengan cara seperti ini, maka kedua
ayat berikutnya merupakan jawaban Daud terhadap sindiran
ini, yang di dalamnya,
(1) Dia mengeluhkan kebencian orang-orang yang melecehkan-
nya seperti itu (ay. 2): mereka melentur busurnya, mereka
memasang anak panahnya pada tali busur. Kita diberi tahu
(64:4) seperti apa anak-anak panah yang mereka gunakan
itu, yaitu kata-kata pahit. Dengan kata-kata seperti inilah
mereka berusaha mematahkan pengharapan kepada Allah,
yang dirasakan Daud seperti sebilah pedang yang menusuk
tulangnya.
(2) Ia menolak godaan itu dengan penuh rasa jijik (ay. 3). Ia
memandang saran ini sebagai hal yang menyerang dasar-
dasar yang dibangun oleh setiap orang Israel. Apabila ka-
mu menghancurkan dasar-dasarnya, apabila kamu meng-
ambil dari orang-orang baik pengharapan mereka kepada
Allah, apabila kamu dapat membujuk mereka untuk ber-
pikir bahwa agama mereka yaitu suatu tipuan, suatu
lelucon, dan dapat mengolok-olok mereka sehingga mereka
meninggalkan agama itu, maka kamu menghancurkan me-
reka, membuat mereka benar-benar patah hati, dan men-
jadikan mereka sebagai orang yang paling menyengsarakan
dari semuanya. Azas-azas agama merupakan dasar-dasar
yang di atasnya iman dan pengharapan orang-orang benar
Kitab Mazmur 11:4-7
153
dibangun. Azas-azas ini, baik sebab manfaat maupun ka-
rena kewajiban, harus kita pegang erat-erat untuk mela-
wan semua godaan untuk menjadi tidak setia. sebab ,
apabila semua azas itu dihancurkan, apabila kita membiar-
kannya berlalu begitu saja, apakah yang dapat diperbuat
oleh orang benar? Orang-orang baik akan binasa seandai-
nya mereka tidak memiliki Allah tempat mereka berlari,
Allah yang bisa mereka percayai, dan yang menjadi keba-
hagiaan masa depan yang mereka harapkan.
Keyakinan kepada Allah
(11:4-7)
4 TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga;
mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia. 5
TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang
mencintai kekerasan. 6 Ia menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi
dan belerang; angin yang menghanguskan, itulah isi piala mereka. 7 Sebab
TUHAN yaitu adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan me-
mandang wajah-Nya.
Kata orang, bila pohon digoyang-goyangkan, maka akarnya akan ber-
tambah dalam dan kuat. Usaha musuh-musuh Daud untuk mema-
tahkan keyakinannya kepada Allah membuat dia melekat semakin
erat kepada azas-azas keyakinannya yang utama. Ia justru semakin
merenungkan kembali dasar-dasar itu, seperti yang diperbuatnya di
sini, dan itu membawa kepuasan berlimpah bagi dirinya dan mem-
bungkamkan semua godaan untuk menjadi tidak setia. Apa yang
mengejutkan bagi imannya, dan yang juga dialami banyak orang,
yaitu kemakmuran orang-orang fasik di jalan-jalan mereka yang
fasik, dan kesukaran serta kesusahan yang kadang-kadang dialami
oleh orang-orang terbaik. Dari sinilah pikiran yang jahat seperti ini
cenderung muncul, pasti sia-sia belaka untuk melayani Tuhan, dan
kita bisa menyebut orang congkak sebagai orang yang berbahagia.
