pengajaran iman kristen

pengajaran iman kristen


 


Alkitab adalah suatu studi yang menarasikan tentang perintah, ketetapan, dan larangan￾larangan-Nya dalam kitab-kitab-Nya atau Firman-Nya yang diilhamkan melalui Roh Kudus, 

sehingga dapat dituliskan oleh para penulis, baik para nabi, raja, imam, hakim, penatua, dan 

rasul pada masa yang telah silam. Alkitab menjadi satu-satunya sumber yang sangat 

penting untuk dijadikan sebagai dasar mutlak dalam mengajarkan pengajaran Kristus 

kepada umat-Nya. Alkitab terbagi menjadi dua bagian besar yakni Perjanjian Lama dan

Perjanjian Baru. Karena itu, melalui studi survei dapat ditemukan para penulis kitab-kitab￾Nya, tahun dan tempat penulisan kitab-Nya, dan jumlah secara keseluruhan 1.189 pasal, 

31.171 ayat, dan 691.718 kata. Dengan demikian, melalui hasil survei ini sangat 

memudahkan para pembaca Alkitab untuk tepat dan cepat dalam menyelesaikan membaca 

Alkitab. Karena itu, beberapa indikator yang harus diperhatikan oleh orang Kristen bila 

memiliki animo yang tinggi untuk menyelesaikan membaca Alkitab adalah sebagai berikut:

pertama, Apabila kerinduan untuk membaca Alkitab diselesaikan dalam kurun waktu satu 

tahun, maka harus membaca 3 atau 4 pasal per hari; 85 atau 86 ayat per hari; atau 

1.895/1.896 kata per hari. Kedua, Apabila kerinduan untuk membaca Alkitab diselesaikan

dalam kurun waktu 6 bulan, maka harus membaca 7 pasal per hari; 171 ayat per hari; atau 

3.780 kata per hari. Ketiga, Apabila kerinduan untuk membaca Alkitab diselesaikan dalam 

kurun waktu 3 bulan, maka harus membaca 12 atau 13 pasal per hari; 339 ayat per hari; 

atau 7.519 kata per hari. Dengan membaca grapho atau graphe Kristen secara saksama, 

maka pengetahuan tentang Kebenaran Tuhan bahkan pertumbuhan rohani akan semakin 

meningkat. Karena pengajaran Kristen yang sejatinya didapatkan dari Firman Tuhan 

melalui mendengar, membaca, mencamkan, dan mengimplementasikan esensi dari Firman 

Tuhan itu sejatinya.

Alkitab adalah satu-satunya sumber dasar tertulis sebagai pedoman, penghayatan, 

dan pengamalan pada seluruh konten Firman-Nya demi menumbuhkan iman Kristen secara 

berkesinambungan. Sekelompok manusia atau orang tertentu menyatakan bahwa Alkitab 

adalah buku tua atau buku kuno yang tidak berlaku lagi seiring perubahan zaman ini. 

Karena itu, Alkitab tidak perlu lagi didengar, dipelajari, dicamkan, dan diberitakan kepada 

khalayak ramai. Sumber-sumber yang perlu dipelajari adalah koran, majalah, buku-buku 

rohani, baca wa orang, facebook, dan sumber-sumber lain yang selalu relevan dengan 

perkembangan sekarang

Berpijak dari pokok persoalan di atas, maka dapat saya kemukakan bahwa Alkitab 

adalah satu-satunya sumber dasar tertulis yang diilhamkan oleh Roh Kudus dapat ditulis 

oleh 40 penulis supaya dapat dipelajari oleh umat manusia yang hidup dari masa ke masa 

sampai saat ini. Bagi saya Alkitab selalu berlaku pada semua zaman karena Alkitab-lah satu￾satunya sumber dasar tertulis tersebut, yang mampu mengoreksi gaya hidup umat manusia, 

mempertahankan supaya kelakuan tetap bersih, dan menuntun manusia supaya tidak 

menyimpang dari perintah-perintah-Nya, seperti Pemazmur mengutarakan bahwa, 

“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya 

sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan 

aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, 

supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau (Mzm. 119:9-11). 

Untuk itu, Alkitab tetap relevansi dengan perkembangan keadaan hidup manusia di 

dunia saat ini. Apabila umat manusia tidak lagi menyelidiki Alkitab berawal dari prinsip￾prinsip dasar sampai kedalaman isi Alkitab, maka sesungguhnya manusia itu telah mati 

rohani dan suatu kelak fisiknya akan di hukum oleh Firman dan Pemberi Firman. Prinsip 

dasar untuk menambah wawasan setiap orang, maka melalui artikel ini saya menarasikan 

mengenai Studi Survei Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai Dasar 

Pengajaran Iman Kristen. 

Saya mengamati bahwa selama ini para pembaca Alkitab belum mengetahui studi 

survei Alkitab secara faktual, karena para pembaca kebanyakan hanya memerlukan konten 

Firman Tuhan, sehingga selalu mengabaikan prinsip-prinsip dasar yang perlu diketahui 

secara nalar untuk menajamkan pengetahuan rohani agar semakin luas dan 

mendalam.Dengan demikian, siapa pun yang setia membaca Alkitab perlu mengetahui 

secara pasti tentang prinsip-prinsip dasar Alkitab dalam Kitab Perjanjian Lama dan 

Perjanjian Baru supaya dapat dipakai sebagai bahan Pendalaman Alkitab bagi anak Sekolah 

Minggu, remaja, dan pemuda-pemudi, termasuk para peserta didik di sekolah dan di 

Perguruan Tinggi.


Alkitab adalah suatu studi yang menarasikan tentang perintah, ketetapan, dan 

larangan-larangan Tuhan di dalam kitab-kitab-Nya atau firman-Nya. Pernyataan ini 

mengindikasikan bahwa Alkitab adalah wahyu dari Allah kepada umat-Nya. Raja Frederick 

yang memerintah di Prusia pada abad XIII pernah bertanya kepada pelayan Kristus Yesus 

yang melayani diistinahnya: “Apabila Alkitab diwahyukan Allah, dapatlah Anda 

membuktikannya dengan kalimat atau contoh sederhana kepadaku?” Si pelayan tersebut

menjawab: “Yang mulia, segala sesuatu yang dialami oleh bangsa Yahudi adalah bukti dari 

Alkitab wahyu Allah.”1

Alkitab adalah wahyu dari Allah, sehingga Alkitab disebut sebagai firman Allah yang 

diperkenankan-Nya untuk ditulis oleh para nabi, imam, hakim, raja, penatua, dan rasul￾rasul sebagai penyataan/wahyu khusus yang diilhamkan Roh Kudus. Alkitab dapat 

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris disebut Bible. Istilah Bible diambil dari istilah 

Yunani disebut “biblos,” dan menurut Santo Hieronymus pertama kali menggunakannya 

dalam bahasa Latin disebut “biblia,”2 yang berarti kitab-kitab. Alkitab juga sering disebut 

sebagai “Kitab Suci” menurut orang Kristen. Pelealu Samuel G mengutarakan bahwa, kata 

“Kitab Suci” merupakan terjemahan dari kata Yunani “graphe” yang artinya “tulisan.”3 Di 

dalam Perjanjian Baru kata kerja grapho digunakan kira-kira sembilan puluh kali untuk 

menunjuk pada Alkitab. Sedangkan kata benda graphe digunakan lima puluh satu kali 

dalam Perjanjian Baru dan hampir secara eksklusif digunakan untuk kata “Kitab Suci.”4 

Istilah “biblos,” diambil dari nama kota yang ada di Yunani, yakni kota Byblos. Kota ini 

disebut kota Byblos karena di daerah ini terkenal menghasilkan papirus. Pada masa itu, 

sejumlah buku terdiri atas halaman-halaman papirus akhirnya kota itu menjadi kota 

Byblos. Kemudian bangsa Romawi menerjemahkan kata “buku” dalam bahasa Yunani, yakni 

biblos dengan bentuk jamaknya “biblon” yang berarti kitab/buku-buku.”5 Dengan demikian, 

bentuk pluralnya menunjukkan fakta bahwa Alkitab Kristen bukanlah satu keutuhan, 

melainkan sebuah kumpulan. Akhirnya, Alkitab dapat diartikan sebagai kumpulan kitab￾kitab firman Allah yang menyatakan diri-Nya bagi keselamatan umat manusia di segala 

zaman. 

Pernyataan pengertian tersebut di atas dapat dimengerti bahwa Alkitab adalah 

sekumpulan naskah yang dipandang suci dalam ajaran Yudaisme dan Kekristenan. Alkitab 

merupakan sekumpulan Kitab Suci yang ditulis pada waktu yang berlainan, oleh para 

penulis yang berbeda di lokasi-lokasi yang berbeda. Umat Yahudi dan kristiani (Kristen) 

memandang kitab-kitab dalam Alkitab sebagai hasil dari pengilhaman ilahi, dan sebagai 

catatan otoritatif mengenai hubungan antara Allah dengan manusia. 

