Yohanes 1-16 9
daya, dan berbelas kasihan ke-
pada siapa Ia mau bermurah hati. Boleh jadi teman-teman
orang ini yang juga sama-sama menderita, sering mencemooh-
nya sebab tidak pernah beroleh kesempatan untuk menerima
kesembuhan. Itulah sebabnya Kristus menyembuhkannya:
merupakan kehormatan bagi-Nya untuk berpihak pada yang
paling lemah, dan mengangkat orang-orang yang dilihat-Nya
sering dijatuhkan.
2. Kristus tahu dan mempertimbangkan bahwa ia telah lama da-
lam keadaan itu. Orang-orang yang sudah lama menderita bo-
leh menghibur diri dengan hal ini, yaitu bahwa Tuhan mencatat
berapa lama mereka mengalaminya, dan Ia mengetahui keada-
an kekuatan kita.
3. Ia bertanya kepada orang itu, Maukah engkau sembuh? Sung-
guh pertanyaan aneh, sebab diajukan kepada seorang yang
sudah begitu lama sakit. Ada orang-orang yang memang tidak
mau disembuhkan, sebab penderitaan itu mereka manfaat-
kan untuk mengemis dan dijadikan alasan untuk menutupi
kemalasan mereka. namun orang malang ini tidak mampu
menjadikan mengemis sebagai pekerjaan. Namun, Kristus te-
tap mengajukan pertanyaan itu kepadanya,
(1) Untuk mengungkapkan belas kasihan dan perhatian-Nya
kepadanya. Dengan sikap lembut Kristus menyatakan rasa
ingin tahu-Nya mengenai kerinduan orang-orang yang se-
282
dang menderita, dan bersedia mendengar apa yang mereka
harapkan: “Apa yang harus Aku lakukan untukmu?”
(2) Untuk menguji apakah ia akan dicegah memperoleh ke-
sembuhan oleh orang banyak yang begitu berprasangka
dan senang menaruh prasangka terhadap orang lain.
(3) Untuk mengajarkan dia untuk menghargai belas kasihan,
dan untuk menggugahnya untuk merindukan belas kasih-
an itu. Dalam hal-hal rohani, banyak orang tidak bersedia
disembuhkan dari dosa-dosa mereka dan enggan berpisah
dengan dosa-dosa itu. Seandainya saja kerinduan untuk
sembuh itu ada, jika saja orang bersedia disembuhkan,
maka pekerjaan itu sudah selesai separuhnya, sebab
Kristus bersedia menyembuhkan, asal kita bersedia disem-
buhkan (Mat. 8:3).
4. Orang malang yang sakit itu menggunakan kesempatan ini un-
tuk menyampaikan keluhannya dan mengemukakan betapa
menyedihkan keadaannya, dan ini semakin membuat penyem-
buhannya semakin istimewa: Tuhan, tidak ada orang yang me-
nurunkan aku ke dalam kolam itu (ay. 7). Sepertinya ia meng-
anggap pertanyaan Kristus itu sebagai tuduhan bahwa ia lalai
dan masa bodoh saja: “Jika memang ingin sembuh, seharus-
nya engkau lebih giat lagi supaya bisa masuk ke dalam air
yang menyembuhkan itu sejak dulu.” “Tidak, Guru,” kata
orang malang itu, “ini bukan sebab tiadanya kemauan baik,
melainkan tiadanya sahabat baik, sehingga aku belum juga
sembuh. Aku sudah berusaha sekuat tenaga menolong diri
sendiri, namun sia-sia saja, sebab tidak ada yang mau meno-
longku.”
(1) Tidak ada cara lain lagi yang dipikirkan orang ini untuk
sembuh selain melalui air kolam ini, dan tidak ada lagi
yang diinginkannya selain sahabat yang menolongnya ma-
suk ke dalam air itu. Oleh sebab itu, saat Kristus menyem-
buhkannya, ia tidak membayangkan atau mengharapkan-
nya, sebab ia sama sekali tidak memikirkan hal itu.
(2) Ia hanya mengeluh tentang tiadanya teman yang mau me-
nolongnya: “Tidak ada orang, tidak ada teman yang mau
berbuat baik padaku.” Orang akan berpikir bahwa bebe-
rapa dari antara mereka yang sudah disembuhkan sudah
Injil Yohanes 5:1-16
283
seharusnya menolong orang ini. Namun, sudah biasa bagi
orang miskin untuk tidak memiliki teman. Tidak seorang
pun peduli dengan jiwa mereka. Bagi orang sakit dan tidak
berdaya, suatu perbuatan amal kecil yang dilakukan de-
ngan kesungguhan hati sangat melegakan mereka. Dengan
cara inilah orang miskin mampu berbuat baik satu sama
lain seperti seharusnya, walaupun kita jarang melihat
mereka melakukannya. Ini sungguh memalukan.
(3) Orang ini meratapi nasib sialnya sebab sering kali saat ia
hendak masuk, orang lain sudah turun mendahuluinya. Ha-
nya tinggal selangkah saja antara dirinya dan kesembuhan,
namun ia masih tetap saja sakit. Tidak ada seorang pun
yang memiliki cukup belas kasihan untuk berkata, “Ke-
adaanmu lebih buruk dibandingkan ku, jadi masuklah sekarang.
Aku akan menunggu kesempatan lain saja.” Sungguh
benar peribahasa yang berbunyi, Setiap orang bagi dirinya
sendiri. sebab begitu seringnya dikecewakan, orang ini
mulai merasa putus asa, dan sekaranglah waktunya Kris-
tus datang untuk menolongnya. Ia senang menolong orang
yang sedang putus asa. Perhatikanlah betapa lembut orang
ini berbicara tentang keburukan orang-orang di sekitarnya
itu, tanpa rasa jengkel. Sama seperti kita harus mensyu-
kuri sikap ramah sekecil apa pun, kita juga harus bersabar
terhadap sikap merendahkan sebesar apa pun. Perasaan
jengkel itu wajar saja, namun perkataan kita harus tenang.
Perhatikanlah selanjutnya bahwa meskipun orang ini telah
menanti begitu lama dengan sia-sia, ia masih mau tetap
berbaring di sisi kolam sambil berharap suatu hari nanti
pertolongan akan datang juga (Hab. 2:3).
5. Mendengar ini, Yesus Tuhan kita menyembuhkan orang itu
dengan mengucapkan beberapa perkataan, meskipun orang
itu tidak meminta atau memikirkannya.
Di sini kita lihat:
(1) Perkataan yang diucapkan-Nya: Bangunlah, angkatlah
tilammu (ay. 8).
[1] Orang itu disuruh bangun dan berjalan. Sungguh perin-
tah aneh yang diberikan kepada seorang yang sakit,
yang sudah lama lumpuh. Namun, perkataan ilahi ini
284
hendak dipakai sebagai sarana dari kuasa ilahi. Ini
yaitu perintah kepada penyakit itu untuk menyingkir,
kepada keadaan alami untuk menjadi kuat, namun di-
utarakan sebagai perintah kepada orang itu untuk
bertindak sendiri. Ia harus bangun dan berjalan, artinya,
berusaha melakukannya, dan dalam usaha itu ia akan
menerima kekuatan untuk melakukannya. Pertobatan
seorang berdosa merupakan penyembuhan atas suatu
penyakit menahun. Hal ini biasanya terjadi melalui per-
kataan, sebuah perkataan berupa perintah: Bangunlah
dan berjalanlah. Bertobatlah, supaya kamu hidup, per-
baharuilah hatimu. Perintah seperti ini mengandaikan
adanya anugerah Tuhan yang luar biasa yang memberi
kuasa kepada kita untuk melakukannya, dan kuasa se-
perti inilah yang terjadi pada diri si orang lumpuh itu.
Namun, seandainya orang itu tidak berusaha menolong
diri sendiri, ia tidak akan sembuh dan dialah yang
berdosa. Walaupun demikian, bila ia tidak mau men-
coba sendiri, ia tidak akan disembuhkan, dan itu salah-
nya sendiri. Namun juga, ini tidak berarti bahwa kalau
dia sampai bisa bangun dan berjalan, itu sebab ke-
kuatannya sendiri. Tidak, ini semua terjadi sebab kua-
sa Kristus, dan Dia-lah yang harus menerima seluruh
kemuliaan untuk itu. Perhatikanlah, Kristus tidak me-
nyuruhnya bangun dan masuk ke air, namun untuk
bangun dan berjalan. Kristus melakukan bagi kita hal
yang tidak mampu dilakukan oleh Taurat.
[2] Ia diperintahkan mengangkat tilamnya.
Pertama, supaya tampak bahwa kesembuhannya itu
sempurna dan benar-benar ajaib, sebab orang itu tidak
memperoleh kekuatan secara bertahap, melainkan dari
kelemahan dan kelumpuhan yang amat sangat ia tiba-
tiba melangkah dengan kekuatan tubuh yang pulih se-
penuhnya, sehingga ia mampu mengangkat beban berat
bagaikan seorang kuli pengangkut barang yang sudah
terbiasa mengangkat bebannya, padahal sudah lama ia
tidak melakukannya. Semenit yang lalu ia tidak mampu
membalikkan badan di atas tilamnya, namun sekarang
ia bahkan sudah mampu mengangkat tilamnya itu.
Injil Yohanes 5:1-16
285
Orang sakit lumpuh yang disebutkan dalam Matius 9:6
diperintahkan untuk pulang ke rumahnya, namun orang
di kolam Betesda ini mungkin saja tidak punya rumah.
Tempat inilah rumahnya, dan itulah sebabnya ia disu-
ruh bangun dan berjalan.
Kedua, ia diperintahkan mengangkat tilamnya untuk
mengumumkan kesembuhannya itu, dan menyatakan-
nya kepada khalayak ramai. sebab itu yaitu hari
Sabat, siapa pun yang membawa beban di jalanan akan
tampak luar biasa sehingga setiap orang akan mena-
nyakan apa maksudnya dengan berbuat demikian. De-
ngan cara ini, berita tentang mujizat itu akan tersebar
demi kemuliaan Tuhan .
Ketiga, dengan cara itu Kristus memberikan kesaksi-
an melawan kebiasaan para tua-tua yang telah menam-
bah-nambahi hukum Taurat tentang hari Sabat mele-
bihi tujuannya yang semula. Selain itu, Ia juga menun-
jukkan bahwa Dia-lah Tuhan atas hari Sabat, dan me-
miliki kuasa untuk membuat perubahan sekehendak
hati-Nya, serta menguasai hukum itu. Yosua dan umat
Israel berbaris mengelilingi Yerikho pada hari Sabat ke-
tika Tuhan memerintahkan hal itu kepada mereka. Demi-
kian pula orang ini, ia mengangkat tilamnya sebab me-
naati perintah-Nya. Mungkin saja mengangkat tilam
pada hari Sabat membuat tugas itu menjadi suatu ke-
butuhan atau rahmat, namun lebih dari itu, ini yaitu
perbuatan saleh, sebab dimaksudkan untuk kemulia-
an Tuhan .
