Yohanes 1-16 11

Kamis, 30 Januari 2025

Yohanes 1-16 11


 


n ini kepada orang 

yang demikian banyak hanya akan menjadi bahan olokan 

bagi mereka.” Filipus dan dia belum benar-benar mere-

nungkan secara mendalam kuasa Kristus (yang sudah ba-

nyak mereka alami) yang seharusnya telah mereka miliki. 

Siapakah yang telah memberi makan kemah Israel di 

padang gurun? Ia yang mampu membuat satu orang dapat 

mengejar seribu orang, juga akan mampu membuat satu 

ketul roti cukup untuk memberi makan seribu orang.  

6. Perintah Kristus kepada murid-murid-Nya untuk menyuruh 

orang banyak ini duduk (ay. 10): “Suruhlah orang-orang itu 

duduk, sekalipun kamu tidak memiliki  apa-apa untuk dihi-

dangkan di hadapan mereka, percayakan hal itu kepada-Ku.” 

Perintah ini sama seperti menyuruh seorang pengurus rumah 

tangga ke pasar untuk membeli sesuatu tanpa uang: Dengan 

perintah ini, Kristus ingin menguji kepatuhan mereka. 

Perhatikanlah:  

(1) Perlengkapan yang ada di ruang makan: di tempat itu ada 

banyak rumput, meskipun terletak di daerah gurun. Lihat-

lah betapa berlimpahnya alam ini, yang membuat gunung-

gunung menumbuhkan rumput (Mzm. 147:8). Rumput ini 

memang tidak bisa dimakan. Tuhan   menyediakannya bukan 

hanya dalam jumlah yang cukup, namun   lebih dari cukup. 

Di tempat yang banyak rumput inilah Kristus berkhotbah. 

Injil yang diwartakan membawa berkat lain bersamanya: 

Tanah telah memberi hasilnya (Mzm. 67:7). Rumput yang 

banyak ini membuat tempat ini menjadi lebih nyaman dan 

lega bagi mereka yang harus duduk di tanah, menjadi 

bantal atau bahkan menjadi katil atau tempat berbaring (se-

perti yang disebut saat  orang duduk pada sebuah per-

jamuan dalam Ester 1:6). Kalau kita perhatikan apa yang 

dikatakan Kristus tentang rumput di ladang (Mat. 6:29-30), 

katil-katil ini jauh melebihi katil Raja Ahasyweros. Sung-

guh kemegahan alam itu jauh lebih agung.  

(2) Jumlah pengikut yang hadir: kira-kira lima ribu laki-laki ba-

nyaknya, suatu perjamuan luar biasa besar, yang meng-

gambarkan perjamuan Injil, perjamuan segala bangsa (Yes. 

26:6), sebuah perjamuan bagi semua yang mau datang. 

7. Pembagian makanan itu (ay. 11).  

Perhatikanlah: 

(1) Makanan dibagikan dengan ucapan syukur: Kristus meng-

ucap syukur.  

Perhatikanlah:  

[1] Kita harus mengucap syukur kepada Tuhan   untuk ma-

kanan kita. Hanya sebab  belas kasihan-Nya kita dapat 

memiliki  makanan, dan kita menerimanya dari ta-

ngan Tuhan  , sebab  itu harus diterima dengan ucapan 

syukur (1Tim. 4:4-5). Inilah manisnya segala penghibur-

an yang diterima kita sebagai makhluk ciptaan-Nya, ka-

rena penghiburan itu menghiasi kita dengan benda, dan 

memberi kesempatan kepada kita untuk melaksanakan 

kewajiban memberi ucapan syukur yang istimewa itu.  

[2] Meskipun makanan kita sederhana dan hanya sedikit 

jumlahnya, sekalipun kita tidak memiliki  banyak 

dan juga tidak mewah dan indah, namun kita harus se-

nantiasa mengucap syukur kepada Tuhan   atas apa yang 

kita miliki.  

(2) Makanan itu dibagikan dari tangan Kristus sendiri melalui 

murid-murid-Nya (ay. 11).  

Perhatikanlah:  

[1] Semua kebaikan dan penghiburan yang kita terima ber-

asal dari tangan Kristus sendiri. Tak peduli siapa pun 

yang membawanya kepada kita, sebenarnya Dialah 

yang mengirimkannya kepada kita, Dia membagikan ke-

pada mereka yang kemudian membagikannya kepada 

kita.  

[2] Dalam membagikan roti kehidupan bagi mereka yang 

mengikuti Dia, Ia suka menggunakan pelayanan murid-

murid-Nya. Mereka menjadi pelayan di meja perjamuan 

Kristus, atau tepatnya pengurus dalam rumah tangga-

Nya, untuk memberikan makanan kepada mereka pada 

waktunya.  

(3) Makanan dibagi-bagikan sampai semua orang menjadi ke-

nyang. Masing-masing tidak hanya mengambil sedikit, te-

tapi sebanyak yang mereka kehendaki. Jatah makanan 

yang diberikan bukan hanya sebagian, namun   penuh. Ba-

yangkan, sudah lama mereka tidak makan apa-apa, jadi 

pasti mereka duduk dengan selera makan yang besar. Jadi 

tepatlah makanan mujizat yang tersedia ini, melebihi ma-

kanan biasa, sebab  mereka bisa makan sebanyak-banyak-

nya tanpa harus membayar. Orang-orang yang diberi ma-

kan roti kehidupan oleh Kristus, tidak perlu berhemat lagi. 

(Mzm. 81:11). Yang ada sebelumnya hanya dua ikan kecil, 

namun   sekarang mereka memiliki  ikan sebanyak yang 

mereka kehendaki. Kristus tidak menyediakan makanan 

khusus bagi tamu yang kaya dan memberikan roti kering 

kepada yang miskin. Ia memperlakukan semua orang 

sama, sebab  semua disambut dengan cara yang sama. 

Mereka yang menyebut makan ikan itu sebagai berpuasa, 

telah merendahkan perjamuan yang diselenggarakan Kris-

tus di sini, sebuah perjamuan yang sesungguhnya yaitu  

perjamuan besar. 

8. Perhatian yang diberikan pada makanan yang tersisa. 

(1) Perintah yang diberikan Kristus mengenai hal itu (ay. 12): 

sesudah  mereka kenyang, dan sesudah  setiap orang sudah 

benar-benar menyaksikan sendiri kebenaran mujizat itu, 

Kristus berkata kepada murid-murid-Nya, yaitu para pela-

yan yang dipekerjakan-Nya, “Kumpulkanlah potongan-

potongan yang lebih.” Perhatikanlah, kita harus selalu ber-

hati-hati sehingga tidak memboroskan apa pun dari cipta-

an Tuhan   yang baik. sebab  semua berkat yang diberikan, 

baik besar maupun kecil, diberikan dengan suatu syarat 

ini, yaitu bahwa tidak boleh ada pemborosan. Kalau kita 

boros, Tuhan   akan membuat kita kekurangan akan hal-hal 

yang kita boroskan itu. Orang-orang Yahudi sangat berhati-

hati agar jangan sampai membuang-buang roti. Mereka 

tidak akan membiarkan roti jatuh ke tanah untuk diinjak-

injak. Qui panem contemnit in gravem incidit paupertatem – 

Orang yang menghina roti akan jatuh miskin dan papah. 

Inilah peribahasa mereka. Meskipun Kristus mampu meng-

adakan makanan jika Ia berkenan, namun Ia lebih meng-

hendaki agar mereka mengumpulkan potongan-potongan 

yang lebih supaya tidak ada yang terbuang. saat  merasa 

kenyang, hendaknya kita ingat bahwa masih ada orang lain 

yang kekurangan, dan kita pun kapan-kapan bisa keku-

rangan. Orang yang mau berbuat amal, harus belajar me-

nabung perbekalan. Seandainya potongan-potongan roti ini 

ditinggalkan begitu saja di rerumputan, binatang liar dan 

unggas akan datang mengumpulkan dan memakannya. 

Apa yang baik untuk dijadikan makanan manusia, akan 

disia-siakan dan hilang percuma jika dilemparkan begitu 

saja kepada makhluk-makhluk liar. Kristus tidak memerin-

tahkan agar potongan-potongan roti itu mulai dikumpulkan 

sebelum mereka semua menjadi kenyang. Kita tidak boleh 

menimbun dan menyimpan kalau semuanya belum diberi-

kan sesuai yang dibutuhkan. Kita tidak boleh menimbun 

lebih dibandingkan  apa yang dibutuhkan. Kalau kita melakukan 

hal ini, maka, seperti yang dikatakan Baxter (seorang 

theolog Inggris – pen.), “Betapa akan lebih sedikitnya kita 

kehilangan firman Tuhan  , pertolongan Tuhan  , waktu kita, 

atau belas kasihan yang lebih besar!”  

(2) Kepatuhan mereka terhadap perintah itu (ay. 13): Maka 

mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas 

bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai 

yang lebih. Hal ini bukan hanya membuktikan kebenaran 

mujizat itu, bahwa mereka telah diberi makan bukan de-

ngan makanan khayali, namun   dengan makanan yang sung-

guh nyata dan berwujud (lihatlah berapa banyak makanan 

yang tersisa), melainkan juga membuktikan kebesaran 

mujizat itu. Mereka bukan saja menjadi kenyang, namun   

masih ada kelebihannya yang melimpah. Lihatlah betapa 

besarnya karunia ilahi itu, yang bukan sekadar memenuhi 

cawan, namun   membuatnya sampai tumpah keluar. Ada 

cukup persediaan roti tersedia di rumah Bapa kita. Potong-

an-potongan roti itu memenuhi dua belas bakul, satu bakul 

untuk masing-masing murid. Dengan demikian, kesediaan 

mereka berbagi apa yang mereka miliki demi melayani 

orang banyak telah terbayar kembali ditambah dengan bu-

nganya (2Taw. 31:10). Orang-orang Yahudi menjadikan hal 

ini sebagai hukum bagi mereka. saat  selesai makan, 

tidak lupa mereka sisakan sepotong roti di atas meja, de-

ngan harapan ada berkat sesudah  makan. sebab  terkutuk-

lah orang jahat yang jika ia makan semuanya dihabiskan 

(Ayb. 20:21 BIS).  

III. Inilah pengaruh mujizat tersebut pada orang-orang yang merasa-

kan manfaat mujizat itu (ay. 14): Mereka berkata: Dia ini yaitu  

benar-benar Nabi itu.  

