Mazmur-1-50 10
a pun ha-
rus membungkuk di hadapan-Nya, tetapi juga sebab mereka
memperoleh kuasa mereka dari-Nya dan harus memperguna-
kan kuasa itu bagi-Nya, serta harus mengakui hal itu dengan
cara menghormati-Nya.
2. Betapa seringnya panggilan itu diulang-ulang, Berilah kepada
Tuhan, dan lagi, dan lagi untuk yang ketiga kalinya, Kepada
Tuhan. Hal itu bukan berarti bahwa orang-orang yang berkua-
sa itu lalai dalam kewajiban ini dan perlu terus dibujuk-bujuk
untuk melakukannya, tetapi bahwa kewajiban itu sangat ber-
kaitan dengan kepentingan kerajaan Allah di antara anak-
anak manusia sehingga para raja harus benar-benar melak-
sanakannya. Yerusalem berkembang saat raja-raja di bumi
membawa kekayaan mereka kepadanya (Why. 21:24).
3. Panggilan apa yang harus mereka laksanakan untuk mem-
berikan kepada Tuhan, bukannya sebab Dia membutuhkan
Kitab Mazmur 29:1-11
383
sesuatu atau dapat mengambil keuntungan dari pemberian
yang kita berikan kepada-Nya, atau sebab kita memiliki se-
suatu yang bukan milik-Nya (Siapakah yang pernah memberi-
kan sesuatu kepada-Nya?), melainkan sebagai pengakuan atas
kemuliaan-Nya dan kekuasaan-Nya atas kita. Dia berkenan
untuk menganggapnya sebagai pemberian dari kita bagi Dia:
Berikanlah kepada Tuhan pertama-tama dirimu sendiri, baru-
lah kemudian pelayananmu. Kepada TUHAN sajalah kemulia-
an dan kekuatan. Akuilah kemuliaan dan kekuatan-Nya, dan
pujilah Dia sebagai Allah yang memiliki keagungan yang tidak
terbatas serta kuasa yang tidak terpatahkan. Kemuliaan dan
kekuatan apa pun yang telah Dia percayakan kepadamu mela-
lui pemeliharaan-Nya, persembahkanlah kembali kepada-Nya
untuk dipakai bagi kehormatan-Nya, dalam pelayanan bagi-
Nya. Berikanlah mahkotamu kepada-Nya. Letakkanlah di ba-
wah kaki-Nya. Berikanlah kepada-Nya tongkatmu, pedangmu,
kuncimu, dan serahkanlah semua itu ke dalam tangan-Nya,
supaya saat kamu menggunakan semua itu, kamu menjadi
kenamaan dan pujian bagi-Nya. Para raja menilai diri mereka
sendiri berdasarkan kemuliaan dan kekuatan mereka. Kedua
hal itu harus mereka serahkan kepada Allah sebagai pengaku-
an bahwa Dia jauh lebih mulia dan berkuasa dibandingkan
mereka. Perintah supaya orang-orang yang berkuasa itu mena-
ruh hormat terhadap Allah harus dianggap sebagai arahan
bagi para pejabat dalam kerajaan Daud sendiri, kawan-kawan
sebangsanya, para pemimpin sartikel bangsa (dengan maksud
untuk menggerakkan mereka supaya lebih bertekun dan ber-
giat lagi melayani di mezbah Allah, sebab telah diamatinya
bahwa mereka sudah mulai lalai dalam hal itu), ataupun bagi
raja-raja negeri tetangga yang telah dia taklukkan dengan
pedangnya sehingga mereka menjadi bagian dari wilayah Israel
dan kini hendak ia bujuk untuk menjadi pengikut Allah Israel
juga. Kepala-kepala yang bermahkota harus tunduk di hadap-
an Raja segala raja. Apa yang dikatakan di sini juga ditujukan
bagi semua orang: Sembahlah Allah. Hal ini merupakan rang-
kuman dan intisari dari Injil yang kekal (Why. 14:6-7). Di sini
kita mendapati,
(1) Hakikat atau sifat inti dari penyembahan rohani, yaitu
memberikan kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya (ay. 2).
384
Nama Allah yaitu nama yang dipakai-Nya untuk mem-
buat diri-Nya sendiri dikenal. Di dalamnya ada kemuliaan
yang layak dilayangkan bagi-Nya. Memang tidak mungkin
bagi kita untuk dapat memberikan semua kemuliaan yang
layak diterima oleh nama-Nya, sebab sekalipun kita telah
mengatakan dan melakukan segala yang kita bisa demi
kehormatan nama Allah, tetap saja kita tidak akan sanggup
melakukannya. Akan tetapi, saat kita menanggapi pewah-
yuan yang Dia bukakan kepada kita dengan kasih sayang
dan pemujaan yang layak kita berikan kepada-Nya, maka
dengan begitu kita memberikan kepada-Nya sebagian dari
kemuliaan yang layak dilayangkan bagi nama-Nya. Jika
kita hendak menerima anugerah dari Allah dengan mende-
ngarkan, berdoa dan melakukan perbuatan-perbuatan sa-
leh lainnya, maka kita pun harus bergiat dalam memberi-
kan kemuliaan kepada Allah.
(2) Peraturan pelaksanaan ibadah-ibadah rohani. Sujudlah ke-
pada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, yang menun-
jukkan,
[1] Sasaran penyembahan kita. Keagungan Tuhan yang
mulia juga disebut sebagai pakaian kudus yang sema-
rak (2Taw. 20:21). Dalam menyembah Allah, kita harus
mengarahkan pandangan kita kepada kesemarakan-Nya
dan mengagumi-Nya, bukan hanya sebab Dia begitu
dahsyat sehingga harus ditakuti lebih dari segalanya,
tetapi juga sebab Dia mahapengasih sehingga harus
dikasihi dan menjadi sumber sukacita kita lebih dari se-
galanya. Tetapi yang terutama yaitu kita harus meng-
arahkan pandangan kita kepada keindahan kekudusan-
Nya. Inilah yang dipuja-puji oleh para malaikat (Why.
4:8). Atau,
[2] Tempat penyembahan. Tempat kudus Allah disebut se-
bagai tempat yang berhiaskan kekudusan (48:1-2; Yer.
17:12). Keindahan tempat kudus Allah berasal dari pe-
nyembahan yang dilakukan di sana dengan ketetapan
ilahi pola seperti di bukit. Kini, di bawah Injil, per-
kumpulan orang-orang Kristen yang khidmat (yang
dihiasi dengan kesucian) merupakan tempat di mana
Allah harus disembah. Atau,
Kitab Mazmur 29:1-11
385
[3] Tata cara penyembahan. Kita harus suci di dalam sega-
la ibadah rohani kita, berbakti kepada Allah dan kepada
kehendak serta kemuliaan-Nya. Ada keindahan di da-
lam kekudusan, dan hal inilah yang menghiasi segala
tindakan penyembahan.
II. Alasan yang tepat bagi perintah di atas. Kita pasti akan mengakui
kewajiban kita untuk memberikan kemuliaan kepada Allah jika
kita mempertimbangkan,
1. Kemampuan mencartikel pi di dalam diri-Nya sendiri, yang dinya-
takan dengan jelas di dalam nama-Nya Yehovah Aku yaitu
Aku, yang diulangi tidak kurang dari delapan belas kali di
dalam mazmur pendek ini, dua kali di setiap ayat kecuali tiga
ayat, dan sekali di dalam dua dari ketiga ayat tersebut. Saya
tidak ingat ada yang seperti ini lagi di dalam keseluruhan
bartikel mazmur. Biarlah orang-orang yang berkuasa di bumi ini
mengenal Dia melalui nama-Nya dan memberikan kepada-Nya
kemuliaan yang layak Ia terima.
2. Kedaulatan-Nya atas segala sesuatu. Biarlah orang-orang yang
berkuasa atas manusia mengetahui bahwa masih ada Allah
yang berkuasa atas mereka, yang berkuasa atas segala sesua-
tu. Di sini, sang pemazmur mengetengahkan kekuasaan Allah,
(1) Di dalam kerajaan alam semesta. Di dalam akibat-akibat
dahsyat yang timbul akibat peristiwa-peristiwa alam dan di
dalam kekuatan alam yang bekerja, kita harus memper-
hatikan kemuliaan dan kekuatan Allah. Kita harus meng-
akui bahwa semuanya itu berasal dari Dia. Dalam guntur,
kilat, dan hujan, kita dapat melihat,
[1] Kemuliaan-Nya. Allah segala kemuliaanlah yang meng-
guntur (gegap gempita suara-Nya bergemuruh, Ayb.
37:2; KJV: guntur yaitu suara-Nya pen.). Dahsyatnya
bunyi guruh, dan benderangnya cahaya yang menyer-
tainya menyatakan bahwa Dialah Allah yang mulia.
Tidak ada lagi yang begitu menghentakkan bagi pende-
ngaran dan penglihatan manusia selain bunyi guruh
dan cahaya kilat ini, seakan-akan melalui kedua indera
itu Allah ingin membuktikan kemuliaan-Nya kepada
akal budi manusia-manusia supaya mereka meninggal-
386
kan kebodohan mereka yang tidak beralasan. Beberapa
orang mengamati bahwa ada beberapa alasan tertentu
mengapa guruh disebut sebagai suara Tuhan, yaitu,
bukan hanya sebab guruh berasal dari atas, tidak
dapat dikendalikan atau diramalkan oleh seorang pun,
suaranya keras dan menjangkau sampai di kejauhan,
tetapi juga sebab Allah sering kali berbicara di dalam
guruh. Terutama di Gunung Sinai, dan melalui guruh
pulalah Ia mengacaubalaukan para musuh Israel. Un-
tuk menyampaikan bahwa guruh itu suara Allah segala
kemuliaan, di sini disebutkan bahwa suara itu bergema
di atas air, di atas air yang besar (ay. 3). Suara itu men-
jangkau lautan yang luar biasa luas, air di bawah
cakrawala. Suara itu bergeletar di antara awan-awan
tebal, yaitu air di atas cakrawala. Setiap orang yang
mendengar suara guntur (telinga mereka berdenging
sebab nya) akan mengakui bahwa suara TUHAN penuh
semarak (ay. 4), cartikel p untuk membuat yang terhebat
merendahkan diri (sebab tidak ada seorang pun yang
dapat mengguntur seperti suara-Nya), dan yang terang-
kuh menjadi gemetar, sebab, jika suara-Nya saja sudah
begitu mengerikan, apalagi tangan-Nya? Setiap kali kita
mendengar suara-Nya mengguntur, biarlah hati kita
dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang agung, luhur,
dan penuh hormat mengenai Allah. Biarlah hati kita di-
penuhi dengan pemujaan dan kekaguman yang kudus
terhadap Dia yang kuasa keilahiannya sungguh dahsyat
seperti itu. TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar!
[2] Kuasa-Nya (ay. 4): Suara TUHAN penuh kekuatan, seba-
gaimana tampak dari dampak suara-Nya tersebut, se-
bab suara-Nya menghasilkan pekerjaan yang ajaib.
Orang-orang yang menulis mengenai sejarah alam men-
ceritakan dampak luar biasa yang ditimbulkan oleh
guntur dan kilat, bahkan melebihi peristiwa-peristiwa
alam biasa, dan sudah pasti ini semua terjadi sebab
kemahakuasaan Allah semesta alam.
Pertama, pepohonan patah dan tumbang sebab ba-
dai guntur yang disertai kilat (ay. 5-6). Suara Tuhan, da-
lam guntur, sering kali mematahkan pohon aras, bah-
Kitab Mazmur 29:1-11
387
kan pohon aras Libanon yang terkuat dan terkokoh se-
kalipun. Sebagian orang memahaminya sebagai angin
ribut yang mengguncangkan pohon aras dan kadang
kala merobohkan bagian atasnya. Gempa bumi juga
mengguncangkan tanah di mana pepohonan tumbuh,
membuat Gunung Libanon dan Gunung Siryon seperti
menari-nari. Padang gurun Kadesh pun sampai gemetar
(ay. 8). Saya sendiri cenderung memahaminya demikian,
yaitu pepohonan rubuh sebab angin, tanah bergon-
cang sebab gempa, dan keduanya disebabkan oleh
guntur dan gemuruh. Cendekiawan Dr. Hammond me-
mahaminya sebagai kegentaran dan penaklukan keraja-
an-kerajaan sekitar yang berperang melawan Israel dan
menentang Daud, seperti orang-orang Siria, yang wila-
yahnya terletak di dekat hutan Libanon, orang-orang
Amorit yang tinggal di perbatasan Bukit Hermon, dan
orang-orang Moab dan Amon yang tinggal di sekitar pa-
dang gurun Kades.
