Yohanes 1-16 1
Tafsiran Injil Yohanes
PASAL 1 1
I. Keilahian Kristus (1:1-5) 1
II. Yohanes Pembaptis Saksi Firman; Inkarnasi Firman
(1:6-14) 9
III. Kesaksian Yohanes tentang Kristus (1:15-18) 27
IV. Kesaksian Yohanes tentang Kristus; Yohanes Diperiksa
oleh Imam-imam (1:19-28) 39
V. Kesaksian Yohanes tentang Kristus (1:29-36) 50
VI. Panggilan kepada Andreas dan Petrus (1:37-42) 62
VII. Panggilan kepada Filipus dan Natanael (1:43-51) 71
PASAL 2 87
I. Kristus Mengubah Air Menjadi Anggur (2:1-11) 87
II. Para Pedagang di Bait Suci Diusir; Kematian dan
Kebangkitan Kristus Diberitahukan (2:12-22) 106
III. Keberhasilan Pelayanan Kristus (2:23-25) 123
PASAL 3 127
I. Percakapan Kristus dengan Nikodemus (3:1-21) 127
II. Kesaksian Yohanes tentang Kristus (3:22-36) 167
PASAL 4 195
I. Perjalanan Kristus ke Galilea (4:1-3) 196
II. Kristus di Sumur Samaria (4:4-26) 200
III. Kristus di Sumur Samaria (4:27-42) 234
IV. Anak Lelaki Pegawai Istana Disembuhkan (4:43-54) 258
PASAL 5 273
I. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-16) 273
II. Percakapan Kristus dengan Orang-orang Yahudi;
Seluruh Penghakiman Diserahkan kepada Kristus;
Inti Kekristenan (5:17-30) 293
III. Kristus Membuktikan Pengutusan-Nya;
Ketidaksetiaan Orang-orang Yahudi Dikecam (5:31-47) 319
PASAL 6 345
I. Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang (6:1-14) 345
II. Yesus Berjalan di Atas Air (6:15-21) 358
III. Percakapan Kristus dengan Orang Banyak (6:22-27) 366
IV. Kristus yaitu Roti Sejati yang Turun dari Sorga;
Kristus Menyambut Semua Orang yang Datang
kepada-Nya; Perlunya Menyantap Kristus,
Sang Roti Hidup (6:28-59) 375
V. Percakapan Kristus dengan Murid-murid-Nya;
Pengaruh Percakapan Kristus; Watak Yudas (6:60-71) 415
PASAL 7 433
I. Percakapan Kristus dengan Saudara-saudara-Nya;
Desas-desus mengenai Kristus (7:1-13) 434
II. Kristus pada Perayaan Pondok Daun (7:14-36) 449
III. Undangan Injil (7:37-44) 480
IV. Kesaksian Penjaga-penjaga tentang Kristus (7:45-53) 492
PASAL 8 505
I. wanita yang Kedapatan Berbuat Zinah (8:1-11) 505
II. Yesus yaitu Terang Dunia; Keabsahan Kesaksian
Yesus tentang Diri-Nya (8:12-20) 524
III. Yesus Menubuatkan Kembalinya Dia kepada Bapa
(8:21-30) 536
IV. Kebenaran yang Memerdekakan (8:31-37) 553
V. Anak-anak Abraham dan Anak-anak Iblis (8:38-47) 568
VI. Kristus Menghormati Bapa (8:48-50) 589
VII. Yesus Sudah Ada Sebelum Abraham (8:51-59) 594
PASAL 9 617
I. Orang yang Buta Sejak Lahir Disembuhkan
(9:1-7) 617
II. Orang yang Buta Sejak Lahir Disembuhkan
(9:8-12) 633
III. Orang-orang Farisi Menggerutu: Teguran terhadap
Gerutuan Mereka Itu (9:13-34) 638
IV. Percakapan Kristus dengan Orang yang Tadinya
Buta Itu (9:35-38) 674
V. Percakapan Yesus dengan Orang-orang Farisi (9:39-41) 680
PASAL 10 685
I. Gembala yang Baik (10:1-18) 685
II. Pendapat-pendapat Orang mengenai Kristus (10:19-21) 713
III. Perdebatan Kristus dengan Orang-orang Yahudi
(10:22-38) 715
IV. Kristus Menyepi ke Seberang Sungai Yordan (10:39-42) 738
PASAL 11 745
I. Kematian Lazarus (11:1-16) 746
II. Kristus di Betania (11:17-32) 766
III. Kristus di Kubur Lazarus; Kebangkitan Lazarus
(11:33-44) 787
IV. Perundingan Kaum Farisi; Nubuat Kayafas;
Persekongkolan Melawan Kristus (11:45-57) 810
artikel yang sedang Anda pegang ini yaitu salah satu bagian dari
Tafsiran Alkitab dari Matthew Henry yang secara lengkap men-
cakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Untuk edisi bahasa
Indonesianya, tafsiran tersebut diterbitkan dalam bentuk kitab per
kitab. Injil Yohanes merupakan kitab keempat yang diterbitkan da-
lam bahasa Indonesia. sebab cukup tebal maka penerbitan Injil
Yohanes ini dibagi menjadi dua jilid: Injil Yohanes 1-11 dan Injil
Yohanes 12-21.
Matthew Henry (1662-1714) yaitu seorang Inggris yang mulai
menulis Tafsiran Alkitab yang terkenal ini pada usia 21 tahun. Karya-
nya ini dianggap sebagai tafsiran Alkitab yang sarat makna dan sa-
ngat terkenal di dunia.
Kekuatan terutama terletak pada nasi-
hat praktis dan saran pastoralnya. Tafsirannya mengandung banyak
mutiara kebenaran yang segar dan sangat tepat. Walaupun ada
cukup banyak kecaman di dalamnya, ia sendiri sebenarnya tidak per-
nah berniat menuliskan tafsiran yang demikian, seperti yang ber-
ulang kali ditekankannya sendiri. Beberapa pakar theologi seperti
Whitefield dan Spurgeon selalu menggunakan tafsirannya ini dan me-
rekomendasikannya kepada orang-orang untuk mereka baca. White-
field membaca seluruh tafsirannya sampai empat kali; kali terakhir
sambil berlutut. Spurgeon berkata, “Setiap hamba Tuhan harus
membaca seluruh tafsiran ini dengan saksama, paling sedikit satu
kali.”
Sejak kecil Matthew sudah terbiasa menulis renungan atau ke-
simpulan Firman Tuhan di atas kertas kecil. Namun, baru pada ta-
hun 1704 ia mulai sungguh-sungguh menulis dengan maksud me-
nerbitkan tafsiran tersebut. Terutama menjelang akhir hidupnya, ia
mengabdikan diri untuk menyusun tafsiran itu.
artikel pertama tentang Kitab Kejadian diterbitkan pada tahun
1708 dan tafsiran tentang keempat Injil diterbitkan pada tahun 1710.
Sebelum meninggal, ia sempat menyelesaikan tafsiran Kisah Para Ra-
sul. sesudah kematiannya, Surat-surat dan Wahyu diselesaikan oleh
13 orang pendeta berdasarkan catatan-catatan Matthew Henry yang
telah disiapkannya sebelum meninggal. Edisi total seluruh kitab-
kitab diterbitkan pada tahun 1811.
berulang kali direvisi dan dicetak ulang.
artikel itu juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti
bahasa Belanda, Arab, Rusia, dan kini sedang diterjemahkan ke
dalam bahasa Telugu dan Ivrit, yaitu bahasa Ibrani modern.
Riwayat Hidup Matthew Henry
Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. saat itu gereja
Anglikan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang
memerintah pada masa itu yaitu Raja Karel II, yang secara resmi
diangkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan ke-
kuasaan gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sa-
ngat dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri
dari gereja resmi.
Puncak penganiayaan itu terjadi saat pada 24 Agustus 1662
lebih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah
lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah.
Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya,
Philip Henry, yaitu seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang-
kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan.
sebab Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya
Philip Henry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men-
cari nafkah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati
mengabdikan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan.
Matthew yaitu anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6
tahun sebab penyakit campak. saat masih balita, Matthew sendiri
juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut.
Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-ma-
cam bakat, sangat cerdas, dan pintar. namun yang lebih penting lagi,
sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan
mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga tahun
saat ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu mem-
berikan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.
Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas-
nya di kemudian hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.
Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani,
Yunani, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat
muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya.
Pada tahun 1685, saat berusia 23 tahun, Matthew pindah ke
London, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas Lon-
don. Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya me-
nuruti saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa studi
itu akan memberikan manfaat besar baginya sebab keadaan di Ing-
gris pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya
kaum Puritan.
Beberapa tahun kemudian Matthew kembali ke kampung hala-
mannya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu-
dian, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar
Broad Oak. Ia menyampaikan Firman Tuhan dengan penuh kuasa.
Tidak lama sesudah itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London
dan satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. Sete-
lah berdoa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya
memilih jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan
sebagai pendeta di jemaat tersebut. Waktu itu Matthew berusia 25 ta-
hun.
Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard-
ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa-
ngat harmonis dan baik sebab didasarkan atas cinta dan iman ke-
pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu
setengah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar.
Segera sesudah melahirkan seorang anak wanita , ia meninggal
pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak
Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip,
ayah Matthew.
Tuhan menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya.
sesudah satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya
untuk menikah lagi. Pada Juli 1690, Matthew menikah dengan Mary
Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi,
yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu se-
tengah tahun, ia meninggal sebab demam tinggi dan penyakit batuk
rejan. Setahun kemudian mereka mendapat seorang anak wanita
lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu kemudian. Betapa
berat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini,
Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam
hidup atau hatinya yang memicu kematian anak-anaknya. Ia
mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak
itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak
lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru-
salem yang di sorga.”