Perhatikanlah:  

1. Bahkan orang-orang Yahudi yang sederhana sekalipun dengan 

penuh keyakinan mengharapkan Sang Mesias datang ke da-

lam dunia ini dan menjadi seorang nabi besar. Di sini mereka 

berbicara dengan penuh keyakinan perihal kedatangan-Nya. 

Orang-orang Farisi menganggap rendah orang-orang ini de-

ngan menyebut mereka sebagai orang-orang yang tidak meng-

erti Hukum Taurat. Namun, tampaknya orang-orang sederhana 

ini lebih mengetahui dibandingkan  orang-orang Farisi tentang Dia 

yang yaitu  kegenapan hukum Taurat.  

2. Mujizat yang dibuat Kristus dengan jelas menunjukkan bahwa 

Dialah Mesias yang dijanjikan, Sang Guru yang datang dari 

Tuhan  , Sang Nabi besar, dan hal ini sungguh meyakinkan 

orang-orang yang merasa takjub itu bahwa inilah Dia yang 

akan datang. Ada banyak orang yang yakin bahwa Dia yaitu  

Sang Nabi yang harus datang ke dunia ini, namun mereka 

tidak mau menerima ajaran-Nya dengan tulus, sebab  mereka 

tidak mau lanjut terus dengan keyakinan mereka itu. Hati 

yang terpecah, yang tidak tetap dan kacau seperti inilah yang 

ada dalam jiwa orang jahat yang belum dikuduskan. Hal se-

perti itulah yang mungkin dapat membuat orang yang telah 

mengakui bahwa Kristus yaitu  Sang Nabi itu, kemudian ber-

balik, dan tidak mau mendengarkan Dia lagi.  

Yesus Berjalan di Atas Air  

(6:15-21) 

15 sebab  Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa 

Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, 

seorang diri. 16 Dan saat  hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi 

ke danau, lalu naik ke perahu 17 dan menyeberang ke Kapernaum. saat  

hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, 18 sedang 

laut bergelora sebab  angin kencang. 19 Sesudah mereka mendayung kira-

kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air men-

Injil Yohanes 6:15-21 

 359 

dekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. 20 namun   Ia berkata kepada 

mereka: “Aku ini, jangan takut!” 21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam 

perahu, dan sesaat  juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui. 

Di sini kita membaca: 

I. Kristus mengundurkan diri dari orang banyak. 

1. Perhatikanlah apa yang mendorong Kristus mengundurkan 

diri dari orang banyak itu. sebab  Ia melihat bahwa orang-

orang yang mengakui Dia sebagai Sang Nabi yang harus 

datang ke dunia ini, akan datang dan hendak membawa Dia 

dengan paksa untuk menjadikan Dia raja (ay. 15).  

Sekarang, di sini kita melihat sebuah contoh: 

(1) Semangat yang kacau dari sejumlah pengikut Kristus. Ke-

inginan mereka tidak lain yaitu  menjadikan Dia seorang 

Raja.  

Sekarang:  

[1] Tindakan mereka yang penuh semangat ini yaitu  un-

tuk kehormatan Kristus, dan ini sungguh bertolak bela-

kang dengan penghinaan yang dilakukan penguasa 

Yahudi terhadap Kristus. Mereka merasa prihatin bah-

wa orang yang luar biasa berguna bagi dunia ini begitu 

tidak dihargai. Sebab itulah, sebab  gelar-gelar kerajaan 

dianggap sesuatu yang paling mentereng, mereka ingin 

mengangkat Dia sebagai seorang Raja, sebab  mereka 

tahu bahwa Sang Mesias akan menjadi seorang Raja. 

sebab  Ia seorang nabi, seperti Musa adanya, maka 

tentulah Ia juga seorang Raja yang berkuasa dan yang 

memberi hukum. Dan jika mereka tidak bisa melantik 

Dia di atas gunung Sion yang kudus, maka cukuplah 

untuk saat sekarang jika mereka melantik-Nya di atas 

sebuah gunung di Galilea. Mereka yang telah dijamu 

oleh Kristus dengan makanan-makanan kerajaan yang 

berasal dari sorga ingin membalas kebaikan-Nya itu 

dengan menjadikan Dia Raja serta mendudukkan-Nya 

di atas takhta di dalam jiwa mereka: Biarlah Dia yang 

telah memberi kami makan memerintah atas kami. 

namun  ,  

[2] Semangat yang diperlihatkan orang-orang itu sungguh 

kacau. sebab , pertama, semangat tersebut bertumpu 

pada pemahaman yang keliru mengenai sifat kerajaan 

Kristus, seolah-olah kerajaan Kristus sama seperti kera-

jaan dari dunia ini. Pikir mereka, Dia harus tampil da-

lam kemegahan duniawi yang bisa dilihat orang, dengan 

sebuah mahkota di atas kepala-Nya, serta sepasukan 

prajurit mengawali-Nya. Mereka ingin membuat-Nya 

menjadi raja seperti itu. Sebuah keinginan yang meru-

pakan penghinaan besar bagi kemuliaan-Nya, seperti 

melapis emas atau mengecat batu delima. Pemahaman 

yang benar tentang kerajaan Kristus akan membuat 

kita tetap menggunakan cara yang benar untuk mema-

jukan kerajaan-Nya. Kedua, keinginan mereka dipicu 

oleh kasih yang bersifat kedagingan. Mereka hendak 

menjadikan Dia raja supaya Ia dapat memberi mereka 

makan dengan berlimpah-limpah tanpa harus bekerja 

keras, serta membebaskan mereka dari kutuk bahwa 

dengan berpeluh mereka akan mencari makanan mere-

ka. Ketiga, rencana mereka itu dimaksudkan untuk 

menjalankan sebuah rancangan duniawi. Mereka ber-

harap bahwa rancangan ini akan mengenyahkan kuk 

penjajahan bangsa Romawi yang telah melelahkan me-

reka. Jika mereka memiliki  seorang pemimpin yang 

mampu menyediakan perbekalan bagi pasukan perang 

dengan biaya yang lebih murah dari pada biaya untuk 

menghidupi sebuah keluarga, maka mereka yakin mere-

ka akan kuat untuk berperang dan pasti akan menang, 

dan akan memulihkan kembali kemerdekaan masa 

silam bangsa mereka. Dengan demikian, kita melihat 

bahwa agama sering disalahgunakan demi kepentingan 

duniawi, dan Kristus dilayani hanya supaya dapat mela-

yani suatu tujuan tertentu (Rm. 16:18). Vix quaritur 

Jesus properter Jesusm, sed propter aliud – Yesus biasa-

nya dicari untuk suatu kepentingan yang lain, bukan 

untuk kepentingan-Nya sendiri. Begitulah kata bapa 

gereja Augustinus. Keempat, bukan itu saja, semangat 

mereka itu merupakan upaya yang sifatnya menghasut 

dan bisa membangkitkan keguncangan dan gangguan 

bagi ketenteraman umum. Upaya itu akan menyulut pe-

rang di negeri itu dan mengundang kemarahan pengua-

sa Romawi. Kelima, semangat atau keinginan orang-

orang itu bertentangan dengan pemikiran Tuhan Yesus 

sendiri, sebab  mereka hendak membawa Dia dengan 

paksa, tidak peduli apakah Ia bersedia atau tidak. Per-

hatikanlah, orang-orang yang memaksa memberikan 

kehormatan kepada Kristus yang tidak Ia minta dari 

mereka, tidak akan menyenangkan hati-Nya dan sangat 

menghina Dia. Mereka yang berkata Aku dari golongan 

Kristus untuk menentang mereka yang berasal dari go-

longan Apolos dan Kefas (sehingga dengan demikian 

menjadikan Kristus sebagai kepala suatu golongan), 

telah membawa Dia dengan paksa untuk dijadikan raja. 

Ini sungguh bertentangan dengan pemikiran Kristus 

sendiri.  

(2) Di sini kita melihat sebuah contoh kerendahan hati dan pe-

nyangkalan diri Tuhan Yesus. saat  mereka hendak men-

jadikan Dia raja, Ia menyingkir. Begitu jauh Ia dari menye-

tujui rancangan seperti itu, yang sudah dihancurkannya 

sama sekali. Dalam hal ini Ia meninggalkan sebuah kesak-

sian yang,  

[1] Melawan keinginan yang berlebihan dan nafsu terhadap 

kehormatan duniawi, yang sepenuhnya telah Ia matikan 

dalam diri-Nya, dan Ia mengajar kita untuk berlaku de-

mikian. Seandainya mereka membawa Dia dengan pak-

sa serta menjadikan-Nya seorang tawanan, maka Ia 

tidak akan berusaha keras untuk menyingkir dengan 

diam-diam dibandingkan dengan bila mereka ingin 

menjadikan Dia seorang raja. Janganlah kita mendam-

ba-dambakan diri menjadi pujaan orang banyak, dan 

jangan pula menginginkan pujian yang sia-sia.  

[2] Menentang upaya yang memecah belah dan menghasut 

orang, pengkhianatan dan pemberontakan, serta apa 

pun yang cenderung mengganggu kedamaian para pe-

nguasa dan wilayah-wilayah mereka. Dengan sikap ini, 

tampaklah bahwa Ia bukanlah musuh Kaisar, dan para 

pengikut-Nya juga demikian. Keinginan-Nya hanyalah 

hidup rukun di negeri. Ia menghendaki para pelayan-Nya 

untuk menolak segala sesuatu yang tampak seperti ha-

sutan atau yang tampak mengarah ke sana, dan hanya 

mengembangkan minat mereka bagi kepentingan peker-

jaan mereka saja.  

2. Perhatikanlah ke mana Ia mengundurkan diri. Ia menyingkir 

pula ke gunung, eis to oros – ke gunung, yaitu gunung tempat 

ia berkhotbah sebelumnya (ay. 3). Dari gunung itulah Ia turun 

tadi ke dataran rendah untuk memberi makan banyak orang, 

dan kemudian kembali sendirian ke sana, untuk menyendiri. 

Meskipun kehadiran Kristus di tempat ramai begitu membawa 

berkat, kadang-kadang Ia lebih suka menyendiri, untuk meng-

ajar kita agar sesekali pergi mengasingkan diri supaya dapat 

lebih bebas bercakap-cakap dengan Tuhan   dan jiwa kita sendiri. 

Kita tidak pernah benar-benar sendirian, kata orang Kristen 

yang sungguh-sungguh, meskipun berada seorang diri. Ibadah-

ibadah umum tidak boleh menggeser ibadah pribadi kita.  

