peristiwa 3

Kamis, 22 Februari 2024

peristiwa 3


 




r von Braun, director of Marshall Space Flight 

Center; George E. Mueller, associate administrator for 

Manned Space Flight; and Lt. Gen. Samuel C. Phillips, 

director of the Apollo Program.

Dalam sebuah acara tentang kebohongan-

kebohongan terselubung (Hoax Theory), Fox 

Entertainment Group menampilkan data orang-orang 

yang tewas karena berbagai sebab. Mereka adalah figur-

figur kunci yang terlibat dalam program ruang angkasa 

NASA dan pendaratan Apollo 11.

Kecelakaan pesawat T-38, 1964.

Kecelakaan pesawat T-38, 1966.

Kebakaran roket Apollo 1, Januari 1967.

Diduga karena sikap kritisnya terhadap program ruang 

Kematian Misterius

Ted Freeman.

Elliott See dan Charlie Bassett.

Virgil “Gus” Grissom.

program ruang angkasa Amerika.

Kebakaran Apollo 1, Januari 1967.

Kebakaran Apollo 1, Januari 1967.

Kecelakaan mobil, 1967.

Kecelakaan pesawat T-38, Oktober 1967.

Satu-satunya pilot X-15 yang tewas tahun 1967 dalam uji 

coba terbang.

Kecelakaan pesawat, Desember 1967.

Staf NASA, tewas karena tabrakan kereta, 1967. Tidak 

lama setelah menggugat tragedi kebakaran Apollo 1.

Penyelidik swasta dari San Fransisco, pernah 

mewawancarai Kepala Departmen Geologi Amerika di 

Washington tentang batu bulan (moon rock) yang dibawa 

para astronot setelah mendarat di bulan. Jacobs 

mengajukan pertanyaan, “Apakah Anda telah memeriksa 

batu itu, benarkah berasal dari bulan ?” Kepala 

Departemen itu tidak merespon, hanya tertawa. Paul dan 

istrinya meninggal karena kanker dalam 90 hari.

Salah satu astronot Apollo 15 yang dianggap mengetahui 

kebohongan-kebohongan NASA, meninggal karena 

serangan jantung tahun 1991.

Amerika jelas memiliki motif dengan 

“pendaratan manusia” di bulan itu , yaitu :

1. Pengalihan perhatian publik dari perang Vietnam. 

Rakyat Amerika menolak perang yang banyak 

mengorbankan pemuda-pemuda terbaik bangsa.

2. Kompetisi Perang Dingin (Cold War), Amerika 

menginginkan kemenangan telak atas Uni Soviet dalam 

perlombaan ruang angkasa. Sebelumnya, Soviet unggul 

karena berhasil mengorbitkan satelit pertama di dunia, 

Sputnik. Mendaratnya manusia di bulan, dianggap 

kemenangan yang signifikan dan cukup murah biaya.

3. Uang, NASA memperoleh kucuran dana $30 

milyar karena dianggap berhasil menempatkan manusia 

di bulan. 

4. Minimalisasi resiko. Kemampuan teknologi 

roket yang ada saat itu belum berani diujicobakan dalam 

medan sesungguhnya. Karenanya, tipuan dilakukan demi 

mengurangi bahaya.

Ed White.

Roger Chaffee.

Ed Givens.

C.C. Williams.

Mike Adams.

Robert Lawrence.

Thomas Baron.

Paul Jacobs.

James Irwin.


   

duta global edutainment

Training Provider

untuk perusahaan, lembaga pendidikan

dan instansi pemerintah.

Achievement Motivation Training (AMT).

Smart Financial Planner

Leadership and Manajerial Skill

Duta Global Edutainment 

Telp. 022 -761 61 922


   

MOONLANDING HOAX


   

MOONLANDING HOAX


   

MOONLANDING HOAX


   

MOONLANDING HOAX

PHOTOES GALLERY

Heinrich Himmler (x), pimpinan Gestapo SS 

mengunjungi Peenemünde, fasilitas roket Jerman. 

Pria dengan seragam hitam SS dibelakang Himmler 

adalah Wernher von Braun (xx). Tampak pula 

Mayor Jenderal Walter Dornberger (xxx), perwira 

penanggung jawab Peenemünde.

X

XXX

XX

Wernher von Braun berjas rapi di tengah-tengah 

perwira NAZI lainnya berphoto di  Peenemünde.

Wernher von Braun dan Walt Disney. Von Braun 

adalah teknikal direktur untuk film besutan Walt 

Disney yang berjudul “Man to the Moon". Von 

Braun pun memberikan saran-saran teknis untuk 

fasilitas hiburan "Tomorrowland" di Disneyland  

California.

Presiden Kennedy, Wernher von Braun, Jenderal  

McMorrow, dand Wapres Lyndon Johnson di landasan 

terbang Redstone Arsenal tak lama setelah tiba dari 

Washington untuk melawat Marshall Space Flight 

Center pada bulan September 1962.

Beberapa staf kunci Army Ballistic Missile Agency 

(ABMA) di Huntsville, Alabama :(1). Maj. Gen. 

Holger N. Toftoy, commanding officer; (2). Ernst 

Stuhlinger; (3).Wernher von Braun; (4). Eberhard 

Rees, deputy director, Development Operations 

Division. (5).Hermann Oberth, salah satu bapak 

teknologi Roket Jerman, yang bekerja untuk ABMA 

dari 1955 to 1959.

1

3

2

5

4


   

PHOTOES GALLERY

X

XXX

XX

Von Braun saat berada di Kutub Selatan Antartika, 7 

Januari 1967. Tujuannya untuk mengumpulkan 

meteorit yang kemudian diklaim sebagai batu 

berasal dari bulan pada missi Apollo 11.


   

Arthur Rudolph, salah satu mantan perwira NAZI 

yang bekerja untuk mengembangkan teknologi 

roket NASA bersama von Braun.

Pembom B-2 Stealth milik AS yang seharga $2 milyar 

produksi Northrop Aviation adalah kloning modern 

dari desain milik Horten bersaudara Ho 229 tahun 

1944.

Horten bersaudara, ilmuwan muda SS yang menciptakan 

pesawat anti radar tahun 1944. Di belakang tampak 

model  dari Ho 229.

Buku karya Wernher von Braun berdasarkan serial 

sains fiksi majalah Collier milik Rockefeller.

   

Bom Nagasaki Dijatuhkan di Kampung 

Kristen Jepang

Harry Truman, seorang anggota Grand Master of 

Masonry (yang mana kakeknya pun seorang Mason).

Pada hari H pemboman Nagasaki, reporter NY 

Times menuliskan "Nagasaki kota industri lebih penting 

dari Hiroshima, pelabuhan angkutan/kargo, termasuk 

pusat manufaktur dan perbaikan kapal-kapal perang dan 

komersial Jepang." 

Memang, Nagasaki memiliki pelabuhan yang 

layak dilabuhi kapal-kapal besar, tetapi kota kecil sebelah 

selatan pulau Kyushu ini diapit oleh pegunungan dan 

lokasinya yang berjarak 600 mil barat daya Tokyo 

mengurangi nilai strategis untuk dijadikan pusat kargo 

kapal laut dan industri manufaktur.

Dekat Nagasaki terdapat fasilitas pembangunan 

kapal Mitsubishi, namun pabrik ini luput dari pemboman. 

Sementara hampir seluruh bagian Nagasaki rata dengan 

tanah. Sebagian fihak justru menganggap ini 

kejanggalan, bagaimana mungkin pabrik sebesar 

Mitsubishi dapat luput dari target pemboman.

Nagasaki adalah kota pemancingan yang tenang 

saat  tahun 1542 pelaut Portugis pertama kalinya 

berlabuh di sana. Dipandu oleh peta yang membawanya 

ke Jepang, pada 15 Agustus 1549, seorang missionaris 

Katolik Fransiscus Xaverius tiba di dekat Kagoshima. 

Beliau belajar bahasa Jepang selama hampir satu tahun, 

dan mulai menyebarkan agama Kristen Katolik.

Pada 1579, enam penguasa militer daerah yang 

disebut Daimyo beralih menjadi Nasrani dan membawa 

100.000 pengikutnya beralih keyakinan.Secara tradisi, 

Jepang sangat toleran terhadap perbedaan keyakinan. 

Nagasaki adalah pelabuhan yang berdekatan denga 

China,karenanya banyak pedagang Buddha dari China 

maupun pulau-pulau lain yang berdekatan berlabuh di 

Nagasaki dan menginap.Banyak penduduk Nagasaki 

yang beragama Budha, Tao dan lainnya.Tetapi pemeluk 

agama baru (katolik) cukup toleran, hingga tahun 1587 

penduduk pribumi yang beragama Buddha atau Shinto 

telah lenyap dari kota itu .

Bagi penguasa pusat, para pedagang asing dan 

penyebaran agama baru lebih tampak sebagai ancaman,  

di mana Dewa Matahari memiliki tandingan yaitu Yesus 

Kristus. Dalam masyakarat feudal Jepang yang bersumbu 

pada hirarki dan otoritas grup social, ajaran kasih sayang 

Perang Dunia II berakhir dengan dijatuhkannya dua 

bom atom di Hiroshima dan Nagasaki Jepang. Tragedi 

kemanusiaan yang menelan banyak korban jiwa ini 

menyimpan sebuah tanda tanya besar. Nagasaki, kota 

yang tidak memiliki nilai strategis militer, menjelang 

hari H pemboman tiba-tiba dimasukkan mengganti 

Kyoto. Mengapa ? Terlebih, bom atom Nagasaki 

dijatuhkan tepat di kampung minoritas Kristen saat 

itu.

