Yohanes 1-16 10
melakukannya. Jawabannya
yaitu , penghakiman-Ku adil. Seluruh tindakan peme-
rintahan Kristus, baik dari segi undang-undang maupun
hukum, sangat sesuai dengan kaidah-kaidah keadilan
(lih. Ams. 8:8). Tidak bisa ada pengecualian terhadap
setiap ketentuan Sang Penebus, dan oleh sebab itu,
sama seperti tidak boleh ada pencabutan undang-un-
dang yang dibuat-Nya, tidak bisa diajukan permohonan
pengampunan atas hukuman yang telah dijatuhkan-
Nya. Penghakiman-Nya pasti adil, sebab dipimpin:
Pertama, oleh hikmat Bapa: Aku tidak dapat berbuat
apa-apa dari diri-Ku sendiri, tidak dapat berbuat apa
pun tanpa Bapa, namun Aku menghakimi sesuai dengan
apa yang Aku dengar, seperti yang telah dikatakan-Nya
sebelumnya (ay. 19), Anak tidak dapat mengerjakan se-
suatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa
mengerjakannya. Jadi, di sini yang ada hanyalah apa
yang didengar-Nya dari apa yang dikatakan Bapa: Apa
yang Aku dengar.
1. Sesuai dengan kebijaksanaan abadi Bapa yang dira-
hasiakan oleh-Nya itulah Aku menghakimi. Maukah
kita mengetahui apa yang harus kita perbuat dalam
hubungan kita dengan Tuhan ? Dengarlah perkataan
Kristus. Kita tidak perlu berusaha menyelami segala
kebijaksanaan ilahi. Hal-hal itu dirahasiakan dan
318
bukan hak kita untuk mengetahuinya. Kita hanya
perlu menyimak ketentuan-ketentuan yang diung-
kapkan perihal pemerintahan dan penghakiman
Kristus, dan ini akan memberi kita petunjuk yang
tidak mungkin keliru. Sebab apa yang telah diputus-
kan Kristus merupakan salinan atau duplikat dari
apa yang telah ditetapkan oleh Bapa.
2. Dari catatan-catatan Perjanjian Lama yang diterbit-
kan. Kristus, dalam melaksanakan pekerjaan-Nya,
selalu mengarahkan mata-Nya pada Kitab Suci dan
berjalan sesuainya dan menggenapi apa yang ada di
sana: Seperti ada tertulis dalam gulungan kitab. De-
mikianlah Ia mengajar kita untuk tidak berbuat apa-
apa dari diri sendiri, melainkan berdasarkan apa
yang kita dengar dari firman Tuhan , supaya kita
menghakimi dan bertindak sesuai dengan firman-
Nya itu.
Kedua, sesuai dengan kehendak Bapa: Penghakim-
an-Ku adil, dan tidak bisa sebaliknya, sebab Aku tidak
menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia
yang mengutus Aku. Ini bukan berarti seolah-olah ke-
hendak Kristus berlawanan dengan kehendak Bapa, se-
perti kehendak daging berlawanan dengan kehendak
roh dalam diri kita, melainkan,
1. Sebagai manusia, Kristus memiliki segala perasaan
dan kecenderungan alami yang biasa ada dalam diri
manusia (yang bukan merupakan dosa), seperti rasa
sakit dan kesenangan, kecenderungan pada hidup,
dan kengganan terhadap kematian: namun Ia tidak
mencari kesenangan-Nya sendiri, tidak mempertim-
bangkan atau berpikir tentang hal-hal ini saat hen-
dak melakukan pekerjaan-Nya, melainkan sepenuh-
nya menyetujui kehendak Bapa-Nya.
2. Apa yang dilakukan-Nya sebagai Pengantara bukan-
lah merupakan hasil dari tujuan dan rancangan-Nya
sendiri. Dia tidak punya maksud-maksud tertentu
atau khusus. Apa yang benar-benar ingin dilakukan-
Nya bukanlah demi pikiran-Nya sendiri, melainkan
Injil Yohanes 5:31-47
319
dipimpin oleh kehendak Bapa-Nya dan tujuan yang
telah direncanakan Sang Bapa bagi diri-Nya sendiri.
Dalam segala kesempatan, kepada Bapa-Nya inilah
Juruselamat kita menyerahkan dan menundukkan
diri-Nya sendiri.
Dengan demikian maka Yesus Tuhan kita telah
menyatakan tugas-Nya (apakah untuk meyakinkan
musuh-Nya atau tidak) bagi kehormatan diri-Nya
dan penghiburan kekal semua pengikut-Nya, yang
melihat Dia mampu menyelamatkan sampai kepada
kekekalan.
Kristus Membuktikan Pengutusan-Nya;
Ketidaksetiaan Orang-orang Yahudi Dikecam
(5:31-47)
31 Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak
benar; 32 ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa ke-
saksian yang diberikan-Nya tentang Aku yaitu benar. 33 Kamu telah
mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; 34
namun Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengata-
kan hal ini, supaya kamu diselamatkan. 35 Ia yaitu pelita yang menyala dan
yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati sesaat saja cahayanya
itu. 36 namun Aku memiliki suatu kesaksian yang lebih penting dari pada
kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku,
supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga Kukerjakan sekarang, dan
itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus
Aku. 37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu
tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat,
38 dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya
kepada Dia yang diutus-Nya. 39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab
kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu memiliki hidup yang kekal,
namun walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, 40
namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. 41
Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. 42 namun tentang kamu, me-
mang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak memiliki kasih akan
Tuhan . 43 Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku;
jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. 44
Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang
dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Tuhan yang
Esa? 45 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di ha-
dapan Bapa; yang mendakwa kamu yaitu Musa, yaitu Musa, yang kepada-
nya kamu menaruh pengharapanmu. 46 Sebab jikalau kamu percaya juga
kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah me-
nulis tentang Aku. 47 namun jikalau kamu tidak percaya akan apa yang di-
tulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”
320
Di dalam ayat-ayat ini Yesus Tuhan kita membuktikan dan meneguh-
kan penugasan yang telah dilaksanakan-Nya. Dengan cara ini Ia
menjelaskan bahwa Dia diutus Tuhan untuk menjadi Mesias.
I. Ia mengesampingkan kesaksian-Nya terhadap diri-Nya sendiri (ay.
31): “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, sekalipun kesak-
sian-Ku itu benar (8:14), kamu tetap tidak akan mau mengakui-
nya sebagai bukti sah atau membiarkannya dipakai sebagai bukti.
Hal ini sudah menjadi peraturan umum di kalangan peradilan
manusia.”
Sekarang:
1. Hal ini mencerminkan teguran terhadap anak-anak manusia,
terhadap sikap setia akan kebenaran dan integritas mereka.
Memang, bisa saja kita memakai perkataan Daud (yang di-
ucapkan secara sembrono itu) sebagai alasan, bahwa semua
manusia pembohong, sebab bila tidak, orang tidak akan mene-
rima pepatah yang mengatakan bahwa kesaksian seseorang
tentang dirinya sendiri patut dicurigai dan tidak dapat dian-
dalkan. Ini merupakan tanda bahwa mencintai diri sendiri
lebih kuat dibandingkan mencintai kebenaran. Meskipun demikian,
2. Perkataan Kristus itu mencerminkan kehormatan pada Anak
Tuhan , dan memperlihatkan sikap merendah-Nya yang luar
biasa, bahwa meskipun Ia sebenarnya yaitu saksi yang
benar, Sang Kebenaran itu sendiri, yang boleh mengambil ke-
hormatan itu bagi diri-Nya dan kesaksian tunggal-Nya sendiri,
Ia dengan senang hati melepaskan hak istimewa-Nya itu, dan
demi untuk meneguhkan iman kita, Ia menyerahkan diri-Nya
hanya pada apa yang tertulis atau disaksikan mengenai diri-
Nya, supaya kita beroleh kepuasan penuh.
II. Ia mengajukan beberapa saksi lain yang memberikan kesaksian
bahwa Dia diutus oleh Tuhan .
1. Bapa sendiri memberikan kesaksian tentang diri-Nya (ay. 32):
Ada yang lain yang bersaksi tentang Aku. Saya percaya bahwa
yang dimaksudkan di sini yaitu Tuhan Bapa, sebab Kristus
menyebut kesaksian Bapa-Nya itu dengan kesaksian-Nya sen-
diri (8:18): Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan
juga Bapa, bersaksi tentang Aku.
Injil Yohanes 5:31-47
321
Perhatikanlah:
(1) Meterai yang dibubuhkan Bapa pada penugasan-Nya: Ia
bersaksi tentang Aku, bukan hanya melalui suara yang
datang dari sorga, namun juga masih melakukannya melalui
tanda-tanda hadirat-Nya bersama-Ku. Lihatlah tentang si-
apa saja Tuhan mau bersaksi.
[1] Orang-orang yang diutus dan dipekerjakan oleh-Nya.
saat Ia memberikan penugasan, Ia juga akan mem-
berikan mandat.
[2] Orang-orang yang bersaksi tentang Dia. Demikianlah
yang dilakukan Kristus. Tuhan akan mengakui dan
menghormati orang-orang yang mengakui dan menghor-
mati-Nya.
[3] Orang-orang yang menolak bersaksi tentang dirinya sen-
diri. Begitulah yang dilakukan Kristus. Tuhan akan men-
jaga orang-orang yang rendah hati dan merendahkan
diri dan yang tidak mencari kemuliaan bagi diri sendiri.
Ia menjaga supaya orang-orang demikian tidak men-
derita kerugian apa-apa sebab perbuatan mereka itu.
(2) Kepuasan yang dirasakan Kristus melalui kesaksian ini:
“Aku tahu bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang
Aku yaitu benar. Aku sangat yakin bahwa aku memiliki
misi ilahi dan sama sekali tidak meragukannya. Demikian-
lah Ia memiliki kesaksian itu dalam diri-Nya.” Iblis menco-
bai-Nya untuk mempertanyakan keberadaan-Nya sebagai
Anak Tuhan , namun Ia tidak pernah menyerah dengan pen-
cobaan Iblis itu.
2. Yohanes Pembaptis bersaksi tentang Kristus (ay. 33 dst.) Yoha-
nes datang untuk memberi kesaksian tentang terang itu (1:7).
Tugasnya yaitu untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, dan
untuk memimpin orang banyak kepada-Nya: Lihatlah Anak
Domba Tuhan .
