kematian menurut islam 6

Rabu, 16 Agustus 2023

kematian menurut islam 6






Muslim dari Abu Hurairah
ra, dia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Shalat lima waktu
yang dikerjakan dari Jum'at ke Jum'at berikutnya bisa menghapus dosa-dosa
kecil yang dilakukan dalam selang waktu tersebut." Puasa Ramadhan ke
puasa Ramadhan berikutnya yang bisa menghapus dosa-dosa kecil yang
dilakukan dalam selang waktu tersebut, selama seseorang tidak melakukan
dosa besar, sebagaimana disepakati oleh para ahli tafsir dan ahli fikih, karena
dosa besar hanya bisa dihapus dengan bertaubat dan berjanji tidak akan
pernah melakukannya lagi.
Ruh Seorang Hamba (Kalir dan Muslim) Tidak akan Keluar Hingga
Dia Diberitahu Mengenai Apa yang akan Terjadi pada Dirinya
Apabila seorang Mukmin akan meninggal dunia, maka Malaikat Maut
akan mendatanginya sambil berkata, "Keselamatan atasmu wahai wali Allah.
Allah memberikan salam kepadamu." Malaikat Maut kemudian
membacakan surah an-Nahl ayat 32: [YaituJ orang-orang yang diwafatkan
dalom keadaan baik oleh para malaikat dengon mengataknn [kepada
mer e kaJ, " Sal aamun' al ai kum. " (QS. an-Nah I :32)Hadits tersebut diriwayatkan oleh lbnu al-Mubarak dari Haiwah dari
Abu Shakhar dari Muhammad ibn Ka'ab al-Qurzhi.
lbnu Mas'ud berkata, "Apabila Malaikat Maut datang untuk mencabut
nyawa seorang Mukmin, maka dia akan berkata kepada orang Mukmin itu,
'Tuhanmu mengucapkan salam untukmu."'
Barra' ibn 'Azib berkata, "Malaikat Maut akan memberikan selamat
kepada orang Mukmin pada saat nyawanya akan dicabut, dan nyawanya
tidak akan keluar sebelum Malaikat Maut mengucapkan salam kepadanya,
seperti yang terdapat dalam firman Allah surah al-Ahzab ayat 44: Salam
penghormatan kepada mereka [orang-orang mu'min ituJ pada hari mereka
menemui-Nyo iqlah, 'salam '(QS. al-Ahzab: 44)"
Mujahid berkata, "Orang Mukmin akan dikabarkan mengenai
kebaikan anak-anaknya, supaya hatinya tenteram."
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, "Para Malaikat akan
mendatangi orang saleh yang akan meninggal dunia, kemudian berkata,
'Keluarlah wahai jiwa suci yang ada dalam jasad yang bersih. Keluarlah
wahai jiwa yang terpuji, bergembiralah wahai jiwa yang tenteram, karena
bagimu nikmat serta keridhaan dari Allah."' Malaikat terus mengucapkan
kata-kata itu sampaijiwa itu keluar darijasad, lalu Malaikat membawanya
naik ke langit. Setelah sampai dibukakan pintu untuknya, dan para penjaga
pintu bertanya, "Siapakah orang ini?" Malaikat menjawab, "Dia adalah fulan
ibn fulan." Pintu itu kemudian berkata, "selamat datang wahai jiwa suci
yang berada di dalam jasad yang baik. Masuk dan bergembiralah wahaijiwa
yang diridhai." Kata-kata itu terus terdengar hingga jiwa itu sampai di langit,
tempat Allah berada.
Apabila yang akan meninggal itu adalah orang yang banyak berbuat
dosa, maka malaikat akan berkata kepadanya, "Keluarlah engkau wahaijiwa
jahat yang berada di dalam jasad yang kotor, keluarlah engkau wahai jiwa
yang tercela, engkau akan dimasukan ke dalam neraka Jahim." Dia terus
mendengar kata-kata itu sampai jiwanya keluar dari jasadnya. Jiwa itu
kemudian dibawa ke langit dan setelah dia sampai dibukakanlah pintu yang
ada di sana. Para penjaga pintu berkata, "siapakah orang ini?" Malaikat
menjawab, "Orang ini adalah fulan." Pintu itu lalu berkata, "Wahai jiwa
jahat yang berada dalam jasad yang kotor, tidak ada ucapan selamat datang
untukmu. Pergilah engkau wahaijiwa yang tercela, pintu-pintu langit tidak
akan terbuka untukmu." Kemudian jiwa itu keluar dari langit dan akan
berada di dalam kubur. (Diriwayatkan oleh Abu Bakar ibn Abu Syaibah)
Rasulullah saw bersabda, "Orang yang meninggal itu akan didatangi
oleh para malaikat. Apabila dia orang saleh, maka akan dikatakankepadanya, 'Keluarlah engkau wahaijiwa yang baik."' (Diriwayatkan oleh
Syababah ibn Yasar menceritakan dari Sawwar dari lbnu Abu Dzi'b dari
Muhammad ibn Amru ibn 'Atha daritsa'id ibn Yassar dari Abu Hurairah ra).
Al-Bukhari dan Muslim sepakat mengenai urutan periwayat yang terdapat
dalam hadits tersebut, tetapi Muslim tidak memasukkan lbnu Abu Syaibah
ke dalam urutan periwayat.
'Abdullah ibn Hamid juga meriwayatkan hadits tersebut, dengan
urutan perawi sebagai berikut: dari lbn Abu Dzi'b dari Muhammad ibn
Amru ibn 'Atha dari Sa'id ibn YasardariAbu Hurairah ra
Abu Hurairah ra berkata, "Apabila ruh seorang Mukmin telah keluar,
maka dia akan dibawa ke langit oleh dua orang Malaikat." (HR. Muslim)
Hammad menceritakan tentang bau (wangi) ruh orang Mukmin
tersebut. Para penduduk langit berkata, "Ruh yang baik telah datang dari
arah bumi, shalawat atas kamu (ruh) dan atas jasad yang telah engkau
diami." Kemudian ruh itu dibawa ke hadapan Allah, dan Allah berkata,
"Ceraikanlah dia sampai datang hari kiamat."
Hammad lalu menceritakan tentang bau (busuk) ruh orang kafir yang
dilaknat. Penduduk langit kemudian berkata, "Ruh yang kotor telah datang
dari arah bumi." Lalu dikatakan, "Ceraikanlah dia sampai datang hari
kiamat." Abu Hurairah ra mengatakan bahwa Rasulullah kemudian menutup
hidungnya dengan kain (mengambarkan bau [busuk] ruh orang kafir
tersebut).
Dari 'Ubadah ibn Shamit, Rasulullah saw bersabda, "Apabila
seseorang rindu untuk berjumpa dengan Allah, maka Allah lebih rindu lagi
untuk berjumpa dengannya. Siapa yang tidak suka berjumpa dengan Allah,
maka Allah lebih tidak suka lagi berjumpa dengannya." (HR.al-Bukhari)
Al-Bukhari menceritakan: 'Aisyah ra dan beberapa isteri Nabi yang
lain berkata pada Nabi saw, "Kami tidak suka dengan kematian." Nabi
kemudian berkata, "Jangan berpikir demikian, karena jika orang Mukmin
apabila ajalnya telah tiba, dia akan dikasih berita gembira bahwa Allah telah
memberinya keridhaan serta kemuliaan. Tidak ada sesuatupun yang lebih
diinginkannya saat itu kecuali bertemu dengan Allah dan juga lebih senang
lagi berjumpa dengan orang Mukmin tersebut. Tetapi jika orang kafir
meninggal, maka dia akan diberi berita bahwa dia akan mendapat azab dan
siksa dari Allah, sehingga dia tidak menyukai pertemuannya dengan Allah,
dan adapun Allah lebih tidak suka lagi berjumpa dengan orang kafir
tersebut." (HR. Muslim dan Ibnu Majah dari hadits 'Aisyah ra dan Ibnu al￾Mubarak dari hadits Anas)
Ada suatu riwayat yang menafsirkan hadits tersebut secara jelas, yaitu
dari 'Aisyah ra, beliau berkata kepada Syuraih ibn Hani yang bertanya
kepada beliau sesuatu yang didengarnya dari Abu Hurairah ra, "Siapa yang
sangat ingin berjumpa dengan Allah saat kulitnya meradang, matanya telah
terbuka (karena kematian telah mendatanginya), dan kerongkongannya
berbunyi (saat rulrnya dicabut), maka Allah juga ingin sekali berjumpa
dengannya. Namun, siapa yang tidak suka berjumpa dengan Allah saat
ajalnya akan dicabut, maka Allah lebih tidak suka lagi berjumpa
dengannya." (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari 'Aisyah tt, dia berkata: Apabila Allah
menginginkan kebaikan seorang hamba, maka Allah akan mengutus
malaikat selama satu tahun sebelum kematiannya untuk membetulkan amal￾amalnya dan menjadikannya seseorang yang selalu mengerjakan amal shalih,
jadi saat nyawanya akan dicabut dia akan melihat pahala yang telah
dikumpulkannya, sehingga jiwanya akan merasa senang dan saat itu dia
merasakan kerinduan untuk berjumpa dengan Allah dan Allah juga sangat
ingin berjumpa dengannya. Apabila Allah menghendaki keburukan seorang
hamba, maka satu tahun sebelum kematiannya setan akan selalu
menyesatkan dan menimpakan fitnah kepadanya, sehingga saat dia
meninggal orang-orang akan berkata, "Fulah telah mati dalam keadaan
buruk". Ketika nyawanya akan dicabut, dia akan melihat azab yang akan
menimpa dirinya dan saat itulah dia tidak ingin berjumpa dengan Allah, dan
Allah lebih tidak ingin berjumpa dengan orang tersebut.
Tirmidzi menceritakan (dalam bab tentang takdir) dari Anas,
Rasulullah saw bersabda, "Apabila Allah menginginkan kebaikan seorang
hamba, maka ia pasti melakukannya." Rasulullah saw kemudian ditanya,
"Bagaimana cara Allah melakukannya wahai Rasulullah?" Beliau
menjawab, "Allah akan memberikan petunjuk kepada hamba tersebut untuk
melakukan amal shaleh sebelum dia meninggal dunia." (lbn Abu 'lsa
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Penulis mengutip sebuah hadits mengenai hal tersebut "Apabila Allah
menghendaki kebaikan seseorang, maka Dia akan membukakan pintu bagi
orang tersebut untuk melakukan amal shalih, sampai semua orang di
sekitarnya ridha terhadap dirinya."
Allah berfirman: Maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta
surga kenikmatan (QS. al-Waqi'ah: 89)
Qatadah menafsirkan kata rauh dengan rahmat, dan kata raihan
dengan perjumpaan dengan Malaikat ketika akan meninggal dunia.tbn Juraij meriwayatkan. Rasulullah saw menjelaskan kepada'Aisyah
ra tentang tafsir firman Allah SWT:. [Demikianlah keadaan orong-orang
kafir ituJ, hingga apabila datang kematian kepada seseorung dari mereko,
dia berkata, "Ya Tuhanku kembalikanlah uku [ke dunial (QS. al-Mu'minun:
99) Apabila Malaikat telah mencabut nyawa orang Mukmin, kemudian
mereka berkata kepadanya, "Kami akan mengembalikan kamu ke dunia,"
maka orang Mukmin itu pasti berkata, "Ke tempat yang penuh dengan
kesusahan dan rasa takut?" Orang Mukmin itu kemudian berkata, "Cepat
bawa aku menghadap Allah." Tetapi apabila Malaikat menyampaikan
pernyataan tersebut kepada orang kafir, maka orang kafir itu pasti akan
berkata, "Kembalikan aku ke dunia, supaya aku bisa berbuat amal shalih."
Makna langit tempat Allah berada (yang terdapat dalam hadits tersebut)
maksudnya adalah langit ketujuh yang adalah terdapat Sidratul Muntaha.
Ruh orang yang meninggal akan naik ke sana, tetapi tidak semua ruh
berhasil sampai di sana. (HR. Muslim tentang peristiwa Isra' Mi'raj)















Larangan Mengangankan Kematian karena Penderitaan dan
Kesusahan Hidup
Rasulullah saw bersabda, "Sungguh, janganlah masing-masing kamu
mengangankan kematian karena adanya suatu kesusahan hidup yang
menimpanya. Apabila dia memang ingin mengangankan kematian tersebut,
maka dia hendaklah mengucapkan, 'Ya Allah, hidupkanlah aku selama
kehidupan itu baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika kematian itu lebih baik
bagiku."' (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas)
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda, "Janganlah masing￾masing kamu meminta serta mengangankan kematian sebelum ajal
menjemputmu, karena apabila masing-masing kamu meninggal dunia, maka
amal kebaikanmu akan terputus, sedangkan tujuan Allah memanjangkan
umur seorang Mukmin adalah menambah kebaikan Mukmin itu sendiri."
(HR. al-Bukhari)
Rasulullah saw bersabda, "Janganlah masing-masing kamu
mengangankan kematian. Apabila orang yang mengangankan kematian
tersebut sering berbuat amal shalih, maka dia tentu berharap mendapat
kebaikan. Tetapijika orang tersebut selalu melakukan perbuatan jahat, maka
dia tentu berharap mendapat keridhaan dari Allah. Keridhaan hanya bisa
diperoleh dengan taubat dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan dosa,
yang hanya bisa dilakukan ketika masih hidup di dunia."
Dari Jabir ibn Abdullah, Rasulullah saw bersabda, "Janganlah kamu
mengangan-angankan kematian, karena kematian adalah sesuatu yang sangat
dahsyat. Hal yang paling baik adalah apabila seorang hamba diberi umur
panjang sehingga dia diberi kesempatan oleh Allah untuk bertaubat."
Hakikat Kematian
Para ulama menyatakan bahwa kematian bukan hanya musnah atau
lenyapnya seseorang dan tidak akan ada lagi kejadian setelah itu, tetapi
kematian adalah terputus atau terpisahnya hubungan antara ruh dengan
badan, bertukar atau berpindahnya suatu keadaan kepada keadaan yang lain,
suatu tempat ke tempat lain, dan ia (mati) merupakan salah satu musibah
yang paling besar.
Mati dinamakan dengan musibah, berdasarkan firman Allah surah al￾Maidah ayat 106: Lalu kamu ditimpa bahaya -ntu.sibah- kematiun. (QS. al￾Maidah:106)
Para ulama berkata, "Tetapi ada hal yang lebih dahsyat dari kematian,
yaitu lalai dalam menghadapi kematian, berpaling dan sedikit mengingat
kematian, serta meninggalkan amal shalih yang merupakan bekal setelah
kematian. Bahkan pada kematian terdapat pesan serta pelajaran bagi orang
yang berpikir."
Dalam suatu riwayat diceritakan, bahwa Rasulullah saw bersabda,
"seandainya binatang-binatang itu mengetahui tentang kematian, maka
kamu tidak mengenal makanan yang telah membuatmu menjadi gemuk."
