Mazmur-1-50 3
ntuk selama-
lamanya: Buanglah mereka sebab banyaknya pelanggaran
mereka itu. Mereka telah memenuhi sendiri artikel ran kejahatan
mereka sehingga pantas untuk dihancurkan. Menganiaya
hamba-hamba Allah akan cepat menambah dosa sampai ge-
nap artikel rannya, sama seperti kejahatan-kejahatan lainnya
(1Tes. 2:15-16). Bahkan, mereka bisa dengan mudah jatuh ka-
rena rancangan mereka sendiri. Apa yang mereka perbuat un-
tuk mengamankan diri mereka sendiri dan untuk berbuat
jahat terhadap orang lain, dengan pemeliharaan Allah yang
berkuasa dapat dijadikan sebagai sarana untuk menghancur-
kan mereka (7:16; 9:16). Daud berseru, Mereka memberontak
terhadap Engkau. Seandainya mereka hanya musuh-musuh-
ku, mudah saja aku memaafkan mereka. Akan tetapi, mereka
memberontak melawan Allah, melawan mahkota dan kehor-
matan-Nya. Mereka menentang pemerintahan-Nya dan tidak
mau bertobat untuk memberi-Nya kemuliaan. Oleh sebab itu-
lah dengan jelas-jelas aku dapat melihat kehancuran mereka.
Doanya meminta kehancuran mereka tidak datang dari roh
balas dendam, melainkan dari roh nubuat. Ia menubuatkan di
sini bahwa semua orang yang memberontak melawan Allah
pasti akan dihancurkan oleh rancangan-rancangan mereka
sendiri. Adillah bagi Allah untuk membalaskan penindasan ke-
pada mereka yang menindas umat-Nya, seperti yang dikatakan
demikian kepada kita (2Tes. 1:6). sebab itu, bila kita berdoa,
Bapa, jadilah kehendak-Mu, kita mendoakan supaya itu ter-
jadi.
III. Ia memberikan gambaran tentang umat Allah, dan berdoa bagi
mereka, dengan meyakini kebahagiaan yang akan mereka dapat-
Kitab Mazmur 5:8-13
75
kan, dan ia bisa pastikan ini bukan berasal dari keinginannya
sendiri.
Amatilah,
1. Gambaran yang diberikannya mengenai umat Allah. Mereka
itu orang-orang benar (ay. 13), sebab mereka percaya kepada
Allah, sangat yakin akan kuasa dan kemaha-mencartikel pi-Nya.
Mereka berani percaya akan janji-Nya, dan yakin akan perlin-
dungan-Nya bagi mereka saat berada di jalan kewajiban me-
reka. Mereka mencintai nama-Nya, dan mereka bersuka ria de-
ngan semua hal yang dipakai Allah untuk membuat diri-Nya
dikenal. Mereka bersuka boleh mengenal Dia. Inilah yang dise-
but dengan ibadah yang benar dan murni, hidup berpuas hati
dalam Allah dan bergantung kepada-Nya.
2. Doa Daud bagi umat Allah itu: Biarlah mereka bersuka. Biar-
lah mereka punya alasan untuk bersuka dan hati mereka ber-
gembira. Penuhilah mereka dengan sukacita, dengan sukacita
besar dan tak terkatakan. Biarlah mereka bersorak sebab ke-
girangan, dengan sukacita tetap untuk selamanya. Biarlah me-
reka selalu bersorak sebab sukacita, dengan sukacita yang
kudus, dan yang berakhir di dalam Allah. Biarlah mereka ber-
suka di dalam Engkau, di dalam kebaikan-Mu, di dalam kese-
lamatan yang daripada-Mu, dan bukan di dalam ciptaan apa
pun. Biarlah mereka bersuka sebab Engkau membela mereka,
melingkupi mereka, menaungi mereka, berdiam di antara me-
reka. Barangkali ini menunjuk pada tiang awan dan api, yang
bagi orang Israel merupakan tanda hadirat Allah yang khusus
bersama mereka, dan perlindungan khusus-Nya bagi mereka.
Mari kita belajar dari Daud untuk berdoa bukan bagi diri kita
sendiri, melainkan bagi orang lain, bagi semua orang baik, ba-
gi semua orang yang percaya kepada Allah dan mencintai na-
ma-Nya. Marilah kita berdoa demikian, walaupun tidak untuk
segala hal atau segala keinginan. Biarlah semua yang berhak
atas janji-janji Allah mendapat bagian dalam doa-doa kita.
Anugerah akan beserta semua orang yang mengasihi Kristus
dengan tulus. Hal yang demikian sesuai dengan Allah.
3. Penghiburan yang dialami Daud sebab umat Allah itu (ay.
13). Ia membawa mereka di dalam doa-doanya sebab mereka
yaitu umat istimewa dari Allah. sebab itu ia tidak ragu
76
sama sekali bahwa doa-doanya akan didengar, dan mereka
akan bersuka senantiasa. sebab ,
(1) Mereka berbahagia di dalam kepastian akan berkat Allah:
Engkau, ya Tuhan, akan memberkati orang benar, akan
memerintahkan berkat ke atas mereka. Engkau sendiri te-
lah menyatakan mereka sebagai yang terberkati, dan oleh
sebab itu Engkau akan membuat mereka demikian. Siapa
yang Engkau berkati, ia akan sungguh-sungguh diberkati.
(2) Mereka aman dalam perlindungan kebaikan-Mu. Dengan
perlindungan-Mu Engkau akan memahkotai dia (begitulah
yang ditafsirkan sebagian orang). Itulah kehormatannya,
yang akan menjadi mahkota kecantikan berlapis permata
baginya, dan membuatnya benar-benar besar. Dengan per-
lindungan-Mu Engkau akan memagari dia, mengelilinginya,
dari segala sisi, seperti dengan perisai. Sebuah perisai di
dalam perang hanya menjaga satu sisi, tetapi kebaikan
Allah bagi orang-orang kudus membentengi mereka di se-
gala sisi. Ini laksana pagar di sekeliling Yakub, mengelilingi
orang-orang kudus itu, sehingga sementara terjaga di ba-
wah perlindungan ilahi, mereka aman sama sekali dan
puas seutuhnya.
Dalam menyanyikan ayat-ayat ini, dan mendoakannya, kita harus
dengan iman menempatkan diri kita di bawah bimbingan dan peme-
liharaan Allah. Dengan jalan inilah hati kita bisa merasa senang de-
ngan kasih setia dan anugerah-Nya. Hati kita akan penuh dengan
pengharapan akan kemenangan Allah atas musuh-musuh-Nya, dan
akan kemenangan umat-Nya di dalam Dia dan di dalam keselamatan
daripada-Nya.
PASAL 6
aud yaitu seorang nabi yang sering meratap seperti Yeremia,
dan mazmur ini merupakan salah satu ratapannya yang ditulis
dalam suatu masa saat terjadi kesukaran hebat, secara lahiriah
maupun batiniah. Adakah yang menderita? Adakah yang sakit? Biar-
lah ia menyanyikan mazmur ini. Pola penulisan mazmur ini bisa di-
lihat dengan sangat jelas dan sering ditemui. Daud mengawali maz-
mur ini dengan keluhan-keluhan yang penuh duka, tetapi kemudian
mengakhirinya dengan puji-pujian penuh sukacita. Seperti Hana
yang pergi berdoa dengan hati duka, tetapi setelah selesai berdoa, ia
berangkat dengan wajah berseri. Ada tiga hal yang dikeluhkan sang
pemazmur:
1. Penyakit jasmani.
2. Pikiran tertekan yang diakibatkan oleh rasa berdosa, penyebab
utama kepedihan dan penyakit.
3. Cemoohan para musuhnya berkaitan dengan kedua hal tadi.
Begitulah, di sini,
I. Ia mencurahkan keluhannya di hadapan Allah, berdoa un-
tuk dijauhkan dari murka-Nya, dan memohon dengan sa-
ngat agar Ia kembali berkenan kepadanya (ay. 1-7).
II. Ia yakin sepenuhnya akan segera memperoleh jawaban da-
mai sejahtera sepenuh-penuhnya (ay. 8-11).
Mazmur ini serupa dengan Kitab Ayub.
D
78
Keluhan-keluhan Daud
(6:1-8)
1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Menurut lagu: Yang
kedelapan. Mazmur Daud. 2 Ya TUHAN, janganlah menghartikel m aku dalam
murka-Mu, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarah-Mu. 3
Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN,
sebab tulang-tulangku gemetar, 4 dan jiwaku pun sangat terkejut; tetapi Eng-
kau, TUHAN, berapa lama lagi? 5 Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwa-
ku, selamatkanlah aku oleh sebab kasih setia-Mu. 6 Sebab di dalam maut
tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyartikel r kepada-Mu
di dalam dunia orang mati? 7 Lesu aku sebab mengeluh; setiap malam aku
menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku.
8 Mataku mengidap sebab sakit hati, rabun sebab semua lawanku.
Ayat-ayat ini berbicara mengenai suasana hati yang telah benar-
benar dibuat menjadi rendah hati oleh pemeliharaan-Nya. Ayat-ayat
ini menceritakan batin yang hancur sebab derita hebat, dan penuh
rasa sesal akan dosa. Derita ini diizinkan terjadi guna menggugah
hati nurani dan mematikan perilaku buruk. Orang-orang yang tidak
menangis saat Allah mengekang mereka, sebenarnya sedang me-
numpuk murka-Nya. Akan tetapi, orang-orang yang berada di bawah
murka Allah dan menabur dengan air mata seperti yang dilakukan
Daud di sini, akan segera menerima belas kasihan-Nya.
Marilah kita perhatikan di sini:
I. Apa yang disampaikannya kepada Allah perihal kesusahannya. Ia
mencurahkan keluhan-keluhannya kepada Dia. Ke mana lagi
seorang anak akan menyampaikan keluhannya selain kepada
bapanya?
1. Ia mengeluhkan sakit jasmaniah dan penyakitnya (ay. 3):
Tulang-tulangku gemetar. Tulang-tulang dan tubuhnya terluka,
seperti halnya Ayub. Walaupun Daud seorang raja, ia juga
sakit dan merasa pedih. Mahkota kerajaannya tidak mampu
melindungi dia dari sakit kepalanya. Orang-orang besar tetap
manusia, tidak luput dari derita dan sengsara yang umumnya
menimpa hidup manusia. Meskipun Daud seorang yang kuat
dan biasa berperang sejak usia muda, hal ini tidak mampu
melindunginya dari sakit penyakit yang dapat melemahkan
orang yang kuat sekalipun. Meskipun Daud orang yang baik,
kebaikannya itu tidak mampu menjaga dia untuk tetap sehat.
Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit. Biarlah kenyataan ini
Kitab Mazmur 6:1-8
79
membantu kita untuk dapat menerima kepedihan dan penya-
kit, sebab nasib sebagian orang kudus pun demikian. Jadi,
baiklah kita dibimbing dan dikuatkan melalui teladan yang
mereka berikan sehingga kita mencurahkan saja masalah kita
ke hadapan Allah, yang yaitu Tuhan untuk tubuh dan
memperhatikan penyakit yang diderita oleh tubuh itu.
2. Daud mengeluhkan kesusahan batiniahnya: Jiwaku pun sa-
ngat terkejut. Dan ini jauh lebih menyedihkan daripada geme-
tarnya tulang. Orang yang bersemangat dapat menanggung
penderitaannya jika berada dalam keadaan yang baik. Namun,
jiwa itu terluka, maka penderitaan tidak akan tertahankan.
Sakit yang diderita Daud itu mengingatkannya pada dosanya,
dan ia menganggap hal ini sebagai tanda rasa tidak senang
Allah terhadapnya. Hal ini mendatangkan kesedihan bagi jiwa-
nya, membuat dia menjerit, Aku merana, sembuhkanlah aku.
Sungguh menyedihkan apabila tulang-tulang dan jiwa sese-
orang gemetar pada waktu bersamaan. Namun, adakalanya
justru hal inilah yang harus dialami umat Allah. Bahkan, se-
akan memperparah lagi kesukaran Daud, ia harus mengalami-
nya untuk waktu yang sangat lama, dan ini tersirat dalam
keluhnya (ay. 4), TUHAN, berapa lama lagi? Dalam saat-saat
seperti itu, kita harus membawa diri kita kepada Allah yang
hidup dan yang menjadi satu-satunya penyembuh, baik bagi
tubuh maupun jiwa, dan bukan kepada orang Asyur ataupun
dewa orang Ekron.
