kematian menurut islam 19

Rabu, 13 September 2023

kematian menurut islam 19



Mereka juga

menyebut orang-orang \arrg memerangi beliau sebagai pemberontak yang

zalim terhadap 'Ali. Akan tetapi, tidak boleh sampai mengafirkan mereka

karena pemberontakan lang telah mereka lakukan.

Pendapat seperti inijuga didukung oleh lmam Abu Manshur at-Taimi

al-Baghdadi melalui salah satu karangan beliau yang berjudul al-Farqu

(perbedaan), ketika menguraikan tentang prinsip akidah Ahlusunnah. Beliau

mengatakan bahwa sebagian besar ulama telah sepakat bahwa tindakan 'Ali

memerangi orang-orang yang menentangnya, baik saat perang Shiffin

maupun pada waktu perang Jamal merupakan tindakan yang benar dan tepat.

Mereka juga menyebut orang-orang yang memerangi beliau sebagai para

pemberontak yang zalirn terhadap 'Ali. Akan tetapi, tidak boleh sampai

mengafirkan mereka karena pemberontakan yang telah mereka lakukan.

lmam Abu Manshur juga mengatakan (dalam kitab ini ketika

menguraikan tentang prinsip akidah Ahlusunnah), "Tindakan 'Ali adalah

benar ketika memerangi ahli Jamal (yakni Thalhah, Zubair dan 'Aisyah) dan

ahli Shiflin (yakni Muau ivah dan pasukannya)"

Sementara Imam Abu al-Ma'ali dalam kitab beliau (al-Irsyad)

menuturkan: Imam 'Ali telah menjalankan pemerintahan dengan benar

ketika menjadi khalifah. Beliau telah memerangi orang-orang yang jahat dan

berbaik sangka terhadap mereka. Beliau mengira bahwa tujuan mereka

sebenarnya memiliki maksud yang baik padahal mereka saat itu telah

melakukan kesalahan. Di akhir tulisannya pada kitab tersebut beliau

mengemukakan pandangannya, "Cukuplah bagi kalian keterangan dari Imam

Muttaqin (Nabi saw) mengenai Amar ra dalam hadits beliau, "Orang yang

jahat akan membunuhmul"

Beliaulah orang -'Ammar- yang dinyatakan dalam beberapa hadits

yang berkenaan dengan ini, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.

Ketika Muawiyah tidak sanggup untuk mengingkari ketetapan hadits ini, dia

berkilah dengan mengatakan, "Sesungguhnya yang membunuhnya adalah

orang yang telah mengeluarkannya." (orang yang mengizinkannya ikut

berperang, yaitu 'Ali). meskipun perkataannya ini disampaikan penuh

dengan kebimbangan karena kedurhakaan dan keingkaran Muawiyah. Lantas

dia mendustakan, menolak, dan berusaha memalsukannya.

Ali ra membantah perkataannya dengan mengatakan, "Rasulullah saw

telah membiarkan Hamzah terbunuh ketika dia ikut perang Uhud, jadi

apakah kamu juga akan mengatakan bahwa yang membunuh Hamzah adalah

orang yang menyuruhnl,a berperang!?" Muawiyah menjadi bungkam, tidak bisa menjawab dan menolaknya. Demikianlah uraian lmam Hafiz Abu ar￾Khatthab ibn Dihyah.

Kiamat Tidak akan Terjadi sebelum Datang Generasi yang Lebih

Buruk Daripada Generasi sebelumnya dan Timbulnya Berbagai Fitnah

Diriwayatkan oleh lmam al-Bukhari dari Zubair ibn 'Adiy, dia

berkata, "Kami datang menemui Anas ibn Malik. lalu kami pun mengadu

kepadanya tentang hal-hal tidak baik yang terjadi terhadap orang-orang yang

pergi haji, maka Beliau mengatakan. "Bersabarlah kalianl ridak akan datang

suatu zaman kecuali zaman yang sesudahnya lebih buruk darinya sehingga

kalian menemui ruhan kalian, dan akumendengar hal ini dari Nabi kalian."

(HR. al-Bukhari) Hadits ini juga terdapat dalam riwayat at-Tirmidzi, dan

beliau mengatakan bahwa hadits tni hosan shahih.

Rasulullah saw bersabda.

"U,r' 

jd u'$t c: ;tt L'At 'kr'11t A:r'5j 'A3 ru')t -,)t;,-

Pir

"Jarak waktu sudah semakin mendekat, amal kebaikan makin berkurang,

kebakhilan merata, dan banyak terjodi al-haraj." para sahabat pun

bertanya, "Ya, Rasulullah sqw apakah, al-haroj? " Beliau saw menjawab,

"Pembunuhan, pembunuhan!" (HR. al-Bukhari, Muslim. dan Sunan Abu

Daud)

Waktu Saling Mendekat

Ada yang menafsirkan bahwa maksud dari kalimat $tlt a36-t

(waktu saling mendekat) pada hadits di atas adalah semakin pendeknya masa

hidup (umur) dan berkurangnya keberkahan dalam kehidupan. Ada pula

yang menakwilkan bahwa maksudnya adalah semakin dekatnya kiamat. Di

samping fitu ada juga yang berpendapat bahwa maksudnya adalah hari-hari

akan terasa lebih pendek (terasa lebih cepat), yang berpijak pada suatu

riwayat, "Akan datang suatu zaman sehingga satu tahun terasa seperti satu

bulan, satu bulan seperti satu minggu, seminggu serasa satu hari dan satu

hari serasa sesaat saja, dan sesaat itu lamanya bagaikan terbakarnya pelepah

korma." (HR. at-Tirmidzi, dan beliau menyatakan bahwa hadits ini hadits

hasan gharib). Masih ada lagi penakwilan yang sangat berbeda dari

sebelumnya seperti pendapat di bawah ini.
Hammad ibn Salarnah berkata: Akumenanyakan kepada Abu Sinarl

tentang maksud dari kalinrat {06}r o';a-} pada hadits di atas sehingga satu

tahun terasa seperti satu bulan, maka dia menjawab, "Hal itu terjadi karena

saat itu kehidupan terasa sangat menyenangkan." Al-Khatthabi mengatakan,

"Hadits ini maksudnya. -dan Allahlah yarrg lebih mengetahui- pada

zttman itulah keluarnya ltnam Mahdi dan terciptanya ketentraman di rnuka

bumi karena keadilan lang beliau sebarkan. Sehingga kehidupan terasa

damai dan tentram. yan-s rnembuat hari terasa pendek. Manusia senantiasa

menganggap hari-hari terasa singkat karena mereka diliputi oleh kemewahan

dan kesenangan. Jika hari-hari yang dilewati terasa lama dan panjang

waktunya mereka menlukainya dan jika terasa pendak dan berkurang maka

mereka tidak menyukainla. Orang Arab mengatakan, "Kami telah melewati

hari yang singkat dan larnbat jalannya."

Sedangkan maksud kalimat t!!' A-tl pada hadits tersebut

mengandung beberapa afti, yaitu: menerima. mengajari, menasihati, dan

mempropagandakan kekikiran. Misalnya firman Allah SWT'. Kemudian

Adam "menerima" beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima

raubatnya. (QS. al-Baqarah: 37) Yakni berarti menerima dan

mengajarkannla. Ada juga yang membaca kata,rdr dengan men-takhfif-kan

huruf J dan i sehingga berarti membuang kelebihan harta yang banyak dan

berlimpah-limpah karena pemilik harta ingin mencari orang yang mau

menerima sedekahnya, tapi dia tidak menemukannya. Dapat juga diartikan

dengan kata '.te.y-' (ada atau terdapat) karena kebakhilan akan tetap ada

sebelum datangnya zaman itu.

Menjauhi Fitnah, Membuang Senjata, dan Hukum bagi Orang yang

Terpalsa

Malik meriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri, bahwa Rasulullah saw

bersabda, "Hampir tiba rnasa dimana sebaik-baik harta seorang Muslim

adalah kambing yang ia giring sampai ke puncak gunung-gunung dan tempat

turunnya hujan untuk meny'elamatkan agamanya dari berbagai fitnah."

Abu Bakrah meriuayatkan, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya

akan muncul berbagai fitnah, ingatlah lalu akan muncul lagi berbagai fitnah,

ingatlah lalu akan muncul lagi berbagai fitnah! dimana saat itu orang yang

duduk lebih baik daripada yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik

daripada orang yang melibatkan dirinya dengan fitnah tersebut. Ingatlah jika

fitnah itu telah terjadi, maka siapa yang memiliki unta hendaklah mengikuti

untanya itu, dan siapa lang memiliki kambing ikutlah dengan kambingnya

ke padang rumput. Lantas seseorang bertanya kepada Beliau, "Ya Rasulullah, bagaimana dengan orang yang tidak punya unta, kambing, dan

padang rutnput?" Beliau menjawab, "Ambillalr pedang dan pukulkan ke batu

-berusaha 

mencari nafkah halal dengan susah payah- lantas siapa yang

bisa menyelamatkan diri hendaklah segera menyelamatkan dirinya. Ya Allah

sudahkah akusampaikan. Ya Allah sudahkah akusampaikan." Selanjutnya

satah seorang bertanya lagi. "Ya Rasulullah, bagaimana pandangan engkau

jika akuterpaksa pergi kepada salah satu kaum atau ke salah satu barisan -

Muslim yang saling bermusuhan- dimana kemudian ada seseorang yang

memenggalku dengan pedangnya atau melepaskan anak panahnya

kepadakusehingga akumati?" "Dia dan engkau sama-sama mendapat dosa

dan kalian akan menjadi penduduk neraka," kata Rasulullah' (HR. Muslim)

Abu Hurairah ra meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "Akan

terjadi berbagai fitnah, dimana saat itu orang yang duduk lebih baik daripada

orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik dari orang yang berjalan,

dan orang yang berjalan lebih baik dari orang yang melibatkan dirinya

dengan fitnah tersebut. Orang yang terlibat dengan fitnah tersebut akan

mengalami kehancuran. Siapa yang menemui tempat berlindung maka

hendaklah dia berlindung dari fitnah tersebut." (HR. Muslim, beliau

menyatakan hadits ini hasan shahih)

Perintah untuk Tetap Berada di Rumah ketika Terjadi Fitnah

Abu Burdah meriwayatkan: Ketika akumenemui Muhammad ibn

Maslamah, dia menyampaikan kepadakubahwa Rasulullah saw bersabda,

"sesungguhnya akan terjadi fitnah, pertentangan, perpecahan, dan

permusuhan. Saat itu bawalah pedangmu kepada seseorang sampai pedang

itu patah, Setelah itu duduklah di rumahmu sampai ada seseorang yang yang

membunuhmu secara tidak sengaja atau maut yang akan membinasakanmu."

(HR. Ibn Majah) Sungguh telah banyak muncul dan terjadi apa yang

dikatakan oleh beliau tersebut pada diriku.

Abu Musa meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "Di hadapanmu

akan muncul fitnah (ujian) bagaikan potongan malam yang sangat gelap

dimana pada masa itu seorang laki-laki pada waktu pagi beriman dan

sorenya berubah menjadi kafir. Saat itu orang yang duduk lebih baik

daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik dari pada orang

yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik dari pada orang yang

melibatkan dirinya dengan fitnah itu." Para sahabat bertanya, "Kalau begitu

apa yang harus kami lakukan menurut engkau wahai Rasulullah?"

"senantiasa berada di rumah kalian,'Jawab Beliau. Banyak Sahabat yang Nlenghindarkan Diri dari Huru Hara

Para ulama mengatakan:

"Muhammad ibn \laslamah ra termasuk orang yang menjauhkan diri

ketika terjadi pertentansatr dan peperangan antara sahabat-sahabat Nabi

(khususnya pada perang unta dan Shiffin). Nabi saw telah

memerintahkannya untuk mengambil pedang yang terbuat dari kayu lalu

menetap saja di rumah."

Di antara para sahabat yang menghindarkan diri dari fitnah pada masa

itu antara lain: Abu Bakrah, Abdullah ibn Umar, Usamah ibn Zaid, Abu

Dzar, Hudzaifah, Imran ibn Hushain, Abu Musa. Ahban ibn Shaifi, dan

Sa'ad ibn Abu Waqash. sementara di antara para tabi'in adalah Syuraih dan

an-Nakha'i semoga Allah rneredhai mereka semuanya.

Menurutku. terjadinya fitnah dan peperangan diantara mereka

disebabkan oleh perbedaan hasil ijtihad sebagian mereka. Yang benar

ijtihadnya memperoleh dua pahala dan yang keliru mendapat satu pahala.

Mereka berperang bukan karena mengharapkan keuntungan duniawi. Lantas

bagaimana jika sekarang Anda berperang demi kekuasaan dan

mengharapkan kekayaaan duniawi? Maka seseorang harus berusaha menjaga

perbuatan dan perkataannya saat terjadi fitnah, bala, atau bencana. Kita

mohon kepada Allah agar diberi keselamatan, kemenangan di negeri yang

mulia dengan kebenaran nabi-Nya, keluarganya, para pengikutnya, serta

sahabat-sahabatnya.

Ungkapan Nabi yang berbunyi, 'hendaklah kalian senantiasa berada di

rumah kalian' merupakan anjuran agar tetap berdiam diri dan duduk di

rumah sehin-ega dia memberi kedamaiaan dan keselamatan terhadap orang

lain, begitu juga sebaliknya. Di samping itu, ada lagi sebuah pesan bagus

yang disampaikan oleh \abi melalui sabdanya yang berbunyi, "sebaik-baik

tempat orang-orang beriman adalah rumahnya."

Kadang-kadang ada juga yang mengasingkan diri selain di rumah.

Mereka mencari lembah dan gua yang sunyi sebagai tempat mengasingkan

diri ('uzlah). Allah SWT berfirman: [IngatlahJ tatkala pemuda-pemuda itu

mencari tenrpot berlindmg ke dalam gua..." (QS. al-Kahfi: l0)

Suatu ketika Salamah ibn al-Akwa' menemui Hajjaj. Saat Utsman

terbunuh dia menutup diri dari keramaian. Selanjutnya dia menikahi seorang

wanita dan memeperoleh beberapa orang anak. Dia tidak pernah beranjak

dari tempatnl a kecuali hanya beberapa malam sebelum dia wafat. Ketika dia

berada di Madinah, Hajjaj bertanya kepadanya, "Apakah engkau menolak

giliranmu?" Dia menja*ab, "Tidak, tetapi Rasulullah mengizinkan kita

untuk tinggal di perkampungan orang-orang Badui."
Dalam sebuah hadits yang telah dikemukakan sebelumnya. Nabi saw

bersabda, "Hampir tiba masa dimana sebaik-baik harta seorang Muslirn

adalah ternaknya yang diikutinya sampai ke puncak gunung dan tempat

turunnya hujan untuk menyelamatkan agamanya dari berbagai fitnah." (HR.

Muslim dan yang lainnya) Setiap orang selalu memisahkan.diri dan berbaur

dengan orang selringga dia dapat rnengenal dirinya dan melaksanakan

urusannya.