Diceritakan bahwa ada seorang Arab Badui yang mengelilingi untanya
yang telah mati dan dia memuji-muji unta tersebut sambil berpikir apa yang
terjadi terhadap untanya itu. Dia kemudian berkata, "Kenapa kamu tidak
bangun, padahal anggota tubuhmu masih baik dan sempurna? Apa yang
terjadi padamu? Siapakah yang menahan gerakanmu? Siapakah yang akan
membangkitkanmu?" Akhirnya orang Arab Badui itu meninggalkan untanya
yang telah mati. Dia sangat heran memikirkan keadaan unta tersebut.
Kemudian ada pula penyair yang membacakan syair karena
menyaksikan seorang perwira gagah mati di hadapannya:
Tanda kennlian sudah meniemputnya
Ia terkapar dengan tangan terbentang dan mulut menganga
Ia terkapar dengan baju besi dan senjata ampuh yang masih terpegang
Terkapar bagaikan sebuah mangsa besar
la tidak mau lagi mendengar terompet panggilan perang
Bohkan tidak peduli logi dengan panggilan agung para raja
Kep e r kas aanny a dan ke p ahl aw an anny a s ud a h b e r I al u
karena tali maut yang sudah bertengger di atas kepalonya
Apa gerangan yang teriadi pada dirimu wahai pahlawan
Keperkasaanmu sudah hilang, bahkan komu tidak bisa bicara lagi
Berita ini bukan berita perkabaran di tempat ini
Kita masih saja tidak peduli dan seaknn-okan tidak pernah tahu!
At-Tirmidzi al-Hakim Abu Abdullah meriwayatkan dalam Nawadir
al-Ushul: Nabi Adam memberitakan kepada Hawa bahwa anaknya telah
meninggal, lalu dia berkata, "Wahai Hawa, anakmu telah meninggal dunia."
Hawa kemudian bertanya, "Apa yang dimaksud dengan meninggal dunia?"
la berkata, "Meninggal dunia adalah tidak bisa makan dan tidak bisa minum,
tidak bisa berdiri dan tidak bisa duduk." Mendengar keterangan tersebut
Hawa menjadi sedih dan menangis. Lalu Adam berkata kepadanya, "Kamu
dan anak perempuanmu berhak menangisinya, sedangkan aku dan anak laki￾lakiku tidak harus menangisinya."
Kesempatan Bertaubat untuk Memohon Ridha Altah SWT
Maksud al-isti'tab adalah memohon keridhaan' Keridhaan hanya
diperoleh dengan bertaubat serta tidak mengulangi perbuatan dosa.
Al-Jauhari mengatakan bahwa al-isti'tab artinya memohon keridhaan,
seperti ucapan berikut: aku memohon keridhaannya dan diapun meridhaiku.
Allah SWT berfirman dalam surah Fushshilat ayat 24: Maka tidaklah
mereko lermasuk orang-orang yang diterima alasannya. (QS. Fushshilat:
24)
Diriwayatkan dari Sahl ibn 'Abdullah at-Tastari, dia berkata,
"Mengangan-angankan kematian dilarang, kecuali untuk tiga macam orang,
yaitu orang yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi setelah kematian,
orang yang lari dari takdir Allah, dan orang yang ingin sekali berjumpa
dengan Allah.'
Diriwayatkan bahwa Malaikat Maut datang menemui Khalilullah
(lbrahim as) untuk mencabut nyawanya, lalu lbrahim berkata, "Wahai
Malaikat Maut, pernahkah kamu melihat seorang sahabat yang mau
mencabut nyawa sahabatnya sendiri?" Mendengar itu Malaikat Maut
kemudian kembali menemui Allah. Lalu Allah berkata kepada Malaikat
Maut, "Apakah kamu pernah melihat seseorang yang tidak gembira bertemu
dengan sahabatnya?" Setelah itu Malaikat Maut kembali menemui lbrahim
dan menyampaikan perkataan Allah kepadanya. Ibrahim lalu berkata, "Jika
demikian cabutlah nyawaku saat inijuga."
Abu Darda' menyatakan bahwa kematian yang menimpa diri seorang
Mukmin tujuannya adalah baik. Hal tersebut berdasarkan firman Allah
SWT: Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang
berbakti. (QS. Ali 'lmran: 198)
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kofir menyangka bahwa
pemberian tangguh Kami kepada merekn adalah lebih baik bagi mereka.
(QS. Ali 'Imran:178)
Hayyan ibn al-Aswad menyatakan bahwa kematian adalah jembatan
yang menghubungkan antara dua orang kekasih.Bolehnya Mengangankan Kematian karena Takut Jatuh dalam
Kemurtadan
Allah menceritakan kisah tentang Nabi Yusuf as dan Maryam dalam
firman-Nya, "lilafatkanluh aku dalam keadaan Islum dan gabungkanlah aku
dengan orang-orang yang shctlih. " (QS. Yusuf: l0l )
Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, don aku menjadi
sesuotu yong tidak berarti, lagi dilupakan. (QS. Maryam:Z3)
Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan datang hari kiamat sehingga
orang yang lewat di kuburan berkata, 'Alangkah baiknya jika aku menempati
tempat ini -kuburan-.'" (HR. Malik)
Tidak ada pertentangan antara keterangan tersebut dengan ayat-ayat
yang telah kami sampaikan sebelumnya.
Abu Qatadah memberikan keterangan mengenai ayat tersebut, dia
berkata, "Tidak seorang pun yang mengangan-angankan kematian, baik
orang biasa maupun nabi, kecuali Yusuf as, karena keinginannya berjumpa
dengan Tuhannya sangat besar setelah dia mendapat nikmat serta karunia
yang berlimpah dari Allah." Hal itu tergambar pada ucapan-Nya dalam surah
Yusuf ayat: l0l, "Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah
mengonugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan
kepadaku sebagian ta'bir mimpi."
Ayat tersebut menceritakan bahwa Yusuf ingin sekali berjumpa
dengan Tuhannya. Dia tidak mengangankan kematian tetapi yang menjadi
angan-angannya adalah dimatikan dalam keadaan memeluk agama Islam.
Maksudnya dia ingin mati dalam keadaan Islam. Inilah pendapat yang dipilih
oleh kebanyakan ahli tafsir, wallahu a'lam￾Penyebab Maryam mengangan-angankan kematian 
-menurut 
para
ahli- ada dua pendapat:
Perlama: dia takut apabila orang-orang akan berburuk sangka serta
menjelek-jelekannya sehingga akan menimbulkan fitnah bagi dirinya.
Kedua: supaya kaumnya tidak menuduhnya melakukan kebohongan
serta perbuatan maksiat (zina) yang bisa mendatangkan malapetaka bagi
kaumnya tersebut.
Allah SWT berfirman mengenai kebohongan yang menimpa 'Aisyah
ra dalam surah an-Nur ayat l1 dan 15: Dan siapa di antara mereka yang
mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu
baginya azab yang besar.
Dan komu mengqnggapnya suotu yang ringan saja. Padahal dia pada
sisi Allah adalah besar. (QS. an-Nur: 15)
Masih terdapat perbedaan pendapat mengenai Maryam, apakah orang
yang sangat benar (shiddiqaft) seperti yang terdapat dalam firman Allah
surah al-Maidah ayat 75 atau seoran! manusia pilihan Allah, berdasarkan
firman-Nya: Dan ibunya seorqng yang sangat benar 'shiddiqah- (QS. al￾Maidah: 75)
Lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya. (QS. Maryam: l7)
Dan [ingatlahJ ketika Malaikat [JibrilJ berkata, "Hai Maryam,
sestmgguhnya Allah telah memilih kamu. (QS. AIi 'lmran: 42)
Sehingga dia diuji dengan ujian yang berat berupa fitnah dan
kebohongan yang menimpa dirinya. Jadi, berdasarkan hal ini serta penafsiran
yang telah kami paparkan tadi, maka mengangan-angankan kematian pada
hakikatnya tidak dilarang jika bertujuan demikian, wallahu a'lam.
Dalam hadits disebutkan bahwa mengangan-angankan kematian hanya
diperbolehkan jika seseorang ditimpa musibah, seperti takut menjadi murtad,
takut kalau-kalau orang tersebut tidak bisa lagi melaksanakan ajaran-ajaran
agamanya secara baik. Jadi bukan musibah yang menimpa anggota tubuh
atau musibah lainnya (seperti kehilangan harta benda), sebagaimana
dijelaskan dalam doa hadits berikut:
c\ri tiy, fat'J, -ri$t '!';j ?t'Ar'f ,tfui it et
i*'*uY'#6*!:?,
Ya Allah berikanlah kekuatan bagiku untuk melakukan amal shalih,
meninggalkan kemungkaran serta cinta kepada kaum miskin. Jika Engkau
ingin menimpakan fitnah kepada manusia, maka wafatkanlah aku dalam
keadaan bebas dari fitnah -kesesatan-. 
(HR. Malik dan at-Tirmidzi)
Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa Umar berkata, "Ya Allah,
kekuatanku sekarang sudah melemah, usiaku semakin tua, dan rakyatku
sudah meninggalkanku. Jadi wafatkanlah aku dalam keadaan banyak
melakukan amal perbuatan." Kurang satu bulan setelah itu Allah mencabut
nyawa Umar ibn al-Khatthab ra (HR. Malik)
Abu Umar ibn Abdul Birrimenyebutkan -dalam bukunya, at-Tamhid
wa al-Istidzkar- dari Zadan Abu Umar dari 'Alim al-Kindi, dia berkata,
"Pada suatu hari aku duduk-duduk bersama Abul 'Abas al-Ghifari dan dia
melihat ada sekelompok orang yang menderita penyakit tipus. Lalu dia
berkata, "Wahai penyakit tipus, datanglah kepadaku (dia mengucapkan ini
sebanyak 3 kali)." 'Alim kemudian bertanya, "Kenapa kamu berkata seperti
itu? Bukankah Rasulullah saw bersabda, 'Sesungguhnya masing-masing
kamu dilarang untuk mengangan-angankan mati, karena mati akan
menyebabkan amal seseorang terputus sehingga dia tidak bisa lagi
mengerjakan amal shalih serta meminta keridhaan Allah atas kesalahan￾kesalahannya."' Abu Abbas berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda, 'Mintalah agar kematian dipercepat karena enam hal, yaitu:
apabila orang bodoh telah menjadi penguasa, banyaknya jumlah polisi,
hukum telah diperjualbelikan, nyawa sudah tidak berharga lagi, hubungan
silaturrahmi telah terputus, Al-Qur'an hanya untuk didendangkan, dan
banyak orang yang mengaku paham dengan Al-Qur'an padahal
pengetahuannya tentang Al-Qur'an sedikit sekali."'(HR. Ibn Abdul Birri)
Mengingat dan Mempersiapkan Diri untuk Menghadapi Mati
Rasulullah saw bersabda, "Perbanyaklah mengingat sesuatu yang
dapat merenggut kelezatan dunia, yaitu mati." (HR. Ibnu Majah dan at￾Tirmidzi dari an-Nasa'i dari Abu Hurairah ra)
Rasulullah saw bersabda, "Perbanyaklah mengingat penghancur
kelezatan dunia." Kami bertanya, "Apakah penghancur kelezatan dunia itu
wahai Rasullulah." Beliau menjawab, "Mati." (HR. Abu Nu'aim al-Hafizh
dengan sanad dari hadits Malik ibn Anas dari Yahya ibn Sa'id ibn al￾Musayyib dari Umar ibn al-Khatthab ra)
Diriwayatkan dari Umar, dia berkata, "Ketika aku sedang duduk
bersama Rasulullah saw tiba-tiba datang seorang pemuda dari golongan
Anshar mengucapkan salam kepada Rasulullah saw dan bertanya, 'Wahai
Rasulullah, orang Mukmin yang bagaimana yang paling mulia?"' Rasulullah
saw menjawab, "Mereka yang paling baik akhlaknya." Dia bertanya lagi,
"Orang Mukmin yang bagaimana yang paling beruntung --4s1d35-f"
Rasulullah saw menjawab, "Mereka yang paling banyak mengingat mati dan
mempunyai bekal yang banyak untuk menghadapi kematian." (HR. Ibnu
Majah)
Rasulullah saw bersabda, "Orang yang paling beruntung adalah yang
dapat mengendalikan hawa nafsunya serta yang banyak melakukan amal
shalih. Orang yang merugi adalah yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan
banyak berangan-angan." (HR. at-Tirmidzi)
Rasulullah saw bersabda. "Perbanyaklah mengingat mati, karena ia
dapat membersihkan dosa-dosa serta menjadikan diri zuhud terhadap dunia."
(HR. Anas)
Rasulullah saw bersabda, "Cukuplah maut menjadi pelajaran bagi
seseorang dan menjadi pemisah antara seseorang dengan orang lain."
Rasulullah saw kemudian ditanya, "Apakah seseorang yang telah meninggal
bisa berkumpul bersama para syuhada'?" Beliau menjawab, "Ya, yaitu orang
yang mengingat mati sebanyak 20 kali dalam sehari semalam." As-Suddilalu membaca surah al-Mulk ayat 2: Yang meniadikan mati dan hidup,
supayu Dia menguji kamu, siopa di antaro kamu yang lebih baik amalnyu.
(QS. al-Mulk:2) t
Maksud ayat tersebut yaitu: mereka yang paling banyak mengingat
mati dan yang sering melakukan amal shalih sebagai bekal setelah kematian.
Para ulama mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda.
"Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan dunia, yaitu mati." Ini
merupakan perkataan yang ringkas dan sederhana yang di dalamnya
terkandung peringatan serta pesan-pesan yang sangat tinggi nilainya.
Mengingat mati dengan sebenar-benarnya dapat mencegah seseorang untuk
berangan-angan sehingga dia bisa hidup zuhud, tetapi jiwa yang pasif serta
hati yang lalai membutuhkan peringatan yang berulang-ulang dan kata-kata
yang indah.
Rasulullah saw telah bersabda, "Perbanyaklah mengingat penghancur
kelezatan dunia."
Allah berfirman (dalam surah Ali 'lmran ayat 185 dan al-'Ankabut
ayat 57\:
Tiap-tiap yang bernyau'a alcan merasakan mati. (QS. Ali 'lmran: 185 dan
QS. al-'Ankabut:57)
Tetapi itu belum cukup baginya (iwa yang pasif), sesuai dengan sya'ir
yang dilantunkan oleh Amirul Mukminin Umar ibn al-Khatthab ra di bawah
ini:
Tidak ada satu pun yang berseri itu keknl
Hanya Tuhon Yang akan kekal sedangkan harta dan anak akan melambai
Harta rompasan Perang Hormuz yang melimpah tidak akan membantu
Keabadian berusaha el<sis namun tidak pernah berhasil
Sulaiman si Penakluk Angin jugct tidak mampu
Manusia dan jin pun dilolak untuk abadi dan mereka datang silih berganti
Dunia akan Terasa Kecil
Mengingat mati membuat seseorang bersikap ragu terhadap kehidupan
dunia yang fana ini, sehingga dia selalu mengingat kehidupan akhirat yang
kekal abadi.
Seseorang tidak lepas dari dua keadaan yang saling bertolak-belakang,
seperti sempit dan lapang, nikmat dan cobaan.
