sakit jiwa 2

Kamis, 22 Februari 2024

sakit jiwa 2





 anak-anak akan dapat 

berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan 

bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa 

diagnostiknya, dan melakukan campurtangan untuk mengatasi masalah anak. 

Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak, 

merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, mempercayai bahwa anak 

dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan tingkahlaku anak 

tersebut.Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, ansietas, atau 

sebagai korban penganiayaan [ abuse] . Terapi bermain juga dianjurkan untuk pasien dewasa 

yang mengalami stress pasca trauma, gangguan identitas disosiatif dan pasien yang 

mengalami penganiayaan. 

Topik 2 

Konsep Psikofarmaka 

Tentu Anda bertanya mengapa saya harus mempelajari psikofarmaka? Anda harus 

mempelajari psikofarmaka karena salah satu peran yang Anda lakukan sehari-hari adalah 

pemberian obat. Untuk mampu menjalankan peran tersebut, Anda harus mengetahui 

penggolongan, efeksamping dan gejala putus zat akibat pemakaian obat psikofarmaka. 

A. PENGERTIAN PSIKOFARMAKA 

 

Obat psikofarmaka disebut juga sebagai obat psikotropika, atau obat psikoaktif atau 

obat psikoteraputik. Penggolonganobat ini didasarkan atas adakesamaan dampak obat 

pada penurunan aatau berkurangnya gejala.Kesamaan dalam susunan kimiawi obat dan 

kesamaan dalam mekanisme kerja obat. 

Obat psikofarmaka adalah obat yang bekerja pada susunan saraf pusat [ SSP]  dan 

memiliki dampak utama pada kegiatan mental dan tingkahlaku [ mind and behavior altering 

drugs] ,dipakai untuk terapi gangguan psikiatrik [ psychotherapeutic medication] . Obat 

psikofarmaka, sebagai salah satu zat psikoaktif bila dipakai secara salah [ misuse]  atau 

disalahgunakan [ abuse]  beresiko memicu gangguan jiwa. Menurut Pedoman 

Penggolongan dan pemeriksaan Gangguan Jiwa III [ PPDGJ III]  penyalahgunaan obat psikoaktif 

digolongkan kedalam gangguan mental dan tingkahlaku akibat pemakaian zat psikoaktif. 

Gangguan mental dan tingkahlaku tersebut dapat bermanifestasi dalam bentuk: 

1. Intoksikasi akut [ tanpa atau dengan komplikasi]  

Kondisi ini berkaitan dengan dosis zat yang dipakai [ dampak yang berbeda pada dosis 

yang berbeda] . Gejala intoksikasi tidak selalu mencerminkan aksi primer dari zat dan dapat 

terjadi dampak paradoksal. 

2. pemakaian yang merugikan [ harmful use] 

Kondisi ini merupakan pola pemakaian zat psikoaktif yang merusak kesehatan [ dapat 

berupa fisik dan atau mental] . Pada kondisi ini belum menunjukkan adasindrom 

ketergantungan namun sudah berdampak munculnya kelemahan/hendaya psikososial sebagai 

dampaknya. 

3. Sindrom ketergantungan [ dependence syndrome]  

Kondisi ini ditAndai dengan munculnya keinginan yang sangat kuat [ dorongan 

kompulsif]  untuk memakai zat psikoaktif secara terus menerus dengan tujuan 

memperoleh dampak psiko aktif dari zat tersebut. Pada kondisi ini pasien tidak mampu 

menguasai keinginan untuk memakai zat, baik mengenai mulainya, menghentikannya, 

ataupun membatasi jumlahnya [ loss of control] .Pengurangan dan penghentian pemakaian 

zat ini, akan memicu keadaan putus zat, yang akan memicu perubahan fisiologis yang sangat tidak menyenangkan, sehingga memaksa orang tersebut 

memakainya lagi atau memakai obat lain yang sejenis untuk menghilangkan gejala 

putus obat tersebut. 

Untuk memperoleh dampak yang sama [ gejala toleransi] , pasien harus meningkatkan 

dosis pemakaian zat psikoaktif dan terus memakainya walaupun pasien tersebut, 

menyadari adaakibat yang merugikan kesehatannya

4. Keadaan putus obat [ withdrawal state] 

Adalah gejala-gejala fisik dan mental yang muncul pada saat penghentian pemakaian 

zat yang terus menerus dalam jangka waktu panjang atau dosis tinggi. Gejala putus obat, 

sangat tergantung pada jenis dan dosis zat yang dipakai. Gejala putus zat,akan mereda 

bila pemakai meneruskan pemakaian zat. Ini merupakan salah satu indikator dari sindrom 

ketergantungan. 

5. Gangguan psikotik 

Merupakan sekumpulan gejala-gejala psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah 

pemakaian zat psikoaktif. Gejala psikotik ditandai dengan adahalusinasi, kekeliruan 

identifikasi, waham dan atau ideas of reference [ gagasan yang menyangkut diri sendiri 

sebagai acuan]  yang cenderung bersifat kecurigaan atau kejaran. Selain itu muncul gangguan 

psikomotor [ excitement atau stupor]  dan afek abnormal yang terentang antara ketakutan 

yang mencekam sampai pada kegembiraan yang berlebihan. Variasi gejala sangat 

dipengaruhi oleh jenis zat yang dipakai dan kepribadian pemakai zat 

6. Sindrom amnestik 

adalah hendaya/gangguan daya ingat jangka pendek [ recent memory]  yang menonjol. 

Pada sindrom ini juga kadang-kadang muncul gangguan daya ingat jangka panjang [ remote 

memory] , sedang daya ingat segera [ immediate recall]  masih baik. Fungsi kognitif lainnya 

biasanya relative baik. adagangguan sensasi waktu [ menyusun kembali urutan 

kronologis, meninjau kejadian berulangkali menjadi satu peristiwa] . Pada kondisi ini, 

kesadaran pasien kompos mentis, namun terjadi perubahan kepribadian yang sering 

ditambah apatis dan hilangnya inisiatif, dan kecenderungan mengabaikan keadaan 

B. JENIS OBAT PSIKOFARMAKA 

 

1. Obat anti-psikosis 

Obat anti-psikosis merupakan sinonim dari neuroleptics,major transqualizer,ataractics, 

antipsychotics, antipsychotic drugs, neuroleptics. Obat-obat anti-psikosis 

merupakanantagonis dopamine yang bekerja menghambat reseptor dopamine dalam 

berbagai jaras otak. Sedian obat anti-psikosis yang ada di Indonesia adalah chlorpromazine, 

haloperidol, perphenazine, fluphenazine, fluphenazine decanoate, levomepromazine, 

trifluoperazine, thioridazine, sulpiride, pinozide, risperidone. Indikasi pemakaian obat ini adalah syndrome psikosis yang ditAndai dengan ada

hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas, fungsi mental, dan fungsi kehidupan 

sehari-hari. 

a. Sindrom psikosis dapat terjadi pada sindrom psikosis fungsional seperti skozofrenia, 

psikosis paranoid, psikosis afektif dan psikosis reaktif singkat. Dan pada 

b. Sindrom psikosis organic seperti, sindrom delirium, dementia, intoksikasi alkohol, dan 

lain-lain. 

2. Obat anti-depresi 

Obat anti-depresi sinonim dari thymoleptic, psychic energizers, anti depressants, anti 

depresan. Sediaan obat anti-depresi di Indonesia adalah amitriptyline, amoxapine, 

amineptine, clomipramine, imipramine, moclobemide, maprotiline, mianserin, opipramol, 

sertraline, trazodone, paroxetine, fluvoxamine, fluoxetine. Jenis obat anti-depresi adalah 

anti-depresi trisiklik, anti-depresi tetrasiklik, obat anti-depresi atipikal, selective serotonin 

reuptake inhibitor [ SSRI] , dan inhibitor monoamine okside [ MAOI] . Indikasi klinik primer 

pemakaian obat-obat anti-depresi adalah sindrom depresi yang dapat terjadi pada 

a. Sindrom depresi panic, gangguan afektif bipolar dan unipolar. Gangguan distimik dan 

gangguan siklotimik. 

b. Sindrom depresi organik seperti hypothyroid induced depression, brain injury 

depression dan reserpine. 

c. Sindrom depresi situasional seperti gangguan penyesuaian dengan depresi, grief 

reaction, dll; dan sindrom depresi penyerta seperti gangguan jiwa dengan depresi 

[ gangguan obsesi kompulsi, gangguan panic, dimensia] , gangguan fisik dengan depresi 

[ stroke, MCI, kanker, dan lain-lain] . 

