Yohanes 1-16 9

Kamis, 30 Januari 2025

Yohanes 1-16 9


 


daya, dan berbelas kasihan ke-

pada siapa Ia mau bermurah hati. Boleh jadi teman-teman 

orang ini yang juga sama-sama menderita, sering mencemooh-

nya sebab  tidak pernah beroleh kesempatan untuk menerima 

kesembuhan. Itulah sebabnya Kristus menyembuhkannya: 

merupakan kehormatan bagi-Nya untuk berpihak pada yang 

paling lemah, dan mengangkat orang-orang yang dilihat-Nya 

sering dijatuhkan. 

2.  Kristus tahu dan mempertimbangkan bahwa ia telah lama da-

lam keadaan itu. Orang-orang yang sudah lama menderita bo-

leh menghibur diri dengan hal ini, yaitu bahwa Tuhan   mencatat 

berapa lama mereka mengalaminya, dan Ia mengetahui keada-

an kekuatan kita. 

3. Ia bertanya kepada orang itu, Maukah engkau sembuh? Sung-

guh pertanyaan aneh, sebab  diajukan kepada seorang yang 

sudah begitu lama sakit. Ada orang-orang yang memang tidak 

mau disembuhkan, sebab  penderitaan itu mereka manfaat-

kan untuk mengemis dan dijadikan alasan untuk menutupi 

kemalasan mereka. namun   orang malang ini tidak mampu 

menjadikan mengemis sebagai pekerjaan. Namun, Kristus te-

tap mengajukan pertanyaan itu kepadanya,  

(1) Untuk mengungkapkan belas kasihan dan perhatian-Nya 

kepadanya. Dengan sikap lembut Kristus menyatakan rasa 

ingin tahu-Nya mengenai kerinduan orang-orang yang se-


 282

dang menderita, dan bersedia mendengar apa yang mereka 

harapkan: “Apa yang harus Aku lakukan untukmu?”  

(2) Untuk menguji apakah ia akan dicegah memperoleh ke-

sembuhan oleh orang banyak yang begitu berprasangka 

dan senang menaruh prasangka terhadap orang lain.  

(3) Untuk mengajarkan dia untuk menghargai belas kasihan, 

dan untuk menggugahnya untuk merindukan belas kasih-

an itu. Dalam hal-hal rohani, banyak orang tidak bersedia 

disembuhkan dari dosa-dosa mereka dan enggan berpisah 

dengan dosa-dosa itu. Seandainya saja kerinduan untuk 

sembuh itu ada, jika saja orang bersedia disembuhkan, 

maka pekerjaan itu sudah selesai separuhnya, sebab 

Kristus bersedia menyembuhkan, asal kita bersedia disem-

buhkan (Mat. 8:3). 

4. Orang malang yang sakit itu menggunakan kesempatan ini un-

tuk menyampaikan keluhannya dan mengemukakan betapa 

menyedihkan keadaannya, dan ini semakin membuat penyem-

buhannya semakin istimewa: Tuhan, tidak ada orang yang me-

nurunkan aku ke dalam kolam itu (ay. 7). Sepertinya ia meng-

anggap pertanyaan Kristus itu sebagai tuduhan bahwa ia lalai 

dan masa bodoh saja: “Jika memang ingin sembuh, seharus-

nya engkau lebih giat lagi supaya bisa masuk ke dalam air 

yang menyembuhkan itu sejak dulu.” “Tidak, Guru,” kata 

orang malang itu, “ini bukan sebab  tiadanya kemauan baik, 

melainkan tiadanya sahabat baik, sehingga aku belum juga 

sembuh. Aku sudah berusaha sekuat tenaga menolong diri 

sendiri, namun   sia-sia saja, sebab  tidak ada yang mau meno-

longku.”  

(1) Tidak ada cara lain lagi yang dipikirkan orang ini untuk 

sembuh selain melalui air kolam ini, dan tidak  ada lagi 

yang diinginkannya selain sahabat yang menolongnya ma-

suk ke dalam air itu. Oleh sebab itu, saat Kristus menyem-

buhkannya, ia tidak membayangkan atau mengharapkan-

nya, sebab ia sama sekali tidak memikirkan hal itu.  

(2) Ia hanya mengeluh tentang tiadanya teman yang mau me-

nolongnya: “Tidak ada orang, tidak ada teman yang mau 

berbuat baik padaku.” Orang akan berpikir bahwa bebe-

rapa dari antara mereka yang sudah disembuhkan sudah 

Injil Yohanes 5:1-16 

 283 

seharusnya menolong orang ini. Namun, sudah biasa bagi 

orang miskin untuk tidak memiliki teman. Tidak seorang 

pun peduli dengan jiwa mereka. Bagi orang sakit dan tidak 

berdaya, suatu perbuatan amal kecil yang dilakukan de-

ngan kesungguhan hati sangat melegakan mereka. Dengan 

cara inilah orang miskin mampu berbuat baik satu sama 

lain seperti seharusnya, walaupun kita jarang melihat 

mereka melakukannya. Ini sungguh memalukan.  

(3) Orang ini meratapi nasib sialnya sebab  sering kali saat ia 

hendak masuk, orang lain sudah turun mendahuluinya. Ha-

nya tinggal selangkah saja antara dirinya dan kesembuhan, 

namun ia masih tetap saja sakit. Tidak ada seorang pun 

yang memiliki cukup belas kasihan untuk berkata, “Ke-

adaanmu lebih buruk dibandingkan ku, jadi masuklah sekarang. 

Aku akan menunggu kesempatan lain saja.” Sungguh 

benar peribahasa yang berbunyi, Setiap orang bagi dirinya 

sendiri. sebab  begitu seringnya dikecewakan, orang ini 

mulai merasa putus asa, dan sekaranglah waktunya Kris-

tus datang untuk menolongnya. Ia senang menolong orang 

yang sedang putus asa. Perhatikanlah betapa lembut orang 

ini berbicara tentang keburukan orang-orang di sekitarnya 

itu, tanpa rasa jengkel. Sama seperti kita harus mensyu-

kuri sikap ramah sekecil apa pun, kita juga harus bersabar 

terhadap sikap merendahkan sebesar apa pun. Perasaan 

jengkel itu wajar saja, namun   perkataan kita harus tenang. 

Perhatikanlah selanjutnya bahwa meskipun orang ini telah 

menanti begitu lama dengan sia-sia, ia masih mau tetap 

berbaring di sisi kolam sambil berharap suatu hari nanti 

pertolongan akan datang juga (Hab. 2:3). 

5.  Mendengar ini, Yesus Tuhan kita menyembuhkan orang itu 

dengan mengucapkan beberapa perkataan, meskipun orang 

itu tidak meminta atau memikirkannya.  

Di sini kita lihat: 

(1) Perkataan yang diucapkan-Nya: Bangunlah, angkatlah 

tilammu (ay. 8).  

[1] Orang itu disuruh bangun dan berjalan. Sungguh perin-

tah aneh yang diberikan kepada seorang yang sakit, 

yang sudah lama lumpuh. Namun, perkataan ilahi ini 


 284

hendak dipakai sebagai sarana dari kuasa ilahi. Ini 

yaitu  perintah kepada penyakit itu untuk menyingkir, 

kepada keadaan alami untuk menjadi kuat, namun di-

utarakan sebagai perintah kepada orang itu untuk 

bertindak sendiri. Ia harus bangun dan berjalan, artinya, 

berusaha melakukannya, dan dalam usaha itu ia akan 

menerima kekuatan untuk melakukannya. Pertobatan 

seorang berdosa merupakan penyembuhan atas suatu 

penyakit menahun. Hal ini biasanya terjadi melalui per-

kataan, sebuah perkataan berupa perintah: Bangunlah 

dan berjalanlah. Bertobatlah, supaya kamu hidup, per-

baharuilah hatimu. Perintah seperti ini mengandaikan 

adanya anugerah Tuhan   yang luar biasa yang memberi 

kuasa kepada kita untuk melakukannya, dan kuasa se-

perti inilah yang terjadi pada diri si orang lumpuh itu. 

Namun, seandainya orang itu tidak berusaha menolong 

diri sendiri, ia tidak akan sembuh dan dialah yang 

berdosa. Walaupun demikian, bila ia tidak mau men-

coba sendiri, ia tidak akan disembuhkan, dan itu salah-

nya sendiri. Namun juga, ini tidak berarti bahwa kalau 

dia sampai bisa bangun dan berjalan, itu sebab  ke-

kuatannya sendiri. Tidak, ini semua terjadi sebab  kua-

sa Kristus, dan Dia-lah yang harus menerima seluruh 

kemuliaan untuk itu. Perhatikanlah, Kristus tidak me-

nyuruhnya bangun dan masuk ke air, namun   untuk 

bangun dan berjalan. Kristus melakukan bagi kita hal 

yang tidak mampu dilakukan oleh Taurat.  

[2] Ia diperintahkan mengangkat tilamnya.  

Pertama, supaya tampak bahwa kesembuhannya itu 

sempurna dan benar-benar ajaib, sebab  orang itu tidak 

memperoleh kekuatan secara bertahap, melainkan dari 

kelemahan dan kelumpuhan yang amat sangat ia tiba-

tiba melangkah dengan kekuatan tubuh yang pulih se-

penuhnya, sehingga ia mampu mengangkat beban berat 

bagaikan seorang kuli pengangkut barang yang sudah 

terbiasa mengangkat bebannya, padahal sudah lama ia 

tidak melakukannya. Semenit yang lalu ia tidak mampu 

membalikkan badan di atas tilamnya, namun sekarang 

ia bahkan sudah mampu mengangkat tilamnya itu. 

Injil Yohanes 5:1-16 

 285 

Orang sakit lumpuh yang disebutkan dalam Matius 9:6 

diperintahkan untuk pulang ke rumahnya, namun   orang 

di kolam Betesda ini mungkin saja tidak punya rumah. 

Tempat inilah rumahnya, dan itulah sebabnya ia disu-

ruh bangun dan berjalan.  

Kedua, ia diperintahkan mengangkat tilamnya untuk 

mengumumkan kesembuhannya itu, dan menyatakan-

nya kepada khalayak ramai. sebab  itu yaitu  hari 

Sabat, siapa pun yang membawa beban di jalanan akan 

tampak luar biasa sehingga setiap orang akan mena-

nyakan apa maksudnya dengan berbuat demikian. De-

ngan cara ini, berita tentang mujizat itu akan tersebar 

demi kemuliaan Tuhan  .  

Ketiga, dengan cara itu Kristus memberikan kesaksi-

an melawan kebiasaan para tua-tua yang telah menam-

bah-nambahi hukum Taurat tentang hari Sabat mele-

bihi tujuannya yang semula. Selain itu, Ia juga menun-

jukkan bahwa Dia-lah Tuhan atas hari Sabat, dan me-

miliki kuasa untuk membuat perubahan sekehendak 

hati-Nya, serta menguasai hukum itu. Yosua dan umat 

Israel berbaris mengelilingi Yerikho pada hari Sabat ke-

tika Tuhan   memerintahkan hal itu kepada mereka. Demi-

kian pula orang ini, ia mengangkat tilamnya sebab  me-

naati perintah-Nya. Mungkin saja mengangkat tilam 

pada hari Sabat membuat tugas itu menjadi suatu ke-

butuhan atau rahmat, namun   lebih dari itu, ini yaitu  

perbuatan saleh, sebab  dimaksudkan untuk kemulia-

an Tuhan  .  

