kematian menurut islam 9

Rabu, 16 Agustus 2023

kematian menurut islam 9


Berita tentang Ketepatan Al-Mizan

Allah SWT berfirman:

Kami alun memut(mg timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka

tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. (QS. al-Anbiya': 47)

Dan odapun orcmg-orang yang berat timbongan [kebaikanJnya, mako

dia berada pado kehidupan yang memuqskan, dan adapun orang-orang

yang ringan timbongon [kebaikanJnya, maka tempat kembalinya adalah

nerako Hawiyah. (QS. al-Qari'ah: 6-7)

Para ulama mengatakan bahwa penetapan hisab dilakukan setelah

semua amal ditimbang sebab amal ditimbang untuk menetapkan balasan

dari perbuatan, sedangkan balasan atau ganjaran dari perbuatan ditentukan

setelah dihisab. Hisab untuk menetapkakan kreteria amal, timbangan atau al￾mizon untuk menentukan nilai atau bobot amal tersebut, sehingga

berdasarkan hal tersebut ditetapkan pahala atau ganjarannya.

Allah SWT berfirman:

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka

tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpzn. (QS. al-Anbiya': 47)

Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, mal<a inlah orang￾orongyang merugikan dirinya sendiri. (QS. al-A'raf: 9)

Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah

orang-orangyang merugikan dirinya sendiri. (QS. al-Mu'minun: 103)

Ayat-ayat tersebut menginformasikan timbangan amal orang-orang

kafir, karena kata-kata'lang ringan timbangan kebaikannya," pada dua ayat

ini maksudnya adalah orang{rang kafir, diperkuat dengan pernyataan Allah

dalam surah al-Mu'minun ayat 105: Bukankah ayat-oyat-Ku telah dibacakan

kepdamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya? Surah al-A'raf

ayat 9, "...disebabksn mereka selalu mengingkari oyat-ayat Kami," serla

surah al-Qori'ah ayat 9,"Mala tempat kembolinya adalah neraka Hantiyah."

Karakter dan sifat yang dinyatakan Allah serta ancamannya ditujukan

kepada orang-orang kafir, apabila disingkronkan ayat-ayat tadi dengan

firman Allah SWT: Dan jiko [amalan ituJ hanya seberat biji sawi ptm pasti

Kami akm mendatangkan pahalanya. Dan cularylah Kami sebagai pembuat

perhittmgan (QS. al-Anbiya': 47)

Dengan demikian sangat jelas bahwa orang-orang kafir ditanya karena

telah mengabaikan kebenaran agama Islam dengan semua bagiannya, dan mereka tidak ditanya karena mengabaikan agama atau kepercayaan yang

mereka yakini bahkan tidak ditimbang dan tidak dihisab karena lalai

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Yang pasti mereka tetap

dihisab pada hari perhitungan.

Al-Qur'an menerangkan bahwa mereka diminta pertanggungjawaban

dan dihisab serta diberi ganjaran atas segala kerusakan akidah dan ibadah

yang mereka lakukan setama di dunia. Berkenaan dengan ini Allah SWT

berfirman: ...Dan kccelakoan yang besarlah bagi orang-orang yang

memperselrutulan-Nya [orang-orang musyrikJ yaitu orong-orang yang tidak

meninailran zakat. (QS. Fushshilat:6-7). Orang-orang kafir diancam karena

sama sekali tidak membayar zakat. Dapat disimpulkan bahwa orang-orang

kafir atau orang{rang musyrik ditanya tentang iman, shalat, zakat dan

kebenaran hari i<iamat. Mereka dihisab dan dimintai pertanggungiawaban,

serta diberi ganjaran karena mengabaikan semua kewajiban itu dan atas

segala kerusakan yang mereka lakukan di muka bumi.

Rasulullah saw bersaffia, "Akan datang seseorang yang berbadan

besar pada hari kiamat yang amalnya tidak mendapat nilai sedikitpun di sisi

Allah SWT." Jika mau silahkan baca firman Allah SWT: Dan Kami tidak

mengadalean suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat;."

(HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah)

Para ulama mengatakan bahwa, maksud hadits ini ialah: tidak ada

pahala bagi mereka, dan semua perbuatan yang mereka kerjakan imbalannya

hanya azab, dalam timbangan akhirat apapun bentuk perbuatan orang-orang

kafir tidak ada yang bernilai kebaikan, sedangkan tempat orang yang tidak

mempunyai kebaikan adalah neraka'

Abu Sa'id al-Khudri berkata "sekalipun orang kafir mempunyai amal

sebesar bukit Tihamah tidak ada nilainya sedikitpun'"

Ada yang mengatakan bahwa ungkapan Rasulullah saw dalam hadits

tadi adalah ungkapan dalam bentuk kiasan, seolah-olah Beliau berkata,

"Amal baik mereka tidak punya nilai pada hari kiamat," badan besar sebagai

kiasan dari konsentrasi dan kesibukan mereka kepada dunia dengan segala

kemewahannya sehingga talai kepada Allah SWT, atau bisa jadi sebagai

peringatan bahwa makan yang berlebihan dari ukuran yang semestinya

ka."nu ingin gemuk dan berbadan besar (sehingga terjadi pemborosan)

hukumnyaharam, karena Rasulullah saw bersabda, "Allah tidak suka kepada

seseorang yang berbadan gempal berlemak."
Cara Menimbang Amal dan Orang yang Membantu Mengatasi

Kesulitan Saudaranya

Rasulullah saw bersabda, "Allah memisahkan beberapa umatku dari

semua pemuka makhluk pada hari kiamat, dan dibagikan kepadanya

sembilan puluh sembilan buah buku catatan amal (arsip seperti dokumen.

Penerj), dan tiap-tiap buku catatan amal luasnya sejauh mata memandang,

kemudian ditanyakan kepadanya, "Adakah yang tertulis datam kitab itu

sesuatu yang kamu ingkari? Apakah kamu telah dizalimi oleh aparat-Ku,

Malaikat pencatat amal?" Dia menjawab, "Tidak wahai Tuhanku.,,

Kemudian ia ditanya lagi, "Apakah kamu ingin mengelak dan mencari-cari

alasan darijeratan perbuatanmu yang direkam dalam buku catatan itu?" Dia

menjawab, "Tidak wahai Tuhanku." Allah SWT berfirman, "sebenarnya

kamu mempunyai kebaikan. Pada hari ini kamu tidak dizalimi.,'Kemudian

dikeluarkan untuknya semacam kartu (al-bithaqah) yang tertulis kalimat

"Assyhadu anla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu

warasuluh." Allah SWT lalu berfirman, "Aku hadirkan timbangan

untukmu." Si hamba tadi bertanya, "Apa hubungannya antara kartu ini

dengan buku catatan amalku wahai Tuhanku?" Allah SWT menjawab,,,pada

hari ini kamu tidak dizalimi." Maka ditimbanglah kartu yang bertuliskan

kalimat thayyibah dengan buku catatan amalnya, maka lebih berat kartu

yang tertulis di dalamnya kalimat thayyibah karena tidak ada yang lebih

berat dari nama Allah swr." (HR. arTirmidzi dari Abdullah ibn Amr ibn

ash)

Muhammad ibn Yahya berkata, *al-Bithaqah (Kartu. penerj)

maknanya ar-ruq'ah (Selembar kertas atau sehelai papan, penerj). Orang

Mesir selalu mengatakan kertas selembar dengan kartu."

Dalam sebuah riwayat disebutkan, apabila timbangan kebaikan

s€orang Mukmin ringan, maka Rasulullah saw mengeluarkan kartu (a/-

bithoqah) sebesar ujung jari dan meletakkannya pada timbangan sebelah

kanan sehingga timbangan kebaikan menjadi lebih berat, maka hambayang

Mukmin tadi bertanya (terheran-heran) kepada Nabi saw, .,Alangkah

indahnya wajahmu dan betapa mulianya akhlakmu. Siapakah tuan?"

Rasulullah saw menjawab, "Aku adalah Nabimu dan ini pahala shalawatmu

kepadaku yang sekarang sangat kamu butuhkan. Jadi aku telah menepati

janjiku kepada orang yang bershalawat untukku." Hadits ini dimuat oleh al￾Qusyairi di dalam kitab tafsirnya.

Abu Bakar Nu'aim al-Hafizd meriwayatkan hadits dari Anas ibn

Malik ra dari ibn Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, ..Barangsiapa

meringankan beban saudaranya, maka aku akan berdiri di samping

timbanganny^ agar kebaikannya menjadi lebih berat. Jika tetap tidak

menjadi lebih berat maka Aku akan memberi syafa'at untuknya.,'
Mizan atau timbangan benar-benar haq adanya akan tetapi tidak untuk

semua orang. Dalilnya adalah sabda Nabi saw bahwa kelak akan dikatakan

kepadanya, "Wahai Muhammad, perintahkan umatmu yang tidak perlu

dihisab agar masuk surga (al-Hadits) dan firman Allah SWT:- Orang-orang

yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya.(QS. ar-Rahman: 4l). Hisab

berlaku untuk semua orang yang berkumpul di padang Mahsyar tetapi

tehadap orang yang mencampuradukkan perbuatan baik dengan perbuatan

buruk, seperti tingkah laku orang-orang kafir."

Abu Hamid berkata, "Ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga

tanpa dihisab, tidak ditimbang, dan mereka tidak mengambil buku catatan

amal, dan mereka hanya diberi rekomendasi yang bertuliskan, "Lailaha

illallah Muhammadun rasulullah yang merupakan rekomendasi untuk Fulan

ibn Fulan bahwa ia telah mendapat ampunan dan kebahagiaan abadi; tidak

ada sesuatu yang pernah ia lalui sepanjang hidupnya lebih mudah dan lebih

terhormat dari kedudukannya pada hari itu."

Diriwayatkan dari Nabi saw, bahwa Nabi saw bersabda, "Akan

dipasang timbangan pada hari kiamat, sehingga ditimbang pahala shalat dan

ditetapkan pahalanya berdasarkan nilai timbangannya, ditimbang pahala

puasa dan ditetapkan pahalanya berdasarkan nilai timbangannya, ditimbang

pahala zakat dan ditetapkan pahalanya berdasarkan nilai timbangannya,

ditimbang pahala haji dan ditetapkan pahalanya berdasarkan nilai

timbangannya, kemudian ditimbang pula pahala kesabaran untuk semua

musibah yang menimpa dirinya, tapi timbangan menolak untuk

menimbangnya dan pahalanya mengalir dahsyat tanpa melalui hisab." Hadits

ini disampaikan oleh al-Qadhi Mundzir ibn Sa'id al-Baluthi rahmahullah.

Abu Nu'aim al-Hafizh meriwayatkan secara maknawi dari Ibn Abbas

dari Nabi saw, bahwa Beliau bersabda, "Didatangkan seorang yang mati

syahid pada hari kiamat dan dipasang timbangan untuknya lalu dihisab;

didatangkan orang yang selalu membenarkan wahyu dan dipasang

timbangan untuknya lalu dihisab; didatangkan orang yang sabar terhadap

musibah yang menimpa dirinya, namun timbangan menolak menghisab dan

pahala mengalir kepada mereka seperti air bah menuju lembah sehingga

berangan-angan pada waktu itu orang yang selalu sehat sejahtera tidak

pernah mendapat musibah, agar seluruh tubuhnya hancur menderita karena

besarnya pahala diberikan Allah bagi orang-orang yang sabar." Hadits ini

gharib, al-Ju'afi dan Qatadah, namun Qatadah meriwayatkannya dari Jabir

dari ibn Abbas dari Muja'ah ibn Zubair.

Al-Husain ibn 'Ali meriwayatkan, "Telah berkata kepadaku kakekku

(Muhammad saw), 'Wahai cucuku, jadilah seorang yang qana'ah, niscaya

kamu menjadi orang yang paling kaya. Komitmenlah dalam melakukan

kewajiban kepada Allah, niscaya kamu menjadi orang yang paling taat.Wahai cucuku. di surga ada pohon yang bemama Balwa, diperuntukkan bagi

orang yang sabar terhadap musibah, mereka mendapat pahala yang

melimpah tanpa melalui hisab."'Kemudian Nabi saw membaca sebuah ayat:

Sesunggyhnya hanya orang-orong yang bersabarlah yang dicukupkan

pahala mereka tanpa batos. (QS. az-Zumar:I0) Hadits ini diucapkan oleh

Abu al-Faraj ibn al-Jauzididalam kitab Raudhatul Musytaq.

Penghisaban terhadap Orang Kafir

Menghisab amal perbuatan orang-orang Mukmin dengan cara

menempatkan amal baik di sisi sebelah kanan, sedangkan amal buruk di sisi

sebelah kiri timbangan (al-mizan), maksudnya ada amal yang baik ada pula

yang buruk, sehingga ditimbang sisi mana yang lebih berat? Orang-orang

kafir, tidak mempunyai amal baik, karena amal orang kafir (sekalipun baik

menurut pandangan manusia) tetap dianggap tidak baik dalam pandangan

Allah disebabkan kekafirannya. Jika demikian, lantas bagaimana sistem

penghisabannya pada neraca akhirat, sedangkan neraca atau timbangan

mempunyai dua sisi sebelah kanan dan sebelah kiri? Apakah orang kafir

langsung ke neraka tanpa dihisab terlebih dahulu mengingat tidak ada amal

mereka yang ditempatkan pada posisi sebelah kanan timbangan?

Pertanyaan tersebut jawabannya adalah :

l. Orang kafir dibawa ke tempat neraca atau al-mizan untuk ditimbang

amal perbuatannya. Perbuatan-perbuatan buruknya ditempatkan pada

sisi sebelah kiri timbangan, setelah itu ditanyakan kepadanya,

"Apakah kamu mempunyai kebaikan untuk ditempatkan pada sisi

sebelah kanan?" sedangkan dia tidak mempunyai kebaikan sedikitpun.

Setelah ditimbang, sisi al-mizan (timbangan) yang kosong terangkat ke

atas dan sisi timbangan sebelah kiri (berisi amal-amal buruknya) turun

ke bawah, sehigga timbangan kebaikannya sangat ringan. Allah SWT

memakai kata "khiffah" (ringan) sebab kebaikannya kosong sehingga

timbangannya ringan.

2. Orang-orang kafir juga mempunyai amal baik seperti, menyambung

silaturrahmi, memerdekakan budak, dan suka memberi pertolongan

kepada orang lain. Jika yang beramal seperti itu orang Muslim, tentu

menjadi amal kebaikan yang ditempatkan di sisi sebelah kanan

timbangan. Orang kafir juga demikian kebaikan-kebaikannya

ditempatkan di sisi sebelah kanan timbangan tetapi timbangannya

tetap ringan dan terangkat ke atas, karena sisi sebelah kanan

timbangan seperti tidak menyimpan kebaikan yang ditempatkan di

atasnya. Hal tersebut menandakan bahwa orang kafir sama sekali tidak

mempunyai kebaikan (andai ia mempunyai kebaikan niscaya berpengaruh pada al-mizan (timbangan) walaupun sebesar biji sawi,

sebagaimana yang diuraikan tadi).