3. Obat anti-mania 

Obat anti-mania merupakan sinonim dari mood modulators, mood stabilizers, 

antimanics. Sediaan obat anti-mania di Indonesia adalah litium carbonate, haloperidol, 

carbamazepine. Indikasi pemakaian obat ini adalah sindrom mania ditAndai ada

keadaan afek yang meningkat hampir setiap hari selama paling sedikit satu minggu. Keadaan 

tersebut ditambah paling sedikit 4 gejala berikut:Peningkatan kegiatan, lebih banyak berbicara 

dari lazimnya, lompat gagasan, rasa harga diri yang melambung, berkurangnya kebutuhan 

tidur, mudah teralih perhatian, keterlibatan berlebih dalam kegiatan. Hendaya dalam fungsi 

kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala seperti penurunan kemampuan bekerja, 

hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. 

4. Obat anti-ansietas 

Obat anti-ansietas merupakan sinonim psycholeptics, minor transqualizers, anxiolytics, 

antianxiety drugs, ansiolitika. Obat anti-ansietas terdiri atas golongan benzodiazepine dan 

nonbenzodiazepin. Sediaan obat anti-ansietas jenis benzodiazepine adalah diazepam, 

chlordiazepoxide, lorazepam, clobazam, bromazepam, oxasolam, clorazepate, alprazolamprazepam. sedang jenis non benzodiazepine adalah sulpiride dan buspirone. Indikasi 

pemakaian obat ini adalah sindrom ansietas seperti : 

a. Sindrom ansietas psikik seperti gangguan ansietas umum, gangguan panik, gangguan 

fobik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress paska trauma 

b. Sindrom ansietas organic seperti hyperthyroid, pheochromosytosis, dll; sindrom 

ansietas situasional seperti gangguan penyesuaian dengan ansietas dan gangguan 

cemas perpisahan 

c. Sindrom ansietas penyerta seperti gangguan jiwa dengan ansietas [ skizofrenia, 

gangguan paranoid, dll] , 

d. Penyakit fisik dengan ansietas seperti pada pasien stroke, Myocard Cardio Infac [ MCI]  

dan kanker dll 

5. Obat anti-insomnia 

Obat anti-insomnia merupakan sinonim dari hypnotics, somnifacient, hipnotika. 

Sediaan obat anti-insomnia di Indonesia adalah nitrazepam, triazolam, estazolam, chloral 

hydrate. Indikasi pemakaian obat ini adalah sindrom insomnia yang dapat terjadi pada 

a. Sindrom insomnia psikik seperti gangguan afektif bipolar dan unipolar [ episode mania 

atau depresi, gangguan ansietas [ panic, fobia] ; sindrom insomnia organic seperti 

hyperthyroidism, putus obat penekan SSP [ benzodiazepine, phenobarbital, narkotika] , 

zat perangsang SSP [ caffeine, ephedrine, amphetamine] ; 

b. Sindrom insomnia situasional seperti gangguan penyesuaian dengan ansietas/depresi, 

sleep, wake schedule [ jet lag, workshift] , stres psikososial; 

c. Sindrom insomnia penyerta seperti gangguan fisik dengan insomnia [ pain producing 

illness, paroxysmal nocturnal dyspnea] ,

d. Gangguan jiwa dengan insomnia [ skizofrenia, gangguan paranoid] . 

6. Obat anti-obsesif kompulsif 

 Obat anti-obsesif kompulsif merupakan persamaan dari drugs used in obsessive compulsive disorders. Sediaan obat anti-obsesif kompulsif di Indonesia adalah clomipramine, 

fluvoxamine, sertraline, fluoxetine, paroxetine. Indikasi pemakaian obat ini adalah sindrom 

obsesif kompulsi. Diagnostik obsesif kompulsif dapat diketahui bila pasien sedikitnya dua 

minggu dan hampir setiap hari mengalami gejala obsesif kompulsif, dan gejala tersebut 

merupakan sumber penderitaan [ distress]  atau mengganggu kegiatan sehari-hari [ disability] . 

7. Obat anti-panik 

Obat anti-panik merupakan persamaan dari drugs used in panic disorders. Sediaan 

obat anti-panik di Indonesia adalah imipramine, clomipramine, alprazolam, moclobemide, 

sertraline, fluoxatine, parocetine, fluvoxamine. Penggolongan obat anti-panik adalah obat 

anti-panik trisiklik [ impramine, clomipramine] , obat anti-panik benzodiazepine [ alprazolam]  

dan obat anti-panik RIMA/reversible inhibitors of monoamine oxydase-A [ moclobmide] dan 

obat anti-panik SSRI [ sertraline, fluoxetine,paroxetine, fluvoxamine] . Indikasi pemakaian obat ini adalah sindrom panik. Diagnostik sindrom panik dapat dilakukan paling sedikit satu 

bulan pasien mengalami beberapa kali serangan ansietas berat, gejala tersebut dapat 

terjadi dengan atau tanpa agoraphobia. Panik merupakan gejala yang merupakan sumber 

penderitaan [ distress]  atau mengganggu kegiatan sehari-hari [ phobic avoidance]  

C. efeksamping OBAT PSIKOFARMAKA 

 

1. Anti-psikosis 

efeksamping pemakaian obat-obat anti psikotik sangat luas dan bervariasi, untuk itu 

seorang perawat dituntut untuk memberikan asuhan perawatan yang optimal, sehingga dampak 

samping pemakaian obat ini tidak membahayakan pasien. 

a. efeksamping yang harus diperhatikan adalah sindrom ekstrapiramidal [ EPS] , baik 

jangka akut maupun kronik. efeksamping yang bersifat umum meliputi neurologis, 

behavioral, autoimun, autonomik. Reaksi neurologis yang terjadi adalah munculnya 

gejala-gejala ekstrapiramidal [ EPS]  seperti reaksi distonia akut yang terjadi secara 

mendadak dan sangat menakutkan bagi pasien seperti spasme kelompok otot mayor 

yang meliputi leher, punggung dan mata. Katatonia, yang akan memicu 

gangguan pada sistem pernafasan. Reaksi neurologis yang juga sering terjadi adalah 

akatisia ditAndai dengan rasa tidak tenteram, dan sakit pada tungkai, gejala ini akan 

hilang jika pasienmelakukan gerakan. 

b. Sindrom parkinson’s merupakan kelainan neurologis yang sering muncul sebagai dampak 

samping pemakaian obat golongan ini. Gejala sindrom Parkinson meliputi akinesia, 

rigiditas/kekakuan dan tremor. Akinesia adalah suatu keadaan dimana tidak ada atau 

perlambatan gerakan, sikap tubuh pasienkaku seperti layaknya sebatang kayu yang 

padat, cara berjalan inklin dengan ciri berjalan dengan posisi tubuh kaku kedepan, 

langkah kecil dan cepat dan wajah seperti topeng. Pada pemeriksaan fisik terjadi 

rigiditas/kekakuan pada otot, tremor halus bilateral di seluruh tubuh dan gerakan 

“memutar-pil” dari jari-jari tangan. 

c. Reaksi behavioral akibat efeksamping dari pemakaian obat ini ditAndai dengan 

banyak tidur, grogines dan keletihan. 

d. Reaksi autoimun ditAndai dengan penglihatan kabur, konstipasi, takikardi, retensi 

urine, penurunan sekresi lambung, penurunan berkeringat dan salivasi [ mulut kering] , 

sengatan panas, kongesti nasal, penurunan sekresi pulmonal, “psikosis atropine” pada 

pasien geriatrik, hiperkegiatan, agitasi, kekacauan mental, kulit kemerahan, dilatasi pupil 

yang bereaksi lambat, hipomotilitas usus, diatria, dan takikardia. 

e. Reakasi autonomik [ jantung]  biasanya terjadi pening/pusing, takikardia, penurunan 

tekanan darah diastolic. Reaksi akut merugikan dan jarang terjadi pada pemakaian 

anti-psikosis adalah reaksi alergi, abnormalitas elektrokardiography dan neurologis 

yang biasanya terjadi kejang grand mal dan tidak ada tAnda aura. 

f. Reaksi alergi yang terjadi meliputi agranulositosis, dermatosis sistemik, dan ikterik. 

Agranulositosis yang terjadi secara mendadak, demam, malaise, sakit tenggorokan,ulserativa, leukopenia. Dermatosis sistemik, yaitu ada

makupopapular, eritematosa, ruam gatal pada wajah-leher-dada-ekstrimitas, 

dermatitis kontak jika menyentuh obat, fotosensitifitas yaitu adasurbun hebat. 

Ikterik dengan adademam, mual, nyeri abdomen, malaise, gatal, uji fungsi lever 

abnormal. 

g. efeksamping Jangka Panjang 

1]  efeksamping jangka panjang yang umum terjadi gejala-gejala eksrapiramidal. 

