Yohanes 1-16 1

Kamis, 30 Januari 2025

Yohanes 1-16 1


 



Tafsiran Injil Yohanes 

PASAL 1  1 

I. Keilahian Kristus (1:1-5) 1 

II. Yohanes Pembaptis Saksi Firman; Inkarnasi Firman  

 (1:6-14)  9 

III. Kesaksian Yohanes tentang Kristus (1:15-18) 27 

IV. Kesaksian Yohanes tentang Kristus; Yohanes Diperiksa  

oleh Imam-imam (1:19-28) 39 

V. Kesaksian Yohanes tentang Kristus (1:29-36) 50 

VI. Panggilan kepada Andreas dan Petrus (1:37-42) 62 

VII. Panggilan kepada Filipus dan Natanael (1:43-51) 71 

PASAL 2  87 

I. Kristus Mengubah Air Menjadi Anggur (2:1-11) 87 

II. Para Pedagang di Bait Suci Diusir; Kematian dan 

 Kebangkitan Kristus Diberitahukan (2:12-22) 106 

III. Keberhasilan Pelayanan Kristus (2:23-25) 123 

PASAL 3  127 

I. Percakapan Kristus dengan Nikodemus (3:1-21)  127 

II. Kesaksian Yohanes tentang Kristus (3:22-36) 167 

PASAL 4  195 

I. Perjalanan Kristus ke Galilea (4:1-3) 196 

II. Kristus di Sumur Samaria (4:4-26)  200  

III. Kristus di Sumur Samaria (4:27-42) 234 

IV. Anak Lelaki Pegawai Istana Disembuhkan (4:43-54) 258 


PASAL 5  273 

I. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-16) 273 

II. Percakapan Kristus dengan Orang-orang Yahudi; 

 Seluruh Penghakiman Diserahkan kepada Kristus;  

 Inti Kekristenan (5:17-30) 293 

III. Kristus Membuktikan Pengutusan-Nya; 

 Ketidaksetiaan Orang-orang Yahudi Dikecam (5:31-47) 319 

PASAL 6  345 

I. Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang (6:1-14)  345 

II. Yesus Berjalan di Atas Air (6:15-21) 358 

III. Percakapan Kristus dengan Orang Banyak (6:22-27) 366 

IV. Kristus yaitu  Roti Sejati yang Turun dari Sorga;  

 Kristus Menyambut Semua Orang yang Datang  

 kepada-Nya; Perlunya Menyantap Kristus,  

 Sang Roti Hidup (6:28-59) 375 

V. Percakapan Kristus dengan Murid-murid-Nya; 

 Pengaruh Percakapan Kristus; Watak Yudas (6:60-71) 415 

PASAL 7  433 

I. Percakapan Kristus dengan Saudara-saudara-Nya; 

 Desas-desus mengenai Kristus (7:1-13) 434 

II. Kristus pada Perayaan Pondok Daun (7:14-36) 449 

III. Undangan Injil (7:37-44) 480 

IV. Kesaksian Penjaga-penjaga tentang Kristus (7:45-53) 492 

PASAL 8  505 

I. wanita  yang Kedapatan Berbuat Zinah (8:1-11) 505 

II. Yesus yaitu  Terang Dunia; Keabsahan Kesaksian  

 Yesus tentang Diri-Nya (8:12-20) 524 

III. Yesus Menubuatkan Kembalinya Dia kepada Bapa  

 (8:21-30) 536 

IV. Kebenaran yang Memerdekakan (8:31-37) 553 

V. Anak-anak Abraham dan Anak-anak Iblis (8:38-47) 568 

VI. Kristus Menghormati Bapa (8:48-50) 589 

VII. Yesus Sudah Ada Sebelum Abraham (8:51-59) 594 


PASAL 9  617 

I. Orang yang Buta Sejak Lahir Disembuhkan 

 (9:1-7) 617 

II. Orang yang Buta Sejak Lahir Disembuhkan 

 (9:8-12) 633 

III. Orang-orang Farisi Menggerutu: Teguran terhadap  

 Gerutuan Mereka Itu (9:13-34) 638 

IV. Percakapan Kristus dengan Orang yang Tadinya 

 Buta Itu (9:35-38) 674 

V. Percakapan Yesus dengan Orang-orang Farisi (9:39-41) 680 

PASAL 10 685 

I. Gembala yang Baik (10:1-18) 685 

II. Pendapat-pendapat Orang mengenai Kristus (10:19-21) 713 

III. Perdebatan Kristus dengan Orang-orang Yahudi  

 (10:22-38) 715 

IV. Kristus Menyepi ke Seberang Sungai Yordan (10:39-42) 738 

PASAL 11  745 

I. Kematian Lazarus (11:1-16) 746  

II. Kristus di Betania (11:17-32) 766 

III. Kristus di Kubur Lazarus; Kebangkitan Lazarus  

 (11:33-44) 787   

IV. Perundingan Kaum Farisi; Nubuat Kayafas; 

 Persekongkolan Melawan Kristus (11:45-57) 810 

 

   

artikel  yang sedang Anda pegang ini yaitu  salah satu bagian dari 

Tafsiran Alkitab dari Matthew Henry yang secara lengkap men-

cakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Untuk edisi bahasa 

Indonesianya, tafsiran tersebut diterbitkan dalam bentuk kitab per 

kitab. Injil  Yohanes merupakan kitab keempat yang diterbitkan da-

lam bahasa Indonesia. sebab  cukup tebal maka penerbitan Injil  

Yohanes ini dibagi menjadi dua jilid: Injil Yohanes 1-11 dan Injil 

Yohanes 12-21. 

Matthew Henry (1662-1714) yaitu  seorang Inggris yang mulai 

menulis Tafsiran Alkitab yang terkenal ini pada usia 21 tahun. Karya-

nya ini dianggap sebagai tafsiran Alkitab yang sarat makna dan sa-

ngat terkenal di dunia. 

Kekuatan terutama terletak pada nasi-

hat praktis dan saran pastoralnya. Tafsirannya mengandung banyak 

mutiara kebenaran yang segar dan sangat tepat. Walaupun ada 

cukup banyak kecaman di dalamnya, ia sendiri sebenarnya tidak per-

nah berniat menuliskan tafsiran yang demikian, seperti yang ber-

ulang kali ditekankannya sendiri. Beberapa pakar theologi seperti 

Whitefield dan Spurgeon selalu menggunakan tafsirannya ini dan me-

rekomendasikannya kepada orang-orang untuk mereka baca. White-

field membaca seluruh tafsirannya sampai empat kali; kali terakhir 

sambil berlutut. Spurgeon berkata, “Setiap hamba Tuhan harus 

membaca seluruh tafsiran ini dengan saksama, paling sedikit satu 

kali.” 

Sejak kecil Matthew sudah terbiasa menulis renungan atau ke-

simpulan Firman Tuhan di atas kertas kecil. Namun, baru pada ta-

hun 1704 ia mulai sungguh-sungguh menulis dengan maksud me-

nerbitkan tafsiran tersebut. Terutama menjelang akhir hidupnya, ia 

mengabdikan diri untuk menyusun tafsiran itu.  

artikel  pertama tentang Kitab Kejadian diterbitkan pada tahun 

1708 dan tafsiran tentang keempat Injil diterbitkan pada tahun 1710. 

Sebelum meninggal, ia sempat menyelesaikan tafsiran Kisah Para Ra-

sul. sesudah  kematiannya, Surat-surat dan Wahyu diselesaikan oleh 

13 orang pendeta berdasarkan catatan-catatan Matthew Henry yang 

telah disiapkannya sebelum meninggal. Edisi total seluruh kitab-

kitab diterbitkan pada tahun 1811.    

berulang kali direvisi dan dicetak ulang. 

artikel  itu juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti 

bahasa Belanda, Arab, Rusia, dan kini sedang diterjemahkan ke 

dalam bahasa Telugu dan Ivrit, yaitu bahasa Ibrani modern.  

Riwayat Hidup Matthew Henry 

Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. saat  itu gereja 

Anglikan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang 

memerintah pada masa itu yaitu  Raja Karel II, yang secara resmi 

diangkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan ke-

kuasaan gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sa-

ngat dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri 

dari gereja resmi. 

Puncak penganiayaan itu terjadi saat  pada 24 Agustus 1662 

lebih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah 

lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah.  

Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya, 

Philip Henry, yaitu  seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang-

kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan. 

sebab  Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya 

Philip Henry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men-

cari nafkah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati 

mengabdikan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan. 

Matthew yaitu  anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6 

tahun sebab  penyakit campak. saat  masih balita, Matthew sendiri 

juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut. 

Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-ma-

cam bakat, sangat cerdas, dan pintar. namun   yang lebih penting lagi, 

sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan 

mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga tahun 

saat  ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu mem-

berikan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.  

Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas-

nya di kemudian hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.  

Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani, 

Yunani, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat 

muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya. 

Pada tahun 1685, saat  berusia 23 tahun, Matthew pindah ke 

London, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas Lon-

don. Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya me-

nuruti saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa studi 

itu akan memberikan manfaat besar baginya sebab  keadaan di Ing-

gris pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya 

kaum Puritan. 

Beberapa tahun kemudian Matthew kembali ke kampung hala-

mannya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu-

dian, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar 

Broad Oak. Ia menyampaikan Firman Tuhan dengan penuh kuasa. 

Tidak lama sesudah  itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London 

dan satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. Sete-

lah berdoa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya 

memilih jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan 

sebagai pendeta di jemaat tersebut. Waktu itu Matthew berusia 25 ta-

hun. 

Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard-

ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa-

ngat harmonis dan baik sebab  didasarkan atas cinta dan iman ke-

pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu 

setengah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar. 

Segera sesudah  melahirkan seorang anak wanita , ia meninggal

pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak 

Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip, 

ayah Matthew. 

Tuhan   menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya. 

sesudah  satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya 

untuk menikah lagi. Pada Juli 1690, Matthew menikah dengan Mary 

Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi, 

yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu se-

tengah tahun, ia meninggal sebab  demam tinggi dan penyakit batuk 

rejan. Setahun kemudian mereka mendapat seorang anak wanita  

lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu kemudian. Betapa 

berat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini, 

Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam 

hidup atau hatinya yang memicu  kematian anak-anaknya. Ia 

mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak 

itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak 

lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru-

salem yang di sorga.” 