Beberapa waktu kemudian mereka mendapat seorang anak pe-
rempuan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber-
ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew
Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari pernikahan
pertama.
Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester.
Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk
melayani di sana, namun berulang kali ia menolak panggilan tersebut
sebab merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun
akhirnya, ia yakin bahwa Tuhan sendiri telah memanggilnya untuk
menjadi hamba Tuhan di London, dan sebab itu ia menyerah kepada
kehendak Tuhan .
Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes,
sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja
dari pagi buta sampai larut malam, namun menjelang akhir hayatnya
ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh sebab kesehatannya yang
semakin menurun.
Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester,
tempat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9,
“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat
Tuhan .” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan
hari Minggu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene-
kankan hal perhentian di sorga supaya anak-anak Tuhan dapat me-
nikmati kebersamaan dengan Tuhan.
Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia
sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi
rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang
mengabdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa-
ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan
nafas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari
kemudian di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil
dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah
setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba-
hagiaan tuanmu.”
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan.
Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Tuhan kepada Yohanes,
saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal
sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari
tiga murid Yesus yang diajak Yesus saat Dia ingin menyendiri,
terutama sekali saat peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita
di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bah-
wa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang
lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami,
rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja
mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas perminta-
an beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus
yang memicu perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang
melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan
besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, sebab
di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya di-
tulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demi-
kian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh
sebab itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang
mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuang-
annya, atau sesudah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun
sesudah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan
Injil ini ditulis sesudah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan
ada yang mengatakan sesudah Yohanes berumur seratus tahun.
Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil
dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes
dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
1. Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang
lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil
Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul
akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasuk-
kan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir
dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia
ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
2. Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis
Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah me-
mang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka
lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan
diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun,
sesudah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga sak-
si, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh
(Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, namun
membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke
dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa
ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-
hal fisik dari Kristus, namun Yohanes menulis ta pneumatika –
hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa
orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab
Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka
di sorga, dan suara pertama yang kita dengar yaitu Naiklah
ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsir-
kan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes se-
bagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka
menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang ter-
bang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu ting-
gi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
PASAL 1
ujuan dan maksud utama dari pasal ini yaitu untuk mene-
guhkan iman kita kepada Kristus sebagai Anak Tuhan yang kekal,
dan sebagai Mesias serta Juruselamat yang benar bagi dunia, agar
kita menerima-Nya, bergantung kepada-Nya sebagai Nabi, Imam, dan
Raja kita, serta menyerahkan diri kita untuk diatur, diajar, dan dise-
lamatkan oleh-Nya. Untuk memenuhi tujuan ini, kita melihat di sini:
I. Kesaksian yang diberikan tentang Dia oleh penulis Injil ini
sendiri sesuai dengan ilham yang didapatnya. Pada bagian
awal, ia dengan indah memaparkan apa yang hendak dibuk-
tikannya dalam kitabnya secara keseluruhan (ay. 1-5, 10-14,
dan 16-18).
II. Kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Dia (ay. 6-9 dan 15),
namun secara paling lengkap dan khusus ayat 19-37.
III. Penyataan-Nya tentang diri-Nya sendiri kepada Andreas dan
Petrus (ay. 38-42), juga kepada Filipus dan Natanael (ay. 43-
51).
Keilahian Kristus
(1:1-5)
1 Pada mulanya yaitu Firman; Firman itu bersama-sama dengan Tuhan dan
Firman itu yaitu Tuhan . 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Tuhan . 3
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang
telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 4 Dalam Dia ada hidup dan hidup
itu yaitu terang manusia. 5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan
kegelapan itu tidak menguasainya.
Augustinus berkata (dalam de Civitate Dei [Kota Tuhan ], lib. 10, cap.
29) bahwa temannya, Simplisius, pernah bercerita kepadanya bahwa
ia pernah mendengar seorang filsuf Platonis menyatakan bahwa ayat-
ayat pertama dari Injil Yohanes ini pantas dituliskan dalam huruf
emas. Francis Junius, seorang cendekiawan, dalam kesaksiannya
tentang perjalanan hidupnya sendiri, bercerita bagaimana dia pada
masa mudanya diracuni dengan berbagai gagasan yang dibuat de-
ngan seenaknya mengenai agama, namun dengan anugerah Tuhan dia
secara menakjubkan dibawa kembali ke jalan yang benar sesudah
secara kebetulan membaca ayat-ayat ini dalam Alkitab yang dengan
sengaja ditaruh ayahnya di sebuah tempat yang akan dilaluinya. Ia
berkata bahwa di dalam kitab itu ia melihat suatu keilahian yang be-
gitu jelas dinyatakan, serta kuasa dan keagungan yang begitu besar
dalam gaya penulisannya, sehingga tubuhnya gemetar dan ia ter-
kesima sebab begitu takjubnya, sampai-sampai sepanjang hari ia
hampir tidak tahu lagi di mana ia berada atau apa yang sedang diker-
jakannya. Dari saat itulah ia memulai kehidupan barunya yang reli-
gius. Marilah kita selidiki apa gerangan yang ada di dalam baris-
baris yang begitu penuh daya kekuatan itu. Penulis Injil ini di sini
memaparkan kebenaran agung yang hendak dibuktikannya, bahwa
Yesus Kristus yaitu Tuhan , satu dengan Bapa.
Perhatikanlah:
I. Tentang siapa ia berbicara – Firman – ho logos. Ini merupakan
ungkapan khas yang hanya ditemukan dalam tulisan-tulisan
Yohanes (1Yoh. 1:1; 5:7; Why. 19:13). Namun sebagian orang juga
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Firman dalam Kisah
Para Rasul 20:32, Ibrani 4:12, dan Lukas 1:2 yaitu Kristus.
Targum (yaitu terjemahan disertai tafsiran atas suatu bagian Per-
janjian Lama dalam bahasa Aram – pen.) sangat sering menyebut
Mesias dengan Memra – Firman Yehova, dan saat mereka ber-
bicara tentang banyak hal dalam Perjanjian Lama, mereka selalu
menyamakan apa yang diperbuat Tuhan dengan apa yang diper-
buat oleh Firman Tuhan. Bahkan orang-orang Yahudi dari kalang-
an rakyat jelata diajar bahwa Firman Tuhan itu sama dengan Tuhan .
Penulis Injil ini, dalam bagian penutup perkataannya (ay. 18),
dengan jelas memberitahukan kepada kita mengapa ia menyebut
Kristus Firman – sebab Anak Tunggal Tuhan , yang ada di pang-
kuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Firman memiliki
pengertian ganda: logos endiathetos – firman yang dipikirkan dan
logos prophorikos – firman yang diucapkan. Logos ho esō dan ho
exō, ratio dan oratio – pikiran dan ucapan.
1. Ada firman yang dipikirkan, yang menghasilkan buah pikiran,
yang merupakan hasil pemikiran yang pertama dan satu-satu-
nya yang hanya langsung dibuahkan oleh jiwa (jiwa melaku-
kan segala kegiatannya dengan pikiran), dan pikiran itu me-
nyatu dengan jiwa. Dengan demikian, tepatlah jika pribadi
kedua dari Tuhan Tritunggal disebut sebagai Firman, sebab Ia
yaitu Anak Tunggal Bapa, Hikmat dasar dan kekal yang
dimiliki Tuhan, seperti halnya jiwa memiliki pikiran, pada per-
mulaan pekerjaan-Nya (Ams. 8:22). Tidak ada hal lain yang
bisa kita yakini dengan lebih mantap selain dibandingkan kenyata-
an bahwa kita berpikir, namun juga tidak ada hal lain yang
lebih tidak kita pahami selain dibandingkan pertanyaan bagaimana
kita berpikir. Siapa yang bisa menunjukkan bagaimana pikiran
dihasilkan dari dalam jiwa? Dengan demikian, bagaimana
pikiran kekal dihasilkan dan dilahirkan tentu saja tanpa kesu-
litan boleh dipandang sebagai rahasia-rahasia agung keTuhan -
an, yang dasarnya tidak dapat kita selami, namun kedalam-
annya tetap bisa kita kagumi.
2. Ada firman yang diucapkan, dan ini yaitu perkataan, yang
merupakan pertanda yang paling utama dan paling alami dari
pikiran. Dengan demikian, Kristus yaitu Firman, sebab de-
ngan perantaraan-Nyalah Tuhan pada zaman akhir ini telah ber-
bicara kepada kita (Ibr. 1:2), dan memerintahkan kita untuk
mendengarkan-Nya (Mat. 17:5). Ia telah memberitahukan pi-
kiran Tuhan kepada kita, sama seperti perkataan atau ucapan
seseorang memberitahukan pikiran-pikirannya, sejauh yang
dikehendakinya, dan tidak lebih dibandingkan itu. Kristus disebut
sebagai seorang kudus yang berbicara (lihat catatan dalam
Dan. 8:13), seorang yang membicarakan hal-hal yang tersem-
bunyi dan ajaib. Ia yaitu Firman yang berbicara dari Tuhan
kepada kita, dan kepada Tuhan bagi kita. Yohanes Pembaptis
yaitu suara, namun Kristus yaitu Firman. Oleh sebab Dia
yaitu Firman, maka Dia yaitu Kebenaran, Amin, Saksi yang
setia dari pikiran Tuhan .
II. Apa yang dikatakan sang penulis Injil ini tentang Kristus sudah
cukup membuktikan secara mutlak dan tanpa bisa dibantah lagi
bahwa Dia yaitu Tuhan .