'Amri hidup mengasingkan diri di Madinah. lmam Malik pernah

hidup dalam keramaian manusia. kemudian beliau mengasingkan diri

menjelang akhir hayatnya. Beliau terlihat tinggal di mesjid selama l8 tahun

dan tidak pernah keluar dari sana. Tidak ada seorangpun memberitahukan

bahwa kemungkinan beliau melakukan hal itu karena udzur (ada halangan).

Ada tiga pendapat yang menyebutkan tentang alasan beliau melakukannya;

pendapat pertama mengatakan bahwa beliau melakukannya untuk

menghindari orang-orang yang munkar. Pendapat kedua mengungkapkan

bahwa beliau ingin menghindari penguasa, dan yang ketiga berpendapat

bahwa beliau sakit. Saat itu beliau kelihatan membersihkan mesjid.

Demikianlah penuturan Abu Bakar ibn Arabi dalam kitab Siroi al-Muridin.

Bersikap Teguh pada Masa Fitnah dan Sirnanya Kaum Shalih

'Adisah bintiAhban meriwayatkan: Ketika'Ali ibn Abu Thalib berada

di sini, di Basrah, beliau menemui bapakku, seraya berkata, "Hai Abu

Muslim, bantulah akumenghadapi kaum itu!" (maksudnya para

pembangkang yang terdiri dari Khawarij, Muawiyah, dan lainnya) Dia

menjawab. "Baiklah." Lalu dia memanggil pembantunya dan berkata

kepadanya, "Keluarkan pedangku!" Maka pembantunya itu mengeluarkan

pedangnya sekira sejengkal. ternyata ia adalah pedang kayu. Selanjutnya ia

berkata kepada 'Ali, "sesungguhnya sahabatku dan anak pamanmu

(Rasulullah saw) telah memberi amanat kepadakuapabila terjadi fitnah

diantara kaum Muslim, maka ambillah oleh kalian pedang kayu. Namun jika

kamu mau, akuakan ikut bersamamu." Maka 'Ali menjawab. "Tidak ada

keperluanku terhadapmu dan pedangmu." (HR. Ibn Majah)
"Sesungguhnya akem dutdng filnah (ujiun) buguikan potongan malam yung

sungal gelap dintcmu pudq masa ilu ,seorang lqki-luki pada waktu pagi

berimun dan .soranyq berubuh menjudi kaJir dun pada wuklu sore beriman.

Saal itu orang yang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri, orung,

yung berdiri lebih bqik duri pada orung yang berjulan, dan orang yong

herjulan lebih baik dari ltuda orang yong melibotkan dirinya dengan fitnah

itu. mako hancurkanlah busur kalian, putuskonlah tali busur kalian, dan

pukulktnlah pedang kuliun ke alu.s balu -agar hancur (angan gunakan

kecuali untuk kebaikant- Jika kolian ada puda saat itu, moka jadilah

sebaik-baik cnruk Adam." (HR. Abu Daud)

Sa'ad ibn Waqash pernah bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah,

bagaimana jika dia sudah masuk ke rumahku dan ingin membunuhku?"

"Jadilah sebaik-baik dari dua anak Adam," ujar beliau. Lantas beliau

membacakan ayat: Storyguh kalau kamu menggerakkan tanganmu

ke padakuun t u k me m b unu h ku ... . (QS. al-Maidah)7 |

Abdullah ibn Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

Apakah yang akan kalian lakukan jika datang suatu zaman dimana pada

zaman itu akan terjadi "penyaringan" yang sangat ketat (kegaduhan manusia

yang sangat gaduh, sehingga yang baik menyingkir sedangkan yang buruk

masuk) sehingga yang tersisa hanya orang-orang hina yang suka melanggar

janjinya, tidak menunaikan amanat, dan saling bertikai sehingga menjadi

seperti begini dan begitu." kata Beliau sambil menjalinkan jari-jarinya. Para

sahabat bertanva, "Apakah yang harus kami lakukan, wahai Rasulullah, jika

saat itu datan_e? "Berpeganglah dengan apa yang kalian ketahui, tinggalkan

apa-apa yang tidak kalian ketahui dengan yakin (angan ikut campur masalah

yang tidak jelas), ambillah teman-teman yang khusus buat kalian, serta

tinggalkanlah urusan negara -yang kacau!" (HR. Abu Daud)

Dalam riwayat lain Abu Nu'aim al-Hafidzmenuturkan sebuah riwayat

yang disandarkan kepada Umar ibn al-Khatthab. Beliau mengatakan bahwa

Rasulullah sas' bersabda. "Kalian akan disaring (ujian iman yang berat)

sehingga yang tersisa hanya orang-orang yang melanggar janjinya dan

menyia-nyiakan amanat." Kemudian salah seorang bertanya, "Lalu apa yang

harus kami lakukan, wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Lakukanlah

apa yang kalian ketahui dan tinggalkanlah hal yang tidak kalian ketahui

dengan jelas. Lalu berdoalah, "Ya Allah Yang Esa, tolonglah kami atas

orang-orang )'ang menzalimi kamidan selamatkanlah kami dari orang-orangyang hendak berbuat jahat kepada kami!" Hadits yang bersurnber dari

Muharnmad ibn Ka'ab dan Hasan ini dianggap hadits gharib dari segi sanad.

Abdullah ibn Amru ibn al-'Ash meriwayatkan, Rasulullah saw

bersabda. "Jika kalian melihat umat manusia telah banyak melanggar

janjinya, tidak menunaikan amanat. dan sikap mereka begini dan begitu,"

sambil menjalinkan jari-jarinya. Lalu akuberdiri dan bertanya kepada Beliau,

..Apa yang harus kami perbuat saat itu, wahai Rasulullah, Allah telah

menjadikanku sebagai tebusanmu?" "Tetaplah tinggal di rumahmu,

peliharalah lidahmu, kerjakanlah apa yang engkau ketahui, tinggalkanlah apa

yang tidak engkau ketahui dengan jelas, ambillah teman-teman yang khusus

untuk engkau sendiri. dan tinggalkanlah urusan masarakat umum -yang

kacau." (HR. an-Nasa'i). Hadits inijuga ada dalam riwayat Abu Daud.

Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah saw, "Sesungguhnya

kamu sekarang berada pada suatu zaman dimana apabila yang tinggal hanya

sepersepuluh hal yang diperintahkan agama. maka ia akan binasa.

Selanjutnya akan datang suatu zaman dimana orang yang melaksanakaan

sepersepuluh perintah agama tersebut akan selamat." (HR. arTirmidzi.

Beliau menyatakan hadits ini gharib). Abu Dzar juga meriwayatkan hadits

seperti ini.

Masa Kacau Mencapai Puncaknya

Kata {i:.!aj} semakna dengan kata 'yuqribu' yang memiliki arti:

mendekati, menghampiri. Sementara ungkapan tlfip 4 .16' ,t'*-\,

merupakan sebuah perumpamaan

yang tersisa hanya orang-orang

menyisakan sisa atau ampas dari

bagi 'kematian yang dipilih' sehingga

yang durhaka, sebagaimana saringan

sesuatu yang disaringnya. Kata {ilEi'}

'hutsalah'memiliki arti, "sesuatu yang tersisa dari kulit gandum, padi dan

korma serta semua yang memiliki kulit. Dan juga ampas berupa endapan

minyak yang apek baunya. Seakan-akan 'yang tersisa' adalah bagian yang

terburuk dari segala sesuatu. Dikatakan, "Hatsalah dan hafalah' dengan

huruf ,sa' danfa 'secara bersamaan.

Sebagaimana terdapat dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Abu

Hurairah, Rasulullah saw bersabda, "Kalian akan dipisahkan bagaikan

berpisahnya korma dari kulitnya dan orang-orang yang baik diantara kalian

akan diwafatkan, sehingga yang tertinggal di bumi hanya orang-orang yang

jahat dan durhaka. Jadijika kalian mampu hendaklah kalian mati saat itu."

Mardas al-Aslami meriwayatkan. Rasulullah saw bersabda, Perlama .sekali Alloh ukun mewafalkan orang,-orong'shutih don yang

tersisu keadaannyct baguikon ompas gandum atuu korma. Dan Allah tidak

akan memperhatikan mereka sedikit pun. (HR. al-Bukhari).

Dalam riwayat lain disebutkan'. La ya'bullahu bihim (Allah tidak akan

mempedulikan mereka).

Yang dimaksud dengan orang-orang shalih di sini adalah orang-orang

yang taat kepada Allah dan Rasul-nya, melaksanakan segala perintah-Nya

serta meninggalkan segala yang larangan-Nya.

Abu al-Khatthab ibn Dihyah dan Mirdas (yakni Mirdas ibn Malik al￾Aslami. dimana huruf larn pada namanya berharkat fathah) yang tinggal di

Kufah. adalah seorang yang terpuji dalam keluarganya.

Perintah untuk Selalu Mempelajari Al-Qur'an dan Mengamalkannya

Abu Daud meriwalatkan dariNashr ibn 'Ashim al-Laitsi, ia berkata:

Suatu kali kami (beberapa orang dari Bani Laits) datang menemui al￾Yasykari. Setibanya kami di tempatnya, ia bertanya kepada kami, "Siapakah

kalian?" Kami menjawab. "Kami dari Bani Laits; kami datang ke sini untuk

menanyakan kepada engkau tentang hadits Rasulullah saw yang

diriwayatkan oleh Hudzaifah." Maka ia pun berkata: Dulu, setelah

menghadap dan meminta izin kepada Abu Musa al-Asy'ari, akubersama

seorang sahabatku berangkat ke Kufah, dan pada masa itu di Kafah harga

ternak sangat mahal. Setelah sampai di sana, akuberkata kepada sahabatku,

"Kamu tunggu akudi sini, sementara akumasuk dulu ke dalam mesjid.

Setelah hari agak siang nanti 

-pasar 

ramai- barulah kita bertemu lagi."

Maka masuklah akuke dalam mesjid itu dan ternyata ada sekelompok orang

sedang mendengarkan pengajian di dalamnya. Akulihat orang-orang itu

mendengarkan pengajian seorang ustadz dengan khusyu'. Akupun mendekat

ke arah kelompok itu dan bertanya kepada salah seorang diantara mereka,

"Siapakah ustadz itu?" Ia balik bertanya, "Apakah engkau orang Bashrah?"

Akumenjawab. "Benar, kenapa?" Ia berkata, "Sebab, seandainya engkau

orang Kufah. pasti engkau tidak akan bertanya seperti itu. Ustadz itu adalah

Hudzaifah." Mendengar perkataan itu, akupun ikut mendengarkan kata-kata

Hudzaifah bersama yang lain. Ia (Hudzaifah) mengatakan:

Ketika para sahabat senantiasa menanyakan tentang kebaikan kepada

Rasulullah saw, akujustru menanyakan tentang keburukan (kesengsaraan)

kepada Beliau. Akubertanya, "Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan
ini akan ada keburukan?" Beliau saw menjawab, "Wahai Hudzaifah,

pelajarilah Al-Qur'an itu kemudian amalkanlah apa yang ada di dalamnya."

(Beliau mengucapkan kata-kata ini sebanyak tiga kali) Ketika akumengulang

pertanyaan yang sama kepadanya, Beliau menjawab, "Ada, yaitu fitnah dan

kejahatan."

Akubertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah akan ada lagi kebaikan

setelah itu?" Beliau saw menjawab. "Wahai Hudzaifah, pelajarilah Al￾Qur'an kemudian amalkanlah apa yang ada di dalamnya." Ketika

akumengulang pertanyaanku itu, Beliau menjawab, "Ada, yaitu perdamaian￾perdamaian semu, sedangkan salah dari mereka masih menyimpan rasa

benci. Sebagian dari kalian yang berjiwa kotor; pada lahirnya saling

menghormati dan menjaga perdamaian, namun pada batinnya saling

bermusuhan."

Akubertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apa maksud perdamaian palsu

itu?" Beliau saw menjawab, "Hati beberapa kelompok Muslim tidak seperti

dulu." Akubertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah akan ada lagi kebaikan

setelah itu?" Beliau saw menjawab, "Fitnah-fitnah kegaduhan buta, tuli, dan

bisu --dari kebenaran- yang timbul dari orang-orang yang menyeru dari

pintu-pintu neraka. Jika engkau mati dalam keadaan bersandar menggigit

sebuah akar batang pohon. itu lebih baik daripada engkau mengikuti salah

seorang dari mereka." (HR.Abu Daud)

Dalam Sunan Abu Daud ditambahkan, "Kemudian apa lagi wahai

Rasulullah?" tanya Hudzaifah. Beliau menjawab, "Seandainya ada khalifah

Allah (khalifah kaum Muslim) pada saat itu, lalu ia memukul punggung dan

merampas harta engkau, maka patuhilah khalifah tersebut. Kalau engkau

tidak mau demikian, maka matilah engkau dalam keadaan bersandar

menggigit akar sebuah batang pohon." Ia bertanya lagi, "Kemudian apa lagi

wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Kemudian, keluarlah Dajjal dengan

membawa air dan api, dimana barangsiapa yang terjatuh ke dalam apinya,

maka pastilah pahala untuknya dan gugurlah dosanya, dan barangsiapa yang

terjatuh ke dalam airnya, maka pastilah dosanyadan gugurlah pahalanya." Ia

bertanya lagi, "Kemudian apa lagi wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,

"Kemudian, terjadi lah hari kiamat."

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Mu'adz ibn Jabal berkata:

Akumendengar Rasulullah saw bersabda, "Terimalah pemberian itu selama

berupa pemberian murni. Tapi kalau pemberian itu berupa uang suap, maka

jangan diterima. Sebab, kalian tidak akan menjadi fakir jika tidak

menerimanya. Dan berpeganglah kepada Kitab Allah karena antara Kitab

Allah dengan kekuasaan itu nantinya akan berpisah. Oleh karena itu, jangan

kalian tinggalkan Kitab Allah. Sungguh nanti akan muncul penguasa￾penguasa yang hanya memikirkan kesejahteraan mereka tanpa memikirkan
kesejahteraan kalian (pilih kasih dalam memerintah). Jika kalian tidak patuh

kepada mereka, niscaya kalian akan dibunuhnya dan jika kalian patuh,

mereka justru menyesatkan kalian." Sahabat bertanya, "Lalu, apakah yang

mesti kami perbuat, wahai Rasulullah?" Beliau saw menjawab, "Perbuatlah

sebagaimana sahabat-sahabat Nabi Isa telah memperbuatnya, yaitu

berdakwah dengan tabah sehingga gergaji memotong mereka. dan disalib di

atas kayu. Ketahuilah, lebih baik mati dalam mentaati Allah daripada hidup

dalam mendurhakai-Nya."