Beberapa waktu kemudian mereka mendapat seorang anak pe-

rempuan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber-

ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew 

Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari pernikahan 

pertama. 

Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester. 

Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk 

melayani di sana, namun   berulang kali ia menolak panggilan tersebut 

sebab  merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun 

akhirnya, ia yakin bahwa Tuhan   sendiri telah memanggilnya untuk 

menjadi hamba Tuhan di London, dan sebab  itu ia menyerah kepada 

kehendak Tuhan  .  

Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes, 

sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja 

dari pagi buta sampai larut malam, namun   menjelang akhir hayatnya 

ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh sebab  kesehatannya yang 

semakin menurun. 

Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester, 

tempat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9, 

“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat 

Tuhan  .” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan 

hari Minggu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene-

kankan hal perhentian di sorga supaya anak-anak Tuhan   dapat me-

nikmati kebersamaan dengan Tuhan.  

Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia 

sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi 

rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang 

mengabdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa-

ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan 

nafas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari 

kemudian di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil 

dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali 

perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah 

setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung 

jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba-

hagiaan tuanmu.” 

 

Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. 

Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Tuhan   kepada Yohanes, 

saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal 

sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari 

tiga murid Yesus yang diajak Yesus saat  Dia ingin menyendiri, 

terutama sekali saat  peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita 

di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bah-

wa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang 

lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, 

rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja 

mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas perminta-

an beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus 

yang memicu  perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang 

melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan 

besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, sebab  

di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya di-

tulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demi-

kian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh 

sebab  itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang 

mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuang-

annya, atau sesudah  kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun 

sesudah  Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan 

Injil ini ditulis sesudah  Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan 

ada yang mengatakan sesudah  Yohanes berumur seratus tahun. 

Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil 

dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes 

dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan: 

1. Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang 

lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil 

Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul 

akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasuk-

kan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir 

dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia 

ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32. 

2. Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis 

Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah me-

mang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka 

lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan 

diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, 

sesudah  semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga sak-

si, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh 

(Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, namun   

membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke 

dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa 

ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-

hal fisik dari Kristus, namun   Yohanes menulis ta pneumatika – 

hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa 

orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab 

Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka 

di sorga, dan suara pertama yang kita dengar yaitu  Naiklah 

ke mari!  naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsir-

kan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes se-

bagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka 

menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang ter-

bang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu ting-

gi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani. 

 

PASAL  1  

ujuan dan maksud utama dari pasal ini yaitu  untuk mene-

guhkan iman kita kepada Kristus sebagai Anak Tuhan   yang kekal, 

dan sebagai Mesias serta Juruselamat yang benar bagi dunia, agar 

kita menerima-Nya, bergantung kepada-Nya sebagai Nabi, Imam, dan 

Raja kita, serta menyerahkan diri kita untuk diatur, diajar, dan dise-

lamatkan oleh-Nya. Untuk memenuhi tujuan ini, kita melihat di sini:  

I. Kesaksian yang diberikan tentang Dia oleh penulis Injil ini 

sendiri sesuai dengan ilham yang didapatnya. Pada bagian 

awal, ia dengan indah memaparkan apa yang hendak dibuk-

tikannya dalam kitabnya secara keseluruhan (ay. 1-5, 10-14, 

dan 16-18).  

II.   Kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Dia (ay. 6-9 dan 15), 

namun   secara paling lengkap dan khusus ayat 19-37.  

III.  Penyataan-Nya tentang diri-Nya sendiri kepada Andreas dan 

Petrus (ay. 38-42), juga kepada Filipus dan Natanael (ay. 43-

51). 

Keilahian Kristus 

(1:1-5) 

1 Pada mulanya yaitu  Firman; Firman itu bersama-sama dengan Tuhan   dan 

Firman itu yaitu  Tuhan  . 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Tuhan  . 3 

Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang 

telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 4 Dalam Dia ada hidup dan hidup 

itu yaitu  terang manusia. 5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan 

kegelapan itu tidak menguasainya. 

Augustinus berkata (dalam de Civitate Dei [Kota Tuhan  ], lib. 10, cap. 

29) bahwa temannya, Simplisius, pernah bercerita kepadanya bahwa 

ia pernah mendengar seorang filsuf Platonis menyatakan bahwa ayat-

ayat pertama dari Injil Yohanes ini pantas dituliskan dalam huruf 

emas. Francis Junius, seorang cendekiawan, dalam kesaksiannya 

tentang perjalanan hidupnya sendiri, bercerita bagaimana dia pada 

masa mudanya diracuni dengan berbagai gagasan yang dibuat de-

ngan seenaknya mengenai agama, namun dengan anugerah Tuhan   dia 

secara menakjubkan dibawa kembali ke jalan yang benar sesudah  

secara kebetulan membaca ayat-ayat ini dalam Alkitab yang dengan 

sengaja ditaruh ayahnya di sebuah tempat yang akan dilaluinya. Ia 

berkata bahwa di dalam kitab itu ia melihat suatu keilahian yang be-

gitu jelas dinyatakan, serta kuasa dan keagungan yang begitu besar 

dalam gaya penulisannya, sehingga tubuhnya gemetar dan ia ter-

kesima sebab  begitu takjubnya, sampai-sampai sepanjang hari ia 

hampir tidak tahu lagi di mana ia berada atau apa yang sedang diker-

jakannya. Dari saat itulah ia memulai kehidupan barunya yang reli-

gius. Marilah kita selidiki apa gerangan yang ada  di dalam baris-

baris yang begitu penuh daya kekuatan itu. Penulis Injil ini di sini 

memaparkan kebenaran agung yang hendak dibuktikannya, bahwa 

Yesus Kristus yaitu  Tuhan  , satu dengan Bapa. 

Perhatikanlah:  

I.   Tentang siapa ia berbicara – Firman – ho logos. Ini merupakan 

ungkapan khas yang hanya ditemukan dalam tulisan-tulisan 

Yohanes (1Yoh. 1:1; 5:7; Why. 19:13). Namun sebagian orang juga 

berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Firman dalam Kisah 

Para Rasul 20:32, Ibrani 4:12, dan Lukas 1:2 yaitu  Kristus. 

Targum (yaitu terjemahan disertai tafsiran atas suatu bagian Per-

janjian Lama dalam bahasa Aram – pen.) sangat sering menyebut 

Mesias dengan Memra – Firman Yehova, dan saat  mereka ber-

bicara tentang banyak hal dalam Perjanjian Lama, mereka selalu 

menyamakan apa yang diperbuat Tuhan dengan apa yang diper-

buat oleh Firman Tuhan. Bahkan orang-orang Yahudi dari kalang-

an rakyat jelata diajar bahwa Firman Tuhan   itu sama dengan Tuhan  . 

Penulis Injil ini, dalam bagian penutup perkataannya (ay. 18), 

dengan jelas memberitahukan kepada kita mengapa ia menyebut 

Kristus Firman – sebab  Anak Tunggal Tuhan  , yang ada di pang-

kuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Firman memiliki  

pengertian ganda: logos endiathetos – firman yang dipikirkan dan 

logos prophorikos – firman yang diucapkan. Logos ho esō dan ho 

exō, ratio dan oratio – pikiran dan ucapan.  

1.  Ada firman yang dipikirkan, yang menghasilkan buah pikiran, 

yang merupakan hasil pemikiran yang pertama dan satu-satu-

nya yang hanya langsung dibuahkan oleh jiwa (jiwa melaku-

kan segala kegiatannya dengan pikiran), dan pikiran itu me-

nyatu dengan jiwa. Dengan demikian, tepatlah jika pribadi 

kedua dari Tuhan   Tritunggal disebut sebagai Firman, sebab Ia 

yaitu  Anak Tunggal Bapa, Hikmat dasar dan kekal yang 

dimiliki Tuhan, seperti halnya jiwa memiliki pikiran, pada per-

mulaan pekerjaan-Nya (Ams. 8:22). Tidak ada hal lain yang 

bisa kita yakini dengan lebih mantap selain dibandingkan  kenyata-

an bahwa kita berpikir, namun juga tidak ada hal lain yang 

lebih tidak kita pahami selain dibandingkan  pertanyaan bagaimana 

kita berpikir. Siapa yang bisa menunjukkan bagaimana pikiran 

dihasilkan dari dalam jiwa? Dengan demikian, bagaimana 

pikiran kekal dihasilkan dan dilahirkan tentu saja tanpa kesu-

litan boleh dipandang sebagai rahasia-rahasia agung keTuhan  -

an, yang dasarnya tidak dapat kita selami, namun kedalam-

annya tetap bisa kita kagumi.  

2.  Ada firman yang diucapkan, dan ini yaitu  perkataan, yang 

merupakan pertanda yang paling utama dan paling alami dari 

pikiran. Dengan demikian, Kristus yaitu  Firman, sebab de-

ngan perantaraan-Nyalah Tuhan   pada zaman akhir ini telah ber-

bicara kepada kita (Ibr. 1:2), dan memerintahkan kita untuk 

mendengarkan-Nya (Mat. 17:5). Ia telah memberitahukan pi-

kiran Tuhan   kepada kita, sama seperti perkataan atau ucapan 

seseorang memberitahukan pikiran-pikirannya, sejauh yang 

dikehendakinya, dan tidak lebih dibandingkan  itu. Kristus disebut 

sebagai seorang kudus yang berbicara (lihat catatan dalam 

Dan. 8:13), seorang yang membicarakan hal-hal yang tersem-

bunyi dan ajaib. Ia yaitu  Firman yang berbicara dari Tuhan   

kepada kita, dan kepada Tuhan   bagi kita. Yohanes Pembaptis 

yaitu  suara, namun   Kristus yaitu  Firman. Oleh sebab  Dia 

yaitu  Firman, maka Dia yaitu  Kebenaran, Amin, Saksi yang 

setia dari pikiran Tuhan  .      

II. Apa yang dikatakan sang penulis Injil ini tentang Kristus sudah 

cukup membuktikan secara mutlak dan tanpa bisa dibantah lagi 

bahwa Dia yaitu  Tuhan  .  