Apabila seseorang sedang berada dalam keadaaan sempit dan
mendapat musibah, maka beban yang sedang menimpanya akan terasa lebih
ringan apabila dia mengingat mati, karena mati lebih berat dari musibah
yang menimpanya. Ketika seseorang mengingat mati ketika mendapat
nikmat dan kelapangan, maka dia akan terhindar dari tipu daya yang
ditimbulkan oleh kesenangan yang diperolehnya.
Penyair kita bernyanyi:
Ingatlah mati, si penghancur kenikmatan
Dan bersiaplah berangkat pada pembantingan yang pasti datang
Ingatlah maut, maka kamu akan dapat ketenangan
Dalam mengingal maut pun angan-anganmu akan sirna
Semua orang tahu bahwa mati itu tidak diketahui kapankah datangnya,
di mana tempatnya, serta apa penyebabnya. Oleh karena itu, seseorang harus
mempersiapkan diri untuk menghadapi mati tersebut. Beberapa orang shaleh
pada malam hari selalu memanggil-manggil, "Masanya berangkat!,"
"masanya berangkatl," "masanya berangkat!," (ar-Rahil! ar-Rahil!1dari atas
pagar Madinah. Pada suatu hari gubernur Madinah memanggil-manggil
nama ar-Rahil, tetapi Rahil tidak kunjung nampak. Gubernur Madinah
kemudian bertanya kepada orang-orang tentang keadaan ar-Rahil. Orang￾orang menjawab, "ar-Rahil telah meninggal." Mendengar hal tersebut
gubernur Madinah membaca sebuah syair:
Ia selalu meneriakan keberongkatan dan menyebutnya
Sehingga unta juga meraso terusik untuk selalu siap
Lalu ia pun ditimpa rahil dalam keadaan siap sedia
Punya bekal dan tidak pernah lengah oleh angan-angan!
Yazid ar-Raqqasyi bertanya kepada dirinya sendiri, "Kasihan kamu
wahai Yazid, siapa yang akan shalat untukmu setelah kamu meninggal
nanti? Siapa yang berpuasa untukmu setelah kamu meninggal? Siapa yang
akan memintakan keridhaan Tuhan untukmu setelah kamu meninggal?,, Dia
lalu berkata, "Wahai manusia, mengapa kamu tidak menangisi dirimu yang
masih hidup? Siapa yang mau meminta kematian, di mana kuburan akan
menjadi rumahnya, tanah menjadi selimutnya, ulat dan cacing menjadi
temannya?" Yazid lalu menangis dan pingsan.
At-Taimi berkata, "Ada dua hal yang dapat memutuskan kelezatan
dunia dariku, yaitu mengingat kematian, dan mengingat bahwa kita akan
berada di hadapan Allah. Umar ibn Abdul Aziz mengumpulkan para ulama
untuk sama-sama mengingat mati, hari kiamat, dan kehidupan akhirat,
sehingga mereka semua menangis setelah mengingat hal-hal tersebut,
seolah-olah di hadapan mereka terdapat jenazah."
Abu Nu'aim berkata, "Apabila'ats-Tsauri mengingat mati, maka dia
tidak peduli lagi dengan hari-hari yang sedang berlalu. Apabila dia ditanya
tentang suatu hal, maka jawaban yang keluar dari mulutnya adalah 'Aku
tidak tahu, aku tidak tahu."'
Asbath berkata, "Rasulullah saw menyebutkan, bahwa ada seorang
laki-laki yang sangat dipujinya." Rasulullah saw bertanya, "Tahukah kalian
sikap dia jika mengingat mati?" Mereka tidak menjawabnya, maka Beliau
berkata, "la tidak terpuji sebagaimana yang kalian puji."
Ad-Daqqaq berkata: Ciri-ciri orang yang selalu mengingat mati adalah
menyegerakan taubat, rendah hati. dan rajin beribadah. Ciri-ciri orang yang
tidak mengingat mati adalah menangguhkan taubat, tidak ikhlas dengan
pemberiannya, dan malas beribadah. Wahai orang-orang yang lalai terhadap
mati dan sakaratul maut, kematian adalah janji yang paling benar dan hakim
yang paling adil. Mati membuat orang sedih dan menangis, memisahkan
seseorang dari masyarakat banyak, menghancurkan kelezatan dunia, dan
memutuskan setiap angan-angan. Wahai anak Adam, apakah engkau sudah
memikirkan hari ketika nyawamu berpisah dari badan, keadaanmu berubah
dari senang menjadi susah, sahabat dan teman-temanmu mengkhianatimu,
saudaramu lari darimu. dan alas tidur serta selimutmu adalah pasir dan tanah
liat? Wahai kamu yang selalu menumpuk-numpuk harta dan selalu
membangun rumah yang banyak, harta dan rumahmu tersebut tidak akan
kamu bawa ke dalam kubur kecuali beberapa helai kain kafan. Jadi di mana
harta yang telah kamu kumpulkan selama ini? Apakah hartamu bisa
menyelamatkanmu dari siksaan? Sekali-kali tidak, bahkan hartamu akan
kamu tinggalkan kepada orang-orang yang sekarang mereka tidak lagi
memuji dan mendoakanmu. Allah SWT berfirman: Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaanJ negeri akhirat.
(QS. al-Qashash: 77)
Ayat tersebut memerintahkan seseorang untuk mencari karunia Allah
di dunia dan mencari kebahagiaan di akhirat. Seharusnya usaha yang
dilakukan seorang Mukmin di dunia untuk mencari kebahagiaan di akhirat.
dan seolah-olah dikatakan kepada mereka, "Jangan lupa bahwa kamu akan
meninggalkan semua milikmu, kecuali beberapa lembar kain kafan, seperti
yang terdapat dalam syair di bawah:
Kami hanya akan memberimu sedikit dari paniang masa yang kamu
kumpulkan,
yaitu dua helai kain penutup raga dan kapas penutup rongga
"Orang yurtg paling berunlung adalah yang selalu menginstropeksi dirinya,
sedungkan orang yang merugi -bodoh- odolah orong yang suka mengikuti
hawa nafsunyo namun ia berhorap banyak kehaikun dari Allah." (HR. at￾Tirmidzi)
Abu 'Ubaid berkata, "Menginstropeksi diri maksudnya mengendalikan
diri sehingga mau beribadah kepada Allah serta mengerjakan amal shalih
sebagai bekal setelah mati dan ketika menghadap Allah. tidak menyia￾nyiakan umur yang diberi Allah. serta mengingat dan selalu patuh kepada
Allah dalam berbagai situasi dan kondisi. Semua hal itu merupakan bekal di
akhirat."
Kata al-Kayyrs juga bermaksud orang yang berakal, yang merupakan
lawan kata al-'Ajiz yang artinya orang yang lemah atau bodoh. Orang yang
lemah adalah yang sedikit melakukan amal perbuatan, sangat kurang
ketaatannya kepada Allah, selalu menuruti hawa nafsunya, dan selalu
berangan-angan agar Allah mau mengampuni dosa-dosanya. Orang seperti
ini termasuk golongan orang-orang yang lalai, padahal Allah telah
memperingatkan mereka agar melakukan segala perintah Allah dan
men i nggalkan segala larangan-Nya.
Al-Hasan al-Basri berkata, "Orang yang menjadikan angan-angan
sebagai tuhannya tidak akan membawa kebaikan ketika meninggal dunia.
Jika salah seorang dari mereka berkata, "Aku sudah berbaik sangka terhadap
Allah," maka itu adalah dusta. Jika memang dia sudah berbaik sangka
terhadap Allah, tentu dia selalu mengerjakan amal shalih.
Allah SWT berfirman: Dan yang demikian itu adalah prasangkamu
yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah
membiltasakan kamu, maka jadilah knmu termasuk orang-orang yang
merugi. (QS. Fushsh ilat: 23\"
Sa'id ibn Jubair berkata, "Lalai terhadap Allah membuat orang selalu
melakukan perbuatan maksiat."
Baqiyah ibn al-Walid berkata, "Abu 'Umair ash-Shuri mengirim surah
kepada beberapa temannya yang isinya sebagai berikut:
Kumu lalah mengangan-angonlun kesenangan dunia sepaniong
hidupmu, dun berharup agtr Alluh mengubulkan ungan-(mganmu itu,
pudahal engkau selalu melakulcan perbutlan do.sa. Itu samu saia dengun
nrcnempu besi yang dingin. Wassalam."'
Mengingat Kematian dan Kehidupan Akhirat serta Zuhud terhadap
Dunia
Abu Hurairah ra berkata: Ketika Rasulullah saw mengunjungi makam
ibunya, Beliau sedih dan menangis, bahkan orang-orang di sekitarnya ikut
meningis. Rasulullah saw kemudian berkata, "Aku meminta kepada Allah
agar memberikan ampunan kepadanya (ibu Beliau) tetapi Allah tidak
mengizinkan. kemudian aku meminta kepada Allah agar aku dapat
mengunjungi makamnya dan Allah-pun mengizinkan. Oleh karena itu,
kalian hendaknya melakukan ziarah kubur, karena pada ziarah kubur ada
pelajaran bagi kalian."
Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Dulu
aku melarangmu melakukan ziarah kubur, tetapi sekarang lakukanlah.
Sesungguhnya ztarah kubur dapat menjadikan diri zuhud dengan dunia dan
ingat terhadap kehidupan akhirat."
Para ulama sepakat bahwa ziarah kubur bagi laki-laki tidak dilarang,
sedangkan ziarah kubur bagi wanita masih ada pertentangan. Apabila wanita
ketika melakukan ziarah kubur berbaur dengan laki-laki, maka ziarah kubur
seperti itu menjadi haram bagi mereka, tetapi apabila mereka pergi dengan
reiu*a wanita, maka ziarah kubur seperti itu tidak dilarang. Wanita juga
boleh melakukan ziarah kubur, tetapi harus terpisah dari laki-laki. Tidak ada
perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hal ini. Rasulullah saw
bersabda, ,.Lakukanlah ziarah kubur olehmu." (Zuu ruu haa) perintah yang
terdapat datam hadits tersebut berlaku untuk laki-laki dan wanita' Apabila
waktu dan tempat pelaksanaan ziarah kubur dapat menimbulkan fitnah
disebabkan oleh bercampurnya laki-laki dengan wanita, maka hal itu tidak
diperbolehkan, karena pandangan laki-laki kepada wanita atau sebaliknya
dapat menimbulkan fitnah. Jadi apabila mereka akan kembali dari ziarah
kubur sebaiknya berjalan secara terpisah, wallahu a'lam.
Para ulama mengatakan bahwa Rasulullah saw memberikan laknat
kepada wanita yang melakukan ziarah kubur (sebelum ziarah kubur
.diperbolehkan). Tetapi setelah Nabi mengizinkan ziarah kubur, maka hukum
ziarah kubur bagi laki-laki dan wanita menjadi mubah (boleh), sebagaimana
yang kami terangkan tadi.
Diriwayatkan dari 'Ali ibn Abu Thalib rE, bahwa dia pergi
mengunjungi kuburan dan sesampai di sana dia berkata, "Wahai penduduk
kubur, ceritakan kepada kami tentang keadaan kalian atau jika tidak kami
yang akan memberikan kalian berita." 'Ali kemudian berkata, "Adapun
berita dari kami adalah, hartamu telah dibagi-bagikan, anak-anak
perempuanmu telah dinikahkan, dan rumah-rumahmu telah dihuni oleh
kaum yang bukan golonganmu." 'Ali kemudian berkata lagi, "Demi Allah,
seandainya mereka (orang-orang yang telah mati) dapat berbicara, niscaya
dia akan berkata 'Kami tidak pernah melihat bekal yang lebih baik dari
takwa."'
Abu al-'Atahiyah berkata dalam sebuah sya'irnya:
Betapa anehnya manusia yang sekiranya mereka berpikir
Dan introspelcsi diri, maka merelca akan dapat melihat dengan mato hati
Mereka akan menyeberangi dunia pada dunia lain
Karena dunia memang jembatan
Tidak akan ada kebanggaan kecuali takwa
Ketika Mahsyar terbentang
Sungguh merelca akan sadar
Bahwa talewa adalah hal terbaik yang ditabung
Apa gerangan tanggapan makhlukyang awalnya air mani
Sedangkan akhirnya akan menjadi bangkai busuk?
Kini ia tidak punya persembohan yang diharapkan
Dan bahkan ia tidak pernah mau terlewat dari perbuatan terlarang
Di sana segala uruson dirinya akan diurus orang lain
Ia hanya akan menerima keputusan dan nasib
Manfaat Ziarah Kubur
Para ulama berkata: Sesuatu yang paling besar manfaatnya bagi hati
adalah ziarah kubur. Apabila hati telah membatu, maka ada empat cara yang
bisa dilakukan untuk mengobatinya:
Pertama, membuang segala penyakit hati dengan cara menghadiri
majlis-majlis ta'lim yang memberikan pelajaran mengenai hikmah
mengingat mati, cerita orang{rang shalih, kabar baik dan ancaman.
Semuanya dapat merubah hati menjadi lembut.
Kedua, banyak mengingat mati. Diceritakan bahwa ada seorang
perempuan datang kepada 'Aisyah ra untuk bertanya tentang hatinya yang
telah membatu. 'Aisyah ra lalu menjawab, "Perbanyak mengingat mati,karena hal itu dapat membuat hatimu menjadi lembut." Perempuan itu
kemudian mengerjakan perintah 'Aisyah ra, sehingga hatinya menjadi
lembut. '
Para utama menyatakan bahwa mengingat mati dapat melembutkan
hati, menghindarkan diri dari perbuatan maksiat, menghindarkan diri
mencari kesenangan di dunia, dan meringankan beban seseorang.
Ketiga, melihat orang mati. Melihat orang mati; mulai sakaratul maut
hingga jiwa dicabut, serta membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya
setelah dia meninggal dapat mengekang hawa nafsu, menghilangkan
kesenangan cita hati, menyebabkan mata tidak bisa terpejam dan badan tidak
bisa beristirahat, serta memberikan motivasi untuk melakukan amal shalih.
Diceritakan oleh al-Hasan al-Bashri, bahwa ketika dia pergi
menjenguk orang sakit, dia melihat orang tersebut menderita akibat sakaratul
maut. Al-Hasan al-Bashri kemudian pergi menemui keluarga orang itu, dan
sesampainya di sana dia melihat semua anggota keluarganya dalam keadaan
pucat. Mereka lalu berkata kepada al-Hasan al-Bashri, "Makanlah hidangan
ini, semoga Allah memberkatimu." Al-Hasan al-Bashri kemudian berkata
kepada mereka, "Kalian lebih berhak atas hidangan ini. Demi Allah, aku
baru saja melihat orang yang sedang menanggung pedihnya sakaratul maut
dan aku tidak akan berhenti melakukan amal untuknya hingga aku berjumpa
dengannya."
Ketiga hal yang telah disebutkan tadi sangat berguna bagi orang yang
hatinya membatu dan banyak melakukan dosa juga berguna untuk
melindungi diri dari bujuk rayu setan serta fitnah yang ditimbulkannya, serta
dapat mengekang diri melakukan perbuatan dosa.
Apabila ketiga hal tersebut tidak memberi perubahan pada diri
seseorang, maka alternatif terakhir adalah melakukan ziatah kubur.
