Mazmur-1-50 12
malangannya (ay. 21, 25-26).
II. Ia membela perkaranya itu dengan menyatakan ketidakber-
salahannya sendiri, bahwa ia tidak pernah berbuat jahat
terhadap mereka (ay. 7, 19), malah, sebaliknya, ia telah ber-
usaha berbuat baik kepada mereka (ay. 12, 14).
III. Ia berdoa kepada Allah untuk melindungi dan meluputkan-
nya, dan bangkit baginya (ay. 1-2), untuk menghiburnya (ay.
3), untuk dekat dengannya dan menyelamatkannya (ay. 17,
22), untuk membela perkaranya (ay. 23-24), untuk mengga-
galkan segala rancangan musuh-musuhnya melawan dia
(ay. 3-4), untuk menggagalkan harapan-harapan mereka yang
ingin melihat kejatuhannya (ay. 19, 25-26), dan, terakhir, un-
tuk membela semua temannya dan membesarkan hati mere-
ka (ay. 27).
IV. Ia menubuatkan kehancuran musuh-musuhnya (ay. 4-6, 8).
V. Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia akan melihat hari-
hari yang lebih baik (ay. 9-10), dan sebab itu ia berjanji
D
468
kepada Allah bahwa ia akan menaikkan puji-pujian kepada-
Nya (ay. 18, 28).
Dalam menyanyikan mazmur ini dan berdoa mengikutinya, kita
harus berhati-hati agar jangan menerapkannya pada pertengkaran
dan permusuhan kita sendiri yang remeh-temeh. Janganlah kita
mengungkapkan kejahatan-kejahatan yang telah diperbuat terhadap
kita atas dasar kebencian yang tanpa kasih dan mendendam. Sebab,
Kristus telah mengajar kita untuk mengampuni musuh-musuh kita
dan untuk berdoa bukan melawan mereka, melainkan bagi mereka,
seperti yang telah diperbuat-Nya. saat melakukan demikian,
1. Hati kita akan terhibur oleh kesaksian hati nurani kita bahwa kita
tidak bersalah terhadap orang-orang yang melukai kita. Dan kita
boleh berharap bahwa Allah dengan cara dan dalam waktu-Nya
sendiri akan membenarkan kita, dan sementara itu Ia akan men-
dartikel ng kita.
2. Kita harus menerapkan mazmur ini terhadap musuh-musuh Kris-
tus dan kerajaan-Nya secara umum, yang dilambangkan dengan
Daud dan kerajaannya. Kita harus membenci penghinaan-penghi-
naan yang ditujukan terhadap kehormatan Kristus, harus berdoa
kepada Allah agar Ia membela kepentingan Kekristenan dan per-
buatan saleh, yang adil tetapi sedang diserang. Dan kita harus
percaya bahwa Allah, pada waktunya, akan memuliakan nama-
Nya sendiri di atas kehancuran musuh-musuh gereja-Nya yang ti-
dak dapat didamaikan itu, yang tidak mau bertobat dan memberi-
kan kemuliaan kepada-Nya.
Doa Meminta Perlindungan Ilahi
(35:1-10)
1 Dari Daud. Berbantahlah, TUHAN, melawan orang yang berbantah dengan
aku, berperanglah melawan orang yang berperang melawan aku! 2 Peganglah
perisai dan utar-utar, bangunlah menolong aku, 3 cabutlah tombak dan
kapak menghadapi orang-orang yang mengejar aku; katakanlah kepada
jiwaku: Akulah keselamatanmu! 4 Biarlah mendapat malu dan kena noda,
orang-orang yang ingin mencabut nyawaku; biarlah mundur dan tersipu-sipu
orang-orang yang merancang kecelakaanku! 5 Biarlah mereka seperti sekam
dibawa angin, didorong Malaikat TUHAN; 6 biarlah jalan mereka gelap dan
licin, dan Malaikat TUHAN mengejar mereka! 7 sebab tanpa alasan mereka
memasang jaring terhadap aku, tanpa alasan mereka menggali pelubang
untuk nyawaku. 8 Biarlah kebinasaan mendatangi dia dengan tidak disang-
ka-sangka, jerat yang dipasangnya, biarlah menangkap dia sendiri, biarlah ia
Kitab Mazmur 35:1-10
469
jatuh dan musnah! 9 Tetapi aku bersorak-sorak sebab TUHAN, aku girang
sebab keselamatan dari pada-Nya; 10 segala tulangku berkata: Ya, TUHAN,
siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan
orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan miskin dari tangan
orang yang merampasi dia?
Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang,
I. Daud yang mengajukan perkaranya kepada Allah, dengan meng-
gambarkan kegeraman dan kebencian yang tanpa henti dari
orang-orang yang mengejar-ngejar dia. Ia yaitu hamba Allah,
yang dengan jelas ditentukan oleh-Nya untuk menjadi seperti se-
karang ini, yang mengikuti bimbingan-Nya, dan berusaha mem-
bawa kemuliaan bagi-Nya dalam melaksanakan kewajibannya,
yang selama ini hidup (seperti yang dikatakan Rasul Paulus) de-
ngan hati nurani yang murni di hadapan Allah sampai kepada hari
ini. Namun demikian, masih juga ada orang-orang yang berbantah
dengannya, yang berusaha dengan sekuat tenaga untuk menen-
tang kemajuannya, dan melakukan apa saja untuk melawannya.
Mereka berperang melawannya (ay. 1), tidak hanya merongrong
dia secara tertutup dan diam-diam, tetapi juga menyerukan per-
lawanan mereka terhadapnya secara terbuka dan menyiapkan diri
untuk melakukan segala kejahatan yang dapat mereka lakukan
terhadapnya. Mereka mengejar-ngejar dia dengan rasa permusuh-
an yang tiada kenal lelah, ingin mencabut nyawanya (ay. 4), yaitu
hidupnya, dan tidak ada yang dapat memuaskan pikiran-pikiran
mereka yang haus darah selain hidupnya itu. Mereka berusaha
membuat jiwanya gelisah dan gundah gulana. Permusuhan yang
mereka rasakan terhadapnya ini bukanlah suatu gejolak perasaan
yang muncul secara tiba-tiba, melainkan kebencian yang sudah
berurat akar. Mereka merancang kecelakaannya, menyatukan pi-
kiran-pikiran mereka, dan menggunakan akal bulus mereka, bu-
kan hanya untuk berbuat jahat terhadapnya, tetapi juga untuk
mencari jalan dan cara agar dapat menghancurkannya. Mereka
memperlakukan dia, yang merupakan berkat terbesar bagi negeri-
nya, seolah-olah telah menjadi kutuk dan wabah bagi negeri itu.
Mereka memburunya seperti binatang pemangsa yang berbahaya.
Mereka menggali lobang untuknya dan memasang jaring di da-
lamnya, agar mereka dapat membuatnya tunduk dan memelas
pada mereka (ay. 7). Mereka mengejar-ngejar dia dengan sangat
bersusah payah, sebab mereka menggali lobang (7:16). Dan de-
470
ngan begitu cermat dan lihai mereka menjalankan rancangan-ran-
cangan mereka. Si ular tua itu sudah mengajarkan kelicikan ke-
pada mereka. Mereka menyembunyikan jaring mereka dari Daud
dan teman-temannya. Namun ini sia-sia saja, sebab mereka tidak
dapat menyembunyikannya dari Allah. Dan, yang terakhir, Daud
mendapati dirinya sebagai tandingan yang tidak sepadan bagi
mereka. Musuhnya, terutama Saul, lebih kuat dari padanya (ay.
10), sebab ia mempunyai pasukan yang siap diperintahnya, dan
menganggap dirinya sebagai satu-satunya orang yang berkuasa
untuk membuat hartikel m dan memberikan penghakiman, mendak-
wa dan menghartikel m siapa saja yang dikehendakinya, yang tidak
membawa tongkat melainkan tombak di tangannya, untuk dihun-
jamkan ke siapa saja yang menghalang-halangi jalannya. Begitu-
lah perilaku sang raja, dan semua orang di sekelilingnya dipaksa
melakukan apa yang diperintahkannya kepada mereka, benar
atau salah. Perkataan raja yaitu hartikel m, dan segala sesuatunya
harus dijalankan tanpa belas kasihan. Ia mempunyai ladang,
kebun anggur, dan juga kedudukan yang bisa dimanfaatkannya
(1Sam. 22:7). Tetapi Daud miskin dan berkekurangan, tidak mem-
punyai apa-apa yang bisa dipakainya untuk mencari teman. Se-
bab itu ia tidak mempunyai siapa-siapa yang mau membelanya,
kecuali orang-orang yang (seperti yang kita panggil) kurang berun-
tung (1Sam. 22:2). Oleh sebab itu, tidak heran bila Saul meram-
pas sedikit yang dimilikinya dan menghancurkan kepentingan
yang sudah dibangunnya. Jika raja-raja bumi bertekad untuk me-
nentang Tuhan dan orang yang diurapi-Nya, siapakah yang bisa
menentang mereka? Perhatikanlah, bukan hal baru bagi orang
yang paling benar, dan bagi kepentingan yang paling benar, jika
mereka menjumpai banyak musuh yang sangat berkuasa dan pe-
nuh kebencian. Kristus sendiri dibantah dan diperangi, dan se-
buah pertempuran digencarkan melawan keturunan kudus. Dan
kita tidak usah heran akan hal itu: ini merupakan buah dari per-
musuhan lama dalam keturunan si ular melawan keturunan si
wanita.
II. Seruannya kepada Allah tentang kejujurannya dan keadilan per-
karanya. Jika sesama rakyat telah berbuat salah kepadanya, ia
akan menghadap rajanya untuk membela perkaranya, seperti
yang dilakukan Rasul Paulus terhadap Kaisar. Namun, apabila ra-
Kitab Mazmur 35:1-10
471
janya berbuat salah kepadanya, ia membawa perkaranya kepada
Allahnya, yang yaitu Raja dan Hakim atas segala raja di bumi:
Berbantahlah, TUHAN (ay. 1). Perhatikanlah, sebuah perkara yang
benar, dengan hati yang sangat yakin, diajukannya ke hadapan
Allah yang adil. Ia berserah kepada-Nya untuk menghakimi per-
karanya itu. Sebab Dia mengetahui dengan sempurna baik buruk-
nya perkara itu, menimbangnya sama rata, dan tidak pandang
bulu. Allah tahu bahwa tanpa alasan mereka memusuhinya, dan
tanpa alasan mereka menggali lobang untuknya (ay. 7). Camkan-
lah, sekalipun manusia berbuat salah kepada kita, kita akan tetap
terhibur jika hati nurani kita dapat bersaksi bagi kita bahwa kita
tidak pernah berbuat salah sedikit pun terhadap mereka. Demi-
kianlah yang terjadi dengan Rasul Paulus, sedikit pun aku tidak
berbuat salah terhadap orang Yahudi (Kis. 25:10). saat orang
lain berbuat jahat kepada kita dan kita merasa tidak nyaman, kita
cenderung membenarkan diri kita bahwa kita tidak pernah mela-
kukan apa-apa yang menyebabkan mereka harus berbuat demi-
kian terhadap kita. Hal ini seharusnya membuat kita tenang, se-
bab dengan demikian kita bisa berharap dengan lebih yakin bah-
wa Allah akan membela perkara kita.
III. Doanya kepada Allah agar Allah menyatakan diri-Nya baik bagi-
nya maupun kepadanya dalam pencobaan ini.
1. Bagi dirinya. Ia berdoa agar Allah berperang melawan musuh-
musuhnya sehingga mereka tidak mampu menyakitinya, dan
menggagalkan rancangan-rancangan mereka untuk menen-
tangnya (ay. 1). Agar Dia memegang perisai dan utar-utar, se-
bab Tuhan yaitu pahlawan perang (Kel. 15:3), dan agar Dia
bangun menolongnya (ay. 2), sebab ia hanya mempunyai sedi-
kit orang yang mau bangun membelanya, dan, seandainya pun
ia punya banyak orang, pembelaan mereka itu tidak akan ber-
arti apa-apa tanpa Allah. Ia berdoa agar Allah menghentikan
jalan mereka (ay. 3, KJV), supaya mereka tidak berhasil me-
nangkapnya saat ia melarikan diri dari mereka. Doa ini bisa
kita panjatkan melawan orang-orang yang mengejar-ngejar
kita, supaya Allah menahan mereka dan menghentikan jalan
mereka.