Keempat, dengan cara ini Ia menguji iman dan ke-

taatan orang yang sakit itu. Dengan mengangkat tilam 

di depan umum, ia memperhadapkan dirinya pada 

penghakiman pengadilan agama, dan setidaknya dapat 

dikenai hukuman dipukul di rumah ibadat. Nah, apakah 

ia bersedia menanggung bahaya ini demi ketaatannya 

kepada Kristus? Ya, ia bersedia. Orang-orang yang telah 

disembuhkan oleh perkataan Kristus akan dikendalikan 

oleh perkataan-Nya, berapa pun harga yang harus diba-

yarnya. 


 286

(2)  Akibat dari perkataan ini (ay. 9): kuasa ilahi menyertai per-

kataan itu, dan saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia 

mengangkat tilamnya dan berjalan.  

[1]  Ia merasakan kuasa perkataan Kristus menyembuhkan 

dirinya: saat itu juga sembuhlah orang itu. Betapa me-

ngejutkan dan menyenangkannya mujizat ini bagi orang 

lumpuh yang malang itu saat mendapati dirinya pulih 

dan kuat secepat itu, begitu mampu menolong diri sen-

diri! Dalam sekejap ia sudah memasuki dunia yang 

baru! Tidak ada hal yang terlampau sulit bagi Kristus.  

[2] Ia menaati kuasa perkataan Kristus yang memberi pe-

rintah kepadanya itu. Ia mengangkat tilamnya dan ber-

jalan, dan tidak mempedulikan siapa yang akan menya-

lahkan atau mengancamnya sebab  melakukan hal itu. 

Bukti dari kesembuhan rohani kita yaitu  bila kita ba-

ngun dan berjalan. Sudahkah Kristus menyembuhkan 

penyakit rohani kita? Biarlah kita pergi ke mana pun Ia 

mengutus kita, dan mengangkat apa pun yang diletak-

kan-Nya ke atas kita, lalu berjalan di hadapan-Nya. 

V.   Apa yang terjadi pada orang malang itu sesudah ia disembuhkan. 

Di sini diceritakan kepada kita: 

1. Tentang apa yang dipercakapkannya dengan orang-orang Ya-

hudi yang melihatnya mengangkat tilamnya pada hari Sabat, 

sebab pada hari itulah terjadi kesembuhan ini. Hari Sabat ini 

jatuh pada pekan Paskah, dan oleh sebab nya disebut hari 

yang besar (19:31). Pekerjaan Kristus sedemikian rupa hingga 

Ia tidak perlu membedakan hari Sabat dengan hari-hari lain-

nya, sebab Ia selalu mengerjakan urusan Bapa-Nya. Namun, 

pada hari itu Ia mengadakan banyak penyembuhan, mungkin 

untuk mendorong Gereja-Nya agar mengharapkan berkat-ber-

kat rohani dari-Nya, yang digambarkan-Nya melalui mujizat-

mujizat penyembuhan, saat  mereka sedang menjalankan 

hari Sabat kristiani.  

Di sini: 

(1) Orang-orang Yahudi itu bertengkar dengannya sebab  

mengangkat tilamnya pada hari Sabat. Kata mereka kepa-

danya, tindakan itu tidak diperbolehkan (ay. 10). Tidak di-

Injil Yohanes 5:1-16 

 287 

sebutkan apakah mereka ini yaitu  para pejabat di peng-

adilan agama, yang berhak menghukum dia, atau rakyat 

biasa yang hanya dapat melaporkan perbuatannya. Sebe-

gitu jauh, ada yang patut dipuji mengenai sikap mereka 

itu, yakni, bahwa sebab  tidak tahu dengan kuasa mana-

kah Ia melakukan hal itu, mereka betul-betul menjaga 

kehormatan hari Sabat dan tidak bisa diam saja melihat 

hari Sabat dilanggar, seperti Nehemia adanya (Neh. 13:17). 

(2)  Orang itu membenarkan diri dengan mengatakan bahwa ia 

melakukan hal itu sebab  perintah yang bisa membenar-

kannya (ay. 11). “Aku bukan melakukannya sebab  mem-

benci hukum Taurat dan hari Sabat, namun   sebab  taat 

kepada dia yang dengan menyembuhkan aku telah mem-

beriku bukti yang tidak dapat disangkal bahwa dia lebih 

besar dibandingkan  kedua hal itu. Dia yang mampu mengada-

kan mujizat seperti itu untuk menyembuhkan aku pasti 

boleh memberiku perintah untuk mengangkat tilamku. Dia 

yang mampu berkuasa atas kekuatan alam pasti juga 

dapat berkuasa atas hukum positif (hukum bukan alam, 

seperti hukum Taurat atau hukum pemerintah – pen.), ter-

utama bila itu tidak menyangkut inti atau hakikat dari hu-

kum itu. Dia yang begitu baik hingga mau menyembuhkan 

aku tidak akan begitu jahat hingga menyuruhku berbuat 

dosa.” Pada kesempatan lain saat  menyembuhkan se-

orang lumpuh lain, Kristus membuktikan kuasa-Nya untuk 

mengampuni dosa, sedangkan di sini Ia membuktikan kua-

sa-Nya untuk memberi hukum. Jika pengampunan-Nya 

sah, begitu pula halnya dengan maklumat-Nya, dan muji-

zat-mujizat yang diadakan-Nya membuktikan kedua hal 

ini. 

(3)  Orang-orang Yahudi itu bertanya lebih lanjut tentang siapa 

yang memberinya perintah itu (ay. 12): Siapakah orang itu? 

Perhatikanlah, betapa bersemangatnya mereka mengabai-

kan hal yang bisa menjadi dasar bagi kepercayaan mereka 

kepada Kristus. Mereka bertanya bukan sebab  rasa ingin 

tahu, “Siapa yang telah menyembuhkanmu?” Dengan berse-

mangat mereka mengejar jawaban yang bisa menjadi dasar 

perenungan terhadap Kristus (Siapakah orang itu yang 

berkata kepadamu, Angkatlah tilammu?), namun   itu diguna-


 288

kan untuk memanggil orang sakit itu untuk menjadi saksi 

melawan tabibnya itu dan menjadi pengkhianat bagi Dia.  

Dalam pertanyaan mereka, perhatikanlah:  

[1] Mereka sungguh menganggap Kristus hanya seorang 

manusia biasa saja: Siapakah orang itu? Sebab meski-

pun Ia telah memberikan bukti yang begitu meyakin-

kan, mereka menetapkan hati bahwa mereka tidak akan 

pernah mau mengakui-Nya sebagai Anak Tuhan  .  

[2] Mereka berketetapan menganggap-Nya orang jahat dan 

menganggap bahwa Dia yang telah memerintahkan 

orang ini untuk mengangkat tilamnya, tak peduli per-

buatan ilahi seperti apa pun yang bisa diadakan-Nya, 

yaitu  seorang penjahat. sebab  itulah mereka berke-

tetapan hati untuk menuntut-Nya. Siapakah orang itu 

yang berani memberikan perintah seperti itu? 

(4) Orang malang itu tidak dapat memberi mereka keterangan 

apa pun perihal Dia: ia tidak tahu siapa orang itu (ay. 13). 

[1] Saat Kristus menyembuhkannya, Ia tidak dikenal oleh 

orang itu. Mungkin ia pernah mendengar nama Yesus, 

namun   ia tidak pernah melihat-Nya, sehingga tidak dapat 

mengatakan apakah Dia memang Yesus. Perhatikanlah, 

Kristus banyak berbuat baik kepada orang-orang yang 

tidak mengenal-Nya (Yes. 14:4-5). Ia memberi penerang-

an, menguatkan, mendorong, dan menghibur kita, dan 

kita tidak tahu siapa Dia. Kita juga tidak menyadari 

betapa banyak yang kita terima setiap hari melalui per-

antaraan-Nya. Orang yang tidak kenal dengan Kristus 

ini, tentunya tidak dapat percaya kepada-Nya untuk 

memperoleh kesembuhan, namun   Kristus mengenal wa-

tak jiwanya dan memberikan perkenanan-Nya kepada 

dia, sama seperti yang dilakukan-Nya kepada orang 

buta dalam kasus serupa (9:36). Kovenan dan perseku-

tuan kita dengan Tuhan   bertambah, terutama bukan ka-

rena pengenalan kita akan diri-Nya, melainkan sebab  

pengenalan-Nya akan diri kita. Kita mengenal Tuhan  , 

atau lebih baik, kita dikenal Tuhan   (Gal. 4:9).  

[2]  Untuk sementara waktu Ia tidak mau memperkenalkan 

diri, sebab segera sesudah  mengadakan mujizat itu, Ia 

Injil Yohanes 5:1-16 

 289 

menghilang, Ia membuat diri-Nya tidak dikenal (begitu-

lah yang diartikan sebagian orang), ke tengah-tengah 

orang banyak di tempat itu. Hal ini disebutkan untuk 

menunjukkan:  

Pertama, Bagaimana Kristus menghilang – dengan 

mengundurkan diri ke tengah orang banyak sehingga 

tidak dapat dibedakan dari orang biasa. Dia yang ada-

lah pemimpin sepuluh ribu orang sering kali berbaur 

dengan kerumunan orang. Adakalanya ini merupakan 

nasib orang-orang yang melalui pelayanan mereka sen-

diri telah mengisyaratkan diri agar disetarakan dengan 

orang banyak dan diabaikan. Atau, 

Kedua, Ia menghilang sebab  di situ ada orang ba-

nyak, dan Ia berusaha menghindari pujian orang-orang 

yang mengagumi mujizat itu dan menyanjung-nyanjung-

kannya maupun kecaman orang-orang yang akan me-

nuduh-Nya sebagai pelanggar hari Sabat, lalu berniat 

menjatuhkan-Nya. Orang-orang yang giat bekerja bagi 

Tuhan   harus sadar bahwa mereka akan mengalami per-

kataan buruk dan perkataan baik. Dan sungguhlah bi-

jaksana untuk menghindar sebisa-bisanya untuk men-

dengarkan keduanya, supaya jangan kita terlampau 

ditinggikan oleh yang satu dan merasa sangat tertekan 

sebab  yang lain. Kristus membiarkan mujizat itu sen-

diri yang berbicara memberikan pujian bagi dirinya 

sendiri. Ia menyerahkan perkaranya kepada orang yang 

mengalami kesembuhan itu sendiri untuk membukti-

kan kebenaran mujizat itu.  

2.  Apa yang terjadi antara orang itu dengan Yesus Tuhan kita 

pada perbincangan berikutnya (ay. 14).  

Perhatikanlah di sini: 

(1) Di mana Kristus bertemu dengannya: di dalam Bait Tuhan  , 

tempat ibadah umum. Saat menghadiri ibadah umum, kita 

boleh berharap menjumpai Kristus dan meningkatkan pe-

ngenalan kita akan Dia.  


