Mazmur-1-50 9
jurit-prajuritnya, tetapi sepenuhnya mengandalkan Allah
seolah-olah dia tidak mempunyai pengharapan sama sekali akan
ditolong dan dibantu oleh ciptaan mana pun. sebab sedang
mengalami kesusahan, banyak kesusahan, hatinya sesak (ay. 17),
semakin lama semakin sedih dan gelisah pikirannya. Perasaan
akan dosa menyiksanya lebih dari apa pun. Inilah yang mematah-
kan dan melukai rohnya, dan membuat permasalahan lahiriahnya
membebani dia dengan berat. Ia sedang berada dalam kesengsara-
an dan kesukaran (ay. 18). Musuh-musuhnya yang menganiaya
dia sangat banyak dan geram (mereka membencinya), dan sangat
biadab. Dengan kebencian yang sangat mendalam mereka mem-
benci dia (ay. 19). Demikian pulalah musuh-musuh Kristus dan
penganiaya-penganiaya jemaat-Nya.
338
II. Ia mengungkapkan kebergantungannya pada Allah dalam kesu-
sahan-kesusahan ini (ay. 15): Matanya tetap terarah kepada
TUHAN. Penyembah-penyembah berhala menyembah ilah-ilah
yang dapat mereka lihat dengan mata jasmani mereka, dan mata
mereka selalu memandang berhala-berhala mereka (Yes. 17:7-8).
Namun, mata imanlah yang harus kita miliki untuk memandang
Allah, yang yaitu Roh (Za. 9:1, KJV). Perenungan kita akan Dia
haruslah manis, dan kita harus selalu menempatkan Dia di depan
kita. Dalam segala jalan kita, kita harus mengakui-Nya, dan
melakukan semua demi kemuliaan-Nya. Demikianlah kita harus
hidup dalam persekutuan dengan Allah, bukan hanya dalam
ketetapan-ketetapan suci melainkan juga dalam pemeliharaan-
pemeliharaan ilahi, bukan hanya dalam tindakan-tindakan iba-
dah melainkan juga dalam seluruh perilaku kita. Daud menghibur
diri dengan hal ini dalam penderitaannya. Sebab, oleh sebab
matanya tetap terarah kepada Tuhan, ia tidak ragu bahwa Tuhan
akan mengeluarkan kakinya dari jaring itu. Ia yakin Tuhan akan
membebaskannya dari segala kejahatan hatinya sendiri (demikian
menurut sebagian orang), dan dari rancangan-rancangan para
musuhnya untuk melawannya (demikian menurut sebagian yang
lain). Orang-orang yang matanya tetap terarah kepada Allah, kaki-
nya tidak akan berlama-lama terjerat di dalam jaring. Ia meng-
ulangi pengakuannya akan kebergantungannya pada Allah
janganlah aku mendapat malu, sebab aku berlindung pada-Mu (ay.
20), dan akan pengharapan-Nya kepada Dia aku menanti-nanti-
kan Engkau (ay. 21). Dengan demikian, sungguh baik untuk ber-
harap dan menantikan dengan tenang keselamatan dari Tuhan.
III. Ia berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar diberi kele-
pasan dan pertolongan,
1. Untuk dirinya sendiri.
(1) Lihatlah bagaimana ia memohon,
[1] Untuk penghapusan dosa (ay. 18): Ampunilah segala
dosaku. Dosa-dosanya yaitu beban-bebannya yang pa-
ling berat, dan yang membawa semua beban lain kepa-
danya. Ia sudah memohon (ay. 7) untuk pengampunan
dosa-dosa pada waktu mudanya, dan (ay. 11) untuk
pengampunan satu pelanggaran khusus yang sungguh
Kitab Mazmur 25:15-22
339
sangat besar, yang menurut sebagian orang, yaitu
dosanya yang berkaitan dengan Uria. Namun di sini, dia
berdoa, Tuhan, ampunilah segala dosaku, hapuskanlah
semua pelanggaranku. Dapat diamati bahwa, berkenaan
dengan penderitaannya itu, tidak ada yang dimintanya
selain perhatian Allah terhadap penderitaannya itu: Ti-
liklah sengsaraku dan kesukaranku, dan perbuatlah se-
bagaimana Engkau menghendakinya. Namun, ber-
kenaan dengan dosanya, tidak ada yang dimintanya se-
lain pengampunan seutuh-utuhnya: ampunilah segala
dosaku. Apabila kita sedang dilanda masalah, kita ha-
rus lebih peduli terhadap dosa-dosa kita supaya diam-
puni, dan bukannya terhadap penderitaan-penderitaan
kita supaya penderitaan-penderitaan itu diangkat. De-
mikianlah dia berdoa,
[2] Untuk dipulihkannya apa yang sedang ia keluhkan.
Pikirannya gelisah sebab Allah mengundurkan diri
darinya dan sebab dia merasa bahwa Allah tidak ber-
kenan kepadanya sebab dosa-dosanya. Oleh sebab itu
dia berdoa, Berpalinglah kepadaku (ay. 16). Dan, jika
Allah berpaling kepada kita, kita tidak usah peduli siapa
yang berpaling dari kita. Keadaannya terganggu, sehing-
ga dia berdoa, Keluarkanlah aku dari kesulitanku. Aku
tidak melihat jalan kelepasan terbuka, namun Engkau
pasti dapat menemukannya atau membuatnya. Mu-
suh-musuhnya sangat mendendam, dan sebab itu dia
berdoa, Jagalah kiranya jiwaku agar tidak jatuh ke
tangan mereka, atau kalau tidak, lepaskanlah aku dari
tangan mereka.
(2) Empat hal diserukannya untuk menegaskan permohonan-
permohonan ini, dan bersamaan dengan itu dia menyerah-
kan dirinya dan seruan-seruannya itu untuk dipertimbang-
kan oleh Allah:
[1] Ia menyerukan belas kasihan Allah: Kasihanilah aku.
Manusia yang berjasa besar sekalipun akan binasa jika
mereka tidak mempunyai hubungan dengan Allah yang
memiliki belas kasihan tiada terhingga.
340
[2] Ia menyerukan kesengsaraannya sendiri, kesusahan
yang sedang dialaminya, kesulitan dan penderitaannya,
terutama kegelisahan-kegelisahan hatinya. Semuanya
ini membuat dia mencari belas kasihan ilahi.
[3] Ia menyerukan kesalahan musuh-musuhnya: Tuhan,
perhatikanlah mereka, betapa kejamnya mereka, dan
bebaskanlah aku dari tangan mereka.
[4] Ia menyerukan kejujurannya sendiri (ay. 12). Meskipun
dia sudah mengakui kebersalahannya sendiri di hadap-
an Allah, dan telah mengakui dosa-dosanya melawan
Dia, namun, berkenaan dengan musuh-musuhnya, ia
mempunyai kesaksian hati nurani bahwa ia tidak ber-
buat salah terhadap mereka, dan ini menghibur hatinya
tatkala mereka membencinya dengan sangat mendalam.
Dan dia berdoa agar hal ini dapat melindungi dia. Ini
menunjukkan bahwa dia tidak berani berharap banyak
untuk selamat jika dia tidak terus hidup dalam ketulus-
an dan kejujurannya. Dia yakin pasti selamat saat dia
terus jujur dan tulus. Ketulusan hati akan menjadi ke-
amanan kita yang terbaik pada masa-masa buruk. Ke-
tulusan dan kejujuran akan memelihara manusia lebih
daripada apa yang dapat diperbuat oleh kekayaan dan
kehormatan duniawi. Hal-hal tersebut akan memelihara
kita ke dalam Kerajaan Sorga. Oleh sebab itu, kita ha-
rus berdoa kepada Allah meminta Dia memelihara kita
untuk tetap ada dalam ketulusan dan kejujuran, dan
kita bisa yakin bahwa ketulusan itu akan membuat kita
terpelihara.
2. Untuk jemaat Allah (ay. 22): Ya Allah, bebaskanlah orang Israel
dari segala kesesakannya. Daud sendiri sekarang sedang da-
lam kesusahan, namun ia tidak menganggapnya aneh, sebab
kesusahan sudah merupakan bagian dari semua umat Israel
kepunyaan Allah. Mengapa satu anggota saja harus lebih ber-
untung daripada seluruh tubuh? Permasalahan-permasalahan
Daud bertambah besar, dan dia sangat bersungguh-sungguh
memohon kepada Allah untuk membebaskannya, namun ia
tidak lupa pada kesusahan jemaat Allah. Demikianlah, saat
kita begitu sibuk dengan urusan kita sendiri di hadapan takh-
ta anugerah, kita harus tetap ingat untuk berdoa bagi orang-
Kitab Mazmur 25:15-22
341
orang lain juga. Orang-orang baik tidak begitu merasa terhibur
dengan keamanan mereka sendiri bila gereja sedang dalam
kesusahan dan bahaya. Doa ini merupakan sebuah nubuatan,
bahwa Allah pada akhirnya akan memberi Daud ketenangan,
dan bersamaan dengan itu pula akan memberi Israel kete-
nangan dari semua musuh yang ada di sekeliling mereka. Ini
merupakan nubuatan tentang diutusnya Sang Mesias pada
waktu yang tepat untuk membebaskan Israel dari segala kesa-
lahannya (130:8) dan dengan demikian membebaskan mereka
dari segala kesusahan mereka. Ini juga merujuk pada kebaha-
giaan kehidupan yang akan datang. Di sorga, dan hanya di
sorga, umat Israel kepunyaan Allah akan dibebaskan secara
sempurna dari segala kesusahan.
PASAL 26
i dalam mazmur ini Daud yang saleh dengan sungguh hati
memberi dirinya sendiri untuk diuji, bukan oleh Allah dan nege-
rinya, tetapi oleh Allah dan hati nuraninya sendiri. Kepada Allah dan
hati nuraninya sendiri ia menyerukan supaya ketulusan hatinya di-
selidiki (ay. 1-2). Ia menyatakan bukti ketulusan hatinya itu, bahwa,
I. Perhatiannya selalu tertuju kepada Allah dan anugerah-Nya
(ay. 3).
II. Kebenciannya yang mendalam terhadap dosa dan orang fa-
sik (ay. 4-5).
III. Kegemarannya yang tulus dan ketaatannya terhadap kete-
tapan-ketetapan Allah (ay. 6-8). Setelah dapat membuktikan
ketulusan hatinya,
1. Dia pun mencela malapetaka yang akan menimpa orang-
orang jahat (ay. 9-10).
2. Dia berserah diri di bawah belas kasihan dan anugerah
Allah, dengan tekad untuk selalu menjaga teguh ketulus-
an hatinya dan pengharapannya di dalam Allah (ay. 11-
12).
Saat menyanyikan mazmur ini kita harus mengajar dan memper-
ingatkan diri kita sendiri serta satu sama lain mengenai kita ini ha-
rus menjadi seperti apa dan apa yang harus kita perbuat supaya kita
boleh mendapatkan perkenan Allah dan ada damai dalam hati nurani
kita sendiri, agar kita menjadi tenang. Inilah yang dilakukan Daud,
dan kita bisa seperti dia bila kita mampu berkata bahwa melalui
anugerah kita telah memenuhi hal-hal di atas tadi dalam segala hal.
Dalam pendapatnya mengenai mazmur ini, cendekiawan Amyraldus
mengemukakan bahwa di sini, melalui Roh nubuatan, Daud mem-
D
344
bicarakan dirinya sebagai gambaran dari Kristus. Kristus disebutnya
sebagai tanpa cacat cela, benar-benar tulus dalam segala hal. Dan,
hanya mengenai Dia sajalah kita dapat menyanyikan mazmur ini.
Kita menjadi sempurna di dalam dia.
Seruan-seruan yang Saleh
(26:1-5)
Dari Daud. 1 Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup
dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu. 2 Uji-
lah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. 3 Sebab
mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu. 4
Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak ber-
gaul; 5 aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat, dan dengan
orang fasik aku tidak duduk.
Ada kemungkinan Daud menggoreskan mazmur ini saat dia sedang
dikejar-kejar oleh Saul dan para pengikutnya. Orang-orang ini menu-
tup-nutupi murka mereka yang tidak adil dengan menggambar-gam-
barkan Daud sebagai seorang yang jahat. Mereka menuduhnya mela-
kukan banyak kejahatan dan pelanggaran berat dan mencemarkan
namanya supaya dapat menangkap dia. Walaupun bisa menjadi pe-
lindung, ketidakbersalahan itu sendiri tidaklah dapat menjamin
nama seseorang untuk terhindar dari serangan fitnah. Di sini Daud
merupakan pelambang bagi Kristus, yang dijadikan cela oleh manu-
sia dan yang memberitahukan semua pengikut-Nya bahwa mereka
pun nantinya akan menghadapi banyak sekali tuduhan palsu yang
jahat. Kini lihatlah apa yang dilakukan Daud dalam perkara ini.
