pengajaran iman kristen
Alkitab adalah suatu studi yang menarasikan tentang perintah, ketetapan, dan laranganlarangan-Nya dalam kitab-kitab-Nya atau Firman-Nya yang diilhamkan melalui Roh Kudus,
sehingga dapat dituliskan oleh para penulis, baik para nabi, raja, imam, hakim, penatua, dan
rasul pada masa yang telah silam. Alkitab menjadi satu-satunya sumber yang sangat
penting untuk dijadikan sebagai dasar mutlak dalam mengajarkan pengajaran Kristus
kepada umat-Nya. Alkitab terbagi menjadi dua bagian besar yakni Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Karena itu, melalui studi survei dapat ditemukan para penulis kitab-kitabNya, tahun dan tempat penulisan kitab-Nya, dan jumlah secara keseluruhan 1.189 pasal,
31.171 ayat, dan 691.718 kata. Dengan demikian, melalui hasil survei ini sangat
memudahkan para pembaca Alkitab untuk tepat dan cepat dalam menyelesaikan membaca
Alkitab. Karena itu, beberapa indikator yang harus diperhatikan oleh orang Kristen bila
memiliki animo yang tinggi untuk menyelesaikan membaca Alkitab adalah sebagai berikut:
pertama, Apabila kerinduan untuk membaca Alkitab diselesaikan dalam kurun waktu satu
tahun, maka harus membaca 3 atau 4 pasal per hari; 85 atau 86 ayat per hari; atau
1.895/1.896 kata per hari. Kedua, Apabila kerinduan untuk membaca Alkitab diselesaikan
dalam kurun waktu 6 bulan, maka harus membaca 7 pasal per hari; 171 ayat per hari; atau
3.780 kata per hari. Ketiga, Apabila kerinduan untuk membaca Alkitab diselesaikan dalam
kurun waktu 3 bulan, maka harus membaca 12 atau 13 pasal per hari; 339 ayat per hari;
atau 7.519 kata per hari. Dengan membaca grapho atau graphe Kristen secara saksama,
maka pengetahuan tentang Kebenaran Tuhan bahkan pertumbuhan rohani akan semakin
meningkat. Karena pengajaran Kristen yang sejatinya didapatkan dari Firman Tuhan
melalui mendengar, membaca, mencamkan, dan mengimplementasikan esensi dari Firman
Tuhan itu sejatinya.
Alkitab adalah satu-satunya sumber dasar tertulis sebagai pedoman, penghayatan,
dan pengamalan pada seluruh konten Firman-Nya demi menumbuhkan iman Kristen secara
berkesinambungan. Sekelompok manusia atau orang tertentu menyatakan bahwa Alkitab
adalah buku tua atau buku kuno yang tidak berlaku lagi seiring perubahan zaman ini.
Karena itu, Alkitab tidak perlu lagi didengar, dipelajari, dicamkan, dan diberitakan kepada
khalayak ramai. Sumber-sumber yang perlu dipelajari adalah koran, majalah, buku-buku
rohani, baca wa orang, facebook, dan sumber-sumber lain yang selalu relevan dengan
perkembangan sekarang
Berpijak dari pokok persoalan di atas, maka dapat saya kemukakan bahwa Alkitab
adalah satu-satunya sumber dasar tertulis yang diilhamkan oleh Roh Kudus dapat ditulis
oleh 40 penulis supaya dapat dipelajari oleh umat manusia yang hidup dari masa ke masa
sampai saat ini. Bagi saya Alkitab selalu berlaku pada semua zaman karena Alkitab-lah satusatunya sumber dasar tertulis tersebut, yang mampu mengoreksi gaya hidup umat manusia,
mempertahankan supaya kelakuan tetap bersih, dan menuntun manusia supaya tidak
menyimpang dari perintah-perintah-Nya, seperti Pemazmur mengutarakan bahwa,
“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya
sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan
aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu,
supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau (Mzm. 119:9-11).
Untuk itu, Alkitab tetap relevansi dengan perkembangan keadaan hidup manusia di
dunia saat ini. Apabila umat manusia tidak lagi menyelidiki Alkitab berawal dari prinsipprinsip dasar sampai kedalaman isi Alkitab, maka sesungguhnya manusia itu telah mati
rohani dan suatu kelak fisiknya akan di hukum oleh Firman dan Pemberi Firman. Prinsip
dasar untuk menambah wawasan setiap orang, maka melalui artikel ini saya menarasikan
mengenai Studi Survei Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai Dasar
Pengajaran Iman Kristen.
Saya mengamati bahwa selama ini para pembaca Alkitab belum mengetahui studi
survei Alkitab secara faktual, karena para pembaca kebanyakan hanya memerlukan konten
Firman Tuhan, sehingga selalu mengabaikan prinsip-prinsip dasar yang perlu diketahui
secara nalar untuk menajamkan pengetahuan rohani agar semakin luas dan
mendalam.Dengan demikian, siapa pun yang setia membaca Alkitab perlu mengetahui
secara pasti tentang prinsip-prinsip dasar Alkitab dalam Kitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru supaya dapat dipakai sebagai bahan Pendalaman Alkitab bagi anak Sekolah
Minggu, remaja, dan pemuda-pemudi, termasuk para peserta didik di sekolah dan di
Perguruan Tinggi.
Alkitab adalah suatu studi yang menarasikan tentang perintah, ketetapan, dan
larangan-larangan Tuhan di dalam kitab-kitab-Nya atau firman-Nya. Pernyataan ini
mengindikasikan bahwa Alkitab adalah wahyu dari Allah kepada umat-Nya. Raja Frederick
yang memerintah di Prusia pada abad XIII pernah bertanya kepada pelayan Kristus Yesus
yang melayani diistinahnya: “Apabila Alkitab diwahyukan Allah, dapatlah Anda
membuktikannya dengan kalimat atau contoh sederhana kepadaku?” Si pelayan tersebut
menjawab: “Yang mulia, segala sesuatu yang dialami oleh bangsa Yahudi adalah bukti dari
Alkitab wahyu Allah.”1
Alkitab adalah wahyu dari Allah, sehingga Alkitab disebut sebagai firman Allah yang
diperkenankan-Nya untuk ditulis oleh para nabi, imam, hakim, raja, penatua, dan rasulrasul sebagai penyataan/wahyu khusus yang diilhamkan Roh Kudus. Alkitab dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris disebut Bible. Istilah Bible diambil dari istilah
Yunani disebut “biblos,” dan menurut Santo Hieronymus pertama kali menggunakannya
dalam bahasa Latin disebut “biblia,”2 yang berarti kitab-kitab. Alkitab juga sering disebut
sebagai “Kitab Suci” menurut orang Kristen. Pelealu Samuel G mengutarakan bahwa, kata
“Kitab Suci” merupakan terjemahan dari kata Yunani “graphe” yang artinya “tulisan.”3 Di
dalam Perjanjian Baru kata kerja grapho digunakan kira-kira sembilan puluh kali untuk
menunjuk pada Alkitab. Sedangkan kata benda graphe digunakan lima puluh satu kali
dalam Perjanjian Baru dan hampir secara eksklusif digunakan untuk kata “Kitab Suci.”4
Istilah “biblos,” diambil dari nama kota yang ada di Yunani, yakni kota Byblos. Kota ini
disebut kota Byblos karena di daerah ini terkenal menghasilkan papirus. Pada masa itu,
sejumlah buku terdiri atas halaman-halaman papirus akhirnya kota itu menjadi kota
Byblos. Kemudian bangsa Romawi menerjemahkan kata “buku” dalam bahasa Yunani, yakni
biblos dengan bentuk jamaknya “biblon” yang berarti kitab/buku-buku.”5 Dengan demikian,
bentuk pluralnya menunjukkan fakta bahwa Alkitab Kristen bukanlah satu keutuhan,
melainkan sebuah kumpulan. Akhirnya, Alkitab dapat diartikan sebagai kumpulan kitabkitab firman Allah yang menyatakan diri-Nya bagi keselamatan umat manusia di segala
zaman.
Pernyataan pengertian tersebut di atas dapat dimengerti bahwa Alkitab adalah
sekumpulan naskah yang dipandang suci dalam ajaran Yudaisme dan Kekristenan. Alkitab
merupakan sekumpulan Kitab Suci yang ditulis pada waktu yang berlainan, oleh para
penulis yang berbeda di lokasi-lokasi yang berbeda. Umat Yahudi dan kristiani (Kristen)
memandang kitab-kitab dalam Alkitab sebagai hasil dari pengilhaman ilahi, dan sebagai
catatan otoritatif mengenai hubungan antara Allah dengan manusia.