Andai orang kafir mempunyai kebaikan kemudian ditimbang, tentu

diberi pahala sepadan dengan kebaikannya. Sedangkan orang kafir tidak

mempunyai pahala, berdasarkan hadits Rasulullah saw ketika Beliau ditanya'

..Orang -kafrr 

ada yang sangat baik terhadap tamu, menghubungkan

silaturrahmi, dan suka menolong sesama. Apakah perbuatan seperti itu

bermanfaat buat mereka?" Rasuluttah saw menjawab, "Tidak, karena mereka

tidak pemah mengucapkan seumur hidupnya kata-kata, "Ya Tuhanku

ampunilah semua kesalahanku pada hari kiamat."

Rasulullah juga pernah ditanya oleh 'Adi ibn Hatim tentang bapaknya

yang melakukan perbuatan baik, maka Rasulullah saw menjawab, "Bapakmu

mengharapkan sesuatu dari perbuatannya itu dan dia telah memperolehnya."

Penekanan jawaban Rasulullah saw seperti itu menandakan bahwa kebaikan

yang dilakukan orang kafir tidak dianggap suatu kebaikan, karena kebaikan

atau keburukan yang mereka lakukan sama nilainya.

Jawaban dari pertanyaan yang terakhir ini adalah firman Allah SWT:

Kami akan memosang, timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka

tiadalah dirugikan seseorang barang sedikirpzz. (QS. 2l:47'S

Allah tidak membedakan siapapun. Kebaikan orang kafir ditimbang

dan dibalas sepadan dengan kebaikannya, tetapi Allah mengharamkan surga

untuk mereka, maka imbalan kebaikan yang mereka lakukan berupa

keringanan dari siksa api neraka. Dalilnya adalah hadits tentang Abu Thalib,

ketiki Rasulullah saw ditanya" "Wahai Rasulullah, Abu Thalib telah

membela dan menolongmu, apakah perbuatannya berguna baginya?"

Rasulullah saw menjawab, "lya, aku dapati ia berada dalam lautan api

neraka, maka aku angkat ia agak ke atas. Kalau bukan karena aku, maka

tempatnya pasti di dasar neraka." Jadi, perkataan Rasulullah kepada Ibn

Jad'an dan Abu Hatim maksudnya adalah, orang kafir tidak akan masuk

surga.

Mizan berasal dari kata mawzan; huruf waw-nya diganti dengan al-ya

karena huruf yang sebelumnya (mim) berbaris kasrah'

Ibn Faurak mengatakan bahwa kaum Mu'tazilah mengingkari adanya

al-mizan.

Pendapat mereka berdasarkan bahwa amalan tidak dapat ditimbang

karena ia tidak berdiri sendiri. Ada juga golongan yang berpendapat

demikian, sedangkan diriwayatkan dari lbn 'Abbas, bahwa Allah

mengembalikan perbuatan itu dengan bentuk tubuh, dan itulah yang

ditimbang pada hari kiamat. Pendapat shahih mengatakan bahwa berat dan ringannya al-mizan

adalah dengan kitab yang bertuliskan amal, sebagaimana disebutkan dalam

hadits shahih dan Al-Qur'an.

Allah SWT berfirman, "Padahal sesungguhnya bogi kamu adct

[malaikat-malaikatJ yang mengowasi [pekerjoanmuJ, yang mulia [di sisi

AllahJ dan yang mencolal [pekerjaan-pekerjaanmu irz/." (QS. al-Infithar:

l0-l l) ini adalah nash.

Ibn Umar berkata, "Lembaran-lembaran amal ditimbang. Dengan

demikian, maka lembaran itu berupa benda. Kemudian Allah memberatkan

salah satu dari kedua piringan al-mizan dengan amalnya, yang menentukan

masuk surga atau neraka."

Diriwayatkan dari Mujahid, adh-Dhahhak dan al-A'masy, bahwa yang

dimaksud al-mizan di sini adalah keadilan dan keputusan. Disebutkannya

timbangan dan yang ditimbang diibaratkan ungkapan yang mengatakan

"menimbang sesuatu dan beratnya," yaitu keseimbangan dan kesamaannya

meskipun penimbangnya tidak disebutkan.

Menurut kami pendapat mereka hanya ungkapan perumpamaan

(majas), meskipun sudah menjadi bahasa umum. Sedangkan hadits

Rasulullah menegaskan, al-mizan yang sebenarnya adalah yang memiliki

dua piringan timbangan dan lisan timbangan, yang masing-masing piringan

timbangannya seluas langit dan bumi.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim (dalam kitab Nowadir al￾Ushul) bahwa piringan timbangan untuk penimbang kebaikan terbuat dari

cahaya, dan piringan timbangan penimbang keburukan terbuat dari

kegelapan.

Disebutkan dalam suatu riwayat bahwa surga terletak di sebelah kanan

Arsy dan neraka di sebelah kiri Arsy. Lalu didatangkan al-mizan yang

ditegakkan di hadapan Allah. Piringan timbangan kebaikan diletakkan di

sebelah kanan 'Arsy (menghadap surga), dan piringan timbangan

keburukkan diletakkan di sebelah kiri Arsy (menghadap neraka).

Diriwayatkan dari Salman al-Farisi ra, dia berkata. "Pada hari kiamat

al-mizan ditegakkan. Jika diletakkan di atasnya langit dan bumi niscaya,

maka mencukupi. Para malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami, apakah ini?"

Allah SWT berfirman, "Aku akan menimbang makhluk-Ku yang Aku

kehendaki dengannya." Ketika itu malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami,

tiadalah kami menyembah Engkau, melainkan karena Engkau memang

hanya untuk disembah."

Ibn 'Abbas ra mengatakan bahwa kebaikan dan kejahatan ditimbang di

atas al-mizan yang mempunyai lisan timbangan dan dua piringan timbangan. Para ulama mengatakan, jlka al-mizan seperti yang mereka katakan,

maka dapat pula dikatakan bahwa ash-shiraot adalah agama yang benar,

surga dan neraka adalah tempat kembali arwah tanpa jasad, rasa sedih,

g"rnbiru, setan-setan dan jin untuk akhlak tercela, dan malaikat untuk

melambangkan ketakwaan dan akhtak terpuji- Semua pendapat ini batal,

karena bertolak belakang dengan kebenaran￾Dalam kitab ash-shahi&aiz disebutkan bahwa lembaran kebaikannya

diberikan, lalu dikeluarkan untuknya al-bithqah. Hal tersebut menunjukkan

bahwa al-mizan itu adalah "timbangan" yang sebenamya dan yang

ditimbang adalah lembaran amal, sebagaimana dijelaskan, wabillaahit

taufiq.

Sangat pantas ada penyair yang mengatakan:

Ingatloh suatu hari, kamu akan meniumpi Allah sendirian

Ketika timbangot IruLum ditegal*ot

Terkoyaklah t irai pelaku kemobiatot

Dosa disembmYikm akot tersingkq

Para ulama -rohimahumullah- mengatakan bahwa pada hari kiamat

manusia terdiri dari tiga kelompok yaint: Muttqur (orang-orang bertakwa

yang tidak melakukan dosa besar), Muklullitlnn (orang-orang yang

bercampur pada diri mereka kekotoran dan dosa besar), dan orang-orang

kafir.

Orang-orang yang bertakwa (muttaqoil amal kebaikannya diletakkan

di atas piringan timbangan dari cahayq sedangkan jika melakukan dosa kecil

amalnya diletakkan pada piringan yang satunya lagi. Untuk dosa-dosa kecil

Allah tidak menghitung timbangannya dengan memberatkan piringan

timbangan cahaya sehingga piringan timbangan kegelapan terangkat karena

kosong.

Orang-orang yang bercam pur (mukhallitlnol kebaikannya di letakkan

pada piringan timbangan cahaya dan keburukan mereka diletakkan pada

timbangan kegelapan. Dosa-dosa besar yang mereka kerjakan memberatkan

timbangannya. Jika kebaikannya lebih berat meskipun hanya sebesar telur

kutu, maka ia masuk surga. Jika kejahatannya lebih berat meskipun hanya

sebesar telur kutu maka masuk nerakA kecuali jika ia mendapat ampunan

Allah. Jika berat timbangannya seimbang maka ia menjadi penghuni tempat

yang disebut dengan al-A'raf -sebagaimana dijelaskan nanti- jika diantara

dia dengan Allah ada dosa besar. Adapun jika dalam pertanggungfawaban ia

mempunyai amal kebaikan yang banyah maka kebaikannya dikurangi

sebanyak perbuatan dosanya lalu dipikulkan kepadanya dosa-dosa kezalimannya untuk disiksa atas perbuatannya. Itulah yang disebutkan dalam

riwayat, sebagaimana telah dan akan dibahas.

Ahmad ibn Harb berkata, "Pada hari kiamat manusia diperiksa

menurut tiga kelompok, yaitu: Kelompok yang kaya dengan amal shalih;

kelompok yang miskin; dan kelompok yang kaya dengan amal shalih

sedangkan dalam pertanggungjawaban ia menjadi orang miskin dan merugi."

Sufuan ats-Tsauri berkata, "Engkau akan menemui Allah dengan tujuh

puluh dosa antara kamu dengan-Nya yang membuatmu lebih hina daripada

kamu menemui-Nya dengan melakukan satu dosa terhadap hamba yang

lain."

Pendapat ini benar, karena Allah Mahakaya lagi Mahamulia,

sedangkan manusia fakir dan miskin. Jika pada hari itu ia melakukan

kesalahan, maka ia memerlukan kebaikan untuk menghapus kesalahannya,

sehingga timbangannya menjadi berat, lalu bertambahlah kebaikan dan

pahalanya.

Adapun orang kafir, kekafirannya diletakkan pada piringan timbangan

keburukan, namun tidak satupun kebaikan yang diletakkan pada piringan

timbangan yang lain, sehingga tetap kosong. Lalu Allah memerintahkan

masuk neraka untuk diazab sesuai dosa-dosa dan kejahatannya.

Adapun orang-orang yang bertakwa, dosa-dosa kecil mereka terhapus

karena mereka menjauhi dosa-dosa besar. Mereka diperintahkan masuk

surga untuk mendapatkan pahala sesuai kebaikan dan ketaatannya.

Dua golongan inilah (yang kafir dan yang bertakwa) yang disebutkan

Allah dalam ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah al-mizan. Allah tidak

menyebutkan kecuali orang-orang yang berat timbangannya dan orang-orang

yang ringan timbangannya. Orang yang berat timbangan (kebaikannya)

ditetapkan keberuntungan dan kehidupan yang diridhai, dan orang yang

ringan timbangan (kebaikannya) ditetapkan kekal di neraka dan mereka

dinamakan kafir. Tinggallah orang-orang yang bercampur kebaikan dan

dosanya (sebagaimana dijelaskan Nabi saw).

Adapun penimbangan amal orang Mukmin yang bertakwa adalah

untuk menunjukkan keutamaannya, sebagaimana penimbangan amal orang￾orang kafir untuk menghinakan dan merendahkannya. Penimbangan amal

orang yang bertakwa untuk menyatakan kebaikan keadaannya dan

menunjukkan kebebasannya dari semua perbuatan jahat, serta penghias

urusannya terhadap kepala-kepala yang menyaksikan.

Orang-orang yang keburukan dan amal shalihnya bercampur, sehingga

ia masuk neraka, maka ia dikeluarkan dengan syafa'at (sebagaimana akan

diterangkan).Jika ditanyakan: Dikatakan bahwa Allah memberitahukan bahwa

manusia dihisab dan amal perbuatan mereka dibalasi, dan Allah menyatakan

akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia. Tetapi Allah

tidak menjelaskan tentang hisab dan pahala para jin. Apakah amal mereka

juga ditimbang?

Jawabannya adalah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:

Dan orang-orangyang beriman dqt beramal slulih, mereka itulahpenghuni

surga, dan merekn kekal di dalamnya (QS. al-Baqarah: 82) Dari ayat

tersebut disamping manusia" jin juga termasuk yang dijanjikan balasan

surga.

Allah SWT berfirman: Mereks itulah orang-orong yang telah pasti

ketetapan fazabJ atas merelra bersoma urnal-umat yang telah berlalu

sebelum merela dari jin dan manusia. Sesungguluzya merelra adalah orang￾orong yang merugi. (QS. al-Ahqaf: l8)

Allah SWT berfirman: Don bagi masing-masing mereka derajat

menurut apayangtelah mereka lerjalcot.... (QS. al-Ahqaf: l9)

Yang dimaksud dengan 'mosing'masing mereka'dalam ayat itu adalah

jin dan manusia. Janji dan ancaman untuk jin sama dengan manusia. Allah

memberitahukan bahwa para jin bertanya dan Allah menjawab dalam

firman-Nya yang dikatakan kepada mereka: Hai golongan jin dan manusia,

apalrah belum datang lrepodamu rasul-rasul dari golongan komu sendiri,

yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan

kepadamu terhadap pertemuonmu dengur hui ini? Mereka berkata,"Kami

menjadi saksi atas diri kami sendiri... (QS. al-An'am: 130)

Ayat tersebut mengandung pertanyaan, meskipun pertanyaannya

men ggunak an lafadz sebagian, namun tuj uannya semua.

Allah SWT berfirman:

Dan [ingatlah] ketiko Kami hadaplan serombongan iin kepadamu

yang mendengarkan Al-Qur'an.... (QS. al-Ahqaf: 29)

Mereka berkata, "Wahai koum kami, terimalah [seruanJ orang yang

menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscoya Allah akan

mengampuni komu dan melepaskon kamu dari azab yang pedih. Dan orang

yang tidak menerima [seruanJ orang y(mg menyeru kepada Alloh, maka dio

tidak alran melepaskan diri dui azab Allah di mukn bumi dan baginya tidak

ada pelindung selain Allah. Mereka itu dalarn kesesatan yang nyata. (QS. al￾Ahqaf:31-32)

Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa keadaan mereka di akhirat

sama dengan orang-orang Mukmin. Disebutkan juga tentang kisah mereka: Dan sestmgg;uhnya di antara kami ada orang yong toot dan ada [pulaJ

orang-orang yang menyimpang dari ke benaran.... (QS. al-Jin: I 4)

Ketika Rasulullah saw bersabda bahwa tulang adalah makanan para jin

dan kotoran hewan adalah makanan ternak mereka. Beliau juga melarang

memakai keduanya untuk beristinjak, maka Beliau menjadikan mereka

sebagai saudara kita. Jika demikian, maka balasan mereka adalah

sebagaimana balasan kita di akhirat, wallaahu q'lam. Hal tersebut

ditunjukkan pada bab tentang "Allah berbicara kepada seorang hamba tanpa

pembatas".

Sabda Rasulullah saw, "Maka dikeluarkanlah untuknya al-bithaqah

(kartu) yang bertuliskan Asyhadu an lailaaha illallah wa asyhadu anna

Muhammadan 'abduhu wa rasuuluuh. "

Kalimat syahadat tersebut bukan syahadat tauhid, karena merupakan

bagian al-mizan yang salah satu piringannya diletakkan suatu amal dan pada

piringan yang lain diletakkan lawannya, yaitu kebaikan dan keburukan. Hal

ini tidak mustahil karena seorang hamba membawa keduanya, tetapi yang

mustahil adalah kekafiran dan keimanan tergabung menjadi satu sehingga

keimanan diletakkan pada salah satu piringan dan kekafiran pada piringan

yang lain. Begitupun dengan syahadat tauhid pada al-mizan. Jika seorang

hamba telah beriman, maka ucapan lailaahaillallah menjadi amal shalih

yang diletakkan pada al-mizan bersama semua kebaikan yang dilakukannya.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Haki m rahimahullah.