Namun, untuk melumpuhkan dan mempermalukan segala pemikiran
seperti itu, kita di sini dipanggil untuk mempertimbangkan,
I. Bahwa ada Allah di sorga: TUHAN ada di dalam bait-Nya yang
kudus di atas, di mana, meskipun Dia tidak terlihat oleh kita, kita
terlihat oleh-Nya. Janganlah musuh-musuh orang-orang kudus
menghina mereka, seolah-olah mereka tidak tahu lagi harus ber-
154
buat apa dan sudah kehabisan akal. Tidak, mereka mempunyai
Allah, dan mereka tahu di mana harus menemukan-Nya, dan ba-
gaimana harus mengarahkan doa mereka kepada-Nya sebagai
Bapa mereka di sorga. Atau, Dia ada di dalam bait-Nya yang ku-
dus, yaitu, di dalam jemaat-Nya. Dia yaitu Allah yang mengikat
kovenan dan persekutuan dengan umat-Nya, melalui seorang
Pengantara, yang dipelambangkan oleh bait suci itu. Kita tidak
perlu berkata, Siapakah yang akan pergi ke sorga, untuk meng-
ambil bagi kita dari sana Allah yang dapat kita percayai? Tidak,
Firman itu dekat dengan kita, dan Allah ada di dalam Firman itu.
Roh-Nya ada dalam orang-orang kudus-Nya, bait-bait Allah yang
hidup itu, dan Tuhanlah Roh itu.
II. Bahwa Allah ini mengatur dunia. Tuhan tidak hanya bertempat
tinggal tetapi juga bertakhta di sorga, dan Dia telah menetapkan
pemerintahannya di atas bumi (Ayb. 38:33), sebab , setelah mene-
gakkan takhta-Nya di sorga, kerajaan-Nya berkuasa atas segala
sesuatu (103:19). Oleh sebab itulah sorga dikatakan mempunyai
kekuasaan (Dan. 4:26). Marilah kita dengan iman melihat kepada
Allah yang ada di takhta ini, di takhta kemuliaan-Nya, yang se-
cara tidak terbatas melampaui segala keagungan dan kemegahan
raja-raja dunia. Ia ada di takhta pemerintahan-Nya, memberikan
hartikel m, memberikan kegiatan, dan memberikan tujuan kepada
semua makhluk ciptaan. Ia di takhta penghakiman-Nya, mem-
balaskan kepada setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Dan,
Ia di takhta anugerah-Nya, yang ke sana umat-Nya boleh datang
dengan berani untuk meminta belas kasihan dan anugerah. Maka
dari itu, tidak ada alasan bagi kita untuk menjadi tawar hati oleh
kesombongan dan kekuatan penindas-penindas kita, atau oleh
penderitaan apa pun yang menimpa orang benar.
III. Bahwa Allah ini mengetahui dengan sempurna sifat setiap orang
yang sebenarnya: mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya
menguji anak-anak manusia. Dia tidak hanya melihat mereka
tetapi juga melihat menembus mereka, tidak hanya mengetahui
segala sesuatu yang mereka katakan dan lakukan, tetapi juga
mengetahui apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rencana-
kan, dan bagaimana perasaan mereka yang sebenarnya, tak pe-
duli seberapa berpura-puranya mereka. Kita bisa mengetahui
Kitab Mazmur 11:4-7
155
manusia dari tampak luarnya, tetapi Dia mengetahui siapa mere-
ka sesungguhnya, seperti seorang pemurni logam yang tahu ber-
apa nilai emas setelah dia memurnikannya. Allah dikatakan
menguji dengan mata-Nya, dan dengan sorot mata-Nya, sebab
Dia mengetahui manusia tidak seperti raja-raja di bumi yang
mengetahui manusia hanya melalui laporan dan gambaran. Dia
mengetahui manusia melalui pemeriksaan-Nya sendiri yang ketat,
yang tidak bisa salah ataupun ditipu. Kenyataan ini sungguh
menghibur kita saat kita tertipu oleh manusia, bahkan oleh ma-
nusia yang kita pikir sudah kita uji, bahwa penilaian Allah ter-
hadap manusia, kita yakin, yaitu sesuai dengan kebenaran.
IV. Bahwa, apabila Dia menghajar orang-orang baik, itu merupakan
ujian bagi mereka, dan sebab itu demi kebaikan mereka sendiri
(ay. 5). Tuhan menguji semua anak manusia supaya Dia dapat
berbuat baik kepada mereka akhirnya (Ul. 8:16). Oleh sebab itu,
janganlah segala ujian itu menggoncangkan dasar-dasar kita atau
mematahkan pengharapan dan kepercayaan kita kepada Allah.