(1) Kesaksian Kristus tentang Yohanes yaitu :
[1] Kesaksian yang penuh kesungguhan dan terbuka di de-
pan umum: “Kamu telah mengutus beberapa imam dan
orang-orang Lewi kepada Yohanes, yang memberinya
kesempatan untuk mengumumkan apa yang harus di-
322
katakannya. sebab itu kesaksian itu memang resmi
dan sah secara hukum.”
[2] Kesaksian Yohanes itu yaitu kesaksian yang benar: Ia
bersaksi tentang kebenaran, sebagaimana yang patut
dilakukan seorang saksi. Ia menyaksikan seluruh kebe-
naran, dan tidak ada yang lain selain kebenaran saja.
Kristus tidak berkata, Ia bersaksi tentang Aku (walau-
pun setiap orang tahu Yohanes melakukannya), namun
sebagai orang yang jujur, Ia bersaksi tentang kebenaran.
Yohanes diakui sebagai orang yang begitu kudus dan
baik, begitu mati raga terhadap dunia dan begitu dekat
dengan perkara-perkara ilahi, hingga orang tidak mung-
kin bisa membayangkan bahwa ia bersalah melakukan
pemalsuan dan penipuan dengan mengatakan hal-hal
tentang Kristus yang tidak sesuai dengan kenyataan,
dan kalau ia tidak yakin dengan hal-hal tersebut.
(2) Dua hal ditambahkan berkaitan dengan kesaksian Yoha-
nes:
[1] Bahwa ini yaitu kesaksian ex abundanti – lebih dari-
pada yang perlu ditegaskan-Nya (ay. 34): Aku tidak
memerlukan kesaksian dari manusia. Meskipun Kristus
melihat bahwa kesaksian Yohanes itu layak dikutip-
Nya, tindakan-Nya ini tidak bisa dipandang sebagai ke-
tidakmampuan-Nya dalam memberi bukti terhadap diri-
Nya sendiri. Kristus tidak membutuhkan surat ataupun
penghargaan, pujian ataupun surat keterangan. Nilai
dan keunggulan yang ada pada diri-Nya sendiri sudah-
lah mencukupi. Kalau begitu, mengapa di sini Kristus
sangat mementingkan kesaksian Yohanes? Namun Aku
mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Inilah
tujuan utama-Nya dalam seluruh percakapan itu, bu-
kan untuk menyelamatkan diri sendiri, melainkan jiwa-
jiwa orang lain. Ia mengetengahkan kesaksian Yohanes
sebab sebagai salah seorang dari mereka, diharapkan
mereka mau mendengarkan perkataannya.
Injil Yohanes 5:31-47
323
Perhatikanlah:
Pertama, Kristus merindukan dan merancang kese-
lamatan, bahkan untuk para musuh dan penganiaya-
Nya.
Kedua, perkataan Kristus merupakan sarana yang
biasa bagi keselamatan kita.
Ketiga, dalam perkataan-Nya, Kristus mempertim-
bangkan kelemahan-kelemahan kita dan merendahkan
diri supaya setara dengan kemampuan kita. Ia tidak
peduli dengan kedudukan-Nya sendiri, sebaliknya yang
dipentingkan-Nya yaitu apa yang bisa kita tanggung
dan apa yang bisa mendatangkan kebaikan bagi kita.
[2] Bahwa ini yaitu kesaksian ad hominem – bagi manu-
sia, sebab Yohanes Pembaptis yaitu salah seorang
yang mereka hormati, sebab (ay. 35): Ia yaitu pelita
yang menyala di antara kamu.
Pertama, watak Yohanes Pembaptis: Ia yaitu pelita
yang menyala dan yang bercahaya. Kristus sering kali
berbicara penuh hormat tentang Yohanes. Sekarang ia
sedang dipenjarakan tak dikenal, namun Kristus mem-
berinya pujian yang menjadi haknya, sesuatu yang
patut kita lakukan juga terhadap semua orang yang
dengan setia melayani Tuhan .
1. Yohanes disebut pelita, bukan phōs – terang (seperti
Kristus yang yaitu terang), melainkan lyknos –
lucerna, lentera, suatu bentuk terang, suatu terang
bawaan yang berasal dari terang yang lain. Tugasnya
yaitu untuk menerangi dunia yang gelap melalui
pemberitahuan tentang kedatangan Mesias, yang
bagi-Nya ia yaitu bagaikan si bintang timur.
2. Dia yaitu pelita yang menyala, yang menunjukkan
ketulusan hati. Api yang dilukis bisa saja dibuat ber-
cahaya, namun yang menyala hanyalah api yang asli.
Ini juga menunjukkan kegiatan, semangat, dan kete-
kunannya yang menyala penuh kasih terhadap Tuhan
dan jiwa-jiwa manusia. Api senantiasa menyala pada
dirinya sendiri atau pada benda lain, begitu pula
halnya dengan seorang pelayan Tuhan yang baik.
324
3. Dia yaitu terang yang bercahaya. Ini menunjuk
pada perbuatannya yang patut diteladani. Perbuatan
kita selayaknya demikian pula adanya (Mat. 5:16).
Ini juga menunjukkan pengaruhnya yang sangat
luar biasa dan menyebar ke mana-mana. Di mata
orang, Yohanes sangat terkenal, meskipun ia tidak
mau demikian dan lebih suka mengasingkan diri. Ia
tinggal di padang gurun, namun pengajaran, baptisan,
dan kehidupannya begitu luar biasa dan menarik
perhatian seluruh bangsa.
Kedua, rasa senang orang-orang kepadanya: kamu
hanya mau menikmati sesaat saja cahayanya itu.
1. Mereka merasa sangat senang dengan kemunculan
Yohanes: “Kamu sangat ingin – ēthelēsate, kamu se-
nang menikmati cahayanya, kalian merasa sangat
bangga sebab memiliki orang seperti itu di an-
tara kalian, yang merupakan kehormatan bagi bang-
samu. Kamu sangat ingin agalliasthenai – ingin me-
nari, dan bersorak sorai di sekeliling cahaya ini,
seperti anak-anak di sekeliling api unggun.”
2. namun ini hanya untuk sementara waktu saja, dan
akan segera berlalu: “Kamu merasa senang kepada-
nya, pros hōran – untuk satu jam, untuk sesaat
saja, seperti anak-anak kecil yang merasa senang
dengan suatu barang baru. Kamu senang dengan
kehadiran Yohanes untuk beberapa waktu saja, te-
tapi segera tidak lama kemudian merasa bosan
dengan dia dan pelayanannya, dan berkata bahwa ia
kerasukan setan. Dan sekarang kamu memenjara-
kan dia.” Perhatikanlah, banyak orang pada awalnya
tampak tersentuh dan senang dengan Injil, namun
kemudian memandang rendah dan menolaknya.
Sudah menjadi hal biasa bahwa orang-orang percaya
yang tadinya berbicara lantang kemudian menjadi
dingin dan mundur. Orang-orang ini bersukacita
dalam cahaya Yohanes namun tidak pernah berjalan
di dalamnya sehingga tidak memeliharanya. Mereka
bagaikan tanah yang berbatu-batu. saat Herodes
Injil Yohanes 5:31-47
325
masih bersikap seperti teman bagi Yohanes Pembap-
tis, orang-orang peduli dengan dia, namun saat
Herodes tidak menyukainya lagi, ia pun kehilangan
simpati mereka: “Kamu hanya mau mendukung
Yohanes pros hōran, sebab tujuan-tujuan semen-
tara” (begitulah yang ditangkap sementara orang).
“Kamu senang padanya dengan harapan bisa mem-
peralatnya, melalui usahanya dan dengan berlin-
dung di balik namanya, untuk melepaskan kuk
orang Romawi dan mendapatkan kembali kebebasan
sipil dan kehormatan negerimu.”
Sekarang:
(1) Kristus menyebut-nyebut rasa hormat mereka
terhadap Yohanes untuk mengecam mereka, ka-
rena sekarang mereka melawan Dia, padahal jus-
tru mengenai diri-Nyalah Yohanes bersaksi. Se-
andainya mereka terus menunjukkan rasa hor-
mat kepada Yohanes, seperti yang seharusnya,
mereka tentunya sudah menyambut Kristus.
(2) Ia menyebut-nyebut tentang padamnya rasa hor-
mat mereka untuk membenarkan Tuhan yang
menjauhkan mereka dari pelayanan Yohanes, se-
perti yang dilakukan-Nya sekarang, dan menaruh
pelita itu di bawah gantang.
3. Pekerjaan Kristus sendiri bersaksi tentang diri-Nya (ay. 36):
Aku memiliki suatu kesaksian yang lebih penting dari pada
kesaksian Yohanes, sebab jika kita menerima kesaksian manu-
sia yang diutus Tuhan seperti Yohanes, maka kesaksian Tuhan
sendiri dan bukan melalui pelayanan manusia, akan lebih kuat
(1Yoh. 5:9). Perhatikanlah, walaupun kesaksian Yohanes ku-
rang kuat dan kurang begitu meyakinkan, Tuhan kita tetap
senang menggunakan pelayanannya itu. Kita harus mensyu-
kuri semua hal yang meneguhkan iman kita, meskipun hal-hal
itu tampaknya kurang meyakinkan. Janganlah kita meniada-
kan satu hal pun dengan alasan bahwa masih ada hal-hal lain
yang lebih meyakinkan. Kita memerlukan semuanya. Nah, ke-
saksian yang lebih penting yaitu segala pekerjaan yang dise-
rahkan Bapa supaya dilaksanakan oleh-Nya, yakni:
326
(1) Seluruh bagian kehidupan dan pelayanan-Nya secara
umum – bagaimana Ia menyatakan Tuhan dan kehendak-
Nya kepada kita, menegakkan kerajaan-Nya di antara ma-
nusia, mengubahkan dunia, menghancurkan kerajaan
Iblis, memulihkan manusia yang jatuh supaya kembali ke-
pada kesucian dan kebahagiaan semula, dan melimpahkan
kasih terhadap Tuhan dan kasih terhadap satu sama lain
dalam hati manusia. Pendeknya, semua pekerjaan yang
dikatakan-Nya di atas salib. Sudah selesai. Mulai dari awal
sampai akhir, semuanya opus Deo dignum – pekerjaan yang
layak bagi Tuhan . Semua yang dikatakan dan dilakukan-Nya
yaitu kudus dan sorgawi. Di dalam semua karya-Nya itu
bersinar kesucian, kuasa, dan kasih karunia ilahi, yang
membuktikan dengan berlimpah bahwa Ia diutus oleh
Tuhan .
