peristiwa 3
r von Braun, director of Marshall Space Flight
Center; George E. Mueller, associate administrator for
Manned Space Flight; and Lt. Gen. Samuel C. Phillips,
director of the Apollo Program.
Dalam sebuah acara tentang kebohongan-
kebohongan terselubung (Hoax Theory), Fox
Entertainment Group menampilkan data orang-orang
yang tewas karena berbagai sebab. Mereka adalah figur-
figur kunci yang terlibat dalam program ruang angkasa
NASA dan pendaratan Apollo 11.
Kecelakaan pesawat T-38, 1964.
Kecelakaan pesawat T-38, 1966.
Kebakaran roket Apollo 1, Januari 1967.
Diduga karena sikap kritisnya terhadap program ruang
Kematian Misterius
Ted Freeman.
Elliott See dan Charlie Bassett.
Virgil “Gus” Grissom.
program ruang angkasa Amerika.
Kebakaran Apollo 1, Januari 1967.
Kebakaran Apollo 1, Januari 1967.
Kecelakaan mobil, 1967.
Kecelakaan pesawat T-38, Oktober 1967.
Satu-satunya pilot X-15 yang tewas tahun 1967 dalam uji
coba terbang.
Kecelakaan pesawat, Desember 1967.
Staf NASA, tewas karena tabrakan kereta, 1967. Tidak
lama setelah menggugat tragedi kebakaran Apollo 1.
Penyelidik swasta dari San Fransisco, pernah
mewawancarai Kepala Departmen Geologi Amerika di
Washington tentang batu bulan (moon rock) yang dibawa
para astronot setelah mendarat di bulan. Jacobs
mengajukan pertanyaan, “Apakah Anda telah memeriksa
batu itu, benarkah berasal dari bulan ?” Kepala
Departemen itu tidak merespon, hanya tertawa. Paul dan
istrinya meninggal karena kanker dalam 90 hari.
Salah satu astronot Apollo 15 yang dianggap mengetahui
kebohongan-kebohongan NASA, meninggal karena
serangan jantung tahun 1991.
Amerika jelas memiliki motif dengan
“pendaratan manusia” di bulan itu , yaitu :
1. Pengalihan perhatian publik dari perang Vietnam.
Rakyat Amerika menolak perang yang banyak
mengorbankan pemuda-pemuda terbaik bangsa.
2. Kompetisi Perang Dingin (Cold War), Amerika
menginginkan kemenangan telak atas Uni Soviet dalam
perlombaan ruang angkasa. Sebelumnya, Soviet unggul
karena berhasil mengorbitkan satelit pertama di dunia,
Sputnik. Mendaratnya manusia di bulan, dianggap
kemenangan yang signifikan dan cukup murah biaya.
3. Uang, NASA memperoleh kucuran dana $30
milyar karena dianggap berhasil menempatkan manusia
di bulan.
4. Minimalisasi resiko. Kemampuan teknologi
roket yang ada saat itu belum berani diujicobakan dalam
medan sesungguhnya. Karenanya, tipuan dilakukan demi
mengurangi bahaya.
Ed White.
Roger Chaffee.
Ed Givens.
C.C. Williams.
Mike Adams.
Robert Lawrence.
Thomas Baron.
Paul Jacobs.
James Irwin.
duta global edutainment
Training Provider
untuk perusahaan, lembaga pendidikan
dan instansi pemerintah.
Achievement Motivation Training (AMT).
Smart Financial Planner
Leadership and Manajerial Skill
Duta Global Edutainment
Telp. 022 -761 61 922
MOONLANDING HOAX
MOONLANDING HOAX
MOONLANDING HOAX
MOONLANDING HOAX
PHOTOES GALLERY
Heinrich Himmler (x), pimpinan Gestapo SS
mengunjungi Peenemünde, fasilitas roket Jerman.
Pria dengan seragam hitam SS dibelakang Himmler
adalah Wernher von Braun (xx). Tampak pula
Mayor Jenderal Walter Dornberger (xxx), perwira
penanggung jawab Peenemünde.
X
XXX
XX
Wernher von Braun berjas rapi di tengah-tengah
perwira NAZI lainnya berphoto di Peenemünde.
Wernher von Braun dan Walt Disney. Von Braun
adalah teknikal direktur untuk film besutan Walt
Disney yang berjudul “Man to the Moon". Von
Braun pun memberikan saran-saran teknis untuk
fasilitas hiburan "Tomorrowland" di Disneyland
California.
Presiden Kennedy, Wernher von Braun, Jenderal
McMorrow, dand Wapres Lyndon Johnson di landasan
terbang Redstone Arsenal tak lama setelah tiba dari
Washington untuk melawat Marshall Space Flight
Center pada bulan September 1962.
Beberapa staf kunci Army Ballistic Missile Agency
(ABMA) di Huntsville, Alabama :(1). Maj. Gen.
Holger N. Toftoy, commanding officer; (2). Ernst
Stuhlinger; (3).Wernher von Braun; (4). Eberhard
Rees, deputy director, Development Operations
Division. (5).Hermann Oberth, salah satu bapak
teknologi Roket Jerman, yang bekerja untuk ABMA
dari 1955 to 1959.
1
3
2
5
4
PHOTOES GALLERY
X
XXX
XX
Von Braun saat berada di Kutub Selatan Antartika, 7
Januari 1967. Tujuannya untuk mengumpulkan
meteorit yang kemudian diklaim sebagai batu
berasal dari bulan pada missi Apollo 11.
Arthur Rudolph, salah satu mantan perwira NAZI
yang bekerja untuk mengembangkan teknologi
roket NASA bersama von Braun.
Pembom B-2 Stealth milik AS yang seharga $2 milyar
produksi Northrop Aviation adalah kloning modern
dari desain milik Horten bersaudara Ho 229 tahun
1944.
Horten bersaudara, ilmuwan muda SS yang menciptakan
pesawat anti radar tahun 1944. Di belakang tampak
model dari Ho 229.
Buku karya Wernher von Braun berdasarkan serial
sains fiksi majalah Collier milik Rockefeller.
Bom Nagasaki Dijatuhkan di Kampung
Kristen Jepang
Harry Truman, seorang anggota Grand Master of
Masonry (yang mana kakeknya pun seorang Mason).
Pada hari H pemboman Nagasaki, reporter NY
Times menuliskan "Nagasaki kota industri lebih penting
dari Hiroshima, pelabuhan angkutan/kargo, termasuk
pusat manufaktur dan perbaikan kapal-kapal perang dan
komersial Jepang."
Memang, Nagasaki memiliki pelabuhan yang
layak dilabuhi kapal-kapal besar, tetapi kota kecil sebelah
selatan pulau Kyushu ini diapit oleh pegunungan dan
lokasinya yang berjarak 600 mil barat daya Tokyo
mengurangi nilai strategis untuk dijadikan pusat kargo
kapal laut dan industri manufaktur.
Dekat Nagasaki terdapat fasilitas pembangunan
kapal Mitsubishi, namun pabrik ini luput dari pemboman.
Sementara hampir seluruh bagian Nagasaki rata dengan
tanah. Sebagian fihak justru menganggap ini
kejanggalan, bagaimana mungkin pabrik sebesar
Mitsubishi dapat luput dari target pemboman.
Nagasaki adalah kota pemancingan yang tenang
saat tahun 1542 pelaut Portugis pertama kalinya
berlabuh di sana. Dipandu oleh peta yang membawanya
ke Jepang, pada 15 Agustus 1549, seorang missionaris
Katolik Fransiscus Xaverius tiba di dekat Kagoshima.
Beliau belajar bahasa Jepang selama hampir satu tahun,
dan mulai menyebarkan agama Kristen Katolik.
Pada 1579, enam penguasa militer daerah yang
disebut Daimyo beralih menjadi Nasrani dan membawa
100.000 pengikutnya beralih keyakinan.Secara tradisi,
Jepang sangat toleran terhadap perbedaan keyakinan.
Nagasaki adalah pelabuhan yang berdekatan denga
China,karenanya banyak pedagang Buddha dari China
maupun pulau-pulau lain yang berdekatan berlabuh di
Nagasaki dan menginap.Banyak penduduk Nagasaki
yang beragama Budha, Tao dan lainnya.Tetapi pemeluk
agama baru (katolik) cukup toleran, hingga tahun 1587
penduduk pribumi yang beragama Buddha atau Shinto
telah lenyap dari kota itu .
Bagi penguasa pusat, para pedagang asing dan
penyebaran agama baru lebih tampak sebagai ancaman,
di mana Dewa Matahari memiliki tandingan yaitu Yesus
Kristus. Dalam masyakarat feudal Jepang yang bersumbu
pada hirarki dan otoritas grup social, ajaran kasih sayang
Perang Dunia II berakhir dengan dijatuhkannya dua
bom atom di Hiroshima dan Nagasaki Jepang. Tragedi
kemanusiaan yang menelan banyak korban jiwa ini
menyimpan sebuah tanda tanya besar. Nagasaki, kota
yang tidak memiliki nilai strategis militer, menjelang
hari H pemboman tiba-tiba dimasukkan mengganti
Kyoto. Mengapa ? Terlebih, bom atom Nagasaki
dijatuhkan tepat di kampung minoritas Kristen saat
itu.