Terdapat empat pilihan target militer di Jepang  

sebagai sasaran dua bom atom. Salah satu diantaranya, 

Kyoto dicoret dari daftar karena aspek historis dan 

kepercayaannya yang sangat berpengaruh  terhadap 

bangsa Jepang.Sebagai gantinya, sebuah kota dengan 

populasi kristen dipilih meski kota itu  tidak terlalu 

strategis secara  militer.

Setiap Agustus perdebatan kembali mengemuka 

di media-media Amerika. Salah seorang yang muncul 

dalam perdebatan itu  adalah Ronald Radosh - 

Kolumnis majalah Front Page. Pertanyaan yang palng 

penting dalam diskusi itu  yaitu "Apakah seharusnya 

pada 6 Agustus 1945, Amerika menjatuhkan bomb atom 

di Hiroshima ?" Jika mempertimbangkan fakta invasi 

besar-besaran Jepang di Asia-Pasifik, tewasnya sekitar 

seperempat juta pemuda Amerika dalam perang Pasifik, 

satu juta-lebih rakyat Jepang yang tewas, dan penderitaan 

panjang di dua fihak; rata-rata rakyat Amerika akan 

menjawab Ya, kita harus menjatuhkan bom atom.

Kenyataannya saat itu Amerika hanya memiliki 3 

buah bom atom, satu untuk uji coba dan sisanya langsung  

digunakan pada tragedi kemanusiaan Hiroshima dan 

Nagasaki. 

Tetapi kita harus mempertimbangkan pula 

pertanyaan yang berseberangan dan terjawab setelah 60 

tahun lebih sejak peristiwa itu . Mengapa militer 

Amerika baru menjatuhkan bom kedua di Nagasaki tiga 

hari kemudian setelah Hiroshima ? Jawabannya bisa jadi 

sangat mengejutkan atau membuat anda ngeri.

Seperti telah disebut di awal, Nagasaki mulanya 

tidak termasuk sasaran pemboman. Pada akhir Juli 1945, 

pejabat Militer dan Proyek Manhattan telah memilih 

empat kota sasaran pemboman. Kota-kota itu  yaitu : 

Hiroshima - pusat industri dan wilayah pegelaran militer 

dan angktan laut Jepang; Kedua : Kokura salah satu pusat 

persenjataan dan amunisi terbesar; Ketiga : Niigata, kota 

pelabuhan besar yang mampu menampung kapal-kapal 

tanker, penyulingan minyak dan fabrik besi baja; 

Keempat  adalah Kyoto, kota tua dan penting karena 

terdapat pusat-pusat industry suku cadang senjata, 

kavaleri dan pesawat.

Namun pada saat-saat terakhir Menteri 

Peperangan Henry Stimson mencoret Kyoto dan 

menggantinya dengan Nagasaki atas persetujuan Presiden 

Nagasaki adalah kota pemancingan 

yang tenang saat  tahun 1542 pelaut 

Portugis pertama kalinya berlabuh di 

sana. Pada 15 Agustus 1549, seorang 

missionaris Katolik Fransiscus 

Xaverius tiba di dekat Kagoshima, dan 

mulai menyebarkan agama Kristen 

Katolik.

Oleh : Lowell Ponte. Kontributor Front Page Magazine


   

Di sekitar Nagasaki, ratusan koin perak 

ditawarkan kepada para pastur, biarawan atau penganut 

Kristen biasa. Mereka kemudian diharuskan menginjak 

patung salib atau gambar Yesus. Upaya desakralisasi 

symbol-simbol Kristen, sekaligus menenggelamkannya 

jauh ke dalam bumi melalui beragam siksaan dan 

perburuan.

Shogun mengarahkan hal di atas untuk menolak 

Yesus Kristus, disisi lain mengakomodir kepercayaan 

local Nagasaki pada Dewa pelindung kota Shuwa Shrine. 

Setiap tahun di awal Oktober, warga  Nagasaki 

masih mengadakan festival Kunchi sebagai penghargaan 

pada Shuwa Shrine. Dirayakan dengan tarian naga, 

Kokkodesho, yang dikenalkan oleh saudagar-saudagar 

China, dan tarian Hurrah yang dulu diajarkan para pelaut 

dari Belanda.

Para pedagang asing terjepit di sebuah pulau 

dekat Nagasaki. Sekitar tahun 1640, Shogun Menutup 

komunikasi  dan perdagangan Jepang dengan dunia luar 

selama dua abad berikutnya.

Jepang kembali membuka diri pada pertengahan 

abad ke-19. Perdagangan dilanjutkan dengan banyak 

negara-negara barat, termasuk Amerika. Karya seni dan 

budaya Jepang yang eksotik mempesona banyak seniman 

Barat. Seniman Italia, Giacomo Puccini menampilkan 

sebuah pertunjukkan opera tentang kisah tragis serang 

gadis Jepang yang ditinggal dalam keadaan hamil oleh 

kekasihnya pelaut Amerika : Madam Butterfly, di 

Nagasaki.

Pada tahun 1859, missionaris Kristen diijinkan 

memasuki Nagasaki. Tahun 1873, ajaran Kristen 

diijinkan disebarluaskan di kepulauan Jepang. Tahun 

1895, dimulai pembangunan gereja katolijk Roma di 

Urakami, pinggiran Nagasaki. Gereja Katedral itu 

menjadi bangunan Kristen terbesar di timur jauh.

Ternyata ada fakta yang mengejutkan para 

missionaris, lebih dari 30.000 warga Kakure Kirishitan 

menyembunyikan kekristenan mereka agar selamat dari  

eksekusi selama dua abad. Sekarang, dalam momen yang 

mengharukan, mereka beribadah sesuai keyakinannya 

secara terbuka. Paus Pius IX memberkati warga Nagasaki 

pada tahun 1867, terkhusus 26 martir Kristen yang 

diangkat sebagai orang suci (saint).

Yesus dapat memporakporandakan tatanan sosial yang 

telah mapan selama berabad-abad.

Tahun 1587, Shogun Toyotomi Hideyoshi 

mengeluarkan dekrit yang mengharamkan ajaran Kristen 

dan memerintahkan kaum Jesuit keluar dari Jepang dalam 

20 hari. Peraturan pertama yang memulai intimidasi 

terhadap kaum Nasrani di Jepang.      

Pada tahun 1597, Hideyoshi menangkap 26 

misionaris  6 Fransiscan, 3 Jesuit, dan 17 kaum Nasrani 

Jepang  disalib di kota Nagasaki. Setahun kemudian, 137 

gereja ordo Jesuit di wilayah itu dihancurkan berikut 

sekolah dan seminari.

Hideyoshi meninggal thaun 1598, perburuan 

kaum Nasrani Jepang sempat ikut terhenti bersama 

kematiannya. Tetapi tahun 1612, Shogun Tokugawa baru, 

mengeluarkan pembatasan penyebaran jaran Kristen, 

yang disusul pembatasan skala nasional dua tahun 

kemudian.

Sekurang-kurangnya 51 kaum Nasrani di 

eksekusi di Nagasaki pada tahu 1622, dua tahun 

berikutnya 50 orang dibakar hidup-hidup di Edo (Tokyo). 

Semakin banyak orang asing yang keluar dari Jepang 

karena takut mengalami hal yang sama. 30 lebih 

misionaris dieksekusi pada tahun 1633, dua tahun 

kemudian dua orang warga Jepang yang telah lama 

tinggal di luar negeri pun dilarang kembali ke Jepang, 

karena dikhawatirkan membawa ajaran atau gagasan 

asing.

Penguasa Jepang beralasan untuk takut terhadap 

perkembangan Kristen, di tahun 1614 tidak kurang dari 

300.000 warga Jepang telah beragama Kristen (10% dari 

populasi saat itu). Jika tidak segera dicegah, ajaran asing 

ini dikhawatirkan akan menguasai Jepang sepenuhnya. 

Untuk mencegahnya, para Daimyo dilarang beragama 

Kristen atau beralih pada agama itu , dan ribuan umat 

Nasrani dieksekusi.

Pada tahun 1597, Hideyoshi 

menangkap 26 misionaris  6 

Fransiscan, 3 Jesuit, dan 17 

k a u m  N a s r a n i  J e p a n g   

disalib di kota Nagasaki. 

Setahun kemudian, 137 

gereja ordo Jesuit di wilayah 

itu dihancurkan berikut 

sekolah dan seminari.Shogun Toyotomi Hideyoshi


   

Bom mengandung plutonium yang disebut “Fat 

Man” dijatuhkan dari pesawat B-29 pukul 11.02 siang. 

Bom itu  lebih besar dari yang dijatuhkan di 

Hiroshima, dengan daya ledak 21.000 ton TNT, 

menghancurkan apa saja yang ada di atas tanah Nagasaki 

dalam radius 1.2 kilometer. Rumah, tanaman dan manusia 

hancur lenyap bersama membumbungnya asap 

cendawan.

Saat itu, diperkirakan 73.884 orang tewas  

setidaknya satu dari 10 adalah warga Kristen. 75.000 

orang lainnya menderita kebutaan, kulit terbakar, atau 

cacat karena ledakan maupun reruntuhan bangunan. 