Kedua, api telah sering dipicu oleh kilat dan sebab
itulah rumah-rumah dan gedung-gedung gereja dilalap
olehnya. sebab itulah kita membaca tentang halilintar
yang menyambar (78:48). Itulah sebabnya suara Tuhan
di dalam guntur dikatakan di sini sebagai menyembur-
kan nyala api (ay. 7), yang artinya, mengeluarkan api ke
segala penjuru bumi sesuai dengan bidikan Allah ke
tempat-tempat tertentu untuk menjalankan tugasnya.
Ketiga, kegentaran yang diakibatkan oleh guntur
membuat rusa betina beranak sebelum waktunya, atau
menurut beberapa orang, artinya beranak dengan lebih
mudah. Rusa betina yaitu binatang yang amat pena-
kut dan mudah sekali terpengaruh oleh suara guntur.
Jadi, tidaklah mengherankan jika terkadang orang-
orang yang paling gagah dan tinggi hati pun telah di-
buat gemetar oleh guntur itu. Kaisar Kaligula bersem-
bunyi di bawah tempat tidurnya setiap kali mendengar
bunyi guntur. Horace, sang penyair itu, mengaku bah-
wa dia bertobat dari atheismenya sebab kengerian
yang ditimbulkan oleh guntur dan kilat, yang digambar-
kannya agak mirip dengan apa yang dituliskan oleh
388
Daud di sini (Horace lib. 1, ode 34). Dalam mazmur di
sini, guntur disebutkan mampu menggunduli hutan,
yang artinya, suara itu begitu menakutkan binatang-bi-
natang buas sehingga mereka pun meninggalkan sarang
dan semak belukar yang selama ini mereka pakai seba-
gai tempat persembunyian. Atau, suara itu merobohkan
pepohonan sehingga tanah yang sebelumnya dinaungi
oleh pepohonan itu menjadi gundul. Setiap kali guntur
bergemuruh, marilah kita merenungkan mazmur ini.
Dan setiap kali kita menyanyikan mazmur ini, marilah
kita mengingat suara guntur yang bergemuruh yang ka-
dang kala kita dengar, dan dengan begitu kita meng-
ingat firman Allah dan juga pekerjaan-Nya secara ber-
samaan. Dengan cara ini, kita dapat diarahkan dan di-
dorong untuk memberikan kepada-Nya kemuliaan yang
layak diterima oleh nama-Nya. Dan marilah kita juga
memuji-Nya sebab masih ada suara lain lagi milik-Nya
selain dari suara yang menakutkan itu, yang kini dipa-
kai-Nya untuk berbicara kepada kita, yaitu suara lem-
but Injil-Nya. Dan kengerian suara ini tidak akan mem-
buat kita ketakutan.
(2) Dalam kerajaan pemeliharaan-Nya (ay. 10). Allah harus di-
puji sebagai penguasa dunia umat manusia. Dia bersema-
yam di atas air bah, Dia bersemayam sebagai Raja untuk
selama-lamanya. Dia bukan bersemayam di sana untuk
menyukakan diri-Nya saja, tetapi bersemayam sebagai Raja
di takhta yang telah ditegakkan-Nya di sorga (103:19). Dari
sanalah Dia mengamati dan mengatur segala perkara anak-
anak manusia sesuai dengan kehendak dan rancangan-
Nya.
Perhatikanlah:
[1] Kuasa kerajaan-Nya itu: Dia bersemayam di atas air
bah. Sebagaimana Ia telah mendirikan bumi ini, demi-
kian pula Ia telah menegakkan takhta-Nya sendiri di
atas air bah (24:2). Pasang surut dunia bawah ini, dan
kekacauan serta kehirukpikukan segala perkara di da-
lamnya tidak mampu sedikit pun menggoyahkan kedu-
dukan atau rancangan Sang Akal Budi yang Kekal itu.
Kitab Mazmur 29:1-11
389
Perlawanan musuh-musuh-Nya diibaratkan sebagai air
bah (93:3-4). Namun, Tuhan bersemayam di atas se-
muanya. Dia menghancurkannya, menaklukkannya dan
menunaikan tujuan-Nya mengatasi segala rancangan
yang ada di dalam hati manusia. Kata yang diartikan
sebagai air bah di sini tidak pernah dipakai kecuali un-
tuk menggambarkan air bah di masa Nuh. Oleh sebab
itulah sebagian orang berpikir bahwa itulah hal yang
dibicarakan di sini. Allah memang bersemayam di atas
air bah sebagai Sang Hakim yang menjalankan hartikel m-
an keadilan-Nya terhadap dunia orang fasik yang ter-
sapu oleh air bah itu. Dan Dia masih tetap bersemayam
di atas air bah itu, menahan banjir besar zaman Nuh
tersebut supaya tidak lagi menutupi bumi ini, sesuai
dengan janji-Nya untuk tidak pernah lagi mendatangkan
air bah untuk memusnahkan bumi (Kej. 9:11; Yes. 54:9).
[2] Keberlangsungan kerajaan-Nya itu. Dia bersemayam
sebagai Raja untuk selama-lamanya. Pemerintahan-Nya
tidak akan dapat dan tidak akan pernah terhenti. Kera-
jaan-Nya terus berlangsung sesuai dengan rancangan-
Nya sejak kekekalan dan seturut dengan tujuan-Nya
untuk selama-lamanya.
(3) Di dalam kerajaan anugerah. Di sini kemuliaan-Nya bersi-
nar paling terang benderang,
[1] Dalam pemujaan yang diterima-Nya dari orang-orang
yang menjadi umat-Nya di dalam kerajaan itu (ay. 9). Di
dalam bait-Nya, di mana orang-orang berkumpul untuk
menjumpai-Nya dan mengetahui pikiran-Nya serta un-
tuk melayani-Nya dengan puji-pujian mereka. Setiap
orang berseru: Hormat!. Di dunia ini setiap orang da-
pat melihat-Nya, atau paling tidak, manusia dapat me-
mandang-Nya dari jauh (Ayb. 36:25). Tetapi hanya di
dalam bait-Nya sajalah, yaitu di dalam gereja-Nya,
penghormatan terhadap-Nya bergema. Segala buatan-
Nya memuji Dia (maksudnya, segala buatan atau peker-
jaan-Nya menimbulkan puji-pujian bagi-Nya). tetapi,
hanya orang-orang kudus-Nya sajalah yang memuji-Nya
390
dan mengumandangkan kemuliaan segala pekerjaan-
Nya (145:10).
[2] Dalam kebaikan yang Ia anugerahkan kepada orang-
orang yang menjadi umat-Nya dalam kerajaan itu (ay.
11).
Pertama, Dia akan melayakkan mereka untuk mela-
yani-Nya: Tuhan kiranya memberikan kekuatan kepada
umat-Nya, untuk membentengi mereka dari segala pe-
kerjaan jahat dan untuk memperlengkapi mereka su-
paya dapat melakukan segala pekerjaan baik. Mereka
akan dijadikan kuat di dalam kelemahan mereka. Bah-
kan, Dia akan menyempurnakan kekuatan di dalam ke-
lemahan.
Kedua, Dia akan membesarkan hati mereka dalam
melayani-Nya: TUHAN kiranya memberkati umat-Nya
dengan sejahtera. Damai sejahtera merupakan berkat
tidak ternilai yang dirancangkan Allah bagi semua
umat-Nya. Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh
damai sejahtera (Besarlah ketenteraman pada orang-
orang yang mencintai Taurat-Mu). Tetapi, terlebih lagi
ada mahkota kebenaran, yaitu akhir dari kebenaran
yaitu damai sejahtera, damai sejahtera tanpa akhir.
Saat gemuruh murka Allah membuat semua pendosa
gemetar, para kudus akan mengangkat kepala mereka
dengan penuh sukacita.
PASAL 30
azmur ini merupakan sebuah ucapan syartikel r atas keselamatan
besar yang telah dikerjakan Allah bagi Daud. Mazmur ini di-
tuliskan pada peristiwa pentahbisan rumah atau istananya (terje-
mahan LAI ayat 1 menyebutkan Bait Suci pen.) yang didirikannya
dari kayu aras, dan dinyanyikan dalam upacara yang khidmat itu,
sekalipun tidak ada satu hal pun dalam isinya yang merujuk pada
kesempatan itu. Dari perikop-perikop yang berbeda, beberapa orang
berkesimpulan bahwa mazmur ini dituliskan saat Daud disembuh-
kan dari suatu penyakit yang mematikan, yang mungkin terjadi pada
waktu yang hampir bersamaan dengan pentahbisan rumahnya ter-
sebut.
I. Di sini Daud memuji Allah atas keselamatan yang telah di-
kerjakan Allah baginya (ay. 2-4).
II. Dia mengajak orang lain untuk memuji-Nya juga, dan men-
dorong mereka supaya percaya kepada-Nya (ay. 5-6).
III. Dia mengakui kekeliruannya sebab mengandalkan dirinya
sendiri sebelumnya (ay. 7-8).
IV. Dia mengingat kembali doa dan keluhan yang telah dia ung-
kapkan pada waktu kesesakan (ay. 9-11). Dengan ingatan
akan hal tersebut dia pun tergugah dan kembali bersyartikel r
kepada Allah atas perubahan saat ini yang menyenangkan
(ay. 12-13).
saat menyanyikan mazmur ini kita harus mengingat dengan
penuh ucapan syartikel r keselamatan serupa yang telah dikerjakan
Allah bagi kita, sebab kita harus mendorong diri kita untuk memuji-
Nya dan terus bertekun dalam mengandalkan-Nya.
M
392
Ucapan Syartikel r dan Pujian
(30:1-6)
1 Mazmur. Nyanyian untuk pentahbisan Bait Suci. Dari Daud. 2 Aku akan
memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan
tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. 3 TUHAN, Allahku,
kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan
aku. 4 TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau
menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. 5
Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan
persembahkanlah syartikel r kepada nama-Nya yang kudus! 6 Sebab sesaat saja
Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangis-
an, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
Ada sebuah kebiasaan terpuji yang sering kali dilakukan oleh orang-
orang Yahudi yang saleh, yang meskipun tidak secara tegas diperin-
tahkan, namun tetap diizinkan dan diterima, yaitu saat selesai
membangun rumah baru, mereka mengadakan upacara peresmian-
nya (di hadapan Allah) (Ul. 20:5, BIS). Daud juga melakukan hal yang
sama saat istananya baru dibangun, sebelum ia menempati istana itu
(2Sam. 5:11), sebab istana bangsawan juga memerlukan perlindung-
an Allah dan terikat untuk melayani-Nya, sebagaimana rumah-
rumah biasa lainnya. Perhatikanlah, rumah yang kita diami haruslah
ditahbiskan dan dipersembahkan terlebih dahulu kepada Allah pada
saat kita menginjaknya untuk pertama kali, sebagai sebuah tempat
kudus. Kita harus sungguh-sungguh menyerahkan diri kita sendiri,
keluarga kita, dan perkara keluarga kita ke dalam pemeliharaan dan
bimbingan Allah. Kita harus berdoa meminta hadirat dan berkat-Nya,
harus mengabdikan diri kita dan segala milik kita bagi kemuliaan-
Nya, dan harus bertekad untuk menjauhkan segala pelanggaran dari
kemah kediaman kita. Kita dan segenap isi rumah kita harus mela-
yani Tuhan baik di dalam semua kewajiban untuk menjalankan iba-
dah keluarga maupun untuk menaati Injil dalam segala hal. Sebagian
orang berpendapat bahwa mazmur ini dinyanyikan pada saat pentah-
bisan ulang istana Daud setelah dia terusir dari sana oleh Absalom,
yang telah mencemari tempat itu dengan persetubuhan sedarah. Dan
petahbisan itu merupakan ucapan syartikel r atas dihancurkannya pem-
berontakan yang membahayakan itu.
Di dalam ayat-ayat di atas,
I. Daud sendiri memanjatkan ucapan syartikel rnya kepada Allah atas
keselamatan besar yang telah Ia kerjakan baginya (ay.2): Aku
Kitab Mazmur 30:1-6
393
akan memuji Engkau, ya TUHAN! Aku akan meninggikan nama-
Mu, memuji-Mu sebagai yang mahamulia dan ditinggikan, aku
akan melakukan apa saja semampartikel untuk memajukan kepen-
tingan kerajaan-Mu di antara umat manusia. Aku akan memuji-
Mu, sebab Engkau telah mengangkat aku, bukan saja dari lobang
kubur yang hampir membuatku terbenam, tetapi juga bahkan
mengangkatku ke takhta Israel. Dia menegakkan orang yang hina
dari dalam debu. Oleh sebab hal-hal menakjubkan yang telah
diperbuat Allah untuk meninggikan kita, baik melalui pemelihara-
an-Nya maupun melalui anugerah-Nya, kita wajib, sebagai tanda
syartikel r, untuk melakukan segala yang kita bisa supaya nama-Nya
ditinggikan, sekalipun yang kita bisa perbuat itu kecil saja arti-
nya. Ada tiga hal yang membuat keselamatan Daud begitu hebat:
1. Keselamatan itu merupakan kekalahan bagi musuh-musuh-
nya. Mereka tidak diizinkan untuk bersorak-sorai atasnya, se-
perti yang mereka akan lakukan (sekalipun itu sungguh ke-
jam), jika dia sampai mati sebab penyakitnya atau binasa
dalam kesesakannya (41:12).