I. Dia memohon keadilan Allah (ay. 1): Berilah keadilan kepadaku,
ya Allah! Jadilah Hakim antara aku dan para penuduhku, antara
si penganiaya dengan si tahanan yang malang ini. Bawalah aku
keluar dari perkara ini dengan cara terhormat dan permalukanlah
orang-orang yang telah mengajukan tuduhan palsu melawanku
itu. Saul, yang merupakan hakim tertinggi di Israel, kini menjadi
lawannya, sehingga dalam pertentangan melawan dia, Daud tidak
bisa meminta pembelaan dari siapa pun kecuali dari Allah saja.
Mengenai segala kesalahannya terhadap Allah, Daud berdoa me-
minta belas kasihan Allah, Tuhan, janganlah beperkara dengan
hamba-Mu ini (143:2), pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kau-
ingat (25:7). Akan tetapi, mengenai segala kesalahannya terhadap
Kitab Mazmur 26:1-5
345
Saul, ia memohon keadilan Allah dan meminta Allah menjadi ha-
kimnya (43:1). Atau begini: dia tidak bisa membenarkan dirinya
sendiri melawan tuduhan-tuduhan dosa. Dia mengakui bahwa
pelanggarannya besar dan dia pasti sudah celaka seandainya saja
Allah yang Maha pengampun mengampuninya. Akan tetapi, dia
dapat membenarkan dirinya sendiri melawan tuduhan bahwa dia
munafik, dan sebab itu dia merasa beralasan untuk berharap
bahwa dia yaitu salah satu dari orang-orang yang layak menan-
ti-nantikan kebaikan Allah, berdasarkan ketentuan kovenan anu-
gerah. Begitulah, Ayub yang saleh itu sering kali mengakui bahwa
dia telah berdosa, namun ia tetap bersikartikel h untuk memperta-
hankan ketulusan hatinya. Perhatikanlah, orang-orang yang kena
fitnah bolehlah merasa terhibur bahwa ada Allah yang adil, yang
cepat atau lambat pasti akan membela ketidakbersalahan mereka.
Hal ini juga memberi penghiburan bagi semua orang yang tulus
dalam beragama, sebab Allah sendiri akan menjadi saksi atas ke-
tulusan mereka itu.
II. Dia berserah kepada pengujian saksama dari Allah (ay. 2): Ujilah
aku, ya TUHAN, dan cobalah aku, seperti emas yang diuji kelayak-
an kadarnya. Allah mengenal perangai asli masing-masing manu-
sia, sebab Dia mengetahui pikiran dan maksud hati mereka dan
tidak ada yang bisa disembunyikan dari-Nya. Daud berdoa, Tu-
han, ujilah aku. Doanya ini mengartikan bahwa dia senang Allah
sungguh mengenalnya, dan dia benar-benar ingin agar Allah
membukakan siapa dirinya yang sebenarnya, baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi seluruh dunia. Begitu tulusnya dia dalam
pengabdiannya kepada Allah dan dalam kesetiaannya terhadap
sang raja (tetapi dia dituduh hanya berpura-pura saja) sampai ra-
sanya dia ingin memiliki jendela di hatinya agar setiap orang da-
pat mengintip ke dalam sana.
III. Dengan sepenuh hati dia membela ketulusannya (ay. 1): Aku
telah hidup dalam ketulusan. Perilakartikel sejalan dengan pengaku-
anku, dan keduanya bersesuaian tak terpisahkan. Percuma saja
kita membual mengenai ketulusan kita kalau kita tidak menun-
jukkan bahwa oleh anugerah Allah kita benar-benar telah hidup
dalam ketulusan. Percuma saja jika perilaku kita di dunia ini
tidak seperti apa adanya dan tulus dalam kesalehan. Di sini dia
346
mengemukakan beberapa bukti ketulusannya, yang mendorong-
nya untuk mempercayai Tuhan sebagai Hakimnya yang adil, yang
akan melindungi dan membela perkaranya yang benar. Dia pun
sangat yakin bahwa nama baiknya akan pulih (dengan tidak ragu-
ragu), dan bahwa orang-orang yang bersekongkol untuk meng-
hempaskan dia dari kedudukannya yang tinggi, mengguncangkan
imannya dan mencemarkan nama baiknya serta mencegahnya
naik takhta, tidak akan berhasil (62:5). Orang-orang yang tulus
dalam beragama dapat percaya kepada Allah bahwa mereka tidak
akan tergelincir, yaitu, mereka tidak akan murtad dari agama me-
reka.
1. Dia selalu mengarahkan pandangannya kepada Allah dan anu-
gerah-Nya (ay. 3).
(1) Dia menjadikan kebaikan Allah sebagai tujuan dan kebaik-
an utama yang dicarinya: Mataku tertuju pada kasih setia-
Mu. Inilah yang akan menjadi bukti kuat dari ketulusan
kita, yaitu jika apa yang kita perbuat dalam beragama dida-
sari oleh kasih kepada Allah dan iman bahwa Dia yaitu
sahabat dan pelindung yang terbaik. Bukti kuat lainnya
lagi yaitu bahwa hati kita penuh dengan rasa terima ka-
sih atas kebaikan Allah yang istimewa kepada kita, yang
telah kita nikmati sepanjang hidup kita. Jika menempatkan
kasih setia Allah sebagai sebuah pola yang harus kita ikuti,
dengan rajin berbuat baik, dalam kebaikan-Nya (1Ptr. 3:13),
dan jika kita mau melakukan hal ini sebagai kewajiban kita
serta bersikap waspada untuk tidak melakukan apa pun
yang bisa membuat kita kehilangan segala kebaikan Allah
dan tetap hidup dalam kasih-Nya, maka semuanya ini bu-
kan saja akan menjadi bukti kuat mengenai ketulusan kita,
tetapi juga akan menjaga kita untuk tetap tekun dalam se-
muanya itu.
(2) Daud menguasai dirinya dengan firman Allah sebagai pe-
doman hidupnya: Aku hidup dalam kebenaran-Mu, yaitu
sesuai dengan hartikel m-Mu, sebab hartikel m-Mu yaitu kebe-
naran. Perhatikanlah, hanya orang-orang yang hidup da-
lam kebenaran Allah dan hartikel m-hartikel m-Nya yang berda-
sarkan kebenaran itu sajalah yang boleh mengharapkan
berkat dari kasih setia Allah. Sebagian orang memahami
Kitab Mazmur 26:1-5
347
perkataan ini sebagai ketaatan Daud dalam meneladani
Allah dalam hal kebenaran dan kesetiaan, seperti halnya ia
meneladani-Nya dalam hal kebaikan dan kasih setia. Siapa
yang mengikuti Allah sebagai anak-anak terkasih, dia pasti
hidup benar.
2. Daud tidak terlibat dengan segala pekerjaan kegelapan yang
sia-sia, juga dengan orang-orang yang melakukan semua pe-
kerjaan itu (ay. 4-5). Dengan ini, tampaklah bahwa dia benar-
benar setia kepada rajanya, sebab dia tidak pernah berurusan
dengan orang-orang yang tidak senang dengan pemerintahan
raja, yaitu orang-orang dursila yang menghina dia (1Sam.
10:27). Dia bukanlah salah satu di antara komplotan mereka,
juga tidak pernah bergabung dalam tipu muslihat mereka. Dia
tidak pernah mengutuk sang raja, bahkan tidak juga di dalam
hatinya. Ini juga merupakan bukti kesetiaannya terhadap
Allah, yaitu bahwa dia tidak pernah terkait dengan siapa pun
yang ia anggap tidak peduli terhadap agama, atau yang terang-
terangan memusuhi atau berpura-pura memihak kepentingan
agama. Perhatikanlah, kehati-hatian dalam menghindari per-
gaulan buruk merupakan bukti kuat ketulusan kita, sekaligus
juga menjadi sarana yang amat baik untuk menjaga kita dari
pengaruh buruknya.
Kini perhatikanlah di sini:
(1) Tekad kuatnya itu berkaitan dengan kehati-hatian yang te-
lah ia jalankan selama ini mengenai perkara tersebut, dan
yang akan tetap ia laksanakan untuk seterusnya: Aku
tidak duduk dengan mereka, dan dengan mereka aku tidak
bergaul. Perhatikanlah, segala perbuatan baik kita selama
hidup kita membuktikan ketulusan kita bila semua per-
buatan itu disertai dengan tekad di dalam kekuatan Allah
untuk terus menjalankannya sampai pada kesudahannya,
dan tidak pernah mundur. Hati kita akan tenang bila kita
bertekad untuk terus melakukan perbuatan baik kita itu.
(2) Daud bukan saja menolak untuk bergaul dengan orang
fasik, tetapi juga dengan para penipu yang begitu men-
dewa-dewakan kesenangan dan pesta pora dan tak pernah
bersungguh-sungguh dengan kehidupan mereka. Diban-
dingkan dengan orang fasik, pergaulan dengan para penipu
348
mungkin lebih berbahaya bagi orang baik-baik, sebab dia
tidak akan begitu siap menjaga diri supaya tidak tertular
dengan kesia-siaan mereka yang tidak tampak. Sebaliknya,
mungkin lebih mudah bagi seorang baik-baik untuk men-
jaga diri supaya tidak tertular oleh seorang fasik yang keja-
hatannya langsung kelihatan.
(3) Pergaulan dengan orang-orang munafik juga sama memba-
hayakannya dan harus diwaspadai supaya tidak mence-
mari hikmat dan kesalehan. Orang-orang yang berbuat ja-
hat menjerat korbannya dengan persahabatan palsu. Saat
mereka berkata manis kepadamu, janganlah percaya ke-
pada mereka.
(4) Meskipun terkadang dia tidak bisa menghindar dari orang-
orang jahat di sekelilingnya, namun dia tidak mau bergaul
dengan mereka. Dia tidak sudi memilih mereka sebagai
temannya ataupun mencari-cari kesempatan untuk menge-
nal dan bergaul dengan mereka. Dia bisa saja beramah-
tamah dengan mereka, namun dia tidak akan sengaja ber-
gaul dengan mereka. Atau, jika dia kebetulan ada bersama-
sama dengan mereka, dia tidak akan duduk-duduk dengan
mereka, tidak akan berlama-lama di dekat mereka. Dia
hanya berada di sekitar mereka seperlunya saja. Dia tidak
akan sepaham dengan perkataan maupun perbuatan mere-
ka, sebagaimana mereka yang duduk dalam kumpulan
orang pencemooh (1:1). Dia tidak akan duduk membuat
rencana bersama mereka mengenai cara atau sarana dalam
melakukan kejahatan, ataupun duduk bersama mereka
untuk menghakimi angkatan yang benar.
(5) Bukan hanya dalam tindakan kita harus menghindari per-
gaulan dengan orang jahat, tetapi juga dalam tekad dan pe-
rasaan kita harus membencinya. Di sini Daud bukan saja
berkata, Aku telah menghindari semua itu, tetapi juga,
Aku benci semua itu (139:21).
(6) Perkumpulan orang yang berbuat jahat, komplotan atau
persekongkolan mereka, menjadi sebuah hal yang secara
khusus dibenci oleh orang-orang benar. Aku membenci
ecclesiam malignantium jemaat orang-orang jahat, begitu-
lah yang dikatakan dalam bahasa Latin sehari-hari. Seba-
gaimana orang-orang benar saat bersatu menjadi lebih baik
Kitab Mazmur 26:6-12
349
lagi dan dimampukan untuk berbuat lebih banyak kebaik-
an, demikian pula dengan orang-orang jahat, bila berga-
bung, mereka pun menjadi lebih jahat lagi dan melakukan
lebih banyak kejahatan. Di dalam semuanya ini Daud me-
lambangkan Kristus. Sekalipun menerima para pendosa
dan makan bersama dengan mereka untuk mengarahkan
mereka supaya berbuat baik, Kristus tetap kudus, tidak
ternoda atau tercemar, dan tetap terpisah dari pada pen-
dosa, terutama dari kaum Farisi, orang-orang munafik itu.
Daud juga merupakan teladan bagi orang-orang Kristen,
yaitu saat mereka menyatukan diri mereka kepada Kristus,
untuk memberi diri supaya diselamatkan dari angkatan
yang jahat ini (Kis. 2:40).
Kesukaan akan Ketetapan-ketetapan Ilahi
(26:6-12)
6 Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah, lalu berjalan mengelilingi
mezbah-Mu, ya TUHAN, 7 sambil memperdengarkan nyanyian syartikel r dengan
nyaring, dan menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib. 8 TUHAN, aku
cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersema-
yam. 9 Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa, atau
hidupku bersama-sama orang penumpah darah, 10 yang pada tangannya me-
lekat perbuatan mesum, dan yang tangan kanannya menerima suapan. 11
Tetapi aku ini hidup dalam ketulusan; bebaskanlah aku dan kasihanilah
aku. 12 Kakiku berdiri di tanah yang rata; aku mau memuji TUHAN dalam je-
maah.