Terdapat empat pilihan target militer di Jepang
sebagai sasaran dua bom atom. Salah satu diantaranya,
Kyoto dicoret dari daftar karena aspek historis dan
kepercayaannya yang sangat berpengaruh terhadap
bangsa Jepang.Sebagai gantinya, sebuah kota dengan
populasi kristen dipilih meski kota itu tidak terlalu
strategis secara militer.
Setiap Agustus perdebatan kembali mengemuka
di media-media Amerika. Salah seorang yang muncul
dalam perdebatan itu adalah Ronald Radosh -
Kolumnis majalah Front Page. Pertanyaan yang palng
penting dalam diskusi itu yaitu "Apakah seharusnya
pada 6 Agustus 1945, Amerika menjatuhkan bomb atom
di Hiroshima ?" Jika mempertimbangkan fakta invasi
besar-besaran Jepang di Asia-Pasifik, tewasnya sekitar
seperempat juta pemuda Amerika dalam perang Pasifik,
satu juta-lebih rakyat Jepang yang tewas, dan penderitaan
panjang di dua fihak; rata-rata rakyat Amerika akan
menjawab Ya, kita harus menjatuhkan bom atom.
Kenyataannya saat itu Amerika hanya memiliki 3
buah bom atom, satu untuk uji coba dan sisanya langsung
digunakan pada tragedi kemanusiaan Hiroshima dan
Nagasaki.
Tetapi kita harus mempertimbangkan pula
pertanyaan yang berseberangan dan terjawab setelah 60
tahun lebih sejak peristiwa itu . Mengapa militer
Amerika baru menjatuhkan bom kedua di Nagasaki tiga
hari kemudian setelah Hiroshima ? Jawabannya bisa jadi
sangat mengejutkan atau membuat anda ngeri.
Seperti telah disebut di awal, Nagasaki mulanya
tidak termasuk sasaran pemboman. Pada akhir Juli 1945,
pejabat Militer dan Proyek Manhattan telah memilih
empat kota sasaran pemboman. Kota-kota itu yaitu :
Hiroshima - pusat industri dan wilayah pegelaran militer
dan angktan laut Jepang; Kedua : Kokura salah satu pusat
persenjataan dan amunisi terbesar; Ketiga : Niigata, kota
pelabuhan besar yang mampu menampung kapal-kapal
tanker, penyulingan minyak dan fabrik besi baja;
Keempat adalah Kyoto, kota tua dan penting karena
terdapat pusat-pusat industry suku cadang senjata,
kavaleri dan pesawat.
Namun pada saat-saat terakhir Menteri
Peperangan Henry Stimson mencoret Kyoto dan
menggantinya dengan Nagasaki atas persetujuan Presiden
Nagasaki adalah kota pemancingan
yang tenang saat tahun 1542 pelaut
Portugis pertama kalinya berlabuh di
sana. Pada 15 Agustus 1549, seorang
missionaris Katolik Fransiscus
Xaverius tiba di dekat Kagoshima, dan
mulai menyebarkan agama Kristen
Katolik.
Oleh : Lowell Ponte. Kontributor Front Page Magazine
Di sekitar Nagasaki, ratusan koin perak
ditawarkan kepada para pastur, biarawan atau penganut
Kristen biasa. Mereka kemudian diharuskan menginjak
patung salib atau gambar Yesus. Upaya desakralisasi
symbol-simbol Kristen, sekaligus menenggelamkannya
jauh ke dalam bumi melalui beragam siksaan dan
perburuan.
Shogun mengarahkan hal di atas untuk menolak
Yesus Kristus, disisi lain mengakomodir kepercayaan
local Nagasaki pada Dewa pelindung kota Shuwa Shrine.
Setiap tahun di awal Oktober, warga Nagasaki
masih mengadakan festival Kunchi sebagai penghargaan
pada Shuwa Shrine. Dirayakan dengan tarian naga,
Kokkodesho, yang dikenalkan oleh saudagar-saudagar
China, dan tarian Hurrah yang dulu diajarkan para pelaut
dari Belanda.
Para pedagang asing terjepit di sebuah pulau
dekat Nagasaki. Sekitar tahun 1640, Shogun Menutup
komunikasi dan perdagangan Jepang dengan dunia luar
selama dua abad berikutnya.
Jepang kembali membuka diri pada pertengahan
abad ke-19. Perdagangan dilanjutkan dengan banyak
negara-negara barat, termasuk Amerika. Karya seni dan
budaya Jepang yang eksotik mempesona banyak seniman
Barat. Seniman Italia, Giacomo Puccini menampilkan
sebuah pertunjukkan opera tentang kisah tragis serang
gadis Jepang yang ditinggal dalam keadaan hamil oleh
kekasihnya pelaut Amerika : Madam Butterfly, di
Nagasaki.
Pada tahun 1859, missionaris Kristen diijinkan
memasuki Nagasaki. Tahun 1873, ajaran Kristen
diijinkan disebarluaskan di kepulauan Jepang. Tahun
1895, dimulai pembangunan gereja katolijk Roma di
Urakami, pinggiran Nagasaki. Gereja Katedral itu
menjadi bangunan Kristen terbesar di timur jauh.
Ternyata ada fakta yang mengejutkan para
missionaris, lebih dari 30.000 warga Kakure Kirishitan
menyembunyikan kekristenan mereka agar selamat dari
eksekusi selama dua abad. Sekarang, dalam momen yang
mengharukan, mereka beribadah sesuai keyakinannya
secara terbuka. Paus Pius IX memberkati warga Nagasaki
pada tahun 1867, terkhusus 26 martir Kristen yang
diangkat sebagai orang suci (saint).
Yesus dapat memporakporandakan tatanan sosial yang
telah mapan selama berabad-abad.
Tahun 1587, Shogun Toyotomi Hideyoshi
mengeluarkan dekrit yang mengharamkan ajaran Kristen
dan memerintahkan kaum Jesuit keluar dari Jepang dalam
20 hari. Peraturan pertama yang memulai intimidasi
terhadap kaum Nasrani di Jepang.
Pada tahun 1597, Hideyoshi menangkap 26
misionaris 6 Fransiscan, 3 Jesuit, dan 17 kaum Nasrani
Jepang disalib di kota Nagasaki. Setahun kemudian, 137
gereja ordo Jesuit di wilayah itu dihancurkan berikut
sekolah dan seminari.
Hideyoshi meninggal thaun 1598, perburuan
kaum Nasrani Jepang sempat ikut terhenti bersama
kematiannya. Tetapi tahun 1612, Shogun Tokugawa baru,
mengeluarkan pembatasan penyebaran jaran Kristen,
yang disusul pembatasan skala nasional dua tahun
kemudian.
Sekurang-kurangnya 51 kaum Nasrani di
eksekusi di Nagasaki pada tahu 1622, dua tahun
berikutnya 50 orang dibakar hidup-hidup di Edo (Tokyo).
Semakin banyak orang asing yang keluar dari Jepang
karena takut mengalami hal yang sama. 30 lebih
misionaris dieksekusi pada tahun 1633, dua tahun
kemudian dua orang warga Jepang yang telah lama
tinggal di luar negeri pun dilarang kembali ke Jepang,
karena dikhawatirkan membawa ajaran atau gagasan
asing.
Penguasa Jepang beralasan untuk takut terhadap
perkembangan Kristen, di tahun 1614 tidak kurang dari
300.000 warga Jepang telah beragama Kristen (10% dari
populasi saat itu). Jika tidak segera dicegah, ajaran asing
ini dikhawatirkan akan menguasai Jepang sepenuhnya.
Untuk mencegahnya, para Daimyo dilarang beragama
Kristen atau beralih pada agama itu , dan ribuan umat
Nasrani dieksekusi.
Pada tahun 1597, Hideyoshi
menangkap 26 misionaris 6
Fransiscan, 3 Jesuit, dan 17
k a u m N a s r a n i J e p a n g
disalib di kota Nagasaki.
Setahun kemudian, 137
gereja ordo Jesuit di wilayah
itu dihancurkan berikut
sekolah dan seminari.Shogun Toyotomi Hideyoshi
Bom mengandung plutonium yang disebut “Fat
Man” dijatuhkan dari pesawat B-29 pukul 11.02 siang.
Bom itu lebih besar dari yang dijatuhkan di
Hiroshima, dengan daya ledak 21.000 ton TNT,
menghancurkan apa saja yang ada di atas tanah Nagasaki
dalam radius 1.2 kilometer. Rumah, tanaman dan manusia
hancur lenyap bersama membumbungnya asap
cendawan.
Saat itu, diperkirakan 73.884 orang tewas
setidaknya satu dari 10 adalah warga Kristen. 75.000
orang lainnya menderita kebutaan, kulit terbakar, atau
cacat karena ledakan maupun reruntuhan bangunan.