II. Beratnya tekanan semua kesukaran itu atas dirinya. Masalah-
masalah itu menindihnya dengan berat. Ia merasa lesu sebab
mengeluh, menangis hingga menggenangi tempat tidurnya, dan
membanjiri ranjangnya dengan air mata (ay. 7). Ia menangis begitu
rupa hingga matanya nyaris rabun (ay. 8): Mataku mengidap ka-
rena sakit hati. Daud tidak akan meratap seperti itu saat menda-
pat kesukaran dari pihak luar, sebab ia masih cartikel p tegar dan
memiliki pertimbangan yang sehat untuk menghadapinya. Na-
mun, saat dosa dan perbuatan salah menindih hati nuraninya,
saat jiwanya terluka sebab merasakan murka Allah dan men-
jauhnya Allah dari dia, barulah ia bersedih dan berkabung di da-
lam hati sejadi-jadinya. Bahkan jiwanya pun tidak dapat dihibur-
80
kan. Hal ini bukan saja membuat matanya tetap terjaga, tetapi
juga menangis.
Perhatikanlah:
1. Sering kali, sudah menjadi nasib orang-orang yang terbaik un-
tuk selalu berduka. Yesus Tuhan kita pun demikian. Jalan
hidup kita harus melalui lembah air mata dan kita harus me-
nyesuaikan diri dengan keadaan.
2. Jiwa yang agung sudah sepantasnya tetap lembut dan berse-
rah pada saat mengalami rasa tidak senang yang ditunjukkan
Allah. Daud mampu menghadapi Goliat dan musuh-musuh
lain yang mengancamnya seorang diri dengan gagah berani,
namun ia terpuruk dan bersimbah air mata saat ia teringat
akan dosa-dosanya dan merasa ketakutan akan murka ilahi.
Sikap ini sama sekali tidak mengecilkan wataknya.
3. Orang-orang yang dipenuhi penyesalan sejati akan menangis
di kamar mereka. Orang-orang Farisi mengubah air muka me-
reka supaya orang melihat bahwa mereka seakan-akan berdu-
kacita, tetapi Daud berduka pada malam hari di tempat tidur-
nya sementara ia berbaring dan berbincang sendiri dengan
hati nuraninya. Tidak seorang pun melihat kesedihannya, ke-
cuali mata Dia yang mampu melihat segala sesuatu. Petrus
keluar dari halaman Imam Besar, menutupi wajahnya, dan
menangis tersedu-sedu.
4. Kesedihan yang disebabkan oleh dosa sudah sepantasnya sa-
ngat mendalam. Itulah yang dialami Daud. Ia menangis de-
ngan begitu pilu tanpa henti-hentinya hingga membasahi tem-
pat tidurnya.
5. Kemenangan orang jahat dalam dukacita orang-orang kudus
semakin menambah kesedihan mereka. Mata Daud hampir ra-
bun sebab lawan-lawannya yang bersukacita dalam penderi-
taannya dan mereka-reka yang buruk mengenai kesedihannya.
Dalam dukacitanya yang sangat mendalam ini, Daud melam-
bangkan Kristus yang juga sering kali menangis dan berseru,
Hati-Ku sangat sedih (Ibr. 5:7).
III. Permohonan yang dinaikkannya kepada Allah dalam keadaan se-
dih dan menderita.
Kitab Mazmur 6:1-8
81
1. Hal yang paling ditakutinya yaitu murka Allah. Penderitaan
dan kesengsaraan itu bagaikan pahitnya empedu yang men-
jadikannya seperti cawan yang pahit. Itulah sebabnya ia ber-
doa (ay. 2) Ya TUHAN, janganlah menghartikel m aku dalam mur-
ka-Mu, meskipun aku memang layak menerimanya, dan ja-
nganlah menghajar aku dalam kepanasan amarah-Mu. Ia tidak
sekadar berdoa, Ya TUHAN, janganlah menghartikel m aku. Ya
TUHAN, janganlah menghajar aku, sebab TUHAN memberi
ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada
anak yang disayangi. Daud cartikel p mampu menanggung hu-
kuman dan hajaran jika Allah pada saat yang sama juga kem-
bali memalingkan wajah kepadanya dan melalui Roh-Nya
membuat dia mendengar sukacita dalam kebaikan-Nya. Pen-
deritaan badannya masih tertahankan asalkan ia mendapat
penghiburan dalam jiwanya. Meskipun sakit penyakit mem-
buat tulang-tulangnya gemetar, yang penting janganlah sam-
pai murka Allah membuat sakit hatinya. Itulah sebabnya ia
berdoa, Ya TUHAN, janganlah menghartikel m aku dalam murka-
Mu, jangan biarkan aku tertindih oleh murka-Mu, supaya ja-
ngan aku tenggelam. Dalam hal ini Daud melambangkan
Kristus, yang di tengah penderitaan-Nya, terutama mengeluh-
kan hal yang menyusahkan jiwa dan hilangnya senyuman
Bapa-Nya. Tak pernah Kristus mengeluhkan amarah musuh-
musuh-Nya, Mengapa mereka menyalibkan Aku? atau ten-
tang sikap tidak baik teman-teman-Nya, Mengapa mereka me-
ninggalkan Aku? Sebaliknya, Ia berseru dengan suara nya-
ring: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Oleh sebab itu biarlah kita berusaha menjauhi murka Allah
lebih daripada kesusahan lahiriah dalam bentuk apa pun dan
senantiasa berjaga-jaga agar tidak mengumpulkan murka-Nya
pada masa kesusahan.
2. Hal yang didambakannya sebagai yang terbaik dan yang bagi-
nya merupakan pemulihan segala sesuatu yang baik yaitu
perkenan dan persahabatan dengan Allah. Ia berdoa,
(1) Supaya Allah menaruh iba kepadanya dan memandangnya
dengan belas kasihan. Ia menganggap dirinya sangat ma-
lang, dan kemalangan patut mendapatkan belas kasihan.
Itulah sebabnya ia berdoa, Kasihanilah aku, TUHAN. Ingat-
82
lah untuk berbelas kasihan di tengah murka, dan jangan-
lah memperlakukan aku dengan keadilan yang keras.
(2) Supaya Allah mau mengampuni dosa-dosanya, sebab itu-
lah tindakan belas kasihan yang patut. Tindakan itulah
yang terutama dimaksudkan dalam permohonan, kasihani-
lah aku.
(3) Supaya Allah mau menyatakan kuasa-Nya yang mampu
membebaskannya: Sembuhkanlah aku, TUHAN (ay. 3), se-
lamatkanlah aku (ay. 5), katakanlah sepatah kata, maka
aku akan sembuh dan semuanya akan jadi baik.
(4) Supaya Allah mau berdamai dengannya: Kembalilah pula,
TUHAN, terimalah aku dalam perkenan-Mu lagi, dan berda-
mailah denganku. Sepertinya Engkau telah meninggalkan
dan mengabaikan aku, bahkan menjauhi aku seperti orang
yang marah. Tetapi sekarang, ya TUHAN, kembalilah dan
nyatakan diri-Mu di dekatku.
(5) Supaya Ia terutama melindungi manusia batiniah dan hal-
hal yang berkaitan dengannya, apa pun yang terjadi de-
ngan tubuh jasmaniah: TUHAN, luputkanlah jiwaku dari
berbuat dosa, dari kejatuhan, dan dari kebinasaan selama-
nya. Sungguh merupakan hal istimewa yang tidak terkata-
kan bahwa kita memiliki Allah yang kepada-Nya kita bisa
datang di tengah penderitaan kita. Sudah menjadi kewajib-
an kita untuk datang kepada-Nya dan bergumul dengan-
Nya. Dan kita tidak akan mencari dengan sia-sia.
IV. Seruan yang digunakannya untuk memperkuat permohonannya,
bukan untuk menggerakkan hati Allah (Ia mengenal perkara kita
serta kebaikan yang ada di dalamnya, jauh lebih baik daripada
yang mampu kita utarakan), melainkan untuk menggerakkan
hatinya sendiri.
1. Ia memohon belas kasihan Allah. Dari situlah kita mendapat
kekuatan dalam doa: Selamatkanlah aku oleh sebab kasih
setia-Mu.
2. Ia mengajukan kemuliaan Allah sebagai alasan (ay. 6): Sebab
di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu. TUHAN, jika
Engkau meluputkan dan menghibur aku, aku bukan saja
akan mengucapkan syartikel r kepada-Mu untuk itu dan meng-
ajak orang-orang lain untuk mengucap syartikel r bersamaku, te-
Kitab Mazmur 6:1-8
83
tapi juga menjalani kehidupan baru yang akan Engkau per-
cayakan kepadaku dalam pelayanan kepada-Mu dan demi ke-
muliaan-Mu. Sepanjang sisa hidupku aku akan mengenang
kemurahan-Mu terhadapku dan dengan demikian bersema-
ngat melayani Engkau. Sebaliknya, jika aku mati, kesempat-
anku untuk memuliakan Engkau dan berbuat baik bagi orang
lain akan lenyap, sebab siapakah yang akan bersyartikel r ke-
pada-Mu di dalam dunia orang mati? Bukan saja bahwa jiwa-
jiwa yang sudah tiada bisa hidup dan bertindak, dan jiwa
orang yang setia dapat mengingat Allah dengan sukacita serta
mengucap syartikel r kepada-Nya, melainkan juga,
(1) Dalam kematian kedua (yang ditakutkan Daud mengingat
jiwanya yang sedang gelisah di bawah murka Allah) tidak
akan terdapat kenangan manis akan Allah. Setan-setan
dan roh-roh terkutuk menghujat dan tidak memuji Dia.
TUHAN, jangan biarkan aku senantiasa berada di bawah
murka ini, sebab ini bagaikan sheol, neraka itu sendiri,
yang membuatku selamanya tidak mampu memuji Eng-
kau. Orang-orang yang dengan sepenuh hati mencari ke-
muliaan Allah serta rindu dan bersuka memuji Dia, boleh
berdoa dengan iman, Tuhan, jangan bawa aku ke tempat
yang mengerikan itu, di mana tidak terdapat kenangan
yang kudus tentang diri-Mu, ataupun ucapan syartikel r ke-
pada-Mu.
(2) Bahkan kematian jasmani pun akan merampas kesempat-
an serta kemampuan kita untuk memuliakan Allah di du-
nia ini. Kita tidak dapat melayani perkara-perkara keraja-
an-Nya di antara umat manusia dengan cara melawan kua-
sa-kuasa kegelapan serta membawa banyak orang di dunia
ini untuk mengenal Allah dan membaktikan diri kepada-
Nya. Sebagian orang percaya, sukacita yang dialami orang
kudus di sorga jauh lebih dikehendaki daripada penghibur-
an yang diperoleh mereka di dunia. Namun demikian, pela-
yanan orang kudus di bumi, terutama yang sedemikian me-
nonjolnya seperti yang dilakukan Daud, lebih terpuji dan
lebih bermanfaat bagi kemuliaan anugerah ilahi dibanding
pelayanan orang-orang kudus di sorga yang tidak terlibat
dalam peperangan melawan dosa dan Iblis, ataupun dalam
membangun tubuh Kristus. Anggota kerajaan di lingkung-
84
an istana memang yang paling berbahagia, tetapi para pra-
jurit di medan perang jauh lebih berguna. Oleh sebab itu,
kita mempunyai cartikel p alasan dan boleh berdoa bahwa jika
Allah berkenan dan memberikan tugas lebih lanjut bagi
kita atau sahabat-sahabat kita di dunia ini, Ia akan melin-
dungi kita atau sahabat-sahabat itu untuk melayani-Nya.
Meninggalkan dunia dan berada bersama Kristus sungguh
membahagiakan bagi orang-orang kudus itu sendiri. Te-
tapi, lebih bermanfaat bagi gereja bila mereka tetap tinggal
di dalam tubuh jasmani. Inilah yang dimaksudkan Daud
pada waktu ia memohon, Siapakah yang akan bersyartikel r
kepada-Mu di dalam dunia orang mati? (Mzm. 30:10; 88:11;
115:17; Yes. 38:18). Dan hal inilah juga yang dimaksudkan
Kristus saat Ia berkata, Aku tidak meminta, supaya Eng-
kau mengambil mereka dari dunia.
Kita harus melantunkan ayat-ayat ini dengan rasa ngeri menda-
lam akan murka Allah. Murka-Nya sungguh harus kita takuti dan
jauhi di atas segalanya. Jika murka ini tidak menimpa kita, kita ha-
rus bersyartikel r, dan berbelas kasihan terhadap orang-orang yang di-
timpa olehnya. Demikianlah, jika kita mengalami kesusahan, biarlah
menjadi penghiburan kita, bahwa telah ada orang lain yang sebelum-
nya mengalami perkara yang sama, dan bukan itu saja, jika kita me-
rendahkan diri dan berdoa, seperti yang dilakukan Daud, perkara
yang menimpa kita itu pun tidak akan berlangsung lama tanpa pen-
yelesaian.
Keyakinan akan Allah
(6:9-11)
9 Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan, sebab
TUHAN telah mendengar tangisku; 10 TUHAN telah mendengar permohonan-
ku, TUHAN menerima doaku. 11 Semua musuhku mendapat malu dan sangat
terkejut; mereka mundur dan mendapat malu dalam sekejap mata.