Dalam ayat-ayat di atas,
I. Untuk menambah bukti mengenai ketulusannya, Daud menye-
butkan betapa dengan tulus ia sangat mengasihi ketetapan-kete-
tapan Allah dan sungguh-sungguh memeliharanya, dan betapa
hatinya bersuka dengan semua ketetapan itu. Orang-orang muna-
fik dan para penipu mungkin saja didapati sedang menjalankan
ketetapan-ketetapan Allah, seperti orang Farisi sombong itu, yang
datang ke Bait Allah untuk berdoa bersama-sama dengan seorang
pemungut cukai yang sudah bertobat. Akan tetapi, tanda ketulus-
an yang sejati yaitu jika kita menaati ketetapan-ketetapan Allah
sebagaimana yang dituturkan Daud di sini (ay. 6-8).
350
1. Dia begitu berhati-hati dan mawas diri di dalam persiapannya
untuk menjalankan ketetapan-ketetapan yang kudus: Aku
membasuh tanganku tanda tak bersalah. Dia tidak saja men-
jauhi diri dari perkumpulan para pendosa, tetapi juga menjaga
dirinya supaya tetap bersih dari kecemaran dosa. Dan hal ini
dilakukannya dengan mata tetap terarah ke Mezbah Allah tem-
pat dia berkumpul bersama jemaat lain. Aku akan membasuh
diri, dan dalam keadaan seperti itulah aku hendak mengham-
piri mezbah, sebab aku tahu aku tidak akan diterima jika
tidak membasuh diriku terlebih dahulu. Ini seperti yang dise-
but dalam 1 Korintus 11:28, hendaklah tiap-tiap orang meng-
uji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan, supaya de-
ngan begitu setiap orang harus bersiap. Hal ini menunjukkan,
(1) Persiapan yang sudah menjadi kebiasaan: Aku membasuh
tanganku tanda tak bersalah. Aku akan berhati-hati men-
jaga diriku dari segala dosa dan mempertahankan kesucian
hati nuraniku dari segala perbuatan jahat yang dapat men-
cemarinya dan yang dapat menghalangiku untuk mendekat
kepada Allah (24:3-4).
(2) Persiapan dengan tindakan nyata. Perkataan Daud itu me-
nunjuk pada tata cara pembasuhan tangan yang dilakukan
para imam saat mereka hendak masuk ke dalam Bait Allah
untuk bertugas (Kel. 30:20-21). Meskipun Daud bukan se-
orang imam, tetapi, sebagaimana yang harus dilakukan
oleh setiap penyembah, ia memperhatikan maksud utama
dari upacara itu. Para imam itu hanya melakukan bayang-
bayangnya saja. Untuk bersungguh-sungguh menyiapkan
diri kita untuk mengikuti ibadah-ibadah yang benar, kita
harus membersihkan diri dari dosa ketidaksetiaan atau
kemunafikan, dan menyatakan ketidakbersalahan kita dari
semua dosa itu (yang dilambangkan dengan membasuh ta-
ngan [Ul. 21:6]). Dan bukan itu saja, kita juga harus ber-
usaha untuk membersihkan diri dari pelanggaran yang
mungkin masih tersisa, dengan memperbaharui pertobatan
kita dan menyegarkan hati nurani kita kembali dengan
darah Kristus, untuk menyucikan dan mendamaikannya.
Orang yang telah membasuh diri (yaitu, telah dibenarkan)
masih perlu membasuh kakinya (Yoh. 13:10), membasuh
tangannya, sebagai tanda tidak bersalah. Orang yang telah
Kitab Mazmur 26:6-12
351
bertobat menjadi pene innocens hampir tidak bersalah.
Dan orang yang telah diampuni berarti tidak bersalah lagi
saat itu, dan dosa-dosanya tidak akan dituduhkan ke-
padanya.
2. Dia begitu tekun dan bersungguh-sungguh dalam menjalan-
kan ketetapan-ketetapan itu: Aku berjalan mengelilingi mez-
bah-Mu. Hal ini menggambarkan kebiasaan para imam yang
berjalan mengelilingi mezbah saat korban persembahan tengah
dipersembahkan, dan mungkin juga orang-orang yang mem-
persembahkan korban ikut melakukan itu dari kejauhan, un-
tuk menandakan rasa hormat terhadap apa yang sedang ber-
langsung dan juga sebagai tanda ketaatan dalam beribadah.
Aku akan berjalan mengelilinginya. Aku akan berada di antara
kumpulan orang yang mengelilinginya, di antara kerumunan
mereka. Daud, seorang yang terhormat, seorang yang berha-
sil, seorang pejuang perang, tidak merasa terlalu tinggi untuk
menghampiri mezbah Allah bersama-sama dengan orang ba-
nyak, dan selalu menyediakan waktu untuk melakukannya.
Perhatikanlah:
(1) Semua umat Allah haruslah melayani di mezbah Allah, da-
lam ketaatan akan perintah-Nya dan dengan harapan un-
tuk menyenangkan hati-Nya. Kristus yaitu mezbah kita,
yang tidak seperti mezbah di gereja orang Yahudi yang ha-
rus diberi makan oleh mereka. Dia yaitu altar yang dari-
nya kita justru makan dan memiliki kehidupan (Ibr. 13:10).
(2) Menyenangkan sekali melihat mezbah Allah dikelilingi oleh
banyak orang dan kita sendiri juga ada di antara mereka.
3. Dalam segenap ketaatannya terhadap ketetapan-ketetapan
Allah, tujuan utama Daud yaitu memuliakan Allah dan se-
lalu memuji dan memuja-Nya dengan rasa syartikel r. Dia me-
mandang tempat penyembahan sebagai tempat di mana ke-
muliaan Allah bersemayam (ay. 8), sehingga dia bertekun di
dalamnya untuk menghormati Allah dan memberi-Nya kemu-
liaan yang layak dilayangkan bagi nama-Nya, untuk memper-
dengarkan nyanyian syartikel rnya dengan nyaring atas segala
perbuatan Allah yang ajaib. Perbuatan-perbuatan Allah yang
penuh anugerah, yang layak untuk disyartikel ri, semuanya me-
rupakan perbuatan yang ajaib, yang layak kita kagumi. Kita
352
harus memperdengarkan dan menceritakan semuanya itu
demi kemuliaan-Nya dan juga supaya orang lain tergerak un-
tuk memuji-Nya. Kita harus melakukannya dengan nyanyian
syartikel r sebagaimana orang-orang yang sadar akan kewajiban
mereka, dengan segala cara, untuk mengakui dengan penuh
rasa syartikel r segala kebaikan yang telah kita terima dari Allah.
4. Dia melakukan semua itu dengan sukacita, didasari oleh kasih
sejati terhadap Allah dan segala ketetapan-Nya. Dengan me-
nyinggung semuanya itu, ia pun berseru kepada Allah: Tuhan,
Engkau tahu betapa aku cinta pada rumah kediaman-Mu (ay.
8), kemah suci di mana Engkau berkenan untuk menyatakan
hadirat-Mu di antara umat-Mu dan menerima penghormatan
dari mereka, tempat kemuliaan-Mu bersemayam. sebab peng-
aniayaan, terkadang Daud terpaksa harus melarikan diri ke
negeri-negeri yang penuh dengan para penyembah berhala, se-
hingga ia tidak dapat menghadiri mezbah Allah, dan mungkin
saja para penganiayanya, yang menghalangi ibadahnya itu,
justru menuduhkan semua itu sebagai kejahatannya (1Sam.
20:27). Tetapi, Tuhan, katanya, sekalipun aku tidak dapat
datang ke rumah kediaman-Mu, aku tetap mengasihinya. Hati-
ku ada di sana, dan aku sangat bersusah hati sebab tidak
hadir di sana. Perhatikanlah, semua orang yang benar-benar
mengasihi Allah juga akan bersungguh-sungguh mengasihi
ketetapan-ketetapan-Nya, sebab di dalam ketetapan-ketetapan
itulah Dia menyatakan kehormatan-Nya dan mereka memiliki
kesempatan untuk menghormati-Nya. Tuhan kita Yesus me-
ngasihi kehormatan Bapa-Nya dan giat memuliakan-Nya. Dia
cinta akan rumah kediaman-Nya, jemaat-Nya di antara umat
manusia, mengasihinya dan memberikan nyawa-Nya baginya,
supaya Dia dapat membangun dan menguduskannya. Orang-
orang yang gemar bersekutu dengan Allah dan suka meng-
hampiri-Nya akan mendapati rumah kediaman-Nya sebagai
kesukaan yang sejati, bukti yang menyenangkan mengenai ke-
tulusan mereka, dan kebahagiaan mereka yang tidak ada ha-
bis-habisnya.
II. Setelah mengemukakan bukti-bukti ketulusan hatinya, Daud pun
berdoa dengan sungguh-sungguh, dengan iman yang penuh ke-
rendahan hati terhadap Allah (seperti yang dimiliki oleh orang-
Kitab Mazmur 26:6-12
353
orang yang hatinya tidak menghakimi mereka), supaya dia tidak
jatuh ke dalam bencana yang akan menimpa orang jahat (ay. 9-
10). Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa.
Di sini,
1. Daud menggambarkan bagaimana dia melihat keadaan para
pendosa itu. Teramat menyengsarakan. Begitu nestapanya
sampai-sampai dia bahkan tidak sanggup menghendaki mu-
suh terburuknya pun ada dalam keadaan seperti itu. Mereka
yaitu penumpah darah, yang selalu haus darah dan tertindih
dengan dosa berdarah. Mereka melakukan kekejian, dan keke-
jaman selalu melumuri tangan mereka. Meskipun mereka da-
pat meloloskan diri dari kejahatan mereka itu (sebab tangan
kanan mereka menerima suapan yang mereka terima untuk
memutarbalikkan keadilan), akan tetapi hal itu tidak akan
membuat perkara mereka menjadi lebih baik, sebab apa guna-
nya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nya-
wanya?
2. Dia takut terseret bersama-sama dengan mereka. Dia tidak
pernah menyukai mereka ataupun berurusan dengan mereka
di dunia ini. sebab itu, dengan penuh iman ia bisa berdoa su-
paya dia tidak bersama-sama dengan orang-orang itu di dunia
yang lain. Jiwa-jiwa kita sebentar lagi akan dikumpulkan un-
tuk kembali kepada Allah, yang telah mengaruniakan semua
itu dan akan menariknya kembali (Ayb. 34:14). Jadi, kita ha-
rus peduli apakah jiwa kita nantinya akan dikumpulkan ber-
sama-sama dengan orang-orang kudus ataukah dengan para
pendosa, apakah akan dibungkus dalam bungkusan tempat
orang-orang hidup pada TUHAN untuk selamanya (1Sam.
25:29), ataukah diikat di dalam berkas-berkas lalang yang
akan dibakar (Mat. 13:30). Kematian akan menyatukan kita
dengan orang-orang yang serupa dengan kita, yang bergaul
dengan kita selama kita hidup, yang kita pilih sebagai teman,
dan dengan siapa kita memilih untuk ambil bagian. Kepada
merekalah kematian akan mengumpulkan kita, dan bersama
merekalah kita harus menanggung bagian kita untuk selama-
lamanya. Bileam hendak mati sebagai orang benar, sedangkan
Daud takut mati sebagai orang jahat. Jadi, keduanya memiliki
pikiran yang sama. Dan, jika kita begitu juga dan menjalan-
kannya, maka kita akan berbahagia selamanya. Orang-orang
354
yang tidak mau berkumpul dengan para pendosa dalam hura-
hura mereka dan tidak ikut menikmati kesenangan mereka,
dapat berdoa dengan penuh iman bahwa mereka tidak akan
menyertai orang-orang seperti itu di dalam kesengsaraan me-
reka, dan tidak akan minum dari cawan mereka, yaitu cawan
yang membuat gigi mereka bergemeretak.
III. Daud, dalam keyakinan dan kerendahan hati yang kudus, menye-
rahkan dirinya ke dalam anugerah Allah (ay. 11-12).
1. Dia berjanji bahwa dengan anugerah Allah dia akan selalu
melaksanakan tugasnya dengan setia: Tetapi aku ini, apa pun
yang diperbuat orang lain, aku akan tetap hidup dalam ketu-
lusan. Perhatikanlah, saat hati nurani kita bersaksi bahwa
kita telah hidup dalam ketulusan, dan kesaksian itu mene-
nangkan hati kita, maka hal itu seharusnya meneguhkan kita
untuk tetap setia berlaku seperti itu.