Ribuan lebih lainnya meninggal karena radiasi nuklir
beberapa hari dan bulan setelahnya.
Seorang penulis menyatakan, “Ironis, bom telah
membunuh lebih banyak orang Kristen di Nagasaki,
daripada yang dilakukan Shogun berabad-abad
sebelumnya.”
Pertanyaan sejarah yang belum terawab hingga
saat ini adalah, “Mengapa terjadi perubahan kebijakan
yang menempatkan Nagasaki dalam target operasi militer
itu ?” Kota yang tidak signifikan secara milliter
harus menerima ledakan dari bom yang dua kali lebih
hebat dari dua bom atom lainnya.
Beberapa asumsi bermunculan seiring dengan
diketahuinya latar belakang para perencana serangan
itu , Presiden Harry.S. Truman adalah seorang Mason
(anggota Freemasonry), begitu pula Mentri Peperangan
Henry Stimson. Apakah ini bagian dari rencana kaum
pemuja Setan (Luciferian) untuk menghapuskan agama-
agama, khususnya Kristen saat itu ?
Yang pasti, pemilihan Nagasaki adalah bagian
dari sejarah gelap anak manusia, khususnya rakyat
Amerika diantara sejarah-sejarah yang masih gelap
hingga saat ini : Apollo 11,pembunuhan JFK, Marthin
Luther King, Malcolm X, tragedi WTC, dan banyak lagi.
Seorang penulis menyatakan,
“ I r o n i s , b o m t e l a h
membunuh lebih banyak
orang Kristen di Nagasaki,
daripada yang dilakukan
S h o g u n b e r a b a d - a b a d
sebelumnya.”
QUARTER PAGE
ADS
8.75 X14 CM
Bom Atom Fat Man yang dijatuhkan di kampung
minoritas Kristen Nagsaki
Pearl Harbor dan Pengkhianatan Roosevelt
Dirangkum dari buku : Pearl Harbor, Mother of All Conspiracies
Penulis : Mark Emerson Willey
“..Semua yang direncanakan Jepang sebelum Pearl
Harbor, sebenarnya telah diketahui oleh
Amerika..”Army Board, 1944.
Salah satu tragedi yang membawa korban banyak
adalah serangan Jepang kepada pangkalan angkatan laut
Amerika di Pearl Harbor. Sontak publik dan dunia terkejut
dengan serangan yang meluluhlantakkan basis militer
negara adidaya itu. Di dalam negeri, dukungan bagi
pemerintah dan militer Amerika untuk terlibat perang dan
menghancurkan kekuatan fasis (Jerman-Italia-Jepang
yang tergabung dalam Axis) sangat kuat. Dukungan yang
sama diraih pemerintah George H. Bush dalam
memerangi terorisme, paska tragedi 11 September 2001.
Puluhan tahun berlalu, tidak banyak publik
mengetahui bahwa rencana Jepang menyerang Pearl
Harbor telah diketahui jauh sebelumnya. Bahkan banyak
analisis para sejarawan dan akademisi yang menyatakan
bahwa tragedi Pearl Harbor diperlukan militer Amerika
sebagai alasan terlibat dalam perang.
Sebuah surat kabar di Honolulu-Hawaii tanggal
30 November 1941 memuat iklan berjudul "Japanese May
Strike over Weekend !" di halaman muka. Iklan itu
bahkan memprediksi waktu serangan dengan akurat
delapan hari dari tanggal edisi surat kabar itu .
Pemerintah bereaksi, menurut beberapa sumber
militer, aparat berusaha menghancurkan seluruh bukti-
bukti bahkan pergi ke rumah sakit Hawai dan
menghancurkan edisi surat kabar yang memuat iklan
itu . Beruntung, prajurit Paul Brown melihat aksi itu
dan mengamankan surat kabar miliknya dari
penghancuran. Berkat prajurit itulah, kita semua
mengetahui dusta yang telah dibenamkan pada seluruh
warga dunia selama puluhan tahun.
Hasrat Perang Roosevelt
Dari runutan tahun-tahun sebelum kejadian
serangan Pearl Harbor, jelas terlihat bahwa Amerika
memiliki keyakinan kuat akan adanya serangan itu .
Pada tahun 1932, latihan gabungan militer Amerika
melakukan simulasi serangan mendadak pada Pearl
Harbor dan sukses menduduki pangkalan itu . Dalam
latihan militer lainnya (1938), Laksamana Ernst King
sukses memimpin simulasi serangan udara dari USS
Saratoga terhadap Pearl Harbor. Dari dua latihan militer
ini, militer Amerika secara persis telah mengetahui titik-
titik lemah dari Pearl Harbor.
Tahun 1940, Presiden Franklin De Roosevelt
(FDR) memerintahkan armada dipindahkan dari West
Coast ke Hawaii dan tetap ditempatkan di Pearl Harbor
meski mendapat protes dari Laksamana Richardson
karena pelabuhan itu tidak memiliki perlindungan dari
serangan udara dan torpedo. Kritik Richardson ini
mengemuka ke publik bahwa dia telah membantah
perintah Presiden dua kali, yang berakibat dia diganti dari
jabatannya.
7 Oktober 1940 Analisis intelijen angkatan laut
McCollum menulis 8 poin memo tentang bagaimana
memancing Jepang berperang dengan Amerika.
Selanjutnya FDR mulai menggunakan memo itu ,
dimana semua poinnya terlaksana.
23 Juni 1941 Penasehat Harold Ickes menulis
surat untuk FDR setelah invasi Jerman terhadap Soviet,
“Mungkin kita harus mengembargo minyak Jepang
sebagai cara efektif untuk terlibat perang...” Bulan
berikutnya, FDR membekukan seluruh aset Jepang di
A m e r i k a s e b a g a i t a k t i k m e m a k s a J e p a n g
mendeklarasikan perang dengan Amerika.
14 Agustus Dalam Konferensi Atlantik,
Churchill mencatat keinginan kuat FDR untuk berperang.
Churchill mengirimkan kabel pada staf kabinetnya,
“FDR secara jelas sangat bulat hati untuk terlibat.”
18 Oktober Sebuah diary dari Sekretaris Harold
Ickes :”Untuk waktu yang lama, saya meyakini cara
terbaik kita terlibat perang adalah melalui Jepang.”
Menurut Churchill, sejak akhir 1940 fihak
Amerika telah berhasil menembus kode-kode rahasia
Jepang, termasuk beberapa bersar telegram militer dan
diplomatik. Seorang ahli sandi angkatan laut menulis
untuk Cryptologia, bulan Juli 1982 : “Sejauh ini, seluruh
sandi-sandi saling berpautan. JN-25B sandi Jepang
tersulit yang berhasil dipecahkan tim intelijen angkatan
laut Amerika. Berisi kosakata Jepang, ditambah karakter
huruf China....”
The Honolulu Advertiser memuat publikasi rencana
serangan Jepang engan tepat. Sekarang disimpan di Punta
Gorda Florida Military Museum.
Seluruh skema Pearl Harbor terdapat dalam kode
itu . Tahun 1979, NSA menyatakan 2.413 perintah
kode JN 25 dari 26.581 kode, telah berhasil disadap oleh
Amerika antara 1 September dan 4 Desember 1941.
Menurut NSA, “Kami mengetahui kode-kode itu berisi
detil-detil penting tentang keberadaan, organisasi,
obyektif, dan bahkan dimana armada penyerangan Pearl
Harbor.” FDR sendiri secara pribadi melakukan brifing
dua kali dalam sehari bersama ajudannya, Kapten John
Beardell, tentang lalu lintas pesan JN-25.
Jauh sebelumnya, khususnya di tahun 1941, pemerintah
FDR menerima banyak peringatan dan petunjuk-petunjuk
bahwa Jepang benar-benar serius akan menyerang Pearl
Harbor. Berikut peringatan-peringatan itu :
Peringatan yang Diabaikan
27 Januari 1941, Dr. Ricardo Shreiber duta besar
Peru di Tokyo, menyampaikan pada Max Bishop
(Sekretaris tiga kedutaan Amerika di Jepang), bahwa dia
mempelajari dari sumber-sumber intelijen adanya
rencana perang diantaranya serangan mendadak ke Pearl
Harbor.
31 Maret 1941, sebuah laporan angkatan laut
ditulis Bellinger dan Martin memprediksi jika Jepang
memulai perang dengan Amerika, mereka pasti akan
menyerang Pearl Harbor tanpa memberi peringatan
diwaktu pagi-pagi sekali, dengan pesawat udara. Selama
1941, para perencana angkatan laut telah meyakini jika
Jepang akan menyerang armada Amerika dimanapun itu.
Itulah bahaya terbesar dari Jepang. Armada itu satu-
satunya ancaman bagi rencana Jepang. Armada di Pearl
Harbor satu-satunya target militer strategis tingkat tinggi.