 290

Perhatikanlah:  

[1] Kristus pergi ke Bait Tuhan  . Walaupun Ia memiliki ba-

nyak musuh, Ia muncul di depan umum, sebab di sana-

lah Ia memberikan kesaksian-Nya terhadap segala kete-

tapan ilahi, serta untuk mencari kesempatan berbuat 

baik.  

[2] Orang yang telah disembuhkan itu pergi ke Bait Tuhan  . 

Tampaknya di sana Kristus berjumpa dengannya pada 

hari yang sama saat  ia disembuhkan. Ia langsung 

pergi ke Bait Tuhan  .  

Pertama, sebab  ia sudah begitu lama tertahan un-

tuk ke sana oleh kelemahannya. Boleh jadi sudah tiga 

puluh delapan tahun lamanya ia tidak pernah ke sana, 

dan oleh sebab itu, segera sesudah bebannya terangkat, 

kunjungan pertamanya yaitu  ke Bait Tuhan  , seperti 

yang diisyaratkan oleh Hizkia (Yes. 38:22): Apakah yang 

akan menjadi tanda, bahwa aku akan pergi ke rumah 

TUHAN?  

Kedua, sebab  dengan kesembuhannya itu ia mem-

punyai keperluan yang baik untuk ke situ. Ia pergi ke 

Bait Tuhan   untuk bersyukur kepada Tuhan   atas kesem-

buhannya itu. Jika Tuhan   pernah memulihkan kesehat-

an kita, sudah selayaknya kita mempersembahkan kor-

ban syukur kepada-Nya (Mzm. 116:18-19). Semakin ce-

pat semakin baik, saat rahmat itu masih terasa segar.  

Ketiga, sebab  dengan mengangkat tilamnya ia se-

akan menghina hari Sabat, ia ingin menunjukkan bah-

wa sebenarnya ia justru menghormatinya dan tergerak 

menjalani penyucian di hari Sabat, dan yang ditekan-

kan yaitu  ibadah umum kepada Tuhan  . Perbuatan-per-

buatan mendesak yang dilakukan sebab  kebutuhan 

dan rasa belas kasihan memang diperbolehkan, namun   

sesudah  melakukannya, kita harus pergi ke rumah iba-

dat. 

(2) Apa yang dikatakan-Nya kepada orang itu. saat  Kristus 

menyembuhkan kita, Ia belum selesai dengan kita. Seka-

rang Ia mencurahkan perhatian pada kesembuhan jiwa 

orang itu, dan ini dilakukan-Nya juga oleh firman.  

Injil Yohanes 5:1-16 

 291 

[1] Ia mengingatkan orang itu pada kesembuhannya: Per-

hatikanlah baik-baik, engkau sudah sembuh. Orang itu 

tahu dirinya sudah sembuh, namun Kristus meminta-

nya untuk memperhatikan kenyataan itu. Perhatikanlah 

baik-baik, pikirkan dengan sungguh betapa mendadak, 

betapa ajaib, betapa murah dan mudahnya kesembuh-

an itu terjadi. Kagumilah hal itu dan renungkanlah. 

Ingatlah baik-baik, biarlah kesannya tinggal tetap dan 

tidak hilang lenyap (Yes. 38:9).  

[2] Kristus memperingatkan orang itu agar waspada terha-

dap dosa, sebab  telah sembuh, jangan berbuat dosa 

lagi. Hal ini menyiratkan bahwa penyakitnya disebab-

kan oleh dosa. Kita tidak bisa katakan apakah itu dosa 

yang sangat menghanguskan ataukah hanya dosa pada 

umumnya, namun   kita tahu bahwa dosa memang meru-

pakan penyebab penyakit (Mzm. 107:17-18). Beberapa 

orang mengamati bahwa Kristus tidak menyebut soal 

dosa kepada orang-orang sakit yang disembuhkan-Nya, 

kecuali kepada orang sakit ini dan seorang lagi yang 

menderita penyakit serupa (Mrk. 2:5). Selama penyakit 

menahun ini belum sembuh, hal ini bisa mencegah 

penderitanya melakukan banyak dosa yang bisa dilihat. 

Oleh sebab itu kewaspadaan semakin diperlukan saat  

kelemahan itu diangkat. Kristus menyiratkan bahwa 

orang-orang yang telah sembuh dan dibebaskan dari 

hukuman dosa pada saat sekarang ini, ada kemungkin-

an kembali kepada dosa saat penderitaan dan pengen-

dalian itu sudah berlalu, kecuali anugerah ilahi menge-

ringkan sumbernya. saat  masalah yang sekadar mem-

bendung arus itu terangkat, aliran air akan kembali 

seperti semula. Itulah sebabnya sangat dibutuhkan ke-

waspadaan, supaya sesudah anugerah kesembuhan 

diberikan, kita tidak kembali berbuat dosa lagi. Pen-

deritaan kita yang sudah disembuhkan memperingatkan 

kita agar jangan berbuat dosa lagi sesudah  merasakan 

kepedihan akibat dosa. Anugerah yang membuat kita 

sembuh merupakan perjanjian dengan kita agar tidak 

menyakitkan hati Dia yang telah menyembuhkan kita. 

Inilah suara yang menyertai setiap pemeliharaan Tuhan  , 


 292

Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi. Dengan penuh 

harapan orang ini mengawali kehidupan barunya di 

dalam Bait Tuhan  . Meskipun demikian, Kristus mengang-

gap perlu untuk memberinya peringatan ini. Sudah bia-

sa bagi orang pada umumnya saat mereka sakit, untuk 

menjanjikan banyak hal, untuk melakukan sesuatu saat 

baru sembuh, namun   sesudah  beberapa waktu kemudian 

melupakan semuanya.  

[3]  Kristus memberinya peringatan akan bahaya ini, kalau-

kalau ia kembali ke jalannya yang berdosa: supaya pa-

damu jangan terjadi yang lebih buruk. Kristus, yang me-

ngenal isi hati manusia, tahu bahwa orang ini termasuk 

mereka yang harus ditakut-takuti agar tidak berbuat 

dosa lagi. Orang bisa berpikir bahwa tiga puluh delapan 

tahun menderita lumpuh tentunya sudah cukup parah. 

Namun, ada sesuatu yang lebih parah lagi yang akan 

menimpanya jika ia kembali berbuat dosa sesudah  Tuhan   

mengaruniakan kepadanya penyelamatan hingga terlu-

put seperti ini (Ezr. 9:13-14). Tempat ia berbaring saat  

sakit dulu sangatlah menyedihkan, namun neraka jauh 

lebih mengerikan lagi: hukuman yang harus dijalani 

mereka yang tidak mau bertobat jauh lebih berat dari-

pada kelumpuhan selama tiga puluh delapan tahun. 

VI. Sekarang, sesudah perbincangan di antara Kristus dengan orang 

sakit itu, perhatikanlah dua ayat berikutnya,  

1.  Keterangan yang diberikan orang malang yang sederhana itu 

kepada orang-orang Yahudi perihal Kristus (ay. 15). Ia menga-

takan kepada mereka bahwa Yesus-lah yang telah menyem-

buhkan dia. Kita boleh berpikir bahwa ia berbuat seperti ini 

demi kemuliaan Kristus dan demi manfaat bagi orang-orang 

Yahudi. Ia tidak tahu bahwa Dia yang memiliki kuasa dan 

kebaikan begitu besar bisa memiliki  musuh. Namun, orang-

orang yang mengharapkan hal baik bagi kerajaan Kristus 

harus cerdik seperti ular, supaya tidak menimbulkan lebih ba-

nyak celaka dibandingkan  kebaikan dengan semangat mereka, dan 

tidak melemparkan mutiara kepada babi.  

 

Injil Yohanes 5:17-30 

 293 

2.  Kemarahan dan permusuhan orang Yahudi terhadap-Nya: Dan 

sebab  itu para pemimpin orang-orang Yahudi berusaha meng-

aniaya Yesus.  

Lihatlah:  

(1) Betapa bodoh dan tidak masuk akalnya sikap permusuhan 

mereka terhadap Kristus. Kristus telah menyembuhkan 

orang sakit itu sehingga meringankan beban masyarakat 

yang selama ini menopang hidup orang sakit tersebut, 

namun mereka tetap ingin menganiaya Dia, sebab  telah 

berbuat baik di Israel.  

(2) Betapa keji dan kejamnya rencana mereka: Orang-orang 

Yahudi berusaha menganiaya Yesus. Selain darah dan nya-

wa-Nya, tidak ada yang mampu memuaskan nafsu mereka.  

(3) Bagaimana keinginan itu dibungkus dengan dalih ingin 

menghormati hari Sabat. Kejahatan yang dituduhkan ke-

pada-Nya itu merupakan reka-rekaan saja: sebab  Ia mela-

kukan hal-hal itu pada hari Sabat, seolah-olah melakukan 

semuanya ini pada hari Sabat ini sudahlah cukup untuk 

merusak segala perbuatan ilahi yang terbaik. Dengan 

demikian Ia dianggap berbahaya, padahal apa yang dilaku-

kan-Nya itu sungguh terpuji. Demikianlah orang-orang mu-

nafik sering kali menutup-nutupi sikap permusuhan mere-

ka terhadap kuasa kesalehan dengan berpura-pura sangat 

berpegang teguh pada bentuk luarnya. 

Percakapan Kristus dengan Orang-orang Yahudi; 

Seluruh Penghakiman Diserahkan kepada Kristus; Inti Kekristenan  

(5:17-30) 

17 namun   Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, 

maka Aku pun bekerja juga.” 18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha 

lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja sebab  Ia meniadakan hari Sabat, 

namun   juga sebab  Ia mengatakan bahwa Tuhan   yaitu  Bapa-Nya sendiri dan 

dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Tuhan  . 19 Maka Yesus menja-

wab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak 

dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat 

Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang diker-

jakan Anak. 20 Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya 

segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan 

kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-

pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. 21 Sebab sama seperti Bapa 

membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga 


 294

Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. 22 Bapa tidak meng-

hakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruh-

nya kepada Anak, 23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti 

mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga 

tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. 24 Aku berkata kepadamu: 

Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada 

Dia yang mengutus Aku, ia memiliki  hidup yang kekal dan tidak turut 

dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. 25 Aku 

berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa 

orang-orang mati akan mendengar suara Anak Tuhan  , dan mereka yang men-

dengarnya, akan hidup. 26 Sebab sama seperti Bapa memiliki  hidup dalam 

diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak memiliki  hidup dalam 

diri-Nya sendiri. 27 Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk meng-

hakimi, sebab  Ia yaitu  Anak Manusia. 28 Janganlah kamu heran akan hal 

itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan 

akan mendengar suara-Nya, 29 dan mereka yang telah berbuat baik akan ke-

luar dan bangkit untuk hidup yang kekal, namun   mereka yang telah berbuat 

jahat akan bangkit untuk dihukum. 30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari 

diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan 

penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, 

melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku. 

Di sini kita dapati perkataan Kristus saat  Ia dituduh merusak hari 

Sabat (ay. 17), dan sepertinya ini merupakan usaha-Nya untuk mem-

bela diri di hadapan Mahkamah Agama, saat  Ia didakwa di depan 

mereka. Apakah hal ini terjadi pada hari yang sama, dua hari, atau 

tiga hari kemudian, tidak disebutkan, namun   mungkin juga pada hari 

yang sama.  