II. Inilah kesukaran yang dihadapi murid-murid-Nya di danau. Ada 

orang-orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal, mereka 

melihat pekerjaan-pekerjaan Tuhan, sebab  Ia-lah yang membang-

kitkan angin badai (Mzm. 107:23-25). Mari kita terapkan ayat-ayat 

ini terhadap murid-murid ini. 

1. Di sini kita membaca mereka pergi ke danau dengan menum-

pang sebuah perahu (ay. 16-17): saat  hari menjelang malam, 

sesudah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, kini tibalah 

saatnya untuk kembali pulang. sebab  itu mereka naik ke atas 

perahu dan berlayar menuju Kapernaum. Ini mereka lakukan 

sesuai dengan perintah dari Guru mereka, dengan tujuan 

(yang tampaknya demikian) untuk menjauhkan mereka dari 

godaan mengikuti orang-orang yang ingin menjadikan Dia 

sebagai raja. 

2. Kemudian muncullah angin badai, yang menggenapi firman 

Tuhan  . Mereka yaitu  murid-murid Kristus dan sedang dalam 

perjalanan melaksanakan tugas, sementara Kristus sedang 

berada di atas gunung dan berdoa bagi mereka. Namun, pada 

saat yang sama mereka justru menghadapi kesukaran. Bahaya 

dan penderitaan yang kita alami pada saat ini merupakan 

sesuatu yang harus kita tanggung sebagai bagian kita di da-

lam Kristus dan pengantaraan-Nya. Mereka baru saja makan 

perjamuan di meja Kristus. Namun, sesudah  sinar surya peng-

hiburan, datanglah badai.  

(1) saat  hari sudah gelap. Kegelapan ini membuat badai 

menjadi lebih berbahaya dan meresahkan. Adakalanya 

umat Tuhan berada dalam kesulitan dan tidak bisa melihat 

jalan keluar. Mereka berada dalam kegelapan tanpa tahu 

apa penyebab kesusahan mereka, apa maksud dan tujuan 

kesulitan itu, apa yang akan terjadi.  

(2) Yesus belum juga datang mendapatkan mereka. saat  me-

reka berada di tengah badai (Mat. 8:23 dst.), Yesus berada 

di dalam perahu bersama mereka. Tapi sekarang, orang 

yang mereka kasihi telah mengundurkan diri dan pergi 

menyingkir. Ketidakhadiran Kristus semakin memperburuk 

kesusahan orang-orang Kristen.  

(3) Laut bergelora sebab  angin kencang yang bertiup. Cuaca 

tenang dan baik saat  mereka meluncurkan perahu ke air 

(mereka tidak akan gegabah meluncurkan perahu di tengah 

badai). Namun, badai itu datang saat  mereka telah ber-

ada di tengah danau. Dalam masa penuh ketenangan kita 

harus siap menghadapi kesukaran, sebab  kesukaran itu 

akan muncul pada saat yang sama sekali tidak terduga. 

Biarlah hal ini menjadi penghiburan bagi orang-orang baik 

saat  mengalami kesukaran, sebab  murid-murid Kristus 

juga pernah demikian. Biarlah juga janji-janji Tuhan   yang 

penuh belas kasihan mengimbangi ancaman laut yang 

ganas. Walaupun di tengah badai dan berada dalam kege-

lapan, kesukaran itu tidaklah lebih buruk dibandingkan  yang 

dialami murid-murid Kristus. Awan dan kegelapan ada-

kalanya menyelubungi anak-anak terang dan siang hari. 

3. Mendekatlah Kristus kepada mereka pada waktu yang tepat 

saat  mereka sedang berada dalam bahaya (ay. 19). Sesudah 

mereka mendayung (untuk menghindar dari angin sakal) kira-

kira dua tiga mil jauhnya. Roh Kudus yang mengilhamkan ayat 

ini dapat saja mengetahui dengan tepat jarak tersebut, namun 

jarak yang disebut di sini hanyalah bersifat prakiraan saja 

yang diungkapkan sesuai dugaan sang penulis. saat  mereka 

berhasil menghindari angin itu, mereka melihat Yesus berjalan 

di atas air.  

Lihatlah di sini:  

(1) Kuasa Kristus mengatasi hukum dan kebiasaan alam, Ia 

mengendalikan dan mengesampingkannya sesuai kehen-

dak-Nya. Sangat alami jika tubuh yang berat akan tengge-

lam ke dalam air, namun Kristus berjalan di atas air seperti 

di atas tanah kering, yang lebih dahsyat dibandingkan de-

ngan mujizat Musa yang menguakkan laut dan berjalan 

menempuh air.  

(2) Perhatian Kristus kepada murid-murid-Nya yang sedang 

menghadapi kesukaran: Ia mendekati perahu itu, dan itulah 

sebabnya mengapa Ia berjalan di atas air, seperti saat  Ia 

berkendaraan melintasi langit untuk menolong umat-Nya (Ul. 

33:26). Ia tidak akan membiarkan mereka dirundung ma-

lang saat  mereka dilanggar angin badai dan tidak dihibur-

kan. saat  mereka dibuang (seperti Yohanes) ke tempat 

yang jauh dan terpencil, atau dikurung di dalam penjara 

(seperti Paulus dan Silas), Ia akan menemukan jalan ma-

suk ke tempat mereka dan mendekati mereka.  

(3) Kelegaan yang diberikan Kristus saat  murid-murid-Nya 

ketakutan. Maka ketakutanlah mereka. Mereka lebih takut 

pada hantu (sebab  mereka menyangka Dia hantu) dari-

pada angin dan gelombang. Sungguh lebih mengerikan ber-

juang melawan penghulu-penghulu kegelapan dibanding-

kan dengan melawan laut yang bergelora. Mereka mengira 

ada hantu yang mengejar mereka, dan mungkin hantu ini 

yang mendatangkan badai ini. Pikiran ini membuat mereka 

merasa lebih ngeri lagi dibandingkan  sebelumnya saat  mereka 

hanya melihat badai saja.  

Perhatikanlah:  

[1] Kegelisahan kita yang nyata sering menjadi semakin 

bertambah-tambah sebab  khayalan kita memunculkan 

segala angan-angan.  

[2] Bahkan datangnya penghiburan dan pertolongan sering 

disalahartikan sebagai hal yang menakutkan dan mem-

bingungkan. Kita sering kali bukan saja lebih merasa 

takut dibandingkan  merasa sakit, namun   justru merasa sangat 

ketakutan saat  kita siap ditolong. Namun, saat  me-

reka dilanda ketakutan ini, betapa dengan penuh kasih 

sayang Kristus berusaha meredakan ketakutan mereka 

dengan kata-kata lembut (ay. 20), “Aku ini, jangan 

takut!” Tidak ada yang lebih kuat untuk meyakinkan 

orang-orang berdosa dibandingkan  kata-kata ini, “Akulah 

Yesus yang kau aniaya itu.” Tidak ada yang lebih hebat 

untuk menghibur orang-orang kudus selain kata-kata 

ini, “Akulah Yesus, yang kamu kasihi. Inilah Aku yang 

mengasihi kamu, yang mengupayakan kebaikan bagi-

mu. Janganlah takut kepada-Ku, dan juga pada badai 

itu.” saat  kesukaran menjelang, Kristus juga men-

dekat.  

4. Dengan cepat mereka tiba di pelabuhan yang menjadi tempat 

tujuan mereka (ay. 17).  

(1) Mereka menyambut Kristus ke atas perahu. Mereka berse-

dia menerima Dia. Perhatikanlah, ketidakhadiran Kristus 

selama beberapa saat justru semakin membuat diri-Nya 

lebih disayang lagi pada saat Ia kembali kepada murid-mu-

rid-Nya. Mereka sangat menghargai kehadiran-Nya mele-

bihi hal-hal lainnya (Kid. 3:4).  

(2) Kristus membawa mereka dengan selamat ke tepian: dan 

sesaat  juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka 

tujui.  

Perhatikanlah:  

[1] Perahu jemaat, yang ditumpangi murid-murid Kristus 

termasuk semua milik mereka, mungkin banyak meng-

alami guncangan dan kesusahan, namun akhirnya 

akan tiba juga dengan aman di pelabuhan tujuan. Ter-

ombang-ambing di lautan, namun tidak tenggelam. Di-

empaskan, namun tidak binasa. Semak menyala, namun   

tidak dimakan api.  

[2] Kuasa dan kehadiran Raja Jemaat akan mempercepat 

dan mempermudah datangnya kelepasan bagi gereja. 

Kuasa dan kehadiran-Nya juga mengatasi semua kesu-

litan yang mengacaukan sahabat-sahabat jemaat untuk 

giat dan bekerja. Murid-murid telah mendayung dengan 

susah payah, namun tidak juga berhasil mencapai tu-

juan sampai mereka menaikkan Kristus ke dalam pe-

rahu, dan sesaat  itu juga mereka sampai di tempat 

tujuan. Jika kita telah menerima Tuhan Yesus Kristus, 

menyambut Dia dengan sepenuh hati ke dalam perahu 

kita, maka sekalipun malam gelap pekat dan angin 

menderu kencang, kita dapat menghibur diri dengan 

kebenaran ini, yaitu bahwa kita akan segera tiba di pan-

tai tujuan, dan berada jauh lebih dekat dengan tujuan 

dibandingkan  yang kita perkirakan. Banyak jiwa yang peragu 

dijemput ke sorga melalui suatu kejutan yang menye-

nangkan, tanpa disadari.  

Percakapan Kristus dengan Orang Banyak 

(6:22-27) 

22 Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, 

melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan 

bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-

murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. 23 namun   

sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat 

mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. 24 saat  

orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya 

juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum 

untuk mencari Yesus. 25 saat  orang banyak menemukan Yesus di seberang 

laut itu, mereka berkata kepada-Nya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?” 26 

Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu 

mencari Aku, bukan sebab  kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan ka-

rena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. 27 Bekerjalah, bukan un-

tuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang ber-

tahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia 

kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Tuhan  , dengan meterai-

Nya.” 

Dalam ayat-ayat ini kita membaca: 

I. Dengan cermatnya orang banyak mencari-cari Kristus (ay. 23-24). 

Mereka melihat murid-murid pergi ke danau. Mereka melihat 

Kristus mengundurkan diri ke gunung, mungkin dengan pesan 

bahwa Ia ingin menyendiri selama beberapa saat. Namun sebab  

hati mereka begitu terpaku dengan keinginan untuk menjadikan 

Dia seorang raja, mereka berusaha mencegat Dia saat  Ia kem-

bali. Dan pada keesokan harinya, keinginan yang berkobar itu 

masih terus berlanjut. 