Saat umat-Nya membaca Alkitab atau Kitab Suci berarti umat-Nya sedang mendengar 

suara Tuhan. Suara Tuhan dapat diistilahkan juga pikiran Tuhan. Sumber pikiran Tuhan 

dapat tertuang semua dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Konten 

kebenaran Tuhan dalam Kitab Suci Kristen mampu mengubahkan hidup umat manusia bagi 

yang memiliki loyalitas dalam mendengar, membaca, mencamkan, dan 

mengimplementasikan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari tanpa membutuhkan 

paksaan dari pihak lain. Karena itu, semua orang yang telah percaya kepada Kristus Yesus 

diharuskan membaca Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. 

Kitab-kitab suci sangat penting dibacakan secara terus-menerus bagi orang percaya 

yang hidup di dunia ini termasuk yang loyal dalam pelayanannya (bdk. Why. 1:3; Kol. 1:16). 

Warren W. Wiersbe dikutip Marthen Mau dalam skripsi yang menyatakan,Membaca firman Allah berarti membaca Kitab Suci di kebaktian umum dalam jemaat 

setempat. Orang-orang Yahudi selalu membaca Kitab Taurat dan Kitab Para Nabi 

dalam rumah ibadat mereka, dan kebiasaan itu terbawa ke dalam jemaat-jemaat 

Kristen. Tuhan Yesus membaca Kitab Suci dalam rumah ibadat di Nazaret (Luk. 4:16 

dst) dan Paulus sering membacakan pelajaran-pelajaran dari firman Allah apabila ia 

mengunjungi rumah ibadat (Kis. 13:15).6

Alkitab atau Kitab Suci Kristen yang dipakai di gereja-gereja Kristen sekarang ini 

adalah Alkitab yang telah dikanonisasikan berjumlah 66 buah Kitab. Karena itu, jumlah 

Alkitab, kitab, pasal, ayat, dan kata-kata yang telah diterjemahkan dari bahasa Ibrani (PL) 

dan bahasa Yunani (PB) ke dalam bahasa Indonesia (LAI) tidak boleh ditambah dan tidak 

boleh dikurangi. Sebagaimana Wahyu 22:18-19 dikatakan bahwa Aku bersaksi kepada 

setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang 

menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan 

kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang 

mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan 

mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di 

dalam kitab ini.” 

Alkitab kanonik bervariasi tergantung pada tradisi ataupun kelompok; sejumlah kanon 

Alkitab telah berevolusi, dengan isi yang tumpang-tindih dan divergen. Perjanjian Lama Kristen 

bertumpang tindih dengan Alkitab Ibrani dan Septuaginta Yunani; Alkitab Ibrani dikenal dalam 

Yudaisme dengan sebutan Tanakh.7 Perjanjian Baru merupakan sekumpulan tulisan karya umat 

Kristen awal, yang diyakini bahwa kebanyakan di antaranya adalah para murid Yahudi Kristus, 

ditulis dalam bahasa Yunani Koine abad pertama. Tulisan-tulisan Yunani Kristen awal ini terdiri 

dari berbagai narasi, surat, dan tulisan apokaliptik. Di antara denominasi-denominasi Kristen 

terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai isi kanon, terutama dalam Apokrifa, yakni 

sejumlah karya yang dipandang dengan beragam tingkat penghormatan.

Berbagai kalangan Kristen menyikapi Alkitab secara berbeda. Kalangan Katolik, 

Anglikan, dan Ortodoks Timur menekankan harmoni serta arti penting Alkitab dan tradisi suci, sementara kalangan Kristen berfokus pada konsep sola scriptura.

8 Konsep ini timbul 

selama reformasi Kristen, dan banyak denominasi Kristen yang hingga saat ini terus 

mendukung penggunaan Alkitab sebagai satu-satunya sumber ajaran Kristen.

Dengan jumlah total penjualan yang diperkirakan lebih dari 5 miliar kopi, Alkitab 

secara luas dianggap sebagai buku terlaris sepanjang sejarah. Diperkirakan bahwa 

penjualan tahunannya adalah 100 juta kopi, dan telah berpengaruh besar dalam sastra dan 

sejarah, terutama dalam dunia bara. Alkitab Gutemberg adalah buku pertama yang dicetak 

secara massal, dan merupakan buku pertama yang dicetak menggunakan mesin cetak 

bergerak.

c. Perjanjian Lama 

Salah satu komponen dari Alkitab adalah Kitab Perjanjian Lama. Perjanjian Lama 

adalah bagian kitab pertama dari Kitab Suci Kristen, yang utamanya berdasarkan pada 

Alkitab Ibrani, berisikan suatu kumpulan tulisan keagamaan karya bangsa Israel kuno. 

Terdapat variasi kanon Perjanjian Lama di antara Gereja-gereja Kristen; kalangan Kristen 

dan Orang suci zaman akhir hanya menerima kitab-kitab yang terdapat dalam kanon9

Alkitab Ibrani, yang mana terbagi dalam 39 kitab, sedangkan kalangan Katolik Roma, 

Ortodoks Timur, dan Ortodoks Oriental menerima sekumpulan tulisan dengan jumlah yang 

sedikit lebih banyak. 

Perjanjian Lama terdiri dari banyak kitab berbeda yang ditulis, disusun, dan disunting 

oleh berbagai penulis selama kurun waktu berabad-abad. Lamanya kurun waktu penulisan 

Kitab Perjanjian Lama sebagaimana ditandaskan oleh Yulius Enisman Harefa10 bahwa Kitab 

Perjanjian Lama ditulis dalam kurun waktu 1400 tahun (180011-400sM) oleh 31 penulis 

dengan situasi dan latar belakang yang berbeda-beda. Lima Kitab Pertama yang disebut 

kitab Pentateukh ditulis oleh Musa. Musa adalah seorang politikus pada zamannya di Mesir. 

Menurut Obadja bahwa penulisan kitab Pentateukh ini sekitar tahun 1540-1410 sM.12 Musa 

menulis Kitab Pentateukh selama berada di Padang Gurun. Yosua seorang jendral militer 

yang sangat setia kepada Musa. Dia yang menuliskan kitab Yosua sendiri. Yosua menulis 

kitabnya setelah memasuki tanah perjanjian. Dia menulis sekitar tahun 1400-1370 sM.13

Kemudian Kitab Hakim-Hakim, Rut, 1 dan 2 Samuel ditulis oleh Samuel sendiri. Meskipun 

Kitab 2 Samuel masih dipertanyakan penulisnya, namun para teolog lebih mendukung 

bahwa Samuel-lah yang menulisnya. Keempat kitab ini ditulis sekitar tahun 1050-930 sM.14

Samuel mendapat tiga jabatan dalam pelayanannya, yakni nabi, imam, dan hakim.15 Kitab 

Raja-raja menurut tradisi Israel bahwa Yeremia yang menulis kitab tersebut. Tidak ada 

dokumen yang falid dalam menentukan siapa penulis kitab tersebut, namun penulisan kitab

ini sekitar tahun 550 sM.16 Kitab-kitab Tawarikh juga tidak dapat dipastikan penulisnya. 

Menurut tradisi Israel bahwa yang menulis kitab tersebut adalah Ezra. Penulisan kitab ini 

sekitar 450-425 sM.17 Ezra seorang imam atau rohaniwan pada saat itu. Ezra selain sebagai 

imam, menurut saya dia seorang nabi Tuhan, yang disebut nabi Ezra. Ezra menulis kitab 

Ezra sekitar tahun 457-444 sM.18 

Kitab Nehemia ditulis oleh Nehemia sendiri. Dia sebagai pegawai pemerintah, yaknmi 

juru minuman raja Persia. Nehemia pernah menjabat sebagai bupati. Dia menulis kitab 

Nehemia sekitar tahun 445-425 sM.19 Kitab Ester merupakan kitab yang menarasikan 

tentang seorang gadis cantik Yahudi yang dipilih menjadi ratu di Persia. Kisahnya yang 

memenaruhkan nyawanya demi menyelamatkan bangsanya merupakan bentuk 

providensia Allah bagi umat-Nya. Kitab Ester ini tidak diketahui siapa penulisnya, namun 

kitab ini ditulis sekitar tahun 470-435 sM.20 Kitab Ayub adalah kitab yang tertua dalam 

Perjanjian Lama. Kehidupan Ayub sezaman dengan Abraham. Ayub menulis kitab tersebut 

sekitar tahun 1800 sM. Ayub adalah seorang yang saleh di hadapan Allah. Dia bergaul karib 

dengan Allah. Kitabnya mengandung makna kesalehan, kejujuran, dan penderitaan. Kitab 

Mazmur ditulis oleh enam pemzamur yang sangat bijaksana, yakni Daud, Bani Korah, Asaf, 

Musa, Etan, dan Salomo. Kitab Mazmur ini ditulis sekitar tahun 1405-500 sM.21 Demikian 

juga halnya dengan kitab Amsal. Amsal ditulis oleh empat orang, yakni Salomo, Hizkia, Agur, 

dan Lemuel. Kitab ini adalah kitab hikmat. Penulisannya sekitar tahun 950-700 sM.22 Kitab 

Pengkhotbah dan Kidung Agung ditulis oleh Raja Salomo. Kitab ini ditulis sekitar tahun 

1000-965 sM. Kitab Yesaya ditulis oleh nabi Yesaya sekitar tahun 740-680 sM di kerajaan 

Selatan. Selanjutnya kitab Yeremia dan Ratapan ditulis oleh nabi Yeremia sekitar tahun 

627-585 sM. Pelayanan nabi Yeremia merupakan awal dari kehancuran kerajaan selatan. 

