Yohanes 1-16 11
n ini kepada orang
yang demikian banyak hanya akan menjadi bahan olokan
bagi mereka.” Filipus dan dia belum benar-benar mere-
nungkan secara mendalam kuasa Kristus (yang sudah ba-
nyak mereka alami) yang seharusnya telah mereka miliki.
Siapakah yang telah memberi makan kemah Israel di
padang gurun? Ia yang mampu membuat satu orang dapat
mengejar seribu orang, juga akan mampu membuat satu
ketul roti cukup untuk memberi makan seribu orang.
6. Perintah Kristus kepada murid-murid-Nya untuk menyuruh
orang banyak ini duduk (ay. 10): “Suruhlah orang-orang itu
duduk, sekalipun kamu tidak memiliki apa-apa untuk dihi-
dangkan di hadapan mereka, percayakan hal itu kepada-Ku.”
Perintah ini sama seperti menyuruh seorang pengurus rumah
tangga ke pasar untuk membeli sesuatu tanpa uang: Dengan
perintah ini, Kristus ingin menguji kepatuhan mereka.
Perhatikanlah:
(1) Perlengkapan yang ada di ruang makan: di tempat itu ada
banyak rumput, meskipun terletak di daerah gurun. Lihat-
lah betapa berlimpahnya alam ini, yang membuat gunung-
gunung menumbuhkan rumput (Mzm. 147:8). Rumput ini
memang tidak bisa dimakan. Tuhan menyediakannya bukan
hanya dalam jumlah yang cukup, namun lebih dari cukup.
Di tempat yang banyak rumput inilah Kristus berkhotbah.
Injil yang diwartakan membawa berkat lain bersamanya:
Tanah telah memberi hasilnya (Mzm. 67:7). Rumput yang
banyak ini membuat tempat ini menjadi lebih nyaman dan
lega bagi mereka yang harus duduk di tanah, menjadi
bantal atau bahkan menjadi katil atau tempat berbaring (se-
perti yang disebut saat orang duduk pada sebuah per-
jamuan dalam Ester 1:6). Kalau kita perhatikan apa yang
dikatakan Kristus tentang rumput di ladang (Mat. 6:29-30),
katil-katil ini jauh melebihi katil Raja Ahasyweros. Sung-
guh kemegahan alam itu jauh lebih agung.
(2) Jumlah pengikut yang hadir: kira-kira lima ribu laki-laki ba-
nyaknya, suatu perjamuan luar biasa besar, yang meng-
gambarkan perjamuan Injil, perjamuan segala bangsa (Yes.
26:6), sebuah perjamuan bagi semua yang mau datang.
7. Pembagian makanan itu (ay. 11).
Perhatikanlah:
(1) Makanan dibagikan dengan ucapan syukur: Kristus meng-
ucap syukur.
Perhatikanlah:
[1] Kita harus mengucap syukur kepada Tuhan untuk ma-
kanan kita. Hanya sebab belas kasihan-Nya kita dapat
memiliki makanan, dan kita menerimanya dari ta-
ngan Tuhan , sebab itu harus diterima dengan ucapan
syukur (1Tim. 4:4-5). Inilah manisnya segala penghibur-
an yang diterima kita sebagai makhluk ciptaan-Nya, ka-
rena penghiburan itu menghiasi kita dengan benda, dan
memberi kesempatan kepada kita untuk melaksanakan
kewajiban memberi ucapan syukur yang istimewa itu.
[2] Meskipun makanan kita sederhana dan hanya sedikit
jumlahnya, sekalipun kita tidak memiliki banyak
dan juga tidak mewah dan indah, namun kita harus se-
nantiasa mengucap syukur kepada Tuhan atas apa yang
kita miliki.
(2) Makanan itu dibagikan dari tangan Kristus sendiri melalui
murid-murid-Nya (ay. 11).
Perhatikanlah:
[1] Semua kebaikan dan penghiburan yang kita terima ber-
asal dari tangan Kristus sendiri. Tak peduli siapa pun
yang membawanya kepada kita, sebenarnya Dialah
yang mengirimkannya kepada kita, Dia membagikan ke-
pada mereka yang kemudian membagikannya kepada
kita.
[2] Dalam membagikan roti kehidupan bagi mereka yang
mengikuti Dia, Ia suka menggunakan pelayanan murid-
murid-Nya. Mereka menjadi pelayan di meja perjamuan
Kristus, atau tepatnya pengurus dalam rumah tangga-
Nya, untuk memberikan makanan kepada mereka pada
waktunya.
(3) Makanan dibagi-bagikan sampai semua orang menjadi ke-
nyang. Masing-masing tidak hanya mengambil sedikit, te-
tapi sebanyak yang mereka kehendaki. Jatah makanan
yang diberikan bukan hanya sebagian, namun penuh. Ba-
yangkan, sudah lama mereka tidak makan apa-apa, jadi
pasti mereka duduk dengan selera makan yang besar. Jadi
tepatlah makanan mujizat yang tersedia ini, melebihi ma-
kanan biasa, sebab mereka bisa makan sebanyak-banyak-
nya tanpa harus membayar. Orang-orang yang diberi ma-
kan roti kehidupan oleh Kristus, tidak perlu berhemat lagi.
(Mzm. 81:11). Yang ada sebelumnya hanya dua ikan kecil,
namun sekarang mereka memiliki ikan sebanyak yang
mereka kehendaki. Kristus tidak menyediakan makanan
khusus bagi tamu yang kaya dan memberikan roti kering
kepada yang miskin. Ia memperlakukan semua orang
sama, sebab semua disambut dengan cara yang sama.
Mereka yang menyebut makan ikan itu sebagai berpuasa,
telah merendahkan perjamuan yang diselenggarakan Kris-
tus di sini, sebuah perjamuan yang sesungguhnya yaitu
perjamuan besar.
8. Perhatian yang diberikan pada makanan yang tersisa.
(1) Perintah yang diberikan Kristus mengenai hal itu (ay. 12):
sesudah mereka kenyang, dan sesudah setiap orang sudah
benar-benar menyaksikan sendiri kebenaran mujizat itu,
Kristus berkata kepada murid-murid-Nya, yaitu para pela-
yan yang dipekerjakan-Nya, “Kumpulkanlah potongan-
potongan yang lebih.” Perhatikanlah, kita harus selalu ber-
hati-hati sehingga tidak memboroskan apa pun dari cipta-
an Tuhan yang baik. sebab semua berkat yang diberikan,
baik besar maupun kecil, diberikan dengan suatu syarat
ini, yaitu bahwa tidak boleh ada pemborosan. Kalau kita
boros, Tuhan akan membuat kita kekurangan akan hal-hal
yang kita boroskan itu. Orang-orang Yahudi sangat berhati-
hati agar jangan sampai membuang-buang roti. Mereka
tidak akan membiarkan roti jatuh ke tanah untuk diinjak-
injak. Qui panem contemnit in gravem incidit paupertatem –
Orang yang menghina roti akan jatuh miskin dan papah.
Inilah peribahasa mereka. Meskipun Kristus mampu meng-
adakan makanan jika Ia berkenan, namun Ia lebih meng-
hendaki agar mereka mengumpulkan potongan-potongan
yang lebih supaya tidak ada yang terbuang. saat merasa
kenyang, hendaknya kita ingat bahwa masih ada orang lain
yang kekurangan, dan kita pun kapan-kapan bisa keku-
rangan. Orang yang mau berbuat amal, harus belajar me-
nabung perbekalan. Seandainya potongan-potongan roti ini
ditinggalkan begitu saja di rerumputan, binatang liar dan
unggas akan datang mengumpulkan dan memakannya.
Apa yang baik untuk dijadikan makanan manusia, akan
disia-siakan dan hilang percuma jika dilemparkan begitu
saja kepada makhluk-makhluk liar. Kristus tidak memerin-
tahkan agar potongan-potongan roti itu mulai dikumpulkan
sebelum mereka semua menjadi kenyang. Kita tidak boleh
menimbun dan menyimpan kalau semuanya belum diberi-
kan sesuai yang dibutuhkan. Kita tidak boleh menimbun
lebih dibandingkan apa yang dibutuhkan. Kalau kita melakukan
hal ini, maka, seperti yang dikatakan Baxter (seorang
theolog Inggris – pen.), “Betapa akan lebih sedikitnya kita
kehilangan firman Tuhan , pertolongan Tuhan , waktu kita,
atau belas kasihan yang lebih besar!”
(2) Kepatuhan mereka terhadap perintah itu (ay. 13): Maka
mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas
bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai
yang lebih. Hal ini bukan hanya membuktikan kebenaran
mujizat itu, bahwa mereka telah diberi makan bukan de-
ngan makanan khayali, namun dengan makanan yang sung-
guh nyata dan berwujud (lihatlah berapa banyak makanan
yang tersisa), melainkan juga membuktikan kebesaran
mujizat itu. Mereka bukan saja menjadi kenyang, namun
masih ada kelebihannya yang melimpah. Lihatlah betapa
besarnya karunia ilahi itu, yang bukan sekadar memenuhi
cawan, namun membuatnya sampai tumpah keluar. Ada
cukup persediaan roti tersedia di rumah Bapa kita. Potong-
an-potongan roti itu memenuhi dua belas bakul, satu bakul
untuk masing-masing murid. Dengan demikian, kesediaan
mereka berbagi apa yang mereka miliki demi melayani
orang banyak telah terbayar kembali ditambah dengan bu-
nganya (2Taw. 31:10). Orang-orang Yahudi menjadikan hal
ini sebagai hukum bagi mereka. saat selesai makan,
tidak lupa mereka sisakan sepotong roti di atas meja, de-
ngan harapan ada berkat sesudah makan. sebab terkutuk-
lah orang jahat yang jika ia makan semuanya dihabiskan
(Ayb. 20:21 BIS).
III. Inilah pengaruh mujizat tersebut pada orang-orang yang merasa-
kan manfaat mujizat itu (ay. 14): Mereka berkata: Dia ini yaitu
benar-benar Nabi itu.