1. Mereka merasa sangat kehilangan Dia. Ia telah pergi, dan me-

reka tidak tahu apa yang terjadi dengan-Nya. Mereka melihat 

bahwa di situ tidak ada perahu selain yang telah digunakan 

oleh murid-murid. Dalam penyelenggaraan Tuhan   segala sesua-

tu sudah diatur sedemikian rupa untuk meneguhkan mujizat 

Yesus berjalan di atas air, sebab  saat itu tidak ada perahu 

lain lagi yang dapat ditumpangi-Nya. Mereka juga mengetahui 

bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama de-

ngan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang 

berangkat dan meninggalkan mereka di seberang danau. Per-

hatikanlah, siapa yang ingin menemukan Kristus, ia harus 

memperhatikan dengan rajin semua gerakan-Nya dan belajar 

memahami tanda-tanda kehadiran dan ketidakhadiran-Nya, 

supaya dengan demikian bisa mengetahui ke mana arah yang 

harus ditempuh.  

2. Betapa giatnya mereka mencari-cari Dia. Mereka mencari di 

tempat-tempat sekitar, dan saat  mereka melihat, bahwa 

Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak (Ia atau 

siapa pun juga tidak dapat memberi kabar mengenai Dia), 

mereka memutuskan untuk mencari-Nya di tempat lain. Per-

hatikanlah, orang yang ingin menemukan Kristus harus tekun 

mencari sampai dengan sepenuh hati, harus mencari sampai 

menemukan, harus pergi dari laut ke laut untuk mencari fir-

man Tuhan  , dibandingkan  hidup tanpa firman itu. Dan mereka yang 

telah dijamu Kristus dengan roti kehidupan harus memiliki 

kerinduan jiwa yang sungguh-sungguh kepada-Nya. Orang-

orang demikian harus lebih bersekutu lebih erat lagi dengan 

Kristus.  

Nah, perhatikanlah:  

(1) Akhirnya orang banyak tadi memutuskan untuk pergi ke 

Kapernaum guna mencari-Nya. Di sanalah markas besar-

Nya, di mana Ia biasanya tinggal. Ke sanalah murid-murid-

Nya pergi, dan mereka tahu bahwa Ia tidak akan lama 

berpisah dari murid-murid-Nya. Mereka yang ingin mene-

mukan Kristus harus mengikuti jejak-jejak kawanan dom-

ba-Nya.  

(2) Pemeliharaan Tuhan   berpihak kepada mereka dengan mem-

berikan peluang untuk pergi ke sana melalui air, yang me-

rupakan cara tercepat untuk mencapai tempat itu. Dikata-

kan bahwa sementara itu beberapa perahu lain datang dari 

Tiberias, yang terletak sedikit lebih jauh di pantai yang 

sama. Dekat, meskipun tidak terlampau dekat dengan tem-

pat mereka makan roti, tempat yang memungkinkan me-

reka dengan segera dapat melakukan perjalanan ke Kaper-

naum, dan mungkin perahu-perahu itu akan menuju ke 

sana. Perhatikanlah, mereka yang dengan penuh kesung-

guhan berusaha mencari Kristus, serta mencari kesempat-

an bercakap-cakap dengan Dia, biasanya akan diakui dan 

dibantu oleh pemeliharaan Tuhan   dalam upaya mereka. 

sesudah  menyebut peristiwa makan roti yang dilipatganda-

kan itu, penulis Injil ini menambahkan kata-kata, sesudah 

Tuhan mengucapkan syukur atasnya (ay. 11). Hati murid-

murid begitu tersentuh dengan ucapan syukur Guru me-

reka itu sehingga mereka tidak pernah melupakan kesan 

yang ditimbulkan oleh perbuatan itu dalam diri mereka. 

Mereka suka mengingat kata-kata yang penuh kebaikan 

dan menyentuh hati yang meluncur dari mulut-Nya. Ini 

yaitu  kemuliaan dan keindahan dari peristiwa makan roti 

itu, yang membuatnya menjadi luar biasa. Hati murid-

murid sungguh terbakar olehnya.   

3. Orang banyak itu tidak menyia-nyiakan kesempatan yang da-

tang  begitu saja. Mereka naik ke perahu-perahu itu lalu be-

rangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Mereka tidak mau 

berlama-lama, berharap dapat melihat Dia lagi di sisi danau 

sana. Keyakinan mereka menguat dan hasrat mereka mem-

bara. Segeralah mereka mengejar Dia. Tindakan-tindakan yang 

baik sering kali berantakan dan tidak menghasilkan apa-apa 

sebab  tidak dilaksanakan pada waktunya. Mereka sampai di 

Kapernaum, dan tampaknya semua pengikut Kristus yang mu-

nafik ini mengalami perjalanan yang mulus dan menyenang-

kan, sementara murid-murid-Nya yang tulus dan bersungguh-

sungguh mengalami perjalanan yang buruk dan berbadai. 

Bukan hal yang aneh jika orang-orang terbaik akan mengalami 

yang terburuk dalam dunia yang jahat ini. Mereka datang 

untuk mencari Yesus. Perhatikan, orang-orang yang ingin me-

nemukan Kristus dan memperoleh penghiburan di dalam Dia, 

harus bersedia menderita kepedihan, dan seperti yang terjadi 

di sini, mereka harus mengarungi lautan dan menjelajahi da-

ratan untuk mencari dan melayani Dia yang datang dari sorga 

ke dunia ini untuk mencari dan menyelamatkan kita.  

II. Keberhasilan pencarian orang banyak itu: Orang banyak menemu-

kan Yesus di seberang laut itu (ay. 25). Perhatikanlah, cepat atau 

lambat, Kristus akan ditemukan oleh mereka yang mencari Dia. 

Sungguh sangat berharga untuk menyeberangi laut, bahkan pergi 

dari laut ke laut dan dari sungai sampai ke ujung bumi untuk 

mencari Kristus, jika pada akhirnya kita dapat menemukan Dia. 

Walaupun tampak kemudian bahwa orang-orang ini ternyata 

tidak tulus dan tidak digerakkan oleh suatu dasar pendirian yang 

baik, mereka sangat bersemangat. Perhatikanlah, orang-orang 

munafik bisa tampak sangat maju dalam mengikuti hukum-hu-

kum Tuhan  . Jika orang sudah tidak bisa menunjukkan lebih ba-

nyak lagi kasih mereka kepada Kristus selain pergi ke sana-

kemari mencari banyak khotbah dan doa serta rasa suka yang 

berlebihan akan khotbah yang baik, maka mereka memiliki  cu-

kup alasan untuk mencurigai diri sendiri bahwa mereka tidak 

lebih baik dibandingkan  orang banyak yang sangat ingin menjumpai-

Nya ini. Meskipun Kristus mengetahui bahwa orang-orang ini 

tidak memiliki dasar pendirian yang baik, Ia tetap bersedia mene-

mui mereka dan menerima mereka memasuki persekutuan de-

ngan-Nya. Bila kita dapat mengetahui isi hati orang-orang muna-

fik, kita tidak boleh mengeluarkan mereka begitu saja dari perse-

kutuan kita, sekalipun pengakuan iman mereka itu hanya di luar 

saja. Terlebih lagi jika kita tidak dapat mengetahui isi hati me-

reka.  

III. Pertanyaan yang mereka ajukan saat  menemukan Dia: “Rabi, 

bilamana Engkau tiba di sini?” Menurut ayat 59, tampaknya me-

reka menemukan Dia di rumah ibadat. Mereka tahu bahwa inilah 

tempat yang paling besar kemungkinannya untuk mencari dan 

menemukan Kristus, sebab  sudah menjadi kebiasaan-Nya untuk 

mengikuti ibadah keagamaan bersama orang banyak (Luk. 4:16). 

Perhatikanlah, Kristus harus dicari dan akan ditemukan dalam 

kumpulan jemaat-Nya dan dalam pelayanan hukum-hukum-Nya. 

Ibadah umum itulah yang dipilih Kristus untuk mengakui dan 

memberkati umat-Nya dengan kehadiran-Nya dan untuk menya-

takan diri-Nya. Di sanalah mereka menemukan Dia, dan yang 

dapat mereka katakan hanyalah, Rabi, bilamana Engkau tiba di 

sini? Mereka sadar, Ia tidak mau dijadikan raja, dan sebab  itu 

mereka tidak bisa menyebut-nyebut soal ini lagi, selain memang-

gil-Nya Rabi, Guru mereka. Pencarian mereka bukan hanya me-

nyangkut waktu, namun   juga cara, yaitu cara Ia sampai di sana. 

Bukan hanya Bilamana, namun   juga, “Bagaimana Engkau tiba di 

sini?”, sebab  tidak ada perahu yang dapat dipakai-Nya. Mereka 

dihinggapi rasa ingin tahu tentang tindakan-tindakan Kristus, 

namun   tidak ingin memeriksa diri mereka sendiri.  

IV. Jawaban yang diberikan Kristus kepada mereka tidak mengarah 

langsung pada pertanyaan mereka (apa gunanya pertanyaan bila-

mana dan bagaimana Ia tiba di sini bagi mereka?), namun   men-

jawab apa sebenarnya yang menjadi permasalahan mereka.  

1. Kristus mengetahui dasar pendirian buruk yang dimiliki dalam 

mengikuti Dia (ay. 26): “Aku berkata kepadamu, Aku yang me-

nyelidiki hati, dan Aku tahu apa yang ada di dalam hati manu-

sia, Aku yaitu  Amin, Saksi yang setia dan benar (Why. 3:14-

15). Sesungguhnya kamu mencari Aku, itu baik, namun   perbuat-

anmu itu bukan berasal dari dasar pendirian yang baik.” 

Kristus bukan saja mengetahui apa yang kita perbuat, namun   

juga tahu mengapa kita melakukan hal itu.  

Orang-orang ini mengikuti Kristus:  

(1) Bukan sebab  ajaran-Nya: bukan sebab  kamu telah meli-

hat tanda-tanda. Tanda-tanda mujizat tersebut merupakan 

penegasan terpenting terhadap ajaran-Nya. Nikodemus 

mencari Kristus sebab  ajaran itu (3:2), dan mempertanya-

kan sejumlah hal mulai dari kuasa untuk mengadakan 

tanda-tanda itu sampai pada kebenaran firman-Nya. Na-

mun pertanyaan-pertanyaan orang-orang ini begitu bodoh 

dan cerobohnya sampai mereka sendiri pun tidak pernah 

mempertimbangkan dan memikirkannya. Sebaliknya, 

(2) Mereka mengikuti Kristus demi kepentingan perut mereka: 

sebab  kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bu-

kan sebab  Ia telah mengajar mereka, namun   sebab  Ia 

memberi mereka makan. Ia telah memberi mereka,  

[1] Makanan yang membuat mereka kenyang: Mereka telah 

makan dan menjadi kenyang. Mungkin sebelum itu 

beberapa di antara mereka sudah lama begitu miskin-

nya sampai tidak pernah merasakan apa artinya men-

jadi kenyang, makan dan sesudah itu pergi begitu saja.  