2. Kepada dirinya: Katakanlah kepada jiwaku: Akulah kesela-
matanmu! Biarlah aku mendapat penghiburan di dalam batin-
472
ku di tengah-tengah semua permasalahan lahiriah ini, untuk
menyokong jiwaku yang telah mereka hantam. Biarlah Allah
menjadi keselamatanku, bukan hanya menjadi Juruselamat
yang mengeluarkan aku dari semua permasalahanku sekarang
ini, melainkan juga sebagai kebahagiaan kekalku. Biarlah aku
memiliki keselamatan yang bukan hanya datang dari-Nya, me-
lainkan juga yang bisa didapat di dalam kebaikan-Nya. Dan
biarlah aku mengetahui kepentingan apa yang aku miliki di
dalam kebaikan-Nya itu, biarlah aku yakin sepenuhnya akan
keselamatan itu dan menjadi terhibur olehnya. Jika Allah, de-
ngan Roh-Nya, bersaksi kepada roh kita bahwa Dia yaitu ke-
selamatan kita, maka itu sudah cartikel p bagi kita. Tidak ada
lagi yang perlu kita idam-idamkan untuk membuat kita berba-
hagia. Kesaksian seperti ini sungguh dahsyat dalam mendu-
kung kita saat kita dikejar-kejar orang. Jika Allah sahabat
kita, maka tidak masalah siapa musuh kita.
IV. Harapannya agar musuh-musuhnya dihancurkan, yang didoakan-
nya bukan dengan perasaan benci atau keingingan membalas
dendam. Kita melihat betapa sabarnya ia menanggung kutukan-
kutukan Simei (biarlah ia mengutuk, sebab Tuhan telah menyuruh-
nya). Dan kita tidak bisa beranggapan bahwa ia yang begitu
lembut dalam perkataannya akan melampiaskan amarahnya de-
ngan meluap-luap dalam ibadahnya. Walaupun demikian, dengan
roh nubuat, ia menubuatkan penghakiman-penghakiman yang
adil dari Allah yang akan menimpa mereka atas kejahatan, keben-
cian, kekejaman, dan kedurhakaan mereka yang besar. Terutama,
permusuhan mereka terhadap ketetapan-ketetapan Allah, kepen-
tingan-kepentingan agama, dan pembaharuan hidup yang mereka
ketahui akan dilaksanakan Daud, seandainya ia sampai mempu-
nyai kekuasaan di tangannya untuk melakukannya. Mereka tam-
pak sudah mengeras dalam dosa-dosa mereka, dan termasuk ke
dalam orang-orang yang melakukan dosa yang mendatangkan
maut, dan yang tidak usah didoakan lagi (Yer. 7:16; 11:14; 14:11;
1Yoh. 5:16). Mengenai Saul sendiri, ada kemungkinan bahwa
Daud tahu kalau Allah telah menolaknya dan telah melarang Sa-
muel untuk berdukacita baginya (1Sam. 16:1). Nubuatan-nubuat-
an ini memandang lebih jauh, dan menggambarkan nasib musuh-
Kitab Mazmur 35:1-10
473
musuh Kristus dan kerajaan-Nya, seperti yang tampak demikian
dengan membandingkan Roma 11:9-10.
Daud di sini berdoa,
1. Melawan musuh-musuhnya yang banyak (ay. 4-6): Biarlah
mendapat malu, dst. Atau, sebagaimana Dr. Hammond mem-
bacanya, mereka akan mendapat malu, mereka akan mundur.
Ini dapat dipandang sebagai doa agar mereka bertobat, sebab
semua orang yang bertobat dibuat supaya malu dengan dosa-
dosa mereka dan mundur dari dosa-dosa itu. Atau, jika me-
reka tidak menjadi sadar dan bertobat, Daud berdoa agar ran-
cangan-rancangan mereka melawannya digagalkan dan dike-
cewakan, sehingga dengan demikian mereka mendapat malu.
Walaupun mereka memang sedikit banyak akan berhasil, ia
sudah melihat bahwa keberhasilan mereka itu akan menjadi
kehancuran bagi mereka sendiri pada akhirnya: mereka akan
menjadi seperti sekam dibawa angin. Begitu tidak berdayanya
orang fasik akan berdiri di hadapan penghakiman Allah dan
begitu pastinya mereka akan dihempaskan oleh penghakiman
itu (1:4). Jalan mereka akan menjadi gelap dan licin, kegelapan
dan kelicinan (demikian yang dapat ditafsirkan agak luas).
Demikianlah jalan orang-orang berdosa, sebab mereka ber-
jalan dalam kegelapan dan terus-menerus terancam bahaya
akan jatuh ke dalam dosa, dan ke dalam neraka. Dan memang
akan terbukti demikian pada akhirnya, sebab kaki mereka
akan goyang pada waktunya (Ul. 32:35). Namun ini bukanlah
yang terburuk. Bahkan sekam yang ditiup angin mungkin bisa
dihentikan, dan menemukan tempat untuk beristirahat, selain
itu, meskipun jalannya gelap dan licin, ada kemungkinan bagi
manusia untuk tetap bisa berjalan di dalamnya. Namun dinu-
buatkan di sini bahwa mereka akan didorong Malaikat TUHAN
(ay. 5) sehingga mereka tidak akan menemukan tempat peristi-
rahatan, dan Malaikat TUHAN itu akan mengejar mereka (ay.
6), sehingga mereka tidak mungkin dapat menghindar dari
lobang kebinasaan. Sebab malaikat-malaikat Allah berkemah
melawan orang-orang yang menentang-Nya. Mereka yaitu
pelayan-pelayan keadilan-Nya, selain juga menjadi pelayan-
pelayan yang membawa rahmat-Nya. Siapa menjadikan Allah
474
sebagai musuhnya, ia menjadikan semua malaikat kudus se-
bagai musuh-musuhnya.
2. Melawan salah satu musuhnya yang perkasa (ay. 8): Biarlah
kebinasaan mendatangi dia. Ada kemungkinan yang dimak-
sudkannya di sini yaitu Saul, yang telah memasang jerat un-
tuknya dan yang berusaha membinasakannya. Daud bersum-
pah bahwa tangannya tidak akan menjamah Saul. Dia tidak
akan menjadi hakim atas perkaranya sendiri. Namun, pada
saat yang sama, ia bernubuat bahwa TUHAN niscaya akan
membunuh dia (1Sam. 26:10), bahwa jaring yang dipasangnya
akan menjeratnya sendiri, dan ke dalamnya ia akan jatuh dan
musnah. Nubuatan ini digenapi secara menakjubkan dalam
kehancuran Saul, sebab ia sudah merancang persekongkolan
untuk membuat Daud jatuh dengan perantaraan orang Filistin
(1Sam. 18:25). Itulah jaring yang dipasangnya dengan ber-
pura-pura hendak memberi Daud kehormatan. Namun justru
di dalam jaring itu sendiri dia terperangkap, yakni saat ia
jatuh melalui tangan orang Filistin saat sudah tiba waktunya
untuk jatuh.
V. Harapan Daud agar dia sendiri diluputkan, yang tidak diragukan-
nya lagi setelah ia menyerahkan perkaranya kepada Allah (ay. 9-
10).
1. Ia berharap agar ia mendapat penghiburan dari pengharapan-
nya itu: Jiwaku akan bersorak-sorak, bukan atas ketenangan
dan keamananku sendiri, melainkan sebab Tuhan dan ke-
baikan-Nya, sebab janji-Nya dan sebab keselamatan dari
pada-Nya sesuai dengan janji-Nya itu. Sukacita sebab Allah
dan sebab keselamatan dari-Nya merupakan satu-satunya
sukacita yang benar, penuh, dan memuaskan. Orang-orang
yang jiwanya berdukacita di dalam Tuhan, yang menabur
dengan air mata dan duka yang saleh, tidak perlu ragu bahwa
pada waktunya jiwa mereka akan bersorak-sorak di dalam
Tuhan. Sebab mereka akan menuai kegirangan, dan pada
akhirnya akan masuk ke dalam sukacita Tuhan mereka.
2. Ia berjanji bahwa pada saat itu Allahlah yang akan mendapat-
kan kemuliaan atas sukacitanya itu (ay. 10): Segala tulangku
berkata: Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau?
Kitab Mazmur 35:11-16
475
(1) Ia akan memuji Allah dengan sepenuh jiwa raga, dengan
seluruh yang ada padanya, dengan segenap kekuatan dan
semangat jiwanya, yang dilambangkan dengan tulang-tu-
langnya, yang berada di dalam tubuh dan merupakan
kekuatan dari tubuh itu.
(2) Ia akan memuji-Nya sebagai Allah yang mempunyai kesem-
purnaan tiada banding dan tiada tara. Kita tidak dapat
mengungkapkan betapa besar dan baiknya Allah itu, dan
oleh sebab itu kita harus memuji-Nya dengan mengakui-
Nya sebagai Allah yang tiada duanya. Ya, TUHAN, siapakah
yang seperti Engkau? Tidak ada Pelindung yang seperti-Mu
bagi orang-orang tidak bersalah yang tertindas, dan tidak
ada yang seperti Engkau Penghartikel m atas penguasa lalim
yang berjaya. Tulang-tulang kita dibentuk dengan begitu
menakjubkan, begitu mengherankan (Pkh. 11:5; Mzm.
139:16), kegunaan tulang-tulang kita, dan pemeliharaan
terhadapnya, dan terutama kehidupan yang pada saat ke-
bangkitan akan diembuskan pada tulang-tulang kering dan
yang akan membuat mereka subur seperti tetumbuhan,
membuat setiap tulang dalam tubuh kita, seandainya tu-
lang-tulang itu dapat berbicara, untuk berkata, Ya, Tuhan,
siapakah yang seperti Engkau? Dan tulang-tulang itu akan
rela menjalankan pelayanan atau penderitaan apa pun
bagi-Nya.
Doa Meminta Pembebasan;
Keluhan-keluhan yang Menyedihkan
(35:11-16)
11 Saksi-saksi yang gemar kekerasan bangkit berdiri, apa yang tidak kuketa-
hui, itulah yang mereka tuntut dari padaku. 12 Mereka membalas kebaikanku
dengan kejahatan; perasaan bulus mencekam aku. 13 Tetapi aku, saat me-
reka sakit, aku memakai pakaian kabung; aku menyiksa diriku dengan ber-
puasa, dan doaku kembali timbul dalam dadaku, 14 seolah-olah temanku
atau saudarakulah yang sakit, demikianlah aku berlaku; seperti orang yang
berkeluh kesah sebab kematian ibu, demikianlah aku tunduk dengan pakai-
an kabung. 15 Tetapi saat aku tersandung jatuh, bersukacitalah mereka
dan berkerumun, berkerumun melawan aku; orang-orang asing yang tidak
kukenal menista aku dengan tidak henti-hentinya; 16 dengan fasik mereka
mengolok-olok terus, menggertakkan giginya terhadap aku.
476
Ada dua hal yang sangat jahat yang diajukan Daud di sini untuk
mendakwa musuh-musuhnya, untuk mendartikel ng tuntutan yang di-
serukannya kepada Allah untuk melawan mereka, yakni sumpah pal-
su dan sikap tidak tahu berterima kasih.
I. Sumpah palsu (ay. 11). saat Saul ingin mendakwa dan menang-
kap Daud berdasarkan hartikel m atas perbuatan pengkhianatan,
mungkin ia memakai proses-proses hartikel m yang berlaku, meng-
ajukan saksi-saksi yang bersumpah bahwa Daud telah meng-
ucapkan kata-kata pemberontakan atau melakukan tindakan-
tindakan menentang dia. Dan, sebab Daud tidak hadir pada saat
itu untuk membersihkan dirinya sendiri dari segala tuduhan
(atau, seandainya ia hadir, pembelaannya pun akan sia-sia), Saul
menghakiminya sebagai pengkhianat. Inilah yang dikeluhkan
Daud di sini sebagai ketidakadilan paling besar yang bisa diba-
yangkan: Saksi-saksi yang gemar kekerasan bangkit berdiri, yang
mau bersumpah apa saja. Apa yang tidak kuketahui, dan yang
tidak pernah kupikirkan, itulah yang mereka tuntut dari padaku.
Lihatlah betapa kehormatan, harta milik, kebebasan, dan kehi-
dupan, bahkan yang dimiliki oleh orang-orang terbaik sekalipun,
sangat bergantung pada belas kasihan orang-orang jahat, yang
sumpah palsunya tidak bisa dihadapi oleh ketidakbersalahan itu
sendiri. Dan betapa kita mempunyai alasan untuk mengakui de-
ngan ucapan syartikel r akan kuasa yang dimiliki Allah bahkan atas
hati nurani orang-orang jahat, yang sebab kuasa-Nya itulah
maka tidak ada perbuatan yang lebih jahat yang dilakukan
dengan cara seperti itu daripada yang diizinkan terjadi. Contoh
kejahatan yang diperbuat terhadap Daud ini biasa terjadi, dan
digenapi secara penuh dalam Anak Daud, yang untuk melawan-
Nya bangkitlah saksi-saksi dusta (Mat. 26:60). Jika kita pada sua-
tu waktu dituduh melakukan pelanggaran yang tidak kita laku-
kan, janganlah kita menganggapnya aneh, seolah-olah ada hal
baru yang menimpa kita, sebab demikian pulalah mereka telah
menganiaya nabi-nabi, bahkan Sang Nabi Agung itu.