2. Dia berdoa meminta anugerah ilahi untuk memampukannya
berlaku seperti itu, dan juga untuk memberinya penghiburan:
Bebaskanlah aku dari cengkeraman tangan para musuhku
dan kasihanilah aku, baik pada waktu hidup maupun saat aku
mati. Sekalipun kita harus yakin mengenai ketulusan hati
kita, kita masih tetap harus mengandalkan belas kasihan
Allah dan penebusan agung yang telah dikerjakan Kristus itu,
dengan berdoa meminta keduanya.
3. Dia bersuka atas keteguhannya: Kakiku berdiri di tanah yang
rata, di mana aku tidak akan tersandung ataupun terjatuh.
Ini dikatakannya sebagai seorang yang benar-benar telah ber-
tekad untuk hidup bagi Allah dan dalam kesalehan, dan tidak
akan goyah oleh godaan-godaan dunia ini. Hatinya tenang te-
guh di dalam Allah dan anugerah-Nya, dan dia tidak akan
terpengaruh oleh salib dan kesukaran dunia ini.
4. Dia menjanjikan kepada dirinya sendiri bahwa dia masih akan
mendapat kesempatan untuk memuji Tuhan, bahwa dia akan
selalu diperlengkapi dengan alasan untuk memuji Allah, dan
bahwa hatinya akan selalu melekat dalam puji-pujian itu. Se-
kalipun ia kini mungkin sedang dihalang-halangi untuk ber-
ibadah bersama-sama orang banyak, dia akan mendapatkan
lagi kesempatan untuk memuji Allah bersama-sama jemaat-
Nya. Siapa membenci perkumpulan orang jahat, akan diper-
Kitab Mazmur 26:6-12
355
satukan dengan perkumpulan orang benar. Ia akan bergabung
dengan mereka untuk memuji-muji Allah. Memang menye-
nangkan memuji-muji Allah dalam perkumpulan yang baik.
Lebih banyak orang berkumpul, lebih baik lagi. Lebih terasa
seperti di sorga.
PASAL 27
da yang berpendapat bahwa Daud menorehkan mazmur ini
sebelum dia naik takhta, pada saat dia masih bergelut dengan
segenap kesukarannya dan mungkin juga saat kematian orangtua-
nya. Akan tetapi, menurut keyakinan orang Yahudi, mazmur ini
dituliskan saat dia sudah tua, waktu dia diselamatkan secara ajaib
dari sabetan pedang sang raksasa, pada waktu Abisai menolongnya
(2Sam. 21:16-17). Saat itu rakyatnya pun memohon dengan sangat
supaya dia tidak pernah lagi mempertaruhkan nyawanya di medan
peperangan, kalau tidak padamlah pelita Israel. Tetapi, mungkin juga
mazmur ini tidak dituliskan untuk merenungkan suatu kejadian ter-
tentu, melainkan merupakan ungkapan rasa bakti dan sembah dari
jiwa-jiwa yang saleh kepada Allah, yang dipanjatkan di setiap waktu,
terutama di waktu-waktu kesesakan. Di sini terdapat,
I. Kebesaran hati dan keberanian kudus dari iman Daud (ay.
1-3).
II. Kepuasan yang diperolehnya melalui persekutuan dengan
Allah dan berkat yang dialaminya dalam persekutuan itu (ay.
4-6).
III. Hasratnya akan Allah, akan kebaikan dan anugerah-Nya (ay.
7-9, 11-12).
IV. Harapan-harapannya dari Allah dan dorongan yang dia beri-
kan kepada orang lain untuk berharap kepada-Nya juga (ay.
10, 13-14).
Semoga hati kita ikut tergugah seperti itu saat menyanyikan maz-
mur ini.
A
358
Keyakinan yang Saleh; Peneguhan di dalam Doa
(27:1-6)
Dari Daud. 1 TUHAN yaitu terangku dan keselamatanku, kepada siapakah
aku harus takut? TUHAN yaitu benteng hidupku, terhadap siapakah aku
harus gemetar? 2 saat penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan
dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang ter-
gelincir dan jatuh. 3 Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut
hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itu pun aku
tetap percaya. 4 Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini:
diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN
dan menikmati bait-Nya.5 Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada
waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-
Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu. 6 Maka sekarang tegaklah ke-
palaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau
mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan ber-
mazmur bagi TUHAN.
Kita bisa amati di sini,
I. Betapa dengan iman yang begitu hidup Daud menyerukan keme-
nangan di dalam Allah. Ia bersorak-sorai di dalam nama-Nya yang
kudus, dan akan bagian yang ia miliki di dalam Dia.
1. TUHAN yaitu terangku. Para pengikut Daud memanggilnya
sebagai pelita Israel (2Sam. 21:17, TL). Dan dia memang terang
yang bersinar menyala-nyala. Akan tetapi, dia mengakui bah-
wa dia bersinar layaknya bulan, dengan cahaya pinjaman.
Terang yang disinari Allah ke atas Daud terpantul ke atas
orang-orangnya: TUHAN yaitu terangku. Allah yaitu terang
bagi umat-Nya, untuk menunjukkan mereka jalan saat mereka
merasa ragu, untuk menghiburkan dan menyukakan hati me-
reka saat mereka berduka. Di dalam terang-Nyalah mereka
kini berjalan maju, dan di dalam terang-Nya juga mereka ber-
harap untuk melihat cahaya yang abadi.
2. Dia yaitu keselamatanku, di dalam Dia Aku aman dan oleh
Dia aku akan diselamatkan.
3. Dia yaitu benteng hidupku, bukan saja pelindung hidupku
yang selalu terancam, bukan saja telah menjaga aku dari usa-
ha pembunuhan, melainkan juga kekuatan bagi hidupku yang
rapuh dan lemah. Ia menopangku sehingga aku tidak menjadi
lesu, tenggelam, dan merana. Allah, yang merupakan terang
bagi orang percaya, yaitu benteng hidupnya. Bukan saja oleh
Dia, tetapi di dalam Dia orang percaya hidup dan bergerak.
Jadi, marilah kita menguatkan diri kita di dalam Allah saja.
Kitab Mazmur 27:1-6
359
II. Betapa dengan keberanian yang kartikel h dia meraih kemenangan
atas musuh-musuhnya. Tidak pernah ada keteguhan iman seperti
itu. Jika Allah di pihaknya, siapakah yang dapat melawannya? Ke-
pada siapakah aku harus takut? Terhadap siapakah aku harus
gemetar? Jika Yang Mahakuasa menjadi penjaganya, dia tidak
punya alasan untuk merasa gentar. Jika dia tahu bahwa dia di-
jaga oleh-Nya, dia tidak perlu merasa takut. Jika Allah menjadi
terangnya, tidak ada bayangan yang ditakutinya. Jika Allah ada-
lah keselamatannya, dia tidak takut pasukan apa pun. Dia me-
nyerukan kemenangan atas lawan-lawannya yang sudah dikalah-
kan (ay. 2). Musuh-musuhnya menyerang dia untuk memakan da-
gingnya, benar-benar mengincarnya dan merasa yakin akan dapat
menewaskannya, tetapi mereka jatuh. Bukan dia memartikel lnya
dan mereka pun jatuh, melainkan mereka sendirilah yang terge-
lincir dan jatuh. Mereka begitu kalut dan menjadi lemah sampai
tidak sanggup terus lagi dengan usaha mereka. Begitu pulalah
yang menimpa orang-orang yang datang untuk menangkap Kris-
tus. Mereka mundur dan jatuh ke tanah hanya dengan satu kata
yang keluar dari mulut-Nya (Yoh. 18:6). Kehancuran beberapa
musuh umat Allah merupakan pertanda akan kekalahan mutlak
yang akan mereka alami. Dan sebab itulah, setelah mereka terja-
tuh, Daud pun tidak takut lagi dengan sisanya: Meskipun jumlah
mereka amat banyak, pasukan yang besar, meskipun mereka be-
gitu gagah berani dan serangan-serangan mereka mematikan, se-
kalipun mereka berkemah mengepung aku, sebuah pasukan mela-
wan satu orang, sekalipun mereka mengobarkan peperangan me-
lawan aku, tidak takut hatiku. Pasukan bersenjata tidak akan
dapat melukai kita jika Tuhan semesta alam melindungi kita. Be-
gitulah, saat aku yakin Allah ada di pihakku, Aku menjadi per-
caya teguh.
Ada dua hal yang ia percayai di sini:
1. Bahwa dia akan aman. Jika Allah yaitu keselamatanku, Ia
akan melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya.
Dia akan membawaku keluar dari marabahaya dan memam-
pukanku untuk tidak takut terhadapnya. Allah tidak saja
akan menyediakan naungan bagi umat-Nya yang sedang ber-
ada dalam kesesakan (seperti yang Ia lakukan dalam Yeremia
36:26), Dia sendiri bahkan akan menjadi tempat persembunyi-
360
an bagi mereka (32:7). Pemeliharaan-Nya mampu menyelamat-
kan mereka. Setidaknya, kasih karunia-Nya akan membuat
mereka merasa tenang. Nama-Nya yaitu menara yang kuat,
yang ke dalamnya mereka dapat berlari masuk dengan iman
(Ams. 18:10). Dia menyembunyikan aku, bukan di kubu-kubu
gunung di En-gedi (1Sam. 24:1), melainkan dalam persembu-
nyian di kemah-Nya. Hadirat Allah yang penuh damai, kuasa-
Nya, janji-Nya, kesediaan-Nya dalam mendengarkan doa, ke-
saksian Roh-Nya di dalam hati umat-Nya semuanya ini me-
rupakan persembunyian di kemah-Nya, dan di dalam semua-
nya ini orang-orang kudus mendapatkan jaminan keselamatan
dan ketenangan pikiran di mana mereka dapat berdiam de-
ngan nyaman di dalamnya. Itulah yang mengangkat mereka ke
atas gunung batu yang tidak akan terperosok. Gunung batu
yang menjadi dasar teguh bagi pengharapan mereka. Bahkan,
mereka akan diangkat ke atas gunung batu yang tinggi, di
mana ombak yang menggulung dari lautan yang bergejolak
tidak akan dapat menyentuh mereka. Tempat itu merupakan
gunung batu yang terlalu tinggi bagi kita (61:3).
2. Bahwa dia akan berkemenangan (ay. 6): Maka sekarang te-
gaklah kepalaku mengatasi musuhku. Mereka bukan saja tidak
dapat melukaiku dengan anak panah mereka, tetapi aku bah-
kan ditinggikan untuk menguasai mereka. Dengan iman akan
janji Allah, di sini Daud sudah bersorak-sorai sebelum datang
kemenangan itu. Ia amat yakin akan mendapatkan kehormat-
annya dan sekaligus mahkotanya, seakan-akan ia sendiri su-
dah memakainya di kepalanya.
III. Dengan penuh kesungguhan ia berdoa agar dia bisa bersekutu te-
rus dengan Allah di dalam ibadah-ibadah kudus (ay. 4). Keyakin-
annya di dalam Allah bertambah-tambah sebab dia sadar betapa
ia sungguh mengasihi Allah dan ketetapan-ketetapan-Nya. Ia se-
makin yakin terhadap Allah sebab dia tahu betul dia sungguh-
sungguh menjalankan kewajiban ibadahnya kepada Allah dan
terus berusaha mengenal Allah dengan lebih dekat lagi. Jika hati
kita dapat bersaksi bahwa kita mengasihi Allah lebih dari segala-
nya, itu dapat mendorong kita untuk bergantung kepada-Nya. Ke-
saksian hati kita itu merupakan tanda bahwa kita termasuk seba-
gai salah satu dari orang-orang yang dilindungi-Nya sebagai kepu-
Kitab Mazmur 27:1-6
361
nyaan-Nya. Atau kita bisa menjelaskannya demikian: Daud ingin
berdiam di rumah Tuhan supaya di sana dia aman dari kepungan
para musuh. Saat mendapati dirinya dikelilingi oleh pasukan yang
mengancam nyawanya, dia tidak lantas berkata, Satu hal telah
kuminta, demi keselamatan nyawaku, agar pasukanku bertambah
banyak, atau supaya aku dapat menguasai kota itu atau benteng
ini, melainkan supaya aku dapat diam di rumah TUHAN, dan
aku akan baik-baik saja.