Keempat, dengan cara ini Ia menguji iman dan ke-
taatan orang yang sakit itu. Dengan mengangkat tilam
di depan umum, ia memperhadapkan dirinya pada
penghakiman pengadilan agama, dan setidaknya dapat
dikenai hukuman dipukul di rumah ibadat. Nah, apakah
ia bersedia menanggung bahaya ini demi ketaatannya
kepada Kristus? Ya, ia bersedia. Orang-orang yang telah
disembuhkan oleh perkataan Kristus akan dikendalikan
oleh perkataan-Nya, berapa pun harga yang harus diba-
yarnya.
286
(2) Akibat dari perkataan ini (ay. 9): kuasa ilahi menyertai per-
kataan itu, dan saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia
mengangkat tilamnya dan berjalan.
[1] Ia merasakan kuasa perkataan Kristus menyembuhkan
dirinya: saat itu juga sembuhlah orang itu. Betapa me-
ngejutkan dan menyenangkannya mujizat ini bagi orang
lumpuh yang malang itu saat mendapati dirinya pulih
dan kuat secepat itu, begitu mampu menolong diri sen-
diri! Dalam sekejap ia sudah memasuki dunia yang
baru! Tidak ada hal yang terlampau sulit bagi Kristus.
[2] Ia menaati kuasa perkataan Kristus yang memberi pe-
rintah kepadanya itu. Ia mengangkat tilamnya dan ber-
jalan, dan tidak mempedulikan siapa yang akan menya-
lahkan atau mengancamnya sebab melakukan hal itu.
Bukti dari kesembuhan rohani kita yaitu bila kita ba-
ngun dan berjalan. Sudahkah Kristus menyembuhkan
penyakit rohani kita? Biarlah kita pergi ke mana pun Ia
mengutus kita, dan mengangkat apa pun yang diletak-
kan-Nya ke atas kita, lalu berjalan di hadapan-Nya.
V. Apa yang terjadi pada orang malang itu sesudah ia disembuhkan.
Di sini diceritakan kepada kita:
1. Tentang apa yang dipercakapkannya dengan orang-orang Ya-
hudi yang melihatnya mengangkat tilamnya pada hari Sabat,
sebab pada hari itulah terjadi kesembuhan ini. Hari Sabat ini
jatuh pada pekan Paskah, dan oleh sebab nya disebut hari
yang besar (19:31). Pekerjaan Kristus sedemikian rupa hingga
Ia tidak perlu membedakan hari Sabat dengan hari-hari lain-
nya, sebab Ia selalu mengerjakan urusan Bapa-Nya. Namun,
pada hari itu Ia mengadakan banyak penyembuhan, mungkin
untuk mendorong Gereja-Nya agar mengharapkan berkat-ber-
kat rohani dari-Nya, yang digambarkan-Nya melalui mujizat-
mujizat penyembuhan, saat mereka sedang menjalankan
hari Sabat kristiani.
Di sini:
(1) Orang-orang Yahudi itu bertengkar dengannya sebab
mengangkat tilamnya pada hari Sabat. Kata mereka kepa-
danya, tindakan itu tidak diperbolehkan (ay. 10). Tidak di-
Injil Yohanes 5:1-16
287
sebutkan apakah mereka ini yaitu para pejabat di peng-
adilan agama, yang berhak menghukum dia, atau rakyat
biasa yang hanya dapat melaporkan perbuatannya. Sebe-
gitu jauh, ada yang patut dipuji mengenai sikap mereka
itu, yakni, bahwa sebab tidak tahu dengan kuasa mana-
kah Ia melakukan hal itu, mereka betul-betul menjaga
kehormatan hari Sabat dan tidak bisa diam saja melihat
hari Sabat dilanggar, seperti Nehemia adanya (Neh. 13:17).
(2) Orang itu membenarkan diri dengan mengatakan bahwa ia
melakukan hal itu sebab perintah yang bisa membenar-
kannya (ay. 11). “Aku bukan melakukannya sebab mem-
benci hukum Taurat dan hari Sabat, namun sebab taat
kepada dia yang dengan menyembuhkan aku telah mem-
beriku bukti yang tidak dapat disangkal bahwa dia lebih
besar dibandingkan kedua hal itu. Dia yang mampu mengada-
kan mujizat seperti itu untuk menyembuhkan aku pasti
boleh memberiku perintah untuk mengangkat tilamku. Dia
yang mampu berkuasa atas kekuatan alam pasti juga
dapat berkuasa atas hukum positif (hukum bukan alam,
seperti hukum Taurat atau hukum pemerintah – pen.), ter-
utama bila itu tidak menyangkut inti atau hakikat dari hu-
kum itu. Dia yang begitu baik hingga mau menyembuhkan
aku tidak akan begitu jahat hingga menyuruhku berbuat
dosa.” Pada kesempatan lain saat menyembuhkan se-
orang lumpuh lain, Kristus membuktikan kuasa-Nya untuk
mengampuni dosa, sedangkan di sini Ia membuktikan kua-
sa-Nya untuk memberi hukum. Jika pengampunan-Nya
sah, begitu pula halnya dengan maklumat-Nya, dan muji-
zat-mujizat yang diadakan-Nya membuktikan kedua hal
ini.
(3) Orang-orang Yahudi itu bertanya lebih lanjut tentang siapa
yang memberinya perintah itu (ay. 12): Siapakah orang itu?
Perhatikanlah, betapa bersemangatnya mereka mengabai-
kan hal yang bisa menjadi dasar bagi kepercayaan mereka
kepada Kristus. Mereka bertanya bukan sebab rasa ingin
tahu, “Siapa yang telah menyembuhkanmu?” Dengan berse-
mangat mereka mengejar jawaban yang bisa menjadi dasar
perenungan terhadap Kristus (Siapakah orang itu yang
berkata kepadamu, Angkatlah tilammu?), namun itu diguna-
288
kan untuk memanggil orang sakit itu untuk menjadi saksi
melawan tabibnya itu dan menjadi pengkhianat bagi Dia.
Dalam pertanyaan mereka, perhatikanlah:
[1] Mereka sungguh menganggap Kristus hanya seorang
manusia biasa saja: Siapakah orang itu? Sebab meski-
pun Ia telah memberikan bukti yang begitu meyakin-
kan, mereka menetapkan hati bahwa mereka tidak akan
pernah mau mengakui-Nya sebagai Anak Tuhan .
[2] Mereka berketetapan menganggap-Nya orang jahat dan
menganggap bahwa Dia yang telah memerintahkan
orang ini untuk mengangkat tilamnya, tak peduli per-
buatan ilahi seperti apa pun yang bisa diadakan-Nya,
yaitu seorang penjahat. sebab itulah mereka berke-
tetapan hati untuk menuntut-Nya. Siapakah orang itu
yang berani memberikan perintah seperti itu?
(4) Orang malang itu tidak dapat memberi mereka keterangan
apa pun perihal Dia: ia tidak tahu siapa orang itu (ay. 13).
[1] Saat Kristus menyembuhkannya, Ia tidak dikenal oleh
orang itu. Mungkin ia pernah mendengar nama Yesus,
namun ia tidak pernah melihat-Nya, sehingga tidak dapat
mengatakan apakah Dia memang Yesus. Perhatikanlah,
Kristus banyak berbuat baik kepada orang-orang yang
tidak mengenal-Nya (Yes. 14:4-5). Ia memberi penerang-
an, menguatkan, mendorong, dan menghibur kita, dan
kita tidak tahu siapa Dia. Kita juga tidak menyadari
betapa banyak yang kita terima setiap hari melalui per-
antaraan-Nya. Orang yang tidak kenal dengan Kristus
ini, tentunya tidak dapat percaya kepada-Nya untuk
memperoleh kesembuhan, namun Kristus mengenal wa-
tak jiwanya dan memberikan perkenanan-Nya kepada
dia, sama seperti yang dilakukan-Nya kepada orang
buta dalam kasus serupa (9:36). Kovenan dan perseku-
tuan kita dengan Tuhan bertambah, terutama bukan ka-
rena pengenalan kita akan diri-Nya, melainkan sebab
pengenalan-Nya akan diri kita. Kita mengenal Tuhan ,
atau lebih baik, kita dikenal Tuhan (Gal. 4:9).
[2] Untuk sementara waktu Ia tidak mau memperkenalkan
diri, sebab segera sesudah mengadakan mujizat itu, Ia
Injil Yohanes 5:1-16
289
menghilang, Ia membuat diri-Nya tidak dikenal (begitu-
lah yang diartikan sebagian orang), ke tengah-tengah
orang banyak di tempat itu. Hal ini disebutkan untuk
menunjukkan:
Pertama, Bagaimana Kristus menghilang – dengan
mengundurkan diri ke tengah orang banyak sehingga
tidak dapat dibedakan dari orang biasa. Dia yang ada-
lah pemimpin sepuluh ribu orang sering kali berbaur
dengan kerumunan orang. Adakalanya ini merupakan
nasib orang-orang yang melalui pelayanan mereka sen-
diri telah mengisyaratkan diri agar disetarakan dengan
orang banyak dan diabaikan. Atau,
Kedua, Ia menghilang sebab di situ ada orang ba-
nyak, dan Ia berusaha menghindari pujian orang-orang
yang mengagumi mujizat itu dan menyanjung-nyanjung-
kannya maupun kecaman orang-orang yang akan me-
nuduh-Nya sebagai pelanggar hari Sabat, lalu berniat
menjatuhkan-Nya. Orang-orang yang giat bekerja bagi
Tuhan harus sadar bahwa mereka akan mengalami per-
kataan buruk dan perkataan baik. Dan sungguhlah bi-
jaksana untuk menghindar sebisa-bisanya untuk men-
dengarkan keduanya, supaya jangan kita terlampau
ditinggikan oleh yang satu dan merasa sangat tertekan
sebab yang lain. Kristus membiarkan mujizat itu sen-
diri yang berbicara memberikan pujian bagi dirinya
sendiri. Ia menyerahkan perkaranya kepada orang yang
mengalami kesembuhan itu sendiri untuk membukti-
kan kebenaran mujizat itu.
2. Apa yang terjadi antara orang itu dengan Yesus Tuhan kita
pada perbincangan berikutnya (ay. 14).
Perhatikanlah di sini:
(1) Di mana Kristus bertemu dengannya: di dalam Bait Tuhan ,
tempat ibadah umum. Saat menghadiri ibadah umum, kita
boleh berharap menjumpai Kristus dan meningkatkan pe-
ngenalan kita akan Dia.
