kematian menurut islam 5

Rabu, 16 Agustus 2023

kematian menurut islam 5


tiap tiap mereka. Orang yang
membacanya diberi pahala 60 orang Nabi, derajatnya ditinggikan, serta
diberi kebaikan sejumlah orang yang mati."
Al-Hasan berkata, "Apabila seseorang tiba di kuburan kemudian dia
berkata, 'Wahai Tuhan yang menguasai jasad yang jelek dan tulang yang
keropos ini, Engkau telah mengeluarkannya dari dunia dalam keadaan
beriman, dan Engkau meniupkan ruh kepadanya. Aku hanya bisa
mengucapkan salam kepadanya,' makh dia diberi kebaikan sejumlah orang
yang meninggal."
Ibnu 'Abbas ra berkata, Rasulullah saw bersabda, "Sebaik-baiknya
manusia dan sebaik-baiknya orang yang berjalan di bumi ini adalah para
guru. Jika seseorang hendak berutang kepadanya, maka dia akan
meminjamkan orang itu utang secara ikhlas tanpa meminta bunga. Apabila
guru (orang yang berilmu pengetahuan) menyuruh seorang anak kecil
membaca basmalah, maka Allah akan memelihara orang tersebut, anak kecil
itu, serta orang tuanya dari siksa api neraka." (HR. ats-Tsa'labi)
Pokok pembahasan bab ini mengenai pahala sedekah yang sampai
kepada orang meninggal.
Para ulama sepakat bahwa pahala sedekah sampai kepada orang yang
mati, begitu juga dengan pahala membaca Al-Qur'an, doa, serta istighfar.
Sedekah tidak hanya berbentuk harta. Membaca Al-Qur'an, berdoa,
serta ber istighfarjuga termasuk sedekah.
Dalam hadits Nabi saw: Beliau ditanya tentang mengqashar shalat saat
keadaan aman, lalu Beliau menjawab, "ltu merupakan sedekah yang
diberikan Allah kepadamu dan terimalah pemberian Allah itu."
Rasulullah saw berkata, "Salam masing-masing kamu kepadaku
merupakan sedekah. Setiap tahlil, tasbih, takbir, serla tahmid yang kamu
ucapkan juga sedekah. Menyuruh berbuat kebaikan serta mencegah
perbuatan jahat adalah sedekah. Oleh karena itu, para ulama sangat
menyukai ziarah kubur, karena bacaan Al-Qur'an oleh orang yang
melakukan ziarah kubur adalah hadiah bagi orang yang telah meninggal
dunia."
Rasulullah saw bersabda, "Mayat yang ada di dalam kubur seperti
orang tenggelam yang meminta pertolongan. Dia menunggu doa dari
ayahnya, saudaranya, atau temannya yang ditujukan untuknya. Apabila doa
itu sampai kepadanya, maka itu lebih disenanginya dari dunia dan segala
isinya. Hadiah orang yang masih hidup kepada orang yang telah meninggal
adalah doa dan istigldar."
Diceritakan bahwa ada seorang wanita datang menemui al-Hasan al￾Basri. Wanita itu kemudian berkata, "Anak perempuanku telah meninggal,
tetapi aku ingin sekali melihatnya di dalam tidurku." Al-Hasan al-Basri lalu
menyuruhku membaca shalawat yang ditujukan untuk anak perempuanku
itu. Setelah aku melakukan apa yang diajarkan al-Hasan al-Basri, aku
melihat anak perempuanku mengenakan pakaian yang terbuat dari ter
(pelangkin). Leher dan kedua kakinya terbelenggu rantai. Aku sangat ketakutan. Lalu aku menemui Al-Hasan al-Basri dan memberi tahu
mimpiku. Tidak lama berselang setelah peristiwa itu, al-Hasan al-Basrijuga
bermimpi melihat seorang perempuan yang berada di dalam surga dengan
mengenakan pakaian yang terbuat dari sutra dan memakai mahkota di
kepalanya. Perempuan itu kemudian berkata kepada al-Hasan al-Basri,
"Apakah Anda mengenalku?" Al-Hasan al-Basri menjawab, "Tidak."
Perempuan itu lalu berkata, "Aku adalah anak seorang ibu yang pernah
datang menemuimu." Al-Hasan al-Basri lalu berkata, "Apa yang
membuatmu bisa seperti ini?" Perempuan itu menjawab, "Ada seorang
pemuda lewat di kuburan kami, kemudian dia membaca shalawat Nabi, dan
ketika itu di kuburan kami ada 650 orang yang sedang diazab." Kemudian
terdengar suara "Hentikan siksaan terhadap mereka karena shalawat yang
diucapkan pemuda itu."
Seseorang berkata: Aku bermimpi melihat saudaraku yang telah
meninggal, kemudian aku berkata, "Bagaimanakah keadaanmu setelah
diletakkan di dalam kubur?" Dia menjawab, "Aku setelah diletakkan di
dalam kubur, tibatiba aku didatangi oleh cahaya yang berasal dari api. Jika
tidak ada orang yang mendoakanku, maka cahaya tersebut pasti
menghantamku."
Cerita orang-orang shalih seperti tadi sangat banyak terdapat dalam
berbagai kitab. Ada sebuah kisah dari orang-orang shalih yang diceritakan
oleh Abu Muhammad Abdul Haq dalam bukunya, al-'Aqibah. Ada juga
riwayat yang cukup panjang yang diriwayatkan oleh Abu Muhammad
Abdullah ibn Muslim ibn Qutaibah dalam bukunya, 'Uyun al-Akhbar, yang
mengandung ajaran, peringatan, serta doa untuk orang yang meninggal'
Al-Haris ibn Nabhan berkata:
Pada suatu hari aku pergi mengunjungi kuburan untuk mencari hikmah
pelajaran, dan ketika di sana aku merenung dan berpikir mengenai orang￾orang yang dikubur di sini. Mereka diam dan tidak bisa berbicara. Mereka
tetangga yang tidak saling mengunjungi. Mereka dimasukkan ke dalam perut
bumi lalu setelah itu mereka ditimbun. Aku kemudian berseru, "Wahai
penduduk kubur, semua hasil kerja dan bekasmu sudah dihapus dari dunia,
sedangkan dosamu tidak pernah terhapus, kini kamu mendiami negeri yang
penuh cobaan, maka semua tapak kakimu sudah membengkak karena
j auhnya perj alanan." Al-Haris kemudian menangi s sej adi-j ad i nya.
Lalu dia pergi menuju kubah kuburan dan tertidur di sana.
Setelah aku tertidur di samping kuburan itu, tiba-tiba aku melihat
penghuni kubur dengan rantai yang melilit lehernya dan dipukul. Matanya
membiru dan wajahnya hitam. Kemudian dia berkata, "Alangkah
menderitanya aku, seandainya penduduk dunia melihat apa yang sedang aku alami, niscaya
lamanya."
tidak akan berbuat maksiat terhadap Allah selama￾I
Aku kemudian terbangun dengan keadaan sangat takut sehingga
jantungku hampir keluar. Aku lalu meninggalkan tempat itu dan kembali ke
rumah. Sesampai di rumah aku tidak bisa tidur semalaman karena
memikirkan apayang aku lihat di dalam mimpi. Besoknya aku kembali lagi
ke tempat kemarin agar aku bisa bertemu dengan seseorang yang sedang
berziarah ke sana, sehingga aku bisa memberitahukan kepadanya apa yang
aku lihat di dalam mimpiku kemarin. Sesampai di sana aku tidak menemui
seorangpun yang datang ke sana. kemudian aku pun tertidur. Di dalam tidur,
aku bertemu dengan penghuni kubur yang berwajah muram, kemudian dia
berkata, "Aduh celaka. Aku hidup di dunia dengan usia yang cukup panjang
tetapi aku banyak berbuat jahat sehingga Allah sangat murka kepadaku.
Celaka aku apabila Allah tidak memberikan rahmat kepadaku."
Aku lalu bangun dalam keadaan bingung. Setelah itu aku pulang dan
tidur. Besoknya aku kembali ke kuburan dengan harapan mudah-mudahan
ada seseorang yang datang ke sana sehingga aku dapat memberitahukannya
tentang mimpiku. Setibanya di sana aku tertidur dan bermimpi melihat
penghuni kubur berada di dekat kakiku dan berkata, "Mengapa orang-orang
yang masih hidup tidak memperhatikan apa yang aku alami? Siksaan
membuatku lemah, tipu daya dunia membuatku sengsara, dan Allah sangat
murka kepadaku, sehingga semua pintu yang di hadapanku ditutup. Sungguh
celakanya aku , 
jika Allah tidak memberikan rahmat-Nya padaku."
Kemudian aku terbangun dalam keadaan terkejut, dan tiba-tiba melihat
-{ari jauh- tiga orang anak perempuan menuju arahku. Aku kemudian
bersembunyi, sehingga bisa mendengar pembicaraan mereka. Salah seorang
yang paling kecil dari mereka berhenti di dekat kuburan tersebut dan
berkata, "Bagaimana keadaanmu di dalam sana ayahku. Kasih sayangmu
terhadap kami sudah hilang dan permintaanmu kepada kami sudah tidak ada
lagi. Kami sangat sedih memikirkanmu." Perempuan itu kemudian menangis
sejadi-jadinya. Kedua saudaranya lalu mendekati kuburan tersebut serta
memberi salam, dan berkata, "lni adalah kuburan ayah kami yang sangat
baik dan sangat menyayangi kami. Mudah-mudahan Allah serta para
malaikat memberikan rahmat kepadamu serta menghindarkanmu dari azab
dan siksa kubur. Wahai ayah, telah terjadi sesuatu yang jika engkau
melihatnya maka engkau akan terkejut dan takut, yaitu para-laki-laki telah
membuka wajah kami dimana yang menjadi penutup wajah kami adalah
engkau."
Aku menangis setelah mendengar perkataan mereka, kemudian aku
pergi menemui mereka dan mengucapkan salam kepada mereka. Setelah itu
aku berkata kepada mereka, "Wahai para gadis, amal perbuatan adakalanya
ditolak dan adakalanya diterima. Peristiwa yang menimpa ayahmu di dalam
kubur membuatku sangat takut dan menderita."
Setelah mendengar perkataanku, mereka membuka wajah mereka dan
berkata, "Wahai hamba yang shalih, apa yang telah kamu lihat?" Aku
berkata kepada mereka, "Sudah tiga hari aku berada di kuburan ini dan aku
selalu mendengar suara gemerincing rantai dari dalam kuburan tersebut."
Setelah mendengar riwayatku, mereka berkata, "Alangkah dahsyatnya
penderitaan dan musibah yang menimpa ayah kami. Kami selalu mencari
kehidupan di dunia sedangkan ayah kami disiksa dengan api yang
membakar. Demi Allah, kami tidak bisa tenang dan tidak bisa merasakan
kelezatan hidup sehingga kami harus tunduk dan merendahkan diri kepada
Allah. Mudah-mudahan Dia melindungi ayah kami dari siksaan api neraka."
Mereka kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
Aku kemudian kembali ke rumah. Esok harinya aku kembali lagi ke
sana. Setelah tiba di sana tidak lama kemudian aku tertidur. Di dalam tidur
aku melihat seorang laki-laki gagah (memakai sandal dari emas) bersama
seorang bidadari dan seorang pemuda tampan.
Aku mengucapkan salam kepadanya dan berkata, "Siapakah engkau?"
Ia menjawab, "Aku laki-laki yang kamu saksikan kemarin, lalu kamu merasa
gundah dan risau." Al-Harits bertanya, "Bagaimana keadaanmu?" Ia
menjawab, "Ketika kamu ceritakan tentang nasibku pada anak-anakku,
mereka mendoakanku dengan sepenuh hati pada Allah SWT, maka Allah
mengampuni dosaku dan membuatku bersama Nabi saw. Jika kamu bertemu
kembali dengan anak-anakku, katakan kepada mereka tentang keadaanku
yang sudah membaik, agar kesedihan mereka sirna. Aku sudah berada dalam
taman-taman dengan bidadari, para pembantu, kebahagiaan, dan Allah sudah
memaafkan aku."
Al-Haris berkata: Aku pun terbangun dalam keadaan gembira setelah
melihat dan mendengar kejadian tersebut. Aku kemudian pulang dan setelah
itu tertidur. Keesokan harinya aku mendatangi kuburan tersebut, sesampai di
sana ada anak-anak perempuan orang yang meninggal tersebut. Aku
kemudian mengucapkan salam kepada mereka dan berkata, "Bergembiralah
kalian, karena aku melihat ayah kalian dalam keadaan sangat bahagia. Dia
memberitahukanku bahwa Allah telah mengabulkan permohonan kalian dan
perjalanan kalian ke sini tidak sia-sia. Ayah kalian telah menghadiahkan
kalian kebaikan, maka kalian hendaknya mensyukurinya."
Perempuan yang paling kecil kemudian berkata, "Wahai Tuhanku
yang melembutkan hati seorang hamba, Yang menutup aib-aibnya, Yang
menghilangkan segala penderitaannya, Yang mengampuni segala dosa￾dosanya, Yang mengabulkan segala keinginannya, dan Yang mengetahui
segala yang gaib, Engkau Maha Mengetahui segala masalahku, keinginanku serta permohonanku. Ya Allah Yang Maha Mengetahui semua isi hatiku.
Yang berkuasa atas diriku dan Yang mengabulkan segala keinginanku. Jika
amalku tidak cukup dan aku selalu melanggar larangan-Mu, maka aku
mohon kepada-Mu agar diberikan kekuatan untuk melaksanakan segala
perintah-Mu. Tidak akan cukup kata-kata untuk menyebutkan segala nikmat￾Mu. Wahai Dzat Yang Mahamulia, Yang mengabulkan segala permintaan
hamba-Nya, Yang menguasai hari pembalasan, Yang mengetahui segala
rahasia yang tersimpan, Yang mengatur segala sesuatu mulai yang sekecil￾kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya, masukkanlah aku ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang Engkau beri syafaat. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." Perempuan itu kemudian berteriak
sekeras-kerasnya, dan setelah itu dia meninggal dunia.
Perempuan yang kedua kemudian bangkit dari duduknya, lalu berkata
dengan suara yang tinggi, "Wahai Tuhanku, ringankanlah penderitaanku dan
bersihkanlah keraguan yang ada di dalam hatiku. Wahai Dzat yang telah
meringankan penderitaanku, Yang menolongku ketika aku berada di dalam
kesusahan, jika Engkau mau mengabulkan doa, keinginan, serta
permintaanku, maka bawal aku menemui saudaraku." Perempuan itu
kemudian berteriak sekeras-kerasnya, dan setelah itu meninggal.