[2] Makanan yang lezat. Mungkin sama seperti anggur mu-

jizat yang yaitu  anggur terbaik, begitu jugalah makan-

an mujizat itu pasti lebih dibandingkan  sekadar lumayan 

enak.  

[3] Makanan yang murah. Mereka tidak perlu membayar 

apa-apa, tidak ada tagihan yang disodorkan. Perhati-

kanlah, banyak orang mengikut Kristus sebab  makan-

an, dan bukan sebab  kasih. Demikianlah yang dilaku-

kan orang-orang yang mencari keuntungan duniawi 

dalam pengakuan iman mereka. Mereka mengikuti cara 

ini untuk mendapatkan kehormatan dan kekayaan. 

Quantis profuit nobis hæc fabula de Christo – Menghor-

mati Kristus, betapa kita selalu mencari untung dengan 

pernyataan ini! Demikian kata seorang Paus. Orang-

orang ini menyanjung Kristus dengan sebutan Rabi, dan 

menunjukkan rasa hormat yang besar kepada-Nya, na-

mun Ia memberi tahu mereka tentang kemunafikan 

mereka yang sebenarnya. Oleh sebab  itu, para hambah 

Tuhan harus belajar untuk tidak menyanjung-nyanjung 

orang yang telah menyanjung mereka. Janganlah me-

reka menjadi mudah disuap, dengan meneriakkan kata 

damai sejahtera bagi semua orang yang memanggil 

mereka Rabi. Sebaliknya, mereka harus memberi tegur-

an bila itu memang harus demikian.  

2. Kristus mengarahkan mereka kepada dasar pendirian yang le-

bih baik (ay. 27): Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan 

dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sam-

pai kepada hidup yang kekal. saat  berbicara kepada seorang 

wanita  Samaria, Ia menyamakan perkara-perkara rohani 

dengan air. Di sini Ia menyamakan perkara-perkara rohani 

dengan makanan, memanfaatkan kesempatan tentang roti 

yang telah mereka makan. Tujuan-Nya yaitu : 

(1) Untuk mengurangi pencarian kita akan hal-hal duniawi: 

Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa. 

Petunjuk ini tidak melarang orang untuk mencari makan 

secara jujur (2Tes. 3:12). namun   yang dimaksud yaitu  su-

paya kita tidak menjadikan urusan-urusan dunia ini seba-

gai perhatian dan kepedulian utama kita. 

Perhatikanlah:  

[1] Perkara-perkara duniawi yaitu  makanan yang dapat 

binasa. Kekayaan, kehormatan, dan kesenangan dunia 

ini sama seperti makanan. Hal-hal itu memberi makan 

khayalan kita (dan banyak kali hanya untuk itu saja) 

dan mengenyangkan perut. Semua ini merupakan hal-

hal yang diinginkan, sama seperti makanan yang mere-

ka makan sampai sekenyang-kenyangnya, yang selama 

masih ada, diinginkan dengan hati penuh nafsu, dan 

harus dicapai dengan susah payah. Namun, mereka 

binasa sebab  memiliki hakikat yang bisa binasa, layu 

dengan sendirinya, dan rentan terhadap ribuan kecela-

kaan. Mereka yang memperoleh sebagian besar dari hal-

hal tersebut belum tentu dapat memilikinya sementara 

mereka masih hidup. Yang pasti, mereka akan mening-

galkan semua itu dan kehilangan semuanya saat mere-

ka mati.  

[2] sebab  itu betapa bodohnya kebanyakan kita yang be-

kerja untuk makanan yang akan binasa.  

Pertama, kita tidak boleh bersusah payah dalam hi-

dup keagamaan dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan 

keagamaan itu demi makanan yang akan dapat binasa 

itu. Kita tidak boleh merendahkan kehidupan keagama-

an kita untuk kepentingan yang bersifat duniawi, juga 

tidak boleh berusaha memperoleh keuntungan duniawi 

dari ibadah yang kudus.  

Kedua, Kita sama sekali tidak boleh bersusah payah 

mencari makanan yang akan dapat binasa ini. Artinya, 

kita tidak boleh menjadikan hal-hal yang dapat binasa 

ini sebagai hal yang utama, juga tidak boleh menjadikan 

jerih payah kita untuk mencari hal-hal dunia itu seba-

gai urusan utama kita. Janganlah mencari hal-hal itu 

sebagai yang pertama dan terutama (Ams. 23:4-5). 

(2) Untuk menghidupkan dan menggairahkan pencarian kita 

pada perkara yang lebih baik: “Curahkan jerih payahmu 

untuk tujuan yang lebih baik, dan bekerjalah untuk makan-

an bagi jiwa,” dan mengenai hal ini Ia menunjukkan,  

[1] Bahwa ini yaitu  hasrat yang tidak terkatakan: Itu ada-

lah makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang 

kekal. Itu yaitu  kebahagiaan yang akan berlangsung 

sampai selama-lamanya, yang bukan hanya bertahan 

sampai selama-lamanya, namun   yang juga akan meme-

lihara kita sampai pada kehidupan yang kekal. Berkat-

berkat dari konvenan baru menyiapkan kita untuk 

kehidupan kekal, memelihara kita menuju kehidupan 

kekal. Berkat-berkat itu merupakan jaminan dan tanda 

bahwa hidup kekal itu sungguh-sungguh akan dimiliki 

oleh kita semua.  

[2] Tidak diragukan lagi, makanan bagi jiwa itu sungguh 

dapat diperoleh. Carilah semua harta benda dunia ini, 

dan kumpulkanlah semua buah-buahan dari bumi ini, 

dan lihatlah, apakah semuanya itu dapat menyediakan 

perbekalan bagi kita sampai selama-lamanya? Tidak, 

laut berkata, ia tidak ada padaku, perbekalan seperti itu 

tidak ada di antara semua harta benda yang tersembu-

nyi di dalam tanah. Untuk gantinya tidak dapat diberi-

kan emas murni. Itu hanya dapat diberikan Anak Manu-

sia. Hēn dōsei, makanan atau kehidupan akan diberikan 

oleh Anak Manusia.  

Perhatikan baik-baik di sini:  

Pertama, siapa yang memberi makanan ini: Anak 

Manusia, kepala rumah tangga dan tuan atas semua 

persediaan yang ada. Ia dipercaya untuk mengatur ke-

rajaan Tuhan   di antara manusia dan untuk membagi-

bagikan semua karunia, anugerah, dan penghiburan 

yang berasal dari kerajaan itu. Ia memiliki kuasa untuk 

memberikan hidup yang kekal dengan semua sarana 

dan segala persiapan yang diperlukan untuk mencapai-

nya. Kita diminta bekerja keras untuk itu, seolah-olah 

kehidupan kekal itu harus diperoleh dengan kerajinan 

kita sendiri dan diberikan hanya berdasarkan pertim-

bangan yang berharga ini, seperti yang dikatakan oleh 

orang dunia ini, yaitu dii laboribus omnia vendunt – 

dewa-dewa akan memberikan semua keuntungan ke-

pada orang yang rajin. Namun, sekalipun kita telah be-

kerja begitu keras untuk memperolehnya, sebenarnya 

kita masih belum layak juga untuk mendapatkannya 

sebagai upah kita, kecuali diberikan sendiri oleh Sang 

Anak Manusia. Dan, adakah sesuatu yang lebih cuma-

cuma dibandingkan   hadiah atau pemberian? Sungguh sa-

ngat membesarkan hati bahwa Sang Pemberi itu yaitu  

Anak Manusia, sehingga kita kemudian bisa berharap 

bahwa anak-anak manusia yang mencarinya dan ber-

usaha keras untuk itu pasti akan mendapatkannya.  

Kedua, kuasa apa yang dimiliki-Nya sehingga Ia 

dapat memberikan hidup kekal itu. Sebab Dialah yang 

disahkan oleh Bapa, Tuhan  , dengan meterai-Nya, touton 

gar ho Patēr esphragisen, ho Theos – Tuhan   Bapa telah 

memeteraikan (menyetujui dan mengesahkan) bahwa 

Dia itu Tuhan  , begitulah menurut tafsiran sebagian 

orang. Bapa telah menyatakan Dia bahwa Dialah Anak 

Tuhan   yang berkuasa penuh. Bapa telah memeteraikan 

Dia, artinya, Tuhan   telah memberikan wewenang penuh 

kepada-Nya untuk mengurusi perkara antara Tuhan   dan 

manusia. Ia menjadi duta besar Tuhan   untuk manusia 

dan pengantara manusia dengan Tuhan  . Dan Tuhan   mem-

buktikan jabatan-Nya ini dengan berbagai mujizat. Se-

sudah Tuhan   memberikan wewenang kepada-Nya, Ia 

memberikan jaminan kepada kita tentang hal itu. Sete-

lah Tuhan   mempercayakan kepada-Nya segala kuasa 

yang tidak terbatas, Ia meyakinkan kita dengan bukti-

bukti yang tidak perlu diragukan lagi mengenai hal itu. 

Dengan cara inilah Tuhan   membantu Dia menjadi yakin 

teguh dalam menjalankan tugas-Nya bagi kita. sebab  

itulah kita juga harus yakin teguh seperti Dia dalam 

penyerahan diri kita kepada-Nya. Tuhan   Bapa memete-

raikan Dia dengan Roh yang tinggal di atas-Nya, dengan 

suara dari sorga, dengan kesaksian tentang Dia melalui

banyak tanda dan mujizat. Wahyu ilahi disempurnakan 

di dalam Dia. Di dalam Dialah penglihatan dan nubuat 

nabi itu digenapi (Dan. 9:24). Kepada Dialah semua 

orang percaya mengaku bahwa Tuhan   yaitu  benar 

(3:33). Dan di dalam Dialah kita semua dimeteraikan 

dengan tanda milik-Nya atas kita (2Kor. 1:22). 