Betapa cepatnya keadaan berubah menjadi baik di sini! Daud yang
tadinya meratap dan menangis serta beranggapan bahwa tidak ada
harapan lagi (ay. 7-8), sekarang tampak berseri dan berbicara dengan
riang hati. Setelah menyampaikan permohonannya kepada Allah dan
mengajukan perkaranya kepada-Nya, ia sangat yakin bahwa perkara
Kitab Mazmur 6:9-11
85
itu akan terselesaikan dengan baik dan dukacitanya akan diubah
menjadi sukacita.
I. Ia membedakan dirinya dengan orang-orang yang jahat dan fasik,
serta membentengi diri dari cercaan lawan-lawannya (ay. 9): Men-
jauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan.
saat ia berada di dalam kesusahan,
1. Ia takut kalau-kalau murka Allah juga menimpanya bersama
para pelaku kejahatan. Tetapi sekarang setelah awan kemu-
rungan berlalu, ia yakin bahwa jiwanya tidak akan dikumpul-
kan bersama orang-orang berdosa, sebab mereka bukan ter-
masuk umat-Nya. Tadinya, sebab beratnya murka Allah yang
menindihnya, ia khawatir kalau-kalau ia termasuk salah se-
orang dari mereka. Tetapi sekarang setelah semua ketakutan-
nya sirna, ia pun mengusir mereka pergi, sebab tahu bahwa
tempatnya yaitu di antara orang-orang yang terpilih.
2. Para pelaku kejahatan telah mengusik, mengejek, dan mena-
nyainya, Di mana Allahmu? sambil bergembira atas kemu-
rungan dan keputusasaannya. Tetapi sekarang ia dapat mem-
beri jawaban kepada orang-orang yang mencelanya, sebab
Allah yang akan kembali kepadanya oleh sebab kasih setia-
Nya, telah menghibur rohnya dan tidak lama lagi akan segera
membebaskan dia sepenuhnya.
3. Boleh jadi mereka telah mencobainya untuk berbuat seperti
mereka, yakni untuk meninggalkan kepercayaannya dan me-
nyenangkan diri dengan kenikmatan dosa. Tetapi sekarang ia
berkata, Menjauhlah dari padaku. Aku tidak akan pernah me-
nyendengkan telingaku kepada nasihatmu. Kamu pasti akan
menyuruhku mengutuki Allah dan mati, tetapi aku akan me-
muji Dia dan hidup. Kita harus menggunakan belas kasihan
Allah dengan baik, dan dengan segala ketetapan hati memu-
tuskan untuk tidak pernah berurusan dengan dosa dan orang
berdosa. Daud yaitu seorang raja, dan ia mengambil kesem-
patan ini guna memperbarui tujuannya dalam memanfaatkan
kekuasaannya untuk menekan dosa dan mengatur kembali
perilaku yang baik (Mzm. 75:5; 101:3). Bila Allah telah berbuat
hal-hal yang besar bagi kita, sudah seharusnya kita berusaha
melakukan apa yang seharusnya kita lakukan bagi Dia.
Sebagai anak Daud, sepertinya Yesus Tuhan kita meminjam
86
kata-kata ini darinya saat segala hartikel man dijatuhkan ke
atas-Nya. Ia berkata, Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu se-
kalian yang melakukan kejahatan (Luk. 13:27), dan dengan
demikian mengajar kita untuk juga berkata seperti itu (Mzm.
119:115).
II. Ia sungguh sangat yakin, bahwa Allah sejak dulu dan masih akan
berbaik hati kepadanya, tidak peduli seperti apa pun murka yang
menindihnya.
1. Ia percaya akan mendapat jawaban penuh rahmat atas doa
yang sekarang sedang dinaikkannya. Bahkan sementara ia se-
dang berdoa, ia menyadari bahwa Allah mendengar doanya
(seperti dalam Yes. 65:24; Dan. 9:20). Oleh sebab itu ia me-
manjatkan permohonan itu layaknya seperti sudah terkabul.
Ia mengulanginya dengan penuh kemenangan, TUHAN telah
mendengar (ay. 9), kemudian sekali lagi TUHAN telah men-
dengar (ay. 10). Anugerah Allah bekerja dalam hatinya, dan
sebab itu ia tahu bahwa doanya telah diterima dengan senang
hati, sehingga ia tidak ragu lagi bahwa pada waktunya doanya
akan dijawab. Air matanya memiliki suara, suara yang kede-
ngaran nyaring di telinga Allah yang penuh rahmat: TUHAN
telah mendengar tangisku. Air mata yang mengalir dalam kehe-
ningan bukan berarti tidak mempunyai suara. Doa-doanya
merupakan jeritan kepada Allah. TUHAN telah mendengar per-
mohonanku, Ia telah memberi jawaban, Hendaklah itu dilaku-
kan terhadap permohonanku, dan oleh sebab itu tidak lama
lagi hal itu akan terjadi.
2. Setelah itu ia mengambil kesimpulan bahwa doa-doanya yang
lain juga akan diterima dengan senang hati: Sebelumnya Ia
telah mendengar permohonanku, dan oleh sebab itu Ia akan
menerima doaku. Sebab Ia memberi dan tidak mencela saat
mengabulkan permohonan sebelumnya.
III. Ia berdoa bagi pertobatan atau bernubuat bagi kehancuran la-
wan-lawan dan para penganiayanya.
1. Doa ini sangat boleh dianggap sebagai permohonan supaya
mereka bertobat: Semoga mereka semua mendapat malu ka-
rena menentang dan mencerca aku. Semoga mereka (seperti
Kitab Mazmur 6:9-11
87
para petobat sejati) merasa kesal terhadap diri sendiri sebab
kebodohan mereka. Semoga tabiat dan perilaku menjadi baik
kembali, sehingga mereka merasa malu atas apa yang telah
mereka lakukan terhadapku dan malu terhadap diri sendiri.
2. Jikalau mereka tidak bertobat, mereka akan mengalami kebi-
ngungan dan hancur. Mereka akan mendapat malu dan sangat
terkejut (demikianlah yang dapat ditafsirkan), dan sudah se-
pantasnya mereka mengalami hal itu. Mereka bergembira bah-
wa Daud merana (ay. 3-4), dan oleh sebab itu, seperti yang
umumnya terjadi, kejahatan akan berbalik menimpa diri mere-
ka sendiri. Mereka pun akan sangat merana. Orang-orang
yang tidak mau memuliakan Allah akan dirundung malu sela-
manya.
Dalam menyanyikan mazmur ini dan mendoakannya, kita harus
memberi kemuliaan bagi Allah, sebagai Allah yang bersedia mende-
ngarkan doa kita. Kita harus mengakui kebaikan-Nya kepada kita da-
lam mendengarkan doa-doa kita, tegar hati dalam menanti-nanti Dia,
serta percaya kepada Dia dalam kesusahan dan kesulitan yang paling
berat sekalipun.
PASAL 7
ari judulnya tampaklah bahwa mazmur ini ditulis dengan me-
ngacu secara khusus pada tuduhan jahat yang dilancarkan ter-
hadap Daud oleh beberapa lawannya. sebab diperlakukan dengan
tidak benar seperti itu,
I. Ia memohon kemurahan Allah (ay. 2-3).
II. Ia naik banding kepada Allah bahwa ia tidak bersalah atas
hal-hal yang dituduhkan kepadanya itu (ay. 4-6).
III. Ia berdoa kepada Allah untuk membela perkaranya dan ber-
tindak sebagai hakim baginya melawan para penganiayanya
(ay. 7-10).
IV. Ia mengutarakan keyakinannya terhadap Allah, bahwa Ia
akan bertindak demikian dan mengembalikan celaka ke atas
diri orang-orang yang bertujuan mencelakakannya (ay. 11-
17).
V. Ia berjanji untuk memberikan kemuliaan kepada Allah atas
kelepasannya (ay. 18).
Dalam hal ini Daud merupakan gambaran Kristus, yang juga di-
sakiti seperti itu dan masih demikian hingga kini di dalam diri peng-
ikut-pengikut-Nya, tetapi kemudian pada akhirnya dibenarkan juga.
Daud Berdoa Menentang Lawan-lawannya;
Doa Bagi Orang Berdosa dan Orang Kudus
(7:1-10)
1 Nyanyian ratapan Daud, yang dinyanyikan untuk TUHAN sebab Kush,
orang Benyamin itu. 2 Ya TUHAN, Allahku, pada-Mu aku berlindung; sela-
matkanlah aku dari semua orang yang mengejar aku dan lepaskanlah aku, 3
supaya jangan mereka seperti singa menerkam aku dan menyeret aku,
dengan tidak ada yang melepaskan. 4 Ya TUHAN, Allahku, jika aku berbuat
D
90
ini: jika ada kecurangan di tanganku, 5 jika aku melakukan yang jahat ter-
hadap orang yang hidup damai dengan aku, atau merugikan orang yang me-
lawan aku dengan tidak ada alasannya, 6 maka musuh kiranya mengejar aku
sampai menangkap aku, dan menginjak-injak hidupku ke tanah, dan mena-
ruh kemuliaanku ke dalam debu. S e l a 7 Bangkitlah, TUHAN, dalam mur-
ka-Mu, berdirilah menghadapi geram orang-orang yang melawan aku, ba-
ngunlah untukku, ya Engkau yang telah memerintahkan penghakiman! 8
Biarlah bangsa-bangsa berkumpul mengelilingi Engkau, dan bertakhtalah di
atas mereka di tempat yang tinggi. 9 TUHAN mengadili bangsa-bangsa. Ha-
kimilah aku, TUHAN, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas. 10
Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar,
Engkau, yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil.
Nyanyian ratapan (KJV: Shiggaion) yaitu nyanyian atau mazmur
(kata ini hanya digunakan di sini dan di Hab. 3:1) sebuah nyanyian
pengembaraan (menurut pendapat beberapa orang), dengan isi dan
susunan beberapa bagian berbeda satu sama lain, tetapi dengan se-
ngaja dipersatukan. Nyanyian ini juga merupakan sebuah nyanyian
pemikat hati (demikian menurut pendapat lain), sangat menyenang-
kan hati. Daud bukan saja menulis lagu ini, tetapi juga menyanyi-
kannya dengan penuh kesalehan dan ibadah kepada Tuhan, sebab
Kush, orang Benyamin itu, yakni Saul sendiri. Kata-kata Daud yang
kasar menunjukkan bahwa ia lebih suka menyebut Saul orang Kush
atau Etiopia, daripada orang Israel sejati. Atau, lebih mungkin lagi
yang dimaksudkan yaitu seorang kerabat Saul yang bernama Kush,
musuh bebuyutan Daud yang memfitnah dia sebagai seorang peng-
khianat di hadapan Saul, sehingga membuat Saul gusar terhadap
Daud (padahal sebenarnya Kush tidak perlu berbuat demikian). Kush
merupakan salah satu dari anak-anak manusia, anak-anak Belial se-
sungguhnya, yang dikeluhkan Daud (1Sam. 26:19) telah mengacau-
kan hubungannya dengan Saul. sebab dihina sedemikian rupa
seperti itu, Daud lalu berpaling kepada Tuhan. Pelanggaran yang
dilakukan manusia atas diri kita sudah seharusnya menghalau kita
kepada Allah, sebab kepada-Nya sajalah kita boleh mempercayakan
perkara kita. Bahkan lebih daripada itu, Daud bernyanyi untuk
Tuhan. Rohnya tidak terganggu oleh masalah itu, tidak juga putus
asa. Sebaliknya, roh Daud begitu tenang dan ceria hingga ia masih
mampu menyanyikan lagu-lagu kudus tanpa memainkan satu pun
nada sumbang pada tali kecapinya. Jadi, biarlah perbuatan jahat
yang kita terima dari manusia tidak membangkitkan amarah kita,
tetapi justru menyalakan dan menceriakan ibadah kita. Di dalam
ayat-ayat di atas tadi,
Kitab Mazmur 7:1-10
91
I. Daud menempatkan dirinya di bawah perlindungan Allah dan ber-
lari kepada-Nya mencari pertolongan dan perlindungan (ay. 2):
Ya TUHAN, Allahku, selamatkanlah aku dari kuasa dan kebencian
semua orang yang mengejar aku, supaya rencana jahat mereka
terhadapku tidak berhasil. Ia menyampaikan permohonannya
berdasarkan,
1. Hubungannya dengan Allah. Engkaulah Allahku, dan oleh ka-
rena itu ke mana lagi aku akan pergi selain kepada-Mu? Eng-
kaulah Allahku, dan oleh sebab itu Engkau juga perisaiku
(Kej. 15:1). Engkaulah Allahku, dan oleh sebab itu aku ada-
lah salah satu hamba-Mu yang boleh berharap untuk dilin-
dungi.