(2) Secara khusus. Mujizat-mujizat yang diadakan-Nya sebagai
bukti bagi misi ilahi-Nya itu bersaksi tentang diri-Nya. Di
sini dikatakan:
[1] Bahwa semua pekerjaan ini diserahkan Bapa kepada-
Nya. Artinya, Ia ditunjuk dan diberi kuasa untuk me-
ngerjakannya, sebab sebagai Pengantara, Ia memperoleh
baik penugasan maupun kekuatan dari Bapa-Nya.
[2] Semua pekerjaan ini diberikan kepada-Nya untuk di-
rampungkan. Ia harus melaksanakan semua pekerjaan
ajaib ini yang dari semula sudah ditetapkan oleh kebi-
jaksanaan dan pengetahuan Tuhan . Dengan meram-
pungkan pekerjaan itu, terbuktilah adanya kuasa ilahi,
sebab bagi Tuhan , pekerjaan-Nya itu sempurna.
[3] Pekerjaan-pekerjaan ini sungguh bersaksi tentang diri-
Nya, membuktikan bahwa Ia diutus oleh Tuhan , dan
bahwa apa yang dikatakan-Nya tentang diri-Nya itu me-
mang benar (lih. Ibr. 2:4; Kis. 2:22). Bahwa Bapa meng-
utus-Nya sebagai seorang Bapa, bukan sebagai tuan
yang menyuruh pelayannya untuk suatu keperluan,
melainkan sebagai seorang bapa yang mengutus putra-
nya untuk menggantikan dirinya. Seandainya Tuhan
tidak mengutus-Nya, Ia tentunya tidak akan mendu-
kung-Nya, dan tidak akan memeterai-Nya, seperti yang
dilakukan-Nya melalui pekerjaan-pekerjaan yang diberi-
Injil Yohanes 5:31-47
327
kan-Nya kepada Dia untuk dilaksanakan, sebab Pen-
cipta dunia ini tidak akan pernah menjadi penipu bagi
dunia yang diciptakan-Nya sendiri.
4. Ia menyatakan kesaksian Bapa tentang diri-Nya dengan lebih
lengkap dibandingkan sebelumnya (ay. 37): Bapa yang mengutus
Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Raja biasanya tidak
pergi menyertai utusannya sendiri untuk meneguhkan peng-
utusannya viva voce – dengan berbicara. Namun, Tuhan berke-
nan bersaksi tentang Anak-Nya sendiri melalui suara dari sor-
ga pada saat Ia dibaptis (Mat. 3:17): Inilah utusan-Ku, Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi. Orang Yahudi memandang Bath-kol –
putri sebuah suara, suara dari sorga, sebagai salah satu cara
yang dipakai Tuhan guna menyatakan pikiran-Nya. Dengan
cara itulah Ia telah mengakui Kristus di depan umum penuh
kesungguhan, dan kemudian diulangi-Nya lagi (Mat. 17:5).
Perhatikanlah:
(1) saat Tuhan mengutus seseorang, Ia akan bersaksi tentang
orang tersebut. Bila Ia memberikan penugasan, Ia akan se-
lalu mengesahkannya (memeteraikannya). Dia yang tidak
pernah tidak menyatakan diri-Nya tanpa kesaksian (Kis.
14:17), Ia juga tidak akan pernah meninggalkan pelayan-
Nya demikian, yang pergi untuk menjalankan tujuan-Nya.
(2) Jika Tuhan menuntut kepercayaan, Ia pasti akan memberi-
kan cukup bukti, seperti yang telah dilakukan-Nya dengan
Kristus. Kesaksian yang diberikan perihal Kristus terutama
yaitu bahwa Tuhan yang telah kita sakiti itu bersedia me-
nerima Dia sebagai Pengantara. Dan Tuhan sendiri sungguh
telah meyakinkan kita mengenai hal ini (dan memang Dia-
lah yang paling sesuai untuk melakukannya), dengan me-
nyatakan bahwa Ia berkenan kepada Kristus. Jika kita juga
percaya dengan kesaksian-Nya itu, maka genaplah sudah
pengungkapan diri-Nya itu. Sekarang, bolehlah kita berta-
nya, bahwa kalau Tuhan sendiri telah bersaksi sedemikian
tentang Kristus, bagaimana mungkin Ia sampai tidak dite-
rima oleh seluruh bangsa Yahudi dan para pemimpin mere-
ka? Atas pertanyaan ini Kristus menjawab supaya jangan-
lah hal ini dianggap aneh. Ketidaksetiaan mereka tidak
akan dapat menurunkan kredibilitas-Nya (mutu diri-Nya
328
yang membuat orang percaya kepada-Nya), sebab dua
alasan:
[1] sebab mereka tidak terbiasa dengan dan tidak menge-
nal penyataan-penyataan dan kehendak Tuhan yang luar
biasa seperti ini: Kamu tidak pernah mendengar suara-
Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat. Mereka
menunjukkan betapa mereka tidak mengenal Tuhan ,
meskipun mereka mengaku memiliki hubungan de-
ngan-Nya. Keadaannya seperti kita yang belum pernah
melihat atau mendengar mengenai seseorang. “namun
mengapa Aku berbicara kepadamu tentang Tuhan yang
bersaksi tentang Aku? Dia sama sekali tidak kamu ke-
nal. Kamu tidak tahu apa-apa tentang Dia, juga tidak
memiliki hubungan apa pun dengan-Nya.” Perhati-
kanlah, tidak mengenal Tuhan merupakan alasan sebe-
narnya mengapa manusia menolak penyataan yang
telah diberikan-Nya tentang Anak-Nya. Kalau orang
sungguh memahami agama alamiah (yang berdasarkan
akal), maka dia akan melihat sungguh banyak kesesuai-
an dalam agama itu dengan agama Kristen, dan dengan
demikian tidaklah sulit bagi dia untuk menerima kebe-
naran yang ada dalam agama Kristen. Beberapa orang
memberi pengertian sebagai berikut: “Bapa bersaksi
tentang Aku melalui suara dan burung merpati yang
turun. Begitu luar biasanya peristiwa ini sampai kamu
tidak pernah melihat atau mendengar hal yang demi-
kian. Namun, hanya demi Akulah, maka terjadilah sua-
ra dan penampakan seperti itu. Kamu bahkan bisa saja
mendengar suara itu, kamu bisa melihat penampakan
itu seperti orang lain, seandainya saja kamu mengikuti
pelayanan Yohanes dengan cermat. Namun, sebab me-
remehkan pelayanannya itu, kamu tidak mengalami
kesaksian itu.”
[2] Berhubung mereka tidak terpengaruh oleh cara-cara
biasa yang digunakan Tuhan untuk menyatakan diri ke-
pada mereka: Firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu
(ay. 38). Mereka memiliki Kitab Suci Perjanjian Lama,
jadi bukankah seharusnya mereka menerima Kristus?
Injil Yohanes 5:31-47
329
Ya, benarlah demikian seandainya ayat-ayat itu berpe-
ngaruh pada diri mereka.
Namun:
Pertama, firman Tuhan tidak menetap di dalam diri.
Firman itu ada di antara mereka, di negeri mereka, di
tangan mereka, namun tidak di dalam mereka, tidak di
dalam hati mereka. Firman itu tidak memerintah dalam
jiwa mereka, hanya bercahaya di mata mereka dan
berbunyi di telinga mereka. Apa gunanya bagi mereka
jika mereka memiliki sabda Tuhan yang dipercayakan
kepada mereka (Rm. 3:2), namun tidak membiarkan sab-
da ini memerintah di dalam diri mereka? Seandainya
sabda itu memerintah dalam diri mereka, pastilah me-
reka akan menyambut Kristus.
Kedua, firman itu tidak menetap di dalam diri me-
reka. Ada banyak orang yang didatangi firman Tuhan dan
mengalami pengaruhnya untuk beberapa waktu, namun
firman itu tidak menetap di dalam diri mereka. Firman
itu tidak senantiasa tinggal dalam diri mereka, seperti
orang yang hanya sekali-sekali saja tinggal di rumah,
seperti seorang pelancong. Jika firman itu menetap di
dalam diri kita, jika kita sering bercakap-cakap dengan-
nya melalui perenungan, mencari nasihat darinya da-
lam setiap kesempatan, serta menyesuaikan perbuatan
kita dengannya, kita akan dengan senang hati mene-
rima kesaksian Bapa tentang Kristus (lih. 7:17). Akan
namun , bagaimana kita bisa tahu bahwa firman-Nya
tidak menetap di dalam diri mereka? Kita tahu sebab
mereka tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya.
Sudah banyak diberitakan dalam Perjanjian Lama
tentang Kristus, untuk mengarahkan orang supaya
tahu kapan dan di mana mereka harus mencari-Nya,
sehingga dengan demikian memudahkan mereka untuk
menemukan-Nya. sebab itu, jika orang sungguh memi-
kirkan semua arahan ini, mereka pasti akan yakin bah-
wa Kristus diutus oleh Tuhan . Dengan demikian, keti-
dakpercayaan mereka kepada Kristus merupakan tanda
jelas bahwa firman Tuhan tidak menetap di dalam diri
330
mereka. Perhatikanlah, cara terbaik untuk menguji apa-
kah firman, Roh, dan kasih karunia Tuhan berdiam
dalam diri kita yaitu dengan melihat efek atau penga-
ruhnya pada diri kita, terutama dengan melihat apakah
kita mau menerima semua yang diutus-Nya kepada
kita, seperti perintah, utusan-utusan, dan pemelihara-
an-Nya, teristimewa Kristus yang telah diutus-Nya.
5. Saksi terakhir yang disebut Kristus yaitu Perjanjian Lama,
yang bersaksi tentang diri-Nya, dan yang diserukan-Nya ke-
pada orang banyak (ay. 39 dan seterusnya): Selidikilah Kitab-
kitab Suci, ereunate.