Diriwal'atkan juga bahwa Abu ldris al-Khaulani mendengar Hudzaifah

berkata:

Ketika para sahabat senantiasa menanyakan tentang kebaikan kepada

Rasulullah sarv, akujustru menanyakan kepada Beliau tentang keburukan

karena akukharvatir keburukan itu akan menimpaku. Akuberkata, "Wahai

Rasulullah, dulu kita berada di alam jahiliah dan keburukan, tapi sekarang

Allah SWT telah mendatangkan kebaikan kepada kita. Apakah setelalr

terjadinya kebaikan (kebenaran dan keadilan) ini akan terjadi pula keburukan

(kemungkaran dan kezhaliman)? Beliau saw menjawab, "Benar."

Akubertanya lagi, "Apakah setelah terjadinya keburukan itu akan terjadi

pula kebaikan?" Beliau menjawab, "Benar, sedangkan padanya terdapat ad￾dakhan (kekeruhan)". Aku(Hudzaifah) bertanya, "Apakah kerusakan itu?"

Beliau saw menjawab. ''Adanya suatu kaum yang tidak mengambil

petunjukku. engkau mengetahui itu dan engkau membencinya. Maka apakah

yang engkau perintahkan kepadakusekiranya akumenemui hal itu?" Beliau

menjawab, "Selalulah engkau bersama kelompok kaum Muslim dan

pemimpin mereka." Akubertanya, "Bagaimana jika mereka tidak

mempunyai kelompok atau pemimpin?" Beliau menjawab. "Hendaklah

engkau menjauhkan diri dari semua kelompok tersebut." sekalipun dengan

demikian engkau mati dengan hanya bersandar menggigit sebatang pohon."

(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Kata "dakhan" dalam hadits ini mempunyai banyak makna,

diantaranya: kedengkian. kerusakan hati, dan kekeruhan keadaan.

Rasulullah saw bersabda. "Akan ada sepeninggalku nanti pemimpin￾pemimpin yang tidak bersunnah dengan Sunnahku dan tidak menuruti

petunjuk-petunjukku, dan hati mereka seperti hati setan dalam jasad

manusia." Sahabat beftanya, "Apakah yang mesti akuperbuat jika

akubertemu dengan mereka, wahai Rasulullah?" Beliau saw menjawab,

"Hendaklah engkau selalu mendengar dan mematuhi 

-agama￾dan jika

mereka memukul punggung engkau -membunuh- serta merampas harta

engkau, maka tetaplah engkau mendengar dan mematuhi -agama-',Orang yang Membunuh dan yang Dibunuh akan Masuk Neraka

Diriwayatkan oleh Muslim dari al-Ahnaf ibn Qais, ia berkata. "Ketika

akukeluar dari rumahku untuk mencari seseorang, di tengah jalan

akubertemu dengan Abu Bakrah. la bertanya kepadaku, "Mau kemanakah

engkau, wahai Ahnafl" Akumenjawab, "Akuakan mencari anak paman

Rasulullah" (maksudnya adalah 'Ali ibn Abu Tahlib)." la berkata kepadaku,

"Kembalilah wahai Ahnaf, sungguh akumendengar Rasulullah saw bersabda,

"Apabila dua orang Muslim saling mengacungkan pedangnya, maka yang

membunuh dan yang terbunuh dari keduanya akan masuk neraka." Ketika itu

akubertanya kepadanya, "Mengapa orang yang terbunuh masuk nerakajuga.

wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Sebab ia juga berniat membunuh

lawannya."

Para ulama mengatakan, "Hadits ini tidak tertuju pada sahabat

Rasulullah saw (seperti dalam perang unta dan Shiffin), sebab AIlah SWT

berfirman: Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang,

maka damaikanlah anlara keduonya. Jiko salah satu dari kedua golongan

ilu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan

yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah

Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka

damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlakuadillah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlakuadil. (QS. al￾Hujurat: 9)

Di dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan untuk memerangifi'ah

baghiyah (kelompok pemberontak). Seandainya orang-orang Islam menahan

diri dari memerangi kelompok pemberontak tersebut, maka tidak

terlaksanalah perintah Allah yang tertulis di dalam ayat ini. Ini menunjukkan

bahwa sabda Nabi tersebut tidak tertuju pada sahabat-sahabat Nabi

Muhammad saw, sebab mereka berperang tidak karena sesuatu yang lain,

melainkan karena menjalankan perintah Allah SWT.

Ath-Thabari mengatakan, "Seandainya kita diwajibkan untuk menahan

diri dari setiap perselisihan atau pertempuran yang ada dengan jalan

menghindar dari pertempuran tersebut dan hanya berdiam di dalam rumah

serta membuang senjata-senjata yang ada, maka tidaklah akan terlaksana

hudud (hukum) Allah di muka bumi ini. Sehingga kemunkaran akan terus

berjalan dan orang-orang jahat leluasa untuk berbuat kejahatan di muka

bumi. Ini sungguh bertentangan dengan sabda Rasulullah saw yang

berbunyi, "Cegahlah perbuatan orang-orang bodoh diantara kamu."

Hadits Rasulullah saw di atas hanya berlakujika perkelahian atau

pertempuran itu terjadi karena dunia. Ini merupakan pernyataan yang

dikeluarkan oleh beberapa ulama. Mereka mengatakan, "Jika kalian

berperang karena dunia, maka yang membunuh dan yang terbunuh dar keduanya akan masuk ueraka." Diantara hadits Rasulullalr saw yang

mendukung pernyataan ini adalah sabda Beliau yang diriwayatkan oleh

Muslirn dari Abu Hurairah, yang berbunyi, "Demi Allah, yang jiwakudi

Tangan-Nya, tidaklah akan berakhir dunia ini, melainkan setelah datang

suatu masa.rang pada rnasa itu si pembunuh tidak tahu lagi sebab ia

membunuh dan yang terbunuh tidak tahu lagi sebab ia dibunuh." Sahabat

bertanya, "Terus bagainrana, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Yang

membunuh dan yang terbunuh akan masuk neraka."

Jadi, hadits ini menunjukkan bahwa pertempuran yang terjadi akibat

kebodohan, 1'aitu karena memperebutkan dunia atau memperturutkan hawa

nafsu, maka orang-orang 1,ang bertempur itu, baik yang membunuh maupun

yang terbunuh. akan masuk neraka. Adapun pertempuran yang terjadi karena

menjalankan perintah Allah SWT, maka tidak termasuk kepada pengertian

hadits ini. Sedangkan pertempuran yang berlangsung diantara para sahabat

Nabi dalam perang Unta dan Shiffin, maka orang lslam harus menahan diri

dari menyebutkan kekeliruan mereka, dan harus menyebutkan keutamaan￾keutamaan yang ada pada diri mereka. Sebab, Allah SWT memuji mereka

dalam Kitab-Nya, "Sesmtgguhnya Allah telah ridha terhadap orong-orang

mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bowah pohon. " (QS. al￾Fath: 18) L'tuhanrmad itu adalah utusan Allah dan orong-orang yong

bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi

berkasih sa)'ang sesatna mereka. (QS. al-Fath: 29) dan: Tidak sama di

antara kamu orang yang menaJkohkan [hartanyal dan berperang sebelum

penaklukan [-lIekahJ. Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang

yang menaJkahkan [hartanyal dan berperang sesudah r7z. (QS. al-Hadid:

l0)

Sahabat-sahabat Rasulullah yang berperang antar sesama mereka

karena beranggapan bahrva perang yang mereka lakukan tersebut adalah

berada di atas kebenaran. maka mereka itu dimaafkan. Menurut pendapat

lainnya, sahabat-sahabat 1'ang tidak mau ikut serta berperang ketika itu dan

lebih memilih untuk menjauh darinya, mereka menyesal di kemudian hari,

seperti Abdullah ibn Umar. la sangat menyesal karena tidak ikut membantu

'Ali ibn Abu Thalib ra ketika beliau diserang oleh pasukan Muawiyah.

Maka, menjelang meninggal dunia ia berkata, "Tidak ada yang sangat

akusesali yang menyerupai penyesalanku karena tidak ikut memerangi

kelompok pemberontak l aitu kelompok Muawiyah.

Abu Abdurrahman as-Salami mengatakan, "Kami ikut dalam perang

Shiffin bersama 'Ali ibn Abu Thalib ra. Waktu itu kami melihat'Ammar ibn

Yasir tidak mengambil posisi di salah satu lembah Shiffin, melainkan

sahabat yang lain mengikutinya, seolah-olah ia telah menyuruh mereka

melakukannya. Akumendengar 'Ammar ibn Yasir berkata kepada Hasyim

ibn Utbah, "Wahai Hasl im, sungguh pada hari ini kita berhadapan dengan para kekasih Rasulullah saw dan golongan Beliau. Oleh karena itu, denri

Allah, kita tidak akan menyerang mereka kecuali setelah kita terdesak di

puncak-puncak bukit. Sebab di kala itulah kita yakin bahwa kita berada di

pihak yang benar."

Abu Abdurrahman meneruskan. "Maka belum pernah menyaksikan

para sahabat Nabi berperang sesama mereka, melainkan hanya pada waktu

itu." Ketika sebagian ulama salaf ditanya tentang pertempuran yang terjadi

antar sahabat, mereka menjawab dengan menyebutkan firman Allah SWT:

Itu adalah umat yong lalu; baginyo opa yang telah diusahakannya dan

bagimu apa yong sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta

perlanggungan jawab tentong apo yang telah mereka keriakan. (QS. al￾Baqarah: 134), atau:

Itu adalah umat yang teloh lalu; baginya apa yang diusahakannya dan

bagimu apq yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta

pertanggungan jawab tentong apo yang telah mereka keriakan- (QS' al￾Baqarah: l4l)

Tentang masalah ini telah kamijelaskan dengan rinci di dalam buku

al-Jami' li Ahkam Al-Qur'an dalam surah al-Hujurat.

Rasulullah saw bersabda, "sungguh akan terjadi fitnah di kalangan

sahabatku namun mereka diampuni oleh Allah SWT lantaran persahabatan

mereka denganku. Akan tetapi, hal ini diikuti oleh generasi sesudah mereka

sehingga generasi itu masuk ke dalam neraka karenanya."

Umat Ini akan Berselisih antar Sesama

Allah SWT berfirman: Atau Dia mencampurkan kamu dalam

golongan-golongan fyang saling berlentanganJ dan merasakan kepada

sebahagianJ kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa

Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar

mereka memahami [nya].(QS. al-An'am: 65)

Dalam hadits Shahih Muslim, Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnvu .1lluh SWT telah menghimpunkan humi ini

kepadakusehinggu ukudupcrt melifutt bumi ini keseluruhannyu, baik bagian

timur maupun baratnytt. Dan sungguh wilayah kekuasaan umatku nanli

ukan meliputi wilayah-vilayah humi yang dihimpunlun Tufun

dan akutelah dikaruniai dengan dru hekal, bekal merah don bekal putih (lhn

Majcth mengatakatt hahv'a bekol merah don bekal putih itu ma*sudnyu

adalah perak dan enrus1. Dan akuteloh meminta tiga perkara bagi umotku

kepada Allah SWT. nonturt la hanya menerinru dua perkara saja. sedang

perkara yang satu lagi ditolak. Duo perkua yang diterimo oleh Allah SW

itu adaluh: perlarrro. ago' unratku ticlak dimusnahlun dengan paceHik yang

berkepanjangan. Kedua. ogar merelut tidak dikucrsai dan dinrusnohlcon oleh

umat-umat yang lain." Tuhanku menjawabnya dengm mengotakm

kepadaku, "Wahai Muhanmrud, sungguh jika Akutelah ntemutuskon sesuatu,

ntaka tidak ctda seorangpun yang bisa menololmya. Dan sungguh Akutelah

menerinru permintaanmu agar umalmu tidak dimusnahkan dengan paceklik

yang berkepanjangan, dan agar mereks tidak dikuasai dan dimusnahkan

oleh umat-un at yong lttin, walaupun umal-unul ilu telah bersekongkol

semuanyo dari segala penjuru-" (HR. Muslim dari Tsauban)

Abu Daud menambahkan bahwa Rasulullah saw bersaMa" "Hanya

saja yang akutakutkan terhadap umatku di kemudian hari adalah adanya

pemimpin-peminpin yans sesat lagi menyesatkan diantara mereka, dan jika

pedang sudah diacungkan di tengah-tengah mereka" pedang itu tidak akan

diangkat sampai hari kiamat. Hari kiamat itu tidak akan terjadi, melainkan

setelah sebagian dari umatku bergabung dengan orang{rang musyrik dan

mereka berubah menjadi penyembah berhala. Dan akan muncul sebanyak

tiga puluh orang pendusta dari kalangan umatku yang masing-masing

mereka mengakudirinya sebagai nabi, padahal akulah nabi terakhir dan tidak

akan ada lagi nabi setelahku. Dan senantiasa akan ada sebagian dari umatku

itu yang tetap menegakkan kebenaran dengan terang-terangan dan mereka

tidak takut dengan orang-orang yang menentang mereka sampai datang

keputusan dari Allah SWT."

Mu'adz ibn Jabal berkata "Suatu kali akumelihaf Rasulullah saw

melaksanakan shalat yang cukup lama. Setelah selesai, kami pun bertanya

kepadanya, "Wahai Rasulullah, kami lihat engkau memanjangkan shalat kali

ini." Beliau menjawab. "sungguh shalatku itu adalah shalat pengharapan

sekaligus slralat kecemasan. Dalam shalatku itu, akumeminta tiga perkara

bagi umatku kepada Allah SWT, namun Ia hanya menerima dua perkara

sedangkan perkara yang satu lagi tidak. Dua perkara yang diterima oleh
Allah SWT itu adalah; pertama, agar umatku tidak dikuasai dan

dimusnahkan olelr umat-umat yang lain. Kedua, agar mereka tidak

dimusnahkan dengan ditenggelamkan. Permintaan ketiga yang tidak

dikabulkan-Nya adalah agar mereka tidak berselisih antara sesama hingga

sebagian menimpakan keganasan kepada sebagian yang lain." (HR. lbn

Majah)

Diriwayatkan dari Sa'ad ibn Abu Waqqash, ia berkata: Ketika

Rasulullah saw lewat di depan mesjid Bani Muawiyah, Beliau masuk ke

dalamnya lalu shalat dua raka'at, dan kami pun ikut melaksanakan shalat

bersama Beliau. Waktu itu shalatnya agak lama, dan setelah selesai shalat,

Beliau menghadapkan wajahnya kepada kami dan berkata, "Dalam shalatku

itu, akutelah meminta tiga perkara bagi umatku kepada Allah SWT, namun

Ia hanya menerima dua perkara. sedangkan perkara yang satu lagi tidak. Dua

perkara yang diterima oleh Allah SWT itu adalah; pertama, agar umatku

tidak dimusnahkan dengan paceklik yang berkepanjangan. Kedua, agar

mereka tidak dimusnahkan dengan ditenggelamkan. Permintaan ketiga yang

tidak dikabulkan-Nya adalah agar mereka tidak berselisih antar sesama

mereka hingga sebagian menimpakan keganasan kepada sebagian yang

lain." (HR. Muslim)

Diriwayatkan juga dari Khabbab ibn al-Art, salah seorang yang ikut

perang Badar bersama Rasulullah saw, ia berkata: Pada malam itu

akumemperhatikan Rasulullah saw melaksanakan shalat sampai setelah

Beliau selesai melaksanakan shalatnya, akuberkata kepada Beliau, "sungguh

akutidak pernah menyaksikan engkau melaksanakah shalat selama itu."