Penulis Injil ini menegaskan:
1. Keberadaan-Nya pada awal mulanya: Pada mulanya yaitu
Firman. Hal ini berbicara tentang keberadaan-Nya bukan ha-
nya sebelum Ia menjelma menjadi manusia melainkan juga se-
belum segala waktu. Pada permulaan waktu, saat semua
makhluk diciptakan dan dijadikan, Firman kekal ini sudah
ada. Dunia ada dari awal mula, namun Firman ada di dalam
awal mula. Kekekalan biasanya diungkapkan dengan keber-
adaan sebelum dunia dijadikan. Kekekalan Tuhan juga digam-
barkan demikian (Mzm. 90:2), sebelum gunung-gunung dilahir-
kan; begitu pula dalam Amsal 8:23. Firman sudah ada sebe-
lum awal mula dunia. Ia pada awal mulanya tidak pernah mu-
lai ada, dan sebab itu Ia selalu ada, achronos – tanpa permu-
laan waktu, begitulah menurut Nonnus.
2. Keberadaan-Nya yang bersama-sama dengan Bapa: Firman itu
bersama-sama dengan Tuhan dan Firman itu yaitu Tuhan . Ja-
nganlah ada orang yang berkata bahwa saat kita mengun-
dang mereka kepada Kristus, kita menjauhkan mereka dari
Tuhan , sebab Kristus bersama-sama dengan Tuhan dan Ia ada-
lah Tuhan . Hal ini diulangi lagi dalam ayat 2: Ia, yang kita per-
cayai dan beritakan, pada mulanya bersama-sama dengan
Tuhan , yaitu bahwa, Ia bersama-sama dengan Tuhan sejak dari
kekekalan. Pada mulanya dunia berasal dari Tuhan , sebab
dunia diciptakan oleh-Nya; namun Firman berada bersama-
sama dengan Tuhan , senantiasa bersama-Nya.
Firman itu bersama-sama dengan Tuhan :
(1) Dalam hal hakikat dan substansi (sifat yang hakiki), sebab
Firman itu yaitu Tuhan . Ia merupakan suatu pribadi atau
substansi tersendiri, sebab Ia bersama-sama dengan Tuhan .
Namun demikian, dalam hal subtansi atau sifat hakiki, Ia
sama dengan Tuhan , sebab Ia yaitu Tuhan (Ibr. 1:3).
(2) Dalam hal kepuasan dan kebahagiaan. Ada kemuliaan dan
kebahagiaan yang dimiliki Kristus bersama-sama dengan
Tuhan sebelum dunia ada (17:5). Sang Anak menikmati ke-
bahagiaan-Nya dengan sempurna di pangkuan Bapa-Nya,
dan Ia menjadi kesukaan Bapa-Nya, Anak kesayangan-Nya
(Ams. 8:30).
(3) Dalam hal kebijaksanaan dan rancangan. Rahasia pene-
busan manusia yang dilaksanakan oleh Firman yang men-
jelma ini tersembunyi di dalam Tuhan sebelum segala sesua-
tu diciptakan (Ef. 3:9). Ia yang membawa kita kepada Tuhan
(1Ptr. 3:18), Ia sendiri sudah bersama-sama dengan Tuhan
sejak dari kekekalan. Dengan demikian, perkara agung
mengenai pendamaian manusia dengan Tuhan ini dilaksana-
kan atas mufakat antara Bapa dan Anak sejak dari keke-
kalan, dan di dalamnya mereka memahami satu sama lain
dengan sempurna (Za. 6:13; Mat. 11:27). Ia ada serta-Nya
sebagai Anak kesayangan untuk melaksanakan tugas ini
(Ams. 8:30). Ia bersama-sama dengan Tuhan , dan oleh ka-
rena itu Ia dikatakan lahir dari Bapa.
3. Tugas-Nya dalam menciptakan dunia (ay. 3).
Di sini hal tersebut:
(1) Dinyatakan dengan tegas: Segala sesuatu dijadikan oleh
Dia. Ia bersama-sama dengan Tuhan , tidak hanya bersama-
sama dengan Dia sehingga Ia mengenal kebijaksanaan-ke-
bijaksanaan ilahi sejak dari kekekalan, namun juga turut
berperan dalam pekerjaan-pekerjaan ilahi pada permulaan
waktu. Aku ada serta-Nya (Ams. 8:30). Tuhan menciptakan
dunia dengan firman (Mzm. 33:6) dan Kristus yaitu Fir-
man itu. Oleh Dialah, bukan sebagai alat yang lebih rendah
melainkan sebagai rekan pelaku yang sederajat, Tuhan men-
jadikan alam semesta (Ibr. 1:2), dan bukan seperti tukang
yang memotong kayu dengan kampaknya melainkan seper-
ti tubuh yang melihat dengan matanya.
(2) Hal yang sebaliknya disangkal: Tanpa Dia tidak ada suatu
pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan, mulai
dari malaikat yang paling tinggi sampai pada cacing yang
paling hina. Tuhan Bapa tidak melakukan hal apa pun
tanpa Dia dalam pekerjaan penciptaan itu.
Sekarang perhatikanlah:
[1] Hal ini membuktikan bahwa Ia yaitu Tuhan , sebab Ia
yang membangun segala sesuatu ialah Tuhan (Ibr. 3:4).
Tuhan Israel sering kali membuktikan diri-Nya sebagai
Tuhan dengan mengatakan hal ini, bahwa Ia menjadikan
segala sesuatu (Yes. 40:12, 28; 41:4; dan lihat Yer.
10:11-12).
[2] Hal ini membuktikan keunggulan agama Kristen, bahwa
pencipta dan pendiri agama tersebut yaitu Dia yang
sama yang merupakan pencipta dan pendiri dunia.
Pastilah, betapa unggulnya segala ajaran dan ketetapan
agama tersebut, sebab semuanya berasal dari Dia yang
merupakan sumber dari segala keunggulan! saat kita
menyembah Kristus, kita menyembah Dia yang kepada-
Nya bapa-bapa leluhur orang Yahudi memberikan peng-
hormatan sebagai Pencipta dunia, dan yang kepada-Nya
semua makhluk ciptaan bergantung.
[3] Hal ini menunjukkan betapa Dia sangat memenuhi sya-
rat untuk melaksanakan pekerjaan penebusan dan ke-
selamatan kita. Pertolongan bagi kita itu diserahkan ke-
pada Dia yang sungguh berkuasa, sebab pertolongan itu
diserahkan kepada Dia yang menjadikan segala sesua-
tu. Dia yang ditunjuk sebagai pembawa kebahagiaan
kita yaitu juga pencipta keberadaan kita.
4. Asal mula hidup dan terang yang ada dalam diri-Nya: Dalam
Dia ada hidup (ay. 4). Hal ini lebih jauh membuktikan bahwa
Dia yaitu Tuhan , dan bahwa di dalam segala hal Ia memenuhi
syarat untuk melakukan tugas-Nya, sebab:
(1) Ia memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri. Ia bukan ha-
nya Tuhan yang benar melainkan juga Tuhan yang hidup.
Tuhan yaitu hidup. Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri ke-
tika Ia berkata, “Demi Aku yang hidup.”
(2) Segala makhluk memiliki hidup mereka di dalam Dia.
Bukan hanya semua bahan ciptaan dibuat oleh-Nya, me-
lainkan juga semua hidup yang ada di dalam makhluk cip-
taan berasal dari-Nya dan ditopang oleh-Nya. Firman Tuhan -
lah yang menghasilkan makhluk hidup yang berkeriapan
(Kej. 1:20; Kis. 17:25). Dialah Firman yang dengan-Nya ma-
nusia hidup lebih dibandingkan dengan roti (Mat. 4:4).
(3) Makhluk-makhluk yang berakal memiliki terang dari-
Nya. Hidup yang yaitu terang manusia berasal dari-Nya.
Hidup yang ada di dalam manusia merupakan sesuatu
yang lebih besar dan lebih mulia dibandingkan hidup yang ada
di dalam makhluk-makhluk lain. Manusia bukan sekadar
makhluk hewani, namun juga makhluk yang berakal budi.
saat manusia menjadi jiwa yang hidup, hidupnya yaitu
terang, dan inilah kemampuan-kemampuannya yang mem-
bedakannya dari, serta memuliakannya di atas, binatang-
binatang yang binasa. Roh manusia yaitu pelita TUHAN,
dan Firman yang kekTuhan yang menyalakan pelita ini.
Terang akal budi, dan juga hidup indrawi, berasal dari-Nya
dan bergantung kepada-Nya. Hal ini membuktikan bahwa
Dia sungguh pantas melaksanakan pekerjaan bagi kesela-
matan kita, sebab hidup dan terang, yaitu hidup dan te-
rang yang sifatnya rohani serta kekal, merupakan dua hal
yang dibutuhkan oleh manusia yang jatuh, yang begitu
diperbudak oleh kuasa maut dan kegelapan. Dari siapa lagi
kita dapat mengharapkan terang pewahyuan ilahi yang
lebih baik selain dari Dia yang memberi kita terang akal
budi manusiawi? Dan kalau Tuhan sudah memberi kita
hidup jasmani, dan bahwa hidup itu ada di dalam Anak-
Nya, betapa kita harus dengan mudah menerima kesaksian
Injil bahwa Ia telah memberi kita hidup kekal, dan bahwa
hidup itu pun ada di dalam Anak-Nya!
5. Penyataan mengenai Dia kepada anak-anak manusia. Mung-
kin di sini ada orang yang berkeberatan, bahwa jika Firman
yang kekal ini sudah ada dan turut serta dalam semua pencip-
taan dunia seperti itu, mengapa Ia begitu sedikit diperhatikan
dan dipedulikan? Untuk menanggapinya, penulis Injil ini men-
jawab (ay. 5), terang itu bercahaya, dan kegelapan itu tidak
menguasainya (KJV: “Terang itu bercahaya, namun kegelapan
itu tidak memahaminya” – pen.).
Perhatikanlah:
(1) Penyingkapan Firman yang kekal kepada dunia yang hi-
lang, bahkan sebelum Ia menjelma menjadi daging: Terang
itu bercahaya di dalam kegelapan. Terang sudah terbukti
dengan sendirinya, dan akan membuat dirinya diketahui
semua orang. Terang ini, yang darinya terang manusia ber-
asal, telah bercahaya dan akan terus bercahaya.