Pendapat lain mengatakan bahwa mengucapkan kalimat tauhid

merupakan ungkapan niat baik dan bukti ketaatan yang diterima, yang

diucapkan ketika mengasingkan diri dan bersembunyi dari makhluk. Hal itu

menjadi suatu titipan di sisi Allah yang dijawab-Nya dengan keagungan dan

kekuasaan-Nya pada hari itu untuk mengganti kesalahan yang banyak dan

dosa yang besar, karena AIIah mempunyai keutamaan terhadap hamba￾hamba-Nya dan memberikan keutamaan yang dikehendaki-Nya bagi orang

yang dikehendaki-Nya.

Dalil pendapat ini adalah firman Allah dalam sebuah hadits, .,Kamu

mempunyai kebaikan di sisi Kami dan tidak akan berkurang jika kamu

beriman."

Rasulullah saw ditanya tentang kalimat Lailaahaillallah, apakah

merupakan kebaikan? Beliau menjawab, "ltu kebaikan yang paling besar.,,

(HR. al-Baihaqi)

Kalimat tersebut juga kalimat terakhir yang diucapkan di dunia,

sebagaimana hadits Mu'azd ibn Jabal yang diriwayatkan oleh Shalih ibn

Abu Gharib dari Katsir ibn Murrah, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang ucapan terakhirnya adalah Lsilaahaillallah, maka pasti masuk surga."

Hal ini disebutkan pada bagian awal kitab ini.

Bisa juga dikatakan bahwa syahadat adalah keimanan setiap Mukmin

yang menambah kebaikannya. Keimanannya ditimbang seperti semua

kebaikan dan keimanannya memberatkan keburukannya (sebagaimana

disebutkan dalam hadits). la akan dimasukkan ke dalam neraka untuk

membersihkan dirinya dari dosa, kemudian dimasukkan ke surga. Itu adalah

pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa setiap Mukmin menerima

kitab catatan amalnya dengan tangan kanannya. Mereka merujuk kepada

firman Atlah: Barangsiapa yang berat timbangan fkebaikon]nya mereka

itulah orang-orang yang dapat keberuntungan (QS. al-Mu'minun: 102)

Yaitu orang-orang yang selamat dari kekekalan azab, sebagaimana firman

Allah SWT: Maka ia berada dalam kehidupan yang memuasftan. (QS. al￾Qari'ah: 7), yaitu pada hari akhir. Demikian juga sabda Rasulullah dalam

hadits "Siapa yang ucapan terakhirnya adalah Lailaahaillallah, maka pasti

masuk surga," yaitu masuk surga setelah melalui siksaan di neraka.

Menurutku, mencermati keterangan tersebut memerlukan dalil orang

yang akan mengeluarkan nash yang disebutkan dalam ayat dan hadits bahwa

orang yang berat timbangannya akan selamat, ia meyakini surga, dan ia

mengetahui bahwa ia tidak masuk neraka setelah itu, wallaahu a'lam.

Diriwayatakan dari Abu Darda' (dalam hadits hason shahih) bahwa

Rasulullah saw bersabda, "Tiada sesuatu yang diletakkan pada al-mizan

yang lebih berat daripada akhlak yang baik." (HR. at-Tirmidzi)

Disebutkan pada hadits dari samurah ibn Jundub, bahwa Rasulullah

saw bersabda, "Aku melihat seorang laki-laki dari umatku yang ringan

timbangannya pada al-mizan, lalu datang kelebihan-kelebihannya yang

memberati al-mizan. " Itu adalah dalil amal-amal shalih yang menunjukkan

keutamaan bershalawat kepada Nabi Muhammad saw.

Al-Qusyairi menyebutkan (dalam at-Tahbir karangannya) berkata,

"Aku bermimpi melihat sebagian mereka di akherat. Aku bertanya, "Apa

yang dilakukan Allah kepadamu?" ia menjawab, "Kebaikanku ditimbang,

namun keburukanku lebih berat dari kebaikan itu. Lalu datang pundi dari

langit dan jatuh pada piringan timbangan kebaikan, sehingga beratlah ia dan

terbukalah pundi itu. Ternyata di dalamnya ada segumpal tanah yang aku

letakkan di kuburan seorang Muslim."'

Disebutkan oleh Abu Umar dalam kitab Jami' Bayan al-'Ilm dengan

riwayat dari Hammad ibn Zaid dari Abu Hanifah dari Hammad ibn Ibrahim

tentang firman Allah SWT: Dan Kami akon memasong timbangan yang

tepat pada hari kiamat.... (QS. al-Anbiya': 47) la berkata, "Didatangkan

amal seseorang lalu diletakkan pada piringan timbangannya pada hari

kiamat, namun ia ringan. Lalu didatangkan sesuatu yang menyerupai awan yang diletakkan pada timbangannya, sehingga timbangan itu menjadi berat.

Lalu dikatakan kepadanya, "Tahukah kamu apa itu?" Ia menjawab, ',Tidak.,'

Lalu dikatakan kepadanya, "lni adalah keutamaan ilmu yang telah kamu

ajarkan kepada manusia atau yang serupa dengan itu."'

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari 'Aisyah ra, bahwa seorang laki￾laki duduk di hadapan Rasulullah saw dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku

mempunyai budak yang mendustaiku, mengkhianatiku, dan berbuat jahat

kepadaku. Aku memaki dan memukul mereka. Bagaimanakah kedudukanku

terhadap mereka?" Rasulullah saw menjawab, "Tergantung pengkhianatan

mereka, kejahatan mereka, dan kedustaan mereka kepadamu. Hukumanmu

kepada mereka melebihi yang telah mereka lakukan akan dimintai

balasannya darimu." Laki-laki itu menjauh sambil menangis dan berteriak."

Rasulullah saw bersabda, "Apakah kamu tidak membaca firman Allah, uKami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka

tiadalah yang dirugikan seseorang barang sedikitpun.. " (QS. al-Anbiya,:

47)?"

Laki-laki itu berkata, "Demi Allah, wahai Rasulullah, menurutku tiada

yang lebih baik bagiku dan bagi mereka kecuali perpisahan. Aku menjadikan

saksi bahwa mereka semua merdeka."

Abu 'lsa mengatakan hadits tersebut gharib yang hanya dikenal dari

hadits'Abdurrahman ibn Ghazwan.

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal dari

'Abdurrahman ibn Ghazwan dan dari Wahab ibn Munabbih pada firman

Allah dalam surah al-Anbiya': 47, Rasulullah saw bersabda, ..Amal yang

ditimbang adalah penutupnya. Apabila Allah menghendaki kebaikan pada

seorang hamba, maka ia menutupnya dengan kebaikan, dan jika Allah

menghendaki keburukan maka Allah memburukkan penutup amalnya.,,(HR

Abu Nu'aim)

Pendapat shahih dengan dalil sabda Rasulullah saw yang berbunyi,

"Semua amaltergantung penutupny4 " wallaahu a'lam.

Al-A'raf dan Orang yang Menempatinya

Khaitsamah ibn Sulaiman menyebutkan (dalam riwayatnya) dari Jabir

ibn 'Abdullah, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Pada hari kiamat al-mizan

diletakkan, lalu kebaikan dan keburukan ditimbang. Siapa yang kebaikannya

lebih berat dari keburukannya meskipun sebesar telur kutu akan masuk

surga. Siapa yang keburukannya lebih berat dari kebaikannya meskipun

sebesar telur kutu akan masuk neraka." Ditanyakan kepada Rasulullah,

"Bagaimana dengan orang yang berat kebaikannya dan keburukannya?,,Rasulullah menjawab, "Mereka menjadi penduduk al-A'raf yang tidak

masuk surga, tetapi semua diberi makan."

Ibn at-Mubarak menyebutkan bahwa Abu Bakar al-Hudzali

meriwayatkan dari Sa'id ibn Jubair dari 'Abdullah ibn Mas'ud, ia berkata,

"Pada hari kiamat manusia dihisab. Siapa yang lebih banyak kebaikannya

dari keburukannya meskipun hanya satu akan masuk surga. Siapa yang

keburukannya lebih banyak dari kebaikannya akan masuk neraka."

Kemudian ia membaca: Barongsiapa yang berat timbangan [kebaiknnJnya,

mala mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan

barangsiapa yang ringan timbongannya, maka merelca ilulah orang-orang

yang merugikan dirinya sendiri... (QS. al-Mu'minun: 102-103) Kemudian ia

berkata" "Al-mizan menjadi berat atau ringan dengan amalan sebesar biji

benih." Ia berkata, "Siapa yang berat kebaikan dan keburukannya maka

menjadi penduduk al-A' raf;'

Ka'ab al-Ahbar berkata, "Ada dua orang laki-laki yang ketika di dunia

berteman. Salah seorang berjalan menemui sahabatnya yang sedang berjalan

menuju neraka. Maka temannya berkata kepadanya, "Demi Allah, tidak ada

yang tinggal padaku kecuali satu kebaikan yang akan menyelamatkanku.

Ambillah, wahai saudaraku, mungkin kamu akan selamat dan kita akan

menjadi penduduk al-A'raf." Ia berkata, "Lalu Allah memerintahkan mereka

berdua masuk surga."

Abu Hamid menyebutkan (dalam kitab Kasyful 'Uum al-Akhirah):

Seorang laki-laki didatangkan pada hari kiamat namun ia tidak mempunyai

satu kebaikan yang memberatkan timbangannya yang sama berat antara amal

baik dan amal buruk. Dengan rahmat-Ny4 Allah SWT berfirman kepadanya,

"Carilah orang yang memberimu satu kebaikan supaya Aku memasukkanmu

ke surga." Laki-laki itu pergi mencari ke seluruh penjuru alam, tetapi ia tidak

mendapatkan seorangpun yang memberinya kecuali mereka berkata, "Kalau

aku berikan maka timbanganku berkurang, sementara aku lebih

memerlukannya daripada kamu." Laki-laki itu menjadi putus asa. Lalu ada

seorang laki-laki bertanya kepadanya, "Apakah yang kamu cari?" Ia

menjawab, "Aku mencari satu kebaikan. Aku sudah mendatangi suatu kaum

yang mempunyai seribu kebaikan, namun mereka kikir kepadaku." Laki-laki

yang bertanya itu berkata kepadanya, "Aku telah bertemu dengan Allah, dan

tiada yang kudapati dalam lembaran amalku kecuali hanya satu kebaikan.

Aku pikir itu tidak bermanfaat bagiku, jadi ambillah sebagai pemberianku

kepadamu." L,aki-laki itu pergi dengan riang gembira. Lalu Allah SWT

berfirman, "Ada apa denganmu?-sesungguhnya Dia lebih tahu-." Laki-laki

itu menjawab, "Wahai Tuhanku, urusanku begini, begini." Lalu Allah

memanggil laki-laki yang memberinya kebaikan dan berfirman kepada-Nya,

"Kemuliaan-Ku lebih luas dari kemuliaanmu. Ambillah tangan saudaramu

dan masuklah kalian berdua ke surga."
Demikian pula dengan seseorang yang timbangannya sama berat,

Allah SWT berfirman kepadanya, "Engkau bukan penghuni surga dan bukan

penghuni neraka." Pemilik lembaran itu datang lalu meletakkan lembarannya

yang bertuliskan kata-kata "cis" pada piringan timbangan, dan beratnya

melebihi kebaikannya, karena kalimat itu adalah kalimat kedurhakaan pada

orang tua yang beratnya seberat gunung di dunia. Laki-laki itu diperintahkan

masuk neraka. Laki-laki itu meminta dikembalikan kepada Allah. Allah

SWT berfirman, "Kembalikan ia!" Lalu Allah SWT berfirman kepadanya,

"Wahai hamba yang durhaka, mengapa kamu meminta untuk kembali

kepada-Ku?" Laki-laki itu menjawab, "Wahai Tuhanku, aku melihat bahwa

aku menjadi penghuni neraka. Meskipun hal itu sudah pasti bagiku dan aku

durhaka pada ayahku, karena melihat ayahkujuga menjadi penghuni neraka,

maka tambahlah siksaan bagiku dan selamatkan ia dari neraka." Allah

tertawa mendengarnya dan berfirman, "Di dunia kamu mendurhakainya dan

di akhirat kamu berbuat baik kepadanya. Ambillah tangan ayahmu dan

masuklah kalian berdua ke surga."

Dalam Al-Qur'an Allah menyebutkan al-mizan (al-mawazin) dengan

lafaz jamak, sedangkan dalam hadits disebutkan dengan lafaz mufrod

(tunggal) dan jamak.

Tentang hal ini dapat dikatakan bahwa yang dimaksud adalah

beberapa al-mizan. Satu amal ditimbang dengan satu al-mizan yang hanya

berisi satu amal, sebagaimana terdapat dalam sya'ir:

Malaikat mendatangkan orang yang berbuat untuk diadili

Setiap perbuatan mempunyai satu mizan

Segala perbuotan kepada pemiliknya diserahkan

Satu bejana untuk satu perbuatan

Mungkin saja satu al-mizan diungkapkan dengan lafaz jamak,

sebagaimana firman Allah:

Kaum 'Aad telah mendustakan para rasul. (QS. asy-Syu'ara': 123)

Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (QS. asy-Syu'ara': 105)

'Para rasul'dalam ayat itu berarti hanya satu rasul. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan al-mqwazin adalah bentuk

jamak dari Mauztm, yaitu amal-amal yang ditimbang, bukan berarti al-mizan

yang banyak.

Al-Lalikai meriwayatkan (dalam Sunan-nya) dari Anas, "Satu

malaikat mewakili satu al-mizan Ia mendatangkan seorang anak Adam dan

berdiri diantara piringan al-mizan. Jika timbangan kebaikannya berat maka malaikat berseru dengan suara yang didengar oleh semua makhluk,

"Gembiralah si Fulan dan sesudahnya ia tidak susah lagi untuk selamanya."

Jika timbangan kebaikannya ringan, maka malaikat berseru, "Susahlah si

fulan yang sesudahnya tidak ada lagi kegembiraan selamanya-"

Diriwayatkan dari Hudzaifah, ia berkata, "Penjaga al-mizor pada hari

kiamat adalah Malaikat Jibril as."

Penduduk al-A'raf adalah penduduk surga yang paling rendah

derajatnya. Disebutkan oleh Hannad ibn as-Sariy, dari Waki' dari Sufuan

dari Mujahid dari Habib dari 'Abdullah ibn al-Harits, ia berkata, "Penduduk

al-A'raf berhenti pada sungai yang disebut dengan al-Hayah. Di

sekelilingnya ditumbuhi pohon emas. Menurutku ia mengatakan bahwa

mereka memakai mahkota dari mutiara. Lalu mereka mandi dari sungai dan

leher mereka menjadi putih cemerlang. Lalu mereka kembali dan mandi.

Setiap kali mandi mereka semakin bertambah putih. Kemudian dikatakan

kepada mereka, "Mintalah!" Lalu mereka meminta apa yang mereka

kehendaki. Lalu dikatakan kepada mereka, "Kalian akan mendapatkan apa

yang kalian minta menjadi tujuh puluh kali lipat." Mereka mengatakan

bahwa mereka adalah penduduk surga yang miskin.