2. Keyakinannya terhadap Allah: Tuhan, selamatkanlah aku, se-
bab aku mempercayakan diri kepada-Mu: pada-Mu aku berlin-
dung, dan bukan pada lengan manusia. Orang yang terhor-
mat tidak akan mengecewakan mereka yang mempercayakan
diri kepadanya, terutama apabila dia sendirilah yang telah
mendorong mereka untuk melakukan hal itu, seperti perkara
yang sedang kita amati ini.
3. Amarah dan kebencian musuh-musuhnya, dan bahaya di de-
pan mata yang sedang dihadapinya dari mereka yang ingin
menelannya: Tuhan, selamatkanlah aku, atau tamatlah riwa-
yatku. Dia hendak merobek-robek nyawaku seperti singa yang
mencabik-cabik mangsanya, dengan angkuh dan nikmat, se-
kuat tenaganya, dengan begitu mudah dan bengisnya. Rasul
Paulus mengibaratkan Nero seperti singa (2Tim. 4:17), sama
seperti Daud di sini mengibaratkan Saul.
4. Ketidakmampuan semua sumber pertolongan yang lain: Tu-
han, berkenanlah melepaskan aku, sebab bila Engkau tidak
melakukannya, tidak ada yang melepaskan, (ay. 3). Sungguh
merupakan keagungan Allah untuk menolong orang yang tidak
berdaya.
II. Dengan sungguh hati ia menyanggah bahwa ia tidak bersalah atas
semua yang dituduhkan kepadanya. Ia berani bersumpah yang
mengerikan ke atas dirinya sendiri saat berseru kepada Allah,
Sang Penilik hati, mengenai ketidakbersalahannya itu (ay. 4-6).
92
Secara umum, amatilah:
1. saat kita difitnah oleh manusia, merupakan penghiburan be-
sar bagi kita apabila hati nurani kita membebaskan kita dari
tuduhan itu:
Hic murus aheneus esto,
Nil conscire sibi.
Jadilah benteng pertahanan yang berani,
pelihara senantiasa kebersihan hati nuranimu.
Dengan begitu, bukan saja mereka tidak mampu membukti-
kan fitnahan mereka (Kis. 24:13), hati kita pun tidak dapat
menemukan kebenarannya, yang menenteramkan kita.
2. Allah yaitu pelindung bagi orang tak bersalah yang diperla-
kukan dengan tidak benar. Di bumi tidak ada pengadilan bagi
Daud untuk membawakan perkaranya. Rajanya, yang seha-
rusnya membenarkan dia, justru menjadi musuh besarnya.
Namun, di sorga masih ada pengadilan bagi dia untuk berlari
ke sana. Dan juga di sana ada Hakim yang adil, yang dapat
dipanggil Allahku olehnya.
Jadi lihatlah di sini:
(1) Tuduhan apa yang ia sanggahkan bahwa ia tidak bersalah.
Ia dituduh telah merancang tindakan pengkhianatan terha-
dap mahkota dan kehidupan Saul, bahwa ia menyusun dan
mengkhayalkan rencana untuk menurunkan Saul dari
takhta serta membunuhnya. Dan mereka menuduh bahwa
untuk melaksanakan semua itu, ia melancarkan perang
melawan Saul. Semua tuduhan ini disangkal sepenuhnya
oleh Daud. Ia tidak pernah melakukan hal-hal ini. Tidak
ada kecurangan semacam ini pada dirinya (ay. 4). Ia sangat
membenci pikiran seperti itu. Ia tidak pernah membalaskan
yang jahat kepada Saul pada waktu ia berdamai dengan
Saul, dan tidak juga kepada siapa pun (ay. 5). Bahkan, se-
perti yang menurut beberapa orang seharusnya ditafsirkan,
ia tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan,
dan tidak pernah mencelakakan orang-orang yang telah
melukainya.
(2) Bukti yang ditunjukkannya bahwa ia tidak bersalah. Me-
mang tidak mudah untuk membuktikan bahwa sesuatu itu
tidak benar, tetapi Daud mampu menunjukkan bukti yang
Kitab Mazmur 7:1-10
93
sangat tepat mengenai hal itu: Jika aku merugikan orang
yang melawan aku dengan tidak ada alasannya (ay. 5; KJV:
Aku telah melepaskan dia yang tanpa alasan menjadi mu-
suhku pen.). Melalui hal ini, tak dapat disangkal lagi
bahwa Daud sama sekali tidak merencanakan sesuatu
yang dapat mengancam hidup Saul. Sekali lagi, Pemeliha-
raan telah mengatur sedemikian rupa hingga Saul harus
bergantung pada belas kasihan Daud. Orang-orang di
sekeliling Daud bisa saja membunuh Saul tanpa ditunda-
tunda lagi. Namun, Daud bermurah hati dan mencegah hal
itu dengan tulus. Ia hanya memotong jubahnya (1Sam.
24:4). Kemudian setelah peristiwa itu, Daud hanya meng-
ambil tombaknya (1Sam. 26:12), untuk membuktikan ke-
padanya apa yang sebenarnya bisa dilakukannya. Saul
sendiri mengakui kedua kejadian ini sebagai bukti yang
tidak dapat disangkal tentang kesetiaan dan ketulusan hati
serta perasaan kasih Daud terhadap dirinya. Jika kita
membalas kejahatan dengan kebaikan dan tidak memuas-
kan nafsu kita, maka suatu hari nanti perbuatan kita ini
akan menjadi kesaksian yang baik bagi kita, lebih daripada
perkiraan kita.
(3) Malapetaka seperti apa yang bersedia diterimanya seandai-
nya ia memang bersalah (ay. 6): Musuh kiranya mengejar
aku serta mencabut nyawaku, dan juga nama baikku sete-
lah aku tiada: kiranya ia menaruh kemuliaanku ke dalam
debu.
Hal ini menyiratkan:
[1] Bahwa seandainya Daud memang telah melukai orang
lain, ia punya alasan menantikan pembalasan mereka
yang setimpal. Orang yang pernah menyakiti orang lain
harus memperhitungkan bahwa orang lain pun akan
menyakitinya.
[2] Bahwa seandainya memang demikian halnya, ia tidak
dapat menghadap Allah dengan yakin dan memohon
kepada-Nya untuk melepaskan dia atau membela per-
karanya. Sungguh pongah dan berbahaya apabila
orang-orang yang bersalah, dan oleh sebab itu menderi-
ta sebab nya, berseru kepada Allah seolah-olah mereka
94
tidak bersalah dan menderita tidak pada tempatnya.
Yang benar, orang-orang seperti ini harus merendahkan
diri lalu menerima hartikel man atas kejahatan mereka,
dan tidak boleh berharap bahwa Allah yang adil akan
berlaku baik terhadap ketidakadilan mereka.
[3] Bahwa ia merasa sangat percaya diri perihal ketidakber-
salahannya. Wajarlah saja apabila kita mengharapkan
sesuatu yang baik bagi diri sendiri. Oleh sebab itu, me-
nyatakan kutukan bagi diri sendiri, bila dilakukan de-
ngan bersumpah palsu, sungguh merupakan sumpah
yang mengerikan tiada bandingannya. Dengan sumpah
atau kutukan semacam itu, Daud di sini mengesahkan
sanggahan tentang ketidakbersalahannya. Namun, hal
ini tidak membenarkan kita untuk melakukan hal yang
sama untuk tiap perkara yang ringan dan sepele. Ber-
lainan halnya, kejadian dengan Daud di sini memang
penting.
III. sebab mempunyai kesaksian dari hati nuraninya menyangkut
ketidakbersalahannya, Daud berdoa dengan rendah hati supaya
Allah tampil baginya melawan para penganiayanya. Ia juga men-
dartikel ng setiap permohonannya dengan pembelaan yang tepat, se-
perti orang yang tahu bagaimana ia harus mengajukan perkara-
nya di hadapan Allah.
1. Ia berdoa agar Allah mau menyatakan murka-Nya terhadap
musuh-musuhnya. Ia memperkarakan murka mereka terha-
dap dirinya: Tuhan, mereka murka terhadapku tanpa sebab,
jadi adillah pula bila Engkau juga murka terhadap mereka.
Biarkan mereka tahu bahwa Engkau murka kepada mereka
(ay. 7). Bangkitlah dalam murka-Mu di hadapan takhta peng-
adilan, dan nyatakan kuasa serta keadilan-Mu menghadapi
geram, keganasan, dan kekalapan (dalam bentuk jamak)
orang-orang yang melawan aku. Orang-orang yang dilindungi
murka Allah, tidak perlu takut terhadap murka manusia yang
melawan mereka. Siapakah yang mengenal kekuatan murka-
Nya?
2. Ia berdoa supaya Allah mau membela perkaranya.
Kitab Mazmur 7:1-10
95
(1) Ia berdoa, Bangunlah untukku (artinya, kiranya perkaraku
didengar), ya Engkau yang telah memerintahkan pengha-
kiman.
Hal ini berbicara tentang:
[1] Kuasa ilahi. Sama seperti ia sanggup memberkati de-
ngan berhasil, dan oleh sebab itu dikatakan (Ia) meme-
rintahkan berkat, demikian pula Ia sanggup mengha-
kimi dengan berhasil, dan oleh sebab itu dikatakan (Ia)
memerintahkan penghakiman, dan tak seorang pun bisa
membatalkannya, sebab di dalam perintah-Nya itu su-
dah terkandung sekaligus pelaksanaannya.
[2] Tujuan dan janji ilahi: Inilah penghakiman yang telah
Engkau tentukan ke atas semua musuh umat-Mu. Eng-
kau telah memerintah para raja dan hakim di muka bu-
mi ini untuk menyelamatkan orang-orang yang terluka
serta membela mereka yang tertindas. Ya Tuhan, bang-
kitlah untuk melaksanakan penghakiman itu. Orang
yang mencintai keadilan dan mengharapkan keadilan
itu terjadi pada orang lain, pasti akan menjalankan ke-
adilan itu. Meskipun Ia tampaknya membiarkan per-
buatan yang salah, seperti orang yang sedang tertidur,
pada waktunya nanti Ia akan terjaga (Mzm. 78:65). Ia
akan menyatakan bahwa penundaan itu bukanlah kela-
laian.
(2) Ia berdoa (ay. 8), Bertakhtalah di atas mereka di tempat
yang tinggi, peliharalah kewenangan-Mu, duduklah kem-
bali di atas takhta kerajaan-Mu yang kedaulatannya telah
mereka hina. Ambil kembali kursi pengadilan yang pengha-
kimannya telah mereka sepelekan. Bertakhtalah di tempat
yang tinggi berarti melakukannya secara nyata dan di ha-
dapan semua orang, supaya dinyatakan kepada seluruh
dunia bahwa sorga sendiri mengakui dan membela perkara
Daud. Sebagian orang merujuk hal ini pada kebangkitan
dan kenaikan Yesus Kristus, yang setelah kembali ke sorga
(kembali ke tempat yang tinggi dalam keadaan dimuliakan),
memegang semua penghakiman yang diserahkan kepada-
Nya. Atau, hal ini juga bisa mengacu kepada kedatangan-
Nya yang kedua, saat Ia akan datang kembali ke dunia ini
96
dari tempat tinggi untuk menjalankan penghakiman atas
semua orang. Kedatangan-Nya kembali inilah yang dinanti-
nantikan dan terus didoakan umat-Nya yang tertindas, un-
tuk menyerukan kecaman-kecaman tidak adil manusia ter-
hadap mereka.
(3) Ia berdoa lagi (ay. 9), Hakimilah aku, jadilah hakim untuk-
ku, jatuhkan hartikel man untuk membelaku. Supaya gugat-
an ini terlaksana,
[1] Ia memohon agar perkaranya sekarang dibawa ke ha-
dapan pengadilan yang sepantasnya: TUHAN mengadili
bangsa-bangsa (ay. 9). Tuhanlah Hakim atas seluruh
bumi, dan oleh sebab itu tidak dapat diragukan lagi Ia
akan mengadili dengan benar dan semua orang diwajib-
kan menerima penghakiman-Nya.
[2] Daud bersikeras perihal kejujurannya menyangkut se-
mua perselisihan di antara dirinya dan Saul. Ia hanya
ingin diadili semata, dan dalam hal ini, sesuai dengan
kebenarannya serta kesungguhan hatinya dalam semua
langkah yang telah diambilnya demi pemulihan marta-
batnya.
[3] Ia mengemukakan alasan bahwa Allah sendiri akan sa-
ngat dimuliakan, dan umat-Nya akan lebih dididik serta
dihibur apabila Allah bersedia tampil baginya: Biarlah
bangsa-bangsa berkumpul mengelilingi Engkau. Oleh ka-
renanya, lakukanlah itu demi kepentingan mereka, su-
paya mereka dapat berlaku setia kepada-Mu dengan
meninggikan dan melayani Engkau di pelataran rumah-
Mu.