Kemudian kitab Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, 

Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi ditulis oleh masing-masing nabi yang 

namanya sesuai dengan kitabnya. Kitab Maleakhi ditulis sekitar tahun 450-400 sM. Setelah 

itu, tidak ada firman Tuhan melalui para nabi hingga Perjanjian Baru. 

Menurut Yulius Enisman Harefa bahwa Kitab Perjanjian Lama ditulis sebagian dalam 

bahasa Ibrani dan beberapa nas yang ditulis dalam bahasa Aram (bdk. Dan. 2:4-7:18; Ezr. 

4:8-6:18; 7:12-26).23 Dengan demikian, semua kitab dalam Perjanjian Lama ditulis sebelum 

kelahiran Tuhan Yesus Kristus, yang mana 97% isinya ditulis dalam bahasa Ibrani dan 

sisanya dalam bahasa Aram. Kitab-kitab Perjanjian Lama secara umum dapat dibagi 

menjadi beberapa komponen, seperti nampak pada tabel di bawah ini.


Perjanjian Baru 

Bagian Alkitab kedua adalah Perjanjian Baru. Kitab-kitab Perjanjian Baru dalam 

bahasa Yunani Koine disebut: Ἡ Καινὴ Διαθήκη atau Hē Kainḕ Diathḗkē merupakan bagian 

utama kedua kanon Kitab Suci Kristen. Perjanjian Baru adalah penggenapan dari seluruh 

penglihatan para nabi, pemazmur, dan pengharapan yang terkadang dalam hati semua 

orang yang merindukan Tuhan. Perjanjian Baru adalah satu kesatuan yang utuh. Subjek 

Perjanjian Baru yang utama ialah Tuhan Yesus Kristus, sedangkan objek yang utama ialah


keselamatan manusia. Kristus adalah subjek pada keseluruhan dalam Kitab Perjanjian 

Baru.24 

Pdt. Ro Woo Ho menyatakan bahwa kata Perjanjian Baru ada hubungan dengan kata 

Perjanjian Lama. Kata Perjanjian Baru tertulis dalam 2 Korintus 3:6 dan Lukas 22:20. Kitab￾kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani membahas ajaran-ajaran dan pribadi 

Tuhan Yesus Kristus, serta berbagai peristiwa dalam kekristenan pada abad I. Umat Kristen 

memandang Perjanjian Baru bersama-sama dengan Perjanjian Lama sebagai Kitab Suci. 

Kitab Suci Perjanjian Baru telah dipakai sebagai sumber untuk penyebaran Agama Kristen 

di seluruh dunia. 

Selain itu Perjanjian Baru juga dianggap mencerminkan dan berfungsi sebagai suatu 

sumber bagi moralitas dan teologi Kristen. Berbagai frase dan bacaan yang diambil 

langsung dari Perjanjian Baru juga dimuat bersama dengan bacaan-bacaan dari Perjanjian 

Lama ke dalam beragam liturgi Kristen. Perjanjian Baru telah memengaruhi berbagai 

gerakan keagamaan, filosofis, dan politik dalam dunia Kristen.

Perjanjian Baru merupakan sebuah antologi, yakni koleksi karya-karya kristiani yang 

ditulis dalam bahasa Yunani yang umum digunakan pada abad pertama, pada waktu yang 

berbeda-beda oleh berbagai penulis yang adalah murid-murid Yahudi pertama kali dari 

Yesus. Menurut M. E. Duyverman menandaskan bahwa Kitab Perjanjian Baru ditulis bagi 

orang percaya, namun isinya bersifat universal. Kitab Perjanjian Baru ditulis dalam kurun 

waktu 44 tahun (51-95 tahun) oleh 9 penulis dengan latar belakang dan situasi yang 

berbeda-beda. Karena itu, di bawah ini saya menampilkan komponen nama Kitab dalam 

Perjanjian Baru seperti nampak pada tabel 3. 


Kitab Matius ditulis oleh Matius. Matius disebut juga sebagai Lewi seorang pemungut 

cukai pada zaman Yesus. Matius menulis kitab ini sekitar tahun 50 Masehi25 atau B. Reicke 

berpendapat bahwa situasi sejarah 50-64 Masehi cukup relevan sebagai latar belakang,26

sehingga masuk akal jika Injil Matius ditulis di antara masa itu.27 Injil Matius mendapat 

dugaan umum bahwa dari sejak awal, Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani.28 Menurut W. F. 

Howard, Matius memiliki bahasa Yunani yang tepat meski agak membosankan, 

menghindari bentuk vulgar tanpa menunjukkan keahlian tata bahasa.

Teori La Probleme synoptique (1954) pendekatan dengan pandangan T. Zahn bahwa 

bahasa Yunani Injil Matius yang kita miliki merupakan terjemahan dari bentuk Aram yang 

merupakan bentuk aslinya dan dipengaruhi oleh Injil Markus yang berbahasa Yunani, yang 

telah disusun dari sumber Aram yang sama.30 Pandangan ini dapat dijelaskan bahwa Injil 

Matius asli yang ditulis dalam bahasa Aram merupakan Injil terawal dan mempengaruhi 

Injil-injil Sinoptik berbahasa Yunani. Dengan demikian, Matthew Black menyatakan bahwa 

Injil Matius mengandung cukup bukti untuk menunjukkan adanya sumber berbahasa Aram. 

Meski menganggap narasi Matius kurang menunjukkan pengaruh Aram seperti Markus, ia 

mengakui bahwa Injil Matius menunjukkan jejak dari apa yang ia sebut sebagai gaya bahasa 

Yahudi-Yunani.31 

Injil Matius ditujukan kepada orang Yahudi, yang saat itu berjumlah 20.000 orang 

Yahudi di Yerusalem yang percaya kepada Kristus. Mereka yang percaya membutuhkan 

penjelasan tentang kemesiasan Yesus, menguatkan iman mereka dari sudut pandang orang 

Yahudi dan juga membantah lawan-lawan mereka.32 Pendapat Guthrie bahwa penerima 

Injil Matius adalah orang Kristen di Siria atau pusat Kekristenan yang penting di Siria.33

Tujuan Injil Matius ada dua segi yakni: (1) untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. 

Mesias adalah suatu sebutan Yahudi bagi raja Israel yang akan membawa keselamatan bagi 

Israel pada akhir zaman; (2) untuk menyajikan kerajaan sesuai dengan rencana Allah. 

Yesus adalah Mesias Israel dan bangsa itu telah menolak sang Mesias. Matius menjelaskan 

bahwa kerajaan yang telah ditawarkan kepada orang Yahudi telah ditunda oleh karena 

penolakan Israel. Walaupun orang Yahudi menolak tetapi bangsa-bangsa lain diselamatkan 

karena percaya kepada-Nya. 

Kitab Markus lebih tua dari Injil Matius. Kitab Markus ditulis oleh Markus. M.E. 

Duyverman menyatakan bahwa Kitab Markus ditulis oleh Markus sendiri sekitar tahun 

66/67 Masehi.34 Mayoritas teolog yakin Injil Markus ditulis tahun 65-70 Masehi, tidak 

mustahil untuk memegang penanggalan yang lebih awal. Harnack memegang penanggalan 

sebelum 60 M dan Allen sebelum 50 M.35 Harnack didasarkan pada penanggalan awal atas 

Kisah Para Rasul (63 M) yang berarti Injil Lukas harus ditulis sebelum itu, dan Injil Markus 

ditulis sebelum Injil Lukas. Teori Allen dipengaruhi oleh keyakinannya bahwa Injil Markus 

yang asli ditulis dalam bahasa Aram, dan hipotesis ini menuntut penanggalan yang lebih 

awal.36 J.A.T. Robinson juga dengan kuat memegang penanggalan yang lebih awal. Ia 

menduga Markus membuat catatan (draft) dari khotbah Petrus (45 M), lalu menyusunnya 

dalam bentuk yang lebih tertata sebagai proto Markus, sebelum mencapai tahap final 

bersama Injil-Injil Sinoptik lain pada akhir 50 M atau 60 M.37 Injil Markus ditulis dalam 

bahasa Yunani adalah terjemahan langsung dari Injil Markus berbahasa Aram.38 Opini yang 

lebih banyak diterima adalah bahasa Yunani Injil Markus merupakan “Yunani 

terjemahan”39 karena Markus memproduksi katechesis Aram. Menurut Matthew Black, bahwa pengaruh Aram dalam Injil Markus-Yunani, khususnya dibagian ucapan, 

menunjukkan bahwa Markus memakai kumpulan ucapan Aram saat menyusun Injil. 