Perempuan yang ketiga lalu berkata dengan suara yang lantang,
"Wahai Tuhan Yang Maha Perkasa, Yang Mahamulia, Yang Maha
Bijaksana, dan Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, sesungguhnya bagi￾Mu keagungan dan kemuliaan yang sangat besar, Yang memuliakan siapa
yang dikehendaki-Nya, Yang menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya,
Yang memberikan kegembiraan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, Yang
memberikan penderitaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Aku
memohon kepada-Mu dengan nama-Mu yang sangat mulia, Yang
menjadikan malam yang gelap-gulita dan siang yang terang benderang,
Yang menegakkan bukit dengan kokohnya, Yang menjadikan angin
berhembus, Yang meninggikan langit dan Yang menjadikan Malaikat
bersujud kepada-Nya. Ya Allah, apabila Engkau mengabulkan doa,
keinginan, serta permohonanku, maka bawa aku menemui kedua saudaraku."
Perempuan itu kemudian berteriak dengan keras, lalu meninggal.
Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang membaca surah Yasin ketika
dia pergi ke kuburan, maka Allah akan meringankan siksa kubur bagi orang
yang meninggal, sedangkan orang yang membaca surah Yasin dia akan
diberi kebaikan jumlah orang yang dikuburkan di sana." (HR. Anas)
Diriwayatkan juga oleh Abdullah ibn Umar ibn al-Khatthab ra, bahwa dia
disuruh ayahnya membaca surah al-Baqarah di sisi kuburannya.
Diriwayatkan oleh al-Ala' ibn Abdurrahman dari Ma'qil ibn Yassar al￾Madani, Rasulullah saw bersabda, "Bacakan olehmu surah Yasin untuk saudara-saudaramu yang meninggal, yaitu saat akan meninggal dunia dan
saat akan dikuburkan-" Hadits ini berisi hukum yang membolehkan
membaca Al-Qur'an di kuburan.
Abu Muhammad AMul Haq meriwayatkan dari Abu al-Walid lsmail
ibn Ahmad yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Afrand. Dia dan
ayahnya adalah dua orang shalih yang sangat terkenal. Dia berkata: Ketika
ayahku meninggal dunia, sebagian saudara-saudaranya berkata kepadaku:
Aku telah mengunjungi kuburan ayahmu dan di sana aku membacakan salah
satu surah Al-Qur'an untuknya dan berkata, "Wahai fulan, bacaanku ini aku
hadiahkan untukmu, tetapi apa yang aku dapat darimu?" [,alu angin harum
berhembus padaku hinega menyelimutiku beberapa saat. Lalu aku pergi,
namun angin harum itu tetap bersamaku hingga perjalanan pulang.
Keterangan mengenai hal tersebut ada dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Anas yang akan kami bahas dalam bab, "Amal-amal yang akan
mengikuti si mayat sampai ke dalam kuburnya." Dikatakan bahwa pahala
bacaan Al-Qur'an diberikan untuk orang yang membacanya, sedangkan
mayat hanya memperoleh pahala mendengarkan bacaan Al-Qur'an, dan itu
merupakan rahmat baginya. Allah SWT berfirman: Dan apabila dibacakan
Al-Qur'an, maka dengarkmlah boik-baik. dan perhatikanlah dengan tenang
agor kamu mendapot rahmot. (QS. al-A'raf:204)
Menurutku, pahala membaca dan mendengar Al-Qur'an tidak akan
terpisah. Bacaan sama dengan do4 istighfar, tadharru', dan permohonan.
Lantas apa amal shalih yang lebih besar selain AlQur'an?
Rasulullah saw bersaMa Allah berkata di dalam hadits qudsi, "Siapa
yang menyibukkan diri dengan membaca Al{ur'an karena ingin memohon
sesuatu kepada-Ku, maka Aku mengabulkan permohonannya melebihi
permohonan seseorang selain kepada-Ku." (HR. at-Tirmidzi. Hadits ini
merupakan hadits hosut Shorib)
Diskusi tentang Hadiah Bacaan pada Mayat
Rasulullah saw bersaMa" "Apabila salah se,orang anak Adam
meninggal, maka amalnya terputus, kecuali tiga macam, yaitu Sadaqah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta anak shalih yang selalu
mendoakannya." Bacaan yang bermakna doa seperti: sedekah dari anak,
sedekah dari sahabat atau teman, atau sedekah dari orang Mukmin.
Allah SWT berfirman dalam surah an-Najm ayat 39: Dan
bahwasannya seor(mg manusia tido memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya. (QS. an-Najm: 39) Ayat tersebut menunjukkan bahwa seseorang tidak bisa mendapat
manfaat dari amal yang dilakukan orang lain. Tetapi masih terdapat
perbedaan penafsiran dari para ahli tdfsir terhadap ayat ini.
Menurut Ibn 'Abbas ra, keterangan dalam ayat itu adalah mansukh
(dihapuskan) oleh ayat lain, yaitu Dan orang-orang yang berimon, dan
yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimonon, Kami
hubungkan anak cucu mereko dengan mereka. (QS. ath-Thur 21)
Anak bisa membantu orang tuanya di hari kiamat, dengan kata lain
seorang ayah akan diberi syafaat oleh Allah karena anaknya atau sebaliknya,
seperti yang ditunjukkan oleh ayat di bawah ini: [TentangJ orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih
dekat [banyakJ manfaatnya bagimu. (QS. an-Nisa': I l)
Ar-Rabi' ibn Anas berkata: Maksud surah an-Najm ayat 49 bahwa
seorang manusia tidak memperoleh selain yang diusahakannya. Hal tersebut
khusus untuk orang kafir, sedangkan orang Mukmin memperoleh apa yang
diusahakannya dan apa yang telah diusahakan orang lain untuknya. Dalil￾dalil yang menguatkan pendapat ini sangat banyak terdapat di dalam hadits,
dan pahala orang shalih yang mendoakan saudaranya sesama Mukmin akan
sampai kepada mereka.
Dalam suatu hadits shahih Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang
meninggal dunia tetapi dia tidak sempat mengqada puasa yang
ditinggalkannya, maka puasa yang ditinggalkannya bisa diqada oleh
saudaranya."
Rasulullah saw berkata kepada seorang pemuda yang melaksanakan
haji untuk orang lain (sedangkan dia belum berhaji untuk dirinya sendiri),
"Berhajilah untuk dirimu, kemudian baru melaksanakan haji untuk
Syabramah -kerabatnya-."
Diriwayatkan juga oleh 'Aisyah ra bahwa dia melakukan i'tikaf di
mesjid yang dia tujukan untuk saudaranya (Abdurrahman) yang telah
meninggal.
Sa'ad berkata kepada Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah saw. apakah
aku bisa bersedekah untuk ibuku yang telah meninggal?" Rasulullah saw
menjawab, "Ya." Sa'ad lalu bertanya lagi, "Jenis sedekah apa yang lebih
utama?" Rasulullah saw menjawab, "Memberikan orang lain minum."
Di dalam kitab al-Muwattha'diceritakan: Dari Abdullah ibn Abu
Bakar dari pamannya dari neneknya, bahwa dia berniat untuk berjalan
seorang diri ke Mesjid Quba', tetapi dalam perjalanan beliau meninggal
sehingga niatnya tidak terlaksana dengan sempurna. Lalu anaknya (yang
bernama Abdullah ibn Abbas) melakukan perjalanan ke Mesjid Quba untuk
menyempurnakan niat orang tuanya tersebut. Kandungan yang terdapat di dalam firman Allah surah an-Najm ayat
39 yang artinya, *Dan bahwasannya seorang manusitt liada memperoleh
selain apa yong telah diusahakannya, " khusus ditujukan untuk perbuatan
jahat berdasarkan dalil dalam hadits Shahih Muslim berikut ini: Dari Abu
Hurairah ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda: Allah SWT berfirman di
dalam hadits Qudsi, "Apabila hamba-Ku berniat melakukan perbuatan baik,
maka Aku tulis untuknya satu kebaikan dan apabila dia melaksanakan
niatnya tersebut, maka Aku lipat gandakan kebaikan untuknya sebanyak l0
hingga 700 kali lipat. Jika dia berniat melakukan perbuatan jahat tetapi dia
belum melaksanakannya, maka hal tersebut belum Aku tulis, tetapijika dia
mengerjakan perbuatan jahat itu maka Aku tulis untuknya satu buah
kejahatan." Sebagaimana yang terdapat di dalam firman Allah di bawah ini:
Barangsiapa membqwo amal yang baik, maka baginya [pahalaJ
sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan
yang johat, maka dia tidak diberi pembalasan, melainkan seimbang dengan
kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiuya [dirugikanJ (QS. al￾An'am: 160)
Perumpamaan [naftah yang dikeluarkan olehJ orong-orang yang
menaJkohkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yong menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biii. Allah
melipatgandakan fganjaranJ bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Mahaluas [karunia-Nyal lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Baqarah: 261)
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya
kareno mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan iiwa mereka, seperti
sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh huian lebat,
maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis [pun memadaiJ. Dan Allah Maha
Melihat opa yang kamu perbuat (QS. al-Baqarah: 265)
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik [menaftahkan hartanya di jalan AllahJ, maka Allah akan
melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan [rezekiJ dan kepada-Nya-lah
komu dike mbal ikan. (QS. al-Baq arah: 245)
Semua yang ada dalam ayat-ayat tersebut merupakan karunia Allah,
sedangkan yang ada di dalam surah an-Najm ayat 39 merupakan ketetapan
tentang keadilan. Sesungguhnya balasan yang berlipat ganda yang diberikan
Allah kepada orang yang melakukan setiap kebaikan (baik 10 kali lipat, 700
kali lipat, atau satu juta kali lipat) adalah karunia Allah, sebagaimana yang
terdapat didalam hadits di bawah ini:
Dari Abu Hurairah td, Rasulullah saw bersabda, "Allah akan
membalas tiaptiap kebaikan sebanya$ satu juta kali lipat." Abu Hurairah ra berkata: Aku mendengar Rasulullah saw mengatakan bahwa Allah
membalas tiap-tiap kebaikan sebanyak dua juta kali lipat. Ini merupakan
karunia dari Atlah, sebagaimana Allah memberikan karunia kepada anak
kecil dengan memasukkan mereka ke dalam surga walaupun dia tidak
pernah mengerjakan amal. Jadi, bagaimana pendapatmu tentang amal
seorang Mukmin yang dilakukan sendiri atau yang dilakukan orang lain
untuk dirinya?
Al-Khara'ithi (di dalam bukunya yang berjudul al-Qubur) berkat4
"Apabila membawa orang yang meninggal dunia, maka kaum Anshar
terbiasa membaca surah al-Baqarah."
Sungguh menarik sekali sya'ir yang terdapat di bawah ini:
Ziarahilah dua orang tuomu don berdirilah di hadapan lafiur merelco
Seakan-akan dengan demikian lcnmu dibov'a pada mereka
Kami sengaja bicara panjang tentang masalah ini, karena menurut
pendapat Abdul Aziz ibn Abdussalam pahala bacaan Al-Qur'an tidak bisa
sampai kepada mayat berdasarkan surah an-Najm ayat 39 yang artinya,"dan
bahwasannya seorong manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya."
Setelah AMul Aziz ibn Abdussalam meninggal dunia, salah seorang
sahabatnya bermimpi melihat Abdul Aziz ibn Abdussalam di kelilingi oleh
beberapa orang dan mereka bertanya kepada Abdul Aziz ibn Abdussalam,
"Engkau dulu mengatakan bahwa pahala bacaan Al-Qur'an yang
dihadiahkan untuk si mayat tidak bisa sampai kepadanya, bagaimana
pendapatmu mengenai hal ini? Abdul Azizibn Abdussalam menjawab, "Aku
berkata begitu ketika masih hidup di duniq tetapi sekarang aku
meninggalkannya (dunia), dan tatkala melihat keagungan Allah terhadap hal
tersebut (mengenai pahala membaca Al-Qur'an untuk orang yang telah
meninggal) aku berpendapat bahwa pahala tersebut bisa sampai kepada
orang mati."
Seorang Hamba akan Dikuburkan di Dalam Tanah yang Merupakan
Tempat Kejadiannya
Dari Abu 'lsa at-Tirmidzi dari Mathar ibn 'Akamisy, dia mengatakan
bahwa Rasulullah saw bersabda "Apabila Allah telah menetapkan tempat
seorang hamba meninggal, maka Allah akan membuat hamba itu datang ke
tempat tersebut karena ada suatu hajat." (Abu 'Isa mengatakan bahwa hadits
tersebut hadits ghorib) Abu 'lzzah mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Apabila
Allah telah menetapkan ajal seorang hamba serta tempat dimana dia akan
meninggal dunia, maka Allah akan membuat hamba itu datang ke tempat
tersebut karena suatu hajat atau keperluan." (Abu 'lzzah mengatakan bahwa
hadits tersebut hadits hasan shohih)
Tirmidzi al-Hakim Abu Abdullah meriwayatkan (dalam bukunya yang
berjudul Nawadir-al-Ushul) dari Abu Hurairah ra. dia berkata: Suatu hari
Rasulullah saw berkeliling melewati sudut-sudut kota Madinah. Ketika dia
sampai di pekuburan, Beliau melihat sebuah lubang yang sedang digali lalu
Beliau berhenti di sana dan bertanya, "Untuk siapa lubang kubur ini dibuat?"
Orang-orang menjawab, "Lubang kubur ini dibuat untuk seorang pemuda
yang berasal dari Habsyi." Rasulullah saw kemudian berkata, "Tidak ada
Tuhan selain Allah. Allah telah membawanya dari daerahnya untuk
dikuburkan ditanah tempat dia berasal."
Dari lbnu Mas'ud, dia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Apabila Allah telah menetapkan ajal seorang hamba dan tempat dimana dia
akan meninggal dunia, maka Allah membuat hamba itu datang ke tempat
tersebut karena suatu hajat atau keperluan, dan pada hari kiamat bumi tempat
dia dikuburkan akan berkata, 'Ya Allah ini adalah titipan-Mu yang Engkau
titipkan padaku dulu."'(HR. Ibnu Majah)
Segera Membayar Utang dan Pelaksanaan Wasiat Orang Lain
Para ulama mengatakan bahwa pelajaran yang terkandung dalam bab
ini adalah: Peringatan kepada para hamba untuk selalu waspada dan
mempersiapkan diri untuk menghadapi mati dengan selalu patuh terhadap
segala perintah Allah, menghindari diri dari perbuatan zalim, melunasi
utang-utang, meninggalkan wasiat ketika masih hidup (terutama ketika akan
melakukan perjalanan), karena kita tidak tahu dimana kita akan meninggal.
Ada suatu riwayat yang diambil dari kisah-kisah terdahulu, bahwa
seorang pemuda yang berada di dekat Sulaiman berkata, "Wahai Nabi Allah,
aku mempunyai keperluan di negeri India, dan aku minta tolong kepadamu
agar memerintahkan angin untuk membawaku ke lndia sekarang juga."