Logikanya, Jepang tidak dapat melakukan operasi besar
jika masih ada armada Amerika dibelakang mereka. Awal
serangan serius yang menghancurkan armada Amerika di
Hawaii satu-satunya kesempatan bagi militer Jepang
meraih kemenangan yang membanggakan.
10 Juli, Atase militer Smith-Hutton di Tokyo
melaporkan, angkatan laut Jepang secara rahasia berlatih
serangan torpedo di teluk Ariake. Teluk itu dibuat
menyerupai Pearl Harbor.
Juli, Atase militer Amerika di Mexico
meneruskan laporan bahwa Jepang sedang membangun
sebuah kapal selam kecil khusus untuk menyerang
armada Amerika di Pearl Harbor.
10 Agustus 1941, agen top Inggris dengan sandi
“Tricycle”, Dusko Popov, menginformasikan pada FBI
rencana serangan terhadap Pearl Harbor segera. FBI
beranggapan informasi itu “terlalu tepat, terlalu lengkap
untuk dipercayai. Kuesioner plus informasi lain yang
anda bawa sangat detil menjelaskan dimana, kapan,
bagaimana dan oleh siapa kita akan diserang. Itu lebih
mirip jebakan.” Popov pun melaporkan bahwa perwira
senior Jepang telah pergi ke Taranto untuk
mengumpulkan semua data-data rahasia dan paling
penting mengenai serangan. Informasi Popov ini
disampaikan ke Angkatan Laut Amerika.
Awal musim gugur, Kilsoo Haan, agen Sino-
Korean People League, memberitahu Eric Severeid dari
CBS bahwa perlawanan Korea di Korea dan Jepang telah
memiliki bukti positif bahwa Jepang sedang akan
menyerang Pearl Harbor sebelum Natal. Di akhir
Oktober, Haan akhirnya dapat menyakinkan Senator
Amerika Guy Gillette akan rencana Jepang itu .
Gillette memperingati Deplu, Intelijen Militer dan
Angkatan Laut, dan FDR.
24 September 1941, pesan berisi “bomb
plot” kode J-19 dari intelijen angkatan laut Jepang
untuk Konjen Jepang di Honolulu meminta grid-grid
lokasi dari kapal-kapal Amerika di Pearl Harbor
berhasil dipecahkan. Tidak ada alasan yang lebih
tepat untuk mengetahui posisi tepat setiap kapal,
kecuali karena ingin melakukan penyerangan.
Turner (Kepala Rencana Peperangan) dan Stark
(Kepala Operasi Angkatan Laut) berulang kali
....”
Kriptogram Jepang JN25-B
Memperingatkan fihak-fihak berwenang baik di
Washington, maupun di Hawaii. Janggalnya, Kepala
Intelijen Angkatan Laut Kapten Kirk dicopot karena
bersikeras terus memperingati pusat komando. Informasi
dari Stark dan Turner berikut pencopotan Kirk tidak
diungkap dalam penjelasan resmi militer, hal itu dapat
membebaskan para komandan di Hawaii tuduhan
ketidaksiapan mengantisipasi Jepang, dan menegaskan
kesalahan Washington di pengadilan militer. Mengapa
FDR membiarkan operasi mata-mata Jepang yang begitu
mencolok dan berhasil disabot, sementara dia
menghentikan investigasi 2 anggota kongres di akhir
1941, fakta ini masih teka-teki. Bom plot ditujukan
kepada “Chief of 3rd Bureau, Naval General Staff”
ditandai Secret Intelligence message, lengkap dengan
nomor seri, jadi surat itu tidak mungkin tidak sampai. Isi
surat itu sebagai berikut :
“Strictly secret.
“Henceforth, we would like to have you
make reports concerning vessels along the
following lines insofar as possible:
“1. The waters (of Pearl Harbor) are to
be divided roughly into five subareas (We
have no objections to your abbreviating
as much as you like.)
“Area A. Waters between Ford Island and
the Arsenal.
“Area B. Waters adjacent to the Island
south and west of Ford Island.(This area
is on the opposite side of the Island
from Area A.)
“Area C. East Loch.
“Area D. Middle Loch.
“Area E. West Loch and the communication
water routes.
“2. With regard to warships and aircraft
carriers, we would like to have you
report on those at anchor (these are not
so important) tied up at wharves, buoys
and in docks. (Designate types and
classes briefly. If possible we would
like to have you make mention of the fact
when there are two or more vessels along
side the same wharf.)”
Sebuah analisis pertumbuhan frekuensi trafik
pesan dari berbagai konsulat Jepang memberikan
identifikasi lain tentang persiapan perang. Dari Agustus
hingga Desember, terdapat 6 pesan dari Seattle, 18 dari
Panama, 55 dari Manila dan 68 dari Hawaii.
Oktober, agen kawakan Soviet Richard Sorge,
menginformasikan Kremlin bahwa Pearl Harbor akan
diserang dalam 60 hari. Moscow meneruskan informasi
ini pada Amerika. Anehnya, seluruh referensi tentang
Pearl Harbor di Departemen Perang berupa laporan Sorge
berisi 32.000 kata, dihapus.
16 Oktober, FDR benar-benar menghina duta
besar Jepang, dan menolak bertemu dengan Perdana
Menteri Konoye.
1 November, perintah kode JN-25 untuk
melanjutkan latihan dan siap menyergap dan
dan menghancurkan musuh (Amerika).
13 November, duta besar Jerman untuk Amerika,
Dr. Thomsen menginformasikan bahwa Pearl Harbor
akan diserang.
22 November, Tokyo meminta dubes Nomura di
Washigton untuk memperpanjang waktu negosiasi
hingga 29 November, “...batas waktu yang kita maksud
sesungguhnya tidak dapat diubah. Setelah itu segala
sesuatu otomatis akan terjadi.”
23 November, perintah JN25 : “Serangan udara
pertama telah disiapkan ntuk jam 0330 (waktu Tokyo atau
jam 8 pagi waktu Honolulu) pada hari X.”
25 November, Inggris berhasil memecahkan
pesan “Winds” yang dikirim tanggal 19 November.
Amerika berhasil memecahkannya pada 28 November,
pesan dengan kode J-19 adalah sinyal perang dibalik
laporan cuaca melalui radio Tokyo : Hujan berarti perang,
timur (Higashi) artinya Amerika.
25 November, Sekretaris Perang Henry Stimson
mencatat dalam buku hariannya “FDR menyatakan
bahwa kita sepertinya akan diserang mungkin secepatnya
Senin depan.” FDR bertanya : “pertanyaannya adalah
bagaimana kita mengarahkan mereka pada posisi
penyerangan yang tidak terlalu berbahaya bagi kita.
Dengan membiarkan Jepang menyerang dahulu, akan
menumbuhkan kemarahan dan kebencian dalam rangka
meraih dukungan rakyat Amerika terhadap kita, sekaligus
menempatkan Jepang sebagai agresor.”
25 November, Yamamoto mengirimkan pesan
radio dalam perintah JN-25 : “(a) Seluruh satuan tugas,
tetap bergerak sangat rahasia dan hati-hati terhadap kapal
selam dan pesawat. Lanjutkan menuju perairan Hawaii,
serang kekuatan utama armada Amerika di Hawai dengan
ledakan mematikan. Penyerangan direncanakan pagi hari
pada hari X kepastian tanggal akan diberikan pada
perintah selanjutnya. (b) Jika negosiasi dengan Amerika
terbukti berhasil, seluruh satuan tugas harus menahan diri
dalam status siaga untuk segera kembali dan berkumpul.
(c) Satuan tugas akan meninggalkan Hitokappu Wan pada
pagi, 26 November dan menuju posisi stand-by pada sore,
4 Desember.
Perintah ini berhasil disabot oleh Inggris (25
November) dan Belanda (27 November). Pada 26
November, intelijen angkatan laut melaporkan adanya
konsentrasi unit-unit armada Jepang pada sebuah
pelabuhan tidak dikenal dan bersiap untuk tindakan
ofensif.
Perintah berlayar Jendral Yamamoto, kode JN-25, 25 November 1941 yang
berhasil disabot oleh intelijen Inggris
26 November, pkl. 3 pagi, Churchill mengirim
pesan rahasia mendesak kepada FDR, kemungkinan
berisi pesan Yamamoto di atas. Pesan churchill ini cukup
berhasil memprovokasi Washington D.C. Stark (Kepala
Operasi Angkatan Laut), menyatakan dibawah sumpah
bahwa pada 26 November telah diterima bukti-bukti
spesifik dari maksud Jepang untuk memulai perang
ofensif dengan Inggris dan Amerika. Direktur CIA
William Casey dalam bukunya The Secret War Against
Hitler menuliskan “Inggris telah mengirimkan peringatan
bahwa armada Jepang sedang bergerak menuju Hawaii.”
Washington, dalam sebuah perintah tanggal 26 November
sebagai hasil dari pertemuan hari sebelumnya,
memerintahkan kapal induk USS Enterprise dan
Lexington keluar dari Pearl Harbor “as soon as
practicable.” Perintah ini termasuk 50 pesawat tempur
(40% dari kekuatan pesawat di Pearl Harbor),
mengakibatkan Pearl Harbor lemah perlindungan udara.