Diskinesia tardif merupakan efeksamping jangka panjang yang umum terjadi 

yaitu adaprotrusi lidah/kekakuan lidah, mengecapkan bibir, merengut, 

menghisap, mengunyah, berkedip, gerakan rahang lateral, meringis; anggota 

gerak, bahu melorot, “pelvic thrusting”, rotasi atau fleksi pergelangan kaki, 

telapak kaki geplek, gerakan ibu jari kaki. 

2]  efeksamping jangka pendek atau jangka panjang yang jarang terjadi namun 

membahayakan adalah adasindrom malignan neuroleptik yang ditAndai 

dengan adademam tinggi, takikardia, rigiditas otot, stupor, tremor, 

inkontinensia,, leukositosis, kenaikan serum CPK, hiperkalemia, gagal ginjal, 

peningkatan nadi-pernapasan dan keringat. 

2. Anti-depresi 

a. dampaksedasi seperti rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor 

berkurang, kemampuan kognitif menurun; 

b. dampak antikolinergik seperti mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, 

sinus takikardia; 

c. dampak anti-adrenergik alfa seperti perubahan hantaran elektrokardiografi, hipotensi; 

d. dampak neurotoksis seperti tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia. 

 efeksamping ringan mungkin muncul akibat pemakaiaan obat jenis ini [ tergantung 

daya toleransi dari pasien] , biasanya berkurang sesudah 2-3 minggu bila tetap diberikan 

dengan dosis yang sama. Pada keadaan overdosis/ intoksikasi trisiklik dapat muncul 

atropine toxic syndrome dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, 

hiperpireksia, konvulsi, “toxic convulsional state” [ confusion, delirium dan disorientasi] . 

3. Anti-mania 

efeksamping pemakaian lithium erat hubungan dengan dosis dan kondisi fisik pasien. 

Gejala efeksamping yang dini pada pengobatan jangka lama seperti mulut kering, haus, 

gastrointestinal distress [ mual, muntah, diare, feses lunak] , kelemahan otot, poli uria, tremor 

halus. efeksamping lain hipotiroidisme, peningkatan berat badan, perubahan fungsi tiroid 

[ penurunan kadar tiroksin dan peningkatan kadar TSH/thyroid stimulating hormone] , odem 

pada tungkai, seperti mengecap besi, lekositosis, gangguan daya ingat dan konsentrasi 

pikiran menurun. 4. Anti-ansietas 

efeksamping pemakaian obat anti-ansietas dapat berupa sedasi seperti rasa 

mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif 

melemah; relaksasi otot seperti ras lemes, cepat lelah. Potensi memicu 

ketergantungan obat dipicu oleh efeksamping obat yang masih dapat dipertahankan 

sesudah dosis terakhir berlangsung sangat cepat. Penghentian obat secara mendadak akan 

memicu gejala putus obat, pasien menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomnia, tremor, 

palpitasi, keringat dingin, konvulsi. Ketergantungan relative lebih sering terjadi pada pasien 

dengan riwayat peminum alkohol, penyalahgunaan obat. 

5. Anti-insomnia 

efeksamping pemakaian obat anti-insomnia diantaranya adalah depresi susunan 

saraf pusat terutama pada saat tidursehingga memudahkan munculnya koma, karena 

terjadinya penurunan dari fungsi pernafasan, selain itu terjadi uremia, dan gangguan fungsi 

hati. Pada pasien usia lanjut dapat terjadi “oversedation” sehingga risiko jatuh dan Hip 

fracture [ trauma besar pda sistem muskulo skleletal] . pemakaian obat anti-insomnia 

golongan benzodiazepine dalam jangka panjang yaitu “rage reaction” [ tingkahlaku menyerang 

dan ganas] . 

6. Anti obsesis kompulsif 

efeksamping pemakaian obat anti-obsesif kompulsif, sama seperti obat anti-depresi 

trisiklik, yaitu dampak anti-histaminergik seperti sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan 

berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun; dampak anti-kolinergik 

seperti mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, disuria, penglihatan kabur, konstipasi, 

gangguan fungsi seksual, sinus takikardi; dampak anti-adrenergik alfa seperti perubahan 

gambaran elektokardiografi, hipotensi ortostatik; dampak neurotoksis seperti tremor halus, 

kejang epileptic, agitasi, insomnia. 

efeksamping yang sering dari pemakaian anti-obsesif kompulsif jenis trisiklik adalah 

mulut kering dan konstipasi, sedang untuk golonggan SSRI efeksamping yang sering 

adalah nausea dan sakit kepala. Pada keadaan overdosis dapat terjadi intoksikasi trisiklik 

dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiprpireksia, konvulsi, “toxic 

confusional state”[ confusion, delirium, disorientasi] . 

7. Anti-panik 

efeksamping pemakaian obat anti-panik golongan trisiklik dapat berupa dampak anti histaminergik seperti sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor 

menurun, kemampuan kognitif menurun; dampak anti-kolinergik seperti mulut kering, retensi 

urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi; dampak anti-adrenergik alfa seperti 

perubahan gambaran elektrokardiografi, hipotensi ortostatic; dampak neurotoksis seperti 

tremor halus, kejang, agitasi, insomnia. Pada kondisi overdosis dapat terjadi intoksikasi trisiklik dengan gejala-gejala seperti 

eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, “toxic confusional satate” 

[ confusion, delirium, disorientasi. Topik 3 

Peran Perawat Dalam Pemberian Psikofarmaka 

Coba Anda jelaskan kembali,seberapa penting peran Anda sebagai seorang perawat 

dalam pemberian obat dan bagaimana cara mengidentifikasi masalah pasienakibat 

pemberian obat psikofarmaka? Benar sekali! Perawat memiliki peranan yang penting dalam 

program terapi psikofarmaka. Untuk itu perawat dituntut menguasai secara luas berbagai 

pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi oleh pasien terkait pemakaian obat 

psikofarmaka.Selain itu seorang perawat wajib memiliki pengetahuan yang luas mengenai 

program terapi psikofarmaka yang meliputi jenis, manfaat, dosis, cara kerja obat dalam 

tubuh, efeksamping, cara pemberian, dan kontra indikasi sehingga asuhan keperawatan 

dapat diberikan secara holistik. 

A. IDENTIFIKASI MASALAH pasien DALAM PEMBERIAN OBAT 

PSIKOFARMAKA 

Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam mengidentifikasi masalah 

pemberian obat psikofarmaka. Identifikasi masalah dalam pemberian psikofarmaka dimulai 

dari riset  dengan melakukan pengumpulan data yang meliputi diagnosa medis, 

riwayat penyakit, hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, jenis obat yang 

dipakai, dosis, waktu pemberian dan program terapi yang lain yang diterima oleh 

pasisen dan memahami dan melakukan berbagai kombinasikan obat dengan terapi 

Modalitas. Selain itu perawat juga harus melakukan pendidikan kesehatan untuk pasien dan 

keluarga tentang pentingnya minum obat secara teratur dan penanganan efeksamping obat 

dan monitoring efeksamping pemakaian obat. Melalui riset  yang komprehensif, 

perawat dapat mengidentifikasi permasalahan yang sedang dialami pasien. Masalah 

kesehatan jiwa yang dialami pasien dalam program pemberian obat psikofarmaka dapat 

dikelompokkan sebagai berikut : psikosis, gangguan depresi, gangguan mania, gangguan 

ansietas, gangguan insomnia, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik 

Selain mengidentifikasi peran diatas, perawat memiliki peran yang sangat penting yaitu 

mampu mengkoordinasikan berbagai cara dan kerja yang dilakukan semua anggota tim 

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai antara pasien, keluarga dan tim kesehatan sehingga 

tujuan perawatan dapat berjalan sesuai tujuan yang diharapkan, untuk itu perawat dituntut 

mampu bekerja didalam suatu sistem dan budaya kerja yang tinggi. 

B. CARA pemakaian OBAT PSIKOFARMAKA 

Perawat harus memahami 5 prinsip benar dalam pemberian obat psikofarmaka seperti 

jenis, manfaat, dosis, cara kerja obat dalam tubuh, efeksamping, cara pemberian, kontra 

indikasi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai cara pemberian obat psikofarmaka 1. Obat anti-psikosis 

Pada dosis ekivalen semua obat anti-psikosis memiliki dampak primer [ klinis]  yang 

sama, perbedaan terutama pada dampak sekunder [ efeksamping] . Pemilihan jenis obat anti psikosis harus memikirkan gejala psikosis yang dominan dan efeksamping 

obat.Pengantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat anti-psikosis tertentu 

sudah sudah diberikan dalam dosis optimal dan dalam jangka waktu yang memadai namun 

tidak memberikan dampak yang optimal maka dapat diganti dengan obat anti-psikosis lain 

[ sebaiknya dari golongan yang tidak sama] , dengan dosis ekivalen, dimana profil dampak 

samping belum tentu sama. Apabila pasien memiliki riwayat pemakaian obat anti-psikosis 

yang terbukti efektif dan efeksamping obat mampu ditolerir dengan baik maka obat itu 

dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. 