Perhatikanlah:
1. Apa yang diinginkannya diam di rumah Tuhan. Para imam
tinggal di pelataran rumah Allah, dan Daud berharap dia juga
merupakan salah satu dari mereka. Berbeda dengan sebagian
orang yang meremehkan hamba-hamba Allah, salah seorang
raja yang terhebat dan terbaik malah ingin ambil bagian di da-
lam jabatan itu dan tinggal di antara mereka. Atau lebih tepat
lagi, dia ingin supaya dia selalu tekun dan rajin menghadiri
ibadah bersama-sama orang Israel lainnya yang setia, sesuai
dengan kewajiban yang harus ditunaikan setiap hari. Dia rin-
du untuk melihat akhir dari peperangan yang kini tengah ia
geluti, bukan supaya dia dapat hidup dengan nyaman di da-
lam istananya, tetapi supaya dia bebas dan leluasa menghadiri
ibadah di pelataran Allah. Demikian jugalah Hizkia, anak
Daud yang sesungguh-sungguhnya, ingin kesehatannya pulih
bukan supaya dia dapat bangkit ke singgasana untuk meng-
hakimi, melainkan supaya dia dapat pergi ke rumah Tuhan
(Yes. 38:22). Perhatikanlah, semua anak-anak Allah ingin diam
di rumah Allah, sebab di mana lagi mereka harus tinggal? Di
sana mereka tidak menginap seperti seorang pelancong yang
hanya singgah semalam saja, atau untuk sementara waktu
seperti seorang hamba yang tidak selamanya tinggal di sebuah
rumah, melainkan untuk diam di sana seumur hidup mereka.
Sebab, di sanalah Sang Anak tinggal selamanya. Berharapkah
kita bahwa memuji-muji Allah itu merupakan berkat untuk
kekekalan kita? Tentu saja, jika kita mau memuji-muji Dia se-
panjang waktu hidup kita.
2. Betapa sungguh-sungguhnya dia menginginkan hal itu: Inilah
satu hal yang telah kuminta kepada Tuhan dan yang kuingini.
Jika dia hanya diberi kesempatan untuk meminta satu hal
362
saja kepada Allah, maka itulah yang dimintanya, sebab hanya
itulah yang ada di hatinya melebihi segalanya. Itulah sesuatu
yang baik yang diingininya. Dia memintanya kepada Tuhan
sebagai karunia dan tanda perkenan-Nya. Begitu keinginannya
sudah terpatri, bahwa inilah yang paling ia perlukan, dia pun
mencari-carinya. Dia terus mendoakannya dan berusaha se-
bisa mungkin supaya dia bisa memperoleh keleluasaan dan
kesempatan untuk diam di rumah Tuhan. Perhatikanlah,
orang-orang yang begitu menginginkan persekutuan dengan
Allah akan berusaha dengan tekun untuk selalu mencarinya
(Ams. 18:1).
3. Apa yang ada di dalam hatinya dengan keinginannya itu. Dia
ingin diam di rumah Allah bukan sebab banyaknya kesenang-
an yang tersedia di sana, dalam pesta-pesta persembahan kor-
ban, juga bukan sebab musik atau nyanyian merdu yang ada
di sana, melainkan untuk menyaksikan kemurahan TUHAN
dan menikmati bait-Nya. Dia ingin berada di pelataran Allah,
(1) Supaya dia dapat memperoleh kesenangan dalam mere-
nungkan tentang Allah. Dia tahu sesuatu mengenai kemu-
rahan Tuhan itu (KJV: keindahan Tuhan), ada sesuatu yang
sungguh luar biasa mengagumkan dan sempurna menge-
nai keberadaan ilahi itu. Kesucian-Nya yaitu perhiasan-
Nya (110:3), kebaikan-Nya merupakan keindahan-Nya (Za.
9:17). Keselarasan semua sifat-sifat-Nya itu merupakan
keindahan kodrat-Nya. Kita dapat memandang keindahan-
Nya itu dengan mata iman dan kasih yang kudus. Dan se-
makin kita memandang, semakin terasa menyenangkan
dan mengagumkan segala yang di dalamnya. Seperti apa
sebenarnya pemandangan keindahan atau kemurahan
Tuhan yang diidam-idamkan Daud itu? Yaitu, bila kita me-
renungkan keagungan Allah yang penuh kemuliaan itu de-
ngan pikiran khidmat dan kasih kudus yang menyala-nya-
la, serta menyukakan diri kita dengan tanda-tanda kasih-
Nya yang istimewa bagi kita. Dan semua bisa didapati di
dalam ketetapan-ketetapan-Nya, sebab di dalamnyalah Dia
menyatakan diri-Nya.
(2) Supaya dia dapat dipuaskan dengan bimbingan untuk me-
laksanakan kewajibannya. sebab itulah dia hendak menik-
Kitab Mazmur 27:1-6
363
mati bait Allah. Tuhan, apa yang Kauinginkan supaya aku
perbuat?
Demi kedua hal di atas itulah dia menginginkan satu hal,
yaitu berdiam di rumah Tuhan seumur hidupnya. Sebab, berba-
hagialah orang-orang yang melakukannya. Mereka akan terus-
menerus memuji-muji Dia (84:5), baik berbicara kepada-Nya
maupun mendengarkan-Nya. Sikap Maria yang duduk di kaki
Kristus untuk mendengarkan-Nya disebut Kristus sebagai satu
hal yang diperlukan, dan bagian yang terbaik.
4. Keuntungan apa yang ia incar dengan keinginannya itu. Jika
dia mendapat tempat di rumah Allah,
(1) Di sana dia pasti akan merasa tenang dan nyaman: di sana
kesusahan tidak akan menemukan dia, sebab dia akan
tersembunyi baik-baik. Di sana kesusahan tidak akan
mampu menggapainya, sebab dia akan diangkat tinggi-
tinggi (ay. 5). Yoas, salah seorang keturunan Daud, disem-
bunyikan di rumah Tuhan selama enam tahun, di sana dia
bukan saja terlindung dari pedang, tetapi juga dijagai hing-
ga mencapai takhta (2Raj. 11:3). Bait Suci dianggap tempat
yang aman bagi Nehemia untuk menyingkir (Neh. 6:10).
Akan tetapi, perlu diingat bahwa keselamatan orang-orang
percaya bukan terletak pada tembok-tembok Bait Suci, me-
lainkan di dalam Allah yang mendiami Bait Suci itu, dan
penghiburan mereka terletak di dalam persekutuan dengan
Dia.
(2) Di sana dia akan bergembira dan bersukaria: di sana dia
hendak mempersembahkan korban dengan sorak-sorai (ay.
6), sebab sukacita mengerjakan pekerjaan Allah yaitu im-
balan bagi kita. Di sanalah dia mau menyanyi dan bermaz-
mur bagi Tuhan. Perhatikanlah, apa yang menyenangkan
kita haruslah menjadi alasan untuk menaikkan puji-puji-
an. Dan, saat kita datang kepada Allah dalam ibadah suci,
kita harus datang dengan segala sukacita dan puji-pujian.
Kita harus bernyanyi bagi kemuliaan Allah, dan saat Allah
mengangkat kita melampaui musuh-musuh kita, kita ha-
ruslah meninggikan-Nya melalui puji-pujian. Tetapi syartikel r
bagi Allah, yang selalu membawa kami di jalan kemenang-
an-Nya (2Kor. 2:14).
364
Keyakinan akan Kebaikan Ilahi
(27:7-14)
7 Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawab-
lah aku! 8 Hatiku mengikuti firman-Mu: Carilah wajah-Ku; maka wajah-Mu
kucari, ya TUHAN. 9 Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, ja-
nganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku,
janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penye-
lamatku! 10 Sekalipun ayahku dan ibartikel meninggalkan aku, namun TUHAN
menyambut aku. 11 Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tun-
tunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seterartikel . 12 Janganlah menyerah-
kan aku kepada nafsu lawanku, sebab telah bangkit menyerang aku saksi-
saksi dusta, dan orang-orang yang bernafaskan kelaliman. 13 Sesungguhnya,
aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hi-
dup! 14 Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nanti-
kanlah TUHAN!
Dalam ayat-ayat di atas, Daud mengungkapkan,
I. Hasratnya terhadap Allah, melalui banyak permohonan. Jika ia
tidak bisa pergi ke rumah Tuhan, dia masih tetap dapat menemu-
kan cara untuk menghampiri takhta kasih karunia melalui doa, di
mana pun dia berada.
1. Dengan kerendahan hati dia berseru, sebab dia sungguh-
sungguh yakin bahwa dia akan didengarkan: Dengarlah kira-
nya, ya Tuhan, akan doaku, bukan hanya dengan segenap
hatiku sebagaimana orang yang begitu bersungguh-sungguh,
tetapi juga dengan seruanku. Dia juga meminta jawaban
damai sejahtera, yang dia nanti-nantikan bukan sebab jasa
yang telah dibuatnya, melainkan sebab kebaikan Allah: Ka-
sihanilah aku dan jawablah aku (ay. 7). Jika kita berdoa dan
percaya, Allah sungguh berkenan untuk mendengar dan men-
jawab kita.
2. Dia menyambut undangan Allah yang telah berbaik hati me-
manggilnya untuk melaksanakan kewajiban ini (ay. 8). Gega-
bah sekali jika kita menghampiri hadirat Raja dari segala raja
tanpa dipanggil oleh-Nya terlebih dahulu. Kita pun tidak akan
bisa mendekat dengan penuh keyakinan kecuali Dia mengulur-
kan tongkat emas-Nya kepada kita. sebab itulah, saat hen-
dak berdoa, Daud mengarahkan pikirannya kepada panggilan
yang diberikan Allah kepadanya untuk datang menghampiri
takhta kasih karunia-Nya, dan, seolah-olah, dengan penuh
hormat dia menyentuh ujung tongkat emas yang diulurkan ke-
Kitab Mazmur 27:7-14
365
padanya itu. Hatiku berkata kepada-Mu (begitulah teks aslinya
diawali) atau mengenai Engkau, Carilah wajah-Ku. Pertama-
tama dia merenung-renungkan panggilan Allah itu, dan kemu-
dian mengajarkan atau mengkhotbahkannya kembali kepada
dirinya sendiri (dan ini khotbah yang terbaik, yaitu mende-
ngarkan dua kali apa yang dikatakan Allah sekali): Engkau
berkata (begitulah bisa ditambahkan) Carilah wajah-Ku. Baru
setelah itu dia kembali lagi kepada apa yang telah ia renung-
kan dengan begitu sungguh-sungguh, melalui tekad yang ku-
dus, yaitu, wajah-Mu kucari, ya TUHAN.
Perhatikanlah di sini:
(1) Inti sejati dari penyembahan rohani, yaitu mencari wajah
Allah. Inilah yang merupakan perintah Allah: Carilah wa-
jah-Ku. Dia ingin supaya kita bersungguh-sungguh men-
cari-Nya dan menjadikan perkenan-Nya sebagai kebaikan
utama yang kita cari. Dan inilah tujuan dan hasrat dari
para orang kudus: Wajah-Mu kucari, ya TUHAN, dan aku
tidak akan puas sampai menemukannya. Tangan-Nya
yang terbuka berkenan mengenyangkan segala yang hidup
(145:16), tetapi hanya sinar wajah-Nyalah yang akan dapat
memuaskan hasrat jiwa yang hidup (4:6-7).
(2) Undangan manis dari Allah yang penuh kasih karunia un-
tuk menjalankan tugas ini: Engkau berkata, Carilah wajah-
Ku. Perkataan ini bukan hanya menyatakan izin, tetapi
juga perintah. Dan perintah-Nya supaya kita mencari me-
nyiratkan janji bahwa kita akan menemukan, sebab Ia
tidak akan tega untuk berkata, Carilah Aku dengan sia-sia.
Allah memanggil kita untuk mencari wajah-Nya di dalam
percakapan kita kepada dan dengan-Nya. Dia memanggil
kita melalui bisikan Roh-Nya kepada dan dengan roh kita,
supaya kita mencari wajah-Nya. Dia memanggil kita mela-
lui firman-Nya, melalui kesempatan yang Ia berikan kepada
kita untuk menyembah-Nya, dan melalui pemeliharaan-Nya
yang istimewa, penuh belas kasihan dan terkadang meli-
batkan kesukaran. Saat dengan bodohnya kita berpaling
kepada kesia-siaan, Allah, oleh sebab kasih-Nya kepada
kita, memanggil kita untuk mencari belas kasihan di dalam
diri-Nya.
366
(3) Kesiapan jiwa yang saleh untuk menanggapi undangan
yang manis itu. Panggilan itu dijawab dengan segera: Hati-
ku menjawab, wajah-Mu kucari, ya TUHAN. Panggilan itu
ditujukan bagi semua orang: Carilah wajah-Ku. Namun,
seperti halnya Daud, kita harus menerapkannya kepada
diri kita masing-masing, Aku akan mencarinya. Perkataan
itu tidak akan berguna bagi kita jika kita hanya menerus-
kannya kepada orang lain sementara kita sendiri tidak
menerima seruan tersebut. Panggilan itu berbunyi, Carilah
wajah-Ku, sedangkan jawabannya tegas, wajah-Mu kucari,
ya TUHAN, seperti dalam Yeremia 3:22, Inilah kami, kami
datang kepada-Mu. Hati yang saleh selalu siap menggaung-
kan panggilan dari Allah yang rahmani, sebab hati itu telah
dibuat bersedia pada hari yang telah ditentukan oleh kua-
sa-Nya.