Masalah ini amat teknis dan hanya bisa diputuskan oleh mereka yang fasih berbahasa 

Aram.40 

Sesungguhnya, Kitab Injil Markus merupakan narasi Kristus Yesus yang direkam oleh 

Simon Petrus dan dituliskan oleh Markus dari mulut Simon Petrus. Sebagaimana Paul Enns 

mengutip tulisan Papias yang ditegaskannya bahwa Markus, sebagai penerjemah dari 

Petrus, menulis dengan akurat segala sesuatu yang ia ingat.41 Clement dari Alexandria 

menyatakan bahwa orang Romawi meminta kepada Petrus untuk menulis catatan tentang 

kehidupan Kristus bagi mereka. Jadi sangatlah mungkin Markus menolong Petrus untuk 

memenuhi permohonan itu dari orang Romawi.42 Untuk itu, dapat dipahami bahwa Injil 

Markus ditulis oleh Markus karena ia seorang penerjemah dari Simon Petrus.

Penekanan utama Markus akan Yesus adalah gambaran Kristus sebagai Hamba yang 

datang untuk melayani dan memberikan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang 

(Mrk. 10:45). Tujuan Injil Markus adalah untuk menyajikan pada pembacanya orang 

Romawi dengan dinamika Anak Manusia sebagai seorang Hamba, supaya mendorong orang 

untuk beriman kepada-Nya. 

Penulis Injil Lukas adalah dr. Lukas (Luk. 1:3). Kitab Injil Lukas ditulis sekitar tahun 

antara 58 dan 60 di Palestina.43 Injil Lukas ditujukan kepada Theofilus sebagai sebuah 

dedikasi karena Theofilus adalah seorang pembaca non-Yahudi yang tidak diragukan lagi 

sebagai pembaca Injil Lukas. Nama Theofilus merupakan simbolisme dari orang-orang yang 

terhilang dari hadapan-Nya; yang sangat perlu menerima berita keselamatan dari surga. 

Karena itu, Injil Lukas menekankan tujuan dari penulisan Injil Lukas adalah sebab Anak 

Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. 

Penulis Injil Yohanes adalah Yohanes, saudara Yakobus dan anak dari Zebedeus. 

Pekerjaan pertama adalah seorang nelayan. Ia pasti memiliki usaha yang cukup 

menguntungkan sehingga ia mempekerjakan para pelayan dalam usaha nelayannya (Mrk. 

1:20). Ibunya bernama Salome adalah saudara perempuan Maria, ibu Yesus. Hal itu berarti 

ia adalah saudara sepupu Yesus (bdk. Yoh. 19:25; Mat. 27:56; Mrk. 15:40, 47).

Kitab Injil Yohanes ditulis sekitar tahun 90 Masehi.44 Sumber untuk studi teologi 

Yohanes adalah Injil Yohanes, 1-3 Yohanes, dan Wahyu. Teologi Yohanes berpusat pada 

Pribadi Kristus dan wahyu Allah yang diberikan melalui kedatangan Yesus Kristus. Tujuan 

Kitab Injil Yohanes: supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya 

kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yoh. 20:31). 

Berdasarkan survei sederhana Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes di atas, maka 

dapat disimpulkan bahwa Injil Matius ditulis oleh Matius (pemungut cukai)/Lewi pada 

tahun 50 M; Injil Markus ditulis oleh Markus menerima rekaman suara secara lisan dari 

Simon Petrus pada tahun 45 M; Injil Lukas ditulis oleh dr. Lukas pada tahun 58/60 M; dan 

Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes, rasul yang dikasihi Yesus pada tahun 90 M. 

Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh dr. Lukas (Kis. 1:1). Kisah Para Rasul ditulis sekitar 

tahun 63 Masehi.45 Kitab Kisah Para Rasul bertujuan untuk memberikan suatu catatan dari

asal mula dan perkembangan gereja di bawah kuasa dan bimbingan Roh Kudus. Kisah Para 

Rasul memberikan pandangan yang bernilai berkaitan dengan fungsi gereja di dalam 

Perjanjian Baru, yakni: Pertama, petunjuk adalah penting di gereja mula-mula (Kis. 2:42; 

4:2; 11:26; 12:24; 13:46; 15:35; 17:11; 18:5; 19:8, 10, 20; 20:3, 7, 17-35) dan melibatkan 

pengajaran kebenaran proposional, seperti doktrin-doktrin para rasul (Kis. 2:42), 

kebangkitan (4:2, 33; 24:15, 21; 26:8), dan fakta tentang Kristus (5:20, 25, 28, 42; 7:52; 8:5; 

9:20-22; 10:36; 11:20; 13:16-41; 28:23). Kedua, persekutuan yang melibatkan hal-hal 

materi (4:32-35; 6:1-3; 16:15, 34), perjamuan Tuhan (2:42; 20:7), doa (2:42; 2:24-31; 12:5, 

12; 13:3; 20:36; 21:5), penderitaan (4:1-21; 5:17-42; 7:1-60; 8:1; 9:1-2; 11:19; 12:1-19), 

dan telah di dalam Kristus (13:52; 16:5, 25, 34, 40; 19:17). Ketiga, Ibadah direfleksikan 

dalam penghormatan dari orang percaya kepada Tuhan (2:46-47; 4:23-31; 5:11; 9:31). 

Keempat, Pelayanan yang paling dilibatkan adalah penginjilan (4:33; 5:14, 42; 8:4, 12, 13, 

26-40; 9:42; 10:34-48; 11:24; 13:12, 48; 14:21; 16:5, 14, 31; 17:2-3, 17, 34; 22; 26; 28:23-

31). 

Kitab 1 Yohanes ditulis sekitar tahun 80 AD di Efesus46 dan ditujukan kepada gereja￾gereja di wilayah sekitar Efesus. Ada dua faktor dalam penulisan Kitab 1 Yohanes: (1) 

Yohanes menulis berkaitan dengan adanya guru-guru palsu dan kerohanian yang tidak 

stabil dari orang percaya. Ia memperingatkan tentang antikristus yang menyangkali 

kemanusiaan Yesus yang sejati; (2) Yohanes juga menulis tentang kondisi spiritualitas dari 

orang percaya. Sebagian mereka tidak hati-hati dalam perjalanan mereka dan terlibat 

dengan dunia ini (2:15-17). Yohanes menulis untuk menjelaskan persekutuan yang sejati 

dengan Tuhan Yesus Kristus.

Kitab 2 Yohanes penulisnya sama dengan 1 Yohanes dan waktu penulisannya sekitar 

tahun 80 AD di Efesus.47 Kitab 2 Yohanes ditujukan kepada “ibu pilihan dan anak-anaknya.” 

Hal ini dapat menunjuk pada: (1) gereja universal; (2) gereja lokal; (3) seorang ibu yang 

sebenarnya. Yohanes menulis untuk memperingatkan ibu itu dan gereja yang kemungkinan 

besar bertemu di rumahnya melawan kedatangan guru-guru sesat. Ibu itu suka memberi 

tumpangan dan Yohanes melihat bahaya khusus dari undangan itu pada guru-guru sesat ke 

rumahnya. Yohanes memperingatkannya untuk tidak memberikan tumpangan kepada 

guru-guru sesat itu (2 Yoh ay. 10).

Kitab 3 Yohanes ditulis sekitar tahun 80 AD di Efesus.48 Penulisan surat Yohanes yang 

ketiga ditujukan kepada “Gayus yang tercinta” tidak ada keterangan lain tentang dirinya, 

selain dari pernyataan ini. Yohanes menulis untuk memberikan instruksi kepada Gayus 

tentang Diotrefes, seorang pribadi yang berpengaruh di gereja yang berkeinginan untuk 

mendapatkan posisi yang utama. Yohanes menulis untuk menguatkan Gayus tentang 

problema Diotrefes dan untuk mencela dosa Diotrefes.49 Menurut tradisi lama, maka 

surat/kitab 1-3 Yohanes ditulis sebelum Injil Yohanes.50

Kitab Wahyu ditulis di Pulau Patmos sekitar tahun 90-95, yaitu menjelang 

berakhirnya pemerintahan Kaisar Domitian (A.D. 81-96) yang begitu kejam terhadap

orang-orang Kristen.51 Senada dikemukakan oleh Paul Enns bahwa Kitab Wahyu ditulis 

oleh Yohanes sekitar tahun 95 AD.52 Kitab Wahyu ditujukan kepada tujuh gereja di Asia 

(Why. 1:4). Yohanes menulis untuk beberapa alasan: (1) untuk menguatkan orang Kristen 

di tengah penganiayaan di bawah Kaisar Domitian (naik takhta tahun 81 AD) dan 

mengingatkan mereka akan kemenangan terakhir dari Yesus Kristus; (2) untuk 

menyampaikan kebenaran nubuatan PL pada akhir penggenapannya; (3) memberikan 

gambaran dari kemenangan Kristus pada waktu penghakiman-Nya dan pada waktu 

pemerintahan milenial-Nya. 