Perhatikanlah: 

I. Ajaran yang diletakkan-Nya untuk membenarkan hal yang diker-

jakan-Nya pada hari Sabat (ay. 17): Ia berkata kepada mereka. Hal 

ini menunjukkan bahwa Ia berusaha menjawab tuduhan yang 

didakwakan kepada-Nya, yang diajukan anggota-anggota dewan 

itu satu sama lain dalam usaha mereka untuk menganiaya Dia 

(ay. 16). Ia tahu, dan menjawab, Bapa-Ku bekerja sampai sekar-

ang, maka Aku pun bekerja juga. Pada kesempatan-kesempatan 

lain, sebagai jawaban atas tuduhan serupa, Ia mengemukakan 

contoh perihal Daud yang memakan roti sajian (roti kudus), para 

imam yang menyembelih korban bakaran, dan tentang orang 

memberi minum ternak mereka pada hari Sabat. Namun, di sini 

Ia merujuk pada contoh yang lebih mulia dan mengemukakan 

contoh mengenai Bapa-Nya dan kewenangan ilahi-Nya. Sambil 

mengesampingkan semua pembelaan-Nya yang lain-lain itu, Ia 

berpegang hanya pada satu pembelaan, yaitu yang instar omnium 

Injil Yohanes 5:17-30 

 295 

– setara dengan keseluruhan (yang mencakup segalanya), dan 

mematuhinya, sesuai dengan yang pernah dikatakan-Nya (Mat. 

12:8). sebab  Anak Manusia yaitu  Tuhan atas hari Sabat. Na-

mun, di sini Ia lebih menjelaskannya.  

1.  Ia mengaku bahwa Ia yaitu  Anak Tuhan  , dan hal ini jelas tam-

pak saat  Ia menyebut Tuhan   sebagai Bapa-Nya. Kalau begitu, 

kesucian-Nya tidak dapat dipertanyakan lagi dan kedaulatan-

Nya tidak perlu diragukan lagi. Ia berhak mengubah hukum 

ilahi sesuai kehendak-Nya. Sudah barang tentu mereka akan 

menghormati Anak, pewaris segala sesuatu.  

2.  Bahwa Ia bekerja sama seperti Tuhan   juga bekerja.  

(1) Bapa-Ku bekerja sampai sekarang. Teladan yang diberikan 

Tuhan   dengan beristirahat dari semua pekerjaan-Nya pada 

hari ketujuh, yang tercantum dalam perintah keempat, 

menjadi dasar bagi kita untuk juga melaksanakan teladan-

Nya itu sebagai hari Sabat atau hari perhentian. Tuhan   

hanya beristirahat dari pekerjaan yang telah dilakukan-Nya 

pada enam hari itu. Lain dari itu, Ia masih terus bekerja 

sampai sekarang ini. Ia bekerja setiap hari, baik pada hari 

Sabat maupun pada hari-hari biasa, untuk menopang dan 

mengatur semua makhluk ciptaan serta menyelaraskan 

seluruh gerakan dan kerja alam melalui pemeliharaan-Nya 

secara umum, untuk kemuliaan-Nya sendiri. Oleh sebab itu, 

meskipun kita ditentukan untuk beristirahat pada hari 

Sabat, kita tidak dilarang melakukan hal yang langsung 

berhubungan dengan kemuliaan Tuhan  , seperti orang yang 

mengangkat tilamnya itu.  

(2) Aku pun bekerja, bukan saja supaya dengan begitu Aku 

bisa bekerja, seperti Dia, dalam melakukan perbuatan baik 

pada hari Sabat dan hari-hari lainnya, namun   juga sebab  

Aku ini bekerja bersama-Nya. Sama seperti Tuhan   mencipta-

kan segala sesuatu melalui Kristus, Ia juga menopang dan 

mengendalikan semuanya itu melalui Kristus (Ibr. 1:3). Hal 

ini menempatkan apa yang dilakukan-Nya di atas segala 

hal tanpa kecuali. Dia yang merupakan pekerja yang mela-

kukan pekerjaan yang sehebat itu tentu saja harus juga 

merupakan seorang penguasa yang tidak dikendalikan oleh 

siapa pun. Dia yang mampu melakukan segala sesuatu 


 296

yaitu  Tuhan atas segala sesuatu, dan oleh sebab  itu juga 

Tuhan atas hari Sabat. Hari Sabat ini termasuk dalam sa-

lah satu bagian yang menjadi kewenangan-Nya yang hen-

dak ditegaskan-Nya sekarang ini, sebab tak lama sesudah 

itu Ia akan menyatakan-Nya lebih lanjut, dengan meng-

ubah hari ketujuh itu menjadi hari pertama. 

II.  Perlawanan terhadap pengajaran-Nya (ay. 18): Orang-orang Yahudi 

lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya. Pembelaan yang dike-

mukakan-Nya dijadikan alasan untuk mendakwa-Nya, seolah-

olah dengan membenarkan diri, Ia justru semakin memperparah 

keadaan. Perhatikanlah, orang-orang yang tidak mau menerima 

pencerahan melalui perkataan Kristus akan menjadi marah dan 

kesal sebab nya, dan tidak ada hal yang lebih menjengkelkan 

musuh-musuh Kristus dibandingkan  perkataan-Nya yang menegaskan 

kewenangan-Nya (lih. Mzm. 2:3-5). Mereka berusaha keras untuk 

membunuh-Nya, 

1.  sebab  Ia telah melanggar hari Sabat. Tidak peduli apa pun 

yang dikatakan-Nya untuk membela diri, tetap saja mereka 

telah bulat hati, benar atau salah, menyatakan-Nya bersalah 

telah melanggar hari Sabat. saat  rasa dengki dan iri hati me-

nguasai persidangan, akal sehat dan keadilan pun dibungkam-

nya, tak peduli seberapa benarnya akal sehat dan keadilan itu.  

2.  Bukan saja sebab  telah melanggar hari Sabat, namun   juga 

sebab  Ia berkata bahwa Tuhan   yaitu  Bapa-Nya. Sekarang 

mereka berpura-pura merasa kesal demi kehormatan Tuhan  , se-

perti demi hari Sabat sebelumnya. Mereka mendakwa Kristus 

dengan tuduhan itu sebagai kejahatan yang teramat keji kare-

na menyamakan diri-Nya dengan Tuhan  . Seandainya Dia me-

mang bukan begitu, ini memang merupakan kejahatan yang 

keji. Ini yaitu  dosa yang dilakukan Lucifer, Aku hendak 

menyamai Yang Mahatinggi.  

Nah:  

(1) Sungguh tepat apa yang disimpulkan dari perkataan-Nya 

itu, bahwa Dia yaitu  Anak Tuhan  , dan bahwa Tuhan   yaitu  

Bapa-Nya, patera idion – Bapa-Nya sendiri, bukan Bapa 

orang lain. Kristus mengatakan bahwa Ia bekerja bersama 

Bapa-Nya, dengan wewenang dan kuasa yang sama, dan 

Injil Yohanes 5:17-30 

 297 

dengan itu Ia menyamakan diri dengan Tuhan  . Ecce 

intelligunt Judæi, quod non intelligunt Ariani – Sesungguh-

nya orang Yahudi memahami apa yang tidak dipahami para 

penganut Arius (Dia menyakini bahwa Anak berlainan 

hakikat dari Bapa – pen.).  

(2) Walaupun begitu, secara tidak adil Ia dituduh melakukan 

kejahatan sebab  menyamakan diri dengan Tuhan  . Padahal, 

Dia memang Tuhan  , setara dengan Bapa (Flp. 2:6). sebab  Ia 

memang Tuhan  , maka dalam menanggapi tuduhan ini, Ia 

tidak merasa terpancing atau tersudut, melainkan menya-

takan dengan tegas dan  membuktikan bahwa Dia memang 

setara dengan Tuhan   dalam kuasa dan kemuliaan. 

III. Perkataan Kristus tentang kejadian ini, yang terus berlanjut tanpa 

jeda sampai akhir bab ini. Dalam ayat-ayat tersebut Ia menjelas-

kan, dan sesudah itu menegaskan penugasan-Nya sebagai Peng-

antara yang berkuasa penuh dalam perjanjian antara Tuhan   dan 

manusia. Selain itu, sama seperti kehormatan yang diterima-Nya 

melalui hal ini begitu besar hingga tidak layak diterima makhluk 

ciptaan lainnya, begitu pula tugas yang dipercayakan kepada-Nya 

tidak akan mungkin dilaksanakan siapa pun. Oleh sebab  itu, Dia 

memang sungguh Tuhan  , setara dengan Bapa. 

1.  Secara umum. Dia satu dengan Bapa dalam segala hal yang 

dilakukan-Nya sebagai Pengantara, dan di antara mereka 

ada  saling pengertian yang sempurna dalam hal tersebut. 

Hal ini disampaikan dengan kata-kata pendahuluan yang 

khidmat (ay. 19), Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, Aku 

yang yaitu  Amin, Sang Amin, mengatakannya. Hal ini menyi-

ratkan bahwa hal-hal yang dinyatakan itu yaitu ,  

(1) Sangat luar biasa dan begitu agung hingga menuntut per-

hatian penuh.  

(2) Sangat pasti, sedemikian pastinya hingga menuntut perse-

tujuan seutuhnya yang tidak dibuat-buat.  

(3) Bahwa semua pernyataan-Nya itu benar-benar merupakan 

penyataan ilahi. Ini termasuk semua yang dikatakan 

Kristus kepada kita dan yang tidak mungkin kita ketahui 

tanpa Dia. Ada dua hal yang dikatakan-Nya secara umum 


 298

menyangkut kesatuan Anak dengan Bapa dalam melak-

sanakan pekerjaan: 

[1] Bahwa Anak selaras dengan Bapa (ay. 19): Anak tidak 

dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau 

tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang 

dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebagai 

Pengantara, Tuhan Yesus,  

Pertama, Taat kepada kehendak Bapa-Nya, begitu 

taatnya hingga Ia tidak dapat mengerjakan sesuatu dari 

diri-Nya sendiri, dengan pengertian yang sama seperti 

yang dikatakan, bahwa Tuhan   tidak berdusta, tidak da-

pat menyangkal diri-Nya, yang mengungkapkan kesem-

purnaan kebenaran-Nya, bukan ketidaksempurnaan 

dalam kekuatan-Nya. Jadi di sini Kristus begitu meng-

abdikan diri kepada kehendak Bapa-Nya hingga mus-

tahil bagi-Nya untuk bertindak terpisah dalam hal apa 

saja.  