Pertama, mereka akan melakukannya atas kehen-
dak sendiri. Tampilnya Allah atas nama Daud serta
penggenapan janji-janji-Nya kepadanya, akan menjadi
contoh yang luar biasa baik perihal keadilan, kebaikan,
dan kesetiaan-Nya. Hal ini sangat membesarkan hati se-
mua orang yang menyembah-Nya dengan setia dan
akan memenuhi mulut mereka dengan puji-pujian.
Daud merupakan kesayangan dari negerinya, terutama
di antara semua orang baik yang berdiam di dalamnya.
Oleh sebab itu, apabila mereka melihat dia naik ke
takhta dengan cara yang adil, mereka akan sangat ber-
Kitab Mazmur 7:1-10
97
sukacita dan menaikkan syartikel r kepada Allah. Mereka
akan datang berbondong-bondong kepada-Nya sambil
menaikkan puji-pujian atas berkat yang telah dicurah-
kan ke negeri mereka.
Kedua, jika Daud berkuasa seperti yang telah dijan-
jikan Allah kepadanya, ia akan berusaha membawa rak-
yatnya datang beribadah melalui pengaruhnya atas me-
reka, dan tabut perjanjian tidak akan dilupakan seperti
yang terjadi pada zaman Saul (1Taw. 13:3).
3. Secara umum, ia berdoa bagi pertobatan orang berdosa dan
pengartikel han orang-orang kudus (ay. 10): Biarlah berakhir ke-
jahatan, bukan saja kejahatan lawan-lawanku yang bengis, te-
tapi juga semua orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang
benar. Di sini terdapat dua hal yang harus diinginkan dan bo-
leh diharapkan setiap kita:
(1) Penghancuran dosa, supaya diakhiri, baik dalam diri kita
maupun dalam diri orang lain. saat kecemaran dimati-
kan, saat tiap cara dan pikiran jahat dicampakkan, dan
arus deras yang menyeret kepada keduniawian dan keda-
gingan dialihkan arahnya menuju Allah dan sorga, maka
kejahatan orang fasik pun akan berakhir. saat terjadi
pembaruan perilaku secara menyeluruh, saat orang-
orang yang tidak percaya kepada Allah dan orang-orang
duniawi diyakinkan dan bertobat, saat penyebaran dan
penularan dosa dihentikan sehingga orang fasik tidak da-
pat maju lebih jauh dan kebodohan mereka terungkap,
saat rencana-rencana keji musuh-musuh jemaat dikalah-
kan serta kuasa mereka dipatahkan dan orang berdosa di-
binasakan, maka berakhirlah kejahatan orang fasik. Inilah
yang dirindukan dan didoakan semua orang yang menga-
sihi Allah serta membenci kejahatan demi Dia.
(2) Sifat kekal keadilan: Tetapi teguhkanlah orang yang benar.
Sama seperti kita berdoa supaya orang jahat dibuat men-
jadi baik, begitu pula kita berdoa supaya orang baik dibuat
lebih baik. Agar mereka tidak tergoda oleh tipu muslihat
orang fasik atau terkejut oleh kedengkiannya. Agar mereka
diteguhkan dalam pilihan mereka untuk mengikuti jalan-
jalan Allah dan menetapkan hati untuk bertekun di dalam-
98
nya, tetap teguh dalam perkara-perkara Allah dan kehidup-
an beragama, serta bersemangat dalam upaya mereka un-
tuk membuat berakhir kejahatan orang fasik. Alasan Daud
untuk mengajukan permohonan ini yaitu , sebab Allah
yang adil menguji hati dan batin orang, dan oleh sebab itu
Ia mengetahui kejahatan tersembunyi orang fasik dan tahu
cara mengakhirinya. Kesungguhan hati orang benar yang
tersembunyi pun dilihat oleh-Nya dan Ia mempunyai cara-
cara tersembunyi untuk meneguhkannya.
Selama kita memiliki kesaksian hati nurani bahwa kita tetap ber-
sih saat diperlakukan tidak benar dan disakiti, maka bolehlah kita,
dengan menyanyikan ayat-ayat ini, mengajukan perkara kita kepada
Allah yang adil, dan kita boleh yakin bahwa Dia akan mengakui per-
kara kita yang benar. Dan suatu hari nanti, paling lambat pada hari
terakhir itu, Ia akan memunculkan kejujuran kita itu seperti terang.
Kebinasaan Penganiaya
(7:11-18)
11 Perisai bagiku yaitu Allah, yang menyelamatkan orang-orang yang tulus
hati; 12 Allah yaitu Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat. 13
Sungguh, kembali ia mengasah pedangnya, melentur busurnya dan mem-
bidik. 14 Terhadap dirinya ia mempersiapkan senjata-senjata yang memati-
kan, dan membuat anak panahnya menjadi menyala. 15 Sesungguhnya,
orang itu hamil dengan kejahatan, ia mengandung kelaliman dan melahirkan
dusta. 16 Ia membuat lobang dan menggalinya, tetapi ia sendiri jatuh ke da-
lam pelubang yang dibuatnya. 17 Kelaliman yang dilakukannya kembali me-
nimpa kepalanya, dan kekerasannya turun menimpa batu kepalanya. 18 Aku
hendak bersyartikel r kepada Tuhan sebab keadilan-Nya, dan bermazmur bagi
nama Tuhan, Yang Mahatinggi.
Dalam ayat-ayat sebelumnya Daud mengajukan permohonannya ke-
pada Allah melalui doa dan pengakuan tulus tentang kejujurannya.
Dalam ayat-ayat sekarang, ia seakan-akan memberikan penghakiman
atas permohonannya itu berdasarkan iman dan keyakinannya akan
firman Allah. Ia yakin akan ada kebahagiaan dan keselamatan bagi
orang benar dan kebinasaan bagi orang fasik yang tidak mau ber-
tobat.
I. Daud yakin bahwa ia akan mendapati Allah sebagai pelindung
dan Juruselamatnya, sebagai pembela bagi ketidakbersalahannya
yang sedang ditindas (ay. 11): Perisai (KJV: pembela pen.) bagiku
Kitab Mazmur 7:11-18
99
yaitu Allah. Bukan saja bahwa Allah yaitu pembelaku dan aku
akan mendapati Dia demikian, tetapi lebih dari itu, aku tidak
akan mencari pembelaan dan keselamatan dari siapa pun lagi.
Pengharapanku untuk mendapatkan naungan di saat-saat berba-
haya kutaruh dalam diri Allah semata. Jika aku mendapatkan
pembelaan, pastilah itu datang dari Allah. Perisai bagiku yaitu
Allah (begitulah yang dibaca sebagian orang). Ada sesuatu dalam
diri Allah yang memberikan jaminan perlindungan bagi semua
orang yang menjadi milik-Nya. Nama-Nya yaitu menara yang
kuat (Ams. 18:10). Ada dua hal yang dipakai Daud untuk meng-
alaskan keyakinan ini:
1. Perkenan khusus Allah terhadap semua orang yang tulus: Ia
menyelamatkan orang-orang yang tulus hati. Ia menyelamatkan
mereka dengan keselamatan yang kekal dan oleh sebab itu
akan menyelamatkan mereka, sehingga mereka masuk ke da-
lam Kerajaan-Nya di sorga. Ia menyelamatkan mereka dari ma-
salah-masalah yang sedang mereka hadapi, sejauh hal itu
memang baik bagi mereka. Kejujuran dan ketulusan mereka-
lah yang akan memelihara mereka. Orang-orang yang tulus
hatinya akan selamat di bawah perlindungan ilahi, dan sudah
selayaknyalah mereka berpikir demikian.
2. Rasa hormat yang dimilikinya terhadap keadilan dan kejujur-
an: Allah yaitu Hakim yang adil (KJV: Allah menghakimi orang
yang benar pen.). Ia mengakui setiap perkara yang benar,
memeliharanya dalam diri setiap orang benar, dan akan melin-
dunginya. Allah yaitu Hakim yang adil, yang bukan saja
menjalankan keadilan, tetapi juga menjaga supaya keadilan ini
juga dijalankan oleh anak-anak manusia, dan Ia akan mem-
balas serta menghartikel m semua ketidakadilan.
II. Daud juga tidak kalah yakinnya perihal kebinasaan para peng-
aniayanya, yaitu sebanyak dari mereka yang tidak mau bertobat
untuk memuliakan Allah. Di sini ia mengucapkan kebinasaan me-
reka, jika memungkinkan demi kebaikan mereka, supaya mereka
menghentikan sikap permusuhan mereka. Atau juga, demi peng-
hiburan bagi dirinya sendiri, supaya ia tidak merasa takut terha-
dap mereka ataupun bersedih hati melihat kemakmuran dan ke-
berhasilan mereka yang hanya sementara waktu saja itu. Ia ma-
suk ke dalam tempat suci Allah, dan di situ ia mengerti,
100
1. Bahwa mereka yaitu anak-anak kemurkaan. Orang tidak
perlu merasa iri kepada mereka, sebab Allah sendiri marah
kepada mereka, murka setiap saat terhadap orang fasik. Tiap
hari mereka melakukan sesuatu yang memanas-manasi hati-
Nya, dan Ia membenci hal ini serta menimbun amarah-Nya
hingga pada hari murka Allah dinyatakan. Sama seperti belas
kasihan-Nya terhadap umat-Nya selalu baru setiap hari, begitu
pula murka-Nya terhadap orang fasik selalu baru setiap hari,
pada setiap kesempatan saat pelanggaran mereka diulangi
lagi. Allah marah kepada orang fasik, bahkan di tengah hari-
hari mereka yang penuh ceria dan kemakmuran, dan bahkan
di tengah waktu ibadah mereka. Jika mereka dibiarkan hidup
makmur, hal ini terjadi di dalam murka. Jika mereka berdoa,
doa-doa mereka merupakan kejijikan. Murka Allah tinggal di
atas mereka (Yoh. 3:36) dan senantiasa bertambah.
2. Bahwa mereka yaitu anak-anak kebinasaan. Sama seperti
semua anak-anak kemurkaan, anak-anak durhaka yang su-
dah ditetapkan untuk binasa. Lihat saja nanti kehancuran me-
reka itu.
(1) Allah akan membinasakan mereka. Kebinasaan yang akan
mereka terima yaitu pemusnahan dari Yang Mahakuasa,
yang sudah sepantasnya sangat menakutkan bagi setiap
kita, sebab ini datang dari murka Allah (ay. 14-15). Di sini
tersirat,
[1] Bahwa kebinasaan orang berdosa dapat dicegah melalui
pertobatan mereka, sebab hal itu diancam dengan
persyaratan berikut: Jikalau tiada ia bertobat dari jalan-
nya yang jahat, jikalau ia tidak menghentikan permu-
suhannya terhadap umat Allah, biarlah ia menantikan
kehancurannya. Sebaliknya, bila ia bertobat, maka
secara tersirat dinyatakan bahwa dosanya akan diam-
puni dan segala sesuatu akan baik-baik saja. Dengan
demikian, bahkan ancaman murka pun disampaikan
dengan penuh rahmat dan belas kasihan, yang cartikel p
untuk membenarkan Allah selamanya dalam pemus-
nahan orang-orang yang binasa. Sebenarnya mereka
bisa saja bertobat dan tidak binasa, tetapi mereka lebih
suka melanjutkan kejahatan mereka dan binasa. Oleh
Kitab Mazmur 7:11-18
101
sebab itu darah mereka tertumpah di atas kepala mere-
ka sendiri.
[2] Bahwa jika kebinasaan itu tidak dicegah melalui perto-
batan orang berdosa, hal itu akan disediakan baginya
melalui keadilan Allah. Secara umum (ay. 14), ia mem-
persiapkan senjata-senjata yang mematikan, yakni maut
sebagai upah dosa. saat Allah hendak membinasakan,
Ia tidak akan kekurangan senjata-senjata yang memati-
kan bagi setiap makhluk. Bahkan yang terkecil dan ter-
lemah sekalipun dapat dijadikan-Nya sebagai alat-Nya,
jika Ia berkenan.
Pertama, di sini terdapat berbagai senjata yang se-
muanya menghembuskan ancaman dan pembinasaan.
Di sini ada pedang, yang mampu melukai dan membu-
nuh langsung dari dekat. Juga ada busur dan anak
panah yang melukai dan membunuh dari jarak jauh
orang-orang yang menyangka bisa menghindar dari
jangkauan keadilan pembalasan Allah. Jika orang ber-
dosa meluputkan diri terhadap senjata besi, maka panah
tembaga menembus dia (Ayb. 20:24).
Kedua, dikatakan bahwa semua senjata yang mema-
tikan ini dipersiapkan. Allah sudah menyiapkan sen-
jata-senjata itu setiap saat, tidak perlu dicari-cari lagi.
Hartikel man bagi si pencemooh tersedia. Dari dahulu sudah
diatur tempat pembakaran.
Ketiga, sementara Allah menyiapkan senjata-senja-
ta-Nya yang mematikan itu, Ia memberikan peringatan
tepat pada waktunya kepada orang-orang berdosa ten-
tang bahaya yang sedang mengancam mereka. Ia juga
memberi mereka kesempatan untuk bertobat hingga
bisa mencegah bahaya itu. Ia juga lambat dalam meng-
hartikel m, dan sabar terhadap kamu, sebab Ia menghen-
daki supaya jangan ada yang binasa.