V. Bahwa, bagaimanapun berhasilnya para penganiaya dan penindas
kita untuk sementara waktu, mereka sekarang telah berada di
bawah, dan akan binasa selamanya di bawah, murka Allah.
1. Dia yaitu Allah yang kudus, dan sebab itu Dia membenci
mereka, dan tidak dapat tahan memandang mereka: Ia mem-
benci orang fasik dan orang yang mencintai kekerasan (KJV),
sebab tidak ada hal lain yang lebih bertentangan dengan kelu-
rusan dan kebaikan kodrat-Nya selain daripada ini. Kemak-
muran mereka sama sekali bukan merupakan bukti akan ka-
sih Allah sehingga pelecehan mereka terhadap kemakmuran
itu pasti menjadikan mereka sebagai orang-orang yang diben-
ci-Nya. Dia yang tidak membenci apa pun yang telah dicipta-
kan-Nya membenci orang-orang yang menjadikan diri mereka
sendiri sedemikian jahat. Dr. Hammond menawarkan cara lain
untuk membaca ayat 5 ini: Tuhan menguji orang benar dan
orang fasik (dengan membedakan secara tanpa keliru antara
mereka berdua, yang melampaui apa yang dapat kita lakukan),
dan barangsiapa mencintai kekerasan membenci jiwanya sen-
diri. Maksudnya, penganiaya-penganiaya pasti membawa ke-
156
hancuran bagi diri mereka sendiri (Ams. 8:36), seperti yang
tampak berikut ini.
2. Dia yaitu Hakim yang benar, dan sebab itu Dia akan meng-
hartikel m mereka (ay. 6). Penghartikel man bagi mereka akan men-
jadi,
(1) Tidak terelakkan: Ia menghujani orang-orang fasik dengan
jerat (KJV). Ini merupakan kiasan berganda, untuk menun-
jukkan bahwa penghartikel man orang fasik itu tidak bisa
dihindari. Penghartikel man itu akan menghujani mereka dari
langit (Ayb. 20:23), yang terhadapnya tidak ada benteng
yang sanggup melindungi dan yang darinya tidak ada jalan
untuk menghindar (Yos. 10:11; 1Sam. 2:10). Penghakiman
itu akan mengejutkan mereka, sama seperti hujan yang
turun dengan tiba-tiba terkadang mengejutkan para pelan-
cong pada musim panas. Penghartikel man itu akan menjadi
jerat bagi mereka, yang membelenggu mereka erat-erat,
dan terus menahan mereka sebagai tahanan, sampai hari
pembalasan tiba.
(2) Sangat mengerikan. Penghartikel man itu berupa arang berapi
dan belerang, dan angin yang menghanguskan, yang de-
ngan jelas merujuk pada kehancuran Sodom dan Gomora,
dan memang sangat pantas, sebab kehancuran itu dimak-
sudkan sebagai bayangan dari siksaan api kekal sebagai
peringatan kepada semua orang (Yud. 1:7). Api murka
Allah, yang bahan bakarnya yaitu belerang dari kesalah-
an mereka sendiri, pasti akan membakar mereka dengan
ganasnya, akan membakar sampai ke dalam neraka yang
paling bawah dan puncak kekekalan yang paling tinggi.
Betapa mengerikannya badai yang membawa orang fasik
saat mereka mati! Betapa panasnya lautan api dan bele-
rang yang harus mereka jadikan sebagai tempat tidur me-
reka untuk selama-lamanya, dalam perkumpulan orang
mati dan terkutuk! Hal inilah yang dimaksudkan di sini.
Inilah yang akan menjadi isi piala mereka, milik pusaka
yang ditentukan bagi mereka oleh Yang Mahakuasa, dan
ganjaran yang ditimpakan kepada mereka (Ayb. 20:29). Ini
yaitu piala yang memusingkan yang akan diberikan ke
dalam tangan mereka, yang ampasnya harus mereka
minum (75:9). Setiap orang sudah ditentukan isi pialanya.
