Yohanes 1-16 10

Kamis, 30 Januari 2025

Yohanes 1-16 10


 


melakukannya. Jawabannya 

yaitu , penghakiman-Ku adil. Seluruh tindakan peme-

rintahan Kristus, baik dari segi undang-undang maupun 

hukum, sangat sesuai dengan kaidah-kaidah keadilan 

(lih. Ams. 8:8). Tidak bisa ada pengecualian terhadap 

setiap ketentuan Sang Penebus, dan oleh sebab  itu, 

sama seperti tidak boleh ada pencabutan undang-un-

dang yang dibuat-Nya, tidak bisa diajukan permohonan 

pengampunan atas hukuman yang telah dijatuhkan-

Nya. Penghakiman-Nya pasti adil, sebab dipimpin: 

Pertama, oleh hikmat Bapa: Aku tidak dapat berbuat 

apa-apa dari diri-Ku sendiri, tidak dapat berbuat apa 

pun tanpa Bapa, namun   Aku menghakimi sesuai dengan 

apa yang Aku dengar, seperti yang telah dikatakan-Nya 

sebelumnya (ay. 19), Anak tidak dapat mengerjakan se-

suatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa 

mengerjakannya. Jadi, di sini yang ada hanyalah apa 

yang didengar-Nya dari apa yang dikatakan Bapa: Apa 

yang Aku dengar.  

1. Sesuai dengan kebijaksanaan abadi Bapa yang dira-

hasiakan oleh-Nya itulah Aku menghakimi. Maukah 

kita mengetahui apa yang harus kita perbuat dalam 

hubungan kita dengan Tuhan  ? Dengarlah perkataan 

Kristus. Kita tidak perlu berusaha menyelami segala 

kebijaksanaan ilahi. Hal-hal itu dirahasiakan dan 


 318

bukan hak kita untuk mengetahuinya. Kita hanya 

perlu menyimak ketentuan-ketentuan yang diung-

kapkan perihal pemerintahan dan penghakiman 

Kristus, dan ini  akan memberi kita petunjuk yang 

tidak mungkin keliru. Sebab apa yang telah diputus-

kan Kristus merupakan salinan atau duplikat dari 

apa yang telah ditetapkan oleh Bapa.  

2. Dari catatan-catatan Perjanjian Lama yang diterbit-

kan. Kristus, dalam melaksanakan pekerjaan-Nya, 

selalu mengarahkan mata-Nya pada Kitab Suci dan 

berjalan sesuainya dan menggenapi apa yang ada di 

sana: Seperti ada tertulis dalam gulungan kitab. De-

mikianlah Ia mengajar kita untuk tidak berbuat apa-

apa dari diri sendiri, melainkan berdasarkan apa 

yang kita dengar dari firman Tuhan  , supaya kita 

menghakimi dan bertindak sesuai dengan firman-

Nya itu. 

Kedua, sesuai dengan kehendak Bapa: Penghakim-

an-Ku adil, dan tidak bisa sebaliknya, sebab Aku tidak 

menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia 

yang mengutus Aku. Ini bukan berarti seolah-olah ke-

hendak Kristus berlawanan dengan kehendak Bapa, se-

perti kehendak daging berlawanan dengan kehendak 

roh dalam diri kita, melainkan,  

1.  Sebagai manusia, Kristus memiliki segala perasaan 

dan kecenderungan alami yang biasa ada dalam diri 

manusia (yang bukan merupakan dosa), seperti rasa 

sakit dan kesenangan, kecenderungan pada hidup, 

dan kengganan terhadap kematian: namun Ia tidak 

mencari kesenangan-Nya sendiri, tidak mempertim-

bangkan atau berpikir tentang hal-hal ini saat hen-

dak melakukan pekerjaan-Nya, melainkan sepenuh-

nya menyetujui kehendak Bapa-Nya.  

2. Apa yang dilakukan-Nya sebagai Pengantara bukan-

lah merupakan hasil dari tujuan dan rancangan-Nya 

sendiri. Dia tidak punya maksud-maksud tertentu 

atau khusus. Apa yang benar-benar ingin dilakukan-

Nya bukanlah demi pikiran-Nya sendiri, melainkan 

Injil Yohanes 5:31-47 

 319 

 dipimpin oleh kehendak Bapa-Nya dan tujuan yang 

telah direncanakan Sang Bapa bagi diri-Nya sendiri. 

Dalam segala kesempatan, kepada Bapa-Nya inilah 

Juruselamat kita menyerahkan dan menundukkan 

diri-Nya sendiri.  

Dengan demikian maka Yesus Tuhan kita telah 

menyatakan tugas-Nya (apakah untuk meyakinkan 

musuh-Nya atau tidak) bagi kehormatan diri-Nya 

dan penghiburan kekal semua pengikut-Nya, yang 

melihat Dia mampu menyelamatkan sampai kepada 

kekekalan. 

Kristus Membuktikan Pengutusan-Nya; 

Ketidaksetiaan Orang-orang Yahudi Dikecam  

(5:31-47) 

31 Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak 

benar; 32 ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa ke-

saksian yang diberikan-Nya tentang Aku yaitu  benar. 33 Kamu telah 

mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; 34 

namun   Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengata-

kan hal ini, supaya kamu diselamatkan. 35 Ia yaitu  pelita yang menyala dan 

yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati sesaat  saja cahayanya 

itu. 36 namun   Aku memiliki  suatu kesaksian yang lebih penting dari pada 

kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, 

supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga Kukerjakan sekarang, dan 

itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus 

Aku. 37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu 

tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, 

38 dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya 

kepada Dia yang diutus-Nya. 39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab 

kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu memiliki  hidup yang kekal, 

namun   walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, 40 

namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. 41 

Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. 42 namun   tentang kamu, me-

mang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak memiliki  kasih akan 

Tuhan  . 43 Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; 

jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. 44 

Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang 

dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Tuhan   yang 

Esa? 45 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di ha-

dapan Bapa; yang mendakwa kamu yaitu  Musa, yaitu Musa, yang kepada-

nya kamu menaruh pengharapanmu. 46 Sebab jikalau kamu percaya juga 

kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah me-

nulis tentang Aku. 47 namun   jikalau kamu tidak percaya akan apa yang di-

tulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?” 


 320

Di dalam ayat-ayat ini Yesus Tuhan kita membuktikan dan meneguh-

kan penugasan yang telah dilaksanakan-Nya. Dengan cara ini Ia 

menjelaskan bahwa Dia diutus Tuhan   untuk menjadi Mesias. 

I.   Ia mengesampingkan kesaksian-Nya terhadap diri-Nya sendiri (ay. 

31): “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, sekalipun kesak-

sian-Ku itu benar (8:14), kamu tetap tidak akan mau mengakui-

nya sebagai bukti sah atau membiarkannya dipakai sebagai bukti. 

Hal ini sudah menjadi peraturan umum di kalangan peradilan 

manusia.”  

Sekarang:  

1.  Hal ini mencerminkan teguran terhadap anak-anak manusia, 

terhadap sikap setia akan kebenaran dan integritas mereka. 

Memang, bisa saja kita memakai perkataan Daud (yang di-

ucapkan secara sembrono itu) sebagai alasan, bahwa semua 

manusia pembohong, sebab bila tidak, orang tidak akan mene-

rima pepatah yang mengatakan bahwa kesaksian seseorang 

tentang dirinya sendiri patut dicurigai dan tidak dapat dian-

dalkan. Ini merupakan tanda bahwa mencintai diri sendiri 

lebih kuat dibandingkan  mencintai kebenaran. Meskipun demikian,  

2.  Perkataan Kristus itu mencerminkan kehormatan pada Anak 

Tuhan  , dan memperlihatkan sikap merendah-Nya yang luar 

biasa, bahwa meskipun Ia sebenarnya yaitu  saksi yang 

benar, Sang Kebenaran itu sendiri, yang boleh mengambil ke-

hormatan itu bagi diri-Nya dan kesaksian tunggal-Nya sendiri, 

Ia dengan senang hati melepaskan hak istimewa-Nya itu, dan 

demi untuk meneguhkan iman kita, Ia menyerahkan diri-Nya 

hanya pada apa yang tertulis atau disaksikan mengenai diri-

Nya, supaya kita beroleh kepuasan penuh.   

II. Ia mengajukan beberapa saksi lain yang memberikan kesaksian 

bahwa Dia diutus oleh Tuhan  . 

1.  Bapa sendiri memberikan kesaksian tentang diri-Nya (ay. 32): 

Ada yang lain yang bersaksi tentang Aku. Saya percaya bahwa 

yang dimaksudkan di sini yaitu  Tuhan   Bapa, sebab Kristus 

menyebut kesaksian Bapa-Nya itu dengan kesaksian-Nya sen-

diri (8:18): Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan 

juga Bapa, bersaksi tentang Aku.  

Injil Yohanes 5:31-47 

 321 

Perhatikanlah: 

(1) Meterai yang dibubuhkan Bapa pada penugasan-Nya: Ia 

bersaksi tentang Aku, bukan hanya melalui suara yang 

datang dari sorga, namun   juga masih melakukannya melalui 

tanda-tanda hadirat-Nya bersama-Ku. Lihatlah tentang si-

apa saja Tuhan   mau bersaksi.  

[1] Orang-orang yang diutus dan dipekerjakan oleh-Nya. 

saat  Ia memberikan penugasan, Ia juga akan mem-

berikan mandat.  

[2] Orang-orang yang bersaksi tentang Dia. Demikianlah 

yang dilakukan Kristus. Tuhan   akan mengakui dan 

menghormati orang-orang yang mengakui dan menghor-

mati-Nya.  

[3] Orang-orang yang menolak bersaksi tentang dirinya sen-

diri. Begitulah yang dilakukan Kristus. Tuhan   akan men-

jaga orang-orang yang rendah hati dan merendahkan 

diri dan yang tidak mencari kemuliaan bagi diri sendiri. 

Ia menjaga supaya orang-orang demikian tidak men-

derita kerugian apa-apa sebab  perbuatan mereka itu.  

(2) Kepuasan yang dirasakan Kristus melalui kesaksian ini: 

“Aku tahu bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang 

Aku yaitu  benar. Aku sangat yakin bahwa aku memiliki 

misi ilahi dan sama sekali tidak meragukannya. Demikian-

lah Ia memiliki kesaksian itu dalam diri-Nya.” Iblis menco-

bai-Nya untuk mempertanyakan keberadaan-Nya sebagai 

Anak Tuhan  , namun   Ia tidak pernah menyerah dengan pen-

cobaan Iblis itu. 

2. Yohanes Pembaptis bersaksi tentang Kristus (ay. 33 dst.) Yoha-

nes datang untuk memberi kesaksian tentang terang itu (1:7). 