Perhatikanlah:
1. Bahkan orang-orang Yahudi yang sederhana sekalipun dengan
penuh keyakinan mengharapkan Sang Mesias datang ke da-
lam dunia ini dan menjadi seorang nabi besar. Di sini mereka
berbicara dengan penuh keyakinan perihal kedatangan-Nya.
Orang-orang Farisi menganggap rendah orang-orang ini de-
ngan menyebut mereka sebagai orang-orang yang tidak meng-
erti Hukum Taurat. Namun, tampaknya orang-orang sederhana
ini lebih mengetahui dibandingkan orang-orang Farisi tentang Dia
yang yaitu kegenapan hukum Taurat.
2. Mujizat yang dibuat Kristus dengan jelas menunjukkan bahwa
Dialah Mesias yang dijanjikan, Sang Guru yang datang dari
Tuhan , Sang Nabi besar, dan hal ini sungguh meyakinkan
orang-orang yang merasa takjub itu bahwa inilah Dia yang
akan datang. Ada banyak orang yang yakin bahwa Dia yaitu
Sang Nabi yang harus datang ke dunia ini, namun mereka
tidak mau menerima ajaran-Nya dengan tulus, sebab mereka
tidak mau lanjut terus dengan keyakinan mereka itu. Hati
yang terpecah, yang tidak tetap dan kacau seperti inilah yang
ada dalam jiwa orang jahat yang belum dikuduskan. Hal se-
perti itulah yang mungkin dapat membuat orang yang telah
mengakui bahwa Kristus yaitu Sang Nabi itu, kemudian ber-
balik, dan tidak mau mendengarkan Dia lagi.
Yesus Berjalan di Atas Air
(6:15-21)
15 sebab Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa
Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung,
seorang diri. 16 Dan saat hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi
ke danau, lalu naik ke perahu 17 dan menyeberang ke Kapernaum. saat
hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, 18 sedang
laut bergelora sebab angin kencang. 19 Sesudah mereka mendayung kira-
kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air men-
Injil Yohanes 6:15-21
359
dekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. 20 namun Ia berkata kepada
mereka: “Aku ini, jangan takut!” 21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam
perahu, dan sesaat juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.
Di sini kita membaca:
I. Kristus mengundurkan diri dari orang banyak.
1. Perhatikanlah apa yang mendorong Kristus mengundurkan
diri dari orang banyak itu. sebab Ia melihat bahwa orang-
orang yang mengakui Dia sebagai Sang Nabi yang harus
datang ke dunia ini, akan datang dan hendak membawa Dia
dengan paksa untuk menjadikan Dia raja (ay. 15).
Sekarang, di sini kita melihat sebuah contoh:
(1) Semangat yang kacau dari sejumlah pengikut Kristus. Ke-
inginan mereka tidak lain yaitu menjadikan Dia seorang
Raja.
Sekarang:
[1] Tindakan mereka yang penuh semangat ini yaitu un-
tuk kehormatan Kristus, dan ini sungguh bertolak bela-
kang dengan penghinaan yang dilakukan penguasa
Yahudi terhadap Kristus. Mereka merasa prihatin bah-
wa orang yang luar biasa berguna bagi dunia ini begitu
tidak dihargai. Sebab itulah, sebab gelar-gelar kerajaan
dianggap sesuatu yang paling mentereng, mereka ingin
mengangkat Dia sebagai seorang Raja, sebab mereka
tahu bahwa Sang Mesias akan menjadi seorang Raja.
sebab Ia seorang nabi, seperti Musa adanya, maka
tentulah Ia juga seorang Raja yang berkuasa dan yang
memberi hukum. Dan jika mereka tidak bisa melantik
Dia di atas gunung Sion yang kudus, maka cukuplah
untuk saat sekarang jika mereka melantik-Nya di atas
sebuah gunung di Galilea. Mereka yang telah dijamu
oleh Kristus dengan makanan-makanan kerajaan yang
berasal dari sorga ingin membalas kebaikan-Nya itu
dengan menjadikan Dia Raja serta mendudukkan-Nya
di atas takhta di dalam jiwa mereka: Biarlah Dia yang
telah memberi kami makan memerintah atas kami.
namun ,
[2] Semangat yang diperlihatkan orang-orang itu sungguh
kacau. sebab , pertama, semangat tersebut bertumpu
pada pemahaman yang keliru mengenai sifat kerajaan
Kristus, seolah-olah kerajaan Kristus sama seperti kera-
jaan dari dunia ini. Pikir mereka, Dia harus tampil da-
lam kemegahan duniawi yang bisa dilihat orang, dengan
sebuah mahkota di atas kepala-Nya, serta sepasukan
prajurit mengawali-Nya. Mereka ingin membuat-Nya
menjadi raja seperti itu. Sebuah keinginan yang meru-
pakan penghinaan besar bagi kemuliaan-Nya, seperti
melapis emas atau mengecat batu delima. Pemahaman
yang benar tentang kerajaan Kristus akan membuat
kita tetap menggunakan cara yang benar untuk mema-
jukan kerajaan-Nya. Kedua, keinginan mereka dipicu
oleh kasih yang bersifat kedagingan. Mereka hendak
menjadikan Dia raja supaya Ia dapat memberi mereka
makan dengan berlimpah-limpah tanpa harus bekerja
keras, serta membebaskan mereka dari kutuk bahwa
dengan berpeluh mereka akan mencari makanan mere-
ka. Ketiga, rencana mereka itu dimaksudkan untuk
menjalankan sebuah rancangan duniawi. Mereka ber-
harap bahwa rancangan ini akan mengenyahkan kuk
penjajahan bangsa Romawi yang telah melelahkan me-
reka. Jika mereka memiliki seorang pemimpin yang
mampu menyediakan perbekalan bagi pasukan perang
dengan biaya yang lebih murah dari pada biaya untuk
menghidupi sebuah keluarga, maka mereka yakin mere-
ka akan kuat untuk berperang dan pasti akan menang,
dan akan memulihkan kembali kemerdekaan masa
silam bangsa mereka. Dengan demikian, kita melihat
bahwa agama sering disalahgunakan demi kepentingan
duniawi, dan Kristus dilayani hanya supaya dapat mela-
yani suatu tujuan tertentu (Rm. 16:18). Vix quaritur
Jesus properter Jesusm, sed propter aliud – Yesus biasa-
nya dicari untuk suatu kepentingan yang lain, bukan
untuk kepentingan-Nya sendiri. Begitulah kata bapa
gereja Augustinus. Keempat, bukan itu saja, semangat
mereka itu merupakan upaya yang sifatnya menghasut
dan bisa membangkitkan keguncangan dan gangguan
bagi ketenteraman umum. Upaya itu akan menyulut pe-
rang di negeri itu dan mengundang kemarahan pengua-
sa Romawi. Kelima, semangat atau keinginan orang-
orang itu bertentangan dengan pemikiran Tuhan Yesus
sendiri, sebab mereka hendak membawa Dia dengan
paksa, tidak peduli apakah Ia bersedia atau tidak. Per-
hatikanlah, orang-orang yang memaksa memberikan
kehormatan kepada Kristus yang tidak Ia minta dari
mereka, tidak akan menyenangkan hati-Nya dan sangat
menghina Dia. Mereka yang berkata Aku dari golongan
Kristus untuk menentang mereka yang berasal dari go-
longan Apolos dan Kefas (sehingga dengan demikian
menjadikan Kristus sebagai kepala suatu golongan),
telah membawa Dia dengan paksa untuk dijadikan raja.
Ini sungguh bertentangan dengan pemikiran Kristus
sendiri.
(2) Di sini kita melihat sebuah contoh kerendahan hati dan pe-
nyangkalan diri Tuhan Yesus. saat mereka hendak men-
jadikan Dia raja, Ia menyingkir. Begitu jauh Ia dari menye-
tujui rancangan seperti itu, yang sudah dihancurkannya
sama sekali. Dalam hal ini Ia meninggalkan sebuah kesak-
sian yang,
[1] Melawan keinginan yang berlebihan dan nafsu terhadap
kehormatan duniawi, yang sepenuhnya telah Ia matikan
dalam diri-Nya, dan Ia mengajar kita untuk berlaku de-
mikian. Seandainya mereka membawa Dia dengan pak-
sa serta menjadikan-Nya seorang tawanan, maka Ia
tidak akan berusaha keras untuk menyingkir dengan
diam-diam dibandingkan dengan bila mereka ingin
menjadikan Dia seorang raja. Janganlah kita mendam-
ba-dambakan diri menjadi pujaan orang banyak, dan
jangan pula menginginkan pujian yang sia-sia.
[2] Menentang upaya yang memecah belah dan menghasut
orang, pengkhianatan dan pemberontakan, serta apa
pun yang cenderung mengganggu kedamaian para pe-
nguasa dan wilayah-wilayah mereka. Dengan sikap ini,
tampaklah bahwa Ia bukanlah musuh Kaisar, dan para
pengikut-Nya juga demikian. Keinginan-Nya hanyalah
hidup rukun di negeri. Ia menghendaki para pelayan-Nya
untuk menolak segala sesuatu yang tampak seperti ha-
sutan atau yang tampak mengarah ke sana, dan hanya
mengembangkan minat mereka bagi kepentingan peker-
jaan mereka saja.
2. Perhatikanlah ke mana Ia mengundurkan diri. Ia menyingkir
pula ke gunung, eis to oros – ke gunung, yaitu gunung tempat
ia berkhotbah sebelumnya (ay. 3). Dari gunung itulah Ia turun
tadi ke dataran rendah untuk memberi makan banyak orang,
dan kemudian kembali sendirian ke sana, untuk menyendiri.
Meskipun kehadiran Kristus di tempat ramai begitu membawa
berkat, kadang-kadang Ia lebih suka menyendiri, untuk meng-
ajar kita agar sesekali pergi mengasingkan diri supaya dapat
lebih bebas bercakap-cakap dengan Tuhan dan jiwa kita sendiri.
Kita tidak pernah benar-benar sendirian, kata orang Kristen
yang sungguh-sungguh, meskipun berada seorang diri. Ibadah-
ibadah umum tidak boleh menggeser ibadah pribadi kita.