Keempat, melakukan ziarah kubur. Sebagaimana yang terdapat dalam
sabda Rasulullah saw, "Hendaklahlah kamu melakukan ziarah kubur, karena
hal itu dapat menjadikan diri mengingat kematian dan kehidupan akhirat,
serta menjadikan diri untuk hidup zuhud."
Pertama, mendengar dengan telinga, kedua memberitakan kepada hati
tentang hari berbangkit serta memupuk di dalam hati perasaan takut dan
cemas ketika menyaksikan orang mati. Menziarahi dan melihat kuburan
orang Islam pengaruhnya lebih besar dari poin satu dan dua di atas.
Rasulullah saw bersabda, "Mendengar berita tidak sama dengan
melihat langsung." (HR. Ibnu 'Abbas ra. Redaksi hadits seperti ini hanya
diriwayatkan oleh Ibn 'Abbas ra)Mengambil pelajaran langsung dari orang yang akan meninggal tidak
dapat ditemukan setiap saat, sehingga tidak bisa diterapkan kepada orang
yang ingin mengobati hatinya secara intensif. Sedangkan ziarah kubur bisa
dilakukan setiap saat dan manfaatnya lebih meresap ke dalam hati. Orang
yang akan melakukan ziararh kubur harus memperhatikan serta
melaksanakan adab-adabnya. Tujuan seseorang rnelakukan ziarah kubur
bukan hanya sekadar mengunjungi kuburan. tetapi untuk mengharap
keridhaan Allah, mengobati hatinya yang kotor, serta menghadiahkan pahala
bacaan Al-Qur'annya kepada si mayat.
Orang yang melakukan ziarah kubur dilarang melakukan hal-hal
sebagai berikut: berjalan di atas kuburan, duduk-duduk di atas kuburan, dan
membuka sepatu atau sandal. Apabila seseorang tiba di kuburan maka
ucapkan, "Selamat atas kalian wahai orang-orang Mukmin penghuni kubur,"
(assalamu'alaikum daar qaumin mu'minin). Jika dia sampai di kuburan
orang yang dikenalnya dan mengucapkan salam, maka mayat akan
membalas salamnya.
Tirmidzi meriwayatkan dalam kitab al-Jami': Ada seorang laki-laki
mendatangi Rasulullah saw, kemudian dia mengucapkan, "alaikassolom."
Rasulullah saw kemudian berkata. "Janganlah kamu mengucapkan
'alaikassalam, karena itu salam untuk orang mati."
Orang yang melakukan ziarah kubur hendaknya menghadapkan
wajahnya ke kuburan ketika sedang berziarah, seolah-olah di hadapannya
ada orang yang masih hidup. Adapun adab berbicara dengan seseorang
adalah menghadapkan wajah ke arah lawan bicara, begitu juga dengan
mayat. Seperti inijuga yang harus dilakukan ketika melakukan ziarah kubur.
Orang-yang melakukan ziarah kubur hendaknya mengambil pelajaran dari
orang mati yang sekarang berada di dalam tanah, terpisah dari keluarga dan
orang yang dicintainya, dimana kematian datang kepadanya pada waktu
yang tidak disangka-sangkanya.
Wahai peziarah kubur, ingatlah keadaan saudara-saudaramu yang telah
mendahuluimu. di mana ketika hidup di dunia mereka selalu menurnpuk￾numpuk harta dan berusaha untuk menggapai apa yang mereka angan￾angankan mereka. Tetapi bagaimana keadaan mereka sekarang, ketika
angan-angan telah terputus, harta yang mereka kumpulkan tidak berguna,
tanah telah menimbun kemegahan diri mereka, isteri mereka telah menjadi
janda, serta anak-anak mereka telah menjadi yatim dan sengsara.
Nabi saw Menghidupkan Ibu dan Pamannya?
Hadits di bawah ini diriwayatkan oleh Abu Bakar ibn Ahmad ibn 'Ali
al-Khatib (dalam bukunya, as-Sabiq wa al-Lahiq), dan Abu Hafizh Umar ibnSyahin (di dalam bukunya, an-Nasikh wa ul-Mansukh) dari'Aisyah ra. dia
berkata: Kami pergi bersama Rasulullah saw untuk menunaikan haji Wada'.
Ketika aku lewat di suatu tempatryang bernama 'Aqabah al-Hujun. aku
melihat Rasulullah saw menangis dan sedih, sehingga aku pun ikut
menangis. Tidak lama kemudian Rasulullah saw melompat sambil berkata,
"Wahai Humaira'(panggilan Nabi kepada 'Aisyah ra) tunggu aku!" Setelah
itu aku bersandar di samping unta. Setelah beberapa saat Nabi saw kemudian
mendatangiku sambil tersenyum. Aku lalu bertanya kepada Beliau, "Apa
yang telah engkau alami tadi wahai Rasulullah?" Beliau menjawab. "Ketika
aku lewat di kuburan ibuku, Aminah, aku memohon agar Allah mau
menghidupkan dia kembali. Allah mengabulkan permohonanku sehingga
ibuku bisa menyatakan keimanannya.
As-Suhaili meriwayatkan (di dalam ar-Rauclul UnuJ'yang beberapa
periwayatnya ada yang tidak dikenal) yang berbunyi, "Allah rnenghidupkan
ayah dan ibunya sehingga mereka akhirnya bisa beriman kepada-Nya."
Alhamdulillai, semua ulama sepakat bahu,a peristiwa dihidupkannya
kedua orang tua Rasulullah saw terjadi setelah ada larangan untuk memohon
ampunan bagi mereka berdua. Hal tersebut berdasarkan hadits dari 'Aisyah
ra, bahwa peristiwa itu terjadi ketika haji Wada'.
Diriwayatkan dari Anas, dia berkata, "Ada seorang laki-laki yang
bertanya kepada Rasulullah saw, 'Wahai Rasulullah dimanakah ayahku
sekarang?"' Rasulullah menjawab, "Ayahmu sekarang di neraka?" Ketika
laki-laki tersebut akan pergi, Rasulullah saw kemudian memanggilnya dan
berkata, "Ayahmu dan ayahku sekarang berada di neraka." (HR. Muslim).
Dalam hadits Salamah ibn Yazid al-Ju'fi disebutkan: Ketika
Rasulullah melihat apa yang terjadi terhadap kami, dia berkata, "lbuku
bersama ibu kalian."
Penulis mendengar suatu riwayat yang mengatakan bahwa Allah
menghidupkan kembali paman Beliau (Abu Thalib), sehingga Abu Thalib
bisa menyatakan keimanannya, wallahu a'lam.
Ada yang mengatakan bahwa hadits yang menceritakan tentang
keimanan kedua orang tua Rasulullah saw merupakan hadits maudhu'
(palsu) dengan merujuk kepada firman Allah di bawah ini: Dan tidak [pula
diterima taubatJ orang-orang yang mati sedang mereko di dalam kektfiran.
(QS. an-Nisa': l8)
Orang yang mati dalam keadaan kafir niscaya keimanannya tidak akan
berguna bagi dirinya setelah dia dibangkitkan. Apabila dia menyatakan
keimanannya ketika ajal datang, maka hal itu tidak berguna. Apakah iman
yang dinyatakannya bermanfaat ketika dirinya dihidupkan kembali?
Di dalam kitab tafsir disebutkan bahwa Rasulullah saw berkata, "Aku
tidak dapat membayangkan yang sedang dan akan dihadapi kedua orang
tuaku." Setelah ucapan tersebut turunlah ayat I 19 dari surah al-Baqarah:
Dan tidak boleh dipertanyoknn lentang penduduk neraka Jahim-"
Diriwayatkan dari al-Hafizh Abu al-Khatthab dan Umar ibn Dihyah,
bahwa semua itu merupakan kemuliaan dan keistimewaan yang selalu
diberikan Allah kepada Rasulullah saw sampai akhir hayat.
Hidupnya kembali dan berimannya kedua orang tua Rasulullah
merupakan sesuatu yang bisa diterima akal dan syariat. Apabila kita merujuk
kitab lhya' Qatiil Bani Israil wa lkhbaruhu bi qaatili& (Penghidupan
Kembali Bani Israil dan Pengkhabarannya tentang Orang yang
Membunuhnya) maka di sana diceritakan bahwa Nabi 'lsa pernah
menghidupkan orang mati. Begitu juga dengan Nabi Muhammad saw,
karena Allah menghidupkan orang mati dengan perantaraan tangan Beliau.
Apabila kita merujuk kepada hadits yang mengatakan bahwa
Rasulullah menghidupkan kembali orang mati (khususnya yang mati dalam
keadaan kafir), maka berimannya kedua orang tua Beliau (setelah
dihidupkan kembali) tentu tidak mengurangi kemuliaan dan keistimewzun
Rasulullah.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Allah mengembalikan
matahari kepada Rasulullah saw setelah matahari itu terbenam. Diriwayatkan
oleh Abu Ja'far ath-Thahawi, dia berkata, "Seandainya kembalinya matahari
tidak ada manfaatnya (idak memperbaharui waktu), niscaya Allah tidak
akan mengembalikan matahari kepada Rasulullah saw. Jadi. dihidupkannya
kembali kedua orang tua Rasulullah saw tentu bermanfaat bagi mereka
berdua, yaitu untuk menyatakan keimanan mereka (ika diumpamakan
dengan riwayat yang disebutkan tadi). Allah menerima taubat umat Nabi
Yunus setelah mereka diberi azab sebagaimana terdapat dalam sebagian ayat
Al-Qur'an. Jadi, jawaban ayat tersebut adalah, bahwa iman kedua orang tua
Nabi diterima setelah mereka berdua dihidupkan kembali. Allah Maha
Bijaksana dan Maha Mengetahui hal-hal gaib."
Ucapan ketika Tiba di Kuburan dan Hukum Menangis di Kuburan
Rasulullah saw bersabda, "Dulu aku melarangmu untuk menziarahi
kuburan, tetapi sekarang ziarahilah, karena ziarah kubur dapat menjadi
peringatan bagimu." (HR. Abu Daud dari Buraidah ibn Khushaib)
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang ingin
berziarah kubur maka lakukanlah, tetapi jangan kamu ucapkan perkataan
yang buruk." (HR.an-Nasai dari Buraidah)
Rasulullah saw bersabda, "Apabila seseorang lewat di kuburan orang
Mukrnin yang dikenalnya. kemudian mengucapkan salam untuk mereka,
maka orang Mukmin yang meninggrl tersebut akan membalas salamnya."
(HR. Abu Umar dari lbnu 'Abbas ra)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata, "Apabila dia tidak
mengenal orang yang meninggal dunia tersebut, kemudian dia mengucapkan
salam untuk mereka. maka salam yang diucapkannya pasti dibalas oleh
orang yang meninggal tersebut."
Dari 'Aisyah ra, dia berkata, "Wahai Rasulullah saw, apa yang harus
aku ucapkan ketika melakukan ziarah kubur?" Rasulullah saw menjawab:
L ;*r;Ar ifir !'1; ,;lrt 'J-,-'t)t ;,, f-'tJr "p,f "i; \, i>rar
t+*E f i';-';,ttls arl*rl
"selamat atos orang-orang Mukmin yang meniadi penghuni perkampungan
ini kuburan). Semoga Allah mengasihi orang-orang Mukmin yang masih
hidup serta yang telah mendahului kami. Insya Allah kami akan menyusul
kalian." (HR. Muslim dari hadits Buraidah). Ada lagi yang menambah
dengan ucapan:
ydt€trll,j;,r llLi
"Aku mohon kepada Allah, semoga Dia memberikan kesehatan dan kebaikan
kepada kalian serta kepada kita semua."
Dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim diceritakan: Ketika
Rasulullah saw lewat di kuburan, dia melihat seorang wanita yang sedang
menangis di sisi kuburan. Lalu Rasulullah saw berkata kepadanya,
"Bertakwalah kamu kepada Allah dan tetaplah bersabar." (Hadits)
Wanita yang Menangis di Kuburan
Dalam hadits-hadits terdapat aturan yang membolehkan ziarah kubur
bagi laki-laki dan wanita. Hadits-hadits tersebut juga menjelaskan bahwa
apabila seseorang mengucapkan salam kepada orang Mukmin yang telah
meninggal dunia, maka salamnya pasti dibalas oleh orang-orang yang telah
meninggal tersebut dan tidak dilarangnya wanita menangis di kuburan.
Seandainya melakukan ziarah kubur dan menangis di kuburan
hukumnya haram bagi wanita, maka Nabi saw pasti melarang wanita yang
melakukan ziarah kubur dengan muhrimnya atau dengan menggunakan
kendaraan, hadits yang mengandung larangan bagi wanita untuk berziarah
kubur adalah tidak benar. Yang benar adalah seperti apa yang telah penulis
jelaskan sebelumnya, bahwa ziarah kubur dibolehkan bagi wanita, kecuali
wanita tersebut memakai perhiasan serta berbicara dengan orang yang bukan
muhrimnya ketika dia melakukan ziarah kubur.
Aku tidak melarang seseorang menangis di kuburan karena merasa
sedih atau mengharap agar orang yang telah meninggal tersebut mendapat
rahmat, sebagaimana aku tidak melarang untuk menangisinya ketika dia
akan meninggal dunia. Pengertian menangis di sini menurut orang Arab
adalah menangis sewajarnya, bukan menjerit-jerit, memukul-mukul pipi,
atau merobek-robek pakaian. Hal tersebut diharamkan oleh para ulama,
berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Aku berlepas diri dari orang-orang yang
meronta, mengoyak-ngoyak pakaian, suka berkata buruk."
Menangis dengan tidak meratap dibolehkan ketika berada di kuburan,
atau ketika seseorang yang ditangisi tersebut meninggal dunia. Tangis
semacam itu dinamakan tangis kasih sayang atau tangis karena iba, karena
tangisan tersebut ada pada hampir semua manusia. Nabi saw juga menangis
ketika anaknya (lbrahim) meninggal dunia. Umar berkata, "Biarkan mereka
menangisi Abu Salman selama mereka tidak meronta-ronta atau menjerit￾jerit." Ada yang mengartikannya dengan meletakkan tanah di atas kepal4
wallahu a'lam.
Orang Mukmin Meninggal dengan Wajah Berkeringat
Rasulullah saw bersabda, "Orang Mukmin akan meninggal dengan
wajah yang berkeringat." (HR. at-Tirmidzi dari lbn Majah dari Buraidah)
Salman al-Farisi menceritakan: Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda, "Perhatikanlah keadaan mayat ketika meninggal dunia. Apabila
keringatnya menetes, air matanya keluar, dan suara atau nafas panjang
keluar dari hidungnya, maka itu merupakan rahmat yang diturunkan Allah
kepadanya. Orang yang meninggal dunia dengan mendengkur seperti
dengkuran Unta yang tercekik, kulitnya menjadi gelap, dan dari sudut
mulutnya keluar buih, maka itu merupankan azab yang diturunkan Allah
kepadanya." (HR. Abu Abdullah at-Tirmidzi yang terdapat dalam bukunya,
Nowadir al-Ushul).
Abdullah berkata, "Apabila seorang Mukmin pernah melakukan
kesalahan ketika hidup di dunia, maka dia akan meninggal dengan wajah
yang berkeringat, sebagai balasan atas kesalahan-kesalahannya."