Kedua, Ia taat pada kebijaksanaan Bapa-Nya. Dia 

mampu dan hanya bersedia melakukan apa yang dili-

hat-Nya dikerjakan Bapa. Tidak seorang pun dapat me-

nyelami pekerjaan yang dilakukan Tuhan  , kecuali Anak 

Tunggal Tuhan  , yang ada di pangkuan-Nya, yang melihat 

apa yang dilakukan-Nya, mengenal tujuan-tujuan-Nya 

dengan baik, dan memiliki rencana mereka. Apa yang 

dilakukan-Nya sebagai Pengantara dalam semua per-

buatan-Nya, merupakan salinan atau duplikat yang per-

sis sama dengan apa yang dilakukan Bapa, yaitu segala 

sesuatu yang dirancang-Nya saat membentuk rencana 

penebusan kita dalam kebijaksanaan-Nya yang kekal, 

dan saat menetapkan langkah-langkahnya yang tidak 

akan pernah bisa dilanggar ataupun perlu diubah. Ini 

yaitu  salinan rencana agung itu. Inilah kesetiaan 

Kristus, seperti Musa sebelumnya, yang melakukan se-

gala sesuatu menurut contoh yang telah ditunjukkan 

kepadanya di atas gunung itu. Perkataan Kristus itu 

diucapkan dalam bentuk sekarang, Ia melihat Bapa 

mengerjakannya (sekarang ini). Pemikiran ini sama se-

perti saat  ada di bumi ini, Ia dikatakan juga pada saat 

Injil Yohanes 5:17-30 

 299 

yang sama ada di sorga (3:13), dan ada di pangkuan 

Bapa (1:18). sebab  saat  itu Dia berada di sorga oleh 

sebab hakikat ilahi-Nya itu, maka segala sesuatu yang 

dilakukan di sorga juga diketahui oleh-Nya. Apa yang 

dikerjakan Bapa dalam kebijaksanaan-Nya, senantiasa 

dan masih tetap terlihat oleh Anak-Nya, seperti yang di-

katakan Daud dalam roh mengenai Dia, Aku senantiasa 

memandang kepada TUHAN (Mzm. 16:8).  

Ketiga, Ia setara dengan Bapa dalam hal bekerja, 

sebab  apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerja-

kan Anak.  Ia melakukan hal-hal yang sama, bukan hal-

hal yang serupa, melainkan tauta, hal-hal yang sama. Ia 

juga melakukannya dengan cara yang sama, homoiōs, 

juga, dengan wewenang, kebebasan, hikmat, kekuatan, 

dan kuasa yang sama. Apakah Bapa membuat, memba-

talkan, dan mengubah hukum-hukum positif? Apakah 

Ia menguasai dan mengendalikan hukum alam, menge-

nal hati manusia? Begitu pula halnya dengan Anak. 

Kuasa Sang Pengantara merupakan kuasa ilahi. 

[2] Bahwa Bapa berkomunikasi atau berhubungan dengan 

Anak (ay. 20).  

Perhatikanlah: 

Pertama, Alasan yang menjadi pendorong bagi hu-

bungan di antara keduanya: Bapa mengasihi Anak. Ia 

menyatakan, Inilah Anak-Ku yang Kukasihi. Bapa bukan 

saja mendukung apa yang dilakukan-Nya, namun   juga 

sangat puas dengan sang pelaku yang melakukan per-

buatan itu. Sekarang Kristus dibenci manusia, yang di-

jijikkan bangsa-bangsa (Yes. 49:7), namun   Kristus meng-

hibur diri dengan ini, bahwa Bapa mengasihi-Nya. 

Kedua, contoh-contoh mengenai kasih Bapa kepada-

Nya.  

Ia menunjukkannya:  

1.  Dalam apa yang sungguh disampaikan Bapa kepada-

Nya: Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu 

yang dikerjakan-Nya sendiri. Langkah-langkah yang 

digunakan Bapa dalam menciptakan dan mengatur 

dunia ditunjukkan-Nya kepada Anak, supaya Ia juga 


 300

bisa menggunakan langkah-langkah yang sama da-

lam mendirikan dan memimpin Gereja, dan peker-

jaan ini sendiri merupakan salinan atau duplikat 

karya penciptaan dan pemeliharaan Tuhan  , sehingga 

gereja yang dibentuk itu disebut dunia yang akan 

datang. Bapa menunjukkan segala sesuatu kepada-

Nya, ha autos poiei – yang dilakukan-Nya, yaitu apa 

yang dilakukan Anak, begitulah yang bisa ditafsir-

kan. Semua hal yang dilakukan Anak, dikerjakan 

dengan petunjuk Bapa. Ia menunjukkan kepada-Nya.  

2. Dalam apa yang bersedia disampaikan-Nya. Bapa 

akan menunjukkan kepada-Nya, yaitu, akan meng-

angkat dan mengarahkan Dia untuk melakukan pe-

kerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dibandingkan  

pekerjaan-pekerjaan itu.  

(1) Pekerjaan yang membutuhkan kuasa yang lebih 

besar dibandingkan  kuasa menyembuhkan orang sa-

kit, sebab Ia harus membangkitkan orang mati, 

dan Dia sendiri juga harus bangkit dari antara 

orang mati. Dengan kekuatan alami, dengan 

menggunakan berbagai sarana, suatu penyakit 

bisa saja sembuh pada waktunya. Namun, de-

ngan berbagai sarana, alam tidak akan pernah 

mampu membangkitkan orang mati sampai ka-

pan pun.  

(2) Pekerjaan dengan wewenang yang lebih besar 

dibandingkan  memberi perintah kepada orang itu 

untuk mengangkat tilamnya pada hari Sabat. 

Orang-orang Yahudi menganggap tindakan ini 

sebagai upaya yang sangat berani. Namun, tin-

dakan-Nya ini tidaklah ada apa-apanya diban-

dingkan dengan tindakan-Nya untuk membatal-

kan seluruh hukum upacara (seremonial) dan 

menetapkan ketetapan-ketetapan baru yang 

tidak lama kemudian dilakukan-Nya, “sehingga 

kamu menjadi heran.” Sekarang mereka meman-

dang pekerjaan-Nya dengan perasaan jijik dan 

murka, namun   tidak lama lagi Ia akan melakukan 

sesuatu yang membuat mereka takjub (Luk. 7:6). 

Injil Yohanes 5:17-30 

 301 

Banyak orang dibuat takjub dengan perbuatan-

perbuatan Kristus, dan perbuatan-perbuatan-

Nya ini mendatangkan kehormatan bagi Dia. 

Namun, orang-orang yang takjub ini tidak juga 

mau percaya kepada Dia, padahal dengan keper-

cayaan ini mereka bisa menerima manfaat dari 

semua perbuatan-Nya itu. 

2.  Secara khusus. Ia membuktikan kesetaraan-Nya dengan Bapa 

dengan menyebut beberapa pekerjaan khusus yang dilakukan-

Nya yang hanya bisa dikerjakan oleh Tuhan   saja. Hal ini lebih 

diperjelas lagi dalam ayat 21-30. Dia melakukan dan akan 

melakukan pekerjaan-pekerjaan istimewa yang hanya merupa-

kan kedaulatan Tuhan   – yakni menghakimi dan melaksanakan 

penghukuman (ay. 22-24, 27). Kedua hal ini saling berkaitan 

dan berhubungan, dan hal yang pernah diucapkan itu diulang 

dan ditanamkan. Gabungkanlah kedua hal itu, maka akan ter-

bukti bahwa perkataan Kristus tidaklah keliru saat  Ia me-

nyamakan diri-Nya dengan Tuhan  .  

(1) Perhatikanlah apa yang dikatakan di sini mengenai kuasa 

Pengantara untuk membangkitkan orang mati dan meng-

hidupkannya.  

Lihatlah:  

[1]  Wewenang-Nya untuk melakukan hal itu (ay. 21): Sama 

seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan 

menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan 

barangsiapa yang dikehendaki-Nya.  

Pertama, yaitu  hak istimewa Tuhan   untuk mem-

bangkitkan orang mati dan memberikan kehidupan, 

bahkan Dia-lah yang pertama kali mengembuskan nafas 

hidup ke dalam hidung manusia, dan menjadikannya 

makhluk yang hidup (lih. Ul. 32:30; 1Sam. 2:6; Mzm. 

68:20; Rm. 4:17). Hal ini telah dilakukan Tuhan   melalui 

Nabi Elia dan Elisa, dan ini merupakan penegasan atas 

pengutusan mereka. Kebangkitan dari orang mati belum 

pernah terjadi secara alami, dan tidak pernah terpikir-

kan oleh orang-orang yang hanya mempelajari kekuatan 

alam, seperti yang tampak dari salah satu aksioma yang 

menentang kebangkitan itu: A privatione ad habitum non 


 302

datur regressus – Keberadaan, begitu dimusnahkan, 

tidak dapat dikembalikan lagi. Itulah sebabnya hal ini 

diejek di Athena sebagai sesuatu yang tidak masuk akal 

(Kis. 17:32). Ini yaitu  murni pekerjaan kuasa ilahi, 

dan pengetahuan tentang hal ini murni berkat penyata-

an atau wahyu ilahi. Mengenai hal ini, orang-orang 

Yahudi mau mengakuinya.  

Kedua, Sang Pengantara diberi hak istimewa ini: Ia 

menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya, 

menghidupkan kembali siapa saja yang dikehendaki-

Nya, kapan pun Dia berkenan. Ia tidak menghidupkan 

makhluk-makhluk sebab  keperluan alami, seperti cara 

kerja matahari yang sinarnya berulang mengikuti cara 

yang sudah tertentu. Sebaliknya, Dia bertindak sebagai 

pelaku yang bebas, mengendalikan sendiri penyaluran 

kuasa-Nya, dan tidak pernah dibatasi atau ditahan un-

tuk menggunakannya. Sama seperti Ia memiliki kuasa, 

begitu pula Ia memiliki hikmat dan kedaulatan sebagai-

mana Tuhan   adanya. Ia memegang segala kunci maut dan 

kerajaan maut (Why. 1:18), bukan sebagai hamba yang 

membuka dan menutup seperti yang diperintahkan, se-

bab Dia memegang kunci Daud, sebagai tuan (Why. 3:7). 

Hal ini menggambarkan seorang raja yang berkuasa 

penuh (Dan. 5:19): dibunuhnya siapa yang dikehendaki-

nya dan dibiarkannya hidup siapa yang dikehendaki-

nya. Semuanya ini benar adanya mengenai Kristus, 

tanpa ada yang dilebih-lebihkan.  

[2]  Kemampuan-Nya untuk melakukan hal itu. sebab  itu 

Ia memiliki  kuasa untuk menghidupkan barangsiapa 

yang dikehendaki-Nya, sama seperti Bapa, sebab  Ia 

memiliki  hidup dalam diri-Nya sendiri, sama seperti 

Bapa (ay. 26).  

Pertama, pastilah bahwa Bapa memiliki  hidup 

dalam diri-Nya sendiri. Dia bukan saja suatu Keberada-

an yang ada dengan sendirinya, yang tidak berasal dari 

atau bergantung pada apa pun (Kel. 3:14), namun   juga 

pemberi kehidupan yang berdaulat. Dia memiliki kehi-

dupan di dalam diri-Nya sendiri, dan juga segala sesua-

tu yang baik (sebab demikianlah kehidupan itu adakala-

Injil Yohanes 5:17-30 

 303 

nya diartikan). Semuanya ini berasal dari-Nya dan ber-

gantung pada-Nya. Bagi semua makhluk ciptaan-Nya, 

Dia yaitu  sumber kehidupan dan segala sesuatu yang 

baik, pencipta keberadaan dan kesejahteraan mereka, 

Tuhan   yang hidup, dan Tuhan   dari semua yang hidup.  