Dengan dosis yang efektif, onset dampak primer diperoleh sesudah 2-4 minggu 

pemberian obat, sedang dampak sekunder [ efeksamping]  sekitar 2-6 minggu. Waktu paruh 

obat anti-psikosis adalah 12-24 jam [ pemberian 1-2 kali perhari] . Dosis pagi dan malam bisa 

berbeda untuk mengurangi dampak dari efeksamping [ dosisi pagi kecil, dosis malam lebih 

besar]  sehingga kualitas hidup pasien tidak terganggu. 

Dosis awal diberikan dalam dosis kecil, kemudian dinaikkan setiap 2-3 hari hingga dosis 

efektif [ mulai muncul peredaan sindrom psikosis] . Evaluasi dilakukan setiap 2 minggu dan bila 

diperlukan dosis dinaikkan hingga mencapai dosis optimal, dan dosis pemberian 

dipertahankan sekitar 8-12 minggu [ stabilisasi] .Pemberian obat dengan dosis efektif 

dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun. sesudah waktu tersebut dosis diturunkan tiap 2-4 

minggu dan stop. 

Pemberian obat anti-psikosis yang bersifat “long acting” sangat dampakti diberikan pada 

pasien yang tidak mau atau sulit minum obat secara teratur ataupun yang tidak efektif 

pada medikasi oral. Sebelum pemakaian secara parenteral sebaiknya pemberian obat 

dilakukan secara oral terlebih dahulu dalam beberapa minggu, hal ini bertujuan untuk 

mengetahui apakah ada dampak hipersensitivitas. Pemberian obat anti-psikosis “long 

acting” hanya diberikan pada pasien skizoprenia yang bertujuan untuk terapi stabilisasi dan 

pemeliharaan. Kontra indikasi pemakaian obat anti-psikosis adalah penyakit hati, penyakit 

darah, epilepsy, kelainan jantung, febris yang tinggi, ketergantungan alkohol, penyakit 

susunan saraf pusat [ parkinson, tumor otak] , gangguan kesadaran. 

2. Obat anti-depresi 

Pada dasarnya semua obat anti-depresi memiliki dampak primer [ dampak klinis]  yang 

sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada dampak sekunder [ efeksamping] . 

Pemilihan jenis obat anti-depresi tergantung pada toleransi pasien pada efeksamping dan 

penyesuaian efeksamping pada kondisi pasien [ usia, penyakit fisik tertentu, jenis depresi] . 

Sangat perlu memikirkan efeksamping pemakaian obat golongan ini, 

terutama pemakaian pada sindrom depresi ringan dan sedang.Berikut ini adalah urutan 

pemakaian obat anti depresi untuk meminimalisir efeksamping langkah pertama 

pemberian obat golongan selective serotonin reuptake inhibitor [ SSRI] , , langkah keduagolongan trisiklik, langkah ketiga golongan tetrasiklik, golongan atipikal, golongan MAOI dan 

inhibitor monoamine okside [ MAOI] reversible. 

pemakaian litium dianjurkan untuk “unipolar recurrent depression” pemakaian 

obat golongan ini bertujuan untuk mencegah kekambuhan, sebagai “mood stabilizer”. 

Pemberian Dosis perlu memikirkan onset dampak primer sekitar 2-4 minggu, onset dampak 

skunder sekitar 12-24 jam, dan waktu paruh 12-48 jam [ pemberian 1-2 kali perhari] . Dosis 

pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal diberikan malam hari [ single dose one hour before 

sleep] terutama untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Golongan SSRI diberikan dosis tunggal 

pada pagi hari sesudah sarafan pagi. Pemberian obat anti-depresi dapat dilakukan dalam 

jangka panjang oleh karena potensial adiksinya sangat minimal. Kontra indikasi pemberian 

obat anti-depresi adalah penyakit jantung koroner, MCI [ myocard infark, khususnya pada 

usia lanjut] ; glaucoma, retensi urine, hipertropi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsy; 

sedang kontra indikasi pemakaian obat litium adalah kelainan fungsi jantung, ginjal dan 

kelenjar tiroid. 

3. Obat anti-mania 

Haloperidol [ IM]  merupakan obat indikasi pasien mania akut dicampurkan dengan 

tablet litium carbonate. Haloperidol diberikan untuk mengatasi hiperkegiatan, impulsivitas, 

iritabilitas, dengan “onset of action” yang cepat. Pada pemberian litium karbonat, dampak anti mania baru muncul sesudah pemakaian 7-10 hari. Pada gangguan afektif bipolar [ manik depresif]  dengan serangan episodic mania/depresi, pemakaian litium karbonat sebagai 

obat profilaksi pada serangan sindrom mania/depresi dapat mengurangi fekuensi, berat 

dan lamanya kekambuhan. Carbamazepin sebagai pengganti litium karbonat dapat 

diberikan jika efeksamping tidak bias ditolerir dan kondisi fisik yang tidak memungkinkan. 

Untuk mencegah kekambuhan, pada gangguan afektif unipolar dapat diberikan obat 

anti-depresi SSRI yang lebih ampuh dari litium karbonat. Pemberian dosis perlu 

memikirkan onset dampak primer 7-10 hari [ 1-2 minggu] , rentang kadarserum 

terapeutik 0,8-1,2mEq/L [ dicapai dengan dosis sekitar 2 atau 3 kali 500 mg per hari]  dan 

kadar serum toksik diatas 1,5 mEq/L. Litum karbonat harus diberikan hingga 6 bulan, 

walaupun gejala mereda. Pemberian obat dihentikan secara gradual bila memang tidak ada 

indikasi lagi. 

Pada gangguan afektif bipolar dan unipolar, pemakaian harus diteruskan sampai 

beberapa tahun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan sindrom mania/depresi. 

pemakaian obat jangka panjang sebaiknya dalam dosis minimum dengan kadar serum 

litium terendah yang masih efektif untuk terapi profilaksis. Pemberian litium karbonat tidak 

boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat melewati sawar plasenta yang akan 

mempengaruhi kelenjar tiroid. 

4. Obat anti-ansietas 

Golongan benzodiazepine merupakan obat anti ansietas yang sangat efektif karena 

memiliki khasiat yang sangat tinggi dan dampak adiksi dan keracunan yang rendah,dibandingkan dengan meprobamate atau phenobarbital. Benzodiazepin adalah obat pilihan 

dari semua obat yang memiliki dampak anti-ansietas, dipicu spesifikasi, potensi, dan 

keamanannya. Dosis obat efektif bila kadar obat dalam darah dengan eksresi obat seimbang. 

Kondisi ini tercapai sesudah 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali per hari. 

Pemberian obat dimulai dari dosis awal [ dosis anjuran] , kemudian dosis dinaikkan 

setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal, dan dosis dipertahankan selama 2-3 minggu, 

kemudian dosis diturunkan 1/8 x setiap 2-4 minggu sampai dosis minimal yang efektif. 

Apabila terjadi kekambuh dosis obat dapat dinaikan kembali dan bila efektif dosis 

dipertahankan hingga 4-8 minggu kemudian diturunkan secara gradual. 

Lama pemberian obat pada sindrom ansietas yang dipicu faktor situasi luar, 

pemberian obat tidak boleh melibihi waktu 1-3 bulan. Pemberian sewaktu-waktu dapat 

dilakukan apabila sindrom ansietas dapat diantisipsi kejadiaanya.pasien dengan 

hipersensitivitas pada benzodiazepine, glaucoma, myasthenia grafis, insufisiensi paru 

kronis, penyakit renal kronis dan penyakit hepar kronis merupakan kontra indikasi 

pemberian obat anti-ansietas. 

5. Obat anti-insomnia 

 Pemilihan obat ini disesuaikan dengan jenis gangguan tidur, bila sulit masuk ke dalam 

proses tidur maka obat yang dibutuhkan adalah golongan benzodiazepine short acting; bila 

proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit untuk masuk kembali ke proses tidur kemudian 

maka obat yang dibutuhkan adalah golongan heterosiklik anti-depresan [ trisiklik dan 

tetrasiklik] ; bila siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan terpecah-pecah menjadi 

beberapa bagian, maka obat yang dibutuhkan adalah golongan Phenobarbital atau golongan 

benzodiazepine long acting.