Beberapa ulama berpendapat bahwa keringat yang keluar dari wajah
orang Mukmin yang meninggal dunia disebabkan perasaan malu terhadapAllah akibat dosa-dosa yang diperbuatnya, karena tubuh bagian bawahnya
telah rnati, dan yang bisa bergerak serta mempunyai kekuatan hanya anggota
tubuh bagian atasnya. Pada saat ituhh tampak perasaan malu di matanya.
Sesungguhnya keringat yang keluar tersebut adalah rahmat, dan teman atau
penolongnya ketika itu adalah perasaan malunya terhadap Allah dan berita
gembira serta kemuliaan yang dihadiahkan kepadanya￾Dalam hadits yang diriwayatkan oleh lbn Mas'ud disebutkan,
.,Keringat yang keluar dari wajah orang Mukmin ketika meninggal dunia
merupakan balasan dosa-dosanya yang masih tersisa padanya." Dengan kata
lain, kesusahannya ketika meninggal dunia merupakan cara untuk
membersihkan dosa-dosa yang masih tersisa pada dirinya.
Cara Ruh Keluar dari Jasad Orang Mukmin dan Orang Kafir
Rasulullah saw bersabda, "Ruh orang Mukmin dicabut secara
perlahan-lahan, sedangkan ruh orang kafir direnggut dengan paksa, seperti
merenggut ruh keledai. Orang Mukmin yang selama di dunia pernah
melakukan kejahatan akan mengalami kesulitan ketika akan meninggal, di
mana kesulitan tersebut merupakan kifarat atas kesalahan-kesalahan yang
pernah diperbuat di dunia. Sedangkan orang kafir yang pernah melakukan
perbuatan baik di dunia akan mendapat kemudahan ketika akan meninggal,
di mana kemudahan tersebut merupakan balasan atas kebaikan yang pernah
dilakukannya." (HR. Abu Nu'aim)
Sakaratul Maut (Kepedihan Maut)
Allah menggambarkan tentang kepedihan mati dalam ayat-ayat di
bawah ini: Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah
yang kamu selalu lari daripadanya. (QS. Qaf: l9)
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang
yang zalim [beradal dalam lekanan-tekanan sakratul maut. (QS. al-An'am:
e3)
Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan. (QS. al￾Waqi'ah:83)
Sekali-kali jangan. Apobila nafas [seseorangJ telah [mendesakJ
sampai ke kerongkongan. (QS. al-Qiyamah: 26)
Dari 'Aisyah ra, dia berkata, "Di hadapan Rasulullah saw ada sebuah
bejana dari kaca yang berisi air, lalu Rasulullah saw mengambil air itu
dengan tangannya dan mengusapkan air tersebut ke wajahnya sambil
berkata, 'Tidak ada Tuhan selain Allah. Sesungguhnya kematian sangat
pedlh (sakaral)."' Rasulullah saw kemudian mengangkat kedua belahtangannya sambil berkata, "Kepada Tuhan yang Maha Pemurah dan
Mahatinggi," sampai nyawanya dicabut, sedangkan tangannya terkepal. (HR.
al-Bukhari)
'Aisyah ra berkata, "seharusnya kemudahan mati tidak perlu lagi
didamba-dambakan seseorang, setelah aku menyaksikan kepedihan mati
yang dialami Rasulullah saw." (HR. at-Tirmidzi)
Abu Bakar ibn Abu Abu Syaibah menyebutkan (dalam Musnad-nya)
dari Jabir ibn 'Abdullah, Rasulullah saw bersabda, "Ceritakanlah kisah
tentang Bani Israil, karena mereka mempunyai berbagai macam hal yang
luar biasa." Rasulullah saw bercerita kepada kami: Ada sekelompok kaum
Bani Israil yang ingin melakukan ziarah kubur, lalu setelah di sana mereka
berkata, "Alangkah baik seandainya kita shalat dua rakaat kemudian mohon
kepada Allah agar sebagian orang yang mati ini bangkit dari kuburnya dan
menceritakan kepada kita tentang kematian." Mereka pun melaksanakan
shalat sebanyak dua rakaat. Ketika mereka sedang melaksanakan shalat, tiba￾tiba muncul seorang laki-laki yang kepalanya berwarna putih, bagian tubuh
yang lain berwarna hitam, di antara matanya ada bekas sujud. Dia lalu
berkata, "Apa yang kalian inginkan dariku? Aku telah mati sejak seratus
tahun lalu tetapi panasnya kematian masih aku rasakan sampai sekarang.
Oleh sebab itu, mohonlah kepada Allah agar Dia mengembalikan aku seperti
dahulu."
Diriwayatkan dari Abu Hudbah lbrahim ibn Hudbah, Anas ibn Malik
ra menceritakan kepada kami, Rasulullah saw bersabda, "Setiap hamba akan
merasakan pedihnya mati (sakorar), dan sebagian persendiannya akan
mengucapkan salam kepada sebagian lain sambil berkata, 'Keselamatan
atasmu, kamu telah meninggalkanku dan aku pun akan meninggalkanmu
sampai datang hari kiamat'."
Al-Muhasibi menyebutkan (dalam kitab ar-Ri'ayah) bahwa Allah
berkata kepada lbrahim, "Wahai kekasih-Ku, bagaimana kamu merasakan
mati?" Ibrahim menjawab, "Kematian bagiku seperti seterika yang sangat
panas, yang digosokkan pada kain wol yang basah (sehingga kain wol
tersebut kering seketika)." Allah kemudian berkata, "Sesungguhnya Kami
telah memudahkan kematianmu."
Diceritakan bahwa ketika ruh Nabi Musa sampai kepada Allah, maka
Allah berkata kepadanya (ruh Nabi Musa), "Wahai Musa, bagaimana kamu
merasakan mati?" Ruh Nabi Musa menjawab, "Kematian yang kurasakan
seperti burung hidup yang dipanggang di atas panggangan."
Dalam riwayat lain diceritakan, "Kematian bagiku (kata Musa)
bagaikan kambing yang dikuliti hidup-hidup." Isa ibn Maryam berkata,
"Wahai hau,ariyyun (pengikut Nabi Isa), mohonlah kepada Allah agar Dia
memberikan kemudahan kepada kalian ketika menghadapi sakaratul maut."
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa kepedihan mati lebih sakit dari
rasa sakit akibat tebasan pedang, geryaji, atau gunting.
Abu Nu'aim al-Hafizh menyebutkan (dalam bukunya, al-Hilyah)
sebuah hadits dari Makhul, Rasulullah saw bersabda, "Aku bersumpah,
bahwa rasa sakit ketika akan mati melebihi rasa sakit tebasan seribu
pedang."
Diriwayatkan dari Anas ibn Malik ra, Rasulullah saw bersabda, "Para
malaikat selalu memperhatikan dan mengamati segala gerak-gerik seorang
hamba. Jika tidak demikian niscaya hamba tersebut akan lari sejauh-jauhnya
menuju gurun yang tandus karena takut dengan kepedihan sakaratul lnaut."
Disebutkan dalam suatu riwayat dari al-Qadhi Abu Bakar ibn al-
'Arabi, bahwa setelah Malaikat Maut mencabut nyawa semua makhluk,
Allah kemudian memerintahkannya mencabut nyawanya sendiri. Malaikat
Maut lalu berkata, "Aku bersumpah, seandainya sebelumnya aku tahu
tentang pedihnya sakaratul maut, niscaya aku tidak akan mencabut nyawa
orang-orang Mukmin."
Diriwayatkan dari Syahr ibn Hausyab, dia mengatakan bahwa
Rasulullah saw pernah ditanya tentang pedihnya mati, lalu dia berkata,
"Rasa maut yang paling ringan adalah seperti duri keras yang ada dalam
kapas, sedangkan duri tidak keluar dari kapas kecuali bila kapas itu juga
terbawa."
Syahr berkata, "Pada saat ajal 'Amru ibn al-Ash (Gubernur Mesir)
hampir tiba, anaknya berkata kepadanya, 'Wahai ayahku, engkau pernah
berkata kepada kami, 'Mudah-mudahan aku bisa bertemu dengan seorang
laki-laki yang cerdik serta berakal ketika dia hampir meninggal dunia,
sehingga dia bisa menjelaskan perasaannya saat itu." Wahai ayahku,
engkaulah laki-laki itu dan sekarang ceritakanlah kepadaku bagaimana
kematian itu."' 'Amru ibn al-Ash berkata, "Wahai anakku. kematian
membuatku sangat takut, sehingga lidahku menjadi gagap. Kematian
membuatku bagaikan bernafas dari lubang jarum. Kematian bagaikan dahan
berduri yang ditarik dari ujung kaki sampai ke kepalaku." 'Amru ibn al-Ash
kemudian membaca sebuah sya'ir:
Alangknh bailorya jika sejak dulu, sebelum aku tahu
Bahwa aku cukup jadi penggembala kambingiantan di perbukitan
Abu Maisarah berkata, "Seandainya kepedihan mati dipikulkan kepada
seluruh penghuni langit dan bumi, niscaya mereka semua akan mati,"
kemudian dia membaca beberapa bait sya'ir:
Aku memang sering menyebut maut, namun aku tidak takut
Sungguh hatiku keras bagai batuAku mengejar dunia seokan aku abadi
Sedang maul selalu mengeiar jejakku
Maul mengepung selioq manusiu
Tidak ada satu tempul pun untuk melarikan diri!
Wahai Anak Adam Renungkanlah Mautmu
wahai sekalian manusia, apabila kematian datang menyerang, badan
tidak bisa digerakkan, ruh berpisah dari badan, jasad dibawa ke kubur, lalu
ditimbun dengan tanah, maka sudah saatnya orang yang tidur untuk bangun
dari tidurnya, dan orang yang lalai untuk mulai mengingat kematian sebelum
kematian itu datang kepadanya.
Diriwayatkan bahwa Umar ibn Abdul Aziz menulis surat nasihat untuk
sahabat-sahabatnya yang isinya sebagai berikut:
Sesungguhnya aku mewasiatlan lamu untuk bertakwa kepada Allah.
Jadikanlah talwa dan wara' sebagai bekal kehidupan di akhirot.
sesungguhnyo kalian sekarang berada di dunia yangfana dan Allah akan
memperlihatkan kepada kalian dahsyatnya hari kiamat. Oleh karena itu,
ingatlah kepada kematian dan perhatikanfirman Allah sllt yang berbunyi:
Tiap-tiap yang beriiwa akan merasakan mati. (QS. Ali 'lmran: /85)
Semuayang ada di bumi itu akan binasa. (QS. ar-Rahman: 26)
Bagaimanakah [keadaan mereknJ apabila malaikat [mautJ mencabut
nycrwd mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka? (QS.
Muhammad:27)
Ada riwayat yang mengatakan bahwa Malaikat Maut memukul dengan
cambuk dari api.
Katakanlah, "Moloikat Maut yang diserahi untuk fmencabut nyowa]
mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan
dikembalikan (QS. as-Sajdah: I I )
Ada suatu riwayat yang sampai kepadaku, yang mengatakan bahwa
Malaikat Maut kepalanya sampai ke langit dan kakinya sampai ke bumi.
Dunia berada dalam genggaman tangannya, seperti piring makan yang
berada di hadapanmu. Malaikat Maut melihat wajah setiap anak Adam
sebanyak 366 kali, dan memperhatikan tiap-tiap rumah 600 kali. Malaikat
Maut akan berdiri di tengah-tengah dunia sambil memperhatikan dunia dan
seluruh isinya, baik daratan, lautan, maupun pegunungan seperti sebuah
piring yang berada di antara kedua kakimu. Malaikat Maut mempunyai
pembantu-pembantu yang bisa menelan langit dan bumi dalam sekali telan.Para Malaikat lain sangat takut kepada Malaikat Maut melebihi ketakutan
seseorang terhadap binatang buas. Malaikat Maut mencabut ruh anak Adam
dari berbagai anggota tubuhnya, tseperti dari kukunya, keringatnya,
rambutnya, yang mana perpindahan ruh dari satu persendian ke persendian
lain sakitnya melebihi sakit akibat tebasan 1000 pedang. Seandainya bumi
dan langit disuruh menanggung rasa sakit yang diakibatkan kematian,
niscaya keduanya akan hancur lebur karena tidak kuasa menanggung rasa
sakit itu. Malaikat Maut akan meletakkan ruh orang Mukmin yang
dicabutnya di atas sutra putih yang diberi harum-haruman. sedangkan ruh
orang kafir diletakkan di dalam sebuah bejana dari api yang baunya lebih
busuk dari bau bangkai.
Apabila ajal seorang Mukmin hampir tiba, maka dia akan didatangi
empat Malaikat yang akan mencabut nyawa orang Mukmin itu dari kaki
kanan dan kirinya. Ruh orang Mukmin akan keluar melalui ujung jari￾jarinya, seperti air yang mengalir. Keadaan orang kafir ketika akan
meninggal dunia seperti kain wol basah yang digosok dengan setrika yang
sangat panas.
Abu Hamid menyebutkan (dalam bukunya, Kasyful 'Ulum al￾Akhirah): Jika seseorang meninggal dunia, maka orang di sekelilingnya akan
membicarakan dia. Di antara mereka ada yang berkata, "Fulan telah
meninggalkan wasiat serta harta benda." Sedangkan yang lain berkata,
"Lidah fulan sudah berat untuk bicara. Dia sudah tidak mengenal lagi
tetangganya dan tidak bisa berbicara lagi dengan saudara-saudaranya. Aku
melihatmu seperti orang yang bisa mendengar, tetapi tidak sanggup untuk
berbicara. Anak-anak perempuanmu menangisi kamu seperti layaknya
seorang tawanan, dan dia berkata, 'Wahai ayahku yang tercinta, mengapa
engkau tinggalkan aku sehingga aku menjadi yatim? Siapa yang akan
memenuhi kebutuhanku? Demi Allah, engkau bisa mendengar tetapi tidak
sanggup berbicara."'
Bayangkanlah dirimu wahai anak-anak Adam, apabila kamu telah
diambil dari tempat tidurmu, kemudian kamu dimandikan, lalu dikafani.
Saudara serta tetanggamu sedih karena kehilanganmu, teman-temanmu akan
menangismu, orang yang memandikanmu akan berkata, "Dimanakah isteri si
fulan serta anak-anak yang ditinggalkannya?"
Para ahli hikmah membaca sya'ir di bawah ini:
Wahai kawan yang tertipu, mengapa kamu masih bermain?
Kamu punya angan-sngan paniang sedangkan maut lebih dekat!
Kamu tahu balrua ambisi adalah lautan luas
Kapalnya adalah dunia, maka ia berlayar padamuPara ulama berkata "Apabila setiap Nabi, Rasul, para wali, serta
orang yang bertakwa mengalami pedihnya mati, lalu kenapa orang biasa
(seperti kita) tidak mau mengingat pedihnya kematian tersebut? Kenapa kita
belum juga mempersiapkan bekal untuk menghadapinya?"