Kedua, Sama pastinya juga bahwa Ia telah memberi-

kan Anak untuk memiliki  hidup di dalam diri-Nya sen-

diri. Sama seperti Bapa yaitu  sumber semua kehidup-

an alami dan segala sesuatu yang baik, sebagai Sang 

Pencipta yang Agung, demikian pula Anak, sebagai Pe-

nebus, yaitu  sumber semua kehidupan dan segala se-

suatu yang baik secara rohani (lih. 1Kor. 8:6; Kol. 1:19). 

Demikianlah Ia adanya bagi jemaat, seperti halnya Bapa 

bagi dunia. Kerajaan kasih karunia dan seluruh kehi-

dupan di dalam kerajaan itu sepenuhnya berada di 

dalam tangan Sang Penebus, seperti halnya kerajaan 

pemeliharaan yang menjaga alam ini berada di tangan 

Sang Pencipta. Sama seperti Tuhan   yang memberikan ke-

beradaan kepada segala sesuatu memiliki keberadaan-

Nya dari diri-Nya sendiri, begitu pula Kristus, yang 

memberikan kehidupan, membangkitkan diri-Nya sen-

diri dengan kuasa-Nya sendiri (10:18).  

[3] Tindakan-Nya sesuai wewenang dan kemampuan-Nya 

itu. Dengan memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri, dan 

dengan menerima wewenang untuk menghidupkan ba-

rangsiapa yang dikehendaki-Nya, maka berdasarkan hal 

ini, ada  dua kebangkitan yang terjadi sebab  per-

kataan-Nya yang penuh kuasa, dan keduanya disebut-

kan di sini: 

Pertama, kebangkitan yang terjadi sekarang (ay. 29), 

kebangkitan dari kematian dosa menuju hidup dalam 

kebenaran, melalui kuasa kasih karunia Kristus. Sebab 

saatnya akan tiba dan sudah tiba. Kebangkitan ini su-

dah dimulai dan akan berlangsung terus, saat  orang-

orang mati akan mendengar suara Anak Tuhan  . Hal ini 

dengan jelas dibedakan dengan kebangkitan yang dise-

butkan dalam ayat 28 yang berbicara tentang kebang-

kitan di akhir zaman. Kebangkitan ini tidak menyebut-

kan tentang orang mati dalam kuburan, tentang mereka 


 304

semua, dan bagaimana mereka keluar seperti dalam ke-

bangkitan yang disebut terakhir itu.  

1.  Ada yang berpendapat bahwa kebangkitan ini sudah 

digenapi dalam diri orang-orang yang telah dibang-

kitkan-Nya dengan cara ajaib, seperti misalnya anak 

wanita  Yairus, anak laki-laki si janda, dan Laza-

rus. Dapat dilihat bahwa semua orang ini dibang-

kitkan Kristus itu melalui perkataan, seperti, Hai 

anak, bangunlah; Hai anak muda, bangunlah; Laza-

rus, marilah keluar, sedangkan orang-orang yang di-

bangkitkan di bawah Perjanjian Lama bukan dibang-

kitkan melalui perkataan, melainkan melalui cara-

cara lain (1Raj. 17:21; 2Raj. 4:34; 13:21). Sebagian 

orang lagi berpendapat bahwa yang dimaksudkan 

yaitu  orang-orang kudus yang bangkit bersama 

Kristus, namun   kita tidak membaca tentang suara 

Anak Tuhan   yang memanggil mereka. Namun,  

2.  Saya lebih cenderung memahaminya sebagai kuasa 

pengajaran Kristus, guna memulihkan dan mem-

bangkitkan orang-orang yang mati sebab  pelanggar-

an-pelanggaran dan dosa-dosa (Ef. 2:1). Saatnya 

sudah tiba saat  jiwa-jiwa orang yang mati harus 

dihidupkan kembali melalui pemberitaan Injil dan 

suatu roh kehidupan dari Tuhan   yang menyertai jiwa 

itu: bahkan hal itu sudah terjadi sementara Kristus 

masih ada di bumi ini. Hal ini bisa juga terutama 

mengacu kepada panggilan terhadap bangsa-bangsa 

lain yang disebut hidup dari antara orang mati, dan 

yang, menurut sebagian orang, telah digambarkan 

melalui penglihatan Yehezkiel (Yeh. 37:1), dan dinu-

buatkan dalam Yesaya 26:19. Orang-orang-Mu yang 

mati akan hidup pula. Namun, hal ini harus diterap-

kan pada keberhasilan Injil yang luar biasa di antara 

orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain, dan 

waktu untuk ini masih dan akan terus terjadi, sam-

pai semua orang yang terpilih berhasil dipanggil. 

Injil Yohanes 5:17-30 

 305 

Perhatikanlah:  

(1) Secara rohani, orang-orang berdosa sudah mati. 

Mereka miskin dalam kehidupan, indra, kekuat-

an, dan pergerakan rohani. Mereka mati dalam 

hubungan dengan Tuhan  , sengsara, namun tidak 

menyadari kesengsaraan mereka dan tidak mam-

pu menolong diri sendiri untuk bisa keluar dari 

situ.  

(2) Pertobatan seseorang kepada Tuhan   merupakan 

kebangkitan dari kematian kepada kehidupan. 

sesudah  itu, jiwanya mulai hidup saat ia mulai 

hidup bagi Tuhan  , bernafas dengan-Nya, dan ber-

gerak menuju Dia.  

(3) Melalui suara Anak Tuhan   sajalah jiwa-jiwa di-

bangkitkan untuk mengalami kehidupan rohani. 

Hal ini terjadi melalui kuasa-Nya, dan kuasa itu 

disampaikan melalui perkataan-Nya: Orang-orang 

mati akan mendengar, akan dibuat supaya bisa 

mendengar, mengerti, menerima, dan memper-

cayai suara Anak Tuhan  , untuk mendengar suara 

itu sebagai suara-Nya sendiri. sesudah  itu Roh 

memberinya hidup, sebab (hukum) yang tertulis 

mematikan.  

(4) Suara Kristus harus didengar oleh kita supaya 

kita bisa hidup olehnya. Mereka yang mendengar 

dan memperhatikan apa yang mereka dengar, 

akan hidup. Dengarkanlah, maka kamu akan 

hidup (Yes. 55:3). 

Kedua, Kebangkitan yang masih akan tiba. Hal ini 

dibicarakan di dalam ayat 28-29 dan didahului dengan 

kata-kata, “Janganlah kamu heran akan apa yang Ku-

katakan tentang kebangkitan pertama, janganlah kamu 

menolaknya sebagai sesuatu yang tidak masuk akal dan 

bodoh, sebab pada akhir zaman nanti kamu akan meli-

hat bukti yang bisa kamu saksikan sendiri dan menak-

jubkan tentang kuasa dan wewenang Anak Manusia.” 

Sama seperti kebangkitan-Nya sendiri dicadangkan un-

tuk menjadi bukti yang mengakhiri dan menutup penu-


 306

gasan pribadi-Nya, begitu juga kebangkitan semua 

orang dicadangkan supaya menjadi bukti penugasan-

Nya untuk dilaksanakan melalui Roh-Nya.  

Sekarang perhatikanlah di sini: 

a.  Kapan kebangkitan ini akan terjadi: Saatnya akan 

tiba. Saat bagi kebangkitan ini telah ditetapkan, pe-

nunjukannya sangatlah pasti dalam hal waktu. Hari 

penghakiman itu tidak ditangguhkan sine die – ke 

masa yang belum ditentukan. Tidak, Ia telah mene-

tapkan suatu hari. Saatnya akan tiba.  

(a) Hari itu belum tiba. Waktunya bukanlah seperti 

yang disebutkan dalam ayat 25, namun   akan tiba 

dan sudah (mulai) tiba (sekarang). Orang-orang 

yang berkata bahwa kebangkitan telah berlang-

sung, melakukan kesalahan yang berbahaya 

(2Tim. 2:18). Namun,  

(b) saat itu pasti akan tiba, sedang mendekat setiap 

hari, dan sudah diambang pintu. Kita tidak tahu 

masih berapa lama lagi, namun   kita tahu bahwa 

hal ini sudah dirancang dengan sempurna serta 

diputuskan dan tidak dapat diubah lagi. 

b.  Siapa yang akan dibangkitkan: semua orang yang di 

dalam kuburan, yakni semua orang yang telah mati 

sejak awal zaman, dan semua orang yang akan mati 

sampai akhir zaman. Telah dikatakan (Dan. 12:2), 

bahwa banyak yang akan bangun (bangkit). Di sini 

Kristus mengatakan kepada kita bahwa orang ba-

nyak yang dimaksudkan itu yaitu  semua orang. 

Mereka semua harus berdiri di hadapan Hakim, dan 

oleh sebab  itu semua orang harus dibangkitkan. 

Tiap orang secara utuh. Setiap jiwa akan kembali ke 

raganya, dan setiap tulang itu bertemu satu sama 

lain. Kuburan yaitu  penjara bagi jasad-jasad yang 

telah mati, tempat mereka ditawan, sedangkan da-

pur api menjadi tempat tulang-tulang itu dihabiskan 

(Ayb. 24:19). Namun, dengan melihat bahwa mereka 

akan dibangkitkan, kita bisa menyebut kuburan itu 

sebagai tempat tidur mereka, di mana jasad-jasad itu 

Injil Yohanes 5:17-30 

 307 

tidur untuk dibangunkan kembali. Atau, itu yaitu  

tempat perbendaharaan mereka, di mana mereka 

disimpan untuk digunakan kembali. Bahkan orang-

orang yang tidak dimakamkan di dalam kuburan 

pun akan dibangkitkan. Namun, berhubung keba-

nyakan orang dimakamkan di dalam kubur, Kristus 

menggunakan istilah semua orang yang di dalam 

kuburan. Orang Yahudi menggunakan istilah sheol 

untuk kuburan, yang artinya menunjuk pada keada-

an orang mati. Semua yang berada dalam keadaan 

itu akan mendengar. 

c.  Bagaimana mereka akan dibangkitkan. Di sini kita 

diberi tahu tentang dua hal:  

(a) Akibat dari kebangkitan ini: Mereka akan mende-

ngar suara-Nya. Artinya, Ia akan membuat me-

reka bisa mendengarnya, seperti Lazarus dibuat 

bisa mendengar perkataan, Marilah keluar. Kuasa 

ilahi akan menyertai suara itu untuk memberi-

kan kehidupan di dalam jasad-jasad itu dan me-

mampukan mereka menaati suara itu. saat  

Kristus bangkit, tidak ada suara yang terdengar, 

tidak ada kata yang diucapkan, sebab Ia bangkit 

oleh kuasa-Nya sendiri. Namun, pada kebangkit-

an anak-anak manusia, kita mendapati tiga jenis 

suara yang diucapkan (1Tes. 4:16). Tuhan akan 

turun dengan diiringi suara berseru, seruan raja 

dengan suara penghulu malaikat. Ini bisa berarti 

Kristus sendiri, raja penghulu para malaikat, 

atau panglima tertinggi atas seluruh penghuni 

sorga yang berada di bawah-Nya. Selain itu, juga 

dengan sangkakala Tuhan  : yakni sangkakala pra-

jurit yang membunyikan aba-aba perang, sang-

kakala hakim yang mengumumkan dimulainya 

pengadilan.  