(1) Hal ini bisa diartikan sebagai:
[1] “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, dan perbuatanmu
itu baik. Kamu membacanya setiap hari di dalam ru-
mah ibadat, kamu memiliki rabi dan ahli-ahli Taurat
dan ahli-ahli hukum yang giat mempelajarinya dan sa-
ngat kritis mengenainya.” Orang Yahudi sangat mem-
bangga-banggakan berkembangnya studi Kitab Suci
pada masa Rabi Hillel, yang mati sekitar dua belas
tahun sesudah kelahiran Kristus. Beberapa ahli Taurat
pada masa itu, yang kemudian menjadi anggota Majelis
Agama (Sanhedrin) dipandang mereka sebagai keindah-
an hikmat dan kemuliaan hukum Taurat mereka. Kristus
mengakui bahwa mereka ini memang menyelidiki Kitab
Suci, namun sayangnya hanya dengan tujuan untuk
mencari kemuliaan bagi diri sendiri: “sebab , kalau
kamu menyelidiki Kitab Suci dan tidak buta sebab ke-
hendakmu sendiri, kamu tentunya akan percaya ke-
pada-Ku.” Perhatikanlah, bisa saja orang sangat giat
menyelidiki Kitab Suci namun tidak mengenal kuasa
dan pengaruhnya. Atau,
[2] Seperti yang kita baca: Selidikilah Kitab-kitab, yang
maksudnya:
Pertama, sebagai seruan kepada mereka: “Kamu
mengaku untuk menerima dan mempercayai Kitab Suci.
Di sini Aku hendak mempersoalkannya denganmu.
Biarlah ini yang menjadi hakim bagimu, janganlah
kamu hanya berhenti pada hurufnya saja” (hærere in
Injil Yohanes 5:31-47
331
cortice), “namun selidikilah sampai ke dalamnya.” Perhati-
kanlah, saat seruan dikumandangkan supaya orang
berpaling kepada Kitab Suci, ini berarti bahwa isinya
harus diselidiki. Selidikilah seluruh Alkitab sampai
tuntas, bandingkan perikop yang satu dengan perikop
lainnya, jelaskan satu perikop dengan perikop yang lain.
Begitu pula, kita harus menyelidiki perikop atau bagian
tertentu sampai ke dasarnya, dan janganlah hanya me-
lihat apa yang tampak prima facie – pada pandangan
pertama, melainkan apa yang sesungguhnya dimaksud-
kan.
Kedua, perkataan Kristus untuk menyelidiki Kitab-
kitab Suci itu dimaksudkan sebagai suatu nasihat atau
perintah kepada semua orang Kristen supaya menye-
lidiki Alkitab. Perhatikanlah, semua orang yang hendak
menemukan Kristus haruslah menyelidiki Kitab Suci.
Bukan hanya membaca dan mendengarkannya, melain-
kan juga menyelidikinya. Hal ini menunjukkan,
1. Ketekunan dalam mencari, bersusah payah, mem-
pelajari, dan memperhatikan dengan cermat.
2. Kerinduan dan rancangan hati untuk menemukan.
Kita harus berkeinginan untuk mendapatkan man-
faat dan keuntungan rohani saat membaca dan
mempelajari Kitab Suci, dan sering bertanya, “Apa
yang sekarang hendak kucari?” Kita harus melaku-
kannya seperti hendak mencari harta terpendam
(Ams. 2:4), seperti mereka yang menggali tambang
untuk mencari emas atau perak, atau yang menye-
lam untuk mendapatkan mutiara (Ayb. 28:1-11). Hal
inilah yang mendatangkan kemuliaan bagi orang-
orang di Berea (Kis. 17:11).
(2) Ada dua hal yang diarahkan di sini untuk kita amati dalam
menyelidiki Kitab Suci: sorga sebagai tujuan kita, dan Kris-
tus sebagai jalan kita.
[1] Kita harus menyelidiki Kitab Suci dengan sorga sebagai
tujuan utama kita: sebab kamu menyangka bahwa oleh-
nya kamu memiliki hidup yang kekal. Kitab Suci
menjamin bahwa bagi kita telah disediakan keadaan
332
yang kekal dan menawarkan kepada kita hidup yang
kekal dalam keadaan itu. Kitab Suci berisi peta yang
menjelaskannya, ketetapan yang meneguhkannya, arah
yang menunjukkan jalannya, dan dasar tempat peng-
harapan akan hidup kekal itu dibangun di atasnya.
Sungguh berharga untuk mencari di tempat di mana
kita pasti dapat menemukannya. Namun, kepada orang
Yahudi Kristus hanya bisa berkata, Kamu menyangka
bahwa kamu memiliki hidup kekal di dalam Kitab
Suci. Ini dikatakan-Nya sebab meskipun mereka tetap
mempertahankan kepercayaan dan harapan akan hidup
yang kekal dan mendasarkan pengharapan mereka itu
pada Kitab Suci, namun tetap saja mereka kehilangan
hidup kekal itu, sebab mereka mencarinya hanya me-
lalui membaca dan mempelajari Kitab Suci. Ada ung-
kapan umum yang salah kaprah di antara mereka, ba-
rangsiapa memiliki perkataan hukum Taurat, mempu-
nyai hidup yang kekal. Mereka menyangka pasti akan
masuk ke sorga bila mereka mampu mengucapkan isi
Kitab Suci di luar kepala, atau lebih tepat, dengan
menghafalkan tanpa berpikir bagian-bagian Kitab Suci
seperti yang diajarkan melalui adat istiadat para tua-
tua. Sama seperti mereka menyangka bahwa semua
orang biasa akan terkutuk sebab tidak mengenal hu-
kum Taurat seperti mereka (7:49), begitu pula mereka
menyimpulkan bahwa semua orang terpelajar pasti
akan diberkati.
[2] Kita harus menyelidiki Kitab Suci untuk menemukan
Kristus, sebagai jalan yang baru dan yang hidup, yang
membawa kepada tujuan ini. Inilah mereka, saksi-saksi
yang agung dan utama, yang memberi kesaksian ten-
tang Aku.
Perhatikanlah:
Pertama, ayat-ayat Kitab Suci, bahkan yang ada
dalam Perjanjian Lama, bersaksi tentang Kristus, dan
melalui ayat-ayat itu Tuhan bersaksi tentang Dia. Roh
Kristus dalam kitab para nabi terlebih dahulu memberi
kesaksian tentang Dia (1Ptr. 1:11), tentang tujuan dan
Injil Yohanes 5:31-47
333
janji-janji Tuhan mengenai Dia, serta keterangan-kete-
rangan sebelumnya mengenai Dia. Orang Yahudi tahu
betul bahwa Perjanjian Lama bersaksi tentang Mesias,
dan mereka sangat kritis/tajam dalam memperhatikan
bagian-bagian yang mengarah ke sana. Namun, mereka
bersikap ceroboh dan sangat lalai dalam menerapkan
apa yang ada tertulis di sana.
Kedua, itulah sebabnya kita harus menyelidiki Kitab
Suci, dan boleh berharap menemukan hidup kekal da-
lam penyelidikan itu, sebab Kitab Suci memberi kesak-
sian tentang Kristus. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu
bila kita mengenal Dia (lih. 1Yoh. 5:11). Kristus yaitu
harta yang terpendam di ladang Kitab Suci, air di dalam
sumur, air susu di dalam buah dada.
(3) Kepada kesaksian-Nya ini, Ia membubuhkan teguran atas
ketidaksetiaan dan kejahatan mereka mengenai empat hal,
khususnya:
[1] Pengabaian mereka terhadap diri-Nya dan ajaran-Nya:
“Kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh
hidup itu (ay. 40). Kamu menyelidiki Kitab Suci, kamu
percaya kepada nabi-nabi yang tidak dapat kamu sang-
kal telah bersaksi tentang Aku. Namun, tetap saja kamu
tidak mau datang kepada-Ku. Padahal kepada-Kulah
mereka menuntun kamu.” Kesalahan mereka dalam
menjauhkan diri dari Kristus terutama bukan sebab
mereka tidak mengerti, melainkan sebab itulah yang
menjadi keinginan mereka sendiri. Hal ini diungkapkan
Kristus sebagai sebuah keluhan. Kristus menawarkan
hidup, namun ditolak.
Perhatikanlah:
Pertama, bagi jiwa-jiwa yang merana, disediakan hi-
dup dalam Yesus Kristus. Kita dapat memperoleh hidup,
hidup yang penuh dengan pengampunan, kasih karunia,
penghiburan, dan kemuliaan: hidup yang menyempur-
nakan keberadaan kita, merangkum seluruh kebahagia-
an, dan Kristuslah kehidupan kita itu.
Kedua, orang-orang yang menginginkan kehidupan
ini harus datang kepada Yesus Kristus guna mendapat-
334
kannya. Kita bisa memperolehnya dengan datang kepa-
da-Nya. Untuk datang kepada-Nya dan memperoleh
kehidupan ini, orang harus setuju untuk memahami
ajaran Kristus dan kesaksian yang diberikan mengenai
Dia. Orang harus setuju untuk menerima pemerintahan
dan anugerah-Nya, dan perasaan serta perbuatannya
harus sesuai dengan kesediaannya tersebut.
Ketiga, satu-satunya alasan mengapa orang berdosa
akan binasa yaitu sebab mereka tidak mau datang
kepada Kristus untuk memperoleh hidup dan kebaha-
giaan. Bukan sebab mereka tidak dapat, melainkan
sebab mereka tidak mau. Mereka tidak mau menerima
hidup kekal yang ditawarkan sebab sifatnya rohani dan
ilahi. Mereka juga tidak mau menyetujui persyaratan
yang mendasari tawaran itu ataupun tunduk pada sa-
rana anugerah yang telah ditetapkan: mereka tidak mau
disembuhkan sebab tidak mau mengikuti cara-cara
yang dipakai untuk menyembuhkan.
Keempat, kebebalan dan kekerasan hati orang ber-
dosa dalam menolak tawaran cuma-cuma kasih karunia
sangatlah mendukakan dan dikeluhkan Tuhan Yesus.
Kata-kata itu (ay. 41), Aku tidak memerlukan hormat
dari manusia, diselipkan-Nya dengan maksud untuk
melawan keberatan orang terhadap Dia, bahwa seakan-
akan Ia mencari kemuliaan bagi diri-Nya sendiri dan
mengangkat diri sebagai kepala sebuah gerombolan dan
mewajibkan semua orang untuk datang kepada-Nya
dan menghormati-Nya.
Perhatikanlah:
1. Dia tidak mendambakan ataupun mencari pujian
dan hormat manusia. Dia sama sekali tidak menyu-
kai kemegahan dan semarak duniawi seperti yang
diharapkan orang-orang Yahudi duniawi ada dalam
diri Mesias mereka. Ia memerintahkan kepada
orang-orang yang telah disembuhkan-Nya agar tidak
menyebarkan berita tentang Dia. Ia menyingkir dari
orang-orang yang hendak mengangkat-Nya menjadi
raja.