II. Sikap tidak tahu berterima kasih. Jika orang dikatakan tidak tahu
berterima kasih, maka itu sudah merupakan julukan yang paling
buruk. Inilah sifat musuh-musuh Daud (ay. 12): Mereka memba-
las kebaikanku dengan kejahatan. Sudah banyak jasa besar yang
Kitab Mazmur 35:11-16
477
dilakukannya bagi rajanya, lihat saja kecapinya, lihat saja pedang
Goliat, dan lihat saja kulit khatan orang Filistin. Namun demikian,
rajanya bersumpah untuk membunuhnya, dan negerinya dibuat
menjadi terlalu panas baginya. Ini dilakukan supaya perasaan
bulus mencekamnya. Perlakuan yang rendah dan keji ini meram-
pas penghiburan yang dimilikinya, dan menusuknya sampai ke
ulu hati, lebih daripada apa pun. Padahal, ia layak mendapatkan
yang baik, bukan hanya dari rakyat pada umumnya, melainkan
juga dari orang-orang tertentu yang sekarang menentangnya de-
ngan sengit. Mungkin pada saat itu orang tahu betul siapa yang
dimaksudkannya. Mungkin salah satunya yaitu Saul sendiri,
yang harus dilayaninya sewaktu sedang bersedih hati dan sakit,
dan yang untuknya ia bekerja mengusir roh jahat, bukan dengan
kecapinya melainkan dengan doa-doanya. Kepada orang-orang
lain di istana, ada kemungkinan, ia telah menunjukkan penghor-
matan ini, sewaktu ia tinggal di istana, namun sekarang, diban-
dingkan semua orang lain, mereka justru berlaku paling kejam
terhadapnya. Dalam hal ini ia merupakan pelambang Kristus,
yang kepada-Nya dunia yang jahat ini sangat tidak tahu berterima
kasih (Yoh. 10:32). Banyak pekerjaan baik yang berasal dari
Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di
antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku? Daud di
sini menunjukkan,
1. Betapa lembutnya, dengan keramahan yang begitu hangat, ia
telah bersikap terhadap mereka saat mereka mengalami berba-
gai penderitaan (ay. 13-14): saat dulu mereka sakit. Perhati-
kanlah, bahkan istana-istana dan tempat kediaman para raja
tidak luput dari kuasa maut dan serangan penyakit. Nah, ke-
tika orang-orang ini sakit,
(1) Daud berkabung untuk mereka dan turut menderita ber-
sama mereka. Mereka bukan saudaranya, dan dia tidak
wajib berbuat apa-apa terhadap mereka. Dia tidak akan ke-
hilangan apa-apa dengan kematian mereka, malah mung-
kin justru akan mendapat keuntungan darinya. Namun
demikian, ia bersikap seolah-olah mereka yaitu saudara-
saudara terdekatnya, dan ini dilakukannya murni berda-
sarkan belas kasihan dan rasa perikemanusiaan. Daud
yaitu seorang pejuang, dan berjiwa gagah berani, namun
478
ia begitu mudah terhanyut dengan penderitaan orang lain
sampai lupa dengan sifat gagah seorang pahlawan, dan lu-
ruh sepenuhnya dengan rasa cinta dan belas kasihan. Ini
merupakan perpaduan yang jarang antara kekerasan dan
kelembutan, antara keberanian dan belas kasihan, di da-
lam hati yang sama. Amatilah, ia berkabung seperti untuk
seorang saudara atau ibu, yang menunjukkan bahwa su-
dah merupakan kewajiban kitalah, dan yang sudah sebaik-
nya kita lakukan, untuk turut merasakan sakit-penyakit,
dukacita, dan kematian saudara-saudara dekat kita. Mere-
ka yang tidak merasakan hal ini sudah sewajarnya dijuluki
sebagai orang-orang yang tidak berperasaan.
(2) Ia berdoa untuk mereka. Ia bukan hanya menunjukkan pe-
rasaan lembut seorang manusia, melainkan juga perasaan
saleh seorang kudus. Ia peduli pada jiwa-jiwa mereka yang
berharga, dan, ia membantu mereka dengan doa-doanya
kepada Allah untuk meminta belas kasihan dan anugerah.
Dan doa-doa orang yang ada memiliki kepentingan atau
bagian di sorga lebih berharga daripada yang mungkin me-
reka ketahui atau pikirkan. Dengan doa-doanya ia mema-
dukan kehinaan dan penyiksaan diri baik dalam pola ma-
kannya (dia berpuasa, setidak-tidaknya dari makanan yang
lezat) maupun dalam caranya berpakaian. Ia berpakaian
kabung, untuk mengungkapkan rasa dukanya, bukan ha-
nya untuk penderitaan mereka melainkan juga untuk dosa
mereka, sebab seperti itulah penampilan dan kebiasaan
orang yang bertobat. Kita harus berkabung untuk dosa-
dosa orang yang tidak berkabung dengan dosa-dosa mere-
ka sendiri. Puasanya juga semakin menguatkan doanya,
dan mengungkapkan kesungguhan doanya. Ia begitu ber-
sungguh-sungguh dalam ibadahnya sehingga ia tidak
mempunyai nafsu makan, juga tidak mau menyisihkan se-
dikit waktu bagi dirinya sendiri untuk makan: Doaku kem-
bali timbul dalam dadaku. Aku terhibur sebab telah mela-
kukan kewajibanku, dan sebab telah membuktikan diriku
sebagai sesama yang penuh kasih, meskipun aku tidak
dapat memenangkan hati mereka atau membuat mereka
menjadi teman-temanku dengan cara itu. Kita tidak akan
menderita kerugian apa pun dengan melakukan perbuatan-
Kitab Mazmur 35:11-16
479
perbuatan baik terhadap siapa saja, betapapun mereka
tidak tahu berterima kasih. Sebab inilah yang akan kita
megahkan, yaitu bahwa suara hati kita memberi kesaksian
kepada kita.
2. Betapa dengan menghina dan kurang ajarnya, dan dengan
permusuhan yang begitu biadabnya, bahkan lebih biadab dari-
pada binatang, mereka telah bersikap terhadapnya (ay. 15-16);
saat aku tersandung jatuh, bersukacitalah mereka. saat dia
dibenci Saul, diusir dari istana, dan dikejar-kejar seperti pen-
jahat, mereka senang, mereka gembira dengan kemalangan-
nya. Mereka berkumpul dan bermabuk-mabukan, bergembira
ria dengan kehinaan orang yang sangat disayangi ini. Sungguh
pantas dia menyebut mereka orang-orang hina (KJV), sebab
tidak ada yang lebih rendah dan kotor bagi manusia selain
bersuka ria atas kejatuhan orang yang memiliki kehormatan
yang begitu tidak bernoda dan kebajikan yang begitu sempur-
na.
Namun ini belum semua,
(1) Mereka menistanya, mencemarkan nama baiknya tanpa
ampun, mengatakan segala sesuatu yang jahat yang bisa
mereka katakan tentang dia, dan mencela dia dengan
segala kelicikan dan kebencian mereka yang terkutuk.
(2) Mereka menggertakkan gigi mereka terhadapnya. Mereka
selalu berkata-kata tentang dia dengan kemarahan yang
paling ganas yang bisa dibayangkan, seperti orang yang
hendak menelannya bulat-bulat seandainya bisa. Daud
menjadi bahan olok-olok dan gunjingan orang-orang fasik
di pesta-pesta. Ejekan mereka seperti nyanyian para pema-
buk. Para pelawak itu, yang pantas disebut pengolok-olok
munafik (sebab apa artinya seorang munafik kalau bukan
pemain sandiwara?) dan yang lawakan-lawakannya, ada
kemungkinan, diperankan di pesta-pesta dan perayaan,
memilih Daud sebagai bahan tertawaan. Mereka mengolok-
olok dan melecehkan dia, sementara para penontonnya, se-
bagai tanda persetujuan mereka dengan alur cerita itu, ber-
dengung, dan menggertakkan gigi mereka terhadapnya.
Begitulah nasib buruk yang sering kali menimpa orang-
orang terbaik. Para rasul dijadikan tontonan bagi dunia.
480
Daud dipandang jahat bukan sebab apa-apa selain sebab
dia disayang oleh orang banyak. Jiwa yang sedang melaku-
kan pekerjaan benar bahkan sering dibuat kesal dengan
hal ini, bahwa segala kecakapan dalam pekerjaan yaitu iri
hati seseorang terhadap yang lain (Pkh. 4:4; KJV: sebab ke-
cakapannya itu, tetangganya menjadi iri terhadap dia
pen.). Dan siapa dapat tahan terhadap cemburu? (Ams.
27:4).
Keluhan-keluhan yang Menyedihkan;
Seruan dan Doa Daud kepada Allah
(35:17-28)
17 Sampai berapa lama, Tuhan, Engkau memandangi saja? Selamatkanlah
jiwaku dari perusakan mereka, nyawaku dari singa-singa muda! 18 Aku mau
menyanyikan syartikel r kepada-Mu dalam jemaah yang besar, di tengah-tengah
rakyat yang banyak aku mau memuji-muji Engkau. 19 Janganlah sekali-kali
bersukacita atas aku orang-orang yang memusuhi aku tanpa sebab, atau
mengedip-ngedipkan mata orang-orang yang membenci aku tanpa alasan. 20
sebab mereka tidak membicarakan damai, dan terhadap orang-orang yang
rartikel n di negeri mereka merancangkan penipuan, 21 mereka membuka mu-
lutnya lebar-lebar terhadap aku dan berkata: Syartikel r, syartikel r, mata kami
telah melihatnya! 22 Engkau telah melihatnya, TUHAN, janganlah berdiam
diri, ya Tuhan, janganlah jauh dari padaku! 23 Terjagalah dan bangunlah
membela hakku, membela perkaraku, ya Allahku dan Tuhanku! 24 Hakimilah
aku sesuai dengan keadilan-Mu, ya TUHAN Allahku, supaya mereka jangan
bersukacita atasku! 25 Janganlah mereka berkata dalam hatinya: Syartikel r,
itulah keinginan kami! Dan janganlah mereka berkata: Kami telah menelan-
nya! 26 Biarlah bersama-sama mendapat malu dan tersipu-sipu orang-orang
yang bersukacita atas kemalanganku; biarlah berpakaian malu dan noda
orang-orang yang membesarkan dirinya terhadap aku! 27 Biarlah bersorak-
sorai dan bersukacita orang-orang yang ingin melihat aku dibenarkan! Biar-
lah mereka tetap berkata: TUHAN itu besar, Dia menginginkan keselamatan
hamba-Nya! 28 Dan lidahku akan menyebut-nyebut keadilan-Mu, memuji-
muji Engkau sepanjang hari.
Dalam ayat-ayat ini, sama seperti ayat-ayat sebelumnya,
I. Daud menggambarkan ketidakadilan, kebencian, dan penghinaan
luar biasa dari para pengejarnya, seraya menyerukannya kepada
Allah sebagai alasan mengapa Dia harus melindunginya dari me-
reka dan bangkit untuk melawan mereka.
1. Sungguh tidak benar mereka itu. Salahlah bila mereka itu
memusuhinya, sebab ia tidak pernah memanas-manasi mere-
ka untuk melakukannya: Mereka membencinya tanpa alasan.
Kitab Mazmur 35:17-28
481
Malahan, mereka membencinya untuk suatu hal yang seha-
rusnya justru membuat mereka mengasihi dan menghormati-
nya. Ayat ini dikutip, dengan diterapkan kepada Kristus, dan
dikatakan digenapi di dalam Dia (Yoh. 15:25), mereka memben-
ci Aku tanpa alasan.
2. Mereka sangat kasar. Tidak ada sikap sopan dan ramah dalam
hati mereka terhadapnya: Mereka tidak membicarakan damai.
Apabila mereka menjumpainya, mereka tidak menunjukkan
sikap baik terhadapnya supaya ia menikmati harinya. Mereka
seperti saudara-saudara Yusuf, yang tidak bisa menyapanya
dengan ramah (Kej. 37:4).
3. Mereka sangat sombong dan memandang rendah dia (ay. 21):
Mereka membuka mulutnya lebar-lebar terhadap aku. Mereka
berteriak-teriak dan bersorak-sorak saat melihatnya jatuh.
Mereka menyentak-nyentak dia saat dia dipaksa keluar dari
istana, Hore! Hore! Inilah hari yang kami nanti-nantikan.
4. Mereka sangat biadab dan hina, sebab mereka menginjak-
injak dia saat dia sedang bersedih hati, bersukacita atas ke-
sakitannya, dan membesarkan diri mereka terhadapnya (ay.
26). Turba Remi sequitur fortunam, ut semper, et odit damnatos
kerumunan rakyat Romawi itu, yang selalu berubah-ubah
pendiriannya tergantung apa yang menguntungkan, pasti akan
menyumpahi orang yang jatuh. Demikianlah, saat Anak Daud
ditindas oleh para penguasa, orang banyak berteriak-teriak,
Salibkanlah Dia, salibkanlah Dia!