Mereka juga mengatakan bahwa ada dua buah hikmah yang dapat kita
ambil dari kepedihan sakaratul maut yang dialami oleh setiap Nabi, yaitu:
Pertama: Agar semua makhluk mengetahui tentang pedihnya mati,
dimana hakikat kematian adalah sesuatu yang tidak diketahui (rahasia). Jika
kita melihat keadaan seseorang ketika akan meninggal, maka dia tidak bisa
bergerak, seolah-olah ruhnya keluar dengan begitu mudah, sehingga menurut
pendapat kita kematian merupakan sesuatu yang mudah. Hal ini disebabkan
karena kita tidak mengetahui hakikat kematian yang sebenarnya. Ketika para
Nabi menceritakan tentang pedihnya mati, maka kita baru tahu bahwa setiap
orang yang akan meninggal dunia (kecuali orang yang mati syahid) pasti
merasakan bagaimana pedihnya mati.
Kedua: Mungkin terlintas dibenak sebahagian orang bahwa para Nabi
adalah kekasih Allah, jadi bagaimana mungkin mereka merasakan pedihnya
mati? Jawaban pertanyaan tersebut adalah: manusia yang paling keras
cobaannya adalah para Nabi, seperti perkataan Rasulullah saw, "Tujuan
Allah mencoba mereka (para Nabi) semata-mata untuk menyempurnakan
kemuliaan dan mengangkat derajat mereka."
Cobaan yang dialami para Nabi tidak mengurangi hak mereka sedikit
pun. Cobaan juga bukan merupakan azabbagi mereka, tetapidiberikan Allah
hanya untuk menyempurnakan ketinggian dan kemuliaan mereka.
Ketinggian dan kemulian para Nabi akan bertambah jika mereka ridha
dan lapang dada dengan setiap cobaan yang diberikan Allah. Jika Allah
menghendaki, maka Dia sanggup meringankan sakaratul maut bagi mereka,
sebagaimana di dalam kisah lbrahim: (sesungguhnya Kami telah
meringankan untukmu kematian).
Tujuan Allah memberi kepedihan mati bagi mereka adalah untuk
meninggikan derajat dan melipatgandakan balasan yang akan mereka terima
setelah meninggal dunia.
Segala ujian yang dialami para Nabi (seperti: Ibrahim diuji dengan api,
Musa diuji dengan rasa takut dan dikejar-kejar oleh Fir'aun dan Nabi
Muhammad yang diberikan ujian dengan hidup miskin di dunia serta selalu
diperangi oleh orang kafir) bertujuan untuk mengangkat derajat dan
menyempurnakan kemuliaannya. Sedangkan kepedihan yang dialami oleh
orang-orang durhaka merupakan azab karena dosa{osa yang diperbuatnya.
Kematian pada Tiga Alam
Abu Hamid menyebutkan (dalrm bukunya, KasyJul 'Ulum al-Akhirah)
bahwa Allah menetapkan kematian pada tiga alam: alam ad-Duniawi, alam
al-Malakuti, dan alam al-Jabouti. Yang termasuk alam ad-Duniawi adalah
seluruh manusia dan binatang. Yang termasuk alam al-Malakuti adalah para
malaikat dan semua jin, dan yang termasuk alam al-Jabaruti adalah para
malaikat pilihan.
Allah SWT berfirman: Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari
malaikat don dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Moha Melihat. (QS. al-Hajj: 75)
Mereka yang dimaksud dalam firman Allah tersebut adalah para
pemikul Arsy dan penjaga sardiqat (kemah) yang terdapat di Arsy.
Allah menggambarkan mereka dalam firman-Nya:
Don kepuryaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan
malaikat-malaikot yang di sisi-Nya, mereko tiada mempunyai rasa angkuh
untuk menyembah-N1n dot tida [pula] merasa /ellh (QS. al-Anbiya': 19-
20\ Mereko selalu bertasbih mola n dan siong tiodo henti-hentinya. (QS. al￾Anbiya': l9-20)
Sekirurya Kami lerdok membuat sesualu permainan [isteri dan
ana*J, tentulah lfumi membwfirya dmi sisi Kami. Jika Kami menghendaki
berbuat demikiot [tentulah Karrri telah melakukonnyaJ. (QS. al-Anbiya':
l7)
Ketika Khalifah Harun ar-Rasyid sakit (akan meninggal dunia), ia
memanggil seorang dokter dari Thus Persia. Dokter memerintahkan untuk
melihat air kencingnya dan setelah melihat air seni tersebut dokter berkata,
"Katakan pada pemilik air seni ini agar segera berwasiat, karena tenaganya
sudah habis dan tubuhnya sudah hancur." Harun putus asa dan membaca
sya'ir:
D&er dengot bdoloeron dot obatnyo
Tidak monp menola*perampasan yang telah datang
Mengap si dolaer jtrya mati kmena suatu penyakit
sedorykan sebehonrya ia mampu menyembuhkan
orory laindoi penyakit yang sama
Telah mati yotg mengobai, yang diobati, yang membuat obat,
yory menjtul obat, serta yorg membeli obat!











AlQurthubi dalam buku sudah menjelaskan dengan baik sanad dan
matan hadits dari berbagai segi dalam ilmu Mushthalah al-Hadits. Oleh
karena sebagi soorang ahli hadits, beliau pada buku inijuga menyuguhkan
pada kita sajian hadits gaya seorang ahli hadits agar hadits ini benar-benar
ketihatan otensitasnya, namun t'idak semua nama periwayat yang penulis
masukkan dalam terjemahan ini mengingat ruang buku yang terbatas.
Sejak abad pertama umat Islam sangat antusias terhadap hadits-hadits
Nabi. Seperti diketahui dalam sejarah, para sahabat Nabi tidak langsung
men u I iskan had its-had its Nabi karena beberapa perti mbangan. Perti mban gan
yang paling dominan adalah kehati-hatian agar firman Tuhan tidak
tercampur dengan sabda Nabi. Kemudian setelah itu para tabiin seperti Az￾Zuhri,t Rubai bin Shabih,' Said'dan tabiin lainnya menyusun hadits-hadits
nabi dalam suatu susunan kitab. Tetapi demikian, mereka tidak menuliskan
hadits-hadits itu sesuai urutan bab fiqh. Penulisan berdasarkan urutan fiqh
baru dilakukan kemudian.
Imam Malika yang lahir tahun 95 Hijriah telah mengarang kitab al￾Muwatta di Madinah. Kemudian disusul oleh Abu Muhammad Abdul Malik
ibn Abdul AzizibnJuraij di Mekkah, dan AMurrahman ibn Amr al-Auza'is
di Syam, Sufian Tsauri6 di Kufah, dan Hammad bin SalamahT di Basrah.
Setelah itu lmam Bukhari dan Muslim menulis kitab hadits yang hanya
Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn AMullah ibn Syihab az'Zuhri
al-Quraisyi. la populer dengan nama u-Ztthri, karena berasal dari bani Zuhrah. la juga populer
dengan nama lbnu Syihab. ktrir di Madinah talrun 5E H arau 67E M. la seorang tabiin dan salah
seorang dari tujuh fagih, huffaz hadits Nabi, dan orang yang paling tsiqat dan paling dipercaya. Az'
Zuhri adalah orang yang pcrtama mcnyusun hadits Nabi. lmam Malik, lbnu Uyainah dan Sufyan
Tsauri bcrguru kepadanya. la wafu tahun 124 H alrll 742 M.
Rubai bin Shabih adalah seorang tabiin. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Robi' ibn Shabih as￾Saadi al-Bashri. ta seorang ahli ibadah dan wara'. la dikenal sebagai orang yang pertama
menuliskan hadils di Basrah dan wafat tahun 160 H atau lahun777 M.
Said yang dimaksud di sini bukan Said al-Musayyab seperti diduga banyak orang,, tetapi yang
dimaksud adalah Said bin Jubair. Nama yrng terakhir disebut ini scsungguhnya yang menulis hadits
Nabi. Nama lcngkapnya, Abu AMullah Said ibn Juber ibn Hisyam al-Asadiy. la seorang Habsyi,
lahir tahun 45 H atau 665 M. la bclajar ilmu hadits, fiqh, tafsir dan qiraat dari lbn Abbas dan lbn
Umar. Ia adalah tokoh tabiin dan sekaligus orang, yang paling cerdas di kalangan mereka. Ia hidup
di Kufah dan kemudian dibunuh oleh al-Hajjaj di Madinah pada pertengahan tahun 95 H atau 714
M.
Nama lengliapnya Abu Abdullah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi Amir al-Asbahi al-Hamiriy al￾Madani. Lahir di Madinah tahun 95 H//l4M dan meninggal di sana tahun 179 H1795 M.
Nama lengkapnya Abu Amr AMurrdrman ibn Amr ibn Yuhmid al-Auzai. Ia adalah Imam di Syam
dalam bidang fiqh dan zuhd. Lahir di Ba'labak tahun 88H atau tahun 707 M. Masa mudanya tinggal
di Baqa' dan kemudian pindah ke Beirut. Ia menjawab 70.000 masalah. Konon fatwa-fatwa yang
berkembang di Andalus berasal dari pendapatnya. Al-Auzai wafat di Beirut tahun l57H atau tahun
774 M.
Nama lengkap Sof,an Tsauri adalah Abu Abdullah So$an ibn Said ibn Masruq ats-Tsauri al-Kufiy.
la adalah amirul mukminin dalam bidang hadis dan orang yang paling cerdas di zamannya tentang
ilmu-ilmu agama. tahir di Kufah tahun 97 H/716 M. Ia pernah menolak dijadikan hakim pada masa
khalifah al-Mansur dari dinasti Abbasiyah. Ia tinggal di Mekkah, Madinah dan Basrah. Ia menulis
kitab hadits dan faraid. Wafat di Basrah tahun 1611778 M.
Hammad bin Salamah adalah Abu Salamah Hamad ibn Salamah ibn Dinar al-Basri ar-Rabi'i.
Dikenal sebagai mufti Basrah dan seorang tokoh hadits, sekaligus pakar bahasa. Ia digelari sebagai
Hafidz, tsiqat dan terpercay4 sehingga lmam Bukhari dan Muslim banyak mengambil hadits
darinya. Wafat tahun 167 H/784 M.

memuat hadits-hadits shahih saja dan meninggalkan hadits-hadits dha'if.
Para ulama hadits berupaya keras mengumpulkan hadits dan memeliharanya.
Setetah itu ditulis ilmu khusus tentang nama-nama rijal untuk
mengetahui kondisi para periwayat hadits, baik mengenai kehidupannya,
akhlak, sikap beragama serta hapalannya. Setiap penulis kitab hadits shahih
meriwayatkan haditsnya dengan sanad-sanad yang bersambung kepada
Rasulullah saw. Sebagian hadits yang termuat dalam Kitab Bukhari,
misalnya, bersifat tsulatsiat yang sampai kepada Rasulullah melalui tiga
rangkaian sanad.
Dengan demikian, hadits-hadits Rasulullah saw mendapat perhatian
yang sangat besar dari para ulama pada abad pertama Hijriyah dimana
*e.iku telah berusaha keras untuk mengumpulkan hadits-hadits tersebut
dengan berbagai cara, karena hadits-haduts tersebut adalah penafsir dan
penjelas utama dari makna Al-Quran. Ketika para ahli bid'ah telah tersebar
dan mereka membuat-buat hadits (maudhu') untuk dijadikan sebagai dalil
dari ajaran-ajaran mereka yang menyimpang, maka para ulama salaf
meletakan sebuah pedoman dalam mempelajari hadits dengan sangat teliti,
lalu lahirtah beberapa cabang ilmu yang berguna untuk tujuan tersebut
seperti: ilmu al-jarahwa al-ta'dil, asma' al-Ruwal dan lain sebagainya.8
Hadits-hadits dapat digolongkan menjadi hadits shahih dan dha'if
(lemah) serta dapat dibersihkan dari hadits-hadits maudhu' (hadits palsu)
yang dibuat oleh para ahli bidah. Hadits-hadits yang bersih dari keraguan
dan aib (shahih) diambil menjadi pegangan dasar dalam aqidah dan amal.
Madzhab Ahlussunah dengan taufik Allah swt tetap berada dalam
madzhab yang benar dalam segala hal. Para salaf telah berijma' (konsesus)
bahwa mengamalkan khabar ahad yang shahih adalah wajib dalam masalah
akidah ataupun syari'ah, karena khabar ahad yang shahih memberikan
ketetapan hati dalam mengamalkan hal-hal yang wajib karena perbuatan
Rasulullah saw (sunnah) serta ijma' para sahabat menunjukkan bahwa
mengamalkan khabar ahad adalah wajib'
Sebagai dalil-dalil dari sunnah yang menerangkan tentang keabsahan
khabar ahad adalah: diriwayatkan bahwa telah datang seorang sahabat
Rasulullah saw kepada penduduk Quba lalu ia memberitahukan kepada
mereka bahwa kiblat telah dipindahkan ke Masjidil-Haram, dan mereka pun
memindahkan kiblat mereka ke Masjidil Haram. kemudian pemberitaan
yang seperti ini disampaikan kepada Rasulullah saw, Beliau saw tidak
mengingkari apa yang mereka lakukan (tidak mengingkari penyampaian
khabar dari satu orang). Begitujuga halnya dengan utusan-utusan Rasulullah
saw kepada para bawahannya, serta untuk berda'wah cukup diutus dengan
seorang-seo rang.'
Adapun dalil-dalil tentang keabsahan khabar ahad dari ijma' sahabat
dapat dilihat dari peritiwa-peristiwa yang sangat banyak, semuanya
menunjukkan bahwa 'khabar ahad'wajib diterima dan diamalkan, seperti
Umar bin Khatthab mengamalkan khabar Abdurrhaman ibn 'Auf tentang
pengambilan jizyah (upeti) dari orang orang Majusi, yaitu pada sabda Beliau
saw: "Laksanakanlah kepada mereka (Majusi), seperti apa yang kamu
laksanakan kepada para Ahli Kitab".
Adapun mengenai khabar Mutqwatir dalam mazhab Ahlussunnah,
mereka mengatakan bahwa khabar mutawatir menunjukkan "ilmu" (khabar
yang memberikan keyakinan dalam hati yang tak dapat di ragui lagi).
Beberapa kelompok Ahlussunnah yang terdiri dari para ahli hadits dan
fiqh berpendapat bahwa: khabar ahad menunjukkan "ilmu" (khabar yang
memberikan keyakinan dalam hati yang tak dapat dikeragui lagi) seperti:
Ahmad ibn Hanbal, Ibn Taimiyah, Daud al-Zhahiry, al-Husain ibn 'Ali, al￾Karabisi, Malik.ro
Beberapa kelompok Ahlussunah yang terdiri dari para ahli hadits dan
fiqh berpendapat bahwa: "Khabar ahad itu menunjukkan untuk "amal'
bukan untuk "ilmt'.ll Yang mereka maksud dengan "ilmu" adalah khabar
yang memberikan keyakinan di hati yang tak dapat di ragui lagi. Namun
walaupun demikian tidak ada pengaruhnya dalam perbedaan itu, karena
mereka telah berijma' bahwa mengamalkan khabar ahad itu adalah wajib
secara i'tiqad dan secara amaliah.