Ribuan lebih lainnya meninggal karena radiasi nuklir 

beberapa hari dan bulan setelahnya.

Seorang penulis menyatakan, “Ironis, bom telah 

membunuh lebih banyak orang Kristen di Nagasaki, 

daripada yang dilakukan Shogun berabad-abad 

sebelumnya.”

Pertanyaan sejarah yang belum terawab hingga 

saat ini adalah, “Mengapa terjadi perubahan kebijakan 

yang menempatkan Nagasaki dalam target operasi militer 

itu  ?” Kota yang tidak signifikan secara milliter 

harus menerima ledakan dari bom yang dua kali lebih 

hebat dari dua bom atom lainnya.

Beberapa asumsi bermunculan seiring dengan 

diketahuinya latar belakang para perencana serangan 

itu , Presiden Harry.S. Truman adalah seorang Mason 

(anggota Freemasonry), begitu pula Mentri Peperangan 

Henry Stimson. Apakah ini bagian dari rencana kaum 

pemuja Setan (Luciferian) untuk menghapuskan agama-

agama, khususnya Kristen saat itu ?

Yang pasti, pemilihan Nagasaki adalah bagian 

dari sejarah gelap anak manusia, khususnya rakyat 

Amerika diantara sejarah-sejarah yang masih gelap 

hingga saat ini : Apollo 11,pembunuhan JFK, Marthin 

Luther King, Malcolm X, tragedi WTC, dan banyak lagi.

Seorang penulis menyatakan, 

“ I r o n i s ,  b o m  t e l a h  

membunuh lebih banyak 

orang Kristen di Nagasaki, 

daripada yang dilakukan 

S h o g u n  b e r a b a d - a b a d  

sebelumnya.”

QUARTER PAGE

ADS

8.75 X14 CM

Bom Atom Fat Man yang dijatuhkan di kampung 

minoritas Kristen Nagsaki



   

Pearl Harbor dan Pengkhianatan Roosevelt

Dirangkum dari buku  : Pearl Harbor, Mother of All Conspiracies  

Penulis : Mark Emerson Willey

“..Semua yang direncanakan Jepang sebelum Pearl 

Harbor, sebenarnya telah diketahui oleh 

Amerika..”Army Board, 1944.

Salah satu tragedi yang membawa korban banyak 

adalah serangan Jepang kepada pangkalan angkatan laut 

Amerika di Pearl Harbor. Sontak publik dan dunia terkejut 

dengan serangan yang meluluhlantakkan basis militer 

negara adidaya itu. Di dalam negeri, dukungan bagi 

pemerintah dan militer Amerika untuk terlibat perang dan 

menghancurkan kekuatan fasis (Jerman-Italia-Jepang 

yang tergabung dalam Axis) sangat kuat. Dukungan yang 

sama diraih pemerintah George H. Bush dalam 

memerangi terorisme, paska tragedi 11 September 2001.

Puluhan tahun berlalu, tidak banyak publik 

mengetahui bahwa rencana Jepang menyerang Pearl 

Harbor telah diketahui jauh sebelumnya. Bahkan banyak 

analisis para sejarawan dan akademisi yang menyatakan 

bahwa tragedi Pearl Harbor diperlukan militer Amerika 

sebagai alasan terlibat dalam perang.

Sebuah surat kabar di Honolulu-Hawaii tanggal 

30 November 1941 memuat iklan berjudul "Japanese May 

Strike over Weekend !" di halaman muka. Iklan itu  

bahkan memprediksi waktu serangan dengan akurat  

delapan hari dari tanggal edisi surat kabar itu . 

Pemerintah bereaksi, menurut beberapa sumber 

militer, aparat berusaha menghancurkan seluruh bukti-

bukti bahkan pergi ke rumah sakit Hawai dan 

menghancurkan edisi surat kabar yang memuat iklan 

itu . Beruntung, prajurit Paul Brown melihat aksi itu 

dan mengamankan surat kabar miliknya dari 

penghancuran. Berkat prajurit itulah, kita semua 

mengetahui dusta yang telah dibenamkan pada seluruh 

warga  dunia selama puluhan tahun.

Hasrat Perang Roosevelt

Dari runutan tahun-tahun sebelum kejadian 

serangan Pearl Harbor, jelas terlihat bahwa Amerika 

memiliki keyakinan kuat akan adanya serangan itu . 

Pada tahun 1932, latihan gabungan militer Amerika 

melakukan simulasi serangan mendadak pada Pearl 

Harbor dan sukses menduduki pangkalan itu . Dalam 

latihan militer lainnya (1938), Laksamana Ernst King 

sukses memimpin simulasi serangan udara dari USS 

Saratoga terhadap Pearl Harbor. Dari dua latihan militer 

ini, militer Amerika secara persis telah mengetahui titik-

titik lemah dari Pearl Harbor.

Tahun 1940, Presiden Franklin De Roosevelt 

(FDR) memerintahkan armada dipindahkan dari West 

Coast ke Hawaii dan tetap ditempatkan di Pearl Harbor 

meski mendapat protes dari Laksamana Richardson 

karena pelabuhan itu tidak memiliki perlindungan dari 

serangan udara dan torpedo. Kritik Richardson ini 

mengemuka ke publik bahwa dia telah membantah 

perintah Presiden dua kali, yang berakibat dia diganti dari 

jabatannya.

7 Oktober 1940  Analisis intelijen angkatan laut 

McCollum menulis 8 poin memo tentang bagaimana 

memancing Jepang berperang dengan Amerika. 

Selanjutnya FDR mulai menggunakan memo itu , 

dimana semua poinnya terlaksana.

23 Juni 1941  Penasehat Harold Ickes menulis 

surat untuk FDR setelah invasi Jerman terhadap Soviet, 

“Mungkin kita harus mengembargo minyak Jepang 

sebagai cara efektif untuk terlibat perang...” Bulan 

berikutnya, FDR membekukan seluruh aset Jepang di 

A m e r i k a  s e b a g a i  t a k t i k  m e m a k s a  J e p a n g  

mendeklarasikan perang dengan Amerika.

14 Agustus  Dalam Konferensi Atlantik, 

Churchill mencatat keinginan kuat FDR untuk berperang. 

Churchill mengirimkan kabel pada staf kabinetnya, 

“FDR secara jelas sangat bulat hati untuk terlibat.”

18 Oktober  Sebuah diary dari Sekretaris Harold 

Ickes :”Untuk waktu yang lama, saya meyakini cara 

terbaik kita terlibat perang adalah melalui Jepang.”

Menurut Churchill, sejak akhir 1940 fihak 

Amerika telah berhasil menembus kode-kode rahasia 

Jepang, termasuk beberapa  bersar telegram militer dan 

diplomatik. Seorang ahli sandi angkatan laut menulis 

untuk Cryptologia, bulan Juli 1982 : “Sejauh ini, seluruh 

sandi-sandi saling berpautan. JN-25B sandi Jepang 

tersulit yang berhasil dipecahkan tim intelijen angkatan 

laut Amerika. Berisi kosakata Jepang, ditambah karakter 

huruf China....”

 

The Honolulu Advertiser memuat publikasi  rencana  

serangan  Jepang  engan tepat. Sekarang disimpan di Punta  

Gorda Florida Military Museum. 


   

Seluruh skema Pearl Harbor terdapat dalam kode 

itu . Tahun 1979, NSA menyatakan 2.413 perintah 

kode JN 25 dari 26.581 kode, telah berhasil disadap oleh 

Amerika antara 1 September dan 4 Desember 1941. 

Menurut NSA, “Kami mengetahui kode-kode itu berisi 

detil-detil penting tentang keberadaan, organisasi, 

obyektif, dan bahkan dimana armada penyerangan Pearl 

Harbor.” FDR sendiri secara pribadi melakukan brifing 

dua kali dalam sehari bersama ajudannya, Kapten John 

Beardell, tentang lalu lintas pesan JN-25.

Jauh sebelumnya, khususnya di tahun 1941, pemerintah 

FDR menerima banyak peringatan dan petunjuk-petunjuk 

bahwa Jepang benar-benar serius akan menyerang Pearl 

Harbor. Berikut peringatan-peringatan itu  :

Peringatan yang Diabaikan 

27 Januari 1941, Dr. Ricardo Shreiber  duta besar 

Peru di Tokyo, menyampaikan pada Max Bishop 

(Sekretaris tiga kedutaan Amerika di Jepang), bahwa dia 

mempelajari dari sumber-sumber intelijen adanya 

rencana perang diantaranya serangan mendadak ke Pearl 

Harbor.

31 Maret 1941, sebuah laporan angkatan laut 

ditulis Bellinger dan Martin memprediksi jika Jepang 

memulai perang dengan Amerika, mereka pasti akan 

menyerang Pearl Harbor tanpa memberi peringatan 

diwaktu pagi-pagi sekali, dengan pesawat udara. Selama 

1941, para perencana angkatan laut telah meyakini jika 

Jepang akan menyerang armada Amerika dimanapun itu. 

Itulah bahaya terbesar dari Jepang. Armada itu satu-

satunya ancaman bagi rencana Jepang. Armada di Pearl 

Harbor satu-satunya target militer strategis tingkat tinggi. 