Kristus yaitu  Roti Sejati yang Turun dari Sorga;  

Kristus Menyambut Semua Orang yang Datang kepada-Nya;  

Perlunya Menyantap Kristus, Sang Roti Hidup  

(6:28-59) 

28 Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya 

kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Tuhan  ?” 29 Jawab Yesus ke-

pada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Tuhan  , yaitu hendaklah 

kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Tuhan  .” 30 Maka kata mereka ke-

pada-Nya: “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihat-

nya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? 31 

Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada ter-

tulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga.” 32 Maka kata Yesus kepada 

mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberi-

kan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti 

yang benar dari sorga. 33 sebab  roti yang dari Tuhan   ialah roti yang turun 

dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.” 34 Maka kata mereka ke-

pada-Nya: “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” 35 Kata Yesus kepada 

mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan 

lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. 36 

namun   Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, 

kamu tidak percaya. 37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang 

kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. 38 

Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, 

namun   untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. 39 Dan Ini-

lah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang 

telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, namun   supaya Ku-

bangkitkan pada akhir zaman. 40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu su-

paya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh 

hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.” 41 

Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, sebab  Ia telah 

mengatakan: “Akulah roti yang telah turun dari sorga.” 42 Kata mereka: “Bu-

kankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana 

Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?” 43 Jawab Yesus kepada mere-

ka: “Jangan kamu bersungut-sungut. 44 Tidak ada seorang pun yang dapat 

datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, 

dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. 45 Ada tertulis dalam kitab 

nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Tuhan  . Dan setiap orang, yang 

telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. 46 

Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia 

yang datang dari Tuhan  , Dialah yang telah melihat Bapa. 47 Aku berkata kepa-

damu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia memiliki  hidup yang kekal. 

48 Akulah roti hidup. 49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gu-

run dan mereka telah mati. 50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa 

makan dari padanya, ia tidak akan mati. 51 Akulah roti hidup yang telah 

turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-

lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan 

untuk hidup dunia.” 52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama 

mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya ke-

pada kita untuk dimakan.” 53 Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata 

kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia 

dan minum darah-Nya, kamu tidak memiliki  hidup di dalam dirimu. 54 

Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia memiliki  hidup 

yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. 55 Sebab 

daging-Ku yaitu  benar-benar makanan dan darah-Ku yaitu  benar-benar 

minuman. 56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal 

di dalam Aku dan Aku di dalam dia. 57 Sama seperti Bapa yang hidup meng-

utus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang mema-

kan Aku, akan hidup oleh Aku. 58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, 

bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. 

Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” 59 Semuanya ini 

dikatakan Yesus di Kapernaum saat  Ia mengajar di rumah ibadat. 

Tidak dapat dipastikan apakah percakapan ini dilakukan dengan 

orang-orang Kapernaum, yang di dalam rumah ibadatnya Kristus 

berada sekarang, ataukah dengan orang-orang yang datang dari 

seberang danau. Namun, masalah ini tidak begitu penting bagi kita. 

Bagaimanapun juga, peristiwa ini memberi contoh kerendahan hati 

Kristus, di mana Ia memberikan mereka kebebasan untuk bertanya 

kepada-Nya, dan Ia tidak marah saat  mereka menyela pembicara-

an-Nya, sekalipun mereka itu bukan pengikut-pengikut setia-Nya. 

Mereka yang suka mengajar harus cepat mendengar dan belajar men-

jawab. Inilah hikmat bagi pengajar, yaitu sekalipun dihujani dengan 

pertanyaan yang sia-sia dan menyimpang, berusahalah memberi ja-

waban yang bermanfaat, supaya pertanyaan yang sia-sia dapat dite-

pis, namun   keinginan orang untuk bertanya tidak ditampik. Sekarang:  

I. sesudah  Kristus memberi tahu mereka bahwa mereka harus be-

kerja, dan berusaha keras untuk makanan yang Ia katakan itu, 

mereka menanyakan Dia apa yang harus mereka kerjakan, dan Ia 

pun menjawab mereka (ay. 28-29).  

1. Pertanyaan mereka cukup berkaitan dengan masalah yang di-

bicarakan: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami 

mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Tuhan  ?” Sebagian 

orang mengartikan pertanyaan tersebut kurang sopan: “Peker-

jaan yang dikehendaki Tuhan   seperti apa lagi yang bisa kami 

perbuat jauh lebih baik dibandingkan  apa yang telah kami lakukan 

dengan mematuhi hukum Musa?” Namun, saya lebih suka 

Injil Yohanes 6:28-59 

 377 

menganggap pertanyaan ini sebagai pertanyaan yang rendah 

hati dan bersungguh-sungguh. Setidaknya pada saat itu me-

reka berpikiran baik serta ingin mengetahui dan melaksana-

kan tugas-tugas mereka. Saya berpendapat bahwa orang-

orang yang mengajukan pertanyaan, Bagaimana dan Apa ini 

(ay. 30), dan yang juga mengajukan permohonan (ay. 34), bu-

kanlah orang-orang yang sama dengan mereka yang ber-

sungut-sungut (ay. 40-41) dan orang-orang yang bertengkar 

antara sesama mereka (ay. 52). sebab  dengan jelas orang-

orang terakhir ini disebut sebagai orang-orang Yahudi yang 

datang dari Yudea (merekalah yang secara ketat disebut seba-

gai orang Yahudi), yaitu mereka yang suka mempertengkarkan 

soal kecil-kecil. Sedangkan orang-orang yang sekarang ini 

berasal dari Galilea dan sengaja datang untuk diajar. Di sini, 

pertanyaan ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa orang-

orang yang ingin memperoleh makanan yang kekal ini:  

(1) Harus berencana melakukan sesuatu yang besar. Mereka 

yang berpengharapan tinggi serta berharap dapat menik-

mati kemuliaan Tuhan  , harus menetapkan sasaran yang 

tinggi dalam upaya pencarian mereka ini. Mereka harus 

belajar mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Tuhan  , ya-

itu pekerjaan yang Ia minta dan yang akan Ia terima. 

Pekerjaan yang dikehendaki Tuhan   berbeda dari pekerjaan 

orang duniawi yang mengejar perkara duniawi. Tidak cu-

kup hanya berbicara tentang firman Tuhan  , kita juga harus 

melakukan pekerjaan yang dikehendaki Tuhan  .  

(2) Harus bersedia melakukan apa saja: Apakah yang harus 

kami perbuat? Tuhan, saya siap melakukan apa saja yang 

Engkau suruh meskipun pekerjaan itu tidak menyenang-

kan tubuh jasmaniku (Kis. 9:6).  

2. Jawaban Kristus sudah cukup jelas (ay. 29): Inilah pekerjaan 

yang dikehendaki Tuhan  , yaitu hendaklah kamu percaya. 

Perhatikanlah:  

(1) Pekerjaan iman yaitu  pekerjaan Tuhan  . Mereka bertanya 

tentang pekerjaan-pekerjaan (dalam hal jumlah), peduli de-

ngan banyak hal, namun   Kristus mengarahkan mereka pada 

satu pekerjaan saja, namun   yang melingkupi semua pekerja-

an lainnya, satu pekerjaan yang sungguh-sungguh diperlu-


 378

kan, yakni: hendaklah kamu percaya. Pekerjaan ini menge-

sampingkan semua pekerjaan lainnya yang hanya sekadar 

menunaikan hukum yang punya arti simbolis belaka. Pe-

kerjaan ini, yaitu percaya, diperlukan agar semua pekerja-

an lainnya dapat diterima. Pekerjaan tersebut juga meng-

hasilkan pekerjaan-pekerjaan lainnya, sebab  tanpa iman 

tidak mungkin orang berkenan kepada Tuhan  . Pekerjaan ter-

sebut yaitu  pekerjaan Tuhan  , sebab  pekerjaan itu dilaku-

kan-Nya di dalam kita, pekerjaan itu menundukkan jiwa 

pada pekerjaan-Nya di dalam kita, serta menggerakkan jiwa 

sehingga bekerja bagi Dia.  

(2) Iman itu yaitu  pekerjaan Tuhan   yang membuat kita dekat 

kepada Kristus dan selalu mengandalkan Dia. Iman itu 

yaitu  percaya kepada Dia yang telah diutus Tuhan  , sebagai 

duta besar Tuhan   dalam menyelesaikan masalah besar un-

tuk memperdamaikan Tuhan   dan manusia. Percaya kepada 

Dia dengan sendirinya berarti tinggal di dalam Dia dan 

menyerahkan diri kita kepada-Nya (Yoh. 14:1).  

II. sesudah  Kristus mengatakan kepada mereka bahwa Anak Manusia 

itulah yang akan memberikan makanan ini kepada mereka, mere-

ka bertanya tentang Dia, dan Ia menjawab pertanyaan mereka.  

1. Pertanyaan mereka yaitu  tentang sebuah tanda (ay. 30): Tan-

da apakah yang Engkau perbuat? Sejauh ini mereka benar, 

bahwa sebab  Ia meminta mereka percaya, maka Ia harus me-

nunjukkan bukti yang dapat dipercaya, berupa mujizat yang 

dapat mereka lihat dan menunjukkan bahwa Ia memang 

benar-benar diutus Tuhan  . Musa menegaskan tugas perutusan-

nya dengan berbagai tanda, sebab  itu Kristus yang datang 

untuk menggantikan hukum upacara simbolis juga harus 

menegaskan tugas perutusan-Nya dengan cara serupa: “Peker-

jaan apakah yang Engkau lakukan? Apa yang bisa Engkau 

tunjukkan? Tanda-tanda abadi dari kuasa Tuhan   seperti apa 

yang Engkau rancang supaya tetap hidup dalam  ajaran-ajar-

an-Mu itu?” Walaupun begitu, dalam semuanya ini mereka 

lupa: 

(1) Bahwa mereka telah mengesampingkan banyak mujizat 

yang telah mereka saksikan telah diperbuat oleh-Nya. Muji-

Injil Yohanes 6:28-59 

 379 

zat-mujizat tersebut sungguh telah memberi bukti melim-

pah tentang tugas perutusan ilahi-Nya. Di siang hari bo-

long seperti ini apakah memang pantas untuk bertanya, 

“Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami 

melihatnya?”, apalagi di Kapernaum, pusatnya mujizat, di 

mana Ia telah menghasilkan begitu banyak pekerjaan dan 

tanda hebat nan ajaib yang sangat berarti dalam meneguh-

kan jabatan dan tugas perutusan-Nya? Bukankah mereka 

ini orang-orang yang sama yang sehari sebelumnya telah 

diberi makan secara ajaib oleh-Nya? Tak terkatakan betapa 

butanya orang-orang ini sampai tidak bisa melihat apa 

yang terjadi. Begitu butanya mereka, sampai-sampai tidak 

tahu apakah ini siang atau malam, padahal matahari se-

dang menyinari wajah mereka.  