Dalam masalah terjadinya kontradiksi antara zahir beberapa dalil,
madzhab Ahlussunah mempunyai metodologi "Penggabungan antara dalil￾dalil yang shahih" (at-taufiq) dengan metode penggabungan yang sudah
diakui, karena sudah merupakan hal yang tak asing lagi dalan ilmu Ushul
Fiqh bahwa: "pemakaian kedua dalil lebih baik daripada pemakaian salah
satunya saja". Al-Syaukani berkata: "Di antara syarat dalam men-tarjih
(salah satu dalil) yang harus diperhatikan adalah bahwa penggabungan
antara dua dalil yang berlawanan tidak memungkinkan dengan cara yang diakui, tetapi apabila dua dalil yang shahih itu dapat digabungkan maka itu
harus dilakukan dan tidak boleh dilakykan tarjih. Dalam kitab ol-Mahshul di
sebutkan "Mengamalkan satu segi dari kedua dalil itu adalah lebih utama
dari pada mengamalkan yang rajih dari segala seginya serta mengabaikan
dalil yang lain, demikiantah pendapat ulama ahli fiqh."r2
Hadits mutqwatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok
orang yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk berbuat dusta dalam
periwayatan pada tiga periode pertama (periode sahabat, tabi'in, dan tabi'
tabi'in)
Hadits ahod adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang,
atau lebih, tetapi tidak mencapai derajat mutowatir. Sedangkan hadits ahad
shahih adalah adalah hadits ahad yang diriwayatkan melalui jalur para
periwayat yang berkualifikasi 'adil (wara' dan berkepribadian tinggi) dan
dhabit (terjaga hafalannya) sampai akhir periwayat, sadangkan dari segi
matan (kandungan isi) ia tidak syaz (satu hadits yang berbeda dengan
mayoritas) dan tidak pula mu'allal (matan atau sanadnya tidak mempunyai
cela atau kelemahan)
Pembagien Hadits Shahih
Hadis shahih dibagitiga bagian; mutawatir; masyhur, dan ahad.
l. Hadits mutawatir adalah hadits yng diriwayatkan oleh sekelompok
orang yang secara rasio tidak mungkin untuk bersepakat dalam dusta.
2. Hadits masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga rawi atau
tebih pada setiap tingkatannya, tetapi tidak mencapai derajat
mutawatir. Hadits ini pada masa sahabat seperti hadits ahad, kemudian
populer pada masa tabi'in atau tabi'in tabi'in, dan kemudian pada
masa tabi'in atau tabi'in tabi'in diriwayatkan oleh sekelompok orang
sehingga menyerupai hadits mutawatir. Contoh hadits mutawatir
adalah hukum rajam bagi pezina.
3. Hadits ahad adalah hadits yang tidak sampai pada derajat mutawatir
dan masyhur. Hadits ini diriwayatkan oleh seorang periwayat yang
bersumber dari sanad yang munfarid (sendirian), atau seorang rawi
meriwayatkan dari sekelompok orang, atau sekelompok orang
meriwayatkan dari satu sanad saja.
Pembagian Hadits Mutawatir dan Hukumnya
Hadits mutawatir terbagi dua bagian.
l. Mutawatir lafdzi, yaitu hadits yang mutawatir lafaz dan maknanya.
Contoh hadits mutawatir, seperti masalah jumlah rakaat shalat, nishab
zakat dan lain-lain.
2. Mutawatir maknawi, yaitu hadits yang mutawatir maknanya saja.
Contohnya adalah hadits tentang mengangkat tangan dalam berdoa.
Ada sekitar seratus hadits tentang mengangkat tangan tapi dalam kasus
yang berlainan.
Sedangkan secara hukum, hadits mutawatir memberi faedah kepada
ilmu dharuri, yakni dengan suatu keharusan menerimanya bulat-bulat
sesuatu yang diberitakan oleh hadits mutawatir. Dengan kata lain riwayat
mutawatir membawa kepada keyakinan yang qathi'. Karenanya mengingkari
hadits mutawatir dihukumi kafir.
Berpijak kepada definisi di atas berkenaan dengan definisi mutawatir,
dapat dipahami bahwa tinjauan kuantitas yang secara logika tidak mungkin
sepakat dusta maka akan mengarah kepada keyakinan yang bersifat dharuri,
mengambil informasi tanpa ada keragu-raguan, sehingga seseorang akan
merasa seolah-olah melihat dan mendengar sendiri apa yang dimaksud
dalam hadits itu.
Hukum Hadits lllasyhur
Berkaitan dengan hadits masyhur para ahli hadits banyak yang
memasukkannya ke dalam kelompok hadits ahad. Terlepas pendapat mana
yang dipegang, yang terpenting bahwa hukum tentang hadits masyhur
memberi faedah kepada ilmu thumaninah. Dan karenanya mengingkari
hadits masyhur menyebabkan pengingkarnya masuk ke dalam kelompok
kaum fasik. Atau, pengingkaran terhadap hadits masyhur merupakan
perbuatan bid'ah.
Hukum Hadits Ahad
Hadits ahad tidak memberikan faedah kepada ilmu dharuri ataupun
ilmu thumaninah (meyakinkan). Hadits ahad dapat dipergunakan untuk
amal, tetapi tidak dapat dipakai untuk menetapkan akidah atau dasar-dasar
keimanan. Sebab masalah akidah harus dilandaskan pada dalil yang
memberikan pengertian pasti dan meyakinkan, yakni Al-Qur'an dan hadits
mutawatir. Jika hadits ahad ini secara akal dan naql bertentangan dengan
keterangan qathi maka hadits itu ditakwilkan apabila memungkinkan untuk
ditakwil. Jika tidak dapat ditakwilkan maka hadits itu harus ditinggalkan dan
tidak diamalkan.
Perbedaan antara Hadits Shahih dengan Al-Qur'an
Ada tiga hal yang membedakan antara hadits shahih dengan Al￾Qur'an.
Pertama, Al-Qur'an seluruhnya diriwayatkan secara mutawatir.
Secara lafaz Al-Qur'an tidak dapat diganti dengan lafaz lain yang
mempunyai kesamaan arti. lni berbeda dengan hadits shahih yang
membolehkan penggantian dengan lafaz lain yang mempunyai kesamaan
arti, dan tentunya diriwayatkan oleh orang yang tsiqat, paham dan mahir
bahasa Arab serta mengerti tentang uslubnya.
Kedua, Al-Qur'an seluruhnya mutawatir maka pengingkaran terhadap
Al-Qur'an menyeret kepada kekafiran. Ini berbeda dengan hadits shahih
yang tidak menyebabkan pengingkarnya kafir, kecuali apabila ia
mengingkari hadits shahih yang mencapai derajat mutawatir.
Ketiga, Bahwa hukum-hukum terkait dengan lafaz-lafaz Al-Qur'an
dan struktur bahasanya, seperti sahnya shalat. Dalam konteks ini, redaksi Al￾Qur'an dipandang sebagai suatu mukjizat.lni berbeda dengan hadits shahih
dimana ia tidak berkaitan dengan hukum-hukum secara lafaznya.
Dapat dijelaskan bahwa Al-Qur'an merupakan wahyu dari Allah
melalui lafazdan maknanya. Lafaznya senidir adalah firman Allah. Sehingga
hukum dapat berubah dengan berubahnya lafazatau huruf. Sedangkan hadits
Nabi merupakan wahyu dari Allah melalui maknanya saja, tidak dengan
lafaznya. Lafaz dalam hadits bersumber dari perkataan Rasulullah, dan
maknanya dari Allah SWT. Itulah sebabnya, satu hadits terkadang
diriwayatkan oleh berbagai lafaz sesuai dengan situasi penerimaannya dari
Rasulullah saw, meskipun hadits-hadits tersebut sama maknanya. Karena
itulah, para ulama membolehkan meriwayatkan hadits dengan makna.*
Hadits mursal adalah setiap hadits yang sanadnya sampai pada Nabi
saw sedangkan salah seorang perawinya tidak disebutkan apakah itu pada
peringkat sahabat atau tabi'in. Para ahli hadits hanya memakai istilah mursal
pada hadits tidak disebut sahabat padanya atau ia di-irsal-kan oleh tabi'i,
sedangkan semua hadits yang tidak disebut salah seorang periwayatnya di
bawah peringkat tabi'i, maka menyebutnya dengan munqathi'.Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok
orang yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk berbuat dusta dalam
periwayatan pada tiga periode pertama (periode sahabat, tabi'in dan tabi'
tabi'in)
Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang
atau lebih akan tetapi tidak mencapai derajat mutawatir. sedangkan hadits
ahaad shahih adalah adalah hadits ahad yang diriwayatkan melaluijalur para
periwayat yang berkualifikasi 'adil (wara' dan berkepribadian tinggi) dan
dhabit (terjaga hafalannya) sampai akhir periwayat, sedangkan dari segi
matan (kandungan isi) ia tidak syaz (satu hadits yang berbeda dengan
mayoritas) dan tidak pula mu'allal (matan atau sanadnya tidak mempunyai
cela atau kelemahan)


Hadits Shahih yang Banyak Jalur Periwayatannya
Hadits seperti ini diriwayatkan oleh Abu Daud ath-Thayalisi dan 'Abd
ibn Humaid dalam Musnad mereka; 'Ali ibn Ma'bad menyebutkan dalam
kitab ath-Tho'ah wal Ma'siyah; Hannad ibn as-Sariy dalam Zuhud-nya;
Imam Ahmad ibn Hanbaldalam Musnad-nya; dan masih banyak lagi.
Hadits -shahilr- ini diriwayatkan dari jalur periwayatan yang
banyak didapat dari riwayat'Ali ibn Ma'bad.
Abu Daud ath-Thayalisi berkata: Abu 'Awwanah meriwayatkan
kepada kami dari al-A'masy, sementara Hannad dan Ahmad berkata: Abu
Muawiyah meriwayatkan kepada kami dari A'masy dari Minhal ibn 'Amru.
Abu Daud meriwayatkan dari 'Amru ibn Tsabit, menuturkan pada
kami dari Minhal ibn 'Amru dari 7-adzan dari al-Barra' ibn 'Azib dan
dilengkapi oleh hadits'Awwanah.
Hadits al-Barre'
Al-Barra' berkata "Suatu hari kami mengiringijenazah seorang laki￾laki Anshar bersama Rasulullah saw sampai ke kuburnya. Ketika
dimasukkan ke dalam lahadnya kami melihat Beliau duduk, sehingga kami
duduk di sekitarnya. Kamiterdiam menundukkan kepal4 seolah-olah di atas
kepala kami ada burung." ['Amru ibn Tsabit meriwayatkan seperti itu, tapi
tidak disebut oleh Abu 'Awwanah] Kemudian Beliau menegakkan
pandangannya ke atas, kemudian menundukkan pandangannya ke tanah.
Setelah itu Beliau bersabd4 "Aku berlindung kepada Allah dari siksa
kubur!" Beliau mengulanginya beberapa kali, selanjutnya bersabda, "Jika
seorang hamba akan meninggalkan dunia dan menghadapi akhirat (akan
mati) ketika dia menghadapi akhirat, maka ia akan didatangi malaikat dan
duduk dekat kepalanya sambil berkata, "Keluarlah, wahai jiwa yang tenang
dan baik menuju ampunan dan keridhaan Allah", maka keluarlah ruhnya
mengalir bagaikan tetesan air." [Dalam haditsnya Umar berkata: Tidak
disebut oleh Abu 'Awwanah, "Waktu itu kalian melihatnya tidak seperti
itu."1 Turunlah para malaikat yang putih-putih wajahnya bagaikan matahari,membawa kafan dari surga serta harum-harumannya. Mereka duduk di
depannya sejauh pandangan matanya. Ketika ruhnya dicabut oleh Malaikat
Maut, dia tidak menyia-nyiakamya sekejap pun. Beliau berkata,
"Demikianlah firman Allah SWT: Ia diwafatkan oleh malailat-malailst
Kami, dan malailat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kcwajibannya. (QS.
al-An'am:61).
Beliau berkat4 "Lalu ruhnya keluar dengan mengeluarkan bau yang
harum semerbak bagaikan kesturi yang terharum di bumi. Ruhnya dibawa
naik. Setiap kali melewati rombongan malaikat yang berdiri antara langit dan
bumi, mereka bertanya, "Ruh siapakah yang harum ini?" Dijawab, "Ruh
Fulan dengan nama yang paling baik." Ketika sampai di pintu-pintu langit
dunia, dibukakan baginya pintu-pintu itu. Pada setiap langit dia diiringi oleh
para malaikat Muqarrabun (yang didekatkan Allah) sampai langit ketujuh.
Lalu Allah SWT berfirman, "Catatlah kitabnya pada llliyyin: Tahuleah kamu
apaluh 'Illiyyin itu? [YaituJ kitab yory bertulis, yang disaksikan oleh
malailat-malaikat yotg didelatkot flecpada AllahJ. (QS. Muthaffifin: l9-2 I )
Kemudian ditulislah kitabnya di 'Illiyyin. Kemudian dikatakan,
"Kembalikan dia ke bumi (anah), karena Aku telah berjanji kepada mereka.
Aku telah menciptakan mereka dari tanah, maka Kami kembalikan mereka
ke dalamnya dan nanti kami akan mengeluarkan mereka dari sana pada
saatnya.
Beliau berkat4 "Irntas ruhnya dikembalikan ke bumi dan masuk ke
jasadnya. Segera datang dua malaikat yang menghardiknya dengan sangat
keras dan menlruruhnya duduk. Mereka bertanya, "siapakah Tuhanmu?
Apakah agamamu? Siapa nabimu?' Dia menjawab, "Tuhanku Allah,
agamaku Islam." L^alu dianya" "Apakah yang kamu ketahui tentang laki-laki
ini (Muhammad saw) yang telah diutus untuk kamu?" Dia menjawab, "Dia
utusan Al lah !" Bagaimana kamu mengetahuinya?' tanyanya kemudian.,' Dia
menjawab, "Tuhan kami telah memberi penjelasan kepada kami, lalu kami
mengiman i dan membenarkannya!"
Kemudian beliau berkata *Allah menyinggung hal itu dalam firman￾Nya; Allah meneguhkot [inotJ or@tger(mg yory berimot dengot ucapan
ymg teguh itu dalam kchidupot di duia dot di al*irat... ......(QS. Ibrahim:
27).
Beliau berkata, "[alu terdengarlah seruan dari langit, ..Sungguh,
hamba-Ku itu benar! Berikanlah kepadanya hamparan (tempat tidur) dan
pakaian surga, serta perlihatkan tempat tinggalnya di surga!" Kemudian
dilapangkan kuburannya sejauh pandangan matanya. Amal baiknya berubah
menjadi seorang laki-laki yang tampan wajahnya dan semerbak baunya
dengan pakaian yang bagus sekali. taki-laki itu berkata kepadanya,
"Bergembiralah Anda dengan apa janji Allah kepada And4 yaitu keridhaanNya serta surga yang penuh kenikmatan." Dia bertany4 "Allah telah
menggembirakanmu dengan kebaikan. Siapakah Anda, wajah Anda begitu
baik?" Laki-laki itu menjawab, "lnilah hari yang dulu dijanjikan kepada
Anda. Aku adalah amal shalih Anda. Demi Allah, aku tidak mengetahui
kecuali Anda adalah orang yang sangat taat ke@a Allah dan sangat takut
berbuat buruk, sehingga Allah memberikan balasan yang baik kepada
Anda." Dia berkata" "Kalau begitu, ya Allah, segerakanlah datangnya kiamat
agar aku dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan hartaku!"