Logikanya, Jepang tidak dapat melakukan operasi besar 

jika masih ada armada Amerika dibelakang mereka. Awal 

serangan serius yang menghancurkan armada Amerika di 

Hawaii satu-satunya kesempatan bagi militer Jepang 

meraih kemenangan yang membanggakan. 

10 Juli, Atase militer Smith-Hutton di Tokyo 

melaporkan, angkatan laut Jepang secara rahasia berlatih 

serangan torpedo di teluk Ariake. Teluk itu  dibuat 

menyerupai Pearl Harbor.

Juli, Atase militer Amerika di Mexico 

meneruskan laporan bahwa Jepang sedang membangun 

sebuah kapal selam kecil khusus untuk menyerang 

armada Amerika di Pearl Harbor.

10 Agustus 1941, agen top Inggris dengan sandi 

“Tricycle”, Dusko Popov, menginformasikan pada FBI 

rencana serangan terhadap Pearl Harbor segera. FBI 

beranggapan informasi itu “terlalu tepat, terlalu lengkap 

untuk dipercayai. Kuesioner plus informasi lain yang 

anda bawa sangat detil menjelaskan dimana, kapan, 

bagaimana dan oleh siapa kita akan diserang. Itu lebih 

mirip jebakan.” Popov pun melaporkan bahwa perwira 

senior Jepang telah pergi ke Taranto untuk 

mengumpulkan semua data-data rahasia dan paling 

penting mengenai serangan. Informasi Popov ini 

disampaikan ke Angkatan Laut Amerika. 

Awal musim gugur, Kilsoo Haan, agen Sino-

Korean People League, memberitahu Eric Severeid dari 

CBS bahwa perlawanan Korea di Korea dan Jepang telah 

memiliki bukti positif bahwa Jepang sedang akan 

menyerang Pearl Harbor sebelum Natal. Di akhir 

Oktober, Haan akhirnya dapat menyakinkan Senator 

Amerika Guy Gillette akan rencana Jepang itu . 

Gillette memperingati Deplu, Intelijen Militer dan 

Angkatan Laut, dan FDR.

24 September 1941, pesan berisi “bomb 

plot” kode J-19 dari intelijen angkatan laut Jepang 

untuk Konjen Jepang di Honolulu meminta grid-grid 

lokasi dari kapal-kapal Amerika di Pearl Harbor 

berhasil dipecahkan. Tidak ada alasan yang lebih 

tepat untuk mengetahui posisi tepat setiap kapal, 

kecuali karena ingin melakukan penyerangan. 

Turner (Kepala Rencana Peperangan) dan Stark 

(Kepala Operasi Angkatan Laut) berulang kali 

....”  

                        Kriptogram Jepang JN25-B 


   

Memperingatkan fihak-fihak berwenang baik di 

Washington, maupun di Hawaii. Janggalnya, Kepala 

Intelijen Angkatan Laut Kapten Kirk dicopot karena 

bersikeras terus memperingati pusat komando. Informasi 

dari Stark dan Turner berikut pencopotan Kirk tidak 

diungkap dalam penjelasan resmi militer, hal itu dapat 

membebaskan para komandan di Hawaii tuduhan 

ketidaksiapan mengantisipasi Jepang, dan menegaskan 

kesalahan Washington di pengadilan militer. Mengapa 

FDR membiarkan operasi mata-mata Jepang yang begitu 

mencolok dan berhasil disabot, sementara dia 

menghentikan investigasi 2 anggota kongres di akhir 

1941, fakta ini masih teka-teki.  Bom plot ditujukan 

kepada “Chief of 3rd Bureau, Naval General Staff” 

ditandai Secret Intelligence message, lengkap dengan 

nomor seri, jadi surat itu tidak mungkin tidak sampai. Isi 

surat itu sebagai berikut :

“Strictly secret.

“Henceforth, we would like to have you 

make reports concerning vessels along the 

following lines insofar as possible:

“1. The waters (of Pearl Harbor) are to 

be divided roughly into five subareas (We 

have no objections to your abbreviating 

as much as you like.)

“Area A. Waters between Ford Island and 

the Arsenal.

“Area B. Waters adjacent to the Island 

south and west of Ford Island.(This area 

is on the opposite side of the Island 

from Area A.)

“Area C. East Loch.

“Area D. Middle Loch.

“Area E. West Loch and the communication 

water routes.

“2. With regard to warships and aircraft 

carriers, we would like to have you 

report on those at anchor (these are not 

so important) tied up at wharves, buoys 

and in docks. (Designate types and 

classes briefly. If possible we would 

like to have you make mention of the fact 

when there are two or more vessels along 

side the same wharf.)”

Sebuah analisis pertumbuhan frekuensi trafik 

pesan dari berbagai konsulat Jepang memberikan 

identifikasi lain tentang persiapan perang. Dari Agustus 

hingga Desember, terdapat 6 pesan dari Seattle, 18 dari 

Panama, 55 dari Manila dan 68 dari Hawaii.

Oktober, agen kawakan Soviet Richard Sorge, 

menginformasikan Kremlin bahwa Pearl Harbor akan 

diserang dalam 60 hari. Moscow meneruskan informasi 

ini pada Amerika. Anehnya, seluruh referensi tentang 

Pearl Harbor di Departemen Perang  berupa laporan Sorge 

berisi 32.000 kata, dihapus.

16 Oktober, FDR benar-benar menghina duta 

besar Jepang, dan menolak bertemu dengan Perdana 

Menteri Konoye.

1 November, perintah kode JN-25 untuk 

melanjutkan latihan dan siap menyergap dan 

dan menghancurkan musuh (Amerika).

13 November, duta besar Jerman untuk Amerika, 

Dr. Thomsen menginformasikan bahwa Pearl Harbor 

akan diserang.

22 November, Tokyo meminta dubes Nomura di 

Washigton untuk memperpanjang waktu negosiasi 

hingga 29 November, “...batas waktu yang kita maksud 

sesungguhnya tidak dapat diubah. Setelah itu segala 

sesuatu otomatis akan terjadi.”

23 November, perintah JN25 : “Serangan udara 

pertama telah disiapkan ntuk jam 0330 (waktu Tokyo atau 

jam 8 pagi waktu Honolulu) pada hari X.”

25 November, Inggris berhasil memecahkan 

pesan “Winds” yang dikirim tanggal 19 November. 

Amerika berhasil memecahkannya pada 28 November, 

pesan dengan kode J-19 adalah sinyal perang dibalik 

laporan cuaca melalui radio Tokyo : Hujan berarti perang, 

timur (Higashi) artinya Amerika. 

25 November, Sekretaris Perang Henry Stimson 

mencatat dalam buku hariannya “FDR menyatakan 

bahwa kita sepertinya akan diserang mungkin secepatnya 

Senin depan.” FDR bertanya : “pertanyaannya adalah 

bagaimana kita mengarahkan mereka pada posisi 

penyerangan yang tidak terlalu berbahaya bagi kita. 

Dengan membiarkan Jepang menyerang dahulu, akan 

menumbuhkan kemarahan dan kebencian dalam rangka 

meraih dukungan rakyat Amerika terhadap kita, sekaligus 

menempatkan Jepang sebagai agresor.”

25 November, Yamamoto mengirimkan pesan 

radio dalam perintah JN-25 : “(a) Seluruh satuan tugas, 

tetap bergerak sangat rahasia dan hati-hati terhadap kapal 

selam dan pesawat. Lanjutkan menuju perairan Hawaii, 

serang kekuatan utama armada Amerika di Hawai dengan 

ledakan mematikan. Penyerangan direncanakan pagi hari 

pada hari X  kepastian tanggal akan diberikan pada 

perintah selanjutnya. (b) Jika negosiasi dengan Amerika 

terbukti berhasil, seluruh satuan tugas harus menahan diri 

dalam status siaga untuk  segera kembali dan berkumpul. 

(c) Satuan tugas akan meninggalkan Hitokappu Wan pada 

pagi, 26 November dan menuju posisi stand-by pada sore, 

4 Desember.

Perintah ini berhasil disabot oleh Inggris (25 

November) dan Belanda (27 November). Pada 26 

November, intelijen angkatan laut melaporkan adanya 

konsentrasi unit-unit armada Jepang pada sebuah 

pelabuhan tidak dikenal dan bersiap untuk tindakan 

ofensif.

 

                               Perintah berlayar  Jendral Yamamoto, kode JN-25, 25 November 1941 yang 

berhasil disabot oleh intelijen Inggris 


26 November, pkl. 3 pagi, Churchill mengirim 

pesan rahasia mendesak kepada FDR, kemungkinan 

berisi pesan Yamamoto di atas. Pesan churchill ini cukup 

berhasil memprovokasi Washington D.C. Stark (Kepala 

Operasi Angkatan Laut), menyatakan dibawah sumpah 

bahwa pada 26 November telah diterima bukti-bukti 

spesifik dari maksud Jepang untuk memulai perang 

ofensif dengan Inggris dan Amerika. Direktur CIA 

William Casey dalam bukunya The Secret War Against 

Hitler menuliskan “Inggris telah mengirimkan peringatan 

bahwa armada Jepang sedang bergerak menuju Hawaii.” 

Washington, dalam sebuah perintah tanggal 26 November 

sebagai hasil dari pertemuan hari sebelumnya, 

memerintahkan kapal induk USS Enterprise dan 

Lexington keluar dari Pearl Harbor “as soon as 

practicable.” Perintah ini termasuk 50 pesawat tempur 

(40% dari kekuatan pesawat di Pearl Harbor), 

mengakibatkan Pearl Harbor lemah perlindungan udara. 