Tugasnya yaitu  untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, dan 

untuk memimpin orang banyak kepada-Nya: Lihatlah Anak 

Domba Tuhan  . 

(1)  Kesaksian Kristus tentang Yohanes yaitu :  

[1] Kesaksian yang penuh kesungguhan dan terbuka di de-

pan umum: “Kamu telah mengutus beberapa imam dan 

orang-orang Lewi kepada Yohanes, yang memberinya 

kesempatan untuk mengumumkan apa yang harus di-


 322

katakannya. sebab  itu kesaksian itu memang resmi 

dan sah secara hukum.”  

[2]  Kesaksian Yohanes itu yaitu  kesaksian yang benar: Ia 

bersaksi tentang kebenaran, sebagaimana yang patut 

dilakukan seorang saksi. Ia menyaksikan seluruh kebe-

naran, dan tidak ada yang lain selain kebenaran saja. 

Kristus tidak berkata, Ia bersaksi tentang Aku (walau-

pun setiap orang tahu Yohanes melakukannya), namun   

sebagai orang yang jujur, Ia bersaksi tentang kebenaran. 

Yohanes diakui sebagai orang yang begitu kudus dan 

baik, begitu mati raga terhadap dunia dan begitu dekat 

dengan perkara-perkara ilahi, hingga orang tidak mung-

kin bisa membayangkan bahwa ia bersalah melakukan 

pemalsuan dan penipuan dengan mengatakan hal-hal 

tentang Kristus yang tidak sesuai dengan kenyataan, 

dan kalau ia tidak yakin dengan hal-hal tersebut. 

(2) Dua hal ditambahkan berkaitan dengan kesaksian Yoha-

nes:  

[1] Bahwa ini yaitu  kesaksian ex abundanti – lebih dari-

pada yang perlu ditegaskan-Nya (ay. 34): Aku tidak 

memerlukan kesaksian dari manusia. Meskipun Kristus 

melihat bahwa kesaksian Yohanes itu layak dikutip-

Nya, tindakan-Nya ini tidak bisa dipandang sebagai ke-

tidakmampuan-Nya dalam memberi bukti terhadap diri-

Nya sendiri. Kristus tidak membutuhkan surat ataupun 

penghargaan, pujian ataupun surat keterangan. Nilai 

dan keunggulan yang ada pada diri-Nya sendiri sudah-

lah mencukupi. Kalau begitu, mengapa di sini Kristus 

sangat mementingkan kesaksian Yohanes? Namun Aku 

mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Inilah 

tujuan utama-Nya dalam seluruh percakapan itu, bu-

kan untuk menyelamatkan diri sendiri, melainkan jiwa-

jiwa orang lain. Ia mengetengahkan kesaksian Yohanes 

sebab  sebagai salah seorang dari mereka, diharapkan 

mereka mau mendengarkan perkataannya. 

Injil Yohanes 5:31-47 

 323 

Perhatikanlah:  

Pertama, Kristus merindukan dan merancang kese-

lamatan, bahkan untuk para musuh dan penganiaya-

Nya.  

Kedua, perkataan Kristus merupakan sarana yang 

biasa bagi keselamatan kita.  

Ketiga, dalam perkataan-Nya, Kristus mempertim-

bangkan kelemahan-kelemahan kita dan merendahkan 

diri supaya setara dengan kemampuan kita. Ia tidak 

peduli dengan kedudukan-Nya sendiri, sebaliknya yang 

dipentingkan-Nya yaitu  apa yang bisa kita tanggung 

dan apa yang bisa mendatangkan kebaikan bagi kita.  

[2] Bahwa ini yaitu  kesaksian ad hominem – bagi manu-

sia, sebab Yohanes Pembaptis yaitu  salah seorang 

yang mereka hormati, sebab  (ay. 35): Ia yaitu  pelita 

yang menyala di antara kamu. 

Pertama, watak Yohanes Pembaptis: Ia yaitu  pelita 

yang menyala dan yang bercahaya. Kristus sering kali 

berbicara penuh hormat tentang Yohanes. Sekarang ia 

sedang dipenjarakan tak dikenal, namun Kristus mem-

berinya pujian yang menjadi haknya, sesuatu yang 

patut kita lakukan juga terhadap semua orang yang 

dengan setia melayani Tuhan  .  

1.  Yohanes disebut pelita, bukan phōs – terang (seperti 

Kristus yang yaitu  terang), melainkan lyknos – 

lucerna, lentera, suatu bentuk terang, suatu terang 

bawaan yang berasal dari terang yang lain. Tugasnya 

yaitu  untuk menerangi dunia yang gelap melalui 

pemberitahuan tentang kedatangan Mesias, yang 

bagi-Nya ia yaitu  bagaikan si bintang timur.  

2.  Dia yaitu  pelita yang menyala, yang menunjukkan 

ketulusan hati. Api yang dilukis bisa saja dibuat ber-

cahaya, namun   yang menyala hanyalah api yang asli. 

Ini juga menunjukkan kegiatan, semangat, dan kete-

kunannya yang menyala penuh kasih terhadap Tuhan   

dan jiwa-jiwa manusia. Api senantiasa menyala pada 

dirinya sendiri atau pada benda lain, begitu pula 

halnya dengan seorang pelayan Tuhan yang baik.  


 324

3. Dia yaitu  terang yang bercahaya. Ini menunjuk 

pada perbuatannya yang patut diteladani. Perbuatan 

kita selayaknya demikian pula adanya (Mat. 5:16). 

Ini juga menunjukkan pengaruhnya yang sangat 

luar biasa dan menyebar ke mana-mana. Di mata 

orang, Yohanes sangat terkenal, meskipun ia tidak 

mau demikian dan lebih suka mengasingkan diri. Ia 

tinggal di padang gurun, namun   pengajaran, baptisan, 

dan kehidupannya begitu luar biasa dan menarik 

perhatian seluruh bangsa. 

Kedua, rasa senang orang-orang kepadanya: kamu 

hanya mau menikmati sesaat  saja cahayanya itu.  

1.  Mereka merasa sangat senang dengan kemunculan 

Yohanes: “Kamu sangat ingin – ēthelēsate, kamu se-

nang menikmati cahayanya, kalian merasa sangat 

bangga sebab  memiliki  orang seperti itu di an-

tara kalian, yang merupakan kehormatan bagi bang-

samu. Kamu sangat ingin agalliasthenai – ingin me-

nari, dan bersorak sorai di sekeliling cahaya ini, 

seperti anak-anak di sekeliling api unggun.”  

2.  namun   ini hanya untuk sementara waktu saja, dan 

akan segera berlalu: “Kamu merasa senang kepada-

nya, pros hōran – untuk satu jam, untuk sesaat  

saja, seperti anak-anak kecil yang merasa senang 

dengan suatu barang baru. Kamu senang dengan 

kehadiran Yohanes untuk beberapa waktu saja, te-

tapi segera tidak lama kemudian merasa bosan 

dengan dia dan pelayanannya, dan berkata bahwa ia 

kerasukan setan. Dan sekarang kamu memenjara-

kan dia.” Perhatikanlah, banyak orang pada awalnya 

tampak tersentuh dan senang dengan Injil, namun   

kemudian memandang rendah dan menolaknya. 

Sudah menjadi hal biasa bahwa orang-orang percaya 

yang tadinya berbicara lantang kemudian menjadi 

dingin dan mundur. Orang-orang ini bersukacita 

dalam cahaya Yohanes namun   tidak pernah berjalan 

di dalamnya sehingga tidak memeliharanya. Mereka 

bagaikan tanah yang berbatu-batu. saat  Herodes 

Injil Yohanes 5:31-47 

 325 

masih bersikap seperti teman bagi Yohanes Pembap-

tis, orang-orang peduli dengan dia, namun   saat  

Herodes tidak menyukainya lagi, ia pun kehilangan 

simpati mereka: “Kamu hanya mau mendukung 

Yohanes pros hōran, sebab  tujuan-tujuan semen-

tara” (begitulah yang ditangkap sementara orang). 

“Kamu senang padanya dengan harapan bisa mem-

peralatnya, melalui usahanya dan dengan berlin-

dung di balik namanya, untuk melepaskan kuk 

orang Romawi dan mendapatkan kembali kebebasan 

sipil dan kehormatan negerimu.”  

Sekarang:  

(1) Kristus menyebut-nyebut rasa hormat mereka 

terhadap Yohanes untuk mengecam mereka, ka-

rena sekarang mereka melawan Dia, padahal jus-

tru mengenai diri-Nyalah Yohanes bersaksi. Se-

andainya mereka terus menunjukkan rasa hor-

mat kepada Yohanes, seperti yang seharusnya, 

mereka tentunya sudah menyambut Kristus.  

(2) Ia menyebut-nyebut tentang padamnya rasa hor-

mat mereka untuk membenarkan Tuhan   yang 

menjauhkan mereka dari pelayanan Yohanes, se-

perti yang dilakukan-Nya sekarang, dan menaruh 

pelita itu di bawah gantang. 

3.  Pekerjaan Kristus sendiri bersaksi tentang diri-Nya (ay. 36): 

Aku memiliki  suatu kesaksian yang lebih penting dari pada 

kesaksian Yohanes, sebab jika kita menerima kesaksian manu-

sia yang diutus Tuhan   seperti Yohanes, maka kesaksian Tuhan   

sendiri dan bukan melalui pelayanan manusia, akan lebih kuat 

(1Yoh. 5:9). Perhatikanlah, walaupun kesaksian Yohanes ku-

rang kuat dan kurang begitu meyakinkan, Tuhan kita tetap 

senang menggunakan pelayanannya itu. Kita harus mensyu-

kuri semua hal yang meneguhkan iman kita, meskipun hal-hal 

itu tampaknya kurang meyakinkan. Janganlah kita meniada-

kan satu hal pun dengan alasan bahwa masih ada hal-hal lain 

yang lebih meyakinkan. Kita memerlukan semuanya. Nah, ke-

saksian yang lebih penting yaitu  segala pekerjaan yang dise-

rahkan Bapa supaya dilaksanakan oleh-Nya, yakni:  


 326

(1) Seluruh bagian kehidupan dan pelayanan-Nya secara 

umum – bagaimana Ia menyatakan Tuhan   dan kehendak-

Nya kepada kita, menegakkan kerajaan-Nya di antara ma-

nusia, mengubahkan dunia, menghancurkan kerajaan 

Iblis, memulihkan manusia yang jatuh supaya kembali ke-

pada kesucian dan kebahagiaan semula, dan melimpahkan 

kasih terhadap Tuhan   dan kasih terhadap satu sama lain 

dalam hati manusia. Pendeknya, semua pekerjaan yang 

dikatakan-Nya di atas salib. Sudah selesai. Mulai dari awal 

sampai akhir, semuanya opus Deo dignum – pekerjaan yang 

layak bagi Tuhan  . Semua yang dikatakan dan dilakukan-Nya 

yaitu  kudus dan sorgawi. Di dalam semua karya-Nya itu 

bersinar kesucian, kuasa, dan kasih karunia ilahi, yang 

membuktikan dengan berlimpah bahwa Ia diutus oleh 

Tuhan  .  