Injil Yohanes 5:31-47
335
2. Ia tidak mendapatkan hormat dari manusia. Bukan-
nya menerima hormat dari manusia, Ia malah mene-
rima aib dan celaan dari manusia. Ini terjadi sebab
memang Ia tidak mencari nama bagi diri-Nya sendiri.
3. Ia tidak memerlukan hormat manusia. Hormat ma-
nusia tidak menambah apa-apa pada kemuliaan-Nya
yang disembah oleh semua malaikat Tuhan . Tidak
ada yang Ia senangi selain bila kemuliaan itu sesuai
dengan kehendak Bapa-Nya dan tertuju untuk keba-
hagiaan orang-orang yang dengan memberikan hor-
mat kepada-Nya, menerima hormat yang jauh lebih
besar dari Dia.
[2] Tidak adanya kasih akan Tuhan dalam diri mereka (ay.
42): “Aku tahu betul bahwa di dalam hatimu kamu tidak
memiliki kasih akan Tuhan . Aku sama sekali tidak
merasa heran mengapa kamu tidak datang kepada-Ku,
sebab kamu memang tidak memiliki asas pertama
agama alamiah, yakni kasih akan Tuhan ?” Perhatikanlah,
alasan mengapa orang-orang meremehkan Kristus ada-
lah sebab mereka tidak mengasihi Tuhan . Sebab jika
kita benar-benar mengasihi Tuhan , kita juga harus me-
ngasihi Dia yang yaitu citra langsung-Nya dan berge-
gas menuju Dia, satu-satunya yang mampu memulih-
kan kita agar berkenan di mata Tuhan . Sebelumnya Ia
menegur mereka (ay. 37) sebab mereka tidak mengenal
Tuhan , dan di sini Ia menegur mereka sebab mereka
tidak memiliki kasih akan Dia. Sebabnya manusia
tidak memiliki kasih akan Tuhan yaitu sebab mereka
tidak ingin memiliki pengetahuan akan Dia.
Perhatikanlah:
Pertama, kejahatan yang didakwakan-Nya kepada
mereka: Di dalam hatimu kamu tidak memiliki kasih
akan Tuhan . Mereka berlaku seakan-akan sangat menga-
sihi Tuhan , dan menyangka telah membuktikannya mela-
lui semangat mereka akan hukum Taurat, Bait Tuhan ,
dan hari Sabat. Namun, sebenarnya mereka tidak me-
miliki kasih akan Tuhan . Perhatikanlah, walaupun ada
banyak orang yang mengaku-ngaku beragama, mereka
336
ini hanya mengabaikan Kristus dan meremehkan perin-
tah-perintah-Nya, dan dengan begitu tidak mengasihi
Tuhan sama sekali. Mereka membenci kekudusan-Nya
dan tidak menghargai kebaikan-Nya. Perhatikanlah, ka-
sih akan Tuhan di dalam diri kita, kasih yang berdiam di
dalam hati, sikap hidup yang bergerak di dalam hati itu
sajalah yang mau diterima oleh Tuhan , yakni kasih yang
telah dicurahkan di dalamnya (Rm. 5:5).
Kedua, bukti dari dakwaan atas mereka ini: yaitu
melalui pengetahuan pribadi Kristus, yang menguji batin
dan hati (Why. 2:23) serta mengetahui apa yang ada di
dalam hati manusia: Aku kenal kamu. Kristus melihat
menembus semua penyamaran kita dan bisa berkata
kepada kita masing-masing, Aku kenal kamu.
1. Kristus mengenal manusia lebih baik dibandingkan se-
samanya mengenal dirinya. Orang-orang menyangka
bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi sangat sa-
leh dan baik, namun Kristus tahu bahwa mereka
tidak memiliki kasih akan Tuhan di dalam diri
mereka.
2. Kristus mengenal manusia lebih baik dibandingkan me-
reka mengenal diri sendiri. Orang-orang Yahudi me-
nilai diri mereka sendiri tinggi, namun Kristus tahu
betapa jahat batin mereka, meskipun dari luar mere-
ka tampak hebat. Kita bisa saja menipu diri sendiri,
namun kita tidak dapat menipu Dia.
3. Kristus mengenal orang-orang yang tidak dan tidak
mau mengenal Dia. Ia memandang orang-orang yang
dengan giat menghindar dari-Nya, dan memanggil
orang-orang yang belum mengenal Dia dengan nama
mereka sendiri, yaitu nama mereka yang sesungguh-
nya.
[3] Kejahatan lain yang didakwakan kepada mereka yaitu
kesediaan mereka untuk menyambut kristus-kristus
dan nabi-nabi palsu, sementara mereka dengan keras
kepala melawan Dia yang yaitu Mesias yang sejati (ay.
43): Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak
menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya
Injil Yohanes 5:31-47
337
sendiri, kamu akan menerima dia. Tertegunlah atas hal
itu, hai langit (Yer. 2:12-13), sebab dua kali umat-Ku
berbuat jahat, kejahatan yang sangat besar.
Pertama, mereka telah meninggalkan sumber air
yang hidup, sebab mereka tidak mau menerima Kristus
yang datang dalam nama Bapa-Nya, menerima penu-
gasan dari Bapa-Nya, dan melaksanakan semuanya
bagi kemuliaan-Nya.
Kedua, mereka telah menggali kolam yang bocor. Me-
reka mendengarkan setiap orang yang datang dengan
namanya sendiri. Mereka mencampakkan belas kasih
bagi diri mereka sendiri. Sungguh buruk. Lebih buruk
lagi, mereka melakukannya demi berhala kesia-siaan.
Perhatikanlah di sini:
1. Mereka yaitu nabi-nabi palsu yang datang dengan
nama mereka sendiri, yang pergi tanpa diutus, dan
hanya bekerja untuk diri mereka sendiri.
2. Sungguh adillah apabila Tuhan membiarkan orang-
orang yang tidak mau menerima dan mengasihi ke-
benaran itu tertipu oleh nabi-nabi palsu (2Tes. 2:10-
11). Kesalahan-kesalahan antikristus menjadi hu-
kuman yang adil bagi orang-orang yang tidak taat
kepada ajaran Kristus. Oleh penghakiman Tuhan , me-
reka yang menutup mata terhadap terang yang sejati
itu akan dibiarkan mengembara tanpa henti dalam
mencari terang yang palsu, dan disesatkan oleh se-
tiap ignis fatuus (pengharapan atau terang yang
palsu – pen.).
3. Banyak orang sungguh teramat bodoh, mereka muak
dengan kebenaran-kebenaran kuno dan menyukai
kesalahan-kesalahan baru. Mereka membenci
manna, namun pada saat yang sama makan abu. Se-
sudah menolak Kristus dan Injil-Nya, orang Yahudi
terus-menerus dihantui oleh pikiran untuk mencari
Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu (Mat.
24:24). Kecenderungan mereka untuk mengikuti
orang-orang seperti itu memicu terjadinya
kebingungan dan pendurhakaan yang mempercepat
kehancuran mereka.
[4] Di sini mereka didakwa atas tindakan kesombongan
dan kemuliaan yang sia-sia, dan ketidakpercayaan yang
merupakan akibatnya (ay. 44). sesudah dengan tajam
menegur mereka atas ketidakpercayaan mereka itu,
seperti seorang tabib yang bijaksana Ia pun mencari-
cari penyebabnya dan menetakkan kapak ke akarnya.
Itulah sebabnya mereka meremehkan dan mengecilkan
Kristus sebab mereka mengagumi dan terlampau meni-
lai tinggi diri mereka sendiri.
Inilah:
Pertama, ambisi atau keinginan mereka yang amat
sangat untuk memperoleh kehormatan duniawi. Kristus
membenci sikap ini (ay. 41). Mereka mengarahkan hati
untuk hal ini: Kamu menerima hormat seorang dari yang
lain, artinya, “Kamu hanya mencari Mesias yang memi-
liki kegemahan duniawi, dan berharap untuk menda-
patkan kehormatan duniawi dari dia.” Kamu menerima
hormat:
1. “Kamu sangat ingin menerimanya dan pikiranmu
hanya tertuju pada hal ini saja dalam segala hal
yang kamu lakukan.”
2. “Kamu memberi hormat kepada orang lain dan me-
nyanjung mereka hanya supaya mereka akan mem-
balasnya dengan menyanjungmu juga.” Petimus
dabimusque vicissim – Kami meminta dan sebab itu
kami memberi. Inilah keahlian orang sombong, yaitu
melontarkan hormat kepada orang lain hanya su-
paya hormat itu terpantul kembali kepada mereka.
3. “Kamu sangat cermat dalam menyimpan semua ke-
hormatan bagi dirimu sendiri dan membatasinya ha-
nya untuk kelompokmu sendiri, seolah-olah hanya
kamu sajalah yang berhak penuh atas segala yang
terhormat.”
4. “Kehormatan apa pun yang ditunjukkan kepadamu
kamu terima bagi dirimu sendiri dan tidak menerus-
kannya kepada Tuhan , seperti yang dilakukan Hero-
des.” Memuja manusia dan pikiran mereka dan se-
nang dipuja-puji oleh mereka merupakan bentuk pe-
nyembahan berhala yang sangat bertentangan de-
ngan Kekristenan, seperti halnya dengan bentuk
penyembahan berhala lainnya.
Kedua, pengabaian mereka terhadap kehormatan ro-
hani yang di sini disebut hormat yang datang dari Tuhan
yang Esa. Mereka tidak mencari ataupun memedulikan
hal ini.
Perhatikanlah:
1. Kehormatan sejati yaitu yang datang dari Tuhan
yang esa. Itulah kehormatan yang sesungguhnya
dan yang kekal. Orang-orang yang disambut-Nya ke
dalam kovenan dan persekutuan dengan diri-Nya
sendiri yaitu mereka yang benar-benar terhormat.
2. Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-Nya.
Melalui Kristus, semua orang yang percaya kepada-
Nya menerima kehormatan yang datang dari Tuhan .
Ia tidak bersikap berat sebelah, namun akan mem-
berikan kemuliaan bilamana Ia memberikan kasih
karunia-Nya.