Sebagai respon terhadap pesan Churchill, FDR secara 

rahasia mengirimkan kabel  “Negosiasi ditutup. Servis 

diharapkan dalam dua minggu.” FDR yang memantau 

negosiasi Amerika  Jepang sebelumnya, dapat 

memperkirakan waktu hari H serangan terhadap Pearl 

Harbor. 

26 November, Amerika mengultimatum Jepang 

untuk keluar dari Indochina dan seluruh jazirah China. 

Duta besar Amerika di Jepang menyebut ultimatum ini 

sebagai “dokumen yang menekan tombol peperangan.”

27 November, Sekretaris Peperangan Henry 

Stimson mengirimkan dua pesan membingungkan, untuk 

Jenderal Short dan Laksamana Kimmel. Pesan untuk 

Short mengatakan negosiasi sangat mungkin masih bisa 

dilanjutkan, sementara untuk Kimmel dikatakan 

negosiasi berakhir dan Jepang bersiap untuk aksi agresif.

Kepada Jenderal Short,

Negosiasi dengan Jepang nampaknya diakhiri bagi 

seluruh tujuan-tujuan praktis kecuali bagi kemungkinan 

terbuka bahwa pemerintah Jepang kembali meminta 

dilanjutkan. Tindakan Jepang waktu yang akan datang 

sangat tidak bisa diprediksi, namun tindakan permusuhan 

dapat terjadi kapan saja. Jika konflik tidak, diulangi tidak, 

mampu dihindari; pemerintah Amerika menghendaki 

Jepang melakukan tindakan pertama (first over act). 

Kebijakan ini tidak dapat, ulangi : tidak dapat, dipandang 

sebagai membatasi anda dari tindakan yang 

Pernyataan FDR yang menghendaki tindakan 

over act Jepang menunjukkan bahwa dia sesungguhnya 

telah tahu rencana Jepang. FDR jelas akan membiarkan 

Jepang menyerang armada Amerika di Pearl Harbor.

29 November, Hull duduk di Lafayette Park 

seberang Gedung Putih bersama reporter United Press, 

Joe Leib. Hull memperlihatkan sebuah pesan  yang 

dikirim Churchill 26 November, bahwa Pearl Harbor 

akan diserang tanggal 7 Desember. New York Times 12 

Agustus 1941 menampilkan tajuk “Attack Was 

Expected”, berisi laporan bahwa Amerika mengetahui 

rencana penyerangan Pearl Harbor satu minggu 

sebelumnya. Besar kemungkinan Leib bukan satu-

satunya reporter yang diberi tahu oleh Hull.

29 November, FBI menyadap percakapan 

telephon antara Dubes Kurusu di Washington dengan 

   


   

Kepala Urusan Luar Negeri, K. Yamamoto di Tokyo. 

Pesan itu adalah :

 “Katakan, apa itu jam nol. Lagipula, 

saya tidak dapat lagi meneruskan upaya diplomasi.”

 “Baiklah, Saya akan katakan. Jam 

Nol adalah 8 Desember di Pearl Harbor.”

30 November waktu Amerika (1 Desember waktu 

Tokyo), armada Jepang menyiarkan lewat radio perintah 

angkatan laut kerajaan (JN-25) : “Jepang, demi 

kepentinga membela diri dan mempertahankan negara, 

telah mencapai posisi untuk mendeklarasikan perang 

dengan Amerika.” China yang merupakan sekutu 

Amerika pun telah mengetahui perintah itu  dari 

pesawat Jepang yang tertembak jatuh dekat Kanton hari 

itu.  Sontak Jepang melakukan pertemuan darurat karena 

khawatir China membocorkannya ke Amerika.

2 Desember, Komandan Armada Gabungan 

Jepang, Yamamoto mengirimkan pesan radio pada 

armada penyerang Jepang bersandi “Clim Niitakayama 

1208”. Niitakayama adalah puncak gunung tertinggi di 

Jepang, 1208 berarti 8 Desember waktu Jepang, atau 7 

Desember waktu Amerika. Pesan ini bukan berupa sandi, 

jadi saat  Amerika berhasil menyadapnya, dipastikan 

mereka telah mengetahui kapan serangan dilakukan.

7 Desember  8.30 sore, FDR berkata dalam rapat 

kabinet, “Kita memiliki alasan untuk yakin bahwa Jerman 

telah meyakinkan Jepang, jika Jepang mendeklarasikan 

perang, Jerman akan ikut. Dengan kata lain, pernyataan 

perang dengan Jepang secara langsung terealisasi.....” 

Menteri Tenaga Kerja Frances Perkins mengatakan “Saya 

merasakan ada sesuatu yang salah. Situasi ini tidak seperti 

yang tampak pada kita.”

Meski peralatan yang hancur di Pearl Harbor 

mayoritas telah berusia tua, namun serangan ke Pearl 

Harbor telah mengobankan anak-anak muda Amerika, 

yang sesungguhnya mereka siap mati dalam pertempuran 

yang sejati. Tetapi mereka tewas sebagai tumbal hasrat

Kurusu :

Yamamoto :

Perang yang diinginkan

 perang Presidennya. 

Washington membentuk Komisi Robert (Robert 

Comission) untuk menyelidiki mengapa Jepang begitu 

mudah meluluhlantakkan salah satu pangkalan militer 

Amerika itu. Namun, komisi itu serta merta menyalahkan 

Jenderal Short dan Laksamana Kimmel. Dua orang itu 

dianggap mengabaikan peringatan-peringatan perang 

dari Washington dan gagal melakukan tindakan 

pertahanan yang diperlukan. Dua perwira itu disalahkan 

karena kelalaian dalam tugas. 

Ironinya, FDR bersikeras membatasi investigasi 

serangan 7 Desember terhadap Pearl Harbor.  Laksamana 

Standley berselisih faham mengenai temuan komisi yang 

menyalahkan Short dan Kimmel, tetapi Standley tidak 

menulis laporan setelah dikatakan padanya laporan 

Standley dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap 

pimpinan negara.

Untuk memastikan laporan Komisi sesuai 

keinginannya, FDR mengharuskan dirinya memeriksa 

laporan komisi sebelum dipublikasikan. Setelah yakin, 

FDR memperbolehkan Komisi mempublikasikannya 

kepada press.

Laporan Komisi Robert  mendapat penolakan 

dari sedikit orang yang mengerti situasi di Pearl Harbor. 

Salah satunya Laksamana James Richardson, mantan 

komandan armada Pasifik sebelum Kimmel, dia 

mengecam laporan komisi : “Sangat tidak adil, dokumen 

tidak jujur dan penuh tipuan yang pernah dicetak 

pemerintah. Saya tidak mengerti, mengapa manusia-

manusia terhormat dalam komisi tanpa rasa sesal dan 

malu mampu melakukan hal itu.”

beberapa  seruan untuk penyelidikan kongres 

terdengar, khusunya dari mereka yang selamat dari 

serangan Jepang. Namun, sebagian besar rakyat Amerika 

telah menerima dan meyakini laporan versi Komisi 

Robert.  Pimpinan mayoritas senat Alben Barkley 

mengomentari laporan komisi dengan, “Laporan yang 

berisi pandangan menyeluruh dan terhormat atas fakta-

fakta, dan warga  percaya tidak ada yang 

disembunyikan dari mereka. Seluruh kecurigaan harus 

diakhiri, karena sekarang semua orang telah tahu apa 

yang terjadi.”

Laporan Komisi yang sesuai dengan keinginan 

FDR, tidak lepas dari intrik Roosevelt menempatkan 

orang-orang yang terlibat di dalamnya yang loyal secara 

pribadi maupun arus politik kepada pemerintahan FDR 

dan agenda pro perangnya.

Bahkan dalam sebuah kesempatan di Teheran, 30 

November 1943, saat  bertemu Stalin, FDR menyatakan 

“Jika Jepang tidak pernah menyerang Amerika, saya ragu 

adanya kemungkinan untuk mengirim pasukan ke 

Eropa.” Bandingkan dengan pernyataannya dalam 

Konferensi Atlantik 4 bulan sebelum tragedi Pearl, 

“Segala sesuatunya telah dilakukan untuk mendorong 

terjadinya sebuah 'kecelakaan' untuk menselaraskan 

permusuhan.” Atas pernyataan-pernyataan itu , 

serangan Jepang adalah satu-satunya kemungkinan yang 

diinginkan FDR.

 

USS Arizona, tenggelam bersama 1170 kru di dalamnya 

   

 membantu kebangkitan partai komunis China. Thomas 

Lamont dan Sir Charles Addis segera mendikte kendali 

Jepang di China untuk mengamankan persengkokolan 

internasional dan mulai mensponsori ekspansi Jepang, 

yang sekaligus memicu Perang Dunia II (PD II).

Sebelum membahas lebih lanjut peran dari 

Lamont dan Addis dalam konspirasi di China, kita 

terlebih dahulu membahas latar belakang pertarungan 

ideologis antara kaum pro republikan dengan konservatif 

pro monarki di China. Sejak akhir 1890 hingga revolusi 

replubikan (1911) dan PD I, hanya Sun Yat Sen yang 

secara langsung pernah mengenyam pendidikan di luar 

negeri dan terinspirasi oleh prinsip-prinsip dari Revolusi 

Amerika. Lawan politik Sun saat itu, seorang filsuf China 

dan aktifis politik Liang Chi-chao adalah hasil didikan 

jaringan konspirasi Eropa. Sejak jaringan konspirasi 

Inggris menguat untuk menghancurkan pengaruh prinsip 

dan spirit revolusi Amerika, khususnya di China, maka 

Sun dan Liang adalah dua kutub yang berlawanan hasil 

dari pertarungan itu  di akhir masa dinasti Ching.