Selanjutnya rasul Paulus menulis 13 surat dalam Perjanjian Baru. Rasul Paulus adalah 

seorang rasul Kristus yang dipanggil untuk memberitakan Injil. Penulisan ketiga belas surat 

ini sekitar 48-64 Masehi. 

Kitab/Surat Roma ditulis sekitar tahun 57 Masehi di Korintus (bdk. Kis. 20:3). Tema 

umum Surat Roma adalah kebenaran Allah telah dinyatakan. Tujuan Kitab/Surat Roma 

adalah: (1) karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan 

mengenai berita dan ajaran Paulus (bdk. Rm. 3:8; 6:1-2). Paulus merasa perlu untuk 

menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun; (2) Dia berusaha 

untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah 

orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (bdk. Rm. 2:1-29; 3:1, 9) dan orang 

bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (bdk. 11:11-36).

Surat 1 Korintus ditulis sekitar tahun 55/56 Masehi di Efesus (bdk. Kis. 19:20). Tema 

umum Surat 1 Korintus adalah masalah-masalah jemaat dan pemecahannya. Tujuan 

Kitab/Surat 1 Korintus adalah: (1) untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat 

di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya; (2) untuk memberikan bimbingan dan 

instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus.

Surat 2 Korintus ditulis sekitar tahun 55/56 di Makedonia (bdk. Kis. 20). Penekanan 

tema utama Surat 2 Korintus adalah kemuliaan melalui penderitaan. Surat 2 Korintus 

ditujukan kepada jemaat yang ada di Korintus untuk dipelajari/dibaca, dicamkan, dan 

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Paulus menulis Surat 2 Korintus kepada tiga golongan orang yang ada di Korintus: (1) 

Paulus menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang tetap setia 

kepadanya sebagai bapak rohani mereka; (2) Paulus menulis untuk menantang dan 

menyingkapkan rasul-rasul palsu yang terus-menerus berbicara menentang dia secara 

pribadi dengan harapan dapat meruntuhkan wibawa dan kerasulannya dan 

memutarbalikkan beritanya; (3) Paulus juga menulis untuk menegur minoritas dalam 

jemaat yang sedang dipengaruh oleh para lawan Paulus dan yang terus-menerus menolak 

wewenang dan tegurannya. Paulus meneguhkan kembali integritas dan wewenang 

rasulinya, menjelaskan motivasinya dan memperingatkan mereka terhadap 

pemberontakan yang lebih lanjut. Kitab 2 Korintus berfungsi untuk mempersiapkan jemaat 

secara keseluruhan untuk kunjungannya yang akan datang. 

Surat Galatia ditulis sekitar tahun 48/49 Masehi di Antiokhia/Siria (bdk. Kis. 14:28; 

15:2). Tema utama Surat Galatia adalah keselamatan karena kasih karunia oleh iman 

kepada Kristus Yesus. Surat Galatia ditujukan kepada jemaat Tuhan yang berdomisili di 

Galatia. Tujuan Surat Galatia: (1) untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut 

hukum, seperti sunat yang dipraktikkan di dalam Perjanjian Lama, tidak ada hubungan 

dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan yang dituliskan di

dalam Perjanjian Baru; (2) menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus 

dan hidup rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan bukan oleh ikatan kepada 

hukum Taurat dalam Perjanjian Lama. 

Surat Efesus ditulis sekitar tahun 62 di Roma (bdk. Kis. 28:30-31). Tema utama Surat 

Efesus adalah Kristus dan Gereja. Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam 

Efesus 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya 

bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh￾sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (bdk. 4:1-

3; 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani 

mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan “dalam 

Kristus” (1:3-14; 3:10-12) untuk gereja (1:22-23; 2:11-22; 3:21; 4:11-16; 5:25-27) dan 

untuk setiap orang (1:15-21; 2:1-10; 3:16-20; 4:1-3, 17-32; 5:1-6:20). 

Surat Filipi ditulis sekitar tahun 62/63 Masehi di Roma (bdk. Kis. 28:30-31). Tema 

utama Surat Filipi adalah sukacita dalam hal hidup bagi Kristus. Paulus menulis Surat Filipi 

kepada orang percaya di Filipi untuk berterima kasih kepada mereka atas pemberian 

banyak yang telah dikirimkan kepadanya dengan perantaraan Epafroditus (Flp. 4:14-19) 

dan untuk memberi kabar tentang kepadanya. Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat 

tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Flp. 1:12-30), 

menenangkan jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditus) telah menunaikan tugasnya 

dengan setia dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya (Flp. 2:25-30), dan 

untuk mendorong mereka supaya mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati, 

persekutuan, dan damai sejahtera. 

Surat Kolose ditulis sekitar tahun 62 di Roma (bdk. Kis. 28:30-31). Tema utama Surat 

Kolose adalah keunggulan Kristus. Tujuan Paulus menulis Surat Kolose: (1) untuk 

memberantas ajaran palsu yang berbahaya di Kolose yang sedang menggantikan 

keunggulan Kristus dan kedudukan-Nya sebagai inti dalam ciptaan, penyataan, penebusan, 

dan gereja; (2) untuk menekankan sifat sebenarnya dari hidup baru di dalam Kristus dan 

tuntutannya pada orang percaya.

Surat 1 Tesalonika ditulis sekitar tahun 50/51 Masehi di Korintus (bdk. Kis. 18:5). 

Tema utama Surat 1 Tesalonika adalah kedatangan Kristus. Tujuan Surat 1 Tesalonika: (1) 

untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka di 

tengah-tengah penganiayaan; (2) untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan 

dan kehidupan yang saleh; (3) untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya 

mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.

Surat 2 Tesalonika ditulis di Korintus sekitar tahun 50 Masehi. Tema utama Surat 2 

Tesalonika adalah kedatangan Kristus. Tujuan Surat 2 Tesalonika: (1) menghibur orang 

percaya baru yang dianiaya; (2) menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin dan bekerja 

untuk mencari nafkah; (3) memperbaiki beberapa kepercayaan yang keliru tentang 

peristiwa akhir zaman yang berkaitan dengan “hari Tuhan” (2 Tes. 2:2).

Surat 1 Timotius ditulis sekitar tahun 63 Masehi di Makedonia. Tema utama Surat 1 

Timotius adalah doktrin yang benar dan kesalehan. Tujuan Surat 1 Timotius: (1) 

Menasihati Timotius untuk mengenal kehidupan pribadi dan pelayanannya; (2) mendorong 

Timotius untuk mempertahankan kemurnian Injil dan standarnya yang kudus dari 

pencemaran oleh guru palsu; (3) memberikan pengarahan kepada Timotius mengenal 

berbagai urusan dan persoalan gereja di Efesus.

Surat 2 Timotius ditulis di Roma sekitar tahun 67 Masehi. Tema utama Surat 2 

Timotius adalah bertekun dengan ketabahan. Tujuan Surat 2 Timotius: (1) menasihatkan 

Timotius agar memelihara Injil Kristus Yesus; (2) untuk memberitakan Firman Allah 

dengan setia; (3) untuk menanggung kesukaran dan melaksanakan tugas-tugas 

pelayanannya.

Surat Titus ditulis di Korintus sekitar tahun 63 Masehi. Tema utama Surat Titus adalah 

ajaran yang benar dan kebajikan. Tujuan Surat Titus: (1) untuk menata tugas yang 

dipercayakan Paulus kepadanya di Kreta termasuk penetapan para penatua (Tit. 1:5); (2) 

untuk membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan 

(Tit. 1:1); (3) membungkam guru-guru palsu (Tit. 1:11); (4) untuk datang kepada Paulus 

setelah ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus (Tit. 3:12).

Surat Filemon ditulis di Roma sekitar tahun 62 Masehi. Tema utama Surat Filemon 

adalah perdamaian. Tujuan Surat Filemon: (1) Untuk persoalan khusus tentang hambanya 

Onesimus yang telah melarikan diri; (2) menurut hukum Romawi, hamba yang melarikan 

diri dapat di hukum mati. Paulus menjadi perantara untuk Onesimus dengan Filemon dan 

memohon supaya Onesimus diterima kembali secara ramah sebagai orang percaya dan 

sahabat Paulus, dengan kasih yang sama sebagaimana dia akan menerima Paulus sendiri. 