Pengaturan dosis, pemberian tunggal dosis anjuran 15-30 menit sebelum tidur. Dosis 

awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2 minggu, 

kemudian secepatnya diturunkan secara gradual untuk mencegah munculnya rebound dan 

toleransi obat. pemakaian obat anti-insomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak lebih 

dari 2 minggu agar resiko ketergantungan kecil. Kontra indikasi pemakaian obat anti insomnia adalah “sleep apnoe syndrome”, “congestive heart failure”, dan chronic respiratory 

disease”. 

6. Obat anti-obsesif komfulsif 

Sampai saat ini, clomipramine masih merupakan obat yang paling efektif dari 

kelompok trisiklik untuk pengobatan obsesif kompulsif. Dan merupakan pilihan utama pada 

terapi gangguan depresi yang menunjukkan gejala obsesif. Selain itu SSRI juga merupakan 

pilihan untuk pengobatan gangguan obsesif kompulsif bila ada hipersensitivitas dengan 

trisiklik. Pemberian pertama dilakukan dalam dosis rendah untuk penyesuaian efeksamping, 

namun dosis obat ini umumnya lebih tinggi dari dosis anti-depresi. Dosis pemeliharaan 

diberikan dengan sosis yang lebih tinggi meskipun sifatnya pasienal. Penghentian pemberian obat ini harus dilakukan secara gradual agar tidak terjadi 

kekambuhan dan memberikan kesempatan untuk menyesuaikan diri. dengan maksimal 

lama pemberian 2-3 bulan. meskipun tanggapan pada pengobatan sudah terlihat dalam 1-2 

minggudengan dosis antara 75-225 mg/hari., namun lama pemberian obat ini antara tidak 

boleh melenleb., untuk memperoleh hasil yang memadai setidaknya diperlukan waktu 2-3 

bulan Batas lamanya pemberian obat bersifat pasienal, umumnya diatas 6 bulan sampai 

tahunan, kemudian dihentikan secara bertahap bila kondisi pasien sudah memungkinkan. 

Obat anti-obsesif kompulsif kontra indikasi diberikan pada wanita hamil atau menyusui. 

7. Obat anti-panik 

Semua jenis obat anti-panik [ trisiklik, benzodizepin, RIMA, SSRI]  sama efektifnya guna 

menanggulangi sindrom panik pada taraf sedang dan pada stadium awal dari gangguan 

panik. Pengaturan dosis pemberian obat anti-panik adalah dengan melihat keseimbangan 

antara efeksamping dan kasiat obat. Mulai dengan dosis rendah, secara perlahan-lahan 

dosis dinaikkan dalam beberapa minggu untuk meminimalkan efeksamping dan mencegah 

terjadiya toleransi obat. Dosis efektif biasanya dicapai dalam aktu 2-3 bulan. Dosis 

pemeliharaan umunya agak tinggi, meskipun sifatnya pasienal. Lama pemberian obat 

bersifat pasienal, namun pada umunya selama 6-12 bulan, kemudian dihentikan secara 

bertahap selama 3 bulan bila kondisi pasien sudah memungkinkan. Ada beberapa pasien yang 

memerlukan pengobatan bertahun-tahun untuk mempertahankan bebas gejala dan bebas 

dari disabilitas. Obat ini kontra indikasi diberikan pada wanita hamil atau menyusui. 

C. PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT PSIKOFARMAKA 

Karena Anda telah mempu memahami dengan baik permasalahan yang dialami dan 

strategi pemberian obat psikofarmaka pada pasien gangguan jiwa, maka bahasan kemudian 

adalah peran perawat dalam pemberian psikofarmaka. Adapun langkah-langkah tersebut 

akan diurakan sebagai berikut. Selamat belajar semoga Anda dapat mempelajarinya dengan 

baik. 

1. riset . 

 riset  secara komprehensif akan memberikan gambaran yang sesungguhnya 

tentang kondisi dan masalah yang dihadapi pasien, sehingga dapat segera menentukan 

langkah kolaboratif dalam pemberian psikofarmaka. 

2. Koordinasi terapi modalitas. Koordinator merupakan salah satu peran seorang 

perawat. Perawat harus mampu mengkoordinasikan berbagai terapi modalitas dan 

progam terapi agar pasien memahami manfaat terapi dan memastikan bahwa program 

terapi dapat diterima oleh pasien. 

3. Pemberian terapi psikofarmakologik. Perawat memiliki peran yang sangat besar untuk 

memastikan bahwa program terapi psikofarmaka diberikan secara benar. Benar pasien, 

benar obat, benar dosis, benar cara pemberian, dan benar waktu. 4. Pemantauan dampak obat. Perawat harus harus memantau dengan ketat setiap dampak obat 

yang diberikan kepada pasien, baik manfaat obat maupun efeksamping yang dialami 

oleh pasien. 

5. Pendidik pasien. Sebagai seorang edukator atau pendidik perawat harus memberikan 

pendidikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluaarga sehingga pasien dan keluarga 

memahami dan mau berpartisipasi aktif didalam melaksanakan program terapi yang 

telah ditetapkan untuk diri pasien tersebut. 

6. Program rumatan obat. Bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan kesehatan 

pada pasien mengenai pentingnya keberlanjutan pengobatan pasca dirawat. 

7. Peran dan dalam riset  klinik interdisiplin pada uji coba obat. 

Perawatberperan dan secara aktif sebagai bagian dari tim penelitan pengobatan pasien 

D. EVALUASI PEMBERIAN OBAT PSIKOFARMAKA 

Evaluasi pemberian obat harus terus menrerus perawat lakukan untuk menilai 

efektifitas obat, interaksi obat maupun efeksamping pemberian obat. Berikut ini evaluasi 

yang harus dilakukan 

1. Pemberian obat jenis benzodiazepine, nonbenzodiazepin, antidepresan trisiklik, MAOI, 

litium, antipsikotik. Benzodiazepin pada umumnya memicu adiksi kuat kecuali jika 

penghentian pemberiannya dilakukan dengan tapering bertahap tidak akan 

memicu adiksi. pemakaian obat ini apabila dicapur [ dipakai bersamaan]  

dengan obat barbiturate atau alcohol akan memicu dampak adiksi.Monitoring 

munculnya efeksamping seperti sedasi, ataksia, peka rangsang, gangguan daya ingat. 

2. pemakaian obat golongan nonbenzodiazepin memiliki banyak kerugian seperti terjadi 

toleransi pada dampak antiansietas dari barbiturate, lebih adiktif, memicu reaksi 

serius dan bahkan dampak lethal pada gejala putus obat, berbahaya jika obat diberikan 

dalam dosis yang besar dapat memicu depresi susunan saraf pusat, dan 

memicu efeksamping yang berbahaya. 

3. Golongan antidepresan trisiklik dapat menjadi letal bila diberikan dalam dosis yang 

besar karena dampak obat menjadi lebih lama [ 3-4 minggu] , obat ini sangat aman karena 

tidak memiliki efeksamping jika dipakai dalam jangka waktu yang lama jika 

diberikan dalama dosis yang tepat.efeksamping menetap dapat diminimalkan dengan 

sedikit menurunkan dosis, obat ini tidak memicu euphoria, dapat diberikan satu 

kali dalam sehari. Tidak memicu adiksi namun intoleransi pada vitamin B6. 

4. pemakaian litium dapat memicu keracunan litium yang dapat membahayakan. 

Perawat harus memantau kadar litium dalam darah. Jika pemberian litium tidak 

memicu dampak yang diharapkan, obat ini dapat dicampur dengan obat anti 

depresan lain. Perlunya pendidikan kesehatan untuk pasien mengenai cara memantau 

kadar litium. 

5. pemakaian anti psikotik harus memikirkan pedoman sebagai berikut bahwa 

dosis anti psikotik sangat bervariasi untuk tiap pasien. Dosis diberikan satu kali sehari, dampak terapi akan diperoleh sesudah 2-3 hari namun dapat sampai 2 minggu.Pada 

pengobatan jangka panjang, perlu dipikirkan pemberian klozapin setiap minggu 

untuk memantau penurunan jumlah sel darah putih. 

BAB III 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN 

MASALAH PSIKOSOSIAL: 

PENYALAHGUNAAN ZAT DAN ANSIETAS 

Ns. Nurhalimah, S.Kep, M.Kep. Sp.Kep.J 

PENDAHULUAN 

Salam sejahtera dan sukses selalu menyertai Anda. Selamat bertemu kembali 

dengan Bab 3Mata Kuliah Keperawatan Jiwa yang membahas mengenai asuhan 

keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial, yaituasuhan keperawatan pada 

pasien dengan penyalahgunaan zat dan asuhan keperawatan pada pasien dengan ansietas. 

