Mazmur-1-50 4

Rabu, 09 Juli 2025

Mazmur-1-50 4



 h telah menunjukkan bahwa Ia mengatasi musuh-mu-

suh gereja yang congkak itu, maka kita harus mengambil ke-

sempatan untuk memberikan kemuliaan kepada-Nya sebagai 

Yang Mahatinggi. 

8. Sorak kemenangan Sang Penebus sudah sepatutnya menjadi 

sorak kemenangan orang-orang yang telah ditebus pula (Why. 

12:10; 19:5; 15:3-4). 

II.  Ia mengakui kuasa Allah yang Mahakuasa, yang tidak tertandingi 

dan tidak mampu dihadapi oleh musuh-musuhnya yang paling 

kuat dan perkasa sekalipun (ay. 4).  

Sebaliknya: 

1. Mereka terpaksa mundur kembali. Siasat dan keberanian me-

reka ternyata gagal, sehingga mereka tidak mampu dan tidak 

berani maju terus dengan usaha mereka, tetapi mundur dan 

terhempas. 

2.  Begitu mundur, mereka pun jatuh dan binasa. Bahkan dengan 

mundur sekalipun mereka akan binasa, dan mereka tidak 

mampu menyelamatkan diri lagi, baik dengan melarikan diri 

maupun dengan bertempur. saat   Haman mulai jatuh di de-

pan Mordekhai, ia sudah kalah dan tidak akan sanggup me-

nang lagi (Est. 6:13). 

3. Kehadiran Tuhan dan kemuliaan kuasa-Nya sudah cartikel  p un-

tuk membinasakan musuh-musuh-Nya dan musuh-musuh 

umat-Nya. Dengan kehadiran-Nya manusia mudah melakukan 

apa pun. Dengan kehadiran-Nya, Allah mengacaukan musuh-

musuh-Nya. Begitu dahsyat kehadiran-Nya itu. Hal ini dige-


 120

napi saat   Yesus Tuhan kita dengan satu perkataan, Akulah 

Dia, membuat musuh-musuh-Nya mundur dan jatuh ke tanah 

(Yoh. 18:6). Ia juga mampu membinasakan mereka pada saat 

yang sama. 

4.  saat   musuh-musuh jemaat Allah dibuat kebingungan, kita 

harus mengakui bahwa keadaan mereka itu disebabkan oleh 

kuasa Allah. Bukan oleh alat-alat bantu apa pun, melainkan 

oleh kehadiran-Nya. sebab   itu, kita harus memberikan kemu-

liaan bagi Dia semata. 

III. Ia memberikan kemuliaan kepada Allah atas keadilan-Nya, yakni 

sebab   Allah telah tampil membela dia (ay. 5): “Engkau membela 

perkaraku dan hakku, yaitu perkaraku yang benar. saat   hal itu 

terjadi, sebagai Hakim yang adil Engkau duduk di atas takhta.” 

Amatilah: 

1.  Allah duduk di atas kursi pengadilan. Ia berhak mengambil 

keputusan dalam percekcokan, menentukan mana yang benar 

dan mana yang salah, membalas dendam bagi mereka yang 

terluka, dan menghartikel  m mereka yang gemar menyakiti. Se-

bab Ia telah berkata, “Pembalasan itu yaitu   hak-Ku.” 

2. Kita yakin bahwa penghakiman Allah itu sesuai dengan kebe-

naran dan bersama Dia tidak ada ketidakadilan. Sekali-kali Ia 

tidak akan melencengkan keadilan. Seandainya pun kita mera-

sa seakan terdapat ketidakberesan di dalam keputusan Sang 

Pemelihara pada masa kini, hal ini hendaknya tidak menggo-

yahkan percaya kita terhadap keadilan Allah, tetapi justru me-

nguatkan keyakinan kita akan penghakiman yang akan datang 

itu, yang akan meluruskan segalanya menjadi benar. 

3. Orang boleh tidak peduli dan mengabaikan begitu saja suatu 

perkara benar yang ditindas, tetapi kita boleh yakin bahwa 

Allah yang adil akan mengurus dan membela perkara itu de-

ngan rasa cemburu. Ia tidak akan pernah membiarkan suatu 

perkara benar diinjak-injak.  

IV. Dengan sukacita ia mencatat sorak-sorai kemenangan Allah di 

sorga atas segala kuasa di neraka, dan dengan puji-pujiannya ia 

mengiringi sorak-sorai kemenangan itu (ay. 6). Melalui tiga lang-

kah, kuasa dan keadilan Allah mengadili orang-orang kafir dan 

Kitab Mazmur 9:1-11 

 121 

orang-orang fasik, yang menjadi musuh raja yang baru saja di-

tempatkan Allah di atas bukit Sion yang suci. 

1. Ia mengecam mereka: “Engkau telah menghardik bangsa-bang-

sa, telah menunjukkan bukti-bukti nyata perihal kegusaran-

Mu terhadap mereka.” Inilah yang dilakukan-Nya sebelum 

membinasakan mereka, supaya mereka dapat mengindahkan 

peringatan melalui kecaman Sang Pemelihara dan dengan 

demikian mencegah kehancuran mereka sendiri. 

2.  Ia mengenyahkan mereka: Engkau telah membinasakan orang-

orang fasik. Orang fasik memang ditentukan untuk dibinasa-

kan, dan beberapa dari mereka dibuat menjadi batu peringat-

an di dunia ini akan keadilan Allah yang penuh pembalasan 

dan akan kuasa-Nya yang membinasakan.  

3.  Ia telah menguburkan mereka hingga terlupakan dan dilucuti 

hak-haknya untuk selamanya. Ia mencoret nama mereka sam-

pai selamanya, supaya mereka tidak akan pernah lagi dike-

nang dengan rasa hormat. 

V.  Ia bersorak atas musuh-musuh yang dilawan oleh Allah (ay. 7): 

Kota-kota telah Kauruntuhkan. Ini artinya, “Ya musuh, kota-kota 

kami telah kauruntuhkan, setidaknya dalam rencana atau ba-

yanganmu,” atau, “Ya Allah, kota-kota mereka telah Kauruntuh-

kan dengan membawa kehancuran ke atas negeri mereka.” Kedua 

kemungkinan ini bisa sama-sama diterima, sebab sang pemazmur 

mau agar musuh tahu, 

1. Bahwa penghancuran yang menimpa mereka itu adil, dan bah-

wa Allah membuat perhitungan dengan mereka atas semua 

kesesakan yang telah mereka akibatkan dan rencanakan ke 

atas umat-Nya. Bangsa-bangsa tetangga Israel yang jahat dan 

menjengkelkan seperti orang Filistin, Moab, Amon, Edom, dan 

Aram, telah menyerang mereka (saat   tidak ada raja di Israel 

yang dapat memimpin pertempuran), dan meruntuhkan kota-

kota mereka serta berusaha sekuat tenaga menghapus bangsa 

Israel dari ingatan orang. Tetapi sekarang keadaan telah ber-

balik. Usaha penghancuran mereka atas Israel telah berakhir 

selamanya. Sekarang mereka tidak mampu merusak lagi dan 

sebaliknya mereka sendiri yang harus mengalami perusakan 

(Yes. 33:1). 


 122

2.  Penghancuran ini menimpa mereka secara menyeluruh sampai 

sehabis-habisnya, dan ini akan menjadi akhir bagi mereka 

sampai selama-lamanya, sehingga kenangan atas kota-kota 

mereka juga turut binasa dan terhapus bersama mereka. Wak-

tu begitu mudah menelan, dan pembinasaan akibat pengha-

kiman Allah yang adil seperti ini ke atas orang-orang berdosa 

masih akan terjadi lagi, dan kota-kota besar dengan penduduk 

yang padat pun akan berkurang menjadi puing-puingnya saja, 

dan ingatan kepada mereka lenyap. Bahkan orang-orang yang 

berusaha mencari kota-kota itu pun tidak berhasil menemu-

kan letaknya. Namun, berbalik dengan mereka, kita mencari 

kota yang memiliki fondasi yang lebih kuat. 

VI. Ia menghibur dirinya dan orang lain di dalam Allah, dan menye-

nangkan hatinya dengan perenungan-perenungan tentang Dia, 

1.  Dengan renungan tentang kekekalan-Nya. Di dunia ini kita ti-

dak dapat melihat apa pun yang bersifat abadi, bahkan kota-

kota kuat pun terkubur di tanah dan dilupakan orang, tetapi 

TUHAN bersemayam untuk selama-lamanya (ay. 8). Tidak ada 

perubahan pada keberadaan-Nya. Kebahagiaan, kuasa, dan 

kesempurnaan-Nya tidak terjangkau oleh kekuatan neraka 

dan bumi yang digabungkan sekalipun. Gabungan kekuatan 

neraka dan bumi ini bisa saja merampas kebebasan, hak isti-

mewa, dan hidup kita, tetapi Allah kita tetap sama dan bahkan 

bersemayam di atas air bah, tak tergoyahkan dan tidak ter-

ganggu (29:10; 93:2). 

2. Dengan renungan tentang kedaulatan-Nya, baik dalam peme-

rintahan maupun penghakiman: Takhta-Nya didirikan-Nya. Ia 

telah menetapkannya dengan hikmat-Nya yang tidak terbatas 

dan rencana-Nya yang tidak dapat berubah. saat   kekuatan 

musuh gereja sedang mengancam dan urusan yang dihadapi 

terasa menyedihkan serta membingungkan, orang-orang baik 

boleh merasa mendapat dartikel  ngan dan penghiburan yang be-

sar, bahwa Allah sekarang memerintah dunia dan tidak lama 

lagi akan menghakimi dunia. 

3.  Dengan renungan tentang keadilan dan kebenaran-Nya dalam 

seluruh pengelolaan pemerintahan-Nya. Ia mengerjakan segala 

sesuatu setiap hari, dan Ia akan melakukan semuanya pada 

hari terakhir itu, sesuai dengan peraturan keadilan yang abadi 

Kitab Mazmur 9:1-11 

 123 

dan tidak dapat diubah (ay. 9): Dia akan menghakimi dunia, 

semua orang dan semua persengketaan. Ia akan mengadili 

bangsa-bangsa (Ia akan menentukan nasib mereka, baik da-

lam keadaan sekarang ini maupun yang akan datang) dengan 

keadilan dan dengan kebenaran, tanpa pengecualian sedikit 

pun.  

4. Dengan renungan akan perkenan khusus yang diberikan-Nya 

kepada umat-Nya dan perlindungan istimewa-Nya atas umat-

Nya. Tuhan, yang kekal sampai selamanya, yaitu   kekuatan 

dan perlindungan kekal mereka. Dia yang menghakimi dunia 

itu pasti akan menghakimi bagi mereka pada waktu mereka 

terinjak atau tertekan (ay. 10): TUHAN yaitu   tempat 

perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat yang tinggi dan 

kokoh bagi mereka yang tertindas, tempat perlindungan pada 

waktu kesesakan. Sudah menjadi nasib umat Allah untuk 

ditindas di dunia ini dan mengalami masa kesesakan yang di-

tentukan bagi mereka. Boleh jadi Allah tidak segera tampil se-

bagai Penyelamat dan Penuntut balas bagi mereka, tetapi di te-

ngah kesesakan, mereka dapat berlari dengan iman kepada 

Dia sebagai perlindungan mereka dan dapat bergantung pada 

kuasa dan janji-Nya untuk keamanan mereka, sehingga tidak 

akan terlampau dicelakakan. 

5.  Dengan renungan akan kepuasan manis dan ketenteraman pi-

kiran yang dialami orang-orang yang menjadikan Allah sebagai 

tempat perlindungan mereka (ay. 11): “Orang yang mengenal 

nama-Mu percaya kepada-Mu, seperti yang telah kulakukan” 

(sebab anugerah Allah juga berlaku bagi semua orang kudus), 

“dan setelah itu mereka akan mendapati, sama seperti diriku, 

bahwa Engkau tidak meninggalkan orang-orang yang mencari 

Engkau,” sebab perkenan Allah berlaku juga bagi semua orang 

kudus.  

Perhatikanlah: 

(1) Semakin orang mengenal Allah, semakin mudah orang 

mempercayakan diri kepada-Nya. Orang-orang yang me-

ngenal Dia sebagai Allah yang memiliki hikmat yang tak 

terbatas, akan percaya kepada-Nya walaupun tidak dapat 

melihat Dia (Ayb. 35:14). Orang-orang yang mengenal Dia 

sebagai Allah yang Mahakuasa akan percaya kepada-Nya di 


 124

saat mereka tidak dapat mengandalkan manusia lagi dan 

tidak ada apa-apa lagi yang dapat mereka percayai (2Taw. 

20:12). Orang-orang yang mengenal Dia sebagai Allah yang 

anugerah dan kebaikan-Nya tak terbatas, akan tetap per-

caya kepada-Nya seandainya pun Ia hendak membunuh 

mereka (Ayb. 13:15). Orang-orang yang mengenal Dia seba-

gai Allah yang kebenaran dan kesetiaan-Nya tidak dapat 

diganggu gugat akan bergembira di dalam kata-kata janji-

Nya. Mereka akan tetap berpegang pada janji-Nya itu, mes-

kipun penggenapannya tertunda dan pemeliharaan-Nya 

selama masa penantian akan janji itu tampak bertolak be-

lakang. Orang-orang yang mengenal Dia sebagai Bapa se-

gala roh, dan sebagai Bapa yang kekal, akan mempercayai 

Dia dengan segenap jiwa mereka. Mereka percaya kepada-

Nya sepanjang waktu, bahkan sampai pada kesudahan. 