Sulaiman kemudian melihat Malaikat Maut dalam keadaan tersenyum. Nabi
Sulaiman bertanya, "Apa yang menyebabkan engkau tersenyum." Malaikat
Maut berkata, "-sungguh ajaib- aku diperintahkan saat ini juga untuk
mencabut nyawa pemuda ini di India, dan aku melihat pemuda ini berada di
sampingmu dan meminta tolong kepadamu agar kamu mau memerintahkan
angin membawanya ke sana. Diceritakan dalam suatu riwayat bahwa angin membawa pemuda
tersebut ke India saat itu juga, dan Malaikat Maut mencabut nyawanya di
san4 wallahu a'lam. I
Rezeki dan Ajal
Dari Abu Nua'im, Abu Hurairah ra mengatakan bahwa Rasulullah saw
bersabda, "Jika setiap yang dilahirkan telah meninggal, maka jasadnya
ditimbun dengan tanah galian kuburnya."
Abu 'Ashim an-Nabil berkata, "Tidak pernah kami temui orang yang
memiliki kemuliaan seperti kemuliaan Abu Bakar ra dan Umar ibn al￾Khatthab ra, karena mereka diciptakan dari tanah yang sama dengan tanah
asal kejadian Rasulullah saw." (Diriwayatkan oleh Ibnu Sirrin. Abu Hurairah
ra mengatakan bahwa hadits ini gharib dari hadits 'Aun, yang hanya terdapat
dalam riwayat Abu 'Ashim an-Nabil, yang merupakan salah seorang tokoh
terpercaya dari Bashrah)
Ibnu Mas'ud berkata: Malaikat akan mengambil air mani di dalam
rahim seorang perempuan, lalu meletakkannya dalam genggamannya dan
berkata, "Wahai Tuhanku, apakah kejadian makhluk ini sempurna?" Jika
Allah menjawab bahwa asal kejadiannya sempurna, maka Malaikat akan
bertanya, "Wahai Tuhanku, bagaimana dengan rezekinya? Manakah tanah
asal kejadiannya? Kapankah ajalnya? Di manakah dia akan meninggal?,,
AIlah lalu berkata, "Lihatlah jawabannya di dalam Umm al-KitaD. " Malaikat
itu kemudian melihatnya pada Lauh Mahfuz dan di sana sudah tertulis
jawaban dari pertanyaannya, baik mengenai rezeki, ajal, amal, tanah asal
kejadian, serta tempat hamba tersebut akan meninggal. Seperti yang
dijelaskan dalam firman Allah berikut ini:
Dari bumi [tanahJ itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan
mengembalikan lcamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkon kamu
pada kali yang /aiz. (QS. Thaha: 55)
Hadits tersebut diriwayatkan oleh arTirmidzi al-Hakim Abu Abdullah
dalam bukunya, Nawadir al-Ushul.
Dari 'Alqamah, Abdullah berkata: Apabila air mani berada di dalam
rahim seseorang, maka malaikat akan meletakkannya di dalam
genggamannya dan berkata, "Wahai Tuhanku, apakah kejadiannya
sempurna?" Apabila AIIah menjawab bahwa kejadiannya tidak sempurna,
maka rahim akan merubah.air mani tersebut menjadi darah. Apabila Allah
mengatakan bahwa kejadiannya sempurna, maka malaikat melanjutkan
pertanyaannya, "Wahai Tuhanku, dia laki-laki atau perempuan? Hidupnya
senang atau menderita? Kapankah ajalnya? Di manakah tanah asal
kejadiannya? Bagaimanakah rezekinya? Di manakah dia akan meninggal?"
Allah kemudian berkata kepada Malaikat, "Lihatlah olehmu Ummul Kilab,
maka engkau akan menemukan nuthfah (air mani) tersebut di dalamnya."
Kemudian nuthfah tersebut ditanya, "Siapakah Tuhanmu?" Dia akan
menjawab, "Allah." Lalu dia ditanya lagi, "Siapakah yang memberimu
rezeki?" Dia menjawab, "Allah." Setelah itu dia diciptakan dan diberi
kehidupan serta rezeki. Apabila telah meninggal, maka akan dikuburkan di
tanah tempat dia berasal. (Makna al-Atsar dalam hadits ini adalah tanah asal
kejadian nuthfah)
Muhammad ibn Sirrin berkata, "Jika engkau bersumpah, maka
bersumpahlah dengan benar tanpa ada keraguan. Allah menciptakan
Muhammad, Abu Bakar ra dan Umar ibn al-Khatthab ra dari tanah yang
sama, dan mereka dikembalikan pada tanah tersebut."
'lsa ibn Maryam adalah manusia yang diciptakan dari tanah itu, yang
akan kami terangkan pada bagian akhir kitab ini. Bab ini menjelaskan makna
firman Allah di bawah ini:
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan [dari
kuburJ, maka [ketuhuilahJ sesungguhnya Kami telah meniadikan kamu dari
tanah. (QS. al-Hajj: 5)
Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya
ajal [kematianmuJ, dan ada lagi suatu aial yang ditentukan [untuk
berbongkitJ yang ada pada sisi-Nya [yang Dia sendirilah mengetahuinyaJ,
kemudian kqmu masih ragu-ragu [tentang berbangkit rrzl. (QS. al-An'am:
2)
Kemudian Dia menjadikon keturunannya dari saripati air yang hina
[air maniJ. (QS. as-Sajdah:8)
Tidak ada pertentangan antara ketiga ayat tersebut, sebagaimana kami
jelaskan dalam kitab ol-Jami' Li Ahkam Al-Qur'an.
Bab ini menjelaskan hal tersebut dengan menggunakan dalil dari Al￾Qur'an dan hadits.
Apa yang Dibawa oleh Orang yang Meninggal ke Dalam Kuburnya?
Anas ibn Malik ra mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Apabila seseorang meninggal dunia, maka ada tiga hal yang mengikuti
mayat tersebut sampai dia dikuburkan. Ketiga hal tersebut adalah: keluarga,
harta, dan amal perbuatannya. Keluarga serta hartanya akan kembali pulang,
sedangkan yang menemaninya hanya amal perbuatannya." (HR. Anas)
Abu Nu'aim meriwayatkan hadits Qatadah dari Anas ibn Malik ra, dia
mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Ada 7 hal yang akan
menemani orang yang meninggal dunja di dalam kuburnya, yaitu ilmu yang diajarkan, selokan atau pengairan yang dibangunnya, sumur yang digalinya,
pohon kurma yang ditanamnya, Al-Qur'an yang ditinggalkannya, serta anak
shalih yang selalu mendoakannya setolah dia meninggal." (Hadits ini adalah
gharib dari hadits Abu Qatadah yang hanya terdapat di dalam hadits riwayat
Abu Nu'aim Abdurrahman ibn Hani' an-Naj'i dari al-Azrumi Muhammad
ibn Abdullah dari Qatadah. Diriwayatkan juga oleh Imam Abu 'Abdullah
Muhammad ibnYazid ibn Majah al-Qazwini dalam sunannya dari hadits az￾Zahri).
Abu AMullah al-Aghar meriwayatkan kepadaku: Abu Hurairah ra
berkata" "Amal perbuatan yang mengikuti seorang Mukmin yang meninggal
dunia adalah ilmu yang diajarkannya, anak shalih yang ditinggalkanny4 Al￾Qur'an yang diwariskannya" mesjid yang dibangunnya, rumah yang
disediakan untuk orang yang sedang melakukan perjalanan jauh, pengairan
yang dibuatnya, serta sedekah dari harta bendanya sendiri ketika dia dalam
keadaan sehat."
Abu Hudbah Ibrahim ibn Hudbah meriwayatkan, Anas ibn Malik ra
berkata, Rasulullah saw bersabda: Sedekah untuk orang yang meninggal
dunia akan dibawa oleh Malaikat dengan menggunakan piring dari cahaya.
Lalu Malaikat berdiri pada sisi kuburan sambil berkata, "Wahai orang asing
penghuni kubur, terimalah hadiah yang diberikan keluargamu." Hadiah itu
lalu dimasukkan ke dalam kuburan orang tersebut, sehingga kuburan itu
menjadi lapang dan terang benderang. Kemudian dia berkata, "Semoga
Allah membalas segala kebaikan keluargaku dengan sebaik-baik balasan."
Sedangkan orang yang tidak mendapat doa dari anaknya dan dari orang lain
akan menderita di dalam kuburnya.
Bisyr ibn Ghalib berkata: Aku mimpi melihat Rabi'ah al-Adawiyah
-seorang 'Abid (ahli ibadah)-. Aku selalu mendoakannya. Rabi'ah al￾Adawiyah kemudian berkata kepadaku, "Hadiahmu akan datang kepadaku,
yang dibawa dengan piring dari cahaya yang alasnya terbuat dari sutra.
Wahai Bisyr, seperti inilah doa orang Mukmin yang masih hidup, yang
ditujukan untuk saudara-saudaranya yang meninggal dunia. Hadiah itu akan
diserahkan kepada mereka yang telah meninggal dunia tersebut, lalu
dikatakan kepada mereka, 'Ini hadiah yang diberikan fulan untukmu."'
Ismail ibn Rafi' berkata, "Caranya supaya orang yang mempunyai
hubungan darah bisa bertemu dengan saudaranya yang telah meninggal
adalah: menunaikan haji, memerdekakan budak, dan ketiga memberikan
sedekah, yang mana semua amal perbuatan tersebut pahalanya ditujukan
untuk orang yang meninggal tersebut."
Hadits dari Jabir ibn Abdullah, Rasulullah saw bersabda, "Janganlah
kalian mengangan-angankan mati, karena saat-saat ruh akan keluar dari
jasad merupakan peristiwa yang sangat dahsyat." (mengerikan).
Ada seorang laki-laki yang berkata pada Umar ibn al-Khatthab ra
ketika ajal beliau hampir datang, "Aku harap kulitmu tidak bisa disentuh
oleh api neraka." Umar kemudian memandang pemuda itu dan dia berkata,
"Orang yang membuatmu terpesona adalah orang yang rugi. Demi Allah,
seandainya aku memiliki semua yang ada di dunia ini, niscaya aku akan
menebus kedahsyatan mati dengan semua yang aku miliki."
Abu ad-Darda' berkata, "Ada tiga hal yang membuat aku tertawa:
pertama, orang yang selalu mengangan-angankan dunia sedangkan kematian
akan mendatanginya; kedua, orang yang lalai bukan karena ingat tentang
kematian; dan ketiga, orang yang tertawa besar, sedangkan ia tidak tahu
apakah Allah ridha atau tidak. Ada tiga hal yang membuatku menangis:
pertama, berpisah dengan orang-orang terkasih, Muhammad, dan partainya;
kedua, perasaan takutku terhadap kedahsyatan mati, dan ketiga,
membayangkan saat-saat aku berada di hadapan Allah pada hari dimana
dinampakkannya semua rahasia serta tidak ada yang tahu apakah aku akan
dimasukkan ke dalam surga atau neraka." (HR. Ibnu al-Mubarak. Hadits ini
juga diriwayatkan kepada kami oleh Muawiyah ibn Qurrah dari Abu ad￾Darda')
Dari Muhammad dari Anas ibn Malik ra, "Ketahuilah olehmu, aku
beritahukan tentang dua hari dan dua malam dahsyat yang belum pernah ada
misalnya? Hari pertama datang kabar dari Allah; la ridha atau marah? Dan
hari kedua, engkau berhadapan Tuhanmu dengan membawa Kitab Amalmu;
Ia akan kamu pegang dengan tangan kiri atau dengan tangan kanan? Dua
malam itu adalah: malam pertama kamu dalam kubur sedangkan kamu
betum pernah tidur di sana; dan malam yang subuhnya akan muncul
kiamat."
Kubur Merupakan Tempat Persinggahan Awal Menuju Akhirat
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Hani' ibn Utsman, dia berkata:
Apabila Utsman berada di kuburan, maka dia pasti menangis, sehingga
jenggotnya basah oleh air mata. Seseorang bertanya kepada Utsman, "Wahai
Utsman, kenapa saat engkau mengingat surga dan neraka engkau tidak
menangis, tetapi saat berada di sini (kuburan) engkau menangis?" Utsman
menjawab, "Rasulullah saw berkata, 'Kubur merupakan tempat
persinggahan awal menuju akhirat. Apabila seseorang selamat di sana
(kubur), niscaya selanjutnya dia akan selamat. Tetapi apabila seseorang tidak
selamat di sana (kubur), niscaya selanjutnya dia akan lebih menderita."'
(HR. lbnu Majah) 
,
Rasulullah saw bersabda, "Aku tidak pernah melihat tempat yang
sangat menakutkan daripada kuburan." (HR. at-Tirmidzi) Razin
menambahkan, aku mendengar sebuah sya'ir yang diucapkan Utsman ketika
berada di kuburan.
Bila muncul darimu peristiwa besar
Maka perjalanan panjangku tidak akan selamat
Dari al-Barra', dia berkata: Suatu hari kami dan Rasulullah berada di
kuburan dan Beliau duduk di tepi kuburan sambil menangis, sehingga tanah
di bawah menjadi basah. Beliau kemudian berkata, "Wahai saudara￾saudaraku, kalian semua akan seperti ini (dikubur di dalam tanah), maka
kalian sebaiknya mempersiapkan bekal untuk menghadapinya." (HR. Ibnu
Majah)
Seorang penyair berkata:
Setiap manusia punya kubur dari segala sifat kefanaannya
Manusia selalu berkurang, sedangkan kubur selalu bertambah
Kubur Pertama di Dunia
Terdapat perbedaan pendapat mengenai orang yang pertama sekali
menetapkan bahwa seseorang yang meninggal dunia harus dikubur di dalam
tanah.
Ada yang mengatakan bahwa yang pertama kali melakukan
penguburan adalah burung gagak, yang terjadi saat peristiwa pembunuhan
yang dilakukan Qabil terhadap saudaranya (Habil).
Ada juga yang mengatakan bahwa Qabil sebenarnya sudah tahu
mengenai cara mengubur, tetapi setelah membunuh saudaranya (Habil), dia
meninggalkan jasad Habil begitu saja, karena itu lebih mudah baginya
(dibanding kalau menguburkan Habil). Allah kemudian mengutus burung
gagak. Burung gagak itu lalu mengais-ngais tanah yang ditimbunkannya ke
atas jasad Habil. Melihat hal itu, Qabil kemudian berkata, "Aduh celaka aku,
mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat
menguburkan mayat saudaraku?" Qabil kemudian menguburkan mayat
saudaranya dan dia menyesal lalu bertobat.
Ada yang mengatakan bahwa penyesalan Qabil bukan karena dia telah
membunuh saudaranya, tetapi karena dia kehilangan saudaranya. AIlah menceritakan hal di atas dalam firman-Nya berikut ini:
Kemudian Allah menyuruh seekor burung, gagak menggali'grtli di bumi
untuk memperlihatkan kepadanya [QabiU bagaimana dia seharusnya
menguburkan moyal saudaranya. Qabil berkata, "Aduhai celaka aku,
mengapa aku tidak mampu berbual seperti burung gagak ini, lalu aku dapal
menguburkan mayot saudaraku ini? " Karena itu jadilah dia seorang di
antara orang-orang yang menyesal. (QS. al-Maidah: 3l )
Ibnu 'Abbas ra berkata, "Jika penyesalannya karena dia telah
membunuh saudaranya, maka penyesalannya itu merupakan tobat."