(2) Bahwa mereka lebih menyukai pemberian makan secara 

ajaib kepada bangsa Israel di padang belantara melebihi 

mujizat-mujizat yang dibuat Kristus (ay. 31): Nenek moyang 

kami telah makan manna di padang gurun. Untuk memper-

kuat dalih keberatan mereka, mereka mengutip sebuah 

ayat: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga (diambil dari 

Mazmur 78:24), Ia memberi mereka gandum dari langit. 

Betapa baiknya kutipan yang mereka gunakan dalam kisah 

ini! Kutipan ini sungguh merupakan contoh kuasa dan 

kebaikan Tuhan   yang sering disebut-sebut untuk memulia-

kan Tuhan   (Neh. 9:20-21). Namun lihatlah sekarang bagai-

mana orang-orang ini membelokkan ayat-ayat ini dan 

menyalahgunakannya.  

[1] Kristus menegur kegandrungan mereka akan roti muji-

zat itu dan meminta mereka supaya tidak menempat-

kan hasrat hati mereka pada makanan yang akan dapat 

binasa. “Mengapa,” kata mereka, “Bukankah makanan 

bagi perut merupakan perkara baik dan dahsyat yang 

Tuhan   berikan kepada nenek moyang kita di padang 

gurun? Jadi mengapa kita tidak boleh bekerja untuk 

makanan itu? Jika Tuhan   menyediakan banyak makanan 

seperti itu, mengapa kita tidak memilih orang yang da-

pat menyediakan banyak makanan bagi kita?”  

[2] Kristus telah memberi makan lima ribu orang dengan 

lima roti, dan Ia menjadikan peristiwa itu sebagai salah 


 380

satu tanda untuk membuktikan bagi mereka bahwa Dia 

telah diutus Tuhan  . Namun, dengan berkedok meng-

agungkan mujizat-mujizat Musa, dengan diam-diam 

mereka memandang ringan mujizat Kristus, dan menyi-

sihkan bukti yang menunjukkan bahwa Ia telah diutus 

Tuhan  . Alasan mereka, “Kristus memberi makan ribuan 

pengikut-Nya, namun   Musa memberi makan ratusan ribu 

pengikutnya. Kristus hanya sekali memberi mereka 

makan, lalu menegur mereka yang mengikuti Dia de-

ngan harapan akan tetap diberi makan, dan mengalih-

kan perhatian mereka dengan pengajaran tentang ma-

kanan rohani. namun  , Musa memberi makan para peng-

ikutnya selama empat puluh tahun, sehingga mujizat 

bukan lagi menjadi sesuatu yang aneh dan langka bagi 

mereka, melainkan sudah menjadi makanan sehari-hari 

belaka. Kristus memberi mereka makan dengan roti 

yang berasal dari bumi, roti jelai, dan ikan yang berasal 

dari laut, sedangkan Musa memberi bangsa Israel 

makan roti dari sorga, makanan malaikat.” Begitulah 

orang-orang Yahudi ini mengagung-agungkan manna 

yang dimakan nenek moyang mereka. Namun, nenek 

moyang mereka sendiri malah meremehkan manna ini, 

persis seperti yang sedang mereka lakukan sekarang 

terhadap roti jelai. Nenek moyang mereka menyebut 

manna itu sebagai makanan hambar (Bil. 21:5). Begitu-

lah, betapa mudahnya kita meremehkan dan mengang-

gap sepi kehadiran kuasa Tuhan   dan anugerah-Nya di 

zaman kita sendiri, sementara kita berpura-pura meng-

agumi keajaiban yang diceritakan nenek moyang kepada 

kita. Seandainyapun mujizat Kristus yang satu ini dika-

lahkan oleh mujizat Musa itu, toh masih ada banyak 

contoh lain yang menunjukkan bahwa mujizat-mujizat 

Kristus lebih cemerlang dibandingkan  mujizat Musa. Di sam-

ping itu, semua mujizat yang benar selalu memperlihat-

kan suatu ajaran ilahi, meskipun tidak semuanya selalu 

tampak cemerlang dalam semua keadaan, sebab  ke-

adaan selalu berbeda sesuai dengan yang dibutuhkan 

oleh peristiwa itu. Sama seperti manna itu mengungguli 

roti jelai, demikian pula pengajaran Kristus itu jauh 

Injil Yohanes 6:28-59 

 381 

lebih mengungguli hukum Musa. Begitu juga halnya 

dengan semua tata ibadah ilahi-Nya, jauh mengungguli 

semua tata upacara duniawi yang berlaku pada masa 

itu.  

2. Inilah jawaban Kristus atas pertanyaan mereka itu, di mana: 

(1) Ia meralat kekeliruan mereka tentang manna yang khas itu. 

Memang benar bahwa nenek moyang mereka telah makan 

manna di padang gurun.  

namun  :  

[1] Bukan Musa yang memberikan manna itu kepada me-

reka, dan mereka juga tidak berutang budi kepada dia 

untuk makanan itu. Musa hanya sekadar alat, sebab  

itu mereka harus memandang lebih jauh lagi kepada 

Tuhan  . Kita tidak menemukan Musa berdoa dan memo-

hon untuk meminta manna kepada Tuhan  . Dengan tidak 

bijak ia malah berujar, Apakah kami harus mengeluar-

kan air bagimu dari bukit batu ini? Musa tidak memberi-

kan roti itu ataupun air itu kepada mereka.  

[2] Manna itu tidak diberikan seperti yang mereka bayang-

kan, dari sorga, dari sorga yang tertinggi, namun   hanya-

lah dari awan-awan, dan sebab  itu tidak lebih unggul 

dibandingkan  makanan yang berasal dari bumi seperti yang 

mereka pikirkan. sebab  apa yang tertulis dalam Kitab 

Suci, Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga, tidaklah 

berarti bahwa roti itu yaitu  roti sorgawi, atau roti yang 

dimaksudkan untuk makanan bagi jiwa. Salah mema-

hami bahasa Kitab Suci memicu  banyak kekeliru-

an dalam memahami perkara-perkara Tuhan  . 

(2) Kristus memberi tahu mereka tentang manna yang sebe-

narnya, yang digambarkan oleh manna yang dimakan oleh 

nenek moyang mereka itu: Melainkan Bapa-Ku yang mem-

berikan kamu roti yang benar dari sorga. Itulah yang benar-

benar dan pantas disebut roti dari sorga. Manna itu hanya-

lah bayang-bayang dan gambaran dari roti sorga tersebut. 

Roti sorga itulah yang sekarang diberikan, bukan kepada 

nenek moyangmu yang telah lama mati dan tiada, namun   ke-

pada kamu yang hidup di zaman sekarang ini, bagi kamu-

lah hal-hal yang lebih baik itu disisihkan. Sekarang ini Ia 


 382

sedang memberikan kepadamu roti dari sorga itu, roti yang 

sebenar-benarnya. Sama seperti takhta kemuliaan Tuhan   

jauh lebih tinggi dibandingkan  awan-awan di langit, begitu pula 

roti rohani dari Injil yang abadi itu mengungguli manna. 

Dengan menyebut Tuhan   sebagai Bapa-Nya, Kristus menya-

takan diri-Nya sendiri lebih besar dibandingkan  Musa, sebab  

kesetiaan Musa terhadap Tuhan   hanyalah kesetiaan sebagai 

seorang pelayan, sedangkan kesetiaan Kristus yaitu  kese-

tiaan sebagai Anak (Ibr. 3:5-6).  

III. sesudah  menjawab pertanyaan mereka, Kristus lebih lanjut me-

manfaatkan kesempatan menjawab keberatan mereka mengenai 

manna untuk berbicara mengenai diri-Nya. Di hadapan mereka, Ia 

menyamakan diri-Nya sendiri dengan roti, dan mengumpamakan 

hal mempercayai sebagai tindakan makan dan minum. Pernyataan 

makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya dan tanggapan dari para 

pendengar-Nya membuat banyak orang dari kerumunan itu me-

ninggalkan Dia.  

1. sesudah  berbicara tentang diri-Nya sendiri sebagai pemberian 

Tuhan   yang besar dan roti yang sebenarnya (ay. 32), Kristus 

terus lebih banyak lagi menjelaskan dan menegaskan hal ter-

sebut, supaya kita dapat mengenal Dia dengan benar.  

(1) Di sini Kristus menunjukkan bahwa Ia yaitu  roti yang 

benar. Hal ini diulangi-Nya berkali-kali (ay. 33, 35, 48-51). 

Perhatikanlah:  

[1] Bahwa Kristus yaitu  roti bagi jiwa, seperti halnya roti 

biasa bagi tubuh jasmani. Roti itu memberi zat makan-

an dan mendukung kehidupan rohani (menjadi bahan 

pokok untuk kehidupan rohani), sama seperti roti bagi 

kehidupan jasmani. Roti itu menjadi bahan pokok bagi 

kehidupan. Ajaran-ajaran Injil yaitu  mengenai Kristus, 

bahwa Ia menjadi pengantara antara Tuhan   dan manu-

sia, bahwa Ia yaitu  damai sejahtera kita, kebenaran 

kita, Juruselamat kita, dan dengan segala perkara ini 

hiduplah orang. Tubuh kita masih dapat hidup dengan 

baik tanpa makanan, namun   tidak demikian halnya jiwa 

kita tanpa Kristus. Gandum itu diirik (Yes. 28:28), demi-

Injil Yohanes 6:28-59 

 383 

kian juga halnya dengan Kristus. Ia dilahirkan di Betle-

hem, rumah roti, dan dilambangkan dengan roti sajian.  

[2] Bahwa Ia yaitu  roti dari Tuhan   (ay. 33), roti ilahi. Hanya 

Dia yang datang dari Tuhan   (ay. 46), roti yang diberikan 

oleh Bapa-Ku (ay. 32), yang Ia jadikan makanan bagi 

jiwa kita, roti keluarga Tuhan  , roti bagi anak-anak-Nya. 

Korban dan persembahan imamat orang-orang Lewi 

disebut santapan Tuhan   (Im. 21:21-22), dan Kristus ada-

lah korban yang agung. Kristus, di dalam firman dan 

semua tata ibadah-Nya, menjadi perjamuan sebagai 

ganti korban itu.  