(2)  Secara khusus. Mujizat-mujizat yang diadakan-Nya sebagai 

bukti bagi misi ilahi-Nya itu bersaksi tentang diri-Nya. Di 

sini dikatakan:  

[1] Bahwa semua pekerjaan ini diserahkan Bapa kepada-

Nya. Artinya, Ia ditunjuk dan diberi kuasa untuk me-

ngerjakannya, sebab sebagai Pengantara, Ia memperoleh 

baik penugasan maupun kekuatan dari Bapa-Nya.  

[2] Semua pekerjaan ini diberikan kepada-Nya untuk di-

rampungkan. Ia harus melaksanakan semua pekerjaan 

ajaib ini yang dari semula sudah ditetapkan oleh kebi-

jaksanaan dan pengetahuan Tuhan  . Dengan meram-

pungkan pekerjaan itu, terbuktilah adanya kuasa ilahi, 

sebab bagi Tuhan  , pekerjaan-Nya itu sempurna.  

[3] Pekerjaan-pekerjaan ini sungguh bersaksi tentang diri-

Nya, membuktikan bahwa Ia diutus oleh Tuhan  , dan 

bahwa apa yang dikatakan-Nya tentang diri-Nya itu me-

mang benar (lih. Ibr. 2:4; Kis. 2:22). Bahwa Bapa meng-

utus-Nya sebagai seorang Bapa, bukan sebagai tuan 

yang menyuruh pelayannya untuk suatu keperluan, 

melainkan sebagai seorang bapa yang mengutus putra-

nya untuk menggantikan dirinya. Seandainya Tuhan   

tidak mengutus-Nya, Ia tentunya tidak akan mendu-

kung-Nya, dan tidak akan memeterai-Nya, seperti yang 

dilakukan-Nya melalui pekerjaan-pekerjaan yang diberi-

Injil Yohanes 5:31-47 

 327 

kan-Nya kepada Dia untuk dilaksanakan, sebab  Pen-

cipta dunia ini tidak akan pernah menjadi penipu bagi 

dunia yang diciptakan-Nya sendiri.  

4.  Ia menyatakan kesaksian Bapa tentang diri-Nya dengan lebih 

lengkap dibandingkan  sebelumnya (ay. 37): Bapa yang mengutus 

Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Raja biasanya tidak 

pergi menyertai utusannya sendiri untuk meneguhkan peng-

utusannya viva voce – dengan berbicara. Namun, Tuhan   berke-

nan bersaksi tentang Anak-Nya sendiri melalui suara dari sor-

ga pada saat Ia dibaptis (Mat. 3:17): Inilah utusan-Ku, Inilah 

Anak-Ku yang Kukasihi. Orang Yahudi memandang Bath-kol – 

putri sebuah suara, suara dari sorga, sebagai salah satu cara 

yang dipakai Tuhan   guna menyatakan pikiran-Nya. Dengan 

cara itulah Ia telah mengakui Kristus di depan umum penuh 

kesungguhan, dan kemudian diulangi-Nya lagi (Mat. 17:5). 

Perhatikanlah:  

(1)  saat  Tuhan   mengutus seseorang, Ia akan bersaksi tentang 

orang tersebut. Bila Ia memberikan penugasan, Ia akan se-

lalu mengesahkannya (memeteraikannya). Dia yang tidak 

pernah tidak menyatakan diri-Nya tanpa kesaksian (Kis. 

14:17), Ia juga tidak akan pernah meninggalkan pelayan-

Nya demikian, yang pergi untuk menjalankan tujuan-Nya.  

(2) Jika Tuhan   menuntut kepercayaan, Ia pasti akan memberi-

kan cukup bukti, seperti yang telah dilakukan-Nya dengan 

Kristus. Kesaksian yang diberikan perihal Kristus terutama 

yaitu  bahwa Tuhan   yang telah kita sakiti itu bersedia me-

nerima Dia sebagai Pengantara. Dan Tuhan   sendiri sungguh 

telah meyakinkan kita mengenai hal ini (dan memang Dia-

lah yang paling sesuai untuk melakukannya), dengan me-

nyatakan bahwa Ia berkenan kepada Kristus. Jika kita juga 

percaya dengan kesaksian-Nya itu, maka genaplah sudah 

pengungkapan diri-Nya itu. Sekarang, bolehlah kita berta-

nya, bahwa kalau Tuhan   sendiri telah bersaksi sedemikian 

tentang Kristus, bagaimana mungkin Ia sampai tidak dite-

rima oleh seluruh bangsa Yahudi dan para pemimpin mere-

ka? Atas pertanyaan ini Kristus menjawab supaya jangan-

lah hal ini dianggap aneh. Ketidaksetiaan mereka tidak 

akan dapat menurunkan kredibilitas-Nya (mutu diri-Nya 


 328

yang membuat orang percaya kepada-Nya), sebab  dua 

alasan:  

[1] sebab  mereka tidak terbiasa dengan dan tidak menge-

nal penyataan-penyataan dan kehendak Tuhan   yang luar 

biasa seperti ini: Kamu tidak pernah mendengar suara-

Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat. Mereka 

menunjukkan betapa mereka tidak mengenal Tuhan  , 

meskipun mereka mengaku memiliki  hubungan de-

ngan-Nya. Keadaannya seperti kita yang belum pernah 

melihat atau mendengar mengenai seseorang. “namun   

mengapa Aku berbicara kepadamu tentang Tuhan   yang 

bersaksi tentang Aku? Dia sama sekali tidak kamu ke-

nal. Kamu tidak tahu apa-apa tentang Dia, juga tidak 

memiliki  hubungan apa pun dengan-Nya.” Perhati-

kanlah, tidak mengenal Tuhan   merupakan alasan sebe-

narnya mengapa manusia menolak penyataan yang 

telah diberikan-Nya tentang Anak-Nya. Kalau orang 

sungguh memahami agama alamiah (yang berdasarkan 

akal), maka dia akan melihat sungguh banyak kesesuai-

an dalam agama itu dengan agama Kristen, dan dengan 

demikian tidaklah sulit bagi dia untuk menerima kebe-

naran yang ada dalam agama Kristen. Beberapa orang 

memberi pengertian sebagai berikut: “Bapa bersaksi 

tentang Aku melalui suara dan burung merpati yang 

turun. Begitu luar biasanya peristiwa ini sampai kamu 

tidak pernah melihat atau mendengar hal yang demi-

kian. Namun, hanya demi Akulah, maka terjadilah sua-

ra dan penampakan seperti itu. Kamu bahkan bisa saja 

mendengar suara itu, kamu bisa melihat penampakan 

itu seperti orang lain, seandainya saja kamu mengikuti 

pelayanan Yohanes dengan cermat. Namun, sebab  me-

remehkan pelayanannya itu, kamu tidak mengalami 

kesaksian itu.”  

[2] Berhubung mereka tidak terpengaruh oleh cara-cara 

biasa yang digunakan Tuhan   untuk menyatakan diri ke-

pada mereka: Firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu 

(ay. 38). Mereka memiliki Kitab Suci Perjanjian Lama, 

jadi bukankah seharusnya mereka menerima Kristus? 

Injil Yohanes 5:31-47 

 329 

Ya, benarlah demikian seandainya ayat-ayat itu berpe-

ngaruh pada diri mereka.  

Namun:  

Pertama, firman Tuhan   tidak menetap di dalam diri. 

Firman itu ada di antara mereka, di negeri mereka, di 

tangan mereka, namun   tidak di dalam mereka, tidak di 

dalam hati mereka. Firman itu tidak memerintah dalam 

jiwa mereka, hanya bercahaya di mata mereka dan 

berbunyi di telinga mereka. Apa gunanya bagi mereka 

jika mereka memiliki sabda Tuhan   yang dipercayakan 

kepada mereka (Rm. 3:2), namun   tidak membiarkan sab-

da ini memerintah di dalam diri mereka? Seandainya 

sabda itu memerintah dalam diri mereka, pastilah me-

reka akan menyambut Kristus.  

Kedua, firman itu tidak menetap di dalam diri me-

reka. Ada banyak orang yang didatangi firman Tuhan   dan 

mengalami pengaruhnya untuk beberapa waktu, namun   

firman itu tidak menetap di dalam diri mereka. Firman 

itu tidak senantiasa tinggal dalam diri mereka, seperti 

orang yang hanya sekali-sekali saja tinggal di rumah, 

seperti seorang pelancong. Jika firman itu menetap di 

dalam diri kita, jika kita sering bercakap-cakap dengan-

nya melalui perenungan, mencari nasihat darinya da-

lam setiap kesempatan, serta menyesuaikan perbuatan 

kita dengannya, kita akan dengan senang hati mene-

rima kesaksian Bapa tentang Kristus (lih. 7:17). Akan 

namun  , bagaimana kita bisa tahu bahwa firman-Nya 

tidak menetap di dalam diri mereka? Kita tahu sebab  

mereka tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. 

Sudah banyak diberitakan dalam Perjanjian Lama 

tentang Kristus, untuk mengarahkan orang supaya 

tahu kapan dan di mana mereka harus mencari-Nya, 

sehingga dengan demikian memudahkan mereka untuk 

menemukan-Nya. sebab  itu, jika orang sungguh memi-

kirkan semua arahan ini, mereka pasti akan yakin bah-

wa Kristus diutus oleh Tuhan  . Dengan demikian, keti-

dakpercayaan mereka kepada Kristus merupakan tanda 

jelas bahwa firman Tuhan   tidak menetap di dalam diri 


 330

mereka. Perhatikanlah, cara terbaik untuk menguji apa-

kah firman, Roh, dan kasih karunia Tuhan   berdiam 

dalam diri kita yaitu  dengan melihat efek atau penga-

ruhnya pada diri kita, terutama dengan melihat apakah 

kita mau menerima semua yang diutus-Nya kepada 

kita, seperti perintah, utusan-utusan, dan pemelihara-

an-Nya, teristimewa Kristus yang telah diutus-Nya.  

5.  Saksi terakhir yang disebut Kristus yaitu  Perjanjian Lama, 

yang bersaksi tentang diri-Nya, dan yang diserukan-Nya ke-

pada orang banyak (ay. 39 dan seterusnya): Selidikilah Kitab-

kitab Suci, ereunate. 