Jika mayat itu orang kafir, maka ketika hendak menghadapi akhirat
dan meninggalkan dunia (akan mati), datang malaikat yang duduk dekat
kepalanya, lalu malaikat itu berkata, "Kembalilah, wahai jiwa yang kotor,
bergembiralah kamu dengan murka dan kebencian dari Allah!" Kemudian
turun para malaikat yang hitam-hitam wajahnya dengan membawa kain
hitam yang kasar dari neraka. Ketika ruhnya dicabut, mereka berdiri dan
tidak menyia-nyiakannya sekejap mata pun."
Beliau mengatakan bahwa saat itu ruhnya tersebar dalam seluruh
jasadnya, lalu Malaikat Maut mengeluarkan ruhnya dari jasadnya sehingga
semua otot dan uratnya terputus bagaikan mencabut besi bercabang banyak
dari kapas yang basah. L,alu para malaikat yang hitam-hitam itu segera
mengambil ruhnya dari Malaikat Maut. Ruh orang itu mengeluarkan bau
yang sangat busuk yang pernah ada. Setiap kali melewati barisan para
malaikat yang ada di antara langit dan bumi, mereka ditanya "Ruh siapa
yang sangat busuk?" Mereka menjawab, *lni ruh Fulan dengan nama yang
paling buruk " hingga mereka sampai ke langit dunia, tapi tidak dibukakan
pintu baginya. Allah berkata, "Kembalikanlah ruh itu ke bumi, Aku telah
berjanji kepada mereka, darinya Ku-ciptalon mereka kepadanya Kami
kembalikan di4 dan akan Kami keluarkan kernbali dia pada saatnya nanti!"
Lalu ruh itu dilemparkan dari langit. Kemudian beliau membacakan firman
Allah SWT: Barorgsiapa mempersehttukot sesuatu dengot Allah naka
adalah ia seolah-olah jatuh dari loryit lala diwnbo oleh bwtory, atan
dilerbangkan angin kc tempat yangT'azi. (QS- al-Haji: 3l)
Ruh itu kembali ke dalam jasadny4 dan segera datang dua malaikat
yang membentaknya dengan suara yang sangat keras dan menSruruhnya
duduk dan bertanya, "Siapakah Tuhanmu? Apa agamamu?" Dia menjawab,
*Tidak tahu!" Lalu ditanya, "Apa yang kamu ketahui tenang laki-laki ini
yang diutus kepadamu dulu?" Dia tidak tahu tentang namanya, maka
dikatakan, "Muhammad." Dia menjawab, 'Aku tidak tahu, aku dengar
orang-orang berkata seperti itu!" Dikatakan "Jadi kamu tidak
tahu!" Kuburannya menjadi sempit sehingga tulang-belulangrya hancur
berkeping-keping. Amalnya berubah menjadi soorang laki-laki yang sangat
buruk wajahnya dan sangat busuk baunya, dengan pakaian yang sangatjele(
lalu mereka berkata kepadany4 "Bergembiralah kamu dengan siksa dan
murka Allah!" Dia bertanya, "Siapa kamu, wajah kamu sangat jelek sekali?"
Laki-laki itu menjawab, "Aku adalah amal burukmu. Demi Allah, kamu
orang yang sangat suka berbuat rmaksiat kepada Allah dan tidak mau
menaati-Nya."
Hadits al-Barra' dengan Periwayat'Amru ibn Tsabit
Diriwayatkan oleh 'Amru dari Minhal dari Zadzan dari al-Barra'
bahwa Nabi saw bersabda:
Maka datang kepadanya seorang laki-laki buta dan bisu yang
memegang sebuah palu besi kecil, seandainya dipuhtlkon pada gmung,
maka gunung itu akan menjadi rata -atau kata beliau-menjadi hancur-lebur,
dia dipukul dengan sekali pulrulan yang suaranya terdengar oleh seluruh
makhluk kecuali iin dan manusia, kemudian ruhnya dikembalilan lagi ke
dalam jasadnya dan dipukul lagi.
Menurut hadits dari Abu Daud ath-Thayalisi dan diriwayatkan oleh
'Ali ibn Ma'bad dari beberapa jalur periwayatan yang mirip hadits tersebut,
tetapi terdapat tambahan dalam haditsnya: Kemudian datanglah kepadanya
orang buta dan tuli yang memegang sebuah palu besi yang dipufulkan
padanya sehingga remuk seluruh tubuhnya mulai dari rambut sampai laki.
Kemudian dikembalikan lagi ruhnya dan dipuful lagi, dan badannya hancur
lagi dari kepala hingga kaki." [Dalam beberapa riwayat lain terdapat
penambahan pada ungkapan 'palu besi', di antaranya, "Kalau berkumpul
seluruh jin dan manusia untuk memindahkan palu itu, niscoya mereka tidak
d ap al me m indahlwnny a. ")
Lalu palu itu dipukulkan kepadanya, sehingga tubuhnya hancur-lebur
menjadi tanah, kemudian dikembalikan lagi ruhnya ke dalam jasadnya.
Setelah hidup lagi palu itu dipufulkan kembali padanya yang suaranya
didengar oleh semua yang ada di bumi, kecuali iin dan manusia. Kemudian
dikatakan, "Berikan ia hamparan berupa dua buah hamparan batu dari
neralra dan bukalanlah pintu neraka baginya!" malca diberikan hamparan
berupa dua buah hamparan batu dari neraka dan dibulakan pintu neraka
untulorya.
Ada tambahan pada ungkapan 'terputus dari dunia', yaitu:. Lalu turun
kepadanya malaikat-malaikat yang kasar dan bengis membqwa buah￾buahan dari neraka serta jubah dari ter [htninganJ neraka. Para malaikat
itu mengelilinginya, maka dicabutlah ruhnya laksana dicabutnya sepotong
besi bercabang dari kapas yang basah, sehingga terPutus semuQ urat dan
ototnya. Ketika ruhnya keluar seluruh malaikat baik yang ada di langit
maupun yang ada di bumi melaknatinya."Ruh Mujahid yang Syahid, Mukmin Biasa, dan Kafir
Abu AMullah al-Husain ibn Husain ibn Harb (sahabat lbnu al￾Mubarak) meriwayatkan sebuah hadits (dalam kitab ar-Roqaiq) yang
disandarkan kepada Abdullah ibn Amru ibn al-'Ash, dia berkata,
Ketika seorang hamba Allah moti syahid di jalan Allah, maka tetesan
darah pertama yang menetes ke tanah menjadi kaffarah (penghapus dosa)
baginya. Kemudian Allah 'Azza wa Jalla Yang Mahaperkasa lagi
Mahamulia mengirim sapu tangan dari surga untuk mengangkut ruhnya dan
sebuah gambaran dari surga, lalu dia naik ke dalamnya dan naik ke langit
bersama para malaikat, seakan-akan dia bersama mereka, sementara semua
malaikat yang ada di langit berkata, "Telah datang ruh dan jiwa yang baik
dari bumi." Setiap melewati pintunya, maka dibukakan baginya pintu itu.
Para malaikat yang ada di sana malaikat selalu bershalawat dan
mendoakannya, serta mengiringinya sampai dia bertemu dengan Allah. Para
malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami, inilah hamba-Mu Yang telah Engkau
wafatkan di jalan-Mu." Lalu ruh itu bersujud kepada Allah sebelum para
malaikat sujud. Kemudian Allah menyucikan dan mengampunidosanya, dan
disuruh pergi ke tempat ruh para syuhada. Dia melihat mereka berada dalam
kubah-kubah dari sutera di dalam taman-taman yang hijau. Di dalamnya ada
seekor ikan dan seekor sapi jantan. Ikan itu selalu berenang setiap pagi
dalam sungai-sungai surga; memakan setiap makanan yang berbau hanrm
dalam sungai-sungai surga itu. Pada sore hari sapijantan menanduk ikan itu
lalu disembelihnya untuk mereka. Mereka memakan dagingnya dan dalam
dagingnya segala makanan yang harum baunya. Pada waktu malam sapi itu
berada di halaman surga. Besok paginya giliran ikan itu yang menyengat
sapi jantan tersebut dan disembelih untuk mereka. Lalu mereka memakan
dagingnya, dan dalam dagingnya ada segala makanan yang berbau (harum)
di surga. Sesudah itu mereka kembali dan melihat rumah-rumah mereka di
surga. Mereka berdoa kepada lrJ.larh 'Azza wa jalla agar kiamat segera
datang.
Manakala seorang hamba yang beriman wafat, maka Allah 'Aru wa
Jalla mengirim dua malaikat membawa sepotong kain dari surga Dia
be*ata, "Keluarlah, wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ketenteraman
dan rezeki yang menyenangkan, tiada kemurkaan dari Tuhanmu." Maka
keluarlah ruh itu dengan aroma yang sangat harum, seperti bau minyak
kesturi yang sama sekali tidak pernah seseorang mencium bau seperti ihr.
Sedangkan para malaikat yang ada di langit berkata, *Telah tiba dari bumi
ruh dan jiwa yang baik." Setiap kali melewati sebuah pintu langsung
dibukakan baginya dan setiap kali melewati malaikat, maka malaikat itu
akan berdoa dan bershalawat untuknya. Ketika sampai di hadapan Allah para
malaikat bersujud dan berkata "Ini adalah hamba-Mu yang telah Engkau
wafatkan. Dia selalu beribadah kepada-Mu dan tidak pernah menyekutukanEngkau dengan sesuatupun. Allah berkata, "Biarkan dia sujud", maka ruh itu
bersujud kepada Allah. Kemudian Allah memanggil Malaikat Mikail dan
berkata kepadanya, "Bawa ruh ini, fempatkan dia bersama ruh orang-orang
Mukmin sampai Aku memintanya padamu pada hari kiamat nanti. Lalu
kuburannya (luas dan panjangnya) dilapangkan, masing-masing tujuh puluh
hasta. Di dalamnya ditaburi bunga-bunga dan dihamparkan sutera. Jika dia
hapal sedikit dari Al-Qur'an, maka kuburannya akan mendapat penerangan
mencukupi. Jika tidak ada, maka kubumya mendapat cahaya seperti cahaya
matahari. Di dalam kubur ia bagaikan pengantin baru, jika tidur tidak ada
yang berani membangunkannya kecuali kekasihnya. Beliau mengatakan
bahwa dia bangun dari tidur seperti orang yang tidak puas dengan tidurnya.
Jika orang kafir diwafatkan, Allah mengirim -kepadanya- dua
malaikat yang membawa kain hitam dari neraka yang sangat busuk baunya
serta sangat kasar. Kedua malaikat itu berkata, "Keluarlah kamu, wahai jiwa
yang kotor, keluarlah menuju siksa dan azab Allah yang pedih, keluarlah!
sungguh buruk perbuatanmu." Maka ruhnya keluar dengan mengeluarkan
aroma yang sangat busuk yang tidak pernah tercium oleh seseorang. Seluruh
Malaikat yang ada di langit berkata, "Telah tiba dari bumi ruh dan jiwa yang
jelek serta kotor." Ditutup baginya pintu-pintu langit yang ada di
hadapannya, sehingga ruhnya tidak bisa naik ke langit. Lalu kuburnya
menjadi sempit dan didatangkan kepadanya ular segemuk leher unta yang
menggigit dagingnya sampai habis dan yang tinggal hanya tulangnya.
Dikirim kepadanya para malaikat yang tuli dan buta yang datang
memukulnya dengan palu besi, sedangkan mereka tidak bisa mendengar
suara pukulannya dan tidak bisa melihat keadaannya, supaya mereka tidak
menaruh kasihan terhadapnya dan mereka tidak pernah salah ketika
memukulnya. Diperlihatkan setiap pagi dan petang tempatnya di neraka
kepadanya. Dia memohon agar siksaannya dihentikan, tapi siksaan itu tidak
putus-putusnya sampai dia masuk neraka."
Abu Abdunahman an-Nasa'i meriwayatkan hadits yang disandarkan
kepada Abu Hurairah ra, yang menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Ketika seorang Mukmin menghadapi sakaratul maut, para malaikat Rahmat
datang dengan membawa sutra putih dan berkata, "Keluarlah, wahai jiwa
yang ridha dan diridhai Allah menuju ketenteraman dan rezeki dari Allah.
Tuhan telah ridha kepadamu. Dia tidak murka kepada engkau!" Maka
keluarlah ruhnya dengan mengeluarkan bau yang sangat harum semerbak
bagaikan minyak kesturi hingga sebagian mereka memberikan yang lainnya.
Mereka membawanya sampai pintu langit. Para malaikat yang ada di sana
bertanya, "Ruh siapa yang kalian bawa dari bumi, baunya sangat harum
sekali? Mereka membawanya ke tempat arwah kaum Mukmin. Mereka
sangat gembira melebihi kegembiraanmu menyambut karib kerabat yang
sudah lama merantau. Mereka bertanya tentang relasi mereka yang masih didunia. Mereka berlanya, "Apa yang diperbuat si Fulan? Apa yang dilakukan
Fulanah? Mereka menjawab, "Biarkan dia, karena ketika hidup di dunia dia
diliputi oleh kesusahan." Jika dia kafir, maka ketika sakaratul maut
(menghadapi kematian) para malaikat Azab datang membawa kain yang
kasar. Mereka berkata, "Keluarlah jiwa yang murka dan dimurkai oleh Allah
menuju siksa-Nya." Ruh itu keluar dengan mengeluarkan bau yang sangat
busuk, mereka membawanya ke pintu bumi. Para malaikat di sana bertanya,
"Ruh siapa ini, baunya busuk sekali? Hingga mereka dibawa ke tempat
arwah orang-orang kafir." (HR. an-Nasa'i)
Abu Daud ath-Thayalisi meriwayatkan hadits dari Hannad dari
Qatadah dari Abu Jauza' dari Abu Hurairah ra, yang menyatakan bahwa
Nabi saw bersabda, "Ketika seorang Mukmin menghadapi kematian, para
Malaikat Rahmat datang kepadanya, lalu mengucapkan salam. Kemudian
mengalirlah ruh Mukmin itu ke dalam sebuah kain sutra putih, mereka
berkata, "Tidak pernah kita mencium bau ruh seharum ini sebelumnya!"
Mereka berkata, "Perlakukan dia dengan baik, karena dia baru saja keluar
dari kesusahan dunia." Mereka bertanya, "Apa yang diperbuat Fulan? Apa
yang dibuat Fulanah?" Beliau saw berkata, "Ketika ruh orang kafir keluar,
para malaikat penjaga bumi berkata, "Kami tidak pernah mencium bau
sebusuk ini sebelumnya." Kemudian ruhnya diturunkan sampai ke dasar
bumi.
Bantahan terhadap Orang Mulhid (Para Pengingkar Siksa Kubur) re
Enam pasal untuk membantah orang-orang yang mengikari nikmat dan
siksa kubur iniadalah:
Pasal Pertama: Perbedaan Ruh den Jasad
Hadits tersebut dan beberapa hadits sebelumnya mengisyaratkan
bahwa jiwa dan ruh merupakan satu kesatuan