290
Perhatikanlah:
[1] Kristus pergi ke Bait Tuhan . Walaupun Ia memiliki ba-
nyak musuh, Ia muncul di depan umum, sebab di sana-
lah Ia memberikan kesaksian-Nya terhadap segala kete-
tapan ilahi, serta untuk mencari kesempatan berbuat
baik.
[2] Orang yang telah disembuhkan itu pergi ke Bait Tuhan .
Tampaknya di sana Kristus berjumpa dengannya pada
hari yang sama saat ia disembuhkan. Ia langsung
pergi ke Bait Tuhan .
Pertama, sebab ia sudah begitu lama tertahan un-
tuk ke sana oleh kelemahannya. Boleh jadi sudah tiga
puluh delapan tahun lamanya ia tidak pernah ke sana,
dan oleh sebab itu, segera sesudah bebannya terangkat,
kunjungan pertamanya yaitu ke Bait Tuhan , seperti
yang diisyaratkan oleh Hizkia (Yes. 38:22): Apakah yang
akan menjadi tanda, bahwa aku akan pergi ke rumah
TUHAN?
Kedua, sebab dengan kesembuhannya itu ia mem-
punyai keperluan yang baik untuk ke situ. Ia pergi ke
Bait Tuhan untuk bersyukur kepada Tuhan atas kesem-
buhannya itu. Jika Tuhan pernah memulihkan kesehat-
an kita, sudah selayaknya kita mempersembahkan kor-
ban syukur kepada-Nya (Mzm. 116:18-19). Semakin ce-
pat semakin baik, saat rahmat itu masih terasa segar.
Ketiga, sebab dengan mengangkat tilamnya ia se-
akan menghina hari Sabat, ia ingin menunjukkan bah-
wa sebenarnya ia justru menghormatinya dan tergerak
menjalani penyucian di hari Sabat, dan yang ditekan-
kan yaitu ibadah umum kepada Tuhan . Perbuatan-per-
buatan mendesak yang dilakukan sebab kebutuhan
dan rasa belas kasihan memang diperbolehkan, namun
sesudah melakukannya, kita harus pergi ke rumah iba-
dat.
(2) Apa yang dikatakan-Nya kepada orang itu. saat Kristus
menyembuhkan kita, Ia belum selesai dengan kita. Seka-
rang Ia mencurahkan perhatian pada kesembuhan jiwa
orang itu, dan ini dilakukan-Nya juga oleh firman.
Injil Yohanes 5:1-16
291
[1] Ia mengingatkan orang itu pada kesembuhannya: Per-
hatikanlah baik-baik, engkau sudah sembuh. Orang itu
tahu dirinya sudah sembuh, namun Kristus meminta-
nya untuk memperhatikan kenyataan itu. Perhatikanlah
baik-baik, pikirkan dengan sungguh betapa mendadak,
betapa ajaib, betapa murah dan mudahnya kesembuh-
an itu terjadi. Kagumilah hal itu dan renungkanlah.
Ingatlah baik-baik, biarlah kesannya tinggal tetap dan
tidak hilang lenyap (Yes. 38:9).
[2] Kristus memperingatkan orang itu agar waspada terha-
dap dosa, sebab telah sembuh, jangan berbuat dosa
lagi. Hal ini menyiratkan bahwa penyakitnya disebab-
kan oleh dosa. Kita tidak bisa katakan apakah itu dosa
yang sangat menghanguskan ataukah hanya dosa pada
umumnya, namun kita tahu bahwa dosa memang meru-
pakan penyebab penyakit (Mzm. 107:17-18). Beberapa
orang mengamati bahwa Kristus tidak menyebut soal
dosa kepada orang-orang sakit yang disembuhkan-Nya,
kecuali kepada orang sakit ini dan seorang lagi yang
menderita penyakit serupa (Mrk. 2:5). Selama penyakit
menahun ini belum sembuh, hal ini bisa mencegah
penderitanya melakukan banyak dosa yang bisa dilihat.
Oleh sebab itu kewaspadaan semakin diperlukan saat
kelemahan itu diangkat. Kristus menyiratkan bahwa
orang-orang yang telah sembuh dan dibebaskan dari
hukuman dosa pada saat sekarang ini, ada kemungkin-
an kembali kepada dosa saat penderitaan dan pengen-
dalian itu sudah berlalu, kecuali anugerah ilahi menge-
ringkan sumbernya. saat masalah yang sekadar mem-
bendung arus itu terangkat, aliran air akan kembali
seperti semula. Itulah sebabnya sangat dibutuhkan ke-
waspadaan, supaya sesudah anugerah kesembuhan
diberikan, kita tidak kembali berbuat dosa lagi. Pen-
deritaan kita yang sudah disembuhkan memperingatkan
kita agar jangan berbuat dosa lagi sesudah merasakan
kepedihan akibat dosa. Anugerah yang membuat kita
sembuh merupakan perjanjian dengan kita agar tidak
menyakitkan hati Dia yang telah menyembuhkan kita.
Inilah suara yang menyertai setiap pemeliharaan Tuhan ,
292
Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi. Dengan penuh
harapan orang ini mengawali kehidupan barunya di
dalam Bait Tuhan . Meskipun demikian, Kristus mengang-
gap perlu untuk memberinya peringatan ini. Sudah bia-
sa bagi orang pada umumnya saat mereka sakit, untuk
menjanjikan banyak hal, untuk melakukan sesuatu saat
baru sembuh, namun sesudah beberapa waktu kemudian
melupakan semuanya.
[3] Kristus memberinya peringatan akan bahaya ini, kalau-
kalau ia kembali ke jalannya yang berdosa: supaya pa-
damu jangan terjadi yang lebih buruk. Kristus, yang me-
ngenal isi hati manusia, tahu bahwa orang ini termasuk
mereka yang harus ditakut-takuti agar tidak berbuat
dosa lagi. Orang bisa berpikir bahwa tiga puluh delapan
tahun menderita lumpuh tentunya sudah cukup parah.
Namun, ada sesuatu yang lebih parah lagi yang akan
menimpanya jika ia kembali berbuat dosa sesudah Tuhan
mengaruniakan kepadanya penyelamatan hingga terlu-
put seperti ini (Ezr. 9:13-14). Tempat ia berbaring saat
sakit dulu sangatlah menyedihkan, namun neraka jauh
lebih mengerikan lagi: hukuman yang harus dijalani
mereka yang tidak mau bertobat jauh lebih berat dari-
pada kelumpuhan selama tiga puluh delapan tahun.
VI. Sekarang, sesudah perbincangan di antara Kristus dengan orang
sakit itu, perhatikanlah dua ayat berikutnya,
1. Keterangan yang diberikan orang malang yang sederhana itu
kepada orang-orang Yahudi perihal Kristus (ay. 15). Ia menga-
takan kepada mereka bahwa Yesus-lah yang telah menyem-
buhkan dia. Kita boleh berpikir bahwa ia berbuat seperti ini
demi kemuliaan Kristus dan demi manfaat bagi orang-orang
Yahudi. Ia tidak tahu bahwa Dia yang memiliki kuasa dan
kebaikan begitu besar bisa memiliki musuh. Namun, orang-
orang yang mengharapkan hal baik bagi kerajaan Kristus
harus cerdik seperti ular, supaya tidak menimbulkan lebih ba-
nyak celaka dibandingkan kebaikan dengan semangat mereka, dan
tidak melemparkan mutiara kepada babi.
Injil Yohanes 5:17-30
293
2. Kemarahan dan permusuhan orang Yahudi terhadap-Nya: Dan
sebab itu para pemimpin orang-orang Yahudi berusaha meng-
aniaya Yesus.
Lihatlah:
(1) Betapa bodoh dan tidak masuk akalnya sikap permusuhan
mereka terhadap Kristus. Kristus telah menyembuhkan
orang sakit itu sehingga meringankan beban masyarakat
yang selama ini menopang hidup orang sakit tersebut,
namun mereka tetap ingin menganiaya Dia, sebab telah
berbuat baik di Israel.
(2) Betapa keji dan kejamnya rencana mereka: Orang-orang
Yahudi berusaha menganiaya Yesus. Selain darah dan nya-
wa-Nya, tidak ada yang mampu memuaskan nafsu mereka.
(3) Bagaimana keinginan itu dibungkus dengan dalih ingin
menghormati hari Sabat. Kejahatan yang dituduhkan ke-
pada-Nya itu merupakan reka-rekaan saja: sebab Ia mela-
kukan hal-hal itu pada hari Sabat, seolah-olah melakukan
semuanya ini pada hari Sabat ini sudahlah cukup untuk
merusak segala perbuatan ilahi yang terbaik. Dengan
demikian Ia dianggap berbahaya, padahal apa yang dilaku-
kan-Nya itu sungguh terpuji. Demikianlah orang-orang mu-
nafik sering kali menutup-nutupi sikap permusuhan mere-
ka terhadap kuasa kesalehan dengan berpura-pura sangat
berpegang teguh pada bentuk luarnya.
Percakapan Kristus dengan Orang-orang Yahudi;
Seluruh Penghakiman Diserahkan kepada Kristus; Inti Kekristenan
(5:17-30)
17 namun Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang,
maka Aku pun bekerja juga.” 18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha
lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja sebab Ia meniadakan hari Sabat,
namun juga sebab Ia mengatakan bahwa Tuhan yaitu Bapa-Nya sendiri dan
dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Tuhan . 19 Maka Yesus menja-
wab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak
dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat
Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang diker-
jakan Anak. 20 Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya
segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan
kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-
pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. 21 Sebab sama seperti Bapa
membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga
294
Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. 22 Bapa tidak meng-
hakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruh-
nya kepada Anak, 23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti
mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga
tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. 24 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada
Dia yang mengutus Aku, ia memiliki hidup yang kekal dan tidak turut
dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. 25 Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa
orang-orang mati akan mendengar suara Anak Tuhan , dan mereka yang men-
dengarnya, akan hidup. 26 Sebab sama seperti Bapa memiliki hidup dalam
diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak memiliki hidup dalam
diri-Nya sendiri. 27 Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk meng-
hakimi, sebab Ia yaitu Anak Manusia. 28 Janganlah kamu heran akan hal
itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan
akan mendengar suara-Nya, 29 dan mereka yang telah berbuat baik akan ke-
luar dan bangkit untuk hidup yang kekal, namun mereka yang telah berbuat
jahat akan bangkit untuk dihukum. 30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari
diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan
penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri,
melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.
Di sini kita dapati perkataan Kristus saat Ia dituduh merusak hari
Sabat (ay. 17), dan sepertinya ini merupakan usaha-Nya untuk mem-
bela diri di hadapan Mahkamah Agama, saat Ia didakwa di depan
mereka. Apakah hal ini terjadi pada hari yang sama, dua hari, atau
tiga hari kemudian, tidak disebutkan, namun mungkin juga pada hari
yang sama.