(1) Hal ini bisa diartikan sebagai:  

[1] “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, dan perbuatanmu 

itu baik. Kamu membacanya setiap hari di dalam ru-

mah ibadat, kamu memiliki  rabi dan ahli-ahli Taurat 

dan ahli-ahli hukum yang giat mempelajarinya dan sa-

ngat kritis mengenainya.” Orang Yahudi sangat mem-

bangga-banggakan berkembangnya studi Kitab Suci 

pada masa Rabi Hillel, yang mati sekitar dua belas 

tahun sesudah  kelahiran Kristus. Beberapa ahli Taurat 

pada masa itu, yang kemudian menjadi anggota Majelis 

Agama (Sanhedrin) dipandang mereka sebagai keindah-

an hikmat dan kemuliaan hukum Taurat mereka. Kristus 

mengakui bahwa mereka ini memang menyelidiki Kitab 

Suci, namun   sayangnya hanya dengan tujuan untuk 

mencari kemuliaan bagi diri sendiri: “sebab , kalau 

kamu menyelidiki Kitab Suci dan tidak buta sebab  ke-

hendakmu sendiri, kamu tentunya akan percaya ke-

pada-Ku.” Perhatikanlah, bisa saja orang sangat giat 

menyelidiki Kitab Suci namun tidak mengenal kuasa 

dan pengaruhnya. Atau,  

[2] Seperti yang kita baca: Selidikilah Kitab-kitab, yang 

maksudnya:  

Pertama, sebagai seruan kepada mereka: “Kamu 

mengaku untuk menerima dan mempercayai Kitab Suci. 

Di sini Aku hendak mempersoalkannya denganmu. 

Biarlah ini yang menjadi hakim bagimu, janganlah 

kamu hanya berhenti pada hurufnya saja” (hærere in 

Injil Yohanes 5:31-47 

 331 

cortice), “namun   selidikilah sampai ke dalamnya.” Perhati-

kanlah, saat  seruan dikumandangkan supaya orang 

berpaling kepada Kitab Suci, ini berarti bahwa isinya 

harus diselidiki. Selidikilah seluruh Alkitab sampai 

tuntas, bandingkan perikop yang satu dengan perikop 

lainnya, jelaskan satu perikop dengan perikop yang lain. 

Begitu pula, kita harus menyelidiki perikop atau bagian 

tertentu sampai ke dasarnya, dan janganlah hanya me-

lihat apa yang tampak prima facie – pada pandangan 

pertama, melainkan apa yang sesungguhnya dimaksud-

kan.  

Kedua, perkataan Kristus untuk menyelidiki Kitab-

kitab Suci itu dimaksudkan sebagai suatu nasihat atau 

perintah kepada semua orang Kristen supaya menye-

lidiki Alkitab. Perhatikanlah, semua orang yang hendak 

menemukan Kristus haruslah menyelidiki Kitab Suci. 

Bukan hanya membaca dan mendengarkannya, melain-

kan juga menyelidikinya. Hal ini menunjukkan,  

1. Ketekunan dalam mencari, bersusah payah, mem-

pelajari, dan memperhatikan dengan cermat.  

2. Kerinduan dan rancangan hati untuk menemukan. 

Kita harus berkeinginan untuk mendapatkan man-

faat dan keuntungan rohani saat  membaca dan 

mempelajari Kitab Suci, dan sering bertanya, “Apa 

yang sekarang hendak kucari?” Kita harus melaku-

kannya seperti hendak mencari harta terpendam 

(Ams. 2:4), seperti mereka yang menggali tambang 

untuk mencari emas atau perak, atau yang menye-

lam untuk mendapatkan mutiara (Ayb. 28:1-11). Hal 

inilah yang mendatangkan kemuliaan bagi orang-

orang di Berea (Kis. 17:11). 

(2)  Ada dua hal yang diarahkan di sini untuk kita amati dalam 

menyelidiki Kitab Suci: sorga sebagai tujuan kita, dan Kris-

tus sebagai jalan kita.  

[1]  Kita harus menyelidiki Kitab Suci dengan sorga sebagai 

tujuan utama kita: sebab kamu menyangka bahwa oleh-

nya kamu memiliki  hidup yang kekal. Kitab Suci 

menjamin bahwa bagi kita telah disediakan keadaan 


 332

yang kekal dan menawarkan kepada kita hidup yang 

kekal dalam keadaan itu. Kitab Suci berisi peta yang 

menjelaskannya, ketetapan yang meneguhkannya, arah 

yang menunjukkan jalannya, dan dasar tempat peng-

harapan akan hidup kekal itu dibangun di atasnya. 

Sungguh berharga untuk mencari di tempat di mana 

kita pasti dapat menemukannya. Namun, kepada orang 

Yahudi Kristus hanya bisa berkata, Kamu menyangka 

bahwa kamu memiliki  hidup kekal di dalam Kitab 

Suci. Ini dikatakan-Nya sebab  meskipun mereka tetap 

mempertahankan kepercayaan dan harapan akan hidup 

yang kekal dan mendasarkan pengharapan mereka itu 

pada Kitab Suci, namun tetap saja mereka kehilangan 

hidup kekal itu, sebab  mereka mencarinya hanya me-

lalui membaca dan mempelajari Kitab Suci. Ada ung-

kapan umum yang salah kaprah di antara mereka, ba-

rangsiapa memiliki  perkataan hukum Taurat, mempu-

nyai hidup yang kekal. Mereka menyangka pasti akan 

masuk ke sorga bila mereka mampu mengucapkan isi 

Kitab Suci di luar kepala, atau lebih tepat, dengan 

menghafalkan tanpa berpikir bagian-bagian Kitab Suci 

seperti yang diajarkan melalui adat istiadat para tua-

tua. Sama seperti mereka menyangka bahwa semua 

orang biasa akan terkutuk sebab  tidak mengenal hu-

kum Taurat seperti mereka (7:49), begitu pula mereka 

menyimpulkan bahwa semua orang terpelajar pasti 

akan diberkati.  

[2] Kita harus menyelidiki Kitab Suci untuk menemukan 

Kristus, sebagai jalan yang baru dan yang hidup, yang 

membawa kepada tujuan ini. Inilah mereka, saksi-saksi 

yang agung dan utama, yang memberi kesaksian ten-

tang Aku.  

Perhatikanlah:  

Pertama, ayat-ayat Kitab Suci, bahkan yang ada  

dalam Perjanjian Lama, bersaksi tentang Kristus, dan 

melalui ayat-ayat itu Tuhan   bersaksi tentang Dia. Roh 

Kristus dalam kitab para nabi terlebih dahulu memberi 

kesaksian tentang Dia (1Ptr. 1:11), tentang tujuan dan 

Injil Yohanes 5:31-47 

 333 

janji-janji Tuhan   mengenai Dia, serta keterangan-kete-

rangan sebelumnya mengenai Dia. Orang Yahudi tahu 

betul bahwa Perjanjian Lama bersaksi tentang Mesias, 

dan mereka sangat kritis/tajam dalam memperhatikan 

bagian-bagian yang mengarah ke sana. Namun, mereka 

bersikap ceroboh dan sangat lalai dalam menerapkan 

apa yang ada tertulis di sana.  

Kedua, itulah sebabnya kita harus menyelidiki Kitab 

Suci, dan boleh berharap menemukan hidup kekal da-

lam penyelidikan itu, sebab  Kitab Suci memberi kesak-

sian tentang Kristus. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu 

bila kita mengenal Dia (lih. 1Yoh. 5:11). Kristus yaitu  

harta yang terpendam di ladang Kitab Suci, air di dalam 

sumur, air susu di dalam buah dada. 

(3) Kepada kesaksian-Nya ini, Ia membubuhkan teguran atas 

ketidaksetiaan dan kejahatan mereka mengenai empat hal, 

khususnya:  

[1] Pengabaian mereka terhadap diri-Nya dan ajaran-Nya: 

“Kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh 

hidup itu (ay. 40). Kamu menyelidiki Kitab Suci, kamu 

percaya kepada nabi-nabi yang tidak dapat kamu sang-

kal telah bersaksi tentang Aku. Namun, tetap saja kamu 

tidak mau datang kepada-Ku. Padahal kepada-Kulah 

mereka menuntun kamu.” Kesalahan mereka dalam 

menjauhkan diri dari Kristus terutama bukan sebab  

mereka tidak mengerti, melainkan sebab  itulah yang 

menjadi keinginan mereka sendiri. Hal ini diungkapkan 

Kristus sebagai sebuah keluhan. Kristus menawarkan 

hidup, namun ditolak.  

Perhatikanlah:  

Pertama, bagi jiwa-jiwa yang merana, disediakan hi-

dup dalam Yesus Kristus. Kita dapat memperoleh hidup, 

hidup yang penuh dengan pengampunan, kasih karunia, 

penghiburan, dan kemuliaan: hidup yang menyempur-

nakan keberadaan kita, merangkum seluruh kebahagia-

an, dan Kristuslah kehidupan kita itu.  

Kedua, orang-orang yang menginginkan kehidupan 

ini harus datang kepada Yesus Kristus guna mendapat-


 334

kannya. Kita bisa memperolehnya dengan datang kepa-

da-Nya. Untuk datang kepada-Nya dan memperoleh 

kehidupan ini, orang harus setuju untuk memahami 

ajaran Kristus dan kesaksian yang diberikan mengenai 

Dia. Orang harus setuju untuk menerima pemerintahan 

dan anugerah-Nya, dan perasaan serta perbuatannya 

harus sesuai dengan kesediaannya tersebut.  

Ketiga, satu-satunya alasan mengapa orang berdosa 

akan binasa yaitu  sebab  mereka tidak mau datang 

kepada Kristus untuk memperoleh hidup dan kebaha-

giaan. Bukan sebab  mereka tidak dapat, melainkan 

sebab  mereka tidak mau. Mereka tidak mau menerima 

hidup kekal yang ditawarkan sebab  sifatnya rohani dan 

ilahi. Mereka juga tidak mau menyetujui persyaratan 

yang mendasari tawaran itu ataupun tunduk pada sa-

rana anugerah yang telah ditetapkan: mereka tidak mau 

disembuhkan sebab  tidak mau mengikuti cara-cara 

yang dipakai untuk menyembuhkan.  

Keempat, kebebalan dan kekerasan hati orang ber-

dosa dalam menolak tawaran cuma-cuma kasih karunia 

sangatlah mendukakan dan dikeluhkan Tuhan Yesus. 

Kata-kata itu (ay. 41), Aku tidak memerlukan hormat 

dari manusia, diselipkan-Nya dengan maksud untuk 

melawan keberatan orang terhadap Dia, bahwa seakan-

akan Ia mencari kemuliaan bagi diri-Nya sendiri dan 

mengangkat diri sebagai kepala sebuah gerombolan dan 

mewajibkan semua orang untuk datang kepada-Nya 

dan menghormati-Nya.  