Saat umat-Nya membaca Alkitab atau Kitab Suci berarti umat-Nya sedang mendengar
suara Tuhan. Suara Tuhan dapat diistilahkan juga pikiran Tuhan. Sumber pikiran Tuhan
dapat tertuang semua dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Konten
kebenaran Tuhan dalam Kitab Suci Kristen mampu mengubahkan hidup umat manusia bagi
yang memiliki loyalitas dalam mendengar, membaca, mencamkan, dan
mengimplementasikan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari tanpa membutuhkan
paksaan dari pihak lain. Karena itu, semua orang yang telah percaya kepada Kristus Yesus
diharuskan membaca Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Kitab-kitab suci sangat penting dibacakan secara terus-menerus bagi orang percaya
yang hidup di dunia ini termasuk yang loyal dalam pelayanannya (bdk. Why. 1:3; Kol. 1:16).
Warren W. Wiersbe dikutip Marthen Mau dalam skripsi yang menyatakan,Membaca firman Allah berarti membaca Kitab Suci di kebaktian umum dalam jemaat
setempat. Orang-orang Yahudi selalu membaca Kitab Taurat dan Kitab Para Nabi
dalam rumah ibadat mereka, dan kebiasaan itu terbawa ke dalam jemaat-jemaat
Kristen. Tuhan Yesus membaca Kitab Suci dalam rumah ibadat di Nazaret (Luk. 4:16
dst) dan Paulus sering membacakan pelajaran-pelajaran dari firman Allah apabila ia
mengunjungi rumah ibadat (Kis. 13:15).6
Alkitab atau Kitab Suci Kristen yang dipakai di gereja-gereja Kristen sekarang ini
adalah Alkitab yang telah dikanonisasikan berjumlah 66 buah Kitab. Karena itu, jumlah
Alkitab, kitab, pasal, ayat, dan kata-kata yang telah diterjemahkan dari bahasa Ibrani (PL)
dan bahasa Yunani (PB) ke dalam bahasa Indonesia (LAI) tidak boleh ditambah dan tidak
boleh dikurangi. Sebagaimana Wahyu 22:18-19 dikatakan bahwa Aku bersaksi kepada
setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang
menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan
kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang
mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan
mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di
dalam kitab ini.”
Alkitab kanonik bervariasi tergantung pada tradisi ataupun kelompok; sejumlah kanon
Alkitab telah berevolusi, dengan isi yang tumpang-tindih dan divergen. Perjanjian Lama Kristen
bertumpang tindih dengan Alkitab Ibrani dan Septuaginta Yunani; Alkitab Ibrani dikenal dalam
Yudaisme dengan sebutan Tanakh.7 Perjanjian Baru merupakan sekumpulan tulisan karya umat
Kristen awal, yang diyakini bahwa kebanyakan di antaranya adalah para murid Yahudi Kristus,
ditulis dalam bahasa Yunani Koine abad pertama. Tulisan-tulisan Yunani Kristen awal ini terdiri
dari berbagai narasi, surat, dan tulisan apokaliptik. Di antara denominasi-denominasi Kristen
terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai isi kanon, terutama dalam Apokrifa, yakni
sejumlah karya yang dipandang dengan beragam tingkat penghormatan.
Berbagai kalangan Kristen menyikapi Alkitab secara berbeda. Kalangan Katolik,
Anglikan, dan Ortodoks Timur menekankan harmoni serta arti penting Alkitab dan tradisi suci, sementara kalangan Kristen berfokus pada konsep sola scriptura.
8 Konsep ini timbul
selama reformasi Kristen, dan banyak denominasi Kristen yang hingga saat ini terus
mendukung penggunaan Alkitab sebagai satu-satunya sumber ajaran Kristen.
Dengan jumlah total penjualan yang diperkirakan lebih dari 5 miliar kopi, Alkitab
secara luas dianggap sebagai buku terlaris sepanjang sejarah. Diperkirakan bahwa
penjualan tahunannya adalah 100 juta kopi, dan telah berpengaruh besar dalam sastra dan
sejarah, terutama dalam dunia bara. Alkitab Gutemberg adalah buku pertama yang dicetak
secara massal, dan merupakan buku pertama yang dicetak menggunakan mesin cetak
bergerak.
c. Perjanjian Lama
Salah satu komponen dari Alkitab adalah Kitab Perjanjian Lama. Perjanjian Lama
adalah bagian kitab pertama dari Kitab Suci Kristen, yang utamanya berdasarkan pada
Alkitab Ibrani, berisikan suatu kumpulan tulisan keagamaan karya bangsa Israel kuno.
Terdapat variasi kanon Perjanjian Lama di antara Gereja-gereja Kristen; kalangan Kristen
dan Orang suci zaman akhir hanya menerima kitab-kitab yang terdapat dalam kanon9
Alkitab Ibrani, yang mana terbagi dalam 39 kitab, sedangkan kalangan Katolik Roma,
Ortodoks Timur, dan Ortodoks Oriental menerima sekumpulan tulisan dengan jumlah yang
sedikit lebih banyak.
Perjanjian Lama terdiri dari banyak kitab berbeda yang ditulis, disusun, dan disunting
oleh berbagai penulis selama kurun waktu berabad-abad. Lamanya kurun waktu penulisan
Kitab Perjanjian Lama sebagaimana ditandaskan oleh Yulius Enisman Harefa10 bahwa Kitab
Perjanjian Lama ditulis dalam kurun waktu 1400 tahun (180011-400sM) oleh 31 penulis
dengan situasi dan latar belakang yang berbeda-beda. Lima Kitab Pertama yang disebut
kitab Pentateukh ditulis oleh Musa. Musa adalah seorang politikus pada zamannya di Mesir.
Menurut Obadja bahwa penulisan kitab Pentateukh ini sekitar tahun 1540-1410 sM.12 Musa
menulis Kitab Pentateukh selama berada di Padang Gurun. Yosua seorang jendral militer
yang sangat setia kepada Musa. Dia yang menuliskan kitab Yosua sendiri. Yosua menulis
kitabnya setelah memasuki tanah perjanjian. Dia menulis sekitar tahun 1400-1370 sM.13
Kemudian Kitab Hakim-Hakim, Rut, 1 dan 2 Samuel ditulis oleh Samuel sendiri. Meskipun
Kitab 2 Samuel masih dipertanyakan penulisnya, namun para teolog lebih mendukung
bahwa Samuel-lah yang menulisnya. Keempat kitab ini ditulis sekitar tahun 1050-930 sM.14
Samuel mendapat tiga jabatan dalam pelayanannya, yakni nabi, imam, dan hakim.15 Kitab
Raja-raja menurut tradisi Israel bahwa Yeremia yang menulis kitab tersebut. Tidak ada
dokumen yang falid dalam menentukan siapa penulis kitab tersebut, namun penulisan kitab
ini sekitar tahun 550 sM.16 Kitab-kitab Tawarikh juga tidak dapat dipastikan penulisnya.
Menurut tradisi Israel bahwa yang menulis kitab tersebut adalah Ezra. Penulisan kitab ini
sekitar 450-425 sM.17 Ezra seorang imam atau rohaniwan pada saat itu. Ezra selain sebagai
imam, menurut saya dia seorang nabi Tuhan, yang disebut nabi Ezra. Ezra menulis kitab
Ezra sekitar tahun 457-444 sM.18
Kitab Nehemia ditulis oleh Nehemia sendiri. Dia sebagai pegawai pemerintah, yaknmi
juru minuman raja Persia. Nehemia pernah menjabat sebagai bupati. Dia menulis kitab
Nehemia sekitar tahun 445-425 sM.19 Kitab Ester merupakan kitab yang menarasikan
tentang seorang gadis cantik Yahudi yang dipilih menjadi ratu di Persia. Kisahnya yang
memenaruhkan nyawanya demi menyelamatkan bangsanya merupakan bentuk
providensia Allah bagi umat-Nya. Kitab Ester ini tidak diketahui siapa penulisnya, namun
kitab ini ditulis sekitar tahun 470-435 sM.20 Kitab Ayub adalah kitab yang tertua dalam
Perjanjian Lama. Kehidupan Ayub sezaman dengan Abraham. Ayub menulis kitab tersebut
sekitar tahun 1800 sM. Ayub adalah seorang yang saleh di hadapan Allah. Dia bergaul karib
dengan Allah. Kitabnya mengandung makna kesalehan, kejujuran, dan penderitaan. Kitab
Mazmur ditulis oleh enam pemzamur yang sangat bijaksana, yakni Daud, Bani Korah, Asaf,
Musa, Etan, dan Salomo. Kitab Mazmur ini ditulis sekitar tahun 1405-500 sM.21 Demikian
juga halnya dengan kitab Amsal. Amsal ditulis oleh empat orang, yakni Salomo, Hizkia, Agur,
dan Lemuel. Kitab ini adalah kitab hikmat. Penulisannya sekitar tahun 950-700 sM.22 Kitab
Pengkhotbah dan Kidung Agung ditulis oleh Raja Salomo. Kitab ini ditulis sekitar tahun
1000-965 sM. Kitab Yesaya ditulis oleh nabi Yesaya sekitar tahun 740-680 sM di kerajaan
Selatan. Selanjutnya kitab Yeremia dan Ratapan ditulis oleh nabi Yeremia sekitar tahun
627-585 sM. Pelayanan nabi Yeremia merupakan awal dari kehancuran kerajaan selatan.