Perhatikanlah:
I. Ajaran yang diletakkan-Nya untuk membenarkan hal yang diker-
jakan-Nya pada hari Sabat (ay. 17): Ia berkata kepada mereka. Hal
ini menunjukkan bahwa Ia berusaha menjawab tuduhan yang
didakwakan kepada-Nya, yang diajukan anggota-anggota dewan
itu satu sama lain dalam usaha mereka untuk menganiaya Dia
(ay. 16). Ia tahu, dan menjawab, Bapa-Ku bekerja sampai sekar-
ang, maka Aku pun bekerja juga. Pada kesempatan-kesempatan
lain, sebagai jawaban atas tuduhan serupa, Ia mengemukakan
contoh perihal Daud yang memakan roti sajian (roti kudus), para
imam yang menyembelih korban bakaran, dan tentang orang
memberi minum ternak mereka pada hari Sabat. Namun, di sini
Ia merujuk pada contoh yang lebih mulia dan mengemukakan
contoh mengenai Bapa-Nya dan kewenangan ilahi-Nya. Sambil
mengesampingkan semua pembelaan-Nya yang lain-lain itu, Ia
berpegang hanya pada satu pembelaan, yaitu yang instar omnium
Injil Yohanes 5:17-30
295
– setara dengan keseluruhan (yang mencakup segalanya), dan
mematuhinya, sesuai dengan yang pernah dikatakan-Nya (Mat.
12:8). sebab Anak Manusia yaitu Tuhan atas hari Sabat. Na-
mun, di sini Ia lebih menjelaskannya.
1. Ia mengaku bahwa Ia yaitu Anak Tuhan , dan hal ini jelas tam-
pak saat Ia menyebut Tuhan sebagai Bapa-Nya. Kalau begitu,
kesucian-Nya tidak dapat dipertanyakan lagi dan kedaulatan-
Nya tidak perlu diragukan lagi. Ia berhak mengubah hukum
ilahi sesuai kehendak-Nya. Sudah barang tentu mereka akan
menghormati Anak, pewaris segala sesuatu.
2. Bahwa Ia bekerja sama seperti Tuhan juga bekerja.
(1) Bapa-Ku bekerja sampai sekarang. Teladan yang diberikan
Tuhan dengan beristirahat dari semua pekerjaan-Nya pada
hari ketujuh, yang tercantum dalam perintah keempat,
menjadi dasar bagi kita untuk juga melaksanakan teladan-
Nya itu sebagai hari Sabat atau hari perhentian. Tuhan
hanya beristirahat dari pekerjaan yang telah dilakukan-Nya
pada enam hari itu. Lain dari itu, Ia masih terus bekerja
sampai sekarang ini. Ia bekerja setiap hari, baik pada hari
Sabat maupun pada hari-hari biasa, untuk menopang dan
mengatur semua makhluk ciptaan serta menyelaraskan
seluruh gerakan dan kerja alam melalui pemeliharaan-Nya
secara umum, untuk kemuliaan-Nya sendiri. Oleh sebab itu,
meskipun kita ditentukan untuk beristirahat pada hari
Sabat, kita tidak dilarang melakukan hal yang langsung
berhubungan dengan kemuliaan Tuhan , seperti orang yang
mengangkat tilamnya itu.
(2) Aku pun bekerja, bukan saja supaya dengan begitu Aku
bisa bekerja, seperti Dia, dalam melakukan perbuatan baik
pada hari Sabat dan hari-hari lainnya, namun juga sebab
Aku ini bekerja bersama-Nya. Sama seperti Tuhan mencipta-
kan segala sesuatu melalui Kristus, Ia juga menopang dan
mengendalikan semuanya itu melalui Kristus (Ibr. 1:3). Hal
ini menempatkan apa yang dilakukan-Nya di atas segala
hal tanpa kecuali. Dia yang merupakan pekerja yang mela-
kukan pekerjaan yang sehebat itu tentu saja harus juga
merupakan seorang penguasa yang tidak dikendalikan oleh
siapa pun. Dia yang mampu melakukan segala sesuatu
296
yaitu Tuhan atas segala sesuatu, dan oleh sebab itu juga
Tuhan atas hari Sabat. Hari Sabat ini termasuk dalam sa-
lah satu bagian yang menjadi kewenangan-Nya yang hen-
dak ditegaskan-Nya sekarang ini, sebab tak lama sesudah
itu Ia akan menyatakan-Nya lebih lanjut, dengan meng-
ubah hari ketujuh itu menjadi hari pertama.
II. Perlawanan terhadap pengajaran-Nya (ay. 18): Orang-orang Yahudi
lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya. Pembelaan yang dike-
mukakan-Nya dijadikan alasan untuk mendakwa-Nya, seolah-
olah dengan membenarkan diri, Ia justru semakin memperparah
keadaan. Perhatikanlah, orang-orang yang tidak mau menerima
pencerahan melalui perkataan Kristus akan menjadi marah dan
kesal sebab nya, dan tidak ada hal yang lebih menjengkelkan
musuh-musuh Kristus dibandingkan perkataan-Nya yang menegaskan
kewenangan-Nya (lih. Mzm. 2:3-5). Mereka berusaha keras untuk
membunuh-Nya,
1. sebab Ia telah melanggar hari Sabat. Tidak peduli apa pun
yang dikatakan-Nya untuk membela diri, tetap saja mereka
telah bulat hati, benar atau salah, menyatakan-Nya bersalah
telah melanggar hari Sabat. saat rasa dengki dan iri hati me-
nguasai persidangan, akal sehat dan keadilan pun dibungkam-
nya, tak peduli seberapa benarnya akal sehat dan keadilan itu.
2. Bukan saja sebab telah melanggar hari Sabat, namun juga
sebab Ia berkata bahwa Tuhan yaitu Bapa-Nya. Sekarang
mereka berpura-pura merasa kesal demi kehormatan Tuhan , se-
perti demi hari Sabat sebelumnya. Mereka mendakwa Kristus
dengan tuduhan itu sebagai kejahatan yang teramat keji kare-
na menyamakan diri-Nya dengan Tuhan . Seandainya Dia me-
mang bukan begitu, ini memang merupakan kejahatan yang
keji. Ini yaitu dosa yang dilakukan Lucifer, Aku hendak
menyamai Yang Mahatinggi.
Nah:
(1) Sungguh tepat apa yang disimpulkan dari perkataan-Nya
itu, bahwa Dia yaitu Anak Tuhan , dan bahwa Tuhan yaitu
Bapa-Nya, patera idion – Bapa-Nya sendiri, bukan Bapa
orang lain. Kristus mengatakan bahwa Ia bekerja bersama
Bapa-Nya, dengan wewenang dan kuasa yang sama, dan
Injil Yohanes 5:17-30
297
dengan itu Ia menyamakan diri dengan Tuhan . Ecce
intelligunt Judæi, quod non intelligunt Ariani – Sesungguh-
nya orang Yahudi memahami apa yang tidak dipahami para
penganut Arius (Dia menyakini bahwa Anak berlainan
hakikat dari Bapa – pen.).
(2) Walaupun begitu, secara tidak adil Ia dituduh melakukan
kejahatan sebab menyamakan diri dengan Tuhan . Padahal,
Dia memang Tuhan , setara dengan Bapa (Flp. 2:6). sebab Ia
memang Tuhan , maka dalam menanggapi tuduhan ini, Ia
tidak merasa terpancing atau tersudut, melainkan menya-
takan dengan tegas dan membuktikan bahwa Dia memang
setara dengan Tuhan dalam kuasa dan kemuliaan.
III. Perkataan Kristus tentang kejadian ini, yang terus berlanjut tanpa
jeda sampai akhir bab ini. Dalam ayat-ayat tersebut Ia menjelas-
kan, dan sesudah itu menegaskan penugasan-Nya sebagai Peng-
antara yang berkuasa penuh dalam perjanjian antara Tuhan dan
manusia. Selain itu, sama seperti kehormatan yang diterima-Nya
melalui hal ini begitu besar hingga tidak layak diterima makhluk
ciptaan lainnya, begitu pula tugas yang dipercayakan kepada-Nya
tidak akan mungkin dilaksanakan siapa pun. Oleh sebab itu, Dia
memang sungguh Tuhan , setara dengan Bapa.
1. Secara umum. Dia satu dengan Bapa dalam segala hal yang
dilakukan-Nya sebagai Pengantara, dan di antara mereka
ada saling pengertian yang sempurna dalam hal tersebut.
Hal ini disampaikan dengan kata-kata pendahuluan yang
khidmat (ay. 19), Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, Aku
yang yaitu Amin, Sang Amin, mengatakannya. Hal ini menyi-
ratkan bahwa hal-hal yang dinyatakan itu yaitu ,
(1) Sangat luar biasa dan begitu agung hingga menuntut per-
hatian penuh.
(2) Sangat pasti, sedemikian pastinya hingga menuntut perse-
tujuan seutuhnya yang tidak dibuat-buat.
(3) Bahwa semua pernyataan-Nya itu benar-benar merupakan
penyataan ilahi. Ini termasuk semua yang dikatakan
Kristus kepada kita dan yang tidak mungkin kita ketahui
tanpa Dia. Ada dua hal yang dikatakan-Nya secara umum
298
menyangkut kesatuan Anak dengan Bapa dalam melak-
sanakan pekerjaan:
[1] Bahwa Anak selaras dengan Bapa (ay. 19): Anak tidak
dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau
tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang
dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebagai
Pengantara, Tuhan Yesus,
Pertama, Taat kepada kehendak Bapa-Nya, begitu
taatnya hingga Ia tidak dapat mengerjakan sesuatu dari
diri-Nya sendiri, dengan pengertian yang sama seperti
yang dikatakan, bahwa Tuhan tidak berdusta, tidak da-
pat menyangkal diri-Nya, yang mengungkapkan kesem-
purnaan kebenaran-Nya, bukan ketidaksempurnaan
dalam kekuatan-Nya. Jadi di sini Kristus begitu meng-
abdikan diri kepada kehendak Bapa-Nya hingga mus-
tahil bagi-Nya untuk bertindak terpisah dalam hal apa
saja.