Kitab Mazmur 11:4-7
157
Mereka yang memilih Tuhan sebagai isi piala mereka akan
mendapatkan apa yang mereka pilih, dan selama-lamanya
akan berbahagia dalam pilihan mereka (16:5) itu. Namun,
mereka yang menolak anugerah-Nya akan dibuat minum
dari piala kehangatan murka-Nya (Yer. 25:15; Yes. 51:17;
Hab. 2:16).
VI. Bahwa, meskipun orang yang baik dan jujur bisa ditindas dan di-
injak-injak, namun Allah mengakui dan akan mengakui mereka,
berkenan kepada mereka, dan tersenyum kepada mereka. Inilah
alasannya mengapa Allah akan mengganjar dengan berat para
penganiaya dan penindas, sebab orang-orang yang mereka tindas
dan yang mereka aniaya itu sangat dikasihi-Nya. Demikianlah,
siapa yang menjamah mereka, berarti menjamah biji mata-Nya (ay.
7).
1. Dia mengasihi mereka dan karya anugerah-Nya sendiri di da-
lam diri mereka. Dia sendiri yaitu Allah yang benar, dan ka-
rena itu Dia mencintai kebenaran di mana pun Dia menemu-
kannya, dan membela kepentingan orang benar yang dilukai
dan ditekan. Dia senang menjalankan penghartikel man bagi
orang-orang benar itu (103:6). sebab itu, kita harus menjadi
pengikut-pengikut Allah, harus mencintai kebenaran seperti
Dia adanya, supaya kita dapat selalu tinggal di dalam kasih-
Nya.
2. Dia memandang orang benar dengan penuh rahmat: orang
yang tulus akan memandang wajah-Nya (KJV: wajah-Nya me-
mandang orang yang tulus pen.). Dia tidak hanya berdamai
dengan mereka, dan memberikan kegembiraan di dalam hati
mereka, dengan membiarkan mereka tahu bahwa Dia sudah
berdamai dengan mereka. Tetapi juga, seperti bapak yang
lemah lembut, memandang mereka dengan senang hati, dan
mereka, seperti anak-anak yang patuh, senang dan sangat
puas dengan senyuman-senyuman-Nya. Mereka berjalan da-
lam terang Tuhan.
Dalam menyanyikan mazmur ini kita harus mendorong hati kita
dan bergiat selalu untuk percaya kepada Allah sepanjang waktu,
harus bergantung kepada-Nya untuk melindungi kemurnian kita dan
untuk membuat kita bahagia. Kita harus takut akan amarah-Nya se-
158
bagai sesuatu yang lebih buruk daripada maut, dan harus meng-
inginkan kebaikan-Nya sebagai sesuatu yang lebih baik daripada
hidup itu sendiri.
PASAL 12
azmur ini dianggap ditulis Daud pada masa pemerintahan Saul,
saat terjadi kemerosotan di mana-mana dalam hal kejujuran
dan kesalehan baik itu di kalangan istana maupun di seluruh negeri.
Perkara ini dikeluhkannya kepada Allah dengan segenap perasaan-
nya, sebab dia sendiri menderita sebagai akibat dari pengkhianatan
teman-temannya yang palsu dan penghinaan musuh-musuh bebu-
yutannya.
I. Ia memohon pertolongan dari Allah, sebab tidak seorang
pun di antara anak-anak manusia yang berani dipercayainya
(ay. 2-3).
II. Ia menubuatkan kehancuran musuh-musuhnya yang cong-
kak dan yang membahayakan (ay. 4-5).
III. Ia meyakinkan dirinya sendiri dan orang lain, bahwa betapa
pun buruknya hal-hal yang terjadi sekarang (ay. 9), Allah
akan memelihara dan melindungi umat-Nya sendiri bagi Dia
(ay. 6, 8), dan pasti akan menepati janji-janji-Nya kepada
mereka (ay. 7).