Kemudian kitab Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum,
Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi ditulis oleh masing-masing nabi yang
namanya sesuai dengan kitabnya. Kitab Maleakhi ditulis sekitar tahun 450-400 sM. Setelah
itu, tidak ada firman Tuhan melalui para nabi hingga Perjanjian Baru.
Menurut Yulius Enisman Harefa bahwa Kitab Perjanjian Lama ditulis sebagian dalam
bahasa Ibrani dan beberapa nas yang ditulis dalam bahasa Aram (bdk. Dan. 2:4-7:18; Ezr.
4:8-6:18; 7:12-26).23 Dengan demikian, semua kitab dalam Perjanjian Lama ditulis sebelum
kelahiran Tuhan Yesus Kristus, yang mana 97% isinya ditulis dalam bahasa Ibrani dan
sisanya dalam bahasa Aram. Kitab-kitab Perjanjian Lama secara umum dapat dibagi
menjadi beberapa komponen, seperti nampak pada tabel di bawah ini.
Perjanjian Baru
Bagian Alkitab kedua adalah Perjanjian Baru. Kitab-kitab Perjanjian Baru dalam
bahasa Yunani Koine disebut: Ἡ Καινὴ Διαθήκη atau Hē Kainḕ Diathḗkē merupakan bagian
utama kedua kanon Kitab Suci Kristen. Perjanjian Baru adalah penggenapan dari seluruh
penglihatan para nabi, pemazmur, dan pengharapan yang terkadang dalam hati semua
orang yang merindukan Tuhan. Perjanjian Baru adalah satu kesatuan yang utuh. Subjek
Perjanjian Baru yang utama ialah Tuhan Yesus Kristus, sedangkan objek yang utama ialah
keselamatan manusia. Kristus adalah subjek pada keseluruhan dalam Kitab Perjanjian
Baru.24
Pdt. Ro Woo Ho menyatakan bahwa kata Perjanjian Baru ada hubungan dengan kata
Perjanjian Lama. Kata Perjanjian Baru tertulis dalam 2 Korintus 3:6 dan Lukas 22:20. Kitabkitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani membahas ajaran-ajaran dan pribadi
Tuhan Yesus Kristus, serta berbagai peristiwa dalam kekristenan pada abad I. Umat Kristen
memandang Perjanjian Baru bersama-sama dengan Perjanjian Lama sebagai Kitab Suci.
Kitab Suci Perjanjian Baru telah dipakai sebagai sumber untuk penyebaran Agama Kristen
di seluruh dunia.
Selain itu Perjanjian Baru juga dianggap mencerminkan dan berfungsi sebagai suatu
sumber bagi moralitas dan teologi Kristen. Berbagai frase dan bacaan yang diambil
langsung dari Perjanjian Baru juga dimuat bersama dengan bacaan-bacaan dari Perjanjian
Lama ke dalam beragam liturgi Kristen. Perjanjian Baru telah memengaruhi berbagai
gerakan keagamaan, filosofis, dan politik dalam dunia Kristen.
Perjanjian Baru merupakan sebuah antologi, yakni koleksi karya-karya kristiani yang
ditulis dalam bahasa Yunani yang umum digunakan pada abad pertama, pada waktu yang
berbeda-beda oleh berbagai penulis yang adalah murid-murid Yahudi pertama kali dari
Yesus. Menurut M. E. Duyverman menandaskan bahwa Kitab Perjanjian Baru ditulis bagi
orang percaya, namun isinya bersifat universal. Kitab Perjanjian Baru ditulis dalam kurun
waktu 44 tahun (51-95 tahun) oleh 9 penulis dengan latar belakang dan situasi yang
berbeda-beda. Karena itu, di bawah ini saya menampilkan komponen nama Kitab dalam
Perjanjian Baru seperti nampak pada tabel 3.
Kitab Matius ditulis oleh Matius. Matius disebut juga sebagai Lewi seorang pemungut
cukai pada zaman Yesus. Matius menulis kitab ini sekitar tahun 50 Masehi25 atau B. Reicke
berpendapat bahwa situasi sejarah 50-64 Masehi cukup relevan sebagai latar belakang,26
sehingga masuk akal jika Injil Matius ditulis di antara masa itu.27 Injil Matius mendapat
dugaan umum bahwa dari sejak awal, Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani.28 Menurut W. F.
Howard, Matius memiliki bahasa Yunani yang tepat meski agak membosankan,
menghindari bentuk vulgar tanpa menunjukkan keahlian tata bahasa.
Teori La Probleme synoptique (1954) pendekatan dengan pandangan T. Zahn bahwa
bahasa Yunani Injil Matius yang kita miliki merupakan terjemahan dari bentuk Aram yang
merupakan bentuk aslinya dan dipengaruhi oleh Injil Markus yang berbahasa Yunani, yang
telah disusun dari sumber Aram yang sama.30 Pandangan ini dapat dijelaskan bahwa Injil
Matius asli yang ditulis dalam bahasa Aram merupakan Injil terawal dan mempengaruhi
Injil-injil Sinoptik berbahasa Yunani. Dengan demikian, Matthew Black menyatakan bahwa
Injil Matius mengandung cukup bukti untuk menunjukkan adanya sumber berbahasa Aram.
Meski menganggap narasi Matius kurang menunjukkan pengaruh Aram seperti Markus, ia
mengakui bahwa Injil Matius menunjukkan jejak dari apa yang ia sebut sebagai gaya bahasa
Yahudi-Yunani.31
Injil Matius ditujukan kepada orang Yahudi, yang saat itu berjumlah 20.000 orang
Yahudi di Yerusalem yang percaya kepada Kristus. Mereka yang percaya membutuhkan
penjelasan tentang kemesiasan Yesus, menguatkan iman mereka dari sudut pandang orang
Yahudi dan juga membantah lawan-lawan mereka.32 Pendapat Guthrie bahwa penerima
Injil Matius adalah orang Kristen di Siria atau pusat Kekristenan yang penting di Siria.33
Tujuan Injil Matius ada dua segi yakni: (1) untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias.
Mesias adalah suatu sebutan Yahudi bagi raja Israel yang akan membawa keselamatan bagi
Israel pada akhir zaman; (2) untuk menyajikan kerajaan sesuai dengan rencana Allah.
Yesus adalah Mesias Israel dan bangsa itu telah menolak sang Mesias. Matius menjelaskan
bahwa kerajaan yang telah ditawarkan kepada orang Yahudi telah ditunda oleh karena
penolakan Israel. Walaupun orang Yahudi menolak tetapi bangsa-bangsa lain diselamatkan
karena percaya kepada-Nya.
Kitab Markus lebih tua dari Injil Matius. Kitab Markus ditulis oleh Markus. M.E.
Duyverman menyatakan bahwa Kitab Markus ditulis oleh Markus sendiri sekitar tahun
66/67 Masehi.34 Mayoritas teolog yakin Injil Markus ditulis tahun 65-70 Masehi, tidak
mustahil untuk memegang penanggalan yang lebih awal. Harnack memegang penanggalan
sebelum 60 M dan Allen sebelum 50 M.35 Harnack didasarkan pada penanggalan awal atas
Kisah Para Rasul (63 M) yang berarti Injil Lukas harus ditulis sebelum itu, dan Injil Markus
ditulis sebelum Injil Lukas. Teori Allen dipengaruhi oleh keyakinannya bahwa Injil Markus
yang asli ditulis dalam bahasa Aram, dan hipotesis ini menuntut penanggalan yang lebih
awal.36 J.A.T. Robinson juga dengan kuat memegang penanggalan yang lebih awal. Ia
menduga Markus membuat catatan (draft) dari khotbah Petrus (45 M), lalu menyusunnya
dalam bentuk yang lebih tertata sebagai proto Markus, sebelum mencapai tahap final
bersama Injil-Injil Sinoptik lain pada akhir 50 M atau 60 M.37 Injil Markus ditulis dalam
bahasa Yunani adalah terjemahan langsung dari Injil Markus berbahasa Aram.38 Opini yang
lebih banyak diterima adalah bahasa Yunani Injil Markus merupakan “Yunani
terjemahan”39 karena Markus memproduksi katechesis Aram. Menurut Matthew Black, bahwa pengaruh Aram dalam Injil Markus-Yunani, khususnya dibagian ucapan,
menunjukkan bahwa Markus memakai kumpulan ucapan Aram saat menyusun Injil.