Sebagai respon terhadap pesan Churchill, FDR secara
rahasia mengirimkan kabel “Negosiasi ditutup. Servis
diharapkan dalam dua minggu.” FDR yang memantau
negosiasi Amerika Jepang sebelumnya, dapat
memperkirakan waktu hari H serangan terhadap Pearl
Harbor.
26 November, Amerika mengultimatum Jepang
untuk keluar dari Indochina dan seluruh jazirah China.
Duta besar Amerika di Jepang menyebut ultimatum ini
sebagai “dokumen yang menekan tombol peperangan.”
27 November, Sekretaris Peperangan Henry
Stimson mengirimkan dua pesan membingungkan, untuk
Jenderal Short dan Laksamana Kimmel. Pesan untuk
Short mengatakan negosiasi sangat mungkin masih bisa
dilanjutkan, sementara untuk Kimmel dikatakan
negosiasi berakhir dan Jepang bersiap untuk aksi agresif.
Kepada Jenderal Short,
Negosiasi dengan Jepang nampaknya diakhiri bagi
seluruh tujuan-tujuan praktis kecuali bagi kemungkinan
terbuka bahwa pemerintah Jepang kembali meminta
dilanjutkan. Tindakan Jepang waktu yang akan datang
sangat tidak bisa diprediksi, namun tindakan permusuhan
dapat terjadi kapan saja. Jika konflik tidak, diulangi tidak,
mampu dihindari; pemerintah Amerika menghendaki
Jepang melakukan tindakan pertama (first over act).
Kebijakan ini tidak dapat, ulangi : tidak dapat, dipandang
sebagai membatasi anda dari tindakan yang
Pernyataan FDR yang menghendaki tindakan
over act Jepang menunjukkan bahwa dia sesungguhnya
telah tahu rencana Jepang. FDR jelas akan membiarkan
Jepang menyerang armada Amerika di Pearl Harbor.
29 November, Hull duduk di Lafayette Park
seberang Gedung Putih bersama reporter United Press,
Joe Leib. Hull memperlihatkan sebuah pesan yang
dikirim Churchill 26 November, bahwa Pearl Harbor
akan diserang tanggal 7 Desember. New York Times 12
Agustus 1941 menampilkan tajuk “Attack Was
Expected”, berisi laporan bahwa Amerika mengetahui
rencana penyerangan Pearl Harbor satu minggu
sebelumnya. Besar kemungkinan Leib bukan satu-
satunya reporter yang diberi tahu oleh Hull.
29 November, FBI menyadap percakapan
telephon antara Dubes Kurusu di Washington dengan
Kepala Urusan Luar Negeri, K. Yamamoto di Tokyo.
Pesan itu adalah :
“Katakan, apa itu jam nol. Lagipula,
saya tidak dapat lagi meneruskan upaya diplomasi.”
“Baiklah, Saya akan katakan. Jam
Nol adalah 8 Desember di Pearl Harbor.”
30 November waktu Amerika (1 Desember waktu
Tokyo), armada Jepang menyiarkan lewat radio perintah
angkatan laut kerajaan (JN-25) : “Jepang, demi
kepentinga membela diri dan mempertahankan negara,
telah mencapai posisi untuk mendeklarasikan perang
dengan Amerika.” China yang merupakan sekutu
Amerika pun telah mengetahui perintah itu dari
pesawat Jepang yang tertembak jatuh dekat Kanton hari
itu. Sontak Jepang melakukan pertemuan darurat karena
khawatir China membocorkannya ke Amerika.
2 Desember, Komandan Armada Gabungan
Jepang, Yamamoto mengirimkan pesan radio pada
armada penyerang Jepang bersandi “Clim Niitakayama
1208”. Niitakayama adalah puncak gunung tertinggi di
Jepang, 1208 berarti 8 Desember waktu Jepang, atau 7
Desember waktu Amerika. Pesan ini bukan berupa sandi,
jadi saat Amerika berhasil menyadapnya, dipastikan
mereka telah mengetahui kapan serangan dilakukan.
7 Desember 8.30 sore, FDR berkata dalam rapat
kabinet, “Kita memiliki alasan untuk yakin bahwa Jerman
telah meyakinkan Jepang, jika Jepang mendeklarasikan
perang, Jerman akan ikut. Dengan kata lain, pernyataan
perang dengan Jepang secara langsung terealisasi.....”
Menteri Tenaga Kerja Frances Perkins mengatakan “Saya
merasakan ada sesuatu yang salah. Situasi ini tidak seperti
yang tampak pada kita.”
Meski peralatan yang hancur di Pearl Harbor
mayoritas telah berusia tua, namun serangan ke Pearl
Harbor telah mengobankan anak-anak muda Amerika,
yang sesungguhnya mereka siap mati dalam pertempuran
yang sejati. Tetapi mereka tewas sebagai tumbal hasrat
Kurusu :
Yamamoto :
Perang yang diinginkan
perang Presidennya.
Washington membentuk Komisi Robert (Robert
Comission) untuk menyelidiki mengapa Jepang begitu
mudah meluluhlantakkan salah satu pangkalan militer
Amerika itu. Namun, komisi itu serta merta menyalahkan
Jenderal Short dan Laksamana Kimmel. Dua orang itu
dianggap mengabaikan peringatan-peringatan perang
dari Washington dan gagal melakukan tindakan
pertahanan yang diperlukan. Dua perwira itu disalahkan
karena kelalaian dalam tugas.
Ironinya, FDR bersikeras membatasi investigasi
serangan 7 Desember terhadap Pearl Harbor. Laksamana
Standley berselisih faham mengenai temuan komisi yang
menyalahkan Short dan Kimmel, tetapi Standley tidak
menulis laporan setelah dikatakan padanya laporan
Standley dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap
pimpinan negara.
Untuk memastikan laporan Komisi sesuai
keinginannya, FDR mengharuskan dirinya memeriksa
laporan komisi sebelum dipublikasikan. Setelah yakin,
FDR memperbolehkan Komisi mempublikasikannya
kepada press.
Laporan Komisi Robert mendapat penolakan
dari sedikit orang yang mengerti situasi di Pearl Harbor.
Salah satunya Laksamana James Richardson, mantan
komandan armada Pasifik sebelum Kimmel, dia
mengecam laporan komisi : “Sangat tidak adil, dokumen
tidak jujur dan penuh tipuan yang pernah dicetak
pemerintah. Saya tidak mengerti, mengapa manusia-
manusia terhormat dalam komisi tanpa rasa sesal dan
malu mampu melakukan hal itu.”
beberapa seruan untuk penyelidikan kongres
terdengar, khusunya dari mereka yang selamat dari
serangan Jepang. Namun, sebagian besar rakyat Amerika
telah menerima dan meyakini laporan versi Komisi
Robert. Pimpinan mayoritas senat Alben Barkley
mengomentari laporan komisi dengan, “Laporan yang
berisi pandangan menyeluruh dan terhormat atas fakta-
fakta, dan warga percaya tidak ada yang
disembunyikan dari mereka. Seluruh kecurigaan harus
diakhiri, karena sekarang semua orang telah tahu apa
yang terjadi.”
Laporan Komisi yang sesuai dengan keinginan
FDR, tidak lepas dari intrik Roosevelt menempatkan
orang-orang yang terlibat di dalamnya yang loyal secara
pribadi maupun arus politik kepada pemerintahan FDR
dan agenda pro perangnya.
Bahkan dalam sebuah kesempatan di Teheran, 30
November 1943, saat bertemu Stalin, FDR menyatakan
“Jika Jepang tidak pernah menyerang Amerika, saya ragu
adanya kemungkinan untuk mengirim pasukan ke
Eropa.” Bandingkan dengan pernyataannya dalam
Konferensi Atlantik 4 bulan sebelum tragedi Pearl,
“Segala sesuatunya telah dilakukan untuk mendorong
terjadinya sebuah 'kecelakaan' untuk menselaraskan
permusuhan.” Atas pernyataan-pernyataan itu ,
serangan Jepang adalah satu-satunya kemungkinan yang
diinginkan FDR.
USS Arizona, tenggelam bersama 1170 kru di dalamnya
membantu kebangkitan partai komunis China. Thomas
Lamont dan Sir Charles Addis segera mendikte kendali
Jepang di China untuk mengamankan persengkokolan
internasional dan mulai mensponsori ekspansi Jepang,
yang sekaligus memicu Perang Dunia II (PD II).
Sebelum membahas lebih lanjut peran dari
Lamont dan Addis dalam konspirasi di China, kita
terlebih dahulu membahas latar belakang pertarungan
ideologis antara kaum pro republikan dengan konservatif
pro monarki di China. Sejak akhir 1890 hingga revolusi
replubikan (1911) dan PD I, hanya Sun Yat Sen yang
secara langsung pernah mengenyam pendidikan di luar
negeri dan terinspirasi oleh prinsip-prinsip dari Revolusi
Amerika. Lawan politik Sun saat itu, seorang filsuf China
dan aktifis politik Liang Chi-chao adalah hasil didikan
jaringan konspirasi Eropa. Sejak jaringan konspirasi
Inggris menguat untuk menghancurkan pengaruh prinsip
dan spirit revolusi Amerika, khususnya di China, maka
Sun dan Liang adalah dua kutub yang berlawanan hasil
dari pertarungan itu di akhir masa dinasti Ching.