Paul Enns memberikan komentar bahwa Surat Galatia, 1-2 Tesalonika, 1-2 Korintus, 

dan Roma mencirikan tentang surat-surat umum dan menarasikan tentang doktrin 

soteriologi dan eskatologi. Surat Efesus, Filipi, Kolose, dan Filemon menandai bahwa surat￾surat ini dtituliskan di dalam penjara, yang membicarakan mengenai doktrin kristologi, 

sedangkan 1-2 Timotius dan Titus mencirikan tentang surat-surat pastoral dan 

menceritakan tentang doktrin ekklesiologi.53

Surat-surat Paulus lebih bersifat pengajaran dan nasihat. Paulus menulis beberapa 

suratnya atas pergumulannya terhadap orang lain supaya mereka memiliki hubungan yang 

benar dengan Allah sama seperti dirinya dengan Allah. Kitab Ibrani belum ada kepastian 

siapa penulisnya. Namun kitab ini ditulis sekitar tahun 80-90 M.54 Paul Enns berpendapat 

bahwa surat Ibrani ditulis sebelum tahun 70 AD/Masehi55 atau sebelum tahun 64 AD,56

karena penganiayaan yang sangat kejam baru dimulai pada waktu pembakaran Roma di 

tahun 64 AD/Masehi. 

Lokasi dan nama penulis kitab Ibrani tidak ditentukan, tetapi lokasi para pembaca 

surat Ibrani adalah Yerusalem. Tujuan penulisan Surat Ibrani adalah untuk 

mendemonstrasikan superioritas dari Kristus Yesus dan kekristenan terhadap Yudaisme. 

Kitab Ibrani ditujukan pada orang Kristen Ibrani: mereka disebut “saudara-saudara yang 

kudus” (Ibr. 3:1); “yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi” (Ibr. 3:1); dan “beroleh 

bagian di dalam Kristus” (Ibr. 3:14).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kitab Ibrani 

dituliskan oleh seseorang yang sangat mengerti dengan bahasa Ibrani dan Yunani. Kitab 

Ibrani ditulis sekitar tahun 62/63 ditujukan kepada orang Kristen Ibrani, baik yang 

berdomisili di kota Yerusalem maupun mereka yang tersebar ke berbagai wilayah dimana 

orang Kristen Ibrani berada. 

Kemudian Kitab Yakobus ditulis oleh Yakobus saudara tiri Yesus sekitar tahun 55-62 

Masehi karena menurut Yosephus, Yakobus mati sahid pada tahun 63 Masehi. Alasan surat Surat 2 Timotius ditulis di Roma sekitar tahun 67 Masehi. Tema utama Surat 2 

Timotius adalah bertekun dengan ketabahan. Tujuan Surat 2 Timotius: (1) menasihatkan 

Timotius agar memelihara Injil Kristus Yesus; (2) untuk memberitakan Firman Allah 

dengan setia; (3) untuk menanggung kesukaran dan melaksanakan tugas-tugas 

pelayanannya.

Surat Titus ditulis di Korintus sekitar tahun 63 Masehi. Tema utama Surat Titus adalah 

ajaran yang benar dan kebajikan. Tujuan Surat Titus: (1) untuk menata tugas yang 

dipercayakan Paulus kepadanya di Kreta termasuk penetapan para penatua (Tit. 1:5); (2) 

untuk membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan 

(Tit. 1:1); (3) membungkam guru-guru palsu (Tit. 1:11); (4) untuk datang kepada Paulus 

setelah ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus (Tit. 3:12).

Surat Filemon ditulis di Roma sekitar tahun 62 Masehi. Tema utama Surat Filemon 

adalah perdamaian. Tujuan Surat Filemon: (1) Untuk persoalan khusus tentang hambanya 

Onesimus yang telah melarikan diri; (2) menurut hukum Romawi, hamba yang melarikan 

diri dapat di hukum mati. Paulus menjadi perantara untuk Onesimus dengan Filemon dan 

memohon supaya Onesimus diterima kembali secara ramah sebagai orang percaya dan 

sahabat Paulus, dengan kasih yang sama sebagaimana dia akan menerima Paulus sendiri. 

Paul Enns memberikan komentar bahwa Surat Galatia, 1-2 Tesalonika, 1-2 Korintus, 

dan Roma mencirikan tentang surat-surat umum dan menarasikan tentang doktrin 

soteriologi dan eskatologi. Surat Efesus, Filipi, Kolose, dan Filemon menandai bahwa surat￾surat ini dtituliskan di dalam penjara, yang membicarakan mengenai doktrin kristologi, 

sedangkan 1-2 Timotius dan Titus mencirikan tentang surat-surat pastoral dan 

menceritakan tentang doktrin ekklesiologi.53

Surat-surat Paulus lebih bersifat pengajaran dan nasihat. Paulus menulis beberapa 

suratnya atas pergumulannya terhadap orang lain supaya mereka memiliki hubungan yang 

benar dengan Allah sama seperti dirinya dengan Allah. Kitab Ibrani belum ada kepastian 

siapa penulisnya. Namun kitab ini ditulis sekitar tahun 80-90 M.54 Paul Enns berpendapat 

bahwa surat Ibrani ditulis sebelum tahun 70 AD/Masehi55 atau sebelum tahun 64 AD,56

karena penganiayaan yang sangat kejam baru dimulai pada waktu pembakaran Roma di 

tahun 64 AD/Masehi. 

Lokasi dan nama penulis kitab Ibrani tidak ditentukan, tetapi lokasi para pembaca 

surat Ibrani adalah Yerusalem. Tujuan penulisan Surat Ibrani adalah untuk 

mendemonstrasikan superioritas dari Kristus Yesus dan kekristenan terhadap Yudaisme. 

Kitab Ibrani ditujukan pada orang Kristen Ibrani: mereka disebut “saudara-saudara yang 

kudus” (Ibr. 3:1); “yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi” (Ibr. 3:1); dan “beroleh 

bagian di dalam Kristus” (Ibr. 3:14).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kitab Ibrani 

dituliskan oleh seseorang yang sangat mengerti dengan bahasa Ibrani dan Yunani. Kitab 

Ibrani ditulis sekitar tahun 62/63 ditujukan kepada orang Kristen Ibrani, baik yang 

berdomisili di kota Yerusalem maupun mereka yang tersebar ke berbagai wilayah dimana 

orang Kristen Ibrani berada. 

Kemudian Kitab Yakobus ditulis oleh Yakobus saudara tiri Yesus sekitar tahun 55-62 

Masehi karena menurut Yosephus, Yakobus mati sahid pada tahun 63 Masehi. Alasan surat Yakobus ditulis oleh Yakobus saudara tiri Yesus karena: (1) ada kesamaan bahasa dalam 

surat Yakobus dengan perkataan Yakobus di Kisah Para Rasul 15; (2) ada kesamaan antara 

surat ini dengan pengajaran Yesus (bdk. Yak. 1:22 dan Mat. 7:20, 24; Yak. 3:12 dan Mat. 

7:16; Yak. 2:5 dan Mat. 5:3).57 

Surat Yakobus ditujukan kepada “kedua belas suku di perantauan” (Yak. 1:1), 

menunjuk pada orang percaya Yahudi. Tujuan Surat Yakobus adalah untuk memberikan 

pengoreksian pada semangat kedagingannya yang ada, memperlihatkan iman sebagai 

penawar bagi masalah tersebut. 

Surat 1 Petrus ditulis oleh Rasul Petrus. Rasul Petrus adalah putra dari Yunus (Mat. 

16:17) atau Yohanes (Yoh. 1:42), dan saudara dari Andreas (Yoh. 1:40). Petrus berasal dari 

Betsaida (Yoh. 1:44), tetapi kemudian pindah ke Kapernaum (Mrk. 1:21, 29) karena 

beristeri di Kapernaum. Surat 1 Petrus ditulis sebelum tahun 64 AD.58 Surat 1 Petrus 

ditujukan kepada orang percaya Ibrani yang tinggal di tengah orang-orang non-Yahudi (1 

Ptr. 1:1). Tujuan surat 1 Petrus adalah untuk menguatkan orang percaya yang sedang 

menderita penganiayaan. 

Petrus menjelaskan bahwa mereka dalam keadaan “berdukacita oleh karena berbagai 

pencobaan” (1 Ptr. 1:16). Dituduh tidak setia pada pemerintah (1 Ptr. 2:13-15), mereka 

dicemooh, diolok-olok, dan difitnah karena tidak ikut dalam ketidaksenonohan yang 

dilakukan oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Allah (1 Ptr. 3:13-17; 4:4-5). Peturs 

mengistilahkan penderitaan mereka sebagai “nyala api siksaan” (1 Ptr. 4:12). Tesis Surat 1 

Petrus adalah nasihat/dorongan yang dinyatakan di dalam 1 Petrus 5:12-14 bahwa orang 

percaya harus tetap teguh dalam anugerah Allah di tengah penderitaannya. 