3. Kita harus mencari, bertujuan dan bertindak untuk
mendapatkan kehormatan yang datang dari Tuhan ,
dan itu saja yang harus kita lakukan, tidak boleh
ada yang lain (Rm. 2:29). Itulah yang harus kita
perhitungkan sebagai upah kita, seperti orang Farisi
menganggap pujian manusia sebagai upah mereka.
4. Orang-orang yang tidak mau datang kepada Kristus
dan orang-orang yang sangat menginginkan kehor-
matan duniawi, jelas-jelas tidak mencari hormat
yang datang dari Tuhan , dan inilah kebodohan dan
kehancuran mereka.
Ketiga, pengaruh hal ini terhadap ketidaksetiaan
mereka. Kamu yang memiliki pikiran seperti ini, ba-
gaimana mungkin kamu dapat percaya?
Perhatikanlah di sini:
1. Kesulitan untuk percaya timbul dari dalam diri dan
oleh sebab kecemaran kita sendiri. Kita memper-
sulit diri sendiri, lalu mengeluh bahwa percaya itu
sungguh tidak mungkin untuk dilaksanakan.
2. Keinginan berlebihan dan kegemaran akan kehor-
matan duniawi merupakan halangan besar untuk
beriman kepada Kristus. Bagaimana mungkin orang
yang memuja pujian dan hormat manusia bisa men-
jadi percaya? Bila iman dan hidup saleh dianggap
ketinggalan zaman dan ditentang di mana-mana,
bila Kristus dan para pengikut-Nya dipandang aneh,
dan bila menjadi orang Kristen dianggap seperti
menjadi burung belang (ini sudah biasa terjadi), ba-
gaimana mungkin orang-orang yang berpandangan
demikian bisa percaya? Mereka ini hanya lebih suka
menonjolkan diri secara lahiriah.
6. Saksi terakhir yang diajukan di sini yaitu Musa (ay. 45 dst.).
Orang Yahudi sangat memuja Musa dan menilai diri sendiri
tinggi sebab menjadi murid-murid Musa. Mereka mengaku-
ngaku taat kepada Musa dan menentang Kristus. Namun, di
sini Kristus menunjukkan kepada mereka,
(1) Bahwa Musa yaitu saksi yang melawan orang-orang Ya-
hudi yang tidak mau percaya, dan ia mendakwa mereka di
hadapan Bapa. Yang mendakwa kamu yaitu Musa. Ini
dapat dipahami sebagai:
[1] Menunjukkan perbedaan antara hukum Taurat dan
Injil. Musa, yakni hukum Taurat itu, mendakwa kamu,
sebab melalui hukum itu orang mengenal dosa. Hu-
kum itu menghukum kamu. Bagi kamu yang percaya
kepada hukum itu, ada hukuman mati dan kutukan.
Namun sebaliknya, rancangan Injil Kristus bukanlah
untuk mendakwa kita: Jangan kamu menyangka, bah-
wa Aku akan mendakwa kamu. Kristus bukan datang
ke dunia sebagai Momus (dewa Yunani yang kerjanya
hanya mencela dan mengecam – pen.), untuk mencari-
cari kesalahan dan bertengkar dengan semua orang,
atau sebagai mata-mata untuk memantau tindakan ma-
nusia, atau sebagai jaksa penuntut yang mencari keja-
hatan orang. Tidak, Ia datang untuk menjadi pembela,
bukan pendakwa, untuk memperdamaikan Tuhan de-
ngan manusia, bukan untuk membuat mereka lebih
berselisih lagi. Alangkah bodohnya mereka itu jadinya,
yang taat kepada Musa namun justru melawan Kristus,
dan mau hidup di bawah hukum Taurat! (Gal. 4:21).
Atau,
[2] Menunjukkan sikap tidak masuk akal ketidaksetiaan
mereka: “Jangan kamu menyangka bahwa Aku akan
menuntut kamu di hadapan pengadilan Tuhan dan me-
minta pertanggungan jawab dari kamu atas apa yang
kamu lakukan terhadap-Ku, seperti yang biasa dilaku-
kan oleh orang yang tidak bersalah yang menderita aki-
bat tindak kejahatan. Tidak, Aku tidak perlu melaku-
kannya. Kamu sudah didakwa di pengadilan sorga, dan
terbuang. Musa sendiri telah cukup membuktikan ke-
bersalahanmu dan mengecam kamu, sebab ketidak-
percayaanmu itu.” Janganlah sekali-kali mereka salah
mengerti tentang Kristus. Walaupun Ia seorang nabi, Ia
tidak ingin menggunakan hak-Nya di sorga untuk mela-
wan mereka yang menganiaya-Nya. Ia tidak seperti Elia
yang mengadukan Israel kepada Tuhan (Rm. 11:2), atau-
pun seperti Yeremia yang ingin melihat pembalasan
Tuhan terhadap mereka. Jangan pula sampai mereka di-
biarkan begitu saja salah mengerti tentang Musa, se-
olah-olah ia akan memihak mereka dan menolak Kris-
tus. Tidak, ada yang akan mendakwa kamu, yaitu Musa,
yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu.
Perhatikanlah:
Pertama, biasanya, hak istimewa dan keuntungan
lahiriah merupakan keyakinan sia-sia orang-orang yang
menolak Kristus dan anugerah-Nya. Orang Yahudi per-
caya kepada Musa dan menyangka bahwa dengan me-
miliki hukum-hukumnya dan ketetapan-ketetapannya
mereka akan diselamatkan.
Kedua, orang-orang yang mempercayakan diri kepa-
da hak-hak istimewa mereka dan tidak berusaha me-
manfaatkannya dengan baik, bukan saja akan menda-
pati bahwa keyakinan mereka itu dikecewakan, namun
juga bahwa hak-hak istimewa itu justru akan menjadi
saksi-saksi yang melawan mereka.
(2) Bahwa Musa yaitu saksi bagi Kristus dan pengajaran-Nya
(ay. 46-47): Ia telah menulis tentang Aku. Musa terutama
bernubuat tentang Kristus, bahwa Dia yaitu keturunan
wanita itu, keturunan Abraham, Silo, Sang Nabi yang
agung itu. Tata upacara dalam hukum Taurat Musa meru-
pakan gambaran Dia yang akan datang. Orang Yahudi
menjadikan Musa sebagai pelindung atau pendukung me-
reka dalam perlawanan mereka terhadap Kristus, namun di
sini Kristus menunjukkan kesalahan mereka, bahwa Musa
sama sekali tidak menulis suatu pun yang bertentangan
dengan Kristus, bahwa ia menulis bagi Dia, dan tentang
Dia.
Di sini:
[1] Kristus mendakwa orang-orang Yahudi bahwa mereka
tidak percaya kepada Musa. Sebelumnya Ia berkata (ay.
45) bahwa mereka menaruh pengharapan kepada Musa,
namun di sini Ia berusaha menjelaskan bahwa sebenar-
nya mereka tidak percaya kepada Musa. Mereka mena-
ruh pengharapan pada namanya, namun tidak menerima
pengajarannya dalam arti dan maksud yang sebenar-
nya. Mereka tidak memahaminya dengan benar atau
pun menghargai apa yang ditulis Musa tentang Mesias
itu.
[2] Ia membuktikan dakwaan ini berdasarkan ketidakper-
cayaan mereka terhadap-Nya: Jikalau kamu percaya
kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku.
Perhatikanlah, pertama, ujian yang paling tepat bagi
iman yaitu melalui akibat yang dihasilkannya. Banyak
yang berkata bahwa mereka percaya, namun tindakan-
tindakan mereka membuktikan bahwa perkataan mere-
ka tidak benar, sebab seandainya mereka percaya kepa-
da Kitab Suci, mereka tentu akan bertindak lain.
Kedua, Orang yang benar-benar percaya kepada satu
bagian Kitab Suci, akan menerima setiap bagian lainnya
juga. Nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama telah dige-
napi di dalam Kristus hingga orang-orang yang menolak
Kristus sebenarnya telah menyangkali nubuat-nubuat
itu juga dan mengabaikannya.
[3] Dari ketidakpercayaan mereka kepada Musa, Ia meng-
ambil kesimpulan bahwa sungguh tidak aneh bila me-
reka menolak-Nya: Jikalau kamu tidak percaya akan
apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya
akan apa yang Kukatakan? Bagaimana bisa dipikirkan
bahwa kamu akan percaya?
Pertama, “Jika kamu tidak percaya kepada tulisan-
tulisan yang kudus itu, sabda yang ditulis hitam di atas
putih dan merupakan cara paling pasti untuk menyam-
paikannya, bagaimanakah kamu akan percaya akan
apa yang Kukatakan, sebab kata-kata yang diucapkan
biasanya kurang dipedulikan?”
Kedua, “Jika kamu tidak percaya kepada Musa, yang
sangat kamu hormati itu, bagaimana mungkin kamu
akan percaya kepada-Ku, yang kamu pandang dengan
penuh hina seperti ini?” (lih. Kel. 6:11).
Ketiga, “Jika kamu tidak percaya pada apa yang di-
katakan dan ditulis Musa tentang Aku, yang merupa-
kan kesaksian yang kuat dan meyakinkan tentang Aku,
bagaimana mungkin kamu akan percaya kepada Aku
dan misi-Ku?” Jika kita tidak mengakui pernyataan-per-
nyataan yang disebutkan sebelumnya, bagaimana
mungkin kita bisa mengakui kesimpulannya? Kebenar-
an agama Kristen, yang murni merupakan wahyu ilahi,
bergantung pada otoritas atau kewenangan ilahi Kitab
Suci. sebab itu, jika kita tidak percaya pada ilham ilahi
tulisan-tulisan dalam Kitab Suci itu, bagaimana mung-
kin kita bisa menerima ajaran-ajaran Kristus?
Maka, semua hal di atas mengakhiri kesaksian Ye-
sus bagi diri-Nya sendiri. Kesaksian tersebut dilakukan
untuk menjawab tuduhan yang diberikan kepada-Nya.
Apa dampak dari kesaksian-Nya kita tidak tahu, namun
mungkin seperti ini: mulut mereka terhenti sejenak, dan
mereka terpaksa sebab malu menarik tuduhan mere-
ka, namun hati mereka tetap keras.
PASAL 6
Dalam pasal ini kita membaca perihal:
I. Mujizat roti (ay. 1-14).
II. Kristus berjalan di atas air (ay. 15-21).
III. Sejumlah besar orang berjalan mengikuti Dia ke Kapernaum
(ay. 22-25).