Apakah ditulis pada masa pemerintahan Saul atau tidak, mazmur
ini pasti dikarang untuk membicarakan suatu pemerintahan yang
buruk. Dan mungkin Daud, saat di dalam roh melihat bahwa se-
bagian dari para penerusnya akan menimbulkan hal-hal yang sama
buruknya seperti yang digambarkan di sini, menyimpan harta maz-
mur ini untuk digunakan kemudian oleh jemaat pada masa itu. O
tempora, O mores! Oh, masa-masa itu! Oh, perilaku-perilakunya!
M
160
Keluhan-keluhan terhadap Zaman
(12:1-9)
1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Yang kedelapan. Mazmur Daud. 2
Tolonglah kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah habis, telah lenyap
orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia. 3 Mereka berkata
dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang
manis dan hati yang bercabang. 4 Biarlah TUHAN mengerat segala bibir yang
manis dan setiap lidah yang bercakap besar, 5 dari mereka yang berkata: De-
ngan lidah kami, kami menang! Bibir kami menyokong kami! Siapakah tuan
atas kami? 6 Oleh sebab penindasan terhadap orang-orang yang lemah,
oleh sebab keluhan orang-orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, firman
TUHAN; Aku memberi keselamatan kepada orang yang menghauskannya. 7
Janji TUHAN yaitu janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali
dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. 8 Engkau, TUHAN, yang akan
menepatinya, Engkau akan menjaga kami senantiasa terhadap angkatan ini.
9 Orang-orang fasik berjalan ke mana-mana, sementara kebusukan muncul
di antara anak-anak manusia.
Mazmur ini memperlengkapi kita dengan pikiran-pikiran yang baik
untuk digunakan dalam masa-masa buruk. Dalam masa-masa buruk
bahkan orang yang berakal budi akan berdiam diri (Am. 5:13), sebab
pada masa itu orang akan dipandang sebagai pelanggar hartikel m oleh
sebab perkataan yang diucapkannya. Walaupun demikian, kita bo-
leh terhibur dengan permenungan-permenungan dan doa-doa yang
begitu cocok di sini, yang telah disiapkan untuk kita gunakan.
I. Marilah kita lihat di sini apa yang menjadikan masa-masa itu bu-
ruk, dan kapan masa-masa itu bisa dikatakan buruk. Tanyakan-
lah kepada anak-anak dunia ini apa itu yang menurut mereka
membuat masa-masa menjadi buruk, dan mereka akan mengata-
kan kepadamu bahwa kelangkaan uang, kemerosotan perdagang-
an, dan kehancuran sebab perang membuat masa-masa menjadi
buruk. Namun, Kitab Suci memandang keburukan masa terjadi
akibat penyebab-penyebab yang berbeda sifatnya. Akan datang
masa yang sukar (2Tim. 3:1), sebab kejahatan akan semakin
bertambah banyak. Dan inilah yang dikeluhkan Daud di sini.
1. Apabila ada kemerosotan di mana-mana dalam hal kesalehan
dan kejujuran di antara anak-anak manusia, maka masa-
masa itu benar-benar buruk (ay. 2): apabila orang saleh telah
habis, dan telah lenyap orang-orang yang setia. Amatilah
bagaimana kedua sifat ini dipadukan bersama-sama di sini,
yang saleh dan yang setia. Sama seperti tidak ada perbuatan
yang sejati tanpa kejujuran, demikian pula tidak ada kesaleh-
Kitab Mazmur 12:1-9
161
an yang sejati tanpa kejujuran. Orang yang saleh yaitu orang
yang setia, orang yang teguh, begitulah mereka kadang-kadang
disebut. Perkataan mereka sama meneguhkannya seperti sum-
pah mereka, sama mengikatnya seperti tali persaudaraan me-
reka. Mereka menjaga hati nurani mereka agar murni baik di
hadapan Allah maupun di hadapan manusia. Mereka di sini
dikatakan habis dan lenyap, entah sebab kematian entah
sebab diabaikan, atau sebab keduanya. Orang-orang yang
saleh dan setia kini diambil, dan mereka yang ditinggalkan
telah merosot akhlaknya secara menyedihkan serta tidak lagi
bersikap seperti dulu. Dengan demikian hanya ada sedikit
atau sama sekali tidak ada lagi orang baik yang benar-benar
orang Israel sejati yang dapat dijumpai. Mungkin yang dimak-
sudkan Daud yaitu bahwa tidak ada lagi orang saleh dan
setia di antara orang-orang di istana Saul. Jika yang dimak-
sudkannya yaitu hanya ada sedikit atau sama sekali tidak
ada orang saleh dan setia di Israel, maka kita berharap dia sa-
lah dalam hal ini seperti yang dilakukan Elia, yang menyangka
hanya dia sendiri yang tinggal, padahal Allah mempunyai tu-
juh ribu orang yang tetap setia kepada-Nya (Rm. 11:4). Atau,
yang dimaksudkannya yaitu bahwa hanya ada sedikit saja
dibandingkan dengan yang sudah-sudah. Di mana-mana ada
kemerosotan dalam hal agama dan kebaikan (dan bila keada-
annya demikian, maka masa-masa itu memang buruk, sangat
buruk), sampai tidak dapat dijumpai lagi seorang pun yang
melakukan keadilan (Yer. 5:1).