II. Inilah kesukaran yang dihadapi murid-murid-Nya di danau. Ada
orang-orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal, mereka
melihat pekerjaan-pekerjaan Tuhan, sebab Ia-lah yang membang-
kitkan angin badai (Mzm. 107:23-25). Mari kita terapkan ayat-ayat
ini terhadap murid-murid ini.
1. Di sini kita membaca mereka pergi ke danau dengan menum-
pang sebuah perahu (ay. 16-17): saat hari menjelang malam,
sesudah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, kini tibalah
saatnya untuk kembali pulang. sebab itu mereka naik ke atas
perahu dan berlayar menuju Kapernaum. Ini mereka lakukan
sesuai dengan perintah dari Guru mereka, dengan tujuan
(yang tampaknya demikian) untuk menjauhkan mereka dari
godaan mengikuti orang-orang yang ingin menjadikan Dia
sebagai raja.
2. Kemudian muncullah angin badai, yang menggenapi firman
Tuhan . Mereka yaitu murid-murid Kristus dan sedang dalam
perjalanan melaksanakan tugas, sementara Kristus sedang
berada di atas gunung dan berdoa bagi mereka. Namun, pada
saat yang sama mereka justru menghadapi kesukaran. Bahaya
dan penderitaan yang kita alami pada saat ini merupakan
sesuatu yang harus kita tanggung sebagai bagian kita di da-
lam Kristus dan pengantaraan-Nya. Mereka baru saja makan
perjamuan di meja Kristus. Namun, sesudah sinar surya peng-
hiburan, datanglah badai.
(1) saat hari sudah gelap. Kegelapan ini membuat badai
menjadi lebih berbahaya dan meresahkan. Adakalanya
umat Tuhan berada dalam kesulitan dan tidak bisa melihat
jalan keluar. Mereka berada dalam kegelapan tanpa tahu
apa penyebab kesusahan mereka, apa maksud dan tujuan
kesulitan itu, apa yang akan terjadi.
(2) Yesus belum juga datang mendapatkan mereka. saat me-
reka berada di tengah badai (Mat. 8:23 dst.), Yesus berada
di dalam perahu bersama mereka. Tapi sekarang, orang
yang mereka kasihi telah mengundurkan diri dan pergi
menyingkir. Ketidakhadiran Kristus semakin memperburuk
kesusahan orang-orang Kristen.
(3) Laut bergelora sebab angin kencang yang bertiup. Cuaca
tenang dan baik saat mereka meluncurkan perahu ke air
(mereka tidak akan gegabah meluncurkan perahu di tengah
badai). Namun, badai itu datang saat mereka telah ber-
ada di tengah danau. Dalam masa penuh ketenangan kita
harus siap menghadapi kesukaran, sebab kesukaran itu
akan muncul pada saat yang sama sekali tidak terduga.
Biarlah hal ini menjadi penghiburan bagi orang-orang baik
saat mengalami kesukaran, sebab murid-murid Kristus
juga pernah demikian. Biarlah juga janji-janji Tuhan yang
penuh belas kasihan mengimbangi ancaman laut yang
ganas. Walaupun di tengah badai dan berada dalam kege-
lapan, kesukaran itu tidaklah lebih buruk dibandingkan yang
dialami murid-murid Kristus. Awan dan kegelapan ada-
kalanya menyelubungi anak-anak terang dan siang hari.
3. Mendekatlah Kristus kepada mereka pada waktu yang tepat
saat mereka sedang berada dalam bahaya (ay. 19). Sesudah
mereka mendayung (untuk menghindar dari angin sakal) kira-
kira dua tiga mil jauhnya. Roh Kudus yang mengilhamkan ayat
ini dapat saja mengetahui dengan tepat jarak tersebut, namun
jarak yang disebut di sini hanyalah bersifat prakiraan saja
yang diungkapkan sesuai dugaan sang penulis. saat mereka
berhasil menghindari angin itu, mereka melihat Yesus berjalan
di atas air.
Lihatlah di sini:
(1) Kuasa Kristus mengatasi hukum dan kebiasaan alam, Ia
mengendalikan dan mengesampingkannya sesuai kehen-
dak-Nya. Sangat alami jika tubuh yang berat akan tengge-
lam ke dalam air, namun Kristus berjalan di atas air seperti
di atas tanah kering, yang lebih dahsyat dibandingkan de-
ngan mujizat Musa yang menguakkan laut dan berjalan
menempuh air.
(2) Perhatian Kristus kepada murid-murid-Nya yang sedang
menghadapi kesukaran: Ia mendekati perahu itu, dan itulah
sebabnya mengapa Ia berjalan di atas air, seperti saat Ia
berkendaraan melintasi langit untuk menolong umat-Nya (Ul.
33:26). Ia tidak akan membiarkan mereka dirundung ma-
lang saat mereka dilanggar angin badai dan tidak dihibur-
kan. saat mereka dibuang (seperti Yohanes) ke tempat
yang jauh dan terpencil, atau dikurung di dalam penjara
(seperti Paulus dan Silas), Ia akan menemukan jalan ma-
suk ke tempat mereka dan mendekati mereka.
(3) Kelegaan yang diberikan Kristus saat murid-murid-Nya
ketakutan. Maka ketakutanlah mereka. Mereka lebih takut
pada hantu (sebab mereka menyangka Dia hantu) dari-
pada angin dan gelombang. Sungguh lebih mengerikan ber-
juang melawan penghulu-penghulu kegelapan dibanding-
kan dengan melawan laut yang bergelora. Mereka mengira
ada hantu yang mengejar mereka, dan mungkin hantu ini
yang mendatangkan badai ini. Pikiran ini membuat mereka
merasa lebih ngeri lagi dibandingkan sebelumnya saat mereka
hanya melihat badai saja.
Perhatikanlah:
[1] Kegelisahan kita yang nyata sering menjadi semakin
bertambah-tambah sebab khayalan kita memunculkan
segala angan-angan.
[2] Bahkan datangnya penghiburan dan pertolongan sering
disalahartikan sebagai hal yang menakutkan dan mem-
bingungkan. Kita sering kali bukan saja lebih merasa
takut dibandingkan merasa sakit, namun justru merasa sangat
ketakutan saat kita siap ditolong. Namun, saat me-
reka dilanda ketakutan ini, betapa dengan penuh kasih
sayang Kristus berusaha meredakan ketakutan mereka
dengan kata-kata lembut (ay. 20), “Aku ini, jangan
takut!” Tidak ada yang lebih kuat untuk meyakinkan
orang-orang berdosa dibandingkan kata-kata ini, “Akulah
Yesus yang kau aniaya itu.” Tidak ada yang lebih hebat
untuk menghibur orang-orang kudus selain kata-kata
ini, “Akulah Yesus, yang kamu kasihi. Inilah Aku yang
mengasihi kamu, yang mengupayakan kebaikan bagi-
mu. Janganlah takut kepada-Ku, dan juga pada badai
itu.” saat kesukaran menjelang, Kristus juga men-
dekat.
4. Dengan cepat mereka tiba di pelabuhan yang menjadi tempat
tujuan mereka (ay. 17).
(1) Mereka menyambut Kristus ke atas perahu. Mereka berse-
dia menerima Dia. Perhatikanlah, ketidakhadiran Kristus
selama beberapa saat justru semakin membuat diri-Nya
lebih disayang lagi pada saat Ia kembali kepada murid-mu-
rid-Nya. Mereka sangat menghargai kehadiran-Nya mele-
bihi hal-hal lainnya (Kid. 3:4).
(2) Kristus membawa mereka dengan selamat ke tepian: dan
sesaat juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka
tujui.
Perhatikanlah:
[1] Perahu jemaat, yang ditumpangi murid-murid Kristus
termasuk semua milik mereka, mungkin banyak meng-
alami guncangan dan kesusahan, namun akhirnya
akan tiba juga dengan aman di pelabuhan tujuan. Ter-
ombang-ambing di lautan, namun tidak tenggelam. Di-
empaskan, namun tidak binasa. Semak menyala, namun
tidak dimakan api.
[2] Kuasa dan kehadiran Raja Jemaat akan mempercepat
dan mempermudah datangnya kelepasan bagi gereja.
Kuasa dan kehadiran-Nya juga mengatasi semua kesu-
litan yang mengacaukan sahabat-sahabat jemaat untuk
giat dan bekerja. Murid-murid telah mendayung dengan
susah payah, namun tidak juga berhasil mencapai tu-
juan sampai mereka menaikkan Kristus ke dalam pe-
rahu, dan sesaat itu juga mereka sampai di tempat
tujuan. Jika kita telah menerima Tuhan Yesus Kristus,
menyambut Dia dengan sepenuh hati ke dalam perahu
kita, maka sekalipun malam gelap pekat dan angin
menderu kencang, kita dapat menghibur diri dengan
kebenaran ini, yaitu bahwa kita akan segera tiba di pan-
tai tujuan, dan berada jauh lebih dekat dengan tujuan
dibandingkan yang kita perkirakan. Banyak jiwa yang peragu
dijemput ke sorga melalui suatu kejutan yang menye-
nangkan, tanpa disadari.
Percakapan Kristus dengan Orang Banyak
(6:22-27)
22 Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang,
melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan
bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-
murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. 23 namun
sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat
mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. 24 saat
orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya
juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum
untuk mencari Yesus. 25 saat orang banyak menemukan Yesus di seberang
laut itu, mereka berkata kepada-Nya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?” 26
Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu
mencari Aku, bukan sebab kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan ka-
rena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. 27 Bekerjalah, bukan un-
tuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang ber-
tahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia
kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Tuhan , dengan meterai-
Nya.”
Dalam ayat-ayat ini kita membaca:
I. Dengan cermatnya orang banyak mencari-cari Kristus (ay. 23-24).
Mereka melihat murid-murid pergi ke danau. Mereka melihat
Kristus mengundurkan diri ke gunung, mungkin dengan pesan
bahwa Ia ingin menyendiri selama beberapa saat. Namun sebab
hati mereka begitu terpaku dengan keinginan untuk menjadikan
Dia seorang raja, mereka berusaha mencegat Dia saat Ia kem-
bali. Dan pada keesokan harinya, keinginan yang berkobar itu
masih terus berlanjut.