Penulis Injil ini menegaskan:   

1.  Keberadaan-Nya pada awal mulanya: Pada mulanya yaitu  

Firman. Hal ini berbicara tentang keberadaan-Nya bukan ha-

nya sebelum Ia menjelma menjadi manusia melainkan juga se-

belum segala waktu. Pada permulaan waktu, saat  semua 

makhluk diciptakan dan dijadikan, Firman kekal ini sudah 

ada. Dunia ada dari awal mula, namun   Firman ada di dalam 

awal mula. Kekekalan biasanya diungkapkan dengan keber-

adaan sebelum dunia dijadikan. Kekekalan Tuhan   juga digam-

barkan demikian (Mzm. 90:2), sebelum gunung-gunung dilahir-

kan; begitu pula dalam Amsal 8:23. Firman sudah ada sebe-

lum awal mula dunia. Ia pada awal mulanya tidak pernah mu-

lai ada, dan sebab  itu Ia selalu ada, achronos – tanpa permu-

laan waktu, begitulah menurut Nonnus. 

2.  Keberadaan-Nya yang bersama-sama dengan Bapa: Firman itu 

bersama-sama dengan Tuhan   dan Firman itu yaitu  Tuhan  . Ja-

nganlah ada orang yang berkata bahwa saat  kita mengun-

dang mereka kepada Kristus, kita menjauhkan mereka dari 

Tuhan  , sebab Kristus bersama-sama dengan Tuhan   dan Ia ada-

lah Tuhan  . Hal ini diulangi lagi dalam ayat 2: Ia, yang kita per-

cayai dan beritakan, pada mulanya bersama-sama dengan 

Tuhan  , yaitu bahwa, Ia bersama-sama dengan Tuhan   sejak dari 

kekekalan. Pada mulanya dunia berasal dari Tuhan  , sebab 

dunia diciptakan oleh-Nya; namun   Firman berada bersama-

sama dengan Tuhan  , senantiasa bersama-Nya.  

Firman itu bersama-sama dengan Tuhan  :  

(1) Dalam hal hakikat dan substansi (sifat yang hakiki), sebab 

Firman itu yaitu  Tuhan  . Ia merupakan suatu pribadi atau 

substansi tersendiri, sebab Ia bersama-sama dengan Tuhan  . 

Namun demikian, dalam hal subtansi atau sifat hakiki, Ia 

sama dengan Tuhan  , sebab Ia yaitu  Tuhan   (Ibr. 1:3).  

(2) Dalam hal kepuasan dan kebahagiaan. Ada kemuliaan dan 

kebahagiaan yang dimiliki Kristus bersama-sama dengan 

Tuhan   sebelum dunia ada (17:5). Sang Anak menikmati ke-

bahagiaan-Nya dengan sempurna di pangkuan Bapa-Nya, 

dan Ia menjadi kesukaan Bapa-Nya, Anak kesayangan-Nya 

(Ams. 8:30).  

(3) Dalam hal kebijaksanaan dan rancangan. Rahasia pene-

busan manusia yang dilaksanakan oleh Firman yang men-

jelma ini tersembunyi di dalam Tuhan   sebelum segala sesua-

tu diciptakan (Ef. 3:9). Ia yang membawa kita kepada Tuhan   

(1Ptr. 3:18), Ia sendiri sudah bersama-sama dengan Tuhan   

sejak dari kekekalan. Dengan demikian, perkara agung 

mengenai pendamaian manusia dengan Tuhan   ini dilaksana-

kan atas mufakat antara Bapa dan Anak sejak dari keke-

kalan, dan di dalamnya mereka memahami satu sama lain 

dengan sempurna (Za. 6:13; Mat. 11:27). Ia ada serta-Nya 

sebagai Anak kesayangan untuk melaksanakan tugas ini 

(Ams. 8:30). Ia bersama-sama dengan Tuhan  , dan oleh ka-

rena itu Ia dikatakan lahir dari Bapa.  

3. Tugas-Nya dalam menciptakan dunia (ay. 3).  

Di sini hal tersebut:  

(1) Dinyatakan dengan tegas: Segala sesuatu dijadikan oleh 

Dia. Ia bersama-sama dengan Tuhan  , tidak hanya bersama-

sama dengan Dia sehingga Ia mengenal kebijaksanaan-ke-

bijaksanaan ilahi sejak dari kekekalan, namun   juga turut 

berperan dalam pekerjaan-pekerjaan ilahi pada permulaan 

waktu. Aku ada serta-Nya (Ams. 8:30). Tuhan   menciptakan 

dunia dengan firman (Mzm. 33:6) dan Kristus yaitu  Fir-

man itu. Oleh Dialah, bukan sebagai alat yang lebih rendah 

melainkan sebagai rekan pelaku yang sederajat, Tuhan   men-

jadikan alam semesta (Ibr. 1:2), dan bukan seperti tukang 

yang memotong kayu dengan kampaknya melainkan seper-

ti tubuh yang melihat dengan matanya.  

(2) Hal yang sebaliknya disangkal: Tanpa Dia tidak ada suatu 

pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan, mulai 

dari malaikat yang paling tinggi sampai pada cacing yang 

paling hina. Tuhan   Bapa tidak melakukan hal apa pun 

tanpa Dia dalam pekerjaan penciptaan itu.  

Sekarang perhatikanlah:  

[1] Hal ini membuktikan bahwa Ia yaitu  Tuhan  , sebab Ia 

yang membangun segala sesuatu ialah Tuhan   (Ibr. 3:4).

Tuhan   Israel sering kali membuktikan diri-Nya sebagai 

Tuhan   dengan mengatakan hal ini, bahwa Ia menjadikan 

segala sesuatu (Yes. 40:12, 28; 41:4; dan lihat Yer. 

10:11-12).  

[2] Hal ini membuktikan keunggulan agama Kristen, bahwa 

pencipta dan pendiri agama tersebut yaitu  Dia yang 

sama yang merupakan pencipta dan pendiri dunia. 

Pastilah, betapa unggulnya segala ajaran dan ketetapan 

agama tersebut, sebab  semuanya berasal dari Dia yang 

merupakan sumber dari segala keunggulan! saat  kita 

menyembah Kristus, kita menyembah Dia yang kepada-

Nya bapa-bapa leluhur orang Yahudi memberikan peng-

hormatan sebagai Pencipta dunia, dan yang kepada-Nya 

semua makhluk ciptaan bergantung.  

[3] Hal ini menunjukkan betapa Dia sangat memenuhi sya-

rat untuk melaksanakan pekerjaan penebusan dan ke-

selamatan kita. Pertolongan bagi kita itu diserahkan ke-

pada Dia yang sungguh berkuasa, sebab pertolongan itu 

diserahkan kepada Dia yang menjadikan segala sesua-

tu. Dia yang ditunjuk sebagai pembawa kebahagiaan 

kita yaitu  juga pencipta keberadaan kita.  

4.  Asal mula hidup dan terang yang ada dalam diri-Nya: Dalam 

Dia ada hidup (ay. 4). Hal ini lebih jauh membuktikan bahwa 

Dia yaitu  Tuhan  , dan bahwa di dalam segala hal Ia memenuhi 

syarat untuk melakukan tugas-Nya, sebab:  

(1)  Ia memiliki  hidup dalam diri-Nya sendiri. Ia bukan ha-

nya Tuhan   yang benar melainkan juga Tuhan   yang hidup. 

Tuhan   yaitu  hidup. Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri ke-

tika Ia berkata, “Demi Aku yang hidup.”  

(2) Segala makhluk memiliki  hidup mereka di dalam Dia. 

Bukan hanya semua bahan ciptaan dibuat oleh-Nya, me-

lainkan juga semua hidup yang ada di dalam makhluk cip-

taan berasal dari-Nya dan ditopang oleh-Nya. Firman Tuhan  -

lah yang menghasilkan makhluk hidup yang berkeriapan 

(Kej. 1:20; Kis. 17:25). Dialah Firman yang dengan-Nya ma-

nusia hidup lebih dibandingkan  dengan roti (Mat. 4:4).  

(3) Makhluk-makhluk yang berakal memiliki  terang dari-

Nya. Hidup yang yaitu  terang manusia berasal dari-Nya. 

Hidup yang ada di dalam manusia merupakan sesuatu 

yang lebih besar dan lebih mulia dibandingkan  hidup yang ada 

di dalam makhluk-makhluk lain. Manusia bukan sekadar 

makhluk hewani, namun   juga makhluk yang berakal budi. 

saat  manusia menjadi jiwa yang hidup, hidupnya yaitu  

terang, dan inilah kemampuan-kemampuannya yang mem-

bedakannya dari, serta memuliakannya di atas, binatang-

binatang yang binasa. Roh manusia yaitu  pelita TUHAN, 

dan Firman yang kekTuhan   yang menyalakan pelita ini. 

Terang akal budi, dan juga hidup indrawi, berasal dari-Nya 

dan bergantung kepada-Nya. Hal ini membuktikan bahwa 

Dia sungguh pantas melaksanakan pekerjaan bagi kesela-

matan kita, sebab hidup dan terang, yaitu hidup dan te-

rang yang sifatnya rohani serta kekal, merupakan dua hal 

yang dibutuhkan oleh manusia yang jatuh, yang begitu 

diperbudak oleh kuasa maut dan kegelapan. Dari siapa lagi 

kita dapat mengharapkan terang pewahyuan ilahi yang 

lebih baik selain dari Dia yang memberi kita terang akal 

budi manusiawi? Dan kalau Tuhan   sudah memberi kita 

hidup jasmani, dan bahwa hidup itu ada di dalam Anak-

Nya, betapa kita harus dengan mudah menerima kesaksian 

Injil bahwa Ia telah memberi kita hidup kekal, dan bahwa 

hidup itu pun ada di dalam Anak-Nya! 

5.  Penyataan mengenai Dia kepada anak-anak manusia. Mung-

kin di sini ada orang yang berkeberatan, bahwa jika Firman 

yang kekal ini sudah ada dan turut serta dalam semua pencip-

taan dunia seperti itu, mengapa Ia begitu sedikit diperhatikan 

dan dipedulikan? Untuk menanggapinya, penulis Injil ini men-

jawab (ay. 5), terang itu bercahaya, dan kegelapan itu tidak 

menguasainya (KJV: “Terang itu bercahaya, namun kegelapan 

itu tidak memahaminya” – pen.).  