Beliau menjawab, "Benar, sungguh shalatku itu adalah shalat pengharapan

sekaligus shalat kecemasan. Dalam shalat, akutelah meminta tiga perkara

bagi umatku kepada Allah SWT, namun la hanya menerima dua perkara,

sedangkan perkara yang satu lagi tidak. Dua perkara yang diterima oleh

Allah SWT adalah; pertama, agar umatku tidak dimusnahkan seperti umat￾umat yang terdahulu. Kedua, agar umatku tidak dikuasai dan dimusnahkan

oleh umat-umat yang lain. Permintaan ketiga yang tidak dikabulkan-Nya

adalah agar mereka tidak berselisih antar sesama hingga sebagian

menimpakan keganasan kepada sebagian yang lain."

Rasulullah saw bersabda, "Sungguh akan terjadi haraj x&lum hari

kiamat." Sahabat bertanya, "Apakah haraj itu, wahai Rasulullah?" Beliau

saw menjawab, "Haraj itu adalah peperangan, peperangan." Sebagian

sahabat berkata, "Sungguh kita sekarang sedang berperang melawan orang￾orang musyrik." Beliau berkata lagi, "Perang yang akumaksud bukanlah

perang melawan orang-orang musyrik, melainkan perang antara sesama

orang Islam sampai sebagian mereka membunuh tetangga atau kerabatnya

sendiri." (HR. Ibn Majah dari Abu Musa) llallohu A'lam Berita-berita tentang Fitnah Kesesatan dan Huru-hara dalam Sabda

Nabi saw

Hudzaifah mengatakan, "Sunggult Rasulullah saw telah

mengumpulkan kami dan Beliau berkhutbah ketika itu. Dalam khutbahnya

yang panjang itu, tidak ada satupun dari fitnah yang bakal menimpa umat ini

sampai hari kiamat nanti. melainkan Beliau sampaikan kepada kami.

Sebagian kami ada yang menghapal semua sabda Beliau tersebut, dan

sebagian yang lain ada yang melupakannya tentang para tokoh fitnah

tersebut. Memang ada juga yang akulupa, namun ada juga yang akurnasih

ingat sebagaimana seseorang mengingat wajah seorang yang pernah

ditemuinya lalu bertemu lagi." (HR. Muslirn) Dalam riwayat Abu Daud,

Hudzaifah berkata: Diantara fitnah tersebut adalah: tiga fitnah yang menyapu

segalanya; kedua, fitnah bagaikan angin panas di musim panas; ketiga,

fitnah-fitnah kecil; keempat. fitnah-fitnah besar."

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa AbuZaid berkata, "Setelah pada

suatu hari Rasulullah sas melaksanakan shalat Subuh bersama kami. Beliau

naik ke atas mimbar, lalu berkhutbah kepada kami sampai masuk waktu

Zhuhur. Kemudian Beliau turun dan shalat Zhuhur bersama kami. Setelah itu

Beliau naik mimbar kembali dan berkhutbah kepada kami sampai masuk

waktu Ashar. Kemudian Beliau turun kembali dan setelah melaksanakan

shalat Ashar bersama kami, Beliau naik kembali ke atas mimbar dan

berkhutbah sampai ten_egelam matahari. Pada waktu itu, Beliau saw

memberitahukan kepada kami tentang fitnah-fitnah yang bakal menimpa

umat ini sampai hari kiamat nanti."

Abu Daud mengatakan, "Demi Allah, akutidak tahu mengapa sahabat￾sahabatku menjadi lupa dengan sabda Nabi tersebut; apakah mereka benar￾benar lupa atau sengaja melupakannya. Demi Allah, tidaklah ada seorangpun

dari pemimpin sebuah fitnah yang beranggotakan lebih dari tiga ratus orang

lebih sepanjang umur dunia ini, melainkan Rasulullah saw menyebutkan

nama dari pemimpin tersebut dan nama ayah serta sukunya (dengan

terperinci)."

Abu Daud meriwaratkan dari Abdullah ibn Umar, bahwa ia berkata,

"Ketika kami duduk bersama Rasulullah saw, Beliau menjelaskan kepada

kami tentang fitnah dengan sejelas-jelasnya. Diantaranya Beliau

menyebutkan tentang fitnah al-Ahlas. Sebagian kami bertanya, "Apakah itu

fitnah al-Ahlas itu wahai Rasutullah?" Beliau menjawab, "Yaitu fitnah

hancurnya keluarga dan harta. "Kemudian fitnah as-sz' yang membara di

bawah kedua telapak kaki seseorang yang mendakwakan bahwa ia adalah

salah seorang Ahlulbait. padahal bukan. Kemudian fitnah ketidaktenangan

dan ketidakstabilan pada diri seseorang (maksudnya orang itu tidak bisa

memimpin sama sekali). Kemudian fitnah duhaima' (bencana besar) yang tidak akan ada seorangpun dari umat ini, melainkan akan ditamparnya. Bila

dikatakan bahwa fitnah tersebut sudah berakhir, maka ia semakin menjadi￾jadi. Pada waktu itu, seorang laki-laki menjadi Mukmin di pagi harinya dan

menjadi kafir pada waktu sorenya dan sebaliknya, Mukmin di sore hari dan

kafir di pagi harinya. Sehingga, manusia itu menjadi dua kelornpok;

kelompok beriman yang tidak munafik dan kelompok munafik yang tidak

beriman. Kalau sudah demikian. maka tunggulah kedatangan Dajjat pada

hari itu atau esok harinya."

Diriwayatkan oleh Abu Daud dari 'Abdullah ibn Umar. ia berkata:

Pada suatu waktu kami duduk-duduk bersama Rasulullah saw. Beliau

berbicara tentang fitnah-fitnah (cobaan, huru-hara) sehingga beliau

menyebut fitnah al-Ahlas. Lalu seseorang bertanya kepada Beliau saw,

"Wahai Rasulullah, apakah fitnah al-Ahlas itu?" Beliau menjawab, "Pelarian

diri (dari tanggung jawab seperti lari dari medan perang) dan hilangnya harta

dan keluarga." Kemudian (Beliau saw menyebut) fitnah as-Sarrak (fitnah

kesenangan) dimana kekisruhannya berasal dari dua tapak kaki seorang laki￾laki yang berasal dari kaumku. ia mengakuketurunanku, sedangkan ia bukan

keturunanku, akan tetapi para wali akuadalah orang-orang yang bertaqwa.

Kemudian manusia akan dipimpin oleh seorang laki-laki seperti paha di atas

rusuk (yang tidak stabil dan berlangsung tidak lama) kemudian datanglah

fitnah Duhaimak (bencana huru-hara), ia tidak akan melewatkan seorang

dari umat ini kecuali akan diserangnya. Apabila dikatakan ia telah selesai,

maka ia akan menjadi-jadi. Pada pagi harinya seorang laki-laki akan beriman

sedangkan pada sore harinya ia akan menjadi kafir sehingga manusia akan

menjadi dua blok yaitu blok iman yang tidak ada kefasikan padanya dan

blok fasik yang tidak ada iman padanya. Apabila telah terjadi hal tersebut,

maka tunggulah Dajjal dari hari itu atau dari besoknya." (hadits shahih,

diriwayatkan oleh Abu Daud, Ahmad, dan al-Hakim)72

Kata"al-Ahlas" {4)o\t} secara bahasa berarti: Kain yang diletakkan

di atas punggung unta; atau tikar yang terletak di rumah, karena ketika fitnah

tersebut orang shalih lebih suka berdiam di rumah. Imam al-Khatthabi

berkata, "Fitnah ini disebut dengan ahlas, karena fitnah ini sangat panjang

masanya, karena ahlas secara bahasa artinya 'kain yang digunakan sebagai

alas duduk di atas suatu tempat selama ia tidak diangkat kembali'. Dalam

tafsiran yang lain. fitnah itu disebut ahlas, karena warnanya yang hitam

kelam.

Fitnah Ahlas adalah fitnah yang sangat panjang yang sudah dimulai

sejak zaman sahabat, dimana al-Faruq Umar ibn al-Khatthab adalah dinding pembatas antara kaum Muslim dengan f-itnah ini, sebagairnana yang

diterangkan Nabi saw ketika beliau berkata kepada Umar, "sesungguhnya

antara kamu dan fitnalr itu terdapat pintu yang akan hancur." (HR. Hudzaifah

oleh al-Bukhari dan Muslirn) Sabda Rasul saw ini memang menjadi

kenyataan dimana ketika Umar baru saja rneninggal dunia, hancurlah pintu

tersebut dan terbukalah fitnalr ini terhadap kaum Muslim dan ia tidak pernah

berhenti sampai sekaran-e ini. Sungguh benar apa-apa yang telah disabdakan

oleh Rasulullah saw. ia adalah fitnah Ahlas.

Fitnah Ahlas ini adalah panjang masanya yang telah dimulai sejak

masa pemerintahan Utsnran ibn 'Affan dan terus berlanjut pada kaum

Muslim sehingga datang pula fitnah as-Sarrak (fitnah kesenangan harta

benda), dimana ia telah benar-benar di mulai pada zaman sekarang

(sebagaimana )'ang akarr kami terangkan pada tanda berikut). Sedangkan

fitnah as-sarrak akan menjadi pintu gerbang penyambutan dari kedatangan

fitnah Duhaimak (bencana huru-hara, kesusahan), yaitu fitnah pertempuran￾pertempuran terakh ir (ul - nru luh im).

Dalam rirvayat yang lain, Abu Sa'id al-Khudri menceritakan: Setelah

selesai melaksanakan shalat Ashar berjamaah, Rasulullah saw berkhutbah

kepada kami dan dalam khutbahnya itu tidak ada satupun dari fitnah yang

bakal menimpa umat ini sampai hari kiamat nanti, melainkan Betiau

sampaikan kepada kami. Sebagian kami ada yang menghapal semua sabda

Beliau tersebut. dan sebagian yang lain ada yang melupakannya.

Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa para sahabat Rasulullah tahu

banyak tentang peristiw,a-peristiwa yang akan menimpa alam ini, namun

mereka tidak menceritakannya kepada orang lain. karena hadits-hadits itu

tidak menyangkut masalah hukum syariat.

Menurut zhahir hadits ini, khutbah Rasulullah saw itu disampaikan

setelah shalat Ashar. bukan sebelumnya. seperti yang dituliskan di dalam

hadits-hadits sebelumnya. Jadi, sepertinya ada pertentangan diantara hadits￾hadits ini dalam hal rvaktunya. Namun pertentangan tersebut bisa

dicocokkan dengan mengatakan bahwa boleh jadi khutbah Rasulullah saw

itu berlangsun-s dua hari: pada hari pertama Beliau berkhutbah setelah waktu

Ashar, dan besoknya Beliau berkhutbah sehari penuh. Atau boteh jadi

khutbah itu berlangsung sehari penuh, yaitu dari setelah shalat Subuh sampai

tenggelam matahari, sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang

diriwayatkan oleh lbn zaid. Namun sebagian periwayat hanya menyebutkan

pada waktu Ashar, sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang

diriwayatkan oleh Abu Sa'id al-Khudri ini, wallahu a'lam.

Abu Hurairah mengatakan, "sungguh akutelah menghapat dua buah

sabda Rasulullah saw: sabda pertama telah akusampaikan kepada orang
banyak, sementara yang kedua belurn. karena jika akusampaikan maka bisa￾bisa akudibunuh oleh orang lain. (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah)

Fitnah yang Bergelombang bagai Gelombang Air Laut

Diriwayatkan dari Syaqiq bahwa Hudzaifah berkata: Ketika kami

duduk-duduk bersama Umar ibn al-Khatthab ra, ,a bertanya, "Adakah

diantara kalian yang hafal hadits Rasulullah saw tentang fitnah?" Hudzaifah

menjawab. "Akuhafal, wahai Amirul Mukminin." Maka ia berkata, "Engkau

adalah seorang pemberani. Apakah yang engkau dengar dari Beliau?"

Dijawab oleh Hudzaifah, "Akudengar Beliau saw mengatakan tentang fitnah

seseorang terhadap keluarga, harta, dan tetangganya; orang tersebut tidak

melaksanakan shalat. puasa, sedekah, dan tidak melaksanakan amar ma'ruf

nahi munkar." Umar berkata, "Bukan itu yang akumaksudkan, melainkan

hadits Rasulullah saw tentang fitnah yang bergelombang seperti gelombang

air laut." "Ada apa denganmu tentangnya Wahai Amirul Mukminin, sungguh

antata fitnah itu dengan engkau terhalang oleh sebuah pintu yang tertutup."

Umar berkata, "Apakah pintu itu bisa dibuka atau harus dipecahkan?"

Hudzaifah menjawab, "Harus dipecahkan." Maka aku -Syaqiq- pun bertanya kepada Hudzaifah, "Apakah Umar mengetahui pintu tersebut?"

Ia menjawab, "Benar, sungguh ia mengetahuinya bagaikan mengetahui

bahwa setelah malam akan datang pagi." (HR. lbn Majah) Kami bertanya

siapakah pintu itu? Masruq mengatakan bahwa pintu itu adalah Umar

sendiri.

Dalam riwayat lain dari Anas ibn Malik, ia berkata: Umar ibn al￾Khatthab datang menemui anak perempuan 'Ali ibn Abu Thalib ra dan

didapatinya anaknya itu sedang menangis, maka ia berkata kepadanya,

"Apakah yang membuat engkau menangis, wahai putri 'Ali ibn Abu

Thalib?" Ia menjawab, "Sebab, seorang Yahudi telah mengatakan kepada

Ka'ab al-Ahbar berkata engkau adalah salah seorang dari pintu neraka

Jahannam." Umar menjawab, "Masya Allah, sungguh akuberharap agar

Allah tidak menakdirkan akusebagai orang yang sengsara." Kemudian,

pulanglah Umar ke rumahnya dan ia mengutus seseorang untuk memanggil

Ka'ab al-Ahbar untuk datang menemuinya. Setelah Ka'ab al-Ahbar sampai

di hadapannya, ia berkata kepada Umar. "Wahai Amirul Mukminin, tidaklah

habis bulan Dzulhijjah, maka kamu akan masuk surga." Umar berkata,

"Apakah itu, wahai Ka'ab al-Ahbar?" Ia menjawab, "Sekali di dalam surga

dan sekali di dalam neraka. Umar berkata, "Demi Allah yang jiwakudi

Tangan-Nya, sungguh kami mendapatkan engkau di dalam Kitab Allah

termasuk salah seorang dari penghuni neraka Jahannam yang menghambat

manusia untuk memasukinya."
Ada juga sebuah riwayat dari Yahya ibn Sa'id bahwa kakekrrya

berkata: Suatu kali kami duduk bersama Abu Hurairah di mesjid Nabawi di

Madinah. Waktu itu di samping kami ada Marwan. Lalu Abu Hurairalr

berkata. "Akumendengar Rasulullah saw bersabda. "Kehancuran umatku

adalah di tangan ughailinruh (anak-anak) dari Quraisy." Marwan berkata,

"Mudah-mudahan orang itu dilaknat oleh Allah." Lalu Abu Hurairah

berkata, "Kalau akumau nremberitahukan siapa orangnya dengan tepat, bani

fulan dan bani fulan, niscaya akuberitahukan kepada kalian." Akupernah

pergi bersama kakekku ke Bani Marwan ketika mereka menjadi raja di

Syam.