2. Keselamatan itu merupakan jawaban bagi doa-doanya (ay. 3):
Kepada-Mu aku berteriak minta tolong. Segala ungkapan pera-
saan mengenai kesukaran kita haruslah diarahkan kepada
Allah, dan setiap jeritan harus diteriakkan kepada-Nya. Berse-
rah dalam kedukaan kita dengan cara seperti ini akan meri-
ngankan roh kita yang terbeban. Kepada-Mu aku berteriak,
dan Engkau bukan saja telah mendengarkan aku, tetapi juga
telah menyembuhkan aku, menyembuhkan tubuhku yang
terganggu, menyembuhkan pikiranku yang resah dan gelisah,
memulihkan perkara dalam kerajaanku yang telah teracak-
acak. Di dalam inilah Allah bermegah, Aku TUHANlah yang
menyembuhkan engkau (Kel. 15:26). Dan kita pun harus me-
ngembalikan kemuliaan itu kepada-Nya.
3. Bahwa keselamatan itu menyelamatkan nyawanya. Dia meng-
alami keadaan yang terburuk, terjatuh dan hampir turun ke
liang kubur, tetapi diselamatkan dan tetap hidup (ay. 3). Se-
makin besar marabahaya yang kita hadapi, semakin hebat
pulalah keselamatan yang kita terima, dan hal ini semakin
menguatkan diri kita dan semakin menggambarkan bukti me-
ngenai kuasa dan kebaikan Allah. Kehidupan yang dibangkit-
394
kan dari kematian haruslah dipakai untuk meninggikan Allah
yang berkuasa atas hidup kita.
II. Dia memanggil orang lain untuk bergabung bersamanya dalam
menaikkan puji-pujian, bukan saja atas semua kebaikan istimewa
yang telah dikaruniakan Allah kepadanya, melainkan juga atas
tanda-tanda kehendak baik Allah yang dikaruniakan-Nya kepada
semua orang kudus-Nya (ay. 5): Nyanyikanlah mazmur bagi
TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya! Semua orang yang
benar-benar kudus diakui Allah sebagai milik-Nya. Masih ada
umat sisa yang demikian di dunia ini, dan dari merekalah diha-
rapkan terdengar nyanyian pujian bagi Allah, sebab mereka dicip-
takan dan dikuduskan, dijadikan orang kudus supaya mereka
menjadi kenamaan dan pujian bagi-Nya. Jika orang-orang kudus-
Nya di sorga bernyanyi bagi Dia, lalu mengapa orang-orang ku-
dus-Nya di bumi juga tidak melakukan pekerjaan yang sama de-
ngan mereka, sedapat mungkin, selaras dengan para kudus di
sorga itu?
1. Mereka mempercayai-Nya sebagai Allah yang memiliki keku-
dusan tanpa cela. sebab itulah mereka bernyanyi bagi-Nya:
Biarlah mereka mempersembahkan syartikel r kepada nama-Nya
yang kudus! Biarlah mereka memuji nama-Nya yang kudus,
sebab kekudusan-Nya itulah yang dikenang di segala angkat-
an. Allah yaitu Allah yang kudus. Kekudusan-Nya yaitu
kemuliaan-Nya. Itulah sifat-Nya yang paling dipuji-puji selalu
oleh para malaikat yang kudus di sorga (Yes. 6:3; Why. 4:8).
Kita harus selalu membicarakan dan mengingat-ingat keku-
dusan Allah. Bahwa Allah yaitu Allah yang kudus, itulah
yang menyukakan para kudus, sebab dengan begitu mereka
dapat berharap bahwa Ia akan menjadikan mereka kudus, se-
makin kudus. Tidak ada satu pun dari kesempurnaan Allah
yang begitu menggentarkan orang jahat dan begitu menghi-
burkan orang saleh selain kekudusan-Nya itu. Jika kita ber-
sukacita sepenuh hati dan mengucapkan syartikel r setiap kali
mengingat kekudusan Allah, itu berarti dalam kadar tertentu
kita telah mengambil bagian dalam kekudusan-Nya itu.
2. Mereka telah merasakan sendiri bahwa Dia yaitu Allah yang
penuh dengan anugerah dan belas kasihan. sebab itu, biar-
lah mereka bernyanyi memuji nama-Nya.
Kitab Mazmur 30:1-6
395
(1) Kita mendapati bahwa amarah-Nya berlangsung sebentar
saja. Meskipun kita layak menerima murka yang kekal dan
Ia layak merasa murka terhadap kita sampai kita dilalap
habis dan tidak dapat diperdamaikan lagi, tetapi hanya
sesaat saja Ia murka (ay. 6). Saat kita durhaka kepada-Nya
Dia menjadi marah. Akan tetapi, oleh sebab Dia panjang
sabar dan tidak lekas naik darah, kemarahan-Nya cepat
melunak saat kita bertobat dan merendahkan diri, lalu Dia
pun berkenan untuk berdamai kembali dengan kita. Jika
Dia menyembunyikan wajah-Nya dari anak-anak-Nya sen-
diri dan menahan-nahan kebaikan-Nya, semua itu dilaku-
kan-Nya dalam kehangatan murka, dan hanya berlangsung
sesaat lamanya. Segera Dia akan mengambil mereka kem-
bali dalam kasih setia abadi (Yes. 54:7-8). Jika sepanjang
malam ada tangisan dan malam itu jadi begitu melelahkan,
namun, seperti pastinya cahaya fajar kembali menyingsing
setelah kegelapan malam, begitu pula sukacita dan penghi-
buran akan segera menghampiri umat Allah pada waktu
yang tepat. Sebab, kovenan anugerah itu sepasti datangnya
hari. Perkataan ini sering kali tergenapi dengan begitu
saksama bagi kita. Tangisan telah berlangsung sepanjang
malam, tetapi dukacita akan segera berakhir dan kesedih-
an pun lenyap. Perhatikanlah, selama murka Allah berlang-
sung, akan terus ada tangisan para orang kudus. Akan
tetapi, bila murka dan tangisan itu hanya berlangsung se-
saat saja, maka derita itu pun hanya untuk sementara
saja. Saat cahaya wajah Allah kembali bersinar, kesusahan
pun menjadi ringan dan segera hilang.
(2) Kita telah menyaksikan manisnya senyuman-Nya. Seumur
hidup Ia murah hati, maksudnya, Ia selalu baik. Kembali-
nya kebaikan-Nya kepada jiwa yang merana ibarat hidup
dari kematian. Tidak ada lagi yang lebih menggairahkan se-
lain itu. Kebahagiaan kita ditentukan oleh kebaikan Allah.
Jika kita memiliki kebaikan Allah, maka itu saja sudah cu-
kup, sekalipun kita kekurangan yang lain. Kebaikan Allah
itu merupakan kehidupan jiwa, kehidupan rohani, jaminan
bagi kehidupan yang kekal.
396
Doa dan Pujian
(30:7-13)
7 Dalam kesenanganku aku berkata: Aku takkan goyah untuk selama-
lamanya!. 8 TUHAN, oleh sebab Engkau berkenan, Engkau telah menem-
patkan aku di atas gunung yang kokoh; saat Engkau menyembunyikan
wajah-Mu, aku terkejut. 9 Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru, dan kepada
Tuhanku aku memohon: 10 Apakah untungnya kalau darahku tertumpah,
kalau aku turun ke dalam lobang kubur? Dapatkah debu bersyartikel r kepada-
Mu dan memberitakan kesetiaan-Mu? 11 Dengarlah, TUHAN, dan kasihanilah
aku, TUHAN, jadilah penolongku! 12 Aku yang meratap telah Kauubah men-
jadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku
Kauikat dengan sukacita, 13 supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu
dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau
menyanyikan syartikel r bagi-Mu.
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati kisah tentang tiga keadaan yang
dialami oleh Daud secara berturut-turut dan bagaimana tanggapan
hatinya terhadap Allah dalam setiap keadaan itu, yaitu apa yang dia
katakan dan lakukan, dan bagaimana hatinya tergugah. Dalam ke-
adaan yang pertama kita bisa melihat bagaimana kita cenderung ber-
sikap, sementara di kedua keadaan lainnya kita dapat melihat bagai-
mana kita seharusnya bersikap.
I. Dia telah begitu lama mengalami kesenangan, lalu kemudian me-
rasa aman-aman saja dan terlalu meyakini bahwa semuanya itu
akan berlangsung selamanya (ay. 7-8): Dalam kesenanganku, se-
waktu tubuhku sehat dan Allah telah melepaskanku dari segala
musuhku, aku berkata: Aku takkan goyah untuk selama-lamanya!
Tidak pernah sekalipun aku berpikir bahwa tubuhku akan mele-
mah dan pemerintahanku akan terguncang. Juga tidak pernah
terlintas di benakku mengenai bahaya apa pun yang dapat meng-
hadang. Kemenangan-kemenangan-Nya atas para penentangnya
begitu telak, dan kepentingannya begitu tertanam di hati orang-
orangnya, pikirannya teguh dan tubuhnya gagah perkasa, sehing-
ga dia mengira bahwa kejayaannya akan terus berdiri sekokoh gu-
nung. Akan tetapi, semua itu tidak diakuinya sebagai akibat dari
hikmat atau kegagahannya sendiri, melainkan sebab kebaikan
ilahi. TUHAN, oleh sebab Engkau berkenan, Engkau telah menem-
patkan aku di atas gunung yang kokoh (ay. 8). Dia tidak mengang-
gap keberhasilannya itu sebagai sorganya (sebagaimana yang bia-
sa dilakukan orang duniawi, yang menjadikan kejayaan sebagai
kebahagiaan mereka), melainkan hanya gunungnya. Gunung itu
Kitab Mazmur 30:7-13
397
masih menjejak tanah, hanya dinaikkan sedikit lebih tinggi dari
ketinggian biasa. Kejayaan itu, pikirnya, akan terus berlangsung
baginya oleh sebab perkenan Allah. Mungkin dia membayangkan
bahwa setelah mengalami banyak kesukaran pada masa muda-
nya, dia telah selesai menjalani semua itu dan kini tidak ada lagi
kesukaran yang tersisa. Atau, dia berpikir bahwa Allah, setelah
menunjukkan kepadanya begitu banyak tanda-tanda kebaikan-
Nya, tidak akan pernah lagi murka kepadanya. Perhatikanlah,
1. saat segala sesuatu berjalan dengan lancar, kita cenderung
suka mengimpikan bahwa semua itu akan terus berlangsung
dan tidak sebaliknya. Besok akan sama seperti hari ini. Seolah-
olah kita berpikir bahwa hanya sebab suatu hari cuaca cerah,
maka keadaan akan tetap seperti itu. Padahal, tidak ada yang
lebih pasti daripada bahwa keadaan itu akan berubah.
2. Saat semua pengharapan kita mengecewakan, maka kita ha-
rus merenungkan semuanya dengan merasa malu akan keya-
kinan kita itu sebagai suatu kebodohan kita. Seperti inilah
yang dilakukan Daud di sini. Dengan begitu kita hendaknya
menjadi lebih bijaksana di kemudian hari dan bergembira di
dalam kejayaan kita seolah-olah kita tidak bergembira, sebab
masa keemasan pun akan selalu memudar.
II. Tiba-tiba saja dia jatuh ke dalam kesukaran, lalu ia pun berdoa
kepada Allah dan memohon dengan sangat supaya diberikan kele-
gaan dan pertolongan.
1. Gunungnya berguncang dan begitu pun dirinya. Terbuktilah
bahwa saat merasa diri aman-aman saja, justru keadaannya
sangatlah rentan: saat Engkau menyembunyikan wajah-Mu,
aku terkejut, dalam pikiranku, tubuhku dan keadaanku. Da-
lam setiap perubahan keadaannya itu, pandangannya masih
saja melekat kepada Allah. Dan, sebagaimana ia mengakui
bahwa semua kejayaannya disebabkan oleh kebaikan Allah,
begitu pun di dalam kesusahannya dia mengakui bahwa
penyebabnya yaitu sebab Allah sedang menyembunyikan
wajah-Nya. saat Allah menyembunyikan wajah-Nya, orang
benar pun terkejut, sekalipun tidak ada bencana lain yang me-
nimpa dia. Saat matahari terbenam malam pastilah datang,
398
dan bulan beserta bintang-bintang tidak mampu membuat
malam menjadi siang.