(2) Semakin Allah dipercayai, semakin Dia dicari. Jika kita 

mempercayai Allah, kita akan terus mencari-Nya dengan 

doa yang penuh iman dan bersungguh-sungguh, dengan 

senantiasa berupaya agar kita berkenan kepada-Nya dalam 

segenap perilaku kita. 

(3) Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menolak atau 

meninggalkan siapa saja yang mencari dan percaya ke-

pada-Nya dengan sungguh-sungguh. Walaupun Ia mem-

biarkan mereka menderita, Ia tidak akan meninggalkan 

mereka tanpa penghiburan. Walaupun Ia sepertinya men-

campakkan mereka untuk beberapa waktu, Ia akan meng-

himpun mereka dengan rahmat yang kekal. 

Panggilan untuk Memuji Allah; 

Kebinasaan Pasti Orang Fasik  

(9:12-21) 

12 Bermazmurlah bagi TUHAN, yang bersemayam di Sion, beritakanlah 

perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, 13 sebab Dia, yang membalas pe-

numpahan darah, ingat kepada orang yang tertindas; teriak mereka tidaklah 

dilupakan-Nya. 14 Kasihanilah aku, ya TUHAN; lihatlah sengsaraku, disebab-

kan oleh orang-orang yang membenci aku, ya Engkau, yang mengangkat aku 

dari pintu gerbang maut, 15 supaya aku menceritakan segala perbuatan-Mu 

yang terpuji dan bersorak-sorak di pintu gerbang puteri Sion sebab   kesela-

matan yang dari pada-Mu. 16 Bangsa-bangsa terbenam dalam pelubang yang 

dibuatnya, kakinya tertangkap dalam jaring yang dipasangnya sendiri. 17 

Kitab Mazmur 9:12-21 

 125 

TUHAN telah memperkenalkan diri-Nya, Ia menjalankan penghakiman; orang 

fasik terjerat dalam perbuatan tangannya sendiri. H i g a y o n.  S e l a   18 

Orang-orang fasik akan kembali ke dunia orang mati, ya segala bangsa yang 

melupakan Allah. 19 Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan, 

bukan untuk selamanya hilang harapan orang sengsara. 20 Bangkitlah, 

TUHAN, janganlah manusia merajalela; biarlah bangsa-bangsa dihakimi di 

hadapan-Mu! 21 Biarlah mereka menjadi takut, ya TUHAN, sehingga bangsa-

bangsa itu mengakui, bahwa mereka manusia saja.  S e l a 

Di dalam ayat-ayat ini,  

I.  Daud, setelah memuji-muji Allah sendiri, memanggil dan meng-

ajak orang-orang lain untuk memuji-Nya juga (ay. 12). Mereka 

yang percaya bahwa Allah patut dipuji-puji, bukan saja ingin 

melakukan hal itu sendiri dengan lebih baik, tetapi juga rindu 

supaya orang lain juga bergabung bersama mereka. Dengan 

senang hati mereka akan mengajak orang lain untuk memuji Dia: 

Bermazmurlah bagi TUHAN, yang bersemayam di Sion. Sama 

seperti tempat kediaman khusus kemuliaan-Nya yaitu   di sorga, 

demikian pula tempat kediaman khusus anugerah-Nya yaitu   di 

dalam jemaat-Nya. Hal ini dipelambangkan dengan Sion. Di sana-

lah Ia menyambut umat-Nya dengan janji-janji dan anugerah-Nya, 

dan di sana pula Ia berharap agar mereka menyambut Dia dengan 

puji-pujian dan ibadah mereka. Saat kita menaikkan puji-pujian, 

mata kita harus tertuju kepada Allah yang bersemayam di Sion, 

yang saat   puji-pujian dinaikkan, hadir di tengah-tengah perhim-

punan umat-Nya saat itu. Ia hadir di antara mereka sebagai pelin-

dung dan pembela mereka. Daud bertekad menyatakan pekerjaan 

Allah yang mengagumkan (ay. 2), dan di sini ia berseru kepada 

orang lain untuk memberitakan perbuatan-Nya di antara bangsa-

bangsa. Ia memerintahkan rakyatnya untuk melakukan hal itu 

demi kemuliaan Allah, bangsa, dan agama mereka yang kudus. Ia 

mengajak para tetangganya untuk menyanyikan puji-pujian, 

bukan kepada dewa-dewa palsu mereka seperti yang mereka 

lakukan selama itu, melainkan kepada Yehovah yang bersemayam 

di Sion, kepada Allah Israel. Ia mengakui di antara orang-orang 

kafir bahwa TUHAN telah melakukan perkara besar kepada Israel, 

umat-Nya (126:3-4). Biarlah bangsa-bangsa kafir itu melihat 

bahwa keadilan Allah telah melakukan pembalasan dendam atas 

darah Israel umat-Nya ke atas bangsa Filistin dan bangsa-bangsa 

tetangga mereka yang jahat, yang dengan berperang telah menin-

das mereka dengan bengis tanpa ampun (ay. 13). Sebelum Allah 


 126

datang untuk melakukan pembalasan dendam atas darah yang 

tertumpah melalui penghartikel  man-Nya pada hari penghakiman 

yang agung itu, Ia melakukannya terlebih dulu di muka bumi ini, 

sebab   Ia mengingat umat-Nya. Ia mengingat setiap tetes darah 

tidak berdosa yang telah mereka tumpahkan, dan Ia akan mem-

balasnya tujuh kali lipat ke atas kepala orang-orang yang haus 

darah. Ia akan memberi mereka darah untuk diminum, sebab 

mereka memang layak menerimanya. Kepastian ini didasarkan 

atas perkataan (Ul. 32:43), Ia membalaskan darah hamba-hamba-

Nya. Perhatikanlah, akan tiba hari saat   Allah akan membalas 

penumpahan darah, saat   Ia mendapati apa yang telah ter-

tumpah dengan diam-diam, dan membalas darah yang telah ter-

tumpah dengan tidak adil (Yes. 26:21; Yer. 51:35). Pada hari itu 

akan tampak betapa berharganya darah umat Allah di mata-Nya 

(72:14), saat   semua itu harus dipertanggungjawabkan. saat   

itulah tampak bahwa teriak orang yang rendah hati tidaklah dilu-

pakan-Nya, baik seruan darah mereka maupun seruan doa mere-

ka. Seruan-seruan mereka dimeteraikan dalam ruang perbenda-

haraan-Nya.  

II.  Daud, setelah memuji Allah atas rahmat dan keselamatan yang 

telah diadakan-Nya, berdoa sepenuh hati supaya Allah masih te-

tap tampil membela dia, sebab   ia melihat bahwa belum semua 

hal telah diletakkan di bawah kakinya. 

1.  Ia berdoa: 

(1)  Supaya Allah berbelas kasihan terhadap dirinya (ay. 14): 

“Kasihanilah aku, yang ada padaku hanya sengsara, tak 

ada kebaikan. Aku hanya mengandalkan diri pada belas 

kasihan untuk memperoleh kelepasan.” 

(2) Supaya Allah mau peduli pada dirinya. Daud tidak me-

nyampaikan permintaan khusus sebab   tidak mau tampak 

seperti mengatur Allah. Jadi ia berserah saja kepada hik-

mat dan kehendak Allah, dengan menyampaikan permo-

honan yang sederhana ini: “Tuhan, lihatlah sengsaraku, 

dan perbuatlah kepadaku seperti yang sesuai menurut pi-

kiran-Mu.” 

2. Dalam mengajukan permohonannya, ia memberikan alasan-

alasan ini: 

Kitab Mazmur 9:12-21 

 127 

(1) Kejahatan musuh-musuhnya, kesesakan yang dideritanya 

akibat orang-orang yang membencinya, dan kebencian me-

rupakan hasrat yang keji. 

(2) Pengalamannya dalam menerima pertolongan ilahi dan 

pengharapan yang sekarang ada di hatinya untuk tetap 

menerimanya. Hal ini diperlukan untuk perkaranya ini: “Ya 

Engkau, yang mengangkat aku, yang mampu melakukan-

nya, yang telah melakukannya, yang masih akan melaku-

kannya, yang memiliki hak mutlak untuk mengangkat 

umat-Mu dari pintu gerbang maut.” Kita memang belum 

pernah mengalami keadaan separah ini hingga begitu dekat 

dengan maut, tetapi Allah mampu mengangkat kita juga. 

Jika Ia telah menyelamatkan kita dari kematian rohani dan 

kematian kekal, maka kita pun boleh berani mengharapkan 

bahwa dalam semua kesesakan kita, Ia akan hadir untuk 

menolong kita. 

(3) Tujuan tulus Daud untuk memuji Allah saat   kemenang-

annya telah menjadi kenyataan kelak (ay. 15): “Tuhan, se-

lamatkanlah aku, bukan supaya aku dapat menikmati dan 

diuntungkan oleh penyelamatan itu, melainkan supaya 

Engkau mendapatkan kemuliaan, supaya aku mencerita-

kan segala perbuatan-Mu yang terpuji, di depan banyak 

orang, di pintu gerbang puteri Sion.” Di sanalah dikatakan 

Allah bersemayam (ay. 12), dan di sanalah Daud akan me-

layani Dia dengan sukacita di dalam keselamatan Allah. Ini 

menjadi pelambang dari keselamatan agung yang akan di-

kerjakan oleh Sang Anak Daud di kemudian hari. 

III. Dengan iman, Daud telah melihat dan menubuatkan kebinasaan 

semua orang fasik, baik di dunia ini maupun di dunia yang akan 

datang. 

1.  Di dunia ini (ay. 16-17). Allah akan menjatuhkan hartikel  man ke 

atas mereka pada waktu takaran kejahatan mereka telah pe-

nuh, dan Ia melakukannya, 

(1) Untuk mempermalukan mereka dan membuat kejatuhan 

mereka sangat hina, sebab   mereka jatuh ke dalam lubang 

yang mereka gali sendiri (7:16). Mereka masuk ke dalam ja-

ring yang telah mereka pasang sendiri untuk menjebak 


 128

umat Allah, dan mereka terjerat dalam perbuatan tangan 

mereka sendiri. Dalam semua pergumulan Daud dengan 

orang-orang Filistin, merekalah yang menyerbu (2Sam. 

5:17, 22). Bangsa-bangsa lain ditaklukkan melalui perta-

hanan yang mereka bentuk sendiri. Pemeliharaan Allah 

begitu sering menyebabkan para penganiaya dan penindas 

justru dijatuhkan oleh rencana-rencana yang hendak mere-

ka jalankan sendiri untuk menghancurkan umat Allah. 

Para pemabuk membunuh diri sendiri. Pemboros membuat 

diri sendiri menjadi pengemis. Orang-orang yang suka ber-

tengkar mendatangkan celaka ke atas diri sendiri. Demi-

kianlah dosa-dosa manusia dapat diketahui dari hartikel  man 

yang mereka terima, dan tampaklah bagi semua orang bah-

wa kehancuran orang berdosa itu sendiri bukan saja ber-

manfaat, tetapi juga bisa berhasil membuatnya kacau-

balau. 

(2) Untuk mendatangkan kemuliaan bagi diri-Nya sendiri: 

TUHAN telah memperkenalkan diri-Nya. Artinya, Ia mem-

buat diri-Nya dikenal melalui penghakiman yang dilaksana-

kan-Nya. Sudah diketahui bahwa ada Allah yang mengha-

kimi di bumi, bahwa Dia Allah yang adil, bahwa Dia mem-

benci dosa dan akan menghartikel  mnya. Di dalam pengha-

kiman ini, murka Allah dinyatakan dari sorga terhadap 

semua kefasikan dan ketidakbenaran manusia. Oleh kare-

na itu, di sini sang pemazmur menambahkan catatan yang 

luar biasa dan menuntut perhatian khusus, Higayon, yaitu 

sesuatu yang harus diamati dengan cermat dan direnung-

kan. Apa yang kita lihat dari penghakiman di masa seka-

rang, dan apa yang kita percayai tentang penghakiman 

akan datang, sudah sepatutnya menjadi pokok perenungan 

yang harus sering dan sungguh-sungguh kita kerjakan. 

2.  Di dunia yang akan datang (ay. 18): Orang-orang fasik akan 

kembali ke dunia orang mati sebagai tawanan di dalam pen-

jara. Ini bahkan termasuk segala bangsa yang melupakan 

Allah.  

Perhatikanlah: 

(1) Melupakan Allah yaitu   penyebab terjadinya semua keja-

hatan orang fasik.  

Kitab Mazmur 9:12-21 

 129 

(2)  Ada bangsa-bangsa fasik yang melupakan Allah, sejumlah 

besar orang yang hidup di dunia tanpa Allah, dan banyak 

bangsa gagah perkasa yang tidak pernah memedulikan Dia 

ataupun menginginkan pengetahuan perihal jalan-jalan-

Nya. 