Masalah ini amat teknis dan hanya bisa diputuskan oleh mereka yang fasih berbahasa
Aram.40
Sesungguhnya, Kitab Injil Markus merupakan narasi Kristus Yesus yang direkam oleh
Simon Petrus dan dituliskan oleh Markus dari mulut Simon Petrus. Sebagaimana Paul Enns
mengutip tulisan Papias yang ditegaskannya bahwa Markus, sebagai penerjemah dari
Petrus, menulis dengan akurat segala sesuatu yang ia ingat.41 Clement dari Alexandria
menyatakan bahwa orang Romawi meminta kepada Petrus untuk menulis catatan tentang
kehidupan Kristus bagi mereka. Jadi sangatlah mungkin Markus menolong Petrus untuk
memenuhi permohonan itu dari orang Romawi.42 Untuk itu, dapat dipahami bahwa Injil
Markus ditulis oleh Markus karena ia seorang penerjemah dari Simon Petrus.
Penekanan utama Markus akan Yesus adalah gambaran Kristus sebagai Hamba yang
datang untuk melayani dan memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang
(Mrk. 10:45). Tujuan Injil Markus adalah untuk menyajikan pada pembacanya orang
Romawi dengan dinamika Anak Manusia sebagai seorang Hamba, supaya mendorong orang
untuk beriman kepada-Nya.
Penulis Injil Lukas adalah dr. Lukas (Luk. 1:3). Kitab Injil Lukas ditulis sekitar tahun
antara 58 dan 60 di Palestina.43 Injil Lukas ditujukan kepada Theofilus sebagai sebuah
dedikasi karena Theofilus adalah seorang pembaca non-Yahudi yang tidak diragukan lagi
sebagai pembaca Injil Lukas. Nama Theofilus merupakan simbolisme dari orang-orang yang
terhilang dari hadapan-Nya; yang sangat perlu menerima berita keselamatan dari surga.
Karena itu, Injil Lukas menekankan tujuan dari penulisan Injil Lukas adalah sebab Anak
Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.
Penulis Injil Yohanes adalah Yohanes, saudara Yakobus dan anak dari Zebedeus.
Pekerjaan pertama adalah seorang nelayan. Ia pasti memiliki usaha yang cukup
menguntungkan sehingga ia mempekerjakan para pelayan dalam usaha nelayannya (Mrk.
1:20). Ibunya bernama Salome adalah saudara perempuan Maria, ibu Yesus. Hal itu berarti
ia adalah saudara sepupu Yesus (bdk. Yoh. 19:25; Mat. 27:56; Mrk. 15:40, 47).
Kitab Injil Yohanes ditulis sekitar tahun 90 Masehi.44 Sumber untuk studi teologi
Yohanes adalah Injil Yohanes, 1-3 Yohanes, dan Wahyu. Teologi Yohanes berpusat pada
Pribadi Kristus dan wahyu Allah yang diberikan melalui kedatangan Yesus Kristus. Tujuan
Kitab Injil Yohanes: supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya
kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yoh. 20:31).
Berdasarkan survei sederhana Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa Injil Matius ditulis oleh Matius (pemungut cukai)/Lewi pada
tahun 50 M; Injil Markus ditulis oleh Markus menerima rekaman suara secara lisan dari
Simon Petrus pada tahun 45 M; Injil Lukas ditulis oleh dr. Lukas pada tahun 58/60 M; dan
Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes, rasul yang dikasihi Yesus pada tahun 90 M.
Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh dr. Lukas (Kis. 1:1). Kisah Para Rasul ditulis sekitar
tahun 63 Masehi.45 Kitab Kisah Para Rasul bertujuan untuk memberikan suatu catatan dari
asal mula dan perkembangan gereja di bawah kuasa dan bimbingan Roh Kudus. Kisah Para
Rasul memberikan pandangan yang bernilai berkaitan dengan fungsi gereja di dalam
Perjanjian Baru, yakni: Pertama, petunjuk adalah penting di gereja mula-mula (Kis. 2:42;
4:2; 11:26; 12:24; 13:46; 15:35; 17:11; 18:5; 19:8, 10, 20; 20:3, 7, 17-35) dan melibatkan
pengajaran kebenaran proposional, seperti doktrin-doktrin para rasul (Kis. 2:42),
kebangkitan (4:2, 33; 24:15, 21; 26:8), dan fakta tentang Kristus (5:20, 25, 28, 42; 7:52; 8:5;
9:20-22; 10:36; 11:20; 13:16-41; 28:23). Kedua, persekutuan yang melibatkan hal-hal
materi (4:32-35; 6:1-3; 16:15, 34), perjamuan Tuhan (2:42; 20:7), doa (2:42; 2:24-31; 12:5,
12; 13:3; 20:36; 21:5), penderitaan (4:1-21; 5:17-42; 7:1-60; 8:1; 9:1-2; 11:19; 12:1-19),
dan telah di dalam Kristus (13:52; 16:5, 25, 34, 40; 19:17). Ketiga, Ibadah direfleksikan
dalam penghormatan dari orang percaya kepada Tuhan (2:46-47; 4:23-31; 5:11; 9:31).
Keempat, Pelayanan yang paling dilibatkan adalah penginjilan (4:33; 5:14, 42; 8:4, 12, 13,
26-40; 9:42; 10:34-48; 11:24; 13:12, 48; 14:21; 16:5, 14, 31; 17:2-3, 17, 34; 22; 26; 28:23-
31).
Kitab 1 Yohanes ditulis sekitar tahun 80 AD di Efesus46 dan ditujukan kepada gerejagereja di wilayah sekitar Efesus. Ada dua faktor dalam penulisan Kitab 1 Yohanes: (1)
Yohanes menulis berkaitan dengan adanya guru-guru palsu dan kerohanian yang tidak
stabil dari orang percaya. Ia memperingatkan tentang antikristus yang menyangkali
kemanusiaan Yesus yang sejati; (2) Yohanes juga menulis tentang kondisi spiritualitas dari
orang percaya. Sebagian mereka tidak hati-hati dalam perjalanan mereka dan terlibat
dengan dunia ini (2:15-17). Yohanes menulis untuk menjelaskan persekutuan yang sejati
dengan Tuhan Yesus Kristus.
Kitab 2 Yohanes penulisnya sama dengan 1 Yohanes dan waktu penulisannya sekitar
tahun 80 AD di Efesus.47 Kitab 2 Yohanes ditujukan kepada “ibu pilihan dan anak-anaknya.”
Hal ini dapat menunjuk pada: (1) gereja universal; (2) gereja lokal; (3) seorang ibu yang
sebenarnya. Yohanes menulis untuk memperingatkan ibu itu dan gereja yang kemungkinan
besar bertemu di rumahnya melawan kedatangan guru-guru sesat. Ibu itu suka memberi
tumpangan dan Yohanes melihat bahaya khusus dari undangan itu pada guru-guru sesat ke
rumahnya. Yohanes memperingatkannya untuk tidak memberikan tumpangan kepada
guru-guru sesat itu (2 Yoh ay. 10).
Kitab 3 Yohanes ditulis sekitar tahun 80 AD di Efesus.48 Penulisan surat Yohanes yang
ketiga ditujukan kepada “Gayus yang tercinta” tidak ada keterangan lain tentang dirinya,
selain dari pernyataan ini. Yohanes menulis untuk memberikan instruksi kepada Gayus
tentang Diotrefes, seorang pribadi yang berpengaruh di gereja yang berkeinginan untuk
mendapatkan posisi yang utama. Yohanes menulis untuk menguatkan Gayus tentang
problema Diotrefes dan untuk mencela dosa Diotrefes.49 Menurut tradisi lama, maka
surat/kitab 1-3 Yohanes ditulis sebelum Injil Yohanes.50
Kitab Wahyu ditulis di Pulau Patmos sekitar tahun 90-95, yaitu menjelang
berakhirnya pemerintahan Kaisar Domitian (A.D. 81-96) yang begitu kejam terhadap
orang-orang Kristen.51 Senada dikemukakan oleh Paul Enns bahwa Kitab Wahyu ditulis
oleh Yohanes sekitar tahun 95 AD.52 Kitab Wahyu ditujukan kepada tujuh gereja di Asia
(Why. 1:4). Yohanes menulis untuk beberapa alasan: (1) untuk menguatkan orang Kristen
di tengah penganiayaan di bawah Kaisar Domitian (naik takhta tahun 81 AD) dan
mengingatkan mereka akan kemenangan terakhir dari Yesus Kristus; (2) untuk
menyampaikan kebenaran nubuatan PL pada akhir penggenapannya; (3) memberikan
gambaran dari kemenangan Kristus pada waktu penghakiman-Nya dan pada waktu
pemerintahan milenial-Nya.