2. Saat gunungnya berguncang dia pun mengarahkan pandang-
annya ke atas bukit-bukit. Doa merupakan obat bagi segala
rasa sakit, dan hal itu dipakai Daud secara tepat. Adakah se-
orang yang menderita? Adakah yang sedang dilanda masalah?
Baiklah ia berdoa. Sekalipun Allah menyembunyikan wajah-
Nya terhadap dia, dia tetap saja berdoa. Jika Allah berpaling
dari kita dalam hikmat dan keadilan-Nya, bodoh dan tidak adil
sekali jika kita pun berpaling dari-Nya. Tidak. Biarlah kita
belajar untuk berdoa di dalam kekelaman (ay. 9): Kepada-Mu,
ya TUHAN, aku berseru! Sepertinya, semakin Allah menarik
diri, semakin gencar pula doa yang dia panjatkan. Di sini kita
mendapati segala sesuatu yang dicatatkan Daud, yaitu,
(1) Apa yang dia kemukakan (ay. 10).
[1] Bahwa Allah tidak akan diuntungkan dengan kematian-
nya: Apakah untungnya kalau darahku tertumpah? Kali-
mat itu menyiratkan bahwa dia rela mati jika kemati-
annya dapat menjadi pelayanan yang berarti bagi Allah
atau bagi negerinya (Flp. 2:17). Akan tetapi, dia tidak
melihat ada gunanya bila dia mati di ranjangnya sebab
sakit penyakit, tidak seperti jika ia mati dengan lebih
terhormat. Tuhan, ujarnya, akankan Engkau men-
jual salah satu dari umat-Mu dengan cuma-cuma dan
tidak mengambil keuntungan apa-apa dari penjualan
itu? (44:13). Bukan hanya itu,
[2] Bahwa, sehubungan dengan kehormatan-Nya, Allah
tampaknya akan menjadi orang yang rugi jika dia mati:
Dapatkah debu bersyartikel r kepada-Mu? Roh yang telah
disucikan, yang kembali kepada Allah, akan memuji-
Nya, akan terus memuji-Nya. Akan tetapi, debu yang
kembali ke tanah, tidak akan memuji-Nya ataupun
memberitakan kesetiaan-Nya. Pelayanan di rumah Allah
tidak dapat dilakukan oleh debu, sebab debu tidak bisa
memuji Dia. Tidak ada yang dapat dipakai atau dikerja-
kan di dalam kubur, sebab tempat itu yaitu negeri ke-
sunyian. Janji-janji dari kovenan Allah tidak dapat dige-
napi kepada debu. Tuhan, kata Daud, jika aku mati
Kitab Mazmur 30:7-13
399
sekarang, apa jadinya janji yang telah Engkau ikrarkan
kepadaku? Siapa yang akan memberitakan kebenaran
janji-Mu itu? Dasar doa yang paling baik yaitu kebe-
naran yang diambil dari kehormatan Allah. Jadi, kita
sudah bersikap benar jika kita meminta kehidupan keti-
ka kita dapat melihat bahwa dengan kehidupan itu kita
bisa hidup dan memuji-Nya.
(2) Apa yang ia doakan (ay. 11). Dia berdoa meminta belas
kasihan untuk diampuni (Kasihanilah aku, TUHAN) dan
anugerah untuk mendapat pertolongan pada waktu dibu-
tuhkan Tuhan, jadilah penolongku! Kita pun dapat meng-
hampiri takhta anugerah dengan penuh keberanian untuk
meminta kedua hal tersebut (Ibr. 4:16).
III. Pada waktu yang tepat, Allah pun menyelamatkannya dari segala
kesukaran dan memulihkan kejayaannya. Doa-doanya dijawab
dan ratapannya telah diubahkan menjadi tari-tarian (ay. 12).
Murka Allah hanya berlangsung sesaat saja dan tangisan Daud
hanya berlangsung semalam saja. Kain kabung yang dikenakan-
nya dengan penuh kerendahan hati untuk memohonkan peme-
liharaan ilahi, kini terlepas. Dukacitanya telah diangkat, ketakut-
annya diredakan, dan penghiburannya kembali. Kini dia berikat-
pinggangkan kesukaan, dan sukacita menjadi perhiasan dan
kekuatan yang terus melekat padanya, sebagaimana sabuk terikat
di pinggang seseorang. Daud tiba-tiba terperosok ke dalam kesu-
karan dari puncak kejayaannya, sama sekali tanpa diduganya,
dan ini mengajarkan kita untuk bersukacita seolah-olah kita tidak
bersukacita sebab kita tidak tahu seberapa dekat kesukaran
mengintai kita. Demikian pula, pemulihannya ke dalam keadaan-
nya yang jaya dengan tiba-tiba mengajari kita untuk menangis
seolah-olah kita tidak menangis, sebab kita tidak tahu seberapa
cepat badai itu akan menjadi reda dan sesegera apa hardikan
angin ganas mereda menjadi angin sepoi-sepoi yang menyejuk-
kan. Tetapi bagaimanakah pikirannya saat dia mengalami per-
ubahan yang menyenangkan dalam perkaranya itu? Apa yang kini
ia katakan? Dia pun memberitahukannya kepada kita (ay.13).
1. Keluhan-keluhannya berubah menjadi puji-pujian. Dia yakin
bahwa Allah memasangkan ikat pinggang sukacita kepadanya
400
sampai pada kesudahannya supaya dia menjadi pemazmur
yang disenangi di Israel (2Sam. 23:1), supaya kemuliaannya
menyatakan pujian kepada Allah, yaitu lidahnya (sebab lidah
kita yaitu kemuliaan kita, dan ini hanya terjadi bila lidah itu
digunakan untuk memuji Allah) atau jiwanya, sebab itulah
kemuliaan yang kita miliki melebihi makhluk lainnya, dan
harus digunakan untuk memuji Tuhan, dan dengan jiwa kita-
lah kita harus menyenandungkan irama yang manis saat
menyanyikan mazmur. Orang-orang yang telah diselamatkan
dari lobang kubur yang hening tidak boleh berdiam diri di
negeri orang-orang yang hidup, melainkan harus terus memuji
Allah dengan lantang dan terang-terangan.
2. Puji-pujian ini sepertinya akan terus berlangsung untuk se-
lamanya: Untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syu-
kur bagi-Mu. Hal ini menyiratkan tekadnya yang kuat bahwa
dia akan terus memantapkan hati sampai ajalnya untuk terus
memuji Allah. Ini juga menunjukkan pengharapannya yang
tulus agar dia tidak pernah kehabisan alasan untuk terus
memuji dan bahwa dia sebentar lagi akan berada di tempat di
mana puji-pujian itu berlangsung selamanya. Berbahagialah
orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus me-
muji-muji Engkau. Demikianlah kita harus belajar untuk me-
nyesuaikan diri kita di dalam bermacam-macam keadaan yang
diizinkan Allah untuk menimpa diri kita, baik itu keadaan ber-
kekurangan maupun berkelimpahan, keadaan untuk bernya-
nyi tentang belas kasihan maupun tentang penghakiman. Un-
tuk semua keadaan ini kita harus bernyanyi memuji Allah.
PASAL 3 1
ungkin Daud menulis mazmur ini saat ia sedang dikejar-kejar
oleh Saul. Beberapa bagian di dalam mazmur ini secara khusus
cocok dengan kejadian saat Daud dengan susah payah meloloskan
diri di Kehila (1Sam. 23:13), kemudian di padang gurun Maon, saat
Saul bergerak menuju satu sisi bukit sementara Daud berada di sisi
lainnya, dan tidak lama setelah itu, di dalam gua di padang gurun
En-Gedi. Namun demikian, tidak disebutkan apakah memang maz-
mur ini ditulis pada saat peristiwa-peristiwa tersebut terjadi. Mazmur
ini berisi perpaduan antara doa, puji-pujian, dan pengakuan akan
keyakinan di dalam Allah. Semuanya begitu serasi dan saling men-
dartikel ng.
I. Daud menyatakan keyakinannya kepada Allah dengan pe-
nuh sukacita, dan dengan keyakinan ini, ia berdoa agar ia
dibebaskan dari masalah yang sedang dihadapinya (ay. 2-9).
II. Dia mengeluh tentang keadaannya yang menyedihkan, dan
di dalam malapetaka tersebut, ia tetap berdoa agar Allah
berkenan tampil bagi dia untuk menghadapi para penge-
jarnya (ay. 10-19).
III. Dia menutup mazmur tersebut dengan pujian dan sorak ke-
menangan, sambil memuliakan Allah dan mendorong dirinya
sendiri serta orang lain untuk percaya kepada-Nya (ay. 20-
25).
M
402
Doa Mohon Pembebasan;
Pengakuan akan Keyakinan di dalam Allah
(31:1-9)
1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. 2 Pada-Mu, TUHAN, aku ber-
lindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh
sebab keadilan-Mu, 3 sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah
melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu
pertahanan untuk menyelamatkan aku! 4 Sebab Engkau bukit batartikel dan
pertahananku, dan oleh sebab nama-Mu Engkau akan menuntun dan mem-
bimbing aku. 5 Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang
orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku. 6 Ke dalam
tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN,
Allah yang setia. 7 Engkau benci kepada orang-orang yang memuja berhala
yang sia-sia, tetapi aku percaya kepada TUHAN. 8 Aku akan bersorak-sorak
dan bersukacita sebab kasih setia-Mu, sebab Engkau telah menilik seng-
saraku, telah memperhatikan kesesakan jiwaku, 9 dan tidak menyerahkan
aku ke tangan musuh, tetapi menegakkan kakiku di tempat yang lapang.
Iman dan doa harus berjalan bersama-sama. Siapa percaya, biarlah
dia berdoa Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata. Dan siapa ber-
doa, biarlah dia percaya, sebab doa yang penuh iman yaitu doa
yang membuahkan hasil. Dalam ayat-ayat ini terkandung keduanya.
I. Daud, dalam kesengsaraannya, sangat bersungguh-sungguh da-
lam doanya kepada Allah untuk memohon pertolongan dan kele-
gaan. Doa yang dipanjatkannya melegakan roh yang terbeban,
menarik belas kasihan yang dijanjikan, dan benar-benar meno-
pang serta menghibur jiwa yang menantikan belas kasihan itu.
Dia berdoa,
1. Supaya Allah meluputkan dia (ay. 2), bahwa hidupnya terlin-
dung dari niat jahat musuh-musuhnya, dan supaya mereka
berhenti mengejarnya. Ia berdoa supaya bukan saja sebab
belas kasihan-Nya, namun juga sebab keadilan-Nya, Allah
mau membebaskan dia, bertindak sebagai Hakim yang adil di
antara dia dan para pengejarnya yang fasik. Ia meminta agar
Allah berkenan menyendengkan telinga-Nya kepada permo-
honannya, pada seruannya, dan membebaskan dia (ay. 3).
Allah begitu rendah hati sehingga Dia bersedia peduli terhadap
masalah yang dihadapi orang-orang besar dan yang baik hati-
nya. Dia merendahkan diri-Nya sendiri untuk melakukan hal
itu. Si pemazmur juga berdoa supaya Dia meluputkannya de-
ngan segera, sebab kalau tidak, jika Dia lama menunda-nun-
da untuk membebaskannya, maka imannya pasti akan gugur.
Kitab Mazmur 31:1-9
403
2. Supaya seandainya Dia tidak segera membebaskan dirinya
dari persoalannya, maka setidaknya Dia mau melindungi dan
menjaganya di tengah pergumulannya itu. Jadilah bagiku gu-
nung batu, yang tidak tergoyahkan, tidak terkalahkan, seperti
tempat perlindungan yang kokoh yang terbentuk oleh alam,
dan kubu pertahananku, benteng yang dibangun oleh rancang-
an ahli, semuanya untuk menyelamatkan aku! sebab itu, kita
dapat berdoa agar pemeliharaan Allah menjaga hidup kita ser-
ta menghibur kita, dan oleh anugerah-Nya kita dimampukan
untuk percaya bahwa kita aman di dalam Dia (Ams. 18:10).
3. Bahwa walaupun begitu sukar permasalahannya, baik dalam
hal tugas maupun dalam membuat keputusan, ia tetap bisa
mendapatkan tuntunan ilahi, Tuhan, tuntun dan bimbinglah
aku (ay. 4), sebab itu tetapkan langkahku, pimpinlah rohku,
agar aku tidak akan pernah melakukan perbuatan yang terla-
rang dan yang tidak dapat dibenarkan yang bertentangan de-
ngan hati nuraniku, ataupun perbuatan yang tidak bijaksana
dan gegabah yang bertentangan dengan kepentinganku.