Para ulama mengatakan: Hadits ini menunjukkan bahwa Abu Hurairah

tahu banyak tentang fitnah-fitnah yang akan melanda dan ia tahu persis akan

orang{rang !'ang merupakan sumber dari fitnah tersebut. Perhatikanlah,

sampai ia berkata, "Kalau akumau memberitahukan siapa orangnya dengan

tepat. bani fulan dan bani fulan, niscaya akuberitahukan kepada

kalian."Akan tetapi. ia tidak menyebutkannya dan memilih diam karena

khawatir akan menyebabkan kerusakan, seolah-olah orang yang ia maksud

itu adalah Yazid ibn Muarviyah atau Ubaidillah ibn Ziyad dan orang-orang

yang seumpama dengan mereka dari penguasa Bani Umayah. Sebab,

merekalah yan-e telah membunuh Ahlulbait (keluarga Nabi) dan mencelanya.

Mereka jugalah yang telah membunuh orang-orang Muhajirn dan Anshar di

Madinah, Makkah, dan kota-kota lainnya. Mereka tidak merasa khawatir

dengan perlakuan Haliaj. Sulaiman ibn Abdul Malik, dan anaknya yang telah

melakukan pembunuhan besar-besaran dan merampas harta orang lain di

Hijaz. lraq, dan lain-lainnya. Kesimpulannya, Bani Umayah telah

mendurhakai dan membangkang wasiat Rasulullah saw terhadap

keluarganya dimana mereka telah membunuhnya darr menawan per€mpuan￾perempuannya- menghacurkan rumah-rumahnya, dan mengingkari

kemuliaannl'a dengan mencaci maki dan melaknatnya. Alangkah keji

perbuatan mereka dan alangkah malunya mereka nanti manakala dihadapkan

ke hadapan Rasulullah sas.

Siapa pembunuh Husain lbn'AIi ibn Abu Thalib?

Orang-orang berbeda pendapat tentang siapa pelakupembunuhan

terhadap Husain ibn 'Ali. Menurut sebuah riwayat yang diterima dari Sa'id

ibn Utsman. orang yang membunuhnya adalah 'Amru ibn Sa'ad. Sebab,

dialah yang bertindak sebagai pemimpin pasukan yang dikerahkan oleh

Ubaidillah ibn Ziyad untuk memerangi Husain ketika itu. Dia juga yang

memerintahkan pasukan itu untuk menangkap Husain sekaligus menjanjikan

hadiah kepada mereka yang berhasil menangkap dan membunuhnya.
Diantara pasukan tersebut, terdapat sekelompok pasukan dari orang Mesir

dan Yaman.

Pendapat lain mengatakan bahwa pembunuhnya bukan 'Amru ibn

Sa'ad. melainkan Abu ar-Ramih al-Khuza'i.

Ada juga yang mengatakan bahwa pembunuhnya bernama Sinan ibn

Abu Sinan an-Nakha'i. Pendapat ini dilontarkan oleh Mush'ab an-Nassabah

yang dikuatkan oleh sebuah bait syair yang mengatakan:

Dun kerumokah engkau a*nt berlindungwahai Hu.sain

Esok engkau akon ditangkap oleh kedua tungun lbn Sinun

Khalifah ibn Khiyath mengatakan, "Yang membunuh Husain adalah

Syammar ibn Dzi al-Jausyan (anggota pasukan) dan 'Amru ibn Sa'ad

(pemimpin pasukan). Syammar ibn Dzi al-Jausyan yang berpenyakit kusta

inilah yang memenggal kepala Husain sekaligus membawanya ke hadapan

Ubaidillah ibn Ziyad, lalu berkata:

Lihatlah kcndaraanku, ada perak dan emas di dalamnya.

Sunggyh akutelah membunuh seorang pemimpin yang dihormati.

Akutelah me mbunuh orumg yang terbaik

Yang termulia nasabnya di pandangan manusia

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa yang membunuh dan

membawa kepala Husain itu ke hadapan Ubaidillah ibn Ziyad adalah Bisyar

ibn Malik al-Kindi. Waktu ia ia berkata:

Lihollah kendarao*u, ada perak dan emas di dalamnya.

Sungguh akutelah membunuh seorang pemimpin yang dihormati.

Yang termulia nasabnya di pandangan mqnusia

Akutelah membunuh orang yong terbaik di negeri Nejad, Hur, dan Yatsrib

Mendengar perkataan Bisyar ibn Malik al-Kindi itu, Ubaidillah ibn

Ziyad menjadi marah lalu berkata kepadanya, "Kalau memang engkau tahu

bahwa Husain itu demikian, mengapa engkau membunuhnya?" Demi Allah,

sungguh engkau tidak akan mendapat imbalan apa-apa dariku, dan akuakan

menangkapmu." Ia pun menangkap Bisyar ibn Malik al-Kindi dan

memenggal lehernya. Dalam riwayat lain, yang memenggal Bisyr ibn Malik

al-Kindiadalah Yazid ibn Muawiyah, bukan Ubaidillah ibnZiyad.

Imam Ahmad ibn Hanbal meriwayatkan bahwa lbn 'Abbas berkata,

"Pada suatu ketika, akulihat Rasulullah saw tidak seperti biasanya;

rambutnya kusut dan badannya berdebu. Waktu itu Beliau saw sedang

memegang sebuah bejana berisi darah dan senantiasa memperhatikannya.

Maka akupun bertanya kepada Beliau. "Apakah itu wahai Rasulllah?" Beliau saw menjawab, "lni adalah darah Husain dan daralr sahabat-sahabatnya yang

akan selalu akuperhatikan mulaihari ini."

'Ammar berkata. "Hari yang disebutkan oleh Rasulullah saw itu kami

ingat selalu dan ternlata memang Husain dibunuh pada hari yang

disabdakan oleh Beliau. Pada hari itu, kehormatan keluarga Rasulullah saw

dicabik-cabik oleh sekelompok orang dan diperlakukan ibarat tawanan

perang. Mereka digirin-u sampai ke Kufah sehingga semua penduduknya

dapat menyaksikannya. Diantara mereka adalah al-Hasan ibn 'Ali -yang

dalam keadaan sakit di ikat tangannya sampai ke pundak- Zainab binti 'Ali,

Ummu Kaltsum. Fathimah, dan Sakinah binti al-Husein. Mereka semua

d i gerogoti o leh para penjahat-panjahat fi tnah."

Qathar meriwayatkan dari Mundzir ats-Tsauri. bahwa Muhammad ibn

al-Hanafiyah berkata "Orang-orang yang ikut terbunuh bersama Husain

berjumlah tujuh belas orang. Semuanya adalah keturunan Fathimah, putri

Rasulullah sau." Sementara al-Hasan al-Bashri menyebutkan bahwa orang￾orang yang ikut terbunuh bersama Husain berjumlah enam belas orang,

semuanya dari kalangan ahlulbait yang paling baik. Ada juga yang

mengatakan bahwa yang terbunuh berjumlah dua puluh tujuh orang.

Dalam S hahih al-Buklwi disebutkan:

Setelah kepala Husain diserahkan ke tangan Ubaidillah ibn Ziyad,

kepala itu diletakkan di dalam sebuah bejana sambil mencelanya; sesekali ia

juga menyebutkan tentang kebaikannya. Anas mengatakan, "Sungguh

Husain itu orang yang paling mirip dengan Rasulullah saw." Kepala itu

sudah bertanda karena dipukul-pukul oleh orang-orang berdosa. Kemudian

Ubaidillah ibn Ziyad mengikatkan kepala itu ke sebuah tombak dengan tali

yang terbuat dari sutra rang menimbulkan kemarahan orang-orang yang

melihatnya. Ketika itu. seorang laki-laki yang bernama Thariq ibn al￾Mubarak berdiri dan mencongkel mata Husain dan menggantungkannya di

pintu istana Ubaidillah ibn Ziyad. lalu ia mengumpulkan orang-orang di

mesjid raya dan berkutbah kepada mereka dengan khutbah yang tidak layak

untuk disampaikan.

Dibawa ke Mana Kepala llnsrin? I)i mane Letaknya Kini?

Orang-orang juga berbeda pendapat tentang keberadaan kepala

Husain. Al-Hafizh ibn al-'Ala' mengatakan, "Setelah kepala Husain

diserahkan kepada Ubaidillah rblrrZiyad, ia mengirim kepala itu ke Madinah

dan diserahkan kepada 'Amru ibn al-'Ash, gubernur Madinah ketika itu.

'Amru ibn al-'Ash berkata, 'Sungguh akuingin agar kepala itu tidak

diserahkan kepadaku." Kemrdian 'Amru ibn al-'Ash memerintahkan agar

kepala itu dikuburkan di kuburan Baqi' di Madinah. disamping kuburan
ibunya, Fathimah. lnilah pendapat yang paling shahih yang paling bisa

diterima. Oleh karena itu, Zubair ibn Bakar, seorang yang paling mengetahui

tentang keturunan Nabi dan yang paling mengetahui tentang peristiwa ini,

mengatakan, "Kepala Husain dibawa ke Madinah."

Sedangkan kelompok Syi'ah lmamiyah mengatakan. "Kepala al￾Husain ibn 'Ali itu dikembalikan lagi ke Karbala setelah berlalu selama

empat puluh haridari pembunuhan (dari sinilah timbul istilah "Ziarah Empat

Puluh" bagi mereka). Adapun pendapat yang mengatakan bahwa kepala itu

berada di 'Asqalan atau di Kairo, maka pendapat ini adalah pendapat yang

keliru dan tidak punya dasar serta tidak bisa diterima."

Disebutkan bahwa orang-orang yang ikut membunuh Husain telah

disiksa oleh Allah SWT secara perlahan-lahan, dimana sejak peristiwa itu ia

menjadi sangat menyesal dan merasa sedih yang luar biasa serta diliputi rasa

ketakutan yang mendalam. Allah memberikan rasa malu dan tercela kepada

dirinya sampai mereka terbunuh semuanya, yaitu enam tahun kemudian.

Disebutkan juga bahwa 'Amru ibn Sa'ad beserta teman-temannya mati

terbunuh di kemudian hari, juga dengan cara dipenggal. Allah SWT

berfirman: Orang-orang yang berdoso dikenal dengan landa-tandanya, lalu

dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. (QS. ar-Rahman: 4l )

'lmarah ibn 'Umairah mengatakan, "Ketika kepala 'Ubaidillah ibn

Ziyad dan teman-temannya digiring orang banyak ke mesjid ar-Rahbah dan

diletakkan di sebuah tiang di sana, tiba-tiba datang seekor ular menyelinap

dan menggerogoti kepala-kepala itu. Setelah sampai di kepala 'Ubaidillah

ibn Ziyad, ular itu berdiam di sana beberapa saat lamanya kemudian ia

keluar lagi lalu menghilang seketika. Namun, beberapa saat kemudian. ular

itu datang lagi dan berbuat hal serupa terhadap kepala-kepala itu, terutama

terhadap kepala 'Ubaidillah ibn Ziyad.

Para ulama mengomentarinya dengan mengatakan, "lni adalah

pembalasan dari Allah SWT terhadap 'Ubaidillah ibn Ziyad yang telah

memperlakukan tindakan yang tidak senonoh kepala al-Husain ibn 'Ali, dan

merupakan salah satu azab yang nyata baginya.

Disebutkan bahwa 'Ubaidillah ibn Ziyad dan teman-temannya dibunuh

dalam sebuah pertempuran yang terjadi antara mereka dengan pasukan Iraq

yang dipimpin oleh Ibn lbrahim ibn Malik. Waktu itu, Ibn lbrahim ibn Malik

bersama pasukannya yang berjumlah kurang dari dua puluh ribu orang

datang dari kota Maushil ke Syam untuk menyerang pasukan 'Ubaidillah ibn

Ziyadyang berjumlah tiga puluh tiga ribu orang.

Ketika pertempuran sedang berlangsung sengit, Ibn lbrahim ibn Malik

melihat seorang laki-laki yang gagah duduk di atas kudanya dengan

memakai baju besi yang panjang dan serban sutra serta berselendang kain hijau dari sutra. Orang itu memegang sebuah lembaran yang bertuliskan

dengan tinta emas. Maka lbn lbrahim ibn Malik mengejar orang tersebut

dengan maksud menganrbil lembaran itu darinya serta mengambil kudanya.

Ketika sudah berada di dekatnya, orang itu langsung dipukulnl'a dengan

pedang sehingga ia mati seketika dan lembaran itu dapat diraihnva, namun

kuda orang itu lari dan nrenghilang di tengah kerumunan orang banyak yang

masing-masing tidak bisa menyaksikan yang lain karena sengitnya

pertempuran.

Setelah selesai pertempuran yang telah menelan korban sebanyak

tujuh puluh tiga orang dari pasukan lbn lbrahim ibn Malik.dan tujuh puluh

ribu orang dari pasukan 'Ubaidillah ibn Ziyad itu, pulanglah pasukan ke lbn

Ibrahim ibn Malik negerinya dengan membawa kemenangan besar.

Setelah sampai di lraq, lbn lbrahim ibn Malik menemukan kembali

kuda yang lari darinya saktu pertempuran berlangsung. Setelah tahu bahwa

laki-laki gagah yang menunggangi kuda tersebut adalah 'Ubaidillah ibn

Ziyad, maka ia langsung bertakbir dan bersujud kepada Allah SWT. la

berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah membunuh 'Ubaidillah ibn Ziyad

melalui tanganku."

Apa yang dialamioleh Ubaidillah ibn Ziyad ini, juga dialami Bisyr ibn

Artha'ah al-'Amiri ]'ang telah mengoyak-ngoyak lslam dengan

menumpahkan darah orang-orang Islam dan membunuh mereka secara

mendadak serta tidak mempedulikan saMa-saMa Rasulullah sau. Ia telah

membunuh sekian banyak dari keluarga beliau, diantaranya adalah dua orang

anak Abaidillah ibn Abbas ibn Abdul al-Mutahllib (saudara Abdullah ibn

Abbas) yang masih kecil dan masih berada di pangkuan ibunya, yaitu

Qatsam dan AMurrahman. sehingga ibunya menjadi gila seketika lantaran

kehilangan kedua anaknya itu dan karena sangat dendam kepada

pembunuhnya.