[1] Firman yang kekal, sebagai Tuhan , bercahaya di dalam
kegelapan hati nurani yang duniawi. Walaupun manusia
dengan kejatuhannya menjadi gelap, apa yang dapat
diketahui tentang Tuhan dinyatakan kepada mereka (Rm.
1:19-20). Terang kodrati yaitu terang yang bercahaya
di dalam kegelapan ini. Secara bawaan seluruh umat
manusia sadar akan sesuatu mengenai kuasa Firman
ilahi, baik sebagai Firman yang menciptakan maupun
yang memerintah. Kalau bukan sebab terang ini, bumi
akan menjadi neraka, tempat kegelapan yang sangat
pekat. Namun terpujilah Tuhan , bumi belum menjadi
tempat seperti itu.
[2] Firman yang kekal, sebagai Pengantara, bercahaya di
dalam kegelapan perlambangan dan pertanda Perjanjian
Lama, dalam berbagai nubuat dan janji tentang Mesias
sejak dari awal. Dia yang telah memerintahkan terang
dunia ini untuk bercahaya dari dalam kegelapan, Dia
juga yang merupakan terang yang sudah lama berca-
haya di dalam kegelapan. Ada selubung pada terang ini
(2Kor. 3:13).
(2) Ketidakmampuan dunia yang sudah merosot untuk mene-
rima penyingkapan tentang Firman kekal ini: Kegelapan itu
tidak menguasainya (atau memahaminya, terjemahan KJV –
pen.). Sebagian besar umat manusia menerima anugerah
Tuhan mengenai penyingkapan ini dengan sia-sia.
[1] Dunia umat manusia tidak memahami terang kodrati
yang ada dalam akal budi mereka, sebab itu pikiran
mereka tentang Tuhan yang kekal dan Firman yang kekal
(Rm. 1:21, 28) menjadi sia-sia. Kegelapan, kesalahan
dan dosa sangat menguasai dan menutupi terang ini.
Tuhan berfirman dengan satu dua cara, namun orang tidak
memperhatikannya (Ayb. 33:14).
[2] Orang Yahudi, yang memiliki terang Perjanjian Lama
sekalipun, tidak memahami Kristus di dalamnya. Seper-
ti halnya ada selubung pada wajah Musa, demikian
pula ada selubung di dalam hati mereka. Dalam kege-
lapan berbagai pertanda dan bayang-bayang peristiwa
yang dinubuatkan terang itu bercahaya. Akan namun ,
betapa gelapnya akal budi mereka itu sampai tidak bisa
melihat terang itu. Oleh sebab itu, Kristus harus da-
tang, baik untuk meluruskan berbagai kesalahan bang-
sa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan maupun untuk
membetulkan kebenaran-kebenaran jemaat Yahudi.
Yohanes Pembaptis Saksi Firman; Inkarnasi Firman
(1:6-14)
6 Datanglah seorang yang diutus Tuhan , namanya Yohanes; 7 ia datang seba-
gai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia se-
mua orang menjadi percaya. 8 Ia bukan terang itu, namun ia harus memberi
kesaksian tentang terang itu. 9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi
setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. 10 Ia telah ada di dalam dunia
dan dunia dijadikan oleh-Nya, namun dunia tidak mengenal-Nya. 11 Ia datang
kepada milik kepunyaan-Nya, namun orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak
menerima-Nya. 12 namun semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa
supaya menjadi anak-anak Tuhan , yaitu mereka yang percaya dalam nama-
Nya; 13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging,
bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari
Tuhan . 14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita
telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya
sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Penulis Injil ini bermaksud memperkenalkan Yohanes Pembaptis se-
bagai seorang yang memberikan kesaksian yang mulia tentang Yesus
Kristus. Sekarang, dalam perikop ini, sebelum si penulis Injil ini
melakukan hal tersebut:
I. Ia memberi kita suatu penjelasan mengenai saksi yang hendak
ditampilkannya. Namanya Yohanes, yang berarti penuh belas
kasih, baik hati. Tindak tanduknya tegas, keras, namun hatinya
penuh dengan kebaikan.
Sekarang perhatikanlah:
1. Kita diberi tahu di sini mengenai dia secara umum, bahwa dia
yaitu seorang yang diutus Tuhan . Penulis Injil ini telah berkata
tentang Yesus Kristus bahwa Ia ada bersama-sama dengan
Tuhan dan bahwa Ia yaitu Tuhan . Namun di sini, mengenai
Yohanes, ia berkata bahwa ia yaitu seorang manusia, hanya
manusia saja. Tuhan berkenan berbicara kepada kita melalui
manusia seperti kita sendiri. Yohanes yaitu seorang yang be-
sar, namun ia tetaplah seorang manusia, seorang anak manu-
sia. Ia diutus Tuhan , ia seorang pembawa pesan dari Tuhan ,
demikianlah ia disebutkan (Mal. 3:1). Tuhan memberikannya
tugas perutusan-Nya maupun pesan-Nya, mandat-Nya mau-
pun perintah-Nya. Yohanes tidak membuat mujizat apa pun,
tidak pula kita dapati dia pernah diberi penglihatan dan pe-
wahyuan. Akan namun , keketatan dan kemurnian hidup dan
ajarannya, serta pengaruh langsung yang ditimbulkannya un-
tuk memperbaharui dunia maupun untuk menghidupkan
kembali kepentingan-kepentingan kerajaan Tuhan di antara
manusia, merupakan tanda-tanda yang jelas bahwa dia diutus
Tuhan .
2. Kita diberi tahu di sini apa jabatan dan pekerjaannya (ay. 7): Ia
datang sebagai saksi, saksi mata, saksi utama. Ia datang eis
martyrian – untuk memberikan kesaksian. Ketetapan-ketetapan
hukum Taurat telah lama merupakan kesaksian akan Tuhan di
dalam jemaat Yahudi. Melalui ketetapan-ketetapan itu, agama
wahyu tetap dijaga dan dipelihara. Oleh sebab itulah kita da-
pat membaca tentang kemah kesaksian, tabut hukum, hukum
dan kesaksian. Akan namun , sekarang pewahyuan ilahi akan
disampaikan melalui sarana lain. Sekarang kesaksian Kristus
yaitu kesaksian Tuhan (1Kor. 1:6; 2:1). Di antara bangsa-
bangsa yang tidak mengenal Tuhan , Tuhan bukannya tidak me-
nyatakan diri-Nya tanpa saksi (Kis. 14:17), hanya saja di an-
tara mereka itu belum ada yang memberikan kesaksian
tentang Sang Penebus. saat itu ada kesenyapan yang begitu
lengang tentang Sang Penebus ini, sampai kemudian Yohanes
Pembaptis datang untuk memberikan kesaksian tentang-Nya.
Sekarang perhatikanlah:
(1) Perihal kesaksiannya: Ia datang untuk memberi kesaksian
tentang terang itu. Terang yaitu sesuatu yang memberikan
kesaksian tentang dirinya sendiri, yang membawa bukti
keberadaannya bersama dirinya sendiri. Akan namun , bagi
orang-orang yang menutup mata terhadap terang itu, ha-
ruslah ada orang lain yang memberikan kesaksian tentang
terang itu kepada mereka. Terang Kristus tidak membutuh-
kan kesaksian manusia, namun kegelapan dunia membu-
tuhkannya. Yohanes di sini berbuat seperti seorang penjaga
malam yang pergi meronda keliling kota sambil menyeru-
kan datangnya cahaya pagi kepada orang-orang yang su-
dah menutup mata dan tidak mau mengamati sendiri da-
tangnya cahaya itu. Atau seperti seorang penjaga malam
yang pergi berkeliling untuk mengatakan kepada orang-
orang yang bertanya kepadanya apakah malam masih
lama, dan kapan pagi akan datang, dan ia menjawab me-
reka, jika kamu mau bertanya, datanglah bertanya sekali
lagi (Yes. 21:11-12). Dia diutus Tuhan untuk menyatakan
kepada dunia bahwa Sang Mesias yang sudah lama di-
nanti-nantikan kini telah datang, dan Dia akan menjadi
terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain
dan menjadi kemuliaan bagi umat-Nya Israel, dan untuk
menyatakan bahwa waktunya kini sudah dekat saat
kehidupan dan kekekalan akan diperlihatkan dengan lebih
jelas kepada semua orang.
(2) Tujuan kesaksiannya: Supaya oleh dia semua orang men-
jadi percaya, bukan percaya kepadanya melainkan percaya
kepada Kristus, yang jalan-Nya harus dipersiapkan olehnya
dalam tugas perutusannya. Ia mengajarkan orang-orang
untuk memandang melalui dia, melewati dia, untuk kemu-
dian datang kepada Kristus, melewati ajaran pertobatan
dari dosa menuju ajaran iman di dalam Kristus. Ia mem-
persiapkan orang-orang untuk menerima dan menyambut
Kristus serta Injil-Nya, dengan menyadarkan mereka agar
mereka memandang dan merasakan betapa jahatnya dosa,
dan supaya, saat mata mereka sudah terbuka, mereka
bisa menyambut pancaran-pancaran cahaya ilahi yang, di
dalam pribadi dan ajaran Sang Mesias, siap menyinari
wajah mereka. Jika saja mereka mau menerima kesaksian
manusia ini, mereka pasti akan segera mendapati bahwa
kesaksian Tuhan sungguh jauh lebih besar (1Yoh. 5:9; Yoh.