(3)  Akhirnya, nerakalah yang akan menjadi bagian orang-

orang seperti itu. Keadaan penuh sengsara dan penyiksaan 

abadi – Syeol – sebuah lubang kebinasaan, yang di dalam-

nya mereka berikut semua kesenangan mereka akan le-

nyap dan terkubur selamanya. Meskipun jumlah mereka 

mencakup banyak bangsa, mereka semua akan dilempar-

kan ke dalam neraka, bagaikan domba ke dalam rumah 

penjagalan (49:15). Jumlah mereka yang begitu besar pun 

tidak akan menjadi jaminan dan kemudahan bagi mereka. 

Allah pun tidak akan menderita kerugian, dan kebaikan-

Nya pun tidak ternodai.  

IV. Daud membesarkan hati umat Allah untuk menantikan kesela-

matan yang datang dari-Nya, walau tertunda untuk waktu yang 

lama sekalipun (ay. 19). Orang-orang yang miskin mungkin akan 

berpikir seperti orang lain berpikir tentang mereka, bahwa mereka 

telah dilupakan. Pengharapan mereka untuk mendapatkan perto-

longan dari Allah mungkin tampak seakan-akan sirna dan beran-

takan selamanya. Tetapi orang yang percaya tidak akan tergesa-

gesa. Apa yang tampak itu hanyalah berlangsung untuk waktu 

tertentu, dan pada akhirnya nanti bukti akan berbicara. Kita bo-

leh yakin akan hal ini bahwa sungguh benar umat pilihan Allah 

sekali-kali tidak akan dilupakan. Pengharapan mereka atas janji-

Nya ini tidak akan dikecewakan. Allah bukan saja akan mengingat 

mereka pada akhirnya nanti, tetapi juga membuktikan bahwa Ia 

tidak pernah melupakan mereka. Sungguh mustahil bahwa Ia 

akan lupa, meskipun seorang perempuan bisa saja melupakan 

bayinya. 

V. Daud mengakhiri mazmur ini dengan doa supaya Allah merendah-

kan orang-orang yang sombong, mematahkan kekuatan, dan 

menghancurkan rencana-rencana semua musuh fasik jemaat-

Nya: Bangkitlah, TUHAN (ay. 20), menggeloralah, kerjakan tunjuk-

kan kekuatan-Mu, duduklah di takhta-Mu, dan hadapilah semua 


 130

orang yang sombong dan tidak kenal takut ini, yang memusuhi 

nama, perkara, dan umat-Mu ini.  

1.  “Tuhan, kekanglah mereka, dan batasilah kejahatan mereka: 

Janganlah manusia merajalela. Pertimbangkanlah kehormat-

an-Mu sendiri, dan jangan biarkan manusia yang lemah dan 

fana ini merajalela melawan kerajaan dan kepentingan Allah 

yang Mahakuasa dan kekal. Mungkinkah seorang manusia ter-

lampau sukar ditaklukkan oleh Allah, terlampau kuat bagi 

Penciptanya?” 

2.  “Tuhan, buatlah perhitungan dengan mereka: Biarlah bangsa-

bangsa dihakimi di hadapan-Mu. Artinya, biarlah mereka di-

panggil untuk mempertanggungjawabkan semua penghinaan 

yang telah mereka lakukan terhadap Engkau dan kejahatan 

yang telah mereka perbuat kepada umat-Mu.” Orang berdosa 

yang tidak mau bertobat akan dihartikel  m di hadapan Allah, dan 

saat masa anugerah itu berlalu bagi mereka, cawan rahmat 

yang tak terhingga itu pun bahkan tidak akan berbelas kasih-

an terhadap mereka (Why. 14:10). 

3.  “Tuhan, buatlah mereka ketakutan: Biarlah mereka menjadi 

takut, ya TUHAN (ay. 21), hajarlah mereka dengan kengerian, 

buatlah mereka ketakutan dengan penghakiman-Mu.” Allah 

tahu cara membuat orang-orang yang paling kuat dan perkasa 

gemetar dan melarikan diri meskipun tidak ada yang menge-

jar, supaya mereka tahu dan mengakui bahwa mereka hanya-

lah manusia. Mereka hanyalah manusia lemah yang tidak 

mampu berdiri di hadapan Allah yang suci. Mereka hanyalah 

manusia berdosa, rasa bersalah di dalam hati nurani mereka 

membuat mereka selalu merasa cemas akan terkena bahaya. 

Perhatikan, sangatlah diharapkan, demi kemuliaan Allah dan 

damai sejahtera serta kesejahteraan alam semesta, supaya 

manusia tahu dan sadar diri bahwa mereka hanyalah manusia 

belaka, makhluk-makhluk yang mempunyai ketergantungan, 

mudah berubah, fana, dan harus bertanggung jawab atas apa 

yang dilakukan. 

Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus memberikan kemu-

liaan kepada Allah atas keadilan-Nya dalam membela perkara umat-

Nya melawan musuh-musuh-Nya dan musuh-musuh mereka. Kita 

harus mendorong diri sendiri untuk menantikan tahun penebusan 

Kitab Mazmur 9:12-21 

 131 

dan tahun pembalasan atas persengketaan Sion. Bahkan, untuk me-

nantikan penghancuran semua kekuatan dan golongan anti-Kristus, 

yang dihubung-hubungkan dengan mazmur ini oleh banyak penulis 

kuno. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL 10  

erjemahan Septuaginta dalam bahasa Yunani menghubungkan 

mazmur ini dengan Mazmur 9 dan menyatukannya. Namun, ter-

jemahan dalam bahasa Ibrani memisahkannya menjadi mazmur yang 

berbeda. Baik tujuan maupun gaya bahasanya jelas lain. Di dalam 

mazmur ini, 

I.   Daud mengeluhkan kejahatan orang fasik, menggambarkan 

kefasikan mereka yang sudah mencapai tingkat mengerikan 

(hingga teramat sangat mempermalukan Allah dan menim-

bulkan prasangka orang terhadap gereja dan umat-Nya). Ia 

memperhatikan bahwa Allah berlambat-lambat untuk tampil 

melawan mereka (ay. 1-11). 

II.  Ia berdoa kepada Allah supaya Ia tampil melawan mereka 

untuk membebaskan umat-Nya, dan hatinya terhibur de-

ngan pengharapan bahwa Allah akan melakukannya pada 

waktunya nanti (ay. 12-18). 

Tabiat Orang Fasik; Tabiat Para Penganiaya  

(10:1-11) 

1 Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-

Mu dalam waktu-waktu kesesakan? 2 sebab   congkak orang fasik giat mem-

buru orang yang tertindas; mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka 

rancangkan. 3 sebab   orang fasik memuji-muji keinginan hatinya, dan orang 

yang loba mengutuki dan menista TUHAN. 4 Kata orang fasik itu dengan ba-

tang hidungnya ke atas: “Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!,” 

itulah seluruh pikirannya. 5 Tindakan-tindakannya selalu berhasil; hartikel  m-

hartikel  m-Mu tinggi sekali, jauh dari dia; ia menganggap remeh semua lawan-

nya. 6 Ia berkata dalam hatinya: “Aku takkan goyang. Aku tidak akan ditimpa 

malapetaka turun-temurun.” 7 Mulutnya penuh dengan sumpah serapah, de-

ngan tipu dan penindasan; di lidahnya ada kelaliman dan kejahatan. 8 Ia du-

duk menghadang di gubuk-gubuk, di tempat yang tersembunyi ia membunuh 


 134

orang yang tak bersalah. Matanya mengintip orang yang lemah; 9 ia mengen-

dap di tempat yang tersembunyi seperti singa di dalam semak-semak; ia 

mengendap untuk menangkap orang yang tertindas. Ia menangkap orang 

yang tertindas itu dengan menariknya ke dalam jaringnya. 10 Ia membung-

kuk, dan meniarap, lalu orang-orang lemah jatuh ke dalam cakarnya yang 

kuat. 11 Ia berkata dalam hatinya: “Allah melupakannya; Ia menyembunyikan 

wajah-Nya, dan tidak akan melihatnya untuk seterusnya.” 

Di dalam ayat-ayat ini Daud menemukan, 

I.  Betapa ia sangat merindukan Allah dan rahmat-Nya, sebab di 

tengah masa kesesakan, hal yang paling dikeluhkannya sedalam-

dalamnya yaitu   undurnya hadirat Allah yang penuh rahmat itu 

(ay. 1): “Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, tidak peduli dengan 

penghinaan orang terhadap nama-Mu dan kejahatan mereka ter-

hadap umat-Mu?” Perhatikanlah, kapan saja Allah menarik diri, 

itu sangat menyedihkan hati umat-Nya, apalagi di masa kesukar-

an. Tindakan penyelamatan masih jauh dan tersembunyi dari 

penglihatan kita, maka kita pun menyangka bahwa Allah jauh 

dari kita. Itulah sebabnya kita perlu penghiburan dalam batin. 

Namun, sangkaan semacam ini yaitu   salah kita sendiri sebab   

kita menilai dari apa yang terlihat. Kita berdiri jauh-jauh dari 

Allah sebab   ketidakpercayaan kita, lalu kita mengeluh bahwa 

Allah berdiri jauh dari kita. 

II. Amarah yang berkobar-kobar terhadap dosa, dosa-dosa yang 

mendatangkan masa yang penuh bahaya (2Tim. 3:1). Daud mem-

perhatikan orang-orang yang mengadakan pelanggaran, dan ia 

berduka, tertegun, lalu mengadukan kejahatan mereka kepada 

Bapa sorgawi. Bukan dengan cara memuji-muji diri sendiri sambil 

menyombongkan diri di hadapan Allah, bahwa dia bukan seperti 

para pemungut cukai ini (Luk. 18:11), apalagi sampai melampias-

kan kemarahan, kekesalan, atau hawa nafsu pribadi, melainkan 

sebagai seorang yang peduli terhadap kejahatan yang dilakukan 

terhadap Allah dan semua orang benar, serta merindukan dengan 

sepenuh hati pembaruan perilaku. Cercaan penuh nafsu dan sin-

diran terhadap orang-orang jahat hanya akan mengakibatkan le-

bih banyak kerugian daripada kebaikan. Jika kita hendak membi-

carakan keburukan mereka, biarlah hal ini disampaikan kepada 

Allah dalam doa, sebab hanya Dia sajalah yang mampu membuat 

mereka lebih baik. Di sini, penggambaran yang panjang perihal 

Kitab Mazmur 10:1-11 

 

 135 

kejahatan orang fasik ini diringkas dalam kata-kata pertama (ay. 

2), Congkak orang fasik giat memburu orang yang tertindas. Di situ 

disebutkan dua hal yang ada pada diri mereka, yaitu kecongkak-

an dan kegemaran menganiaya. Yang pertama membawa akibat 

pada yang kedua. Orang-orang yang congkak ingin agar semua 

orang di sekitar mereka juga mempunyai pikiran dan agama yang 

sama dengan mereka, mengatakan hal yang sama, tunduk pada 

kekuasaan mereka, dan menyetujui semua perintah mereka tanpa 

membantah. Orang-orang yang melebihi mereka atau tidak mau 

mengalah pada mereka, mereka fitnah dan benci dengan tak ter-

kira. Kelaliman, baik dalam negara maupun dalam gereja, berasal 

dari kecongkakan. Setelah mengawali dengan gambaran ini, pe-

mazmur menyelipkan sebuah doa singkat, sebuah doa susulan, 

untuk suatu tujuan yang baik dan tanpa prasangka buruk: semo-

ga mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka rancangkan (ay. 

2). Biarlah rencana-rencana mereka dijungkirbalikkan, dan mere-

ka jatuh terjungkir bersamanya. Di sini kedua pokok dakwaan itu 

diperjelas. 

1. Mereka merasa bangga, sangat bangga, dan sangat menyom-

bongkan diri. Pantas saja bila Daud bertanya-tanya mengapa 

Allah tidak segera tampil melawan mereka, sebab Ia membenci 

kesombongan dan menolak orang yang sombong. 

(1) Dengan congkak orang berdosa membangga-banggakan ke-

kuatan dan keberhasilannya. Ia memuji-muji keinginan hati-

nya. Ia menyombongkan diri bisa melakukan apa pun yang 

dikehendakinya (seakan-akan Allah sendiri tidak mampu 

mengendalikannya). Ia merasa telah memiliki segala sesua-

tu yang diingininya, dan telah mencapai tujuannya. Efraim 

berkata, aku telah menjadi kaya, telah mendapat harta ben-

da bagiku (Hos. 12:9). “Sekarang, Tuhan, apakah akan 

membawa kemuliaan bagi-Mu jika orang berdosa dibiarkan 

berbuat seolah-olah mereka memiliki kedaulatan dan pikir-

an seperti Allah?”  

(2) Dengan congkak orang berdosa menentang penghakiman 

Allah yang kita yakin yaitu   sesuai dengan kebenaran. 

Orang congkak itu, dipujinya akan orang yang kikir dan di-

hujatnya akan Tuhan. Lihatlah betapa berbedanya Allah de-

ngan manusia dalam menilai orang: Allah membenci orang 


 136

duniawi tamak yang menjadikan uang sebagai berhala. Ia 

memandang mereka sebagai musuh dan tidak mau berse-

kutu dengan mereka. Persahabatan dengan dunia yaitu   

permusuhan dengan Allah. Namun, para penganiaya yang 

congkak justru memuji-muji mereka dan menyetujui perka-

taan mereka (49:14). Mereka menyanjung dan menganggap 

bijak orang-orang yang disebut bodoh oleh Allah (Luk. 