Perhatikanlah:  

(1) Penyingkapan Firman yang kekal kepada dunia yang hi-

lang, bahkan sebelum Ia menjelma menjadi daging: Terang 

itu bercahaya di dalam kegelapan. Terang sudah terbukti 

dengan sendirinya, dan akan membuat dirinya diketahui 

semua orang. Terang ini, yang darinya terang manusia ber-

asal, telah bercahaya dan akan terus bercahaya. 

[1] Firman yang kekal, sebagai Tuhan  , bercahaya di dalam 

kegelapan hati nurani yang duniawi. Walaupun manusia 

dengan kejatuhannya menjadi gelap, apa yang dapat 

diketahui tentang Tuhan   dinyatakan kepada mereka (Rm. 

1:19-20). Terang kodrati yaitu  terang yang bercahaya 

di dalam kegelapan ini. Secara bawaan seluruh umat 

manusia sadar akan sesuatu mengenai kuasa Firman 

ilahi, baik sebagai Firman yang menciptakan maupun 

yang memerintah. Kalau bukan sebab  terang ini, bumi 

akan menjadi neraka, tempat kegelapan yang sangat 

pekat. Namun terpujilah Tuhan  , bumi belum menjadi 

tempat seperti itu.  

[2] Firman yang kekal, sebagai Pengantara, bercahaya di 

dalam kegelapan perlambangan dan pertanda Perjanjian 

Lama, dalam berbagai nubuat dan janji tentang Mesias 

sejak dari awal. Dia yang telah memerintahkan terang 

dunia ini untuk bercahaya dari dalam kegelapan, Dia 

juga yang merupakan terang yang sudah lama berca-

haya di dalam kegelapan. Ada selubung pada terang ini 

(2Kor. 3:13).   

(2) Ketidakmampuan dunia yang sudah merosot untuk mene-

rima penyingkapan tentang Firman kekal ini: Kegelapan itu 

tidak menguasainya (atau memahaminya, terjemahan KJV – 

pen.). Sebagian besar umat manusia menerima anugerah 

Tuhan   mengenai penyingkapan ini dengan sia-sia.  

[1] Dunia umat manusia tidak memahami terang kodrati 

yang ada dalam akal budi mereka, sebab  itu pikiran 

mereka tentang Tuhan   yang kekal dan Firman yang kekal 

(Rm. 1:21, 28) menjadi sia-sia. Kegelapan, kesalahan 

dan dosa sangat menguasai dan menutupi terang ini. 

Tuhan   berfirman dengan satu dua cara, namun   orang tidak 

memperhatikannya (Ayb. 33:14).  

[2] Orang Yahudi, yang memiliki  terang Perjanjian Lama 

sekalipun, tidak memahami Kristus di dalamnya. Seper-

ti halnya ada selubung pada wajah Musa, demikian 

pula ada selubung di dalam hati mereka. Dalam kege-

lapan berbagai pertanda dan bayang-bayang peristiwa 

yang dinubuatkan terang itu bercahaya. Akan namun  , 

betapa gelapnya akal budi mereka itu sampai tidak bisa 

melihat terang itu. Oleh sebab  itu, Kristus harus da-

tang, baik untuk meluruskan berbagai kesalahan bang-

sa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan   maupun untuk 

membetulkan kebenaran-kebenaran jemaat Yahudi. 

Yohanes Pembaptis Saksi Firman; Inkarnasi Firman  

(1:6-14) 

6 Datanglah seorang yang diutus Tuhan  , namanya Yohanes; 7 ia datang seba-

gai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia se-

mua orang menjadi percaya. 8 Ia bukan terang itu, namun   ia harus memberi 

kesaksian tentang terang itu. 9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi 

setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. 10 Ia telah ada di dalam dunia 

dan dunia dijadikan oleh-Nya, namun   dunia tidak mengenal-Nya. 11 Ia datang 

kepada milik kepunyaan-Nya, namun   orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak 

menerima-Nya. 12 namun   semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa 

supaya menjadi anak-anak Tuhan  , yaitu mereka yang percaya dalam nama-

Nya; 13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, 

bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari 

Tuhan  . 14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita 

telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya 

sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. 

Penulis Injil ini bermaksud memperkenalkan Yohanes Pembaptis se-

bagai seorang yang memberikan kesaksian yang mulia tentang Yesus 

Kristus. Sekarang, dalam perikop ini, sebelum si penulis Injil ini 

melakukan hal tersebut: 

I. Ia memberi kita suatu penjelasan mengenai saksi yang hendak 

ditampilkannya. Namanya Yohanes, yang berarti penuh belas 

kasih, baik hati. Tindak tanduknya tegas, keras, namun hatinya 

penuh dengan kebaikan.  

Sekarang perhatikanlah:  

1.  Kita diberi tahu di sini mengenai dia secara umum, bahwa dia 

yaitu  seorang yang diutus Tuhan  . Penulis Injil ini telah berkata 

tentang Yesus Kristus bahwa Ia ada bersama-sama dengan 

Tuhan   dan bahwa Ia yaitu  Tuhan  . Namun di sini, mengenai 

Yohanes, ia berkata bahwa ia yaitu  seorang manusia, hanya 

manusia saja. Tuhan   berkenan berbicara kepada kita melalui 

manusia seperti kita sendiri. Yohanes yaitu  seorang yang be-

sar, namun ia tetaplah seorang manusia, seorang anak manu-

sia. Ia diutus Tuhan  , ia seorang pembawa pesan dari Tuhan  , 

demikianlah ia disebutkan (Mal. 3:1). Tuhan   memberikannya 

tugas perutusan-Nya maupun pesan-Nya, mandat-Nya mau-

pun perintah-Nya. Yohanes tidak membuat mujizat apa pun, 

tidak pula kita dapati dia pernah diberi penglihatan dan pe-

wahyuan. Akan namun  , keketatan dan kemurnian hidup dan 

ajarannya, serta pengaruh langsung yang ditimbulkannya un-

tuk memperbaharui dunia maupun untuk menghidupkan 

kembali kepentingan-kepentingan kerajaan Tuhan   di antara 

manusia, merupakan tanda-tanda yang jelas bahwa dia diutus 

Tuhan  . 

2.  Kita diberi tahu di sini apa jabatan dan pekerjaannya (ay. 7): Ia 

datang sebagai saksi, saksi mata, saksi utama. Ia datang eis 

martyrian – untuk memberikan kesaksian. Ketetapan-ketetapan 

hukum Taurat telah lama merupakan kesaksian akan Tuhan   di 

dalam jemaat Yahudi. Melalui ketetapan-ketetapan itu, agama 

wahyu tetap dijaga dan dipelihara. Oleh sebab  itulah kita da-

pat membaca tentang kemah kesaksian, tabut hukum, hukum 

dan kesaksian. Akan namun  , sekarang pewahyuan ilahi akan 

disampaikan melalui sarana lain. Sekarang kesaksian Kristus 

yaitu  kesaksian Tuhan   (1Kor. 1:6; 2:1). Di antara bangsa-

bangsa yang tidak mengenal Tuhan  , Tuhan   bukannya tidak me-

nyatakan diri-Nya tanpa saksi (Kis. 14:17), hanya saja di an-

tara mereka itu belum ada yang memberikan kesaksian 

tentang Sang Penebus. saat  itu ada kesenyapan yang begitu 

lengang tentang Sang Penebus ini, sampai kemudian Yohanes 

Pembaptis datang untuk memberikan kesaksian tentang-Nya.  

Sekarang perhatikanlah:  

(1) Perihal kesaksiannya: Ia datang untuk memberi kesaksian 

tentang terang itu. Terang yaitu  sesuatu yang memberikan 

kesaksian tentang dirinya sendiri, yang membawa bukti 

keberadaannya bersama dirinya sendiri. Akan namun  , bagi 

orang-orang yang menutup mata terhadap terang itu, ha-

ruslah ada orang lain yang memberikan kesaksian tentang 

terang itu kepada mereka. Terang Kristus tidak membutuh-

kan kesaksian manusia, namun   kegelapan dunia membu-

tuhkannya. Yohanes di sini berbuat seperti seorang penjaga 

malam yang pergi meronda keliling kota sambil menyeru-

kan datangnya cahaya pagi kepada orang-orang yang su-

dah menutup mata dan tidak mau mengamati sendiri da-

tangnya cahaya itu. Atau seperti seorang penjaga malam 

yang pergi berkeliling untuk mengatakan kepada orang-

orang yang bertanya kepadanya apakah malam masih 

lama, dan kapan pagi akan datang, dan ia menjawab me-

reka, jika kamu mau bertanya, datanglah bertanya sekali 

lagi (Yes. 21:11-12). Dia diutus Tuhan   untuk menyatakan 

kepada dunia bahwa Sang Mesias yang sudah lama di-

nanti-nantikan kini telah datang, dan Dia akan menjadi 

terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain 

dan menjadi kemuliaan bagi umat-Nya Israel, dan untuk 

menyatakan bahwa waktunya kini sudah dekat saat  

kehidupan dan kekekalan akan diperlihatkan dengan lebih 

jelas kepada semua orang.  

(2) Tujuan kesaksiannya: Supaya oleh dia semua orang men-

jadi percaya, bukan percaya kepadanya melainkan percaya 

kepada Kristus, yang jalan-Nya harus dipersiapkan olehnya 

dalam tugas perutusannya. Ia mengajarkan orang-orang 

untuk memandang melalui dia, melewati dia, untuk kemu-

dian datang kepada Kristus, melewati ajaran pertobatan 

dari dosa menuju ajaran iman di dalam Kristus. Ia mem-

persiapkan orang-orang untuk menerima dan menyambut 

Kristus serta Injil-Nya, dengan menyadarkan mereka agar 

mereka memandang dan merasakan betapa jahatnya dosa, 

dan supaya, saat  mata mereka sudah terbuka, mereka 

bisa menyambut pancaran-pancaran cahaya ilahi yang, di 

dalam pribadi dan ajaran Sang Mesias, siap menyinari 

wajah mereka. Jika saja mereka mau menerima kesaksian 

manusia ini, mereka pasti akan segera mendapati bahwa 

kesaksian Tuhan   sungguh jauh lebih besar (1Yoh. 5:9; Yoh. 