IV. Percakapan-Nya dengan orang banyak itu yang berawal dari
mujizat roti. Ia menegur mereka sebab hanya mencari ma-
kanan duniawi, dan mengarahkan mereka supaya mencari
makanan rohani (ay. 26-27), menunjukkan kepada mereka
bahwa mereka harus berusaha untuk mendapatkan makan-
an rohani (ay. 28-29), dan menjelaskan apa yang dimaksud
dengan makanan rohani itu (ay. 30-59).
V. Kekecewaan mereka atas apa yang Ia katakan, dan teguran
yang Ia berikan kepada mereka sebab kekecewaan mereka
itu (ay. 60-65).
VI. Mundurnya banyak orang dari pada-Nya, dan percakapan-
Nya dengan murid-murid-Nya yang tetap tinggal bersama-
Nya sesudah kejadian itu (ay. 66-71).
Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang
(6:1-14)
1 Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tibe-
rias. 2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, sebab mereka
melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-
orang sakit. 3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan mu-
rid-murid-Nya. 4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. 5 saat
Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbon-
dong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di mana-
kah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” 6 Hal itu dika-
takan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dila-
kukan-Nya. 7 Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak
akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong
kecil saja.” 8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon
Petrus, berkata kepada-Nya: 9 “Di sini ada seorang anak, yang memiliki
lima roti jelai dan dua ikan; namun apakah artinya itu untuk orang sebanyak
ini?” 10 Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu
banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki
banyaknya. 11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan mem-
bagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-
Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. 12 Dan sesudah
mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah po-
tongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” 13 Maka mere-
ka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan po-
tongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih sesudah orang makan. 14
saat orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka ber-
kata: “Dia ini yaitu benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”
Di sini kita membaca catatan perihal Kristus memberi makan lima
ribu orang dengan lima ketul roti dan dua ekor ikan. Ini sebuah muji-
zat yang luar biasa, sebab ini yaitu satu-satunya bagian dari se-
kian banyak perbuatan dalam kehidupan Kristus yang dicatat oleh
keempat penulis Injil. Yohanes, yang tidak biasa menceritakan sesua-
tu yang telah dicatat oleh orang lain yang menulis sebelum dia, juga
menuturkan kejadian ini, sebab berkaitan dengan pokok bahasan
berikut ini.
Perhatikanlah:
I. Tempat dan waktu mujizat ini terjadi, yang dicatat untuk mem-
berikan bukti yang lebih meyakinkan tentang kebenaran kisah
itu. Tidak dikatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada suatu waktu
di negeri antah berantah. Sebaliknya, segala keadaan yang me-
nyertainya digambarkan dengan jelas, sehingga kenyataan yang
ada dapat diselidiki dengan mudah.
1. Daerah tempat Kristus berada (ay. 1): Ia berangkat ke seberang
danau Galilea, yaitu di tempat yang pada bagian lain Alkitab
dinamakan danau Genesaret, dan di sini disebut danau Tibe-
rias. Tempat ini berdampingan dengan sebuah kota yang be-
lum lama sebelum itu diperbesar dan diperindah oleh Herodes,
dan dinamakan Tiberias untuk menghormati Tiberius, kaisar
Romawi. Mungkin juga kota ini dijadikan Herodes sebagai
ibukota. Kristus tidak langsung menyeberangi danau ini, namun
melakukan pelayaran menyusur pantai menuju suatu tempat
lain di sisi yang sama. Meskipun tempat yang kita tuju juga
dapat dicapai melalui perjalanan darat, bukan berarti kita
mencobai Tuhan jika memilih menempuh perjalanan itu melalui
air, kalau hal itu memang lebih menguntungkan. Kita tahu ini
sebab Kristus tidak pernah mencobai Tuhan, Tuhan -Nya (Mat.
4:7).
2. Orang banyak yang mengikuti Dia: Orang banyak berbondong-
bondong mengikuti Dia, sebab mereka melihat mujizat-mujizat-
Nya (ay. 2).
Perhatikanlah:
(1) Selama Ia berjalan berkeliling untuk berbuat baik, Yesus
Tuhan kita selalu hidup di tengah-tengah banyak orang,
dan hal ini lebih banyak menimbulkan masalah bagi-Nya
dibandingkan mendatangkan kehormatan. Orang-orang yang
baik dan berguna tidak boleh mengeluh mengenai betapa
sibuknya pekerjaan mereka saat mereka sedang melayani
Tuhan dan angkatan mereka. Akan ada cukup banyak wak-
tu untuk menyenangkan diri saat kita sampai ke negeri di
mana kita akan bersukacita di dalam Tuhan .
(2) Mujizat Kristus menarik banyak orang untuk mengikuti
Dia, termasuk orang-orang yang tidak benar-benar tertarik
kepada-Nya. Mereka hanya memuaskan rasa ingin tahu
mereka atas keajaiban yang mereka lihat itu, namun hati
nurani mereka tidak diyakinkan oleh kuasa mujizat-muji-
zat itu.
3. Kristus mencari tempat yang menguntungkan untuk menyam-
but orang banyak itu (ay. 3): Yesus naik ke atas gunung dan Ia
duduk di situ dengan murid-murid-Nya, supaya dapat lebih mu-
dah dilihat dan didengar oleh orang banyak yang bergerombol
mengikuti Dia. Ini yaitu sebuah mimbar yang alami, bukan
sengaja dibuat seperti mimbar Ezra. Sekarang Kristus terpak-
sa menjadi pengkhotbah lapangan, namun firman-Nya tidak
pernah lebih buruk atau kurang dapat diterima bagi mereka
yang tahu bagaimana menghargai pengajaran-Nya, yang terus
mengikuti Dia, bukan hanya saat Ia pergi ke tempat yang
sunyi, namun juga saat Ia naik ke atas gunung, meskipun
harus mendaki bukit melawan hati. Di sanalah Ia duduk, se-
perti guru yang duduk di atas kursi kehormatan – kursi untuk
mengajar. Ia tidak duduk di atas kursi yang nyaman, tidak da
lam kemegahan. Walaupun begitu, Ia duduk sebagai orang
yang memiliki otoritas atau wewenang, siap menerima salam
penghormatan yang diberikan kepada-Nya, yaitu dari siapa
saja yang mau datang dan menjumpai Dia di sana. Ia duduk di
situ dengan murid-murid-Nya. Ia merendahkan diri-Nya untuk
mengajak mereka serta untuk duduk bersama-Nya, untuk
mengangkat nama mereka di hadapan orang banyak itu dan
memberikan mereka tanda dari kemuliaan yang akan mereka
terima saat duduk bersama-sama dengan Dia tidak lama
lagi. Dikatakan bahwa kita akan diberikan tempat bersama-
sama dengan Dia (Ef. 2:6).
4. Waktu terjadinya peristiwa itu. Kata-kata pertama, sesudah
itu, tidak menunjukkan bahwa peristiwa tersebut segera ter-
jadi sesudah peristiwa yang terkait di pasal sebelumnya, sebab
ada perbedaan waktu yang banyak. Yang ditunjukkan di sini
hanyalah waktu yang berjalan. Namun, di sini kita diberi tahu
(ay. 4), bahwa peristiwa itu terjadi saat Paskah sudah dekat.
Hal itu dicatat di sini:
(1) Mungkin sebab hari raya itu telah mengumpulkan kem-
bali para rasul dari perjalanan mereka masing-masing,
yaitu dari tempat mereka diutus sebagai pengkhotbah keli-
ling, supaya mereka dapat bersama-sama Guru mereka ke
Yerusalem untuk merayakan hari raya itu.
(2) sebab sudah menjadi kebiasaan orang Yahudi untuk me-
rayakan dengan setia masa menjelang Paskah itu tiga pu-
luh hari sebelumnya dengan penuh kekhidmatan. Lama se-
belum hari raya itu tiba, jika ada kesempatan, mereka akan
memperbaiki jalan dan jembatan, serta berbicara tentang
Paskah dan riwayat penetapannya.
(3) Mungkin sebab dengan semakin mendekatnya hari raya
Paskah, setiap orang mengetahui bahwa Kristus akan pergi
ke Yerusalem dan tidak dapat dijumpai selama beberapa
waktu. Hal ini mendorong orang banyak semakin sering
mengikuti Dia dan lebih rajin tinggal bersama-Nya. Perhati-
kanlah, kemungkinan kehilangan kesempatan harus mem-
bangkitkan semangat kita untuk meningkatkan kerajinan
sampai dua kali lipat, dan saat ibadah-ibadah yang khid-
mat sedang mendekat, baik sekali untuk mempersiapkan
diri dengan membicarakan firman Kristus.
II. Mujizat itu sendiri.
Amatilah di sini:
1. Perhatian yang diberikan Kristus kepada orang banyak yang
mengikuti-Nya (ay. 5): Ia memandang sekeliling-Nya dan meli-
hat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-
Nya. Tidak diragukan lagi bahwa orang banyak itu terdiri atas
orang miskin, orang hina, dan orang kebanyakan. Terlebih lagi
mereka ini semua berkumpul di sudut pedesaan yang begitu
terpencil. Namun, Kristus menunjukkan sikap senang atas
kehadiran mereka serta menaruh perhatian atas kesejahteraan
mereka. Ia hendak mengajar kita agar mau menyesuaikan diri
dengan orang yang rendah kedudukannya, dan tidak menem-
patkan mereka bersama dengan anjing penjaga kambing dom-
ba kita, sebab mereka itu telah ditempatkan Kristus bersama
anak-anak domba-Nya. Bagi Kristus, jiwa orang miskin sama
berharganya dengan jiwa orang kaya, dan hendaknya demi-
kian juga bagi kita.