10:41). Perhatikanlah, kesaksian Yohanes dimaksudkan
agar oleh dia semua orang menjadi percaya, tanpa menge-
cualikan seorang pun dari dampak-dampak pelayanannya
yang baik dan menguntungkan itu, kecuali kalau ada orang
sendiri yang tidak mau menerimanya, seperti yang dilaku-
kan orang banyak, yang menolak kebijaksanaan Tuhan se-
hingga merugikan diri mereka sendiri, dan dengan demi-
kian menerima anugerah Tuhan dengan sia-sia.
3. Kita di sini diperingatkan agar tidak keliru menganggap dia se-
bagai terang, sebab dia hanyalah seorang yang datang untuk
memberikan kesaksian tentang terang itu (ay. 8): Ia bukan
terang yang dinantikan dan dijanjikan itu, melainkan hanya
diutus untuk memberikan kesaksian tentang terang yang
besar dan berkuasa itu. Ia yaitu bintang, seperti bintang
yang menuntun orang-orang majus kepada Kristus, bintang
fajar, namun ia bukanlah Sang Surya. Ia bukan Sang Mempelai
laki-laki itu, melainkan seorang sahabat Mempelai laki-laki,
bukan Raja, melainkan pendahulu-Nya. Ada orang-orang yang
berhenti hanya sampai pada baptisan Yohanes, dan tidak
berusaha mencari lebih jauh lagi, seperti orang-orang Efesus
itu (Kis. 19:3). Untuk meluruskan kesalahan ini, penulis Injil
ini di sini, sekalipun berbicara dengan sangat hormat tentang
Yohanes, tetap menunjukkan bahwa ia harus memberikan
tempat bagi Kristus. Sebagai nabi dari Yang Mahatinggi, ia se-
orang yang besar, namun ia bukanlah Yang Mahatinggi itu sen-
diri. Perhatikanlah, kita harus berjaga-jaga untuk tidak terlalu
berlebihan menghargai hamba-hamba Tuhan, sama seperti
untuk tidak terlalu meremehkan mereka. Mereka bukanlah
tuan kita, mereka juga tidak memiliki kekuasaan atas iman
kita, mereka hanyalah hamba-hamba yang melaluinya kita
percaya, para bendahara di dalam rumah Tuhan kita. Kita
tidak boleh menyerahkan diri kita secara buta kepada apa
yang mereka perbuat, sebab mereka bukanlah terang itu,
namun kita harus mendengarkan dan menerima kesaksian
mereka, sebab mereka diutus untuk memberikan kesaksian
tentang terang itu. Oleh sebab nya, marilah kita menghargai
mereka, dan janganlah kita berbuat sebaliknya. Seandainya
Yohanes berpura-pura menjadi terang itu, maka dia bukanlah
saksi yang setia tentang terang itu. Orang-orang yang meram-
pas kehormatan Kristus akan kehilangan kehormatan mereka
sendiri sebagai hamba-hamba Kristus. Namun Yohanes sung-
guh-sungguh melakukan tugasnya sebagai saksi bagi terang
itu, meskipun ia sendiri bukanlah terang itu. Orang-orang
yang bersinar hanya dengan cahaya pinjaman dapat membawa
manfaat yang sangat besar bagi kita.
II. Sebelum melanjutkan dengan kesaksian Yohanes, si penulis Injil
kembali memberi kita penjelasan lebih lanjut tentang Yesus ini,
yang untuk-Nya Yohanes bersaksi. sesudah pada awal pasal ia me-
nunjukkan kemuliaan-kemuliaan keTuhan an-Nya, ia di sini mem-
perlihatkan keagungan-keagungan inkarnasi-Nya dan kebaikan-
kebaikan-Nya kepada manusia sebagai Sang Pengantara.
1. Kristus yaitu Terang yang sesungguhnya (ay. 9). Ini tidak
berarti bahwa Yohanes Pembaptis yaitu terang yang palsu,
namun bahwa, dibandingkan dengan Kristus, ia yaitu terang
yang sangat kecil. Kristus yaitu Terang besar yang memang
pantas disebut demikian. Terang-terang yang lain disebut
sebagai terang hanya secara kiasan dan samar-samar: Kristus-
lah Terang yang sesungguhnya. Sumber segala pengetahuan
dan segala penghiburan haruslah merupakan terang yang se-
sungguhnya. Ia yaitu Terang yang sesungguhnya, dan untuk
membuktikannya kita tidak diperintahkan untuk melihat bias-
bias kemuliaan-Nya di dalam dunia yang tidak kelihatan (pan-
caran-pancaran cahaya yang dengannya Ia menerangi dunia
itu), namun untuk melihat pancaran-pancaran sinar-Nya yang
dipantulkan ke bawah, dan yang dengannya dunia kita yang
gelap ini diterangi. Akan namun , bagaimanakah Kristus mene-
rangi semua orang yang datang ke dalam dunia?
(1) Dengan kuasa penciptaan-Nya Ia menerangi semua orang
dengan terang akal budi. Hidup yang yaitu terang manu-
sia berasal dari-Nya. Semua pengetahuan dan tuntunan
akal budi, semua penghiburan yang diberikannya kepada
kita, dan semua keindahan yang ditampilkannya kepada
kita, berasal dari Kristus.
(2) Dengan pemberitaan Injil-Nya kepada segala bangsa Ia pun
menerangi semua orang. Yohanes Pembaptis yaitu se-
buah terang, namun ia hanya menerangi Yerusalem dan
Yudea, dan daerah di sekitar Yordan, seperti pelita yang
hanya menerangi satu ruangan. namun Kristus yaitu
Terang yang sesungguhnya, sebab Ia yaitu terang yang
menerangi bangsa-bangsa. Injil kekal-Nya yaitu untuk
diberitakan kepada semua bangsa dan bahasa (Why. 14:6).
Seperti matahari yang menerangi setiap orang yang mau
membuka matanya, dan kemudian menerima terangnya
(Mzm. 19:7), seperti itulah pemberitaan Injil dibandingkan
(Rm. 10:18). Pewahyuan ilahi kini tidak terbatas, seperti
sebelum-sebelumnya, hanya pada satu bangsa, namun ha-
rus disebarkan kepada semua bangsa (Mat. 5:15).
(3) Dengan pekerjaan Roh dan anugerah-Nya Ia menerangi
semua orang yang mendapat pencerahan untuk memper-
oleh keselamatan, dan mereka yang tidak diterangi oleh-
Nya akan binasa dalam kegelapan. Terang pengetahuan
tentang kemuliaan Tuhan dikatakan ada pada wajah Kristus,
dan terang ini yaitu terang yang pada mulanya diperin-
tahkan untuk bersinar dari dalam kegelapan itu, dan yang
menerangi semua orang yang datang ke dalam dunia. Te-
rang apa pun yang dimiliki manusia berasal dari Kristus,
dan mereka berutang kepada-Nya untuk itu, entah itu
terang alami atau terang adikodrati.
2. Kristus telah ada di dalam dunia (ay. 10). Ia telah ada di dalam
dunia sebagai Firman yang paling hakiki, sebelum inkarnasi-
Nya, dan menopang segala sesuatu. Namun demikian, ayat ini
berbicara tentang keberadaan-Nya di dalam dunia saat Ia
mengambil sifat kita, dan diam di antara kita (16:28). Aku
datang ke dalam dunia. Anak Yang Mahatinggi telah ada di sini
di dunia bawah ini, terang itu telah ada di dalam dunia yang
gelap ini, yang kudus itu telah ada di dalam dunia yang ber-
dosa dan tercemar ini. Ia meninggalkan dunia yang penuh
dengan kebahagiaan dan kemuliaan, dan berada di sini di
dalam dunia yang menyedihkan dan sengsara ini. Ia berusaha
mendamaikan dunia dengan Tuhan , dan oleh sebab itu Ia ada
di dunia, untuk mengurus dan menyelesaikan permasalahan
itu, untuk memenuhi keadilan Tuhan bagi dunia, dan untuk
mengungkapkan kebaikan Tuhan kepada dunia. Ia telah ada di
dalam dunia, namun Ia bukan dari dunia, dan Ia berbicara
dengan nada kemenangan saat berkata, “Dan Aku tidak ada
lagi di dalam dunia” (17:11). Kehormatan yang paling besar
yang pernah diberikan kepada dunia ini, yang merupakan
bagian alam semesta yang begitu hina dan tidak berarti ini,
yaitu bahwa Anak Tuhan pernah berada di dalamnya. Dan
seperti halnya kita harus mengerahkan segala perhatian dan
pikiran kita kepada perkara-perkara yang di atas sebab di
sanalah Kristus berada, demikian pula kita harus bisa berda-
mai dengan tempat tinggal kita sekarang di dunia ini sebab
dulu Kristus pernah berada di sini. Ia pernah ada di dalam
dunia untuk sementara, namun keberadaan-Nya itu dikatakan
sebagai sesuatu yang sudah berlalu. Demikian pula yang se-
gera akan dikatakan tentang kita, bahwa dulunya kita pernah
ada di dalam dunia. Oh, semoga saja saat kita tidak lagi
berada di sini kita boleh berada di tempat Kristus berada!
Sekarang perhatikanlah di sini:
(1) Alasan apa yang membuat Kristus berharap bahwa Ia akan
disambut dengan sangat mesra dan hormat di dunia ini:
sebab dunia dijadikan oleh-Nya. Oleh sebab itu, Ia datang
untuk menyelamatkan dunia yang terhilang sebab dunia
itu yaitu hasil ciptaan-Nya sendiri. Mengapakah Ia tidak
boleh peduli untuk menghidupkan kembali terang yang
pernah dinyalakan-Nya sendiri, memulihkan hidup yang
pernah diembuskan-Nya sendiri, dan memperbaharui gam-
bar dan rupa yang pada awal mula pernah dibentuk-Nya
sendiri? Dunia dijadikan oleh-Nya, dan sebab itu dunia
haruslah menyembah-Nya.