Perhatikanlah:  

1.  Dia tidak mendambakan ataupun mencari pujian 

dan hormat manusia. Dia sama sekali tidak menyu-

kai kemegahan dan semarak duniawi seperti yang 

diharapkan orang-orang Yahudi duniawi ada dalam 

diri Mesias mereka. Ia memerintahkan kepada 

orang-orang yang telah disembuhkan-Nya agar tidak 

menyebarkan berita tentang Dia. Ia menyingkir dari 

orang-orang yang hendak mengangkat-Nya menjadi 

raja.  

Injil Yohanes 5:31-47 

 335 

2. Ia tidak mendapatkan hormat dari manusia. Bukan-

nya menerima hormat dari manusia, Ia malah mene-

rima aib dan celaan dari manusia. Ini terjadi sebab  

memang Ia tidak mencari nama bagi diri-Nya sendiri.  

3. Ia tidak memerlukan hormat manusia. Hormat ma-

nusia tidak menambah apa-apa pada kemuliaan-Nya 

yang disembah oleh semua malaikat Tuhan  . Tidak 

ada yang Ia senangi selain bila kemuliaan itu sesuai 

dengan kehendak Bapa-Nya dan tertuju untuk keba-

hagiaan orang-orang yang dengan memberikan hor-

mat kepada-Nya, menerima hormat yang jauh lebih 

besar dari Dia. 

[2] Tidak adanya kasih akan Tuhan   dalam diri mereka (ay. 

42): “Aku tahu betul bahwa di dalam hatimu kamu tidak 

memiliki  kasih akan Tuhan  . Aku sama sekali tidak 

merasa heran mengapa kamu tidak datang kepada-Ku, 

sebab  kamu memang tidak memiliki asas pertama 

agama alamiah, yakni kasih akan Tuhan  ?” Perhatikanlah, 

alasan mengapa orang-orang meremehkan Kristus ada-

lah sebab  mereka tidak mengasihi Tuhan  . Sebab jika 

kita benar-benar mengasihi Tuhan  , kita juga harus me-

ngasihi Dia yang yaitu  citra langsung-Nya dan berge-

gas menuju Dia, satu-satunya yang mampu memulih-

kan kita agar berkenan di mata Tuhan  . Sebelumnya Ia 

menegur mereka (ay. 37) sebab  mereka tidak mengenal 

Tuhan  , dan di sini Ia menegur mereka sebab  mereka 

tidak memiliki  kasih akan Dia. Sebabnya manusia 

tidak memiliki kasih akan Tuhan   yaitu  sebab  mereka 

tidak ingin memiliki pengetahuan akan Dia.  

Perhatikanlah:  

Pertama, kejahatan yang didakwakan-Nya kepada 

mereka: Di dalam hatimu kamu tidak memiliki  kasih 

akan Tuhan  . Mereka berlaku seakan-akan sangat menga-

sihi Tuhan  , dan menyangka telah membuktikannya mela-

lui semangat mereka akan hukum Taurat, Bait Tuhan  , 

dan hari Sabat. Namun, sebenarnya mereka tidak me-

miliki kasih akan Tuhan  . Perhatikanlah, walaupun ada 

banyak orang yang mengaku-ngaku beragama, mereka 


 336

ini hanya mengabaikan Kristus dan meremehkan perin-

tah-perintah-Nya, dan dengan begitu tidak mengasihi 

Tuhan   sama sekali. Mereka membenci kekudusan-Nya 

dan tidak menghargai kebaikan-Nya. Perhatikanlah, ka-

sih akan Tuhan   di dalam diri kita, kasih yang berdiam di 

dalam hati, sikap hidup yang bergerak di dalam hati itu 

sajalah yang mau diterima oleh Tuhan  , yakni kasih yang 

telah dicurahkan di dalamnya (Rm. 5:5).  

Kedua, bukti dari dakwaan atas mereka ini: yaitu 

melalui pengetahuan pribadi Kristus, yang menguji batin 

dan hati (Why. 2:23) serta mengetahui apa yang ada di 

dalam hati manusia: Aku kenal kamu. Kristus melihat 

menembus semua penyamaran kita dan bisa berkata 

kepada kita masing-masing, Aku kenal kamu.  

1. Kristus mengenal manusia lebih baik dibandingkan  se-

samanya mengenal dirinya. Orang-orang menyangka 

bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi sangat sa-

leh dan baik, namun   Kristus tahu bahwa mereka 

tidak memiliki  kasih akan Tuhan   di dalam diri 

mereka.  

2. Kristus mengenal manusia lebih baik dibandingkan  me-

reka mengenal diri sendiri. Orang-orang Yahudi me-

nilai diri mereka sendiri tinggi, namun   Kristus tahu 

betapa jahat batin mereka, meskipun dari luar mere-

ka tampak hebat. Kita bisa saja menipu diri sendiri, 

namun   kita tidak dapat menipu Dia.  

3.  Kristus mengenal orang-orang yang tidak dan tidak 

mau mengenal Dia. Ia memandang orang-orang yang 

dengan giat menghindar dari-Nya, dan memanggil 

orang-orang yang belum mengenal Dia dengan nama 

mereka sendiri, yaitu nama mereka yang sesungguh-

nya. 

[3]  Kejahatan lain yang didakwakan kepada mereka yaitu  

kesediaan mereka untuk menyambut kristus-kristus 

dan nabi-nabi palsu, sementara mereka dengan keras 

kepala melawan Dia yang yaitu  Mesias yang sejati (ay. 

43): Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak 

menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya 

Injil Yohanes 5:31-47 

 337 

sendiri, kamu akan menerima dia. Tertegunlah atas hal 

itu, hai langit (Yer. 2:12-13), sebab dua kali umat-Ku 

berbuat jahat, kejahatan yang sangat besar.  

Pertama, mereka telah meninggalkan sumber air 

yang hidup, sebab mereka tidak mau menerima Kristus 

yang datang dalam nama Bapa-Nya, menerima penu-

gasan dari Bapa-Nya, dan melaksanakan semuanya 

bagi kemuliaan-Nya.  

Kedua, mereka telah menggali kolam yang bocor. Me-

reka mendengarkan setiap orang yang datang dengan 

namanya sendiri. Mereka mencampakkan belas kasih 

bagi diri mereka sendiri. Sungguh buruk. Lebih buruk 

lagi, mereka melakukannya demi berhala kesia-siaan. 

Perhatikanlah di sini:  

1.  Mereka yaitu  nabi-nabi palsu yang datang dengan 

nama mereka sendiri, yang pergi tanpa diutus, dan 

hanya bekerja untuk diri mereka sendiri.  

2.  Sungguh adillah apabila Tuhan   membiarkan orang-

orang yang tidak mau menerima dan mengasihi ke-

benaran itu tertipu oleh nabi-nabi palsu (2Tes. 2:10-

11). Kesalahan-kesalahan antikristus menjadi hu-

kuman yang adil bagi orang-orang yang tidak taat 

kepada ajaran Kristus. Oleh penghakiman Tuhan  , me-

reka yang menutup mata terhadap terang yang sejati 

itu akan dibiarkan mengembara tanpa henti dalam 

mencari terang yang palsu, dan disesatkan oleh se-

tiap ignis fatuus (pengharapan atau terang yang 

palsu – pen.).  

3.  Banyak orang sungguh teramat bodoh, mereka muak 

dengan kebenaran-kebenaran kuno dan menyukai 

kesalahan-kesalahan baru. Mereka membenci 

manna, namun   pada saat yang sama makan abu. Se-

sudah menolak Kristus dan Injil-Nya, orang Yahudi 

terus-menerus dihantui oleh pikiran untuk mencari 

Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu (Mat. 

24:24). Kecenderungan mereka untuk mengikuti 

orang-orang seperti itu memicu  terjadinya 

kebingungan dan pendurhakaan yang mempercepat 

kehancuran mereka. 

[4]  Di sini mereka didakwa atas tindakan kesombongan 

dan kemuliaan yang sia-sia, dan ketidakpercayaan yang 

merupakan akibatnya (ay. 44). sesudah  dengan tajam 

menegur mereka atas ketidakpercayaan mereka itu, 

seperti seorang tabib yang bijaksana Ia pun mencari-

cari penyebabnya dan menetakkan kapak ke akarnya. 

Itulah sebabnya mereka meremehkan dan mengecilkan 

Kristus sebab  mereka mengagumi dan terlampau meni-

lai tinggi diri mereka sendiri.  

Inilah: 

Pertama, ambisi atau keinginan mereka yang amat 

sangat untuk memperoleh kehormatan duniawi. Kristus 

membenci sikap ini (ay. 41). Mereka mengarahkan hati 

untuk hal ini: Kamu menerima hormat seorang dari yang 

lain, artinya, “Kamu hanya mencari Mesias yang memi-

liki kegemahan duniawi, dan berharap untuk menda-

patkan kehormatan duniawi dari dia.” Kamu menerima 

hormat: 

1. “Kamu sangat ingin menerimanya dan pikiranmu 

hanya tertuju pada hal ini saja dalam segala hal 

yang kamu lakukan.”  

2. “Kamu memberi hormat kepada orang lain dan me-

nyanjung mereka hanya supaya mereka akan mem-

balasnya dengan menyanjungmu juga.” Petimus 

dabimusque vicissim – Kami meminta dan sebab  itu 

kami memberi. Inilah keahlian orang sombong, yaitu 

melontarkan hormat kepada orang lain hanya su-

paya hormat itu terpantul kembali kepada mereka.  

3. “Kamu sangat cermat dalam menyimpan semua ke-

hormatan bagi dirimu sendiri dan membatasinya ha-

nya untuk kelompokmu sendiri, seolah-olah hanya 

kamu sajalah yang berhak penuh atas segala yang 

terhormat.”  

4. “Kehormatan apa pun yang ditunjukkan kepadamu 

kamu terima bagi dirimu sendiri dan tidak menerus-

kannya kepada Tuhan  , seperti yang dilakukan Hero-

des.” Memuja manusia dan pikiran mereka dan se-

nang dipuja-puji oleh mereka merupakan bentuk pe-

nyembahan berhala yang sangat bertentangan de-

ngan Kekristenan, seperti halnya dengan bentuk 

penyembahan berhala lainnya. 

Kedua, pengabaian mereka terhadap kehormatan ro-

hani yang di sini disebut hormat yang datang dari Tuhan   

yang Esa. Mereka tidak mencari ataupun memedulikan 

hal ini.  

Perhatikanlah:  

1.  Kehormatan sejati yaitu  yang datang dari Tuhan   

yang esa. Itulah kehormatan yang sesungguhnya 

dan yang kekal. Orang-orang yang disambut-Nya ke 

dalam kovenan dan persekutuan dengan diri-Nya 

sendiri yaitu  mereka yang benar-benar terhormat.  

2.  Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-Nya. 

Melalui Kristus, semua orang yang percaya kepada-

Nya menerima kehormatan yang datang dari Tuhan  . 

Ia tidak bersikap berat sebelah, namun   akan mem-

berikan kemuliaan bilamana Ia memberikan kasih 

karunia-Nya.  