Untuk membantu Anda memahami materi dalam bab ini penulis akan mencoba 

memberikan gambaran materi yang akan Anda pelajari. Ketika Anda memeriksa pasien di 

puskesmas atau di warga, cenderung pasien kita mengeluh tidak dapat tidur, tidak 

napsu makan, dada berdebar-debar. Selain itu pasien mengatakan, tidak mampu 

memusatkan dan memutuskan masalah, merasakan kesedihan mendalam. Pasien juga 

mengatakan takut, gugup, atau merasakan kesedihan yang berlebihan. Akibatnya pasien 

sering kali mengonsumsi obat-obatan yang tergolong kedalam obat-obatan aditif untuk 

menghilangkan gejala yang dialaminya.

Dalam keadaan demikian, pasti Anda sudah dapat menyimpulkan bahwa pasien Anda 

mengalami masalah psikososial yaitu ansietas dan gangguan penyalahgunaan zat.Bagus 

sekali! Anda telah mampu menpemeriksaan masalah psikososial. Untuk meningkatkan 

pemahaman Anda mengenai masalah psikososial. kita akanbelajar mengenai asuhan 

keperawatan jiwa pada masalah psikososial. 

Agar bab ini dapat Anda pelajari dengan mudah, penulis membagi bab ini kedalam 

duatopik, yaitu :

Topik 1: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyalahgunaan Zat

Topik 2 : Asuhan keperawatan pada pasien dengan ansietas

Pada Topik 1Anda akan belajar mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan 

penyalahgunaan zat yang dimulai dari riset  sampai dengan evaluasi. Selain itu, Anda 

juga akan belajar mengenai tanda dan gejala putus zat dan gejala intoksikasi. Untuk itu 

tujuan pembelajaran 1 adalah Anda diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan 

pada pasien dengan penyalahgunaan zat. sedang tujuan khususnya adalah Anda mampu: 

1. mengatakan  pengertian penyalahgunaan zat 

2. Menguraikan proses keperawatan pasien dengan penyalahgunaan zat yang terdiri dari

a. Melakukan riset  

b. Menyusun pemeriksaan keperawatan 

c. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien

d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga 

e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan 

sedang Topik 2 membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan 

ansietas. Untuk memberikan pemahaman kepada Anda terlebih dahulu kita akan 

mempelajari deskripsi singkat mengenai ansietas.Ansietas sangat akrab dengan kehidupan 

sehari–hari. Ansietas menggambarkan perasaan khawatir, gelisah,takut, tidak tentram, dan 

sebagainya, kadang ditambah dengan berbagai keluhan fisik. Ansietas adalah kebingungan 

atau ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas yang 

dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Sehingga menuntut 

kemampuan pasien untuk melakukan penyesuaian diri yang luar biasa. Oleh karena itu, 

peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif sangat penting 

untuk membantu menurunkan tingkatan ansietas pasien.

Rentang tanggapan ansisetas dimulai dari antisipasi [ tanggapan adaptif] , ansietas ringan, 

sedang, berat, dan panik. Reaksi pada ansietas dapat bersifat konstruktif dan destruktif. 

Untuk berhasil melakukan asuhan keperawatan pada pasien ansietas konsep-konsep diatas 

perlu dipahami. Sehingga tujuan umum yang ingin dicapai pada topik ini adalah Anda 

mampu Memberikan asuhan keperawatan pada pasien ansietas. Secara khusus tujaun Topik 

2.

1. mengatakan  konsep ansietas

2. Menguraikan langkah-langkah proses keperawatan pasien ansietas

a. Melakukan riset  ansietas

b. Menyusun pemeriksaan keperawatan ansietas

c. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien ansietas

d. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien ansietas

e. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien ansietas

Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien ansietas

Untuk lebih memahami kedua topik, beberapa pertanyaan akan diajukan untuk Anda 

jawab segera sesudah selesai mempelajari uraian materinya. Untuk menilai kemajuan belajar 

Anda, kerjakan Tes Mandiri yang ada pada setiap akhir topik. Sebaiknya Anda tidak melihat 

Kunci Jawaban terlebih dahulu sebelum selesai menjawab pertanyaan dan tugas.

Waktu untuk menyelesaikan bab ini kurang lebih 2 x 120 menit. Gunakan waktu 

tersebut dengan sebaik-baiknya. Anda dinyatakan berhasil apabila memperoleh nilai 80 atau 

80% dalam menyelesaikan pertanyaan atau tugas yang diberikan. Saya yakin Anda dapat 

memahami bab ini dengan baik asalkan Anda benar benar dengan cermat mempelajarinya.Topik 1 

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan 

Penyalahgunaan Zat 

Dari tahun ke tahun angka penyalahgunaan zat terus meningkat. Pelaku 

penyalahgunaan zat telah menjangkiti seluruh lapisan warga tidak memAndang 

kelompok umur, golongan maupun tingkat pendidikan. Pemerintah dan seluruh lapisan 

warga telah berusaha memberantas peredaran zat terlarang namun hingga kini 

peredaran zat tersebut masih cukup tinggi diwarga. Rendahnya pengetahuan 

warga tentang dampak pemakaian zat dan kemudahan memperolehnya merupakan 

faktor yang mempengaruhi tingginya pemakaian zat diwarga. Rendahnya 

pengetahuan warga bukan dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah namun 

dikarenakan kepribadian pasien, selain itu kurangnya perhatian keluarga pada anggota 

keluarga dan ketidakpedulian warga pada lingkungan.

Dampak penyalahgunaan zat adalah munculnya tingkahlaku maladaptif dan gangguan 

kepribadian seperti menarik diri, halusinasi dan tingkahlaku kekerasan. Karena dampak yang 

dimunculkan akibat penyalahgunaan zat sangat kompleks, maka dibutuhkan seorang perawat 

yang mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyalahgunaan zat. 

 

A. PENGERTIAN PENYALAHGUNAAN ZAT 

Walaupun ada suatu rentang dari pemakaian obat sampai pada pemakaian 

berlebihan atau penyalahgunaan dan ketergantungan, namun tidak semua orang yang 

memakai zat akan menjadi penyalahguna atau tiap penyalahgunaan zat akan menjadi 

tergantung. 

Penyalahgunaan zat merujuk pada pemakaian zat secara terus menerus bahkan 

sampai sesudah terjadi masalah. Penyalahgunaan zat termasuk alkohol, opium, obat dengan 

resep, psikotomimetiks, kokain, mariyuana,.

Masalah serius dan terus berkembang dalam penyalahgunaan zat adalah peningkatan 

pemakaian lebih dari satu jenis zat secara serentak atau berurutan. pasien akan 

mengalami keadaan relaksasi, euphoria, stimulasi, atau perubahan kesadaran dengan 

berbagai cara.

B. JENIS-JENIS ZAT 

Berbagai jenis zat yang beredar di warga dan banyak dipakai oleh pemakai 

diantaranya adalah golongan depresan, mariyuana, stimulant, opiat, halusinogen, 

peniciklidin [ PCP] . Depresan yang beredar diwarga diantaranya adalah alkohol,dan 

barbiturat. Golongan mariyuana diantaranya adalah Acapulco gold. sedang untuk 

golongan stimulant dibagimenjadi amfetamin dan kokain. Golongan opiat diantaranya adalah heroin, morfin, meperidin, kodein, opium, 

metadon. Golongan halusinogen adalah, mellow yellows dan golongan penisiklidin adalah 

angel dust dan DOA. 

C. RENTANG tanggapan KIMIAWI 

 

Perlu diingat bahwa tidak semua pasien yang memakai zat akan menjadi 

penyalahgunaan dan ketergantungan zat. namun hanya pasien yangmemakai zat 

secara berlebihan dapat memicu penyalahgunaan dan 

ketergantunganzat.Penyalahgunaan zat adalah pemakaian zat secara terus-menerus 

bahkansampai sesudah terjadi masalah. sedang ketergantungan zat menunjukkan suatu 

kondisi yang parah dansering dianggap sebagai penyakit. Gejala putus zat terjadi karena 

kebutuhan biologikpada obat. Toleransi berarti peningkatan jumlah dan dosis obat 

untuk memperoleh dampak yang diharapkan [ Stuart dan Sundeen, 1995; Stuart dan Laraia, 

1998] .