Selanjutnya rasul Paulus menulis 13 surat dalam Perjanjian Baru. Rasul Paulus adalah
seorang rasul Kristus yang dipanggil untuk memberitakan Injil. Penulisan ketiga belas surat
ini sekitar 48-64 Masehi.
Kitab/Surat Roma ditulis sekitar tahun 57 Masehi di Korintus (bdk. Kis. 20:3). Tema
umum Surat Roma adalah kebenaran Allah telah dinyatakan. Tujuan Kitab/Surat Roma
adalah: (1) karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan
mengenai berita dan ajaran Paulus (bdk. Rm. 3:8; 6:1-2). Paulus merasa perlu untuk
menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun; (2) Dia berusaha
untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah
orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (bdk. Rm. 2:1-29; 3:1, 9) dan orang
bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (bdk. 11:11-36).
Surat 1 Korintus ditulis sekitar tahun 55/56 Masehi di Efesus (bdk. Kis. 19:20). Tema
umum Surat 1 Korintus adalah masalah-masalah jemaat dan pemecahannya. Tujuan
Kitab/Surat 1 Korintus adalah: (1) untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat
di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya; (2) untuk memberikan bimbingan dan
instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus.
Surat 2 Korintus ditulis sekitar tahun 55/56 di Makedonia (bdk. Kis. 20). Penekanan
tema utama Surat 2 Korintus adalah kemuliaan melalui penderitaan. Surat 2 Korintus
ditujukan kepada jemaat yang ada di Korintus untuk dipelajari/dibaca, dicamkan, dan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Paulus menulis Surat 2 Korintus kepada tiga golongan orang yang ada di Korintus: (1)
Paulus menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang tetap setia
kepadanya sebagai bapak rohani mereka; (2) Paulus menulis untuk menantang dan
menyingkapkan rasul-rasul palsu yang terus-menerus berbicara menentang dia secara
pribadi dengan harapan dapat meruntuhkan wibawa dan kerasulannya dan
memutarbalikkan beritanya; (3) Paulus juga menulis untuk menegur minoritas dalam
jemaat yang sedang dipengaruh oleh para lawan Paulus dan yang terus-menerus menolak
wewenang dan tegurannya. Paulus meneguhkan kembali integritas dan wewenang
rasulinya, menjelaskan motivasinya dan memperingatkan mereka terhadap
pemberontakan yang lebih lanjut. Kitab 2 Korintus berfungsi untuk mempersiapkan jemaat
secara keseluruhan untuk kunjungannya yang akan datang.
Surat Galatia ditulis sekitar tahun 48/49 Masehi di Antiokhia/Siria (bdk. Kis. 14:28;
15:2). Tema utama Surat Galatia adalah keselamatan karena kasih karunia oleh iman
kepada Kristus Yesus. Surat Galatia ditujukan kepada jemaat Tuhan yang berdomisili di
Galatia. Tujuan Surat Galatia: (1) untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut
hukum, seperti sunat yang dipraktikkan di dalam Perjanjian Lama, tidak ada hubungan
dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan yang dituliskan di
dalam Perjanjian Baru; (2) menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus
dan hidup rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan bukan oleh ikatan kepada
hukum Taurat dalam Perjanjian Lama.
Surat Efesus ditulis sekitar tahun 62 di Roma (bdk. Kis. 28:30-31). Tema utama Surat
Efesus adalah Kristus dan Gereja. Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam
Efesus 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya
bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguhsungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (bdk. 4:1-
3; 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani
mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan “dalam
Kristus” (1:3-14; 3:10-12) untuk gereja (1:22-23; 2:11-22; 3:21; 4:11-16; 5:25-27) dan
untuk setiap orang (1:15-21; 2:1-10; 3:16-20; 4:1-3, 17-32; 5:1-6:20).
Surat Filipi ditulis sekitar tahun 62/63 Masehi di Roma (bdk. Kis. 28:30-31). Tema
utama Surat Filipi adalah sukacita dalam hal hidup bagi Kristus. Paulus menulis Surat Filipi
kepada orang percaya di Filipi untuk berterima kasih kepada mereka atas pemberian
banyak yang telah dikirimkan kepadanya dengan perantaraan Epafroditus (Flp. 4:14-19)
dan untuk memberi kabar tentang kepadanya. Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat
tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Flp. 1:12-30),
menenangkan jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditus) telah menunaikan tugasnya
dengan setia dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya (Flp. 2:25-30), dan
untuk mendorong mereka supaya mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati,
persekutuan, dan damai sejahtera.
Surat Kolose ditulis sekitar tahun 62 di Roma (bdk. Kis. 28:30-31). Tema utama Surat
Kolose adalah keunggulan Kristus. Tujuan Paulus menulis Surat Kolose: (1) untuk
memberantas ajaran palsu yang berbahaya di Kolose yang sedang menggantikan
keunggulan Kristus dan kedudukan-Nya sebagai inti dalam ciptaan, penyataan, penebusan,
dan gereja; (2) untuk menekankan sifat sebenarnya dari hidup baru di dalam Kristus dan
tuntutannya pada orang percaya.
Surat 1 Tesalonika ditulis sekitar tahun 50/51 Masehi di Korintus (bdk. Kis. 18:5).
Tema utama Surat 1 Tesalonika adalah kedatangan Kristus. Tujuan Surat 1 Tesalonika: (1)
untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka di
tengah-tengah penganiayaan; (2) untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan
dan kehidupan yang saleh; (3) untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya
mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.
Surat 2 Tesalonika ditulis di Korintus sekitar tahun 50 Masehi. Tema utama Surat 2
Tesalonika adalah kedatangan Kristus. Tujuan Surat 2 Tesalonika: (1) menghibur orang
percaya baru yang dianiaya; (2) menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin dan bekerja
untuk mencari nafkah; (3) memperbaiki beberapa kepercayaan yang keliru tentang
peristiwa akhir zaman yang berkaitan dengan “hari Tuhan” (2 Tes. 2:2).
Surat 1 Timotius ditulis sekitar tahun 63 Masehi di Makedonia. Tema utama Surat 1
Timotius adalah doktrin yang benar dan kesalehan. Tujuan Surat 1 Timotius: (1)
Menasihati Timotius untuk mengenal kehidupan pribadi dan pelayanannya; (2) mendorong
Timotius untuk mempertahankan kemurnian Injil dan standarnya yang kudus dari
pencemaran oleh guru palsu; (3) memberikan pengarahan kepada Timotius mengenal
berbagai urusan dan persoalan gereja di Efesus.
Surat 2 Timotius ditulis di Roma sekitar tahun 67 Masehi. Tema utama Surat 2
Timotius adalah bertekun dengan ketabahan. Tujuan Surat 2 Timotius: (1) menasihatkan
Timotius agar memelihara Injil Kristus Yesus; (2) untuk memberitakan Firman Allah
dengan setia; (3) untuk menanggung kesukaran dan melaksanakan tugas-tugas
pelayanannya.
Surat Titus ditulis di Korintus sekitar tahun 63 Masehi. Tema utama Surat Titus adalah
ajaran yang benar dan kebajikan. Tujuan Surat Titus: (1) untuk menata tugas yang
dipercayakan Paulus kepadanya di Kreta termasuk penetapan para penatua (Tit. 1:5); (2)
untuk membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan
(Tit. 1:1); (3) membungkam guru-guru palsu (Tit. 1:11); (4) untuk datang kepada Paulus
setelah ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus (Tit. 3:12).
Surat Filemon ditulis di Roma sekitar tahun 62 Masehi. Tema utama Surat Filemon
adalah perdamaian. Tujuan Surat Filemon: (1) Untuk persoalan khusus tentang hambanya
Onesimus yang telah melarikan diri; (2) menurut hukum Romawi, hamba yang melarikan
diri dapat di hukum mati. Paulus menjadi perantara untuk Onesimus dengan Filemon dan
memohon supaya Onesimus diterima kembali secara ramah sebagai orang percaya dan
sahabat Paulus, dengan kasih yang sama sebagaimana dia akan menerima Paulus sendiri.