5. Mereka bertekad melawan semua orang baik dan bijak yang
setia kepada Daud (ay. 20): Mereka merancangkan penipuan,
untuk menjebak dan menghancurkan orang-orang yang rartikel n
di negeri.
Perhatikanlah:
(1) yaitu sifat orang yang saleh di negeri bahwa mereka ru-
kun di negeri itu, hidup dan tunduk di dalam Tuhan ke-
pada pemerintah serta para penguasa setempat sesuai de-
ngan kewajiban mereka, dan berusaha semampu mungkin
untuk hidup rartikel n dengan semua orang, biarpun mereka
difitnah sebagai musuh Kaisar dan berbahaya bagi para
raja serta pemerintah. Aku ini suka perdamaian (120:7).
482
(2) Meskipun umat Allah yaitu , dan berusaha untuk men-
jadi, umat yang rartikel n, namun sudah menjadi kebiasaan
musuh-musuhnya untuk merancangkan penipuan terha-
dap mereka. Segala tipu daya neraka berupa kebencian dan
kepalsuan dimanfaatkan untuk membuat mereka dibenci
dan dihina orang. Perkataan dan perbuatan mereka dijung-
kirbalikkan, bahkan perbuatan yang mereka benci ditu-
duhkan kepada mereka. Hartikel m-hartikel m dibuat untuk
menjebak mereka (Dan. 6:5, dst.), dan semuanya itu untuk
menghancurkan serta membasmi mereka. Orang-orang
yang membenci Daud memikirkan penghinaan, seperti Ha-
man, untuk menghancurkan dirinya, namun mereka juga
berusaha menyeret semua orang saleh di seluruh negeri ke
dalam kehancuran yang sama bersama dirinya.
II. Ia berseru kepada Allah melawan mereka, kepada Allah yang me-
miliki hak pembalasan, menyerukan apa yang diketahui-Nya (ay.
22): Engkau telah melihatnya. Mereka telah keliru menuduhnya,
namun Allah, yang mengetahui segala sesuatu, tahu bahwa dia
tidak keliru menuduh mereka, dan juga tidak menjelek-jelekkan
mereka lebih daripada yang sebenarnya. Mereka telah menjalan-
kan rencana-rencana mereka melawan dia dengan sangat rahasia
(ay. 15): Aku tidak mengetahuinya, sampai lama sesudahnya,
saat mereka sendiri bermegah di dalamnya. Namun mata-Mu
memandang mereka dalam bilik-bilik mereka yang tertutup, dan
Engkau yaitu saksi atas apa yang telah mereka katakan dan
lakukan melawan aku dan umat-Mu. Ia berseru meminta keadil-
an Allah: Terjagalah dan bangunlah membela hakku, membela
perkaraku, dan dengarkanlah perkaraku itu di pengadilan-Mu (ay.
23). Hakimilah aku, ya TUHAN Allahku! Putuskanlah penghakim-
an-Mu atas seruan ini, sesuai dengan keadilan yang menjadi
kodrat sifat dan pemerintahan-Mu (ay. 24). Lihatlah bagaimana
masalah ini dijelaskan oleh Salomo dalam 1 Raja-raja 8:31-32.
Apabila orang berseru kepada-Mu, Engkau pun kiranya mende-
ngarkannya di sorga dan bertindak, dengan menghartikel m orang
fasik dan membenarkan orang benar.
III. Ia berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar Dia ber-
murah hati untuk bangkit baginya dan bagi sahabat-sahabatnya,
Kitab Mazmur 35:17-28
483
untuk melawan musuh-musuhnya dan musuh-musuh para saha-
batnya. Agar dengan demikian, dengan pemeliharaan-Nya itu, per-
juangan itu akan berakhir dengan kehormatan dan penghiburan
bagi Daud, sedangkan para pengejarnya dinyatakan bersalah dan
dibuat tersipu-sipu.
1. Ia berdoa agar Allah bertindak baginya, dan tidak berdiam diri
sebagai penonton (ay. 17): Sampai berapa lama, Tuhan, Eng-
kau memandangi saja? Sampai berapa lama Engkau meng-
abaikan kejahatan orang-orang fasik? Selamatkanlah jiwaku
dari perusakan yang mereka rencanakan. Selamatkanlah nya-
waku, satu-satunya kepunyaanku, dari singa-singa muda!
Jiwaku yaitu satu-satunya kepunyaanku, sehingga sangat-
lah besar rasa malartikel jika aku mengabaikannya, dan semakin
hebatlah kerugianku jika aku sampai kehilangan nyawaku ini.
Jiwaku yaitu satu-satunya milikku, dan oleh sebab itu men-
jadi kesayanganku juga, harus dilindungi dan dipelihara baik-
baik. Jiwakulah yang terancam bahaya. Tuhan, selamatkanlah
jiwaku ini. Secara khusus, jiwaku itu sungguh merupakan
milik Bapa segala roh, dan sebab itu tuntutlah milik-Mu itu
sendiri. Itu milik-Mu, selamatkanlah dia. Janganlah berdiam
diri, ya Tuhan, seolah-olah Engkau menyetujui apa yang se-
dang dilakukan melawan aku! Janganlah jauh dari padaku, ya
Tuhan (ay. 22), seolah-olah aku ini orang asing yang tidak Eng-
kau acuhkan. Janganlah memandang aku dari jauh, seperti
Engkau memandang orang-orang yang congkak.
2. Ia berdoa agar musuh-musuhnya tidak mempunyai alasan un-
tuk bersukacita (ay. 19): Janganlah sekali-kali mereka bersuka-
cita atas aku (dan lagi, ay. 24). Bukan sebab dia akan diper-
malukan bila diinjak-injak oleh orang-orang yang hina,
melainkan terlebih sebab hal itu akan berbalik menjadi peng-
hinaan terhadap Allah dan celaan atas keyakinannya kepada
Dia. Kejadian itu akan mengeraskan hati para musuhnya da-
lam kejahatan mereka dan meneguhkan permusuhan mereka
terhadapnya. Dan itu akan mematahkan semangat semua
orang Yahudi yang saleh, yang mendartikel ng perkaranya yang
benar itu. Ia berdoa agar jangan sampai ia ada dalam bahaya
yang begitu mengancam sampai musuh-musuhnya itu berkata
dalam hati mereka: Syartikel r, itulah keinginan kami! (ay. 25).
Apalagi kalau ia sampai terperosok ke dalam kehinaan yang
484
amat dalam sehingga mereka sampai berkata: Kami telah
menelannya. Jika ini sampai terjadi, mereka akan menghina
Allah sendiri. Sebaliknya, ia berdoa agar mereka bersama-
sama mendapat malu dan tersipu-sipu (ay. 26, sama seperti
sebelumnya, ay. 4). Ia ingin agar ketidakbersalahannya dapat
diperjelas sedemikian rupa sehingga mereka malu dengan
fitnah-fitnah yang telah mereka lancarkan terhadapnya. Dan
ia ingin agar kepentingannya dapat diteguhkan begitu rupa
sehingga mereka malu dengan rancangan-rancangan yang te-
lah mereka buat untuk melawannya, dan malu dengan harap-
an-harapan yang mereka pupuk untuk melihat kehancuran-
nya. Ia juga ingin agar entah mereka dibuat malu, yang akan
membawa mereka selangkah lebih maju untuk diperbaharui,
atau agar rasa malu itu akan menjadi bagian mereka, yang
akan membawa kesengsaraan kekal bagi mereka.
3. Ia berdoa agar sahabat-sahabatnya dapat mempunyai alasan
untuk bersukacita dan memberikan kemuliaan kepada Allah
(ay. 27). Kendati dengan segala tipu muslihat yang digunakan
untuk menjelek-jelekkan Daud, dan membuatnya dibenci
orang, dan untuk menakut-nakuti orang agar tidak berpihak
kepadanya, masih ada juga sebagian orang yang membela ke-
pentingannya yang benar itu. Mereka tahu bahwa dia ditindas
dan merasa sayang kepadanya. Untuk mereka inilah Daud
berdoa,
(1) Agar mereka dapat bergembira bersama-sama dengan dia
dalam sukacitanya. Sangat senanglah hati semua orang
baik saat melihat orang jujur dan perkara yang benar ke-
luar sebagai pemenang dan sejahtera. Dan orang-orang
yang dengan tulus hati mendartikel ng kepentingan-kepen-
tingan umat Allah, dan yang rela mengambil bagian ber-
sama-sama dengan mereka sekalipun mereka dihina dan
dinjak-injak, pada waktunya akan bersorak-sorak dan ber-
gembira, sebab kepentingan yang benar pada akhirnya
akan menang.
(2) Agar mereka dapat bergabung bersama-sama dengan dia
dalam puji-pujiannya: Biarlah mereka tetap berkata: TU-
HAN itu besar, bagi kita dan bagi orang lain, Dia mengingin-
kan keselamatan hamba-Nya! Perhatikanlah,
Kitab Mazmur 35:17-28
485
[1] Allah yang Mahabesar menginginkan kesejahteraan bagi
orang-orang baik, bukan hanya keluarga-Nya, yakni ge-
reja secara umum, melainkan juga setiap hamba secara
pribadi di dalam keluarga-Nya. Ia menginginkan kese-
jahteraan mereka baik dalam perkara-perkara duniawi
maupun dalam perkara-perkara rohani, dan tidak ber-
suka atas penderitaan mereka. Sebab, Dia tidak men-
datangkan kesengsaraan ke atas umat-Nya dengan se-
ngaja. Oleh sebab itu, kita pun harus menginginkan
kesejahteraan mereka, dan tidak iri hati dengan keada-
an mereka itu.
[2] saat Allah dalam pemeliharaan-Nya menunjukkan ke-
hendak baik-Nya atas kesejahteraan hamba-hamba-
Nya, dan kesenangan-Nya akan hal itu, kita harus
mengakuinya dengan penuh rasa syartikel r, sebagai puji-
pujian bagi-Nya, dan berkata, Tuhan itu besar.
IV. Atas belas kasihan yang diharapkan akan didapatkannya melalui
doanya itu, Daud berjanji akan menaikkan puji-pujian: Aku mau
menyanyikan syartikel r kepada-Mu, sebagai Pembebasku (ay. 18),
dan lidahku akan menyebut-nyebut keadilan-Mu, benarnya segala
penghakiman-Mu dan adilnya semua keputusan-Mu. Dan ini di-
lakukannya,
1. Di depan orang banyak, sebagai seorang yang senang hati
mengakui kewajiban-kewajibannya kepada Allahnya. Sungguh
jauh hatinya dari merasa malu dengan segala kewajibannya
kepada Allah itu. Ia akan melakukannya dalam jemaah yang
besar, dan di tengah-tengah rakyat banyak, agar Allah dapat
dihormati dan banyak orang dibangun.
2. Terus-menerus. Ia akan mengucapkan puji-pujian kepada
Allah setiap hari (begitulah yang dapat diartikan) dan sepan-
jang hari. Sebab, puji-pujian kepada Allah itu tidak akan per-
nah habis-habisnya, bahkan sekalipun dinaikkan tanpa henti
oleh orang-orang kudus dan para malaikat.
PASAL 36
idak dapat dipastikan kapan dan sebab kejadian apa Daud
menuliskan mazmur ini. Barangkali, mazmur ini ditulisnya saat
dia diserang oleh Saul ataupun Absalom. Sebab, di dalamnya dia me-
ngeluhkan kejahatan musuh-musuh yang menentangnya, tetapi ia
juga bermegah di dalam kebaikan Allah kepadanya. Di sini kita di-
bimbing untuk merenungkan, dan memang baik adanya jika kita
sungguh-sungguh merenungkan tentang,
I. Kecemaran dosa dan betapa dosa itu sungguh mendatang-
kan kerusakan (ay. 2-5)
II. Kebaikan Allah dan betapa murah hatinya Dia,
1. Terhadap semua ciptaan-Nya secara umum (ay. 6-7).
2. Terhadap umat kepunyaan-Nya secara khusus (ay. 8-10).
Oleh sebab itulah, sang pemazmur terdorong untuk ber-
doa bagi semua orang kudus (ay. 11), terutama bagi diri
dan keselamatannya sendiri (ay. 12). Ia bersorak keme-
nangan atas kejatuhan para musuhnya yang pasti akan
terjadi (ay. 13).
Jika hati kita begitu tergugah untuk membenci dosa dan penuh
rasa puas akan kebaikan kasih Allah saat menyanyikan mazmur ini,
maka kita pun akan menyanyikannya dengan sepenuh hati dan
pengertian.
Sifat Orang-orang Jahat
(36:1-5)
1 Untuk pemimpin biduan. Dari hamba TUHAN, dari Daud. 2 Dosa bertutur di
lubuk hati orang fasik; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu, 3
sebab ia membujuk dirinya, sampai orang mendapati kesalahannya dan
T
488
membencinya. 4 Perkataan dari mulutnya ialah kejahatan dan tipu daya, ia
berhenti berlaku bijaksana dan berbuat baik. 5 Kejahatan dirancangkannya
di tempat tidurnya, ia menempatkan dirinya di jalan yang tidak baik; apa
yang jahat tidak ditolaknya.