Ada yang meriwayatkan dalam versi Iain, setelah Qabil membunuh
saudaranya, dia duduk di dekat kepala saudaranya sambil menangis. Tiba￾tiba datang dua ekor burung gagak yang sedang berkelahi hingga salah satu
mati. Kemudian burung gagak yang masih hidup mengubur burung gagak
yang telah mati tersebut. Melihat peristiwa itu Qabil melakukan hal yang
sama terhadap saudaranya yaitu menguburkan saudaranya yang telah mati ke
dalam tanah. Hal ini kemudian menjadi sunnah (ketetapan) bagi setiap anak￾anak Adam sampai sekarang.
Allah SWT berfirman: Kemudian Dia mematikannya dan
memasukkannya ke dalam kubur. (QS. 'Abasa: 2l )
Menurut al-Bara' tujuan Allah memasukkannya ke dalam kubur
adalah memuliakannya, dan supaya jasadnya tidak dimakan oleh burung dan
binatang pencari makan.
Menurut Abu 'Ubaidah, makna kata (t'6; adalah membuatkan kubur
untuknya dan memerintahkan agar dia dikuburkan.
Abu 'Ubaidah meriwayatkan ketika Umar ibn Hubairah membunuh
Shalih ibn Abdurrahman, Bani Tamim lalu berkata: Kami telah
menguburkan Shalih.
Sifat Kuburan yang Baik
Permukaan kuburan seharusnya agak ditinggikan sedikit. Dilarang
mengapur kuburan serta membuat bangunan di atas kuburan.
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir
diceritakan bahwa Rasulullah melarang mengapuri kuburan, duduk-duduk di
atas kuburan, dan membuat bangunan di atas kuburan.
Dalam sebuah hadits lain juga disebutkan: Dari Jabir, dia mengatakan
bahwa Rasulullah saw melarang seseorang mengapuri kuburan, menulis￾nulis di atas kuburan, membuat bangunan di atas kuburan serta merendahkan
permukaan kuburan. Abu 'Isa mengatakan bahwa hadits ini shahih.
Para ulama mengatakan bahwa mengapuri kuburan supaya terlihat
indah dan bagus dilarang, karena hal itu adalah perhiasan dunia, sedangkan
kuburan adalah tempat singgah menqiu akhirat dan tidak seharusnya dihiasi,
karena yang menghiasi mayat di dalam kuburnya adalah amal perbuatannya.
Para penyair kita bersenandung:
Bila kamu melakukon urusan orang, lain dalam satu malam saja
Ke tahuilah, bahw a s e t e lahnya kamu alan be rtongtrpary-j awab
Apabila suatu jenazah dibov,a ke pusora
Ketahuilah setelahnya kamu juga akan dibawa
Wahai penghuni kubur yang permuleannya terukir
Barangkali di bawahnya dalam keadaan terbelenggu
Dalam Shahih Muslim diceritakan: Dari Abu al-Hayaj al-Asadi, dia
berkata: 'Ali ibn Abu Thalib ra berkata kepadaku, "Bukankah aku telah
menyuruhmu melakukan hal yang telah diperintahkan Rasulullah saw
kepadaku, yaitu untuk tidak meninggikan kuburan?"
Abu Daud menyebutkan (di dalam kitabnya, al-Marasil) dari 'Ashim
ibn Abu Shalih: Aku melihat kuburan Rasulullah saw tingginya hanya
sejengkal dari permukaan tanah.
Para ulama mengatakan bahwa kuburan hendaknya agak ditinggikan
sedikit dari permukaan tanah, tetap jangan meninggikan kuburan dengan
membangun bangunan di atas kuburan, dengan maksud bermegah-megahan
(seperti yang dilakukan kaum Jahiliah).
Aku saksikan para pemilik istana bila moti membujur
Mereka membangun kubur dengan suklnr (mumer)
Mereka tidak rela, kecuali tetap berbangga takabbur
Terhadop parafakir meski sampai dalam kubw
Demi umurmu, sekiranya terbukauntuknu toruh gembur
Maka kamu tidak akan dapat membedokan antara si malang dengan si
muJur
Juga tidak antara kulit berbaju bulu domba
Dengan kulit berbaju sutra Cordova
Bila tanah sudah memalcan si Amar dan si Amir
Maka, di mana letak kemuliaan si koya duifokir?Wahai orang-orang yang telah mati, di mana hartamu yang kamu
kumpulkan dulu. Hartamu tidak bisa kamu bawa mati. Kekayaan dan
kemuliaanmu berubah menjadi kesengsaraan dan kehinaan. Bagaimana
kamu memikul utang-utangmu yang telah engkau tinggalkan? Sesungguhnya
jalan menuju petunjuk telah tertutup bagimu dan bekal yang kamu bawa
dalam perjalanan panjangmu sangat sedikit sekali, sehingga dirimu berada
dalam keadaan yang sangat sulit. Tahukah engkau wahai orang yang lalai:
Sesungguhnya kamu akan pindah menuju hari yang sangat menakutkan,
dimana kamu akan berada di hadapan Allah dan akan ditanya mengenai
perbuatan selama di dunia. Jika Allah memberikanmu rahmat, maka Dia
akan memasukkanmu ke dalam surga, atau sebaliknya.
Wahai orang-orang lalai, apa kamu mengira bahwa hal ini adalah
sesuatu yang sepele? Apakah kamu menyangka bahwa dirimu akan
beruntung apabila kamu telah meninggal? Apakah kamu mengira hartamu
bisa mengganti amal yang kamu tinggalkan? Apakah kamu mengira
penyesalanmu yang terlambat ada gunanya? Demi Allah, sekali-kali tidak.
Kamu tidak merasa puas dengan apa yang telah kamu miliki. Kamu juga
tidak puas dengan harta yang kamu cari dengan jalan haram. Nasihat yang
diberikan kepadamu tidak kamu dengarkan dan ancaman yang ditujukan
kepadamu tidak membuatmu berhenti melakukan perbuatan dosa. Dalam
berusaha kamu selalu membabi buta dan mengikuti hawa nafsu. Kamu
terlena oleh harta yang telah kamu kumpulkan, sehingga tidak ingat tentang
kematian yang berada di hadapanmu. Wahai orang-orang lalai, apakah kamu
mengira bahwa kamu akan dibiarkan begitu saja? Apakah kamu mengira
bahwa kamu tidak akan dimintai pertanggungjawaban terhadap perbuatanmu
selama di dunia? Apakah kamu mengira bahwa maut bisa disogok? Demi
Allah, sekali-kali tidak. Harta dan anak-anakmu tidak dapat memberikan
manfaat kepada dirimu. Yang akan membantumu di dalam kubur adalah
amal ibadahmu! Beruntunglah orang-orang yang selalu bertobat dan selalu
mengendal ikan hawa nafsunya.
Allah SWT berfirman dalam surah an-Najm ayat 39-40:
Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahalunnyo. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan
d ip er I i hat lran I kc padanyal .
Kamu hendaknya selalu mengerjakan amal saleh. Jangan berharap
mendapat kebahagiaan sedangkan kamu selalu melakukan dosa dan maksiat,
Perbanyaklah melakukan amal saleh dan mengingat Allah di dalam
kesendirian. Jangan tertipu oleh angan-anganmu dan bersikap zuhudlah
terhadap dunia.
Bukankah Rasulullah saw pernah berkata (ketika berada di kuburan),
"Wahai saudara-saudaraku, kalian semua akan seperti ini (mati), maka
hendaklah kamu mempersiapkan bekal untuk menghadapinya."
Bukankah Allah mengatakan dalam firman-Nya: Berbekollah, dan
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. (QS. al-Baqarah: 197)
Dalam hal ini para penyair kita kembali bersenandung:
Berbekallah dalam hidup ini untuk ma'admu (hari kembalimu)
Dan menghadaplah pada Allah lalu siapkonlah zadnru (bekalmu)
Jangan terlalu banyak mengumpulkan harta dunia
Karena dikumpulkan hanyalah wrtuk ditinggalkan
Apakah kamu nanlinya ridha meniadi temon suatu kaum
Yang mempunyai bekal sedanglan kamu tidak purya bekal opapun?
Bila kamu berangkat tanpa bekal talcwa
Lalu setelah mati kamu temui para tem(m ycmg sudah berbekal
Maka kamu akan menyesal urtuk tidok seperti merelca
Kamu alcan terlarcil,lidak seperti di dunia
Kematian adalah laut yang berombak ganas
Keahlian berenang akan sia-sia bila bertemu dengannya
Segala yang sudah ada bagaikan tidak pernah ada
Sedangkan segala yang aku cemasknt sudah datang pula
Segala yang kulampulkan dan simpur
Kini sudah bagaikan sampah yang sia-sia
Ibumu telah melahirksnmu dalam keadaon menangis
Sedangkan orong-or(mg y@rg menyarnbut tertanta gembira
Maka, bekerjalah untuk hori kematiotmu, mereka menangis
Sedangkan engkau akot gembira lertqwa
Muhammad al-Qursyi berkata: Guru kami berseru, "Wahai saudara￾saudara, berbuat amallah pada kegelapan malam demi kebahagiaan pada
kegelapan kubur. Berpuasalah pada musim panas sebelum datangnya masa
berbangkit. Berhajilah agar beban berat akhiratmu ringan. Dan
bersedekahlah demi hariyang sangat sulit."
Yazid ar-Raqasyi berkata, "Wahai kawan yang ditanam pada
lubangnya, yang dilupakan dalam kubur dengan keterasingan, amal apa yang
membuatmu bahagia?" Lalu ia menangis, sehingga bajunya basah dan
melenguh bagaikan sapi.






Mati Merupakan Kifarat bagi Semua Muslim
Al-Qadhi Abu Bakar ibn al-Arabi menceritakan (dalam bukunya yang
berjudul Siraj al-Muridin, mengandung hadits-hadits shahih hasan) dari
Anas ibn Malik ra, dia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Mati
merupakan kifarat bagi seorang Muslim."
Mati merupakan kifarat terhadap segala penderitaan dan kepedihan
yang dialami oleh si mayat ketika ditimpa penyakit.
Rasulullah saw bersabda, "setiap penderitaan yang menimpa
seseorang, baik berupa penyakit maupun yang lain, merupakan balasan
terhadap perbuatan jahat yang dilakukan orang tersebut, yang diturunkan
Allah kepadanya, sebagaimana batang pohon menggugurkan daun￾daunnya." (HR. Muslim)
Di dalam kitab al-Muwattha' disebutkan sebuah hadits dari Abu
Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Apabila Allah menginginkan
kebaikan terhadap seseorang, maka kebaikan pasti diperoleh orang tersebut."
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Allah tidak akan mematikan
seseorang hingga segala kesalahannya mendapat balasan dari Allah, baik
berupa kesusahan hidup, penyakit yang menimpa dirinya, maupun musibah
yang menimpa keluarganya. Apabila kejahatannya masih tersisa, maka dia
akan mendapat kesusahan ketika menghadapi mati. Setelah semua
kesalahannya dibalas, dia akan menemui Allah dalam keadaan seperti anak
yang baru dilahirkan ibunya. Semua itu dilakukan Allah agar orang tersebut
mendapatkan rahmat dari-Nya.
Orang-orang yang tidak dicintai serta diridhai Allah keadaannya akan
bertolak belakang dengan yang disebutkan, seperti yang diriwayatkan di
bawah ini: Allah bersumpah tidak akan mencabut nyawa seseorang yang
akan mendapat azab di akhirat, hingga semua kebaikannya dibalas Allah di
dunia. Dia akan diberi kesehatan yang baik, rezeki yang banyak, kehidupan
yang senang, perasaan aman, dan apabila masih tersisa kebaikannya, maka
dia akan diberi kemudahan ketika menghadapi kematian, sehingga ketika
menghadap Allah tidak ada sisa kebaikan yang akan menjaganya dari api
neraka.
Ada hadits yang mempunyai pengertian yang sama dengan keterangan
tersebut, yang diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang shahih. Dari
Abu al-Hasan ibn al-Hishar dari 'Ubaid ibn Khalid as-Sulami, "Kematian
orang kafir yang tiba-tiba merupakan rasa kasihan yang diambil Allah
darinya."
'Aisyah ra berkata, "Kematian yang tibatiba bagi orang Mukmin
merupakan istirahat yang diberikan Allah kepadanya, sedangkan bagi orang
kafir merupakan rasa kasihan yang diarpbil darinya."
Abu Muhammad Abdul Haq menceritakan: Diriwayatkan dari lbnu
'Abbas ra, dia berkata, "Nabi Daud rpeninggal pada hari Sabtu secara tiba￾tiba."
Diriwayatkan dari Zaid ibn Aslam (pembantu Umar ibn al-Khatthab
ra), dia berkata, "Apabila dosa-dosa yang diperbuat seorang Mukmin masih
tersisa yang tidak bisa dihapus oleh amal perbuatannya, maka dia akan
mendapat kesusahan ketika menghadapi mati. Tetapi di akhirat dia akan
dimasukkan ke dalam surga, sebagai balasan dari perbuatannya di dunia.
Orang kafir yang melakukan kebaikan di dunia, maka dia akan dimudahkan
dalam menghadapi kematian, sebagai balasan perbuatan baiknya di dunia,
dan di akhirat akan dimasukkan ke dalam neraka."
Abu Muhammad Abdul Haq menceritakan bahwa Rasulullah saw
bersabda, "Ruh orang Mukmin akan dicabut secara perlahan-lahan,
sedangkan ruh orang kafir direnggut secara kasar seperti merenggut ruh
keledai. Orang Mukmin yang berbuat kesalahan di dunia akan mengalami
kesulitan ketika menghadapi kematian, sebagai kifarat atas kesalahan￾kesalahannya. Sedangkan orang kafir yang pernah berbuat baik di dunia
akan mendapat kemudahan ketika menghadapi kematian sebagai balasan
dari perbuatan baik yang dilakukannya." (HR. Abu Nu'aim al-Hafizh dari
hadits al-A'masy dari lbrahim dari 'Alqamah dari Abdullah)
Ibnu al-Mubarak menceritakan, Abu Darda' berkata, "Aku cinta
kepada kematian, karena rindu untuk berjumpa dengan Allah. Aku cinta
kepada penyakit karena ia merupakan kifarat atas kesalahan-kesalahanku.