Paul Enns memberikan komentar bahwa Surat Galatia, 1-2 Tesalonika, 1-2 Korintus,
dan Roma mencirikan tentang surat-surat umum dan menarasikan tentang doktrin
soteriologi dan eskatologi. Surat Efesus, Filipi, Kolose, dan Filemon menandai bahwa suratsurat ini dtituliskan di dalam penjara, yang membicarakan mengenai doktrin kristologi,
sedangkan 1-2 Timotius dan Titus mencirikan tentang surat-surat pastoral dan
menceritakan tentang doktrin ekklesiologi.53
Surat-surat Paulus lebih bersifat pengajaran dan nasihat. Paulus menulis beberapa
suratnya atas pergumulannya terhadap orang lain supaya mereka memiliki hubungan yang
benar dengan Allah sama seperti dirinya dengan Allah. Kitab Ibrani belum ada kepastian
siapa penulisnya. Namun kitab ini ditulis sekitar tahun 80-90 M.54 Paul Enns berpendapat
bahwa surat Ibrani ditulis sebelum tahun 70 AD/Masehi55 atau sebelum tahun 64 AD,56
karena penganiayaan yang sangat kejam baru dimulai pada waktu pembakaran Roma di
tahun 64 AD/Masehi.
Lokasi dan nama penulis kitab Ibrani tidak ditentukan, tetapi lokasi para pembaca
surat Ibrani adalah Yerusalem. Tujuan penulisan Surat Ibrani adalah untuk
mendemonstrasikan superioritas dari Kristus Yesus dan kekristenan terhadap Yudaisme.
Kitab Ibrani ditujukan pada orang Kristen Ibrani: mereka disebut “saudara-saudara yang
kudus” (Ibr. 3:1); “yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi” (Ibr. 3:1); dan “beroleh
bagian di dalam Kristus” (Ibr. 3:14).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kitab Ibrani
dituliskan oleh seseorang yang sangat mengerti dengan bahasa Ibrani dan Yunani. Kitab
Ibrani ditulis sekitar tahun 62/63 ditujukan kepada orang Kristen Ibrani, baik yang
berdomisili di kota Yerusalem maupun mereka yang tersebar ke berbagai wilayah dimana
orang Kristen Ibrani berada.
Kemudian Kitab Yakobus ditulis oleh Yakobus saudara tiri Yesus sekitar tahun 55-62
Masehi karena menurut Yosephus, Yakobus mati sahid pada tahun 63 Masehi. Alasan surat Surat 2 Timotius ditulis di Roma sekitar tahun 67 Masehi. Tema utama Surat 2
Timotius adalah bertekun dengan ketabahan. Tujuan Surat 2 Timotius: (1) menasihatkan
Timotius agar memelihara Injil Kristus Yesus; (2) untuk memberitakan Firman Allah
dengan setia; (3) untuk menanggung kesukaran dan melaksanakan tugas-tugas
pelayanannya.
Surat Titus ditulis di Korintus sekitar tahun 63 Masehi. Tema utama Surat Titus adalah
ajaran yang benar dan kebajikan. Tujuan Surat Titus: (1) untuk menata tugas yang
dipercayakan Paulus kepadanya di Kreta termasuk penetapan para penatua (Tit. 1:5); (2)
untuk membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan
(Tit. 1:1); (3) membungkam guru-guru palsu (Tit. 1:11); (4) untuk datang kepada Paulus
setelah ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus (Tit. 3:12).
Surat Filemon ditulis di Roma sekitar tahun 62 Masehi. Tema utama Surat Filemon
adalah perdamaian. Tujuan Surat Filemon: (1) Untuk persoalan khusus tentang hambanya
Onesimus yang telah melarikan diri; (2) menurut hukum Romawi, hamba yang melarikan
diri dapat di hukum mati. Paulus menjadi perantara untuk Onesimus dengan Filemon dan
memohon supaya Onesimus diterima kembali secara ramah sebagai orang percaya dan
sahabat Paulus, dengan kasih yang sama sebagaimana dia akan menerima Paulus sendiri.
Paul Enns memberikan komentar bahwa Surat Galatia, 1-2 Tesalonika, 1-2 Korintus,
dan Roma mencirikan tentang surat-surat umum dan menarasikan tentang doktrin
soteriologi dan eskatologi. Surat Efesus, Filipi, Kolose, dan Filemon menandai bahwa suratsurat ini dtituliskan di dalam penjara, yang membicarakan mengenai doktrin kristologi,
sedangkan 1-2 Timotius dan Titus mencirikan tentang surat-surat pastoral dan
menceritakan tentang doktrin ekklesiologi.53
Surat-surat Paulus lebih bersifat pengajaran dan nasihat. Paulus menulis beberapa
suratnya atas pergumulannya terhadap orang lain supaya mereka memiliki hubungan yang
benar dengan Allah sama seperti dirinya dengan Allah. Kitab Ibrani belum ada kepastian
siapa penulisnya. Namun kitab ini ditulis sekitar tahun 80-90 M.54 Paul Enns berpendapat
bahwa surat Ibrani ditulis sebelum tahun 70 AD/Masehi55 atau sebelum tahun 64 AD,56
karena penganiayaan yang sangat kejam baru dimulai pada waktu pembakaran Roma di
tahun 64 AD/Masehi.
Lokasi dan nama penulis kitab Ibrani tidak ditentukan, tetapi lokasi para pembaca
surat Ibrani adalah Yerusalem. Tujuan penulisan Surat Ibrani adalah untuk
mendemonstrasikan superioritas dari Kristus Yesus dan kekristenan terhadap Yudaisme.
Kitab Ibrani ditujukan pada orang Kristen Ibrani: mereka disebut “saudara-saudara yang
kudus” (Ibr. 3:1); “yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi” (Ibr. 3:1); dan “beroleh
bagian di dalam Kristus” (Ibr. 3:14).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kitab Ibrani
dituliskan oleh seseorang yang sangat mengerti dengan bahasa Ibrani dan Yunani. Kitab
Ibrani ditulis sekitar tahun 62/63 ditujukan kepada orang Kristen Ibrani, baik yang
berdomisili di kota Yerusalem maupun mereka yang tersebar ke berbagai wilayah dimana
orang Kristen Ibrani berada.
Kemudian Kitab Yakobus ditulis oleh Yakobus saudara tiri Yesus sekitar tahun 55-62
Masehi karena menurut Yosephus, Yakobus mati sahid pada tahun 63 Masehi. Alasan surat Yakobus ditulis oleh Yakobus saudara tiri Yesus karena: (1) ada kesamaan bahasa dalam
surat Yakobus dengan perkataan Yakobus di Kisah Para Rasul 15; (2) ada kesamaan antara
surat ini dengan pengajaran Yesus (bdk. Yak. 1:22 dan Mat. 7:20, 24; Yak. 3:12 dan Mat.
7:16; Yak. 2:5 dan Mat. 5:3).57
Surat Yakobus ditujukan kepada “kedua belas suku di perantauan” (Yak. 1:1),
menunjuk pada orang percaya Yahudi. Tujuan Surat Yakobus adalah untuk memberikan
pengoreksian pada semangat kedagingannya yang ada, memperlihatkan iman sebagai
penawar bagi masalah tersebut.
Surat 1 Petrus ditulis oleh Rasul Petrus. Rasul Petrus adalah putra dari Yunus (Mat.
16:17) atau Yohanes (Yoh. 1:42), dan saudara dari Andreas (Yoh. 1:40). Petrus berasal dari
Betsaida (Yoh. 1:44), tetapi kemudian pindah ke Kapernaum (Mrk. 1:21, 29) karena
beristeri di Kapernaum. Surat 1 Petrus ditulis sebelum tahun 64 AD.58 Surat 1 Petrus
ditujukan kepada orang percaya Ibrani yang tinggal di tengah orang-orang non-Yahudi (1
Ptr. 1:1). Tujuan surat 1 Petrus adalah untuk menguatkan orang percaya yang sedang
menderita penganiayaan.
Petrus menjelaskan bahwa mereka dalam keadaan “berdukacita oleh karena berbagai
pencobaan” (1 Ptr. 1:16). Dituduh tidak setia pada pemerintah (1 Ptr. 2:13-15), mereka
dicemooh, diolok-olok, dan difitnah karena tidak ikut dalam ketidaksenonohan yang
dilakukan oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Allah (1 Ptr. 3:13-17; 4:4-5). Peturs
mengistilahkan penderitaan mereka sebagai “nyala api siksaan” (1 Ptr. 4:12). Tesis Surat 1
Petrus adalah nasihat/dorongan yang dinyatakan di dalam 1 Petrus 5:12-14 bahwa orang
percaya harus tetap teguh dalam anugerah Allah di tengah penderitaannya.