3.  Kita harus mencari, bertujuan dan bertindak untuk 

mendapatkan kehormatan yang datang dari Tuhan  , 

dan itu saja yang harus kita lakukan, tidak boleh 

ada yang lain (Rm. 2:29). Itulah yang harus kita 

perhitungkan sebagai upah kita, seperti orang Farisi 

menganggap pujian manusia sebagai upah mereka.  

4.  Orang-orang yang tidak mau datang kepada Kristus 

dan orang-orang yang sangat menginginkan kehor-

matan duniawi, jelas-jelas tidak mencari hormat 

yang datang dari Tuhan  , dan inilah kebodohan dan 

kehancuran mereka. 

Ketiga, pengaruh hal ini terhadap ketidaksetiaan 

mereka. Kamu yang memiliki  pikiran seperti ini, ba-

gaimana mungkin kamu dapat percaya?  

Perhatikanlah di sini:  

1.  Kesulitan untuk percaya timbul dari dalam diri dan 

oleh sebab  kecemaran kita sendiri. Kita memper-

sulit diri sendiri, lalu mengeluh bahwa percaya itu 

sungguh tidak mungkin untuk dilaksanakan.  

2. Keinginan berlebihan dan kegemaran akan kehor-

matan duniawi merupakan halangan besar untuk 

beriman kepada Kristus. Bagaimana mungkin orang 

yang memuja pujian dan hormat manusia bisa men-

jadi percaya? Bila iman dan hidup saleh dianggap 

ketinggalan zaman dan ditentang di mana-mana,  

bila Kristus dan para pengikut-Nya dipandang aneh, 

dan bila menjadi orang Kristen dianggap seperti 

menjadi burung belang (ini sudah biasa terjadi), ba-

gaimana mungkin orang-orang yang berpandangan 

demikian bisa percaya? Mereka ini hanya lebih suka 

menonjolkan diri secara lahiriah. 

6.  Saksi terakhir yang diajukan di sini yaitu  Musa (ay. 45 dst.). 

Orang Yahudi sangat memuja Musa dan menilai diri sendiri 

tinggi sebab  menjadi murid-murid Musa. Mereka mengaku-

ngaku taat kepada Musa dan menentang Kristus. Namun, di 

sini Kristus menunjukkan kepada mereka, 

(1) Bahwa Musa yaitu  saksi yang melawan orang-orang Ya-

hudi yang tidak mau percaya, dan ia mendakwa mereka di 

hadapan Bapa. Yang mendakwa kamu yaitu  Musa. Ini 

dapat dipahami sebagai:  

[1] Menunjukkan perbedaan antara hukum Taurat dan 

Injil. Musa, yakni hukum Taurat itu, mendakwa kamu, 

sebab  melalui hukum itu orang mengenal dosa. Hu-

kum itu menghukum kamu. Bagi kamu yang percaya 

kepada hukum itu, ada hukuman mati dan kutukan. 

Namun sebaliknya, rancangan Injil Kristus bukanlah 

untuk mendakwa kita: Jangan kamu menyangka, bah-

wa Aku akan mendakwa kamu. Kristus bukan datang 

ke dunia sebagai Momus (dewa Yunani yang kerjanya 

hanya mencela dan mengecam – pen.), untuk mencari-

cari kesalahan dan bertengkar dengan semua orang, 

atau sebagai mata-mata untuk memantau tindakan ma- 

nusia, atau sebagai jaksa penuntut yang mencari keja-

hatan orang. Tidak, Ia datang untuk menjadi pembela, 

bukan pendakwa, untuk memperdamaikan Tuhan   de-

ngan manusia, bukan untuk membuat mereka lebih 

berselisih lagi. Alangkah bodohnya mereka itu jadinya, 

yang taat kepada Musa namun   justru melawan Kristus, 

dan mau hidup di bawah hukum Taurat! (Gal. 4:21). 

Atau,  

[2] Menunjukkan sikap tidak masuk akal ketidaksetiaan 

mereka: “Jangan kamu menyangka bahwa Aku akan 

menuntut kamu di hadapan pengadilan Tuhan   dan me-

minta pertanggungan jawab dari kamu atas apa yang 

kamu lakukan terhadap-Ku, seperti yang biasa dilaku-

kan oleh orang yang tidak bersalah yang menderita aki-

bat tindak kejahatan. Tidak, Aku tidak perlu melaku-

kannya. Kamu sudah didakwa di pengadilan sorga, dan 

terbuang. Musa sendiri telah cukup membuktikan ke-

bersalahanmu dan mengecam kamu, sebab  ketidak-

percayaanmu itu.” Janganlah sekali-kali mereka salah 

mengerti tentang Kristus. Walaupun Ia seorang nabi, Ia 

tidak ingin menggunakan hak-Nya di sorga untuk mela-

wan mereka yang menganiaya-Nya. Ia tidak seperti Elia 

yang mengadukan Israel kepada Tuhan   (Rm. 11:2), atau-

pun seperti Yeremia yang ingin melihat pembalasan 

Tuhan   terhadap mereka. Jangan pula sampai mereka di-

biarkan begitu saja salah mengerti tentang Musa, se-

olah-olah ia akan memihak mereka dan menolak Kris-

tus. Tidak, ada yang akan mendakwa kamu, yaitu Musa, 

yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. 

Perhatikanlah:  

Pertama, biasanya, hak istimewa dan keuntungan 

lahiriah merupakan keyakinan sia-sia orang-orang yang 

menolak Kristus dan anugerah-Nya. Orang Yahudi per-

caya kepada Musa dan menyangka bahwa dengan me-

miliki hukum-hukumnya dan ketetapan-ketetapannya 

mereka akan diselamatkan.  

Kedua, orang-orang yang mempercayakan diri kepa-

da hak-hak istimewa mereka dan tidak berusaha me-

manfaatkannya dengan baik, bukan saja akan menda-

pati bahwa keyakinan mereka itu dikecewakan, namun   

juga bahwa hak-hak istimewa itu justru akan menjadi 

saksi-saksi yang melawan mereka. 

(2)  Bahwa Musa yaitu  saksi bagi Kristus dan pengajaran-Nya 

(ay. 46-47): Ia telah menulis tentang Aku. Musa terutama 

bernubuat tentang Kristus, bahwa Dia yaitu  keturunan 

wanita  itu, keturunan Abraham, Silo, Sang Nabi yang 

agung itu. Tata upacara dalam hukum Taurat Musa meru-

pakan gambaran Dia yang akan datang. Orang Yahudi 

menjadikan Musa sebagai pelindung atau pendukung me-

reka dalam perlawanan mereka terhadap Kristus, namun   di 

sini Kristus menunjukkan kesalahan mereka, bahwa Musa 

sama sekali tidak menulis suatu pun yang bertentangan 

dengan Kristus, bahwa ia menulis bagi Dia, dan tentang 

Dia.  

Di sini:  

[1] Kristus mendakwa orang-orang Yahudi bahwa mereka 

tidak percaya kepada Musa. Sebelumnya Ia berkata (ay. 

45) bahwa mereka menaruh pengharapan kepada Musa, 

namun di sini Ia berusaha menjelaskan bahwa sebenar-

nya mereka tidak percaya kepada Musa. Mereka mena-

ruh pengharapan pada namanya, namun   tidak menerima 

pengajarannya dalam arti dan maksud yang sebenar-

nya. Mereka tidak memahaminya dengan benar atau 

pun menghargai apa yang ditulis Musa tentang Mesias 

itu.  

[2] Ia membuktikan dakwaan ini berdasarkan ketidakper-

cayaan mereka terhadap-Nya: Jikalau kamu percaya 

kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku. 

Perhatikanlah, pertama, ujian yang paling tepat bagi 

iman yaitu  melalui akibat yang dihasilkannya. Banyak 

yang berkata bahwa mereka percaya, namun   tindakan-

tindakan mereka membuktikan bahwa perkataan mere-

ka tidak benar, sebab seandainya mereka percaya kepa-

da Kitab Suci, mereka tentu akan bertindak lain. 

Kedua, Orang yang benar-benar percaya kepada satu 

bagian Kitab Suci, akan menerima setiap bagian lainnya 

juga. Nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama telah dige-

napi di dalam Kristus hingga orang-orang yang menolak 

Kristus sebenarnya telah menyangkali nubuat-nubuat 

itu juga dan mengabaikannya.  

[3] Dari ketidakpercayaan mereka kepada Musa, Ia meng-

ambil kesimpulan bahwa sungguh tidak aneh bila me-

reka menolak-Nya: Jikalau kamu tidak percaya akan 

apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya 

akan apa yang Kukatakan? Bagaimana bisa dipikirkan 

bahwa kamu akan percaya?  

Pertama, “Jika kamu tidak percaya kepada tulisan-

tulisan yang kudus itu, sabda yang ditulis hitam di atas 

putih dan merupakan cara paling pasti untuk menyam-

paikannya, bagaimanakah kamu akan percaya akan 

apa yang Kukatakan, sebab  kata-kata yang diucapkan 

biasanya kurang dipedulikan?”  

Kedua, “Jika kamu tidak percaya kepada Musa, yang  

sangat kamu hormati itu, bagaimana mungkin kamu 

akan percaya kepada-Ku, yang kamu pandang dengan 

penuh hina seperti ini?” (lih. Kel. 6:11).  

Ketiga, “Jika kamu tidak percaya pada apa yang di-

katakan dan ditulis Musa tentang Aku, yang merupa-

kan kesaksian yang kuat dan meyakinkan tentang Aku, 

bagaimana mungkin kamu akan percaya kepada Aku 

dan misi-Ku?” Jika kita tidak mengakui pernyataan-per-

nyataan yang disebutkan sebelumnya, bagaimana 

mungkin kita bisa mengakui kesimpulannya? Kebenar-

an agama Kristen, yang murni merupakan wahyu ilahi, 

bergantung pada otoritas atau kewenangan ilahi Kitab 

Suci. sebab  itu, jika kita tidak percaya pada ilham ilahi 

tulisan-tulisan dalam Kitab Suci itu, bagaimana mung-

kin kita bisa menerima ajaran-ajaran Kristus? 

Maka, semua hal di atas mengakhiri kesaksian Ye-

sus bagi diri-Nya sendiri. Kesaksian tersebut dilakukan 

untuk menjawab tuduhan yang diberikan kepada-Nya. 

Apa dampak dari kesaksian-Nya kita tidak tahu, namun   

mungkin seperti ini: mulut mereka terhenti sejenak, dan 

mereka terpaksa sebab  malu menarik tuduhan mere-

ka, namun hati mereka tetap keras. 

PASAL  6  

Dalam pasal ini kita membaca perihal:   

I. Mujizat roti (ay. 1-14).  

II. Kristus berjalan di atas air (ay. 15-21).  

III. Sejumlah besar orang berjalan mengikuti Dia ke Kapernaum 

(ay. 22-25).  