Aku cinta pada kehidupan yang susah, karena ia dapat membuatku bersikap
rendah diri terhadap Allah." (HR. Ibnu al-Mubarak)
Berbaik Sangka dan Takut kepada Allah SWT
Diriwayatkan dari Muslim dari Jabir, dia berkata, "Aku mendengar
perkataan Rasulullah saw yang diucapkan tiga hari sebelum kematiannya,
'Tidak akan mati masing-masing kamu kecuali dalam keadaan berbaik
sangka terhadap Allah."' (HR. al-Bukhari)
Ibnu Abu ad-Dunya menyebutkan (dalam bukunya yang berjudul
Husn azh-Zhan Billah): Allah SWT berfirman dalam Al-Qu'ran mengenai
orang-orang yang berburuk sangka terhadap-Nya: Dan yang demikian itu
adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu,
prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah komu termasuk
orang-orang yang merugr. (QS. Fushshilat: 23)
Ibnu Abu ad-Dunya menceritakan, bahwa Rasulullah saw datang
menemui seorang pemuda yang akan meninggal dunia. Kemudian Beliau
berkata kepada pemuda tersebut, "Bagaimana keadaanmu sekarang?"
Pemuda itu menjawab, "Aku ingin mendapatkan keridhaan dari Allah dan
aku takut terhadap dosa-dosaku." Rasulullah saw kemudian berkata, "Bila
kedua perasaan adalah dalam hati seorang Mukmin, maka pasti akan
didengar oleh Allah. Allah akan mengabulkan yang diharap-harapkannya
memberinya rasa aman dari apa yang ditakutinya." (HR. atTirmidzi dari
Ibnu Majah dari Anas yang menggolongkan hadits ini ke dalam hadits hasan
gharib)
Sebagian ada yang mengatakan bahwa hadits tersebut merupakan
hadits mursal, berdasarkan urutan sanadnya, yaitu dari Tsabit dari Nabi.
At-Tirmidzi al-Hakim menyebutkan (dalam bukunya, Nawadir al￾Ushul, bab 86): Dari 'Auf dari al-Hasan, Rasulullah saw bersabda, "Allah
SWT berfirman,'Aku tidak menghimpun dua mqcam perasaan cemas dalam
diri seorang hamba dan juga tidak menghimpun di dalam dirinya dua
macom perasaan aman. Siapa yang takut kepada-Ku ketika hidup di dunia,
maka dia akan Aku beri rasa aman di akhirat nanti, don sebaliknya siapa
yang tidak takut kepada-Ku ketika dia hidup di dunia, maka dia okan Aku
beri rasa talrut di akhirat nanti."'
Rasulullah saw bercerita tentang munajat Nabi Musa as kepada Allah.
Allah berkata kepada Nabi Musa, "Wahoi Musa, setiap hamba-Ku yang
akan menemui-Ku pada hari kiamat pasti akan Aku periksa. Jika dia
termasuk golongan orang shalih maka Aku akan malu untuk memerilaanya,
dan dia pasti akon Aku muliakan dan Aht masukkan ke dalam surga tonpa
dihisab;'
Siapa yang malu kepada Allah terhadap perbuatan yang telah
dilakukannya, maka Allah juga akan malu untuk memeriksa dan memberi
pertanyaan kepadanya. Seharusnya seorang hamba lebih banyak berbaik
sangka kepada Allah ketika dia akan meninggal dunia (dibanding ketika dia
dalam keadaan sehat), sehingga Allah akan memberinya rahmat dan
ampunan, seperti yang terdapat dalam hadits qudsi, "sesungguhnya Aku
menurut apa yang diprosangkalan hamba-Ku, maka berprasangkalah
ke pada- Ku menurut kehendakrnu."
Diriwayatkan oleh Hammad ibn Salamah dari Tsabit dari Anas ibn
Malik ra, Rasulullah saw bersabda, "Janganlah masing-masing kamu
meninggal sehingga dia berbaik sangka terhadap Allah, karena berbaik
sangka terhadap Allah merupakan harga dari surga."
Diriwayatkan dari Ibn 'Ammar, dia berkata, "Berbaik sangka kepada
Allah merupakan tiang agama, tujuan akhir dari kesungguhan, serta puncak
kemuliaan. Orang yang meninggal dalam keadaan berbaik sangka terhadap
Allah akan masuk surga dengan gembira.
Abdullah ibn Mas'ud berkata, "Demi Allah yang tidak ada Tuhan
selain Dia, Allah akan memberi ke\aikan kepada siapa saja yang berbaik
sangka terhadap-Nya."
Diriwayatkan oleh lbnu al-Mubarak dari Sufyan dari lbnu 'Abbas ra,
dia berkata, "Apabila kalian melihat seorang yang akan meninggal, rnaka
beri dia kabar gembira dan katakan kepadanya agar berbaik sangka kepada
Allah ketika akan menemui-Nya. Tetapi jika orang itu masih hidup, maka
beri dia kabar yang menakutkan."
Al-Fadhil berkata, "Rasa takut itu lebih mulia daripada harapan. Tetapi
jika seseorang akan meninggal dunia, maka harapan lebih mulia dari rasa
takut."
Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Dunya dari Yahya ibn Abdullah al-Bashri
dari Sawwar ibn Abdullah dari Mu'tamir, ayahku berkata (ketika akan
meninggal dunia), "Wahai Mu'tamir, riwayatkan kepadaku tentang
kemudahan-kemudahan, sehingga aku bisa berbaik sangka ketika bertemu
dengan-Nya."
Diriwayatkan dari 'Amru ibn Muhammad an-Naqid dari Khalf ibn
Khalifah dari Hushain dari lbrahim, dia berkata, "Mereka suka sekali
menyampaikan (kepada seorang hamba yang hampir meninggal) tentang
kebaikan amal perbuatan yang dikerjakannya, sehingga dia berbaik sangka
kepada Allah."
Tsabit al-Bannani mengatakan bahwa ada seorang pemuda yang
hampir meninggal, kemudian ibunya berkata kepada pemuda itu, "Wahai
anakku, aku telah memperingatkanmu tentang keadaan yang sedang kamu
alami sekarang." Pemuda itu berkata, "Wahai ibuku, aku mempunyai Tuhan
yang mempunyai kasih sayang yang banyak sekali, sekarang aku berharap
kasih sayang-Nya tidak hilang dariku." Tsabit kemudian berkata, "Allah
akan memberikanmu rahmat karena kamu telah berbaik sangka kepada-Nya
ketika keadaanmu seperti sekarang."
Jika Yahya ibn Zakariya bertemu 'lsa, maka wajahnya menjadi
masam. Sedangkan 'lsa akan tersenyum. Isa berkata kepada Yahya ibn
Zakariya, "Kenapa jika berjumpa denganku engkau selalu bermuka masam,
seperti orang yang putus asa?" Yahya kemudian berkata kepada 'lsa,
"Mengapa jika berjumpa denganku engkau selalu tersenyum seolah-olah
engkau dalam keadaan aman sentosa?" Allah kemudian berkata kepada
mereka berdua, "Yang paling aku cintai di antara kalian berdua odalah
yang paling baik prasangkaannya kepada-Ku."
Zaid ibn Aslam berkata, "Seseorang datang kepada Allah pada hari
kiamat, kemudian dikatakan kepadanya, 'Masukkan dia ke dalam neraka."
Orang itu kemudian berkata, "Ya Allah di manakah puasa dan shalat yang
aku kerjakan selama ini?" Allah lalu berkata, "sekarang kamu akan Aku
putuskan dari rahmat, sebagaimana kamu memutuskan rahmat-Ku terhadap
hamba-hamba-Ku ketika kamu hidup di dunia dulu." Allah SWT berfirman:
Ibrahim berluta, "Tidak ada orang yong berputus asa dari rahmat
Tuhannya, kecuali orang-orong yang sesal. " (QS. al-Hijr: 56)
Mentalqinkan Mayat dengan Kalimah La ilaoha illallah
Dari Abu Sa'id al-Khudri, Rasulullah saw bersabda, "Talqin-kanlah
mayat-mayatmu dengan kalimah la ilaaha illallah. " (HR. Muslim)
Ibnu Abu Dunya menyebutkan dari Zaid ibn Aslam, Utsman ibn'Affan
ra, ia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Apabila kematian
mendatangi seseorang, maka talqinkanlah dia dengan kalimah la ilaaha
illatlaah, karena siapa saja yang pada akhir hidupnya mengucapkan kalimat
tersebut niscaya dia akan masuk surga."
Umar ibn al-Khatthab ra berkata, "Ajarkankanlah olehmu kalimah /a
ilaaha illallah kepada seseorang yang akan meninggal dunia, karena saat itu
dia akan melihat apa yang tidak kamu lihat."
Abu Nu'aim menyebutkan sebuah hadits dari Makhul dari Ismail ibn
'lyasy ibn Abu Mu'adz'Utbah ibn Hamid dari Makhul dari Wailah ibn al￾Asqa', Rasulullah saw bersabda, "Datangilah olehmu orang-orang yang akan
meninggal dunia dan ajarkan mereka untuk mengucapkan la ilaaha illallah.
Beri mereka kabar gembira berupa surga, karena saat itu setan berada sangat
dekat dengan orang yang meninggal. Aku bersumpah bahwa pandangan
Malaikat Maut lebih sakit dari tebasan seribu pedang, dan aku juga
bersumpah bahwa tidak akan keluar ruh seseorang hingga orang itu
berkeringat akibat sakit yang ditimbulkan oleh kesalahannya." (Hadits
gharib dari hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Makhul. Kami juga
memasukkannya ke dalam hadits riwayat Ismail)
Para ulama menyatakan bahwa mentalqin mayat dengan la ilaaha
illallah merupakan ketentuan yang dilakukan secara turun-temurun oleh
kaum Muslim. Oleh karena itu, siapa mengucapkan kalimah la ilaaho
illollah pada akhir hidupnya. maka dia akan mendapat kebahagiaan. Hal itu
berlaku secara umum, seperti yang terdapat dalam hadits Nabi saw, "Siapa
yang pada akhir perkataannya mengucapkan la ilaaha illallah, maka dia
akan masuk surga." (HR. Abu Daud dari hadits Mu'adz ibn Jabal. Di￾shahih-kan oleh Abu Muhammad'Abdul Haq).
Oleh sebab itu, sebaiknya orang yang akan meninggal dunia
diingatkan untuk membaca la ilaaha illallah, agar dia terlindung dari bujuk
rayu setan yang akan merusak akidahnya.
Sampai Kapan Baca Talqin?
Apabila orang yang akan menipggal itu bisa membaca talqin sebanyak
satu kali, maka jangan kamu suruh lagi untuk mengulangnya sampai pagi
datang. Para ulama tidak suka memperbanyak membaca talqin bagi orang
yang akan meninggal dunia apabila orang yang akan meninggal tersebut
telah paham.
Ibnu al-Mubarak berkata, "Ajarkan orang yang akan meninggal
dengan bacaan talqin. Jika dia telah mengucapkan talqin tersebut, maka
tinggalkanlah dia."
Abu Muhammad Abdul Haq berkata, "Hal tersebut dilakukan karena
jika si mayat diajarkan secara terus menerus untuk membaca talqin, niscaya
dia akan merasa terusik dan bosan, sehingga setan dengan mudah membuat
lidahnya berat untuk mengucapkan talqin tersebut. Hal itu juga bisa menjadi
salah satu penyebab su'ul khatimah.lnijuga diamalkan oleh Amr ibn al￾Mubarak."
Al-Hasan ibn Isa mengatakan bahwa lbnu al-Mubarak berkata
kepadany4 "Talqinkan aku jika aku akan meninggal dan berhentilah ketika
aku telah membaca talqin sebanyak dua kali." Maksudnya, apabila orang
yang akan meninggal dunia selalu mengingat Allah di dalam hatinya, maka
orang tersebut akan selamat, karena yang dinilai adalah amalan hatinya
(bukan amalan lidahnya). Jika lidah saja yang berbicara tetapi hatinya tidak,
maka hal itu tidak bermanfaat bagi dirinya.
Diriwayatkan dari Abu Nu'aim, bahwa Abu Zar'ah berada di pasar
bersama Muhammad ibn Salamah, sedangkan al-Mundzir ibn Syadzan dan
beberapa orang ulama sedang membicarakan hadits tentang talqin. Mereka
malu ketika melihat Abu Zar'ah datang, lalu mereka berkata, "Wahai
sahabat kami, mari kita mempelajari hadits ini bersama-sama."
Abu Zar'ah berkata ketika dia sedang berada di pasar: Dari Abu
'Ashim dari Abdul Hamid ibn Ja'far dari Shalih ibn Abu Gharib dari Katsir
ibn Murrah al-Hadhrami dari Mu'adz ibn Jabal, Rasulullah saw bersabda,
"Siapa yang pada akhir perkataannya mengucapkan la ilaaha illallah, maka
dia akan dimasukkan ke dalam surga." Dalam suatu riwayat disebutkan,
"Diharamkan jasadnya dari api neraka."
Diriwayatkan dari AMullah ibn Syabramah, dia berkata: Aku bersama
'Amir asy-Sya'bi mendatangi seseorang yang akan meninggal dunia.
Sesampai di sana kami melihat orang tersebut disuruh membaca talqin
secara terus menerus, sehingga hal itu terasa berat baginya. Asy-Sya'bi
kemudian berkata kepada orang yang menyuruh tersebut, "Bersikap
lembutlah kepada orang sakit itu." Orang sakit itu kemudian berkata, "Aku
tidak peduli, baik kamu mentalqinkan aku atau tidak." Lalu dia membacasurah al-Fath ayat 26 Dan Allah mewaiibkan kepada mereka kalimul tukwa
dsn adalah mereku berhuk dengan kalimat lakwu itu dun palul memilikinya.
(QS. al-Fath:26)
Asy-Sya'bi kemudian berkata, "segala puji bagi Allah yang telah
memberi keselamatan kepada sahabat kami ini."
Junaid disuruh mengucapkan kalimah laa ilaahu illallah ketika akan
meninggat dunia, lalu ia klmudian berkata, "Aku tidak lupa dengan kalimat
itu dan aku akan membacanya."
Orang yang akan meninggal dunia seharusnya diajarkan membaca
talqin dan syahadat.
Diriwayatkan dari Abu Nu'aim al-Hafizh dari Makhul dari Wa'ilah
ibn Asqa', Rasulullah saw bersabda, "Datangi orang yang akan meninggal
dan ajarkan membaca talqin (/a ilaaha illallah)- Lalu beri dia kabar gembira
berupa surga. Orang yang bijak ketika itu nampak aneh olehnya, sedangkan
setan ketika itu berada sangat dekat dengan anak-anak Adam. Demi Allah,
pandangan Malaikat Maut lebih sakit dari tebasan 1000 pedang, dan ruh itu
tidak keluar sebelum seluruh anggota tubuh merasakan kepedihan mati."
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: Malaikat Maut
mendatangi seseorang, kemudian dia melihat hati orang itu, tetapi dia tidak
mendapatkan amalan apa-apa. Lalu Malaikat Maut membuka dagunya dan
dia melihat lidah orang itu melekat ke langit-langitnya sambil mengucapkan
la ilaaha illallah. Allah pun kemudian memberikan ampunan baginya karena
kalimat yang diucapkannya itu.