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa apabila mereka telah masuk

surga maka mereka mempunyai tanda putih di leher sebagai tanda pengenal

mereka. Di surga mereka dinamakan dengan penduduk surga yang miskin.

Ada lima belas pendapat ulama tentang orang{mng yang menjadi

penghuni tempat yang disebut dengan al-A'raf.

1. Mereka adalah orang-orang yang telah disebutkan dalam hadits

terdahulu. Ini adalah pendapat Ibn Mas'ud dan Ka'ab al-Ahbar,

sebagaimana kami sebutkan dan disebutkan juga oleh Wahab dari Ibn

'Abbas.

2. Mujahid mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang shalih, para

ahli fiqih, dan para ulama.

3. Al-Mahdawi mengatakan bahwa mereka adalah para syuhada.

4. Abu Nashir Abdurrahim ibn Abdul Karim al-Qusyairi mengatakan

bahwa mereka adalah orang-orang Mukmin yang utama dan para

syuhada yang hanya disibukkan oleh urusan diri mereka sendiri tanpa

mempedul ikan keadaan manusia.

5. Mereka adalah orang-orang yang mencari kesyahidan di jalan Allah,

namun mereka mendurhakai bapak mereka. Ini adalah pendapat

Syurahbil ibn Sa'ad dan disebutkan oleh ath-Thabari dalam sebuah

hadits dari Rasulullah saw, Beliau mengatakan bahwa kedurhakaan

mereka sama berat dengan pahala syahid mereka6.

7.

9.

10.

Mereka adalah Abbas, Hamzah, 'Ali ibn Abu Thalib ra, dan Ja'far Dzu

al-Junahain (Yang memiliki dua sayap). Mereka terkenal karena

apabila menyukai sesuatu wajah mereka akan putih, dan apabila marah

maka wajah mereka menghitam. lni adalah pendapat ats-Tsa,labi dari

Ibn'Abbas.

Mereka adalah orang-orang yang menjadi pembanding (pada hari

kiamat) dan saksi (terhadap perbuatan manusia), dan mereka terdiri

dari setiap umat. Hal ini disebutkan oleh az-Zahrawi dan dipilih oleh

an-Nahhas.

8. Az-Zajjaj mengatakan bahwa mereka adalah para nabi.

Mereka adalah kaum yang melakukan dosa-dosa kecil yang tidak

dihapuskan dari mereka dengan penyakit dan musibah-musibah ketika

di dunia. Mereka tidak pernah melakukan dosa besar, sehingga mereka

terhalang masuk surga. Pendapat ini diriwayatkan olah Ibn ,Athiyah

al-Qadhy Abu Muhammad (dalam kitab tafsirnya).

Ibn Wahab dari Ibn 'Abbas meriwayatkan bahwa penduduk al-A'raf

itu adalah penduduk Makkah yang melakukan dosa besar.

Ibn al-Mubarak meriwayatkan dari Juwaibir dari Dhahhak dari Ibn

'Abbas, ia berkata, "Penghuni al-A'raf adalah orang-orang yang melakukan

dosa besar yang memberatkan di sisi Allah. Lalu mereka ditempatkan di

tempat itu. Apabila mereka memandang ke neraka maka mereka dikenal

dengan hitamnya muka mereka, dan mereka berdoa, .,Wahai Tuhan kami,

janganlah Engkau jadikan kami bersama-orang-orang yang zalim.,, Apabila

mereka memandang ke surga maka mereka dikenal dengan muka mereka

yang putih."

ll. Ibn'Abbas berkata, "Allah memasukkan penghuni al-A'rafke dalam

surga."

Dalam riwayat Sa'id ibn Jubair dari 'Abdullah ibn Mas,ud dikatakan

bahwa mereka adalah orang-orang yang paling akhir masuk surga.

Ibn 'Athiyah berkata, "Salim (budak yang dimerdekakan Abu

Hudzaifah) berharap menjadi penghuni al-A'rof, karena menurut

mazhabnya mereka orang-orang yang berdosa.,,

14. Dalam riwayat Abu Nashar al-Qushairi dari Ibn 'Abbas disebutkan

bahwa mereka adalah anak-anak zina.

15. Abu Mijlaz Lahiq ibn Hamid mengatakan bahwa mereka adalah para

malaikat yang menjadi dinding pembatas antara orang-orang kafir

dengan orang-orang Mukmin sebelum mereka masuk surga atau

neraka. Mengenai pendapat ini dikatakan kita tidak boleh

mengidentikkan para malaikat dengan laki-laki. Jawabnya, para malaikat bukan laki-laki dan perempuan, dan tidak ada hubungannya

menyebutkan lafazh laki-laki kepada mereka, sebagaimana disebutkan

terhadap golongan jin dalam firman Allah swT: Dan bahwasannya

ada beberapa or(mg laki-laki di antara manusia yang meminta

perlindungin kcpada beberapa taki-laki dari kalanganiin.... (QS. al￾Jin: 6)

16. al-A'rafadalah pagar yang tertetak di antara surga dan neraka. Ada

pendapat yang mengatakan bahwa al-A'raf adalah bukit uhud yang

diletakkan di sana.

Diriwayatkan dari Nabi saw dari Anas dan yang lainnya, yang

disebutkan oleh Abu Umar ibn AMul Birri dan yang lainnya menurut apa

yang kami sebutkan dalam kitab al-Jami' li Ahkom Al-Qur'an dalam surah

a I - A' r af, w al handul i I I oh.

Mimpi Seorang Shalihin

Diriwayatkan dari seorang shalih ra, ia berkata, "Suatu malam kantuk

menyerangku. ef, talu tidur dan bermimpi. Kulihat kiamat seolah-olah

te4aai dan manusia dihisab. Ada golongan yang berjalan ke surga dan ada

yang berjalan ke neraka. Aku mendatangi surga dan- memanggil

penghuninya lalu bertanya "Bagaimana kalian bisa masuk surga dan

men-dapat keridhaan Allah?- Mereka menjawab, "Dengan taat kepada Allah

Yang 

'lrrtaha 

Pengasih dan tidak mengikuti setan." Aku lalu mendatangi

n"rufu dan memanggil penghuninya, "Apa yang menyebabkan kalian masuk

neraka?', Mereka menjawab, "Kami mengikuti setan dan mengingkari

Allah.,, Tiba-tiba aku berada di tengah-tengah sekelompok orang yang

berhenti antara surga dan neraka. Mereka berkata kepadaku, "Kami

mempunyai dosa yang nyata dan sedikit melakukan kebaikan. Keburukan

menghalangi kami masuk surgq dan kebaikan juga menghalangi kami

masuk neraka.

Mereka bersya'ir:

Kami adalah or(mg-orangyang memilrul dosa besar

Namun kani terhalang tmtuk masuk nerala

Kami terombory-amb ing dalam ke b ingungan

Kami tertahor uttuk berialan kepadanya'
  Pada Hari Kiamat Setiap Umat lVlengikuti Apa yang la Sembah,

Pemeriksaan Amal Orang Munafik, dan Titian Shirathal lVlustaqim

Dihamparkan

Dalam sebuah hadits (yang panjang) dari Abu Hurairah ra, bahwa

Nabi Muhammad saw bersabda. "Pada hari kiamat manusia dikumpulkan

pada satu tempat, kemudian Allah datang kepada mereka dan berfirman

supaya semua manusia mengikuti apa yang disembahnya. Para penyembah

salib mengikuti salibnya, para penyembah patung-patung mengikuti patung￾patungnya, dan para penyembah api merrgikuti apinya sehingga yang tinggal

hanya orang-orang lslarn." (HR. at-Tirmidzi)

Muslim meriwayatkan bahwa sekelompok orang bertanya kepada

Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah, apakah pada hari kiamat kita dapat

rnelihat AIlah?" Rasulullah menjawab, "Apakah kalian kesulitan melihat

bulan di malam purnama?" Mereka menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah."

Rasulullah kembali bertanya "Apakah kalian kesulitan melihat matahari

yang tidak ditutupi awan?" Mereka menjawab, "Tidak jug4 wahai

Rasulullah." Rasulullah saw bersabda, "Demikian pula kalian melihat Allah￾Pada hari kiamat Allah mengumpulkan manusia dan berfirman kepada

mereka agar mereka mengikuti apa yang mereka sembah. Siapa yang

rnenyembah matahari mengikuti matahari, siapa yang menyembah bulan

mengikuti bulan, siapa yarrg menyembah thaghut mengikutithagu! sehingga

tinggal umat yang di dalamnya ada golongan orang-orang munafik. Allah

mendatangi mereka dengan suatu rupa yang tidak mereka kenal lalu

berfirman, "Aku adalah Tuhan kalian." Mereka menjawab, "Kami

berlindung kepada Allah dari engkau. Kami tetap di sini sampai Tuhan kami

datang kepada kami dalam bentuk yang kami kenal." Kemudian Allah

mendatangi mereka dengan bentuk yang mereka kenal. Allah SWT

berfirman, "Aku adalah Tuhan kalian." Mereka menjawab, "Engkau adalah

Tuhan kami." Mereka kemudian mengikuti-Nya. Lalu titian Shirathal

Mustaqim dibentangkan di atas neraka Jahannam. Aku dan umatku yang

pertama akan melintasinya. Pada hari itu tidak seorangpun yang berbicara

kecuali para rasul. Mereka berdoa, "Ya Allah, selamatkanlah,

selamatkanlah." Semerrtara dari dalam neraka ada kaitan-kaitan seperti

pohon berduri. Apakah kalian pernah melihat pohon berduri?" Mereka

menjawab, "Pernah, wahai Rasulullah." Rasulullah saw bersabda, "Kaitan

seperti pohon-pohon berduri -yang besarnya hanya Allah yang mengetahui￾itu menyambar manusia menurut amal mereka. Ada manusia yang disambar

karena amalnya dan ada yang melintasi sehingga selamat."

Al-Faqih Abu Bakar ibn Burjan menyebutkan (dalam kitab al-Irsyod

karangannya): Di Padang Mahsyar manusia sibuk mencari orang yang dapat

memberi syafa'at dan melepaskan mereka dari kesulitan pada hari itu.

Demikian pula dengan para pemimpin yang mengikuti para rasul. Kemudian Adam as diperintahkan mengeluarkan anak cucunya yang dimasukkan

neraka. Mereka terdiri dari tujuh golongan. Dua golongan pertama

dilemparkan ke dalam neraka seperti biji-biji bibit tanaman ditaburkan.

Mereka adalah orang-orang yang membantah dan bersikap sombong kepada

Allah dan orang-orang kafir kepada Allah dengan berpaling dan bodoh.

Kemudian dikatakan kepada mereka semua, "Di mana semua yang kalian

sembah selain Allah?" Setiap umat mengikuti apa yang disembahnya. Siapa

yang menyembah selain Allah mengikuti sembahannya yang

melemparkannya ke dalam neraka.

Allah SWT berfirman:

Di lempat itu [padang MahsyarJ, tiap-tiup diri mero"sukan

pembalasan dari apa yang telah dikerjakannva dahulu dan mereka

dikembalikon kepada Allah Pelindung, mereka yang sebenarnya, don

lenyaplah dari mereka apayang merekq oda-adakan (QS. Yunus: 30)

Maka merekn [sembahan-sembahan ituJ dijungkirkan ke dalant

neraka bersama orang-orang yang sesat, dan bala tenlara iblis sentuanya.

(QS. asy-Syu'ara': 94-95)

Rasulullah saw bersabda, "Pada hari kiamat dibentangkan bumi

dengan keagungan AIlah SWT. Setiap manusia hanya mendapat tempat

untuk meletakkan kedua kakinya. Aku adalah manusia yang pertama

dibangkitkan dalam keadaan sujud. Aku diberi izin berbicara, maka aku

berkata, "Ya Allah, hamba-Mu menyembah-Mu di seputar bumi." Waktu itu

Jibril berada di sebelah kanan 'Arsy dalam keadaan diam, dan itu adalah

tempat yang terpuji. Kemudian didatangkan kelompok yang keernpat; orang￾orang yang meng-Esakan Allah tetapi mengingkari para rasul dan tidak

mengetahui sifat-sifat Allah, serta menolak Kitab Allah dan rasulnya.

Kemudian didatangkan kelompok yang kelima dan keenam; para ahlulkitab

yang didatangkan dalam keadaan haus. Ditanyakan kepada mereka, "Apa

yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami haus, wahai Tuhan kami,

beri kami minum." Dikatakan kepada mereka, "Apakah kalian tidak

melihat?" Ditunjukkan kepada mereka neraka yang seolah-olah bayangan

gelembung air yang mendidih, lalu mereka dilemparkan ke dalamnya.

Kemudian dilakukan ujian antara orang munafik dengan orang Mukmin

untuk mengetahui Tuhan mereka dan membedakannya dengan sembahan￾sembahan selain Allah. Lalu orang-orang munafik dibawa oleh Allah

sehingga tinggal orang Mukmin. Kemudian titian Shirathal Mustaqim

dibentangkan di permukaan neraka -kita berlindung kepada Allah- yang

lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pisau sebagaimana dijelaskan

Rasulullah saw. Para ahli bid'ah jatuh ke pintu yang keenam atau kelima,

sedangkan orang-orang yang melakukan dosa besarjatuh pada pintu keenam

atau ketujuh.  Orang-orang yang jatuh ke dalam neraka karena kurang amal shalih,

berbeda dengan orang-orang Mukrnin yang selamat karena derajat mereka,

sedangkan orang-orang yang melakukan kezaliman di dunia tertahan di atas

titiarr antara surga dan neraka sampai rnereka bersih dan suci, kemudian

masuk surga. Disitulah tempat penghuni ul-A'raf."

lni adalah susunan menurut hadits ha,son, dan nanti dijelaskan lebih

rinci, insya Allah.

Sabda Rasulullalr saw 'tudhaaruuna' dengatt mendhamahkan atau

nen-fatahkan ta, dan mentasydidkan ro. Tetapi lebih sering to

didhamuhkan dan ru ditasvdidkan. Asalnva adalah tulhararuunu, ra yang

pertama disukunkan dan diidghumkan dengan yang kedua. Madhinya (kata

dasar) adalah dhurera yang tidak disebutkan fa'ilnya. Bisa juga mabniy lil

.llr'il menjadi tcrdhcrrir dengan mengkasrahkan rur-nya, kecualidalam keadaan

sukun dan mengidghunlkatr semuanya menjadi dhurr yang bertasydid.

Adapurr dengan meringankanrtya berasal dari dhaarahu, vudhiiruhu dan

yctdhuruhu tanpa tasydid.

Maksud hadits tersebut adalah ketika Allah SWT mengaruniakan

mereka untuk melihat-Nya dengan jelas tanpa terhalang sebagian oleh

sebagian yang lain, tidak rnenyusalrkan mereka. tanpa berdesak-desakan, dan

tanpa perdebatan seperti yang terjadi ketika rnelihat bulan sabit, justru

tepatnya seperti melihat matahari dan bulan.

Sabda Rasullulah 'ntaks kalian akan ntelihat-Nya' adalah penyerupaan

keadaan yang melihat. bukan yang dilihat, karena Allah SWT tidak dapat

diketahui dari segala aspek karena ia tidak serupa dengan makhluk dan tidak

satupun yang menyerupai-Nya.