Dalam judul mazmur ini, Daud disebut sebagai hamba TUHAN. Tidak
dapat diketahui mengapa dia disebut demikian hanya di dalam maz-
mur ini dan di dalam judul Mazmur 18 saja. Akan tetapi, ia memang
seorang hamba Tuhan, bukan saja sebab semua orang benar dise-
but demikian, tetapi juga sebab dia yaitu seorang raja dan nabi
yang dipakai untuk melayani kepentingan kerajaan Allah di antara
manusia, ditunjuk langsung dan secara istimewa lebih daripada
orang lain pada zamannya. Dia sendiri pun bermegah di dalam hal
tersebut (116:16). Menjadi hamba Allah yang agung bukanlah pe-
kerjaan yang remeh, melainkan merupakan suatu kehormatan besar
bagi orang-orang hebat. Peran itu merupakan kedudukan tertinggi
yang dapat dicapai oleh seorang manusia di muka bumi ini.
Dalam ayat-ayat di atas, Daud menggambarkan kefasikan orang
jahat. Tidak dapat dipastikan apakah yang dimaksudkannya di sini
yaitu para penganiayanya secara khusus ataukah semua pendosa
besar secara umum. Akan tetapi, di sini kita bisa mendapati asal
muasal dosa, kedoknya, akar-akarnya, serta cabang-cabangnya.
I. Inilah akar dari kepahitan, dari mana segala kejahatan orang
jahat bersumber. Kepahitan itu timbul,
1. Dari penghinaan mereka terhadap Allah dan ketiadaan rasa
hormat yang sepantasnya dalam diri mereka terhadap Dia (ay.
2): Bahwa sebab perangai durhaka orang jahat itu (sebagai-
mana yang digambarkan kemudian, ay. 4-5) aku berkata da-
lam hatiku (membuatku menarik kesimpulan) bahwa rasa ta-
kut kepada Allah tidak ada pada orang itu. Sebab, jika saja dia
memiliki rasa takut terhadap Allah, tentunya dia tidak akan
bicara dan bertindak segegabah itu. Dia tidak akan dan tidak
berani melanggar hartikel m Allah dan mengingkari kovenannya
dengan Allah, jika saja dia memiliki rasa kagum terhadap
keagungan-Nya atau rasa ngeri terhadap murka-Nya. Oleh
sebab itu, cocoklah bila hartikel m kita menjatuhkan dakwaan
kepada penjahat, oleh sebab rasa takut kepada Allah tidak
ada padanya, telah berlaku begini dan begitu. Orang jahat
biasanya tidak secara terang-terangan mengakui ketidaktakut-
Kitab Mazmur 36:1-5
489
an mereka terhadap Allah, tetapi tindakan jahatnya berbisik
ke dalam pikiran semua orang yang memahami sifat kesalehan
dan kedurhakaan. Daud pun menyimpulkan bahwa orang-
orang yang bertindak serampangan seperti itu yaitu orang-
orang yang hidup di dunia ini tanpa memiliki Allah.
2. Dari sikap curang di dalam diri mereka sendiri dan tipu daya
yang sengaja mereka tanamkan di dalam jiwa mereka (ay. 3):
sebab ia membujuk dirinya, artinya, saat dia berbuat dosa,
dia mengira bahwa dia berbuat bijak dan melakukan hal yang
baik bagi dirinya sendiri. Dia tidak dapat melihat atau tidak
mau mengakui adanya kejahatan dan bahaya dalam perbuat-
an-perbuatan jahatnya itu. Dia menyebut yang jahat itu baik
dan yang baik itu jahat. Ketidaksenonohannya dianggapnya
sebagai kebebasannya. Kecurangan dianggapnya sebagai ke-
cerdikan dan hikmat, sementara tindakannya dalam mengani-
aya umat Allah dipandangnya sebagai bentuk keadilan yang
patut dilaksanakan. Jika hati nuraninya mulai mengancam
dia mengenai apa yang dia perbuat, dia berkata, Allah tidak
akan keberatan, aku akan tetap memiliki damai sejahtera se-
kalipun aku terus melakukannya. Perhatikanlah, para pendosa
cenderung membinasakan diri dengan cara membujuk diri
mereka sendiri. Iblis pun tidak akan bisa menipu mereka jika
saja mereka tidak terlebih dahulu menipu diri sendiri. Tetapi,
akankah tipu daya itu berlangsung untuk selamanya? Tidak!
Akan tiba saatnya nanti saat si pendosa tidak bisa lagi meni-
pu diri, yaitu saat orang mendapati kesalahannya dan mem-
bencinya. Pelanggaran merupakan sesuatu yang layak untuk
dibenci. Pelanggaran merupakan suatu kejijikan yang dibenci
Tuhan, sebab mata-Nya yang kudus dan pencemburu itu tidak
tahan melihatnya. Pelanggaran juga merugikan si pendosa itu
sendiri, sehingga ia pun seharusnya membencinya pula. Akan
tetapi, tidak demikian kenyataannya. Dia malah mengulumnya
di dalam mulut seperti makanan yang manis, sebab keun-
tungan duniawi dan kesenangan daging yang menyertainya.
Akan tetapi, berubah juga makanannya di dalam perutnya,
menjadi bisa ular tedung di dalamnya (Ayb. 20:13-14). Saat
hati nurani mereka dicelikkan dan dosa tampil dalam rupa se-
benarnya, dan membuat mereka ketakutan, saat cawan kegen-
taran ditaruh ke dalam tangan mereka dan mereka dipaksa
490
meminum isinya, pada saat itulah mereka mendapati pelang-
garan mereka sebagai sesuatu yang layak dibenci, dan bujuk
rayu diri mereka sendiri berubah menjadi suatu kebodohan
yang tak terlukiskan. Rasa bersalah semakin berat menindih.
II. Inilah cabang-cabang terkutuk dari akar kepahitan itu. Si pen-
dosa menentang Allah, bahkan menentang dirinya sendiri. Jadi,
apa lagi yang bisa diharapkan oleh mereka selain kebinasaan?
Inilah dua hal yang menjadi jalur masuknya dosa. Manusia tidak
memiliki rasa takut akan Allah, dan oleh sebab itulah mereka
membujuk diri mereka sendiri.
Dan kemudian,
1. Mereka mengabaikan hati nurani di dalam perkataan mereka,
tidak peduli benar atau salah, baik atau buruk (ay. 4): Perkata-
an dari mulutnya ialah kejahatan dan tipu daya. Ia merancang-
kan kejahatan, tetapi kemudian menutup-nutupinya dengan
dalih yang terlihat baik dan benar. Tidaklah mengherankan
jika orang-orang yang menipu diri sendiri lantas berusaha juga
untuk menipu seluruh umat manusia. Sebab, kepada siapa-
kah orang-orang yang menipu jiwa mereka sendiri itu hendak
berlaku jujur?
2. Secuil kebaikan yang pernah ada di dalam diri mereka pun le-
nyap. Secercah kebajikan yang mungkin pernah ada kini mus-
nah, keyakinan mereka telah menjadi buntu, awal baik mereka
pun menjadi sia-sia belaka: Mereka berhenti berlaku bijaksana
dan berbuat baik. Sepertinya mereka berada di bawah arahan
hikmat dan perintah agama, tetapi sebenarnya mereka telah
melanggar keduanya. Mereka telah mengibaskan agama me-
reka, dan hikmat mereka pun ikut tercampak. Perhatikanlah,
orang-orang yang berhenti berbuat baik berarti juga sudah
berhenti bersikap bijaksana.
3. Setelah berhenti berbuat baik, mereka pun berusaha menya-
kiti dan mengganggu orang-orang di sekeliling mereka yang
bersikap dan berbuat baik (ay. 5): Kejahatan dirancangkannya
di tempat tidurnya.
Perhatikanlah:
(1) Pengabaian melicinkan jalan bagi perbuatan. Saat manusia
berhenti berbuat baik, berhenti berdoa, berhenti menaati
Kitab Mazmur 36:1-5
491
ketetapan Allah dan kewajiban mereka terhadap-Nya, Iblis
pun dengan mudahnya menjadikan mereka sebagai antek-
anteknya, alatnya untuk menarik orang-orang yang dapat
dijerumuskan ke dalam dosa dan menyusahkan orang-
orang yang tidak dapat mereka rayu untuk ikut berdosa.
Orang-orang yang sudah berhenti berbuat baik akan mulai
berbuat jahat. Si Iblis, begitu murtad, segera menjadi peng-
goda bagi Hawa dan penganiaya bagi Habel yang saleh itu.
(2) Berbuat jahat memang tidak baik, tetapi lebih buruk lagi
merancangkannya, melakukannya dengan sengaja dan
tekad baja, menyusun segala sesuatu untuk melaksanakan
kejahatan itu dengan sebaik-baiknya, dengan penuh taktik
dan siasat, dengan kelihaian seperti yang diperlihatkan si
ular tua yang jahat itu, dan merancangkannya di tempat
tidur, tempat yang seharusnya dipakai untuk merenung-
kan tentang Allah dan firman-Nya (Mi. 2:1). Semua itu
membuat hati si pendosa menjadi lebih nekat lagi dalam
berbuat jahat.
4. Setelah memasuki jalan dosa, jalan yang tidak baik itu, yang
tidak ada kebaikan di dalamnya maupun pada ujungnya, me-
reka terus saja bersikeras dan bertekad untuk tetap berada di
jalan itu. Dia menetapkan dirinya untuk melaksanakan keja-
hatan yang telah dirancangkannya, dan tidak ada satu hal pun
yang dapat menghalanginya untuk melangsungkan niatnya
itu, sekalipun hal itu berlawanan dengan kewajiban dan ke-
pentingannya yang sebenarnya. Jika saja para pendosa itu
tidak mengeraskan hati mereka serta tidak bersikap lancang
dan keras kepala, tentunya mereka tidak akan terus berku-
bang di jalan mereka yang penuh dosa itu, yang begitu berla-
wanan dengan segala hal yang adil dan baik.
5. sebab mereka sendiri melakukan kejahatan, mereka sama se-
kali tidak membenci kejahatan di dalam diri orang lain: Apa
yang jahat tidak ditolaknya. Sebaliknya, dia malah bersenang-
senang di dalamnya, dan senang melihat orang lain juga ber-
laku sebejat dirinya. Atau, hal ini dapat diartikan sebagai ke-
kartikel hannya untuk tidak mau bertobat dari dosa. saat Allah
mendorong orang-orang yang telah melakukan kejahatan un-
tuk bertobat, mereka akan membenci segala perbuatan jahat
yang telah mereka lakukan dan membenci diri mereka sendiri
492
sebab hal itu. Memang pahit rasanya saat merenungkan hal
itu, tetapi menjadi manis jika hal itu telah diwujudkan dalam
perbuatan. Akan tetapi, hati nurani para pendosa yang keras
kepala itu telah menjadi kebal, sampai-sampai mereka tidak
pernah merenungkan kembali dosa-dosa mereka di kemudian
hari dengan penyesalan atau rasa malu, melainkan tetap ber-
sikartikel h di dalamnya, seolah-olah mereka dapat membenarkan
diri mereka sendiri di hadapan Allah.
Beberapa orang berpikir bahwa Daud, melalui semua gambaran di
atas, terutama memaksudkan Saul, yang tidak lagi memiliki rasa ta-
kut kepada Allah dan berhenti berbuat baik, yang pura-pura baik ke-
padanya dengan memberikan anak perempuannya kepada Daud un-
tuk menjadi istrinya, tetapi pada saat yang sama juga merancangkan
kejahatan terhadapnya. Akan tetapi, kita tidak perlu membatasi diri
kita pada penafsiran perikop ini. Ada banyak orang di antara kita
yang cocok dengan gambaran seperti itu, dan ini sangat harus di-
ratapi.
Kebaikan Allah yang Luar Biasa; Kebaikan Allah
terhadap Umat-Nya; Doa, Syafaat, dan Kemenangan Daud
(36:6-13)
6 Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan. 7 Keadil-
an-Mu yaitu seperti gunung-gunung Allah, hartikel m-Mu bagaikan samudera
raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN. 8 Betapa
berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam
naungan sayap-Mu. 9 Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di ru-
mah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu. 10
Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang.
11 Lanjutkanlah kasih setia-Mu bagi orang yang mengenal Engkau, dan ke-
adilan-Mu bagi orang yang tulus hati! 12 Janganlah kiranya kaki orang-orang
congkak menginjak aku, dan tangan orang fasik mengusir aku. 13 Lihat,
orang-orang yang melakukan kejahatan itu jatuh; mereka dibanting dan
tidak dapat bangun lagi.