(2) Dinginnya sambutan yang diterima-Nya, kendati dengan
semua itu: Dunia tidak mengenal-Nya. Sang Pencipta, Pe-
nguasa, dan Penebus dunia yang agung itu telah ada di da-
lam dunia, namun hanya sedikit atau bahkan tidak ada
sama sekali penduduk dunia yang menyadarinya. Lembu
mengenal pemiliknya, namun dunia yang lebih biadab ini
tidak mengenal-Nya. Mereka tidak mengakui-Nya, tidak
menyambut-Nya, sebab mereka tidak mengenal-Nya, dan
mereka tidak mengenal-Nya sebab Ia tidak menunjukkan
diri-Nya dengan cara yang mereka harapkan – dalam ke-
muliaan dan kemegahan lahiriah. Kerajaan-Nya datang
tanpa tanda-tanda lahiriah, sebab kerajaan itu akan men-
jadi kerajaan yang mendatangkan penghakiman. saat
nanti Ia datang sebagai Hakim, pada saat itulah dunia
akan mengenal-Nya.
3. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya (ay. 11), bukan hanya
kepada dunia, yang yaitu kepunyaan-Nya, melainkan juga
kepada umat Israel, yang secara khusus merupakan kepu-
nyaan-Nya di atas umat-umat lain. Dari merekalah Ia datang,
di antara merekalah Ia hidup, dan kepada merekalah Ia per-
tama-tama diutus. Orang-orang Yahudi pada waktu itu meru-
pakan kaum yang rendah dan hina, mahkota mereka telah
diambil dari kepala mereka, namun, dengan mengingat kove-
nan yang sudah dibuat-Nya pada waktu dulu, sejahat dan
semelarat apa pun mereka, Kristus tidaklah malu memandang
mereka sebagai milik kepunyaan-Nya. Ta idia – barang-barang
kepunyaan-Nya, bukan tous idious – orang-orang kepunyaan-
Nya, seperti yang disebutkan demikian tentang orang-orang
percaya yang sejati (13:1). Orang-orang Yahudi yaitu milik
kepunyaan-Nya, seperti halnya rumah, tanah, dan barang se-
seorang dikatakan sebagai kepunyaannya, yang dipergunakan
dan disimpannya sebagai barang miliknya. namun , orang-orang
percaya yaitu milik kepunyaan-Nya, seperti halnya istri dan
anak-anak seseorang dikatakan sebagai kepunyaannya, yang
dikasihi dan disayanginya. Ia datang kepada milik kepunyaan-
Nya, untuk mencari dan menyelamatkan mereka, sebab me-
reka yaitu milik kepunyaan-Nya. Ia diutus kepada domba
yang hilang dari umat Israel, sebab Dialah yang memiliki
domba itu.
Sekarang perhatikanlah:
(1) Bahwa orang-orang pada umumnya menolak-Nya: Orang-
orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Ia mempu-
nyai alasan untuk berharap bahwa orang-orang yang ada-
lah milik kepunyaan-Nya itu akan menyambut-Nya, meng-
ingat betapa besarnya kewajiban-kewajiban yang harus
mereka laksanakan terhadap-Nya, dan betapa baiknya ke-
sempatan-kesempatan yang mereka miliki untuk bisa me-
ngenal-Nya. Mereka memiliki sabda-sabda Tuhan , yang
sudah memberi tahu mereka sebelumnya kapan dan di
mana mereka harus menantikan-Nya, dan dari suku serta
keluarga apa Ia akan muncul. Ia mendatangi mereka sen-
diri, memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai tanda dan
mujizat, dan dari semua tanda dan mujizat itu Dia sendiri-
lah yang terbesar. Oleh sebab itu, tidak dikatakan tentang
mereka, seperti yang dikatakan tentang dunia (ay. 10), bah-
wa bukannya mereka tidak mengenal-Nya; orang-orang ke-
punyaan-Nya tidak bisa tidak pasti mengenal-Nya, tapi
mereka tidak menerima-Nya. Mereka tidak menerima ajar-
an-Nya, tidak menyambut-Nya sebagai Mesias, namun ma-
lah mengeraskan hati mereka terhadap-Nya. Imam-imam
kepala, yang dalam hal tertentu yaitu orang-orang kepu-
nyaan-Nya (sebab orang Lewi yaitu suku Tuhan ), justru
merupakan biang keladi dalam segala penghinaan yang di-
berikan kepada-Nya ini. Nah, perbuatan mereka ini sung-
guh tidak adil, mereka yaitu orang-orang kepunyaan-Nya,
jadi seharusnya Ia berhak mendapatkan penghormatan dari
mereka. Apa yang mereka lakukan itu sungguh jahat dan
tidak tahu berterima kasih. Ia datang dengan maksud un-
tuk mencari dan menyelamatkan mereka, jadi patutlah bila
Ia menghendaki penghormatan dari mereka. Perhatikanlah,
banyak orang mengaku milik Kristus, namun tidak mene-
rima-Nya, sebab mereka tidak mau meninggalkan dosa-
dosa mereka, atau membiarkan Dia bertakhta di dalam hati
mereka.
(2) Bahwa kendati demikian, masih ada suatu sisa (umat ter-
sisa) yang mengakui-Nya dan setia kepada-Nya. Meskipun
orang-orang kepunyaan-Nya tidak menerima-Nya, masih
ada mereka yang menerima-Nya (ay. 12): namun semua
orang yang menerima-Nya. Meskipun Israel tidak dikumpul-
kan, Kristus dipermuliakan. Meskipun sebagai suatu bang-
sa, orang Yahudi tetap tidak mau percaya dan binasa da-
lam ketidakpercayaan mereka, ada banyak di antara mere-
ka yang mau berserah kepada Kristus, dan ada lebih ba-
nyak lagi yang berserah kepada-Nya yang bukan dari ka-
wanan domba itu.
Perhatikanlah di sini:
[1] Gambaran dan ciri-ciri orang Kristen sejati, yaitu bahwa
ia menerima Kristus dan percaya pada nama-Nya. Yang
disebut terakhir, yaitu percaya pada nama-Nya, men-
jelaskan yang pertama, yaitu menerima Kristus. Per-
hatikanlah, pertama, menjadi orang Kristen memang
berarti percaya pada nama Kristus. Menjadi orang
Kristen berarti setuju dengan apa yang diungkapkan
Injil, dan menerima pernyataan Injil tentang Dia. Nama-
Nya yaitu Firman Tuhan , Raja segala raja, TUHAN ke-
adilan kita, Yesus Sang Juruselamat. Nah, percaya ke-
pada nama-Nya berarti mengakui bahwa Ia yaitu
benar-benar seperti apa yang digambarkan dalam na-
ma-nama yang besar tadi, dan menerima kebenarannya,
agar Ia juga menjadi demikian bagi kita. Kedua, percaya
dalam nama Kristus berarti menerima Dia sebagai pem-
berian atau karunia dari Tuhan . Kita harus menerima
ajaran-Nya sebagai ajaran yang benar dan baik, mene-
rima hukum-Nya sebagai hukum yang adil dan kudus,
menerima tawaran-tawaran-Nya sebagai tawaran-tawar-
an yang baik dan menguntungkan, dan kita harus me-
nerima gambaran anugerah-Nya, serta kesan-kesan
yang mendalam dari kasih-Nya, sebagai prinsip utama
yang mengatur segala perasaan dan perbuatan kita.
[2] Orang Kristen sejati memiliki martabat dan kehor-
matan yang berganda sifatnya:
Pertama, hak istimewa untuk diangkat menjadi anak,
yang membuat mereka termasuk sebagai anak-anak
Tuhan : namun semua orang yang menerima-Nya diberi-
Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Tuhan . Sampai
pada saat itu, pengangkatan anak hanya berlaku bagi
orang-orang Yahudi (Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang
sulung), namun sekarang, melalui iman di dalam Kristus,
orang-orang bukan-Yahudi juga yaitu anak-anak Tuhan
(Gal. 3:26). Mereka diberi kuasa, exousian – wewenang,
sebab tidak seorang pun yang bisa mengambil kuasa itu
bagi dirinya sendiri, selain diberi wewenang melalui
ketetapan Injil. Kepada mereka Ia memberikan hak,
kepada mereka Ia memberikan keutamaan ini. Kuasa ini
dimiliki oleh orang-orang kudus.
Perhatikanlah:
1. Keistimewaan tidak terkira bagi orang-orang Kristen
yang baik yaitu bahwa mereka menjadi anak-anak
Tuhan . Asalnya mereka yaitu anak-anak yang harus
dimurkai, anak-anak dunia ini. Namun, sebagai
anak-anak Tuhan , mereka sungguh menjadi demi-
kian, dibuat menjadi demikian, yaitu sebagai anak-
anak Tuhan . Fiunt, non nascuntur Christiani – orang
tidak dilahirkan sebagai Kristen, namun dibuat men-
jadi Kristen – Tertullian. Lihatlah, betapa besarnya
kasih Tuhan ini (1Yoh. 3:1). Tuhan menyebut mereka
anak-anak-Nya, dan mereka menyebut-Nya Bapa,
dan mereka berhak mendapatkan segala hak isti-
mewa sebagai anak, dalam jalan-jalan mereka mau-
pun atas rumah mereka.
2. Hak istimewa untuk diangkat menjadi anak ini selu-
ruhnya terjadi hanya sebab Yesus Kristus. Ia mem-
berikan kuasa ini kepada mereka yang percaya
kepada nama-Nya. Tuhan yaitu Bapa-Nya, dan de-
ngan demikian Ia juga Bapa kita. sebab kita ini
mempelai-Nya dan bersatu dengan Dia, maka kita
pun memiliki hubungan dengan Tuhan sebagai
Bapa. Di dalam Kristuslah kita ditentukan dari se-
mula untuk menjadi anak-anak-Nya. Dari-Nyalah kita
menerima baik itu sifat maupun Roh yang menjadi-
kan kita sebagai anak-anak Tuhan , dan Ia yaitu
yang sulung di antara banyak saudara. Anak Tuhan
menjadi Anak manusia agar anak-anak manusia
boleh menjadi anak-anak Tuhan yang Mahakuasa.