Sabda Rasulullah "rnaka Allah mendatangi mereka dalam rupa seperti

yang mereka kenal" adalah sebagai ujian untuk membedakan yang haq dan

yang bathil. Hal itu karena ketika tinggal orang munafik dan orang-orang

yang ikut melihat bersama orang-orang Mukmin dan orang-orang Mukhlisin,

mereka berdalih bahwa mereka adalah golongan itu dan mereka beramal

seperti orang-orang itu beramal dan mengakui mengenal Allah seperti orang￾orarrg Mukmin dan Mukhlisin mengenal Allah. Allah menguji mereka

dengan mendatangi mereka dalam suatu rupa seraya berfirman "Akulah

Tuhan kalian." maka orang-orang Mukmin menjawab dengan mengingkari

hal itu dan berlindr.rng darinya disebabkan oleh pengenalan mereka di dunia

terhadap AIlah, dan dia terlrindar dari sifat yang digambarkan oleh orang￾orang yang membicarakannya.

Inilah yang mereka katakan dalam hadits Abu Sa'id al-Khudri. "Kami

berlindung kepada Allah dari engkau dan kami tidak akan menyerikatkan

Allah dengan sesuatupun" sebanyak dua atau tiga kali sehingga sebagian

mereka hampir-hampir berpal ing.
Syekh Abu al-Abbas Ahmad ibn Umar mengatakan (dalam kitab a/-

MuJhirn lkyarhi lkhtishur Mu.slim Kitab Muslim): Itu untuk orang yang tidak

ada ketetapan ulama baginya, mungkin mereka meyakini kebenaran dan

konsisten pada keyakinan itu tanpa ada bukti. Dengan demikian keyakinan

mereka mengalami perubahan, wallaahu u'lam.

Mereka yang diibaratkan oleh Allah adalah orang rnunafik darr yang

ragu-ragu -wallaahu a'lam- dan hal itu terbukti pada ujian yang kedua,

karena dalam hadits Abu Sa'id sesudah sabda Rasulullah bahwa sebagian

hampir berpaling, maka ditanyakan kepada mereka, "Apakah antara kalian

dengan-Nya ada bukti untuk mengetahuinya?" Mereka menjawab, "Benar."

Lalu tersingkaplah betis. Tidak ada yang bersujud kepada Allah ketika

melihat-Nya kecuali Allah mengizinkannya bersujud. Tidak ada yang sujud

kepada Allah karena takut dan riya, melainkan Allah menjadikan

punggungnya sejajar.' Setiap kali mereka ingin sujud, ia jatuh pada

punggungnya. Kemudian mereka mengangkat kepala mereka dan melihat

kepada rupa yang mereka ketahui. Allah SWT berfirman kepada mereka,

"Apakah Aku Tuhan kalian?" Mereka menjawab. "Engkaulah Tuhan kanri."

Kemudian dibentangkan titian di atas Jahannam dan diizinkan untuk

memberikan syafa'tat.

Sabda Rasulullah saw "Allah akan menemui merelca dalam rupa yang

mereka kenal," yaitu Allah menampakkan dengan jelas kepada mereka sifat￾Nya yang mulia. sempunra. tinggi, dan indah setelah diangkatkan

penghalang penglihatan mereka. "Lalu nrcreka mengikuti-Nya" yaitu

nrengikuti perintah Allah atau malaikat-malaikat-Nya, dan utusan-utusan￾Nya yang menggiring mereka ke dalarn surg4 wctllauhu a'lum.

"Doa," yaitu pennohonan.

Allah SWT berfirman: Doa mereko di daltrmnyu ialah.

"Subhanakallauhumnu," dcrn salam penghormalan mereku udulah

"Salam. " (QS. Yunus: l0) Yaitu doa mereka ketika itu.

Sabda Rasulullah saw 'maka tersingkaplah betis', menunjukkan

urusan yang sangat besar dan sulit.

Ibn al-Mubarak meriwayatkan dari Usamah ibnZaid dari 'lkrimah dari

Ibn 'Abbas tentang firman Allah SWT: Pado hari betis disingkapkan. . (QS

al-Qalam: 42) ia berkata, "Hari kesusahan dan kesulitan."

Ibn Juraij dari Mujahid meriwayatkan, ia berkata. "Sulit dan seriusnya

urusan."

Mujahid dan Ibn 'Abbas mengatakan bahwa itu adalah waktu yang

paling sulit pada hari kiamat."
Abu 'Ubaidah mengatakan balrwa apabila suatu urusan merrjadi sulit

dikatakan terbukalah urusan dari betisnya. Asalnya adalah, bahwa jika

seseorang dalam keadaan yang sulit nrenghadapi suatu urusan yang

rnemerlukan keseriusan maka ia akan menyingkapkan betisnya sehingga

terbuka.

Menurut al-Qutabi ini adalah isti'arah, sebagai ungkapan jika

seseorang berada dalam kesulitan maka ia menyingkapkarr betisrrya

sebagaimana terdapat dalam sebuah sya'ir:

Jika aku nrcndapat ntusihah,

aku ukan menyingsingkan pakaianku :

Meski perang telah herlalu, nonrwt kesokilannyu tetup kuru-sa

Meskipun aku telah menyingkupkan betis karenanya ;

Dalam sya'ir lain untuk mengungkapkarr tahun kesulitan dikatakan:

Telah tersingkap clari betisnva

Sya' ir lain mengatakan:

Telah disingkapkan bagi nrcreko dari betisnva

Dan mulailah keburukan yang jelas

Masih banyak sya'ir lain yang berkaitan dengan pengertian kalimat

ini.

Menurut pendapat lainnya bahwa yang dimaksud adalah tersingkap

dari betis neraka Jahannam.

Ada juga yang mengatakan dengan tersingkap dari betis Arsy.

Ada yang diriwayatkan bahwa Allah menyingkapkan betis pada hari

kiamat. lalu seluruh orang yang beriman (laki-laki dan perempuan) bersujud

kepadanya, sebagairnana disebutkan dalam Shohih al-Bukhari. Allah

membagi, menyingkapkan, dan menutupi. Maksudnya menyingkap

kebesaran urusan-Nya.

Al-Khatthabi mengatakan bahwa penyebutan tentang tersingkapnya

betis adalah ungkapan untuk kesulitan. Jadi hadits tersebut mengandung

pengertian bahwa ia terjadi karena kesulitan-kesulitan di hari kiamat yang

mengiringi terangkatnya batas-batas ujian. Ketika itu dibedakanlah orang￾orang yang yakin dan ikhlas, mereka dizinkan untuk sujud. L^alu

disingkapkan penutup dari orang-orang munafik, sehingga punggung mereka

menjadi lurus dan mereka tidak sanggup untuk sujud.
la berkata ada sebagian orang yang menafsirkan tidak mustahil Allah

menyingkapkan betis menurut kehendak-Nya kepada sebagian makhluk

seperti malaikat atau yang lainnya sebagai suatu sebab untuk menjelaskan

hikmahnya kepada orang beriman dan orang munafik￾Al-Khatthabi berkata, "Di dalamnya terkandung makna lain yang

belum pernah kudengar suatu contoh yang mengandung pengertian bahasa.

Aku mendengar Abu Umar meriwayatkan dari Abu al-'Abbas Ahmad ibn

Yahya an-Nahwi tentang terjadinya pengsrtian yang berbeda itu di bawah

nama ini. Ia berkata, "Betis maksudnya diri, seperti perkataan 'Ali ra ketika

para sahabatnya kembali dari memerangi kaum Khawarij, ia berkata, "Demi

Allah, aku akan memerangi mereka sampai betisku terlipat." Maksudnya

dirinya."

Abu Sulaiman berkata, *Kalimat ini juga mengandung arti

memperlihatkan kepada mereka dan menyingkap hijab dari pandangan

mereka, sehingga ketika melihatnya mereka langsung bersujud-" Ia berkata,

"Aku tidak memutuskan perkataan ini dan aku tidak melihat keharusan

tentang apa yang aku lebih condong kepada hal itu."

Menurut penulis perkataan ini yang paling baik jika dikehendaki.

Dalam hadits hasan, Abu al-Laits as-Samarqandi meriwayatkan

tentang surah al-Qalam dari al-Khalil ibn Ahmad dari lbn Mani' dari Hadab

dari Hammad ibn Salamah dari 'Ali ibn Zaid dari 'lmarah alQurasy dari

Abu Burdah ibn Abu Musa dari bapaknya, ia berkata, "Aku mendengar

Rasulullah saw bersabda, "Pada hari kiamat dibuat bagi tiaptiap kaum apa

yang mereka sembah di dunia. Setiap kaum mengikuti apa yang mereka

sembah dan tinggallah orang-orang yang bertauhid. Ditanyakan kepada

mereka, "Apakah yang kalian tunggu?" Mereka menjawab, "Kami

mempunyai Tuhan yang kami sembah di dunia" tetapi kami tidak

melihatnya." Ditanyakan kepada mereka, "Jika kalian melihatnya apakah

kalian mengenalnya?" Mereka menjawab, "Benar." Ditanyakan lagi,

"Bagaimana kalian mengenalnya sedangkan kalian tidak melihatnya?"

Mereka menjawab, "Dia tidak ada yang menyerupainya." Lalu dibukakanlah

hijab, dan mereka melihat kepada Allah sehingga mereka bersujud kepada￾Nya. Tinggal beberapa kaum yang punggung mereka seperti punggung sapi,

mereka ingin sujud tetapi mereka tidak sanggup melakukannya- Itulah yang

dikatakan Allah: Pada hmi betis disingkqleo, dot mereka dipangil untuk

bersujud, moko mereko tidak husa (QS- alQalam: 42)

Lalu Allah berfiman, 'Hamba-hamba-Ku, angkatlah kepala kalian,

sesungguhnya Aku telah menjadikan pengganti setiap kalian dengan orang￾orang Yahudi dan Nasrani dalam neraka-"

Abu Burdah berkata *Aku menyampaikan hadits ini kepada Umar ibn

'Abdul 'Aziz- maka ia berkat4 'Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Apakah bapakmu menyampaikan hadits ini kepadamu?" Aku lalu

bersurnpah kepadanya tiga kali." la kemudian berkata, "Belum pernah

kudengar dari seorang ahli Tauhid suatu hadits yang lebih kusukai dari

hadits ini."

Hadits tersebut menjelaskarr maksud 'tersingkapnya betis' sebagai

perumpamaan dalam melihat Allah SWT sebagaimana dalam hadis Shahih

Muslim. Sedangkan hadits yang saling ditafsirkan tidak ada bedanya,

alharndulillah.

Al-Baihaqi meriwayatkan dari Rauh ibn Junah dari (pelayan Umar ibn

'Abdul 'Aziz) dari Abu Burdah dari Abu Musa dari bapaknya dari Nabi saw,

Beliau bersabda tentang firman Allah SWT Pada hari betis disinglrupkan,"

"Dari cahayu ,,-ang agung mereka bersujud kepada-Nya," yang

meriwayatkannya hanya Rawah ibn Junah, yaitu orang Syam yang

membawa hadits munkirah yang tidak diikuti, dan pelayarr Umar ibn 'AMul

'Azizterdiri dari beberapa orang.

Hadits yang sebelumnya lebih jelas dan lebih kuat sanadnya, dan ini

dibenarkan.

Imam Abu Hamid al-Ghazali lebih condong kepadanya dart

menguraikan maksudnya. la berkata dalam kitab Kasyful 'Ulum al-Akhirah

(Menyingkap Alam Akhirat), "Lalu AIlah menyingkapkan dari betisnya,lalu

semua manusia bersujud untuk mengagungkan dan merendahkan diri.

Kecuali orang-orang kafir yang menyerikatkan-Nya selama hidup mereka

dan menyembah batu, kayu, dan apa yang tidak dapat memberi kekuatan.

Tulang-tulang sulbi mereka menjadi besi sehingga mereka tidak sanggup

bersujud, sebagainrana disebutkan dalam fiman Allah pada surah alQalam

ayat 42.

Al-Bukhari meriwayatkan (dalam tafsirnya) dengan sanad kepada

Nabi saw. Beliau bersabda, "Pada hari kiamat Allah menyingkapkan betis￾Nya, maka bersujudlah Mukmin laki-laki dan perempuan kepada-Nya."

Aku berhati-hati terhadap makna hadits tersebut, dan aku

mempertimbangkan untuk menolaknya. Aku juga berhati-hati terhadap sifat

neraka dan nyala neraka. Aku membiarkannya tersembunyi di alam

malaikat. Kebaikan dan keburukan ditunjukkan dan tidak boleh menimbang

sesuatu yang dilihat kecuali dengan timbangan para malaikat.

Kita telah menerangkan tentang al-mizan (amal yang ditimbang)

dengan tujuan menjelaskan berita yang benar dan hasan. Telah pula

dijelaskan tentang betis yang tersingkap supaya tidak ada lagi keraguan,

pertikaian, dan pertentangan. Segala puji bagi Allah terhadap nikmat

pemahaman, dan ilmu.Bagaimana Melintasi Shirathal lVlustaqim, Sifatnya, Orang yang Tidak

Bisa Menyeberanginya dan Orang yang Bisa lVlenyeberanginya, Kasih

Sayang Nabi Muhammad saw ketika ltu pada Umatnya, Titian-titian

dan Pertanyaan-pertanyaan sebelum Shirathal Mustaqim, serta

Penjelasan Firman Allah dalam Surah Maryam Ayat 7l

Sebagian ulama meriwayatkan bahwa tidak seorangpun dapat

melintasi Shirathal Mustaqim sehingga ia ditanya pada tujuh titian.

Pada titian pertama ditanya tentang keimanan (kesaksian tiada Tuharr

selain Allah). Jika ia melakukannya dengan ikhlas dan sesuai antara

perkataan dan perbuatan. maka ia selamat. Pada titian kedua ditanya tentang

shalat. Jika ia melakukannya dengan sempurna nraka ia akan selamat. Pada

titian ketiga ditanya tentang puasa pada bulan Ramadhan, .iika ia

melakukannya dengan sempurna maka ia akan selamat. Pada titian keernpat

ditanya tentang zakat. jika ia menunaikannya nraka ia akan selamat. Pada

titian kelima ia ditanya tentang haji dan umrah. Jika ia melakukan keduanya

dengan sempurna rnaka ia selamat. Pada titian keenam ditarrya tentang

mandi dan wudltu, jika ia melakukannya dengan sempurna maka ia selanrat.

Pada titian ketujuh ditanya tentang perbuatan aniaya manusia, yang

merupakan titian yang paling sulit.

Abu Hamid menyebutkan (dalam kitab Kasyful 'Ulum al-Akhirah):

Yang tinggal di tempat pemberhentian hanya orang Mukrnin. orang Islam,

para muhsinin, orang yang berilmu, orang yang jujur, para syuhada. orang

shalih, dan para rasul yang tidak bersifat ragu-ragu, munafik, dan pura-pura

dalam beragama. Allah SWT berfirman kepada mereka, "Wahaiorang-orang

yang berhenti, siapakah Tuhan kalian?" Mereka menjawab. "AIlah."

Ditanyakan kepada mereka, "Apakah kalian mengenal-Nva?'' Mereka

menjawab, "Ya." Lalu dari sebelah kiri 'Arsy diperlihatkan kepada mereka

malaikat yang jika diletakkan pada lekukan ibu jarinya tujuh lautan. tidak

akan penuh karenanya. Dengan izin Allah malaikat itu berkata, "Aku adalah

Tuhan kalian." Mereka menjawab, "Kami berlindung kepada Allah darimu."