Berikut ini adalah tanggapan kimia pemakaian zat 

 

 tanggapans Adaptif tanggapans Maladaptif 

 “Tinggi alamiah” pemakaian jarang pemakaian sering Ketergantungan 

 kegiatan fisik dari tembakau, kafein, dari tembakau, kafein, Penyalahgunaan 

 Meditasi alkohol, obat yang alkohol, obat yang Gejala putus zat 

 diresepkan, obat terlarangdiresepkan, obatterlarangToleransi tinggi 

 

Gambar 3.1. 

tanggapan Kimia pemakaian Zat 

D. ASUHAN KEPERAWATAN 

 

1. riset  

riset  pada pasien dengan penyalahgunaan zat biasanya dipicu oleh 

beberapa hal seperti: 

a. Faktor pasien 

 pasien dengan kepribadian rendah diri, mudah kecewa, suka coba-coba / 

bereksperimen dan bersikap antisosial, berisiko untuk melakukan penyalahunakan 

zat[ Napza]  


b. Faktor Lingkungan 

 Lingkungan pergaulan yang kurang baik dapat mendorong pasien melakukan 

penyalahgunaan zat [ napza] , contoh komunikasi dalam keluarga yang tidak akrab, 

kelompok sebaya yang memakai napza dan banyaknya tempat untuk 

memperoleh napza dengan mudah. Selain itu, pengawasan dari warga yang 

longgar, contoh hukum yang tidak tegas memicu peredaran napza secara gelap 

terus berlangsung.

c. Faktor zat

1]  Zat itu sendiri memberikan kenikmatan, mudah diperoleh dan harganya 

terjangkau, diperoleh dengan gratis/tanpa keluar biaya. 

2]  Situasi yang berisiko tinggi untuk memakai napza adalah kondisi emosi yang 

tidak stabil, konflik dengan orang lain, dan adatekanan sosial. 

d. Sumber koping 

 Yang sangat dibutuhkan untuk membantu indivu terbebas dari penyalahgunaan zat 

yaitu kemampuan pasien untuk melakukan komunikasi yang efektif, ketrampilan 

menerapkan sikap asertif dalam kehidupan sehari-hari,perlunya dukungan sosial yang 

kuat, pemberian alternative kegiatan yang menyenangkan,ketrampilan melakukan 

teknik reduksi stress, ketrampilan kerja dan motivasi untuk mengubah tingkahlaku.

e. Mekanisme koping. 

 pasien dengan penyalahgunaan zat cenderung mengalami kegagalan dalam mengatasi 

masalah. Mekanisme koping sehat dan pasien tidak mampu mengembangkan 

tingkahlaku adaptif.

f. Mekanisme pertahanan ego yang khas dipakai pada pasien penyalahguna zat 

meliputi penyangkalan pada masalah, rasionalisasi, projeksi, tidak tanggung jawab 

pada tingkahlakunya, dan mengurangi jumlah alkohol atau obat yang dipakai.

2. Tanda dan Gejala 

Tabel dibawah ini akan mengatakan  mengenai tanda dan gejala intoksikasi dan tanda 

dan gejala putus zat dari berbagai zat aditif


Tabel 3.1 

Tanda dan Gejala Intoksikasi 

Tanda dan Gejala Intoksikasi 

Opiat Ganja Sedatif-Hipnotik Alkohol Amfetamin 

• Eforia

• mengantuk

• bicara cadel

• konstipasi

• penurunan 

kesadaran

• eforia

• mata merah

• mulut kering

• banyak bicara 

dan tertawa

• nafsu makan 

meningkat

• gangguan 

anggapan

• pengendalian diri 

berkurang

• jalan 

sempoyongan

• mengantuk

• memperpanjang 

tidur

• hilang kesadaran

• mata merah

• bicara cadel

• jalan 

sempoyongan

• perubahan 

anggapan 

• penurunan 

kemampuan 

menilai

• selalu 

terdorong 

untuk 

bergerak

• berkeringat

• gemetar

• cemas

• depresi

• paranoid




Tabel 3.2 

Tanda dan Gejala Putus Zat 

Tanda dan Gejala Putus Zat 

Opiat Ganja Sedatif-Hipnotik Alkohol Amfetamin

• nyeri

• mata dan 

hidung berair

• perasaan 

panas dingin

• diare

• gelisah

• tidak bisa 

tidur

• jarang 

ditemukan

• cemas

• tangan 

gemetar

• perubahan 

anggapan

• gangguan 

daya ingat

• tidak bisa 

tidur

• cemas 

• depresi 

• muka merah 

• mudah marah 

• tangan 

gemetar 

• mual muntah 

• tidak bisa tidur

• cemas

• depresi

• kelelahan

• energi 

berkurang

• kebutuhan 

tidur 

meningkat



3. Data yang harus dikaji

Tabel dibawah ini mengambarkan hasil riset  pada pasien dengan 

penyalahgunaan zat. 

Tabel 3.3 

riset  pada Penyalahgunaan Zat 

riset  Intoksikasi With drawal Overdosis 

1. Sedative – 

hipnotics 

[ Depresan]  

1. Penurunan fungsi mental 

:penurunan kemampuan 

memahami, gangguan 

memori, penurunan 

kemampuan mengambil 

keputrusan, mengantuk, 

perhatian berkurang atau 

terbatas 

2. Kerusakan koordinasi 

motorik : penekanan 

bicara, ataksia, 

hiperefleksia, 

peningkatan reaksi 

3. Mood eforia, labil, 

penurunan kecemasan 

4. Penghambatan 

5. Disfungsi syaraf cranial : 

nistagmus, diplopia 

6. Penurunan nadi, 

penurunan tekanan 

darah dan respirasi 

1. penurunan tingkat 

kesadaran 

2. penurunan aatau 

tidak adatanggapan 

pada nyeri 

3. Depresi pernafasan 

4. Pernafasan lambat, 

apneu 

5. ketidak seimbangan 

cairan dan elektroklit 

1. tanggapan Psikologik 

2. Withdrawal ringan : 

kecemasan akut, iritabel, 

nervousness, kesulitan 

konsentrasi, insomnia, 

nightmares [ mimpi buruk]  

3. Withdrawal berat : 

Disorientasi, delirium, 

paranoid, kekerasan, 

ketakutan, depersonalisasi. 

4. tanggapan Fisiologik 

5. tremor, takikardia, 

headache, iritabel, ansietas, 

postural hipotensi, 

insomnia, keringan dingin, 

hiperefleksi deep tendon 

refleks, disorientasi. 

6. Kejang menyeluruh 

7. Kontraksi mioklonik 

8. Halusinasi biasanya 

pendengaran 

9. Delirium , kerusakan 

memory jangka lama dan 

sekarang, disorientasi, 


riset  Intoksikasi With drawal Overdosis 

halusinasi penglihatan, 

pendengaran dan perabaan 

10. Hipertensi 

11. Diare 

12. Hiperpireksia, diaporesis 

13. Kolapsnya pembuluh darah 

2. Stimulan 

[ amfetamin 

dan kokain]  

1. Penghambatan psikogis 

: kecemasan, 

keterbatasan dalam 

pengambilan 

keputusan, impulsive, 

hiperseks 

2. Clear kepekaan tampak 

kebingungan dan 

halusinasi, penurunan 

keletihan, keinginan 

tingggi, peningkatan 

ketertarikan pada 

lingkungan, 

peningkatan harga diri. 

3. Peningkatan kegiatan 

psikomotor, tremor 

4. peningkatan nadi dan 

tekanan darah 

5. penurunan nafsu 

makan 

6. midriasis 

1. hiperaktifitas, 

ansietas, 

2. kebingungan 

halusinasi 

3. Paranoid [  dapat 

berkembang 

menjadi delirium, 

serangan panic, 

waham curiga 

dengan kekerasan 

dan tingkahlaku 

menyerang 

4. kejang dan koma 

5. diaporesis dan 

hiperpireksia 

6. takikardia 

krisis hipertensi 

dengan 

vasokonstriksi 

extreme 

tanggapan Psikologik 

1. Crash tahap : depresi, agitasi, 

high drug craving, keletihan, 

keinginan untuk tidur, dan 

tidak adadrug craving 

2. Withdrawal tahap : 

anhedonia, anergia, ansietas 

dan sangat membutuhkan 

cocain 

tanggapan Fisiologik 

1. iskemia miokard 

2. distonia akut 

3. Narkotik 1. Eforia dengan perubahan 

kepekaan anggapan, 

pemahaman buruk, 

gangguan memori 

2. mengantuk, penurunan 

interaksi pergaulan 

3. Miosis, kontraksi pupil 

abnormal 

4. Hiopotensi ringan dengan 

tachikardia, penurunan 

respirasi. 