2. Pertanyaan yang Ia ajukan mengenai cara memberi mereka
makan. Ia mengajukan pertanyaan ini kepada Filipus, yang
telah menjadi murid-Nya sejak awal dan telah melihat semua
mujizat-Nya, khususnya mujizat mengubah air menjadi ang-
gur. sebab itu sangat diharapkan ia akan berkata, “Tuhan,
jika Engkau menghendaki, akan sangat mudah bagi-Mu untuk
memberi mereka semua makan.” Orang-orang yang, seperti
orang Israel, telah menyaksikan pekerjaan-pekerjaan Kristus
dan memperoleh keuntungan dari mujizat itu, tidak bisa di-
maafkan jika mereka berkata, “Sanggupkah Tuhan menyajikan
hidangan di padang gurun?” Filipus itu berasal dari Betsaida,
bertetangga dengan kota di mana Kristus berada sekarang,
sebab itu dialah orang yang paling mungkin dapat menolong
menyediakan makanan bagi mereka. Mungkin banyak di
antara orang banyak itu telah dikenalnya dan ia sangat peduli
dengan mereka. Sekarang Kristus bertanya, “Di manakah kita
akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”
(1) Ia menganggap sudah selayaknya mereka akan makan ber-
sama-Nya. Orang akan berpikir bahwa kalau Ia telah meng-
ajar dan menyembuhkan mereka, berarti Ia telah melaku-
kan bagian-Nya, dan sebab itu sekarang giliran orang ba-
nyak itu yang harus menjamu Dia dan murid-murid-Nya.
Mungkin saja ada orang kaya di antara orang banyak itu,
dan kita tahu pasti bahwa Kristus dan murid-murid-Nya
itu orang miskin. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, Ia-
lah yang ingin menjamu mereka. Orang-orang yang mau
menerima karunia rohani dari Kristus, tidak perlu mem-
bayar karunia itu. Mereka justru yang akan dibayar atas
kesediaan mereka menerima karunia itu. Sesudah Kristus
mengenyangkan jiwa mereka dengan roti kehidupan, Ia
juga memberi makan tubuh jasmani mereka dengan ma-
kanan sehari-hari, untuk menunjukkan bahwa Ia juga
Tuhan bagi tubuh jasmani. Dengan demikian, Ia mendo-
rong kita agar berdoa juga bagi makanan sehari-hari, dan
agar kita berbelas kasihan kepada orang miskin (Yak. 2:15-
16).
(2) Pertanyaan-Nya yaitu , “Di manakah kita akan membeli
roti?” Orang akan berpikir, mengingat kemiskinan-Nya, se-
harusnya akan lebih baik jika Ia bertanya, “Di manakah
kita dapat memperoleh uang untuk membeli roti bagi mere-
ka?” namun Ia lebih suka memberikan semua yang Ia miliki,
dibandingkan membiarkan mereka mengalami kekurangan. Ia
mau membeli agar dapat memberi, dan kita harus bekerja
keras, agar kita dapat memberi (Ef. 4:28).
3. Tujuan pertanyaan ini hanyalah untuk menguji iman Filipus,
sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya (ay. 6).
Perhatikanlah,
(1) Tuhan kita Yesus tidak pernah kekurangan hikmat dalam
rancangan-Nya. Sesulit apa pun masalahnya, Ia tahu apa
yang harus Ia lakukan serta tindakan apa yang akan Ia
ambil (Kis. 15:18). Ia mengetahui rancangan-rancangan apa
yang ada pada-Nya mengenai umat-Nya (Yer. 29:11), dan Ia
tidak pernah ragu-ragu. saat kita tidak tahu apa yang
harus kita perbuat, Ia sendiri tahu, apa yang hendak dila-
kukan-Nya.
(2) Jika Kristus berkenan membingungkan umat-Nya, tujuan-
nya hanyalah untuk menguji mereka. Pertanyaan itu mem-
buat Filipus tercengang, namun Kristus hendak menguji
apakah ia akan berkata, “Tuhan, jika Engkau mengguna-
kan kuasa-Mu untuk mereka, kita tidak perlu membeli
roti.”
4. Jawaban Filipus atas pertanyaan tersebut: “Roti seharga dua
ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini (ay. 7). Guru,
tidak ada gunanya berbicara soal membeli roti bagi mereka,
sebab desa ini tidak akan dapat menyediakan begitu banyak
roti, dan juga kita tidak mampu menyediakan uang begitu
banyak. Tanyakan saja kepada Yudas, yang mengurus uang
kita itu.” Dua ratus dinar uang mereka setara dengan upah
pekerja harian yang bekerja selama dua ratus hari kerja, dan
jika mereka membelanjakan uang sebanyak itu dengan seke-
tika, maka dana mereka akan terkuras dan membuat mereka
bangkrut, dan pada akhirnya mereka sendirilah yang kelapar-
an. Grotius (seorang theolog Belanda – pen.) menghitung bah-
wa dengan uang sebanyak dua ratus dinar, roti yang akan
diperoleh tidak mungkin cukup bagi dua ribu orang, namun
itulah jumlah yang paling mungkin diperoleh menurut per-
hitungan Filipus, dan itu pun bila setiap orang hanya makan
sedikit saja. Dapat dikatakan, pada dasarnya ia hanya puas
dengan yang sedikit saja. Lihatlah betapa lemahnya iman Fili-
pus ini, sehingga dalam kesulitan ini, ia menganggap bahwa
Sang Kepala keluarga ini seakan-akan hanya orang yang biasa
saja. Ia hanya berusaha memenuhi kebutuhan dengan cara
yang biasa. Pantaslah bila saat itu Kristus mencela dia saja,
seperti yang dikatakan-Nya kemudian, Telah lama Aku ber-
sama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?
Atau, seperti yang dikatakan Tuhan kepada Musa, Masakan
kuasa Tuhan akan kurang untuk melakukan itu? Memang mu-
dah bagi kita untuk menjadi tidak percaya akan kuasa Tuhan
saat cara-cara yang kasatmata dan lazim dilakukan ternyata
gagal. Kita hanya bisa percaya Dia sebatas yang dapat kita
lihat.
5. Keterangan yang diterima Kristus dari seorang murid lain peri-
hal perbekalan yang mereka miliki. Murid itu yaitu Andreas,
yang di sini disebut saudara Simon Petrus. Meskipun ia lebih
tinggi urutannya dalam hal pemuridan, dan menjadi pengan-
tara untuk memperkenalkan Petrus kepada Kristus, namun di
kemudian hari ternyata Petrus menjadi lebih cemerlang dari-
pada dirinya, sampai-sampai keterangan mengenai dirinya di-
jelaskan berdasarkan hubungannya dengan Petrus. Ia mem-
beritahukan apa yang mereka miliki kepada Kristus, dan di
sini kita melihat:
(1) Betapa kuatnya kasihnya terhadap orang-orang yang dipe-
dulikan oleh Gurunya, sehingga ia bersedia memberikan
semua yang mereka miliki, meskipun ia tidak tahu apakah
nanti mereka sendiri akan kekurangan. Perbuatannya ini
sungguh menunjukkan bahwa tindakan amal memang
harus dimulai dari diri sendiri (sebelum kita mengajarkan
orang lain untuk melakukan demikian). Tidak ada rencana
dalam dirinya untuk menyembunyikan apa yang mereka
miliki, misalnya sebab ingin menjaga perbekalan mereka
supaya dipuji melebihi kepintaran tuannya sendiri. Seba-
liknya dengan sejujurnya ia melaporkan semua yang me-
reka miliki. Di sini ada seorang anak, paidarion – seorang
anak laki-laki kecil, yang mungkin sudah biasa mengikuti
orang banyak ini untuk menjual perbekalan bagi mereka,
sebab mereka hanya menetap sementara dalam kemah-
kemah. Begitulah, murid-murid memesan apa yang dimiliki
anak itu untuk keperluan mereka sendiri. Dan itu yaitu
lima roti jelai dan dua ekor ikan kecil.
Di sini:
[1] Bekal yang tersedia itu hanya sederhana dan biasa saja.
Hanya roti jelai. Kanaan yaitu negeri gandum (Ul. 8:8).
Pada umumnya penduduknya makan gandum yang ter-
baik (Mzm. 81:17), lemaknya segala gandum (Ul. 32:14
TL). Namun, Kristus dan murid-murid-Nya sudah puas
walaupun hanya dengan roti jelai. Itu bukan berarti
bahwa sebab itu kita harus memaksakan diri untuk
memakan makanan sederhana dan memberi alasan
keagamaan dalam tindakan itu. Bila Tuhan memberikan
yang lebih baik kepada kita, hendaknya kita menerima-
nya dan mengucap syukur atasnya. Namun, satu hal
yang benar dalam hal ini yaitu bahwa janganlah kita
ingin akan makanan yang lezat (Ams. 23:3), dan jangan
pula menggerutu jika kita harus makan makanan yang
sederhana, namun kita harus senantiasa merasa puas
dan bersyukur, serta menerima keadaan itu sepenuh-
nya. Roti jelai itulah yang dimiliki Kristus, dan lebih
baik dibandingkan yang pantas kita terima. sebab itu, ja-
nganlah pula kita memandang hina perbekalan orang
miskin dan memandangnya dengan rasa jijik. Ingatlah
perbekalan apa yang dimiliki Kristus sendiri.
[2] Jumlahnya kurang dan hanya sedikit. Hanya ada lima
roti yang ukurannya begitu kecil sehingga seorang anak
kecil bisa membawa semuanya. Kita membaca dalam 2
Raja-raja 4:42-43 bahwa dua puluh roti jelai dan bebe-
rapa makanan tambahan lainnya tidak akan cukup un-
tuk memberi makan seratus orang tanpa sebuah muji-
zat. Dan di sini hanya ada dua ikan, yang ukurannya
begitu kecil (dyo opsaria), begitu kecil sehingga salah
satu di antaranya hanyalah berupa potongan kecil,
pisciculi assati. Saya menduga bahwa ikan itu telah
diawetkan atau dibuat acar, sebab mereka tidak mem-
punyai api untuk mengolahnya. Persediaan roti yang
ada hanya sedikit, namun persediaan ikan lebih sedikit
lagi untuk jumlah roti yang ada, sehingga sepertinya
mereka harus menggigit roti lebih banyak baru mema-
kan ikannya. Namun, mereka merasa puas dengan ma-
kanan yang ada ini. Roti yaitu makanan bagi rasa
lapar kita, namun kepada mereka yang mengeluh memin-
ta daging dikatakan, mereka meminta makanan menurut
hawa nafsu mereka (Mzm. 78:18). Begitulah, Andreas
menghendaki agar orang banyak itu memperoleh ma-
kanan ini, sepanjang jumlahnya mencukupi. Perhati-
kanlah, ketakutan penuh ketidakpercayaan bahwa diri
sendiri akan kekurangan tidak boleh menghalangi kita
dari berbuat amal bagi orang lain yang membutuhkan.
(2) Perhatikanlah di sini kelemahan iman Andreas yang tersirat
dalam ungkapan, “namun apakah artinya itu untuk orang
sebanyak ini? Menawarkan makana