Abu Bakar ibn Abu Syaibah mengatakan bahwa Abu Dzar (seorang

sahabat Rasulullah saw') telah berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan

hari yang menyakitkan dan memalukan itu. Ia meminta perlindungan itu

dalam sebuah shalatnya yang panjang, baik ketika berdiri maupun ketika

rukuk dan sujud. Setelah selesai melaksanakan shalat, kami bertanya

kepadanya, "Dari apakah engkau berlindung kepada Allah dan doa apakah

yang engkau baca?' Ia menjawab, "Akuberlindung kepada-Nya dari

kejahatan hari yang men.,"akitkan dan memalukan itu. dimana pada waktu itu

perempuan-perempuan Muslimat ditawan dan ditelanjangi semuanya; yang

cantik-cantik diantara mereka diperkosa. Maka akuberdoa kepada Allah

kiranya akutidak menemukan hari tersebut."

Abu Umar mengatakan, "Ketika pasukan Muawiyah yang dipimpin

oleh Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri datang ke kota Madinah, Abu Ayyub (gubernur Madinah waktu itu) melarikan diri ke tempat 'Ali ibn Abu Thalib

ra Sehingga Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri bersama pasukannya bisa masuk

ke Madinah dengan leluasa. Waktu itu Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri

berpidato dan mengatakan dalam pidatonya itu, "Dimanakah Syeikh-ku yang

dulu berkuasa di sini (maksudnya adalah Utsman ibn 'Affan). Wahai

penduduk Madinah, demi Allah, kalaulah kalian tidak berpihak kepada

Muawiyah, sungguh akan akubinasakan kalian semuanya." Kemudian ia

menyuruh penduduk Madinah itu untuk berbai'at kepada Muawiyah. la juga

mengatakan kepada Bani Salamah. "Kalian tidak akan aman, melainkan

setelah menyerahkan Jabir ibn Abdullah kepadaku." Maka mereka pun

memberitahukan hal ini kepada Jabir ibn Abdullah sehingga ia pergi ke

Syam untuk menemui Ummu Salamah, isteri Rasulullah saw. Sesampainya

di san4 ia berkata kepadanya, "Wahai Ummu Salah, bagaimanakah menurut

engkau seandainya akuberbai'at kepada Muawiyah? Sungguh akuberbai'at

kepadanya karena ini adalah bai'at yang sesat.

Ummu Salamah mengatakan, "Menurut pendapatku, lebih baik engkau

berbai'at kepadanya; anakku yang bernama Umar ibn Abu Salamah juga

akusuruh untuk berbai'at kepadanya." Sehingga datanglah Jabir kepada

Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri untuk berbai'at kepada Muawiyah. Setelah

menghancurkan kota Madinah, berangkat Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri ke

Mekah yang pada waktu itu ada Abu Musa al-Asy'ari di sana. Maka Abu

Musa al-Asy'aripun menjadi khawatir terhadap dirinya sehingga ia

melarikan diri ketika itu dan menulis surat ke Yaman untuk mengkhabarkan

bahwa pasukan Muawiyah telah datang untuk membunuh siapa saja yang

tidak mengakui kekhalifahan Muawiyah. Kabar tentang larinya Abu Musa

al-Asy'ari ini diketahui oleh Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri tapi ia tidak

mencarinya, melainkan berkata, "Sungguh akudatang tidak untuk

membunuhnya."

Kemudian Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri bertolak ke negeri Yaman,

sehingga Ubaidillah ibn Abbas (gubernur Yaman waktu itu) lari ke Kufah

dan men1ruruh Ubaidillah ibn Abdu Ma'dan al-Haritsi menggantikannya

sebagai gubernur Yaman. Ubaidillah ibn Abdu Madan al-Haritsi akhirnya

dibunuh oleh Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri, begitu juga anak laki-lakinya.

Kemudian Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri pergi ke tempat kediaman

Ubaidillah ibn Abbas untuk mencarinya, namun ia hanya menemukan kedua

orang anaknya di tempat itu. Sehingga kedua anak itu dibunuhnya dan

setelah itu ia kembali lagi ke Syam.

Abu 'Amru asy-Syaibani mengatakan, "Ketika pasukan Muawiyah

yang dipimpin oleh Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri datang ke kota Madinah, ia

membunuh dua orang anak Ubaidillah ibn Abbas ibn Abdul al-Mutahllib

yang bernama Qatsam dan Abdurrahman. Penduduk Madinah menjadi

ketakutan dan lari ke perkampungan Bani Salim. Kemudian, Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri men\erang kota Hamadzan dan membunuh penduduknya

serta menawan perenlpuan-perempuan mereka. ltulah pertama kali

perempuan ditawan dalanr Islam.

Ahli sejarah lslanr berbeda pendapat tentang tempat kedua anak itu

dibunuh. Ada yang mensatakan di Madinah. ada juga yang mengatakan di

Makkah, dan ada juga yang mengatakan di Yaman. kota-kota tersebut

diserang oleh Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri dan pasukannya. Muawiyah juga

pernah mengutus Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri dan pasukannya ke Yaman

pada tahun 40 Hijriah, 1'ang pada waktu itu Ubaidillah ibn Abbas, saudara

Abdullah ibn Abbas, sedang berada di sana. Maka larilah Ubaidllah ibn

Abbas dari Yaman ke Kufah, sedangkan Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri dan

pasukannya tetap berada di sana menjual agamanya dengan harga yang

sedikit, menakut-nakuti penduduknya, menjual perempuan-perempuannya

serta memperkosanya. Sehingga 'Ali ibn Abu Thalib mengirim pasukannya

yang dipimpin oleh Haditsah ibn Qudamah as-Sa'adi ke sana dan berhasil

memukul mundur pasukan Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri sehingga mereka

kembali lagike Syam.

Setelah itu, kembalilah Ubaidillah ibn Abbas ke Yaman dan tetap

menjadi gubernur di sana sampai 'Ali ibn Abu Thalib meninggal dunia.

Menurut pendapat lainnla. bahwa Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri tidak pemah

mendengar satupun dari perkataan Rasulullah saw, sebab selain Rasulullah

tidak bebas menyampaikan risalah pada awal lslam itu, ia pun masih kecil,

sehingga ia tidak bisa dikatakan sahabat Rasulullah saw. Yahya ibn Mu,in

mengatakan. "Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri adalah seseorang yang

berperilakuburuk."

Ibn Abu Umaiyah mengatakan, "Ketika kami berada di tepi pantai

bersama Bisyr ibn Artha'ah al-'Amiri, tiba-tiba ia membawa seorang pencuri

yang bernama Manshur karena ia telah mencuri seekor unta khurasannya. la

berkata, "Akujadi teringat sabda Rasulullah saw yang berbunyi, ..Janganlah

engkau potong tangan-tangan ketika perang," jika tidak karena ini, maka

sungguh akan akupotong tanganmu!"

Abu Mulrammad Abdul Haq mengatakan, "Bisyar lahir pada zaman

Rasulullah sarv dan mempunyai cerita-cerita buruk tentang 'Ali ibn Abu

Thalib dan sahabat-sahabatnya. Dialah yang telah membunuh dua orang

anak Ubaidillah ibn Abbas ibn AMul al-Mutahllib yang masih kecil yang

bernama Qatsam dan Abdurrahman, sampai ibunya menjadi gila karenanya.

Sehingga 'Ali berdoa kepada Allah SWT agar dipanjangkan umurnya dan

dihilangkan akalnya, dan ternyata doa ini dikabulkan oleh Allah SWT.

Ibn Dihl'ah mengatakan. "setelah kedua anak yang masih kecil itu

dibunuh, ibunl"a berdiri di tengah keramaian dengan metantunkan sebuah

syair yang sangat memilukan hati dan membuat air mata berderai- Dalam

sya'irnya itu ia berkata:

Wahoi orumgyang adu nterasa buhwu keduu unakku itu ibaral dua huah

Tapi upa dayaku, keduunya telah hilang dengan mendaduk dariku

llahai orang yang ado merasa balwa kedua anakku itu ibarat telingu dan

akal bagiku. Namun, hatiku sekarang, telah hilung.

Telah Akukatakan kepada Bisyr, bahwa akutidak percaya dengan omongan

orang dan kedustaan yung telah akuperbuat.

Kasihanilah akudcm anakku. Dengarlah penderitaun kami dan

perhatikanlah.

Begitujugo dengan dosa yang telah diperbuat terhadapnya.

Lidah pade lllasa Huru-hera L€bih Berbahaya daripada Pedang

Rasulullah saw bersaMa, "Akan datang sebuah malapetaka besar

melanda bangsa Arab ini yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam api

neraka. Dimana" lidah pada waktu itu lebih tajam daripada pedang." (HR.

Abu Daud dari AMullah ibn Umar)

Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda, "Akan datang sebuah

fitnah yang tidak bisa mendengar, tidak bisa berbicara, dan tidak bisa

melihat. Barangsiapa yang mendekat kepadanya, niscaya ia akan terperosok

ke dalam fitnah yang lidah pada waktu itu ibarat pedang. (HR. Abu Daud

dariAbu Hurairah)

Bahaya lidah yang dimaksud oleh hadits ini adalah perkataan dusta

yang keluar dari penguasa yang zalim terhadap rakyatnya, atau perkataan

yang mengada-ada yang disampaikan kepada penguasa tersebut.

Di dalam kitab ash-Shahi&arz, Rasulullah saw bersabda, "sungguh

perkataan seorang hamba dapat menyebabkannya terjerumus ke dalam

neraka yang luasnya sejauh jarak antara timur dengan barat. (HR. Abu

Hurairah)

Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Sungguh bila seseorang mengucapkan kata-kata yang dapat menimbulkan

kemarahan Allah (seperti perkataan dusta atau perkataan yang diada-adakan,

supaya orang lain menjaditertawa), maka ia akan terlempar ke dalam neraka

yang luasnya sejauh jarak perjalanan selama tujuh puluh tahun."
Beliau saw juga bersabda, "Celakalah bagi orang yang mengada-ada

dalam perkataannya. agar orang lain menjadi tertawa mendengarnya.

Celakalah bagi nya. celakalah baginya."

Dalam ;ebuah hadits yang diriwayatkan oleh lbn Mas'ud, Rasulullah

saw bersabda. "Barangsiapa yang berkata-kata sembarangan lantaran sedang

senang hidupnya. yang kata-katanya itu dapat menimbulkan kemarahan

Allah, maka ia akan terjerumus ke dalam neraka yang luasnya sejauh jarak

antara timur dengan barat.

Perintah untuk Bersabar ketika tertimpa Malapetaka

Diriwa_ratkan bahua suatu kali Rasulullah saw berkata kepada Abu

Dzar, "Bagaimanakah sikap engkau jika seseorang meninggal dunia

sementara orang lain tidak mau menggalikan lubang kubur untuknya dan

tidak mau menguburkannra. melainkan setelah diberi upah terlebih dahulu?"

Ia menjawab. "Allah dan Rasul-Nyalah yang mengetahuinya." Beliau saw

berkata, "Hendaklah engkau bersabar."

Kemudian Beliau saw berkata lagi, "Bagaimanakah sikap engkau

melihat Ahjar az-Zait (sebuah tempat di kota Madinah) telah banjir dengan

darah?" Akumenjawab. "Allah dan Rasul-Nyalah yang mengetahuinya."

Beliau saw berkata. "Hendaklah engkau berpihak kepada golonganmu."

Lalu Abu Dzar berkata kepada Beliau. "Wahai Rasulullah, kenapa

tidak akusandang saja pedang di atas pundakku?" Kata Beliau, "Kalau

begitu, engkau ikut berperang bersama mereka?" "Jadi, apakah yang harus

akulakukan uahai Rasulullah?" kata Abu Dzar lagi. Beliau saw menjawab,

"Engkau harus tetap berada di dalam rumah" (dalam riwayat lain Beliau

berkata, "Jadilah engkau seperti unla auraq yang tidak akan berjalan,

melainkan jika terpaksa." (Unta auraq adalah unta yang paling bagus

dagingnya dan berkulit putih kehitam-hitaman, namun tidak disukai oleh

orang Arab karena badannl'a besar tapijalannya amat lamban sehingga tidak

kuat dipakai untuk bekerja). Abu Dzar berkata lagi. "Bagaimana jika salah

seorang dari mereka masuk ke dalam rumahku?" Beliau menjawab, "Jika

engkau khauatir kilatan pedangnya akan menyilaukan matamu, maka

tutuplah muka engkau dengan pakaian sehingga ia kembali dengan

membawa dosanya sendiri dan dosanya terhadap diri engkau (Maksudnya,

kalau orang itu membunuh engkau, maka orang itu akan mendapat dosanya,

sedangkan engkau tidak berdosa)." (HR. Abu Daud dari Abu Dzar)

Al-Miqdad ibn al-Aswad berkata: Sungguh akumendengar Rasulullah

saw berkata, "Orang yan_e beruntung adalah orang yang berusaha menjauhi

fitnah; dan jika ia diuji oleh Allah, maka ia sabar menerimanya." (HR. Abu

Daud) Rasulullah saw bersabda. "Akan datang suatu masa dimana pada masa

itu orang yang bersabar mempertahankan agamanya adalah ibarat orang

yung ,"ngg"nggam bara di tangannya." (HR. at-Tirmidzi dari Anas ibn

Malik)

Perintah Rasulutlah ini (agar Abu Dzar tetap berada di dalam rumah

ketika ada fitnah), menurut sebagian pendapat, adalah berlakubagi fitnah apa

saja, sehingga seorang Muslim tidak dibenarkan untuk ikut campur dalam

fitnah-fitnah tersebut. Mereka mengatakan, "seorang Muslim harus berserah

diri ketika akan dibunuh oleh orang lain -sesama Muslim- jika memang ia

yang dijadikan sasaran pembunuhan, dan ia tidak harus membela diri

daripadanya. Pendapat ini, di samping berdasarkan kepada zhahir hadits di

atas, mungkin timbul karena beranggapan bahwa masing-masing orang yang

berperang adalah berperang di atas kebenaran, bukan karena dunia. Namun.

r"unduinyu peperangan itu karena urusan dunia, maka ia harus membela diri.

Di atas telah kami sebutkan contoh orang-orang yang menghindar dari

fitnah itu dengan tetap berada di dalam rumahnya, seperti 'lmran ibn al￾Hushain dan lbn Umar. Keduanya pernah mengatakan bahwa orang yang

menghindar dari dua kelompok yang bertikai dengan tetap berada di

ru.uhnyu, tapi tiba-tiba datang seseorang yang bermaksud untuk

membunuhnya, maka ia harus membela diri ketika itu. Jika ia tidak membela

diriny4 berarti ia telah keliru ketika itu dengan alasan hadits, "Barangsiapa

yang akan dibunuh atau dirampas hartanya oleh orang lain, lalu ia mati

karena membela diri dan hartanya tersebut, maka ia mati syahid." Oleh

karena itu, orang yang akan dibunuh atau akan dirampas hartanya oleh orang

lain berkewajiban untuk membela diri dengan jalan apapun,'terlepas dari

apakah orang lain itu benar-benar sengaja menzaliminya atau tidak."