12:20). Mereka membenarkan dan menyebut tidak bersalah 

orang-orang yang dinyatakan sangat bersalah oleh Allah. 

Mereka mengagumi dan menyebut berbahagia orang-orang 

yang memperoleh bagian mereka dalam hidup di dunia ini, 

yang dinyatakan benar-benar malang oleh Allah menurut 

artikel  ran tersebut. Engkau telah menerima segala yang baik 

sewaktu hidupmu. 

(3) Dengan congkak ia membuang pikiran tentang Allah, se-

mua ketergantungan kepada-Nya, dan ibadah kepada-Nya 

(ay. 4): Orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas, 

dengan kecongkakan hati yang terpancar dari roman mu-

kanya (Ams. 6:17), tidak mau mencari Allah ataupun memi-

kir-mikirkan perihal Allah. Tidak pernah ada Allah dalam 

segala sesuatu yang dipikirkannya. Apa yang dipikirkannya 

hanyalah bahwa tidak ada Allah itu.  

Lihatlah di sini: 

[1] Sifat dasar ketidaksalehan dan kekafiran. Ini berarti 

tidak mau mencari Allah dan tidak ada Dia di dalam 

pikiran kita. Tidak ada upaya untuk bertanya perihal 

diri-Nya (Ayb. 35:10; Yer. 2:6). Tidak ada keinginan ter-

hadap Dia dan tidak ada persekutuan dengan Dia, ke-

cuali keinginan tersembunyi untuk tidak menggantung-

kan diri pada-Nya dan tidak dilihat oleh-Nya. Orang-

orang fasik tidak mau mencari Allah (artinya, tidak mau 

berseru kepada-Nya). Mereka menjalani hidup tanpa 

doa, dan itu sama saja dengan hidup tanpa Allah. Mere-

ka mempunyai banyak pikiran, pekerjaan, dan rencana, 

tetapi semuanya tanpa mengindahkan Allah. Tidak ada 

kepatuhan terhadap kehendak-Nya ataupun maksud 

untuk mempermuliakan Dia. 

Kitab Mazmur 10:1-11 

 

 137 

[2] Penyebab ketidaksalehan dan kekafiran ini, yaitu ke-

congkakan. Manusia tidak mau mencari Allah sebab   

menyangka bahwa mereka tidak membutuhkan Dia, 

tangan mereka sendiri sudah cartikel  p bagi mereka. Mere-

ka memandang rendah hidup saleh, sebab   orang-orang 

saleh hanya berjumlah sedikit, miskin, hina, dan ke-

kangan agama hanya akan membawa penghinaan bagi 

mereka. 

(4) Dengan congkak ia meremehkan perintah-perintah dan 

penghakiman Allah (ay. 5): Tindakan-tindakannya selalu 

berhasil. Dia sangat berani dan penuh percaya diri dalam 

mengikuti jalan-jalannya yang penuh dosa. Dia akan me-

nuruti jalannya, sekalipun ini akan sangat meletihkan diri 

sendiri dan menjengkelkan orang lain. Dia rela bersusah 

payah di dalam jalan-jalannya yang jahat, dan kecongkak-

annya membuat dia keras kepala dan nekat di dalam jalan-

jalannya itu. Penghakiman Allah (apa yang diperintahkan-

Nya dan apa yang diancamkan-Nya jika perintah-perintah-

Nya dilanggar) jauh dari dia. Ia tidak sadar akan kewajiban-

nya menurut hartikel  m Allah ataupun akan bahaya yang 

dihadapinya dari murka dan kutukan Allah. Coba katakan 

kepadanya tentang wewenang Allah atas dirinya, dan ia 

akan membantahnya dengan berkata bahwa dia tidak 

pernah melihat Allah dan oleh sebab   itu tidak tahu bahwa 

Allah itu ada. Dia akan berkata bahwa Allah bersemayam 

di langit yang tinggi, dan quæ supra nos nihil ad nos – kami 

tidak mempunyai urusan dengan semua hal di atas kami. 

Katakan kepadanya tentang penghakiman Allah yang akan 

dijatuhkan ke atas orang-orang yang terus melakukan pe-

langgaran, dan ia tidak akan bisa diyakinkan bahwa hal itu 

benar-benar akan terjadi. Penghakiman Allah itu jauh dari 

penglihatannya, dan oleh sebab itu ia menyangka bahwa 

hal itu cuma sekadar khayalan untuk menakut-nakuti be-

laka. 

(5) Dengan congkak ia menganggap rendah semua musuhnya 

dan memandang mereka dengan rasa jijik tak terperikan. Ia 

menyombongkan diri terhadap orang-orang yang dipersiap-

kan Allah untuk mendatangkan bencana dan kehancuran 

ke atas mereka, seakan-akan ia mampu mengalahkan me-


 138

reka semua dan bisa berbaikan dengan mereka. Namun, 

sama seperti perbuatan menghina musuh yaitu   perbuat-

an yang tidak bijaksana, begitu pula tindakan menghina 

orang yang menjadi alat Allah untuk menyalurkan murka-

Nya yaitu   perbuatan yang fasik. 

(6) Dengan congkak ia membuat masalah untuk menentang 

dan ia merasa yakin akan kelangsungan kemakmurannya 

(ay. 6): Ia berkata dalam hatinya dan menyenangkan diri 

dengan pikiran itu, aku takkan goyang, kekayaanku sudah 

terkumpul untuk waktu yang lama, dan aku tidak akan 

ditimpa malapetaka turun-temurun. Ia seperti Babel yang 

berkata, “Untuk selama-lamanya aku tetap menjadi ratu” 

(Yes. 47:7; Why. 18:7). Siapa yang menjauhkan diri dari 

kehancuran sebenarnya justru paling dekat dengan kehan-

curan itu. 

2.  Orang-orang congkak itu yaitu   penganiaya, penganiaya yang 

bengis. Demi memuaskan kecongkakan dan ketamakan mere-

ka, dan dalam melawan Allah dan agama, mereka menindas 

habis-habisan semua orang yang bisa mereka jangkau. Amati-

lah perihal para penganiaya ini, 

(1) Mereka sangat getir dan jahat (ay. 7): Mulutnya penuh de-

ngan sumpah serapah. Kalau ada yang tidak berhasil me-

reka celakai, mereka akan menyemburkan bisa kepadanya, 

dan mengembuskan pembantaian yang tidak mampu mere-

ka laksanakan sendiri. Seperti itulah para penyembah 

Allah yang setia disumpahi dan dikutuki selama ini, de-

ngan lonceng, bartikel  , dan lilin. Di mana ada hati yang sarat 

dengan kejahatan, di situ ada mulut yang penuh sumpah 

serapah. 

(2) Hati mereka penuh kepalsuan dan kecurangan. Mereka 

merancang celaka yang tidak diucapkan sehingga tidak 

diketahui orang, sebab mulutnya penuh dengan tipu dan 

kejahatan. Ia telah belajar dari Iblis untuk menipu, dan de-

ngan demikian, untuk membinasakan juga. Kebenciannya 

terselubung (Ams. 26:26). Ia tidak peduli dusta apa yang 

dikatakannya, sumpah apa yang dilanggarnya, ataupun ke-

ahlian menipu seperti apa yang digunakannya untuk men-

capai tujuannya.  

Kitab Mazmur 10:1-11 

 

 139 

(3) Mereka sangat licik dan cerdik dalam menjalankan ran-

cangan mereka. Mereka memiliki berbagai cara dan sarana 

untuk merancang maksud tujuan mereka supaya dapat 

menyelesaikannya dengan lebih berhasil. Seperti Esau, 

pemburu yang cerdik itu, ia duduk menghadang di gubuk-

gubuk, di tempat yang tersembunyi, dan matanya mengintip 

untuk mendatangkan celaka (ay. 8), bukan sebab   dia 

malu akan perbuatannya (sebab   jika wajahnya memerah, 

itu berarti ada harapan bahwa dia akan bertobat). Bukan 

juga sebab   dia takut pada murka Allah, sebab pikirnya, 

Allah tidak akan pernah meminta pertanggungjawaban 

darinya (ay. 11). Melainkan, sebab   ia takut kalau-kalau 

rencananya digagalkan bila ketahuan. Mungkin hal ini ter-

utama merujuk kepada para perampok dan penyamun 

yang mengintai para pelancong yang lugu, yang menjadi 

mangsa perampokan mereka. 

(4) Mereka sangat bengis dan biadab. Kejahatan mereka di-

tujukan kepada orang yang tertindas, yang tidak pernah 

mengganggu mereka, melawan orang miskin, yang tidak 

mampu melawan dan yang juga tidak akan mendapat ke-

muliaan apa-apa sekalipun menang atas mereka. Orang-

orang ini sama sekali sudah tidak punya lagi kejujuran dan 

kehormatan, dan sebab   itu bahkan ketidakbersalahan dan 

kemiskinan pun tidak akan luput dari rancangan kejahat-

an mereka. Orang-orang yang berkuasa seharusnya melin-

dungi mereka yang tidak bersalah dan mencartikel  pi kebu-

tuhan orang miskin. Namun, para penguasa ini justru 

malah menghancurkan orang-orang yang seharusnya me-

reka lindungi. Jadi apa sesungguhnya yang menjadi tujuan 

mereka? Mereka ingin menangkap orang yang tertindas, 

dan menariknya ke dalam jaringnya. Maksudnya, untuk 

menguasai mereka, bukan sekadar melucuti mereka, tetapi 

juga untuk membunuh mereka. Mereka memburu nyawa 

yang berharga. Umat Allah yang miskinlah yang hendak 

mereka aniaya, sebab   mereka sangat membenci umat-Nya 

itu, yang hidup demi Dia dan yang mengenakan gambaran-

Nya. Itulah sebabnya orang-orang jahat ini mengendap un-

tuk membunuh mereka: Ia mengendap seperti singa yang 

haus darah dan memangsa korbannya dengan lahap. Si 


 140

Iblis, majikan dari penganiaya-penganiaya, diumpamakan 

seperti singa yang mengaum-aum, yang mencari siapa, bu-

kan apa, yang bisa dilahapnya. 

(5) Para penganiaya ini orang-orang rendah dan munafik (ay. 

10): Ia membungkuk, dan meniarap, seperti yang memang 

biasa dilakukan hewan-hewan pemangsa, supaya dapat 

menangkap mangsa mereka. Hal ini menyiratkan bahwa 

roh najis para penganiaya dan penindas bersedia meren-

dahkan derajat mereka, sehina apa pun, untuk mencapai 

rancangan-rancangan jahat mereka. Lihat saja perilaku 

Saul yang memalukan saat ia memburu Daud. Selain itu, 

mereka menutup-nutupi rencana jahat mereka dengan ber-

pura-pura lembut, rendah hati berbaik hati terhadap 

mereka yang hendak mereka celakai. Mereka seolah-olah 

merendahkan diri untuk memperhatikan orang miskin dan 

sangat peduli dengan keadaan mereka. Padahal, tujuan 

mereka yaitu   untuk menjatuhkan dan memangsa orang-

orang miskin itu. 

(6) Mereka sangat kafir dan tidak percaya Tuhan (ay. 11). Bagi 

mereka semua hartikel  m keadilan dan kebaikan terhadap 

manusia tidak bisa begitu saja dihancurkan jika mereka 

tidak terlebih dulu melenyapkan semua perasaan mereka 

terhadap agama, dan bangkit melawan terang prinsip-prin-

sip hidup yang paling suci dan yang terbukti benar dengan 

sendirinya. Ia berkata dalam hatinya: Allah melupakannya. 

saat   hati nuraninya menegur dan mengingatkan dia akan 

akibat-akibat yang harus ditanggungnya, dan menanyakan 

bagaimana ia akan memberikan jawaban kepada Sang Ha-

kim langit dan bumi yang adil itu, ia menepiskan pertanya-

an itu dengan alasan ini, TUHAN sudah meninggalkan ta-

nah ini (Yeh. 8:12; 9:9). Ini merupakan hujatan, 

[1] Terhadap kemahatahuan dan pemeliharaan Allah, se-

akan-akan Dia tidak bisa, atau tidak melihat apa yang 

dilakukan manusia di dunia bawah ini. 

[2] Terhadap kekudusan dan kebenaran perilaku dari kod-

rat-Nya, seolah-olah meskipun melihat, Dia tidak berke-

beratan dan malah bersedia bekerja sama dengan pen-

jahat-penjahat yang paling keji tak terperikan itu. 

Kitab Mazmur 10:12-18 

 

 141 

 [3] Terhadap keadilan dan kejujuran pemerintahan-Nya, 

seolah-olah meskipun memang melihat dan tidak me-

nyukai kejahatan orang fasik, Ia tidak akan mengada-

kan perhitungan dengan mereka atau menghartikel  m ke-

jahatan mereka, baik sebab   Ia tidak mampu atau tidak 

berani, ataupun sebab   Ia tidak berniat melakukannya. 

Biarlah orang-orang yang menderita oleh para penindas 

yang angkuh itu berharap bahwa Allah akan tampil 

membela mereka pada waktunya nanti, sebab orang-

orang yang menyakiti mereka juga telah menyakiti Allah 

yang Mahakuasa. 