3. Daud sangat terperinci dalam menyebut permohonan-permo-
honannya,
(1) Untuk mendapatkan perkenan Allah, supaya dia tidak
ditolak oleh Allah (ay. 9): Wajah-Mu kucari, ya TUHAN, da-
lam ketaatan akan perintah-Mu. sebab itu, Janganlah me-
nyembunyikan wajah-Mu kepadaku. Jangan pernah mem-
biarkan aku berkekurangan akan kebaikan-Mu yang meng-
hidupkan itu. Janganlah menolak hamba-Mu ini dengan
murka. Dia mengakui bahwa dia patut dimurkai oleh
Allah, tetapi dia meminta, Allah boleh menghajarnya, tetapi
jangan membuang dia dari hadirat-Nya. Sebab, berada di
luar hadirat Allah sama saja dengan neraka.
(2) Supaya hadirat Allah selalu bersamanya: Engkaulah per-
tolonganku selama ini, dan Engkau yaitu Allah penyela-
matku. sebab itu, ke mana lagi aku harus pergi selain
kepada-Mu? Janganlah membuang aku dan janganlah me-
ninggalkan aku. Janganlah menarik kembali kuat kuasa-
Mu dariku, sebab aku tidak berdaya tanpanya. Janganlah
mengambil tanda kehendak baik-Mu dariku, sebab aku
akan menjadi resah tanpanya.
(3) Untuk mendapatkan kebaikan bimbingan ilahi (ay. 11):
Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN! Buatlah aku
mengerti akan makna pemeliharaan-Mu bagiku dan jadi-
Kitab Mazmur 27:7-14
367
kan semuanya jelas di mataku. Buatlah aku mengerti akan
kewajibanku di dalam setiap perkara yang membuatku
ragu, supaya aku tidak melakukan kesalahan di dalamnya,
melainkan dapat berjalan lurus, dan supaya aku tidak me-
lakukannya dengan keragu-raguan, melainkan berjalan de-
ngan penuh keyakinan. Bukan cara, melainkan kejelasan
(yaitu kejujuran) yang akan mengarahkan dan memelihara
kita dalam melaksanakan kewajiban kita. Dia meminta su-
paya dia dituntun di jalan yang rata oleh sebab seterunya,
atau (sebagaimana disebutkan dalam tafsiran tambahan)
para pengintainya. Para seterunya mengamat-amati dia
supaya mereka dapat memperoleh kesempatan untuk me-
nyerangnya saat dia sedang lengah. Saul pun memandang
Daud dengan iri hati (1Sam. 18:9). Hal itu mendorong
Daud untuk berdoa, Tuhan, tuntunlah aku di jalan yang
rata, supaya mereka tidak akan mendapati sesuatu yang
buruk atau terlihat buruk yang dapat mereka pakai untuk
menuduhku.
(4) Supaya mendapatkan kebaikan perlindungan ilahi (ay. 12):
Janganlah menyerahkan aku kepada nafsu lawanku.
Tuhan, jangan biarkan mereka mendapatkan apa yang me-
reka cari, sebab mereka berikhtiar untuk mengincar nya-
waku, dan aku tidak dapat melindungi diriku sendiri dari
mereka, selain dengan kuasa yang Engkau miliki atas hati
nurani mereka. Sebab, telah bangkit menyerang aku saksi-
saksi dusta, yang menginginkan lebih dari nama baik atau
harta kekayaanku, sebab mereka bernafaskan kelaliman.
Mereka mengincar darah, darah yang sangat berharga, dan
mereka amat haus akan itu. Di sini, Daud melambangkan
Kristus, sebab saksi-saksi dusta bangkit melawan Dia, dan
mereka memang bernafaskan kelaliman. Akan tetapi, seka-
lipun Dia diserahkan ke dalam cengkeraman tangan jahat
mereka, Dia tidaklah diserahkan kepada nafsu mereka, se-
bab mereka tidak dapat mencegah Dia ditinggikan.
II. Dia mengungkapkan ketergantungannya kepada Allah,
1. Bahwa Dia akan menolong dan menyokongnya pada saat per-
tolongan dan sokongan lain mengecewakannya (ay. 10): Seka-
lipun ayahku dan ibartikel meninggalkan aku, yaitu kawan-kawan
368
yang paling dekat dan paling kukasihi di dunia ini, dari siapa
seharusnya aku mengharapkan dan layak mendapatkan kele-
gaan sepenuh-penuhnya, saat mereka meninggal, atau berada
jauh dariku, atau tidak mampu menolongku pada saat aku
membutuhkan, atau tidak bersikap baik dan tidak memeduli-
kanku serta tidak akan menolong aku, saat aku tidak berdaya
sebagimana seorang anak yatim piatu malang yang ditinggal-
kan tanpa ayah ibu, aku tetap tahu bahwa TUHAN menyambut
aku, seperti seekor domba malang yang tersesat digendong dan
diselamatkan dari kebinasaan. Dia biasanya datang menolong
orang-orang yang percaya kepada-Nya saat semua pertolongan
lain telah gagal, saat pertolongan-Nya benar-benar mendatang-
kan kemuliaan setinggi-tingginya bagi-Nya dan juga memberi
penghiburan sepenuh-penuhnya bagi mereka. Pada-Mu anak
piatu boleh mendapat belas kasihan. Janji ini telah sering dipe-
nuhi dengan saksama. Anak-anak yatim piatu yang diabaikan
telah banyak dipelihara di dalam Pemeliharaan ilahi yang
memberi mereka penghiburan dan kawan-kawan dengan cara
yang sama sekali tidak pernah diduga orang. Allah yaitu ka-
wan yang lebih baik dan lebih setia dibandingkan dengan
orangtua kita di dunia ini.
2. Bahwa pada waktu yang tepat ia akan melihat kebaikan Allah
dinyatakan (ay. 13). Dia percaya bahwa dia akan melihat ke-
baikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup. Jika tidak,
dia pasti sudah terbenam dalam kesukaran-kesukarannya.
Bahkan orang kudus yang tersaleh sekalipun tidak mustahil
merasa lemah saat kesukaran-kesukaran terus-menerus me-
nerjang. Roh mereka kelabakan, dan tubuh serta hati mereka
menjadi takut. Tetapi pada saat itulah iman menjadi andalan.
Iman mencegah mereka dari rasa putus asa saat memikul
beban berat. Iman terus mendorong mereka untuk tetap ber-
harap, berdoa, menanti, dan mengingatkan mereka akan ke-
baikan-kebaikan Allah dan membuat mereka tetap bersuka-
cita. Akan tetapi, keyakinan seperti apa yang menyokong Daud
sehingga dia tidak menjadi lemah? bahwa dia akan melihat
kebaikan TUHAN, yang saat itu terlihat begitu jauh darinya.
Orang-orang yang berjalan dengan iman akan kebaikan Tu-
han, pada waktunya akan berjalan di dalam pengharapan
Kitab Mazmur 27:7-14
369
untuk melihat kebaikan itu. Inilah yang diharapkan akan di-
lihat Daud di negeri orang-orang yang hidup, yaitu,
(1) Di dunia ini, dia akan menang melawan kesukaran-kesu-
karannya dan tidak akan binasa di dalam semua itu. Peng-
hiburannya bukan sebab dia akan melihat negeri orang-
orang yang hidup, melainkan sebab dia akan melihat
kebaikan Allah di tempat itu. Sebab, itulah penghiburan
sejati bagi jiwa yang saleh, penghiburan yang melebihi se-
gala penghiburan yang bisa dirasakan segala ciptaan.
(2) Di tanah Kanaan dan di Yerusalem, di mana para nabi
berada. Dibandingkan dengan orang-orang kafir yang tidak
mengenal Allah, tanah Israel dapat disebut sebagai negeri
orang-orang yang hidup. Di sanalah Allah dikenal, dan di
sana jugalah Daud berharap untuk melihat kebaikan-Nya
(2Sam. 15:25-26). Atau,
(3) Di sorga. Hanya sorga sajalah yang dapat benar-benar dise-
but sebagai negeri orang-orang yang hidup, di mana tidak
ada lagi kematian. Bumi ini merupakan negeri orang-orang
yang akan mati. Tidak ada apa pun yang dapat menguat-
kan kita sehingga tidak menjadi lemah di bawah tekanan
bencana di dunia saat ini selain daripada pengharapan
iman akan kehidupan yang kekal, yang di dalamnya kita
melihat kemuliaan dan merasakan kesenangan akan da-
tang.
3. Bahwa sementara itu, dia akan dikuatkan supaya mampu me-
mikul segenap bebannya (ay. 14). Apakah dia mengatakannya
kepada dirinya sendiri atau kepada kawan-kawannya, intinya
hanya satu. Inilah yang membesarkan hatinya: Dia akan me-
nguatkan hatimu, akan meneguhkan rohmu, dan rohmu itu
akan menahan segala kesukaran. Di dalam kekuatan itu,
(1) Tetaplah dekat kepada Allah dan setialah melakukan tu-
gasmu. Nantikanlah Tuhan dengan iman, dan doa, dan de-
ngan penyerahan diri kepada kehendak-Nya dengan penuh
kerendahan hati. Ya, nantikanlah TUHAN. Apa pun yang
kauperbuat, bertumbuhlah dalam mengikuti Allah.
(2) Teguhkanlah rohmu di tengah-tengah marabahaya dan ke-
sukaran yang besar: Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu.
Tabahkanlah hatimu dengan tetap mempercayai Allah.
370
Biarlah pikiranmu selalu terpusat kepada-Nya, dan jangan-
lah membiarkan apa pun juga membuatmu goyah. Orang-
orang yang menanti-nantikan Tuhan pasti berdiri teguh.
PASAL 28
agian awal mazmur ini berisi doa seorang pejuang kudus yang
sedang ada dalam kesesakan (ay. 1-3), yang ditambahi dengan
gambaran malapetaka yang akan menimpa musuh-musuh Allah yang
keji (ay. 4-5). Sedangkan bagian akhir mazmur ini merupakan ucap-
an syartikel r seorang kudus yang menang dan diselamatkan dari kese-
sakannya (ay. 6-8). Ditambahkan ke situ juga sebuah doa nubuatan
bagi semua umat Allah yang setia (ay. 9). sebab itu, sukar untuk
mengira-ngira dalam kondisi manakah dari kedua keadaan tersebut
Daud berada saat dia menuliskan mazmur ini. Beberapa orang ber-
pendapat bahwa saat itu dia sedang mengalami kesulitan dan men-
cari Allah, tetapi pada saat yang bersamaan dia juga bersiap untuk
memuji-Nya sebab keselamatan yang akan dia terima dari-Nya, dan
dengan iman dia mengucapkan syartikel r kepada-Nya atas hal itu, sebe-
lum keselamatan itu benar-benar terjadi. Sebagian orang lainnya lagi
berpikir bahwa saat menuliskan mazmur ini dia telah mengalami ke-
menangan, jadi sekarang dia mengingat dan mencatatkan doa-doa
yang telah dia panjatkan pada saat dia ada dalam kesulitan, demi ke-
baikan dirinya sendiri dan juga orang lain, sebab belas kasihan tera-
sa lebih manis saat tampil sebagai jawaban doa-doa.
Doa Memohon Keselamatan
(28:1-5)
Dari Daud. 1 Kepada-Mu, ya TUHAN, gunung batartikel , aku berseru, janganlah
berdiam diri terhadap aku, sebab, jika Engkau tetap membisu terhadap aku,
aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur. 2 Dengarkanlah
suara permohonanku, apabila aku berteriak kepada-Mu minta tolong, dan
mengangkat tanganku ke arah tempat-Mu yang maha kudus. 3 Janganlah
menyeret aku bersama-sama dengan orang fasik ataupun dengan orang yang
melakukan kejahatan, yang ramah dengan teman-temannya, tetapi yang
B
372
hatinya penuh kejahatan. 4 Ganjarilah mereka menurut perbuatan mereka
dan menurut kelakuan mereka yang jahat; ganjarilah mereka setimpal de-
ngan perbuatan tangan mereka, balaslah kepada mereka apa yang mereka
lakukan. 5 sebab mereka tidak mengindahkan pekerjaan TUHAN dan per-
buatan tangan-Nya; Ia akan menjatuhkan mereka dan tidak membangunkan
mereka lagi.
Dalam ayat-ayat di atas, Daud begitu sungguh-sungguh di dalam
doanya.