1. Mereka merasa sangat kehilangan Dia. Ia telah pergi, dan me-
reka tidak tahu apa yang terjadi dengan-Nya. Mereka melihat
bahwa di situ tidak ada perahu selain yang telah digunakan
oleh murid-murid. Dalam penyelenggaraan Tuhan segala sesua-
tu sudah diatur sedemikian rupa untuk meneguhkan mujizat
Yesus berjalan di atas air, sebab saat itu tidak ada perahu
lain lagi yang dapat ditumpangi-Nya. Mereka juga mengetahui
bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama de-
ngan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang
berangkat dan meninggalkan mereka di seberang danau. Per-
hatikanlah, siapa yang ingin menemukan Kristus, ia harus
memperhatikan dengan rajin semua gerakan-Nya dan belajar
memahami tanda-tanda kehadiran dan ketidakhadiran-Nya,
supaya dengan demikian bisa mengetahui ke mana arah yang
harus ditempuh.
2. Betapa giatnya mereka mencari-cari Dia. Mereka mencari di
tempat-tempat sekitar, dan saat mereka melihat, bahwa
Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak (Ia atau
siapa pun juga tidak dapat memberi kabar mengenai Dia),
mereka memutuskan untuk mencari-Nya di tempat lain. Per-
hatikanlah, orang yang ingin menemukan Kristus harus tekun
mencari sampai dengan sepenuh hati, harus mencari sampai
menemukan, harus pergi dari laut ke laut untuk mencari fir-
man Tuhan , dibandingkan hidup tanpa firman itu. Dan mereka yang
telah dijamu Kristus dengan roti kehidupan harus memiliki
kerinduan jiwa yang sungguh-sungguh kepada-Nya. Orang-
orang demikian harus lebih bersekutu lebih erat lagi dengan
Kristus.
Nah, perhatikanlah:
(1) Akhirnya orang banyak tadi memutuskan untuk pergi ke
Kapernaum guna mencari-Nya. Di sanalah markas besar-
Nya, di mana Ia biasanya tinggal. Ke sanalah murid-murid-
Nya pergi, dan mereka tahu bahwa Ia tidak akan lama
berpisah dari murid-murid-Nya. Mereka yang ingin mene-
mukan Kristus harus mengikuti jejak-jejak kawanan dom-
ba-Nya.
(2) Pemeliharaan Tuhan berpihak kepada mereka dengan mem-
berikan peluang untuk pergi ke sana melalui air, yang me-
rupakan cara tercepat untuk mencapai tempat itu. Dikata-
kan bahwa sementara itu beberapa perahu lain datang dari
Tiberias, yang terletak sedikit lebih jauh di pantai yang
sama. Dekat, meskipun tidak terlampau dekat dengan tem-
pat mereka makan roti, tempat yang memungkinkan me-
reka dengan segera dapat melakukan perjalanan ke Kaper-
naum, dan mungkin perahu-perahu itu akan menuju ke
sana. Perhatikanlah, mereka yang dengan penuh kesung-
guhan berusaha mencari Kristus, serta mencari kesempat-
an bercakap-cakap dengan Dia, biasanya akan diakui dan
dibantu oleh pemeliharaan Tuhan dalam upaya mereka.
sesudah menyebut peristiwa makan roti yang dilipatganda-
kan itu, penulis Injil ini menambahkan kata-kata, sesudah
Tuhan mengucapkan syukur atasnya (ay. 11). Hati murid-
murid begitu tersentuh dengan ucapan syukur Guru me-
reka itu sehingga mereka tidak pernah melupakan kesan
yang ditimbulkan oleh perbuatan itu dalam diri mereka.
Mereka suka mengingat kata-kata yang penuh kebaikan
dan menyentuh hati yang meluncur dari mulut-Nya. Ini
yaitu kemuliaan dan keindahan dari peristiwa makan roti
itu, yang membuatnya menjadi luar biasa. Hati murid-
murid sungguh terbakar olehnya.
3. Orang banyak itu tidak menyia-nyiakan kesempatan yang da-
tang begitu saja. Mereka naik ke perahu-perahu itu lalu be-
rangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Mereka tidak mau
berlama-lama, berharap dapat melihat Dia lagi di sisi danau
sana. Keyakinan mereka menguat dan hasrat mereka mem-
bara. Segeralah mereka mengejar Dia. Tindakan-tindakan yang
baik sering kali berantakan dan tidak menghasilkan apa-apa
sebab tidak dilaksanakan pada waktunya. Mereka sampai di
Kapernaum, dan tampaknya semua pengikut Kristus yang mu-
nafik ini mengalami perjalanan yang mulus dan menyenang-
kan, sementara murid-murid-Nya yang tulus dan bersungguh-
sungguh mengalami perjalanan yang buruk dan berbadai.
Bukan hal yang aneh jika orang-orang terbaik akan mengalami
yang terburuk dalam dunia yang jahat ini. Mereka datang
untuk mencari Yesus. Perhatikan, orang-orang yang ingin me-
nemukan Kristus dan memperoleh penghiburan di dalam Dia,
harus bersedia menderita kepedihan, dan seperti yang terjadi
di sini, mereka harus mengarungi lautan dan menjelajahi da-
ratan untuk mencari dan melayani Dia yang datang dari sorga
ke dunia ini untuk mencari dan menyelamatkan kita.
II. Keberhasilan pencarian orang banyak itu: Orang banyak menemu-
kan Yesus di seberang laut itu (ay. 25). Perhatikanlah, cepat atau
lambat, Kristus akan ditemukan oleh mereka yang mencari Dia.
Sungguh sangat berharga untuk menyeberangi laut, bahkan pergi
dari laut ke laut dan dari sungai sampai ke ujung bumi untuk
mencari Kristus, jika pada akhirnya kita dapat menemukan Dia.
Walaupun tampak kemudian bahwa orang-orang ini ternyata
tidak tulus dan tidak digerakkan oleh suatu dasar pendirian yang
baik, mereka sangat bersemangat. Perhatikanlah, orang-orang
munafik bisa tampak sangat maju dalam mengikuti hukum-hu-
kum Tuhan . Jika orang sudah tidak bisa menunjukkan lebih ba-
nyak lagi kasih mereka kepada Kristus selain pergi ke sana-
kemari mencari banyak khotbah dan doa serta rasa suka yang
berlebihan akan khotbah yang baik, maka mereka memiliki cu-
kup alasan untuk mencurigai diri sendiri bahwa mereka tidak
lebih baik dibandingkan orang banyak yang sangat ingin menjumpai-
Nya ini. Meskipun Kristus mengetahui bahwa orang-orang ini
tidak memiliki dasar pendirian yang baik, Ia tetap bersedia mene-
mui mereka dan menerima mereka memasuki persekutuan de-
ngan-Nya. Bila kita dapat mengetahui isi hati orang-orang muna-
fik, kita tidak boleh mengeluarkan mereka begitu saja dari perse-
kutuan kita, sekalipun pengakuan iman mereka itu hanya di luar
saja. Terlebih lagi jika kita tidak dapat mengetahui isi hati me-
reka.
III. Pertanyaan yang mereka ajukan saat menemukan Dia: “Rabi,
bilamana Engkau tiba di sini?” Menurut ayat 59, tampaknya me-
reka menemukan Dia di rumah ibadat. Mereka tahu bahwa inilah
tempat yang paling besar kemungkinannya untuk mencari dan
menemukan Kristus, sebab sudah menjadi kebiasaan-Nya untuk
mengikuti ibadah keagamaan bersama orang banyak (Luk. 4:16).
Perhatikanlah, Kristus harus dicari dan akan ditemukan dalam
kumpulan jemaat-Nya dan dalam pelayanan hukum-hukum-Nya.
Ibadah umum itulah yang dipilih Kristus untuk mengakui dan
memberkati umat-Nya dengan kehadiran-Nya dan untuk menya-
takan diri-Nya. Di sanalah mereka menemukan Dia, dan yang
dapat mereka katakan hanyalah, Rabi, bilamana Engkau tiba di
sini? Mereka sadar, Ia tidak mau dijadikan raja, dan sebab itu
mereka tidak bisa menyebut-nyebut soal ini lagi, selain memang-
gil-Nya Rabi, Guru mereka. Pencarian mereka bukan hanya me-
nyangkut waktu, namun juga cara, yaitu cara Ia sampai di sana.
Bukan hanya Bilamana, namun juga, “Bagaimana Engkau tiba di
sini?”, sebab tidak ada perahu yang dapat dipakai-Nya. Mereka
dihinggapi rasa ingin tahu tentang tindakan-tindakan Kristus,
namun tidak ingin memeriksa diri mereka sendiri.
IV. Jawaban yang diberikan Kristus kepada mereka tidak mengarah
langsung pada pertanyaan mereka (apa gunanya pertanyaan bila-
mana dan bagaimana Ia tiba di sini bagi mereka?), namun men-
jawab apa sebenarnya yang menjadi permasalahan mereka.
1. Kristus mengetahui dasar pendirian buruk yang dimiliki dalam
mengikuti Dia (ay. 26): “Aku berkata kepadamu, Aku yang me-
nyelidiki hati, dan Aku tahu apa yang ada di dalam hati manu-
sia, Aku yaitu Amin, Saksi yang setia dan benar (Why. 3:14-
15). Sesungguhnya kamu mencari Aku, itu baik, namun perbuat-
anmu itu bukan berasal dari dasar pendirian yang baik.”
Kristus bukan saja mengetahui apa yang kita perbuat, namun
juga tahu mengapa kita melakukan hal itu.
Orang-orang ini mengikuti Kristus:
(1) Bukan sebab ajaran-Nya: bukan sebab kamu telah meli-
hat tanda-tanda. Tanda-tanda mujizat tersebut merupakan
penegasan terpenting terhadap ajaran-Nya. Nikodemus
mencari Kristus sebab ajaran itu (3:2), dan mempertanya-
kan sejumlah hal mulai dari kuasa untuk mengadakan
tanda-tanda itu sampai pada kebenaran firman-Nya. Na-
mun pertanyaan-pertanyaan orang-orang ini begitu bodoh
dan cerobohnya sampai mereka sendiri pun tidak pernah
mempertimbangkan dan memikirkannya. Sebaliknya,
(2) Mereka mengikuti Kristus demi kepentingan perut mereka:
sebab kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bu-
kan sebab Ia telah mengajar mereka, namun sebab Ia
memberi mereka makan. Ia telah memberi mereka,
[1] Makanan yang membuat mereka kenyang: Mereka telah
makan dan menjadi kenyang. Mungkin sebelum itu
beberapa di antara mereka sudah lama begitu miskin-
nya sampai tidak pernah merasakan apa artinya men-
jadi kenyang, makan dan sesudah itu pergi begitu saja.