2. Apabila kepura-puraan dan sanjungan telah merusak dan
mengotori semua perilaku, maka masa-masa itu sangat buruk
(ay. 3). Masa-masa itu sangat buruk apabila manusia pada
umumnya bertindak dengan begitu tidak senonoh sampai hati
nuraninya mati terhadap dusta, begitu dipenuhi kebencian se-
hingga merancang kejahatan-kejahatan yang paling keji terha-
dap sesamanya, dan begitu hinanya sampai menutup-nutupi
rencananya itu dengan berpura-pura dan mengaku-aku seba-
gai teman dengan cara yang sangat memikat dan menarik hati.
Demikianlah mereka berkata dusta (yaitu kepalsuan dan kebo-
hongan) yang seorang kepada yang lain, mereka berkata de-
ngan bibir yang manis dan hati yang bercabang. Mereka akan
mencium dan membunuh (seperti yang diperbuat Yoab terha-
162
dap Abner dan Amasa pada masa Daud sendiri), akan terse-
nyum di depan mukamu dan menggorok lehermu. Ini merupa-
kan gambaran Iblis yang lengkap, campuran yang rumit an-
tara kebencian dan kepalsuan. Masa-masa itu memang buruk
apabila tidak ada lagi hal seperti ketulusan yang dapat dijum-
pai, apabila orang jujur tidak tahu lagi siapa yang harus diper-
cayai atau siapa yang harus diandalkan, atau tidak berani lagi
untuk menaruh percaya kepada seorang teman, kepada se-
orang kawan (Mi. 7:5-6; Yer. 9:4-5). Terkutuklah orang-orang
yang turut membuat masa-masa itu menjadi berbahaya seperti
itu.
3. Apabila musuh-musuh Allah, dan agama, dan orang-orang
saleh, sudah berlaku kurang ajar dan berani, dan mengancam
untuk menggilas segala sesuatu yang adil dan suci, maka
masa-masa itu sangatlah buruk, apabila orang-orang berdosa
yang congkak telah mencapai puncak ketidaksalehan yang be-
gitu rupa sampai berani berkata, Dengan lidah kami, kami
menang melawan kepentingan kebajikan. Bibir kami menyo-
kong kami dan kami dapat mengatakan apa saja sesuka kami.
Siapakah tuan atas kami, untuk menahan kami atau untuk
meminta pertanggungjawaban dari kami? (ay. 4). Ini berbicara
tentang,
(1) Keangkuhan membanggakan diri mereka sendiri dan keya-
kinan akan kemampuan diri mereka. Seolah-olah mereka
sudah mendapatkan tujuan mereka ini saat memakan
buah terlarang dan telah menjadi sama seperti Allah, yakni
tidak bergantung pada apa pun dan mampu mencartikel pi
diri sendiri. Mereka merasa tidak bisa keliru dalam penge-
tahuan mereka akan apa yang baik dan apa yang jahat,
dan sebab itu merasa layak untuk menjadi pemberi sabda.