Kemudian dari sebelah kanan 'Arsy diperlihatkan kepada mereka malaikat

yang jika pada lekukan ibu jarinya diletakkan empat belas lautan tidak akan

penuh olehnya. Dengan izin Allah malaikat itu berkata. "Aku adalah Tuhan

kalian." Mereka menjawab, "Kami berlindung kepada Allah darimu." Lalu

Allah memperlihatkan wujud-Nya dalam rupa yang bukan seperti mereka

kenal. Mereka mendengar Allah tertawa. lalu mereka semua bersujud. Allah

SWT berfirman, "Selamat datang kepada kalian." Allah mengarahkan

mereka ke surga dan mereka mengikuti-Nya dan berjalan melintasi titian

Shirathal Mustaqim. Ketika itu manusia melintas berbondong-bondong. Para

rasul, para nabi, orang-orang jujur, para syuhada, orang- Mukmin, orang

yang berilmu, dan orang Islam. Di antara mereka ada yang ditelungkupkan

wajahnya, ada yang tertahan di al-A'raf, dan ada pula yang jauh dari
kesempurnaan iman. Dalam melewati titian Shirathal Mustaqim, ada yang

rnelewatinya dalam waktu seratus tahun, ada yang melewatinya dalam waktu

seribu tahun. namun api neraka tidak membakar orang yang rnelihat

Tuhannya dengan jelas.

Rasakanlah kepada diri Anda apabila berada di atas shirat dan

memandang ke neraka Jahannam yang hitam diliputi kegelapan, panas yang

membakar, Iidah api yang menjulang tinggi, dan Anda berjalan dengan

tersendat-sendat.

Sebuah sya' ir berbunyi:

Ilru hai d ir i ku, b e r ta ub at I a h d e n gan s e b e narnya.

Apuluh dayaku, jika semuo hanfiu telah dikumpulknn

kepada yang ntempunyai kekuu.saan

Mereka bangkit dori kuburnyu dulam keudaun nubuk

Karena memikul dosa sebesar gunung

Titian telah dibentongktn supoya mereka melewatinya

Di antma mereka ada yang ditelungkuplcan lce kiri

Adapula yang berjalan ntenuju surga 'Adn, yang disambw oleh pengantin￾pengantin dengan

Al-Muhaintir (Allah) berfirman. "Wahai hamba-Ku, Aku mengampuni

dosa-dosamu, maka janganlah bimbang."

Ungkapan penyair lainnya berbunyi:

Ketilca shirat terbentong di atas neraka Jahim

Terosa sulit dan panjang bagi pelafu leemaksiatan

Ada orangyang berada dalan neralco,

Me re ka alean mengalami lee b inasaot

Ada orangyang berada dalam surga,

Itlereka mendapatkan dari Allsh amptman

Nyatalah kcbenaran dan

tersingkaplah se gala yang disembunyikan

Derita akan berkepanjongan, ratapan akan berketeruson

Dari hadits Abu Hurairah, "MelEka mendatangi Muhammad saw, lalu

Beliau mengizinkan mereka. Kemudian didatangkan amanah dan kasih

sayang yang berdiri di sebelah kiri dan kanan shirath. Orang yang pertama

berjalan melewatinya dengan cepat seperti Buraq." (HR Muslim) la berkata "Aku bertanya, 'Demi ayah dan ibuku, apakah maksudnya

berjalan seperti Buraq?"' Rasulullah menjawab, "Apakah engkau tidak

melihat bagaimana Buraq pergi dan pulang dalam sekejap mata? Ada yang

berjalan seperti angin, ada yang seperti burung, dan ada yang berlari cepat

dengan amalnya. Sedangkan Nabi kalian berdiri di atas shirat sambil berdoa,

"Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah." Sampai ada lramba yang sedikit

amalannya sehingga ia hanya berjalan dengan merangkak."

Sabda Rasulullah, "Di sekitar shirat ada kaitan-kaitan yang

menyambar siapa yang diperintahkan. Siapa yang tersangkut dilemparkan ke

dalam neraka. Demi zat yang memegang jiwa Muhammad, dasar neraka

Jahannam tujuh puluh tingkat." lni juga diriwayatkan dalam hadits

Hudzaifah.

Dari hadits Abu Sa'id al-Khudri yang menyebutkan, "Kemudian

dibentangkan al-Jisr di atas neraka Jahannam dan dibolehkan memberi

syafa'at. Mereka berdoa" "Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah."

Ditanyakan kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah. apakah al-iisr?" Beliau

menjarvab, "Titian yang ticin yang mempunyai lengan-lengan, pengait,

ujung yang runcing dan berduri, yang dinamakan as-sa'dan. Orang-orang

Mukmin ada yang berlari sekejap mata, ada yang seperti buraq, angin,

burung, dan ada pula yang seperti kuda dan tunggangan-tunggangan lain.

Orang-orang Islam selamat dan orang yang dikait diangkat serta dilemparkan

ke neraka Jahannam." (HR Muslim) Tentang hadits ini akan dijelaskan nanti.

Dalam riwayat Abu Sa'id al-Khudri disebutkan, "Telah sampai

riwayat kepadaku bahwa al-jisr lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari

pedang.

Dalam riwayat lain (oleh Muslim) disebutkan, "Lebih tipis dari

rambut."

Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri, ia berkata, "Aku mendengar

Rasulullah saw bersabda, "Shirat dibentangkan diantara dua pinggir neraka

Jahannam, di atas duri-duri seperti duri pohon as-sa'dan,o3 lalu manusia

melewatinya. Ada orang Islam yang selamat dan dikait dengannya kemudian

selamat, dan ada yang dikait dengannya lalu dijungkirkan ke neraka." (HR

Ibnu Majah)

Ibn al-Mubarak meriwayatkan dari Hisyam ibn Hassan dari Musa dari

Anas dari Ubaid ibn 'Umair bahwa shirat terbentang di atas neraka

Jahannam seperti pedang dan pada kedua sisinya ada kaitan-kaitan yang

ujungnya runcing. Demi 7at yang jiwaku dalam genggaman-Nya, ia
disambar oletr satu pengait yang ukurannya lebih banyak dari penduduk suku

Rabi'ah dan Mudhar.

Rusydain ibn Sa'ad meriwayatkan kepada kami dari Amru ibn al￾Harits dari Sa'id ibn Abu Hilal, ia berkata "Sampai kepada karni bahwa

shirat pada hari kiarnat bagi sebagian manusia lebih halus dari rambut dan

bagi sebagian lain seperti padangyang luas."

'Auf ibn Abid ibn Sufuan al-'Uqaili berkata" "Pada hari kiamat

manusia melewati shirat menurut keimanan dan amal mereka. Ada orang

yang melewatinya secepat kilat, ada yang seperti anak panah yang lepas dari

busurnya, ada yang secepat burung terbang ada yang secepat lari kuda, ada

yang berlari. dan ada yang berjalan, dan orang terakhir yang selamat adalah

orang yang menyeberangi dengan merangkak."

Hannad ibn as-Sariy meriwayatkan dari 'AMullah ibn Numair dari

Sufoan dari Salamah ibn Kuhail dari Abu az'7a'ra', ia berkata, "'Abdullah

berkata, "Allah memberi perintah kepada Shirathal Mustaqim, maka ia

dibentarrgkan di atas neraka Jahannam. Manusia menyeberanginya menurut

amalnya. Yang pertama secepat buraq, kemudian seperti angin yang bertiup'

kemudian seperti anak panah dan seterusnya sampai ada yang berlari-lari

kecil dan berjalan. Yang terakhir adalah orang yang merangkak dengan

perutnya dan bertanya kepada Allah, "Wahai Tuhanku, kenapa Engkau

jadikan aku larnbat?'Allah SWT berfirman, "Bukan Aku yang membuatmu

lambat. tetapi amalmu yang membuatmu lambat.'"

Abu Muawiyah meriwayatkan dari Ismail ibn Muslim dariQaradah, ia

berkata "Abdullah ibn Mas'ud berkata, *Kalian melewati shiroth dengan

pertolongan Allah dan masuk surga dengan rahmat Allah, dan kalian terbagi￾bagi. tergantung amalan kalian."

Nabi saw bersaMq "Barangsiapa melindungi orang Mukmin dari

orang munafik, maka ia melihat fadhilah amalnya," pada hari kiamat Allah

mengutus malaikat yang melindungi dagingnya dari api neraka Jahannam.

Siapa yang menuduh orang Mukmin (karena menginginkan keburukannya)

akan ditahan Allah di atas titian Jahannam, sampai ia mengeluarkan apa

yang dikatakannya." (HR. Abu Daud dari Mu'azd ibn Anas al-Juhany)

Rasulullah saw bersaMa, "Banyak yang menyeberangi shirat, dan

wanita yang paling banyak jatuh darinya." (HR. Abu al-Faraj ibn al-Jauzy)

Rasulullah saw bersaMa *Ketika manusia berada di atas shirat,

menyerulah malaikat dari bawah 'Aoy, "Wahai hamba Allah, seberangi

shirat itu. Siapa yang berbuat kemaksiatan dan kezaliman maka hendaklah ia

tinggal." Waktu itu suasananya sangat menakutkan dan sangat panas. Orang￾orang yang selama di dunia lemah dan hina menjadi orang yang maju lebih

dulu, sedangkan orang-orang yang ketika di dunia maju dan berkuasa menjadi terakhir -ketinggalan-. Kemudian semuanya melewati shiral

menurut baik dan buruknya amalan mereka. Ketika giliran umatku

melewatinya mereka berkata, "Wahai Muhammad, wahai Muammad." Aku

ingin segera menolong mereka karena rasa kasih sayang ku, namun Jibril

menahanku. Aku lalu berdoa sekeras suaraku, "Wahai Tuhanku,

selamatkanlah umatku, selamatkanlah umatku- Hari ini aku memohon bukan

untuk diriku, bukan untuk Fathimah putriku-" Sementara itu para malaikat

berdiri di kiri dan kanan shiral dan berdoa *Wahai Tuhan, selamatkanlah,

selamatkanlah." Orang-orang yanB melakukan kemaksiatan gugur ke dalam

neraka. Malaikat Zabaniyah mengikat mereka dengan rantai besi dan

belenggu dan menyeru kepada mereka, *Bukankah kalian sudah dilarang

melakukan perbuatan dosa? Bukankah sudah disampaikan kabar azab

neraka? Bukankah kalian sudah diperingatkan dengan berbagai peringatan?

Bukankah telah datang kepada kalian nabi pilihan?'(HR. Abu al-Faraj ibn

al-Jausy dalam kitab Raudhah al-Musytaq wo oth-Thoriq ila al-Malik al'

Khollaq)

Sekarang renungkan apa yang dapat menyelamatkan Anda dari

perasaan takut apabila melihat shiral dan kehalusannya? Lemparkanlah

pandangan ke kegelapan neraka Jahannam yang berada di bawahnya,

kemudian bukalah telinga untuk mendengarkan deruman api dan

kemurkaannya. Anda akan berjalan meniti shirat dengan keadaan yang

lemah. hati yang gemetar, kaki yang menggigil, dan punggung yang diberati

dengan dosa. Kesulitan berjalan di muka bumi terasa lebih ringan

dibandingkan dengan kemarahan shirat itu. Bagaimana jika Anda

meletakkan sebelah kaki Anda sementara Anda merasakan kemarahannya

kemudian Anda dipaksa meletakkan kaki Anda yang lain. Manusia-manusia

di hadapanmu jatuh dan tergelincir, karena Malaikat Zabaniyah mendorong

mereka ke dalam neraka dengan pengait dan besi-besi yang runcing. Anda

akan melihat bagaimana dibalikkan ke dalam neraka dengan kepala di bawah

dan kaki di atas. Alangkah buruk pemandangan waktu itu; kesulitannya

sangat tinggi dan sangat sempit.

Sifat Shirath

Sebagian ulama berpendapat bahwa hadits pada bab ini menjelaskan

tentang sifat Titian Shirathal Mustaqim yang lebih halus dari rambut dan

lebih tajam dari pedang. Kemudahan dan kesukarannya tergantung ukuran

ketaatan dan kemaksiatan. Tidak ada yang mengetahui ukurannya kecuali

Allah, karena hal tersebut tidak jelas dan tersembunyi- Dalam kebiasaan,

sesuatu yang tidak jelas dan tersembunyi disebut dengan halus maka dibuat

perumpamaan dengan halusnya rambut- Dernikian pembahasan bab ini,

wallaahu a'lam.

Sabda Rasulullah saw "Lebih tajam dari pedarrg" adalah perintah yang

datang dari Allah kepada para malaikat untuk manusia yang melewati shirat

akan dilaksanakan dengan cepat tanpa ada yang dapat membantah

sebagainrana pedang tajam yangjika ditebaskan pada sesuatu maka tidak ada

yang menghalanginya.

Ada yang berpendapat bahwa shirat benar-benar lebih tajam dari

pedang dan lebih halus dari rambut. Perrdapat itu berdasarkan penjelasan

bahwa malaikat berdiri di kedua sisi shirat, dan shirat mempunyai pengait

dan ujung-ujung yang runcing. Maksudnya, siapa yang berjalan di atasnya

akan terjatuh ke perutnya dan ada yang terjatuh kemudian bangkit kembali.

Ada pula orang-orarrg yang berjalan di atasrrya diberi cahaya sesuai pijakan

kedua kakinya. Ini mengisyaratkan bahwa orarrg-orang yang berjalan di

atasnya adalah dengan menjejakkan kaki, sedangkan sebagaimana diketahui

bahwa kehalusan rambut tidak seperti ini.

Sebagian ulama lain berpendapat bahwa hal tersebut hanya kiasan.

Bantahan: Aku berpendapat bahwa apayang dikatakan tadi ditolak,

sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat. Tetapi keimanan meyakini

hal itu, karena Allah tentu sanggup memegang orang Mukmin dan

membuatrrya berlari atau berjalan. Hakikat tidak dapat menyamai

perumpamaan kecuali jika sesuatu yang mustahil, sedangkan hal tersebut

bukan sesuatu yang mustahil karena adanya dalildalil pendukung dan

penguat yang disampaikan oleh para imam yang adil, yaitu firman Allah

SWT: ...dar barangsiapa yang tidak diberi cahoyu [petunjukJ oleh Allah

tiadalah ia memputyai cohaya sedikitput. (QS. an-Nur: 40)

Diriwayatkan dari Yahya ibn al-Yaman, ia berkata, "Aku melihat

seseorang sedang tidur. Rambut dan jenggotnya terlihat hitam. la bermimpi

melihat manusia dikumpulkan, dan tiba-tiba ada sungai dari api dan titian

yang di atasnya berjalan manusia. Ia dipanggil lalu masuk titian. la

melihatnya seperti pedang yang tajam dan bergerak ke kiri dan ke kanan.

Lalu rambut dan jenggotnya berubah menjadi putih."

Maksud Firman Allah dalam Surah Maryam Ayat 7l; tentang Kata

Wariduho { urrtl}
hwa Rasulullah saw bersaMa, "Al-wurd adalah tempat berjalan di atas

shirul." (HR. as-Sudi dari lbn Mas'ud)

Diriwayatkan oleh Abu Bakar an-Najd bahwa Salman dari Ya'la ibn

Munabbih dari Rasulullah saw, Beliau bersabda, "Pada hari kiamat neraka

berkata kepada orang-orang Mukmin, "Lewatlah wahai Mukmin, cahayamu

telah memadamkan nyala apiku." Dikatakan bahwa ul-wurud adalah tempat

masuk.