I. Dia berdoa supaya Allah berbelas kasihan dengan mendengar dan
menjawab-Nya, sebab dalam kesesakannya ia kini berseru ke-
pada-Nya (ay. 1-2). Perhatikan imannya di dalam doa itu: Ya
TUHAN, gunung batartikel , yang mencerminkan keyakinannya akan
kuasa Allah (Dia yaitu gunung batu) dan ketergantungannya
kepada kuasa itu: Dia yaitu gunung batu yang menjadi dasar
pengharapanku. Perhatikanlah kegigihannya dalam doa: Kepa-
da-Mu aku berseru. Ia bersungguh-sungguh seperti orang yang
mau tenggelam kalau tidak segera ditolong. Dan kini perhatikan-
lah betapa menuntutnya dia dalam meminta jawaban: Janganlah
berdiam diri terhadap aku, seperti seorang yang murka terhadap
doa-doaku (80:5). Tuhan, bicaralah kepadaku, jawablah aku
dengan kata-kata yang ramah dan yang menghiburkan (Za. 1:13).
Sekalipun hal yang kudoakan belum dikabulkan, tetapi biarlah
Allah menyampaikan perkataan sukacita dan kegembiraan kepa-
daku dan memampukanku untuk mendengar semua itu. Tuhan,
bicaralah kepadaku sebagai jawaban atas doa-doaku. Belalah per-
karaku, perintahkan keselamatan bagiku, dan dengan begitu Eng-
kau telah mendengar dan menjawab suara permohonanku. Ada
dua hal yang ia serukan di sini:
1. Keputusasaan menyedihkan yang akan dia rasakan jika Allah
tidak menghiraukanya: Jika Engkau tetap membisu terhadap
aku, dan jika aku tidak memperoleh tanda-tanda kebaikan-
Mu, maka aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang
kubur (yaitu, aku menjadi seperti orang mati, tersesat dan ce-
laka). Jika Allah tidak menjadi kawanku, tidak menampakkan
diri-Nya kepadaku dan bagiku, maka lenyaplah sudah segala
pengharapan dan pertolonganku. Tidak ada lagi yang begitu
memiriskan dan mematikan bagi jiwa yang saleh selain dari-
pada ketiadaan perkenan Allah dan perasaan akan ketidakse-
nangan-Nya. Aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam
Kitab Mazmur 28:1-5
373
neraka (begitulah yang dimengerti sebagian orang). Sebab, bu-
kankah yang menjadi kesengsaraan orang-orang yang terku-
tuk yaitu bahwa Allah membisu terhadap mereka dan menu-
likan telinga-Nya terhadap seruan mereka? Siapa yang takut
terhadap murka Allah dan melihat seringai-Nya lebih buruk
daripada kematian, sedikit banyak ia layak dan boleh mengha-
rapkan perkenan Allah.
2. Pengharapan baik yang Daud miliki, bahwa Allah akan memi-
haknya: Aku mengangkat tanganku ke arah tempat-Mu yang
mahakudus, yang bukan saja menandakan hasrat yang begitu
kuat, tetapi juga pengharapan yang sungguh-sungguh untuk
menerima jawaban penuh damai sejahtera dari tempat itu.
Tempat mahakudus di dalam tabir di sini, dan juga di bagian-
bagian lain Kitab Suci, disebutkan sebagai orakel. Di sanalah
terdapat tabut hartikel m Allah dan tutup pendamaian, di sana-
lah Allah dikatakan bersemayam di antara kedua kerub, dan
dari sanalah Dia berbicara kepada umat-Nya (Bil. 7:89). Hal ini
melambangkan Kristus. Kepada Kristuslah kita harus meng-
angkat mata dan tangan kita, sebab segala kebaikan dari Allah
bagi kita datang melalui Dia. Hal itu juga merupakan gam-
baran sorga (Ibr. 9:24), dan kita diajari untuk mengharapkan
jawaban atas doa-doa kita dari Allah Bapa kita di sorga. Kitab
suci juga disebut sebagai firman Allah (the oracles of God), dan
ke sanalah kita harus mengarahkan mata kita di dalam segala
doa dan pengharapan kita. Di sana terdapat firman yang telah
diberikan Allah untuk mendorong kita supaya terus berharap.
II. Dia mohon supaya dijauhkan dari malapetaka yang akan menim-
pa orang jahat, seperti sebelumnya (26:9, Janganlah mencabut
nyawaku bersama-sama orang berdosa): Tuhan, aku mendatangi
tempat mahakudus-Mu, janganlah menyeret aku dari tempat itu
bersama-sama dengan orang fasik ataupun dengan orang yang me-
lakukan kejahatan (ay. 3).
1. Selamatkanlah aku dari jerat perangkap yang telah mereka
pasang untukku. Mereka menjilat dan bermanis mulut terha-
dapku, dan berbicara baik-baik kepadaku. Tetapi mereka se-
benarnya menyembunyikan suatu maksud terhadapku, sebab
hati mereka penuh kejahatan. Mereka ingin mengganggu aku,
bahkan ingin menghancurkan aku. Tuhan, jangan biarkan
374
aku terseret dan dibinasakan oleh rancangan mereka yang ter-
kutuk itu, sebab mereka tidak akan dan tidak dapat berkuasa,
tidak akan berhasil melawan aku kalau kuasa itu tidak diberi-
kan kepada mereka dari atas.
2. Selamatkan aku dari kecemaran dosa mereka dan jagailah
aku supaya tidak berlaku seperti mereka. Janganlah membiar-
kan aku terseret oleh dalih-dalih mereka yang menyesatkan
atau oleh daya pikat mereka sehingga aku menjauh dari tem-
pat kudus-Mu (di mana aku ingin berdiam selamanya) untuk
melaksanakan perbuatan-perbuatan jahat (141:4). Tuhan,
jangan pernah membiarkanku sendirian untuk menghadapi
siasat penuh tipu daya dan pengkhianatan yang mereka per-
gunakan untuk membinasakan aku. Kejadian apa saja yang
Engkau izinkan, janganlah sampai menjadi godaan yang ter-
lalu kuat bagiku sehingga dapat menyeretku untuk meniru
atau setuju dengan orang-orang jahat itu. Orang baik merasa
gentar terhadap jalan para pendosa. Orang-orang terbaik pun
selalu mawas diri akan bahaya terseret ke dalam jalan ter-
sebut. sebab itulah kita semua harus berdoa dengan sung-
guh-sungguh kepada Allah untuk meminta anugerah-Nya su-
paya menjaga kita agar dapat mempertahankan ketulusan hati
kita.
3. Selamatkanlah aku supaya tidak terlibat di dalam malapetaka
yang akan menjadi bagian mereka. Jangan biarkan aku ter-
jerumus bersama-sama orang yang melakukan kejahatan, se-
bab aku bukanlah salah satu dari mereka yang berkata damai
tetapi sebetulnya penuh ganas murka di dalam hati mereka.
Perhatikanlah, orang-orang yang berhati-hati untuk tidak
mengambil bagian dengan para pendosa di dalam kubangan
dosa mereka, juga memiliki alasan kuat untuk berharap bah-
wa mereka tidak akan mengambil bagian dengan mereka di
dalam malapetaka-malapetaka yang akan menimpa mereka
nanti (Why. 18:4).
III. Dia menyerukan penghakiman Allah yang adil terhadap para pe-
laku kejahatan tersebut (ay. 4): Ganjarilah mereka menurut per-
buatan mereka. Kalimat itu bukanlah bahasa yang penuh dengan
kegeraman atau balas dendam, juga bukannya tidak sejalan de-
ngan kewajiban untuk mendoakan para musuh kita. Tetapi,
Kitab Mazmur 28:1-5
375
1. Dengan cara ini ia hendak menunjukkan betapa jauhnya dia
dari menyetujui para pelaku kejahatan, dan dengan alasan
itulah ia memohon supaya tidak diseret bersama-sama dengan
mereka, sebab dia yakin bahwa tidak ada lagi hal yang lebih
mengerikan daripada menerima ganjaran yang sesuai dengan
perbuatan mereka.
2. Dengan cara ini ia ingin mengungkapkan hasratnya untuk
melihat kehormatan keadilan Allah berkuasa atas dunia yang
merajalela ini. Tuhan, mereka pikir apa yang mereka lakukan
itu sah-sah saja, dan mereka membenarkan diri dalam berlaku
jahat. Tuhan, ganjarilah mereka setimpal dengan perbuatan
tangan mereka, dan dengan begitu Engkau membuka mata
orang-orang di sekeliling mereka, yang berpikir bahwa tidak
ada bahayanya melakukan apa yang mereka perbuat itu ka-
rena mereka tidak akan dihartikel m (94:1-2).
3. Doa ini merupakan nubuatan bahwa cepat ataupun lambat,
Allah akan membalas para pendosa yang tidak mau bertobat
sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Jika perbuatan jahat
tidak dipulihkan melalui pertobatan, maka pasti akan datang
hari pertanggungjawaban, yaitu saat Allah akan membalaskan
setiap orang yang bersikartikel h dalam perbuatannya yang jahat
setimpal dengan perbuatannya itu. Pernyataan itu terutama
merupakan nubuatan mengenai kebinasaan yang akan me-
nimpa para pembinasa: Mereka ramah dengan teman-teman-
nya, tetapi hati mereka penuh kejahatan. Tuhan, ganjarilah me-
reka menurut perbuatan mereka, biarlah para perusak dirusak-
kan, dan biarlah mereka yang menggarong akan digarong
juga, (Yes. 33:1; Why. 18:6; 13:10). Perhatikanlah, Daud me-
nubuatkan bahwa Allah akan mengganjar mereka bukan saja
sesuai dengan perbuatan mereka, tetapi juga menurut kelaku-
an mereka yang jahat. Sebab, para pendosa harus bertang-
gung jawab bukan saja atas kejahatan yang telah mereka per-
buat, tetapi juga atas kejahatan yang hendak mereka perbuat,
yang mereka rancangkan dan usahakan untuk bisa terlak-
sana. Dan, jika Allah memperlakukan orang-orang jahat se-
suai dengan ketetapan itu, tentu saja Dia juga akan melaku-
kan hal yang serupa terhadap orang-orang benar. Dia akan
memberi mereka imbalan, bukan saja atas perbuatan baik
yang telah mereka lakukan, tetapi juga atas rencana-rencana
376
baik yang telah mereka coba kerjakan, meskipun mereka tidak
berhasil menuntaskannya.
IV. Dia menubuatkan kebinasaan mereka oleh sebab penghinaan
mereka terhadap Allah dan pekerjaan tangan-Nya (ay. 5): sebab
mereka tidak mengindahkan pekerjaan TUHAN dan perbuatan
tangan-Nya, yang Ia pakai untuk menyatakan diri dan berbicara
kepada anak-anak manusia, maka Ia akan menjatuhkan mereka
di dunia ini dan dunia yang lainnya, dan tidak membangunkan
mereka lagi. Perhatikanlah, kelalaian bodoh terhadap pekerjaan
Allah merupakan penyebab dari kebinasaan mereka. Mengapa
pula manusia masih juga mempertanyakan keberadaan atau sifat-
sifat Allah kalau bukan sebab mereka tidak mengindahkan pe-
kerjaan tangan-Nya, yang mengumandangkan kemuliaan-Nya dan
memperjelas hal-hal yang tersembunyi mengenai Dia? Mengapa
pula manusia melupakan Allah dan hidup tanpa-Nya, bahkan me-
nentang-Nya, dan hidup dalam pemberontakan melawan-Nya, ka-
lau bukan sebab mereka tidak menghiraukan contoh-contoh
murka-Nya yang dinyatakan dari sorga atas segala kefasikan dan
kelaliman manusia? Mengapa para musuh umat Allah membenci
dan menganiaya mereka serta merancangkan kelaliman atas
mereka, kalau bukan sebab mereka tidak memandang pekerjaan
yang telah dilakukan Allah bagi jemaat-Nya, yang menandakan
bahwa jemaat-Nya itu begitu berarti bagi Dia? (Yes. 5:12).
saat menyanyikan mazmur ini, kita harus memperlengkapi diri
kita untuk melawan segala cobaan yang bisa menyeret kita bersama-
sama dengan orang yang melakukan kejahatan, dan meneguhkan diri
kita untuk menghadapi segala kesukaran yang mungkin diancamkan
terhadap kita oleh para pelaku kejahatan itu.
Pengucapan Syartikel r dan Pujian yang Tulus
(28:6-9)
6 Terpujilah TUHAN, sebab Ia telah mendengar suara permohonanku. 7
TUHAN yaitu kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku
tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyartikel r
kepada-Nya. 8 TUHAN yaitu kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan
bagi orang yang diurapi-Nya! 9 Selamatkanlah kiranya umat-Mu dan berkati-
lah milik-Mu sendiri, gembalakanlah mereka dan dartikel nglah mereka untuk
selama-lamanya.