(b) Akibat dari suara panggilan itu: Mereka akan ke-

luar dari kuburan mereka, sebagai tawanan yang 

keluar dari penjara. Mereka akan keluar dan 

bangkit dari debu dan mengebaskan debu itu 

dari mereka (lih. Yes. 52:1-2, 11). Namun, ini be-


 308

lumlah semuanya. Mereka akan menyatakan diri 

di hadapan pengadilan Kristus, serta akan keluar 

dan bangkit sebagai orang-orang yang hendak di-

adili, keluar dan bangkit menuju pengadilan un-

tuk menerima penghakiman di depan umum. 

d.  Untuk apa mereka akan dibangkitkan: menuju ke-

adaan yang berbahagia atau sengsara, sesuai de-

ngan perilaku masing-masing yang berbeda-beda, 

sesuai dengan perbuatan mereka selama menjalani 

masa percobaan (saat  hidup di dunia ini – pen.). 

(a) Mereka yang telah berbuat baik akan keluar un-

tuk menjalani kebangunan kembali kehidupan me-

reka. Mereka akan hidup kembali, hidup selama-

nya.  

Perhatikanlah: 

[a] Tak peduli apa pun nama seseorang atau 

pengakuan iman macam apa yang dibuatnya, 

pada hari penghakiman agung itu hanya 

orang-orang yang telah berbuat baik sajalah 

yang baik keadaannya, yang telah melakukan 

apa yang menyenangkan hati Tuhan   dan ber-

manfaat bagi orang lain.  

[b]  Kebangkitan tubuh akan menjadi kebangkit-

an hidup hanya bagi semua orang yang da-

hulu bersungguh-sungguh dan senantiasa 

berbuat baik. Mereka bukan saja akan dibe-

baskan, seperti seorang penjahat yang telah 

diampuni menerima hidupnya, namun   juga 

akan diterima di hadirat Tuhan  . Itulah yang 

namanya kehidupan, lebih baik dibandingkan  ke-

hidupan. Mereka akan selalu dipenuhi dengan 

penghiburan sempurna. Hidup berarti merasa 

bahagia, dan mereka akan dibawa naik me-

lampaui rasa takut akan kebinasaan. Itulah 

hidup, di mana yang fana itu telah ditelan 

selamanya. 

(b) Mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit un-

tuk dihukum. Mereka akan hidup kembali untuk 

Injil Yohanes 5:17-30 

 309 

mati selamanya. Orang-orang Farisi menyangka 

bahwa kebangkitan hanya terjadi dengan orang-

orang benar, namun   Kristus meluruskan kekeliru-

an itu.  

Perhatikanlah:  

[a] Pada hari penghakiman itu, para pembuat ke-

jahatan, tak peduli seperti apa pun mereka 

berpura-pura, akan diperlakukan sebagai 

orang jahat.  

[b] Kebangkitan itu juga akan berlaku bagi para 

penjahat yang tidak bertobat untuk membe-

reskan kesalahan mereka. Kebangkitan mere-

ka yaitu  kebangkitan untuk dihukum. Mere-

ka akan bangkit dan keluar untuk dijatuhi 

hukuman di depan umum sebab  memberon-

tak terhadap Tuhan  , dan dijatuhi hukuman 

kekal di depan. Saat itu juga mereka langsung 

dijatuhi hukuman dan langsung menjalaninya 

tanpa ditunda-tunda. Seperti itulah kebang-

kitan itu nantinya. 

(2) Perhatikanlah apa yang dikatakan di sini tentang kuasa 

Sang Pengantara untuk menghakimi (ay. 22-24, 27). Sama 

seperti Ia memiliki kuasa di atas segalanya, demikian juga 

Ia memiliki hak hukum tertinggi. Siapakah yang layak me-

ngendalikan peristiwa-peristiwa agung di kehidupan men-

datang kalau bukan Dia yang menjadi Bapa dan sumber 

segala kehidupan?  

Di sini tampak: 

[1] Pemberian kuasa kepada Kristus untuk melakukan tu-

gas seorang hakim, yang di sini disebutkan dua kali (ay. 

22): Bapa telah menyerahkan penghakiman itu seluruh-

nya kepada Anak, dan kemudian (ay. 27): Ia telah mem-

berikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi. 

Pertama,  

1. Bapa tidak menghakimi siapa pun. Bukan berarti 

bahwa Bapa telah berhenti memerintah, namun   se-

nang memerintah melalui Yesus Kristus, supaya 


 310

manusia tidak langsung berada di bawah ancaman 

berhadapan langsung dengan Tuhan  , namun   dapat 

menghampiri-Nya dengan aman melalui Sang Peng-

antara. sebab  telah menciptakan kita, Ia berhak 

memperlakukan kita sesuai kehendak-Nya, seperti 

penjunan dengan tanah liat. Namun, Ia tidak men-

cari keuntungan-Nya sendiri dari hal ini, melainkan 

menarik kita dengan tali kesetiaan.  

2.  Ia tidak menentukan persyaratan kehidupan kekal 

lewat kovenan untuk hidup tanpa cela maupun me-

makai kesempatan untuk melawan kita sebab  kita 

telah melanggar kovenan itu. sebab , sesudah  Sang 

Pengantara itu melakukan usaha penebusan, maka 

segala urusan ini pun diserahkan kepada-Nya, dan 

Tuhan   bersedia menyepakati sebuah perjanjian baru, 

yang tidak berada di bawah hukum Sang Pencipta, 

namun   di bawah kasih karunia Sang Penebus itu. 

Kedua, Ia telah menyerahkan penghakiman itu selu-

ruhnya kepada Anak, dan telah menetapkan-Nya seba-

gai Tuhan dari semua orang (Kis. 10:36; Rm. 14:9), se-

perti Yusuf di Mesir (Kej. 41:40). Hal ini juga telah 

dinubuatkan sebelumnya (Mzm. 72:1; Yes. 12:3-4; Yer. 

23:5; Mi. 5:1-4; Mzm. 67:4; Mzm. 96:13; Mzm. 98:9). 

Seluruh penghakiman diserahkan kepada Yesus Tuhan 

kita, sebab :  

1. Kepada-Nya telah dipercayakan pengelolaan keraja-

an Tuhan  , dan Ia dijadikan Kepala segala sesuatu (Ef. 

1:10), kepala dari tiap-tiap laki-laki (1Kor. 11:3). Se-

gala sesuatu ada di dalam Dia (Kol. 1:17).  

2.  Ia diberi kuasa untuk segera menetapkan hukum 

guna mengikat hati nurani. Perkataan Aku berkata 

kepadamu sekarang merupakan bentuk yang meng-

gambarkan jalannya kerajaan sorga. Dijalanilah ke-

rajaan itu oleh Tuhan Yesus, dan oleh wewenang-

Nya. Semua hukum dan peraturan sekarang terhu-

bung dengan tongkat pemerintahan-Nya.  

3. Ia diberi kuasa untuk menentukan dan menetapkan 

persyaratan kovenan baru itu, dan untuk menyusun 

Injil Yohanes 5:17-30 

 311 

pasal-pasal perdamaian di antara Tuhan   dan manu-

sia. Tuhan   di dalam Kristuslah yang telah memper-

damaikan dunia, dan kepada-Nya telah diberikan 

kuasa untuk memberikan hidup kekal. Kitab kehi-

dupan yaitu  Kitab Anak Domba. Oleh putusan 

hukuman-Nyalah kita akan berdiri atau jatuh.  

4. Ia ditugaskan untuk melanjutkan dan menuntaskan 

peperangan melawan kuasa-kuasa kegelapan, untuk 

mengusir dan menjatuhkan penghakiman atas pe-

nguasa dunia ini (12:31). Ia bukan saja ditugaskan 

untuk menghakimi, namun   juga untuk berperang 

(Why. 19:11). Semua orang yang hendak berperang 

bagi Tuhan   melawan Iblis harus mendaftarkan diri di 

bawah panji-Nya.  

5. Ia ditetapkan sebagai pengatur tunggal untuk meng-

hakimi pada hari penghakiman itu. Para penulis 

kuno umumnya memahami kata-kata ini sebagai 

hak khusus yang hanya dimiliki oleh-Nya, yaitu bah-

wa hanya Dialah yang empunya kuasa untuk meng-

hakimi. Penghakiman terakhir dan berlaku umum 

atas segala umat manusia ini diberikan kepada Anak 

Manusia. Pengadilan itu yaitu  milik-Nya. Itu ada-

lah kursi pengadilan Kristus. Para pelayan yang me-

nyertai-Nya yaitu  milik-Nya, yaitu malaikat-malai-

kat-Nya yang perkasa. Dia akan mengadili perkara-

perkara dan menjatuhkan hukuman (Kis. 17:31).  

Ketiga, Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya un-

tuk menghakimi (ay. 27).  

Perhatikanlah:  

1.  Kuasa atau wewenang apa yang diberikan kepada 

Penebus kita: kuasa untuk menghakimi. Ia bukan 

saja memiliki kuasa untuk membuat undang-un-

dang dan hukum, namun   juga kuasa untuk menja-

lankannya. Kalimat yang digunakan di sini khusus 

dimaksudkan bagi penghakiman untuk menjatuh-

kan hukuman (Yud. 15). Poiēsai krisin – untuk men-

jatuhkan hukuman atas semua orang, yang sama 

dengan mengadakan pembalasan (2Tes. 1:8). Kehan-


 312

curan orang berdosa yang tidak mau bertobat mun-

cul dari tangan Kristus. Dia yang menjatuhkan hu-

kuman atas mereka, juga yaitu  Dia yang akan 

mewujudkan keselamatan bagi mereka. sebab  itu, 

hukuman yang dijatuhkan tidak akan pandang 

bulu. Tidak ada keluputan dari hukuman yang dija-

tuhkan oleh Penebus itu. Keselamatan itu sendiri 

tidak dapat menyelamatkan orang-orang yang telah 

dihukum oleh Juruselamat itu dan ini membuat 

kehancuran itu tidak ada obatnya lagi.  

2. Dari mana Ia memperoleh kuasa itu: Bapa memberi-

kan kuasa itu kepada-Nya. Kuasa Kristus sebagai 

Pengantara itu diserahkan oleh dan diperoleh dari 

suatu pihak. Kristus bertindak sebagai Wakil Bapa, 

sebagai Yang Diurapi Tuhan, sebagai Kristus Tuhan. 

Semuanya ini sangat berpengaruh pada kehormatan 

Kristus, membebaskan-Nya dari dosa hujatan ka-

rena menyamakan diri-Nya dengan Tuhan  . Hal ini se-

kaligus menjadi penghiburan besar bagi semua 

orang percaya, sehingga mereka dapat mempercaya-

kan diri sepenuhnya ke dalam tangan yang memiliki 

wewenang yang demikian. 