Setelah meratapi kejahatan orang-orang durhaka yang ada di seke-
lilingnya, di sini Daud mengarahkan pandangannya ke atas dan me-
rasa lega melihat kebaikan Allah, sesuatu yang begitu menyenangkan
Kitab Mazmur 36:6-13
493
dan mampu menyeimbangkan semua kegalauan yang dia rasakan se-
belumnya.
Perhatikanlah:
I. Perenungannya mengenai anugerah Allah. Dia melihat dunia ini
telah tercemar, dirinya sendiri terancam bahaya, dan Allah tidak
lagi dihormati, oleh pelanggaran orang-orang jahat. Akan tetapi,
tiba-tiba dia mengalihkan mata, hati, dan perkataannya kepada
Allah saja. Apa pun yang terjadi, Engkau tetap baik. Di sini dia
mengakui,
1. Kemahasempurnaan kodrat ilahi. Di antara umat manusia,
kita sering kali memiliki alasan untuk mengeluh, Tidak ada
kesetiaan dan tidak ada kasih (Hos. 4:1), tidak ada keadilan
dan tidak ada kebenaran (Yes. 5:7). Akan tetapi, semua itu
dapat ditemukan tanpa cela di dalam Allah. Apa pun yang ter-
hilang atau lenyap di dunia ini, kita tetap bisa merasa yakin
bahwa tidak ada yang hilang atau lenyap di dalam Dia yang
menguasai dunia ini.
(1) Dia yaitu Allah dengan kebaikan yang tiada berkesudah-
an: Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit. Jika manusia
menutup pintu belas kasihan mereka, kita tetap akan me-
nemukan belas kasihan pada takhta anugerah Allah. Saat
manusia merancangkan kejahatan melawan kita, Allah
tetap akan memikirkan hal-hal yang baik bagi kita, jika
kita berpegang teguh kepada-Nya. Di bumi ini kita hanya
menemukan sedikit kepuasan dan banyak kegelisahan ser-
ta kekecewaan. Tetapi di sorga, di mana belas kasihan
Allah berkuasa dengan sempurna dan untuk selama-lama-
nya, melulu hanya ada kepuasan. sebab itu, jika kita
ingin merasa nyaman, biarlah percakapan kita selalu
mengarah ke sana, dan biarlah kita selalu mendambakan
untuk berada di sana. Seberapa pun buruknya dunia ini,
janganlah kita sampai berpikiran yang buruk-buruk me-
ngenai Allah atau pemerintahan-Nya. Sebaliknya, oleh ka-
rena banyaknya kejahatan di antara manusia, biarlah kita
mempergunakan kesempatan untuk merenungkan kemur-
nian Allah dan mengagumi kesabaran-Nya dalam mengam-
puni dosa, sehingga Dia terus bersabar terhadap orang-
494
orang yang menentang-Nya, bahkan, tetap mengirim sinar
matahari dan hujan bagi mereka. Jika belas kasih Allah
tidak sampai ke langit (artinya, jauh melampaui belas ka-
sihan makhluk ciptaan lainnya), maka pastilah sedari dulu
Dia telah membenamkan dunia ini lagi (Yes. 55:8-9; Hos.
11:9).
(2) Dia yaitu Allah dengan kebenaran yang tidak dapat di-
sanggah lagi: setia-Mu sampai ke awan. Meskipun Allah
bersabar terhadap orang-orang jahat yang melakukan ba-
nyak sekali kekejian, Dia tetap dan akan selalu teguh
mengenai ancaman-Nya tentang dosa, dan akan tiba saat-
nya bagi Dia untuk meminta pertanggungjawaban mereka.
Dia juga setia terhadap kovenan yang dibuat-Nya dengan
umat-Nya, yang tidak dapat dilanggar. Tidak setitik pun
atau senoktah pun dari janji-janji-Nya dapat dihapuskan
oleh semua kejahatan dunia dan neraka. Hal ini menjadi
penghiburan besar bagi semua orang benar, yaitu, meski-
pun manusia berlaku tidak setia, Allah tetap setia. Manusia
memperbincangkan kesia-siaan, tetapi firman Tuhan meru-
pakan sabda yang kudus. Tidak seperti kesetiaan manusia,
kesetiaan Allah membumbung begitu tinggi sampai tidak
dapat berubah-ubah sebab cuaca, sebab kesetiaan-Nya
menggapai langit (begitulah yang diartikan sebagian orang),
mengatasi awan-awan dan melampaui segala perubahan di
tempat-tempat yang terletak di bawahnya.
(3) Dia yaitu Allah dengan keadilan dan kebenaran yang tak
terbantahkan: Keadilan-Mu yaitu seperti gunung-gunung
Allah, tidak tergoyahkan dan teguh, menjulang dan nyata
di hadapan seluruh dunia, sebab tidak ada lagi kebenaran
lain yang begitu pasti dan jelas seperti ini, yaitu bahwa
Tuhan itu benar dalam segala jalan-Nya, dan bahwa Dia
tidak pernah dan tidak akan pernah berlaku salah terha-
dap segala ciptaan-Nya. Bahkan saat awan dan kekelaman
ada di sekeliling Dia pun, keadilan dan hartikel m tetap men-
jadi tumpuan takhta-Nya (97:2).
(4) Dia yaitu Allah dengan hikmat dan rancangan yang tidak
terselami: Hartikel m-Mu bagaikan samudera raya yang hebat,
tidak dapat dimengerti dengan segala daya dan cara pema-
haman yang terbatas. Sebagaimana kuasa-Nya mutlak
Kitab Mazmur 36:6-13
495
menguasai segalanya, yang tidak wajib Ia terangkan ke-
pada kita, begitu pula cara kerja-Nya selalu istimewa dan
penuh misteri, yang tidak dapat kita pahami: Jalan-Mu
melalui laut dan lorong-Mu melalui muka air yang luas. Kita
tahu bahwa Dia melakukan segala sesuatu dengan bijak
dan baik. Namun, apa yang diperbuat-Nya, kita tidak tahu
sekarang. Tetapi akan tiba saatnya bagi kita untuk menge-
tahui semua itu.
2. Pemeliharaan dan kebaikan hati yang sungguh luas dari Sang
Pemelihara yang ilahi: Manusia dan hewan Kauselamatkan,
bukan saja dengan melindungi mereka dari kejahatan, tetapi
juga dengan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan
untuk menunjang hidup mereka. Sekalipun hewan tidak me-
miliki kemampuan untuk mengenal dan memuji Allah, mereka
tetap dipelihara dengan penuh kasih sayang. Mata mereka me-
nantikan Dia, dan Dia pun menyediakan makanan bagi mere-
ka pada waktu yang tepat. Jadi, kita tidak usah heran bila
melihat Allah menyediakan makanan bagi manusia yang jahat,
sebab binatang liar pun Ia beri makan. Dan janganlah kita
takut, sebab terlebih lagi Dia akan menyediakan kebutuhan
orang benar dengan baik. Dia yang memberi makan singa-
singa muda tidak akan pernah membiarkan anak-anak-Nya
sendiri kelaparan.
3. Kebaikan istimewa Allah bagi para orang kudus.
Perhatikanlah:
(1) Sifat mereka (ay. 8). Orang-orang yang terpesona dengan
keindahan kasih setia Allah berlindung dalam naungan sa-
yap-Nya.
[1] Kasih setia Allah sungguh berharga bagi mereka. Mere-
ka menikmatinya. Mereka mengecap rasa manisnya
yang tak terlukiskan. Mereka mengagumi keindahan
dan kebaikan Allah lebih dari apa pun juga di dunia ini.
Tidak ada lagi yang lebih menyenangkan dan menarik
hati. Orang-orang yang tidak mengagumi kasih setia-
Nya berarti tidak mengenal-Nya, dan mereka yang tidak
sungguh-sungguh menginginkannya berarti tidak me-
ngenal diri mereka sendiri.
496
[2] sebab itulah orang-orang kudus menaruh kepercayaan
penuh kepada-Nya. Mereka bernaung kepada-Nya, me-
nyerahkan diri mereka di bawah perlindungan-Nya, dan
merasa aman dan nyaman sebagaimana anak-anak
ayam yang berkumpul di bawah sayap induknya (Mat.
23:37). Sifat orang-orang yang berpaling kepada Allah
yaitu bahwa mereka datang untuk berlindung kepada
Allah Israel (Rut. 2:12, BIS). Selain kasih setia-Nya yang
unggul itu, apa lagi yang bisa mengumpulkan orang-
orang yang berpaling kepada-Nya? Apa lagi yang ampuh
untuk menarik kita mendekat kepada-Nya dan menik-
mati kedekatan dengan-Nya? Orang-orang yang ditarik
demikian oleh kasih pasti akan terus melekat kepada-
Nya.
(2) Hak istimewa mereka. Berlipatgandalah kebahagiaan
orang-orang yang memiliki Allah sebagai Tuhan mereka,
sebab di dalam Dia mereka memiliki, dapat memiliki, atau
akan memiliki kebahagiaan yang lengkap.
[1] Keinginan hati mereka akan dipenuhi (ay. 9): Mereka
mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu,
kebutuhan mereka tercartikel pi. Kerinduan mereka di-
puaskan dan terisi penuh. Mereka akan selalu berkecu-
kupan di dalam Allah yang mencartikel pi, dengan segala
sesuatu yang dapat diingini dan dapat diterima oleh
jiwa yang sudah mendapat pencerahan dan dilapang-
kan. Keuntungan duniawi dan kesenangan lahiriah bisa
diteguk sebanyak-banyaknya sampai jenuh, tetapi tidak
pernah memuaskan (Yes. 55:2). Sebaliknya, pemberian
karunia dan anugerah ilahi akan selalu memberi rasa
puas, tetapi tidak akan pernah membuat jenuh. Meski-
pun selalu haus untuk mengenal Allah dengan lebih
dalam lagi, jiwa yang saleh tidak akan menginginkan
hal lain selain Allah saja. Pemberian-pemberian dari
Sang Pemelihara begitu memuaskan sehingga mereka
pun merasa penuh dengan apa yang mereka punya.
Saya sudah menerima semuanya malah lebih daripada
cartikel p! (Flp. 4:18, BIS). Manfaat dari ibadah-ibadah ku-
dus yaitu lemak di rumah Allah, rasanya manis bagi
Kitab Mazmur 36:6-13
497
jiwa yang telah disucikan dan menguatkan bagi kehi-
dupan yang rohaniah dan ilahi. Dengan hal inilah mere-
ka dipuaskan secara berlimpah-limpah. Mereka tidak
menginginkan apa pun lagi di dunia ini, selain kehidup-
an yang bersekutu dengan Allah dan mendapatkan
penghiburan dari janji-janji sebab persekutuan itu.
Akan tetapi, kepuasan penuh dan berlimpah disimpan
untuk disediakan nanti pada masa akan datang, di ru-
mah yang tidak dibuat oleh tangan manusia, yaitu sor-
ga yang abadi. Setiap bejana akan penuh di sana.
[2] Sukacita mereka tetap: Mereka puas dengan minuman
dari sungai-Mu yang menyegarkan.
Pertama, ada kesenangan yang benar-benar bersifat
ilahi. Kesenangan itu merupakan kesenangan-Mu, bu-
kan saja berasal dari-Mu sebagai Sang Pemberi, tetapi
juga bermuara di dalam-Mu sebagai inti dan pusat dari
kesenangan itu sendiri. sebab merupakan sesuatu
yang murni rohani sifatnya, kesenangan-kesenangan itu
serupa dengan kesenangan para penghuni dunia atas
yang mulia, dan mengandung suatu kesamaan dengan
perasaan senang dari Sang Pemikir Abadi.
Kedua, ada sungai yang selalu meluap, selalu me-
nyegarkan dan terus mengalirkan kesenangan-kese-
nangan tersebut. Ada cartikel p bagi semua dan untuk se-
tiap orang (46:5). Kesenangan lahiriah bagaikan ku-
bangan air yang berbau busuk, tetapi kesenangan iman
begitu murni dan menyenangkan, jernih bagaikan kris-
tal (Why. 22:1).
Ketiga, Allah bukan saja telah menyediakan sungai
kesenangan ini bagi umat-Nya, tetapi juga membiarkan
mereka minum darinya. Ia menimbulkan rasa haus
akan kesenangan tersebut di dalam diri mereka. Dan,
melalui Roh-Nya, Ia memenuhi jiwa mereka dengan
sukacita dan damai sejahtera di dalam keyakinan mere-
ka. Di sorga mereka akan selamanya mereguk nikmat
yang ada di tangan kanan Allah, dipuaskan dengan
sukacita berlimpah-limpah (16:11).