IV. Percakapan-Nya dengan orang banyak itu yang berawal dari 

mujizat roti. Ia menegur mereka sebab  hanya mencari ma-

kanan duniawi, dan mengarahkan mereka supaya mencari 

makanan rohani (ay. 26-27), menunjukkan kepada mereka 

bahwa mereka harus berusaha untuk mendapatkan makan-

an rohani (ay. 28-29), dan menjelaskan apa yang dimaksud 

dengan makanan rohani itu (ay. 30-59).  

V. Kekecewaan mereka atas apa yang Ia katakan, dan teguran 

yang Ia berikan kepada mereka sebab  kekecewaan mereka 

itu (ay. 60-65). 

VI. Mundurnya banyak orang dari pada-Nya, dan percakapan-

Nya dengan murid-murid-Nya yang tetap tinggal bersama-

Nya sesudah  kejadian itu (ay. 66-71). 

Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang  

(6:1-14)  

1 Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tibe-

rias. 2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, sebab  mereka 

melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-

orang sakit. 3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan mu-

rid-murid-Nya. 4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. 5 saat  

Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbon-

dong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di mana-

kah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” 6 Hal itu dika-

takan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dila-

kukan-Nya. 7 Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak 

akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong 

kecil saja.” 8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon 

Petrus, berkata kepada-Nya: 9 “Di sini ada seorang anak, yang memiliki  

lima roti jelai dan dua ikan; namun   apakah artinya itu untuk orang sebanyak 

ini?” 10 Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu 

banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki 

banyaknya. 11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan mem-

bagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-

Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. 12 Dan sesudah  

mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah po-

tongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” 13 Maka mere-

ka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan po-

tongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih sesudah  orang makan. 14 

saat  orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka ber-

kata: “Dia ini yaitu  benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.” 

Di sini kita membaca catatan perihal Kristus memberi makan lima 

ribu orang dengan lima ketul roti dan dua ekor ikan. Ini sebuah muji-

zat yang luar biasa, sebab  ini yaitu  satu-satunya bagian dari se-

kian banyak perbuatan dalam kehidupan Kristus yang dicatat oleh 

keempat penulis Injil. Yohanes, yang tidak biasa menceritakan sesua-

tu yang telah dicatat oleh orang lain yang menulis sebelum dia, juga 

menuturkan kejadian ini, sebab  berkaitan dengan pokok bahasan 

berikut ini.  

Perhatikanlah: 

I. Tempat dan waktu mujizat ini terjadi, yang dicatat untuk mem-

berikan bukti yang lebih meyakinkan tentang kebenaran kisah 

itu. Tidak dikatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada suatu waktu 

di negeri antah berantah. Sebaliknya, segala keadaan yang me-

nyertainya digambarkan dengan jelas, sehingga kenyataan yang 

ada dapat diselidiki dengan mudah. 

1. Daerah tempat Kristus berada (ay. 1): Ia berangkat ke seberang 

danau Galilea, yaitu di tempat yang pada bagian lain Alkitab 

dinamakan danau Genesaret, dan di sini disebut danau Tibe-

rias. Tempat ini berdampingan dengan sebuah kota yang be-

lum lama sebelum itu diperbesar dan diperindah oleh Herodes, 

dan dinamakan Tiberias untuk menghormati Tiberius, kaisar 

Romawi. Mungkin juga kota ini dijadikan Herodes sebagai 

ibukota. Kristus tidak langsung menyeberangi danau ini, namun   

melakukan pelayaran menyusur pantai menuju suatu tempat 

lain di sisi yang sama. Meskipun tempat yang kita tuju juga 

dapat dicapai melalui perjalanan darat, bukan berarti kita 

mencobai Tuhan   jika memilih menempuh perjalanan itu melalui 

air, kalau hal itu memang lebih menguntungkan. Kita tahu ini 

sebab  Kristus tidak pernah mencobai Tuhan, Tuhan  -Nya (Mat. 

4:7).  

2. Orang banyak yang mengikuti Dia: Orang banyak berbondong-

bondong mengikuti Dia, sebab  mereka melihat mujizat-mujizat-

Nya (ay. 2).  

Perhatikanlah:  

(1) Selama Ia berjalan berkeliling untuk berbuat baik, Yesus 

Tuhan kita selalu hidup di tengah-tengah banyak orang, 

dan hal ini lebih banyak menimbulkan masalah bagi-Nya 

dibandingkan  mendatangkan kehormatan. Orang-orang yang 

baik dan berguna tidak boleh mengeluh mengenai betapa 

sibuknya pekerjaan mereka saat  mereka sedang melayani 

Tuhan   dan angkatan mereka. Akan ada cukup banyak wak-

tu untuk menyenangkan diri saat  kita sampai ke negeri di 

mana kita akan bersukacita di dalam Tuhan  .  

(2) Mujizat Kristus menarik banyak orang untuk mengikuti 

Dia, termasuk orang-orang yang tidak benar-benar tertarik 

kepada-Nya. Mereka hanya memuaskan rasa ingin tahu 

mereka atas keajaiban yang mereka lihat itu, namun hati 

nurani mereka tidak diyakinkan oleh kuasa mujizat-muji-

zat itu.  

3. Kristus mencari tempat yang menguntungkan untuk menyam-

but orang banyak itu (ay. 3): Yesus naik ke atas gunung dan Ia 

duduk di situ dengan murid-murid-Nya, supaya dapat lebih mu-

dah dilihat dan didengar oleh orang banyak yang bergerombol 

mengikuti Dia. Ini yaitu  sebuah mimbar yang alami, bukan 

sengaja dibuat seperti mimbar Ezra. Sekarang Kristus terpak-

sa menjadi pengkhotbah lapangan, namun firman-Nya tidak 

pernah lebih buruk atau kurang dapat diterima bagi mereka 

yang tahu bagaimana menghargai pengajaran-Nya, yang terus 

mengikuti Dia, bukan hanya saat  Ia pergi ke tempat yang 

sunyi, namun   juga saat  Ia naik ke atas gunung, meskipun 

harus mendaki bukit melawan hati. Di sanalah Ia duduk, se-

perti guru yang duduk di atas kursi kehormatan – kursi untuk 

mengajar. Ia tidak duduk di atas kursi yang nyaman, tidak da

lam kemegahan. Walaupun begitu, Ia duduk sebagai orang 

yang memiliki otoritas atau wewenang, siap menerima salam 

penghormatan yang diberikan kepada-Nya, yaitu dari siapa 

saja yang mau datang dan menjumpai Dia di sana. Ia duduk di 

situ dengan murid-murid-Nya. Ia merendahkan diri-Nya untuk 

mengajak mereka serta untuk duduk bersama-Nya, untuk 

mengangkat nama mereka di hadapan orang banyak itu dan 

memberikan mereka tanda dari kemuliaan yang akan mereka 

terima saat  duduk bersama-sama dengan Dia tidak lama 

lagi. Dikatakan bahwa kita akan diberikan tempat bersama-

sama dengan Dia (Ef. 2:6). 

4. Waktu terjadinya peristiwa itu. Kata-kata pertama, sesudah 

itu, tidak menunjukkan bahwa peristiwa tersebut segera ter-

jadi sesudah  peristiwa yang terkait di pasal sebelumnya, sebab  

ada perbedaan waktu yang banyak. Yang ditunjukkan di sini 

hanyalah waktu yang berjalan. Namun, di sini kita diberi tahu 

(ay. 4), bahwa peristiwa itu terjadi saat  Paskah sudah dekat.  

Hal itu dicatat di sini:  

(1) Mungkin sebab  hari raya itu telah mengumpulkan kem-

bali para rasul dari perjalanan mereka masing-masing, 

yaitu dari tempat mereka diutus sebagai pengkhotbah keli-

ling, supaya mereka dapat bersama-sama Guru mereka ke 

Yerusalem untuk merayakan hari raya itu.  

(2) sebab  sudah menjadi kebiasaan orang Yahudi untuk me-

rayakan dengan setia masa menjelang Paskah itu tiga pu-

luh hari sebelumnya dengan penuh kekhidmatan. Lama se-

belum hari raya itu tiba, jika ada kesempatan, mereka akan 

memperbaiki jalan dan jembatan, serta berbicara tentang 

Paskah dan riwayat penetapannya.  

(3) Mungkin sebab  dengan semakin mendekatnya hari raya 

Paskah, setiap orang mengetahui bahwa Kristus akan pergi 

ke Yerusalem dan tidak dapat dijumpai selama beberapa 

waktu. Hal ini mendorong orang banyak semakin sering 

mengikuti Dia dan lebih rajin tinggal bersama-Nya. Perhati-

kanlah, kemungkinan kehilangan kesempatan harus mem-

bangkitkan semangat kita untuk meningkatkan kerajinan 

sampai dua kali lipat, dan saat  ibadah-ibadah yang khid-

mat sedang mendekat, baik sekali untuk mempersiapkan 

diri dengan membicarakan firman Kristus.  

II. Mujizat itu sendiri.  

Amatilah di sini:  

1. Perhatian yang diberikan Kristus kepada orang banyak yang 

mengikuti-Nya (ay. 5): Ia memandang sekeliling-Nya dan meli-

hat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-

Nya. Tidak diragukan lagi bahwa orang banyak itu terdiri atas 

orang miskin, orang hina, dan orang kebanyakan. Terlebih lagi 

mereka ini semua berkumpul di sudut pedesaan yang begitu 

terpencil. Namun, Kristus menunjukkan sikap senang atas 

kehadiran mereka serta menaruh perhatian atas kesejahteraan 

mereka. Ia hendak mengajar kita agar mau menyesuaikan diri 

dengan orang yang rendah kedudukannya, dan tidak menem-

patkan mereka bersama dengan anjing penjaga kambing dom-

ba kita, sebab  mereka itu telah ditempatkan Kristus bersama 

anak-anak domba-Nya. Bagi Kristus, jiwa orang miskin sama 

berharganya dengan jiwa orang kaya, dan hendaknya demi-

kian juga bagi kita.  