Kedua, Ia taat pada kebijaksanaan Bapa-Nya. Dia
mampu dan hanya bersedia melakukan apa yang dili-
hat-Nya dikerjakan Bapa. Tidak seorang pun dapat me-
nyelami pekerjaan yang dilakukan Tuhan , kecuali Anak
Tunggal Tuhan , yang ada di pangkuan-Nya, yang melihat
apa yang dilakukan-Nya, mengenal tujuan-tujuan-Nya
dengan baik, dan memiliki rencana mereka. Apa yang
dilakukan-Nya sebagai Pengantara dalam semua per-
buatan-Nya, merupakan salinan atau duplikat yang per-
sis sama dengan apa yang dilakukan Bapa, yaitu segala
sesuatu yang dirancang-Nya saat membentuk rencana
penebusan kita dalam kebijaksanaan-Nya yang kekal,
dan saat menetapkan langkah-langkahnya yang tidak
akan pernah bisa dilanggar ataupun perlu diubah. Ini
yaitu salinan rencana agung itu. Inilah kesetiaan
Kristus, seperti Musa sebelumnya, yang melakukan se-
gala sesuatu menurut contoh yang telah ditunjukkan
kepadanya di atas gunung itu. Perkataan Kristus itu
diucapkan dalam bentuk sekarang, Ia melihat Bapa
mengerjakannya (sekarang ini). Pemikiran ini sama se-
perti saat ada di bumi ini, Ia dikatakan juga pada saat
Injil Yohanes 5:17-30
299
yang sama ada di sorga (3:13), dan ada di pangkuan
Bapa (1:18). sebab saat itu Dia berada di sorga oleh
sebab hakikat ilahi-Nya itu, maka segala sesuatu yang
dilakukan di sorga juga diketahui oleh-Nya. Apa yang
dikerjakan Bapa dalam kebijaksanaan-Nya, senantiasa
dan masih tetap terlihat oleh Anak-Nya, seperti yang di-
katakan Daud dalam roh mengenai Dia, Aku senantiasa
memandang kepada TUHAN (Mzm. 16:8).
Ketiga, Ia setara dengan Bapa dalam hal bekerja,
sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerja-
kan Anak. Ia melakukan hal-hal yang sama, bukan hal-
hal yang serupa, melainkan tauta, hal-hal yang sama. Ia
juga melakukannya dengan cara yang sama, homoiōs,
juga, dengan wewenang, kebebasan, hikmat, kekuatan,
dan kuasa yang sama. Apakah Bapa membuat, memba-
talkan, dan mengubah hukum-hukum positif? Apakah
Ia menguasai dan mengendalikan hukum alam, menge-
nal hati manusia? Begitu pula halnya dengan Anak.
Kuasa Sang Pengantara merupakan kuasa ilahi.
[2] Bahwa Bapa berkomunikasi atau berhubungan dengan
Anak (ay. 20).
Perhatikanlah:
Pertama, Alasan yang menjadi pendorong bagi hu-
bungan di antara keduanya: Bapa mengasihi Anak. Ia
menyatakan, Inilah Anak-Ku yang Kukasihi. Bapa bukan
saja mendukung apa yang dilakukan-Nya, namun juga
sangat puas dengan sang pelaku yang melakukan per-
buatan itu. Sekarang Kristus dibenci manusia, yang di-
jijikkan bangsa-bangsa (Yes. 49:7), namun Kristus meng-
hibur diri dengan ini, bahwa Bapa mengasihi-Nya.
Kedua, contoh-contoh mengenai kasih Bapa kepada-
Nya.
Ia menunjukkannya:
1. Dalam apa yang sungguh disampaikan Bapa kepada-
Nya: Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu
yang dikerjakan-Nya sendiri. Langkah-langkah yang
digunakan Bapa dalam menciptakan dan mengatur
dunia ditunjukkan-Nya kepada Anak, supaya Ia juga
300
bisa menggunakan langkah-langkah yang sama da-
lam mendirikan dan memimpin Gereja, dan peker-
jaan ini sendiri merupakan salinan atau duplikat
karya penciptaan dan pemeliharaan Tuhan , sehingga
gereja yang dibentuk itu disebut dunia yang akan
datang. Bapa menunjukkan segala sesuatu kepada-
Nya, ha autos poiei – yang dilakukan-Nya, yaitu apa
yang dilakukan Anak, begitulah yang bisa ditafsir-
kan. Semua hal yang dilakukan Anak, dikerjakan
dengan petunjuk Bapa. Ia menunjukkan kepada-Nya.
2. Dalam apa yang bersedia disampaikan-Nya. Bapa
akan menunjukkan kepada-Nya, yaitu, akan meng-
angkat dan mengarahkan Dia untuk melakukan pe-
kerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dibandingkan
pekerjaan-pekerjaan itu.
(1) Pekerjaan yang membutuhkan kuasa yang lebih
besar dibandingkan kuasa menyembuhkan orang sa-
kit, sebab Ia harus membangkitkan orang mati,
dan Dia sendiri juga harus bangkit dari antara
orang mati. Dengan kekuatan alami, dengan
menggunakan berbagai sarana, suatu penyakit
bisa saja sembuh pada waktunya. Namun, de-
ngan berbagai sarana, alam tidak akan pernah
mampu membangkitkan orang mati sampai ka-
pan pun.
(2) Pekerjaan dengan wewenang yang lebih besar
dibandingkan memberi perintah kepada orang itu
untuk mengangkat tilamnya pada hari Sabat.
Orang-orang Yahudi menganggap tindakan ini
sebagai upaya yang sangat berani. Namun, tin-
dakan-Nya ini tidaklah ada apa-apanya diban-
dingkan dengan tindakan-Nya untuk membatal-
kan seluruh hukum upacara (seremonial) dan
menetapkan ketetapan-ketetapan baru yang
tidak lama kemudian dilakukan-Nya, “sehingga
kamu menjadi heran.” Sekarang mereka meman-
dang pekerjaan-Nya dengan perasaan jijik dan
murka, namun tidak lama lagi Ia akan melakukan
sesuatu yang membuat mereka takjub (Luk. 7:6).
Injil Yohanes 5:17-30
301
Banyak orang dibuat takjub dengan perbuatan-
perbuatan Kristus, dan perbuatan-perbuatan-
Nya ini mendatangkan kehormatan bagi Dia.
Namun, orang-orang yang takjub ini tidak juga
mau percaya kepada Dia, padahal dengan keper-
cayaan ini mereka bisa menerima manfaat dari
semua perbuatan-Nya itu.
2. Secara khusus. Ia membuktikan kesetaraan-Nya dengan Bapa
dengan menyebut beberapa pekerjaan khusus yang dilakukan-
Nya yang hanya bisa dikerjakan oleh Tuhan saja. Hal ini lebih
diperjelas lagi dalam ayat 21-30. Dia melakukan dan akan
melakukan pekerjaan-pekerjaan istimewa yang hanya merupa-
kan kedaulatan Tuhan – yakni menghakimi dan melaksanakan
penghukuman (ay. 22-24, 27). Kedua hal ini saling berkaitan
dan berhubungan, dan hal yang pernah diucapkan itu diulang
dan ditanamkan. Gabungkanlah kedua hal itu, maka akan ter-
bukti bahwa perkataan Kristus tidaklah keliru saat Ia me-
nyamakan diri-Nya dengan Tuhan .
(1) Perhatikanlah apa yang dikatakan di sini mengenai kuasa
Pengantara untuk membangkitkan orang mati dan meng-
hidupkannya.
Lihatlah:
[1] Wewenang-Nya untuk melakukan hal itu (ay. 21): Sama
seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan
menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan
barangsiapa yang dikehendaki-Nya.
Pertama, yaitu hak istimewa Tuhan untuk mem-
bangkitkan orang mati dan memberikan kehidupan,
bahkan Dia-lah yang pertama kali mengembuskan nafas
hidup ke dalam hidung manusia, dan menjadikannya
makhluk yang hidup (lih. Ul. 32:30; 1Sam. 2:6; Mzm.
68:20; Rm. 4:17). Hal ini telah dilakukan Tuhan melalui
Nabi Elia dan Elisa, dan ini merupakan penegasan atas
pengutusan mereka. Kebangkitan dari orang mati belum
pernah terjadi secara alami, dan tidak pernah terpikir-
kan oleh orang-orang yang hanya mempelajari kekuatan
alam, seperti yang tampak dari salah satu aksioma yang
menentang kebangkitan itu: A privatione ad habitum non
302
datur regressus – Keberadaan, begitu dimusnahkan,
tidak dapat dikembalikan lagi. Itulah sebabnya hal ini
diejek di Athena sebagai sesuatu yang tidak masuk akal
(Kis. 17:32). Ini yaitu murni pekerjaan kuasa ilahi,
dan pengetahuan tentang hal ini murni berkat penyata-
an atau wahyu ilahi. Mengenai hal ini, orang-orang
Yahudi mau mengakuinya.
Kedua, Sang Pengantara diberi hak istimewa ini: Ia
menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya,
menghidupkan kembali siapa saja yang dikehendaki-
Nya, kapan pun Dia berkenan. Ia tidak menghidupkan
makhluk-makhluk sebab keperluan alami, seperti cara
kerja matahari yang sinarnya berulang mengikuti cara
yang sudah tertentu. Sebaliknya, Dia bertindak sebagai
pelaku yang bebas, mengendalikan sendiri penyaluran
kuasa-Nya, dan tidak pernah dibatasi atau ditahan un-
tuk menggunakannya. Sama seperti Ia memiliki kuasa,
begitu pula Ia memiliki hikmat dan kedaulatan sebagai-
mana Tuhan adanya. Ia memegang segala kunci maut dan
kerajaan maut (Why. 1:18), bukan sebagai hamba yang
membuka dan menutup seperti yang diperintahkan, se-
bab Dia memegang kunci Daud, sebagai tuan (Why. 3:7).
Hal ini menggambarkan seorang raja yang berkuasa
penuh (Dan. 5:19): dibunuhnya siapa yang dikehendaki-
nya dan dibiarkannya hidup siapa yang dikehendaki-
nya. Semuanya ini benar adanya mengenai Kristus,
tanpa ada yang dilebih-lebihkan.
[2] Kemampuan-Nya untuk melakukan hal itu. sebab itu
Ia memiliki kuasa untuk menghidupkan barangsiapa
yang dikehendaki-Nya, sama seperti Bapa, sebab Ia
memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri, sama seperti
Bapa (ay. 26).
Pertama, pastilah bahwa Bapa memiliki hidup
dalam diri-Nya sendiri. Dia bukan saja suatu Keberada-
an yang ada dengan sendirinya, yang tidak berasal dari
atau bergantung pada apa pun (Kel. 3:14), namun juga
pemberi kehidupan yang berdaulat. Dia memiliki kehi-
dupan di dalam diri-Nya sendiri, dan juga segala sesua-
tu yang baik (sebab demikianlah kehidupan itu adakala-
Injil Yohanes 5:17-30
303
nya diartikan). Semuanya ini berasal dari-Nya dan ber-
gantung pada-Nya. Bagi semua makhluk ciptaan-Nya,
Dia yaitu sumber kehidupan dan segala sesuatu yang
baik, pencipta keberadaan dan kesejahteraan mereka,
Tuhan yang hidup, dan Tuhan dari semua yang hidup.