Kedua, hak istimewa untuk dilahirkan kembali (ay.
13): Yang diperanakkan. Perhatikanlah, semua anak
Tuhan dilahirkan kembali, semua yang diangkat menjadi
anak diperbaharui kembali hidupnya. Perubahan yang
nyata ini, kelahiran kembali, selalu mengiringi perubah-
an yang sementara itu, yaitu pembaharuan hidup. Keti-
ka Tuhan menganugerahkan kepada kita martabat seba-
gai anak, Ia juga menciptakan sifat dan kecenderungan
anak di dalam diri kita. Manusia tidak dapat melakukan
hal yang demikian saat mereka mengangkat anak.
Nah, di sini kita memiliki penjelasan tentang asal
usul kelahiran baru ini.
1. Dalam bentuk pengingkaran. (1) Kelahiran baru ini
tidak diturunkan melalui kelahiran yang alami dari
orangtua kita. Kita diperanakkan bukan dari darah
atau dari daging, atau dari benih yang fana (1Ptr.
1:23). Manusia disebut darah dan daging sebab
dari situlah ia berasal, namun kita tidak menjadi
anak-anak Tuhan dengan cara yang sama seperti kita
menjadi anak-anak dari orangtua kita di dunia. Per-
hatikanlah, anugerah tidak mengalir di dalam darah,
seperti halnya pencemaran. Manusia yang sudah
tercemar memperanakkan seorang anak menurut
rupa dan gambarnya (Kej. 5:3), namun manusia yang
sudah dikuduskan dan diperbaharui tidak memper-
anakkan seorang anak dalam rupa dan gambar itu.
Orang-orang Yahudi sangat membangga-banggakan
leluhur mereka, dan darah biru yang mengalir di
dalam nadi mereka: Kami keturunan Abraham, dan
sebab itu mereka pikir merekalah yang berhak di-
angkat menjadi anak-anak, sebab mereka terlahir
dari darah itu. Akan namun , pengangkatan anak da-
lam Perjanjian Baru ini tidak didasarkan pada hu-
bungan kekerabatan yang alami seperti itu. (2) Kela-
hiran baru ini tidak dihasilkan oleh kekuatan alami
dari kehendak kita sendiri. Oleh sebab kelahiran ini
bukan dari darah atau dari daging, demikian pula
kelahiran ini bukan dari keinginan seorang laki-laki,
yang bersusah payah di dalam ketidakmampuannya
secara moral untuk tetap melakukan apa yang baik.
Dengan demikian, prinsip-prinsip hidup ilahi tidak-
lah ditanam oleh kita sendiri, namun anugerah Tuhan -
lah yang membuat kita mau menjadi milik kepunya-
an-Nya. Hukum-hukum dan karya-karya tulis ma-
nusia juga tidak dapat menyucikan dan memper-
baharui jiwa, sebab seandainya bisa, maka kelahiran
baru terjadi sebab kehendak manusia. namun ,
2. Dalam bentuk penegasan: kelahiran baru berasal
dari Tuhan . Kelahiran baru ini terjadi sebab firman
Tuhan sebagai sarananya (1Ptr. 1:23), dan sebab
Roh Tuhan sebagai penciptanya yang tunggal dan
agung. Orang-orang percaya yang sejati lahir dari
Tuhan (1Yoh. 3:9; 5:1). Dan hal ini penting bagi peng-
angkatan mereka sebagai anak, sebab kita tidak
dapat mengharapkan kasih Tuhan jika kita tidak
memiliki suatu keserupaan dengan Dia, dan kita
juga tidak dapat menuntut hak istimewa kita untuk
diangkat menjadi anak jika kita tidak tunduk pada
kuasa pembaharuan hidup (regenerasi).
4. Firman itu telah menjadi manusia (ay. 14). Pernyataan ini
mengungkapkan inkarnasi Kristus dengan lebih jelas dibandingkan
apa yang sudah dikatakan sebelumnya. Sebelumnya, dengan
hadirat ilahi-Nya Ia selalu ada di dalam dunia, dan dengan
nabi-nabi-Nya Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya. namun
sekarang, saat waktunya sudah genap, Ia diutus dengan cara
yang berbeda, Ia lahir dari seorang wanita (Gal. 4:4). Tuhan
menyatakan diri-Nya di dalam daging, sesuai dengan iman dan
pengharapan Ayub yang suci, dengan dagingku aku akan
melihat Tuhan (Ayb. 19:26, terjemahan KJV – pen.).
Perhatikanlah di sini:
(1) Sifat kemanusiaan Kristus yang menyelubungi diri-Nya, dan
hal ini diungkapkan dalam dua cara.
[1] Firman itu telah menjadi manusia. sebab anak-anak itu,
yang akan menjadi anak-anak Tuhan , yaitu anak-anak
dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan
mereka (Ibr. 2:14). Para penganut ajaran Sosinian sepa-
kat bahwa Kristus yaitu Tuhan sekaligus manusia, te-
tapi menurut mereka, Ia yaitu manusia, dan baru ke-
mudian diangkat menjadi Tuhan , seperti Musa (Kel. 7:1).
Hal ini bertentangan langsung dengan apa yang dikata-
kan Yohanes di sini, yaitu bahwa Theos ēn – Ia yaitu
Tuhan , namun sarxegeneto – Ia telah menjadi manusia.
Bandingkanlah hal ini dengan ayat 1. Ini menunjukkan
bukan hanya bahwa Ia benar-benar dan sungguh-sung-
guh manusia, melainkan juga bahwa Ia membuat diri-
Nya tunduk pada segala kesengsaraan dan penderitaan
manusia. Ia telah menjadi daging, bagian yang paling
hina dari manusia. Daging berbicara tentang manusia
yang lemah, dan Dia disalibkan oleh sebab kelemahan
(2Kor. 13:4). Daging berbicara tentang manusia yang
fana dan akan mati (Mzm. 78:39), dan Kristus telah di-
bunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia (1Ptr.
3:18). Bahkan, daging berbicara tentang manusia yang
tercemar oleh dosa (Kej. 6:3), dan Kristus, meskipun se-
penuhnya kudus dan tidak jahat, tampil serupa dengan
daging yang dikuasai dosa (Rm. 8:3), dan dibuat men-
jadi dosa sebab kita (2Kor. 5:21). saat Adam telah
berdosa, Tuhan berkata kepadanya, engkau debu, bukan
hanya sebab ia terbuat dari debu, melainkan juga ka-
rena oleh dosa ia telah tenggelam ke dalam debu. Keja-
tuhannya benar-benar sōmatoun tēn psychēn – meng-
ubahnya secara keseluruhan menjadi tubuh, membuat-
nya bersifat duniawi, seperti tanah. Oleh sebab itu, Ia
yang telah dijadikan kutuk bagi kita dibuat menjadi da-
ging, dan dijatuhkan hukuman atas dosa di dalam da-
ging (Rm. 8:3). Takjublah akan hal ini, bahwa Firman
yang kekal mau menjadi daging, padahal daging dipan-
dang sebagai sesuatu yang sangat buruk; bahwa Ia
yang menjadikan segala sesuatu dibuat menjadi daging
itu sendiri, salah satu hal yang paling hina, dan tunduk
pada sesuatu yang jauh ada di bawah-Nya. Suara yang
mengantarkan Injil berseru, “Seluruh umat manusia
yaitu seperti rumput” (Yes. 40:6), dan ini membuat ka-
sih Sang Penebus terasa lebih menakjubkan lagi, sebab
untuk menebus dan menyelamatkan kita Ia dibuat
menjadi daging dan layu seperti rumput. Akan namun ,
Firman Tuhan, yang dibuat menjadi daging, tetap untuk
selamanya. saat menjadi daging, Ia tidak berhenti
menjadi Firman Tuhan .
[2] Ia diam di antara kita, di sini di dunia bawah ini. Sete-
lah mengambil rupa dan sifat manusia, Ia menempat-
kan diri-Nya pada tempat dan keadaan manusia-manu-
sia yang lain. Firman bisa saja menjadi manusia dan
diam di antara para malaikat. Namun tidak demikian
halnya dengan Dia. sesudah mengambil tubuh yang
sama dengan tubuh kita, di dalam tubuh itu pula Ia
datang dan berdiam di dunia yang sama dengan kita. Ia
diam di antara kita, kita yang yaitu cacing-cacing di
bumi, kita yang sama sekali tidak dibutuhkan-Nya, kita
yang tidak dapat memberi-Nya manfaat apa-apa, kita
yang cemar dan bejat, dan yang telah memberontak
terhadap Tuhan . Tuhan Tuhan datang dan diam bahkan di
antara para pemberontak (Mzm. 68:19). Ia yang telah
diam di antara para malaikat, makhluk yang mulia dan
sempurna itu, kini datang dan diam di antara kita yang
yaitu keturunan ular beludak, kita yang yaitu orang-
orang berdosa, dan ini lebih buruk bagi-Nya dibandingkan
bagi Daud yang berdiam di Mesekh dan Kedar, atau
bagi Yehezkiel yang berdiam di antara kalajengking,
atau bagi jemaat di Pergamus yang berdiam di tempat
takhta Iblis. Apabila kita melihat dunia atas, dunia roh,
kita akan tersadar betapa hina dan menjijikkannya da-
ging ini, tubuh ini, yang selalu kita bawa-bawa bersama
kita, dan dunia yang ke dalamnya kita dilemparkan ini,
dan betapa sulitnya rasanya untuk berdamai dengan
tubuh dan dunia ini! Namun demikian, kini Firman ke-
kal telah dibuat menjadi manusia, mengenakan tubuh
seperti kita dan diam di dunia ini seperti kita, dan
dengan begitu Ia telah memberikan penghormatan ke-
pada tubuh maupun dunia kita ini; jadi sebab itulah,
kita juga harus mau tinggal di dalam daging selama
Tuhan memiliki pekerjaan untuk kita lakukan di da-
lamnya. Kristus sendiri pun diam di dunia bawah ini,
seburuk apa pun dunia itu, sampai Ia menuntaskan
apa yang harus dikerjakan-Nya di situ (17:4). Ia diam di
antara orang-orang Yahudi, supaya nubuat Alkitab
digenapi, hendaklah ia tinggal dalam kemah-kemah Sem
(Kej. 9:27; Za. 2:10). Meskipun orang Yahudi tidak baik
hati terhadap-Nya, Ia tetap diam di antara mereka.