Hendaklah orang-orang yang memutuskan untuk mengikuti
tuntunan Allah berdoa dengan iman agar mereka memperoleh
tuntunan-Nya.
4. Bahwa sebab para musuhnya begitu licik dan penuh kedeng-
kian, maka Allah mau menggagalkan dan mengacaukan ran-
cangan mereka terhadapnya (ay. 5): Engkau akan mengeluar-
kan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, dan
jauhkanlah aku dari dosa, kesulitan dan maut yang mereka
rancang untuk menjebak aku.
II. Dalam doa ini dia memuliakan Allah dengan berulang-ulang
mengakui bahwa ia percaya dan bergantung kepada-Nya. Ini men-
dorongnya untuk berdoa dan melayakkan dia untuk mendapat-
kan belas kasihan yang dimintanya (ay. 2): Pada-Mu, TUHAN, aku
berlindung (KJV: menaruh kepercayaanku pen.), dan bukan pada
diriku sendiri, atau pada kemampuanku sendiri, atau pada makh-
luk apa pun. Janganlah sekali-kali aku mendapat malu, jangan
sampai aku menjadi kecewa dengan segala kebaikan yang telah
Engkau janjikan kepadaku, yang oleh sebab nya aku memperca-
yakan diriku pada-Mu.
404
1. Dia telah memilih Allah sebagai pelindungnya, dan melalui
janji-Nya, Allah telah bersumpah untuk berbuat demikian (ay.
4): Sebab Engkau bukit batartikel dan pertahananku, menurut
kovenan yang Kaubuat dengan aku serta kepercayaanku ter-
hadap kovenan tersebut. sebab itu, jadilah bagiku gunung
batu tempat perlindungan (ay. 3). Orang-orang yang telah
mengakui Dia dengan tulus sebagai Tuhan mereka boleh
mengharapkan manfaat dari keberadaan-Nya sebagai Tuhan
mereka. sebab , hubungan kita dengan Allah akan diikuti de-
ngan nama baik-Nya serta menghasilkan sesuatu. Sebab Eng-
kaulah tempat perlindunganku (KJV: Engkaulah kekuatanku
pen.) (ay. 5). Jika Allah menjadi kekuatan kita, kita boleh ber-
harap bahwa Dia akan menaruh kekuatan-Nya di dalam kita,
sekaligus mengerahkan kekuatan-Nya bagi kita.
2. Secara istimewa Daud menyerahkan nyawanya kepada-Nya
(ay. 6): Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku.
(1) Jika di sini Daud memandang dirinya sendiri sebagai orang
yang sedang meregang nyawa, maka dengan perkataan ini
ia merelakan jiwanya yang akan melayang kepada Allah,
yang telah memberikan roh kepadanya, dan kepada siapa
rohnya itu akan kembali saat ia mati. Manusia hanya da-
pat membunuh tubuh, tetapi aku percaya bahwa Allah
akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia
orang mati (Mzm. 49:16). Dia rela mati jika Allah menghen-
dakinya. Tetapi, biarlah nyawaku jatuh ke dalam tangan
Tuhan, sebab besar kasih sayang-Nya. Dengan perkataan
ini Tuhan kita Yesus menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu
salib, dan menjadikan nyawa-Nya itu sebagai persembah-
an. Suatu korban persembahan bagi dosa yang diberikan
atas kehendak-Nya sendiri. Dengan sukarela Dia menye-
rahkan hidup-Nya sebagai tebusan. Melalui teladan Stefa-
nus, kita diajar untuk memandang Kristus yang duduk di
sebelah kanan Allah, dan menyerahkan nyawa kita kepada-
Nya saat kita berada di ambang maut: Ya Tuhan Yesus,
terimalah rohku. Namun demikian,
(2) Di sini Daud haruslah dipandang sebagai orang yang se-
dang berada dalam kesesakan dan kesukaran. Dan,
Kitab Mazmur 31:1-9
405
[1] Yang paling dipedulikannya yaitu nyawanya, rohnya,
yang merupakan bagian yang paling penting. Perhati-
kan, penderitaan badaniah yang kita alami sudah seha-
rusnya membuat kita lebih peduli pada jiwa kita. Ba-
nyak orang mengira bahwa saat sedang dipusingkan
oleh urusan duniawi mereka, dan Allah melipatganda-
kan perhatian-Nya pada persoalan mereka itu, mereka
dapat dimaafkan apabila mereka melalaikan jiwa mere-
ka. Padahal, sebab semakin berbahayanya hidup dan
kepentingan-kepentingan duniawi kita, membuat kita
seharusnya lebih menjaga jiwa kita. Dengan begitu,
meskipun manusia lahiriah kita binasa, manusia ba-
tiniah kita tidak akan menderita apa-apa (2Kor. 4:16),
sehingga kita dapat mempertahankan jiwa kita saat kita
tidak dapat mempertahankan yang lainnya (Luk. 21:9)
[2] Dia berpikir bahwa hal terbaik yang dapat diperbuatnya
bagi jiwanya yaitu dengan menyerahkannya ke dalam
tangan Allah, dan mempercayai Dia sedemikian rupa.
Dia telah berdoa (ay. 5) agar ia dicabut keluar dari ja-
ring persoalan lahiriah. Namun seolah tidak mau ber-
sikeras dengan permohonannya itu (supaya biarlah ke-
hendak Allah saja yang terjadi), dia segera membatalkan
permohonannya itu, dan menyerahkan nyawanya, yaitu
manusia batiniahnya, ke dalam tangan Allah. Ya Tu-
han, apa pun yang terjadi pada diriku, pada tubuhku,
biarlah jiwaku tetap selamat. Perhatikan, sudah men-
jadi kebijaksanaan dan kewajiban setiap kita untuk de-
ngan sungguh hati menyerahkan roh kita ke dalam ta-
ngan Allah, agar kita dikuduskan oleh anugerah-Nya,
dibaktikan untuk kehormatan-Nya, dipekerjakan di da-
lam pelayanan-Nya, dan dilayakkan bagi kerajaan-Nya.
Yang mendorong kita untuk menyerahkan roh kita ke
dalam tangan Allah yaitu kenyataan bahwa Dia tidak
saja telah menciptakan, tetapi juga telah menebus roh
kita. Pembebasan khusus yang dilakukan bagi jemaat
dan orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama merupa-
kan lambang penebusan kita yang dilakukan oleh Yesus
Kristus (Kej. 48:16). Begitu mulianya penebusan jiwa,
sehingga andaikata Kristus tidak memikul tanggung ja-
406
wab untuk itu, niscaya penebusan itu akan terhenti
untuk selamanya. Namun, dengan membebaskan jiwa
kita, Dia bukan saja memperoleh tambahan hak dan ke-
pemilikan atas jiwa tersebut, yang mewajibkan kita un-
tuk menyerahkannya kepada-Nya sebagai milik-Nya,
tetapi juga Dia telah menunjukkan kebaikan serta kepe-
dulian-Nya yang luar biasa atas jiwa kita, yang men-
dorong kita untuk menyerahkan jiwa kita kepada-Nya,
supaya terpelihara di dalam kerajaan sorgawi-Nya
(2Tim. 1:12): Engkau membebaskan aku, ya TUHAN,
Allah yang setia! Bebaskan aku sesuai dengan janji
yang akan Engkau tepati.
III. Dia sama sekali tidak mau bersekutu dengan orang-orang yang
mengandalkan kekuatan manusia (ay. 7): Engkau benci kepada
orang-orang yang memuja berhala yang sia-sia (KJV: Aku benci
kepada orang-orang yang memuja kesia-siaan yang penuh dusta
pen.), yaitu para penyembah berhala (menurut sebagian orang),
yang mengharapkan bantuan dari allah-allah palsu, yang sia-sia
dan bohong belaka. Ini termasuk ahli-ahli perbintangan dan
orang-orang yang mendengarkan mereka, demikian menurut pen-
dapat yang lain. Daud membenci ilmu sihir dan ramalan. Dia ti-
dak mencari petunjuk dari atau bahkan sekadar memperhatikan
terbangnya burung ataupun perilaku binatang, pertanda baik
ataupun buruk. Semuanya itu yaitu kebohongan yang sia-sia.
Dia bukan saja tidak memperhatikan hal-hal itu, tetapi juga mem-
benci kejahatan orang-orang yang melakukannya. Dia hanya per-
caya kepada Allah saja, dan tidak kepada makhluk yang lain. Ia
tidak peduli dengan istana atau negerinya, dengan tempat peristi-
rahatan atau kubu-kubu pertahanannya, bahkan dengan pedang
Goliat sekalipun semuanya ini hanyalah kebohongan yang sia-
sia, yang tidak dapat diandalkan olehnya. Ia hanya percaya ke-
pada Tuhan saja (Mzm. 40:5; Yer. 17:5).
IV. Dia menghibur diri dengan pengharapannya di dalam Allah. Ia
tidak saja menenangkan dirinya, tetapi juga bersukacita dengan
pengharapan itu (ay. 8). Setelah bersandar pada belas kasihan
Allah, dia hendak bergirang dan bersukacita di dalamnya. Begitu-
lah, barang siapa tidak tahu menghargai pengharapan mereka di
Kitab Mazmur 31:1-9
407
dalam Allah, ia tidak dapat menemukan sukacita di dalam peng-
harapan itu, yang cartikel p untuk mengimbangi dukacita mereka
dan mengusir kepedihan mereka.
V. Dia menguatkan diri dalam pengharapannya ini dengan meng-
ingat kembali kebaikan Allah, baik yang baru saja dialaminya
maupun yang terjadi sebelumnya. Dia menyebutkan kebaikan
Allah itu untuk memuliakan-Nya, yaitu Dia yang telah membebas-
kannya, dan akan melakukannya lagi nanti.
1. Allah telah memperhatikan kesesakannya dan segala peristiwa
yang menyertainya: Engkau telah menilik sengsaraku, dengan
hikmat untuk melegakan penderitaanku, dengan kerendahan
hati dan belas kasihan terhadap keadaan hamba-Mu yang
hina ini.
2. Allah telah mengamati keadaan rohnya dan sikap hatinya se-
lama ada dalam penderitaannya: Engkau telah memperhatikan
kesesakan jiwaku, dengan perhatian dan kepedulian yang
sungguh-sungguh. Mata Allah tertuju pada jiwa kita saat
kita berada di tengah persoalan, untuk melihat apakah kita
merendahkan diri sebab dosa, tunduk pada kehendak Allah,
dan berubah menjadi lebih baik akibat penderitaan tersebut
atau tidak. Saat jiwa yang sedang tertekan dalam penderitaan
diangkat dan diserahkan kepada-Nya dengan ibadah yang se-
jati, Dia tahu akan hal itu.
3. Dia telah meluputkan Daud dari tangan Saul saat Dia menye-
lamatkannya di Kehila (1Sam. 23:7): Engkau tidak menyerah-
kan aku ke tangan musuh, tetapi membebaskan aku, di tempat
yang lapang, ke mana aku dapat menyelamatkan diri (ay. 9).
sebab Kristus mengutip perkataan ini (ay. 6) di atas kayu
salib, maka kita boleh yakin bahwa perkataan tersebut tertuju
pada diri Kristus, yang percaya kepada Bapa-Nya dan ditopang
serta dibebaskan oleh-Nya, dan sangat ditinggikan, sebab Dia
merendahkan diri-Nya sendiri. Hal ini layak direnungkan saat
kita menyanyikan ayat-ayat ini, selain untuk mengakui hadirat
Allah yang penuh belas kasih yang kita alami di tengah per-
soalan kita, juga untuk mendorong kita untuk mempercaya-
kan masa depan kita kepada-Nya.
408
Keluhan yang Penuh Kesedihan;
Doa yang Rendah Hati dan Penuh Rasa Percaya
(31:10-19)
10 Kasihanilah aku, ya TUHAN, sebab aku merasa sesak; sebab sakit hati
mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku. 11 Sebab hidupku habis
dalam duka dan tahun-tahun umurku dalam keluh kesah; kekuatanku me-
rosot sebab sengsaraku, dan tulang-tulangku menjadi lemah. 12 Di hadapan
semua lawanku aku tercela, menakutkan bagi tetangga-tetanggaku, dan
menjadi kekejutan bagi kenalan-kenalanku; mereka yang melihat aku di
jalan lari dari padaku. 13 Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati,
telah menjadi seperti barang yang pecah. 14 Sebab aku mendengar banyak
orang berbisik-bisik, ada kegentaran dari segala pihak! mereka bersama-
sama bermufakat mencelakakan aku, mereka bermaksud mencabut nyawa-
ku. 15 Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: Engkau-
lah Allahku! 16 Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari
tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku! 17 Buatlah
wajah-Mu bercahaya atas hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-
Mu! 18 TUHAN, janganlah membiarkan aku mendapat malu, sebab aku ber-
seru kepada-Mu; biarlah orang-orang fasik mendapat malu dan turun ke
dunia orang mati dan bungkam. 19 Biarlah bibir dusta menjadi kelu, yang
mencaci maki orang benar dengan kecongkakan dan penghinaan!