Kedua, Sama pastinya juga bahwa Ia telah memberi-
kan Anak untuk memiliki hidup di dalam diri-Nya sen-
diri. Sama seperti Bapa yaitu sumber semua kehidup-
an alami dan segala sesuatu yang baik, sebagai Sang
Pencipta yang Agung, demikian pula Anak, sebagai Pe-
nebus, yaitu sumber semua kehidupan dan segala se-
suatu yang baik secara rohani (lih. 1Kor. 8:6; Kol. 1:19).
Demikianlah Ia adanya bagi jemaat, seperti halnya Bapa
bagi dunia. Kerajaan kasih karunia dan seluruh kehi-
dupan di dalam kerajaan itu sepenuhnya berada di
dalam tangan Sang Penebus, seperti halnya kerajaan
pemeliharaan yang menjaga alam ini berada di tangan
Sang Pencipta. Sama seperti Tuhan yang memberikan ke-
beradaan kepada segala sesuatu memiliki keberadaan-
Nya dari diri-Nya sendiri, begitu pula Kristus, yang
memberikan kehidupan, membangkitkan diri-Nya sen-
diri dengan kuasa-Nya sendiri (10:18).
[3] Tindakan-Nya sesuai wewenang dan kemampuan-Nya
itu. Dengan memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri, dan
dengan menerima wewenang untuk menghidupkan ba-
rangsiapa yang dikehendaki-Nya, maka berdasarkan hal
ini, ada dua kebangkitan yang terjadi sebab per-
kataan-Nya yang penuh kuasa, dan keduanya disebut-
kan di sini:
Pertama, kebangkitan yang terjadi sekarang (ay. 29),
kebangkitan dari kematian dosa menuju hidup dalam
kebenaran, melalui kuasa kasih karunia Kristus. Sebab
saatnya akan tiba dan sudah tiba. Kebangkitan ini su-
dah dimulai dan akan berlangsung terus, saat orang-
orang mati akan mendengar suara Anak Tuhan . Hal ini
dengan jelas dibedakan dengan kebangkitan yang dise-
butkan dalam ayat 28 yang berbicara tentang kebang-
kitan di akhir zaman. Kebangkitan ini tidak menyebut-
kan tentang orang mati dalam kuburan, tentang mereka
304
semua, dan bagaimana mereka keluar seperti dalam ke-
bangkitan yang disebut terakhir itu.
1. Ada yang berpendapat bahwa kebangkitan ini sudah
digenapi dalam diri orang-orang yang telah dibang-
kitkan-Nya dengan cara ajaib, seperti misalnya anak
wanita Yairus, anak laki-laki si janda, dan Laza-
rus. Dapat dilihat bahwa semua orang ini dibang-
kitkan Kristus itu melalui perkataan, seperti, Hai
anak, bangunlah; Hai anak muda, bangunlah; Laza-
rus, marilah keluar, sedangkan orang-orang yang di-
bangkitkan di bawah Perjanjian Lama bukan dibang-
kitkan melalui perkataan, melainkan melalui cara-
cara lain (1Raj. 17:21; 2Raj. 4:34; 13:21). Sebagian
orang lagi berpendapat bahwa yang dimaksudkan
yaitu orang-orang kudus yang bangkit bersama
Kristus, namun kita tidak membaca tentang suara
Anak Tuhan yang memanggil mereka. Namun,
2. Saya lebih cenderung memahaminya sebagai kuasa
pengajaran Kristus, guna memulihkan dan mem-
bangkitkan orang-orang yang mati sebab pelanggar-
an-pelanggaran dan dosa-dosa (Ef. 2:1). Saatnya
sudah tiba saat jiwa-jiwa orang yang mati harus
dihidupkan kembali melalui pemberitaan Injil dan
suatu roh kehidupan dari Tuhan yang menyertai jiwa
itu: bahkan hal itu sudah terjadi sementara Kristus
masih ada di bumi ini. Hal ini bisa juga terutama
mengacu kepada panggilan terhadap bangsa-bangsa
lain yang disebut hidup dari antara orang mati, dan
yang, menurut sebagian orang, telah digambarkan
melalui penglihatan Yehezkiel (Yeh. 37:1), dan dinu-
buatkan dalam Yesaya 26:19. Orang-orang-Mu yang
mati akan hidup pula. Namun, hal ini harus diterap-
kan pada keberhasilan Injil yang luar biasa di antara
orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain, dan
waktu untuk ini masih dan akan terus terjadi, sam-
pai semua orang yang terpilih berhasil dipanggil.
Injil Yohanes 5:17-30
305
Perhatikanlah:
(1) Secara rohani, orang-orang berdosa sudah mati.
Mereka miskin dalam kehidupan, indra, kekuat-
an, dan pergerakan rohani. Mereka mati dalam
hubungan dengan Tuhan , sengsara, namun tidak
menyadari kesengsaraan mereka dan tidak mam-
pu menolong diri sendiri untuk bisa keluar dari
situ.
(2) Pertobatan seseorang kepada Tuhan merupakan
kebangkitan dari kematian kepada kehidupan.
sesudah itu, jiwanya mulai hidup saat ia mulai
hidup bagi Tuhan , bernafas dengan-Nya, dan ber-
gerak menuju Dia.
(3) Melalui suara Anak Tuhan sajalah jiwa-jiwa di-
bangkitkan untuk mengalami kehidupan rohani.
Hal ini terjadi melalui kuasa-Nya, dan kuasa itu
disampaikan melalui perkataan-Nya: Orang-orang
mati akan mendengar, akan dibuat supaya bisa
mendengar, mengerti, menerima, dan memper-
cayai suara Anak Tuhan , untuk mendengar suara
itu sebagai suara-Nya sendiri. sesudah itu Roh
memberinya hidup, sebab (hukum) yang tertulis
mematikan.
(4) Suara Kristus harus didengar oleh kita supaya
kita bisa hidup olehnya. Mereka yang mendengar
dan memperhatikan apa yang mereka dengar,
akan hidup. Dengarkanlah, maka kamu akan
hidup (Yes. 55:3).
Kedua, Kebangkitan yang masih akan tiba. Hal ini
dibicarakan di dalam ayat 28-29 dan didahului dengan
kata-kata, “Janganlah kamu heran akan apa yang Ku-
katakan tentang kebangkitan pertama, janganlah kamu
menolaknya sebagai sesuatu yang tidak masuk akal dan
bodoh, sebab pada akhir zaman nanti kamu akan meli-
hat bukti yang bisa kamu saksikan sendiri dan menak-
jubkan tentang kuasa dan wewenang Anak Manusia.”
Sama seperti kebangkitan-Nya sendiri dicadangkan un-
tuk menjadi bukti yang mengakhiri dan menutup penu-
306
gasan pribadi-Nya, begitu juga kebangkitan semua
orang dicadangkan supaya menjadi bukti penugasan-
Nya untuk dilaksanakan melalui Roh-Nya.
Sekarang perhatikanlah di sini:
a. Kapan kebangkitan ini akan terjadi: Saatnya akan
tiba. Saat bagi kebangkitan ini telah ditetapkan, pe-
nunjukannya sangatlah pasti dalam hal waktu. Hari
penghakiman itu tidak ditangguhkan sine die – ke
masa yang belum ditentukan. Tidak, Ia telah mene-
tapkan suatu hari. Saatnya akan tiba.
(a) Hari itu belum tiba. Waktunya bukanlah seperti
yang disebutkan dalam ayat 25, namun akan tiba
dan sudah (mulai) tiba (sekarang). Orang-orang
yang berkata bahwa kebangkitan telah berlang-
sung, melakukan kesalahan yang berbahaya
(2Tim. 2:18). Namun,
(b) saat itu pasti akan tiba, sedang mendekat setiap
hari, dan sudah diambang pintu. Kita tidak tahu
masih berapa lama lagi, namun kita tahu bahwa
hal ini sudah dirancang dengan sempurna serta
diputuskan dan tidak dapat diubah lagi.
b. Siapa yang akan dibangkitkan: semua orang yang di
dalam kuburan, yakni semua orang yang telah mati
sejak awal zaman, dan semua orang yang akan mati
sampai akhir zaman. Telah dikatakan (Dan. 12:2),
bahwa banyak yang akan bangun (bangkit). Di sini
Kristus mengatakan kepada kita bahwa orang ba-
nyak yang dimaksudkan itu yaitu semua orang.
Mereka semua harus berdiri di hadapan Hakim, dan
oleh sebab itu semua orang harus dibangkitkan.
Tiap orang secara utuh. Setiap jiwa akan kembali ke
raganya, dan setiap tulang itu bertemu satu sama
lain. Kuburan yaitu penjara bagi jasad-jasad yang
telah mati, tempat mereka ditawan, sedangkan da-
pur api menjadi tempat tulang-tulang itu dihabiskan
(Ayb. 24:19). Namun, dengan melihat bahwa mereka
akan dibangkitkan, kita bisa menyebut kuburan itu
sebagai tempat tidur mereka, di mana jasad-jasad itu
Injil Yohanes 5:17-30
307
tidur untuk dibangunkan kembali. Atau, itu yaitu
tempat perbendaharaan mereka, di mana mereka
disimpan untuk digunakan kembali. Bahkan orang-
orang yang tidak dimakamkan di dalam kuburan
pun akan dibangkitkan. Namun, berhubung keba-
nyakan orang dimakamkan di dalam kubur, Kristus
menggunakan istilah semua orang yang di dalam
kuburan. Orang Yahudi menggunakan istilah sheol
untuk kuburan, yang artinya menunjuk pada keada-
an orang mati. Semua yang berada dalam keadaan
itu akan mendengar.
c. Bagaimana mereka akan dibangkitkan. Di sini kita
diberi tahu tentang dua hal:
(a) Akibat dari kebangkitan ini: Mereka akan mende-
ngar suara-Nya. Artinya, Ia akan membuat me-
reka bisa mendengarnya, seperti Lazarus dibuat
bisa mendengar perkataan, Marilah keluar. Kuasa
ilahi akan menyertai suara itu untuk memberi-
kan kehidupan di dalam jasad-jasad itu dan me-
mampukan mereka menaati suara itu. saat
Kristus bangkit, tidak ada suara yang terdengar,
tidak ada kata yang diucapkan, sebab Ia bangkit
oleh kuasa-Nya sendiri. Namun, pada kebangkit-
an anak-anak manusia, kita mendapati tiga jenis
suara yang diucapkan (1Tes. 4:16). Tuhan akan
turun dengan diiringi suara berseru, seruan raja
dengan suara penghulu malaikat. Ini bisa berarti
Kristus sendiri, raja penghulu para malaikat,
atau panglima tertinggi atas seluruh penghuni
sorga yang berada di bawah-Nya. Selain itu, juga
dengan sangkakala Tuhan : yakni sangkakala pra-
jurit yang membunyikan aba-aba perang, sang-
kakala hakim yang mengumumkan dimulainya
pengadilan.