Selagi Sun mengorganisir pergerakan pad
dekade 1890-an untuk meruntuhkan dinasti Ching
(Manchu) dan bercita-cita mendirikan negara republik
berdasarkan model sistem politik Paman Sam, Liang
berkerjasama dengan tokoh reformasi saat itu Kang You
Wei. Kang berhasil menarik perhatian kaisar muda Kuang
Hsu dimana gagasan-gagasannya selalu didengar kaisar.
Kuang Hsu mengizinkan You-wei mendeklarasikan
program-program reformasi - yang dikenal dengan
Program Reformasi 100 Hari (1898), tanpa menentang
format pemerintahan dan status semi koloni China di
bawah kekuatan Eropa (Inggris). Pengadilan kekaisaran
Ching dan militer mengambil tindakan tegas terhadap
Kuang Hsu dan You-wei, permaisuri T'zu Hsi
menempatkan putranya itu dalam sebuah tahanan
rumah.
Liang Chi-chao melarikan diri ke Jepang dimana
dia menghabiskan waktunya selama dekade pertama abad
duapuluh. Baik Liang maupun Sun Yat Sen, mengalami
pengasingan karena perannya dalam beberapa
pemberontakan bersenjata di China selatan, mendirikan
beberapa organisasi politik, dan saling bersaing
menjaring warga pengasingan lainnya di Jepang serta
tempat lain.
Konflik antara Liang dan Sun menjadi sumber
diskusi pemuda China tentang masa depan negerinya.
Sun dan pengikutnya mempublikasikan jurnal Min Bao
(Jurnal Rakyat); sementara Liang pun memiliki jurnal
disebut New Citizen, kedua jurnal itu dibaca seluruh
rakyat China. Min Bao mengkampanyekan penggulingan
sistem dinasti dan membangun sebuah republik,
sementara New Citizen menyerukan reformasi dibawah
legislasi konstitusi monarki China. Min Bao
mempromosikan tiga prinsip Sun Yat Sen yang berdasar
pada konsep pemerintahan Abraham Lincoln :
Sun vs Liang Chi-chao
Naiknya Mussolini ke tampuk kekuasaan
Italia membawa rantai kesengsaraan di seluruh Eropa
dalam kurun 1920 1930. Arsitek imperial Inggris
bekerja dalam sebuah proyek rahasia di Asia,
sementara para Bankir dunia mengawasi
pelaksanaan konferensi Versailles (1919) paska
Perang Dunia I (PD I). Raja-raja finansial dunia
bekerja dengan cepat menciptakan situasi kondusif
untuk memunculkan tirani yang didukung oleh
Bankir-bankir itu . Seting politik-ekonomi
itu di abad XX inilah yang akhirnya membawa
dunia pada Perang Dunia II.
Inggris membutuhkan Amerika untuk
menariknya keluar dari bencana kemanusiaan yang telah
diciptakan Inggris selama perang. Tetapi setelah PD I usai,
tidak menginginkan kemunculan pemerintah dukungan
fraksi republikan Amerika di seluruh Eropa dan Asia,
sebab akan mengancam hegemoni Inggris dimasa yang
akan datang. Sun Yat Sen, adalah salah satu masalah di
Asia. Sun, yang telah memimpin revolusi kebudayaan di
China 1911, gagal mengkonsolidasikan revolusi lebih
lanjut. Tetapi, dia memimpin sebuah pemerintahan di
China bagian selatan pada akhir PD I, sebagai oposisi dari
Peking. Sun adalah representasi kekuatan pro republikan
di Asia, bercita-cita membawa China keluar dari pengaruh
kongsi dagang kolonial Inggris (British East India
Company) : tentara bayaran, penyalur obat, dan para
bankir. Sun yang berlatarbelakang pendidikan di Hawaii,
menggunakan metode diambil dari sistem China jaman
dahulu, maupun sistem politik dan ekonomi Amerika.
Atas ancaman itu bagi hegemoninya,
kelompok kepentingan Inggris yang intinya ada di
Montagu Norman (Kepala Bank of England), Sir Charles
Addis (Direktur Hongkong and Shanghai Bank sekarang
dikenal dengan HSBC), dan Thomas Lamont (Kepala J.P
Morgan), menyebarkan jaringan secara militer dan politik
untuk menghancurkan Sun Yat Sen berikut pengaruhnya.
Inggris ketakutan jika kerjasama antara Sun dengan
Amerika akan melemahkan kebijakan kolonial Eropa di
China, sekaligus mendirikan poros politik republikan di
Asia. Sebagaimana yang akan dijelaskan kemudian,
saat upaya-upaya kotornya gagal menghancurkan
perjuangan Sun, Inggris bermain di balik punggung fasis
Jepang, mensuplai dana ekspansi militer Jepang di
daratan China.
Poros Inggris-J.P Morgan telah lama mengusik
Sun Yat Sen bertahun-tahun sebelum Konferensi
Versailles (1919). Mereka telah turut campur dalam
Revolusi 1911, mendirikan berbagai kediktatoran,
restorasi monarki dan panglima perang wilayah, untuk
mengusik Sun dan partainya Kuomintang (KMT) keluar
dari Peking, dan jika mungkin, membunuhnya.
Bagaimanapun, saat China dikhianati Inggris dengan
berfihak ke Jepang pada konferensi Versailles (dimana
Sun Yat Sen telah memperingatkan hal ini sebelumnya),
kebangkitan nationalisme ditindas untuk mencegah Sun
Yat Sen meraih kekuasaan. Pada sisi lain, Inggris
Sun Yat Sen Korban Persekongkolan Besar
membandingkan sekolah hukum dimasa China kuno
dengan faham absolut era Napoleon dan Bluntschli,
dalam konteks ini pendapat Liang benar. Sekolah-sekolah
legalis berfaham itu telah memproduksi faham fasis
hingga kini. Dalam sekolah-sekolah era Dinasti Chin
(221-206 SM), teks-teks kuno Konfusius dibakar dan
mengubur hidup-hidup para sarjana Konfusian.
Liang sempat melakukan perjalanan ke Amerika
tahun 1903, didanai oleh “warga Pelindung
Kerajaan (Protect Emperor Society).” Sembari melawat
komunitas Tionghoa di Amerika dan Kanada, Liang pun
bertemu dengan Presiden Theodore Roosevelt dan
J.P.Morgan, Liang terkesan dengan pembicaraan anti-
Amerika di negara Paman Sam. Pada saat sama, Liang
berpandangan : “Rakyat China harus menerima sistem
otoritarian sekarang juga, dan tidak pantas merangkul
faham kebebasan.” Liang menyatakan rakyat China
“mabuk faham republikan.”
Pergerakan revolusi Sun Yat Sen mencapai
tampuk kekuasaan ditahun 1911, segera Sun dinyatakan
sebagai Presiden pertama. Meskipun mendapat tekanan
untuk tetap tunduk terhadap Peking, revolusi telah
menggalang banyak pengaruh dan kekuasaan aktual di
China selatan. Sun tidak ingin terlibat perang dengan
pasukan Kaisar, yang berada dibawah komando Jenderal
Yuan Shi-kai. Dalam sebuah manuver untuk menghindari
perang saudara lebih besar dan mempertahankan
Republik bentukannya, Sun setuju mundur dari sebagai
Presiden dan diserahkan kepada Jenderal Yuan Shi-kai,
dengan perjanjian bahwa Yuan akan mengharagi
Republik dan sistem hukumnya. Sun mengambil posisi
sebagai kepala Biro Jalur Kereta Nasional untuk
mengejar program International Development of China.
Perhitungan Sun ternyata meleset, Yuan segera
merubah pemerintahannya kedalam bentuk diktator,
bahkan merestorasi hukum monarki sebelum
kematiannya ditahun 1916. Sun dan Kuomintang terusir
dari pemerintahan dan lembaga legislatur. Tahun 1913,
Sun mendirikan pemerintahan tandingan di selatan
China. Pada sisi lain, Liang menerima dengan terbuka
rejim Yuan di Peking, dimana Liang mengendalikan
beberapa pos-pos kabinet, termasuk peradilan, keuangan
dan penasihat negara.