Selagi Sun mengorganisir pergerakan pad 

dekade 1890-an untuk meruntuhkan dinasti Ching 

(Manchu) dan bercita-cita mendirikan negara republik 

berdasarkan model sistem politik Paman Sam, Liang 

berkerjasama dengan tokoh reformasi saat itu Kang You 

Wei. Kang berhasil menarik perhatian kaisar muda Kuang 

Hsu dimana gagasan-gagasannya selalu didengar kaisar. 

Kuang Hsu mengizinkan You-wei mendeklarasikan 

program-program reformasi - yang dikenal dengan 

Program Reformasi 100 Hari (1898), tanpa menentang 

format pemerintahan dan status semi koloni China di 

bawah kekuatan Eropa (Inggris). Pengadilan kekaisaran 

Ching dan militer mengambil tindakan tegas terhadap 

Kuang Hsu dan You-wei, permaisuri T'zu Hsi 

menempatkan putranya itu  dalam sebuah tahanan 

rumah.

Liang Chi-chao melarikan diri ke Jepang dimana 

dia menghabiskan waktunya selama dekade pertama abad 

duapuluh. Baik Liang maupun Sun Yat Sen, mengalami 

pengasingan karena perannya dalam beberapa 

pemberontakan bersenjata di China selatan, mendirikan 

beberapa organisasi politik, dan saling bersaing 

menjaring warga pengasingan lainnya di Jepang serta 

tempat lain.

Konflik antara Liang dan Sun menjadi sumber 

diskusi pemuda China tentang masa depan negerinya. 

Sun dan pengikutnya mempublikasikan jurnal Min Bao 

(Jurnal Rakyat); sementara Liang pun memiliki jurnal 

disebut New Citizen, kedua jurnal itu dibaca seluruh 

rakyat China. Min Bao mengkampanyekan penggulingan 

sistem dinasti dan membangun sebuah republik, 

sementara New Citizen menyerukan reformasi dibawah 

legislasi konstitusi monarki China. Min Bao 

mempromosikan tiga prinsip Sun Yat Sen yang berdasar 

pada konsep pemerintahan Abraham Lincoln : 

Sun vs Liang Chi-chao

Naiknya Mussolini ke tampuk kekuasaan 

Italia membawa rantai kesengsaraan di seluruh Eropa 

dalam kurun 1920  1930. Arsitek imperial Inggris 

bekerja dalam sebuah proyek rahasia di Asia, 

sementara para Bankir dunia mengawasi  

pelaksanaan konferensi Versailles (1919) paska 

Perang Dunia I (PD I).  Raja-raja finansial dunia 

bekerja dengan cepat menciptakan situasi kondusif 

untuk memunculkan tirani yang didukung oleh 

Bankir-bankir itu . Seting politik-ekonomi 

itu  di abad XX  inilah yang akhirnya membawa 

dunia pada Perang Dunia II.

Inggris  membutuhkan Amerika untuk 

menariknya keluar dari bencana kemanusiaan yang telah 

diciptakan Inggris selama perang. Tetapi setelah PD I usai, 

tidak menginginkan kemunculan pemerintah dukungan 

fraksi republikan Amerika di seluruh Eropa dan Asia, 

sebab akan mengancam hegemoni Inggris dimasa yang 

akan datang. Sun Yat Sen, adalah salah satu masalah di 

Asia. Sun, yang telah memimpin revolusi kebudayaan di 

China 1911, gagal mengkonsolidasikan revolusi lebih 

lanjut. Tetapi, dia memimpin sebuah pemerintahan di 

China bagian selatan pada akhir PD I, sebagai oposisi dari 

Peking. Sun adalah representasi kekuatan pro republikan 

di Asia, bercita-cita membawa China keluar dari pengaruh 

kongsi dagang kolonial Inggris (British East India 

Company) : tentara bayaran, penyalur obat, dan para 

bankir. Sun  yang berlatarbelakang pendidikan di Hawaii, 

menggunakan metode diambil dari sistem China jaman 

dahulu, maupun sistem politik dan ekonomi Amerika.

Atas ancaman itu  bagi hegemoninya, 

kelompok kepentingan Inggris yang intinya ada di 

Montagu Norman (Kepala Bank of England), Sir Charles 

Addis (Direktur Hongkong and Shanghai Bank  sekarang 

dikenal dengan HSBC), dan Thomas Lamont (Kepala J.P 

Morgan), menyebarkan jaringan secara militer dan politik 

untuk menghancurkan Sun Yat Sen berikut pengaruhnya. 

Inggris ketakutan jika kerjasama antara Sun dengan 

Amerika akan melemahkan kebijakan kolonial Eropa di 

China, sekaligus mendirikan poros politik republikan di 

Asia. Sebagaimana yang akan dijelaskan kemudian, 

saat  upaya-upaya kotornya gagal menghancurkan 

perjuangan Sun, Inggris bermain di balik punggung fasis 

Jepang, mensuplai dana ekspansi militer Jepang di 

daratan China.

Poros Inggris-J.P Morgan telah lama mengusik 

Sun Yat Sen bertahun-tahun sebelum Konferensi 

Versailles (1919).  Mereka telah turut campur dalam 

Revolusi 1911, mendirikan berbagai kediktatoran, 

restorasi monarki dan panglima perang wilayah, untuk 

mengusik Sun dan partainya Kuomintang (KMT) keluar 

dari Peking, dan jika mungkin, membunuhnya. 

Bagaimanapun, saat  China dikhianati Inggris dengan 

berfihak ke Jepang pada konferensi Versailles (dimana 

Sun Yat Sen telah memperingatkan hal ini sebelumnya), 

kebangkitan nationalisme ditindas untuk mencegah Sun 

Yat Sen meraih kekuasaan. Pada sisi lain, Inggris 

Sun Yat Sen Korban Persekongkolan Besar

   

membandingkan sekolah hukum dimasa China kuno 

dengan faham absolut era Napoleon dan Bluntschli, 

dalam konteks ini pendapat Liang benar. Sekolah-sekolah 

legalis berfaham itu telah memproduksi faham fasis 

hingga kini. Dalam sekolah-sekolah era Dinasti Chin 

(221-206 SM), teks-teks kuno Konfusius dibakar dan 

mengubur hidup-hidup para sarjana Konfusian. 

Liang sempat melakukan perjalanan ke Amerika 

tahun 1903, didanai oleh “warga  Pelindung 

Kerajaan (Protect Emperor Society).” Sembari melawat 

komunitas Tionghoa di Amerika dan Kanada, Liang pun 

bertemu dengan Presiden Theodore Roosevelt dan 

J.P.Morgan, Liang terkesan dengan pembicaraan anti-

Amerika di negara Paman Sam. Pada saat sama, Liang 

berpandangan : “Rakyat China harus menerima sistem 

otoritarian sekarang juga, dan tidak pantas merangkul 

faham kebebasan.” Liang menyatakan rakyat China 

“mabuk faham republikan.” 

Pergerakan revolusi Sun Yat Sen mencapai 

tampuk kekuasaan ditahun 1911, segera Sun dinyatakan 

sebagai Presiden pertama. Meskipun mendapat tekanan 

untuk tetap tunduk terhadap Peking, revolusi telah 

menggalang banyak pengaruh dan kekuasaan aktual di 

China selatan. Sun tidak ingin terlibat perang dengan 

pasukan Kaisar, yang berada dibawah komando Jenderal 

Yuan Shi-kai. Dalam sebuah manuver untuk menghindari 

perang saudara lebih besar dan mempertahankan 

Republik bentukannya, Sun setuju mundur dari sebagai 

Presiden dan diserahkan kepada Jenderal Yuan Shi-kai, 

dengan perjanjian bahwa Yuan akan mengharagi 

Republik dan sistem hukumnya. Sun mengambil posisi 

sebagai kepala Biro Jalur Kereta Nasional untuk 

mengejar program International Development of China.

Perhitungan Sun ternyata meleset, Yuan segera 

merubah pemerintahannya kedalam bentuk diktator, 

bahkan merestorasi hukum monarki sebelum 

kematiannya ditahun 1916. Sun dan Kuomintang terusir 

dari pemerintahan dan lembaga legislatur. Tahun 1913, 

Sun mendirikan pemerintahan tandingan di selatan 

China. Pada sisi lain, Liang menerima dengan terbuka 

rejim Yuan di Peking, dimana Liang mengendalikan 

beberapa  pos-pos kabinet, termasuk peradilan, keuangan 

dan penasihat negara.

Dengan latar belakang ini, fokus beralih pada 

desain konspirasi internasional untuk menumbangkan 

Republik China bentukan Sun Yat Sen. Semenjak perang 

Opium dimulai pada 1840, pengaruh Inggris meningkat 

pesat (meski tidak sepenuhnya dikolonisasi). Tahun 

1895, Jepang bergabung dalam permainan besar ini, 

mengalahkan China dalam perang, menjajah Korea, 

mencaplok Manchuria dan Mongol. Dalam proses 

kolonisasi itu , Jepang pun diam-diam menjalin 

hubungan khusus dengan Inggris berikut beberapa Bankir 

New York. Jacob Schiff (Kuhn Loeb Bank) sebagai 

contoh, berperan dalam memberikan suplai dana dalam 

perang Jepang-Rusia tahun 1905, sebuah perang dilaut 

yang masih daerah kekuasaan China.