(b) Akibat dari suara panggilan itu: Mereka akan ke-
luar dari kuburan mereka, sebagai tawanan yang
keluar dari penjara. Mereka akan keluar dan
bangkit dari debu dan mengebaskan debu itu
dari mereka (lih. Yes. 52:1-2, 11). Namun, ini be-
308
lumlah semuanya. Mereka akan menyatakan diri
di hadapan pengadilan Kristus, serta akan keluar
dan bangkit sebagai orang-orang yang hendak di-
adili, keluar dan bangkit menuju pengadilan un-
tuk menerima penghakiman di depan umum.
d. Untuk apa mereka akan dibangkitkan: menuju ke-
adaan yang berbahagia atau sengsara, sesuai de-
ngan perilaku masing-masing yang berbeda-beda,
sesuai dengan perbuatan mereka selama menjalani
masa percobaan (saat hidup di dunia ini – pen.).
(a) Mereka yang telah berbuat baik akan keluar un-
tuk menjalani kebangunan kembali kehidupan me-
reka. Mereka akan hidup kembali, hidup selama-
nya.
Perhatikanlah:
[a] Tak peduli apa pun nama seseorang atau
pengakuan iman macam apa yang dibuatnya,
pada hari penghakiman agung itu hanya
orang-orang yang telah berbuat baik sajalah
yang baik keadaannya, yang telah melakukan
apa yang menyenangkan hati Tuhan dan ber-
manfaat bagi orang lain.
[b] Kebangkitan tubuh akan menjadi kebangkit-
an hidup hanya bagi semua orang yang da-
hulu bersungguh-sungguh dan senantiasa
berbuat baik. Mereka bukan saja akan dibe-
baskan, seperti seorang penjahat yang telah
diampuni menerima hidupnya, namun juga
akan diterima di hadirat Tuhan . Itulah yang
namanya kehidupan, lebih baik dibandingkan ke-
hidupan. Mereka akan selalu dipenuhi dengan
penghiburan sempurna. Hidup berarti merasa
bahagia, dan mereka akan dibawa naik me-
lampaui rasa takut akan kebinasaan. Itulah
hidup, di mana yang fana itu telah ditelan
selamanya.
(b) Mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit un-
tuk dihukum. Mereka akan hidup kembali untuk
Injil Yohanes 5:17-30
309
mati selamanya. Orang-orang Farisi menyangka
bahwa kebangkitan hanya terjadi dengan orang-
orang benar, namun Kristus meluruskan kekeliru-
an itu.
Perhatikanlah:
[a] Pada hari penghakiman itu, para pembuat ke-
jahatan, tak peduli seperti apa pun mereka
berpura-pura, akan diperlakukan sebagai
orang jahat.
[b] Kebangkitan itu juga akan berlaku bagi para
penjahat yang tidak bertobat untuk membe-
reskan kesalahan mereka. Kebangkitan mere-
ka yaitu kebangkitan untuk dihukum. Mere-
ka akan bangkit dan keluar untuk dijatuhi
hukuman di depan umum sebab memberon-
tak terhadap Tuhan , dan dijatuhi hukuman
kekal di depan. Saat itu juga mereka langsung
dijatuhi hukuman dan langsung menjalaninya
tanpa ditunda-tunda. Seperti itulah kebang-
kitan itu nantinya.
(2) Perhatikanlah apa yang dikatakan di sini tentang kuasa
Sang Pengantara untuk menghakimi (ay. 22-24, 27). Sama
seperti Ia memiliki kuasa di atas segalanya, demikian juga
Ia memiliki hak hukum tertinggi. Siapakah yang layak me-
ngendalikan peristiwa-peristiwa agung di kehidupan men-
datang kalau bukan Dia yang menjadi Bapa dan sumber
segala kehidupan?
Di sini tampak:
[1] Pemberian kuasa kepada Kristus untuk melakukan tu-
gas seorang hakim, yang di sini disebutkan dua kali (ay.
22): Bapa telah menyerahkan penghakiman itu seluruh-
nya kepada Anak, dan kemudian (ay. 27): Ia telah mem-
berikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi.
Pertama,
1. Bapa tidak menghakimi siapa pun. Bukan berarti
bahwa Bapa telah berhenti memerintah, namun se-
nang memerintah melalui Yesus Kristus, supaya
310
manusia tidak langsung berada di bawah ancaman
berhadapan langsung dengan Tuhan , namun dapat
menghampiri-Nya dengan aman melalui Sang Peng-
antara. sebab telah menciptakan kita, Ia berhak
memperlakukan kita sesuai kehendak-Nya, seperti
penjunan dengan tanah liat. Namun, Ia tidak men-
cari keuntungan-Nya sendiri dari hal ini, melainkan
menarik kita dengan tali kesetiaan.
2. Ia tidak menentukan persyaratan kehidupan kekal
lewat kovenan untuk hidup tanpa cela maupun me-
makai kesempatan untuk melawan kita sebab kita
telah melanggar kovenan itu. sebab , sesudah Sang
Pengantara itu melakukan usaha penebusan, maka
segala urusan ini pun diserahkan kepada-Nya, dan
Tuhan bersedia menyepakati sebuah perjanjian baru,
yang tidak berada di bawah hukum Sang Pencipta,
namun di bawah kasih karunia Sang Penebus itu.
Kedua, Ia telah menyerahkan penghakiman itu selu-
ruhnya kepada Anak, dan telah menetapkan-Nya seba-
gai Tuhan dari semua orang (Kis. 10:36; Rm. 14:9), se-
perti Yusuf di Mesir (Kej. 41:40). Hal ini juga telah
dinubuatkan sebelumnya (Mzm. 72:1; Yes. 12:3-4; Yer.
23:5; Mi. 5:1-4; Mzm. 67:4; Mzm. 96:13; Mzm. 98:9).
Seluruh penghakiman diserahkan kepada Yesus Tuhan
kita, sebab :
1. Kepada-Nya telah dipercayakan pengelolaan keraja-
an Tuhan , dan Ia dijadikan Kepala segala sesuatu (Ef.
1:10), kepala dari tiap-tiap laki-laki (1Kor. 11:3). Se-
gala sesuatu ada di dalam Dia (Kol. 1:17).
2. Ia diberi kuasa untuk segera menetapkan hukum
guna mengikat hati nurani. Perkataan Aku berkata
kepadamu sekarang merupakan bentuk yang meng-
gambarkan jalannya kerajaan sorga. Dijalanilah ke-
rajaan itu oleh Tuhan Yesus, dan oleh wewenang-
Nya. Semua hukum dan peraturan sekarang terhu-
bung dengan tongkat pemerintahan-Nya.
3. Ia diberi kuasa untuk menentukan dan menetapkan
persyaratan kovenan baru itu, dan untuk menyusun
Injil Yohanes 5:17-30
311
pasal-pasal perdamaian di antara Tuhan dan manu-
sia. Tuhan di dalam Kristuslah yang telah memper-
damaikan dunia, dan kepada-Nya telah diberikan
kuasa untuk memberikan hidup kekal. Kitab kehi-
dupan yaitu Kitab Anak Domba. Oleh putusan
hukuman-Nyalah kita akan berdiri atau jatuh.
4. Ia ditugaskan untuk melanjutkan dan menuntaskan
peperangan melawan kuasa-kuasa kegelapan, untuk
mengusir dan menjatuhkan penghakiman atas pe-
nguasa dunia ini (12:31). Ia bukan saja ditugaskan
untuk menghakimi, namun juga untuk berperang
(Why. 19:11). Semua orang yang hendak berperang
bagi Tuhan melawan Iblis harus mendaftarkan diri di
bawah panji-Nya.
5. Ia ditetapkan sebagai pengatur tunggal untuk meng-
hakimi pada hari penghakiman itu. Para penulis
kuno umumnya memahami kata-kata ini sebagai
hak khusus yang hanya dimiliki oleh-Nya, yaitu bah-
wa hanya Dialah yang empunya kuasa untuk meng-
hakimi. Penghakiman terakhir dan berlaku umum
atas segala umat manusia ini diberikan kepada Anak
Manusia. Pengadilan itu yaitu milik-Nya. Itu ada-
lah kursi pengadilan Kristus. Para pelayan yang me-
nyertai-Nya yaitu milik-Nya, yaitu malaikat-malai-
kat-Nya yang perkasa. Dia akan mengadili perkara-
perkara dan menjatuhkan hukuman (Kis. 17:31).
Ketiga, Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya un-
tuk menghakimi (ay. 27).
Perhatikanlah:
1. Kuasa atau wewenang apa yang diberikan kepada
Penebus kita: kuasa untuk menghakimi. Ia bukan
saja memiliki kuasa untuk membuat undang-un-
dang dan hukum, namun juga kuasa untuk menja-
lankannya. Kalimat yang digunakan di sini khusus
dimaksudkan bagi penghakiman untuk menjatuh-
kan hukuman (Yud. 15). Poiēsai krisin – untuk men-
jatuhkan hukuman atas semua orang, yang sama
dengan mengadakan pembalasan (2Tes. 1:8). Kehan-
312
curan orang berdosa yang tidak mau bertobat mun-
cul dari tangan Kristus. Dia yang menjatuhkan hu-
kuman atas mereka, juga yaitu Dia yang akan
mewujudkan keselamatan bagi mereka. sebab itu,
hukuman yang dijatuhkan tidak akan pandang
bulu. Tidak ada keluputan dari hukuman yang dija-
tuhkan oleh Penebus itu. Keselamatan itu sendiri
tidak dapat menyelamatkan orang-orang yang telah
dihukum oleh Juruselamat itu dan ini membuat
kehancuran itu tidak ada obatnya lagi.
2. Dari mana Ia memperoleh kuasa itu: Bapa memberi-
kan kuasa itu kepada-Nya. Kuasa Kristus sebagai
Pengantara itu diserahkan oleh dan diperoleh dari
suatu pihak. Kristus bertindak sebagai Wakil Bapa,
sebagai Yang Diurapi Tuhan, sebagai Kristus Tuhan.
Semuanya ini sangat berpengaruh pada kehormatan
Kristus, membebaskan-Nya dari dosa hujatan ka-
rena menyamakan diri-Nya dengan Tuhan . Hal ini se-
kaligus menjadi penghiburan besar bagi semua
orang percaya, sehingga mereka dapat mempercaya-
kan diri sepenuhnya ke dalam tangan yang memiliki
wewenang yang demikian.