498
[3] Kehidupan dan terang akan menjadi bagian dan berkat
mereka untuk selama-lamanya (ay. 10). Oleh sebab
mereka memiliki Allah sebagai kebahagiaan mereka,
Pertama, di dalam Dia mereka memiliki sumber
hayat, dari mana sungai-sungai kesenangan itu meng-
alir (ay. 9). Allah semesta alam merupakan sumber ha-
yat. Di dalam Dialah kita hidup, bergerak, dan memiliki
keberadaan kita. Allah yang penuh anugerah merupa-
kan sumber kehidupan rohani kita. Segala kekuatan
dan penghiburan bagi jiwa yang telah dikuduskan, se-
mua dasar pegangannya yang mulia, kuasa, dan kiner-
janya, berasal dari Allah. Dialah asal muasal dan Pen-
cipta segala rasa dari hal-hal ilahi yang ada di dalam
jiwa yang dikuduskan itu, termasuk juga segala gerak-
annya yang mengarah kepada hal-hal tersebut: Ia
menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya, dan
setiap orang yang mau, dapat datang dan mengambil air
kehidupan dari-Nya secara cuma-cuma. Dia yaitu
sumber dari kehidupan kekal. Kebahagiaan para orang
kudus yang dimuliakan ialah dapat memandang dan
menikmati Allah, serta secara langsung menikmati ka-
sih-Nya tanpa terhalang atau ada rasa khawatir akan
kehilangan kasih itu.
Kedua, di dalam-Nya, mereka memiliki terang yang
sempurna. Hikmat, pengetahuan, dan sukacita, semua-
nya ada di dalam terang itu: di dalam terang-Mu kami
melihat terang, artinya,
1. Di dalam pengenalan akan Engkau melalui anuge-
rah-Mu, dan di dalam penglihatan akan Engkau di
dalam kemuliaan-Mu, kami akan memperoleh segala
sesuatu yang memuaskan pengertian kami dengan
berlimpah. Terang ilahi yang bersinar di dalam Ki-
tab Suci, dan terutama yang memancar melalui wa-
jah Kristus, Sang Terang dunia itu, memiliki segala
kebenaran di dalamnya. Saat kita melihat Allah
muka dengan muka, di dalam tabir suci, kita akan
melihat terang itu secara sempurna. Pada saat itu,
Kitab Mazmur 36:6-13
499
barulah kita akan dapat mengenalnya dengan cartikel p
baik (1Kor. 13:12; 1Yoh. 3:2).
2. Di dalam persekutuan dengan Engkau kini, melalui
anugerah-Mu yang Engkau berikan kepada kami
dan melalui balasan dari kami melalui rasa kasih
saleh kami terhadap Engkau, serta saat kami bisa
menikmati hadirat-Mu kelak tidak lama lagi di sorga,
kami akan memperoleh kebahagiaan dan kepuasan
yang lengkap. Dalam kebaikan-Mu, terkandung se-
gala hal baik yang kami inginkan. Dunia ini yaitu
dunia yang gelap, dan kita hanya menemukan sedi-
kit saja kenyamanan di dalamnya. Akan tetapi, di
dalam terang sorgawi terdapat terang sejati, tidak
ada terang yang semu. Hanya ada terang yang abadi
dan tidak akan pernah meredup. Di dunia ini kita
melihat Allah dan menikmati-Nya melalui ciptaan
dan berbagai sarana lain, akan tetapi, di sorga nanti
Allah akan diam bersama-sama dengan kita (Why.
21:3) dan kita akan dapat memandang serta menik-
mati-Nya segera.
II. Dalam bagian mazmur ini kita mendapati doa-doa, permohonan
syafaat, dan kemenangan Daud yang suci, yang didasari oleh
perenungan-perenungan berikut ini.
1. Dia bersyafaat bagi semua orang kudus, meminta supaya me-
reka selalu mengalami manfaat dan penghiburan dari kebaik-
an dan anugerah Allah (ay. 11).
(1) Orang-orang yang dia doakan yaitu mereka yang menge-
nal Allah, yang bergaul akrab dengan-Nya, mengakui Dia,
dan dengan teguh menyatakan Dia sebagai milik mereka.
Dia mendoakan mereka yang lurus hati, yang tulus dengan
pengakuan agama mereka, dan setia baik kepada Allah
maupun kepada manusia. Orang-orang yang tidak lurus
hati terhadap Allah berarti tidak mengenal-Nya seperti yang
seharusnya.
(2) Berkat yang ia mintakan bagi mereka yaitu kasih setia
Allah (yaitu, tanda kebaikan-Nya terhadap mereka) dan ke-
adilan-Nya (yaitu, pekerjaan anugerah-Nya di dalam mere-
500
ka). Atau, kasih setia dan keadilan-Nya merupakan kebaik-
an yang sesuai dengan janji-Nya. Kasih setia dan keadilan-
Nya itu merupakan belas kasihan dan kebenaran.
(3) Cara bagaimana dia menginginkan berkat itu dapat juga di-
kemukakan begini: Lanjutkanlah, ulurkanlah, seperti se-
orang ibu menyodorkan buah dadanya bagi sang anak
supaya anak itu dapat menikmati air susu darinya. Biarlah
berkat-Nya terulur sepanjang kekekalan itu sendiri. Keba-
hagiaan para orang kudus di sorga akan sempurna, dan
juga terus berlangsung (seperti suatu benda), sebab sum-
ber itu akan selalu penuh dan terus mengalir keluar. Hal
itu kiranya selalu tetap (Yes. 64:5, TL).
2. Dia berdoa bagi dirinya sendiri, supaya dia selalu dijagai un-
tuk terus setia dan terus mendapat penghiburan (ay. 12):
Janganlah kiranya kaki orang-orang congkak menginjak aku
untuk mengganjal tumitku atau menginjak-injak badanku.
Dan janganlah tangan orang fasik, yang terulur melawanku, di-
biarkan berhasil menggoyahkan aku melalui godaan sehingga
aku beranjak dari kesucian dan ketulusanku. Juga jangan
biarkan mereka membuat aku merasa galau dan gelisah mela-
lui suatu masalah. Biarlah orang-orang yang melawan Allah
tidak dibiarkan berkemenangan atas orang-orang yang berpe-
gang teguh kepada-Nya. Orang-orang yang telah mengecap
kesenangan di dalam persekutuan dengan Allah pastilah tidak
menghendaki apa pun juga yang dapat memisahkan mereka
dari-Nya.
3. Dia bersukacita atas kejatuhan semua musuh-musuh-Nya
pada waktunya nanti (ay. 13): Lihat, saat mengira telah
berada di atas angin melawanku, orang-orang yang melakukan
kejahatan itu jatuh, terjerat dalam perangkap yang tadinya
mereka pasang untuk menjatuhkanku. Lihat, di dunia yang
lain (begitulah yang diartikan sebagian orang), di mana para
orang kudus berdiri untuk menghakimi dan memiliki tempat
di rumah Allah, para pelaku kejahatan dilemparkan ke dalam
penghartikel man, dilemparkan ke bawah ke dalam neraka, ju-
rang yang tidak berdasar itu. Dari sana mereka tidak akan
pernah dapat bangun lagi, sebab beban murka dan kutuk
Allah terlalu berat untuk mereka tanggung. Memang benar
bahwa kita tidak boleh bersukacita atas kesengsaraan musuh-
Kitab Mazmur 36:6-13
501
musuh kita. Namun demikian, kejatuhan akhir dari orang-
orang yang melakukan kejahatan akan menjadi kemenangan
kekal bagi para orang kudus yang dimuliakan itu.
PASAL 37
azmur ini merupakan sebuah khotbah, sungguh sebuah khot-
bah yang luar biasa bermanfaat, yang tidak dimaksudkan un-
tuk dipakai sebagai bahan saat teduh kita (sebagaimana kebanyakan
mazmur lainnya), melainkan untuk perilaku kita. Di dalam mazmur
ini tidak ada doa atau pujian, yang ada hanya pengarahan. Mazmur
ini yaitu sebuah Maschil mazmur pengajaran. Mazmur ini meng-
uraikan dan menjelaskan beberapa pokok bahasan tersulit yang ada
dalam Bartikel Sang Pemelihara, yaitu tentang keberhasilan orang jahat
dan aib orang benar, pemecahan masalah atas kesukaran-kesukaran
yang ditimbulkan sebab semua itu, serta himbauan bagaimana kita
harus bersikap di dalam keadaan yang suram tersebut. Pekerjaan
para nabi (dan Daud yaitu salah satu dari mereka) yaitu untuk
menjelaskan hartikel m Taurat. Hartikel m Taurat Musa telah menjanjikan
berkat-berkat fana bagi orang-orang yang menaatinya, dan meng-
umumkan kesengsaraan fana yang akan menimpa orang-orang yang
tidak taat. Kedua hal ini pada dasarnya ditujukan kepada kumpulan
manusia secara keseluruhan, kepada seluruh bangsa sebagai suatu
bangsa, dan bukan kepada orang per orang. Sebab, saat diterapkan
secara orang per orang, maka yang terlihat justru adanya banyak
contoh di mana para pendosa sejahtera dan orang-orang kudus seng-
sara. Nah, tujuan sang nabi dalam menuliskan mazmur ini yaitu
untuk menjembatani kesenjangan di antara contoh-contoh tersebut
dengan firman yang telah diucapkan Allah. Di dalam mazmur ini,
I. Dia melarang kita untuk merasa iri terhadap kemakmuran
orang-orang jahat di dalam jalan mereka yang jahat (ay. 1, 7-
8).
II. Dia mengemukakan alasan yang sangat baik mengapa kita
tidak boleh merasa iri sebab nya.
M
504
1. Oleh sebab perangai buruk orang-orang jahat (ay. 12,
14, 21, 32), sekalipun mereka itu makmur, dan juga oleh
sebab perangai mulia orang-orang benar (ay. 21, 26,
30-31).
2. Oleh sebab kebinasaan yang akan segera menimpa
orang jahat (ay. 2, 9-10, 20, 35-36, 38) dan keselamatan
serta perlindungan yang pasti akan menaungi orang be-
nar dari segala rencana busuk orang-orang jahat (ay. 13,
15, 17, 28, 33, 39-40).
3. Oleh sebab belas kasihan yang disediakan Allah secara
khusus bagi semua orang benar dan kebaikan yang di-
tunjukkan-Nya bagi mereka (ay. 11, 16, 18-19, 22-25,
28-29, 37).
III. Dia menuliskan resep obat yang manjur untuk melawan dosa
iri hati terhadap keberhasilan orang jahat, dan memberi do-
rongan kuat untuk memanfaatkan obat penawar tersebut
(ay. 3-6, 27, 34).
Saat menyanyikan mazmur ini, kita harus mengajar dan memper-
ingatkan satu sama lain dengan cara yang benar bagaimana kita
memahami pemeliharaan Allah dan menyesuaikan diri kita dengan
pemeliharaan-Nya itu. Selain itu pula, kita perlu melaksanakan ke-
wajiban kita di setiap waktu dan dengan sabar menyerahkan segala
keadaan kepada Allah. Kita juga harus percaya bahwa betapapun
runyamnya keadaan saat ini, semuanya pasti akan menjadi baik
bagi orang-orang yang takut akan Allah, yang takut di hadapan-Nya.
Pesan dan Janji
(37:1-6)
Dari Daud. 1 Jangan marah sebab orang yang berbuat jahat, jangan iri hati
kepada orang yang berbuat curang; 2 sebab mereka segera lisut seperti
rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. 3 Percayalah kepada
TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, 4
dan bergembiralah sebab TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa
yang diinginkan hatimu. 5 Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan per-
cayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; 6 Ia akan memunculkan kebe-
naranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang.
Pengarahan yang diberikan di sini amatlah jelas. Tidak perlu lagi ba-
nyak penjelasan untuk menerangkannya, tetapi lebih baik diterapkan
dengan lebih bersungguh-sungguh di dalam perbuatan, dan di situ-
Kitab Mazmur 37:1-6
505
lah semua pengarahan tersebut tampak dalam wujudnya yang ter-
baik.
I. Di sini kita diperingatkan supaya tidak merasa galau melihat ke-
makmuran dan keberhasilan orang-orang yang melakukan keja-
hatan (ay. 1-2): Jangan marah dan jangan iri hati. Kita bisa saja
menebak bahwa Daud mengatakan hal ini kepada dirinya sendiri
terlebih dahulu, dan mengajarkannya kepada hatinya sendiri
(pada saat dia merenungkan hal itu di atas tempat tidurnya), un-
tuk menekan nafsu-nafsu jahat yang sedang bekerja dalam hati-
nya. Dan sesudah itu, dia pun menuliskannya untuk menjadi
pengarahan bagi orang lain yang mungkin berada di dalam pen-
cobaan yang sama. Apa yang diajarkan kepada orang lain akan
lebih berhasil jika diajarkan terlebih dahulu kepada diri sendiri.