[2] Makanan yang lezat. Mungkin sama seperti anggur mu-
jizat yang yaitu anggur terbaik, begitu jugalah makan-
an mujizat itu pasti lebih dibandingkan sekadar lumayan
enak.
[3] Makanan yang murah. Mereka tidak perlu membayar
apa-apa, tidak ada tagihan yang disodorkan. Perhati-
kanlah, banyak orang mengikut Kristus sebab makan-
an, dan bukan sebab kasih. Demikianlah yang dilaku-
kan orang-orang yang mencari keuntungan duniawi
dalam pengakuan iman mereka. Mereka mengikuti cara
ini untuk mendapatkan kehormatan dan kekayaan.
Quantis profuit nobis hæc fabula de Christo – Menghor-
mati Kristus, betapa kita selalu mencari untung dengan
pernyataan ini! Demikian kata seorang Paus. Orang-
orang ini menyanjung Kristus dengan sebutan Rabi, dan
menunjukkan rasa hormat yang besar kepada-Nya, na-
mun Ia memberi tahu mereka tentang kemunafikan
mereka yang sebenarnya. Oleh sebab itu, para hambah
Tuhan harus belajar untuk tidak menyanjung-nyanjung
orang yang telah menyanjung mereka. Janganlah me-
reka menjadi mudah disuap, dengan meneriakkan kata
damai sejahtera bagi semua orang yang memanggil
mereka Rabi. Sebaliknya, mereka harus memberi tegur-
an bila itu memang harus demikian.
2. Kristus mengarahkan mereka kepada dasar pendirian yang le-
bih baik (ay. 27): Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan
dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sam-
pai kepada hidup yang kekal. saat berbicara kepada seorang
wanita Samaria, Ia menyamakan perkara-perkara rohani
dengan air. Di sini Ia menyamakan perkara-perkara rohani
dengan makanan, memanfaatkan kesempatan tentang roti
yang telah mereka makan. Tujuan-Nya yaitu :
(1) Untuk mengurangi pencarian kita akan hal-hal duniawi:
Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa.
Petunjuk ini tidak melarang orang untuk mencari makan
secara jujur (2Tes. 3:12). namun yang dimaksud yaitu su-
paya kita tidak menjadikan urusan-urusan dunia ini seba-
gai perhatian dan kepedulian utama kita.
Perhatikanlah:
[1] Perkara-perkara duniawi yaitu makanan yang dapat
binasa. Kekayaan, kehormatan, dan kesenangan dunia
ini sama seperti makanan. Hal-hal itu memberi makan
khayalan kita (dan banyak kali hanya untuk itu saja)
dan mengenyangkan perut. Semua ini merupakan hal-
hal yang diinginkan, sama seperti makanan yang mere-
ka makan sampai sekenyang-kenyangnya, yang selama
masih ada, diinginkan dengan hati penuh nafsu, dan
harus dicapai dengan susah payah. Namun, mereka
binasa sebab memiliki hakikat yang bisa binasa, layu
dengan sendirinya, dan rentan terhadap ribuan kecela-
kaan. Mereka yang memperoleh sebagian besar dari hal-
hal tersebut belum tentu dapat memilikinya sementara
mereka masih hidup. Yang pasti, mereka akan mening-
galkan semua itu dan kehilangan semuanya saat mere-
ka mati.
[2] sebab itu betapa bodohnya kebanyakan kita yang be-
kerja untuk makanan yang akan binasa.
Pertama, kita tidak boleh bersusah payah dalam hi-
dup keagamaan dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
keagamaan itu demi makanan yang akan dapat binasa
itu. Kita tidak boleh merendahkan kehidupan keagama-
an kita untuk kepentingan yang bersifat duniawi, juga
tidak boleh berusaha memperoleh keuntungan duniawi
dari ibadah yang kudus.
Kedua, Kita sama sekali tidak boleh bersusah payah
mencari makanan yang akan dapat binasa ini. Artinya,
kita tidak boleh menjadikan hal-hal yang dapat binasa
ini sebagai hal yang utama, juga tidak boleh menjadikan
jerih payah kita untuk mencari hal-hal dunia itu seba-
gai urusan utama kita. Janganlah mencari hal-hal itu
sebagai yang pertama dan terutama (Ams. 23:4-5).
(2) Untuk menghidupkan dan menggairahkan pencarian kita
pada perkara yang lebih baik: “Curahkan jerih payahmu
untuk tujuan yang lebih baik, dan bekerjalah untuk makan-
an bagi jiwa,” dan mengenai hal ini Ia menunjukkan,
[1] Bahwa ini yaitu hasrat yang tidak terkatakan: Itu ada-
lah makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang
kekal. Itu yaitu kebahagiaan yang akan berlangsung
sampai selama-lamanya, yang bukan hanya bertahan
sampai selama-lamanya, namun yang juga akan meme-
lihara kita sampai pada kehidupan yang kekal. Berkat-
berkat dari konvenan baru menyiapkan kita untuk
kehidupan kekal, memelihara kita menuju kehidupan
kekal. Berkat-berkat itu merupakan jaminan dan tanda
bahwa hidup kekal itu sungguh-sungguh akan dimiliki
oleh kita semua.
[2] Tidak diragukan lagi, makanan bagi jiwa itu sungguh
dapat diperoleh. Carilah semua harta benda dunia ini,
dan kumpulkanlah semua buah-buahan dari bumi ini,
dan lihatlah, apakah semuanya itu dapat menyediakan
perbekalan bagi kita sampai selama-lamanya? Tidak,
laut berkata, ia tidak ada padaku, perbekalan seperti itu
tidak ada di antara semua harta benda yang tersembu-
nyi di dalam tanah. Untuk gantinya tidak dapat diberi-
kan emas murni. Itu hanya dapat diberikan Anak Manu-
sia. Hēn dōsei, makanan atau kehidupan akan diberikan
oleh Anak Manusia.
Perhatikan baik-baik di sini:
Pertama, siapa yang memberi makanan ini: Anak
Manusia, kepala rumah tangga dan tuan atas semua
persediaan yang ada. Ia dipercaya untuk mengatur ke-
rajaan Tuhan di antara manusia dan untuk membagi-
bagikan semua karunia, anugerah, dan penghiburan
yang berasal dari kerajaan itu. Ia memiliki kuasa untuk
memberikan hidup yang kekal dengan semua sarana
dan segala persiapan yang diperlukan untuk mencapai-
nya. Kita diminta bekerja keras untuk itu, seolah-olah
kehidupan kekal itu harus diperoleh dengan kerajinan
kita sendiri dan diberikan hanya berdasarkan pertim-
bangan yang berharga ini, seperti yang dikatakan oleh
orang dunia ini, yaitu dii laboribus omnia vendunt –
dewa-dewa akan memberikan semua keuntungan ke-
pada orang yang rajin. Namun, sekalipun kita telah be-
kerja begitu keras untuk memperolehnya, sebenarnya
kita masih belum layak juga untuk mendapatkannya
sebagai upah kita, kecuali diberikan sendiri oleh Sang
Anak Manusia. Dan, adakah sesuatu yang lebih cuma-
cuma dibandingkan hadiah atau pemberian? Sungguh sa-
ngat membesarkan hati bahwa Sang Pemberi itu yaitu
Anak Manusia, sehingga kita kemudian bisa berharap
bahwa anak-anak manusia yang mencarinya dan ber-
usaha keras untuk itu pasti akan mendapatkannya.
Kedua, kuasa apa yang dimiliki-Nya sehingga Ia
dapat memberikan hidup kekal itu. Sebab Dialah yang
disahkan oleh Bapa, Tuhan , dengan meterai-Nya, touton
gar ho Patēr esphragisen, ho Theos – Tuhan Bapa telah
memeteraikan (menyetujui dan mengesahkan) bahwa
Dia itu Tuhan , begitulah menurut tafsiran sebagian
orang. Bapa telah menyatakan Dia bahwa Dialah Anak
Tuhan yang berkuasa penuh. Bapa telah memeteraikan
Dia, artinya, Tuhan telah memberikan wewenang penuh
kepada-Nya untuk mengurusi perkara antara Tuhan dan
manusia. Ia menjadi duta besar Tuhan untuk manusia
dan pengantara manusia dengan Tuhan . Dan Tuhan mem-
buktikan jabatan-Nya ini dengan berbagai mujizat. Se-
sudah Tuhan memberikan wewenang kepada-Nya, Ia
memberikan jaminan kepada kita tentang hal itu. Sete-
lah Tuhan mempercayakan kepada-Nya segala kuasa
yang tidak terbatas, Ia meyakinkan kita dengan bukti-
bukti yang tidak perlu diragukan lagi mengenai hal itu.
Dengan cara inilah Tuhan membantu Dia menjadi yakin
teguh dalam menjalankan tugas-Nya bagi kita. sebab
itulah kita juga harus yakin teguh seperti Dia dalam
penyerahan diri kita kepada-Nya. Tuhan Bapa memete-
raikan Dia dengan Roh yang tinggal di atas-Nya, dengan
suara dari sorga, dengan kesaksian tentang Dia melalui
banyak tanda dan mujizat. Wahyu ilahi disempurnakan
di dalam Dia. Di dalam Dialah penglihatan dan nubuat
nabi itu digenapi (Dan. 9:24). Kepada Dialah semua
orang percaya mengaku bahwa Tuhan yaitu benar
(3:33). Dan di dalam Dialah kita semua dimeteraikan
dengan tanda milik-Nya atas kita (2Kor. 1:22).