[2] Di sini ada  alasan-alasan (alasan sebab  keadaan) 

mengapa penugasan itu diberikan kepada-Nya. Kuasa 

untuk menghakimi itu diberikan kepada-Nya sebab  

dua alasan: 

Pertama, sebab  Dia yaitu  Anak Manusia. Sebutan 

ini menunjukkan tiga hal:  

1.  Perendahan martabat-Nya dan perendahan diri-Nya. 

Manusia itu hanyalah ulat, anak manusia itu ulat. 

Sekalipun demikian, hakikat dan sifat inilah yang 

dikenakan Sang Penebus dalam menjalankan semua 

rencana kasih-Nya. Hingga ke tingkat yang sangat 

hina inilah Ia mau merendah dan menyerah kepada 

semua aib yang bersangkutan dengannya, sebab  ini 

yaitu  kehendak Bapa-Nya. Sebagai imbalan atas 

ketaatan yang luar biasa inilah, Tuhan   sungguh 

mengangkat derajat-Nya. sebab  Ia merendahkan 

Injil Yohanes 5:17-30 

 313 

diri menjadi Anak Manusia, Bapa-Nya menjadikan 

Dia Tuhan dari semua orang (Flp. 2:8-9).  

2. Pertalian dan persekutuan-Nya dengan kita. Bapa 

telah menyerahkan penguasaan atas anak-anak ma-

nusia kepada-Nya, sebab  sebagai Anak Manusia, ia 

memiliki sifat yang sama dengan orang-orang yang 

ada di bawah penguasaan-Nya itu, dan sebab  itu 

pula sangatlah sesuai bila Ia yang menjadi Hakim 

atas mereka. Orang yang berkuasa atas mereka akan 

bangkit dari tengah-tengah mereka (Yer. 30:21). Me-

ngenai hal ini, hukum berikut ini sudah memberi 

gambarannya, dari tengah-tengah saudara-saudara-

mu haruslah engkau mengangkat seorang raja atas-

mu (Ul. 17:15).  

3.  Telah dijanjikan bahwa Ia akan menjadi Mesias. Di 

dalam penglihatan yang terkenal mengenai kerajaan 

dan kemuliaan-Nya itu (Dan. 7:13-14), Dia disebut 

Anak manusia, demikian juga dalam Mazmur 8:5-7. 

Engkau telah membuat anak manusia berkuasa atas 

buatan tangan-Mu. Dia yaitu  Mesias, dan oleh ka-

rena itu Ia diberikan semua kuasa ini. Orang Yahudi 

biasanya menyebut Kristus Anak Daud, namun   Kris-

tus biasanya menyebut diri-Nya Anak Manusia, yang 

merupakan gelar yang lebih rendah, yang berbicara 

mengenai Dia sebagai seorang raja dan Juruselamat, 

bukan hanya bagi bangsa Yahudi, namun   bagi selu-

ruh umat manusia. 

Kedua, Supaya semua orang menghormati Anak (ay. 

23). Di sini, penghormatan kepada Yesus Kristus dise-

but sebagai rencana agung Tuhan   (Anak bertujuan mem-

permuliakan Bapa, dan oleh sebab  itu Bapa bertujuan 

mempermuliakan Anak [12:32]), dan kewajiban besar 

manusia untuk patuh pada rencana Tuhan   tersebut. Jika 

Tuhan   berkehendak supaya Anak itu dihormati, sudah 

menjadi kewajiban semua orang kepada siapa Ia diper-

kenalkan, untuk menghormati-Nya.  


 314

Perhatikanlah di sini:  

1. Hormat yang harus diberikan kepada Yesus Tuhan 

kita: Kita harus menghormati Anak, harus meman-

dang-Nya sebagai Dia yang harus dihormati, baik ka-

rena keunggulan dan kesempurnaan-Nya yang mele-

bihi segala sesuatu, maupun sebab  apa yang dila-

kukan-Nya, yaitu menjadi tebusan bagi kita. Kita 

harus berusaha keras untuk memberi-Nya hormat 

yang sepadan. Kita harus mengakui Dia sebagai 

Tuhan dan menyembah-Nya. Kita harus menghor-

mati Dia yang dipermalukan sebab  kita.  

2. Tingkatan penghormatan itu: sama seperti mereka 

menghormati Bapa. Pernyataan ini dengan sendiri-

nya berarti bahwa kita berkewajiban penuh untuk 

menghormati Bapa. Agama wahyu didirikan di atas 

agama natural (yang bukan agama wahyu, namun   

berdasarkan pengetahuan manusia akan Tuhan   – 

pen.), dan agama ini mengarahkan kita untuk meng-

hormati Anak, untuk mengormati Dia dengan hormat 

ilahi. Kita harus menghormati Sang Penebus itu 

dengan penghormatan yang sama yang kita berikan 

kepada Sang Pencipta. Sama sekali bukanlah suatu 

tindakan menghujat bila Ia menyamakan diri-Nya 

dengan Tuhan  . sebab  itu, sungguh kita melakukan 

suatu kesalahan sangat besar jika menganggap-Nya 

berbuat hujat. Kebenaran dan hukum-hukum yang 

berlaku dalam agama Kristen, sejauh yang terung-

kapkan selama ini, sama kudus dan terhormatnya 

seperti kebenaran dan hukum-hukum agama natu-

ral, dan setara nilainya. Kita memiliki  kewajiban 

yang sama terhadap Kristus, Sang Pencipta keber-

adaan kita, dan sangat bergantung pada kasih karu-

nia Sang Penebus, sama seperti kita bergantung 

pada pemeliharaan Sang Pencipta. Alasan ini sudah 

cukup memberi dasar bagi hukum ini – untuk meng-

hormati Anak sama seperti kita menghormati Bapa. 

Untuk menguatkan hukum ini, ditambahkan kata-

kata barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga 

tidak menghormati Bapa yang mengutus Dia. Se-

Injil Yohanes 5:17-30 

 315 

bagian orang pura-pura menghormati Sang Pencipta 

dan berbicara penuh hormat tentang Dia, namun, di 

pihak lain mereka meremehkan Sang Penebus itu 

dan berbicara dengan sikap menghina tentang Dia. 

Namun, biarlah orang-orang seperti ini tahu bahwa 

kehormatan serta kepentingan Bapa dan Anak be-

gitu terjalin tak terpisahkan hingga Bapa tidak per-

nah menganggap diri-Nya dihormati oleh siapa pun 

yang tidak menghormati Anak.  

Perhatikanlah:  

(1) Penghinaan yang dilontarkan kepada Tuhan 

Yesus akan terpantul kepada Tuhan   sendiri serta 

akan ditafsirkan dan diperhitungkan demikian di 

pengadilan sorgawi nanti. Sejauh ini Anak telah 

mendukung kehormatan Bapa dengan mengam-

bil sendiri kata-kata cercaan yang mencerca Bapa 

(Rm. 15:3). Bapa juga berbuat sama untuk men-

dukung kehormatan Anak, dan merasa diri-Nya 

sendiri yang dihajar bila Anak diperlakukan de-

mikian.  

(2) Alasannya yaitu  sebab  Anak itu diutus dan di-

tugaskan oleh Bapa. Bapalah yang mengutus Dia. 

Penghinaan terhadap seorang utusan dibenci 

oleh raja yang mengutusnya. Dengan aturan ini, 

orang-orang yang benar-benar menghormati 

Anak,  juga menghormati Bapa (Flp. 2:11). 

[3] Di sini ada  peraturan yang diikuti Anak dalam me-

laksanakan tugas-Nya, sehingga kata-kata itu menjadi 

sesuai (ay. 24): Barangsiapa mendengar dan percaya 

memiliki  hidup yang kekal. Di sini kita melihat inti 

seluruh Injil. Kata-kata pendahuluannya menuntut per-

hatian pada hal yang sangat penting, dan membenarkan 

hal yang sangat pasti: “Sesungguhnya Aku berkata ke-

padamu, Aku, yang diserahi kuasa untuk menghakimi 

itu, Aku, yang di bibir-Nya ada perkataan ilahi, terima-

lah dari-Ku watak dan ketetapan Kristen itu.” 


 316

Pertama, watak orang Kristen: Barangsiapa mende-

ngar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang meng-

utus Aku. Menjadi orang Kristen berarti,  

1.  Mau mendengar perkataan Kristus. Belumlah cukup 

untuk sekadar mendengar, namun   juga menyimak, 

seperti pelajar menyimak pelajaran yang diberikan 

guru mereka, dan mengerjakannya, seperti pelayan 

mengerjakan perintah tuan mereka. Kita harus men-

dengar dan menaatinya, harus patuh pada Injil Kris-

tus sebagai aturan tetap bagi iman dan perbuatan 

kita.  

2.  Untuk percaya kepada Dia yang mengutus Kristus, 

sebab  rancangan Kristus yaitu  untuk membawa 

kita kepada Tuhan  . Sama seperti Dia yaitu  sumber 

pertama anugerah, Dia juga sasaran terakhir iman. 

Kristus yaitu  jalan kita, dan Tuhan   yaitu  per-

hentian kita. Kita harus percaya kepada Tuhan   seba-

gai Dia yang mengutus Yesus Kristus. Kita harus 

percaya kepada Dia yang telah mengajak kita untuk 

beriman kepada Dia dan mengasihi Dia. Ajakan-Nya 

ini Dia lakukan dengan menyatakan kemuliaan-Nya 

dalam wajah Kristus (2Kor. 4:6), sebagai Bapa-Nya 

dan Bapa kita. 

Kedua, ketetapan orang Kristen, yang membawa ke-

tertarikan bagi semua orang Kristen. Lihatlah apa yang 

kita peroleh melalui Kristus.  

1. Ketetapan perihal pengampunan: ia tidak turut dihu-

kum. Anugerah Injil yaitu  pembebasan sepenuhnya 

dari kutuk hukum Taurat. Orang percaya bukan 

saja tidak akan berada di bawah hukuman selama-

nya, namun   juga tidak turut dihukum sekarang ini, 

dan tidak terancam olehnya (Rm. 8:1), ia tidak akan 

turut dihukum, maupun dikenai dakwaan.  

2.  Ketetapan akan hak-hak istimewa: Ia sudah pindah 

dari dalam maut ke dalam hidup, dikaruniakan ke-

bahagiaan masa sekarang dalam kehidupan rohani 

dan berhak atas kebahagiaan masa depan dalam hi-

dup kekal. Inti kovenan pertama yaitu , lakukan ini, 

Injil Yohanes 5:17-30 

 317 

maka kamu akan hidup. Orang yang melakukannya 

akan hidup di dalamnya. Ini membuktikan bahwa 

Kristus setara dengan Bapa sebab  Ia memiliki kua-

sa untuk menawarkan keuntungan yang sama ke-

pada semua orang yang mendengar perkataan-Nya, 

yang telah ditawarkan kepada orang-orang yang me-

melihara hukum lama, yakni hidup: Dengarlah dan 

hidup, percayalah dan hidup. Inilah yang bisa kita 

lakukan bagi jiwa kita, bila kita merasa tidak mam-

pu untuk berbuat dan hidup (lih. ps. 17:2). 

[4] Di sini dijelaskan kebenaran tindakan-Nya dalam men-

jalankan tugas-Nya (ay. 30). sebab  seluruh hak meng-

hakimi telah diberikan kepada-Nya, mau tidak mau kita 

bertanya bagaimana Ia