Kitab Mazmur 28:6-9
377
Dalam ayat-ayat di atas,
I. Dengan kata-kata pendek yang penuh rasa kasih Daud mengucap
syartikel r kepada Allah sebab Ia telah mendengarkan doa-doanya
sebelum dia memintanya: Terpujilah TUHAN (ay. 6). Betapa cepat-
nya kedukaan para orang kudus diubahkan menjadi nyanyian,
dan doa mereka diubahkan menjadi pujian! Daud telah berdoa
dalam iman (ay. 2), dengarkanlah suara permohonanku, dan de-
ngan iman yang sama pula dia mengucap syartikel r (ay. 6) sebab
Allah telah mendengar suara permohonannya. Perhatikanlah,
1. Orang-orang yang berdoa dalam iman dapat bersuka di dalam
pengharapan. Dia telah mendengarkan aku (telah menerima-
ku dengan penuh kebaikan hati) dan aku benar-benar yakin
akan menerima jawaban nyata seolah-olah aku telah mene-
rimanya.
2. Apa yang telah kita dapatkan melalui doa haruslah kita ku-
mandangkan dengan puji syartikel r. Apakah Allah telah mende-
ngarkan permohonan kita? Kalau begitu, marilah kita memuji
nama-Nya.
II. Dia menguatkan hati untuk berharap kepada Allah supaya Allah
menyempurnakan segala keadaan yang membuatnya gelisah. Se-
telah memuliakan Allah atas anugerah-Nya (ay. 6), hatinya me-
rasa kuat (ay. 7). Beginilah cara yang benar dalam memperoleh
damai sejahtera: pertama-tama, marilah kita mulai dengan puji-
pujian. Marilah kita memuliakan Allah terlebih dahulu, baru
setelah itu kita dapat menikmati berkat kita. Perhatikanlah,
1. Ketergantungannya kepada Allah: TUHAN yaitu kekuatanku,
yang menyokong aku dan membawaku melalui segala pekerja-
an dan penderitaanku. Dia yaitu perisaiku, yang melindungi-
ku dari segenap rancangan musuh-musuhku dalam mencela-
kakan aku. Aku telah memilih-Nya sebagai kekuatan dan pe-
risaiku. Aku telah mendapati-Nya seperti itu, dan aku meng-
harapkan Dia untuk tetap seperti itu.
2. Pengalaman pribadinya dalam menikmati berkat yang dia da-
patkan dari ketergantungannya itu: Kepada-Nya hatiku per-
caya, juga akan kuasa dan janji-Nya. Dan, keyakinanku itu ti-
daklah sia-sia, sebab aku tertolong, aku telah begitu sering di-
378
tolong. Bukan saja Allah telah memberikan pertolongan yang
kuharapkan dari-Nya tepat pada waktunya, tetapi keyakinan-
ku kepada-Nya juga telah menolong menguatkanku sementara
aku menunggu, dan menguatkanku sehingga aku tidak men-
jadi goyah (27:13). Perbuatan iman merupakan pertolongan
pertama bagi jiwa yang sedang tertindas, dan sering kali men-
jadi jalan keluar saat semuanya terasa buntu.
3. Kebaikan yang dia rasakan dari pengalaman tadi.
(1) Dia menikmati kesenangan di dalamnya: sebab itu beria-ria
hatiku. Sukacita orang percaya tertanam di dalam hati, se-
mentara di dalam tawa orang bebal tersembunyi hati yang
penuh duka lara. Sukacita itu besar, sukacita yang mulia
dan yang tidak terkatakan. Hati yang benar-benar percaya
akan beria-ria pada waktunya nanti. Seperti itulah sukacita
dan damai sejahtera yang dapat kita harapkan sebab kita
percaya.
(2) Allahlah yang akan menerima pujian sebab semua itu:
Saat hatiku beria-ria, dengan nyanyianku aku bersyartikel r ke-
pada-Nya. Mengungkapkan rasa syartikel r merupakan keha-
rusan kita. Inilah yang setidaknya dapat kita lakukan, dan
orang lain akan merasa tergugah dan terdorong juga untuk
percaya kepada-Nya sebab itu.
III. Dia bersuka atas bagian yang diperoleh semua orang benar di da-
lam Allah melalui Kristus (ay. 8): TUHAN yaitu kekuatan umat-
Nya, bukan hanya kekuatanku saja, tetapi juga kekuatan setiap
orang yang percaya. Perhatikanlah, orang-orang kudus bersuka-
cita saat kawan-kawan mereka mendapat penghiburan, sama
seperti mereka sendiri dihibur. Sebab, sebagaimana kita bersama-
sama dapat menikmati cahaya matahari tanpa harus berebut,
begitu pula kita dapat bersama-sama berbagi pertolongan Allah,
sebab kita yakin bahwa pertolongan itu selalu cartikel p tersedia bagi
setiap orang. Inilah persekutuan kita dengan semua orang kudus,
yaitu bahwa Allah yaitu kekuatan mereka dan kekuatan kita
juga, dan Kristus yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita juga
(1Kor. 1:2). Dia yaitu kekuatan mereka, kekuatan seluruh bang-
sa Israel, sebab Dia yaitu benteng keselamatan bagi orang yang
diurapi-Nya, yaitu,
Kitab Mazmur 28:6-9
379
1. Bagi Daud sebagai pelambang Kristus. saat Allah memberi-
nya kekuatan sebagai seorang raja yang bertempur di dalam
peperangan, Allah juga menguatkan seluruh kerajaannya. Dia
menyebut dirinya sebagai orang yang diurapi Allah, sebab
pengurapan yang telah ia terima itulah yang menjadikannya
sasaran dari kedengkian para musuhnya, dan dengan demi-
kian membuatnya layak menerima perlindungan ilahi.
2. Bagi Kristus, Yang diurapi-Nya, Sang Mesias-Nya, yang dilam-
bangkan oleh Daud. Allah yaitu kekuatan yang menyelamat-
kan-Nya, melayakkan-Nya untuk menunaikan tugas-Nya dan
membawa-Nya melalui semua tugas itu (89:21; Yes. 49:5; 50:7,
9). sebab itulah Dia menjadi kekuatan bagi semua orang
kudus. Allah menguatkan Sang Kepala Gereja, dan dari Dialah
kekuatan itu disebarkan Allah ke seluruh anggota tubuh ge-
reja. Dari Kristuslah, Allah telah mengerahkan kekuatan-Nya
dan dengan demikian meneguhkan segala tindakan-Nya bagi
kita (68:29; 80:18-19).
IV. Dia menutup mazmur ini dengan sebuah doa yang singkat, tetapi
mencakup seluruh segi, bagi gereja Allah (ay. 9). Dia berdoa bagi
Israel, bukan sebagai rakyatnya (Selamatkanlah kiranya rakyat-
ku dan berkatilah milikku), meskipun mereka memang demikian
adanya, melainkan sebagai milik-Mu. Kepentingan Allah di dalam
mereka lebih ia utamakan daripada kepentingannya sendiri.
Kami sekalian yaitu umat-Mu merupakan sebuah seruan yang
benar (Yes. 64:9; 63:19). Aku kepunyaan-Mu, selamatkanlah aku.
Umat Allah yaitu milik-Nya sendiri, sangat dikasihi-Nya dan
berharga di mata-Nya. Sedikit kemuliaan yang Dia peroleh dari
dunia ini Dia dapatkan dari mereka. Bagian TUHAN ialah umat-
Nya. Yang dimintakan Daud dari Allah bagi mereka ialah,
1. Supaya Dia menyelamatkan mereka dari para musuh dan
marabahaya yang mengincar mereka.
2. Supaya Dia memberkati mereka dengan segala yang baik, yang
mengalir dari kebaikan hati-Nya sebagai penggenapan janji-
Nya dan menjadi kebahagiaan yang berlimpah bagi mereka.
3. Supaya Dia menggembalakan mereka, memberkati mereka ber-
limpah-limpah, terutama dengan banyak ketetapan ilahi yang
merupakan makanan bagi jiwa. Memerintahlah atas mereka,
demikianlah tafsiran tambahannya. Arahkanlah segala ren-
380
cana dan perbuatan mereka ke jalan yang benar, dan kendali-
kanlah segala perkara mereka supaya mendatangkan kebaik-
an. Gembalakanlah mereka, dan memerintahlah atas mereka.
Tetapkanlah para pendeta dan penguasa, untuk mengatur me-
reka dan melaksanakan tugas mereka dengan hikmat dan
pengertian.
4. Supaya Dia mendartikel ng mereka untuk selama-lamanya, meng-
angkat mereka dari kesukaran dan kesesakan mereka dan me-
lakukan hal itu bukan saja untuk generasi masa itu saja, te-
tapi juga untuk setiap angkatan yang akan datang, bahkan
sampai pada kesudahannya. Angkatlah mereka ke dalam ke-
rajaan-Mu yang penuh dengan kemuliaan, angkatlah mereka
setinggi sorga. Ke sanalah, dan hanya ke sana sajalah orang-
orang kudus akan diangkat untuk selama-lamanya, dan tidak
akan pernah lagi tenggelam atau tertindas. Perhatikanlah,
hanya mereka saja, yaitu orang-orang yang digembalakan dan
diperintah oleh Allah, yang bersedia diajar, diarahkan dan di-
kuasai oleh-Nya, yang akan diselamatkan, diberkati, dan di-
angkat untuk selama-lamanya.
PASAL 29
eberapa penafsir yang handal menarik kemungkinan bahwa
Daud menorehkan mazmur ini pada saat terjadinya badai besar
yang disertai guntur, kilat dan hujan, sebab kemudian pasal yang
kedelapan berisikan saat teduhnya di malam yang bermandikan
cahaya rembulan, dan pasal kesembilan dituliskannya pada pagi hari
yang cerah. Baiklah kalau kita mengamati pekerjaan kuasa Allah
yang bisa kita saksikan di dalam kerajaan alam semesta ini untuk
memuliakan Dia. Daud begitu tenggelam dalam saat menyaksikan
kejadian itu dan bersukacita, bahkan saat badai tengah menerjang
sekalipun, saat orang lain gemetar ketakutan, Dia justru menuliskan
mazmur ini. Sebab, sekalipun bumi berubah, kita tidak akan takut.
I. Dia berseru kepada bani orang yang berkuasa di dunia ini
untuk memberikan kemuliaan kepada Allah (ay. 1-2).
II. Untuk meyakinkan mereka mengenai kebaikan Allah yang
harus mereka puja, dia memperhatikan kuasa-Nya yang
menakutkan di dalam guntur, kilat, hujan lebat yang ber-
gemuruh (ay. 3-9), kekuasaan mutlak-Nya atas dunia ini (ay.
10), dan kebaikan istimewa-Nya kepada jemaat-Nya (ay. 11).
Pikiran yang agung dan mulia mengenai Allah harus memenuhi
diri kita pada saat menyanyikan mazmur ini.
Kemuliaan Tuhan
(29:1-11)
Mazmur Daud. 1 Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN saja-
lah kemuliaan dan kekuatan! 2 Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya,
sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan! 3 Suara TUHAN di
atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar. 4 Sua-
B
382
ra TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak. 5 Suara TUHAN
mematahkan pohon aras, bahkan, TUHAN menumbangkan pohon aras Liba-
non. 6 Ia membuat gunung Libanon melompat-lompat seperti anak lembu,
dan gunung Siryon seperti anak banteng. 7 Suara TUHAN menyemburkan
nyala api. 8 Suara TUHAN membuat padang gurun gemetar, TUHAN mem-
buat padang gurun Kadesh gemetar. 9 Suara TUHAN membuat beranak rusa
betina yang mengandung, bahkan, hutan digundulinya; dan di dalam bait-
Nya setiap orang berseru: Hormat! 10 TUHAN bersemayam di atas air bah,
TUHAN bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya. 11 TUHAN kiranya
memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-
Nya dengan sejahtera!
Dalam mazmur ini kita mendapati,
I. Perintah supaya orang-orang yang berkuasa di bumi ini memberi
hormat kepada Allah yang agung. Daud menganggap setiap gemu-
ruh guntur sebagai panggilan baginya dan para raja lain untuk
memberikan kemuliaan kepada Allah yang Mahabesar.
Perhatikanlah:
1. Siapa yang dipanggil untuk menjalankan kewajiban ini: Hai
bani orang yang berkuasa (ay. 1, TL), kamu sekalian anak-anak
bani yang berkuasa, yang memiliki kuasa yang diwariskan tu-
run-temurun, kamu sekalian yang memiliki darah biru! Ha-
nya demi kehormatan Allah yang agung sajalah manusia di
bumi ini harus menyembah Dia. Mereka wajib melakukan itu
bukan hanya sebab Dia masih tetap jauh lebih tinggi dari me-
reka, setinggi apa pun posisi mereka sehingga merek