Kristus yaitu Roti Sejati yang Turun dari Sorga;
Kristus Menyambut Semua Orang yang Datang kepada-Nya;
Perlunya Menyantap Kristus, Sang Roti Hidup
(6:28-59)
28 Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya
kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Tuhan ?” 29 Jawab Yesus ke-
pada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Tuhan , yaitu hendaklah
kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Tuhan .” 30 Maka kata mereka ke-
pada-Nya: “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihat-
nya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? 31
Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada ter-
tulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga.” 32 Maka kata Yesus kepada
mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberi-
kan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti
yang benar dari sorga. 33 sebab roti yang dari Tuhan ialah roti yang turun
dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.” 34 Maka kata mereka ke-
pada-Nya: “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” 35 Kata Yesus kepada
mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan
lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. 36
namun Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku,
kamu tidak percaya. 37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang
kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. 38
Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku,
namun untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. 39 Dan Ini-
lah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang
telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, namun supaya Ku-
bangkitkan pada akhir zaman. 40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu su-
paya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh
hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.” 41
Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, sebab Ia telah
mengatakan: “Akulah roti yang telah turun dari sorga.” 42 Kata mereka: “Bu-
kankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana
Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?” 43 Jawab Yesus kepada mere-
ka: “Jangan kamu bersungut-sungut. 44 Tidak ada seorang pun yang dapat
datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku,
dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. 45 Ada tertulis dalam kitab
nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Tuhan . Dan setiap orang, yang
telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. 46
Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia
yang datang dari Tuhan , Dialah yang telah melihat Bapa. 47 Aku berkata kepa-
damu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia memiliki hidup yang kekal.
48 Akulah roti hidup. 49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gu-
run dan mereka telah mati. 50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa
makan dari padanya, ia tidak akan mati. 51 Akulah roti hidup yang telah
turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-
lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan
untuk hidup dunia.” 52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama
mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya ke-
pada kita untuk dimakan.” 53 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia
dan minum darah-Nya, kamu tidak memiliki hidup di dalam dirimu. 54
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia memiliki hidup
yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. 55 Sebab
daging-Ku yaitu benar-benar makanan dan darah-Ku yaitu benar-benar
minuman. 56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal
di dalam Aku dan Aku di dalam dia. 57 Sama seperti Bapa yang hidup meng-
utus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang mema-
kan Aku, akan hidup oleh Aku. 58 Inilah roti yang telah turun dari sorga,
bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati.
Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” 59 Semuanya ini
dikatakan Yesus di Kapernaum saat Ia mengajar di rumah ibadat.
Tidak dapat dipastikan apakah percakapan ini dilakukan dengan
orang-orang Kapernaum, yang di dalam rumah ibadatnya Kristus
berada sekarang, ataukah dengan orang-orang yang datang dari
seberang danau. Namun, masalah ini tidak begitu penting bagi kita.
Bagaimanapun juga, peristiwa ini memberi contoh kerendahan hati
Kristus, di mana Ia memberikan mereka kebebasan untuk bertanya
kepada-Nya, dan Ia tidak marah saat mereka menyela pembicara-
an-Nya, sekalipun mereka itu bukan pengikut-pengikut setia-Nya.
Mereka yang suka mengajar harus cepat mendengar dan belajar men-
jawab. Inilah hikmat bagi pengajar, yaitu sekalipun dihujani dengan
pertanyaan yang sia-sia dan menyimpang, berusahalah memberi ja-
waban yang bermanfaat, supaya pertanyaan yang sia-sia dapat dite-
pis, namun keinginan orang untuk bertanya tidak ditampik. Sekarang:
I. sesudah Kristus memberi tahu mereka bahwa mereka harus be-
kerja, dan berusaha keras untuk makanan yang Ia katakan itu,
mereka menanyakan Dia apa yang harus mereka kerjakan, dan Ia
pun menjawab mereka (ay. 28-29).
1. Pertanyaan mereka cukup berkaitan dengan masalah yang di-
bicarakan: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami
mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Tuhan ?” Sebagian
orang mengartikan pertanyaan tersebut kurang sopan: “Peker-
jaan yang dikehendaki Tuhan seperti apa lagi yang bisa kami
perbuat jauh lebih baik dibandingkan apa yang telah kami lakukan
dengan mematuhi hukum Musa?” Namun, saya lebih suka
Injil Yohanes 6:28-59
377
menganggap pertanyaan ini sebagai pertanyaan yang rendah
hati dan bersungguh-sungguh. Setidaknya pada saat itu me-
reka berpikiran baik serta ingin mengetahui dan melaksana-
kan tugas-tugas mereka. Saya berpendapat bahwa orang-
orang yang mengajukan pertanyaan, Bagaimana dan Apa ini
(ay. 30), dan yang juga mengajukan permohonan (ay. 34), bu-
kanlah orang-orang yang sama dengan mereka yang ber-
sungut-sungut (ay. 40-41) dan orang-orang yang bertengkar
antara sesama mereka (ay. 52). sebab dengan jelas orang-
orang terakhir ini disebut sebagai orang-orang Yahudi yang
datang dari Yudea (merekalah yang secara ketat disebut seba-
gai orang Yahudi), yaitu mereka yang suka mempertengkarkan
soal kecil-kecil. Sedangkan orang-orang yang sekarang ini
berasal dari Galilea dan sengaja datang untuk diajar. Di sini,
pertanyaan ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa orang-
orang yang ingin memperoleh makanan yang kekal ini:
(1) Harus berencana melakukan sesuatu yang besar. Mereka
yang berpengharapan tinggi serta berharap dapat menik-
mati kemuliaan Tuhan , harus menetapkan sasaran yang
tinggi dalam upaya pencarian mereka ini. Mereka harus
belajar mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Tuhan , ya-
itu pekerjaan yang Ia minta dan yang akan Ia terima.
Pekerjaan yang dikehendaki Tuhan berbeda dari pekerjaan
orang duniawi yang mengejar perkara duniawi. Tidak cu-
kup hanya berbicara tentang firman Tuhan , kita juga harus
melakukan pekerjaan yang dikehendaki Tuhan .
(2) Harus bersedia melakukan apa saja: Apakah yang harus
kami perbuat? Tuhan, saya siap melakukan apa saja yang
Engkau suruh meskipun pekerjaan itu tidak menyenang-
kan tubuh jasmaniku (Kis. 9:6).
2. Jawaban Kristus sudah cukup jelas (ay. 29): Inilah pekerjaan
yang dikehendaki Tuhan , yaitu hendaklah kamu percaya.
Perhatikanlah:
(1) Pekerjaan iman yaitu pekerjaan Tuhan . Mereka bertanya
tentang pekerjaan-pekerjaan (dalam hal jumlah), peduli de-
ngan banyak hal, namun Kristus mengarahkan mereka pada
satu pekerjaan saja, namun yang melingkupi semua pekerja-
an lainnya, satu pekerjaan yang sungguh-sungguh diperlu-
378
kan, yakni: hendaklah kamu percaya. Pekerjaan ini menge-
sampingkan semua pekerjaan lainnya yang hanya sekadar
menunaikan hukum yang punya arti simbolis belaka. Pe-
kerjaan ini, yaitu percaya, diperlukan agar semua pekerja-
an lainnya dapat diterima. Pekerjaan tersebut juga meng-
hasilkan pekerjaan-pekerjaan lainnya, sebab tanpa iman
tidak mungkin orang berkenan kepada Tuhan . Pekerjaan ter-
sebut yaitu pekerjaan Tuhan , sebab pekerjaan itu dilaku-
kan-Nya di dalam kita, pekerjaan itu menundukkan jiwa
pada pekerjaan-Nya di dalam kita, serta menggerakkan jiwa
sehingga bekerja bagi Dia.
(2) Iman itu yaitu pekerjaan Tuhan yang membuat kita dekat
kepada Kristus dan selalu mengandalkan Dia. Iman itu
yaitu percaya kepada Dia yang telah diutus Tuhan , sebagai
duta besar Tuhan dalam menyelesaikan masalah besar un-
tuk memperdamaikan Tuhan dan manusia. Percaya kepada
Dia dengan sendirinya berarti tinggal di dalam Dia dan
menyerahkan diri kita kepada-Nya (Yoh. 14:1).
II. sesudah Kristus mengatakan kepada mereka bahwa Anak Manusia
itulah yang akan memberikan makanan ini kepada mereka, mere-
ka bertanya tentang Dia, dan Ia menjawab pertanyaan mereka.
1. Pertanyaan mereka yaitu tentang sebuah tanda (ay. 30): Tan-
da apakah yang Engkau perbuat? Sejauh ini mereka benar,
bahwa sebab Ia meminta mereka percaya, maka Ia harus me-
nunjukkan bukti yang dapat dipercaya, berupa mujizat yang
dapat mereka lihat dan menunjukkan bahwa Ia memang
benar-benar diutus Tuhan . Musa menegaskan tugas perutusan-
nya dengan berbagai tanda, sebab itu Kristus yang datang
untuk menggantikan hukum upacara simbolis juga harus
menegaskan tugas perutusan-Nya dengan cara serupa: “Peker-
jaan apakah yang Engkau lakukan? Apa yang bisa Engkau
tunjukkan? Tanda-tanda abadi dari kuasa Tuhan seperti apa
yang Engkau rancang supaya tetap hidup dalam ajaran-ajar-
an-Mu itu?” Walaupun begitu, dalam semuanya ini mereka
lupa:
(1) Bahwa mereka telah mengesampingkan banyak mujizat
yang telah mereka saksikan telah diperbuat oleh-Nya. Muji-
Injil Yohanes 6:28-59
379
zat-mujizat tersebut sungguh telah memberi bukti melim-
pah tentang tugas perutusan ilahi-Nya. Di siang hari bo-
long seperti ini apakah memang pantas untuk bertanya,
“Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami
melihatnya?”, apalagi di Kapernaum, pusatnya mujizat, di
mana Ia telah menghasilkan begitu banyak pekerjaan dan
tanda hebat nan ajaib yang sangat berarti dalam meneguh-
kan jabatan dan tugas perutusan-Nya? Bukankah mereka
ini orang-orang yang sama yang sehari sebelumnya telah
diberi makan secara ajaib oleh-Nya? Tak terkatakan betapa
butanya orang-orang ini sampai tidak bisa melihat apa
yang terjadi. Begitu butanya mereka, sampai-sampai tidak
tahu apakah ini siang atau malam, padahal matahari se-
dang menyinari wajah mereka.