Surat 2 Petrus juga ditulis oleh rasul Petrus. Surat ini ditulis sekitar tahun 66 Masehi59
atau 65 AD menurut Paul Enns. Tujuan penulisan Surat 2 Petrus dilihat dari dua segi, yakni
(1) Secara negatif, ia memperingatkan orang percaya berkaitan dengan akan munculnya
orang yang hidup tanpa hukum (secara terang-terangan mengabaikan perintah-perintah
Allah) dan pengajar-pengajar ajaran sesat yang menyusup di tengah jemaat; (2) Secara
positif, Petrus mendorong orang percaya untuk “bertumbuhlah dalam kasih karunia dan
dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Ptr. 3:18).
Surat Yudas ditulis oleh Yudas saudara Yakobus (Yud ay. 1). Penulis surat Yudas juga
merupakan saudara tiri dari Tuhan Yesus (bdk. Mat. 13:55). Surat ini ditulis pada tahun 90
Masehi.60 Menurut Ola Tulluan bahwa Surat Yudas ditulis pada tahun 67 atau 68 Masehi.61
Pembaca surat Yudas adalah orang Kristen Yahudi. Peristiwa penulisan surat Yudas sama
dengan 2 Petrus yakni karena kehadiran guru-guru palsu/sesat. Tujuan penulisan Surat
Yudas dinyatakan di ayat 3 yakni supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan
iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.
Berdasakan penjelasan tentang nama-nama kitab dan lain-lainnya, maka dapat
disimpulkan bahwa Alkitab secara keseluruhan ditulis sekitar 1444 tahun.
Dalam hampir semua tradisi Kristen masa kini, Perjanjian Baru meliputi 27 kitab.
Teks-teks aslinya dituliskan pada abad pertama di era Kristen, dan secara umum diyakini
tertulis dalam bahasa Yunani Koine, yang mana merupakan bahasa umum (lingua franca).
Jadi, keseluruhan Alkitab terdapat tiga bahasa dalam naskah aslinya (bukan ditulis dalam 3
bahasa). Yulius Enisman Harefa62 mengutarakan bahwa sistem tulisan paling awal yang
dimiliki oleh manusia telah ada sebelum tahun 3000 sM yang dibuktikan dalam kehidupan
masyarakat kuno, baik di Mesir maupun di Mesopotamia. Tingkat awal dalam
pengembangan tulisan adalah piktogram. Piktogram yaitu gambar-gambar yang
melambangkan objek-objek material. Kemudian piktogram berkembang menjadi deogram
di mana simbol-simbol gambar mengetengahkan ide-ide juga. Seiring dengan perjalanan
waktu muncullah logogram yang menandakan kata dan suku kata. Tingkat terakhir dari
tulisan merupakan peralihan dari sistem penulisan suku kata kepada tulisan yang bersifat
abjad, di mana satu simbol melambangkan satu huruf dari sistem penulisan abjad. Bahasa
Ibrani adalah suatu sistem penulisan abjad dan tergolong sebagai bahasa Semit Barat Laut
yang berbeda dengan sistem penulisan suku kata Asyur dan Babilonia di Mesopotamia,
maka dalam penulisan Alkitab menggunakan suku kata yang bersifat abjad.
Para penulis Alkitab hanya menulis firman Allah dalam tiga bahan saja, yakni papirus,
perkamen, dan vellum. Beberapa teolog merekomendasikan bahwa alat yang digunakan
dalam penulisan Alkitab seperti papirus, perkamen, vellum, lempengan tanah liat dan
ostraka. Namun beberapa alat tersebut tidak dapat mempertanggungjawabkan dirinya
sebagai alat dalam penulisan masing-masing kitab. Alkitab ditulis dalam bentuk gulungan
(opisthograph). Penulis Alkitab yang menulis dengan jumlah kata yang banyak dan
ditujukan kepada bangsa Israel untuk mereka ketahui (selalu dibawa) tidak mungkin ditulis
pada tanah liat, apabila tujuan penulis menulis Alkitab agar bangsa Israel melihat hubungan
Allah dengan manusia, maka tulisan pada batu atau logam pun tidak mungkin digunakan.
Memang hukum Taurat yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel melalui Musa ditulis
dalam loh batu, namun bukanlah itu firman Tuhan yang dimaksudkan dalam Alkitab, tetapi
hukum Taurat itu. Selanjutnya Musa tuliskan dalam tulisannya pada Kitab Keluaran dan
Ulangan. Alkitab menjelaskan bahwa alat-alat yang digunakan dalam menulis pada zaman
tersebut dengan berbagai alat tulis yang diutarakan di atas. Namun, bukan berarti semua
alat tulis itu digunakan dalam penulisan naskah asli adalah papirus, perkamen, dan vellum.
Papirus berasal dari kata Yunani, papyros. Kata ini diturunkan dari kata papuro, yang
diduga terdapat dalam bahasa Kopt (tingkat terakhir bahasa Mesir kuno), yang diartikan
“termasuk milik raja,” dan menunjukkan bahwa pembuatan kertas termasuk monopoli raja
pada zaman Yunani – Romawi. Papirus ini telah digunakan sebagai kertas dalam menulis
sejak awal sejarah Mesir (3000 sM).63 Itulah sebabnya sangat masuk akal jika papirus yang
digunakan dalam penulisan Alkitab.
Perkamen dan vellum adalah alat tulis yang lebih awet daripada papirus. Perkamen
ini semacam kulit binatang yang telah dibersihkan dan digunakan sebagai bahan untuk
menulis. Kulit binatang (kulit anak domba) ini dihaluskan dan disemir, akhirnya digunakan
menjadi alat tulis yang disebut perkamen. Sedangkan kulit binatang yang terbuat dari kulit
anak sapi disebut vellum. Munculnya perkamen dan vellum ini ketika raja Mesir Ptolemeus
menghentikan pengiriman papirus ke Pergamus.64 Rasul Paulus juga menyinggung dalam
suratnya tentang perkamen. Artinya bahwa pada masa rasul Paulus, perkamen menjadi alat
yang terkenal dalam penulisan. Sangat besar kemungkinan kalau rasul Paulus
menggunakan perkamen dalam seluruh tulisannya.
Fungsi dan Tujuan Alkitab
Sebuah narasi harus memiliki fungsi dan tujuan yang jelas, sebab narasi tanpa
memiliki fungsi dan tujuan berarti narasi itu tidak akan berguna bagi para pembaca. Timbul
pertanyaan untuk dijawab; apakah fungsi atau manfaat dari Alkitab? Apakah tujuan
tertinggi dari Alkitab? Apa yang hendak dicapai Allah dengan memberikan Alkitab ini
kepada kita dan mengirimkan Roh Kudus untuk menafsirkannya dan menjadikannya nyata
dalam kehidupan kita. Alkitab sendiri memberikan kepada kita jawabannya, seperti dalam
Efesus 1:9-12 bahwa:
Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana
kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam
Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus
sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. Aku katakan
"di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan --
kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud
Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya --
supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi
puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.
Stedman65 menyatakan bahwa deklarasi yang paling jelas dari tujuan kekal Allah yang
dinyatakan di dalam Alkitab bagi kehidupan kita ditemukan dalam Efesus 4:11-13, dimana
Paulus menyatakan bahwa Tuhan Yesus, setelah menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi
melalui salib dan kebangkitan, naik ke surga dan memberikan karunia-karunia kepada
umat manusia:
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberitapemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan
tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan
yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang
sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Berdasarkan Firman Tuhan di atas, maka tujuan Allah melalui Alkitab adalah untuk
membawa kita pada kedewasaan rohani. Allah menghendaki kita bertumbuh dewasa
menjadi seperti Kristus. Segala yang telah dilakukan Allah di dalam sejarah manusia,
seluruh pekerjaan-Nya yang dicatat di dalam Kitab Suci, dan seluruh alam semesta di dalam
dimensi fisik dan moralnya telah terjadi supaya manusia yang percaya kepada-Nya menjadi
dewasa dalam Yesus Kristus. Tujuan lain dari Alkitab atau Kitab Suci adalah supaya kamu
percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh
hidup dalam nama-Nya (Yoh. 20:31).