10:41). Perhatikanlah, kesaksian Yohanes dimaksudkan 

agar oleh dia semua orang menjadi percaya, tanpa menge-

cualikan seorang pun dari dampak-dampak pelayanannya 

yang baik dan menguntungkan itu, kecuali kalau ada orang 

sendiri yang tidak mau menerimanya, seperti yang dilaku-

kan orang banyak, yang menolak kebijaksanaan Tuhan   se-

hingga merugikan diri mereka sendiri, dan dengan demi-

kian menerima anugerah Tuhan   dengan sia-sia.

3.  Kita di sini diperingatkan agar tidak keliru menganggap dia se-

bagai terang, sebab dia hanyalah seorang yang datang untuk 

memberikan kesaksian tentang terang itu (ay. 8): Ia bukan 

terang yang dinantikan dan dijanjikan itu, melainkan hanya 

diutus untuk memberikan kesaksian tentang terang yang 

besar dan berkuasa itu. Ia yaitu  bintang, seperti bintang 

yang menuntun orang-orang majus kepada Kristus, bintang 

fajar, namun   ia bukanlah Sang Surya. Ia bukan Sang Mempelai 

laki-laki itu, melainkan seorang sahabat Mempelai laki-laki, 

bukan Raja, melainkan pendahulu-Nya. Ada orang-orang yang 

berhenti hanya sampai pada baptisan Yohanes, dan tidak 

berusaha mencari lebih jauh lagi, seperti orang-orang Efesus 

itu (Kis. 19:3). Untuk meluruskan kesalahan ini, penulis Injil 

ini di sini, sekalipun berbicara dengan sangat hormat tentang 

Yohanes, tetap menunjukkan bahwa ia harus memberikan 

tempat bagi Kristus. Sebagai nabi dari Yang Mahatinggi, ia se-

orang yang besar, namun   ia bukanlah Yang Mahatinggi itu sen-

diri. Perhatikanlah, kita harus berjaga-jaga untuk tidak terlalu 

berlebihan menghargai hamba-hamba Tuhan, sama seperti 

untuk tidak terlalu meremehkan mereka. Mereka bukanlah 

tuan kita, mereka juga tidak memiliki  kekuasaan atas iman 

kita, mereka hanyalah hamba-hamba yang melaluinya kita 

percaya, para bendahara di dalam rumah Tuhan kita. Kita 

tidak boleh menyerahkan diri kita secara buta kepada apa 

yang mereka perbuat, sebab mereka bukanlah terang itu, 

namun kita harus mendengarkan dan menerima kesaksian 

mereka, sebab mereka diutus untuk memberikan kesaksian 

tentang terang itu. Oleh sebab nya, marilah kita menghargai 

mereka, dan janganlah kita berbuat sebaliknya. Seandainya 

Yohanes berpura-pura menjadi terang itu, maka dia bukanlah 

saksi yang setia tentang terang itu. Orang-orang yang meram-

pas kehormatan Kristus akan kehilangan kehormatan mereka 

sendiri sebagai hamba-hamba Kristus. Namun Yohanes sung-

guh-sungguh melakukan tugasnya sebagai saksi bagi terang 

itu, meskipun ia sendiri bukanlah terang itu. Orang-orang 

yang bersinar hanya dengan cahaya pinjaman dapat membawa 

manfaat yang sangat besar bagi kita. 

II.  Sebelum melanjutkan dengan kesaksian Yohanes, si penulis Injil 

kembali memberi kita penjelasan lebih lanjut tentang Yesus ini, 

yang untuk-Nya Yohanes bersaksi. sesudah  pada awal pasal ia me-

nunjukkan kemuliaan-kemuliaan keTuhan  an-Nya, ia di sini mem-

perlihatkan keagungan-keagungan inkarnasi-Nya dan kebaikan-

kebaikan-Nya kepada manusia sebagai Sang Pengantara.  

1.  Kristus yaitu  Terang yang sesungguhnya (ay. 9). Ini tidak 

berarti bahwa Yohanes Pembaptis yaitu  terang yang palsu, 

namun   bahwa, dibandingkan dengan Kristus, ia yaitu  terang 

yang sangat kecil. Kristus yaitu  Terang besar yang memang 

pantas disebut demikian. Terang-terang yang lain disebut 

sebagai terang hanya secara kiasan dan samar-samar: Kristus-

lah Terang yang sesungguhnya. Sumber segala pengetahuan 

dan segala penghiburan haruslah merupakan terang yang se-

sungguhnya. Ia yaitu  Terang yang sesungguhnya, dan untuk 

membuktikannya kita tidak diperintahkan untuk melihat bias-

bias kemuliaan-Nya di dalam dunia yang tidak kelihatan (pan-

caran-pancaran cahaya yang dengannya Ia menerangi dunia 

itu), namun   untuk melihat pancaran-pancaran sinar-Nya yang 

dipantulkan ke bawah, dan yang dengannya dunia kita yang 

gelap ini diterangi. Akan namun  , bagaimanakah Kristus mene-

rangi semua orang yang datang ke dalam dunia?  

(1) Dengan kuasa penciptaan-Nya Ia menerangi semua orang 

dengan terang akal budi. Hidup yang yaitu  terang manu-

sia berasal dari-Nya. Semua pengetahuan dan tuntunan 

akal budi, semua penghiburan yang diberikannya kepada 

kita, dan semua keindahan yang ditampilkannya kepada 

kita, berasal dari Kristus. 

(2) Dengan pemberitaan Injil-Nya kepada segala bangsa Ia pun 

menerangi semua orang. Yohanes Pembaptis yaitu  se-

buah terang, namun   ia hanya menerangi Yerusalem dan 

Yudea, dan daerah di sekitar Yordan, seperti pelita yang 

hanya menerangi satu ruangan. namun   Kristus yaitu  

Terang yang sesungguhnya, sebab Ia yaitu  terang yang 

menerangi bangsa-bangsa. Injil kekal-Nya yaitu  untuk 

diberitakan kepada semua bangsa dan bahasa (Why. 14:6). 

Seperti matahari yang menerangi setiap orang yang mau 

membuka matanya, dan kemudian menerima terangnya 

(Mzm. 19:7), seperti itulah pemberitaan Injil dibandingkan 

(Rm. 10:18). Pewahyuan ilahi kini tidak terbatas, seperti 

sebelum-sebelumnya, hanya pada satu bangsa, namun   ha-

rus disebarkan kepada semua bangsa (Mat. 5:15).  

(3) Dengan pekerjaan Roh dan anugerah-Nya Ia menerangi 

semua orang yang mendapat pencerahan untuk memper-

oleh keselamatan, dan mereka yang tidak diterangi oleh-

Nya akan binasa dalam kegelapan. Terang pengetahuan 

tentang kemuliaan Tuhan   dikatakan ada pada wajah Kristus, 

dan terang ini yaitu  terang yang pada mulanya diperin-

tahkan untuk bersinar dari dalam kegelapan itu, dan yang 

menerangi semua orang yang datang ke dalam dunia. Te-

rang apa pun yang dimiliki manusia berasal dari Kristus, 

dan mereka berutang kepada-Nya untuk itu, entah itu 

terang alami atau terang adikodrati. 

2.  Kristus telah ada di dalam dunia (ay. 10). Ia telah ada di dalam 

dunia sebagai Firman yang paling hakiki, sebelum inkarnasi-

Nya, dan menopang segala sesuatu. Namun demikian, ayat ini 

berbicara tentang keberadaan-Nya di dalam dunia saat  Ia 

mengambil sifat kita, dan diam di antara kita (16:28). Aku 

datang ke dalam dunia. Anak Yang Mahatinggi telah ada di sini 

di dunia bawah ini, terang itu telah ada di dalam dunia yang 

gelap ini, yang kudus itu telah ada di dalam dunia yang ber-

dosa dan tercemar ini. Ia meninggalkan dunia yang penuh 

dengan kebahagiaan dan kemuliaan, dan berada di sini di 

dalam dunia yang menyedihkan dan sengsara ini. Ia berusaha 

mendamaikan dunia dengan Tuhan  , dan oleh sebab  itu Ia ada 

di dunia, untuk mengurus dan menyelesaikan permasalahan 

itu, untuk memenuhi keadilan Tuhan   bagi dunia, dan untuk 

mengungkapkan kebaikan Tuhan   kepada dunia. Ia telah ada di 

dalam dunia, namun   Ia bukan dari dunia, dan Ia berbicara 

dengan nada kemenangan saat  berkata, “Dan Aku tidak ada 

lagi di dalam dunia” (17:11). Kehormatan yang paling besar 

yang pernah diberikan kepada dunia ini, yang merupakan 

bagian alam semesta yang begitu hina dan tidak berarti ini, 

yaitu  bahwa Anak Tuhan   pernah berada di dalamnya. Dan 

seperti halnya kita harus mengerahkan segala perhatian dan 

pikiran kita kepada perkara-perkara yang di atas sebab  di 

sanalah Kristus berada, demikian pula kita harus bisa berda-

mai dengan tempat tinggal kita sekarang di dunia ini sebab  

dulu Kristus pernah berada di sini. Ia pernah ada di dalam 

dunia untuk sementara, namun   keberadaan-Nya itu dikatakan 

sebagai sesuatu yang sudah berlalu. Demikian pula yang se-

gera akan dikatakan tentang kita, bahwa dulunya kita pernah 

ada di dalam dunia. Oh, semoga saja saat  kita tidak lagi 

berada di sini kita boleh berada di tempat Kristus berada!  

Sekarang perhatikanlah di sini:  

(1) Alasan apa yang membuat Kristus berharap bahwa Ia akan 

disambut dengan sangat mesra dan hormat di dunia ini: 

sebab dunia dijadikan oleh-Nya. Oleh sebab  itu, Ia datang 

untuk menyelamatkan dunia yang terhilang sebab dunia 

itu yaitu  hasil ciptaan-Nya sendiri. Mengapakah Ia tidak 

boleh peduli untuk menghidupkan kembali terang yang 

pernah dinyalakan-Nya sendiri, memulihkan hidup yang 

pernah diembuskan-Nya sendiri, dan memperbaharui gam-

bar dan rupa yang pada awal mula pernah dibentuk-Nya 

sendiri? Dunia dijadikan oleh-Nya, dan sebab  itu dunia 

haruslah menyembah-Nya.  