(2) Bahwa mereka lebih menyukai pemberian makan secara
ajaib kepada bangsa Israel di padang belantara melebihi
mujizat-mujizat yang dibuat Kristus (ay. 31): Nenek moyang
kami telah makan manna di padang gurun. Untuk memper-
kuat dalih keberatan mereka, mereka mengutip sebuah
ayat: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga (diambil dari
Mazmur 78:24), Ia memberi mereka gandum dari langit.
Betapa baiknya kutipan yang mereka gunakan dalam kisah
ini! Kutipan ini sungguh merupakan contoh kuasa dan
kebaikan Tuhan yang sering disebut-sebut untuk memulia-
kan Tuhan (Neh. 9:20-21). Namun lihatlah sekarang bagai-
mana orang-orang ini membelokkan ayat-ayat ini dan
menyalahgunakannya.
[1] Kristus menegur kegandrungan mereka akan roti muji-
zat itu dan meminta mereka supaya tidak menempat-
kan hasrat hati mereka pada makanan yang akan dapat
binasa. “Mengapa,” kata mereka, “Bukankah makanan
bagi perut merupakan perkara baik dan dahsyat yang
Tuhan berikan kepada nenek moyang kita di padang
gurun? Jadi mengapa kita tidak boleh bekerja untuk
makanan itu? Jika Tuhan menyediakan banyak makanan
seperti itu, mengapa kita tidak memilih orang yang da-
pat menyediakan banyak makanan bagi kita?”
[2] Kristus telah memberi makan lima ribu orang dengan
lima roti, dan Ia menjadikan peristiwa itu sebagai salah
380
satu tanda untuk membuktikan bagi mereka bahwa Dia
telah diutus Tuhan . Namun, dengan berkedok meng-
agungkan mujizat-mujizat Musa, dengan diam-diam
mereka memandang ringan mujizat Kristus, dan menyi-
sihkan bukti yang menunjukkan bahwa Ia telah diutus
Tuhan . Alasan mereka, “Kristus memberi makan ribuan
pengikut-Nya, namun Musa memberi makan ratusan ribu
pengikutnya. Kristus hanya sekali memberi mereka
makan, lalu menegur mereka yang mengikuti Dia de-
ngan harapan akan tetap diberi makan, dan mengalih-
kan perhatian mereka dengan pengajaran tentang ma-
kanan rohani. namun , Musa memberi makan para peng-
ikutnya selama empat puluh tahun, sehingga mujizat
bukan lagi menjadi sesuatu yang aneh dan langka bagi
mereka, melainkan sudah menjadi makanan sehari-hari
belaka. Kristus memberi mereka makan dengan roti
yang berasal dari bumi, roti jelai, dan ikan yang berasal
dari laut, sedangkan Musa memberi bangsa Israel
makan roti dari sorga, makanan malaikat.” Begitulah
orang-orang Yahudi ini mengagung-agungkan manna
yang dimakan nenek moyang mereka. Namun, nenek
moyang mereka sendiri malah meremehkan manna ini,
persis seperti yang sedang mereka lakukan sekarang
terhadap roti jelai. Nenek moyang mereka menyebut
manna itu sebagai makanan hambar (Bil. 21:5). Begitu-
lah, betapa mudahnya kita meremehkan dan mengang-
gap sepi kehadiran kuasa Tuhan dan anugerah-Nya di
zaman kita sendiri, sementara kita berpura-pura meng-
agumi keajaiban yang diceritakan nenek moyang kepada
kita. Seandainyapun mujizat Kristus yang satu ini dika-
lahkan oleh mujizat Musa itu, toh masih ada banyak
contoh lain yang menunjukkan bahwa mujizat-mujizat
Kristus lebih cemerlang dibandingkan mujizat Musa. Di sam-
ping itu, semua mujizat yang benar selalu memperlihat-
kan suatu ajaran ilahi, meskipun tidak semuanya selalu
tampak cemerlang dalam semua keadaan, sebab ke-
adaan selalu berbeda sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh peristiwa itu. Sama seperti manna itu mengungguli
roti jelai, demikian pula pengajaran Kristus itu jauh
Injil Yohanes 6:28-59
381
lebih mengungguli hukum Musa. Begitu juga halnya
dengan semua tata ibadah ilahi-Nya, jauh mengungguli
semua tata upacara duniawi yang berlaku pada masa
itu.
2. Inilah jawaban Kristus atas pertanyaan mereka itu, di mana:
(1) Ia meralat kekeliruan mereka tentang manna yang khas itu.
Memang benar bahwa nenek moyang mereka telah makan
manna di padang gurun.
namun :
[1] Bukan Musa yang memberikan manna itu kepada me-
reka, dan mereka juga tidak berutang budi kepada dia
untuk makanan itu. Musa hanya sekadar alat, sebab
itu mereka harus memandang lebih jauh lagi kepada
Tuhan . Kita tidak menemukan Musa berdoa dan memo-
hon untuk meminta manna kepada Tuhan . Dengan tidak
bijak ia malah berujar, Apakah kami harus mengeluar-
kan air bagimu dari bukit batu ini? Musa tidak memberi-
kan roti itu ataupun air itu kepada mereka.
[2] Manna itu tidak diberikan seperti yang mereka bayang-
kan, dari sorga, dari sorga yang tertinggi, namun hanya-
lah dari awan-awan, dan sebab itu tidak lebih unggul
dibandingkan makanan yang berasal dari bumi seperti yang
mereka pikirkan. sebab apa yang tertulis dalam Kitab
Suci, Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga, tidaklah
berarti bahwa roti itu yaitu roti sorgawi, atau roti yang
dimaksudkan untuk makanan bagi jiwa. Salah mema-
hami bahasa Kitab Suci memicu banyak kekeliru-
an dalam memahami perkara-perkara Tuhan .
(2) Kristus memberi tahu mereka tentang manna yang sebe-
narnya, yang digambarkan oleh manna yang dimakan oleh
nenek moyang mereka itu: Melainkan Bapa-Ku yang mem-
berikan kamu roti yang benar dari sorga. Itulah yang benar-
benar dan pantas disebut roti dari sorga. Manna itu hanya-
lah bayang-bayang dan gambaran dari roti sorga tersebut.
Roti sorga itulah yang sekarang diberikan, bukan kepada
nenek moyangmu yang telah lama mati dan tiada, namun ke-
pada kamu yang hidup di zaman sekarang ini, bagi kamu-
lah hal-hal yang lebih baik itu disisihkan. Sekarang ini Ia
382
sedang memberikan kepadamu roti dari sorga itu, roti yang
sebenar-benarnya. Sama seperti takhta kemuliaan Tuhan
jauh lebih tinggi dibandingkan awan-awan di langit, begitu pula
roti rohani dari Injil yang abadi itu mengungguli manna.
Dengan menyebut Tuhan sebagai Bapa-Nya, Kristus menya-
takan diri-Nya sendiri lebih besar dibandingkan Musa, sebab
kesetiaan Musa terhadap Tuhan hanyalah kesetiaan sebagai
seorang pelayan, sedangkan kesetiaan Kristus yaitu kese-
tiaan sebagai Anak (Ibr. 3:5-6).
III. sesudah menjawab pertanyaan mereka, Kristus lebih lanjut me-
manfaatkan kesempatan menjawab keberatan mereka mengenai
manna untuk berbicara mengenai diri-Nya. Di hadapan mereka, Ia
menyamakan diri-Nya sendiri dengan roti, dan mengumpamakan
hal mempercayai sebagai tindakan makan dan minum. Pernyataan
makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya dan tanggapan dari para
pendengar-Nya membuat banyak orang dari kerumunan itu me-
ninggalkan Dia.
1. sesudah berbicara tentang diri-Nya sendiri sebagai pemberian
Tuhan yang besar dan roti yang sebenarnya (ay. 32), Kristus
terus lebih banyak lagi menjelaskan dan menegaskan hal ter-
sebut, supaya kita dapat mengenal Dia dengan benar.
(1) Di sini Kristus menunjukkan bahwa Ia yaitu roti yang
benar. Hal ini diulangi-Nya berkali-kali (ay. 33, 35, 48-51).
Perhatikanlah:
[1] Bahwa Kristus yaitu roti bagi jiwa, seperti halnya roti
biasa bagi tubuh jasmani. Roti itu memberi zat makan-
an dan mendukung kehidupan rohani (menjadi bahan
pokok untuk kehidupan rohani), sama seperti roti bagi
kehidupan jasmani. Roti itu menjadi bahan pokok bagi
kehidupan. Ajaran-ajaran Injil yaitu mengenai Kristus,
bahwa Ia menjadi pengantara antara Tuhan dan manu-
sia, bahwa Ia yaitu damai sejahtera kita, kebenaran
kita, Juruselamat kita, dan dengan segala perkara ini
hiduplah orang. Tubuh kita masih dapat hidup dengan
baik tanpa makanan, namun tidak demikian halnya jiwa
kita tanpa Kristus. Gandum itu diirik (Yes. 28:28), demi-
Injil Yohanes 6:28-59
383
kian juga halnya dengan Kristus. Ia dilahirkan di Betle-
hem, rumah roti, dan dilambangkan dengan roti sajian.
[2] Bahwa Ia yaitu roti dari Tuhan (ay. 33), roti ilahi. Hanya
Dia yang datang dari Tuhan (ay. 46), roti yang diberikan
oleh Bapa-Ku (ay. 32), yang Ia jadikan makanan bagi
jiwa kita, roti keluarga Tuhan , roti bagi anak-anak-Nya.
Korban dan persembahan imamat orang-orang Lewi
disebut santapan Tuhan (Im. 21:21-22), dan Kristus ada-
lah korban yang agung. Kristus, di dalam firman dan
semua tata ibadah-Nya, menjadi perjamuan sebagai
ganti korban itu.