Dalam menyanyikan mazmur ini dan mendoakannya, hati kita 

harus diliputi oleh amarah yang kudus terhadap kejahatan para pe-

nindas serta oleh rasa belas kasihan yang lembut terhadap keseng-

saraan mereka yang ditindas. Dan semuanya ini dilakukan dengan 

semangat hati yang saleh demi kemuliaan dan kehormatan Allah, de-

ngan keyakinan yang teguh bahwa pada waktunya nanti Ia akan me-

mulihkan mereka yang terluka dan mengadakan perhitungan dengan 

mereka yang menyakiti itu. 

Doa Melawan Para Penganiaya 

(10:12-18) 

12 Bangkitlah, TUHAN! Ya Allah, ulurkanlah tangan-Mu, janganlah lupakan 

orang-orang yang tertindas. 13 Mengapa orang fasik menista Allah, sambil 

berkata dalam hatinya: “Engkau tidak menuntut? 14 Engkau memang meli-

hatnya, sebab Engkaulah yang melihat kesusahan dan sakit hati, supaya 

Engkau mengambilnya ke dalam tangan-Mu sendiri. Kepada-Mulah orang 

lemah menyerahkan diri; untuk anak yatim Engkau menjadi penolong. 15 Pa-

tahkanlah lengan orang fasik dan orang jahat, tuntutlah kefasikannya, sam-

pai Engkau tidak menemuinya lagi. 16 TUHAN yaitu   Raja untuk seterusnya 

dan selama-lamanya. Bangsa-bangsa lenyap dari tanah-Nya. 17 Keinginan 

orang-orang yang tertindas telah Kaudengarkan, ya TUHAN; Engkau me-

nguatkan hati mereka, Engkau memasang telinga-Mu, 18 untuk memberi 

keadilan kepada anak yatim dan orang yang terinjak; supaya tidak ada lagi 

seorang manusia di bumi yang berani menakut-nakuti. 

Di sini Daud, berdasarkan gambaran sebelumnya mengenai kebe-

ngisan dan ketidaksalehan para penindas, menyampaikan isi hatinya 

kepada Allah, dan di dalamnya kita bisa melihat, 


 142

I.  Apa yang didoakannya. 

1. Supaya Allah sendiri bersedia untuk tampil (ay. 12): “Bangkit-

lah, TUHAN, Ya Allah, ulurkanlah tangan-Mu, nyatakan hadirat 

dan pemeliharaan-Mu dalam semua perkara di dunia bawah 

ini. Bangkitlah, TUHAN, agar kacau balaulah semua yang ber-

kata bahwa Engkau telah menyembunyikan wajah-Mu. Tun-

jukkanlah kuasa-Mu, wujud-nyatakan kuasa-Mu itu untuk 

membela perkara-Mu sendiri, angkatlah tangan-Mu dan hajar-

lah para penindas ini hingga binasa. Biarlah lengan-Mu yang 

kekal itu terlihat.” 

2. Supaya Ia mau tampil bagi umat-Nya: “Janganlah lupakan 

orang-orang yang tertindas, yang menderita, miskin dan yang 

semakin dibuat miskin, serta yang miskin di hadapan Allah. 

Dengan pongah para penindas mereka berkata bahwa Engkau 

telah melupakan mereka, dan mereka sendiri juga, dalam ke-

putusasaan, siap berkata yang sama. Tuhan, tunjukkanlah 

bahwa mereka semua keliru.” 

3.  Supaya Ia mau tampil melawan para penganiaya mereka (ay. 

15). 

(1) Sehingga Ia dapat menghentikan mereka melakukan keja-

hatan: Patahkanlah lengan orang fasik, cabutlah kuasanya, 

supaya jangan menjadi raja orang fasik yang yaitu   jerat 

bagi orang banyak (Ayb. 34:30). Kita bisa membaca perihal 

para penindas yang telah dicabut kuasanya, tetapi yang hi-

dupnya diperpanjang (Dan. 7:12), supaya mereka punya 

waktu untuk bertobat. 

(2)  Supaya Ia berurusan dengan mereka atas semua kejahatan 

yang telah mereka lakukan: “Tuntutlah kefasikannya. Biar-

lah dibawa ke dalam terang semua hal yang disangkanya 

takkan pernah terungkap. Biarlah dipertanggungjawabkan 

semua hal yang disangkanya tidak akan pernah dihartikel  m. 

Ungkapkanlah semuanya sampai Engkau tidak menemui-

nya lagi. Artinya, sampai tidak ada lagi perbuatan jahatnya 

yang belum diperhitungkan, sampai tidak ada lagi rencana 

jahatnya yang belum dipatahkan, dan tidak ada lagi peng-

ikutnya yang belum dibinasakan.” 

Kitab Mazmur 10:12-18 

 

 143 

II.  Apa yang diserukannya untuk menguatkan imannya sendiri da-

lam permohonan-permohonan ini.  

1.  Ia berseru mengenai segala penghinaan yang dilontarkan para 

penindas congkak ini kepada Allah sendiri: “Tuhan, demi per-

kara-Mu sendirilah kami memohon Engkau tampil. Musuh 

sendirilah yang menyebabkannya, dan oleh sebab   itu, sung-

guh akan merugikan kemuliaan-Mu untuk membiarkan mere-

ka pergi tanpa dihartikel  m” (ay. 13): Mengapa orang fasik menista 

Allah? Itulah yang dilakukannya, sebab   ia berkata, “Engkau 

tidak menuntut. Engkau tidak akan pernah meminta kami 

mempertanggungjawabkan perbuatan kami.” Tidak ada peng-

hinaan lebih besar yang dapat mereka lontarkan kepada Allah 

yang adil selain ini. Di sini pemazmur berkata dengan terhe-

ran-heran, 

(1) Melihat kejahatan orang fasik: “Mengapa mereka bisa ber-

kata dengan cara yang begitu jahat dan tidak masuk akal 

seperti itu?” Hati orang benar sungguh sangat terusik bila 

memikirkan nista yang dilontarkan orang-orang berdosa 

kepada Allah yang kudus, yakni terhadap semua perintah, 

janji, ancaman, perkenan, dan penghakiman-Nya. Semua-

nya ini telah dihina dan diremehkan. Mengapa orang fasik 

menista Allah? Ini sebab   mereka tidak mengenal Dia. 

(2) Melihat kesabaran dan ketenangan Allah terhadap mereka: 

“Mengapa mereka dibiarkan menista Allah seperti itu? 

Mengapa Ia tidak langsung mempertahankan diri dan 

membalas dendam terhadap mereka?” Ini sebab   hari un-

tuk mengadakan perhitungan itu belum tiba, saat   takar-

an kejahatan mereka sudah penuh. 

2.  Ia berseru perihal perhatian Allah terhadap ketidaksalehan 

dan kejahatan para penindas ini (ay. 14): “Apakah para penin-

das menghibur diri dengan khayalan tanpa dasar bahwa Eng-

kau tidak akan pernah melihat perbuatan mereka? Biarlah 

orang-orang yang tertindas berbesar hati dengan iman yang 

mempunyai dasar kuat ini, yaitu bahwa Engkau bukan saja 

telah melihatnya, tetapi bahkan memperhatikan seluruh keja-

hatan yang dilakukan oleh tangan-tangan penindas itu, serta 

semua kebencian dan kejahatan yang mengintai di balik hati 

mereka. Semua ini telah Engkau ketahui dan amati. Bukan 


 144

hanya itu saja, bukan saja melihat dan memperhatikannya, 

Engkau malah akan mengadakan pembalasan dan menuntut 

ganti rugi langsung kepada mereka, dengan tangan-Mu yang 

adil dan penuh pembalasan.” 

3. Ia menyerukan ketergantungan orang-orang tertindas pada-

Nya: “Kepada-Mulah orang lemah menyerahkan diri. Mereka se-

mua melakukan ini, termasuk aku juga. Mereka mengandal-

kan Engkau sebagai penopang dan pelindung. Mereka meman-

dang Engkau sebagai Hakim mereka. Keputusan-Mu mereka 

akui, kehendak-Mu mereka terima. Mereka mempercayakan 

diri mereka kepada-Mu (begitulah yang dibaca sebagian 

orang), mereka tidak mengatur, melainkan tunduk pada kebi-

jaksanaan dan kehendak-Mu. Dengan demikian, mereka sung-

guh meninggikan Engkau di kala para penindas mereka me-

rendahkan-Mu. Mereka yaitu   umat-Mu yang rela, yang me-

nempatkan diri di bawah perlindungan-Mu. Oleh sebab   itu, 

lindungilah mereka.” 

4. Ia berseru mengenai hubungan yang Allah berkenan jalin de-

ngan kita, 

(1) Sebagai Allah yang agung. Dia yaitu   Raja untuk seterus-

nya dan selama-lamanya (ay. 16). Dan sudah menjadi tu-

gas seorang raja untuk menjalankan keadilan guna me-

ngendalikan dan membuat takut para pelaku kejahatan 

serta untuk melindungi dan memuji mereka yang berbuat 

baik. Kepada siapa umat yang disakiti harus berseru selain 

kepada Allah? Tolonglah, ya tuanku raja! Belalah hakku ter-

hadap lawanku. “Tuhan, biarlah semua orang yang mem-

berikan penghormatan dan upeti kepada Engkau sebagai 

Raja mereka, merasakan manfaat pemerintahan-Mu dan 

mendapati Engkau sebagai perlindungan mereka. Engkau-

lah Raja yang kekal, tidak seperti raja di dunia, dan oleh 

sebab   itu Engkau dapat dan akan membagi-bagikan paha-

la dan hartikel  man kekal melalui penghakiman kekal, saat   

kesempatan telah ditutup. Pada penghakiman itulah orang 

miskin berserah diri.” 

(2) Sebagai Allah yang baik. Dialah penolong bagi anak yatim 

piatu (ay. 14), bagi orang-orang yang tidak memiliki siapa-

siapa untuk menolong mereka selain banyak musuh yang 

hendak menyakiti mereka. Ia telah menunjuk raja-raja un-

Kitab Mazmur 10:12-18 

 

 145 

tuk memberi keadilan kepada orang yang lemah dan kepa-

da anak yatim (82:3), dan oleh sebab   itu lebih banyak lagi 

yang akan dilakukan-Nya sendiri. Di antara gelar-gelar ke-

hormatan yang dimiliki-Nya, Ia telah menjadikan diri-Nya 

Bapa bagi anak yatim (68:6), dan penolong bagi orang yang 

tidak berdaya. 

5. Ia menyerukan pengalaman yang telah dialami jemaat dan 

umat Allah di mana Allah selalu sedia tampil bagi mereka. 

(1) Ia telah mencerai-beraikan dan memusnahkan musuh-mu-

suh mereka (ay. 16): “Bangsa-bangsa lenyap dari tanah-

Nya. Orang-orang Kanaan yang tersisa, yakni ketujuh 

bangsa yang bertahan dan sudah sejak lama dianggap se-

bagai duri dalam daging bagi orang Israel, sekarang akhir-

nya dicabut sampai ke akar-akarnya. Hal ini merupakan 

dorongan bagi kita untuk berharap bahwa Allah akan me-

matahkan lengan orang Israel yang suka menindas itu de-

ngan cara yang sama. Dalam beberapa hal, mereka ini 

bahkan lebih buruk lagi daripada orang kafir.” 

(2) Dia telah mendengar dan menjawab doa-doa mereka (ay. 

17): “Keinginan orang-orang yang tertindas telah sering Kau-

dengarkan, ya TUHAN, dan Engkau tidak pernah menyu-

ruh orang-orang yang memohon-mohon dengan rendah 

hati sebab   ditimpa kesusahan untuk mencari dengan sia-

sia. Mengapa kita tidak boleh mengharapkan segala ke-

ajaiban dan anugerah yang pernah diceritakan nenek mo-

yang kita untuk terjadi dan terjadi lagi?” 

6.  Ia mengajukan alasan bahwa pengharapan mereka tertuju ke-

pada Allah, menurut pengalaman mereka bersama-Nya: “Ke-

inginan orang-orang yang tertindas telah Kaudengarkan, oleh 

sebab itu Engkau memasang telinga-Mu, seperti dalam Mazmur 

6:10. Engkau tidak berubah, begitu pula halnya dengan kuasa 

dan janji-Mu. Hubungan-Mu dengan umat-Mu pun tetap 

sama. Begitu pula karya dan pekerjaan anugerah-Mu di dalam 

diri mereka. Oleh sebab itu mengapa kita tidak boleh berharap 

bahwa Dia yang dahulu yaitu   Allah yang mendengarkan doa, 

juga tetap sama, sekarang dan untuk selamanya?”  

Namun, amatilah, 


 146

(1) Dengan cara bagaimana Allah menjawab doa. Pertama-

tama, Ia mempersiapkan hati umat-Nya, dan setelah itu 

memberi mereka jawaban damai sejahtera. Janganlah kita 

mengharapkan jawaban yang penuh berkat dari Dia selain 

dengan cara ini, supaya apa yang dikerjakannya bagi kita 

sungguh nyata merupakan yang terbaik bagi kita. Ia mem-

persiapkan hati kita sampai kita berdoa dengan kerinduan 

yang suci dan menguatkan kita sampai kita mencapai iman 

yang paling kudus. Ia memperbaiki segala pikiran dan 

membangkitkan perasaan kita. Baru setelah itu Ia mene-

rima doa kita dengan penuh rahmat. Ia mempersiapkan 

hati kita demi rahmat itu sendiri, yang diinginkan dan di-

doakan itu, supaya kita menjadi layak untuk menerima 

dan menggunakannya dengan baik. Baru setelah itu Ia 

memberikan rahmat itu kepada kita. Persiapan hati itu da-

tang dari Tuhan, dan kita harus mencari Dia untuk menda-

patkannya (Ams. 16:1). Rahmat itu perlu kita terima dulu 

sebagai penuntun kita. 