Dalam ayat-ayat sebelumnya Daud telah memohon keadilan Allah,
dan menyeru-nyerukan hubungannya dengan Allah, serta betapa ia
bergantung kepada-Nya. Di sini dia berseru memohon belas kasihan-
Nya, dan mengutarakan betapa besar kesusahan yang dialaminya,
yang menjadikannya layak memperoleh belas kasihan itu.
Perhatikanlah:
I. Bagaimana ia mengeluh tentang persoalan dan kesesakan yang
dialaminya (ay. 10): Kasihanilah aku, ya TUHAN, sebab aku me-
rasa sesak, dan memerlukan belas kasihan-Mu. Bagaimana dia
mengingat keadaannya bahkan tidak jauh berbeda dengan bebe-
rapa keluhan yang diucapkan Ayub.
1. Persoalan yang dihadapinya sedemikian membekas dalam be-
naknya dan membuatnya sangat berduka. Begitu hebat kepe-
dihannya hingga jiwanya tenggelam di dalamnya. Hidupnya
berlalu dengan semua keadaan ini, dan dia terus-menerus me-
ngeluh (ay. 10-11). Dalam hal ini dia melambangkan Kristus,
yang sangat akrab dengan penderitaan dan sering menangis.
Dari raut muka Daud yang segar dan kemerah-merahan, de-
ngan kepandaiannya bermusik, serta perbuatannya yang ga-
gah berani di masa mudanya, kita bisa menduga bahwa dia
Kitab Mazmur 31:10-19
409
yaitu orang yang periang sekaligus tegar. Dia cenderung ber-
gembira, dan tidak menyimpan persoalan di dalam hatinya.
Akan tetapi, di sini kita melihat betapa berubahnya dia: dia
nyaris kehabisan air mata, dan nafasnya hampir putus. Biar-
lah orang-orang yang penuh gairah hidup dan riang gembira
berhati-hati memasuki keadaan yang luar biasa, dan tidak
pernah menentang datangnya kesusahan. Allah dapat mene-
mukan cara untuk membuat mereka murung jika mereka
tidak mau belajar untuk bersungguh-sungguh.
2. Tubuhnya menderita oleh sebab dukacita dalam pikirannya
(ay. 11): Kekuatanku merosot, tulang-tulangku menjadi lemah,
dan semua itu oleh sebab sengsaraku (KJV: oleh sebab pe-
langgaranku pen.). Mengenai Saul dan perselisihannya de-
ngan dia, dengan yakin Daud dapat bersikeras bahwa ia be-
nar. Akan tetapi, berkenaan dengan sengsara yang ditimpakan
Allah kepadanya, dia mengakui bahwa dia layak mendapat-
kannya, dan dengan rela hati mengaku bahwa kejahatannya-
lah yang menimbulkan semua persoalan yang dialaminya itu.
Kesadaran akan dosa menyentuhnya sampai ke dalam hati
dan menghancurkan dirinya melebihi segala malapetaka yang
dihadapinya.
3. Sahabat-sahabatnya berlaku tidak ramah dan menjadi malu
sebab dia. Dia menjadi kekejutan bagi kenalan-kenalannya.
saat mereka melihatnya, mereka lari dari padanya (ay. 12).
Mereka tidak berani melindunginya ataupun memberinya per-
tolongan. Mereka tidak berani menunjukkan dartikel ngan kepa-
danya, atau bahkan sekadar terlihat bersamanya. Mereka ta-
kut mengalami masalah jika melakukannya, sebab Saul telah
menyatakan bahwa dia yaitu seorang pengkhianat dan pe-
langgar hartikel m. Mereka sudah melihat betapa mahalnya harga
yang harus dibayar oleh imam Ahimelekh sebab membantu
dan menyokong Daud, meskipun hal itu dilakukannya tanpa
sepenuhnya memahami perkara yang terjadi. Oleh sebab itu,
walaupun mereka harus mengakui bahwa dia telah diperlaku-
kan dengan sangat tidak adil, mereka tidak berani tampil bagi-
nya. Dia telah dilupakan oleh mereka, hilang dari ingatan se-
perti orang mati (ay. 13), dan dipandang dengan hina seperti
barang yang pecah. Mereka yang menyanjung-nyanjungnya se-
demikian rupa saat ia berada di posisi terhormat, sekarang
410
menjadi orang asing baginya, begitu ia terpuruk ke dalam si-
tuasi yang memalukan, meskipun dengan cara yang tidak adil.
Demikianlah dunia dipenuhi dengan sahabat seperti burung
layang-layang, yang lenyap di musim dingin. Biarlah mereka
yang terperosok ke dalam pihak yang kalah tidak menganggap
aneh jika dikucilkan sebab nya. Namun demikian, pastikanlah
bahwa ada seorang sahabat di sorga yang tidak akan mem-
biarkan mereka. Carilah Dia.
4. Musuh-musuhnya menghakiminya dengan tidak adil. Mereka
tidak akan mengejar-ngejar dia begitu rupa jika mereka tidak
terlebih dahulu menganggapnya sebagai orang jahat. Di hadap-
an semua lawannya dia tercela, menakutkan bagi tetangga-
tetangganya (ay. 12). Mereka yang telah menyaksikan dia se-
bagai orang yang penuh integritas (lurus dan bertanggung
jawab), dan telah yakin sepenuhnya dalam hati nurani mereka
bahwa dia yaitu orang yang jujur, justru menjadi orang-
orang yang tampil ke depan untuk menunjukkan dia sebagai
orang yang berlawanan dengan sifat-sifat itu. Mereka melaku-
kan ini supaya bisa menjilat Saul. Demikianlah ia mendengar
banyak orang berbisik-bisik. Setiap orang menggenggam batu
untuk melemparinya, sebab ada kegentaran dari segala
pihak. Artinya, mereka tidak berani melakukan tindakan seba-
liknya, sebab orang yang tidak mau ikut-ikutan mendakwa
Daud akan dianggap tidak setia kepada Saul. Begitulah,
orang-orang baik selalu digambarkan sebagai orang jahat oleh
mereka yang sudah berniat buruk kepada mereka.
5. Hidupnya menjadi sasaran dan ia masuk ke dalam bahaya
yang berkepanjangan di dalamnya. Kegentaran ada di segala
pihak, dan ia tahu bahwa apa pun yang direncanakan oleh
para musuh terhadapnya, rencana itu bukan bertujuan untuk
merampas kebebasannya, melainkan untuk mengenyahkan
hidupnya (ay. 14), suatu hidup yang sangat bernilai, dan ber-
guna, hidup yang dihiasi jasa-jasa kepada bangsa Israel; suatu
hidup yang belum pernah diserahkan kepada siapa pun sebe-
lumnya. Demikian juga, dalam semua rancangan yang dibuat
orang Farisi dan pengikut Herodes terhadap Kristus, tujuan-
nya hanyalah untuk mengenyahkan hidup-Nya. Seperti itulah
kebencian dan kekejaman keturunan si ular.
Kitab Mazmur 31:10-19
411
II. Keyakinannya kepada Allah di tengah-tengah segala persoalan ter-
sebut. Segalanya tampak gelap dan suram di sekelilingnya, dan
membuatnya nyaris putus asa. Tetapi aku, kepada-Mu aku per-
caya, ya TUHAN (ay. 15), dan oleh sebab nya aku tidak tengge-
lam. Musuh-musuhnya merenggut nama baiknya yang sudah
dikenal orang banyak, tetapi mereka tidak bisa merenggutnya dari
penghiburannya di dalam Allah, sebab mereka tidak dapat mem-
belokkan dia dari keyakinannya kepada Allah. Dalam dua hal ia
menghibur dirinya di tengah keadaannya yang sulit, dan ia datang
kepada Allah serta menyerukan kedua hal itu kepada-Nya:
1. Engkaulah Allahku. Aku telah memilih Engkau menjadi Allah-
ku, dan Engkau telah berjanji untuk menjadi Allahku. Apabila
Dia menjadi Allah kita dan kita dapat menyebut-Nya demikian
oleh iman, maka itu sudah cartikel p, saat tidak ada lagi yang
bisa kita panggil sebagai milik kita. Engkaulah Allahku, kare-
na itu kepada siapa lagi aku harus pergi mencari pertolongan
selain kepada Engkau? Siapa yang bisa berseru seperti ini,
dia akan bebas dalam doa-doanya. Sebab, jika Allah berjanji
untuk menjadi Allah kita, Dia akan menjawab permohonan
kita, sehingga akan tampak seberapa besar dan dalamnya
hubungan kita dengan Allah.
2. Masa hidupku ada dalam tangan-Mu. Gabungkan pernyataan
ini dengan pernyataan sebelumnya, dan lengkaplah penghi-
buran itu. Jika masa hidup kita ada di tangan Allah, Dia dapat
menolong kita. Dan, jika Ia menjadi Allah kita, Dia akan meno-
long kita. Jadi, apa lagi yang dapat mengecilkan hati kita? Bagi
orang yang memiliki Allah sebagai Allah mereka, merupakan
suatu dartikel ngan besar bahwa masa hidup mereka ada di ta-
ngan-Nya. Tentulah Dia akan mengatur dan menentukan apa
yang terbaik bagi mereka. Bagi semua orang yang juga menye-
rahkan nyawa mereka ke dalam tangan-Nya, Dia juga akan
menjawab mereka tepat pada waktunya, sebagaimana Daud di
sini (ay. 6). Masa hidup ada di tangan Allah. Dia berhak untuk
memperpanjang atau memperpendek, membuatnya pahit atau
manis, sebagaimana yang diinginkan-Nya, sesuai dengan kebi-
jaksanaan-Nya. Waktu kita (yaitu semua peristiwa yang ber-
kaitan dengan diri kita dan waktu terjadinya) ditentukan oleh
Allah. Waktu kita tidak berada di dalam tangan kita sendiri,
sebab jalan hidup manusia tidak berada di dalam dirinya
412
sendiri, tidak juga di dalam tangan teman-teman kita, ataupun
di tangan musuh-musuh kita, tetapi dalam tangan Allah. Dari
TUHAN orang menerima keadilan. Dalam doanya, Daud tidak
mengatur Allah, tetapi berserah kepada-Nya. Tuhan, masa hi-
dupku ada dalam tangan-Mu, dan aku begitu bersyartikel r kare-
nanya. Hidupku tidak mungkin menjadi lebih baik jika tidak
berada dalam tangan-Mu. Biarlah kehendak-Mu yang jadi.
III. Permohonannya kepada Allah, dalam iman dan kepercayaannya
itu,
1. Dia berdoa agar Allah mau melepaskan dia dari tangan mu-
suh-musuhnya (ay. 16) serta menyelamatkannya (ay. 17), dan
ini yaitu sebab belas kasihan-Nya semata, bukan sebab dia
layak untuk itu. Kesempatan kita ada dalam tangan Allah (de-
mikian menurut tafsiran beberapa orang), oleh sebab itu Dia
tahu bagaimana memilih waktu yang paling baik dan paling
tepat untuk membebaskan kita, dan kita harus bersedia me-
nunggu waktu itu tiba. Saat nyawa Saul berada di tangan
Daud di dalam gua, orang-orang yang berada di dekatnya ber-
kata, Inilah waktunya Allah akan membebaskan engkau
(1Sam. 24:5). Tidak, jawab Daud, Tidak akan tiba waktunya
aku bebas, kecuali bila itu terjadi tanpa adanya perbuatan
dosa. Aku akan menunggu sampai saat itu tiba, sebab itu
yaitu waktu Allah, dan waktu Allah yaitu waktu yang ter-
baik.
2. Agar Allah mau menghibur dia dalam masa penantiannya (ay.
17): Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-Mu. Biarlah
aku memperoleh tanda dan bukti-bukti yang menghibur hati
bahwa Engkau berkenan kepadaku, sehingga hatiku bersuka-
cita di tengah segala dukaku.
3. Agar doanya kepada Allah boleh terjawab dan pengharapannya
dalam Allah tergenapi (ay. 18): Janganlah membiarkan aku
mendapat malu oleh pengharapan dan doa-doaku, sebab aku
berseru kepada-Mu, yang tidak pernah bersabda kepada umat-
Mu, Carilah dengan sia-sia, dan berharaplah dengan sia-sia.