Ubaidah as-Salmani dan yang lain juga pernah mengatakan seperti ini.

Inilah pendapat yang lebih bisa diterima, karena dalam Shahih Muslim,

disebutkan sebuah riwayat yang mengatakan bahwa seseorang datang

kepada Rasulullah saw lalu berkata, "Bagaimanakah menurut engkau jika

seseorang datang kepadakuuntuk merampas hartaku?" Beliau saw

menjawab, "Jangan engkau serahkan harta itu." Ia berkata lagi, "Bagaimana

jika ia memerangiku?" Kata Beliau, "Engkau harus melawan." "Bagaimana

Jifu ia membunuhku?" tanyanya lagi. Kata Beliau, "Kalau begitu, engkau

mati syahid." "Bagaimana jika akuyang berhasil membunuhnya" katanya

lagi. Jawab Betiau, "Orang itu akan masuk neraka." (HR. Abu Hurairah)

Ibn Mundzir mengatakan bahwa telah shahih riwayat dari Rasulullah

sw, bahwa Beliau bersabda, "Barangsiapa yang mati karena

mempertahankan hartanya maka matinya mati syahid." Oleh karena itu,

sebagian ahli ilmu menyatakan boleh memerangi dan membunuh para
pencuri. lni adalah pendapat lbn Umar, Hasan al-Bashri, eatadah, Malik,

asy-Syaf i, Ahmad. lshaq. dan an-Nu'man.

Namun Abu Bakar berkata, "Pendapat ini (bahwa orang yang akan

dibunuh atau akan diambil hartanya oleh orarrg lain berhak untuk memerangi

dan membunuh orang tersebut dengan syarat untuk mempertahankan diri dan

harta) adalah pendapat ahli ilmu yang 'awwam yang muncul karena

berdasarkan kepada keumuman hadits Rasulullah saw di atas. Sedangkan

menurut kebanyakan ahli ilmu yang lain, orang yang akan dibunuh ataupun

akan diambil hartanya oleh orang lain hendaklah tidak memerangi dan

membunuh orang tersebut. sekalipun tidak ada jalan lain baginya untuk

mempertahankan diri dan hartanya kecuali dengan jalan membunuhnya.

Sebab, Rasulullah saw menyuruh kita untuk bersabar menerima kejahatan

dan kezaliman orang yang berbuat jahat kepada kita, sebagaimana telah kami

terangkan hadits-hadits rentang hal ini sebelumnya.

Ketetapan Allah bagi Umat Muhammad

Abdullah ibn umar menceritakan: Suatu kali kami berjalan bersama

Rasulullah sarv dan sampailah kami di suatu tempat. Di sana, sebagian kami

ada yang membuat kemah-kemah, ada yang berlomba memanah sesama

mereka, dan ada yang bermain-main di sekitar tempat itu dengan binatang

ternaknya. Tiba-tiba datang seruan untuk melaksanakan shalat berjamaah,

maka kami pun berkumpul dan melaksanakan shalat itu bersama Rasulullah

saw. Selesai shalal Rasulullah saw bersabda:

Sungguh tidak ada seorang nabi pun sebelumku, melainkan ia harus

mengajarkan kebaikan rang diketahuinya kepada umatnya. Dan sungguh

Allah SWT telah menetapkan kesejahteraan terhadap umatku ini pada misa￾masa awal mereka dan menetapkan malapetaka bagi mereka di akhir masa

nanti. Mereka akan ditimpa oleh sebuah fitnah yang menyebabkan sebagian

mereka nanti akan menjadi musuh bagi sebagian yang rain; sebagiun ukun

membunuh sebagian yang lain. Ketika itu orang Mukmin akan berkata,

"lnilah masa kehancuranku." Maka, barangsiapa yang ingin terhindar ketika

itu dari api neraka dan masuk ke dalam surga, hendaklatr ia beriman kepada

Allah dan hari akhirat. Jika ia mem-bai a/ (mengangkat) seseorang sebagai

pemimpinnya. maka hendaklah ia menaatinya sepanjang kemampuannya.

Kalau ada orang lain mencoba menggerogoti pemimpin tersebut, maka

hendaklah ia membunuhnva.

Ibn Abdurrahman ibn Abdu Rabb al-Ka'bah menambahkan:

Akupernah mendekat kepada AMullah ibn Umar dan berkata kepadanya,

"Benarkah demikian kata Rasulullah saw?,, Ia menjawab, ..Benar, sungguh

akumendengarnya dengan telingakusendiri." Maka akupun berkata-lagi

kepadanya, "Bagaimanakah jika anak paman engkau (maksudnya adalah Muawiyah) yang memerintahkan kita untuk memakan harta sesama kita

dengan cara yang batil dan membunuh jiwa sebagian dari kita? Apakah kita

tetap harus menaatinya, padahal Allah SWT berfirman: Hai orung-orang

ycmg berimun, janganlah kamu saling memakan harla sesamamu dengon

ialan yang batil, kecuctli denganjalan perniagaan yang berlakudengan suka

sama-suka di anlaro kamu. Don janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnyu Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. an-Nisa':29)

Abdullah ibn Umar sempat terdiam mendengarnya selama beberapa

saat, tapi setelah itu ia menjawab. "Taatilah dia selama itu dalam menaati

Allah dan ingkarilah dia selama itu dalam mendurhakai Allah."

Boleh Doa Minta Mati ketika Terjadi Fitnah

Yahya ibn Sa'id berkata: Sungguh telah sampai riwayat

kepadakubahwa Rasulullah saw pernah berdoa dengan mengatakan, "Ya

Allah, jadikanlah akutergolong hamba-Mu yang melaksanakan perbuatan

baik, meninggalkan perbuatan munkar, dan menyayangi orang miskin. Dan,

jika Engkau menginginkan sebuah fitnah terhadap manusia, maka cabutlah

nyawakuterlebih dahulu sehingga akutidak ikut mendapat fitnah tersebut."

Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah melihat seseorang lalu berkata

padanya, "Berdoalah untuk mati jika kamu mau." Maka orang itu bertanya

kepadanya, "Kenapa sampai demikian, wahai sahabatku?" la menjawab,

"Bukankah mati dengan alasan yang jelas itu lebih baik daripada mati

dengan alasan yang tidak jelas?" Malik mengatakan, "Akutidak melihat

Umar ibn al-Khatthab berdoa agar mati syahid, melainkan ketika ada fitnah."

Diriwayatkan juga dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Celakalah orang Arab akibat kejahatan fitnah yang datang menghampiri

mereka. Oleh karena itu, lebih baik mereka mati ketika itu."

lni adalah peringatan keras dari Rasulullah saw bahwa fitnah itu

sangat berbahaya sehingga mati adalah lebih baik daripada ikut campur di

dalam fitnah tersebut.

Sebab-sebab Kemungkaran dan Fitnah

Dari Abu Nu'aim dari Idris al-Khaulani, Umar ibn al-Khatthab

berkata: Suatu saat Rasulullah memegang jenggotku, sedangkan

akumengetahui perasaan sedih dan cemas pada wajahnya, lalu ia saw

berkata, "Inno lillahi wa inna ilaihi rajiun (Sesungguhnya kita adalah milik

Allah dan akan kembali kepada Allah), baru saja Jibril datang kepadaku,

"Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun " lalu akubertanya, "Inno lillahi wa inna

ilaihi rajiun, ada apa gerangan wahai Jibril?" ia menjawab, "Sesungguhnya
umatmu akan ditirnpa fitnah (huru-hara dan kesesatan) pada saat yang tidak

lama lagi." "Fitnalr kekat'iran atau fitnah kesesatan?" tanyaku, "Semua itu

akan terjadi," kata Jibril. Vlaka akukembali bertanya. "Dari mana datangnya

fitnah itu? Sedangkarr akusudah rneninggalkan untuk mereka Kitabullah?"

"Justeru dengan Kitabullah itulah mereka tersesat, hal itu terjadi dari pihak

para pemimpin mereka dan para ulama mereka dimana para pemimpin

menahan hak-hak raklat, menzalimin hak mereka, lalu tidak mau

memberikannla. maka mereka pun saling membunuh dan saling

menyesatkan. Sedangkan para ulama memperturutkan kehendak para

pemimpin dalam hal rnenzalimi hak-hak manusia, lalu tidak mau

memberikannr a. maka mereka pun saling membunuh dan saling

menyesatkan. Para ulanra mengikuti hawa nafsu para penguasa, dan

membiarkan mereka dalanr kesesatan dan mereka tidak tanggung-tanggung."

Kata Jibril Akubertanya. "Bagaimana cara menyelamatkan diri pada waktu

itu," kataku. "Dengan diam dan sabar; sabar jika jika diberi, dan

meninggalkan hak itu bila tidak diberikan," kata Jibril.

Telah bersabda Rasulullah saw, "Apabila umatku berjalan dengan

sombong dan 1'ang menjadi pelayan mereka adalah putra-putri raja, putra￾putri Persia dan Romawi. maka orang yang paling buruk (bersifat jelek) akan

berkuasa terhadap orang-orang yang paling baik (pilihan)." (HR. Tirmidzi

dengan sanad 1'ang shahih dari 'Abdullah lbn Umar ra)

Dalam hadits riwarat Ibn Majah dari Abu Bakar ra, ia berpidato, lalu

mengucapkan tahmid kepada Allah lantas berkata: Wahai manusia

sesungguhnl'a kalian sudah pernah membaca ayat ini: "Wahai orang-orang

yang berintan. jagalah dirimu; tiadalah yqng sesat itu akan memberi

mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk." (QS. al￾Maidah: 105) dan sesungguhnya kami sudah mendengar Rasulullah saw

berkata: Sesungguhnya manusia yang melihat kemungkaran, tapi mereka

tidak mau mencegahnya. maka azab Allah yang menyeluruh akan turun

kepada mereka semua. (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi)

Rasulullah saw bersabda, "Kapan dan dimanapun, bila kekejian

(maksiat dan kemungkaran) terlihat jelas pada suatu masyarakat, maka akan

menimpakan pada mereka penyakit kolera dan penyakit-penyakit yang tidak

pernah terjadi pada umat sebelum mereka; jika mereka mengurangi takaran

dan timbangan. maka Allah akan menimpakan pada mereka kelaparan,

beratnya beban ekonomi. dan kezaliman penguasa: jika mereka tidak

membayar zakat, maka Allah akan menahan hujan dari langit untuk mereka,

sekiranya Allah tidak kasihan pada binatang-binatang, maka hujan pasti

tidak akan turun sama sekali; jika melanggar ayat Allah dan Sunnah Nabi,

maka Allah akan membuat musuh mereka berkuasa atas mereka, lalu mereka

akan mengambil apa saja 1,ang sudah mereka peroleh; sedangkan jika para

pemimpin mereka tidak berhukum dengan hukum Allah, maka Allah akan
menjadikan kebengisan sebagian mereka atas sebagiannya (perang

saudara)." (HR. lbn Majah dari lbn Umar. Sedangkan awal hadits juga

terdapat dalam hadits riwayat Abu Umar ibn Abdul Birr)

Kami mendengar Rasulullah saw bersabda, "Sungguh jika manusia itu

tidak berusaha merubah kemunkaran yang mereka lihat, maka azab Allah

akan datang menimpa mereka seluruhnya." Beliau saw juga bersabda,

"Bagaimanakah kalian seandainya bangsa Persia dan bangsa Rum

ditaklukkan bagi kalian?" Abdurrahman ibn 'Auf menjawab, "Kami akan

tetap seperti yang dikehendaki oleh Allah." Beliau saw berkata lagi,

"Betulkah demikian? Ataukah sebaliknya, kalian saling berlomba-lomba

mengejar dunia. saling hasad, saling bentrok, dan saling membenci sesama

kalian. Lalu sebagian kalian memperbudak sebagian yang lain." (HR.

Muslim dariAMullah ibn'Amru ibn al-'Ash)

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw telah mengutus Abu 'Ubaidah ibn

Jarrah ke negeri Bahrain -yang telah didamaikan penduduknya oleh

Rasulullah saw dan telah Beliau angkat al-'Ala' ibn al-Hadhrami sebagai

pemimpin mereka- untuk mengumpulkan Jizyah (pajak) mereka. Setelah

Abu 'Ubaidah ibn Jarrah menunaikan tugasnya dengan baik dan ia kembali

lagi kepada Rasulullah saw dengan membawa uang pajak tersebut, orang￾orang Anshar mendengar berita tersebut, sehingga mereka berbondong￾bondong melaksanakan shalat Subuh bersama Rasulullah saw (dengan

harapan akan mendapatkan pembagian dari uang pajak). Begitu selesai

shalat Subuh, mereka langsung mengelilingi Rasulullah saw. Beliau

tersenyum melihat mereka lalu berkata, "Barangkali kalian telah mendengar

bahwa Abu 'Ubaidah ibn Jarrah telah kembali dari Bahrain dengan

membawa uang pajak." Mereka menjawab, "Benar. wahai Rasulullah." Lalu

Beliau memerintahkan kepada sahabatnya, "Senangkanlah mereka dan

bagikanlah rezeki tersebut kepada mereka." Setelah itu Beliau berkata,

"Demi Allah, tidaklah kefakiran yang akutakutkan menimpa kalian,

melainkan kelapangan rezeki yang menyebabkan kalian berlomba-lomba

dalam kesenangan sehingga kalian menjadi binasa dibuatnya, sebagaimana

telah terjadi pada umat-umat yang terdahulu." (HR. Ibn Majah dari'Amru

ibn'Auf)

Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah akutinggalkan fitnah yang lebih

berbahaya terhadap laki-laki sepeninggalku, melainkan fitnah yang

ditimbulkan oleh perempuan." (HR. lbn Majah dari Usamah ibn Zaid) dan

dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah datang suatu pagi,

melainkan dua orang malaikat berseru pada pagi itu dengan mengatakan,

'Celakalah lakiJaki oleh sebab perempuan dan celakalah perempuan oleh

sebab laki-laki." (HR. Ibn Majah dari Usamah ibn Zaid)Diriwayatkan bahrva Rasulullah saw mengatakan di dalam sebuah

khutbahnya, "Dunia ini adalah hijau lagi manis (amat menggiurkan), dan

sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan kalian sebagai khalifah di dunia

ini, lalu la memperhatikan sikap kalian terhadap amanah yang diberikan itu.

Maka bertaqwalah kepada Allah dan waspadalah terhadap perempuan." (HR.

lbn Majah dari Abu Sa'id al-Khudri)

Dalam riwayat lain ditambahkan, "Maka bertaqwalah kepada Allah

dan waspadalah terhadap perempuan karena kesesatan pertama yang

menimpa Bani lsrail adalah per€mpuan." Rasulullah saw bersabda,

"Sesungguhnya bagi setiap umat itu ada fitnah, sedangkan fitnah bagi

umatku adalah harta." (HR. at-Tirmidzidari Ka'ab ibn 'lyadh)

Diriway'atkan dari lbn Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Barangsiapa _v-ang berdiam diri di padang pasir, maka ia akan kehausan.