Diriwayatkan juga dari lbn Mas'ud dan lbn 'Abbas, Khalid ibn

Ma'dan, Juraij, dan lain-lain. Demikian juga dalam hadits Abu Sa'id al￾Khudri dengan nash yang akan dijelaskan nanti, lalu orang-orang yang

melakukan kemaksiatan dimasukkan neraka karena dosa-dosa mereka, dan

para aulia dengan syafa'at mereka.

Jabir ibn 'AMullah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

"Al-u,urd adalah pintu masuk. Tidak tinggal orang yang berbuat baik dan

orang yang berbuat jahat kecuali ia akan memasukinya. Ia terasa dingin dan

sejuk bagi orang Mukmin sebagaimana tedadi pada lbrahim (ketika Beliau

dilemparkan ke dalam api oleh Raja Namrudz-pent)" sebagaimana firman

Allah SWT: Kemudian kami akan menyelannlkan orang4rang ))ang

bertalwa don membiorkan orang-orang yong zalim di dalom neraka dalam

keadoan berlutut. (QS. Maryam:72)

Ibn al-Mubarak berkata, "Telah meriwayatkan kepada kami Sa'id al￾Jaizy dari Abu Lail dari Ghanim dari Abu al-'Awwam dari Ka'ab, bahwa ia

membaca ayat ini (QS. Maryam: 7l) ia bertany4 "Tahukah kalian apakah al￾wurudl" Mereka menjawab, "Allah lebih tahu." Ia berkata, "al-wurudnya

adalah didatangkannya neraka Jahannam dan manusia berpegangan seolah￾olah seperti minyak licin sehingga apabila terletak di atasnya kaki makhluk

yang baik dan jahat berserulah penyeru, "Ambillah penghunimu dan

tinggalkan penghuniku." Lalu tertutup semua yang dekat kepadanya. Ia

benar-benar mengetahui mereka melebihi seorang bapak mengenal anaknya,

sedangkan orang-orang mumin selamat. "'

Mujahid berkata, "ol-wurd-nya orang Mukmin adalah rasa panas di

dunia dan ia adalah keselamatan Mukmin dari api neraka yang tidak

dikembalikan lagi kepadanya."

Abu Umar ibn Abdul Birri meriwayatkan tentang hadits ini (dalam

kitab at-Tamhid) dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw kembali sakit

karena demam, maka Beliau bersaMa, 'Gembiralah, karena Allah

berfirman, "ltu adalah api-Ku yang aku timpakan kepada hamba-Ku yang

beriman untuk menyelamatkannya dari neraka. "'
Satu golongan berkata. "Al-wurd adalah melihat neraka dalam kubur.

Orang yang menang akan selamat dan orang yang ditentukan akan

memasukinya, kemudian ia keluar darinya dengan syafa'at atau karena yang

lain dengan rahmat Allah."

Dalil pendapat tersebut adalah hadits lbn Umar, bahwa Rasulullah saw

bersabda, "Apabila masing-masing telah meninggal, maka diperlihatkan

kepadanya tempat tinggalnya setiap pagi dan petang."

Suatu pendapat mengatakan bahwa yang dimakstd al-wurud itu

adalah melihat dan mendekati neraka Jahannarn, karena ketika manusia

berada di ternpat berhisab ia berada dekat dengan neraka sehingga ia dapat

melihat dan memandangnya ketika ia sedang dihisab. Allah menyelamatkan

orarrg-orang bertaqwa dari apa yang dilihatnya dan memasukkan mereka ke

surga. Sedangkan orang-orang yang zalim diperintahkan masuk neraka.

Allah SWT berfirman: Tatkala ia sampai di sumber air negeri

Madyan.... (QS. al-Qashas: 23)

Katawarada dalam ayat tersebut berarti melihat, bukan memasuki.

Hafshah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersaMa, "Tidak

seorangpun yang ikut perang Badar dan Hudaybiyah akan masuk neraka."

Hafshah berkata, "Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana dengan

firman Allah wa in minkum illaa waariduha?"' Rasulullah menjawab dengan

fi rman Al lah, " Tsutnmo nunajj iyollaziinat taqaw. " (QS. Maryam: 72). " (HR.

Muslim dari hadis Ummu Mubassyir. ia berkata, "Aku mendengar

Rasulul lah bersama Hafshah.")

Diriwayatkan oleh Waki' dari Syu'bah dari 'AMullah ibn as-Saib dari

seorang laki-laki dari lbn 'Abbas, bahwa ia berkata tentang firman Allah

"wo in minhtm illaa waariduha" khithob (tunjukkan ayat) adalah untuk

orang-orang kafir.

Diriwayatkan juga dari lbn 'Abbas, bahwa ia membaca { if 3l bfi

ti3rtil sebagaijawaban terhadap ayat sebelumnya yaitu ayat 68 sampai 72.

Demikian lkrimah dan jama'alr membacanya.

Satu golongan lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata

"minkum'dalam surah Maryam ayat 7l adalah kekafiran. Yang dimaksud

dalam ayat itu adalah: Katakanlah kepada merek4 wahai Muhammad, tiada

yang kafir di antara kalian.

Pendapat jumhur ulama, semua obyek cukup jelas. Sudah pasti ol￾wurad itu semua dan di sinilah perbedaan pendapaq sebagaimana dijelaskan. Pendapat yang sluhih mengatakan bahwa yang dirnaksud al'wurd

adalah tempat masuk (sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Sa'id

terdahulu).

Dalam Musnad ad-Darimi Abu Muhammad dari 'Abdullah ibn

Mas'ud, ia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Manusia akan

masuk neraka, kemudian dikeluarkan berdasarkan amalan mereka. Orang

pertama keluar secepat buraq, kemudian secepat angin, kemudian secepat

kuda, kemudian secepat binatang tunggangan dalam perjalanan. dan seperti

orang yang berjalan cepat.'

Diriwayatkan dari Abu Sa'id, ia berkata, "Kaum wanita berkata

kepada Nabi, "Kaum laki-laki telah menguasaimu melebihi kami, maka beri

kami satu hari yang khusus untuk kami," maka Nabi saw menjanjikan satu

hari untuk menemui dan memberikan nasihat kepada mereka, maka suatu

ketika Nabi saw berkata kepada mereka, "Tidak ada salah seorang wanita

dari kamu yang melahirkan dan membesarkan tiga orang dari anaknya

kecuali ia akan diberikan tiga dinding pemisah dari neraka." Salah seorang

dari mereka bertanya "Jika dua anak?" Rasulullah menjawab, "Dua anak

juga!" (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Az-Zuhri mengatakan mungkin ini yang dimaksud ayat itu.

Abu Daud ath-Thayalisi dalam Musnad-nya juga menyebutkan. lni

menjelaskan apa yang diuraikan tadi, karena yang disentuh api pada

hakikatnya adalah orang yang disentuh, kecuali ia menjadi dingin dan

memberi keselamatan kepada orang{rang Mukmin dan mereka

diselamatkan darinya.

Khalid ibn Ma'dan berkat4 *Ketika penghuni surga masuk surga

mereka berkata, "Bukankah Tuhan kita berfirman bahwa kita akan

dikembalikan ke neraka?' Maka dikatakan, "Bukankah kalian telah

dikembalikan dan kalian mendapatinya dalam keadaan dingin?"

Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa orang yang

mendatanginya tidak akan disakiti oleh nyala neraka dan panasnya akan jauh

darinya, dan ia diselamatkan darinya.

Semoga Allah menyelamatkan kita dengan karunia dan Kemuliaan￾Nya, dan semoga Dia menjadikan kita orang yang akan memasukinya

dengan selamat dan keluar darinya sebagai orang yang beruntung.

Ibn Juraij meriwayatkan dari 'Atha', ia berkata, "Abu Rasyid al-Haruri

mengatakan kepada lbn 'Abbas firman Allah SWT: Mereka tidak

mendengar sedikitpun suora api nerako.... (QS. al-Anbiya': 102) Ibn 'Abbas

berkata" "Apakah engkau gila? Bagaimana dengan firman Allah SWT: Daz

tidak seorangpun dari kamu, melainkon mendatangi neraka irz.... (QS.

Maryam: 7l), dan firman Allah SWT: ...lalu memasukkan mereka ke dalam nerako.... (QS. Hud: 98), dan firman Allah SWT: ...Ke neraks Jahannant

dalam kectdaan dahaga. (QS. Maryarn: 86) Oleh karena itu orang-orang

dalrulu ada yang berdoa: Ya Allah. keluarkan aku dari neraka dengan

selamat darr masukkanlah aku ke surga sebagai orang yang menang."

Kebanyakan para ulama rneyakini dan takut kepada al-wurd neraka

dan tidak mempersoalkan tentang keluar darinya. Seperti Abu Maisarah, jika

ia ke tempat tidurnya maka ia berkata, "Seandainya ibuku tidak melahirkan

aku." Isterinya berkata kepadanya, "Wahai Abu Maisarah, Allah tclah

berbuat baik kepadamu dan menunjukkan engkau kepada Islam." la

menjawab, "Memang benar, dan Allah telah menjelaskan kepada kita bahwa

kita akan memasuki nerak& tetapi Dia tidak menjelaskan bahwa kita orang￾orang yang keluar darinya."

Diriwayatkan dari al-Hasan, ia berkata: Seorang laki-laki berkata

kepada saudaranya, "Wahai saudaraku. apakah sampai riwayat kepadamu

bahwa engkau akan melewati neraka?" Ia menjawab, "Sudah." Ia ditanya

lagi, "Apakah sudah sampai kepadamu bahwa engkau akan keluar dari

sarla?" Saudaranya menjawab, "Tidak." Ia ditanya lagi. "Lalu kenapa engkau

masih tertawa?" Saudaranya menjawab, "Tidak ada orang yang melihatnya

tertawa sampai ia mati-karena gundahnya-."

Diriwayatkan dari lbn 'Abbas, ia berkata tentang masalah ini kepada

Naf ibn al-Azraq al-Khariji, "Aku dan engkau pasti memasukinya -neraka-.

Aku akan diselamatkan Allah, sedangkan engkau. aku tidak berpikir Dia

akan menyelamatkanmu."

lbn al-Mubarak meriwayatkan, Ismail ibn Abu Khalid meriwayatkan

dari Qais ibn Abu 'Ashim, ia berkata, "'Abdullah ibn Rawahah menangis,

sehingga isterinya ikut menangis. Ia bertanya kepada lsterinya, "Mengapa

engkau menangis?" Isterinya menjawab, "Aku menangis karena melihat

engkau menarrgis." 'Abdullah berkata, "Aku mengetatrui bahwa aku akan

masuk neraka- tetapi aku tidak tahu apakah aku akan selamat atau tidak?"

Tentang arti perkataan ini diungkapkan dalam sya'ir:

Kita telah ntengetahui dengan vakin api neraka okan mengelilingi

Tapi kita tidak tohu apakah kita akon leeluar dorinya.

Doa dan Tanda Orang-orang Mukmin di Atas Shirath

Rasulullah saw bersaMa, "Tanda orang{rang Mukmin di atas shirat

adalah ucapan "Wahai Tuhan selamatkanlah, selamatkanlah." (HR. at￾Tirmidzi dari al-Mughirah ibn Syu'bah. [a berkata, "Hadits ini gharib")Dalam Shuhih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah saw bersaMa,

'Nabi kalian saw berdiri di atas .shirat sambil berdoa, 'Wahai Tuhan.

se lamatkan lah, selamatkan lah'."

Orang yang Tidak Akan Bcrdiri di Atas Shirath Sekejap Mata

Al-Waili Abu an-Nashr menyebutkan dalam kitab al-lbanah,

Muhammad ibn Hafiaj meriwayatkan dari Muhammad ibn AMurrahman ar￾Rib'i dari 'Ali ibn al-Husain Abu 'Ubaid dari Zakaria ibn Yahya Abu as￾Sakan dari 'Abdullah ibn Shalih al-Hamani dari Abu Hammam al-Qursyi

dari Sulaiman ibn al-Mughirah dari Qais ibn Muslim dari Thawus dari Abu

Hurairah. ia berkata: Rasulullah saw bersaMa kepadaku, "Ajarkanlah

Sunnahku kepada manusia, meskipun mereka tidak menyukainya. Jika

engkau menyukai tidak berdiri di atas shirat meskipun hanya sekejap mata

sampai masuk surga, maka jangan berbicara tentang 4gama Allah menurut

pendapatmu." Ia berkata, "lsnad hadits ini gharib dan matannya hasan."

Orang-orang yang Selamat Menyeberangi Shirat

Abu Nu'aim berkata: Sulaiman ibn Ahmad meriwayatkan dari Khair

ibn 'Urfah dari Hani ibn al-Mutawakkil dari Abu Rabi'ah Sulaiman ibn

Rabi'ah dari Musa ibn 'Ubaidah dari Muhammad ibn Ka'ab at-Qurazhy dari

Abu Hurairah dari Nabi sau Beliau bersaMa" "Siapa yang paling baik

bershadaqah di dunia akan selamat di atas shirat. Siapa yang melapangkan

keperluan wanita atas kematian suaminya, maka Allah akan menggantinya."

Hadits lnsqn gharib dari hadits Muhammad, dari Sulaiman dari Musa.

Al-Khatli Abu al-Qasim meriwayatkan dari Utsman ibn Sa'id Amru

al-Anthaki dari 'Ali ibn al-Haisam ibn Bisyr dari Syekh Yakani Abu Ja'far,

ia berkata, "Aku bermimpi seolah-olah berdiri di atas penyeberangan neraka

dan aku melihat perkara besar yang menakutkan. Aku berpikir

menyeberanginya. Tiba-tiba dari belakangku ada yang berkata, "Wahai

hamba Allah, tinggalkan bawaanmu dan menyeberanglah." Aku bertanya,

"Apa bawaanku?" la menjawab, "Tinggalkan dunia dan menyeberanglah."

Ia juga berkata, Abu Bakar Khalifah al-Harits ibn Khalifah dari Amru

ibn Jarir dari Ismail ibn Abu Khalid dari Qais ibn Hazim ia berkata, "Aku

mendengar Abu Darda' berkata kepada anaknya, "Jadikanlah rumahmu

sebagai mesjid, karena rumah orang Mukmin adalah mesjid. Aku mendengar

Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang menjadikan mesjid sebagai rumah,

maka Allah akan mengumpulkan baginya ruh dan rahmat dan akan selamat

menyeberangi shirat."
l-ladits ini membenarkan apa yang kami sebutkan tcntang riwayat

rnirnpi tersebut. bahwa orang yang tinggal di mesjid dan rneniadikannya

sebagai rumah, berpaling dari dunia dan keluarganya. mentikirkan akhirat

dan beramal untuknya: akan selamat mettyeberangi shirat.