Keempat, semakin lama pembinasaan itu ditangguh-
kan untuk memberi waktu supaya bertobat, maka se-
makin menyakitkan dan parah kebinasaan itu akan me-
nindih dan dirasakan, bila kesempatan itu tidak diman-
faatkan. Sementara Allah menanti, pedang pun diasah
dan busur ditarik.
102
Kelima, pembinasaan orang berdosa yang tidak mau
bertobat. Walaupun pembinasaan itu datang berlambat-
lambat, tetap saja pasti tiba. Pembinasaan itu telah di-
perintahkan, sudah sejak dahulu.
Keenam, dari antara semua orang berdosa, para
penganiayalah yang paling ditandai bagi murka ilahi.
Terhadap mereka ini, lebih daripada terhadap siapa
pun, Allah telah mempersiapkan anak-anak panah-Nya.
Mereka membuat Allah menentang mereka, tetapi tidak
mampu menghindar dari penghartikel man-Nya.
(2) Mereka akan menghancurkan diri sendiri (ay. 15-17). Di
sini orang berdosa digambarkan sebagai orang yang bersu-
sah payah menghancurkan diri sendiri. Mereka lebih cen-
derung menghartikel m jiwa sendiri daripada menyelamatkan-
nya seandainya diarahkan dengan benar. Perilaku mereka
diumpamakan,
[1] Dengan rasa sakit yang dialami perempuan yang mela-
hirkan dusta (ay. 15). Pikiran orang berdosa dengan
tipu muslihatnya mengandung kelaliman, merancang-
nya dengan keahlian tinggi, merencanakannya dalam-
dalam, dan menyimpannya rapat-rapat. Hati orang ber-
dosa dengan nafsunya, hamil dengan kejahatan, dan
merasa kesakitan saat melahirkan rancangan-rancang-
an jahat terhadap umat Allah. Namun, apa yang kemu-
dian terjadi saat tiba saat melahirkan itu? Yang diha-
silkan yaitu dusta, tipuan terhadap diri sendiri, kebo-
hongan di tangan kanannya. Ia tidak dapat mencapai
apa yang dimaksudkannya semula, atau, kalaupun ber-
hasil mencapai tujuannya, ia tidak dapat memperoleh
kepuasan yang diidam-idamkannya. Ia akan melahirkan
angin (Yes. 26:18), jerami (Yes. 33:11), dan maut (Yak.
1:5), dan ini semua tiada lain hanyalah dusta.
[2] Dengan menanggung rasa sakit seorang manusia yang
bekerja keras, yang menggali lubang lalu jatuh sendiri
ke dalamnya dan binasa.
Pertama, dalam arti tertentu, hal ini benar bagi se-
mua orang berdosa. Mereka mempersiapkan kehancur-
an bagi diri sendiri dengan jalan mempersiapkan diri
Kitab Mazmur 7:11-18
103
sendiri menuju kehancuran. Ini mereka lakukan dengan
membebani diri dengan perbuatan salah dan menyerah-
kan diri kepada kecemaran mereka.
Kedua, sering kali sungguh terjadi, orang-orang yang
merencanakan kejahatan terhadap umat Allah ataupun
sesama mereka, melalui keadilan tangan Allah, kejahat-
an itu dibuat kembali menimpa kepala mereka sendiri.
Apa yang tadinya mereka rancang untuk mendatangkan
aib serta kehancuran bagi orang lain ternyata menga-
caukan mereka sendiri.
Nec lex est jusitior ulla
Quam necis artifices arte perire sua
Tidak ada hartikel m yang lebih adil daripada kenyataan
bahwa perancang pembunuhan itu yang akan binasa
oleh rancangannya itu sendiri.
Sebagian orang menerapkan kebenaran ini pada Saul,
yang roboh ke atas pedangnya sendiri.
Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus berbuat seperti yang
dilakukan Daud di sini (ay. 18), bersyartikel r kepada TUHAN sebab ke-
adilan-Nya. Artinya, berikanlah kepada-Nya kemuliaan atas perlin-
dungan penuh rahmat-Nya yang menaungi umat-Nya yang tertindas,
dan juga atas pembalasan adil yang dilakukan-Nya dengan mengejar
orang-orang yang menindas umat-Nya. Demikianlah kita harus me-
naikkan puji-pujian kepada Tuhan yang Mahatinggi, yang saat mu-
suh-musuh-Nya bertindak dengan sombong, menunjukkan bahwa Ia
jauh melebihi mereka.
PASAL 8
azmur ini merupakan perenungan yang penuh dengan rasa
khidmat dan kekaguman akan kemuliaan dan keagungan Allah
yang patut kita tinggikan dan hormati. Mazmur ini diawali dan di-
akhiri dengan pengakuan yang sama akan keunggulan nama Allah
yang melebihi segalanya. Hal ini diajukan sebagai bukti (ay. 2), bah-
wa nama Allah paling mulia di seluruh muka bumi. Kemudian hal ini
diulangi sebagai sesuatu yang terbukti benar (dengan quod erat
demonstrandum yang akan ditunjukkan) di dalam ayat terakhir.
Sebagai bukti atas kemuliaan Allah, si pemazmur memberikan con-
toh-contoh kebaikan-Nya terhadap manusia, sebab kebaikan Allah
yaitu kemuliaan-Nya. Allah patut dimuliakan,
I. sebab telah menyatakan diri dan nama-Nya kepada kita
(ay. 2).
II. sebab bersedia memakai anak-anak manusia yang paling
lemah untuk melayani tujuan-tujuan-Nya (ay. 3).
III. sebab membuat benda-benda langit menjadi berguna bagi
manusia (ay. 4-5).
IV. sebab membuat manusia berkuasa atas makhluk-makhluk
ciptaan-Nya di dunia bawah ini, dan dengan demikian me-
nempatkannya hanya sedikit lebih rendah daripada malaikat
(ay. 6-10) (TB: hampir sama seperti Allah pen.).
Di dalam Perjanjian Baru, mazmur ini menggambarkan Kristus
dan karya penebusan kita oleh-Nya, serta kehormatan yang diberikan
kepada anak-anak manusia kepada-Nya (ay. 3, bdk. Mat. 21:16).
Mazmur ini juga menggambarkan kehormatan yang diberikan ke atas
anak-anak manusia oleh Dia, baik melalui perendahan diri-Nya ke-
tika Ia dibuat menjadi lebih rendah daripada malaikat, maupun mela-
M
106
lui pemuliaan-Nya, saat Ia dimahkotai dengan kemuliaan dan ke-
hormatan. Bandingkan ayat 6-7 dengan Ibrani 2:6-8; 1 Korintus
15:27. Saat kita mengamati kemuliaan Allah di dalam kerajaan alam
semesta dan kerajaan pemeliharaan-Nya, kita seharusnya dituntun
oleh dan melalui pengamatan kita itu, sehingga kita merenungkan
kemuliaan-Nya di dalam kerajaan anugerah.
Keagungan Allah dalam Karya-Nya
(8:1-3)
1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud. 2 Ya TUHAN,
Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu
yang mengatasi langit dinyanyikan. 3 Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak
yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan sebab lawan-Mu, untuk
membungkamkan musuh dan pendendam.
Di sini, si pemazmur mengarahkan dirinya untuk memberikan kemu-
liaan kepada Allah sebab nama-Nya. Berdasarkan judul mazmur ini,
Dr. Hammond (theolog Inggris abad ketujuhbelas) menarik kesimpul-
an mengenai peristiwa yang mendasari penulisan mazmur ini. Dika-
takan bahwa mazmur ini digubah menurut lagu Gitit, yang biasanya
dipakai untuk menentukan nada, atau ini yaitu alat musik yang
hendak dipakai untuk mengiringi mazmur tersebut. Namun, Daud
mengubah maksud ini dan memakainya terhadap orang Gitit, atau
Goliat, orang Gat, yang telah dikalahkan dan dibunuhnya itu (1Sam.
17). Musuh ini diredam oleh Daud yang dibandingkan dengan Goliat
hanya seorang bayi dan anak yang masih menyusu. Kesimpulan ini
mungkin saja sudah cartikel p memadai kalau bukan sebab dua maz-
mur lain yang juga mempunyai judul yang sama, yakni Mazmur 81
dan 84. Ada dua hal yang dikagumi Daud di sini:
I. Betapa jelasnya Allah menyatakan keagungan-Nya sendiri (ay. 2).
Ia datang kepada Allah dengan penuh kerendahan hati dan rasa
hormat, dengan menyebut-Nya TUHAN dan Tuhan bangsanya: Ya
TUHAN, Tuhan kami! Jika kita percaya bahwa Allah yaitu
TUHAN, kita juga harus menegaskan dan mengakui Dia sebagai
Tuhan kita. Dialah Tuhan kita, sebab Ia yang menciptakan, melin-
dungi, dan memelihara kita secara istimewa. Dia harus menjadi
Tuhan kita, sebab kita wajib patuh dan tunduk kepada-Nya. Kita
harus mengakui hubungan ini, bukan saja dengan berseru-seru
Kitab Mazmur 8:1-3
107
demikian untuk mencari belas kasihan-Nya saat berdoa kepada-
Nya, melainkan juga saat kita datang untuk memuji Dia, sebagai
alasan untuk memuliakan Dia. Dan kita tidak akan pernah bisa
melakukan hal tersebut dengan sepenuh hati jika kita tidak mere-
nungkan:
1. Betapa cemerlangnya kemuliaan Allah bersinar bahkan di du-
nia bawah ini: Betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Kar-
ya penciptaan dan pemeliharaan Allah mengungkapkan dan
mempermaklumkan kepada seluruh dunia bahwa memang
ada Keberadaan yang tak terbatas, sumber segala yang ada,
kuasa, dan kesempurnaan, penguasa yang berdaulat, pelin-
dung yang penuh kuasa, dan pemberi yang sangat dermawan
bagi semua ciptaan. Betapa agung, betapa masyhur dan be-
tapa dahsyat nama-Nya di seluruh muka bumi! Sinarnya ber-
cahaya pada wajah manusia di mana-mana (Rm. 1:20). Jika
ada yang menutup mata dan tidak mau melihatnya, itu salah-
nya sendiri. Tidak ada pembicaraan ataupun bahasa yang di
dalamnya nama Allah tidak berkumandang. Namun, terang ini
bersinar lebih jauh daripada itu. Ia menunjuk pada Injil Kris-
tus, yang melaluinya nama Allah, yang diberitahukan oleh pe-
wahyuan ilahi, menjadi agung sampai di seluruh muka bumi
dan seluruh penjuru bumi telah dibuat untuk melihat kesela-
matan yang dari pada Allah (Mrk. 16:15-16). Sebelum itu, na-
ma-Nya hanya agung di antara bangsa Israel saja.
2. Betapa lebih cemerlangnya kemuliaan Allah bersinar di dunia
atas sana: Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan.
(1) Allah teramat jauh lebih mulia dan unggul daripada makh-
luk ciptaan yang paling mulia dan benda-benda langit yang
bersinar paling cemerlang sekalipun.
(2) Sementara kita yang hidup di bumi ini hanya mendengar
tentang nama Allah yang unggul itu dan memujinya, para
malaikat dan roh-roh yang diberkati di atas memandang
kemuliaan-Nya dan memujinya. Sekalipun demikian, Ia di-
tinggikan jauh lebih tinggi daripada puja-puji mereka.
(3) saat Tuhan Yesus, yang yaitu terang kemuliaan dan
citra pribadi Bapa-Nya, ditinggikan di sebelah kanan Allah,
Allah menempatkan kemuliaan-Nya mengatasi langit, jauh
di atas semua pemerintahan dan kekuasaan.
108
II. Betapa dengan penuh kuasanya Allah memaklumkan kemuliaan-
Nya itu melalui makhluk ciptaan-Nya yang paling lemah (ay. 3):
Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletak-
kan dasar kekuatan, atau puji-pujian yang sempurna, puji-pujian
tentang kekuatan-Mu (Mat. 21:16). Hal ini menyiratkan kemulia-
an Allah,
1. Di dalam kerajaan alam semesta. Pemeliharaan Allah atas
anak-anak kecil (saat masuk ke dunia ini, mereka menjadi
yang paling tak berdaya dari antara segala makhluk), perlin-
dungan istimewa yang menaungi mereka, dan perbekalan yang
disediakan alam bagi mereka, patut diakui oleh setiap kita,
bahwa semuanya itu terjadi sebab kemuliaan Allah, yang
memperlihatkan kepada kita betapa dahsyatnya kuasa dan
kebaikan-Nya. Dan semuanya ini lebih pantas sebab kita pun
telah menikmatinya, dan sebab nya kita tidak mati waktu kita
lahir, sebab ada pangkuan ibu yang menerima kita, sebab
buah dada, sehingga kita dapat menyusu. Semua ini merupa-
kan contoh yang begitu tepat tentang kebaikan-Mu, sehingga
dapat membungkam musuh-musuh yang tidak mengakui ke-
muliaan-Mu yang berkata, Tidak ada Allah.