[3] Bahwa Ia yaitu  roti kehidupan (ay. 35, dan sekali lagi 

dalam ay. 48), roti kehidupan itu, yang secara tidak 

langsung merujuk kepada pohon kehidupan yang ada di 

tengah-tengah Taman Eden, yang dimeteraikan bagi 

Adam sebagai bagian dari kovenan itu: Lakukanlah ini, 

maka engkau akan hidup, yang berarti Adam boleh me-

makannya dan tetap hidup. Kristus yaitu  roti kehi-

dupan, sebab  Dialah buah dari pohon kehidupan itu.  

Pertama, Dia yaitu  sang roti yang hidup (begitulah 

Kristus menjelaskan tentang diri-Nya sendiri dalam ayat 

51): Akulah roti hidup. Roti itu sendiri yaitu  benda 

mati, tidak akan menjadi zat makanan tanpa bantuan 

organ-organ tubuh yang hidup. namun   Kristus sendiri 

yaitu  roti hidup, dan akan menjadi zat makanan de-

ngan kuasa-Nya sendiri. Manna yaitu  benda mati, ha-

nya dapat bertahan semalam saja jika disimpan, selan-

jutnya manna itu akan berulat dan berbau busuk. 

Namun, Kristus hidup terus, sebagai roti yang kekal, 

yang tidak pernah lapuk dan menjadi tua. Ajaran ten-

tang Kristus yang tersalib sampai sekarang tetap me-

nguatkan dan menghibur orang-orang percaya, sama 

seperti dahulu. Begitu juga pengantaraan-Nya masih 

tetap sama berharga dan berlaku seperti sediakala.  

Kedua, Ia memberi hidup kepada dunia ini (ay. 33), 

hidup rohani dan kekal, kehidupan roh dalam kesatuan 

dan persekutuan dengan Tuhan   di dunia sini dan nanti-

nya dalam hadirat dan sukacita-Nya saat  kita ber-

temu pandang dengan Dia. Inilah hidup di mana semua 


 384

kebahagiaan terangkum di dalamnya. Manna hanya me-

nyediakan makanan dan mendukung kehidupan, bukan 

mempertahankan dan mengabadikan kehidupan, apa 

lagi sampai memulihkannya. namun  , Kristus memberi 

hidup kepada orang-orang yang mati di dalam dosa. 

Manna ditetapkan hanya untuk kehidupan bangsa 

Israel, namun   Kristus diberikan untuk hidup seluruh du-

nia. Tidak ada seorang pun yang dikecualikan untuk 

menerima berkat roti ini, kecuali mereka menolak sen-

diri berkat tersebut. Kristus datang untuk memberi 

hidup dalam pikiran manusia, memberikan dasar pen-

dirian untuk melakukan perbuatan yang berbuah lebat 

dan berkenan kepada Tuhan  .  

[4] Bahwa Ia yaitu  roti yang telah turun dari sorga. Hal ini 

sering diulang-ulang di sini (ay. 33, 50-51, 58).  

Hal ini menunjukkan:  

Pertama, keTuhan  an pribadi Kristus. Sebagai Tuhan   Ia 

memiliki suatu wujud di sorga, dari mana Ia telah da-

tang untuk mengambil rupa dan sifat kita pada diri-

Nya; Aku telah turun dari sorga, yang dari sini kita dapat 

memahami asal usul-Nya, Ia pada mulanya bersama-

sama dengan Tuhan  . Kita juga dapat memahami kesang-

gupan-Nya, sebab  sorga yaitu  cakrawala-Nya yang 

kuat. Kita memahami wewenang-Nya. Ia datang dengan 

mengemban tugas ilahi.  

Kedua, sumber ilahi dari semua yang baik yang 

mengalir kepada kita melalui Dia. Ia datang, bukan ha-

nya katabas – yang telah turun (ay. 51), namun   

katabainōi – yang turun sekarang. Ia sedang turun 

sekarang, yang menunjukkan adanya pemberian terang, 

hidup, dan kasih yang tidak ada putus-putusnya dari 

Tuhan   kepada orang-orang percaya melalui Kristus, 

seperti manna yang turun setiap hari (Ef. 1:3). Omnia 

desuper – segala pemberian dari atas.  

[5] Bahwa Ia yaitu  roti itu, yang dilambangkan dan digam-

barkan sebagai manna (ay. 58). Roti itu yaitu  roti yang 

sebenarnya (ay. 32). Seperti batu karang yang menge-

luarkan air untuk diminum yaitu  Kristus, begitu juga-

Injil Yohanes 6:28-59 

 385 

lah manna yang mereka makan yaitu  makanan rohani 

(1Kor. 10:3-4). Manna diberikan kepada orang Israel, 

begitulah Kristus diberikan kepada orang Israel rohani. 

Tersedia cukup manna bagi semua orang, begitu juga, 

di dalam Kristus melimpah anugerah bagi semua orang 

percaya. Orang yang mengumpulkan banyak dari manna 

ini tidak memiliki apa-apa lagi untuk disimpan saat  ia 

menggunakannya, dan orang yang mengumpulkan sedi-

kit, saat  anugerah-Nya disempurnakan, akan melihat 

bahwa ia tidak kekurangan. Manna harus dikumpulkan 

pada pagi hari, dan begitu juga, orang-orang yang ingin 

menemukan Kristus harus mencari Dia pagi-pagi sekali. 

Manna itu rasanya manis, seperti yang dikatakan oleh 

penulis Kebijaksanaan Salomo (salah satu kitab Deu-

terokanonika – pen.) kepada kita (Keb. Sal. 16:20), co-

cok dengan selera setiap orang. Demikianlah, bagi orang 

yang percaya, Kristus itu mulia. Bangsa Israel hidup 

dengan manna sampai mereka masuk tanah Kanaan, 

sedangkan Kristus yaitu  kehidupan kita. Ada tanda 

kenang-kenangan tentang manna yang disimpan dalam 

buli-buli emas yang diletakkan dalam tabut perjanjian, 

begitu juga Kristus, sebagai santapan rohani, tersimpan 

untuk dikenang di dalam perjamuan Tuhan.  

(2) Di sini Kristus menunjukkan apa yang sedang Ia kerjakan 

dan apa tujuan pengutusan-Nya ke dunia ini. Dengan me-

nyampingkan bahasa kiasan, Ia berbicara dengan terus 

terang dan tidak lagi menggunakan perumpamaan untuk 

menjelaskan maksud pekerjaan-Nya di antara umat manu-

sia (ay. 38-40). 

[1] Secara umum, Ia meyakinkan kita bahwa Ia datang dari 

sorga untuk melakukan pekerjaan Bapa-Nya (ay. 38), 

bukan untuk melakukan kehendak-Nya sendiri, namun   

untuk melakukan kehendak Bapa yang telah mengutus-

Nya. Ia datang dari sorga, yang menunjukkan bahwa Ia 

yaitu  pribadi yang giat dan cerdas, yang secara suka-

rela turun ke dunia bawah ini dengan melakukan per-

jalanan panjang. Ia membuat sebuah langkah turun 

yang besar, sebab  kemuliaan dunia tempat Ia berasal 


 386

sungguh agung, sedangkan dunia yang Ia datangi pe-

nuh malapetaka. Kita boleh bertanya-tanya dengan pe-

nuh rasa heran, “Apa yang menggerakkan-Nya melaku-

kan perjalanan seperti ini?” Di sini Ia mengatakan bah-

wa Ia datang bukan untuk melakukan kehendak-Nya 

sendiri, namun   kehendak Bapa-Nya. Ini tidak berarti 

bahwa Ia memiliki  kehendak yang bersaing dengan 

kehendak Bapa-Nya. Yang benar yaitu  bahwa orang-

orang yang sedang berbicara dengan Dialah yang 

mencurigai Dia demikian. “Tidak,” kata-Nya, “kehendak-

Ku bukanlah sumber tindakan-Ku, bukan juga aturan 

yang Aku ikuti, namun   Aku datang untuk melakukan 

kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” Itu berarti, 

Pertama, Kristus tidak datang ke dalam dunia ini seba-

gai pihak yang melakukan urusan pribadi dan hanya 

bertindak demi diri sendiri. Sebaliknya, Ia datang seba-

gai seorang tokoh masyarakat, bertindak bagi orang lain 

sebagai seorang duta besar atau utusan yang berkuasa 

penuh. Ia datang ke dunia ini sebagai tangan kanan 

Tuhan   yang agung dan sebagai tabib dunia yang besar. 

Tiada urusan pribadi apa pun yang membawa Ia ke sini, 

selain dibandingkan  untuk menyelesaikan masalah pihak-

pihak yang tidak ada tandingannya di mana pun juga, 

yaitu Pencipta yang Mahabesar dan keseluruhan cip-

taan-Nya. Kedua, saat  Kristus ada di dalam dunia ini, 

Ia tidak membawa rancangan pribadi apa pun, juga 

tidak memiliki kepentingan lain sama sekali, berbeda 

dengan orang-orang yang untuk merekalah Ia bertin-

dak. Maksud seluruh kehidupan-Nya yaitu  untuk 

mempermuliakan Tuhan   dan berbuat baik kepada umat 

manusia. sebab  itu Ia tidak pernah memikirkan kese-

nangan, keselamatan, atau ketenteraman-Nya sendiri. 

Jadi, saat  Ia akan menyerahkan nyawa-Nya, meski-

pun sifat manusiawi-Nya merasa terkejut atas hal itu, Ia 

segera mengesampingkan pikiran itu, dan menunduk-

kan kehendak-Nya sebagai manusia ke dalam kehendak 

Tuhan  : Janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan 

seperti yang Engkau kehendaki.  

Injil Yohanes 6:28-59 

 387 

[2] Secara khusus, Ia ingin memperkenalkan kepada kita 

kehendak Bapa yang ingin Ia lakukan. Di sini Ia menya-

takan ketetapan tersebut, yaitu segala perintah yang 

akan Ia tunaikan.  

Pertama, perintah khusus yang diberikan kepada 

Kristus, bahwa Ia harus menyelamatkan semua umat 

pilihan yang tersisa. Inilah janji penebusan antara Bapa 

dan Anak (ay. 38): “Inilah kehendak Bapa, yang telah 

mengutus Aku. Inilah tugas yang dipercayakan kepada-

Ku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya 

kepada-Ku jangan ada yang hilang.”  

Perhatikanlah: 

1.  Ada sejumlah tertentu anak manusia yang diberikan 

Bapa kepada Yesus Kristus untuk masuk dalam per-

lindungan-Nya, untuk menjadi nama dan pujian 

bagi-Nya, diberikan kepada-Nya sebagai warisan, 

untuk me