(2) Apa yang akan dilakukan-Nya sebagai jawaban atas doa 

(ay. 18). 

[1] Ia akan membela perkara mereka yang tertindas, akan 

mengadili bagi anak yatim dan orang yang terindas, 

akan menghakimi bagi mereka, membawa kejelasan 

akan ketidakbersalahan mereka, memulihkan sukacita 

mereka, dan mengganti kerugian atas semua kehilang-

an dan kerugian yang mereka alami. 

[2] Ia akan mengakhiri kebengisan para penganiaya. Hanya 

sampai di situlah mereka bertindak, tidak lebih jauh. Di 

sinilah ombak kejahatan mereka yang congkak diben-

dung. Tindakan nyata akan diambil supaya tidak ada 

lagi seorang manusia di bumi yang berani menakut-na-

kuti. Lihatlah betapa pemazmur sekarang menganggap 

enteng kuasa penganiaya congkak yang digambarkan-

nya dalam mazmur ini. Betapa ia sekarang merendah-

kannya sesudah ia merenungkan kedaulatan Allah.  

Pertama, penganiaya itu hanyalah manusia di bumi 

belaka, manusia yang keluar dari dalam bumi (begitulah 

arti katanya), yang muncul dari bumi, dan oleh sebab 

Kitab Mazmur 10:12-18 

 

 147 

itu dia manusia biasa, lemah, dan akan segera kembali 

ke tanah. Oleh sebab   itu, mengapa kita harus takut 

kepada kebengisan penindas itu, yang semata hanya 

manusia yang memang akan mati, anak manusia yang 

dibuang seperti rumput? (Yes. 51:12). Dia yang melin-

dungi kita yaitu   Tuhan atas langit. Sedangkan dia 

yang menganiaya kita hanyalah manusia belaka dari 

bumi.  

Kedua, Allah sudah membelenggunya, dan sebab   

itu dengan mudah mengekang murkanya sehingga ia ti-

dak mampu melaksanakan keinginannya. Apabila Allah 

mengatakan firman-Nya, Iblis tidak akan bisa lagi 

mengadakan penyesatan melalui kaki tangannya (Why. 

20:3), dan tidak akan bisa lagi menindas. 

Dalam menyanyikan ayat-ayat ini kita harus tetap teguh menyim-

pan keadilan dalam ibadah kita dan menyerahkan perkara yang ter-

tindas kepada Allah, sebagai orang-orang yang sangat peduli dengan 

kehormatan dan kepentingan dari keadilan. Tetaplah percaya, bahwa 

Ia akan membela perkara kita dengan rasa cemburu. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL 1 1  

alam mazmur ini kita mendapati pergumulan Daud dengan, dan 

kemenangannya atas, godaan kuat untuk tidak mempercayai 

Allah dan untuk menggunakan sarana-sarana yang tidak langsung 

guna menyelamatkan dirinya sendiri dalam keadaan bahaya. Mazmur 

ini dianggap ditulis Daud saat   ia mulai merasakan kebencian-ke-

bencian Saul yang iri terhadapnya, dan setelah ia berulang kali di-

lempari tombak. Pada waktu itu ia dinasihati untuk melarikan diri 

dari negerinya. “Tidak,” katanya, “Aku percaya kepada Allah, dan 

sebab   itu aku akan tetap tinggal di sini.” Perhatikanlah,  

I.  Bagaimana dia menggambarkan godaan itu, dan mungkin 

berunding dengannya (ay. 1-3).  

II.  Bagaimana dia menanggapi godaan itu, dan membungkamnya 

dengan pikiran mendalam akan kekuasaan dan pemeliharaan 

Allah (ay. 4), kebaikan-Nya kepada orang-orang benar, dan 

murka yang akan menimpa orang-orang fasik (ay. 5-7).  

Dalam masa-masa saat   ketakutan melanda di mana-mana, keti-

ka hinaan-hinaan dari para musuh gereja menjadi gencar dan meng-

ancam, akan bermanfaat bagi kita untuk merenungkan mazmur ini.  

Keyakinan kepada Allah 

(11:1-3) 

1 Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Pada TUHAN aku berlindung, bagai-

mana kamu berani berkata kepadaku: “Terbanglah ke gunung seperti bu-

rung!” 2 Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak 

panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat 

gelap. 3 Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh 

orang benar itu? 


 150

Inilah,  

I.  Tekad Daud yang sudah bulat untuk menjadikan Allah sebagai 

keyakinannya: Pada TUHAN aku berlindung (ay. 1). Orang-orang 

yang sungguh-sungguh takut akan Allah dan melayani-Nya patut 

untuk mempercayakan diri kepada-Nya, dan mereka tidak akan 

dipermalukan dengan berbuat demikian. Dan sudah merupakan 

ciri khas orang-orang kudus, yang telah menerima Allah sebagai 

Allah mereka, bahwa mereka menjadikan-Nya pengharapan mere-

ka. Bahkan, sekalipun mereka mempunyai hal-hal lain untuk di-

andalkan, mereka tidak, dan tidak berani, mengandalkan hal-hal 

itu, selain mengandalkan Allah saja. Emas bukanlah pengharapan 

mereka. Kuda dan kereta pun bukan keyakinan mereka. Hanya 

Allah semata. Dan sebab   itu, apabila pegangan-pegangan yang 

lain tidak berhasil, pengharapan mereka tidak kandas, sebab   

pegangan yang utama masih sama, dan akan selalu sama. Sang 

pemazmur, sebelum memberi uraian mengenai godaan yang se-

dang dialaminya untuk tidak mempercayai Allah, telah menyata-

kan tekadnya untuk berlindung pada-Nya, dan ia mau hidup atau 

mati dengan tekad ini.  

II. Kebenciannya terhadap godaan untuk melakukan hal yang ber-

lawanan: “Bagaimana kamu berkata kepadaku, kepada jiwaku, 

yang sudah sedemikian bersandar kepada Allah sebagai tempat 

peristirahatannya dan berteduh di dalam Dia, terbanglah ke gu-

nung seperti burung, untuk mengamankan diri di sana dari jang-

kauan burung pemangsa?” Perkataan ini bisa dipandang,   

1.  Sebagai nasihat yang sungguh-sungguh dari teman-temannya 

yang penakut. Beginilah yang dimengerti oleh banyak orang, 

dan kemungkinan besar memang benar. Sebagian orang yang 

tulus hati menginginkan Daud selamat, saat   mereka melihat 

bagaimana Saul geram terhadapnya dan sangat mengingini 

nyawanya, mendesaknya dengan segala cara untuk melarikan 

diri ke suatu tempat perlindungan, dan untuk tidak terlalu 

banyak bergantung pada urapan yang telah diterimanya, yang 

menurut mereka akan lebih membuat dia kehilangan kepala-

nya daripada menyelamatkannya. Yang membuat Daud berse-

dih dengan permintaan ini bukanlah sebab   anggapan bahwa 

jika dia melarikan diri sekarang, maka itu berarti dia bertindak 

Kitab Mazmur 11:1-3 

 151 

seperti seorang pengecut, dan ini pantang bagi seorang pra-

jurit. Tetapi sebab   anggapan bahwa melarikan diri menanda-

kan ketidakpercayaan. Bagi seorang kudus yang sering ber-

kata, “Pada Tuhan aku berlindung,” yaitu   suatu pantangan 

untuk melarikan diri. Dengan pemahaman seperti ini, kedua 

ayat berikutnya berisikan alasan yang digunakan teman-te-

man Daud yang penakut ini untuk menyokong nasihat mere-

ka. Mereka memintanya melarikan diri,  

(1)  sebab   dia tidak bisa aman di tempat dia berada sekarang 

(ay. 2). “Lihatlah,” kata mereka, “bagaimana orang fasik me-

lentur busurnya. Saul dan antek-anteknya membidik nya-

wamu, dan kejujuran hatimu tidak akan membuatmu 

aman.” Lihatlah betapa hebatnya permusuhan yang ada 

dalam diri orang fasik terhadap orang benar, dalam diri 

keturunan ular terhadap keturunan perempuan itu. Betapa 

dahsyatnya upaya-upaya yang mereka lakukan, persiapan-

persiapan yang mereka kerjakan, untuk berbuat jahat ter-

hadap orang-orang benar: mereka memanah orang yang 

tulus hati dengan diam-diam, atau di tempat gelap, sehing-

ga orang yang tulus hati itu tidak melihat kejahatan yang 

sudah dirancang, untuk menghindarinya, ataupun orang 

lain, untuk mencegahnya, bahkan Allah sendiri, untuk 

menghartikel  mnya.  

(2)  sebab   dia tidak bisa berguna lagi di tempat dia berada 

sekarang. “Sebab,” kata mereka, “apabila dasar-dasar di-

hancurkan” (seperti dasar-dasar yang dihancurkan oleh 

pemerintahan Saul yang menyimpang), “apabila negara dan 

masyarakat menjadi kacau dan tidak karuan” (75:4; 82:5), 

“apakah yang dapat engkau perbuat dengan kebenaranmu 

itu untuk memperbaiki segala ketidakberesan ini? Aduh! 

Tidak ada gunanya berusaha menyelamatkan kerajaan 

yang sudah hancur berantakan seperti itu. Apa pun yang 

dapat dilakukan orang benar tidak akan berarti apa-apa.” 

Abi in cellam, et dic, Miserere mei, Domine – Pergilah ke 

kamarmu, dan menangislah di sana, kasihanilah aku Ya 

Tuhan! Banyak orang terhalang untuk memberikan jasa 

yang dapat mereka berikan kepada masyarakat umum da-

lam masa-masa sulit, sebab   hilangnya harapan untuk 

memperoleh keberhasilan.  


 152

2.  Perkataan Daud itu juga bisa dipandang sebagai olok-olok 

yang dipakai musuh-musuhnya untuk mengejek dia. Mereka 

mencela semua pengakuan yang dulu dibuatnya tentang keya-

kinannya kepada Allah, dan dengan cara yang menghina me-

mintanya untuk menguji apa manfaat yang bisa didapatnya 

sekarang dari keyakinannya itu. “Kamu berkata bahwa Allah 

yaitu   gunung batumu. Larilah kepada-Nya sekarang, dan 

lihatlah apakah keadaanmu akan menjadi lebih baik.” Demi-

kianlah mereka berusaha mempermalukan hikmat orang yang 

tertindas, dengan berkata, “Baginya tidak ada pertolongan dari 

pada Allah” (14:6; 3:3). Keyakinan dan penghiburan yang dimi-

liki orang-orang kudus di dalam Allah, saat   segala peng-

harapan dan sukacita di dalam makhluk ciptaan tidak berha-

sil, merupakan teka-teki bagi dunia yang bersifat kedagingan 

ini, dan sebab   itu diolok-olok oleh dunia itu. Kalau perkataan 

Daud di atas dipahami dengan cara seperti ini, maka kedua 

ayat berikutnya merupakan jawaban Daud terhadap sindiran 

ini, yang di dalamnya,  

(1) Dia mengeluhkan kebencian orang-orang yang melecehkan-

nya seperti itu (ay. 2): mereka melentur busurnya, mereka 

memasang anak panahnya pada tali busur. Kita diberi tahu 

(64:4) seperti apa anak-anak panah yang mereka gunakan 

itu, yaitu kata-kata pahit. Dengan kata-kata seperti inilah 

mereka berusaha mematahkan pengharapan kepada Allah, 

yang dirasakan Daud seperti sebilah pedang yang menusuk 

tulangnya.  

(2) Ia menolak godaan itu dengan penuh rasa jijik (ay. 3). Ia 

memandang saran ini sebagai hal yang menyerang dasar-

dasar yang dibangun oleh setiap orang Israel. “Apabila ka-

mu menghancurkan dasar-dasarnya, apabila kamu meng-

ambil dari orang-orang baik pengharapan mereka kepada 

Allah, apabila kamu dapat membujuk mereka untuk ber-

pikir bahwa agama mereka yaitu   suatu tipuan, suatu 

lelucon, dan dapat mengolok-olok mereka sehingga mereka 

meninggalkan agama itu, maka kamu menghancurkan me-

reka, membuat mereka benar-benar patah hati, dan men-

jadikan mereka sebagai orang yang paling menyengsarakan 

dari semuanya.” Azas-azas agama merupakan dasar-dasar 

yang di atasnya iman dan pengharapan orang-orang benar 

Kitab Mazmur 11:4-7 

 153 

 dibangun. Azas-azas ini, baik sebab   manfaat maupun ka-

rena kewajiban, harus kita pegang erat-erat untuk mela-

wan semua godaan untuk menjadi tidak setia. sebab  , 

apabila semua azas itu dihancurkan, apabila kita membiar-

kannya berlalu begitu saja, apakah yang dapat diperbuat 

oleh orang benar? Orang-orang baik akan binasa seandai-

nya mereka tidak memiliki Allah tempat mereka berlari, 

Allah yang bisa mereka percayai, dan yang menjadi keba-

hagiaan masa depan yang mereka harapkan. 