Tiga 'lempat yang Tidak Ditinggalkan Nabi saw karena Besar dan

Sukarnya Perkara di Sana

Anas menrinta kepada Rasulullah agar memberi syala'at pada lrari

kiamat. Beliau saw bersabda. "Aku akan melakukann.va. ins.vu Alluh." Anas

bertanya, "Dimana aku mencarimu?" Rasulullah saw meniarrt'ab, "Pertama

cari aku di atas shirqt." Aku bertanya "Bagaimana jika aku tidak mendapati

engkau?" Rasulullah saw menjawab. "Cari aku di al-ntizan. " Aku bertanya,

"Jika aku tidak menemukanmu?'-' Rasulullah nrenjaw'ab, "Cari aku di al￾haulh -sumur Rasulullah saw-. Aku tidak meninggalkan tiga tempat

tersebut." Ini lradits hosan.

Dalam hadits 'Aisyah disebutkan bahwa Nabi saw bersabda "Tiga

tempat itu tidak disebutkan satu persatu. di al-mizun, ketika shuhuf

beterbangan. dan di shiral."

Malaikat Mempertemukan Para Nabi dengan Umat Mereka dan

Kebinasaen Musuh-musuh Mereka

lbn al-Mubarak meriwayatkan dari 'Abdullah ibn Sallam. ia berkata.

"Pada hari kianrat Allah nrengumpulkan para nabi seorang demi seorang dan

umat demi umat. dan yang terakhir adalah Muhamrnad dan umatnya.

Kemudian dibentangkan titiarr di atas neraka Jahannam. [,alu berserulah

penyeru, "Dimana umat Muhammad?" Nabi Muhammad saw lalu diikuti

umatnya yang melakukan kebaikan dan kejahatan. Ketika berada di atas

shirat Allah membutakan mata musuh-nrusuhnya sehingga mereka

berjatuhan ke dalarn neraka ke kanan dan ke kiri. lalu Nabi saw dan orang￾orarrg shalilr melewatinya. Malaikat menemui mereka dan menunjukkan

mereka jalan ke surga ke kanan dan ke kiri hingga sarnpai kepada Allah.

Lalu diletakkan untuk Beliau kursi dari sisi lain. Kemudian dipanggil nabi

demi nabi dan umat demi umat dan yang terakhir adalah Nuh.

Shirat Kedua yang Terletak di antara Surga dan Neraka

Di akhirat itu ada dua shirat. Yang pertama adalah tempat lewat

seluruh manusia di padang Mahsyar, baik yang melakukan dosa besar atau

dosa kecil kecuali orang yang masuk surga tanpa dihisab atau orang yang

dimasukkan neraka. Apabila selesai melewati shirat yang besar ini, maka selesai urusan (sebagaimana kami sebutkan), kecuali bagi orang-orang

Mukmin yang diberitahukan oleh Allah bahwa qishash (balasan kezaliman

dengan amal baik, dan bila tidak punya amal baik, maka dosa si mazlum

akan dipikul oleh si zalim) tidak akan menghabiskan kebaikan mereka.

Mereka ditahan di atas shirst lain yang dikhususkan untuk mereka, tetapi

tidak seorangpun yang dikembalikan ke neraka -insya Allah- karena mereka

telah menyeberangi shirat pertama yang dibentangkan di atas neraka

Jahannam. Telah jatuh ke dalamnya siapa yang dibinasakan oleh dosanya,

dan bertambah kebaikan dengan pembalasan kejahatannya.

Dari Abu Sa'id al-Khudri, Rasulullah saw bersabda. "Setelah orang￾orang Mukmin selamat dari neraka. mereka ditahan di sebuah titian yang

terletak antara surga dan neraka. Lalu mereka saling mengambil balasan

terhadap kezaliman yang terjadi di antara mereka selama di dunia, dan jika

mereka telah suci dan bersih diizinkan masuk surga. Demi zat yang

memegang jiwa Muhammad, tiap'tiap kamu benar-benar diberikan tempat

tinggal dengan tempat tinggalnya selama di dunia." (HR. al-Bukhari)

Lafaz "orang-orang Mukmin selamat dari neraka" maksudnya adalah

setelah mereka selamat melintasi shirath yang dibentangkan di atas neraka

Jahannam. Hadits ini menunjukkan bahwa di akhirat keadaan orang-orang

Mukmin berbeda-beda.

Muqatil mengatakan bahwa jika titian telah dibentangkan di atas

neraka Jahannam mereka ditahan di atas titian yang terletak di antara surga

dan neraka. Lalu mereka saling mengambil pembalasan terhadap kezaliman

yang mereka lakukan di dunia. Jika mereka telah bersih dan baik, maka

Malaikat Ridhwan dan para sahabatnya berkata kepada mereka, "Salam

sejahtera bagi kalian." Maksudnya ucapan selamat datang kepada mereka

dan mereka masuk surga untuk selama-lamanya.

Daruquthni meriwayatkan hadits yang menyebutkan bahwa surga

terletak sesudah shirat.

Menurut penulis, boleh jadi yang dimaksud adalah sesudah titian

dengan dalil dalam hadits al-Bukhari -wallaahu a'lam- atau surga untuk

orang-orang yang masuk neraka dan keluar dengan syafa'at. Mereka bukan

tertahan tetapi ketika keluar mereka mandi di sungai surga. Hal tersebut akan

diterangkan sesudah bab ini, insya Allah.

Nabi saw bersaMa, "Para penghuni surga ditahan di atas titian yang

terletak di antara surga dan neraka. Mereka bertanya tentang kelebihan harta

yang dulu mereka miliki."

Antara hadits ini dengan hadits al-Bukhari tidak ada pertentangan. Dua

hadits ini hanya berbeda dalam maksud bukan keadaan manusia. Demikian

pula antara saMa Rasulullah saw, "Masing-masing diberikan tempat tinggal di surga," dengan perkataan 'Abdullah ibn Sallam, "Para malaikat

menunjukkan jalan menuju surga ke kiri dan ke kanan kepada mereka." Hal

itu bagi orang-orang yang tidak tertahan di atas titian darr tidak pula masuk

neraka. Mereka dikeluarkan dari tempat itu dan ditempatkan di pintu surga.

Itu untuk keseluruhan orang-orang yang beriman. Apabila mereka telah

dibawa malaikat ke pintu surga. maka masing-masing mengetahui tempat

tinggalnya di surga seperti tempat tinggal ketika di dunia wallaahu a'lam.

lnilah rnaksud firman Allah SWT'. Dan memasuklun mereka ke .surgu vang

telah diperkenallun-Nya kepada mereka. (QS. Muhammad: 6)

Kebanyakan ahli tafsir mengatakan bahwa apabila penghuni surga

telah masuk ke surga, maka dikatakan kepada mereka, "Berpencarlah kalian

ke tempat tinggal kalian." Mereka lebih mengetahui tempat tinggal mereka

dari penduduk shalat Jum'at ketika mereka pulang menuju tempat tinggal

mereka di dunia.

Menurut pendapat lainnya, itu adalah penjelasan untuk tempat tinggal,

dengan dalil bahwa malaikat mewakili seorang hamba dengan amalnya dan

berjalan di hadapannya, dan hadits Abu Sa'id al-Khudri menjawabnya

wallaahu a'larn.

Orang yang Mengesakan Allah yang Masuk Neraka; Mati dan

Terbakar,lalu Mereka Keluar dengan Pefiolongan Syafa'at

Dari Abu Sa'id al-Khudri, Rasulullah saw bersabda, "Adapun

penghuni neraka yang ditentukan tidak mati dan tidak hidup. Tetapi manusia

yang masuk neraka karena dosa-dosa mereka atau kesalahan mereka

dimatikan oleh Allah beberapa kali. Sehingga ketika hangus mereka

dikeluarkan dengan syafa'at. Mereka dikeluarkan sekelompok demi

sekelompok lalu dimasukkan ke sungai-sungai surga dan dikatakan, "Wahai

penghuni surga, bawa mereka." Mereka tumbuh seperti tumbuhnya biji

benih yang tersapu banjir." (HR. Muslim)

Kematian yang disebutkan dalam hadits tersebut bagi orang-orang

yang melakukan kemaksiatan adalah kematian yang sebenarnya, karena

diungkapkan dalam bentuk mashdar. Hal tersebut adalah penghormatan bagi

mereka agar tidak merasakan sakitnya siksaan sesudah terbakar, berbeda

dengan kehidupan penghuni neraka untuk selama-lamanya.

Allah SWT berfirman: Setiap kali kulit mereko hangus, Kami ganti

kulit mereka deng,an kulit yang lain supaya mereka merasakan azab.... (QS.

an-Nisa': 56)

Mungkin juga kematian mereka untuk menghilangkan rasa sakit

dengan cara seperti tidur, bukan kematian yang sebenarnya, karena tidur

dapat menghilangkan rasa sakit dan senang. Sedangkan tidur juga disebut Allah dengan rnati, sebagaillana finnan-Nya: Alluh memegung.iiv,u forungJ

keliku matinyu dun [mamegungJ iiwu [orungJ yung halunt muti diu'aktn

titlurnyu.... (QS. az,-Zurnar: 42) Maksudrrya bukan kentatian yang

sebenarnya, tetapi keluarnya ruh dari badan.

Allah juga menyebut pingsan dengan mati. sebagaitnana finnan-Nya'

...nruka nrutiluh siequ .yang aclu di fungit dan di bunti kecuuli siupu yttttg,

elikehenclaki Allah.... (QS. az-Zumar: 68)

Sebagainrana .iuga ter.iadi terhadap Nabi Musa as ketika Beliau

tersungkur dan pingsan. Hal itu juga bukan mati yang sebenarnya. Dengan

dernikian hilangnya rasa senang dan sakit dari alanr nyata dapat dikatakan

rnati. Begitu pula keadaan tnereka, rnungkin dengan tnematikarl mereka

-padahal mereka hidup- dapat rnenghilalgkan rasa sakit dari nrereka,

sebagai kelembutan yang diberikan Allah kepada mereka seperti halnya para

wanita yang memotong tangatlnya tatrpa lnerasa sakit karena melihat

ketampanan wajah Nabi Yusuf as.

Uraian pertama lebih kuat. karena dikuatkan dengatt kata dalam

bentuk mashdar (sebagairnana firman Allah ketika itu), sehingga apabila

hangus mereka mati yang sebenamya sebagaimana penghuni neraka yang

hidup dalarn pengertian yang sebenarnya dan tidak pernah mati.

Jika ditanyakan. apa maksudnya memasukkan mereka ke dalanr neraka

sedangkan mereka tidak merasakan pedihnya siksaan di dalanrnya? Maka

jawabannya adalah: tujuannya adalah memberi pelajaran kepada mereka

meskipurr mereka tidak disiksa" dan penggatttian nikmat surga dari rnereka

selama mereka di neraka adalah pembalasan bagi nrereka seperti orang￾orang yang ditahan dalam penjara. Jadi penahanan itu sebagai alasan,

meskipun tidak ada belenggu dan pengikat, wullauhu a'lum:

Orang yang Mendapat Syafa'at sebelum Masuk Neraka karena Amal

Shaleh, sedangkan di Dunia Mereka adalah Orang yang Utama

Abu 'Abdultah Muhammad ibn Maisarah al-Jabali al-Qurthubi

menyebutkan da lam kitab ut -Ta by i in:

Diriwayatkan dari Ubai dan lbn Widhah dari hadits mcrriil'Anas' ia

berkata: Para penghuni neraka dibariskan dan diikat. Lalu berjalan seorang

penghuni surga dan berkata. "Wahai fulan, apakah engkau ingat seseorang

yang merninta air minum kepadamu pada hari begitu dan begitu?" Laki-laki

penghuni neraka berkata, "Orang itu adalah engkau-" Laki-laki surga

berkata. "Benar." Ia lalu memberinya syafa'at dan menolongnya. Laki-laki

tain berkata, "Wahai fulan. apakah engkau masih ingat seorang laki-laki

yang meminta air wudhu kepadamu pada hari begitu dan begitu?" Orang itu

menjawab, "Benar." Lalu ia mendapat syafa'at dan ditolong lbn Majah meriwayatkan dari Muhammad ibn 'AMullah ibn Numair

dan .Ali ibn Muhammad dari al-A'masy danYazid ar-Raqasy dari Anas ibn

Malik ra, Rasulullah saw bersabda, "Pada hari kiamat manusia dibariskan

dalam suatu barisan -lbn Numair mengatakan, yang dimaksud adalah

penghuni surga-. Seorang laki-laki penghuni neraka berjalan menemui

seorang penghuni surga dan berkata, "Wahai fulan, apakah engkau masih

ingat ketika engkau meminta minum kepadaku dan aku memberimu

minuman?" Laki-laki penghuni surga lalu memberinya syafa'at.

Ada lagi laki-laki lain penghuni neraka berjalan kepada seorang

penghuni surga dan berkata, "Apakah engkau masih ingat ketika aku

menyiapkan alat bersuci untukmu?" Laki-laki penghuni surga lalu

memberikan syafa'at kepadanya."

Ibn Numair menambahkan, "Wahai fulan. apakah engkau ingat ketika

engkau mengutusku untuk suatu urusan begini, begini?" Lalu ia pun diberi

syafa'at.

Abu Nu'aim al-Hafizh meriwayatkan dari ats-Tsauri dari al-A'masy

dari syafiq dari 'Abdullah, bahwa Rasulullah saw membaca firman Allah

SWT: Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan

menambah kepoda rnereka dari karunia-Nya....(QS. Fathir: 30)

Beliau saw bersabda, "Balasan mereka adalah surga' dan tambahan

karunia bagi mereka adalah pemberian syafa'at kepada orang-orang yang

telah berbuat kebaikan kepada mereka selama didunia."

Abu Ja'far ath-Thahawi juga meriwayatkan dari Anas ibn Malik ra

bahwa Rasulullah saw bersabda: Pada hari kiamat penghuni surga

dikumpulkan dalam suatu barisan, dan penghuni neraka juga dikumpulkan

dalam satu barisan. Seorang laki-laki dari barisan penghuni neraka melihat

kepada barisan penghuni surga dan berkata, "Wahai fulan, apakah engkau

ingat suatu hari ketika aku berbuat baik kepadamu?" Laki-laki penghuni

surga itulah berdoa, "Ya Allah, orang ini berbuat baik kepadaku di dunia."

Lalu ia berkata pada laki-laki penghuni neraka, "Peganglah tanganku." Ia

lalu memasukkannya ke dalam surga dengan rahmat Allah 'Azza wa Jalla.

Anas berkata, "Aku bersumpah bahwa aku mendengarnya dari Rasulullah

saw."

Abu 'Abdullah Muhammad ibn Maisarah berkata: Aku membaca

dalam kitab yang mereka namakan az-Zabur, "Sesungguhnya Aku menyeru

hamba-Ku yang zuhud pada hari kiamat dan berkata kepada mereka, 'Wahai

hamba-Ku, sesungguhnya Aku tidak menghilangkan kesenangan dunia dari

kalian. tetapi Aku ingin supaya pada hari ini kalian segera mengambil hak

kalian secepatnya, pisahkan barisan. Siapa yang telah membantu keperluan

kalian di dunia atau membantah gunjingan tentang kalian, atau member kalian sesuap makanan karena mengharapkan pandangan dan keridhaan-Ku,

maka pegatrglah tangannya dan bawa masuk ke surga."'

Abu Hamid dalarn kitab ul-lh1ta 'Ulumueldin menyebutkan: Anas ra

mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: Pada hari kiamat penghuni

surga mendekati penghuni neraka, lalu salah seorang penghuni neraka