(2) Dinginnya sambutan yang diterima-Nya, kendati dengan 

semua itu: Dunia tidak mengenal-Nya. Sang Pencipta, Pe-

nguasa, dan Penebus dunia yang agung itu telah ada di da-

lam dunia, namun hanya sedikit atau bahkan tidak ada 

sama sekali penduduk dunia yang menyadarinya. Lembu 

mengenal pemiliknya, namun   dunia yang lebih biadab ini 

tidak mengenal-Nya. Mereka tidak mengakui-Nya, tidak 

menyambut-Nya, sebab  mereka tidak mengenal-Nya, dan 

mereka tidak mengenal-Nya sebab  Ia tidak menunjukkan 

diri-Nya dengan cara yang mereka harapkan – dalam ke-

muliaan dan kemegahan lahiriah. Kerajaan-Nya datang 

tanpa tanda-tanda lahiriah, sebab  kerajaan itu akan men-

jadi kerajaan yang mendatangkan penghakiman. saat  

nanti Ia datang sebagai Hakim, pada saat itulah dunia 

akan mengenal-Nya.   

3.  Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya (ay. 11), bukan hanya 

kepada dunia, yang yaitu  kepunyaan-Nya, melainkan juga 

kepada umat Israel, yang secara khusus merupakan kepu-

nyaan-Nya di atas umat-umat lain. Dari merekalah Ia datang, 

di antara merekalah Ia hidup, dan kepada merekalah Ia per-

tama-tama diutus. Orang-orang Yahudi pada waktu itu meru-

pakan kaum yang rendah dan hina, mahkota mereka telah 

diambil dari kepala mereka, namun, dengan mengingat kove-

nan yang sudah dibuat-Nya pada waktu dulu, sejahat dan 

semelarat apa pun mereka, Kristus tidaklah malu memandang 

mereka sebagai milik kepunyaan-Nya. Ta idia – barang-barang 

kepunyaan-Nya, bukan tous idious – orang-orang kepunyaan-

Nya, seperti yang disebutkan demikian tentang orang-orang 

percaya yang sejati (13:1). Orang-orang Yahudi yaitu  milik 

kepunyaan-Nya, seperti halnya rumah, tanah, dan barang se-

seorang dikatakan sebagai kepunyaannya, yang dipergunakan 

dan disimpannya sebagai barang miliknya. namun  , orang-orang 

percaya yaitu  milik kepunyaan-Nya, seperti halnya istri dan 

anak-anak seseorang dikatakan sebagai kepunyaannya, yang 

dikasihi dan disayanginya. Ia datang kepada milik kepunyaan-

Nya, untuk mencari dan menyelamatkan mereka, sebab  me-

reka yaitu  milik kepunyaan-Nya. Ia diutus kepada domba 

yang hilang dari umat Israel, sebab Dialah yang memiliki  

domba itu. 

Sekarang perhatikanlah:      

(1) Bahwa orang-orang pada umumnya menolak-Nya: Orang-

orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Ia mempu-

nyai alasan untuk berharap bahwa orang-orang yang ada-

lah milik kepunyaan-Nya itu akan menyambut-Nya, meng-

ingat betapa besarnya kewajiban-kewajiban yang harus 

mereka laksanakan terhadap-Nya, dan betapa baiknya ke-

sempatan-kesempatan yang mereka miliki untuk bisa me-

ngenal-Nya. Mereka memiliki  sabda-sabda Tuhan  , yang 

sudah memberi tahu mereka sebelumnya kapan dan di 

mana mereka harus menantikan-Nya, dan dari suku serta 

keluarga apa Ia akan muncul. Ia mendatangi mereka sen-

diri, memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai tanda dan 

mujizat, dan dari semua tanda dan mujizat itu Dia sendiri-

lah yang terbesar. Oleh sebab  itu, tidak dikatakan tentang 

mereka, seperti yang dikatakan tentang dunia (ay. 10), bah-

wa bukannya mereka tidak mengenal-Nya; orang-orang ke-

punyaan-Nya tidak bisa tidak pasti mengenal-Nya, tapi 

mereka tidak menerima-Nya. Mereka tidak menerima ajar-

an-Nya, tidak menyambut-Nya sebagai Mesias, namun   ma-

lah mengeraskan hati mereka terhadap-Nya. Imam-imam 

kepala, yang dalam hal tertentu yaitu  orang-orang kepu-

nyaan-Nya (sebab orang Lewi yaitu  suku Tuhan  ), justru 

merupakan biang keladi dalam segala penghinaan yang di-

berikan kepada-Nya ini. Nah, perbuatan mereka ini sung-

guh tidak adil, mereka yaitu  orang-orang kepunyaan-Nya, 

jadi seharusnya Ia berhak mendapatkan penghormatan dari 

mereka. Apa yang mereka lakukan itu sungguh jahat dan 

tidak tahu berterima kasih. Ia datang dengan maksud un-

tuk mencari dan menyelamatkan mereka, jadi patutlah bila 

Ia menghendaki penghormatan dari mereka. Perhatikanlah, 

banyak orang mengaku milik Kristus, namun tidak mene-

rima-Nya, sebab  mereka tidak mau meninggalkan dosa-

dosa mereka, atau membiarkan Dia bertakhta di dalam hati 

mereka.    

(2) Bahwa kendati demikian, masih ada suatu sisa (umat ter-

sisa) yang mengakui-Nya dan setia kepada-Nya. Meskipun 

orang-orang kepunyaan-Nya tidak menerima-Nya, masih 

ada mereka yang menerima-Nya (ay. 12): namun   semua 

orang yang menerima-Nya. Meskipun Israel tidak dikumpul-

kan, Kristus dipermuliakan. Meskipun sebagai suatu bang-

sa, orang Yahudi tetap tidak mau percaya dan binasa da-

lam ketidakpercayaan mereka, ada banyak di antara mere-

ka yang mau berserah kepada Kristus, dan ada lebih ba-

nyak lagi yang berserah kepada-Nya yang bukan dari ka-

wanan domba itu.  

Perhatikanlah di sini:   

[1] Gambaran dan ciri-ciri orang Kristen sejati, yaitu bahwa 

ia menerima Kristus dan percaya pada nama-Nya. Yang 

disebut terakhir, yaitu percaya pada nama-Nya, men-

jelaskan yang pertama, yaitu menerima Kristus. Per-

hatikanlah, pertama, menjadi orang Kristen memang 

berarti percaya pada nama Kristus. Menjadi orang 

Kristen berarti setuju dengan apa yang diungkapkan 

Injil, dan menerima pernyataan Injil tentang Dia. Nama-

Nya yaitu  Firman Tuhan  , Raja segala raja, TUHAN ke-

adilan kita, Yesus Sang Juruselamat. Nah, percaya ke-

pada nama-Nya berarti mengakui bahwa Ia yaitu  

benar-benar seperti apa yang digambarkan dalam na-

ma-nama yang besar tadi, dan menerima kebenarannya, 

agar Ia juga menjadi demikian bagi kita. Kedua, percaya 

dalam nama Kristus berarti menerima Dia sebagai pem-

berian atau karunia dari Tuhan  . Kita harus menerima 

ajaran-Nya sebagai ajaran yang benar dan baik, mene-

rima hukum-Nya sebagai hukum yang adil dan kudus, 

menerima tawaran-tawaran-Nya sebagai tawaran-tawar-

an yang baik dan menguntungkan, dan kita harus me-

nerima gambaran anugerah-Nya, serta kesan-kesan 

yang mendalam dari kasih-Nya, sebagai prinsip utama 

yang mengatur segala perasaan dan perbuatan kita.   

[2] Orang Kristen sejati memiliki  martabat dan kehor-

matan yang berganda sifatnya:  

Pertama, hak istimewa untuk diangkat menjadi anak, 

yang membuat mereka termasuk sebagai anak-anak 

Tuhan  : namun   semua orang yang menerima-Nya diberi-

Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Tuhan  . Sampai 

pada saat itu, pengangkatan anak hanya berlaku bagi 

orang-orang Yahudi (Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang 

sulung), namun   sekarang, melalui iman di dalam Kristus, 

orang-orang bukan-Yahudi juga yaitu  anak-anak Tuhan   

(Gal. 3:26). Mereka diberi kuasa, exousian – wewenang, 

sebab tidak seorang pun yang bisa mengambil kuasa itu 

bagi dirinya sendiri, selain diberi wewenang melalui 

ketetapan Injil. Kepada mereka Ia memberikan hak, 

kepada mereka Ia memberikan keutamaan ini. Kuasa ini 

dimiliki oleh orang-orang kudus.  

Perhatikanlah:  

1.  Keistimewaan tidak terkira bagi orang-orang Kristen 

yang baik yaitu  bahwa mereka menjadi anak-anak 

Tuhan  . Asalnya mereka yaitu  anak-anak yang harus 

dimurkai, anak-anak dunia ini. Namun, sebagai 

anak-anak Tuhan  , mereka sungguh menjadi demi-

kian, dibuat menjadi demikian, yaitu sebagai anak-

anak Tuhan  . Fiunt, non nascuntur Christiani – orang 

tidak dilahirkan sebagai Kristen, namun   dibuat men-

jadi Kristen – Tertullian. Lihatlah, betapa besarnya 

kasih Tuhan   ini (1Yoh. 3:1). Tuhan   menyebut mereka 

anak-anak-Nya, dan mereka menyebut-Nya Bapa, 

dan mereka berhak mendapatkan segala hak isti-

mewa sebagai anak, dalam jalan-jalan mereka mau-

pun atas rumah mereka.  

2.  Hak istimewa untuk diangkat menjadi anak ini selu-

ruhnya terjadi hanya sebab  Yesus Kristus. Ia mem-

berikan kuasa ini kepada mereka yang percaya 

kepada nama-Nya. Tuhan   yaitu  Bapa-Nya, dan de-

ngan demikian Ia juga Bapa kita. sebab  kita ini 

mempelai-Nya dan bersatu dengan Dia, maka kita 

pun memiliki  hubungan dengan Tuhan   sebagai 

Bapa. Di dalam Kristuslah kita ditentukan dari se-

mula untuk menjadi anak-anak-Nya. Dari-Nyalah kita 

menerima baik itu sifat maupun Roh yang menjadi-

kan kita sebagai anak-anak Tuhan  , dan Ia yaitu  

yang sulung di antara banyak saudara. Anak Tuhan   

menjadi Anak manusia agar anak-anak manusia 

boleh menjadi anak-anak Tuhan   yang Mahakuasa. 