Keyakinan kepada Allah 

(11:4-7) 

4 TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga; 

mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia. 5 

TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang 

mencintai kekerasan. 6 Ia menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi 

dan belerang; angin yang menghanguskan, itulah isi piala mereka. 7 Sebab 

TUHAN yaitu   adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan me-

mandang wajah-Nya. 

Kata orang, bila pohon digoyang-goyangkan, maka akarnya akan ber-

tambah dalam dan kuat. Usaha musuh-musuh Daud untuk mema-

tahkan keyakinannya kepada Allah membuat dia melekat semakin 

erat kepada azas-azas keyakinannya yang utama. Ia justru semakin 

merenungkan kembali dasar-dasar itu, seperti yang diperbuatnya di 

sini, dan itu membawa kepuasan berlimpah bagi dirinya dan mem-

bungkamkan semua godaan untuk menjadi tidak setia. Apa yang 

mengejutkan bagi imannya, dan yang juga dialami banyak orang, 

yaitu   kemakmuran orang-orang fasik di jalan-jalan mereka yang 

fasik, dan kesukaran serta kesusahan yang kadang-kadang dialami 

oleh orang-orang terbaik. Dari sinilah pikiran yang jahat seperti ini 

cenderung muncul, pasti sia-sia belaka untuk melayani Tuhan, dan 

kita bisa menyebut orang congkak sebagai orang yang berbahagia. 

Namun, untuk melumpuhkan dan mempermalukan segala pemikiran 

seperti itu, kita di sini dipanggil untuk mempertimbangkan,   

I.  Bahwa ada Allah di sorga: TUHAN ada di dalam bait-Nya yang 

kudus di atas, di mana, meskipun Dia tidak terlihat oleh kita, kita 

terlihat oleh-Nya. Janganlah musuh-musuh orang-orang kudus 

menghina mereka, seolah-olah mereka tidak tahu lagi harus ber-


 154

buat apa dan sudah kehabisan akal. Tidak, mereka mempunyai 

Allah, dan mereka tahu di mana harus menemukan-Nya, dan ba-

gaimana harus mengarahkan doa mereka kepada-Nya sebagai 

Bapa mereka di sorga. Atau, Dia ada di dalam bait-Nya yang ku-

dus, yaitu, di dalam jemaat-Nya. Dia yaitu   Allah yang mengikat 

kovenan dan persekutuan dengan umat-Nya, melalui seorang 

Pengantara, yang dipelambangkan oleh bait suci itu. Kita tidak 

perlu berkata, “Siapakah yang akan pergi ke sorga, untuk meng-

ambil bagi kita dari sana Allah yang dapat kita percayai?” Tidak, 

Firman itu dekat dengan kita, dan Allah ada di dalam Firman itu. 

Roh-Nya ada dalam orang-orang kudus-Nya, bait-bait Allah yang 

hidup itu, dan Tuhanlah Roh itu.  

II. Bahwa Allah ini mengatur dunia. Tuhan tidak hanya bertempat 

tinggal tetapi juga bertakhta di sorga, dan Dia telah menetapkan 

pemerintahannya di atas bumi (Ayb. 38:33), sebab  , setelah mene-

gakkan takhta-Nya di sorga, kerajaan-Nya berkuasa atas segala 

sesuatu (103:19). Oleh sebab   itulah sorga dikatakan mempunyai 

kekuasaan (Dan. 4:26). Marilah kita dengan iman melihat kepada 

Allah yang ada di takhta ini, di takhta kemuliaan-Nya, yang se-

cara tidak terbatas melampaui segala keagungan dan kemegahan 

raja-raja dunia. Ia ada di takhta pemerintahan-Nya, memberikan 

hartikel  m, memberikan kegiatan, dan memberikan tujuan kepada 

semua makhluk ciptaan. Ia di takhta penghakiman-Nya, mem-

balaskan kepada setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Dan, 

Ia di takhta anugerah-Nya, yang ke sana umat-Nya boleh datang 

dengan berani untuk meminta belas kasihan dan anugerah. Maka 

dari itu, tidak ada alasan bagi kita untuk menjadi tawar hati oleh 

kesombongan dan kekuatan penindas-penindas kita, atau oleh 

penderitaan apa pun yang menimpa orang benar.  

III. Bahwa Allah ini mengetahui dengan sempurna sifat setiap orang 

yang sebenarnya: mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya 

menguji anak-anak manusia. Dia tidak hanya melihat mereka 

tetapi juga melihat menembus mereka, tidak hanya mengetahui 

segala sesuatu yang mereka katakan dan lakukan, tetapi juga 

mengetahui apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rencana-

kan, dan bagaimana perasaan mereka yang sebenarnya, tak pe-

duli seberapa berpura-puranya mereka. Kita bisa mengetahui 

Kitab Mazmur 11:4-7 

 155 

manusia dari tampak luarnya, tetapi Dia mengetahui siapa mere-

ka sesungguhnya, seperti seorang pemurni logam yang tahu ber-

apa nilai emas setelah dia memurnikannya. Allah dikatakan 

menguji dengan mata-Nya, dan dengan sorot mata-Nya, sebab   

Dia mengetahui manusia tidak seperti raja-raja di bumi yang 

mengetahui manusia hanya melalui laporan dan gambaran. Dia 

mengetahui manusia melalui pemeriksaan-Nya sendiri yang ketat, 

yang tidak bisa salah ataupun ditipu. Kenyataan ini sungguh 

menghibur kita saat   kita tertipu oleh manusia, bahkan oleh ma-

nusia yang kita pikir sudah kita uji, bahwa penilaian Allah ter-

hadap manusia, kita yakin, yaitu   sesuai dengan kebenaran.  

IV. Bahwa, apabila Dia menghajar orang-orang baik, itu merupakan 

ujian bagi mereka, dan sebab   itu demi kebaikan mereka sendiri 

(ay. 5). Tuhan menguji semua anak manusia supaya Dia dapat 

berbuat baik kepada mereka akhirnya (Ul. 8:16). Oleh sebab itu, 

janganlah segala ujian itu menggoncangkan dasar-dasar kita atau 

mematahkan pengharapan dan kepercayaan kita kepada Allah. 

V.  Bahwa, bagaimanapun berhasilnya para penganiaya dan penindas 

kita untuk sementara waktu, mereka sekarang telah berada di 

bawah, dan akan binasa selamanya di bawah, murka Allah.  

1.  Dia yaitu   Allah yang kudus, dan sebab   itu Dia membenci 

mereka, dan tidak dapat tahan memandang mereka: Ia mem-

benci orang fasik dan orang yang mencintai kekerasan (KJV), 

sebab tidak ada hal lain yang lebih bertentangan dengan kelu-

rusan dan kebaikan kodrat-Nya selain daripada ini. Kemak-

muran mereka sama sekali bukan merupakan bukti akan ka-

sih Allah sehingga pelecehan mereka terhadap kemakmuran 

itu pasti menjadikan mereka sebagai orang-orang yang diben-

ci-Nya. Dia yang tidak membenci apa pun yang telah dicipta-

kan-Nya membenci orang-orang yang menjadikan diri mereka 

sendiri sedemikian jahat. Dr. Hammond menawarkan cara lain 

untuk membaca ayat 5 ini: Tuhan menguji orang benar dan 

orang fasik (dengan membedakan secara tanpa keliru antara 

mereka berdua, yang melampaui apa yang dapat kita lakukan), 

dan barangsiapa mencintai kekerasan membenci jiwanya sen-

diri. Maksudnya, penganiaya-penganiaya pasti membawa ke-


 156

hancuran bagi diri mereka sendiri (Ams. 8:36), seperti yang 

tampak berikut ini.  

2.  Dia yaitu   Hakim yang benar, dan sebab   itu Dia akan meng-

hartikel  m mereka (ay. 6). Penghartikel  man bagi mereka akan men-

jadi,  

(1) Tidak terelakkan: Ia menghujani orang-orang fasik dengan 

jerat (KJV). Ini merupakan kiasan berganda, untuk menun-

jukkan bahwa penghartikel  man orang fasik itu tidak bisa 

dihindari. Penghartikel  man itu akan menghujani mereka dari 

langit (Ayb. 20:23), yang terhadapnya tidak ada benteng 

yang sanggup melindungi dan yang darinya tidak ada jalan 

untuk menghindar (Yos. 10:11; 1Sam. 2:10). Penghakiman 

itu akan mengejutkan mereka, sama seperti hujan yang 

turun dengan tiba-tiba terkadang mengejutkan para pelan-

cong pada musim panas. Penghartikel  man itu akan menjadi 

jerat bagi mereka, yang membelenggu mereka erat-erat, 

dan terus menahan mereka sebagai tahanan, sampai hari 

pembalasan tiba.  

(2) Sangat mengerikan. Penghartikel  man itu berupa arang berapi 

dan belerang, dan angin yang menghanguskan, yang de-

ngan jelas merujuk pada kehancuran Sodom dan Gomora, 

dan memang sangat pantas, sebab   kehancuran itu dimak-

sudkan sebagai bayangan dari siksaan api kekal sebagai 

peringatan kepada semua orang (Yud. 1:7). Api murka 

Allah, yang bahan bakarnya yaitu   belerang dari kesalah-

an mereka sendiri, pasti akan membakar mereka dengan 

ganasnya, akan membakar sampai ke dalam neraka yang 

paling bawah dan puncak kekekalan yang paling tinggi. 

Betapa mengerikannya badai yang membawa orang fasik 

saat   mereka mati! Betapa panasnya lautan api dan bele-

rang yang harus mereka jadikan sebagai tempat tidur me-

reka untuk selama-lamanya, dalam perkumpulan orang 

mati dan terkutuk! Hal inilah yang dimaksudkan di sini. 

Inilah yang akan menjadi isi piala mereka, milik pusaka 

yang ditentukan bagi mereka oleh Yang Mahakuasa, dan 

ganjaran yang ditimpakan kepada mereka (Ayb. 20:29). Ini 

yaitu   piala yang memusingkan yang akan diberikan ke 

dalam tangan mereka, yang ampasnya harus mereka 

minum (75:9). Setiap orang sudah ditentukan isi pialanya. 

Kitab Mazmur 11:4-7 

 157 

Mereka yang memilih Tuhan sebagai isi piala mereka akan 

mendapatkan apa yang mereka pilih, dan selama-lamanya 

akan berbahagia dalam pilihan mereka (16:5) itu. Namun, 

mereka yang menolak anugerah-Nya akan dibuat minum 

dari piala kehangatan murka-Nya (Yer. 25:15; Yes. 51:17; 

Hab. 2:16). 

VI. Bahwa, meskipun orang yang baik dan jujur bisa ditindas dan di-

injak-injak, namun Allah mengakui dan akan mengakui mereka, 

berkenan kepada mereka, dan tersenyum kepada mereka. Inilah 

alasannya mengapa Allah akan mengganjar dengan berat para 

penganiaya dan penindas, sebab   orang-orang yang mereka tindas 

dan yang mereka aniaya itu sangat dikasihi-Nya. Demikianlah, 

siapa yang menjamah mereka, berarti menjamah biji mata-Nya (ay. 

7).  

1. Dia mengasihi mereka dan karya anugerah-Nya sendiri di da-

lam diri mereka. Dia sendiri yaitu   Allah yang benar, dan ka-

rena itu Dia mencintai kebenaran di mana pun Dia menemu-

kannya, dan membela kepentingan orang benar yang dilukai 

dan ditekan. Dia senang menjalankan penghartikel  man bagi 

orang-orang benar itu (103:6). sebab   itu, kita harus menjadi 

pengikut-pengikut Allah, harus mencintai kebenaran seperti 

Dia adanya, supaya kita dapat selalu tinggal di dalam kasih-

Nya.  

2. Dia memandang orang benar dengan penuh rahmat: orang 

yang tulus akan memandang wajah-Nya (KJV: wajah-Nya me-

mandang orang yang tulus – pen.). Dia tidak hanya berdamai 

dengan mereka, dan memberikan kegembiraan di dalam hati 

mereka, dengan membiarkan mereka tahu bahwa Dia sudah 

berdamai dengan mereka. Tetapi juga, seperti bapak yang 

lemah lembut, memandang mereka dengan senang hati, dan 

mereka, seperti anak-anak yang patuh, senang dan sangat 

puas dengan senyuman-senyuman-Nya. Mereka berjalan da-

lam terang Tuhan.  

Dalam menyanyikan mazmur ini kita harus mendorong hati kita 

dan bergiat selalu untuk percaya kepada Allah sepanjang waktu, 

harus bergantung kepada-Nya untuk melindungi kemurnian kita dan 

untuk membuat kita bahagia. Kita harus takut akan amarah-Nya se-


 158

bagai sesuatu yang lebih buruk daripada maut, dan harus meng-

inginkan kebaikan-Nya sebagai sesuatu yang lebih baik daripada 

hidup itu sendiri. 

PASAL 12  

azmur ini dianggap ditulis Daud pada masa pemerintahan Saul, 

saat   terjadi kemerosotan di mana-mana dalam hal kejujuran 

dan kesalehan baik itu di kalangan istana maupun di seluruh negeri. 