2. Pertanyaan yang Ia ajukan mengenai cara memberi mereka 

makan. Ia mengajukan pertanyaan ini kepada Filipus, yang 

telah menjadi murid-Nya sejak awal dan telah melihat semua 

mujizat-Nya, khususnya mujizat mengubah air menjadi ang-

gur. sebab  itu sangat diharapkan ia akan berkata, “Tuhan, 

jika Engkau menghendaki, akan sangat mudah bagi-Mu untuk 

memberi mereka semua makan.” Orang-orang yang, seperti 

orang Israel, telah menyaksikan pekerjaan-pekerjaan Kristus 

dan memperoleh keuntungan dari mujizat itu, tidak bisa di-

maafkan jika mereka berkata, “Sanggupkah Tuhan   menyajikan 

hidangan di padang gurun?” Filipus itu berasal dari Betsaida, 

bertetangga dengan kota di mana Kristus berada sekarang, 

sebab  itu dialah orang yang paling mungkin dapat menolong 

menyediakan makanan bagi mereka. Mungkin banyak di 

antara orang banyak itu telah dikenalnya dan ia sangat peduli 

dengan mereka. Sekarang Kristus bertanya, “Di manakah kita 

akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”  

(1) Ia menganggap sudah selayaknya mereka akan makan ber-

sama-Nya. Orang akan berpikir bahwa kalau Ia telah meng-

ajar dan menyembuhkan mereka, berarti Ia telah melaku-

kan bagian-Nya, dan sebab  itu sekarang giliran orang ba-

nyak itu yang harus menjamu Dia dan murid-murid-Nya. 

Mungkin saja ada orang kaya di antara orang banyak itu, 

dan kita tahu pasti bahwa Kristus dan murid-murid-Nya 

itu orang miskin. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, Ia-

lah yang ingin menjamu mereka. Orang-orang yang mau 

menerima karunia rohani dari Kristus, tidak perlu mem-

bayar karunia itu. Mereka justru yang akan dibayar atas 

kesediaan mereka menerima karunia itu. Sesudah Kristus 

mengenyangkan jiwa mereka dengan roti kehidupan, Ia 

juga memberi makan tubuh jasmani mereka dengan ma-

kanan sehari-hari, untuk menunjukkan bahwa Ia juga 

Tuhan bagi tubuh jasmani. Dengan demikian, Ia mendo-

rong kita agar berdoa juga bagi makanan sehari-hari, dan 

agar kita berbelas kasihan kepada orang miskin (Yak. 2:15-

16).  

(2) Pertanyaan-Nya yaitu , “Di manakah kita akan membeli 

roti?” Orang akan berpikir, mengingat kemiskinan-Nya, se-

harusnya akan lebih baik jika Ia bertanya, “Di manakah 

kita dapat memperoleh uang untuk membeli roti bagi mere-

ka?” namun   Ia lebih suka memberikan semua yang Ia miliki, 

dibandingkan  membiarkan mereka mengalami kekurangan. Ia 

mau membeli agar dapat memberi, dan kita harus bekerja 

keras, agar kita dapat memberi (Ef. 4:28). 

3. Tujuan pertanyaan ini hanyalah untuk menguji iman Filipus, 

sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya (ay. 6). 

Perhatikanlah,  

(1) Tuhan kita Yesus tidak pernah kekurangan hikmat dalam 

rancangan-Nya. Sesulit apa pun masalahnya, Ia tahu apa 

yang harus Ia lakukan serta tindakan apa yang akan Ia 

ambil (Kis. 15:18). Ia mengetahui rancangan-rancangan apa 

yang ada pada-Nya mengenai umat-Nya (Yer. 29:11), dan Ia 

tidak pernah ragu-ragu. saat  kita tidak tahu apa yang 

harus kita perbuat, Ia sendiri tahu, apa yang hendak dila-

kukan-Nya.  

(2) Jika Kristus berkenan membingungkan umat-Nya, tujuan-

nya hanyalah untuk menguji mereka. Pertanyaan itu mem-

buat Filipus tercengang, namun Kristus hendak menguji 

apakah ia akan berkata, “Tuhan, jika Engkau mengguna-

kan kuasa-Mu untuk mereka, kita tidak perlu membeli 

roti.” 

4. Jawaban Filipus atas pertanyaan tersebut: “Roti seharga dua 

ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini (ay. 7). Guru, 

tidak ada gunanya berbicara soal membeli roti bagi mereka, 

sebab  desa ini tidak akan dapat menyediakan begitu banyak 

roti, dan juga kita tidak mampu menyediakan uang begitu 

banyak. Tanyakan saja kepada Yudas, yang mengurus uang 

kita itu.” Dua ratus dinar uang mereka setara dengan upah 

pekerja harian yang bekerja selama dua ratus hari kerja, dan 

jika mereka membelanjakan uang sebanyak itu dengan seke-

tika, maka dana mereka akan terkuras dan membuat mereka 

bangkrut, dan pada akhirnya mereka sendirilah yang kelapar-

an. Grotius (seorang theolog Belanda – pen.) menghitung bah-

wa dengan uang sebanyak dua ratus dinar, roti yang akan 

diperoleh tidak mungkin cukup bagi dua ribu orang, namun   

itulah jumlah yang paling mungkin diperoleh menurut per-

hitungan Filipus, dan itu pun bila setiap orang hanya makan 

sedikit saja. Dapat dikatakan, pada dasarnya ia hanya puas 

dengan yang sedikit saja. Lihatlah betapa lemahnya iman Fili-

pus ini, sehingga dalam kesulitan ini, ia menganggap bahwa 

Sang Kepala keluarga ini seakan-akan hanya orang yang biasa 

saja. Ia hanya berusaha memenuhi kebutuhan dengan cara 

yang biasa. Pantaslah bila saat itu Kristus mencela dia saja, 

seperti yang dikatakan-Nya kemudian, Telah lama Aku ber-

sama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? 

Atau, seperti yang dikatakan Tuhan   kepada Musa, Masakan 

kuasa Tuhan akan kurang untuk melakukan itu? Memang mu-

dah bagi kita untuk menjadi tidak percaya akan kuasa Tuhan   

saat  cara-cara yang kasatmata dan lazim dilakukan ternyata 

gagal. Kita hanya bisa percaya Dia sebatas yang dapat kita 

lihat.  

5. Keterangan yang diterima Kristus dari seorang murid lain peri-

hal perbekalan yang mereka miliki. Murid itu yaitu  Andreas, 

yang di sini disebut saudara Simon Petrus. Meskipun ia lebih 

tinggi urutannya dalam hal pemuridan, dan menjadi pengan-

tara untuk memperkenalkan Petrus kepada Kristus, namun di 

kemudian hari ternyata Petrus menjadi lebih cemerlang dari-

pada dirinya, sampai-sampai keterangan mengenai dirinya di-

jelaskan berdasarkan hubungannya dengan Petrus. Ia mem-

beritahukan apa yang mereka miliki kepada Kristus, dan di 

sini kita melihat:  

(1) Betapa kuatnya kasihnya terhadap orang-orang yang dipe-

dulikan oleh Gurunya, sehingga ia bersedia memberikan 

semua yang mereka miliki, meskipun ia tidak tahu apakah 

nanti mereka sendiri akan kekurangan. Perbuatannya ini 

sungguh menunjukkan bahwa tindakan amal memang 

harus dimulai dari diri sendiri (sebelum kita mengajarkan 

orang lain untuk melakukan demikian). Tidak ada rencana 

dalam dirinya untuk menyembunyikan apa yang mereka 

miliki, misalnya sebab  ingin menjaga perbekalan mereka 

supaya dipuji melebihi kepintaran tuannya sendiri. Seba-

liknya dengan sejujurnya ia melaporkan semua yang me-

reka miliki. Di sini ada seorang anak, paidarion – seorang 

anak laki-laki kecil, yang mungkin sudah biasa mengikuti 

orang banyak ini untuk menjual perbekalan bagi mereka, 

sebab  mereka hanya menetap sementara dalam kemah-

kemah. Begitulah, murid-murid memesan apa yang dimiliki 

anak itu untuk keperluan mereka sendiri. Dan itu yaitu  

lima roti jelai dan dua ekor ikan kecil.  

Di sini:  

[1] Bekal yang tersedia itu hanya sederhana dan biasa saja. 

Hanya roti jelai. Kanaan yaitu  negeri gandum (Ul. 8:8). 

Pada umumnya penduduknya makan gandum yang ter-

baik (Mzm. 81:17), lemaknya segala gandum (Ul. 32:14 

TL). Namun, Kristus dan murid-murid-Nya sudah puas 

walaupun hanya dengan roti jelai. Itu bukan berarti 

bahwa sebab  itu kita harus memaksakan diri untuk 

memakan makanan sederhana dan memberi alasan 

keagamaan dalam tindakan itu. Bila Tuhan   memberikan 

yang lebih baik kepada kita, hendaknya kita menerima-

nya dan mengucap syukur atasnya. Namun, satu hal 

yang benar dalam hal ini yaitu  bahwa janganlah kita 

ingin akan makanan yang lezat (Ams. 23:3), dan jangan 

pula menggerutu jika kita harus makan makanan yang 

sederhana, namun   kita harus senantiasa merasa puas 

dan bersyukur, serta menerima keadaan itu sepenuh-

nya. Roti jelai itulah yang dimiliki Kristus, dan lebih 

baik dibandingkan  yang pantas kita terima. sebab  itu, ja-

nganlah pula kita memandang hina perbekalan orang 

miskin dan memandangnya dengan rasa jijik. Ingatlah 

perbekalan apa yang dimiliki Kristus sendiri.  

[2] Jumlahnya kurang dan hanya sedikit. Hanya ada lima 

roti yang ukurannya begitu kecil sehingga seorang anak 

kecil bisa membawa semuanya. Kita membaca dalam 2 

Raja-raja 4:42-43 bahwa dua puluh roti jelai dan bebe-

rapa makanan tambahan lainnya tidak akan cukup un-

tuk memberi makan seratus orang tanpa sebuah muji-

zat. Dan di sini hanya ada dua ikan, yang ukurannya 

begitu kecil (dyo opsaria), begitu kecil sehingga salah 

satu di antaranya hanyalah berupa potongan kecil, 

pisciculi assati. Saya menduga bahwa ikan itu telah 

diawetkan atau dibuat acar, sebab  mereka tidak mem-

punyai api untuk mengolahnya. Persediaan roti yang 

ada hanya sedikit, namun   persediaan ikan lebih sedikit 

lagi untuk jumlah roti yang ada, sehingga sepertinya 

mereka harus menggigit roti lebih banyak baru mema-

kan ikannya. Namun, mereka merasa puas dengan ma-

kanan yang ada ini. Roti yaitu  makanan bagi rasa 

lapar kita, namun   kepada mereka yang mengeluh memin-

ta daging dikatakan, mereka meminta makanan menurut 

hawa nafsu mereka (Mzm. 78:18). Begitulah, Andreas 

menghendaki agar orang banyak itu memperoleh ma-

kanan ini, sepanjang jumlahnya mencukupi. Perhati-

kanlah, ketakutan penuh ketidakpercayaan bahwa diri 

sendiri akan kekurangan tidak boleh menghalangi kita 

dari berbuat amal bagi orang lain yang membutuhkan.  

(2) Perhatikanlah di sini kelemahan iman Andreas yang tersirat 

dalam ungkapan, “namun   apakah artinya itu untuk orang 

sebanyak ini? Menawarkan makana