Untuk mencapai tujuan tertinggi dari Alkitab yang diberikan kepada kita, maka sangat
didukung oleh fungsi daripada Alkitab. Manfaat atau fungsi Alkitab adalah: (1) untuk
mengajar; (2) untuk menyatakan kesalahan; (3) untuk memperbaiki kelakuan; (4) untuk
mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim. 3:16). Donald Guthrie dkk (penj)
mengemukakan, bahwa, “Segala yang tertulis dalam buku-buku kudus diilhamkan oleh
Allah dan berguna ....” Artinya ialah, bahwa setiap buku (yang tadi ditunjuk dalam hal ini)
adalah berfaedah, karena diilhamkan oleh Allah melalui Roh Kudus
66; jadi satupun tidak
boleh ditiadakan. Mengajar ... dalam kebenaran, artinya ketaatan atau pendidikan, dalam
jalan (atau hidup) kebenaran (dikaiosune).67 Alkitab adalah satu-satunya sumber dasar
yang diilhamkan Allah68 melalui Roh Kudus sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai
standar tertinggi dalam mengajar umat-Nya supaya tidak binasa. Bahkan kesalahankesalahan dan dosa-dosa yang telah diperbuat oleh umat manusia dapat diperbaiki hanya
melalui Alkitab dan melakukan perintah-perintah-Nya yang tertulis di dalam Alkitab.
Manfaat Alkitab juga adalah memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran
secara terus-menerus supaya umat manusia bisa hidup menjadi seperti Yesus Kristus.
C. Waktu Membaca Alkitab
Membaca Alkitab sangatlah dianjurkan dalam Kitab Suci. Beberapa hal yang menjadi
patokan mutlak seseorang mengalami pertumbuhan dan perkembangan rohani secara
signifikan, yang antara lain adalah: (1) Iman seseorang yang percaya kepada Kristus Yesus
dapat bertumbuh secara baik saat mengalami penganiayaan, penderitaan, pencobaan, dan
penindasan yang tak terhingga bila bertindak benar sesuai yang dikehendaki oleh-Nya dan
firman-Nya (bdk. 2 Tim. 3:10-14); (2) Iman seseorang yang percaya kepada Kristus Yesus
dapat bertumbuh saat loyal dalam mendengarkan firman Tuhan tanpa ada batasan waktu
(bdk. Ul. 6:4-9; Rm. 10:17); (3) Iman seseorang yang percaya kepada Kristus Yesus dapat
bertumbuh saat loyal dalam membaca Alkitab secara keseluruhan dan berulang-ulang
membaca tanpa berhenti (bdk. 2 Tim. 3:15-16).
Dengan demikian, supaya iman semakin berakar, bertumbuh, dan berbuah maka
setiap orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus diharuskan mendengar dan
membaca Alkitab secara terus-menerus. Karena itu, cara penggunaan waktu untuk
menyelesaikan /menghabiskan saat membaca Alkitab sebagaimana terpapar pada tabel di
bawah ini.
Esensi atau Konten Alkitab
Bahwasanya Alkitab atau Kitab Suci Kristen menarasaikan sejumlah esensi atau
konten. Penulis menemukan beberapa esensi atau konten yang sangat urgen yakni:
1. Esensi perintah atau ketetapan Tuhan
Perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu;
sesuatu yang harus dilakukan. Hal ini dimaksudkan bahwa perintah atau
ketetapan Tuhan merupakan pernyataan Tuhan yang diceritakan dalam Kitab
Suci Kristen untuk dilakukan, diikuti, atau dituruti oleh umat-Nya pada segala
zaman.
Perintah atau ketetapan Tuhan sama sekali tidak boleh diabaikan. Dalam Alkitab
banyak sekali membicarakan tentang perintah atau ketetapan-Nya, yang antara
lain sebagaimana tertulis di dalam Kitab Keluaran 20:1-17; Ulangan 5:1-21,
Matius 22:37-40; dan lain-lain, yang tertulis di dalam Kitab Suci, baik yang
terdapat di dalam Kitab Perjanjian Lama maupun yang terdapat di dalam Kitab
Perjanjian Baru.
2. Esensi larangan Tuhan
Larangan adalah perintah, aturan, atau ketetapan yang melarang suatu
perbuatan. Hal ini dimaksudkan bahwa larangan merupakan pernyataan yang
berkaitan erat dengan kesalahan, kejahatan, keburukan, dan keberdosaan yang
cenderung dilakukan oleh umat manusia, karena itu Tuhan melarang agar umat
manusia tidak boleh mempraktikkannya.
Dalam Kitab Suci Kristen menyebutkan banyak sekali larangan-Nya, misalnya
mencaci maki, mencuri, berselingkuh/berzinah, membunuh, memfitnah,
menghina, menganiaya, mengolok, kemabukan, pesta pora, kepentingan diri
sendiri, dan lain-lain, yang disebutkan dalam Kitab Suci; baik yang terdapat di
dalam Kitab Perjanjian Lama maupun yang terdapat di dalam Kitab Perjanjian
Baru.
3. Esensi kebenaran
Kebenaran yang dibicarakan dalam Alkitab adalah kebenaran sejati. Artinya,
studi yang tertulis dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah
benar-benar terjadi pada masa lampau dan terus-menerus berlaku pada masa
sekarang dan masa yang akan datang. Bahkan sebagian studi tentang kebenaran
sejati yang tertulis di dalam Kitab Suci akan digenapi pada masa kedatangan
Tuhan Yesus Kristus yang terakhir kali.
4. Esensi dosa
Dosa adalah pelanggaran hukum Allah. Dosa yang pernah diperbuat oleh para
tokoh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, baik para nabi, imam, hakim, raja,
rabbi/guru, rasul, dan umat-Nya secara umum dapat dituliskan oleh para
penulis melalui ilham Roh Kudus agar umat pada generasi sekarang maupun
generasi yang akan datang tidak boleh meneladaninya.
5. Esensi janji Tuhan
Janji Tuhan adalah penting bagi umat-Nya supaya tetap loyal dalam mengikutiNya sampai akhir hayat. Janji Tuhan sangat banyak dinarasikan dalam Kitab
Suci, misalnya janji mendapat berkat umum dan berkat khusus. Berkat umum
adalah berkat berupa jasmani/fisik berlaku bagi semua manusia tanpa
memandang bulu. Sedangkan janji berkat khusus adalah berkat keselamatan
kekal/abadi di dalam Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga yang hanya
diperuntukkan bagi orang-orang yang menaati perintah, peraturan, ketetapanketetapan-Nya, dan menjauhi larangan-Nya sejak percaya, menerima, dan
beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sampai mati meninggal dunia.
Sebagaimana Wahyu 2:10 menjelaskan bahwa, “Hendaklah engkau setia sampai
mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”
IV. Kesimpulan
Allah memberikan firman-Nya kepada umat manusia dengan maksud agar manusia
itu dapat mengenal Allah secara sempurna. Firman Allah yang telah ditulis dalam jangka
waktu 1444 tahun telah lengkap dinyatakan. Sebelum naskah aslinya tergerus oleh alam
karena ketahanan naskah tersebut memiliki batasannya, namun Allah memimpin para
penyalin dan penerjemah untuk menyalin Firman-Nya agar tetap utuh sampai selamalamanya. Allah memelihara setiap firman-Nya baik dalam soal asal usul masing-masing
kitab maupun pengumpulannya.
Penyalinan dan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Indonesia yang dilakukan
Lembaga Alkitab Indonesia dengan jumlah 929 pasal, 23.213 ayat, dan 521.426 kata di
dalam Perjanjian Lama. Sedangkan jumlah 260 pasal, 7.958 ayat, dan 170.292 kata di dalam
Perjanjian Baru. Jadi, Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan jumlah 1.189
pasal, 31.171 ayat, dan 69.718 kata. Umat manusia yang sudah percaya kepada-Nya mesti
loyal dalam membaca Alkitab, karena Alkitab adalah cerminan hidup yang mampu
mengubahkan sikap, karakter, kepribadian, dan kelakuan hidupnya.
Oleh karena itu, tidak ada firman Allah yang hilang walaupun naskah asli sudah tidak
ditemukan lagi. Setiap huruf, kata, kalimat, dan paragraf/alinea yang telah tertulis di dalam
gulungan kitab tetap utuh selama-lamanya walaupun memerlukan ketelitian untuk
memilah dan memilihnya kembali. Di dalam Alkitab terdapat beberapa esensi/konten yang
sangat urgen yang harus dicamkan adalah perintah, larangan, kebenaran, dosa, dan janji
Tuhan. Perintah, kebenaran, dan janji Tuhan harus diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan larangan dan dosa yang tertulis di dalam Alkitab sama sekali tidak
boleh disentuh atau diimplementasikan, baik masa kini maupun masa mendatang
.jpg)