Barangsiapa yang membuntuti binatang buruan, maka ia akan lalai. Dan

barangsiapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa, maka ia akan mendapat

fitnah."

Fitnah Harta den \Yrnita

Allah SWT telah memperingatkan hamba-hamba-Nya tentang fitnah

yang bisa ditimbulkan oleh harta dan perempuan, sebagaimana dikatakan￾Nya didalam Al-Qur'an:

Hai orang-or(mg yang berimon, sesunggulmya di antara isteri￾isterimu dan anak-anaknru ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati￾halilah komu terhadap nrcreka (QS- at-Taghabun: l4)

Sesunggulmya lurtamu dan anak-anakmu lwryalah cobaan [bagimuJ:

di sisi Allah-lah pahala rang besor. (QS. at-Taghabun: l5)

Maka bertalcwalah komu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan

dengarlah serta ta'atlah: dan natkahlanlah naflah yang baik untuk dirimu.

Dan barangsiapa yong dipelihara dori kekikirm dirinya, maka mereka

ilulah orcmg-or(mg yang beruntung. Jika kamu meminjamkan kepada Allah

pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gondakn, [pembalasannyaJ

kepadamu dan mengantptmi lcamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi

Maha Penyantun. (QS. at-Taghabun: 16-17)

Maka, barangsiapa yang menjaga diri dari fitnah ini, sungguh ia telah

selamat dari fitnah-fitnah vang lainnya.

Allah SWT berfirman: Dijdilcan indah @a [pordanganJ manusia

kecintaan kepada apa-opa yang diingini, yaitu: woita-wanita, anak-anak,

harta yang banyak dari jenis emas, perak fuda pilihu, binatang-binatang lernak dan sunah ladang. Ituluh kesenungan hidup di duniu dun di sisi

Allah-luh tempat kembali yung baik fsurgaJ. (QS. Ali 'lmran: l4)

Katokonlah, "lnginkth akukabarkan kepadumu apu yung lebih baik

dari yang demikian itu? " Untuk orang-orong yang bertakwa fkepudu

AlluhJ, pado .si.si Tuhan mereka ada surgo yang mengalir di bowahnvu

sungui-sung,ai; mereka kekal di dalamnyu. (QS. Ali 'lmran: l5)

Dalam ayat ini, Allah SWT telah menjanjikan balasan yang akan

diberikan-Nya kepada orang-orang bertaqwa yang mempunyai ciri-ciri

seperti yang dijelaskan dalam ayat selanjutnya: [yaituJ orang-orang yong,

sabar, yang benar, yang tetap to'at, yong mena/kthkun harlanya [di jalan

AllahJ, dan yang memohon ampun di waktu sahur. (QS. Ali 'lmran: l7)

Ayat ini menekankan sifat-sifat dari orang-orang bertaqwa, yaitu

mereka benar-benar zuhud terhadap nikmat-nikmat yang ada pada mereka

dan benar-benar berharap terhadap balasan yangjauh lebih baik dari Tuhan

mereka. Demikian pula hadits dari 'Aisyah ra yang diriwayatkan oleh al￾Bukhari dan Muslim: Sekiranya Nabi saw melihat apa yang akan terjadi

dengan kaum perempuan sepeninggal Beliau, niscaya Beliau saw akan

melarang mereka untuk pergi ke mesjid sebagaimana dilarangnya wanita￾wanita Bani Israel. (HR. al-Bukharidan Muslim)

Ayat-ayat yang senada dengan ayat di atas sungguh banyak dituliskan

didalam AlQur'an.

Keteetan Akan Mendetangkan Rahmat dan Keberkahan

Rasulullah saw bersaMa: Allah SWT telah mengatakan kepadaku,

"Akuadalah Allah Yang tidak ada Tuhan melainkan Aku. Akuadalah

Penguasa sekalian penguasa serta Pemilik sekalian kerajaan; hati para

penguasa itu berada di tangan-Ku. Jika para hamba patuh dan taat kepada￾Ku, maka akan Akupalingkan hati penguasa mereka menjadi baik dan

sayang terhadap mereka. Sebaliknya, jika mereka berbuat durhaka kepada￾Ku, maka akan Akupalingkan hati penguasa mereka menjadi benci dan

murka terhadap mereka sehingga penguasa itu menimpakan siksaan yang

amat pedih kepada mereka. Oleh karena itu, janganlah sekalian hamba hanya

sibuk mendoakan yang tidak baik terhadap penguasa mereka, melainkan

sibuklah dengan berdzikir dan taat kepada-Ku sehingga Akulepaskan mereka

dari cengkraman penguasa mereka." (HR. Abu Nu'aim al-Hafizh dari Abu

Darda')


Tanda-tanda Munculnl'a Peperangan Besar

Abu Daud meriwaratkan dari Mu'adz ibn Jabal bahwa Rasulullah saw

bersabda:

'. i)', u;i:j, 


i; t;- i1j ".;. i+ ,.rki' ,>d ;)li

{' JJ J t' J

.-rlirr e;; afubjlt U3 "^i+* $'^1ttt

Setelah pembangunan Baitul Maqdis berarti huncurnya Yatsrib (koto

Madinah). Setelah hancurnya Yatsrib berorti teriadinya perlempuran.

Setelah terjudinya pertenrpuron berarli penakluksn Konstanstin, dan setelah

penaklukan Konstantin berarti keluarnya Dajjal." (Hadits shahih yang

diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Mu'adz ibn Jabal.)73

lmam al-Bukhari meriwayatkan bahwa Auf ibn Malik berkata,

"Akumendatangi Nabi sarv dalam perang Tabuk, ketika itu Beliau sedang

berada di sebuah kemah kecil yang terbuat dari kulit, lalu Beliau bersabda:

\€, i.r,{' i 'c'i ,;.'; aLr'-st 6a

*Hitungloh ada enam perkora yang akan terjadi menielang (di gerbang)

hari kiamat, )'aitu: Kenrutianku, kemudian penaklukan Baitul Maqdis,

kemudian kematian nrussal seperti penyakit Qu'as (penyakit yang

mematikan kambing dengan cepat) knmbing. Kemudian melimpahnya uang

(harta) sehingga apabila seseorang diberi gaii seratus Dinar (Dinar adalah

uang yang terbuat dmi emas murni) maka ia tetap tidak puas (kesal),

kemudian munculnya fitnah (godaan, kekacauan, don kemalcsiatan ) yang

memasuki setiap rumah or(mg 'Arab, kemudian adanya genialan senjata

(perdamaian) antora kamu dengan Bani Ashfar! (Eropa dan Amerika)'

kemudian mereka mengkhianati lcamu. dimana mereka akan menyerangmu di buwuh 80 bendera dan di buwah liap-liap bendera itu lerdupal dua bela's

r ibu orang ( le n lora)." ( R iwayat al-Bukhari )7a

Abu Qasim ath-Thabrani juga meriwayatkan hadits yang maknanya

serupa dengan hadits di atas, tetapi ia menambahkan, "Markas kaum Muslim

saat itu terletak di sebuah daerah yang dinamakan Ghuthah. di sebuah kota

besar yang dikenal dengan sebutan Damaskus." (HR. Thabrani)

Dia mengatakan bahwa Auf ibn Malik telah menyaksikan wafatnya

Rasulullah saw. Dia juga hadir saat penaklukan Baitul Maqdis bersama

Amirul Mukminin Umar ibn al-Khatthab. Peristiwa itu terjadi pada hari

kelima bulan Dzulqaidah, tahun l0 Hijriah. Lalu ia menghadiri pembagian

harta karun Kisra Persia yang dilakukan oleh Umar ibn al-Khatthab.

Kemudian ia menyaksikan perang Jamal dan Shiffin. Namun sebelum itu, ia

sudah menyaksikan kematian besar-besaran yang terjadi di Syam. Kematian

besar-besaran itu disebabkan oleh wabah penyakit sampar yang dinamakan

'Amwas. Ketika itu, meninggal dunia sebanyak 26.000 jiwa, adapun al￾Madini menyatakan bahwa yang meninggal sebanyak 25.000 jiwa.

Dinamakan 'Amwas karena ia berasal dari dua kata: amma dan asa.

Amma berarti merata, sedangkan asaberarli duka cita. Maksudnya. sebagian

orang adalah duka cita bagi sebagian lainnya. Adapun 'Amwas adalah nama

sebuah daerah yang terletak diantara Ramallah dan Baitul Maqdis. Dalam

musibah itu, ikut meninggal pula gubernur negeri tersebut, yaitu Abu

'Ubaidah ibn Jarrah dan amir yang alim. Abu Abdurrahman Mu'adz ibn

Jabal.

Imam Ahmad ibn Hanbal menyatakan dalam buku sejarahnya bahwa

wabah 'Amwas terjadi pada tahun l8 Hijriah. Sedangkan dari Ahmad Abu

Zar'ah ar-Razi diriwayatkan bahwa wabah tersebut muncul pada tahun l7

atau l8 Hijriah. Pada tahun l7 Hijriah, Umar baru kembali dari Saragh.

Kata 13qr,1 jika huruf lz imnya didhammahkan sehingga dibaca muton,

maka itu diartikan sebagai bahasa. Sedangkan apabila huruf mimnya

drfathahkan sehingga dibaca mautan, maka itu diartikan sebagai kematian

besar atau nama sebuah wabah sampar.

Sabda Nabi saw {rtJ, ,/ui\ adalah sebuah penyakit yang menimpa

hewan ternak kambing, tanpa membiarkannya hidup lebih lama lagi, karena

lafadz {foit berarti kematian yang cepat. Sebagian menyatakan bahwa

lafadz tersebut sebenarnya menggunakan hurufsiz bukan shad. Adayang  menyebutkan bahwa qu'ush adalah penyakit yang menyerang dada, namun

seolah-olah meremukkan leher.

Lima peristiwa yang disebutkan oleh Rasulullah saw itu telah terjadi.

dan Auf ibn Malik terus hidup sampai zaman kekhalifahan Abdul Malik ibn

Marwan di tahun 37 Hijriah. Al-Waqidi menyatakan bahwa Auf ibn Malik

wafat di Syam pada tahun 39 Hijriah. Jika itu benar. maka ia meninggal pada

zaman kekhalifahan al-\\'alid, putra Abdul Malik ibn Marwan. wallahu

a'lam.

Peperangan Besar dengan Rum dan Berkumpulnya Bangsa-bangsa

untuk Menyerang Kaum Muslim

Ibn Majah meriuayatkan dari Auf ibn Malik al-Asyja'i, bahwa

Rasulullah saw bersabda: Kelak akon terjadi diantara kalian dan Bani

Ashfar (Romawil perjanjian damai, namun mereko mengkhianati kslian dan

datong menyerang kaliun dengan delapan puluh panji, dimana di bawah

setiap panji terdupat 12.000 orang prajurrr. (HR. lbn Majah)

Dari Dzu Mikhmar (salah seorang sahabat Rasulullah saw,) ia berkata,

"Saya pernah mendengar Nabi saw bersabda: Kalian akon mengadakan

perdamaian dengan bangsa Rum dalam keadaan omun. Lalu kalian akan

berperang bersama mereka melawon suotu n usuh dari belaknng mereka.

Maka kalian akan selanrut dan mendapatkan harta rampason perang.

Kemudian kalian akan sampai ke sebuah padang rumput yang luas dan

berbukit-bukit. Moka berdirilah seorang laki-laki dari kaum Rum, lalu ia

mengangkat tanda salib dan berkata, "Salib teloh menang." Maka

datanglah kepadanya seorang lelaki dari kaum Muslim, lalu ia membunuh

laki-laki Runt tersebut. Lalu kaum Runt berkhianat dan terjadiloh

peperangan. dimana mereka akan bersatu menghadapi kalian di bawah 80

bendera, dan di bowah riup-tiap bendera terdapat dua belas ribu tentara."

(Hadits shahih yang dirisayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, dan Ibn Majah

dari Dzu Mikhmar)75

Hadits tersebut diriwayatkan pula oleh Abu Daud, dan ia

menambahkan: Kaum Lluslim segera menyandang senjata mereka, lalu

kedua belah pihak saling membunuh (berperang). Maka Allah memuliakan

golongan kaum Muslim itu dengan kesyahidan." (HR.Abu Daud)

Imam Ahmad ibn Hanbal juga meriwayatkan hadits yang demikian

dengan isnad yang tsiqah. Al-Auza'i menyatakan bahwa Dzu Mikhmar

adalah putra saudaranya yang keturunan Najasyi, sedangkan Ibn Dihyah  menyebutkan bahwa ia adalah Abu Umar yang hidup pada zaman Rasulullah

saw.

Kedua hadits di atas diriwayatkan oleh lbn Majah dan Abu Daud. Dari

Mu'adz ibn Jabal diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: "perong

besar, takluknya Konstantinopel dan kemunculan Dajjal terjadi dalctm waki

tujuh bulan.'(HR.at-Tirmidzi, ia menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits

husan shahih)

Dari Abdullah ibn Busr diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw

bersabda: "Di anrara perong besar dan penaklukan kota (Konstantinopel)

berselang selama enom tahun. lalu Dajjot muncul pada tahun yang ketujuh.-

(HR. lbn Majah dan Abu Daud, Abu Daud menyatakan bahwa ini adalah

hadits shahih dari lsa) Pada suatu hari, angin nrcrah berkecamuk di kata Kufuh, lulu datangluh

seorang priu yang tidak ada ktta yang ia ulang-ulang selain, "lfahai

Abdullah ibn Mas'ud, huri Kiamat telah tiba." Mako Beliau saw segero

duduk selelah sebelumntu bersandar dan berluta, "Kiamat tidak akan

terjadi sampai harta warisan tidak dibagikan dan lurta ramposan perong

tidak lagi menggembirakan." Kemudian ia melanjulkon sambil

mengarahkan langonnlu ke Syam, "Di sana alcu da musuh yang

berkumpul untuk memerangi orang-orang Islam dor kmtm Muslim juga

mengumpulkan (kekuotcumya) untuk menghadapi merelca." Akubertanya,

"Apakah bangsa Rum yang kamu maksudkan?" Ia meniawab, "Benar, saat

ilu pertempuran berlangsung sangat sengit. Pasukan Muslim berjanii tidak

akan pulang kecuali sebagai pemenang. Lalu mereka saling membunuh

(berperang) hingga malam memisahkan mereka- Mako mereka telap

berlohan lanpa adu yang menang dan utusan itupun musnah. Keesokan

harinya, pasukan Muslim kembali berjanji untuk (berperutg sampai) mati,

mereka tidak akan kembali kecuali sebagai pemenorg. Kemudian mereka

saling membunuh sampai tiba waktu sore. Keadaon tetop tanry ada yang

menang clan utusan itupun musnah. Pada hari yory keempat, sisa-sisa

pasukan Islant menyongsong mereka, lalu Allah menimpalcan kelalahan

kepada mereka (pasukan Rum)