Surat 2 Petrus juga ditulis oleh rasul Petrus. Surat ini ditulis sekitar tahun 66 Masehi59

atau 65 AD menurut Paul Enns. Tujuan penulisan Surat 2 Petrus dilihat dari dua segi, yakni 

(1) Secara negatif, ia memperingatkan orang percaya berkaitan dengan akan munculnya 

orang yang hidup tanpa hukum (secara terang-terangan mengabaikan perintah-perintah 

Allah) dan pengajar-pengajar ajaran sesat yang menyusup di tengah jemaat; (2) Secara 

positif, Petrus mendorong orang percaya untuk “bertumbuhlah dalam kasih karunia dan 

dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Ptr. 3:18). 

Surat Yudas ditulis oleh Yudas saudara Yakobus (Yud ay. 1). Penulis surat Yudas juga 

merupakan saudara tiri dari Tuhan Yesus (bdk. Mat. 13:55). Surat ini ditulis pada tahun 90 

Masehi.60 Menurut Ola Tulluan bahwa Surat Yudas ditulis pada tahun 67 atau 68 Masehi.61

Pembaca surat Yudas adalah orang Kristen Yahudi. Peristiwa penulisan surat Yudas sama 

dengan 2 Petrus yakni karena kehadiran guru-guru palsu/sesat. Tujuan penulisan Surat 

Yudas dinyatakan di ayat 3 yakni supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan 

iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.

Berdasakan penjelasan tentang nama-nama kitab dan lain-lainnya, maka dapat 

disimpulkan bahwa Alkitab secara keseluruhan ditulis sekitar 1444 tahun. 

Dalam hampir semua tradisi Kristen masa kini, Perjanjian Baru meliputi 27 kitab. 

Teks-teks aslinya dituliskan pada abad pertama di era Kristen, dan secara umum diyakini 

tertulis dalam bahasa Yunani Koine, yang mana merupakan bahasa umum (lingua franca).

Jadi, keseluruhan Alkitab terdapat tiga bahasa dalam naskah aslinya (bukan ditulis dalam 3 

bahasa). Yulius Enisman Harefa62 mengutarakan bahwa sistem tulisan paling awal yang 

dimiliki oleh manusia telah ada sebelum tahun 3000 sM yang dibuktikan dalam kehidupan 

masyarakat kuno, baik di Mesir maupun di Mesopotamia. Tingkat awal dalam 

pengembangan tulisan adalah piktogram. Piktogram yaitu gambar-gambar yang 

melambangkan objek-objek material. Kemudian piktogram berkembang menjadi deogram 

di mana simbol-simbol gambar mengetengahkan ide-ide juga. Seiring dengan perjalanan 

waktu muncullah logogram yang menandakan kata dan suku kata. Tingkat terakhir dari 

tulisan merupakan peralihan dari sistem penulisan suku kata kepada tulisan yang bersifat 

abjad, di mana satu simbol melambangkan satu huruf dari sistem penulisan abjad. Bahasa 

Ibrani adalah suatu sistem penulisan abjad dan tergolong sebagai bahasa Semit Barat Laut 

yang berbeda dengan sistem penulisan suku kata Asyur dan Babilonia di Mesopotamia, 

maka dalam penulisan Alkitab menggunakan suku kata yang bersifat abjad.

Para penulis Alkitab hanya menulis firman Allah dalam tiga bahan saja, yakni papirus, 

perkamen, dan vellum. Beberapa teolog merekomendasikan bahwa alat yang digunakan 

dalam penulisan Alkitab seperti papirus, perkamen, vellum, lempengan tanah liat dan 

ostraka. Namun beberapa alat tersebut tidak dapat mempertanggungjawabkan dirinya 

sebagai alat dalam penulisan masing-masing kitab. Alkitab ditulis dalam bentuk gulungan 

(opisthograph). Penulis Alkitab yang menulis dengan jumlah kata yang banyak dan 

ditujukan kepada bangsa Israel untuk mereka ketahui (selalu dibawa) tidak mungkin ditulis 

pada tanah liat, apabila tujuan penulis menulis Alkitab agar bangsa Israel melihat hubungan 

Allah dengan manusia, maka tulisan pada batu atau logam pun tidak mungkin digunakan. 

Memang hukum Taurat yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel melalui Musa ditulis 

dalam loh batu, namun bukanlah itu firman Tuhan yang dimaksudkan dalam Alkitab, tetapi 

hukum Taurat itu. Selanjutnya Musa tuliskan dalam tulisannya pada Kitab Keluaran dan 

Ulangan. Alkitab menjelaskan bahwa alat-alat yang digunakan dalam menulis pada zaman 

tersebut dengan berbagai alat tulis yang diutarakan di atas. Namun, bukan berarti semua 

alat tulis itu digunakan dalam penulisan naskah asli adalah papirus, perkamen, dan vellum.

Papirus berasal dari kata Yunani, papyros. Kata ini diturunkan dari kata papuro, yang 

diduga terdapat dalam bahasa Kopt (tingkat terakhir bahasa Mesir kuno), yang diartikan 

“termasuk milik raja,” dan menunjukkan bahwa pembuatan kertas termasuk monopoli raja 

pada zaman Yunani – Romawi. Papirus ini telah digunakan sebagai kertas dalam menulis 

sejak awal sejarah Mesir (3000 sM).63 Itulah sebabnya sangat masuk akal jika papirus yang 

digunakan dalam penulisan Alkitab.

Perkamen dan vellum adalah alat tulis yang lebih awet daripada papirus. Perkamen 

ini semacam kulit binatang yang telah dibersihkan dan digunakan sebagai bahan untuk 

menulis. Kulit binatang (kulit anak domba) ini dihaluskan dan disemir, akhirnya digunakan 

menjadi alat tulis yang disebut perkamen. Sedangkan kulit binatang yang terbuat dari kulit 

anak sapi disebut vellum. Munculnya perkamen dan vellum ini ketika raja Mesir Ptolemeus 

menghentikan pengiriman papirus ke Pergamus.64 Rasul Paulus juga menyinggung dalam 

suratnya tentang perkamen. Artinya bahwa pada masa rasul Paulus, perkamen menjadi alat 

yang terkenal dalam penulisan. Sangat besar kemungkinan kalau rasul Paulus 

menggunakan perkamen dalam seluruh tulisannya.


Fungsi dan Tujuan Alkitab 

 

Sebuah narasi harus memiliki fungsi dan tujuan yang jelas, sebab narasi tanpa 

memiliki fungsi dan tujuan berarti narasi itu tidak akan berguna bagi para pembaca. Timbul 

pertanyaan untuk dijawab; apakah fungsi atau manfaat dari Alkitab? Apakah tujuan 

tertinggi dari Alkitab? Apa yang hendak dicapai Allah dengan memberikan Alkitab ini 

kepada kita dan mengirimkan Roh Kudus untuk menafsirkannya dan menjadikannya nyata 

dalam kehidupan kita. Alkitab sendiri memberikan kepada kita jawabannya, seperti dalam 

Efesus 1:9-12 bahwa:

Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana 

kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam 

Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus 

sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. Aku katakan 

"di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan --

kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud 

Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya --

supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi 

puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.

Stedman65 menyatakan bahwa deklarasi yang paling jelas dari tujuan kekal Allah yang 

dinyatakan di dalam Alkitab bagi kehidupan kita ditemukan dalam Efesus 4:11-13, dimana

Paulus menyatakan bahwa Tuhan Yesus, setelah menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi 

melalui salib dan kebangkitan, naik ke surga dan memberikan karunia-karunia kepada 

umat manusia:

Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita￾pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk 

memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan 

tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan 

yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang 

sesuai dengan kepenuhan Kristus.

Berdasarkan Firman Tuhan di atas, maka tujuan Allah melalui Alkitab adalah untuk 

membawa kita pada kedewasaan rohani. Allah menghendaki kita bertumbuh dewasa 

menjadi seperti Kristus. Segala yang telah dilakukan Allah di dalam sejarah manusia, 

seluruh pekerjaan-Nya yang dicatat di dalam Kitab Suci, dan seluruh alam semesta di dalam 

dimensi fisik dan moralnya telah terjadi supaya manusia yang percaya kepada-Nya menjadi 

dewasa dalam Yesus Kristus. Tujuan lain dari Alkitab atau Kitab Suci adalah supaya kamu 

percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh 

hidup dalam nama-Nya (Yoh. 20:31). 