4. Agar orang-orang jahat, khususnya para musuhnya, boleh
dipermalukan serta dibungkam. Mereka begitu yakin bahwa
mereka akan berhasil melawan Daud, dan akan menjatuhkan
serta menghancurkan dia. Tuhan, katanya, biarlah mereka
Kitab Mazmur 31:10-19
413
mendapat malu dengan keyakinan diri mereka itu akibat rasa
kecewa sebab pengharapan mereka itu tidak terpenuhi, se-
perti yang terjadi dengan orang-orang yang menentang pemba-
ngunan tembok Yerusalem, mereka sangat kehilangan muka
saat tembok itu selesai dibangun (Neh. 6:16). Biarlah mereka
turun ke dunia orang mati dan bungkam. Perhatikan, maut
akan membungkam amarah dan teriakan-teriakan para peng-
aniaya yang kejam, yang tidak dapat dibungkamkan oleh akal
pikiran. Dalam kubur, orang jahat akan berhenti membuat ke-
kacauan. Secara khusus dia memohon (tepatnya, dia menu-
buatkan), bahwa mereka yang mencela dan memfitnah umat
Allah akan dibungkam (ay. 19): Biarlah bibir dusta menjadi
kelu, yang mencaci maki orang benar dengan kecongkakan dan
penghinaan! Ini merupakan doa yang sangat bagus, sebab :
(1) Sering kali kita mendapat alasan untuk menaikkannya ke-
pada Allah, sebab mereka yang memakai mulut mereka
untuk menentang sorga biasanya juga mengutuki pewaris-
pewaris sorga. Ajaran agama yang dijalani oleh para peng-
anutnya yang taat dan bersungguh-sungguh mendapat ten-
tangan di mana-mana,
[1] Dengan penuh kedengkian: Orang-orang jahat mencaci
maki para penganut itu untuk membuat mereka jeng-
kel. Mereka berharap bisa menyakiti hati para penganut
itu dengan perkataan mereka itu. Mereka melontarkan
perkataan-perkataan keras (begitulah artinya), yang me-
nimbulkan kesulitan bagi para penganut agama itu. De-
ngan itu mereka berharap dapat melekatkan ciri-ciri
dan sifat-sifat buruk yang sukar dihilangkan pada diri
para penganut itu.
[2] Dengan penuh kepalsuan: Mereka yaitu bibir dusta,
diajar oleh bapa segala dusta dan melayani kepenting-
annya.
[3] Dengan penuh olok-olok dan cibiran: Mereka berbicara
dengan congkak dan menghina, seakan-akan orang be-
nar yang dihormati oleh Allah yaitu orang-orang yang
paling hina di muka bumi, dan tidak layak untuk ditem-
patkan bersama-sama dengan anjing-anjing mereka.
Tampaknya mereka menyangka bahwa menceritakan
414
dusta dengan sengaja bukanlah dosa, jika itu bisa da-
pat dipakai untuk mendatangkan kebencian atau ke-
caman kepada orang baik. Ya, Allah kami, dengarlah ba-
gaimana kami dihina.
(2) Kita dapat berdoa dengan iman, agar bibir-bibir dusta ini
dibungkamkan. Allah mempunyai banyak cara untuk mela-
kukannya. Kadang-kadang Dia menyadarkan hati nurani
orang-orang yang mencela umat-Nya, dan membalikkan
hati mereka. Kadang-kadang melalui pemeliharaan-Nya,
dengan jelas Dia membuktikan bahwa tuduhan mereka
salah, dan menampilkan kebenaran umat-Nya seperti te-
rang. Meskipun demikian, akan tiba harinya saat Allah
menginsafkan para pendosa yang fasik bahwa betapa ke-
lirunya semua kata-kata keji yang telah mereka ucapkan
kepada umat-Nya. Pada saat itu Dia akan menjatuhkan hu-
kuman kepada mereka (Yud. 14-15). Dengan demikian
akan terjawablah doa dalam mazmur ini saat itu, dan
hingga hari itu tiba, mata kita harus terus tertuju ke sana
dengan memazmurkan doa ini, disertai perbuatan baik,
sebisa mungkin, untuk membungkamkan kepicikan orang-
orang yang bodoh (1Ptr. 2:15).
Sorak Kemenangan
(31:20-25)
20 Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang
takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung
pada-Mu, di hadapan manusia! 21 Engkau menyembunyikan mereka dalam
naungan wajah-Mu terhadap persekongkolan orang-orang; Engkau melin-
dungi mereka dalam pondok terhadap perbantahan lidah. 22 Terpujilah
TUHAN, sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada
waktu kesesakan! 23Aku menyangka dalam kebingunganku: Aku telah ter-
buang dari hadapan mata-Mu. Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan
suara permohonanku, saat aku berteriak kepada-Mu minta tolong. 24 Ka-
sihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya! TUHAN menjaga orang-
orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya
dengan tidak tanggung-tanggung. 25 Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu,
hai semua orang yang berharap kepada TUHAN!
Kitab Mazmur 31:20-25
415
Dalam ayat-ayat ini dapat dilihat tiga hal:
I. Pengakuan Daud bahwa ia percaya akan kebaikan Allah pada
umumnya bagi seluruh umat-Nya (ay. 20-21).
1. Allah memang baik kepada semua orang, tetapi khususnya
kepada umat Israel. Kebaikan-Nya bagi mereka begitu luar
biasa, dan akan membuat mereka kagum untuk selama-lama-
nya: Alangkah limpahnya kebaikan-Mu! Betapa dalamnya ran-
cangan kebaikan-Mu! Betapa kayanya perbendaharaannya!
Betapa cuma-cuma dan melimpahnya kebaikan itu diberikan!
Justru orang-orang yang dihujani manusia dengan fitnah akan
dilimpahi Allah dengan berkat dan hormat. Mereka yang meng-
ambil bagian dalam kebaikan ini digambarkan sebagai orang-
orang yang takut akan Allah dan percaya kepada-Nya, yang
mengagumi kebesaran-Nya dan mengandalkan anugerah-Nya.
Dikatakan bahwa kebaikan ini disimpan bagi mereka dan dila-
kukan bagi mereka.
(1) Ada kebaikan yang disimpan bagi mereka di dunia yang
lain, suatu warisan yang tersimpan di sorga (1Ptr. 1:4). Se-
lain itu, ada kebaikan yang dilakukan juga bagi mereka di
dunia ini, kebaikan yang dikerjakan di dalam diri mereka.
Kebaikan Allah tersedia cartikel p bagi anak-anak-Nya, baik
sebagai bagian dan warisan saat mereka dewasa, mau-
pun untuk memelihara dan mengajar mereka saat mereka
belum akil baliq. Kebaikan Allah tersedia cartikel p di dalam
tempat simpanan-Nya maupun di dalam tangan untuk di-
nikmati sekarang.
(2) Kebaikan ini tersimpan dalam janji-Nya bagi semua orang
yang takut akan Dia. Kepada mereka diberikan jaminan se-
hingga mereka tidak akan menginginkan apa pun yang lain
lagi. Kebaikan itu dikerjakan, saat janji itu diwujudkan,
bagi mereka yang percaya kepada-Nya yang berpegang
pada janji itu dengan iman, menyimpannya, dan mengam-
bil manfaat serta penghiburan darinya. Jika apa yang di-
simpan bagi kita dalam harta kovenan kekal itu tidak di-
kerjakan bagi kita, maka itu yaitu kesalahan kita sendiri,
sebab kita tidak percaya. Akan tetapi, orang-orang yang
percaya kepada Allah, mereka akan terhibur oleh kebaikan-
416
Nya dan mendapatkan penghargaan atas kepercayaan me-
reka itu (dan bagi sebagian orang penghargaan itu akan be-
rupa suatu kedudukan). Kebaikan itu dikerjakan bagi me-
reka di hadapan manusia. Kebaikan Allah akan meninggik-
an mereka dan menyingkirkan fitnah dari mereka, sebab
semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa
mereka yaitu keturunan yang diberkati TUHAN (Yes. 61:9).
2. Allah menjaga manusia dan binatang. Namun, secara khusus
Dia melindungi umat-Nya (ay. 21): Engkau menyembunyikan
mereka. Sebagaimana kebaikan-Nya disembunyikan dan di-
simpan bagi mereka, demikian juga mereka disembunyikan
dan disimpan bagi kebaikan-Nya. Orang-orang kudus yaitu
orang-orang yang disembunyikan Allah.
Perhatikanlah:
(1) Bahaya yang mereka sedang hadapi. Bahaya ini timbul dari
kecongkakan manusia dan dari perbantahan lidah. Orang-
orang congkak melecehkan mereka, menginjak-injak mere-
ka dan melangkahi mereka. Orang-orang yang suka ber-
bantah mengajak mereka bertengkar, dan saat timbul
perbantahan lidah, orang-orang baik sering kali mengikuti
cara yang paling buruk. Kecongkakan manusia membaha-
yakan kebebasan orang-orang kudus itu. Perbantahan li-
dah dalam perdebatan yang diputarbalikkan membahaya-
kan kebenaran. Namun demikian,
(2) Perhatikan pembelaan yang dimiliki orang-orang kudus:
Engkau melindungi mereka dalam naungan wajah-Mu, da-
lam pondok perlindungan. Pemeliharaan Allah akan melin-
dungi mereka dari kedengkian musuh mereka. Dia mempu-
nyai banyak cara untuk menaungi mereka. saat Barukh
dan Yeremia sedang dikejar dan dicari-cari, Tuhan menyem-
bunyikan mereka (Yer. 36:26). Anugerah Allah akan melin-
dungi mereka aman dari jahatnya penghakiman yang ada
di luar sana. Segala penghakiman itu tidak punya sengat
bagi mereka. Mereka akan disembunyikan pada hari ke-
murkaan Allah, sebab tidak ada amarah atas mereka.
Penghiburan-Nya akan membuat mereka tetap tenang dan
bergembira. Tempat kudus-Nya, di mana mereka mengada-
kan persekutuan dengan Dia, menaungi mereka dari panah
Kitab Mazmur 31:20-25
417
api kengerian dan godaan. Selanjutnya, istana-istana ke-
diaman yang disediakan-Nya di sorga akan segera menjadi
tempat perteduhan mereka dari semua bahaya dan keta-
kutan, untuk selamanya.
II. Ungkapan penuh syartikel r yang dihaturkan Daud secara khusus
sebagai balasan atas kebaikan Allah (ay. 22-23). Setelah menga-
gumi kebaikan Allah bagi semua orang kudus, di sini dia meng-
akui sendiri betapa baiknya Allah bagi dirinya pribadi.
1. Di luar sana terdapat pertengkaran, tetapi secara ajaib Allah
telah melindungi nyawanya: Sebab kasih setia-Nya ditunjuk-
kan-Nya kepadaku dengan ajaib, Dia telah menunjukkan ke-
padaku bahwa Dia peduli akan diriku dan berkenan kepada-
ku, melebihi apa yang dapat kuharapkan. Jika kita menim-
bang-nimbang semua hal, kasih setia Allah kepada umat-Nya
memang mengagumkan. Namun demikian, dari semua yang
mengagumkan itu beberapa di antaranya, bahkan yang terjadi
di muka bumi ini, begitu luar biasa di mata umat-Nya. Demi-
kianlah yang kita lihat di sini, saat Allah melindungi Daud
dari pedang Saul, dalam gua-gua dan di hutan, ia aman se-
perti berada di dalam kota yang kuat. Di Kehila, kota yang ber-
kubu itu, Allah menunjukkan kepadanya kasih setia yang
besar, baik dengan memakainya sebagai alat untuk menyela-
matkan penduduk kota tersebut dari tangan orang Filistin,
maupun menyelamatkan dia dari tangan penduduk kota yang
sama, yang sedemikian tidak tahu berterima kasih sebab
hendak menyerahkannya ke dalam tangan Saul (1Sam. 23:5,
12). Ini sungguh merupakan kasih setia yang ajaib, yang men-
jadi dasar mengapa ia menulis dengan kekaguman dan penuh
ucapan syartikel r, Terpujilah TUHAN. Perlindungan istimewa me-
mang harus dibalas dengan ucapan syartikel r yang khusus.
2. Di dalam dirinya ada rasa takut. Namun, kebaikan Allah mele-
bihi rasa takutnya (ay. 22). Di sini dia menceritakan,
(1) Kebodohannya sendiri sebab tidak percaya kepada Allah.
Hal itu diakuinya dan ia menjadi malu sebab nya. Meski-
pun ada janji yang nyata yang dapat diandalkannya, dan ia
memiliki pengalaman yang sangat hebat di mana Allah me-
meliharanya dalam berbagai kesulitan, ia menyimpan pikir-
418
an buruk dan jahat tentang Allah, dan tidak dapat mena-
han diri untuk tidak mengemukakan hal itu kepada-Nya.
Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu, Engkau telah
mengabaikan aku sama sekali, dan aku tidak berharap lagi
akan dipandang atau diperhatikan oleh-Mu. Pada suatu
hari aku akan binasa oleh tangan Saul, dan dengan demi-
kian aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu, diremuk-
kan sementara Engkau memandangi aku (1Sam. 27:1).
Hal ini diucapkannya dalam pelariannya (begitulah bebe-
rapa orang mengartikannya), yang menunjukkan penderita-
an yang dialaminya. Saul berada persis di belakangnya,
dan siap untuk menangkapnya. Itu membuat pencobaan
yang dihadapinya terasa berat. Dalam kebingunganku (se-
bagaimana kita membacanya), perkataan itu menandakan
betapa kacau dan gelisah pikirannya, sehingga pencobaan
itu terasa mengejutkan baginya. sebab itu dia menjadi
lengah. Perhatikan, sudah biasa jika kita silap lidah saat
kita berbicara dengan terburu-buru dan tanpa pertimbang-
an. Tetapi, kita harus meminta pengampunan atas perkata-
an itu saat hati kita sudah tenang, terlebih lagi bila kita
telah meragukan Allah dalam ucapan kita itu.
(2) Kebaikan Allah yang sangat besar kepadanya, sekalipun ia
sudah berbuat demikian terhadap-Nya. Meskipun imannya
gugur, tidak demikian halnya dengan janji Allah: Meskipun
begitu, Engkau mendengarkan suara permohonanku. Dia
membandingkan ketidakpercayaannya dengan kesetiaan
Allah, agar kasih setia-Nya tampak semakin menakjubkan,
semakin nyata. saat kita tidak mempercayai Allah, bisa
saja Dia membalas perkataan kita itu dengan mendatang-
kan ketakutan ke atas kita, sebagaimana dilakukan-Nya
kepada orang Israel (Bil. 14:28; Yes. 66:4). Namun, Dia te-
lah mengasihani dan mengampuni kita, dan ketidakperca-
yaan kita tidak membuat janji-Nya dan anugerah-Nya tidak
berlaku. Sebab, Dia mengenal kesanggupan kita.
III. Seruan dan dorongan yang disampaikannya kepada semua orang
kudus dengan mazmurnya ini (ay. 24-25).
1. Dia mau agar mereka mengasihi Allah (ay. 24): Kasihilah TU-
HAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya! Orang-orang yang
Kitab Mazmur 31:20-25
419
mengasihi Allah dengan segenap hati mereka tidak bisa tidak
menginginkan agar orang lain juga mengasihi-Nya. Di dalam
kebaikan Allah kita tidak perlu khawatir akan adanya per-
saingan. Memang sudah menjadi sifat orang-orang kudus un-
tuk mengasihi Allah. Meskipun demikian, mereka harus tetap
dipanggil untuk mengasihi-Nya, untuk mengasihi Dia lebih
dalam dan lebih sempurna, serta membuktikan kasih mereka.
Kita harus mengasihi Dia, bukan saja sebab kebaikan-Nya,
sebab Dia menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi juga
sebab keadilan-Nya, sebab orang-orang yang berbuat cong-
kak (yang mau membinasakan orang-orang yang dipelihara-
Nya) diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung, setimpal
dengan kecongkakan mereka. Beberapa orang menafsirkannya
secara positif, bahwa Dia mengganjar dengan tidak tanggung-
tanggung orang-orang yang besar (atau sempurna), yang be-
gitu baik, yang hatinya, seperti Yosafat, tertuju pada jalan
Tuhan. Dia memberi upah kepada orang yang berbuat baik,
dan terlebih lagi secara melimpah kepada mereka yang ber-
buat baik secara luar biasa.
2. Daud mau agar orang-orang kudus berharap kepada Allah (ay.
25): Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, berbesar hatilah,
sebab dalam kesulitan dan bahaya apa pun yang engkau
temui, Allah yang engkau percayai itu akan menguatkan hati-
mu oleh sebab percayamu itu. Orang-orang yang berharap
kepada Allah mempunyai alasan untuk meneguhkan dan me-
nguatkan hati mereka, sebab sebagaimana tidak ada hal yang
terlalu jahat akan dapat menimpa mereka, demikian pula ti-
dak ada hal yang terlalu indah yang akan menarik hati mere-
ka.
Saat memazmurkan pujian ini, kita harus membangkitkan baik
diri kita sendiri maupun orang lain untuk terus maju dan bertekun
dalam kehidupan Kekristenan kita, tak peduli apa pun yang meng-
ancam kita dan siapa pun yang menentang kita.
PASAL 32
eskipun tidak berbicara tentang Kristus, seperti banyak maz-
mur lain yang telah kita lihat sejauh ini, mazmur ini tetap ba-
nyak berkaitan dengan Injil di dalamnya. Rasul Paulus memberi tahu
kita bahwa Daud dalam mazmur ini menyebut berbahagia orang
yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya (Rm. 4:6).
Di sini kita mendapati ringkasan,
I. Mengenai anugerah Injil dalam hal pengampunan dosa (ay.
1-2), dalam hal perlindungan ilahi (ay. 7), dan bimbingan
ilahi (ay. 8).
II. Mengenai kewajiban Injil. Untuk mengaku dosa (ay. 3-5), un-
tuk berdoa (ay. 6), untuk menguasai diri kita sendiri dengan
baik (ay. 9-10), dan untuk bersukacita di dalam Allah (ay.
11).
Jalan untuk memperoleh hak-hak istimewa ini yaitu menjadi sa-
dar akan kewajiban-kewajiban tersebut. Saat menyanyikan mazmur
ini, kita harus merenungkan anugerah Injil, supaya kita terhibur,
dan memikirkan kewajiban Injil, supaya hati kita tergugah. Menurut
Grotius, mazmur ini dirancang untuk dinyanyikan pada hari Penda-
maian.
Siapa Orang yang Berbahagia
(32:1-6)
1 Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pe-
langgarannya, yang dosanya ditutupi! 2 Berbahagialah manusia, yang kesa-
lahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! 3 Se-
lama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu sebab aku mengeluh
sepanjang hari; 4 sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat,
sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. S e l a 5
M
422
Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyi-
kan; aku berkata: Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelang-
garanku, dan Engkau mengampuni kesalahan sebab dosaku. S e l a 6
Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau
dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak me-
landanya.
Mazmur ini diberi judul Maschil (TB: nyanyian pengajaran pen.),
yang menurut sebagian orang hanyalah nama nada yang harus di-
gunakan untuk menyanyikan mazmur ini. Namun menurut sebagian
orang lagi, judul tersebut penting. Dalam keterangan tambahan,
judul itu diartikan, Mazmur Daud yang memberikan pengajaran. Dan
memang benar, dalam mazmur ini tidak ada lain lagi yang lebih kita
perlukan selain pengajaran tentang hakikat kebahagiaan yang sejati,
yaitu hal apa saja yang membawa kebahagiaan dan jalan mana yang
harus ditempuh untuk mencapainya apa yang harus kita lakukan
agar kita bisa berbahagia. Ada sejumlah hal yang diajarkan oleh ayat-
ayat ini kepada kita. Secara umum, kita di sini diajar bahwa keba-
hagiaan kita terletak pada kemurahan Allah, dan bukan pada keka-
yaan dunia ini pada berkat-berkat rohani, dan bukan pada hal-hal
yang baik dari dunia ini. saat Daud berkata, Berbahagialah orang
yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik (1:1), dan Berbaha-
gialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela (119:1), yang dimak-
sudkannya yaitu , Inilah sifat orang yang berbahagia, dan barang-
siapa tidak mempunyai sifat demikian jangan harap akan berbaha-
gia. Namun, saat dikatakan di sini, Berbahagialah orang yang
diampuni pelanggarannya, yang dimaksudkannya yaitu , Inilah da-
sarnya mengapa ia berbahagia. Inilah hak istimewa, dasar yang dari-
nya mengalir semua unsur lain dari kebahagiaannya. Secara khu-
sus, kita di sini diajar,
I. Mengenai hakikat pengampunan dosa. Inilah yang dibutuhkan
kita semua, dan tanpanya kita akan binasa. Oleh sebab itu,
wajiblah bagi kita untuk sungguh-sungguh peduli dan bertanya-
bertanya mengenai hal ini.
1. Pengampunan dosa yaitu bahwa pelanggaran itu diampuni.
Dosa ialah pelanggaran hartikel m Allah. Pada waktu kita berto-
bat, kita diampuni atas pelanggaran kita. Artinya, hartikel man
yang seharusnya menimpa kita, berdasarkan keputusan hu-
kum yang sudah dibuat, dibatalkan dan tidak berlaku lagi.
Hartikel man itu dicabut (demikian sebagian orang membacanya),
Kitab Mazmur 32:1-6
423
sehingga dengan pengampunan dosa itu kita boleh terbebas
dari suatu beban, beban yang berat, seperti beban di pung-
gung, yang membuat kita bungkuk, atau beban di atas perut,
yang membuat kita mual, atau beban pada roh, yang membuat
kita tenggelam. Penghapusan dosa memberikan keringanan
dan kelegaan kepada orang-orang yang letih lesu dan berbeban
berat (Mat. 11:28).
2. Pengampunan dosa yaitu bahwa dosa kita ditutupi, seperti
ketelanjangan ditutupi, supaya tidak membuat kita malu
(Why. 3:18). Salah satu tanda pertama rasa bersalah yang di-
rasakan orangtua pertama kita yaitu bahwa mereka merasa
malu dengan ketelanjangan mereka sendiri. Dosa membuat
kita menjijikkan di mata Allah, sehingga kita menjadi tidak
layak sama sekali untuk bersekutu dengan-Nya, dan, saat
hati nurani kita tersadar, dosa itu juga membuat kita menjijik-
kan bagi diri kita sendiri. Namun demikian, saat dosa diam-
puni, dosa itu ditutupi oleh jubah kebenaran Kristus, seperti
pakaian dari kulit binatang dikenakan Allah kepada Adam dan
Hawa (sebagai lambang penghapusan dosa), sehingga Allah
tidak lagi murka terhadap kita, tetapi sepenuhnya berdamai
dengan kita. Dosa-dosa itu tidak ditutupi dari kita (tidak, aku
senantiasa bergumul dengan dosaku), juga tidak ditutupi dari
kemahatahuan Allah, melainkan ditutupi dari tuntutan keadil-
an-Nya. saat Ia mengampuni dosa, Ia tidak mengingatnya
lagi, Ia melemparkannya jauh-jauh, orang akan mencarinya na-
mun tidak dapat menemukannya. Dan orang berdosa, sesudah
didamaikan dengan Allah secara demikian, mulai didamaikan
dengan dirinya sendiri.
3. Pengampunan dosa yaitu bahwa pelanggaran kita itu tidak
diperhitungkan lagi, tidak dituduhkan kepada si pendosa,
tidak diperhitungkan kepadanya sesuai dengan keketatan hu-
kum, dan juga tidak ditimpakan ke atasnya sebagaimana yang
patut dia dapatkan. sebab kebenaran Kristus sudah dikena-
kan ke atas kita, dan sebab di dalam Dia kita dibenarkan oleh
Allah, maka pelanggaran kita tidak diperhitungkan, sebab
Allah telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kita sekalian
dan menjadikan-Nya dosa sebab kita. Amatilah, hanya Allah
yang bisa menghapuskan tuntutan atas pelanggaran, sebab
Dia yaitu Sang Hakim. Allahlah yang membenarkan.
424
II. Mengenai sifat orang-orang yang dosa-dosanya diampuni: yang
tidak berjiwa penipu. Daud tidak berkata, yang tidak mempunyai
kesalahan (sebab siapakah manusia yang hidup dan tidak ber-
dosa?), melainkan, yang tidak berjiwa penipu. Orang berdosa yang
diampuni yaitu orang yang tidak munafik dengan Allah saat ia
mengakui pertobatan dan imannya, atau saat ia berdoa memo-
hon pendamaian dan pengampunan. Sebaliknya, ia yaitu orang
yang dalam kesemuanya ini bersikap tulus dan bersungguh-sung-
guh dengan apa yang dikatakannya yang tidak bertobat dengan
tujuan untuk berdosa lagi, dan kemudian berdosa dengan tujuan
untuk bertobat lagi, seperti yang diartikan seorang ahli tafsir un-
tuk ayat ini. Orang-orang yang merancangkan sesuatu dengan ju-
jur, yang hatinya benar-benar sama dengan apa yang mereka nya-
takan, yaitu orang-orang Israel sejati, yang tidak berjiwa penipu.
III. Mengenai kebahagiaan saat dibenarkan: Berbahagialah manusia
yang kesalahannya tidak diperhitungkan, sebab inilah cara untuk
memperoleh segala berkat,