1. Penurunan tingkat 

kesadaran 

2. Depresi pernafasan 

berkembang ke 

apneu dan respitarori 

arrest 

3. bradikardia, 

hiopotensi, shock 

4. Atoni gastrointestinal 

Psikologis 

1. Ansietas, gelisah, disforia, 

gangguan mood dan tidur 

Fisiologik 

1. Kram pada lambung, nausea 

dan vomiting 

2. Diaforesis 

3. hipertensi 

4. Nyeri pada otot dan 

pungggung 

5. Bulu kuduk berdiri 

6. Menguap 

7. Midriasis 

8. Diare 

Alkohol 1. Penghambatan psikogis : 

kecemasan, keterbatasan 

dalam pengambilan 

keputusan, impulsive, 

hiperseks 

2. Clear kepekaan tampa 

kebingungan dan 

halusinasi, penurunan 

keletihan, keinginan 

tingggi, peningkatan 

ketertarikan pada 

1. Respirasi menurun 

2. merasa dingin 

3. kulit lembab 

4. pupils konstriksi 

1. Gelisah, iritabel, ansietas, 

agitasi 

2. Anoreksia, nausea, vomiting 

3. Tremor, Peningkatan nadi, 

peningkatan tekanan darah 

4. Insomnia, sering mimpi 

buruk 

5. Kerusakan konsentrasi, 

memori dan pengambilan 

keputusan 

6. peningkatan sensitifitas thd 


riset  Intoksikasi With drawal Overdosis 

lingkungan, peningkatan 

harga diri. 

3. Peningkatan kegiatan 

psikomotor, tremor 

4. peningkatan nadi dan 

tekanan darah 

5. penurunan nafsu makan 

6. midriasis 

bunyi./ suara, perubahan 

sensasi raba 

7. Delirium [ disorientasi waktu, 

tempat dan orang]  

8. Delusi biasanya paranoid 

9. Kejang grand mal 

10. Peningkatan temperatur 

Opiat 1. Eforia dengan 

perubahan kepekaan 

anggapan, pemahaman 

buruk, gangguan 

memori 

2. mengantuk, penurunan 

interaksi pergaulan 

3. Miosis, kontraksi pupil 

abnormal 

4. Hipotensi ringan 

dengan tachikardia, 

penurunan respirasi. 

1. Penurunan tingkat 

kesadaran 

2. Depresi pernafasan 

berkembang ke 

apneu dan 

respitarori arrest 

3. bradikardia, 

hipotensi, shock 

4. Atoni 

gastrointestinal 

Awal 

1. Kecemasan 

2. insomnia 

3. Peningkatan pernafasan 

4. Berkeringat 

5. Lakrikasi 

6. menguap 

7. rhinorrhea [ ingusan]  

8. Piloerection[ merinding]  

9. gelisah 

10. anoreksia 

11. iritabilitas 

12. Dilatasi pupil 

Lanjut 

1. Insomnia 

2. nausea dan vomiting 

3. diare 

4. kelemahan 

5. kram abdomen 

6. takikardi 

7. hipertensi 

8. Muscle spasm 

9. Nyeri otot dan tulang 

Marijuana 1. Perubahan pada 

rasa 

2. penurunan 

kemampuan 

berkonsentrasi, 

pasif, lesu, kerusakan 

memory jangka 

pendek, mengantuk 

atau hiperaktifitas, 

perubahan kepekaan 

anggapan. 

3. Takikardia dengan 

hipotensi ortostatik 

4. Infeksi konjuntiva, 

nistagmus 

5. peningkatan nafsu 

makan 

6. Mulut kering 

1. Reaksi kecemasan 

atau panic 

2. depersonalisasi 

3. Waham curiga

1. Iritabel 

2. kesulitan tidur 

3. Sama seperti kokain


riset  Intoksikasi With drawal Overdosis 

Inhalants 1. eforia, pusing, 

excitation, pleasant 

exhilaration, 

halusinasi 

penglihatan dan 

pendengaran 

2. bersin 

3. Nausea dan vomiting 

1. Bingung, kurang 

control diri, 

kesadaran menurun, 

kejang 

2. headaches, rtinnitus, 

penglihatan kabur, 

diplopia, nistagmus 

3. Ketidakoordinasi 

otot, penekanan 

bicara, penurunan 

refleks 

4. kardiak aritmia, 

edema pulmonary 

5. keinginan bunuh diri 

Sama dengan alcohol 

4. Diagnosa Keperawatan

berdasar  hasil pengkajaian maka diagnosa keperawatan yang dapat dilakukan 

adalah: Koping pasien tidak efektif 

5. Tindakan Keperawatan 

Tindakan keperawatan untuk pasien:

a. Tujuan 

1]  Pasien dapat mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat 

2]  Pasien dapat mengenali dampak pemakaian zat

3]  Pasien dapat meningkatkan motivasi untuk berhenti memakai zat

4]  Pasien dapat mengendalikan keinginan untuk memakai zat

5]  Pasien dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah

6]  Pasien dapat mengubah gaya hidup

7]  Pasien dapat memakai terapi psikofarmaka secara tepat dan benar

b. Tindakan 

1]  Diskusikan bersama pasien tentang dampak pemakaian zat pada:

a]  Kesehatan : tanda dan gejala intoksikasi dan penyakit fisik

b]  Sosial atau hubungan dengan orang lain [ pergaulan] 

c]  Pendidikan atau pekerjaan

d]  Ekonomi atau keuangan

e]  Hukum

2]  Diskusikan tentang kehidupan pasien sebelum memakai zat, kemudian harapan 

pasien untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang sesudah tahu 

dampaknya. 

3]  Diskusikan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti. a]  Hal-hal positif yang masih dipunyai pasien [ kesehatan / pergaulan / pendidikan / 

pekerjaan / ekonomi / hukum] , contoh pasien masih kuat secara fisik, tidak ada 

komplikasi penyakit akibat pemakaian zat

b]  Latih pasien untuk mensyukuri keadaannya tersebut

[ 1]  Sebutkan lebih sering hal-hal yang patut disyukuri [ latihan afirmasi] 

[ 2]  Sebutkan berulang-ulang keinginan untuk berhenti [ latihan afirmasi] 

4]  Diskusikan cara mengendalikan keinginan memakai zat dengan cara:

a]  Menghindar, contoh: tidak pergi ke tempat-tempat yang ada pengedar, tidak 

melewati tempat yang memiliki kenangan saat masih memakai zat, tidak 

bergabung / bergaul dengan pemakai

b]  Mengalihkan, contoh: menyibukkan diri dengan kegiatan yang padat dan 

menyenangkan.

c]  Menolak, contoh: mengatakan tidak, walaupun ditawarkan gratis dan tetap 

mengatakan tidak, walaupun sekali saja.

d]  Latih pasien mengendalikan keinginan memakai zat 

[ 1]  Menghindar

[ 2]  Mengalihkan

[ 3]  Menolak

5]  Diskusikan cara menyelesaikan masalah yang sehat

a]  Mengenali cara pasien menyelesaikan masalah selama ini, contoh segera 

memakai zat bila ada masalah

b]  Untung rugi cara tersebut dipakai

c]  Tawarkan cara yang sehat untuk menyelesaikan masalah, contoh:

[ 1]  Secara verbal : jika pasien sering dicurigai dan dituduh pakai NAPZA oleh 

orang tua maka pasien mengungkapkan bahwa pasien kecewa belum 

dipercaya oleh keluarga, kemudian bicarakan dengan orang tua bahwa 

tidak dipercaya itu membuat kesal dan dapat memicu sugesti, 

katakan hal-hal yang diharapkan pada orang lain secara jujur dan 

terbuka, sepakati dengan orang tua kalau pasien akan mengatakan secara 

jujur pada keluarga jika pasien ternyata pakai lagi, dan keluarga akan 

membantu pasien untuk berobat

[ 2]  Secara fisik : ambil waktu luang untuk diri sendiri dengan jalan-jalan, 

melakukan aktifitas untuk menyalurkan kekesalan, seperti olah raga, 

relaksasi atau kegiatan lain yang disukai pasien

[ 3]  Secara sosial : cari bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah

[ 4]  Secara spiritual : mengadukan masalah kepada Tuhan dan menyakini 

bahwa akan ada bantuan dari YANG MAHA KUASA

d]  Latih pasien memakai cara tersebut dengan:

[ 1]  Mengenali situasi yang berisiko tinggi 

[ 2]  Kondisi emosi negatif, contoh kesal, dituduh pakai lagi


[ 3]  Konflik dengan orang lain, contoh bertengkar karena dilarang keluar 

rumah atau dituduh mencuri

[ 4]  Tekanan sosial, contoh dipaksa sebagai syarat untuk bergabung dengan 

kelompok tertentu

[ 5]  Tidak memakai zat untuk menyelesaikan masalah, namun 

memakai cara yang sehat menyelesaikan masalah. 

6]  Diskusikan gaya hidup yang sehat

a]  Makan dan buang air secara teratur

b]  Bekerja dan tidur secara teratur

c]  Menjaga kebersihan diri

d]  Latih pasien mengubah gaya hidup

[ 1]  Tentukan kegiatan sehari-hari dan hobi 

[ 2]  Buat jadwal kegiatan

[ 3]  Tentukan pelaksanaan jadwal tersebut

7]  Latih p