Meskipun (seperti yang dikatakan oleh beberapa penulis
kuno) Ia diundang oleh Abgarus raja Edes dan dijanji-
kan perlakuan yang lebih baik, Ia tidak berpindah ke
bangsa lain mana pun. Ia diam di antara kita. Ia ada di
dalam dunia, bukan sebagai pelancong yang menginap
hanya untuk semalam, namun Ia diam di antara kita,
untuk tinggal dalam waktu lama. Amati kata aslinya di
sini, eskēnōsen en hēmin – Ia diam di antara kita, Ia
diam seperti dalam sebuah kemah, yang menunjukkan,
Pertama, bahwa Ia diam di sini dalam keadaan yang
sangat hina, seperti para gembala yang diam di tenda-
tenda. Ia tidak diam di antara kita seperti di dalam
istana, namun seperti di dalam tenda, sebab Ia tidak
memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya, dan
selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
lain. Kedua, bahwa kedudukan-Nya di sini yaitu seba-
gai seorang prajurit. Para prajurit diam di tenda-tenda.
Sejak dari dulu Ia menyatakan perang terhadap ketu-
runan ular, dan kini Ia sendiri maju ke medan pertem-
puran, menaikkan panji-Nya, dan memasang tenda-Nya,
siap bertempur. Ketiga, bahwa kediaman-Nya di antara
kita tidaklah untuk selamanya. Ia diam di sini seperti di
dalam tenda, tidak seperti di dalam rumah. Para bapa
leluhur orang Yahudi, saat berdiam di kemah-kemah,
mengakui bahwa mereka yaitu orang asing dan pen-
datang di bumi ini, dan mencari-cari negeri yang lebih
baik. Begitu pula dengan Kristus di sini, yang mening-
galkan contoh bagi kita (Ibr. 13:13-14). Keempat, bahwa
seperti halnya pada waktu dulu Tuhan diam di dalam
kemah suci Musa, dengan shekinah (kemuliaan dalam
bahasa Ibrani – pen.) di antara dua kerub, begitu pula
sekarang Ia diam di dalam sifat kemanusiaan Kristus,
yang kini merupakan shekinah yang sesungguhnya,
tanda kehadiran Tuhan secara khusus. Dengan demi-
kian, kita dapat menyampaikan segala permohonan kita
kepada Tuhan melalui Kristus, serta untuk menerima
sabda-sabda Tuhan dari Dia.
(2) Pancaran-pancaran kemuliaan ilahi-Nya yang terpantul me-
lalui selubung daging ini: Kita telah melihat kemuliaan-Nya,
yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Mata-
hari masih merupakan sumber terang meskipun tertutup
oleh gerhana atau awan, begitu pula Kristus masih meru-
pakan cahaya yang cemerlang dari kemuliaan Bapa-Nya,
bahkan saat Ia diam di antara kita di dunia bawah ini.
Betapapun rendahnya orang-orang Yahudi memandang
Dia, masih ada orang yang bisa melihat-Nya menembus
selubung itu.
Perhatikanlah:
[1] Siapa saksi-saksi atas kemuliaan ini: kita, para murid
dan pengikut-Nya, yang bergaul bebas dan akrab de-
ngan-Nya, kita yang di antaranya Ia diam. Kelemahan
orang biasanya akan tampak bagi orang-orang yang sa-
ngat akrab dengan mereka, namun tidak demikian de-
ngan Kristus. Orang-orang yang paling akrab dengan-
Nya justru melihat kemuliaan-Nya yang agung. Seperti
halnya dengan ajaran-Nya, murid-murid-Nya mengeta-
hui rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya, se-
dangkan orang lain hanya mengetahuinya melalui selu-
bung perumpamaan-perumpamaan, demikian pula de-
ngan pribadi-Nya, mereka melihat kemuliaan keilahian-
Nya, sedangkan orang lain hanya melihat selubung sifat
kemanusiaan-Nya. Ia menyatakan diri-Nya kepada me-
reka, dan bukan kepada dunia. Saksi-saksi ini sangat
bisa dipercaya dan jumlah mencukupi sebagai saksi,
dua belas semuanya, sekelompok juri yang juga berpe-
ran sebagai saksi. Mereka yaitu orang-orang yang po-
los dan jujur, dan jauh dari segala kemungkinan untuk
membuat rencana jahat atau persekongkolan.
[2] Bukti apa yang mereka miliki tentang kemuliaan itu:
Kita telah melihat kemuliaan-Nya. Bukti yang mereka
miliki tidak didasarkan pada laporan orang lain, atau
dari pihak kedua, namun mereka sendirilah yang meru-
pakan para saksi mata atas bukti-bukti yang mereka
pakai untuk membangun kesaksian bahwa Ia yaitu
Anak Tuhan yang hidup: Kita telah melihat kemuliaan-
Nya. Kata “melihat” yang digunakan di sini menggam-
barkan suatu pandangan mata yang tetap dan terus-
menerus, yang memberi mereka kesempatan untuk
membuat pengamatan dengan baik. Rasul ini sendiri
menjelaskan hal ini: Apa yang kami beritakan kepada
kamu tentang Firman yang hidup yaitu apa yang telah
kami lihat dengan mata kami dan apa yang telah kami
saksikan (1Yoh. 1:1).
[3] Apa kemuliaan itu: kemuliaan yang diberikan kepada-
Nya sebagai Anak Tunggal Bapa. Kemuliaan Firman
yang menjadi manusia yaitu kemuliaan-Nya sebagai
Anak Tunggal Bapa, dan bukan untuk yang lain.
Perhatikanlah:
Pertama, Yesus Kristus yaitu Anak Tunggal Bapa.
Orang-orang percaya yaitu anak-anak Tuhan melalui
kebaikan khusus yang mengangkat mereka menjadi
anak dan melalui anugerah khusus kelahiran kembali
(regenerasi). Keberadaan mereka itu berdasarkan peng-
ertian homoiousioi – dari kodrat ilahi yang serupa (2Ptr.
1:4), dan memiliki gambaran kesempurnaan-Nya. Akan
namun , keberadaan Kristus berdasarkan homousios –
kodrat yang sama, Ia sendiri merupakan ungkapan
gambaran pribadi-Nya dan merupakan Anak Tuhan me-
lalui asal yang kekal. Para malaikat yaitu anak-anak
Tuhan , namun Ia tidak pernah berkata kepada satu pun
dari antara mereka, “Engkau telah Kuperanakkan pada
hari ini” (Ibr. 1:5).
Kedua, Ia dengan jelas dinyatakan sebagai Anak
Tunggal Bapa, melalui apa yang terlihat dalam kemulia-
an-Nya saat Ia diam di antara kita. Meskipun Ia
mengambil rupa sebagai hamba dalam hal-hal lahiriah,
rupa-Nya dalam hal anugerah-anugerah ilahi yaitu
seperti orang keempat yang berada di dalam perapian
yang menyala-nyala, seperti anak dewa. Kemuliaan
ilahi-Nya tampak dalam kekudusan dan keilahian ajar-
an-Nya, dalam mujizat-mujizat-Nya yang membuat
orang banyak mengakui bahwa Ia yaitu Anak Tuhan .
Kemuliaan-Nya tampak dalam kemurnian, kebaikan,
dan kegunaan dari seluruh perbuatan dan tindak-tan-
duk-Nya. Kebaikan Tuhan yaitu kemuliaan-Nya, dan Ia
berjalan berkeliling untuk berbuat baik. Ia berbicara
dan berbuat segala sesuatu sebagai Tuhan yang berin-
karnasi. Mungkin penulis Injil ini secara khusus berpi-
kir tentang kemuliaan-Nya saat Ia berubah rupa, yang
telah disaksikannya sendiri (2Ptr. 1:16-18). Sebutan
Tuhan bagi-Nya bahwa Dia yaitu Anak yang dikasihi-
Nya, yang kepada-Nyalah Dia berkenan menunjukkan
bahwa Dia yaitu Anak Tunggal Bapa. Namun demi-
kian, bukti yang seutuhnya mengenai ini yaitu ke-
bangkitan-Nya.
[4] Keuntungan apa yang dipetik oleh orang-orang yang di
antara mereka Ia diam. Ia diam di antara mereka, penuh
kasih karunia dan kebenaran. saat dahulu Tuhan diam
di dalam kemah suci, yang ada yaitu hukum Taurat,
namun sekarang di antara orang-orang ini, yang ada
yaitu kasih karunia. Di dalam kemah suci itu hanya
ada bayangan mengenai apa yang akan terjadi kemu-
dian, sementara yang ada sekarang kebenaran yang se-
sungguhnya. Firman yang menjelma ini dalam segala
hal sungguh memenuhi syarat untuk menjalankan tu-
gas-Nya sebagai Pengantara, sebab Ia penuh kasih karu-
nia dan kebenaran, dua hal besar yang sangat dibu-
tuhkan oleh manusia yang jatuh; dan ini, seperti juga
kuasa dan keagungan ilahi yang tampak dalam diri-
Nya, membuktikan bahwa Dia yaitu