Berkata Baik ketika Melihat Orang yang akan Meninggal Dunia
Ummu Salamah berkata, Rasulullah saw bersabda, "Jika kamu akan
melihat orang yang sedang sakit atau orang yang akan meninggal, maka
kalian hendaknya selalu berkata yang baik-baik, karena Malaikat akan
meng-amin-kan segala perkataanmu. " (HR. M usl im)
Ketika Abu Salamah meninggal dunia, Ummu Salamah pergi
mendatangi Rasulullah saw, Ialu berkata, "Wahai Rasulullah saw, Abu
Salamah telah meninggal dunia." Rasulullah lalu berkata, "Ucapkanlah
olehmu, 'Ya Allah, ampuni dosa-dosaku dan dosa-dosa dia [orang yang
meninggalJ, dan berikanlah aku ganti balasan yong baik."' Lalu Allah
menggantinya dengan orang yang lebih baik padaku, yaitu Rasulullah
saw."
Dari Ummu Salamah. dia mengatakan bahwa Rasulullah saw melihat
Abu Salamah yang telah meninggal dengan mata yang masih terbuka, maka
Rasulutlah saw memejamkan mata Abd Salamah dan berkata, "Apabila ruh
telah keluar darijasad, maka mata akan terus memperhatikannya." Keluarga
Abu Salamah semuanya berteriak (karena meninggalnya Abu Salamah), lalu
Rasulullah saw berkata kepada mereka, "Hendaklah kamu memohon yang
baik-baik saja, karena Malaikat akan meng-amin-kan ucapanmu." Rasulullah
saw kemudian berdoa, "Ya Allah, ampunilah dosa-dosa Abu Salamah serta
orang-orang yang ditinggalkannya, dan tinggikanlah derajatnya. Ya Allah,
lapangkan serta berikan cahaya di dalam kuburnya."
Para ulama mengatakan bahwa apabila kamu menjenguk orang sakit
atau orang meninggal, maka ucapkan kata-kata yang baik, karena Malaikat
akan meng-qmin-kan semua perkataanmu ketika itu. Oleh sebab itu, ulama
suka sekali menjenguk orang-orang shalih yang meninggal, karena mereka
bisa mengambil pelajaran (dari kematian orang shalih itu), dan
mendoakannya serta orang-orang yang ditinggalkannya. Malaikat akan
meng-omin-kan segala permohonan yang diucapkan ketika itu, sehingga
semuanya bermanfaat bagi si mayat dan orang-orang yang ditinggalkannya.
Ucapan ketika Menutup Mata Mayat
Dari Syaddad ibn Aus, Rasulullah saw bersabda, "Tutuplah olehmu
mata orang yang telah meninggal itu, karena mata selalu mengikuti arah
perginya ruh dan ucapkan perkataan yang baik-baik saja, karena Malaikat
akan meng-amin-kan segala ucapan keluarga yang ditinggalkan oleh si
mayat."
Dari al-Khara'ithi Abu Bakar Muhammad ibn Ja'far dari Abu Musa
'lmran ibn Musa dari Abu Bakar ibn Abu Syaibah dari lsmail ibn 'Aliyyah
dari Hisyam ibn Hasan dari Hafshah binti Sirin dari Ummul Hasan, dia
berkata, "Saat aku berada dekat Ummu Salamah, tiba-tiba beberapa orang
datang menemuinya lalu berkata, 'Fulan telah meninggal."' Dia berkata,
"Pergilah ke sana dan baca, 'Keseiahleraan atas para rasul Allah dan segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam."'
Diriwayatkan dari Sufan ats-Tsauri dari Sulaiman at-Taimi dari
Bakar ibn Abdullah al-Muzani, dia berkata, "Apabila kamu akan menutup
mata si mayat, maka ucapkan: (ar )Ay * t 1t t1) setelah itu ucapkanlah
tasbih (subhanalloh)." Abu Sufoyan kemudian membaca surah asy-Syura
ayat 5: Dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuii Tuhannya. (QS. asy￾Syura: 5)
Abu Daud berkata, "Menutup mata si mayat dilakukan setelah ruh
keluar dari badannya. Aku mendengar Muhammad ibn Ahmad al-Muqri
meriwayatkan dari Abu Maisarah: Seorang 'Abid (ahli ibadah) berkata,
"Aku adalah orang yang menutup mata Ja'far al-Mu'alim setelah dia
meninggal. Aku melihat Ja'far al-Mu'alim di dalam mimpi, dia berkata,
'Sesuatu yang paling aku benci adalah jika kamu menutupkan mataku
sebelum aku benar-benar meninggal. "'
Setan akan Datang kepada Orang yang akan Meninggal Dunia
Diriwayatkan dari Nabi saw, "Seorang hamba akan didatangi oleh dua
setan ketika dia akan meninggal dunia. Setan pertama berada di samping
kanannya dan setan kedua berada di samping kirinya. Setan berada di
samping kanan akan menyerupai bentuk atau sifat ayah orang tersebut. Setan
itu akan berkata kepadanya, 'Wahai anakku, aku sangat sayang dan kasiharr
kepadamu, maka kamu sebaiknya mati dalam keadaan memeluk agama
Nasrani, karena adalah agama yang paling baik."'Adapun setan yang berada
di samping kirinya menyerupai bentuk dan sifat ibunya. Setan itu berkata
kepadanya, "Aku telah mengandungmu di dalam perutku, kamu telah aku
beri minum dengan air susuku dan pahaku telah aku jadikan sebagai tempat
berpijakmu, maka kamu sebaiknya mati dalam keadaan memeluk agam
Yahudi, karena itu adalah agama yang paling baik."
Abu al-Hasan menceritakan (dalam Syarh Risalah lbn Abu Zaid, yang
diceritakan lagi oleh Abu Hamid dalam bukunya, Kasyful 'Ulum al￾Akhirah): Saat seseorang akan meninggal dunia, iblis datang kepada orang
tersebut dengan berpura-pura menolongnya. Iblis akan mendatanginya dalam
bentuk orang-orang yang telah mendahuluinya, yang sangat dicintainya dan
sering meminta petunjuk kepada orang-orang tersebut, seperti saudara,
teman, atau sahabat-sahabatnya. Aku berkata (kepada hamba yang akan
meninggal itu), "Engkau akan meninggal dunia wahai fulan, sedangkan kami
lebih dahulu meninggal dibandingkan kamu, maka kamu sebaiknya mati
dalam keadaan memeluk agama Yahudi, karena itu merupakan agama yang
akan diterima Allah." Apabila hal tersebut tidak mempan, maka setan akan
mendatanginya dalam bentuk yang lain sambil berkata, "Hendaklah kamu
mati dalam keadaan memeluk agama Nasrani, karena itu merupakan agama
Nabi Isa yang telah menggantikan agama yang dibawa oleh Nabi Musa. Di
dalamnya telah mencakup semua akidah yang ada di dalam seluruh agama."
Saat itulah akidah seseorang bisa menyimpang. Allah SWT berfirman:
[Mereka berdoaJ, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan sesudah Englau beri petunjuk kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya
Engkau-lah Maha Pemberi [karuniaJ. " (QS. Ali 'Imran: 8)
Maksud ayat tersebut: janganlah Engkau jadikan hati kami (ketika
akan meninggal) condong kepada kesesatan setelah Engkau memberi kami
petunjuk. t
Apabila Allah ingin memberi seorang hamba hidayah atau ketetapan
hati, maka Dia akan menurunkan rahmat kepada hamba tersebut.
Ada yang mengatakan bahwa rahmat yang diturunkan Allah adalah
berupa Malaikat Jibril yang datang untuk mengusir setan dari hamba
tersebut, sehingga hamba itupun menjadi gembira dan tersenyum.
Banyak yang berpendapat bahwa yang menyebabkan hamba itu
tersenyum karena dia gembira dengan kabar gembira yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril. Jibril berkata kepadanya, "Apakah kamu mengenalku? Aku
adalah Jibril dan mereka adalah setan yang merupakan musuh-musuhmu.
Oleh sebab itu, kamu hendaknya mati dalam keadaan memeluk agama yang
lurus (lslam)." Sesuatu yang paling disukai oleh seseorang hamba yang akan
meninggal dunia adalah kedatangan Malaikat Jibril yang membawa kabar
gembira untuknya, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah berikut
ini: Dan karuniakanlah kepada kami rahmal dari sisi Engkau: karena
se.sungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi [karuniaJ. " (QS. Ali 'lmran: 8)
Terjadinya Ucapan Aneh saat Talqin
Aku mendengar Imam Abul 'Abbas Ahmad ibn Umar al-Qurthubi (di
pelabuhan Iskandariyah) berkata; Aku menemui saudaraku (Abu Ja'far
Ahmad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Qurthubi) di Cordova ketika
akan meninggal dunia. Ketika dia disuruh membaca: La ilaaha illallah dia
berkata, "Tidak, tidak." Setelah dia sadar, kami menceritakan kepadanya
kejadian yang dia alami sebentar ini, kemudian dia berkata, "Ada dua setan
mendatangiku dari sebelah kiri dan kanan, lalu mereka berkata kepadaku,
'Matilah kamu dalam keadaan memeluk agama Yahudi, karena itu
merupakan agama yang paling baik,' Yang satu lagi berkata kepadaku,
'Matilah kamu dalam keadaan memeluk agama Nasrani, karena itu
merupakan agama yang paling baik,' maka aku berkata kepada mereka
berdua, "Tidak, tidak."
Aku menukil sebuah hadits dari kitab at-Tirmidzi dan an-Nasa'i,
Rasulullah saw bersaMa, "Setan akan mendatangi tiap-tiap kamu ketika
akan meninggal dunia sambil berkata, 'Matilah kamu dalam keadaan
Nasrani, matilah kamu dalam keadaan Yahudi."' Dan jawablah kedua
pertanyaan tersebut dengan kata "tidak"!
Peristiwa seperti ini banyak terjadi pada orang-orang shalih yang akan
meninggal, maka dia akan menjawab "tidak" saat orang-orang menyuruhnyauntuk membaca talqin, padahal jawaban itu sebenarnya ditujukan kepada
setan yang mengajaknya kepada kesesatan.
Diriwayatkan oleh lbnu al-Mubarak dan Sufyan dari al-Laits dari
Mujahid, dia berkata, "Orang yang telah meninggal akan diperlihatkan
keadaan majlis dan teman yang diikutinya saat di dunia. Jika majlis yang
diikutinya merupakan majlis yang lalai, maka ia termasuk golongan orang￾orang yang lalai itu. Jika majlis yang dikutinya itu adalah majlis yang selalu
berdzikir mengingat Allah. maka dia termasuk golongan orang-orang yang
berdzikir."
Rabi' ibn Syabrah ibn Ma'bad al-Juhani (seorang 'Abid yang berasal
dari Basrah) berkata: Aku melihat salah seorang penduduk Syam yang akan
meninggal dunia, dan ketika dikatakan kepadanya, "Wahai fulan, bacalah:
La ilaaha illallah, " maka perkataan yang keluar dari mulutnya adalah, "Beri
aku minum -s13[-." Ketika aku melihat salah seorang penduduk al￾Ahwas yang hampir meninggal dunia, saat dikatakan kepadanya, "Wahai
fulan, bacalah La ilaaha illallah, " maka dia berkata, "Sepuluh, sebelas, dua
belas Dinar." Menurut Abu Muhammad Abdul Haq, kerja orang ini ketika
hidup di dunia adalah pejabat keuangan dan akuntan harta benda.
Ar-Rabi' berkata, "Ketika aku melihat salah seorang laki-laki
penduduk Bashrah yang akan meninggal dunia, maka ketika dikatakan
kepadanya, 'Wahai fulan. bacalah: La ilaaha illallah,' tetapijawaban yang
keluar dari mulut orang ini adalah sebuah sya'ir di bawah ini:
Betapa banyak wanita yang bicara namun ia hanya bikin kecewa
Ia bertanya manakah jalan menuju pemandian wanita
Menurut al-Faqih Abu Bakar Ahmad ibn Sulaiman ibn al-Hasan an￾Najad, ketika laki-laki masih hidup, ada perempuan yang bertanya
kepadanya jalan menuju kamar mandi umum, tetapi dia mengantarkan
perempuan itu menuju rumahnya dan hal itu yang diucapkan ketika akan
meninggaldunia.
Abu Muhammad Abdul Haq menceritakan kisah ini dalam bukunya,
al-'Aqibah: Laki-laki itu mempunyai sebuah rumah yang pintu rumahnya
menyerupai pintu kamar mandi. Saat dia berdiri di depan rumahnya itu, tiba￾tiba dia didatangi oleh seorang perempuan. Perempuan itu lalu bertanya
kepadanya, "Mana jalan menuju kamar mandi umum." Laki-laki itu
menunjuk ke arah rumahnya, lalu dia berkata, "lnilah kamar mandi umum
itu." Perempuan itu masuk ke dalam dan laki-laki itu mengikutinya di
belakang. Namun wanita itu berhasil lari karena pintu tidak terkunci.
Akhirnya lelaki itu selalu ingat pada si wanita dan sering mengucapkan syair
tersebut. Ketika ia membaca puisi itu pada salah satu gang, tiba-tiba
sya'irnya dibalas oleh seorang wanita dengan syair pula:
Ketika komu berhasil menjebalorya, mengapa kamu
tidak membual pengataliolau kunci di utas pintul
Kebanyakan orang{rang setalu sibuk mencari kehidupan dunia,
seperti riwayat yang diJebutkan tadi. Ada kisah yang diceritakan kepada
kami bahwa ada seorang maketar (perantara antara penjual dan pembeli)
yang akan meninggal dunia, dan saat disuruh membaca la ilaaha illallah, dia
Lerkata, "Tiga belas setengah, empat belas setengah." Hal tersebut
disebabkan oleh pengaruh pekerjaannya sebagai makelar.
Aku melihat orang yang kerjanya di dunia sebagai ahli hitung, ketika
dia disuruh membaca La ilaaha illallah (saat dia meninggal), ucapan yang
keluar dari mulutnya hanya hitungan. Ada juga orang yang ketika disuruh
membaca talqin dia malah berkata, "Perbaikilah rumah si fulan dengan biaya
ini, garaptah-kebun si fulan dengan biaya ini." Ternyata ia seorang muhasib
(akuntan). Ada juga yang berkata (ketika dia disuruh membaca talqin),
*otakmu seperti otak keledai." atau, "sapi ini warnanya kuning."
Kesibukannya serta sesuatu yang sangat dicintainya di dunia
mempengarrt inyu ketika dia akan meninggal. Kita memohon kepada Allah
agar Dia memberi keselamatan dan kemuliaan kepada kita semua
Ibnu Ja'far menceritakan (dalam bukunya, an-Nctsa'rlz): Yusuf ibn
'Ubaid adalah penjual kain. Dia tidak mau berdagang di tepi sungai dan saat
hari mendung. Kar"na merasa bersalah menimbang tapi tidak menguji
keakuratan timbangannya. Sejak itu ia tidak mau lagi menjual kain, kecuali
pembeli membawa timbangan. Mengapa ia melakukan hal seperti ini?
k"rrn" ia menyaksikan orang yang sedang sakarat berkata, "Lidah
timbangan ini membuat lidahku tidak bisa membaca talqin."