Kedua, hak istimewa untuk dilahirkan kembali (ay. 

13): Yang diperanakkan. Perhatikanlah, semua anak 

Tuhan   dilahirkan kembali, semua yang diangkat menjadi 

anak diperbaharui kembali hidupnya. Perubahan yang 

nyata ini, kelahiran kembali, selalu mengiringi perubah-

an yang sementara itu, yaitu pembaharuan hidup. Keti-

ka Tuhan   menganugerahkan kepada kita martabat seba-

gai anak, Ia juga menciptakan sifat dan kecenderungan 

anak di dalam diri kita. Manusia tidak dapat melakukan 

hal yang demikian saat  mereka mengangkat anak. 

Nah, di sini kita memiliki  penjelasan tentang asal 

usul kelahiran baru ini.  

1. Dalam bentuk pengingkaran. (1) Kelahiran baru ini 

tidak diturunkan melalui kelahiran yang alami dari 

orangtua kita. Kita diperanakkan bukan dari darah 

atau dari daging, atau dari benih yang fana (1Ptr. 

1:23). Manusia disebut darah dan daging sebab  

dari situlah ia berasal, namun   kita tidak menjadi 

anak-anak Tuhan   dengan cara yang sama seperti kita 

menjadi anak-anak dari orangtua kita di dunia. Per-

hatikanlah, anugerah tidak mengalir di dalam darah, 

seperti halnya pencemaran. Manusia yang sudah 

tercemar memperanakkan seorang anak menurut 

rupa dan gambarnya (Kej. 5:3), namun   manusia yang 

sudah dikuduskan dan diperbaharui tidak memper-

anakkan seorang anak dalam rupa dan gambar itu. 

Orang-orang Yahudi sangat membangga-banggakan 

leluhur mereka, dan darah biru yang mengalir di 

dalam nadi mereka: Kami keturunan Abraham, dan 

sebab  itu mereka pikir merekalah yang berhak di-

angkat menjadi anak-anak, sebab mereka terlahir 

dari darah itu. Akan namun  , pengangkatan anak da-

lam Perjanjian Baru ini tidak didasarkan pada hu-

bungan kekerabatan yang alami seperti itu. (2) Kela-

hiran baru ini tidak dihasilkan oleh kekuatan alami 

dari kehendak kita sendiri. Oleh sebab  kelahiran ini 

bukan dari darah atau dari daging, demikian pula 

kelahiran ini bukan dari keinginan seorang laki-laki, 

yang bersusah payah di dalam ketidakmampuannya 

secara moral untuk tetap melakukan apa yang baik. 

Dengan demikian, prinsip-prinsip hidup ilahi tidak-

lah ditanam oleh kita sendiri, namun   anugerah Tuhan  -

lah yang membuat kita mau menjadi milik kepunya-

an-Nya. Hukum-hukum dan karya-karya tulis ma-

nusia juga tidak dapat menyucikan dan memper-

baharui jiwa, sebab seandainya bisa, maka kelahiran 

baru terjadi sebab  kehendak manusia. namun  , 

2.  Dalam bentuk penegasan: kelahiran baru berasal 

dari Tuhan  . Kelahiran baru ini terjadi sebab  firman 

Tuhan   sebagai sarananya (1Ptr. 1:23), dan sebab  

Roh Tuhan   sebagai penciptanya yang tunggal dan 

agung. Orang-orang percaya yang sejati lahir dari 

Tuhan   (1Yoh. 3:9; 5:1). Dan hal ini penting bagi peng-

angkatan mereka sebagai anak, sebab kita tidak 

dapat mengharapkan kasih Tuhan   jika kita tidak 

memiliki  suatu keserupaan dengan Dia, dan kita 

juga tidak dapat menuntut hak istimewa kita untuk 

diangkat menjadi anak jika kita tidak tunduk pada 

kuasa pembaharuan hidup (regenerasi).   

4.  Firman itu telah menjadi manusia (ay. 14). Pernyataan ini 

mengungkapkan inkarnasi Kristus dengan lebih jelas dibandingkan  

apa yang sudah dikatakan sebelumnya. Sebelumnya, dengan 

hadirat ilahi-Nya Ia selalu ada di dalam dunia, dan dengan 

nabi-nabi-Nya Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya. namun   

sekarang, saat waktunya sudah genap, Ia diutus dengan cara 

yang berbeda, Ia lahir dari seorang wanita  (Gal. 4:4). Tuhan   

menyatakan diri-Nya di dalam daging, sesuai dengan iman dan 

pengharapan Ayub yang suci, dengan dagingku aku akan 

melihat Tuhan   (Ayb. 19:26, terjemahan KJV – pen.).  

Perhatikanlah di sini:    

(1)  Sifat kemanusiaan Kristus yang menyelubungi diri-Nya, dan 

hal ini diungkapkan dalam dua cara. 

[1] Firman itu telah menjadi manusia. sebab  anak-anak itu, 

yang akan menjadi anak-anak Tuhan  , yaitu  anak-anak 

dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama 

dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan 

mereka (Ibr. 2:14). Para penganut ajaran Sosinian sepa-

kat bahwa Kristus yaitu  Tuhan   sekaligus manusia, te-

tapi menurut mereka, Ia yaitu  manusia, dan baru ke-

mudian diangkat menjadi Tuhan  , seperti Musa (Kel. 7:1). 

Hal ini bertentangan langsung dengan apa yang dikata-

kan Yohanes di sini, yaitu bahwa Theos ēn – Ia yaitu  

Tuhan  , namun   sarxegeneto – Ia telah menjadi manusia. 

Bandingkanlah hal ini dengan ayat 1. Ini menunjukkan 

bukan hanya bahwa Ia benar-benar dan sungguh-sung-

guh manusia, melainkan juga bahwa Ia membuat diri-

Nya tunduk pada segala kesengsaraan dan penderitaan 

manusia. Ia telah menjadi daging, bagian yang paling 

hina dari manusia. Daging berbicara tentang manusia 

yang lemah, dan Dia disalibkan oleh sebab  kelemahan 

(2Kor. 13:4). Daging berbicara tentang manusia yang 

fana dan akan mati (Mzm. 78:39), dan Kristus telah di-

bunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia (1Ptr. 

3:18). Bahkan, daging berbicara tentang manusia yang 

tercemar oleh dosa (Kej. 6:3), dan Kristus, meskipun se-

penuhnya kudus dan tidak jahat, tampil serupa dengan 

daging yang dikuasai dosa (Rm. 8:3), dan dibuat men-

jadi dosa sebab  kita (2Kor. 5:21). saat  Adam telah 

berdosa, Tuhan   berkata kepadanya, engkau debu, bukan 

hanya sebab  ia terbuat dari debu, melainkan juga ka-

rena oleh dosa ia telah tenggelam ke dalam debu. Keja-

tuhannya benar-benar sōmatoun tēn psychēn – meng-

ubahnya secara keseluruhan menjadi tubuh, membuat-

nya bersifat duniawi, seperti tanah. Oleh sebab  itu, Ia 

yang telah dijadikan kutuk bagi kita dibuat menjadi da-

ging, dan dijatuhkan hukuman atas dosa di dalam da-

ging (Rm. 8:3). Takjublah akan hal ini, bahwa Firman 

yang kekal mau menjadi daging, padahal daging dipan-

dang sebagai sesuatu yang sangat buruk; bahwa Ia 

yang menjadikan segala sesuatu dibuat menjadi daging 

itu sendiri, salah satu hal yang paling hina, dan tunduk 

pada sesuatu yang jauh ada di bawah-Nya. Suara yang 

mengantarkan Injil berseru, “Seluruh umat manusia 

yaitu  seperti rumput” (Yes. 40:6), dan ini membuat ka-

sih Sang Penebus terasa lebih menakjubkan lagi, sebab 

untuk menebus dan menyelamatkan kita Ia dibuat 

menjadi daging dan layu seperti rumput. Akan namun  , 

Firman Tuhan, yang dibuat menjadi daging, tetap untuk 

selamanya. saat  menjadi daging, Ia tidak berhenti 

menjadi Firman Tuhan  .   

[2] Ia diam di antara kita, di sini di dunia bawah ini. Sete-

lah mengambil rupa dan sifat manusia, Ia menempat-

kan diri-Nya pada tempat dan keadaan manusia-manu-

sia yang lain. Firman bisa saja menjadi manusia dan 

diam di antara para malaikat. Namun tidak demikian 

halnya dengan Dia. sesudah  mengambil tubuh yang 

sama dengan tubuh kita, di dalam tubuh itu pula Ia 

datang dan berdiam di dunia yang sama dengan kita. Ia 

diam di antara kita, kita yang yaitu  cacing-cacing di 

bumi, kita yang sama sekali tidak dibutuhkan-Nya, kita 

yang tidak dapat memberi-Nya manfaat apa-apa, kita 

yang cemar dan bejat, dan yang telah memberontak 

terhadap Tuhan  . Tuhan Tuhan   datang dan diam bahkan di 

antara para pemberontak (Mzm. 68:19). Ia yang telah 

diam di antara para malaikat, makhluk yang mulia dan 

sempurna itu, kini datang dan diam di antara kita yang 

yaitu  keturunan ular beludak, kita yang yaitu  orang-

orang berdosa, dan ini lebih buruk bagi-Nya dibandingkan  

bagi Daud yang berdiam di Mesekh dan Kedar, atau 

bagi Yehezkiel yang berdiam di antara kalajengking, 

atau bagi jemaat di Pergamus yang berdiam di tempat 

takhta Iblis. Apabila kita melihat dunia atas, dunia roh, 

kita akan tersadar betapa hina dan menjijikkannya da-

ging ini, tubuh ini, yang selalu kita bawa-bawa bersama 

kita, dan dunia yang ke dalamnya kita dilemparkan ini, 

dan betapa sulitnya rasanya untuk berdamai dengan 

tubuh dan dunia ini! Namun demikian, kini Firman ke-

kal telah dibuat menjadi manusia, mengenakan tubuh 

seperti kita dan diam di dunia ini seperti kita, dan 

dengan begitu Ia telah memberikan penghormatan ke-

pada tubuh maupun dunia kita ini; jadi sebab  itulah, 

kita juga harus mau tinggal di dalam daging selama 

Tuhan   memiliki  pekerjaan untuk kita lakukan di da-

lamnya. Kristus sendiri pun diam di dunia bawah ini, 

seburuk apa pun dunia itu, sampai Ia menuntaskan 

apa yang harus dikerjakan-Nya di situ (17:4). Ia diam di 

antara orang-orang Yahudi, supaya nubuat Alkitab 

digenapi, hendaklah ia tinggal dalam kemah-kemah Sem 

(Kej. 9:27; Za. 2:10). Meskipun orang Yahudi tidak baik 

hati terhadap-Nya, Ia tetap diam di antara mereka. 