Perkara ini dikeluhkannya kepada Allah dengan segenap perasaan-

nya, sebab   dia sendiri menderita sebagai akibat dari pengkhianatan 

teman-temannya yang palsu dan penghinaan musuh-musuh bebu-

yutannya.  

I.   Ia memohon pertolongan dari Allah, sebab   tidak seorang 

pun di antara anak-anak manusia yang berani dipercayainya 

(ay. 2-3).  

II. Ia menubuatkan kehancuran musuh-musuhnya yang cong-

kak dan yang membahayakan (ay. 4-5).  

III. Ia meyakinkan dirinya sendiri dan orang lain, bahwa betapa 

pun buruknya hal-hal yang terjadi sekarang (ay. 9), Allah 

akan memelihara dan melindungi umat-Nya sendiri bagi Dia 

(ay. 6, 8), dan pasti akan menepati janji-janji-Nya kepada 

mereka (ay. 7).  

Apakah ditulis pada masa pemerintahan Saul atau tidak, mazmur 

ini pasti dikarang untuk membicarakan suatu pemerintahan yang 

buruk. Dan mungkin Daud, saat   di dalam roh melihat bahwa se-

bagian dari para penerusnya akan menimbulkan hal-hal yang sama 

buruknya seperti yang digambarkan di sini, menyimpan harta maz-

mur ini untuk digunakan kemudian oleh jemaat pada masa itu. “O 

tempora,  O mores! – Oh, masa-masa itu! Oh, perilaku-perilakunya!” 


 160

Keluhan-keluhan terhadap Zaman  

(12:1-9) 

1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Yang kedelapan. Mazmur Daud. 2 

Tolonglah kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah habis, telah lenyap 

orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia. 3 Mereka berkata 

dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang 

manis dan hati yang bercabang. 4 Biarlah TUHAN mengerat segala bibir yang 

manis dan setiap lidah yang bercakap besar, 5 dari mereka yang berkata: “De-

ngan lidah kami, kami menang! Bibir kami menyokong kami! Siapakah tuan 

atas kami?” 6 Oleh sebab   penindasan terhadap orang-orang yang lemah, 

oleh sebab   keluhan orang-orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, firman 

TUHAN; Aku memberi keselamatan kepada orang yang menghauskannya. 7 

Janji TUHAN yaitu   janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali 

dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. 8 Engkau, TUHAN, yang akan 

menepatinya, Engkau akan menjaga kami senantiasa terhadap angkatan ini. 

9 Orang-orang fasik berjalan ke mana-mana, sementara kebusukan muncul 

di antara anak-anak manusia. 

Mazmur ini memperlengkapi kita dengan pikiran-pikiran yang baik 

untuk digunakan dalam masa-masa buruk. Dalam masa-masa buruk 

bahkan orang yang berakal budi akan berdiam diri (Am. 5:13), sebab 

pada masa itu orang akan dipandang sebagai pelanggar hartikel  m oleh 

sebab   perkataan yang diucapkannya. Walaupun demikian, kita bo-

leh terhibur dengan permenungan-permenungan dan doa-doa yang 

begitu cocok di sini, yang telah disiapkan untuk kita gunakan.  

I.  Marilah kita lihat di sini apa yang menjadikan masa-masa itu bu-

ruk, dan kapan masa-masa itu bisa dikatakan buruk. Tanyakan-

lah kepada anak-anak dunia ini apa itu yang menurut mereka 

membuat masa-masa menjadi buruk, dan mereka akan mengata-

kan kepadamu bahwa kelangkaan uang, kemerosotan perdagang-

an, dan kehancuran sebab   perang membuat masa-masa menjadi 

buruk. Namun, Kitab Suci memandang keburukan masa terjadi 

akibat penyebab-penyebab yang berbeda sifatnya. Akan datang 

masa yang sukar (2Tim. 3:1), sebab   kejahatan akan semakin 

bertambah banyak. Dan inilah yang dikeluhkan Daud di sini.  

1.  Apabila ada kemerosotan di mana-mana dalam hal kesalehan 

dan kejujuran di antara anak-anak manusia, maka masa-

masa itu benar-benar buruk (ay. 2): apabila orang saleh telah 

habis, dan telah lenyap orang-orang yang setia. Amatilah 

bagaimana kedua sifat ini dipadukan bersama-sama di sini, 

yang saleh dan yang setia. Sama seperti tidak ada perbuatan 

yang sejati tanpa kejujuran, demikian pula tidak ada kesaleh-

 Kitab Mazmur 12:1-9 

 161 

an yang sejati tanpa kejujuran. Orang yang saleh yaitu   orang 

yang setia, orang yang teguh, begitulah mereka kadang-kadang 

disebut. Perkataan mereka sama meneguhkannya seperti sum-

pah mereka, sama mengikatnya seperti tali persaudaraan me-

reka. Mereka menjaga hati nurani mereka agar murni baik di 

hadapan Allah maupun di hadapan manusia. Mereka di sini 

dikatakan habis dan lenyap, entah sebab   kematian entah 

sebab   diabaikan, atau sebab   keduanya. Orang-orang yang 

saleh dan setia kini diambil, dan mereka yang ditinggalkan 

telah merosot akhlaknya secara menyedihkan serta tidak lagi 

bersikap seperti dulu. Dengan demikian hanya ada sedikit 

atau sama sekali tidak ada lagi orang baik yang benar-benar 

orang Israel sejati yang dapat dijumpai. Mungkin yang dimak-

sudkan Daud yaitu   bahwa tidak ada lagi orang saleh dan 

setia di antara orang-orang di istana Saul. Jika yang dimak-

sudkannya yaitu   hanya ada sedikit atau sama sekali tidak 

ada orang saleh dan setia di Israel, maka kita berharap dia sa-

lah dalam hal ini seperti yang dilakukan Elia, yang menyangka 

hanya dia sendiri yang tinggal, padahal Allah mempunyai tu-

juh ribu orang yang tetap setia kepada-Nya (Rm. 11:4). Atau, 

yang dimaksudkannya yaitu   bahwa hanya ada sedikit saja 

dibandingkan dengan yang sudah-sudah. Di mana-mana ada 

kemerosotan dalam hal agama dan kebaikan (dan bila keada-

annya demikian, maka masa-masa itu memang buruk, sangat 

buruk), sampai tidak dapat dijumpai lagi seorang pun yang 

melakukan keadilan (Yer. 5:1). 

2. Apabila kepura-puraan dan sanjungan telah merusak dan 

mengotori semua perilaku, maka masa-masa itu sangat buruk 

(ay. 3). Masa-masa itu sangat buruk apabila manusia pada 

umumnya bertindak dengan begitu tidak senonoh sampai hati 

nuraninya mati terhadap dusta, begitu dipenuhi kebencian se-

hingga merancang kejahatan-kejahatan yang paling keji terha-

dap sesamanya, dan begitu hinanya sampai menutup-nutupi 

rencananya itu dengan berpura-pura dan mengaku-aku seba-

gai teman dengan cara yang sangat memikat dan menarik hati. 

Demikianlah mereka berkata dusta (yaitu kepalsuan dan kebo-

hongan) yang seorang kepada yang lain, mereka berkata de-

ngan bibir yang manis dan hati yang bercabang. Mereka akan 

mencium dan membunuh (seperti yang diperbuat Yoab terha-


 162

dap Abner dan Amasa pada masa Daud sendiri), akan terse-

nyum di depan mukamu dan menggorok lehermu. Ini merupa-

kan gambaran Iblis yang lengkap, campuran yang rumit an-

tara kebencian dan kepalsuan. Masa-masa itu memang buruk 

apabila tidak ada lagi hal seperti ketulusan yang dapat dijum-

pai, apabila orang jujur tidak tahu lagi siapa yang harus diper-

cayai atau siapa yang harus diandalkan, atau tidak berani lagi 

untuk menaruh percaya kepada seorang teman, kepada se-

orang kawan (Mi. 7:5-6; Yer. 9:4-5). Terkutuklah orang-orang 

yang turut membuat masa-masa itu menjadi berbahaya seperti 

itu.  

3. Apabila musuh-musuh Allah, dan agama, dan orang-orang 

saleh, sudah berlaku kurang ajar dan berani, dan mengancam 

untuk menggilas segala sesuatu yang adil dan suci, maka 

masa-masa itu sangatlah buruk, apabila orang-orang berdosa 

yang congkak telah mencapai puncak ketidaksalehan yang be-

gitu rupa sampai berani berkata, “Dengan lidah kami, kami 

menang melawan kepentingan kebajikan. Bibir kami menyo-

kong kami dan kami dapat mengatakan apa saja sesuka kami. 

Siapakah tuan atas kami, untuk menahan kami atau untuk 

meminta pertanggungjawaban dari kami?” (ay. 4). Ini berbicara 

tentang,  

(1) Keangkuhan membanggakan diri mereka sendiri dan keya-

kinan akan kemampuan diri mereka. Seolah-olah mereka 

sudah mendapatkan tujuan mereka ini saat   memakan 

buah terlarang dan telah menjadi sama seperti Allah, yakni 

tidak bergantung pada apa pun dan mampu mencartikel  pi 

diri sendiri. Mereka merasa tidak bisa keliru dalam penge-

tahuan mereka akan apa yang baik dan apa yang jahat, 

dan sebab   itu merasa layak untuk menjadi pemberi sabda. 

Mereka merasa tidak tertandingi dalam kuasa mereka, dan 

sebab   itu merasa pantas menjadi pemberi hartikel  m. Mereka 

merasa dapat menang dengan lidah mereka, sehingga, 

seperti Allah sendiri, dapat berfirman maka semuanya jadi.  

(2) Penghinaan yang kurang ajar terhadap kekuasaan Allah, 

seolah-olah Dia tidak ada apa-apanya di mata mereka – 

bibir kami menyokong kami (KJV: bibir kami milik kami sen-

diri – pen.) (sebuah pernyataan yang tidak benar dan adil, 

sebab   siapakah yang telah menciptakan mulut manusia, 

 Kitab Mazmur 12:1-9 

 163 

di tangan siapakah nafasnya berada, dan udara siapakah 

yang dihirupnya untuk bernafas?), dan seolah-olah Dia 

tidak mempunyai wewenang untuk memerintah maupun 

untuk menghakimi mereka: Siapakah tuan atas kami? Se-

perti yang dikatakan Firaun (Kel. 5:1). Pernyataan ini sama 

janggal dan tidak masuk akalnya seperti pernyataan sebe-

lumnya, sebab   Dia yang di dalam-Nya kita hidup, kita ber-

gerak, dan kita ada, tentu saja, dengan hak yang tidak 

dapat dibantah, yaitu   Tuan atas kita.      

4.  Apabila orang lemah dan orang miskin ditindas, dilecehkan, 

dan diremehkan, maka masa-masa itu sangat buruk. Ini ter-

sirat (ay. 6) saat   Allah sendiri memperhatikan penindasan 

terhadap orang-orang yang lemah, dan keluhan orang-orang 

miskin. Mereka ditindas sebab   mereka lemah, selalu diper-

lakukan dengan salah hanya sebab   mereka tidak mampu 

membenarkan diri mereka sendiri. sebab   ditindas seperti itu, 

mereka tidak berani berbicara untuk diri mereka sendiri, se-

bab jangan-jangan pembelaan mereka akan dijadikan sebagai 

pelanggaran. Namun, mereka mengeluh, secara diam-diam 

meratapi malapetaka yang menimpa mereka, dan menumpah-

kan keluh kesah jiwa mereka di hadapan Allah. Jika ditegur 

atas nama mereka, para penindas itu malah mengejek mereka, 

menganggap enteng dosa mereka sendiri dan memandang sepi 

kesengsaraan mereka yang ditindas itu, dan sama sekali tidak 

memasukkan kedua hal itu ke dalam hati mereka (10:5). 

5. Apabila kefasikan berlimpah-limpah, dan diperbuat tanpa 

malu-malu, di bawah perlindungan dan persetujuan orang-

orang berkuasa, maka masa-masa itu sangat buruk (ay. 9). 

saat   kebusukan muncul di antara anak-anak manusia (KJV: 

apabila orang-orang yang paling busuk diangkat – pen.) dan 

ditempatkan ke tempat-tempat kepercayaan dan kuasa, maka 

orang-orang fasik berjalan ke mana-mana (sebab  , bukannya 

menjalankan hartikel  m untuk melawan kejahatan dan ketidak-

adilan, dan menghartikel  m orang-orang jahat sesuai dengan per-

buatan-perbuatan mereka, mereka malah akan menaungi dan 

melindungi orang-orang seperti itu, menyetujui tindakan me-

reka, dan mendartikel  ng nama baik mereka dengan contoh yang 

mereka berikan sendiri). Mereka berkeriapan di mana-mana, 

dan naik turun untuk berusaha menipu, merusak, dan meng-


 164

hancurkan orang lain. Mereka tidak takut ataupun malu 

mengungkapkan siapa diri mereka. Mereka menyatakan dosa 

mereka seperti Sodom, dan tidak ada seorang pun yang dapat 

menegur atau mengendalikan mereka. Orang jahat yaitu   

orang yang rendah, orang yang paling busuk, dan mereka 

tetap demikian meskipun diangkat setinggi apa pun di dunia 

ini. Antiokus yang termasyhur itu