Nah,
1. Saat kita memandang ke luar, kita dapat melihat dunia yang
penuh dengan orang yang berbuat jahat dan yang melakukan
kecurangan, yang maju dan berjaya, yang memiliki segala yang
mereka inginkan dan berlaku semau mereka, yang bergeli-
mang kesenangan dan kemegahan, yang menggenggam kuasa
dalam tangan mereka untuk menindas orang-orang di seke-
liling mereka. Begitu pula pada zaman Daud dulu. Jadi, jika
keadaan masih demikian, biarlah kita tidak terkejut dibuat-
nya, sebab hal itu bukanlah sesuatu yang aneh ataupun baru.
2. Saat kita menyelami di dalam diri kita sendiri, kita mendapati
bahwa kita tergoda untuk merasa marah sebab nya, dan me-
naruh dengki terhadap perkara kotor yang menggelisahkan
itu, terhadap segala kecemaran dan gangguan yang ada di
dunia ini. Kita cenderung menjadi marah kepada Allah, seolah-
olah Dia tidak berlaku baik terhadap dunia dan gereja-Nya
sebab membiarkan orang-orang jahat hidup makmur dan
berhasil seperti itu. Kita juga cenderung merasa marah sebab
kesal dengan keberhasilan mereka dalam melakukan rancang-
an jahat mereka. Kita cenderung merasa iri terhadap kebebas-
an yang mereka miliki dalam mengeruk kekayaan, mungkin
dengan sarana-sarana yang melangar hartikel m. Kita iri dengan
kebebasan mereka dalam memanjakan nafsu-nafsu mereka,
dan berharap kita juga mengenyahkan semua kekangan hati
506
nurani kita supaya kita pun dapat berbuat sama seperti mere-
ka. Kita tergoda untuk berpikir bahwa yang berbahagia di du-
nia ini hanyalah mereka, dan cenderung ingin meniru dan ber-
gabung bersama mereka, supaya kita bisa mendapatkan ba-
gian di dalam keuntungan mereka dan ikut menikmati kese-
nangan mereka. Tetapi, inilah yang diperingatkan terhadap
kita di sini: Jangan marah dan jangan iri hati. Kemarahan dan
iri hati itu saja sebenarnya sudah merupakan dosa yang ada
hartikel mannya. Kedua dosa itu membebani roh dan membusuk-
kan tulang. Jadi, peringatan untuk menjauhi kedua dosa ter-
sebut sebenarnya merupakan kebaikan bagi diri kita sendiri.
Akan tetapi bukan hanya itu saja, sebab,
3. Saat kita memandang ke depan dengan mata iman, kita tidak
akan melihat bahwa tidak ada alasan untuk merasa iri terha-
dap keberhasilan orang jahat, sebab kebinasaan mereka telah
di ambang pintu dan mereka semakin dekat ke sana (ay. 2).
Mereka memang tumbuh dan berkembang, tetapi hanya seper-
ti rumput dan tumbuh-tumbuhan hijau yang tidak layak di-
cemburui. Keberhasilan orang saleh seperti pohon yang ber-
buah lebat (1:3), tetapi keberhasilan orang jahat seperti rum-
put dan tumbuhan hijau yang umurnya sangatlah singkat.
(1) Mereka segera menjadi layu sendiri. Kemakmuran lahiriah
akan cepat hilang, begitu juga hidup yang dilekatkan kepa-
danya.
(2) Mereka segera akan menjadi lisut oleh penghakiman Allah.
Kemenangan mereka berumur pendek, tetapi ratapan dan
tangisan mereka akan berlangsung selama-lamanya.
II. Di sini kita dinasihati supaya menjalani hidup dengan keyakinan
dan kepuasan di dalam Allah, dan hal itu akan menjauhkan kita
dari amarah terhadap keberhasilan orang yang berlaku jahat. Jika
jiwa kita terjaga, tidak ada alasan bagi kita untuk mendengki
terhadap mereka yang jiwanya akan binasa. Berikut ini yaitu
tiga rumus unggul yang harus menguasai kita, dan tiga janji
berharga yang menyertainya yang boleh kita andalkan.
1. Kita harus menjadikan Allah sebagai harapan kita di dalam
melaksanakan kewajiban kita, dan kita akan memperoleh
penghidupan yang penuh penghiburan di dunia ini (ay. 3).
Kitab Mazmur 37:1-6
507
(1) Kita harus percaya kepada Tuhan dan melakukan yang
baik, supaya kita melekat dan menjadi serupa dengan-Nya.
Kehidupan agama terletak di dalam kebergantungan yang
penuh percaya kepada Allah, kepada kebaikan-Nya, pemeli-
haraan-Nya, janji-Nya, anugerah-Nya dan ketekunan untuk
melayani-Nya dan angkatan kita, sesuai dengan kehendak-
Nya. Kita tidak boleh berpikir bahwa kita bisa percaya
kepada Allah dan pada saat bersamaan bisa hidup seenak
kita. Tidak. Jika kita tidak menjalankan kewajiban kita ter-
hadap-Nya dengan penuh kesadaran, maka kelakuan se-
perti itu bukanlah mempercayai, melainkan mencobai-Nya.
Kita juga tidak boleh merasa telah berlaku baik jika kita
masih saja mengandalkan diri, kebenaran, dan kekuatan
kita sendiri. Tidak begitu. Kita harus melakukan keduanya
sekaligus, yaitu percaya kepada Tuhan dan melakukan
yang baik. Lalu kemudian,
(2) Kita dijanjikan untuk dipelihara dengan baik di dunia ini:
maka engkau akan diam di atas bumi dan memelihara
dirimu dengan setia. Dia tidak berkata, Maka engkau akan
mendapat kenaikan jabatan, menempati istana, dan terus
berpesta pora. Hal seperti itu tidaklah perlu, sebab hidup
manusia tidak terdiri dari kelimpahan akan hal-hal seperti
itu. Sebaliknya, Engkau akan memiliki tempat untuk di-
tinggali, yaitu di tanah Kanaan, lembah penglihatan, dan
engkau akan memiliki makanan yang cartikel p. Itu pun su-
dah lebih dari yang layak kita terima, sebab hal itu sudah
merupakan segala sesuatu yang dapat diinginkan oleh
seorang yang benar (Kej. 28:20), dan semua itu sudah cu-
kup bagi seseorang yang hendak pergi ke sorga. Engkau
akan memiliki sebuah tempat tinggal, yang tenang, dan
pemeliharaan, yang nyaman: Dirimu akan dipeliharakan de-
ngan setia. Beberapa orang mengartikannya begini, Eng-
kau akan dipelihara dengan iman, sebagaimana orang-
orang yang adil disebutkan hidup dengan iman, dan kehi-
dupan mereka itu baik, berkecartikel pan sesuai dengan janji-
janji itu. Dirimu akan dipeliharakan dengan setia, sebagai-
mana Elia yang dipelihara pada masa kelaparan, dengan
apa yang engkau perlukan. Allah sendiri yaitu gembala,
pemelihara, bagi semua yang percaya kepada-Nya (23:1).
508
2. Kita harus menjadikan Allah sebagai kesukaan hati kita dan
kita pun akan memperoleh apa yang diinginkan hati kita (ay.
4). Kita bukan saja harus menggantungkan hidup kita kepada
Allah, melainkan juga mencari penghiburan di dalam Dia. Kita
harus merasa senang bahwa Allah itu ada, dan bahwa Dia
yaitu Allah yang sesuai dengan penyataan diri-Nya terhadap
kita, dan bahwa Dia yaitu Allah kita menurut kovenan. Kita
harus bergirang di dalam keindahan, kelimpahan dan kebaik-
an-Nya. Jiwa kita harus kembali kepada-Nya dan beristirahat
di dalam Dia sebagai tempat perhentian dan bagian jiwa kita
untuk selamanya. sebab telah dipuaskan oleh kasih setia-
Nya, kita pun harus merasakan kasih setia-Nya itu dan men-
jadikannya sebagai sukacita dan kegembiraan kita (43:4). Kita
diperintahkan (ay. 3) untuk melakukan yang baik, dan kemu-
dian mengikuti perintah ini untuk bersuka di dalam Allah,
yang merupakan hak istimewa sekaligus kewajiban. Jika kita
selalu mawas diri untuk taat kepada Allah, maka kita pun
dapat memperoleh penghiburan berupa kepuasan di dalam
diri-Nya. Dan bahkan kewajiban menyenangkan untuk ber-
suka di dalam Allah pun memiliki sebuah janji yang melekat
kepadanya, janji yang berlimpah dan berharga, cartikel p untuk
mengganjar pelayanan yang terberat sekalipun: Ia akan mem-
berikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Allah tidaklah
berjanji untuk memuaskan segala keinginan tubuh dan
angan-angannya, melainkan untuk memberikan semua ke-
inginan hati, semua kerinduan dari jiwa yang telah disucikan.
Apakah gerangan yang menjadi keinginan hati seorang yang
saleh? Jawabannya ialah mengenal, mengasihi dan hidup un-
tuk Allah, untuk menyenangkan-Nya dan disenangkan oleh-
Nya.
3. Kita harus menjadikan Allah sebagai pembimbing kita dan me-
nyerahkan segalanya ke dalam pimpinan dan kehendak-Nya.
Maka segala perkara kita, bahkan yang kelihatannya paling
rumit dan meresahkan pun akan dibereskan dan menjadi
kepuasan kita (ay. 5-6).
(1) Kewajiban itu sangat mudah, dan jika kita melakukannya
dengan benar, maka kita pun akan merasa tenang: Serah-
kanlah perbuatanmu kepada TUHAN; pasrahkanlah jalanmu
kepada Tuhan (demikianlah terjemahan lainnya) (Ams.
Kitab Mazmur 37:1-6
509
16:3; Mzm. 55:23). Serahkanlah khawatirmu kepada TU-
HAN, beban kekhawatiranmu (1Ptr. 5:7). Kita harus mengi-
baskannya dari diri kita sedemikian rupa sehingga tidak
meresahkan dan mengganggu pikiran kita mengenai apa
yang akan terjadi nanti (Mat. 6:25). Kita tidak perlu merin-
tangi dan menyusahkan diri sendiri dengan bagaimana me-
lakukan atau apa yang diharapkan nanti, melainkan me-
nyerahkan semuanya ke tangan Allah, menaruh semuanya
di dalam hikmat dan pemeliharaan-Nya untuk mengatur
dan membereskan segala kekhawatiran kita seperti yang Ia
kehendaki. Pasrahkan jalanmu kepada Tuhan (demikianlah
yang tercantum dalam Septuaginta), yaitu, Melalui doa be-
berkan perkaramu dan segala kekhawatiranmu mengenai
perkara itu di hadapan Tuhan (sebagaimana Yefta mem-
bawa seluruh perkaranya itu ke hadapan TUHAN, di Mizpa,
Hak. 11:11), "lalu kemudian percayalah bahwa Dia akan
membereskan semuanya, dan semua yang diperbuat-Nya
selalu akan mendatangkan kepuasan penuh. Kita harus
melaksanakan kewajiban kita (kita harus peduli untuk me-
lakukannya) dan kemudian menyerahkan masalahnya ke-
pada Tuhan. Duduk sajalah dan lihat bagaimana kesudah-
an perkara itu (Rut 3:18). Kita harus mengikuti Sang Peme-
lihara dan tidak memaksakan kehendak kita, tidak bersike-
ras, melainkan berserah kepada Hikmat yang tidak terba-
tas itu.
(2) Janji itu sangat manis.
[1] Secara umum, Ia akan bertindak mengenai apa pun
yang telah kau serahkan kepada-Nya. Meskipun tidak
selalu dengan cara seperti yang kauinginkan, cara-Nya
tetap akan menyenangkanmu. Dia akan menemukan
cara untuk melepaskan beban yang menghimpitmu,
melenyapkan rasa takutmu, dan membuat tujuanmu
tercapai dengan cara yang memuaskan.
[2] Secara khusus, Dia akan menjaga nama baikmu dan
mengeluarkanmu dari segala kesulitan, bukan saja de-
ngan diiringi penghiburan, tetapi juga dengan penuh
kehormatan: Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti
terang, dan hakmu seperti siang (ay. 6), artinya, Dia
akan membuat keadaannya tampak jelas bahwa engkau
510
yaitu seorang yang jujur, dan hal itu sudah merupa-
kan sebuah kehormatan.
Pertama, di sana tersirat bahwa kebenaran dan hak
orang benar bisa saja diselubungi awan kelam untuk
sementara waktu, entah itu oleh teguran keras dari
Sang Pemelihara (penderitaan Ayub pun menutupi ke-
benarannya) atau oleh cela dan hinaan keji yang dilon-
tarkan manusia, yang mencemari nama mereka, yang
sebetulnya tidak layak mereka terima, dan menuduh
mereka dengan hal-hal yang bahkan tidak mereka keta-
hui.
Kedua, di sini dijanjikan bahwa pada waktu yang
tepat nanti, Allah akan mengenyahkan penghinaan yang
menimpa mereka, menjernihkan ketidakbersalahan me-
reka dan memunculkan kebenaran mereka, sebagai ke-
hormatan bagi mereka, mungkin di dunia ini, atau se-
lambat-lambatnya pada masa penghakiman nanti (