Meskipun (seperti yang dikatakan oleh beberapa penulis 

kuno) Ia diundang oleh Abgarus raja Edes dan dijanji-

kan perlakuan yang lebih baik, Ia tidak berpindah ke 

bangsa lain mana pun. Ia diam di antara kita. Ia ada di 

dalam dunia, bukan sebagai pelancong yang menginap 

hanya untuk semalam, namun   Ia diam di antara kita, 

untuk tinggal dalam waktu lama. Amati kata aslinya di 

sini, eskēnōsen en hēmin – Ia diam di antara kita, Ia 

diam seperti dalam sebuah kemah, yang menunjukkan, 

Pertama, bahwa Ia diam di sini dalam keadaan yang 

sangat hina, seperti para gembala yang diam di tenda-

tenda. Ia tidak diam di antara kita seperti di dalam 

istana, namun   seperti di dalam tenda, sebab Ia tidak 

memiliki  tempat untuk meletakkan kepala-Nya, dan 

selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat 

lain. Kedua, bahwa kedudukan-Nya di sini yaitu  seba-

gai seorang prajurit. Para prajurit diam di tenda-tenda. 

Sejak dari dulu Ia menyatakan perang terhadap ketu-

runan ular, dan kini Ia sendiri maju ke medan pertem-

puran, menaikkan panji-Nya, dan memasang tenda-Nya, 

siap bertempur. Ketiga, bahwa kediaman-Nya di antara 

kita tidaklah untuk selamanya. Ia diam di sini seperti di 

dalam tenda, tidak seperti di dalam rumah. Para bapa 

leluhur orang Yahudi, saat  berdiam di kemah-kemah, 

mengakui bahwa mereka yaitu  orang asing dan pen-

datang di bumi ini, dan mencari-cari negeri yang lebih 

baik. Begitu pula dengan Kristus di sini, yang mening-

galkan contoh bagi kita (Ibr. 13:13-14). Keempat, bahwa 

seperti halnya pada waktu dulu Tuhan   diam di dalam 

kemah suci Musa, dengan shekinah (kemuliaan dalam 

bahasa Ibrani – pen.) di antara dua kerub, begitu pula 

sekarang Ia diam di dalam sifat kemanusiaan Kristus, 

yang kini merupakan shekinah yang sesungguhnya, 

tanda kehadiran Tuhan   secara khusus. Dengan demi-

kian, kita dapat menyampaikan segala permohonan kita 

kepada Tuhan   melalui Kristus, serta untuk menerima 

sabda-sabda Tuhan   dari Dia. 

(2) Pancaran-pancaran kemuliaan ilahi-Nya yang terpantul me-

lalui selubung daging ini: Kita telah melihat kemuliaan-Nya, 

yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak 

Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Mata-

hari masih merupakan sumber terang meskipun tertutup 

oleh gerhana atau awan, begitu pula Kristus masih meru-

pakan cahaya yang cemerlang dari kemuliaan Bapa-Nya, 

bahkan saat  Ia diam di antara kita di dunia bawah ini. 

Betapapun rendahnya orang-orang Yahudi memandang 

Dia, masih ada orang yang bisa melihat-Nya menembus 

selubung itu.  

Perhatikanlah:  

[1] Siapa saksi-saksi atas kemuliaan ini: kita, para murid 

dan pengikut-Nya, yang bergaul bebas dan akrab de-

ngan-Nya, kita yang di antaranya Ia diam. Kelemahan 

orang biasanya akan tampak bagi orang-orang yang sa-

ngat akrab dengan mereka, namun tidak demikian de-

ngan Kristus. Orang-orang yang paling akrab dengan-

Nya justru melihat kemuliaan-Nya yang agung. Seperti 

halnya dengan ajaran-Nya, murid-murid-Nya mengeta-

hui rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya, se-

dangkan orang lain hanya mengetahuinya melalui selu-

bung perumpamaan-perumpamaan, demikian pula de-

ngan pribadi-Nya, mereka melihat kemuliaan keilahian-

Nya, sedangkan orang lain hanya melihat selubung sifat 

kemanusiaan-Nya. Ia menyatakan diri-Nya kepada me-

reka, dan bukan kepada dunia. Saksi-saksi ini sangat 

bisa dipercaya dan jumlah mencukupi sebagai saksi, 

dua belas semuanya, sekelompok juri yang juga berpe-

ran sebagai saksi. Mereka yaitu  orang-orang yang po-

los dan jujur, dan jauh dari segala kemungkinan untuk 

membuat rencana jahat atau persekongkolan. 

[2] Bukti apa yang mereka miliki tentang kemuliaan itu: 

Kita telah melihat kemuliaan-Nya. Bukti yang mereka 

miliki tidak didasarkan pada laporan orang lain, atau 

dari pihak kedua, namun   mereka sendirilah yang meru-

pakan para saksi mata atas bukti-bukti yang mereka 

pakai untuk membangun kesaksian bahwa Ia yaitu  

Anak Tuhan   yang hidup: Kita telah melihat kemuliaan-

Nya. Kata “melihat” yang digunakan di sini menggam-

barkan suatu pandangan mata yang tetap dan terus-

menerus, yang memberi mereka kesempatan untuk 

membuat pengamatan dengan baik. Rasul ini sendiri 

menjelaskan hal ini: Apa yang kami beritakan kepada 

kamu tentang Firman yang hidup yaitu  apa yang telah 

kami lihat dengan mata kami dan apa yang telah kami 

saksikan (1Yoh. 1:1). 

[3] Apa kemuliaan itu: kemuliaan yang diberikan kepada-

Nya sebagai Anak Tunggal Bapa. Kemuliaan Firman 

yang menjadi manusia yaitu  kemuliaan-Nya sebagai 

Anak Tunggal Bapa, dan bukan untuk yang lain. 

Perhatikanlah:   

Pertama, Yesus Kristus yaitu  Anak Tunggal Bapa. 

Orang-orang percaya yaitu  anak-anak Tuhan   melalui 

kebaikan khusus yang mengangkat mereka menjadi 

anak dan melalui anugerah khusus kelahiran kembali 

(regenerasi). Keberadaan mereka itu berdasarkan peng-

ertian homoiousioi – dari kodrat ilahi yang serupa (2Ptr. 

1:4), dan memiliki gambaran kesempurnaan-Nya. Akan 

namun  , keberadaan Kristus berdasarkan homousios – 

kodrat yang sama, Ia sendiri merupakan ungkapan 

gambaran pribadi-Nya dan merupakan Anak Tuhan   me-

lalui asal yang kekal. Para malaikat yaitu  anak-anak 

Tuhan  , namun   Ia tidak pernah berkata kepada satu pun 

dari antara mereka, “Engkau telah Kuperanakkan pada 

hari ini” (Ibr. 1:5).  

Kedua, Ia dengan jelas dinyatakan sebagai Anak 

Tunggal Bapa, melalui apa yang terlihat dalam kemulia-

an-Nya saat  Ia diam di antara kita. Meskipun Ia 

mengambil rupa sebagai hamba dalam hal-hal lahiriah, 

rupa-Nya dalam hal anugerah-anugerah ilahi yaitu  

seperti orang keempat yang berada di dalam perapian 

yang menyala-nyala, seperti anak dewa. Kemuliaan 

ilahi-Nya tampak dalam kekudusan dan keilahian ajar-

an-Nya, dalam mujizat-mujizat-Nya yang membuat 

orang banyak mengakui bahwa Ia yaitu  Anak Tuhan  . 

Kemuliaan-Nya tampak dalam kemurnian, kebaikan, 

dan kegunaan dari seluruh perbuatan dan tindak-tan-

duk-Nya. Kebaikan Tuhan   yaitu  kemuliaan-Nya, dan Ia 

berjalan berkeliling untuk berbuat baik. Ia berbicara 

dan berbuat segala sesuatu sebagai Tuhan   yang berin-

karnasi. Mungkin penulis Injil ini secara khusus berpi-

kir tentang kemuliaan-Nya saat  Ia berubah rupa, yang 

telah disaksikannya sendiri (2Ptr. 1:16-18). Sebutan 

Tuhan   bagi-Nya bahwa Dia yaitu  Anak yang dikasihi-

Nya, yang kepada-Nyalah Dia berkenan menunjukkan 

bahwa Dia yaitu  Anak Tunggal Bapa. Namun demi-

kian, bukti yang seutuhnya mengenai ini yaitu  ke-

bangkitan-Nya. 

[4] Keuntungan apa yang dipetik oleh orang-orang yang di 

antara mereka Ia diam. Ia diam di antara mereka, penuh 

kasih karunia dan kebenaran. saat  dahulu Tuhan   diam 

di dalam kemah suci, yang ada yaitu  hukum Taurat, 

namun   sekarang di antara orang-orang ini, yang ada 

yaitu  kasih karunia. Di dalam kemah suci itu hanya 

ada bayangan mengenai apa yang akan terjadi kemu-

dian, sementara yang ada sekarang kebenaran yang se-

sungguhnya. Firman yang menjelma ini dalam segala 

hal sungguh memenuhi syarat untuk menjalankan tu-

gas-Nya sebagai Pengantara, sebab Ia penuh kasih karu-

nia dan kebenaran, dua hal besar yang sangat dibu-

tuhkan oleh manusia yang jatuh; dan ini, seperti juga 

kuasa dan keagungan ilahi yang tampak dalam diri-

Nya, membuktikan bahwa Dia yaitu