Revolusi Ala J.P. Morgan

pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. New Citizen 

mengajak kepada pencerahan absolut sebagai satu-

satunya alternatif melawan anarki. Isu pertama Min Bao 

menampilkan gambar Yellow Emperor dan George 

Washington; sementara New Citizen mengambil gambar 

Napoleon dan Bismarck.

Evolusi ideologis Liang secara langsung paralel 

dengan pergerakan poros Addis-Lamont di abad ke-18 

dan abad ke-19. Ia memulai dengan menjadi murid 

Giuseppe Mazzini, memuja-mujanya sebagai nabi dan 

ideolog utama pergerakan patriotik di Eropa. Liang 

mentranslasi program-program Mazzini, dan pada tahun 

1900 menulis sebuah essai berjudul “Pujian untuk 

Pemuda China.” Liang menganggap dirinya sebagai juru 

bicara China bagi pergerakan pemuda Eropa ciptaan 

Mazzini, dimana sebenarnya gerakan Mazzini adalah 

operasi rahasia Lord Palmerston untuk mencegah setiap 

pengaruh revolusi Amerika menyebar ke Eropa.

Persis seperti Mazzini, Liang mengagumi sistem 

parlementer Inggris dan ras Anglo-Saxon : “Sebuah ras 

besar yang mewarisi semangat kebebasan dan percaya 

pada diri sendiri. Rakyat China harus belajar dari ras 

Anglo-Saxon.” Dia membandingkan antara  Perdana 

Menteri Inggris dengan penguasa Sparta masa Yunani 

kuno. Liang memuji superioritas Sparta terhadap Athena 

sebagai hasil dari disiplin dan organisasi.

Liang pun mengagumi Revolusi Prancis, dimana 

banyak esai-esainya yang berisi kekaguman terhadap 

peristiwa poiltik Eropa itu . Meski beberapa kali ia 

mempertanyakan pembantaian massal aktifis Jacobins, 

tetapi seperti telah diduga sebelumnya, ia mengalihkan 

pujiannya kepada diktator sayap kanan Napoleon. Sikap 

ini membawanya dekat dengan pemikiran ahli hukum 

Swiss, Johann Kaspar Bluntschli. Liang mengutip 

pendapat Bluntschli dalam perdebatannya dengan Sun Yat 

Sen, dalam esai berjudul “Tentang Pencerahan Absolut”, 

bahwa “..lawan dari absolutisme bukanlah demokrasi atau 

republikan, tetapi anarki. Revolusi seperti itu hanya akan 

membawa kepada sistem diktator, bukan republik.” Dia 

 

Sun Yat Sen, Patriot yang  

Cinta China 

   


Menghalangi Jaringan Chicago

Reinsch memimpin firma konstruksi gabungan 

dari Amerika, Inggris, Prancis dan Jerman, 

mengimplementasikan serta memodifikasi proposal 

proyek Sun Yat Sen. Dia mendirikan Sino-International 

Construction Company, untuk penggabungan dan 

perluasan sistem rel kereta China. Dia tersengat dengan 

penolakan Presiden Wilson atas rencana besarnya 

itu , penolakan Wilson ini memicu konfrontasi 

pertama Reinsch dengan teman Gedung Putihnya itu 

hingga tahun 1919.

Reisnch mulai menyadari bahwa musuh 

terdepannya berada di gedung firma J.P. Morgan yang 

bersama Inggris berkeinginan agar China tetap terkotak-

kotak. Untuk menangkal pengaruh Morgan, Reinsch 

mencari alternatif pendonor asing bagi China. Dia 

memilih Frank Vandelip, Direktur National City Bank, 

dan membantu Frank mendirikan American International 

Corporation (AIC) tahun 1915. Awalnya kerjasama baru 

ini terlihat menjanjikan, beberapa  proyek besar 

pembangunan rel kereta di China tengah dan selatan, 

beberapa proyek pelabuhan dan kanal, sedang 

dinegosiasikan tahun 1916. Namun Reinsch kembali 

dipotong langkahnya, AIC belakangan berpindah ke sisi 

Morgan dan korporasi Inggris.

Reinsch kembali ke Chicago menemui John 

Abbott (Continental and Commercial Trust and Savings 

Bank), yang dipandangnya lebih bebas dari pengaruh 

Wall Street dan London.  saat  jaringan Chicago ini 

mulai menampakkan hasil dengan beberapa  dana 

pinjaman, program pembangunan yang akan 

dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah China baik 

utara maupun selatan, J.P. Morgan melakukan lobi 

rahasia dengan Sekretaris Negara Robert Lansing untuk 

menahan pergerakan jaringan Chicago.

Sementara itu, Jepang mulai bertindak vokal dan 

menyerukan perang atas hak-hak khususnya di China, 

melawan kebijakan Pintu Terbuka (Open Door Policy) 

milik Reinsch. Reinsch adalah penyanggah besar desain 

imperialis Jepang di China, pun mengetahui bahwa 

Inggris dan Wall Street telah mensabotase setiap 

rencananya bagi pembangunan China bersatu. Rencana 

dan program Reinsch disadari akan menyerang 

kepen t ingan-kepen t ingan  Jepang ,  t e rmasuk  

membahayakan hubungan Barat dengan Tokyo. Reinsch 

memperingatkan Washington akan bahaya ambisi 

Jepang, terutama saat  Jepang merebut lingkar pengaruh 

Jerman di China. Provinsi Shandong - tidak lama setelah 

J.P Morgan  sebagian peneliti meyakini bermain 

sebagai tangan Inggris di Amerika, berperan penting 

terlibat dalam formasi besar konsorsium para bankir di 

China tahun 1909. konsorsium itu  terdiri dari para 

bankir dari Amerika, Inggris, dan Jerman. Inggris melalui  

Sir Charles Addis (HSBC bank) mengendalikan seluruh 

arah konsorsium bersama J.P Morgan. Meski telah 

membiayai mega proyek jalur kereta Shanghai-Kanton, 

tugas utama konsorsium itu adalah mensokong dinasti 

Ching menghadapi tekanan kaum Republikan.

saat  Presiden Woodrow Wilson menggantikan 

Roosevelt tahun 1913, salah satu agenda kerjanya yaitu 

pertama kali menarik perusahaan Amerika dari 

Konsorsium, karena konsorsium hanyalah alat imperialis 

di China. Wilson menunjuk Profesor Paul Reinsch 

sebagai utusan khusus ke China. Reinsch seorang pakar 

China saat itu dan salah satu pendiri American Political 

Science Association bersama Woodrow Wilson.

Reinsch bernegosiasi soal lusinan kontrak proyek 

di China antara tahun 1913-1919. Hal itu termasuk proyek 

pengendalian banjir dan irigasi disebut Huang River 

Conservation, master plan proyek sistem rel terpadu dan 

penambahan 10.000 mil jalur kereta dalam 20 tahun, 

proyek pengembangan kapal laut komersil dan militer 

milik Bethlehem Steel, eksplorasi minyak bumi oleh 

Standard Oil, rekonstruksi Grand Canal, beberapa 

program agrikultur, dan banyak lagi. Sayangnya, hanya 

sedikit dari proyek-proyek di atas yang berakhir dengan 

penyelesaian.

Reinsch tidak kunjung menyadari adanya 

persekongkolan kekuatan finansial internasional. 

Dimulainya Perang Dunia I bulan Agustus 1914 

mengalihkan dana pinjaman menjauh dari Asia, hal itu 

jelas mematikan program-program Reinsch. Ditambah 

faktor sabotase dari Inggris dan J.P Morgan Wall Street 

terhadap rencana-rencana Reinsch, bahkan aksi jual 

besar-besaran aset-aset di China oleh rekan Reinsch 

sendiri, penghuni Gedung Putih : Woodrow Wilson.

Reinsch tiba di China untuk menemui Presiden 

Yuan Shi-kai yang mengusir partai Kuomintang dari 

parlemen tahun 1913. Reinsch  sebagai seorang diplomat, 

mendukung pemerintahan Yuan di Peking, komitmen 

untuk mempersatukan negeri itu, dan menawarkan 

sumbangsih Amerika berupa pembangunan infrastruktur 

nasional di utara maupun selatan.

Lebih lanjut, Reinsch bertindak untuk 

mengaplikasikan rencana Sun Yat Sen membangun jalur 

kereta. Selama 1912, pada waktu Sun mengabdikan diri 

pada pemerintahan Yuan sebagai Kepala Biro Jalur Kereta 

Api Nasional, Reinsch telah membangun sistem rel 

terpadu bagi China, yang beberapa tahun kemudian diakui 

sebagai proyek terbaik dari International Development of 

China. Proyek itu berhasil menghubungkan wilayah-

wilayah China, termasuk dengan negeri tetangga melalui 

pembangunan beberapa  jalur kereta dan pelabuhan. 

Reinsch mampu memperbaiki salah satu warisan 

kolonial, dimana setiap jalur kereta memiliki ukuran yang 

berbeda sehingga tidak mungkin dilalui kereta dari 

wilayah lain.