Untuk mencapai tujuan tertinggi dari Alkitab yang diberikan kepada kita, maka sangat 

didukung oleh fungsi daripada Alkitab. Manfaat atau fungsi Alkitab adalah: (1) untuk 

mengajar; (2) untuk menyatakan kesalahan; (3) untuk memperbaiki kelakuan; (4) untuk 

mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim. 3:16). Donald Guthrie dkk (penj) 

mengemukakan, bahwa, “Segala yang tertulis dalam buku-buku kudus diilhamkan oleh 

Allah dan berguna ....” Artinya ialah, bahwa setiap buku (yang tadi ditunjuk dalam hal ini) 

adalah berfaedah, karena diilhamkan oleh Allah melalui Roh Kudus

66; jadi satupun tidak 

boleh ditiadakan. Mengajar ... dalam kebenaran, artinya ketaatan atau pendidikan, dalam 

jalan (atau hidup) kebenaran (dikaiosune).67 Alkitab adalah satu-satunya sumber dasar 

yang diilhamkan Allah68 melalui Roh Kudus sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai

standar tertinggi dalam mengajar umat-Nya supaya tidak binasa. Bahkan kesalahan￾kesalahan dan dosa-dosa yang telah diperbuat oleh umat manusia dapat diperbaiki hanya 

melalui Alkitab dan melakukan perintah-perintah-Nya yang tertulis di dalam Alkitab. 

Manfaat Alkitab juga adalah memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran 

secara terus-menerus supaya umat manusia bisa hidup menjadi seperti Yesus Kristus. 

C. Waktu Membaca Alkitab 

 

Membaca Alkitab sangatlah dianjurkan dalam Kitab Suci. Beberapa hal yang menjadi 

patokan mutlak seseorang mengalami pertumbuhan dan perkembangan rohani secara 

signifikan, yang antara lain adalah: (1) Iman seseorang yang percaya kepada Kristus Yesus 

dapat bertumbuh secara baik saat mengalami penganiayaan, penderitaan, pencobaan, dan 

penindasan yang tak terhingga bila bertindak benar sesuai yang dikehendaki oleh-Nya dan 

firman-Nya (bdk. 2 Tim. 3:10-14); (2) Iman seseorang yang percaya kepada Kristus Yesus 

dapat bertumbuh saat loyal dalam mendengarkan firman Tuhan tanpa ada batasan waktu 

(bdk. Ul. 6:4-9; Rm. 10:17); (3) Iman seseorang yang percaya kepada Kristus Yesus dapat 

bertumbuh saat loyal dalam membaca Alkitab secara keseluruhan dan berulang-ulang 

membaca tanpa berhenti (bdk. 2 Tim. 3:15-16).

Dengan demikian, supaya iman semakin berakar, bertumbuh, dan berbuah maka 

setiap orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus diharuskan mendengar dan 

membaca Alkitab secara terus-menerus. Karena itu, cara penggunaan waktu untuk 

menyelesaikan /menghabiskan saat membaca Alkitab sebagaimana terpapar pada tabel di 

bawah ini.


Esensi atau Konten Alkitab 

 

Bahwasanya Alkitab atau Kitab Suci Kristen menarasaikan sejumlah esensi atau 

konten. Penulis menemukan beberapa esensi atau konten yang sangat urgen yakni:

1. Esensi perintah atau ketetapan Tuhan

Perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu; 

sesuatu yang harus dilakukan. Hal ini dimaksudkan bahwa perintah atau 

ketetapan Tuhan merupakan pernyataan Tuhan yang diceritakan dalam Kitab 

Suci Kristen untuk dilakukan, diikuti, atau dituruti oleh umat-Nya pada segala 

zaman. 

Perintah atau ketetapan Tuhan sama sekali tidak boleh diabaikan. Dalam Alkitab 

banyak sekali membicarakan tentang perintah atau ketetapan-Nya, yang antara 

lain sebagaimana tertulis di dalam Kitab Keluaran 20:1-17; Ulangan 5:1-21, 

Matius 22:37-40; dan lain-lain, yang tertulis di dalam Kitab Suci, baik yang 

terdapat di dalam Kitab Perjanjian Lama maupun yang terdapat di dalam Kitab 

Perjanjian Baru.

 

2. Esensi larangan Tuhan

Larangan adalah perintah, aturan, atau ketetapan yang melarang suatu 

perbuatan. Hal ini dimaksudkan bahwa larangan merupakan pernyataan yang 

berkaitan erat dengan kesalahan, kejahatan, keburukan, dan keberdosaan yang 

cenderung dilakukan oleh umat manusia, karena itu Tuhan melarang agar umat 

manusia tidak boleh mempraktikkannya. 

Dalam Kitab Suci Kristen menyebutkan banyak sekali larangan-Nya, misalnya 

mencaci maki, mencuri, berselingkuh/berzinah, membunuh, memfitnah, 

menghina, menganiaya, mengolok, kemabukan, pesta pora, kepentingan diri 

sendiri, dan lain-lain, yang disebutkan dalam Kitab Suci; baik yang terdapat di 

dalam Kitab Perjanjian Lama maupun yang terdapat di dalam Kitab Perjanjian 

Baru. 

3. Esensi kebenaran

Kebenaran yang dibicarakan dalam Alkitab adalah kebenaran sejati. Artinya, 

studi yang tertulis dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah 

benar-benar terjadi pada masa lampau dan terus-menerus berlaku pada masa 

sekarang dan masa yang akan datang. Bahkan sebagian studi tentang kebenaran 

sejati yang tertulis di dalam Kitab Suci akan digenapi pada masa kedatangan 

Tuhan Yesus Kristus yang terakhir kali.

4. Esensi dosa

Dosa adalah pelanggaran hukum Allah. Dosa yang pernah diperbuat oleh para 

tokoh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, baik para nabi, imam, hakim, raja,

rabbi/guru, rasul, dan umat-Nya secara umum dapat dituliskan oleh para 

penulis melalui ilham Roh Kudus agar umat pada generasi sekarang maupun 

generasi yang akan datang tidak boleh meneladaninya. 

5. Esensi janji Tuhan

Janji Tuhan adalah penting bagi umat-Nya supaya tetap loyal dalam mengikuti￾Nya sampai akhir hayat. Janji Tuhan sangat banyak dinarasikan dalam Kitab 

Suci, misalnya janji mendapat berkat umum dan berkat khusus. Berkat umum 

adalah berkat berupa jasmani/fisik berlaku bagi semua manusia tanpa 

memandang bulu. Sedangkan janji berkat khusus adalah berkat keselamatan 

kekal/abadi di dalam Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga yang hanya 

diperuntukkan bagi orang-orang yang menaati perintah, peraturan, ketetapan￾ketetapan-Nya, dan menjauhi larangan-Nya sejak percaya, menerima, dan 

beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sampai mati meninggal dunia. 

Sebagaimana Wahyu 2:10 menjelaskan bahwa, “Hendaklah engkau setia sampai 

mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”

IV. Kesimpulan 

Allah memberikan firman-Nya kepada umat manusia dengan maksud agar manusia 

itu dapat mengenal Allah secara sempurna. Firman Allah yang telah ditulis dalam jangka 

waktu 1444 tahun telah lengkap dinyatakan. Sebelum naskah aslinya tergerus oleh alam 

karena ketahanan naskah tersebut memiliki batasannya, namun Allah memimpin para 

penyalin dan penerjemah untuk menyalin Firman-Nya agar tetap utuh sampai selama￾lamanya. Allah memelihara setiap firman-Nya baik dalam soal asal usul masing-masing 

kitab maupun pengumpulannya. 

Penyalinan dan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Indonesia yang dilakukan 

Lembaga Alkitab Indonesia dengan jumlah 929 pasal, 23.213 ayat, dan 521.426 kata di 

dalam Perjanjian Lama. Sedangkan jumlah 260 pasal, 7.958 ayat, dan 170.292 kata di dalam 

Perjanjian Baru. Jadi, Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan jumlah 1.189 

pasal, 31.171 ayat, dan 69.718 kata. Umat manusia yang sudah percaya kepada-Nya mesti 

loyal dalam membaca Alkitab, karena Alkitab adalah cerminan hidup yang mampu 

mengubahkan sikap, karakter, kepribadian, dan kelakuan hidupnya. 

Oleh karena itu, tidak ada firman Allah yang hilang walaupun naskah asli sudah tidak 

ditemukan lagi. Setiap huruf, kata, kalimat, dan paragraf/alinea yang telah tertulis di dalam 

gulungan kitab tetap utuh selama-lamanya walaupun memerlukan ketelitian untuk 

memilah dan memilihnya kembali. Di dalam Alkitab terdapat beberapa esensi/konten yang 

sangat urgen yang harus dicamkan adalah perintah, larangan, kebenaran, dosa, dan janji 

Tuhan. Perintah, kebenaran, dan janji Tuhan harus diimplementasikan dalam kehidupan 

sehari-hari. Sedangkan larangan dan dosa yang tertulis di dalam Alkitab sama sekali tidak 

boleh disentuh atau diimplementasikan, baik masa kini maupun masa mendatang