Mereka merasa tidak tertandingi dalam kuasa mereka, dan
sebab itu merasa pantas menjadi pemberi hartikel m. Mereka
merasa dapat menang dengan lidah mereka, sehingga,
seperti Allah sendiri, dapat berfirman maka semuanya jadi.
(2) Penghinaan yang kurang ajar terhadap kekuasaan Allah,
seolah-olah Dia tidak ada apa-apanya di mata mereka
bibir kami menyokong kami (KJV: bibir kami milik kami sen-
diri pen.) (sebuah pernyataan yang tidak benar dan adil,
sebab siapakah yang telah menciptakan mulut manusia,
Kitab Mazmur 12:1-9
163
di tangan siapakah nafasnya berada, dan udara siapakah
yang dihirupnya untuk bernafas?), dan seolah-olah Dia
tidak mempunyai wewenang untuk memerintah maupun
untuk menghakimi mereka: Siapakah tuan atas kami? Se-
perti yang dikatakan Firaun (Kel. 5:1). Pernyataan ini sama
janggal dan tidak masuk akalnya seperti pernyataan sebe-
lumnya, sebab Dia yang di dalam-Nya kita hidup, kita ber-
gerak, dan kita ada, tentu saja, dengan hak yang tidak
dapat dibantah, yaitu Tuan atas kita.
4. Apabila orang lemah dan orang miskin ditindas, dilecehkan,
dan diremehkan, maka masa-masa itu sangat buruk. Ini ter-
sirat (ay. 6) saat Allah sendiri memperhatikan penindasan
terhadap orang-orang yang lemah, dan keluhan orang-orang
miskin. Mereka ditindas sebab mereka lemah, selalu diper-
lakukan dengan salah hanya sebab mereka tidak mampu
membenarkan diri mereka sendiri. sebab ditindas seperti itu,
mereka tidak berani berbicara untuk diri mereka sendiri, se-
bab jangan-jangan pembelaan mereka akan dijadikan sebagai
pelanggaran. Namun, mereka mengeluh, secara diam-diam
meratapi malapetaka yang menimpa mereka, dan menumpah-
kan keluh kesah jiwa mereka di hadapan Allah. Jika ditegur
atas nama mereka, para penindas itu malah mengejek mereka,
menganggap enteng dosa mereka sendiri dan memandang sepi
kesengsaraan mereka yang ditindas itu, dan sama sekali tidak
memasukkan kedua hal itu ke dalam hati mereka (10:5).
5. Apabila kefasikan berlimpah-limpah, dan diperbuat tanpa
malu-malu, di bawah perlindungan dan persetujuan orang-
orang berkuasa, maka masa-masa itu sangat buruk (ay. 9).
saat kebusukan muncul di antara anak-anak manusia (KJV:
apabila orang-orang yang paling busuk diangkat pen.) dan
ditempatkan ke tempat-tempat kepercayaan dan kuasa, maka
orang-orang fasik berjalan ke mana-mana (sebab , bukannya
menjalankan hartikel m untuk melawan kejahatan dan ketidak-
adilan, dan menghartikel m orang-orang jahat sesuai dengan per-
buatan-perbuatan mereka, mereka malah akan menaungi dan
melindungi orang-orang seperti itu, menyetujui tindakan me-
reka, dan mendartikel ng nama baik mereka dengan contoh yang
mereka berikan sendiri). Mereka berkeriapan di mana-mana,
dan naik turun untuk berusaha menipu, merusak, dan meng-
164
hancurkan orang lain. Mereka tidak takut ataupun malu
mengungkapkan siapa diri mereka. Mereka menyatakan dosa
mereka seperti Sodom, dan tidak ada seorang pun yang dapat
menegur atau mengendalikan mereka. Orang jahat yaitu
orang yang rendah, orang yang paling busuk, dan mereka
tetap demikian meskipun diangkat setinggi apa pun di dunia
ini. Antiokus yang termasyhur itu