Dengan latar belakang ini, 

fokus beralih pada desain 

konspirasi internasional 

u n t u k  m e n u m b a n g k a n  

Republik China bentukan 

Sun Yat Sen.

   


China di Shanghai April 1919, fokus dari rencananya 

adalah melanjutkan program Sun Yat Sen menyatukan 

sistem jalur kereta China, dan rekonsiliasi politik 

nasional. Sun Yat Sen sangat mendukung usaha ini, dan 

mempercayai Amerika memegang kendali dari 

manajemen finansial untuk semua pinjaman dana proyek. 

“Dimanapun, mereka menoleh pada Amerika untuk 

menyelamatkan China,” ujar Abbott.

Sun baru saja menyelesaikan proyek 

monumentalnya dalam International Development of 

China, meski sempat dituduh kapasitas pembangunan 

dan  produksinya untuk berperang, namun Sun 

beranggapan bahwa semua proyek-proyek harus dijaga 

dengan menyongsong industrialisasi China. Hal itu untuk 

mencegah negara Barat menciptakan kemerosotan, krisis 

ekonomi dan perang besar lain. Sun mengajukan 

rencanya itu kepada Reinsch.

Proyek pembangunan menjanjikan ini, 

menghadapi kendala oleh dua momen penting di 

Perancis. Pertama, Konferensi Versailles, yang 

mengakhiri PD I dan menetapkan kebijakan internasional 

paska perang. Sebuah bencana, tidak saja bagi Eropa, 

dimana beban perbaikan ekonomi Jerman yang hancur 

potensial memunculkan kembali kekuatan konspirasi dan 

rejim fasis. Kekhawatiran yang sama untuk Asia, dimana 

Presiden Wilson menjual murah seluruh aset-aset 

pen ingga lan  Bara t  d i  Ch ina ,  mesk i  t e t ap  

mempertahankan pengaruh kolonial, dan memberi 

Jepang kendali atas bekas wilayah penagruh Jerman di 

China.

Sun Yat Sen telah memperkirakan hasil Versailles 

dengan tepat sebelumnya, saat  dia menolak China 

terlibat perang terhadap Jerman. Dalam bukunya The 

Vital Problem of China (1917), Sun menantang gambaran 

Inggris terhadap Jerman dengan bertanya : “Apakah 

dibenarkan bagi Inggris merampok China, Hongkong dan 

Burma, memaksa rakyat kami untuk membeli dan 

menggunakan opium, dan menandai bagian wilayah 

China ke dalam kekuasaan dan pengaruh mereka ?..Jika 

seseorang ingin keadilan sekarang, dia harusmenyatakan 

perang terhadap Inggris, Prancis dan Rusia, bukan kepada 

Jerman dan Austria. Jika satu negara terlalu kuat untuk 

dimanfaatkan, Inggris mengorbankan sekutunya sendiri 

demi memuaskan hasrat kolonialnya. Tetapi, jika negara 

itu  menjadi terlalu lemah untuk dimanfaatkan 

olehnya, Inggris mengorbankan negara itu  untuk 

kesenangan negara lain...Inggris memperlakukan 

temannya bak petani sutera memperlakukan ulat sutra. 

Setelah sutera berhasil diurai dari kepompong, ia akan 

PD I pecah, dengan kedok  membantu Inggris dalam 

menghadapi Jerman, provinsi itu  kemudian berada 

dalam kendali penuh Jepang. Kemudian pada Januari 

1915, Jepang bergerak lebih jauh memanfaatkan 

kelengahan Eropa akibat perang, menuntut 21 hal, 

menyatakan hak ekslusif pembangunan Manchuria dan 

wilayah-wilayah vital lain di China, termasuk kekuasaan 

kebijakan atas militer, ekonomi dan pemerintahan.

Reinsch berusaha menahan klaim hak eksklusif 

Jepang terhadap Manchuria dengan mengatur pendanaan 

bagi rute rel alternatif  mengendalikan selatan Manchuria. 

Jepang memprotes proyek itu  dan menyatakan 21 

tuntutan mereka (sebagian besar telah disetujui oleh 

Presiden Yuan Shi-Kai), memberikan Jepang hak 

istimewa dalam pembangunan jalur kereta di Manchuria 

dan dalam Mongolia. Hak yang bahkan melebihi hak-hak 

pemerintahan China sendiri. Reinsch kembali dikejutkan 

dengan penolakan rencanya, bahkan Washington justru 

meyakinkan Jepang bahwa Amerika menghargai posisi 

istimewa Jepang di Manchuria.

Poros Morgan-HSBC, pada tahun 1917 

menentukan sebuah akhir dari hegemoni Amerika di 

negeri Tirai Bambu, dan memberikan kesempatan China 

bersatu dibawah prinsip-prinsip Republik. Setelah 

kematian Presiden Yuan Shi-Kai (1916), China terpecah 

kedalam berbagai klan-klan militer. Peking yang pincang 

di utara, dan pemerintahan Selatan bentukan Sun Yat Sen 

terpisah secara geopolitik; situasi yang sangat disukai 

oleh otak-otak kolonial para bankir Anglo-Amerika. Saat 

itu tidak ada yang berpikir bahwa Konsorsium diperlukan, 

karena mereka memberikan dana bukan untuk 

membangun China, melainkan untuk memisahkan. 

Pinjaman-pinjaman luar negeri yang diberikan 

memaksakan kontrol terpusat, contohnya International 

Monetary Fund (IMF) yang mengendalikan seluruh 

pinjaman dan kebijakan ekonomi  di negara-negera 

berkembang.

Pada akhir PD I, Presiden Wilson menyetujui 

pembentukan konsorsium kedua bagi China di tahun 

1918. Dua orang ditunjuk sebagai pimpinan : Sir Charles 

Addis (Ketua Grup Inggris) teman dekat Montagu 

Norman (Direktur Bank of England); sebagai ketua Grup 

Amerika, ditunjuk Thomas W. Lamont (CEO J.P. 

Morgan) yang dalam kurun 1920-1930 memiliki 

kontribusi dalam menciptakan rejim-rejim fasis di Italia, 

Jerman, dan Jepang.

Baik Addis maupun Lamont dalam tradisi 

pengaruh British East India Company terhadap Kerajaan 

Inggris, tidak saja berbicara untuk kalangan bankir tetapi 

sekaligus bagi kepentingan departemen luar negeri kedua 

negara. John Abbott pernah berusaha membuat janji 

pertemuan dengan Kepala Konsorsium, tetapi dominasi 

J.P. Morgan dalam mendanai perang di Eropa membuat 

pemerintahan Wilson tidak berani menolak tuntutan 

Morgan menjalankan konsorsium itu .

Meskipun begitu, Abbott dan Reinsch mengatur 

sebuah konferensi antara pimpinan dari Utara dan Selatan 

Thomas M. Lamont, Fasis Internasional

Setelah kematian Presiden Yuan Shi-

Kai (1916), China terpecah kedalam 

berbagai klan-klan militer. Peking yang 

pincang di utara, dan pemerintahan 

Selatan bentukan Sun Yat Sen terpisah 

secara geopolitik; situasi yang sangat 

disukai oleh otak-otak kolonial para 

bankir Anglo-Amerika.

   


desain imperialis Jepang di China, Lamont dan Inouye 

bahu membahu menggagalkan perlawanan negara-

negara Barat, termasuk Amerika Serikat. 

L a m o n t  p u n  m e n g u n j u n g i  C h i n a ,  

mempresentasikann kondisi yang diharapkan China jika 

mereka menerima bantuan dana dari Konsorsium. 

Kondisi-kondisi itu  termasuk penerimaan China 

akan kontrol internasional terhadap jalur kereta api 

nasional, penggunaan komoditas tembakau, dan 

monopoli keuntungan dari anggur. Ditambah 

pembayaran penuh bagian Jerman dalam kontrak 

pembangunan rel tahun 1911 dari Konsorsium pertama. 

Tuntutan terakhir ini keterlaluan, dimana sebelumnya 

China telah membatalkan jatah Jerman itu  begitu 

kedua negara terlibat perang tahun 1917.

Bagaimanapun hal itu bagian dari manuver J.P. 

Morgan yang telah mengatur agar kontrak dan obligasi 

milik Jerman itu  akan dijual kepada investor-

investor Amerika. Lamont bersikeras agar jatah Jerman 

itu dibayar penuh atau tidak ada lagi pinjaman dana. Dalih 

yang tepat mengingat kebutuhan China terhadap kredit 

sangat mendesak. Bahkan, selama keberadaan 

Konsorsium, belum pernah ditawarkan apalgi 

dikeluarkan pinjaman tunggal ke China.

Sun Yat Sen pun tidak lepas dari kunjungan 

Lamont, mengatakan pada Sun bahwa “Presiden Wilson 

meminta saya untuk mencari tahu cara menciptakan 

damai antara Utara dan Selatan. Saya pikir dengan 

bersama-sama, dua pemerintahan dapat membuat 

disposisi yang layak bagi para pemimpin klan militer 

(warlord).” Sun menjawab : “Damai antara Utara dan 

Selatan ? Mengapa, Ya. Berikan saja $25 juta Tuan 

Lamont, dan saya akan melengkapi beberapa korps 

militer. Segera kita akan memiliki kedamaian.” Sebagian 

sejarawan menilai