Su'al-Khatimah
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda. "Seseorang akan
melakukan amal shalih seperti amal penghuni surga dalam waktu yang
cukup lama, tetapi kemudian mengakhiri amalnya tersebut dengan amal
penglruni neraka. Sebaliknya seseorang akan beramal seperti amalnya
penghuni neraka pada waktu yang cukup lama, tetapi dia mengakhiri
amalnya dengan amal penghuni surga." (HR. Muslim)
Dari Sahl ibn Sa'ad, Rasulullah saw bersabda, "Seorang hamba akan
melakukan amal seperti amal penghuni neraka sedangkan dia merupakan
penghuni surga, dan seseorang hamba beramal seperti layaknya amal
penghuni surga sedangkan dia termasuk penghuni ncraka. Jadi amal
seseoran g d i I ihat dari amal yang pen ghabisan (al - l*at imah)."
Abu Muhammad 'Abdul Haq berkata, "Su' al-khatimah tidak akan
terjadi pada orang yang benar-benar istiqamah serta mempunyai jiwa yang
bersih. Su' al-khatimah orang yang akalnya rusak serta dan selalu
mengerjakan dosa besar, sehingga maut datang kepadanya sebelum dia
sempat bertaubat. Setan akan datang kepadanya ketika ia akan meninggal
dan merayunya saat dalam keadaan bingung. Su' al-khatimah juga bisa
terjadi pada orang yang mulanya adalah orang yang istiqamah, tetapi
kemudian berubah dan melenceng dari Sunnah.
Hal tersebut yang dialami oleh iblis yang (dalam suatu riwayat
disebutkan bahwa iblis) telah beribadah kepada Allah selama 8 ribu tahun
dan juga seperti yang dialami Bal'am ibn Ba'ura' yang telah diberi karunia
oleh Allah, tetapi dia selalu mengikuti hawa nafsunya.
Allah SWT berfirman: Bujukan orang-orong munafik itu adqlah
seperti (bujukan) setan ketiko dia berkata kepada monusia, "Kafirlah kantu"
(QS. al-Hasyr: l6)."
Diriwayatkan bahwa di Mesir ada seorang pemuda yang selalu pergi
ke masjid untuk mengumandangkan adzan serta mendirikan shalat. Pemuda
itu sangat taat beribadah, dan pada suatu hari (seperti biasanya) dia naik ke
atas menara untuk mengumandangkan adzan. Di bawah menara itu ada
sebuah rumah orang Nasrani yang telah menjadi warga negara Islam. Ketika
dia naik ke atas menara tersebut, tiba-tiba dia melihat anak gadis si pemilik
rumah tersebut, sehingga dia tergoda untuk menemuinya. Dia pun kemudian
meninggalkan adzan dan pergi menuju rumah gadis tersebut. Sesampainya di
sana dia masuk ke dalam rumah itu, lalu gadis itu berkata kepadanya, .,Apa
yang kamu inginkan?" Pemuda itu menjawab, "Kamu yang aku inginkan.,,
Gadis itu lalu bertanya lagi, "Kenapa kamu menginginkanku?', pemuda itu
menjawab, "Kamu telah mencuri hatiku." Gadis itu berkata, ,.Aku masih
ragu dengan jawabanmu?" Pemuda itu lalu berkata, "Kalau begitu aku akan
menikahimu." Gadis itu lalu berkata, "Kamu adalah seorang Muslim,
sedangkan aku seorang Nasrani. mana mungkin ayahku mau menikahkanku
dengan kamu." Pemuda itu berkata, "Aku akan pindah agama menjadi
seorang Nasrani." Gadis itu berkata, "Jika kamu bermaksud demikian, maka
lakukanlah." Pemuda kemudian memeluk agama Nasrani dan mereka tinggal
bersama. Di hari itu juga pemuda tersebut pergi ke atas rumahnya, kemudian
dia jatuh dan meninggal, sedangkan dia sudah memeluk agama Nasrani.
Na'udzubillah min dzalik.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Salim dari Abdullah, dia berkata,
"Nabi sering sekali bersumpah dengan menggunakan kata-kata 'Demi Allah
Yang Maha Membolak-balikkan hati."' Maksudnya adalah merubah hati
seseorang secara cepat yang melebihi kecepatan angin, seperti merubah
perasaan suka pada benci, perasaan mau pada tidak mau.Allah SWT berfirman: Don ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
membatasi qnlora monusia don hatinya. (QS. al-Anfal: 24)
Menurut para mujahid maksud ayat tersebut adalalr memisahkan
seseorang dengan pikirannya, sehingga dia tidak sadar dengan perbuatan
yang dilakukannya.
Allah menjelaskan hal tersebut dalam firman-Nya: Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang
yang mempunyai hati. (QS. Qaf: 37)
Maksud kata "hati" dalam ayat tersebut adalah "pikiran."
Menurut ath-Thabari hal tersebut merupakan berita yang mengatakan
bahwa Allah-lah yang memiliki hati setiap hamba. dan Dia Maha Kuasa
untuk membatasi seseorang dengan hatinya. sehingga seseorang tidak
mengetahui apapun kecuali dengan izin Allah
'Aisyah ra mengatakan bahwa Rasulullah saw sering sekali
mengucapkan kalimat berikut ini, "Wahai Yang Maha Membolak-balikkan
hati, berilah ketetapan di dalam hatiku untuk selalu taat kepada-Mu." Aku
lalu berkata "Wahai Rasulullah saw, engkau selalu mengucapkan kata-kata
ini ketika akan berdoa. Apakah engkau selalu dalam keadaan takut wahai
Rasulullah saw?" Rasulullah saw menjawab, "Wahai 'Aisyah, hati seorang
hamba berada di antara dua buah Jari Allah Yang Maha Kuasa, sehingga jika
Dia bermaksud membalikkan hati seorang hamba maka Dia pasti dengan
mudah melakukannya."
Para ulama berkata "Jika segala hidayah tergantung pada Allah; sikap
istiqamah anugerah Allah, sedangkan akibat dan akhir amal tidak dapat
diketahui, dan kehendak tidak menurut kita saja, maka Anda jangan kagum
pada amal Anda. Anda hanya bagaikan orang yang bangga dengan harta
orang lain. Banyak taman yang kemarin bunganya tumbuh bersemi tetapi
sekarang telah layu dan kering lalu diterbangkan oleh angin. Begitu juga
yang terjadi dengan seorang hamba, banyak yang hatinya dulu bersih dan
cemerlang sekarang menjadi gelap dan kotor."
Utsman ra berkata: Jauhi minuman keras, karena dia adalah induk
segala kejahatan. Ada seorang pemuda yang taat beribadah. lalu dia dibujuk
oleh seorang perempuan agar mau pergi memenuhi undangan perempuan itu
untuk menjadi saksi terhadap syahadat yang diucapkannya. Perempuan itu
mengutus seorang budak wanita untuk menyampaikan undangan tersebut.
Setelah sampai di tempat pemuda itu, budak tersebut menyampaikan pesan
tuannya, dia berkata "Tuan kami mengundangmu untuk menjadi saksi dari
syahadat yang diucapkannya." Pemuda itu kemudian pergi memenuhi
undangan perempuan itu. Setelah sampai pemuda tersebut masuk ke dalam
rumah itu. Setiap pemuda ini melewati pintu. maka budak itu menutup pintuitu kembali, hingga akhimya pemuda ini sampai pada suatu tempat yang ada
seorang perempuan cantik dengan anak kecil dan beberapa gelas minuman
keras di sampingnya. Perempuan itu lalu berkata, "'I'ujuanku
mengundangmu ke sini bukan bersaksi untuk mengucapkan syahadat, tetapi
agar kamu tunduk padaku. Jika kamu tidak mau melakukan ini (zina), maka
kamu harus membunuh anak kecil ini. Jika kamu tidak mau melakukan ini,
maka kamu harus meminurn minuman keras. Maka pilih olehmu salah satu
di antara ketiga pilihan ini." Pemuda itu memilih untuk meminum khamar.
Setelah dia meminum satu gelas minuman keras, dia berkata "Tambahkan
lagi minuman itu untukku." Pemuda itu terus meminum minuman keras,
sehingga tanpa disadarinya dia tunduk kepada perempuan itu dengan
melakukan perbuatan zina. Setelah itu dia pun membunuh anak kecil itu.
Oleh sebab itu, jauhilah minuman keras, karena AIlah tidak akan
mengumpulkan di dalam diri seseorang itu iman dan kebiasaan minum
minuman keras sekaligus.
Diriwayatkan bahwa ada seorang tawanan yang beragama Islam yang
hafal Al-Qur'an dan dia ditugaskan untuk membantu dua orang rahib. Kedua
orang rahib itu banyak menghapal ayal-ayat Qur'an dari tawanan Muslim
itu, sehingga akhirnya kedua rahib itu masuk Islam, sedangkan tawanan
Muslim itu pindah agama menjadi Nasrani: Dikatakan kepada tawanan
Muslim itu, "Kembalilah kamu kepada agamamu, karena kami tidak
memerlukan lagi orang-orang yang tidak bisa memelihara agamanya."
Tawanan itu berkata, "Aku tidak akan kembali kepadanya selama-lamanyd."
Kemudian pemuda itu dibunuh.
Utusan Malaikat Maut sebelum Kematian
Diceritakan bahwa para Nabi bertanya kepada Malaikat Maut,
"Apakah kamu mempunyai utusan yang memberi peringatan kepada
manusia agar mereka bersiap-siap menerima kedatanganmu?" Malaikat
Maut menjawab, "Ya, aku telah memberi peringatan kepada manusia dengan
mengirim utusan yang sangat banyak, di antaranya: tenaga yang sudah
melemah, penyakit, uban yang mulai tumbuh, usia yang sudah tua, serta
berubahnya pendengaran dan penglihatan. Apabila orang itu belum juga
bertaubat, padahal aku telah mengirim utusan-utusan yang banyak
kepadanya, maka ketika aku akan mencabut nyawanya akan aku katakan
kepadanya, 'Bukankah aku telah mengirimkan kepadamu setelah datang para
utusan (rasul) dan memberikan peringatan kepadamu setelah datang pemberi
peringatan? Aku adalah utusan dan pemberi peringatan yang terakhir."'
Selama matahari tetap terbit dan terbenam, maka Malaikat Maut selalu
berseru, "Wahai orang-orang yang berumur empat puluh tahun, ini saatnya
bagi kalian untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, karena pikiranserta kekuatanmu masih kuat. Wahai orang-orang yang telah berumur lima
puluh tahun, waktu menuai telah delot. Wahai orang-orang yang berumur
enam puluh tahun, engkau telah lupa dengan siksaan dan tidak
mengindahkan panggilan, maka tidak seorang pun yang akan menjadi
penolongmu." Dan apakah Kqmi tidok memoniungkan umurmu dslum msso
yong cukup untuk berpikir bagi orong yang mou berpikir dan opakah [tidak
datangJ kepadamu pemberi peringatan (QS. Fathir:37) Kisah ini ditulis oleh
Abu al-Farj ibn al-Jauzi dalam kitab Raudhah al-Musytaq wa oth-Thariq ila
ql-Malak al-Khallaq." (Taman Para Perindu dan Jalan Menuju Raja Yang
Maha Pencipta)
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, "Allah memberikan
udzur (kemudahan) kepada seseorang dengan menangguhkan ajalnya hingga
berumur enam puluh tahun. Kemudahan paling besar yang diberikan Allah
kepada Bani Adam adalah mengutus para rasul untuk menyempurnakan
risalah atas mereka." Don Kami tidak akan mengazab sebelum Kami
mengutus seorang rasnl. (QS. al-lsra': I 5)
Allah berfirman, "Telah datang kepadamu pemberi peringatan." (al￾aya0
Ada yang mengatakan bahwa "pemberi peringatan" di sini maksudnya
adalah Al-Qur'an, namun ada juga yang mengatakan bahwa maksudnya
adalah rasul-rasul yang diutus kepada mereka.
Ibnu 'Abbas ra, 'lkrimah, Sufoan, Waqi', al-Hasan ibn al-Fadhl, al￾Farra' dan ath-Thabari berkata, "asy-Syaib maksudnya adalah orang yang
umurnya antara 30-50 tahun, yang merupakan tanda untuk memisahkan usia
muda (usia yang penuh dengan senda gurau dan permainan) dengan usia
dewasa, seperti yang terdapat di dalam sya'ir di bawah ini:
Aht sudah saksikan uban sebagai pengingat maut
bogi pemiliknya, dan itu sudah cukup sebagai penegur!"
Diceritakan bahwa Malaikat Maut datang menemui Nabi Daud, dan
sesampai di sana dia ditanya oleh Nabi Daud, "Siapakah engkau?" Malaikat
Maut berkata, "Tidak ada seorang pembesar yang aku takuti, tidak ada satu
pun benteng yang sanggup mencegahku, dan tidak ada seorang pun yang
bisa menyuapku." Daud kemudian berkata, "Jadi engkau adalah Malaikat
Maut?" Malaikat Maut menjawab, "Benar." Daud kemudian berkata,
"Kenapa engkau mendatangiku sedangkan aku masih belum siap." Malaikat
Maut lalu bertanya, "Di mana si fulan temanmu itu? Di mana tetanggamu si
fulan?" Daud menjawab, "Dia telah meninggal." Malaikat Maut kemudian
berkata, "Mereka merupakan peringatan bagimu agar kamu siap menghadapi
mati."
Ada yang mengatakan bahwa orang mati adalah pemberi peringatan
yang tidak berbicara. Ada juga yang mengatakan bahwa pemberi peringatan
adalah demam.
Al-Azhari berkata, "Demam merupakan utusan kematian, maksudnya
men gi ngatkan kita tentan g datangnya kematian."
Ada juga yang berkata, "Kematian keluarga, sahabat, karib-kerabat,
serta keluarga merupakan peringatan untuk kita di setiap waktu."
Ada perkataan yang menyebutkan bahwa akal yang sempurna adalah
akal yang mengetahui hakikat segala sesuatu, dapat membedakan baik dan
buruk, serta rela terhadap segala sesuatu yang datang dari Tuhan, maka akal
yang seperti inilah yang bisa berfungsi sebagai pemberi peringatan. Pemberi
peringatan yang diutus kepada anak-anak Adam adalah berupa para rasul,
masa tua, dan lain sebagainya, sepertiyang dijelaskan sebelumnya.