2. Di dalam kerajaan Allah Sang Pemelihara. Dalam memerintah
dunia bawah ini, Ia memakai anak-anak manusia. Beberapa
dari antara mereka mengenal Dia, dan ada juga yang tidak
mengenal-Nya (Yes. 45:4), di antaranya bayi-bayi dan anak-
anak yang menyusu. Bahkan lebih dari itu, adakalanya Ia
suka menjalankan rencana-Nya melalui pelayanan orang-
orang yang dalam hal hikmat dan kekuatan hanya sedikit
lebih baik daripada bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu.
3. Di dalam kerajaan anugerah, kerajaan Mesias. Bagian mazmur
di sini menubuatkan bagaimana para rasul yang dianggap
seperti bayi, orang biasa yang tidak terpelajar (Kis. 4:13), yang
sederhana serta hina, dan melalui kebodohan pemberitaan Injil
yang disampaikan mereka, kerajaan Iblis akan dirobohkan se-
perti tembok-tembok Yerikho yang runtuh sebab bunyi sang-
kakala tanduk domba. Injil disebut tangan kekuasaan Tuhan
dan tongkat kekuatan-Nya. Hal ini telah ditetapkan untuk
menghasilkan keajaiban, bukan yang keluar dari mulut para
filsuf, ahli pidato, pakar politik, ataupun negarawan, melain-
kan dari sekelompok nelayan miskin, yang secara lahiriah sa-
Kitab Mazmur 8:1-3
109
ngat kekurangan. Ya, begitulah, kita mendengar anak-anak
berseru, Hosana bagi Anak Daud, saat imam-imam kepala
dan ahli-ahli Taurat tidak mau mengakui-Nya dan sebaliknya
malah menghina dan menolak-Nya. Oleh sebab itulah Juruse-
lamat kita menerapkan kata-kata Daud (Mat. 21:16) untuk
membungkam mulut musuh. Adakalanya anugerah Allah tam-
pak dengan cara yang begitu ajaib di dalam diri anak-anak ke-
cil. Ia mengajarkan pengetahuan kepada mereka, dan membuat
mereka memahami pengajaran, padahal mereka ini hanyalah
anak yang baru disapih, dan yang baru cerai susu (Yes. 28:9).
Kadangkala kuasa Allah menyebabkan terjadinya hal-hal besar
di dalam jemaat-Nya melalui alat-alat yang sangat lemah dan
mustahil, sehingga mempermalukan orang-orang yang terpan-
dang, berhikmat dan yang kuat. Dan ini semua dilakukan-Nya
melalui hal-hal yang tidak terpandang, lemah, dan apa yang
dianggap bodoh oleh dunia, supaya tidak seorang pun berme-
gah di hadapan hadirat-Nya. Supaya kedahsyatan kuasa itu
semakin jelas berasal dari Allah, dan bukan dari manusia
(1Kor. 1:27-28). Inilah yang dilakukan-Nya sebab lawan-Nya,
sebab mereka sombong dan congkak, supaya Ia dapat mem-
bungkam dan mempermalukan mereka, sehingga dengan de-
mikian dapat membalas para pembalas dendam (Kis. 4:14;
6:10). Iblis yaitu musuh dan pembalas dendam besar, na-
mun, melalui pemberitaan Injil ia sama sekali dibungkamkan.
Perkataannya diberangus, para pembela perkaranya dibuat ke-
bingungan, dan roh-roh najis pun tidak diizinkan membuka
mulut.
Dalam menyanyikan mazmur ini, marilah kita memberikan kemu-
liaan kepada Allah sebab nama-Nya yang agung itu, dan juga sebab
hal-hal luar biasa yang dikerjakan-Nya melalui kuasa Injil-Nya di da-
lam kereta yang dikendarai Sang Penebus yang ditinggikan itu, yang
mengalahkan dan menguasai musuh. Dia layak diiringi, bukan saja
dengan puji-pujian kita, tetapi juga dengan ucapan-ucapan terbaik
kita. Puji-pujian disempurnakan (artinya, Allah dimuliakan setinggi-
tingginya) saat dasar kekuatan ditetapkan dari dalam mulut bayi-
bayi dan anak-anak yang menyusu.
110
Sikap Merendah Allah
(8:4-10)
4 Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang
yang Kautempatkan: 5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?
Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? 6 Namun Eng-
kau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya
dengan kemuliaan dan hormat. 7 Engkau membuat dia berkuasa atas buatan
tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: 8 kambing
domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; 9 burung-
burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. 10
Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!
Di sini Daud melanjutkan dengan lebih mengagungkan lagi kehor-
matan Allah, dengan menceritakan segala kehormatan yang telah
diletakkan-Nya ke atas manusia, terutama manusia Yesus Kristus.
Sikap merendah dari anugerah ilahi menghendaki puji-pujian kita,
sama seperti yang dikehendaki saat kemuliaan ilahi ditinggikan. De-
ngan rasa takjub dan syartikel r pemazmur mengamati bagaimana Allah
merendahkan diri, dan ia menganjurkan kepada kita untuk mere-
nungkannya juga.
Cermatilah di sini,
I. Apa yang telah menuntun Daud hingga ia mengagumi perkenan
Allah yang merendah untuk manusia, yaitu pemikirannya akan
kemilau dan pengaruh benda-benda langit yang terlihat oleh indra
(ay. 4): Aku melihat langit-Mu, dan di sanalah tampak, khususnya,
bulan dan bintang-bintang. Tetapi mengapa ia tidak memper-
hatikan matahari, yang jauh lebih unggul dibanding yang lain?
Boleh jadi sebab saat sedang menghibur dan mengajar diri
sendiri dengan perenungan ini, ia sedang berjalan di malam hari
di bawah cahaya bulan, saat matahari tidak tampak. Yang ada
saat itu hanyalah bulan dan bintang yang meskipun tidak begitu
berguna bagi manusia dibandingkan dengan matahari, namun
tetap saja mempertunjukkan hikmat, kuasa, dan kebaikan Sang
Pencipta.
Amatilah:
1. Sudah menjadi kewajiban kita untuk mengamati langit. Kita
memang melihat benda-benda langit itu. Mau tak mau kita
pasti melihatnya. Antara lain melalui hal ini, manusia dibeda-
kan dari binatang yang dibentuk sedemikian rupa hingga me-
Kitab Mazmur 8:4-10
111
mandang ke bawah. Sedangkan manusia diciptakan berbadan
tegak hingga mampu menengadah ke langit. Os homini sublime
dedit, coelumque tueri jussit Kepada manusia Ia memberikan
postur tubuh yang tegak, dan menyuruhnya menengadah ke
langit, supaya dengan demikian ia dapat diarahkan untuk me-
nyukai hal-hal yang di atas, sebab apa yang kita lihat tidak
akan segera berpengaruh kepada kita kecuali kita memperha-
tikannya.
2. Kita harus senantiasa menganggap langit sebagai langit milik
Allah. Kita harus memandangnya dengan cara yang khusus,
bukan hanya seperti sekadar menganggap seluruh dunia ini
yaitu kepunyaan-Nya, bahkan bumi dengan segala isinya.
Langit itu langit kepunyaan TUHAN (Mzm. 115:16), tempat ke-
diaman kemuliaan-Nya. sebab itu kita diajar untuk memang-
gil-Nya Bapa kami yang di sorga.
3. Oleh sebab itu, bulan dan bintang yaitu milik-Nya, sebab
semuanya yaitu buatan tangan-Nya. Dialah yang membuat
benda-benda itu. Ia membuat semuanya dengan mudah. Ben-
tangan angkasa tidak membutuhkan rentangan tangan-Nya,
tetapi cartikel p dikerjakan dengan sepatah kata. Itu yaitu hasil
buatan jari-Nya. Ia menciptakannya dengan sangat cermat dan
halus, seperti karya seni indah yang dibentuk seniman dengan
jari-jemarinya.
4. Bahkan benda-benda penerang yang kurang cemerlang seperti
bulan dan bintang pun memperlihatkan kemuliaan serta kua-
sa Bapa segala terang itu. Benda-benda tersebut memperleng-
kapi kita dengan alasan-alasan untuk memuji Dia.
5. Benda-benda langit itu bukan saja merupakan ciptaan kuasa
ilahi, tetapi juga takluk kepada pemerintahan ilahi. Allah bu-
kan saja menciptakan semua itu, tetapi juga menempatkan-
nya, dan ketetapan sorga tidak pernah dapat diubah. Namun,
bagaimana sampai hal ini dikatakan di sini dapat mengagung-
kan perkenan Allah terhadap manusia?
(1) Pada waktu kita memikirkan bagaimana kemuliaan Allah
bersinar di dunia atas sana, sah-sah saja bagi kita untuk
bertanya-tanya apakah Ia juga mau memperhatikan makh-
luk hina seperti manusia ini? Maukah Ia yang bersemayam
dan memerintah di bagian ciptaan yang terang benderang
dan penuh berkat itu bersedia merendahkan diri untuk
112
memandang segala sesuatu yang terjadi di bumi ini (Mzm.
113:5-6).
(2) Pada waktu kita memikirkan betapa bermanfaatnya langit
bagi manusia di bumi, dan bagaimana benda-benda pene-
rang di langit diberikan kepada segala bangsa di seluruh
kolong langit (Ul. 4:19; Kej. 1:15), kita sungguh bisa ber-
ujar, Tuhan, apakah manusia itu sehingga saat Engkau
membuat ketetapan sorga, mata-Mu tertuju kepadanya un-
tuk segala kebaikannya? Betapa demi perasaan tenteram
dan kenyamanannyalah Engkau menciptakan benda-benda
penerang langit dan mengatur pergerakannya!
II. Bagaimana Daud mengungkapkan kekagumannya (ay. 5): Ya
Tuhan, apakah manusia (enos, berdosa, lemah, manusia malang,
makhluk yang begitu melupakan Engkau dan kewajibannya ter-
hadap-Mu), sehingga Engkau mengingatnya sedemikian rupa,
hingga Engkau memperhatikan dia dengan segala tindakan dan
urusannya, sampai-sampai dalam penciptaan bumi pun Engkau
menaruh rasa hormat kepadanya! Apakah anak manusia, sehing-
ga Engkau mengindahkannya, sehingga Engkau bukan saja mem-
berinya makanan dan pakaian, melindungi dia dan memenuhi ke-
butuhannya seperti makhluk-makhluk lainnya, tetapi juga meng-
indahkan dia sebagaimana seseorang mengindahkan sahabatnya,
sehingga Engkau senang bercakap-cakap dengannya dan meme-
dulikannya! Apakah manusia (makhluk yang sedemikian hina),
hingga ia dihormati seperti itu (makhluk yang begitu penuh
dosa), hingga ia sedemikian disambut dan diberkati seperti itu!
Nah, semuanya mengacu kepada:
1. Umat manusia secara umum. Walaupun manusia seperti bela-
tung, dan anak manusia yaitu ulat (Ayb. 25:6), Allah mena-
ruh hormat kepadanya dan melimpahkan kebaikan ke atas-
nya. Jauh melebihi makhluk lain di dunia yang di bawah ini,
manusia merupakan kesukaan dan kesayangan Sang Peme-
lihara. Sebab,
(1) Ia menduduki tempat yang sangat terhormat di antara ke-
beradaan-keberadaan lainnya. Kita boleh merasa yakin
bahwa ia lebih diutamakan daripada seluruh penghuni
bumi yang di bawah ini, mengingat bahwa ia dijadikan
Kitab Mazmur 8:4-10
113
hampir sama seperti Allah (ay. 6; KJV: sedikit lebih rendah
daripada malaikat pen.). Memang lebih rendah, sebab
tubuhnya bersekutu dengan bumi dan hewan-hewan yang
bisa musnah. Namun, dengan jiwanya yang bersifat rohani
dan kekal, ia hampir berkerabat dengan para malaikat
suci, sehingga dapat dikatakan bahwa ia hanya sedikit
lebih rendah daripada mereka, dan dari segi urutan, men-
duduki tempat setelah mereka. Hanya untuk sesaat saja
kedudukannya lebih rendah daripada para malaikat, sela-
ma jiwanya terkurung di dalam rumah yang terbuat dari
tanah liat. Tetapi anak-anak kebangkitan akan menjadi
isangeloi setara dengan malaikat (Luk. 20:36) dan tidak
lagi lebih rendah daripada mereka.