[2] Di sini ada alasan-alasan (alasan sebab keadaan)
mengapa penugasan itu diberikan kepada-Nya. Kuasa
untuk menghakimi itu diberikan kepada-Nya sebab
dua alasan:
Pertama, sebab Dia yaitu Anak Manusia. Sebutan
ini menunjukkan tiga hal:
1. Perendahan martabat-Nya dan perendahan diri-Nya.
Manusia itu hanyalah ulat, anak manusia itu ulat.
Sekalipun demikian, hakikat dan sifat inilah yang
dikenakan Sang Penebus dalam menjalankan semua
rencana kasih-Nya. Hingga ke tingkat yang sangat
hina inilah Ia mau merendah dan menyerah kepada
semua aib yang bersangkutan dengannya, sebab ini
yaitu kehendak Bapa-Nya. Sebagai imbalan atas
ketaatan yang luar biasa inilah, Tuhan sungguh
mengangkat derajat-Nya. sebab Ia merendahkan
Injil Yohanes 5:17-30
313
diri menjadi Anak Manusia, Bapa-Nya menjadikan
Dia Tuhan dari semua orang (Flp. 2:8-9).
2. Pertalian dan persekutuan-Nya dengan kita. Bapa
telah menyerahkan penguasaan atas anak-anak ma-
nusia kepada-Nya, sebab sebagai Anak Manusia, ia
memiliki sifat yang sama dengan orang-orang yang
ada di bawah penguasaan-Nya itu, dan sebab itu
pula sangatlah sesuai bila Ia yang menjadi Hakim
atas mereka. Orang yang berkuasa atas mereka akan
bangkit dari tengah-tengah mereka (Yer. 30:21). Me-
ngenai hal ini, hukum berikut ini sudah memberi
gambarannya, dari tengah-tengah saudara-saudara-
mu haruslah engkau mengangkat seorang raja atas-
mu (Ul. 17:15).
3. Telah dijanjikan bahwa Ia akan menjadi Mesias. Di
dalam penglihatan yang terkenal mengenai kerajaan
dan kemuliaan-Nya itu (Dan. 7:13-14), Dia disebut
Anak manusia, demikian juga dalam Mazmur 8:5-7.
Engkau telah membuat anak manusia berkuasa atas
buatan tangan-Mu. Dia yaitu Mesias, dan oleh ka-
rena itu Ia diberikan semua kuasa ini. Orang Yahudi
biasanya menyebut Kristus Anak Daud, namun Kris-
tus biasanya menyebut diri-Nya Anak Manusia, yang
merupakan gelar yang lebih rendah, yang berbicara
mengenai Dia sebagai seorang raja dan Juruselamat,
bukan hanya bagi bangsa Yahudi, namun bagi selu-
ruh umat manusia.
Kedua, Supaya semua orang menghormati Anak (ay.
23). Di sini, penghormatan kepada Yesus Kristus dise-
but sebagai rencana agung Tuhan (Anak bertujuan mem-
permuliakan Bapa, dan oleh sebab itu Bapa bertujuan
mempermuliakan Anak [12:32]), dan kewajiban besar
manusia untuk patuh pada rencana Tuhan tersebut. Jika
Tuhan berkehendak supaya Anak itu dihormati, sudah
menjadi kewajiban semua orang kepada siapa Ia diper-
kenalkan, untuk menghormati-Nya.
314
Perhatikanlah di sini:
1. Hormat yang harus diberikan kepada Yesus Tuhan
kita: Kita harus menghormati Anak, harus meman-
dang-Nya sebagai Dia yang harus dihormati, baik ka-
rena keunggulan dan kesempurnaan-Nya yang mele-
bihi segala sesuatu, maupun sebab apa yang dila-
kukan-Nya, yaitu menjadi tebusan bagi kita. Kita
harus berusaha keras untuk memberi-Nya hormat
yang sepadan. Kita harus mengakui Dia sebagai
Tuhan dan menyembah-Nya. Kita harus menghor-
mati Dia yang dipermalukan sebab kita.
2. Tingkatan penghormatan itu: sama seperti mereka
menghormati Bapa. Pernyataan ini dengan sendiri-
nya berarti bahwa kita berkewajiban penuh untuk
menghormati Bapa. Agama wahyu didirikan di atas
agama natural (yang bukan agama wahyu, namun
berdasarkan pengetahuan manusia akan Tuhan –
pen.), dan agama ini mengarahkan kita untuk meng-
hormati Anak, untuk mengormati Dia dengan hormat
ilahi. Kita harus menghormati Sang Penebus itu
dengan penghormatan yang sama yang kita berikan
kepada Sang Pencipta. Sama sekali bukanlah suatu
tindakan menghujat bila Ia menyamakan diri-Nya
dengan Tuhan . sebab itu, sungguh kita melakukan
suatu kesalahan sangat besar jika menganggap-Nya
berbuat hujat. Kebenaran dan hukum-hukum yang
berlaku dalam agama Kristen, sejauh yang terung-
kapkan selama ini, sama kudus dan terhormatnya
seperti kebenaran dan hukum-hukum agama natu-
ral, dan setara nilainya. Kita memiliki kewajiban
yang sama terhadap Kristus, Sang Pencipta keber-
adaan kita, dan sangat bergantung pada kasih karu-
nia Sang Penebus, sama seperti kita bergantung
pada pemeliharaan Sang Pencipta. Alasan ini sudah
cukup memberi dasar bagi hukum ini – untuk meng-
hormati Anak sama seperti kita menghormati Bapa.
Untuk menguatkan hukum ini, ditambahkan kata-
kata barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga
tidak menghormati Bapa yang mengutus Dia. Se-
Injil Yohanes 5:17-30
315
bagian orang pura-pura menghormati Sang Pencipta
dan berbicara penuh hormat tentang Dia, namun, di
pihak lain mereka meremehkan Sang Penebus itu
dan berbicara dengan sikap menghina tentang Dia.
Namun, biarlah orang-orang seperti ini tahu bahwa
kehormatan serta kepentingan Bapa dan Anak be-
gitu terjalin tak terpisahkan hingga Bapa tidak per-
nah menganggap diri-Nya dihormati oleh siapa pun
yang tidak menghormati Anak.
Perhatikanlah:
(1) Penghinaan yang dilontarkan kepada Tuhan
Yesus akan terpantul kepada Tuhan sendiri serta
akan ditafsirkan dan diperhitungkan demikian di
pengadilan sorgawi nanti. Sejauh ini Anak telah
mendukung kehormatan Bapa dengan mengam-
bil sendiri kata-kata cercaan yang mencerca Bapa
(Rm. 15:3). Bapa juga berbuat sama untuk men-
dukung kehormatan Anak, dan merasa diri-Nya
sendiri yang dihajar bila Anak diperlakukan de-
mikian.
(2) Alasannya yaitu sebab Anak itu diutus dan di-
tugaskan oleh Bapa. Bapalah yang mengutus Dia.
Penghinaan terhadap seorang utusan dibenci
oleh raja yang mengutusnya. Dengan aturan ini,
orang-orang yang benar-benar menghormati
Anak, juga menghormati Bapa (Flp. 2:11).
[3] Di sini ada peraturan yang diikuti Anak dalam me-
laksanakan tugas-Nya, sehingga kata-kata itu menjadi
sesuai (ay. 24): Barangsiapa mendengar dan percaya
memiliki hidup yang kekal. Di sini kita melihat inti
seluruh Injil. Kata-kata pendahuluannya menuntut per-
hatian pada hal yang sangat penting, dan membenarkan
hal yang sangat pasti: “Sesungguhnya Aku berkata ke-
padamu, Aku, yang diserahi kuasa untuk menghakimi
itu, Aku, yang di bibir-Nya ada perkataan ilahi, terima-
lah dari-Ku watak dan ketetapan Kristen itu.”
316
Pertama, watak orang Kristen: Barangsiapa mende-
ngar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang meng-
utus Aku. Menjadi orang Kristen berarti,
1. Mau mendengar perkataan Kristus. Belumlah cukup
untuk sekadar mendengar, namun juga menyimak,
seperti pelajar menyimak pelajaran yang diberikan
guru mereka, dan mengerjakannya, seperti pelayan
mengerjakan perintah tuan mereka. Kita harus men-
dengar dan menaatinya, harus patuh pada Injil Kris-
tus sebagai aturan tetap bagi iman dan perbuatan
kita.
2. Untuk percaya kepada Dia yang mengutus Kristus,
sebab rancangan Kristus yaitu untuk membawa
kita kepada Tuhan . Sama seperti Dia yaitu sumber
pertama anugerah, Dia juga sasaran terakhir iman.
Kristus yaitu jalan kita, dan Tuhan yaitu per-
hentian kita. Kita harus percaya kepada Tuhan seba-
gai Dia yang mengutus Yesus Kristus. Kita harus
percaya kepada Dia yang telah mengajak kita untuk
beriman kepada Dia dan mengasihi Dia. Ajakan-Nya
ini Dia lakukan dengan menyatakan kemuliaan-Nya
dalam wajah Kristus (2Kor. 4:6), sebagai Bapa-Nya
dan Bapa kita.
Kedua, ketetapan orang Kristen, yang membawa ke-
tertarikan bagi semua orang Kristen. Lihatlah apa yang
kita peroleh melalui Kristus.
1. Ketetapan perihal pengampunan: ia tidak turut dihu-
kum. Anugerah Injil yaitu pembebasan sepenuhnya
dari kutuk hukum Taurat. Orang percaya bukan
saja tidak akan berada di bawah hukuman selama-
nya, namun juga tidak turut dihukum sekarang ini,
dan tidak terancam olehnya (Rm. 8:1), ia tidak akan
turut dihukum, maupun dikenai dakwaan.
2. Ketetapan akan hak-hak istimewa: Ia sudah pindah
dari dalam maut ke dalam hidup, dikaruniakan ke-
bahagiaan masa sekarang dalam kehidupan rohani
dan berhak atas kebahagiaan masa depan dalam hi-
dup kekal. Inti kovenan pertama yaitu , lakukan ini,
Injil Yohanes 5:17-30
317
maka kamu akan hidup. Orang yang melakukannya
akan hidup di dalamnya. Ini membuktikan bahwa
Kristus setara dengan Bapa sebab Ia memiliki kua-
sa untuk menawarkan keuntungan yang sama ke-
pada semua orang yang mendengar perkataan-Nya,
yang telah ditawarkan kepada orang-orang yang me-
melihara hukum lama, yakni hidup: Dengarlah dan
hidup, percayalah dan hidup. Inilah yang bisa kita
lakukan bagi jiwa kita, bila kita merasa tidak mam-
pu untuk berbuat dan hidup (lih. ps. 17:2).
[4] Di sini dijelaskan kebenaran tindakan-Nya dalam men-
jalankan tugas-Nya (ay. 30). sebab seluruh hak meng-
hakimi telah diberikan kepada-Nya, mau tidak mau kita
bertanya bagaimana Ia