[3] Bahwa Ia yaitu roti kehidupan (ay. 35, dan sekali lagi
dalam ay. 48), roti kehidupan itu, yang secara tidak
langsung merujuk kepada pohon kehidupan yang ada di
tengah-tengah Taman Eden, yang dimeteraikan bagi
Adam sebagai bagian dari kovenan itu: Lakukanlah ini,
maka engkau akan hidup, yang berarti Adam boleh me-
makannya dan tetap hidup. Kristus yaitu roti kehi-
dupan, sebab Dialah buah dari pohon kehidupan itu.
Pertama, Dia yaitu sang roti yang hidup (begitulah
Kristus menjelaskan tentang diri-Nya sendiri dalam ayat
51): Akulah roti hidup. Roti itu sendiri yaitu benda
mati, tidak akan menjadi zat makanan tanpa bantuan
organ-organ tubuh yang hidup. namun Kristus sendiri
yaitu roti hidup, dan akan menjadi zat makanan de-
ngan kuasa-Nya sendiri. Manna yaitu benda mati, ha-
nya dapat bertahan semalam saja jika disimpan, selan-
jutnya manna itu akan berulat dan berbau busuk.
Namun, Kristus hidup terus, sebagai roti yang kekal,
yang tidak pernah lapuk dan menjadi tua. Ajaran ten-
tang Kristus yang tersalib sampai sekarang tetap me-
nguatkan dan menghibur orang-orang percaya, sama
seperti dahulu. Begitu juga pengantaraan-Nya masih
tetap sama berharga dan berlaku seperti sediakala.
Kedua, Ia memberi hidup kepada dunia ini (ay. 33),
hidup rohani dan kekal, kehidupan roh dalam kesatuan
dan persekutuan dengan Tuhan di dunia sini dan nanti-
nya dalam hadirat dan sukacita-Nya saat kita ber-
temu pandang dengan Dia. Inilah hidup di mana semua
384
kebahagiaan terangkum di dalamnya. Manna hanya me-
nyediakan makanan dan mendukung kehidupan, bukan
mempertahankan dan mengabadikan kehidupan, apa
lagi sampai memulihkannya. namun , Kristus memberi
hidup kepada orang-orang yang mati di dalam dosa.
Manna ditetapkan hanya untuk kehidupan bangsa
Israel, namun Kristus diberikan untuk hidup seluruh du-
nia. Tidak ada seorang pun yang dikecualikan untuk
menerima berkat roti ini, kecuali mereka menolak sen-
diri berkat tersebut. Kristus datang untuk memberi
hidup dalam pikiran manusia, memberikan dasar pen-
dirian untuk melakukan perbuatan yang berbuah lebat
dan berkenan kepada Tuhan .
[4] Bahwa Ia yaitu roti yang telah turun dari sorga. Hal ini
sering diulang-ulang di sini (ay. 33, 50-51, 58).
Hal ini menunjukkan:
Pertama, keTuhan an pribadi Kristus. Sebagai Tuhan Ia
memiliki suatu wujud di sorga, dari mana Ia telah da-
tang untuk mengambil rupa dan sifat kita pada diri-
Nya; Aku telah turun dari sorga, yang dari sini kita dapat
memahami asal usul-Nya, Ia pada mulanya bersama-
sama dengan Tuhan . Kita juga dapat memahami kesang-
gupan-Nya, sebab sorga yaitu cakrawala-Nya yang
kuat. Kita memahami wewenang-Nya. Ia datang dengan
mengemban tugas ilahi.
Kedua, sumber ilahi dari semua yang baik yang
mengalir kepada kita melalui Dia. Ia datang, bukan ha-
nya katabas – yang telah turun (ay. 51), namun
katabainōi – yang turun sekarang. Ia sedang turun
sekarang, yang menunjukkan adanya pemberian terang,
hidup, dan kasih yang tidak ada putus-putusnya dari
Tuhan kepada orang-orang percaya melalui Kristus,
seperti manna yang turun setiap hari (Ef. 1:3). Omnia
desuper – segala pemberian dari atas.
[5] Bahwa Ia yaitu roti itu, yang dilambangkan dan digam-
barkan sebagai manna (ay. 58). Roti itu yaitu roti yang
sebenarnya (ay. 32). Seperti batu karang yang menge-
luarkan air untuk diminum yaitu Kristus, begitu juga-
Injil Yohanes 6:28-59
385
lah manna yang mereka makan yaitu makanan rohani
(1Kor. 10:3-4). Manna diberikan kepada orang Israel,
begitulah Kristus diberikan kepada orang Israel rohani.
Tersedia cukup manna bagi semua orang, begitu juga,
di dalam Kristus melimpah anugerah bagi semua orang
percaya. Orang yang mengumpulkan banyak dari manna
ini tidak memiliki apa-apa lagi untuk disimpan saat ia
menggunakannya, dan orang yang mengumpulkan sedi-
kit, saat anugerah-Nya disempurnakan, akan melihat
bahwa ia tidak kekurangan. Manna harus dikumpulkan
pada pagi hari, dan begitu juga, orang-orang yang ingin
menemukan Kristus harus mencari Dia pagi-pagi sekali.
Manna itu rasanya manis, seperti yang dikatakan oleh
penulis Kebijaksanaan Salomo (salah satu kitab Deu-
terokanonika – pen.) kepada kita (Keb. Sal. 16:20), co-
cok dengan selera setiap orang. Demikianlah, bagi orang
yang percaya, Kristus itu mulia. Bangsa Israel hidup
dengan manna sampai mereka masuk tanah Kanaan,
sedangkan Kristus yaitu kehidupan kita. Ada tanda
kenang-kenangan tentang manna yang disimpan dalam
buli-buli emas yang diletakkan dalam tabut perjanjian,
begitu juga Kristus, sebagai santapan rohani, tersimpan
untuk dikenang di dalam perjamuan Tuhan.
(2) Di sini Kristus menunjukkan apa yang sedang Ia kerjakan
dan apa tujuan pengutusan-Nya ke dunia ini. Dengan me-
nyampingkan bahasa kiasan, Ia berbicara dengan terus
terang dan tidak lagi menggunakan perumpamaan untuk
menjelaskan maksud pekerjaan-Nya di antara umat manu-
sia (ay. 38-40).
[1] Secara umum, Ia meyakinkan kita bahwa Ia datang dari
sorga untuk melakukan pekerjaan Bapa-Nya (ay. 38),
bukan untuk melakukan kehendak-Nya sendiri, namun
untuk melakukan kehendak Bapa yang telah mengutus-
Nya. Ia datang dari sorga, yang menunjukkan bahwa Ia
yaitu pribadi yang giat dan cerdas, yang secara suka-
rela turun ke dunia bawah ini dengan melakukan per-
jalanan panjang. Ia membuat sebuah langkah turun
yang besar, sebab kemuliaan dunia tempat Ia berasal
386
sungguh agung, sedangkan dunia yang Ia datangi pe-
nuh malapetaka. Kita boleh bertanya-tanya dengan pe-
nuh rasa heran, “Apa yang menggerakkan-Nya melaku-
kan perjalanan seperti ini?” Di sini Ia mengatakan bah-
wa Ia datang bukan untuk melakukan kehendak-Nya
sendiri, namun kehendak Bapa-Nya. Ini tidak berarti
bahwa Ia memiliki kehendak yang bersaing dengan
kehendak Bapa-Nya. Yang benar yaitu bahwa orang-
orang yang sedang berbicara dengan Dialah yang
mencurigai Dia demikian. “Tidak,” kata-Nya, “kehendak-
Ku bukanlah sumber tindakan-Ku, bukan juga aturan
yang Aku ikuti, namun Aku datang untuk melakukan
kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” Itu berarti,
Pertama, Kristus tidak datang ke dalam dunia ini seba-
gai pihak yang melakukan urusan pribadi dan hanya
bertindak demi diri sendiri. Sebaliknya, Ia datang seba-
gai seorang tokoh masyarakat, bertindak bagi orang lain
sebagai seorang duta besar atau utusan yang berkuasa
penuh. Ia datang ke dunia ini sebagai tangan kanan
Tuhan yang agung dan sebagai tabib dunia yang besar.
Tiada urusan pribadi apa pun yang membawa Ia ke sini,
selain dibandingkan untuk menyelesaikan masalah pihak-
pihak yang tidak ada tandingannya di mana pun juga,
yaitu Pencipta yang Mahabesar dan keseluruhan cip-
taan-Nya. Kedua, saat Kristus ada di dalam dunia ini,
Ia tidak membawa rancangan pribadi apa pun, juga
tidak memiliki kepentingan lain sama sekali, berbeda
dengan orang-orang yang untuk merekalah Ia bertin-
dak. Maksud seluruh kehidupan-Nya yaitu untuk
mempermuliakan Tuhan dan berbuat baik kepada umat
manusia. sebab itu Ia tidak pernah memikirkan kese-
nangan, keselamatan, atau ketenteraman-Nya sendiri.
Jadi, saat Ia akan menyerahkan nyawa-Nya, meski-
pun sifat manusiawi-Nya merasa terkejut atas hal itu, Ia
segera mengesampingkan pikiran itu, dan menunduk-
kan kehendak-Nya sebagai manusia ke dalam kehendak
Tuhan : Janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan
seperti yang Engkau kehendaki.
Injil Yohanes 6:28-59
387
[2] Secara khusus, Ia ingin memperkenalkan kepada kita
kehendak Bapa yang ingin Ia lakukan. Di sini Ia menya-
takan ketetapan tersebut, yaitu segala perintah yang
akan Ia tunaikan.
Pertama, perintah khusus yang diberikan kepada
Kristus, bahwa Ia harus menyelamatkan semua umat
pilihan yang tersisa. Inilah janji penebusan antara Bapa
dan Anak (ay. 38): “Inilah kehendak Bapa, yang telah
mengutus Aku. Inilah tugas yang dipercayakan kepada-
Ku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya
kepada-Ku jangan ada yang hilang.”
Perhatikanlah:
1. Ada sejumlah tertentu anak manusia yang diberikan
Bapa kepada Yesus Kristus untuk masuk dalam per-
lindungan-Nya, untuk menjadi nama dan pujian
bagi-Nya, diberikan kepada-Nya sebagai warisan,
untuk me