Dengan latar belakang ini, fokus beralih pada
desain konspirasi internasional untuk menumbangkan
Republik China bentukan Sun Yat Sen. Semenjak perang
Opium dimulai pada 1840, pengaruh Inggris meningkat
pesat (meski tidak sepenuhnya dikolonisasi). Tahun
1895, Jepang bergabung dalam permainan besar ini,
mengalahkan China dalam perang, menjajah Korea,
mencaplok Manchuria dan Mongol. Dalam proses
kolonisasi itu , Jepang pun diam-diam menjalin
hubungan khusus dengan Inggris berikut beberapa Bankir
New York. Jacob Schiff (Kuhn Loeb Bank) sebagai
contoh, berperan dalam memberikan suplai dana dalam
perang Jepang-Rusia tahun 1905, sebuah perang dilaut
yang masih daerah kekuasaan China.
Revolusi Ala J.P. Morgan
pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. New Citizen
mengajak kepada pencerahan absolut sebagai satu-
satunya alternatif melawan anarki. Isu pertama Min Bao
menampilkan gambar Yellow Emperor dan George
Washington; sementara New Citizen mengambil gambar
Napoleon dan Bismarck.
Evolusi ideologis Liang secara langsung paralel
dengan pergerakan poros Addis-Lamont di abad ke-18
dan abad ke-19. Ia memulai dengan menjadi murid
Giuseppe Mazzini, memuja-mujanya sebagai nabi dan
ideolog utama pergerakan patriotik di Eropa. Liang
mentranslasi program-program Mazzini, dan pada tahun
1900 menulis sebuah essai berjudul “Pujian untuk
Pemuda China.” Liang menganggap dirinya sebagai juru
bicara China bagi pergerakan pemuda Eropa ciptaan
Mazzini, dimana sebenarnya gerakan Mazzini adalah
operasi rahasia Lord Palmerston untuk mencegah setiap
pengaruh revolusi Amerika menyebar ke Eropa.
Persis seperti Mazzini, Liang mengagumi sistem
parlementer Inggris dan ras Anglo-Saxon : “Sebuah ras
besar yang mewarisi semangat kebebasan dan percaya
pada diri sendiri. Rakyat China harus belajar dari ras
Anglo-Saxon.” Dia membandingkan antara Perdana
Menteri Inggris dengan penguasa Sparta masa Yunani
kuno. Liang memuji superioritas Sparta terhadap Athena
sebagai hasil dari disiplin dan organisasi.
Liang pun mengagumi Revolusi Prancis, dimana
banyak esai-esainya yang berisi kekaguman terhadap
peristiwa poiltik Eropa itu . Meski beberapa kali ia
mempertanyakan pembantaian massal aktifis Jacobins,
tetapi seperti telah diduga sebelumnya, ia mengalihkan
pujiannya kepada diktator sayap kanan Napoleon. Sikap
ini membawanya dekat dengan pemikiran ahli hukum
Swiss, Johann Kaspar Bluntschli. Liang mengutip
pendapat Bluntschli dalam perdebatannya dengan Sun Yat
Sen, dalam esai berjudul “Tentang Pencerahan Absolut”,
bahwa “..lawan dari absolutisme bukanlah demokrasi atau
republikan, tetapi anarki. Revolusi seperti itu hanya akan
membawa kepada sistem diktator, bukan republik.” Dia
Sun Yat Sen, Patriot yang
Cinta China
Menghalangi Jaringan Chicago
Reinsch memimpin firma konstruksi gabungan
dari Amerika, Inggris, Prancis dan Jerman,
mengimplementasikan serta memodifikasi proposal
proyek Sun Yat Sen. Dia mendirikan Sino-International
Construction Company, untuk penggabungan dan
perluasan sistem rel kereta China. Dia tersengat dengan
penolakan Presiden Wilson atas rencana besarnya
itu , penolakan Wilson ini memicu konfrontasi
pertama Reinsch dengan teman Gedung Putihnya itu
hingga tahun 1919.
Reisnch mulai menyadari bahwa musuh
terdepannya berada di gedung firma J.P. Morgan yang
bersama Inggris berkeinginan agar China tetap terkotak-
kotak. Untuk menangkal pengaruh Morgan, Reinsch
mencari alternatif pendonor asing bagi China. Dia
memilih Frank Vandelip, Direktur National City Bank,
dan membantu Frank mendirikan American International
Corporation (AIC) tahun 1915. Awalnya kerjasama baru
ini terlihat menjanjikan, beberapa proyek besar
pembangunan rel kereta di China tengah dan selatan,
beberapa proyek pelabuhan dan kanal, sedang
dinegosiasikan tahun 1916. Namun Reinsch kembali
dipotong langkahnya, AIC belakangan berpindah ke sisi
Morgan dan korporasi Inggris.
Reinsch kembali ke Chicago menemui John
Abbott (Continental and Commercial Trust and Savings
Bank), yang dipandangnya lebih bebas dari pengaruh
Wall Street dan London. saat jaringan Chicago ini
mulai menampakkan hasil dengan beberapa dana
pinjaman, program pembangunan yang akan
dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah China baik
utara maupun selatan, J.P. Morgan melakukan lobi
rahasia dengan Sekretaris Negara Robert Lansing untuk
menahan pergerakan jaringan Chicago.
Sementara itu, Jepang mulai bertindak vokal dan
menyerukan perang atas hak-hak khususnya di China,
melawan kebijakan Pintu Terbuka (Open Door Policy)
milik Reinsch. Reinsch adalah penyanggah besar desain
imperialis Jepang di China, pun mengetahui bahwa
Inggris dan Wall Street telah mensabotase setiap
rencananya bagi pembangunan China bersatu. Rencana
dan program Reinsch disadari akan menyerang
kepen t ingan-kepen t ingan Jepang , t e rmasuk
membahayakan hubungan Barat dengan Tokyo. Reinsch
memperingatkan Washington akan bahaya ambisi
Jepang, terutama saat Jepang merebut lingkar pengaruh
Jerman di China. Provinsi Shandong - tidak lama setelah
J.P Morgan sebagian peneliti meyakini bermain
sebagai tangan Inggris di Amerika, berperan penting
terlibat dalam formasi besar konsorsium para bankir di
China tahun 1909. konsorsium itu terdiri dari para
bankir dari Amerika, Inggris, dan Jerman. Inggris melalui
Sir Charles Addis (HSBC bank) mengendalikan seluruh
arah konsorsium bersama J.P Morgan. Meski telah
membiayai mega proyek jalur kereta Shanghai-Kanton,
tugas utama konsorsium itu adalah mensokong dinasti
Ching menghadapi tekanan kaum Republikan.
saat Presiden Woodrow Wilson menggantikan
Roosevelt tahun 1913, salah satu agenda kerjanya yaitu
pertama kali menarik perusahaan Amerika dari
Konsorsium, karena konsorsium hanyalah alat imperialis
di China. Wilson menunjuk Profesor Paul Reinsch
sebagai utusan khusus ke China. Reinsch seorang pakar
China saat itu dan salah satu pendiri American Political
Science Association bersama Woodrow Wilson.
Reinsch bernegosiasi soal lusinan kontrak proyek
di China antara tahun 1913-1919. Hal itu termasuk proyek
pengendalian banjir dan irigasi disebut Huang River
Conservation, master plan proyek sistem rel terpadu dan
penambahan 10.000 mil jalur kereta dalam 20 tahun,
proyek pengembangan kapal laut komersil dan militer
milik Bethlehem Steel, eksplorasi minyak bumi oleh
Standard Oil, rekonstruksi Grand Canal, beberapa
program agrikultur, dan banyak lagi. Sayangnya, hanya
sedikit dari proyek-proyek di atas yang berakhir dengan
penyelesaian.
Reinsch tidak kunjung menyadari adanya
persekongkolan kekuatan finansial internasional.
Dimulainya Perang Dunia I bulan Agustus 1914
mengalihkan dana pinjaman menjauh dari Asia, hal itu
jelas mematikan program-program Reinsch. Ditambah
faktor sabotase dari Inggris dan J.P Morgan Wall Street
terhadap rencana-rencana Reinsch, bahkan aksi jual
besar-besaran aset-aset di China oleh rekan Reinsch
sendiri, penghuni Gedung Putih : Woodrow Wilson.
Reinsch tiba di China untuk menemui Presiden
Yuan Shi-kai yang mengusir partai Kuomintang dari
parlemen tahun 1913. Reinsch sebagai seorang diplomat,
mendukung pemerintahan Yuan di Peking, komitmen
untuk mempersatukan negeri itu, dan menawarkan
sumbangsih Amerika berupa pembangunan infrastruktur
nasional di utara maupun selatan.
Lebih lanjut, Reinsch bertindak untuk
mengaplikasikan rencana Sun Yat Sen membangun jalur
kereta. Selama 1912, pada waktu Sun mengabdikan diri
pada pemerintahan Yuan sebagai Kepala Biro Jalur Kereta
Api Nasional, Reinsch telah membangun sistem rel
terpadu bagi China, yang beberapa tahun kemudian diakui
sebagai proyek terbaik dari International Development of
China. Proyek itu berhasil menghubungkan wilayah-
wilayah China, termasuk dengan negeri tetangga melalui
pembangunan beberapa jalur kereta dan pelabuhan.
Reinsch mampu memperbaiki salah satu warisan
kolonial, dimana setiap jalur kereta memiliki ukuran yang
berbeda sehingga tidak mungkin dilalui kereta dari
wilayah lain.
Dengan latar belakang ini,
fokus beralih pada desain
konspirasi internasional
u n t u k m e n u m b a n g k a n
Republik China bentukan
Sun Yat Sen.
China di Shanghai April 1919, fokus dari rencananya
adalah melanjutkan program Sun Yat Sen menyatukan
sistem jalur kereta China, dan rekonsiliasi politik
nasional. Sun Yat Sen sangat mendukung usaha ini, dan
mempercayai Amerika memegang kendali dari
manajemen finansial untuk semua pinjaman dana proyek.
“Dimanapun, mereka menoleh pada Amerika untuk
menyelamatkan China,” ujar Abbott.
Sun baru saja menyelesaikan proyek
monumentalnya dalam International Development of
China, meski sempat dituduh kapasitas pembangunan
dan produksinya untuk berperang, namun Sun
beranggapan bahwa semua proyek-proyek harus dijaga
dengan menyongsong industrialisasi China. Hal itu untuk
mencegah negara Barat menciptakan kemerosotan, krisis
ekonomi dan perang besar lain. Sun mengajukan
rencanya itu kepada Reinsch.
Proyek pembangunan menjanjikan ini,
menghadapi kendala oleh dua momen penting di
Perancis. Pertama, Konferensi Versailles, yang
mengakhiri PD I dan menetapkan kebijakan internasional
paska perang. Sebuah bencana, tidak saja bagi Eropa,
dimana beban perbaikan ekonomi Jerman yang hancur
potensial memunculkan kembali kekuatan konspirasi dan
rejim fasis. Kekhawatiran yang sama untuk Asia, dimana
Presiden Wilson menjual murah seluruh aset-aset
pen ingga lan Bara t d i Ch ina , mesk i t e t ap
mempertahankan pengaruh kolonial, dan memberi
Jepang kendali atas bekas wilayah penagruh Jerman di
China.
Sun Yat Sen telah memperkirakan hasil Versailles
dengan tepat sebelumnya, saat dia menolak China
terlibat perang terhadap Jerman. Dalam bukunya The
Vital Problem of China (1917), Sun menantang gambaran
Inggris terhadap Jerman dengan bertanya : “Apakah
dibenarkan bagi Inggris merampok China, Hongkong dan
Burma, memaksa rakyat kami untuk membeli dan
menggunakan opium, dan menandai bagian wilayah
China ke dalam kekuasaan dan pengaruh mereka ?..Jika
seseorang ingin keadilan sekarang, dia harusmenyatakan
perang terhadap Inggris, Prancis dan Rusia, bukan kepada
Jerman dan Austria. Jika satu negara terlalu kuat untuk
dimanfaatkan, Inggris mengorbankan sekutunya sendiri
demi memuaskan hasrat kolonialnya. Tetapi, jika negara
itu menjadi terlalu lemah untuk dimanfaatkan
olehnya, Inggris mengorbankan negara itu untuk
kesenangan negara lain...Inggris memperlakukan
temannya bak petani sutera memperlakukan ulat sutra.
Setelah sutera berhasil diurai dari kepompong, ia akan
PD I pecah, dengan kedok membantu Inggris dalam
menghadapi Jerman, provinsi itu kemudian berada
dalam kendali penuh Jepang. Kemudian pada Januari
1915, Jepang bergerak lebih jauh memanfaatkan
kelengahan Eropa akibat perang, menuntut 21 hal,
menyatakan hak ekslusif pembangunan Manchuria dan
wilayah-wilayah vital lain di China, termasuk kekuasaan
kebijakan atas militer, ekonomi dan pemerintahan.
Reinsch berusaha menahan klaim hak eksklusif
Jepang terhadap Manchuria dengan mengatur pendanaan
bagi rute rel alternatif mengendalikan selatan Manchuria.
Jepang memprotes proyek itu dan menyatakan 21
tuntutan mereka (sebagian besar telah disetujui oleh
Presiden Yuan Shi-Kai), memberikan Jepang hak
istimewa dalam pembangunan jalur kereta di Manchuria
dan dalam Mongolia. Hak yang bahkan melebihi hak-hak
pemerintahan China sendiri. Reinsch kembali dikejutkan
dengan penolakan rencanya, bahkan Washington justru
meyakinkan Jepang bahwa Amerika menghargai posisi
istimewa Jepang di Manchuria.
Poros Morgan-HSBC, pada tahun 1917
menentukan sebuah akhir dari hegemoni Amerika di
negeri Tirai Bambu, dan memberikan kesempatan China
bersatu dibawah prinsip-prinsip Republik. Setelah
kematian Presiden Yuan Shi-Kai (1916), China terpecah
kedalam berbagai klan-klan militer. Peking yang pincang
di utara, dan pemerintahan Selatan bentukan Sun Yat Sen
terpisah secara geopolitik; situasi yang sangat disukai
oleh otak-otak kolonial para bankir Anglo-Amerika. Saat
itu tidak ada yang berpikir bahwa Konsorsium diperlukan,
karena mereka memberikan dana bukan untuk
membangun China, melainkan untuk memisahkan.
Pinjaman-pinjaman luar negeri yang diberikan
memaksakan kontrol terpusat, contohnya International
Monetary Fund (IMF) yang mengendalikan seluruh
pinjaman dan kebijakan ekonomi di negara-negera
berkembang.
Pada akhir PD I, Presiden Wilson menyetujui
pembentukan konsorsium kedua bagi China di tahun
1918. Dua orang ditunjuk sebagai pimpinan : Sir Charles
Addis (Ketua Grup Inggris) teman dekat Montagu
Norman (Direktur Bank of England); sebagai ketua Grup
Amerika, ditunjuk Thomas W. Lamont (CEO J.P.
Morgan) yang dalam kurun 1920-1930 memiliki
kontribusi dalam menciptakan rejim-rejim fasis di Italia,
Jerman, dan Jepang.
Baik Addis maupun Lamont dalam tradisi
pengaruh British East India Company terhadap Kerajaan
Inggris, tidak saja berbicara untuk kalangan bankir tetapi
sekaligus bagi kepentingan departemen luar negeri kedua
negara. John Abbott pernah berusaha membuat janji
pertemuan dengan Kepala Konsorsium, tetapi dominasi
J.P. Morgan dalam mendanai perang di Eropa membuat
pemerintahan Wilson tidak berani menolak tuntutan
Morgan menjalankan konsorsium itu .
Meskipun begitu, Abbott dan Reinsch mengatur
sebuah konferensi antara pimpinan dari Utara dan Selatan
Thomas M. Lamont, Fasis Internasional
Setelah kematian Presiden Yuan Shi-
Kai (1916), China terpecah kedalam
berbagai klan-klan militer. Peking yang
pincang di utara, dan pemerintahan
Selatan bentukan Sun Yat Sen terpisah
secara geopolitik; situasi yang sangat
disukai oleh otak-otak kolonial para
bankir Anglo-Amerika.
desain imperialis Jepang di China, Lamont dan Inouye
bahu membahu menggagalkan perlawanan negara-
negara Barat, termasuk Amerika Serikat.
L a m o n t p u n m e n g u n j u n g i C h i n a ,
mempresentasikann kondisi yang diharapkan China jika
mereka menerima bantuan dana dari Konsorsium.
Kondisi-kondisi itu termasuk penerimaan China
akan kontrol internasional terhadap jalur kereta api
nasional, penggunaan komoditas tembakau, dan
monopoli keuntungan dari anggur. Ditambah
pembayaran penuh bagian Jerman dalam kontrak
pembangunan rel tahun 1911 dari Konsorsium pertama.
Tuntutan terakhir ini keterlaluan, dimana sebelumnya
China telah membatalkan jatah Jerman itu begitu
kedua negara terlibat perang tahun 1917.
Bagaimanapun hal itu bagian dari manuver J.P.
Morgan yang telah mengatur agar kontrak dan obligasi
milik Jerman itu akan dijual kepada investor-
investor Amerika. Lamont bersikeras agar jatah Jerman
itu dibayar penuh atau tidak ada lagi pinjaman dana. Dalih
yang tepat mengingat kebutuhan China terhadap kredit
sangat mendesak. Bahkan, selama keberadaan
Konsorsium, belum pernah ditawarkan apalgi
dikeluarkan pinjaman tunggal ke China.
Sun Yat Sen pun tidak lepas dari kunjungan
Lamont, mengatakan pada Sun bahwa “Presiden Wilson
meminta saya untuk mencari tahu cara menciptakan
damai antara Utara dan Selatan. Saya pikir dengan
bersama-sama, dua pemerintahan dapat membuat
disposisi yang layak bagi para pemimpin klan militer
(warlord).” Sun menjawab : “Damai antara Utara dan
Selatan ? Mengapa, Ya. Berikan saja $25 juta Tuan
Lamont, dan saya akan melengkapi beberapa korps
militer. Segera kita akan memiliki kedamaian.” Sebagian
sejarawan menilai