(2) Ia diperlengkapi dengan kecakapan dan kemampuan yang
mulia: Engkau telah memahkotainya dengan kemuliaan dan
hormat. Dia yang telah memberikan keberadaan bagi ma-
nusia itu telah menjadikannya terhormat, dan melayakkan
dia untuk berkuasa atas makhluk-makhluk lain yang lebih
rendah. sebab setelah memberi dia akal budi melebihi
binatang di bumi, dan hikmat melebihi burung di udara (Ayb.
35:11), Ia membuat manusia pantas untuk menguasai
hewan-hewan itu dan sudah sepantasnya pula mereka di-
kuasai oleh-Nya. Kemampuan bernalar manusia yaitu
mahkota kemuliaannya. Janganlah ia mencemarkan mah-
kota itu dengan menyalahgunakannya, ataupun kehilangan
mahkota itu dengan bertindak berlawanan dengan keten-
tuannya.
(3) Ia diberi wewenang berupa kedaulatan atas makhluk-
makhluk yang lebih rendah di bawah Allah, dan ditetapkan
sebagai tuan mereka. Dia yang telah menjadikan dan me-
ngenal manusia itu, yang memiliki mereka, telah membuat
dia berkuasa atas segala ciptaan itu (ay. 7). Ketetapan yang
diperolehnya untuk memegang hak sebagai penguasa itu
diberikan bersamaan dengan penciptaannya (Kej. 1:28) dan
diperbarui sesudah peristiwa air bah (Kej. 9:2). Allah telah
meletakkan segala sesuatu di bawah kaki manusia, supaya
ia dapat memperoleh manfaat bagi dirinya sendiri, bukan
saja melalui jerih payah, melainkan juga dari hasil dan
nyawa makhluk-makhluk yang lebih rendah. Semua telah
114
diserahkan ke dalam tangannya, bahkan diletakkan di ba-
wah kakinya. Ia menyebutkan nama beberapa binatang
yang lebih rendah itu (ay. 8-9), bukan hanya domba dan
lembu sapi yang dipelihara dan diberi makan oleh manusia,
tetapi juga binatang-binatang di padang, termasuk bina-
tang-binatang yang selamat dari air bah. Bahkan juga
makhluk-makhluk yang berada paling jauh dari manusia,
seperti burung-burung di udara, dan ikan-ikan di laut, yang
hidup di alam yang berbeda dan melintasi arus lautan tan-
pa terlihat. Manusia memiliki keahlian untuk menangkap
binatang-binatang ini. Meskipun banyak hewan yang lebih
kuat dan tangkas daripada dirinya, dengan satu atau lain
cara, manusia masih sulit dikalahkan (Yak. 3:7). Semua
jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang
menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan
telah dijinakkan oleh sifat manusia. Ia juga memiliki kebe-
basan untuk menggunakan keahliannya itu setiap kali ber-
oleh kesempatan. Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan
makanlah (Kis. 10:13). Setiap kali kita makan daging ikan
atau unggas, kita menyadari kekuasaan manusia atas
buatan tangan Allah, dan inilah alasan mengapa kita harus
takluk kepada Allah, Tuhan penguasa kita, dan juga ke-
pada kekuasaan-Nya atas kita.
2. Namun, secara khusus semua di atas mengacu kepada Yesus
Kristus. Mengenai Dia, kita diajar untuk menjelaskan hal ter-
sebut (Ibr. 2:6-8). Yakni, bahwa untuk membuktikan kedaulat-
an Kristus baik di sorga maupun di bumi, Rasul Paulus me-
nunjukkan bahwa Dialah sang manusia itu, sang Anak Manu-
sia, yang dibicarakan dalam mazmur ini, yang telah dimah-
kotai dengan kemuliaan dan hormat serta dibuat berkuasa atas
buatan tangan-Nya. Dan sudah pasti, bahwa perkenan terbe-
sar yang pernah dinyatakan kepada umat manusia, dan
kehormatan terbesar yang pernah diberikan kepada kodrat
manusia yaitu seperti ditunjukkan dalam penjelmaan dan
pemuliaan Tuhan Yesus. Kedua hal ini jauh melebihi perkenan
dan kehormatan yang diberikan kepada kita melalui pencipta-
an dan pemeliharaan Allah, walaupun yang kedua yang ter-
akhir juga memang luar biasa dan jauh lebih besar daripada
yang patut kita terima. Sudah selayaknya kita menilai diri sen-
Kitab Mazmur 8:4-10
115
diri dengan rendah hati dan dengan penuh rasa syartikel r me-
ngagumi anugerah Allah di dalam semuanya ini:
(1) Bahwa Yesus Kristus mengenakan kodrat manusia, dan de-
ngan kodrat itu Ia merendahkan diri. Ia telah menjadi Anak
Manusia, turut mengambil bagian dalam darah dan daging.
Dalam keadaan-Nya yang seperti itu Allah melawat-Nya,
yang oleh beberapa orang ditafsirkan sebagai semua pende-
ritaan-Nya bagi kita. Sebab, telah dikatakan (Ibr. 2:9), bah-
wa oleh sebab penderitaan maut, yaitu lawatan yang pe-
nuh murka itu, Ia dimahkotai dengan kemuliaan dan hor-
mat. Allah melawat Dia. Setelah menimpakan kejahatan
kita ke atas diri-Nya, Allah beperkara dengan Dia dan mela-
wat Dia dengan tongkat dan bilur-bilur, supaya kita disem-
buhkan oleh bilur-bilur itu. Untuk waktu yang singkat (de-
mikianlah sang rasul menyebutnya), Ia dibuat sedikit lebih
rendah daripada malaikat, yakni saat Ia mengambil rupa
seorang hamba dan menjadikan diri-Nya tidak berarti.
(2) Bahwa di dalam kodrat manusia itulah Ia justru ditinggi-
kan untuk menjadi Tuhan di atas segalanya. Allah Bapa
meninggikan Yesus sebab Yesus telah merendahkan diri-
Nya sendiri. Allah memahkotainya dengan kemuliaan dan
hormat, yaitu kemuliaan yang sudah ada pada diri-Nya se-
belum dunia dijadikan. Ia bukan sekadar ditetapkan seba-
gai kepala jemaat, tetapi juga sebagai Kepala dari segala
yang ada. Allah menyerahkan segala sesuatu ke dalam ta-
ngan-Nya dan mempercayakan kepada-Nya untuk menja-
lankan kerajaan pemeliharaan dalam kaitannya dengan pe-
laksanaan kerajaan anugerah. Semua makhluk ciptaan
diletakkan di bawah kaki-Nya. Bahkan selama hidup seba-
gai manusia pun Ia memperlihatkan beberapa contoh bah-
wa Ia berkuasa atas mereka. Misalnya saat Ia menghardik
angin dan gelombang laut, dan menyuruh seekor ikan
membayarkan pajak bagi-Nya. Oleh sebab itu si pemaz-
mur mempunyai alasan yang baik untuk mengakhiri maz-
murnya dengan cara sama seperti saat ia mengawalinya,
Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di
seluruh bumi, nama yang telah dihormati dengan kehadir-
an Sang Penebus, dan yang masih diterangi oleh Injil-Nya
dan dipimpin oleh hikmat dan kuasa-Nya!
116
Dalam menyanyikan dan berdoa dengan mazmur ini, baiklah kita
mengakui kebaikan Allah bagi seluruh umat manusia, terutama me-
lalui manfaat yang kita dapatkan dari ciptaan-ciptaan yang lebih ren-
dah dari kita. Secara khusus lagi, marilah kita memberikan kemulia-
an kepada Yesus Tuhan kita, dengan mengakui bahwa Dia yaitu
Tuhan. Hal ini dapat kita lakukan dengan tunduk kepada-Nya seba-
gai Tuhan kita, sambil menanti sampai kita dapat melihat segala se-
suatu diletakkan di bawah kaki-Nya dan semua musuh-Nya dijadi-
kan tumpuan kakinya.
PASAL 9
Di dalam mazmur ini,
I. Daud memuji-muji Allah sebab membela perkaranya dan
memberinya kemenangan atas musuh-musuhnya dan mu-
suh-musuh bangsanya (ay. 2-7). Ia mengajak orang-orang
lain untuk bergabung bersamanya dalam menyanyikan lagu-
lagu pujiannya ini (ay. 12-13).
II. Ia berdoa kepada Allah supaya boleh memperoleh kesempat-
an lagi untuk memuji-Nya, demi keselamatannya sendiri
maupun demi kekacauan lawan-lawannya (ay. 14-15, 20-21).
III. Ia bersorak dalam keyakinannya akan penghakiman Allah
atas dunia (ay. 8-9), akan perlindungan-Nya terhadap umat-
Nya yang tertindas (ay. 10-11, 19), dan akan pembinasaan
terhadap musuh-musuh Allah dan musuh bangsanya (ay.
16-18).
Hal ini sungguh tepat dikatakan perihal kerajaan Mesias, sebab
sebagian musuh-musuh-Nya telah dibinasakan dan akan semakin
banyak lagi yang akan mengalami nasib yang sama, sampai mereka
semua dijadikan tumpuan kaki-Nya. Kita sangat yakin hal ini, dan
Allah akan dimuliakan, serta kita dihiburkan.
Pengakuan yang Tulus
(9:1-11)
1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Mut-Laben. Mazmur Daud. 2 Aku
mau bersyartikel r kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau mencerita-
kan segala perbuatan-Mu yang ajaib; 3 aku mau bersukacita dan bersukaria
sebab Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi, 4 sebab musuhku
mundur, tersandung jatuh dan binasa di hadapan-Mu. 5 Sebab Engkau
membela perkaraku dan hakku, sebagai Hakim yang adil Engkau duduk di
118
atas takhta. 6 Engkau telah menghardik bangsa-bangsa, telah membinasakan
orang-orang fasik; nama mereka telah Kauhapuskan untuk seterusnya dan
selama-lamanya; 7 musuh telah habis binasa, menjadi timbunan puing se-
nantiasa; kota-kota telah Kauruntuhkan; lenyaplah ingatan kepadanya. 8
Tetapi TUHAN bersemayam untuk selama-lamanya, takhta-Nya didirikan-Nya
untuk menjalankan penghakiman. 9 Dialah yang menghakimi dunia dengan
keadilan dan mengadili bangsa-bangsa dengan kebenaran. 10 Demikianlah
TUHAN yaitu tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlin-
dungan pada waktu kesesakan. 11 Orang yang mengenal nama-Mu percaya
kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya
TUHAN.
Judul mazmur ini sama sekali tidak menjelaskan kejadian apa yang
mendorong Daud untuk menulisnya. Mazmur ini ditulis menurut
lagu Mut-Laben, yang oleh sebagian orang dikaitkan dengan kematian
Goliat. Ada juga yang mengaitkannya dengan kematian Nabal, dan
masih ada pula yang menghubungkannya dengan kematian Absalom.
Tetapi saya cenderung berpendapat bahwa kata ini hanyalah meng-
artikan suatu nada atau alat musik, yang dimaksudkan untuk me-
nyanyikan mazmur ini. Sedangkan musuh-musuh yang dikalahkan
Daud, yang membuatnya bersorak di sini yaitu orang-orang Filistin
dan bangsa-bangsa lain di sekitarnya yang menentang pengangkatan
Daud sebagai raja. Mereka inilah yang ditentang dan dikalahkan
Daud di awal pemerintahannya (2Sam. 5:8).
Dalam ayat-ayat ini:
I. Daud bersukaria dan larut dalam pujiannya kepada Allah, sebab
rahmat dan hal-hal luar biasa yang baru saja diperbuat-Nya bagi
dia dan pemerintahannya (ay. 2-3).
Perhatikanlah:
1. Allah mengharap-harapkan puji-pujian yang sudah selayaknya
dari orang-orang yang telah menerima kejadian-kejadian luar
biasa yang dikerjakan-Nya bagi mereka.
2. Supaya puji-pujian kita diterima oleh Allah, kita harus memuji
Dia dengan segala ketulusan, dengan hati, dan bukan sekadar
dengan bibir. Kita harus memuji Dia dengan hati yang hidup,
penuh kesungguhan, dan dengan segenap hati.
3. Pada waktu menaikkan syartikel r atas rahmat tertentu, kita ha-
rus menyempatkan diri untuk mengingat-ingat rahmat-rahmat
sebelumnya, supaya kita dapat menceritakan segala perbuat-
an-Nya yang ajaib.
Kitab Mazmur 9:1-11
119
4. Sukacita yang kudus merupakan inti dari pujian yang penuh
ucapan syartikel r, sebab ucapan syartikel r merupakan bahasa
dari sukacita kudus itu: Aku mau bersukacita dan bersukaria
sebab Engkau.
5. Apa pun yang membuat kita senang, sukacita kita harus lebih
dari rasa senang saja. Lebih dari itu, kita harus bersukacita di
dalam Allah saja: Aku akan bersukacita dan bersukaria sebab
Engkau, bukan sebab pemberian itu ataupun sebab pem-
berinya.
6. Sukacita dan pujian sangat tepat diungkapkan dengan menya-
nyikan mazmur.
7. Bila Alla