Usia enam puluhan merupakan peringatan yang penghabisan, karena
pada usia ini takdir Allah telah mendekati seseorang, dan sudah saatnya
seseorang pada usia ini menyerahkan diri sepenuhnya kepada AIIah dan
siap-siap menerima takdir serta perjumpaan dengan Allah,
Dua pemberi peringatan adalah:
Pertama: peringatan yang disampaikan oleh Nabi saw.
Kedua: usia tua, yaitu yang usia telah mencapai empat puluh tahun.
Allah SWT berfirman: Dan umurnya sampai empat puluh tahun ia
berdoa, "Ya Tuhanku, tunjukiloh aku untuk mensyukuri nikmat Engkau. (eS.
al-Ahqaf: l5)
Allah mengatakan bahwa orang yang telah mencapai umur empat
puluh tahun sudah waktunya untuk mulai mengitung nikmat Allah dan
bersyukur kepada orang tuanya.
Malik berkata, "Aku melihat orang-orang berilmu yang tinggal di
daerahku selalu bekerja keras untuk kehidupan dunia dan setalu bergaul satu
sama lain, tetapi apabila telah berumur empat puluh, maka mereka
mengasingkan diri dari orang banyak."
Diceritakan oleh beberipa orang ulama, bahwa ada seorang alim yang
suka beristirahat di taman dan yang boleh berada di taman itu hanya mereka
dan teman-teman mereka, sesama ahli ilmu. Tiba-tiba ada seorang laki-laki
yang masuk ke taman itu dengan menyelinap di antara pohon-pohon. Letaki
tersebut tertangkap dan akan dihadapkan pada hakim. Namun penyelinap
berkata, "Mengapa kamu ingin langsung menghukumku, sedangkan Allah
telah menangguhkan hukumanmu?" ulama itupun sadar dan berkeringat,
mengingat umurnya yang sudah tua. setelah ditanya dan diselidiki, ternyatalaki-taki penyelinap itu orang yang tidak dikenal di negeri tersebut, karena
penjaga pintu taman tidak melihat ada orang yang keluar masuk.
Taubat dan Penjelasannya,."*" lj"p"nkah Seorang Hamba Tidak lagi
lVtengenal Orang Lain
Abu Musa al-Asy'ari bertanya kepada Rasulullah saw, "Kapan
seseorang tidak lagi mengenal orang lain?" Rasulullah menjawab, "Apabila
dia telah dilihat (oleh Malaikat Maut dan para malaikat Allah, wallahu
a'lam)." (HR. Ibnu Majah)
Dalam hadits lain disebutkan, "Allah selalu menerima taubat
seseorang, sebelum nyawa sampai di kerongkongan." (HR. at-Tirmidzi)
Apabila nyawa telah sampai di kerongkongan, maka tidak akan
diterima taubat serta pengakuan bahwa dia beriman, sebagaimana firman
Allah berikut ini:
Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka talkala mereka telah
melihal silrsa Kami. Ilulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap
hamba-hamba-Nyo. Don di waktu itu binasalah orang-orang kofir. (QS. al￾Mu'min: 85)
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan [yangJ hingga apabila datang ojal kepada
seseorang di antara mereka, [barulahJ ia mengatakan, "Sesungguhnya aku
bertaubat sekarang" Dan tidak [pula diterima taubatJ orang-orang yang
nrati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kanti
sediakan siksa yang pedih. (QS. an-Nisa': 18)
Taubat merupakan suatu kemudahan yang diberikan Allah kepada
seorang hamba sebelum ajal datang kepadanya, yaitu ketika ruh sampai di
kerongkongan dan urat tali jantung telah putus (saat ruh naik dari dada ke
kerongkongan). Oleh sebab itu, seseorang wajib bertaubat sebelum ajal
datang dan sebelum ruh sampai di kerongkongannya, seperti perkataan Allah
dalam firman-Nya: Kemudian mereka bertaubat dengan segerq. (QS. an￾Nisa': l7)
Ibnu 'Abbas ra dan as-Suddi berkata, "Makna kata min qarib adalah:.
sebelum datang penyakit dan kematian."
Menurut pendapat Abu Mujalaz, adh-Dhahhak, 'lkrimah, Ibn Zaid,
dan yang lain, kata min qarib maksudnya sebelum seseorang dilihat oleh
Malaikat Maut.
Muhammad al-Warraq berkata dalam sebuah sya'imya:
Persembahkanlah taubat harapan untuk dirimu sendiriSebelum dutongnya mcul dun lerpeniuranya liduh
Bersegeralah dengannya karena nyovomu akan lerlulup
Itu udalah harta k run bogi si tobat yang baik
Menurut para ulama tobat saat melihat malaikat pencabut nyawa
adalah sah, karena masih ada harapan dalam diri seseorang yang akan
meninggal, sebagaimana sahnya penyesalan dan keinginan untuk
meninggalkan perbuatan dosa saat itu.
Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa makna ayat tersebut
adalah: segera bertobat setelah melakukan perbuatan dosa yang tidak terus
menerus. Menyegerakan tobat ketika sehat lebih utama daripada hanya
melakukan amal saleh, apalagijika kematian hampir mendekatinya.
Al-Hasan menceritakan bahwa iblis berkata kepada Allah (saat dia
diusir dari surga): Aku bersumpah tidak akan melepaskan anak-anak Adam
selama roh masih berada dalam jasadnya. Allah kemudian berkata, "Aku
juga bersumpah tidak akan menutup pintu tobat bagi anak-anak Adam
selama roh belum sampai di tenggorokannya." Tobat wajib bagi semua
Mukmin, berdasarkan firman Allah SWT: Dan bertobatlah komu sekalian
kepada Allah, hai orang-orang ysng beriman supoya kamu berunlang. (QS.
an-Nur:31)
Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan
tobal yang semurni-murninya [tobat nasuhaJ. (QS. at-Tahrim: 8)
Syarat tobat ada empat macam, yaitu menyesal dalam hati,
meninggalkan perbuatan maksiat saat itu juga, bertekad tidak akan
mengulangi perbuatan maksiat, dan menanamkan sikap malu serta takut
pada Allah. Apabila salah satu syarat tidak terpenuhi, maka tobatnya tidak
sah.
Ada yang mengatakan bahwa syarat tobat itu adalah mengakui
perbuatan dosa, banyak mengucapkan istighfor, menanamkan makna tobat di
dalam hati, dan tidak sekadar diucapkan dengan lidah.
Orang yang hanya mengucapkan istighfar di lidah (tetapi di dalam
hatinya masih tersimpan keinginan untuk berbuat maksiat), maka istighfar
tersebut harus dilakukan berulang-ulang.
Diriwayatkan oleh al-Hasan al-Basri, dia berkata, "Istighfar, kita
membutuhkan istighfm." Begitulah ucapan al-Hasan pada zamannya,
bagaimanakah zaman sekarang? Yang mana orang-orang selalu melakukan
perbuatan zalim dan menjadikan tobat sebagai sesuatu yang tidak berarti dan
dianggap remeh. Mereka adalah orang-orang yang mempermainkan ayat￾ayat Allah.
Allah SWT berfirman: Jangonlah ktmu iodihan huhtm-hukum Alloh
sebagai permainaz. (QS. al-Baqarah: J3 | )
Diriwayatkan oleh 'Ali ra, bahwa dia melihat seorang pemuda yang
selesai melaksanakan shalat dan langsung berdoa, "Ya Allah, aku mohon
ampun dan akan segera bertobat kepada-Mu." 'Ali ibn Abu Thalib ra
kemudian berkata kepada pemuda itu, "Bersegera mengucapkan istighfar
merupakan tobat pembohong. Tobat membutuhkan tobat lagi sesudahnya."
Amirul Mukminin ditanya, "Apa sebenarnya yang dikatakan dengan tobat."
Dia menjawab, "Tobat adalah suatu kata yang memiliki enam makna, yaitu
tobat untuk dosa-dosa yang telah berlalu, menyesal karena telah
meninggalkan kewaj iban-kewaj iban, menolak kezal iman, mempertakuti d iri
agar setalu taat kepada Allah, memerintahkan diri untuk selalu merasakan
ketaatan, menghiasi diri dengan ketaatan kepada Allah, dan mengganti tawa
dengan tangis."
Ada yang mengatakan bahwa tobat nasuha dapat menolak kezaliman,
menghilangkan pertengkaran, serta membuat kita selalu patuh kepada Allah.
Sifat orang yang bertobat dijelaskan dalam sebuah hadits marfu' dari
lbnu Mas'ud, bahwa Rasulullah bertanya kepada para sahabat-sahabatnya,
"Apakah kamu mengetahui siapakah sebenarnya yang dikatakan orang yang
bertobat?" Mereka menjawab, "Kami tidak tahu." Rasulullah lalu berkata,
"Orang yang mengatakan bahwa dirinya bertobat tetapi tidak pemaaf dan
selalu mendendam, maka orang itu belum dikatakan bertobat. Orang yang
mengatakan bahwa dirinya bertobat tetapi dia belum merubah pakaiannya,
maka orang itu belum dikatakan bertobat. Orang yang mengatakan bahwa
dirinya bertobat tetapi dia belum merubah majlisnya (teman-teman), maka
orang tersebut belum dikatakan bertobat. Orang yang mengatakan bahwa
dirinya bertobat tetapi dia belum merubah caranya mencari kebutuhan hidup,
maka orang itu belum dikatakan bertobat. Orang yang mengatakan bahwa
dirinya bertobat tetapi dia belum merubah perhiasannya, maka orang itu
belum dikatakan bertobat. Orang yang mengatakan bahwa dirinya bertobat
tetapi dia belum merubah tempat tidumya, maka dia belum dikatakan
bertobat. Orang yang mengatakan bahwa dirinya bertobat tetapi dia belum
merubah akhlaknya, maka orang itu belum dikatakan bertobat. Orang yang
mengatakan bahwa dirinya bertobat, tetapi dia tidak melapangkan hatinya,
maka orang itu belum dikatakan bertobat. Orang yang mengatakan bahwa
dirinya bertobat, tetapi dia tidak melapangkan tangannya, maka orang itu
belum dikatakan bertobat." Rasulullah kemudian berkata, "Siapa yang
bertobat dari semua yang telah aku sebutkan, maka itu yang dinamakan tobat
yan g sebenar-benarnya."
Para ulama menyatakan bahwa maksud dari memberi maaf (tidak
mendendam) adalah merelakan segala perbuatan keji yang dilakukan
seseorang terhadap kita. Maksud dari merubah pakaian adalah meninggalkan
perbuatan yang diharamkan dan merubahnya dengan sesuatu yang
dihalalkan. Jika pakaian tersebut berupa rasa angkuh dan kesombongan,
maka harus dirubah dengan pakaian kesederhanaan. Merubah majlis
maksudnya adalah meninggalkan majlis yang penuh dengan senda gurau,
permainan, kebodohan, dan bid'ah lalu masuk ke dalam majlis para ulama
yang selalu berdzikir, serta majlis orang-orang shaleh, sehingga hati menjadi
dekat dengan mereka. Maksud merubah makanan adalah memakan segala
sesuatu yang dihalalkan dan meninggalkan segala sesuatu yang syubhat.
Merubah cara mencari nafkah maksudnya meninggalkan yang haram dan
mencari yang dihalalkan. Maksud merubah perhiasan adalah meninggalkan
segala perhiasan (yang membuat kita terpedaya) baik itu berupa perabotan,
rumah maupun pakaian. Merubah tempat tidur maksudnya melakukan
ibadah malam sebagai ganti dari kelalaian dan perbuatan maksiat,
sebagaimana dikatakan Allah dalam firman-Nya: Lambung mereka jauh dari
tempat tidurnya. (QS. as-Sajdah: 16) Merubah tingkah laku maksudnya
merubah sifat keras ke lembut, sempit ke lapang, dan pemarah ke toleran.
Melapangkan hati maksudnya memberikan kepercayaan dan selalu
istiqamah. Melapangkan tangan maksudnya pemurah, merubah perbuatan
dosa (seperti: minum minuman keras dan berzina menjadi suka membantu
janda dan anak-anak yatim yang terlontar), serta menyesali perbuatan yang
menyebabkan kerugian diri sendiri.
Apabila syarat-syarat tobat dan semua yang disebutkan tersebut dapat
diamalkan, maka Allah pasti akan menerima tobat orang tersebut, walaupun
dosa serta kesalahan setinggi gunung.
Allah SWT berfirman: Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi
orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian letap di jalan yang
benar. (QS. Thaha:28)
Semua itu berdasarkan riwayat yang diceritakan oleh Abu Hurairah ra,
dia mengatakan bahwa ada seorang lelaki yang telah membunuh 100 orang.
Laki-laki itu kemudian bertanya kepada orang alim apakah tobatnya bisa
diterima. Orang alim itu berkata kepadanya, "Pergilah kamu ke suatu tempat
yang penduduknya orang-orang shaleh yang selalu menyembah Allah.
Beribadahlah kamu bersama mereka di sana dan jangan kembali ke negeri
asalmu yang penduduknya selalu melakukan dosa dan kejahatan."
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (dalam Shahih-nya
dan di dalam Musnod Abu Daud) Zuhair ibn Muawiyah bercerita kepada
kami dari Abdul Karim al-lazuri dari Ziyad (bukan Ziyad ibn Abu Maryam)
dari Abdullah ibn Mughaffal, dia berkata: Aku bersama ayahku di samping
Abdullah ibn Mas'ud. Ayahku kemudian berkata kepadanya, "Apakah
engkau pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Seorang hamba yang mengakui dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah, niscaya Allah akan
menerima taubat orang tersebut."' Dia lalu berkata, "Benar, aku juga pernah
mendengar RasuIuI lah berkata,' Penyisalan adalah taubat. "'
Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim diceritakan dari 'Aisyah ra, dia
berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Seorang hamba yang
mengakui dosa-dosanya kemudian bertaubat kepada Allah, maka Allah pasti
menerima taubat orang tersebut."
Al-Hatim al-Bisti menyebutkan (dalam bukunya al-Musnad ash￾Shahih) dari Abu Hurairah ra dan Abu Sa'id al-Khudri, dia mengatakan
bahwa Rasulullah saw duduk di atas mimbar dan berkata, "Aku bersumpah
demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya (Beliau membacanya
sebanyak 3x)." Beliau diam sejenak sehingga laki-laki yang berada di
samping Beliau terisak-isak. Rasulullah saw kemudian berkata, "Allah akan
membuka pintu surga yang kedelapan bagi hamba yang selalu mengerjakan
shalat lima waktu, puasa Ramadhan, dan meninggalkan tujuh dosa-dosa
besar." Rasulullah lalu membaca ayat di bawah ini: Jika kamu ntenjauhi
dosa-dosa besar dianlara dosa-dosa yang dilarang komu mengeriakannya,
niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu [dosa-dosamu yang kecilJ (QS￾an-Nisa':31)
Al-Qur'an telah menunjukkan dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil,
dan tidak benar kalau ada yang mengatakan bahwa seluruh dosa merupakan
dosa besar, seperti yang terdapat dalam surah an-Nisa' ayat 31.
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh