penulis kitab daniel

penulis kitab daniel


 


penulis kitab daniel.txt  


Penulis Kitab Daniel mengalami dan mengerti mengenai cerita yang 

diceritakannya dalam Kitab Daniel. Cerita ini berlatar belakang sekitar zaman 

Antiokhus III dari Syria dan anaknya, yang menjadi penggantinya, yaitu 

Antiokhus IV. Pemerintahan Antiokhus dari Syria yaitu  sekitar tahun 223-187 

SM. Para peneliti Alkitab Perjanjian Lama khususnya peneliti Kitab Daniel 

sependapat bahwa Kitab Daniel dituliskan sekitar tahun 200 dan 160 SM. 

Zaman ini yaitu  zaman Helenistik terakhir. Zaman Helenistik diawali dengan 

penyerbuan raja Alexander dari Makedonia, yang memerintah tahun 336-323 

SM, dan berhasil merebut kerajaan Persia dan berhasil menerobos hingga 

perbatasan India. Penyerbuan tersebut dilakukan oleh tentara-tentaranya yang 

yaitu  orang Yunani.


 Dengan keberhasilan raja Yunani, maka kerajaan-

kerajaan Timur Tengah Kuno, yang selama ini dikuasai oleh raja Persia menjadi 

jajahan raja Alexander untuk beberapa tahun kemudian ini, melalui turunanya. 

Dengan berkuasanya kerajaan Yunani maka bahasa Yunani 

ditetapkan/dipaksakan untuk menjadi bahasa nasional/internasional. Bahkan, 

bukan hanya bahasa namun juga cara berpikir dan 

 

 

 

gaya  hidup Yunani diterapkan di seluruh wilayah kekuasaan kerajaan Yunani. Dengan 

adanya pertemuan antara budaya Yunani dengan budaya di kawasan Timur Tengah Kuno 

maka terjadilah percampuran gaya hidup, agama, budaya dan bahasa yang terjadi sejak 

Alexander menjadi penguasa dunia dan percampuran budaya inilah yang sebenarnya disebut 

“Hellenimus”.


 Dan kemungkinan Penulis Kitab Daniel yang yaitu  seorang Yahudi beriman 

yang kemudian menjadi bagian dari kelompok Hasidim atau kelompok orang Saleh yang 

menentang masalah Helenistik yang terlalu mencolok.

  

 Pada tahun 190 SM, saat pemerintahan Antiokhus III, ada golongan atau partai orang 

Yahudi yang dengan keras menentang kebudayaan Hellenistis ini, sebab  bagi mereka 

kebudayaan ini bertentangan dengan agama mereka yang monotheistis. Pada tahun yang 

sama Antiokhus III kalah dari penguasa Romawi sehingga Antiokhus III terpaksa untuk 

menandatangani perjanjian perdamaian di Apamea, dengan menyerahkan seluruh Asia kecil, 

kecuali Kilikia.  

Pada tahun 175 Antiokhus IV, anak dari Antiokhus III naik takhta di kerajaan Seleukid. 

Kerajaannya tidak mantap dan masih terpecah-terpecah. Usaha yang dilakukannya untuk 

menyatukan kerajaan yaitu  dengan cara memajukan segala unsur-unsur kebudayaan 

Hellenistis, termasuk ibadah kepada dewa Zeus (dewa Yunani), bahkan Antiokhus III 

menghendaki agar warga kerajaannya memuja dirinya sebagai jelmaan dari dewa Zeus itu 

sendiri. Oleh sebab  itulah Antiokhus III disebut “Antiokhus Epifanes”, dalam bahasa Yunani 

“Epifanes” berarti “yang menyatakan”. Juga biasa disebut “Antiokhus Epimanes” artinya 

“Antiokhus, orang gila”, sebab  sifatnya yang jahat dan tidak bertanggung jawab. Antiokhus 

III juga mulai campurtangan lebih banyak dalam agama Yahudi daripada raja-raja terdahulu.  

Pada tahun 169 SM, Antiokhus Epifanes menyerang Mesir dan berhasil membawa 

banyak rampasan. Tahun 168 SM, Antiokhus III kembali menyerang Mesir namun kali ini 

Antiokhus III merasa sangat direndahkan. sebab  Gaius Popillius Laenas, seorang konsul 

 

 

Romawi memaksa Antiokhus III untuk meninggalkan Mesir dengan segera. Setelah itu dia 

kembali dan memperlakukan orang-orang Yahudi dengan sangat kejam, Antiokhus bersama 

Apolonius masuk ke Yerusalem kemudian merobohkan tembok-tembok, menjarah, 

memperbudak bahkan membunuh orang Yahudi, dan mendirikan asrama seleukid untuk 

tentara di kota itu.

 Antiokhus menyadari bahwa alasan orang Yahudi melawannya yaitu  

sebab  agama mereka, sehingga dikeluarakanlah keputusan bahwa tidak ada lagi 

pembebasan pajak yang dulu diberlakukan ayahnya kepada orang-orang rohaniawan, dan 

agama Yahudi dilarang, korban-korban di Bait Suci dihentikan, dilarang untuk mengikuti 

hukum Taurat, salinan-salinan kitab Taurat dilenyapkan. 

Antiokhus menjadi semakin kejam dan tidak menghormati rumah ibadat orang Yahudi. 

Mezbah-mezbah yang mempersembahkan binatang haram untuk dewa diletakan di 

berbagai tempat, orang-orang Yahudi dipaksa untuk makan makanan yang mereka anggap 

haram. Misalnya, babi, dan bagi mereka yang tidak menaati perintah-perintah tersebut akan 

dihukum mati. Hingga akhirnya Bait Suci Yerusalem menjadi tempat pemujaan patung 

dewa Zeus, dan mezbah yang diperuntukan untuk mempersembahkan korban bagi Tuhan 

menjadi tempat persembahan bagi dewa Zeus.


Di dalam Kitab Daniel dijelaskan tentang watak seorang Daniel yang terkenal dengan 

hikmatnya (Dan. 1:4), Daniel yaitu  salah satu orang muda yang berada dalam pembuangan 

ke Babel, namun tidak seperti orang muda lainnya Daniel memiliki hikmat yang lebih dan 

iman yang teguh pada Tuhan, bersama dengan teman-temannya mereka membuktikan 

bahwa iman yang benar kepada Tuhan tidak akan mengecewakan. sebab  secara jelas 

diceritakan kisah dari tokoh bernama Daniel sehingga kitab tersebut dinamakan Kitab 

Daniel. Menurut Kitab Daniel 1:1-21, Daniel yaitu  seorang bangsawan, Daniel yaitu  

keturunan raja Yehuda. Oleh sebab itu Daniel menjadi salah satu orang yang terpilih untuk 

dilatih dan melayani raja Nebukadnezar. Jabatan Daniel naik setelah Daniel menafsirkan 

 

 

 

mimpi raja Nebukadnezar. Daniel terkenal sebagai orang yang dipenuhi roh dan hikmat. 

Bisa dikatakan bahwa Allah berkenan atas Daniel sehingga banyak rahasia yang tidak 

diberitahukan kepada orang lain dan diberitahukan kepada Daniel. Daniel pun 

menampakan kesetian nya kepada Allah dengan tetap berdoa kepada Allah seperti yang 

biasa dilakukan nya walaupun Daniel mengetahui bahwa hal itu dilarang di kerajaan.


ini bisa dilihat dari beberapa tulisan dalam Kitab Daniel yang membahas tentang 

penglihatan-penglihatan yang dilihat oleh Daniel, sehingga Kitab Daniel menjadi salah satu 

kitab apokaliptik di dalam Alkitab.  

Keadaan bangsa Yahudi pada saat itu sangat menderita sebab  berada di bawah 

kekuasaan raja Antiokhus yang kejam dan bertidak semena-mena mengubah segala tatanan 

bahkan mengatur agama orang lain dan penyembahannya. Keadaan ini sama seperti yang 

terjadi pada bangsa Yahudi sebelum-sebelumnya di mana bangsa Yahudi pun perna dijajah 

oleh bangsa lain. Inilah yang menjadi latar belakang  keadaan pada saat dituliskannya 

sebagian Kitab Daniel. Penulis menyatakan sebagian Kitab Daniel sebab  sebagiannya telah 

ditulis oleh Daniel sendiri saat di Babel.  

 

B. Penulis Kitab Daniel  

Kitab Daniel ditulis seorang Yahudi yang hidup pada abad ke-2 dengan memakai  

nama seorang Ibrani yang yang berada di pembuangan empat ratus tahun sebelumnya atau 

dikenal dengan nama Daniel. Nama Daniel diambil sebab  Daniel dikenal sebagai seseorang 

yang bijaksana (Yeh. 28:3; Dan. 1:17), dan para penceritera riwayat Daniel yaitu  orang-

orang yang mengenal sosok Daniel sebagai orang yang disayangi Allah.


 Juga sebab  

hikmatnya dan pengertiannya terhadap penglihatan-penglihatan dan mimpi. Tujuan penulis 

bukan untuk membohongi pembaca melainkan hanya untuk menetapkan satu nama untuk 

menjadi nama penulis kedua bagian buku tersebut. Hal ini memang biasa terjadi di mana 

 

 

 

para penulis kitab apokaliptik memakai  nama-nama samaran. Seseorang yang 

dianggap sebagai tokoh mulia sebab  darinya Kitab Daniel muncul, dan dikatakan telah 

hidup di Babel pada masa pembuangan.  

Tradisi Yahudi maupun Kristen kuno menyatakan bahwa Daniel yaitu  penulis Kitab 

Daniel itu sendiri, namun  mengikuti tradisi Yahudi dalam Talmud Babilonia dikatakan bahwa 

orang-orang dari Synagoge Besar yang menulis beberapa kitab, termasuk Kitab Daniel.

8

 W.S. 

LaSor menuliskan bahwa Kitab Daniel kemungkinan dituliskan oleh orang lain, namun 

berdasarkan cerita dari Daniel sendiri atau mungkin Daniel menuliskan mimpi-mimpi dan 

penglihatan-penglihatan yang dilihatnya dan kemudian disunting oleh orang-orang yang 

berada di Synagoge Agung.

9

 Ada juga yang mengatakan bahwa isi pokok Kitab Daniel 

ditulis pada abad ke-6. Jika melihat dari susunan dan keterkaitan cerita serta detail cerita 

dalam Kitab Daniel maka akan terlihat dengan jelas bahwa penulis Kitab Daniel yaitu  

orang yang benar-benar mengetahui cerita tersebut secara spesifik, namun  jika melihat latar 

belakang penulisan Kitab Daniel yang terjadi pada akhir masa kesusahan pada dinasti 

Seleukus, yaitu pada masa pemerintahan Antiokhus IV Epifanes (175-164 SM),

10

 dan melihat 

gaya bahasa yang digunakan pada abad ke-2, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa 

inti Kitab Daniel ditulis oleh Daniel sendiri dan kemudian dilengkapi alurnya orang Yahudi 

di abad ke-2 yang kemudian memakai  nama Daniel dalam tulisannya.  

 

C. Tujuan Kitab Daniel 

Kitab Daniel ditulis untuk menumbuhkan kembali harapan dalam hati umat Allah yang 

berada dalam pembuangan. Bahwa nasib umat Allah yang sedang berada dalam 

penghukuman tidak akan bertahan selamanya melainkan suatu saat keadaan umat Allah 

akan dipulihkan. 

 

Juga untuk memberikan tanda kepada orang Israel melalui penglihatan-penglihatan 

Daniel bahwa suatu saat Kerajaan Allah akan berkuasa dan tidak akan ada kerajaan lain yang 

akan bangkit untuk melawanNya. Melalui Kitab Daniel juga dijelaskan bagaimana 

seharusnya umat Allah bisa mempertahankan imannya kepada Allah walaupun sedang 

berada dalam masa sulit. Teladan yang bisa diambil dari kisah Daniel dan teman-temannya 

yaitu  sesuatu yang bisa menjadi pegangan bagi orang beriman untuk menjaga iman kepada 

satu Allah. 

 

D. Struktur Kitab Daniel 

1. Pasal 1 : Daniel serta teman-temannya di istana Babel 

2. Pasal 2 : Mimpi Nebukadnezar 

3. Pasal 3 : Perapian yang menyala-nyala 

4. Pasal 4 : Nebukadnezar meninggikan diri dan direndahkan 

5. Pasal 5 : Tulisan di dinding 

6. Pasal 6 : Gua Singa 

7. Pasal 7 : Keempat Binatang dan Anak Manusia 

8. Pasal 8 : Domba jantan dan kambing jantan 

9. Pasal 9 : Doa Daniel dan pengertian tentang akhir zaman  

10. Pasal 10-12 : Penglihatan Daniel yang terakhir di tepi sungai.


 

 

E. Ciri Khas Kitab Daniel  

Kitab Daniel digolongkan ke dalam tipe sastra Yahudi yang dikenal dengan nama 

apokaliptik dari bahasa Yunani apokalupsis yang berarti ‘mengungkap selubung’. Mengapa 

dikatakan demikian sebab  jika dalam Kitab nabi-nabi dalam PL para nabi banyak 

membicarakan tentang peringatan-peringatan, ancaman-ancaman dari Allah dan juga 

 

 

 

tentang perjanjian keselamatan yang diberitakan. Namun, berbeda dengan Daniel yang 

banyak membicarakan tentang penglihatan-penglihatan secara langsung maupun lewat 

mimpi-mimpi yang berisikan ramalan tentang masa mendatang berdasarkan kejadian masa 

lampau, dan pengungkapannya sering memakai  bahasa sandi atau bahasa kode saat 

penyampaiannya kepada pendengar.


 Dalam Kitab Daniel, wahyu-wahyu yang 

disampaikan kepada Daniel tidak diungkapkan secara langsung maknanya, melainkan 

diungkapan dengan kiasan-kiasan yang sulit untuk dipahami.  

 

F. Waktu dan Tempat Penulisan 

Kitab Daniel ditulis oleh salah satu orang Yahudi yang ada di pengasingan ke Babel. 

Namun,  beberapa pakar setuju dengan pendapat bahwa kemungkinan Kitab Daniel yaitu  

produk abad ke-2 SM dan ditulis antara tahun 167-164  SM. Pemimpin pada saat itu yaitu  

raja Antiokhus IV Epifanes, dan masa itu yaitu  akhir dari masa kesusahan pada Dinasti 

Seleukus. 

Pendapat di atas bukan tanpa Bukti sebab  telah ditemukannya fakta, bahwa kosakata 

dan gaya bahasa Aram dan Ibrani yang dituliskan tidak dapat dikatakan seperti gaya abad 

ke-6 SM, namun sama seperti penggunaaan pada abad ke-2 SM. Juga tentang sejarah-sejarah 

yang mendukung yaitu dengan terpusatnya perhatian pada kejadian-kejadian di tahun-

tahun terakhir Antiokhus Epifanes yang wafat pada tahun 164 SM.


 

Bahkan W.S. LaSor, dkk, mempunyai pendapat bahwa kitab ini dituliskan lebih awal 

dari abad ke-2 sM namun  juga bukan abad ke-6 seperti yang dikatakan oleh beberapa teolog, 

melainkan kemungkinan dituliskan pada abad ke-4 atau abad ke-5 sM.

 Masalah mengenai 

waktu penulisan Kitab Daniel memang menimbulkan perdebatan di antara para teolog hal 

ini disebab kan beberapa Teolog berpendapat bahwa penulis kitab Daniel yaitu  orang 

Yahudi yang hidup pada abad ke-2 SM, namun , ada juga beberapa teolog yang dengan pasti 

 

 

 

menyatakan bahwa penulis Kitab Daniel yaitu  Daniel sendiri dan dituliskan pada abad ke-

6 SM.


 Hal ini bisa dilihat dari isi Kitab Daniel yang berbicara dalam dua sudut pandang 

yaitu sudut pandang orang pertama (pelaku) dan sudut pandaang orang ketiga (pengamat), 

dalam hal ini Daniel menuliskan tentang pengalaman penglihatannya dalam Kitab Daniel.  

Kitab Daniel dialamatkan kepada orang-orang Yahudi yang saat itu dianiaya oleh 

Antiokhus Epifanes, dengan tujuan agar mereka tetap setia kepada Allah dan tidak murtad. 

Waktu penulisannya ialah sekitar tahun 176-164 SM.

 Sehingga penulis menarik kesimpulan 

bahwa isi pokok Kitab Daniel dituliskan oleh Daniel pada abad ke-6 namun  kemudian 

dilengkapi oleh seorang Yahudi pada abad ke-2 yang memakai  gaya bahasa Aram pada 

abad ke-2 dalam penulisannya.  

Kitab Daniel dituliskan di Babel saat orang Ibrani berada di pembuangan ke Babel.  

 

G. Karakter Sadrakh, Mesakh, dan Abednego  

 Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yaitu  orang muda yang takut akan Allah dan memiliki 

relasi yang dekat dengan Allah. mereka dikenal sebagai anak muda yang teguh imannya 

kepada Allah. Mereka ternyata yaitu  orang muda yang rajin dan tekun dalam berdoa, 

sebab  keteguhan mereka inilah sehingga Mereka mampu untuk melawan Iblis dan godaan 

yang diperhadapkan kepada mereka. Mereka senantiasa berdoa dan mendekatkan diri 

kepada Allah.


 Hidup mereka pun dituntun oleh Allah, segala sesuatu yang dilakukan oleh 

ketiganya yaitu  apa yang dikehendaki oleh Allah. iman mereka pun tidak setengah-

setengah, apa yang mereka yakini benar-benar mereka percayai akan terjadi. Seperti pada 

saat mereka menghadapi masalah antara hidup dan mati sebab  mereka mempertahankan  

iman mereka kepada Allah dan menolak untuk menyembah patung yang didirikan oleh raja 

Nebukadnezar. Mereka meyakini bahwa Allah yang mereka sembah sanggup untuk 

 

menyelamatkan mereka dan jika mereka tidak diselamatkan pun mereka tetep percaya 

kepada Allah dan memilih untuk mati dengan iman yang utuh pada Allah, dan Allah 

menyelamatkan mereka sesuai iman mereka. Iman yang benar telah ditunjukan oleh ketiga 

pemuda ini bahwa beriman bukan hanya suatu kepercayaan yang umat Allah lakukan saat 

sedang berada dalam kehidupan yang damai dan baik-baik saja, namun  justru ketika situasi 

sedang kacau disitulah iman harus benar-benar dinampakan dan hal itu akan menjadi 

cerminan seberapa manusia mempercayai Allah yang mereka sembah.  

 

H. Karakter dan Iman Pemuda  

 Pemuda yaitu  kelompok manusia yang memiliki semangat dan tenaga lebih besar 

dibandingkan dengan kelompok manusia lainnya. Hanya saja kelemahan pemuda ialah rasa 

berani mereka yang bisa dibilang berlebihan namun  dengan pertimbangan yang kurang 

matang atau biasanya pemuda itu akan nekat melakukan sesuatu namun  tidak 

memikirkannya dengan jauh terlebih dahulu. sebab  sikap inilah maka banyak pemuda 

yang terjerumus dalam masalah yang kemudian merusak mental pemuda itu sendiri. 

Banyak kasus kenakalan remaja yang terjadi sebab  kurangnya pertimbangan dari pemuda 

itu sendiri.  

  Kelompok pemuda yaitu  orang-orang yang berada dalam usia yang sangat produktif. 

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh pemuda, banyak juga hal yang bisa dicoba, usia 

pemuda yaitu  usia untuk memperkuat kompetensi dan talenta dalam diri. Dalam negara 

pemuda yaitu  golongan orang-orang yang berpengaruh secara khusus sebagai ‘subjek 

akademik’ sering tersisihkan hal ini disebab kan sifat pemuda yang masih sama 

berdasarkan keinginan sendiri sehingga apa pun yang dipandangnya baik itulah yang 

dilakukannya dalam hal ini pemuda bisa dianggap sebagai pahlawan namun  bisa juga 

dianggap sebagai pembuat onar.


 Pemuda juga memiliki banyak tanggung jawab sehingga 

 

 

kadang kala kesibukan menjadi hal yang membatasi pemuda untuk bersosialisasi dan 

bergaul. Namun tidak jarang pergaulan yang tidak dibatasi juga akan berpengaruh buruk 

bagi masa depan pemuda. Pemuda yaitu  masa di mana segala sesuatunya terlihat sangat 

menarik sehingga sangat sulit untuk ditolak. Masa di mana seseorang benar-benar 

menikmati hidupnya dengan kebebasan yang dimilikinya. sebab , banyak orang yang 

beranggapan bahwa masa muda yaitu  masa di mana manusia bisa meraih banyak prestasi 

dan menjelajahi banyak hal untuk mendapatkan banyak pengalaman dan kenangan yang 

akan dikenang di masa tua dan yang akan diceritakan kepada anak - cucu sebab  masa muda 

tidak datang dua kali. Sehingga banyak orang yang memakai  masa muda untuk 

memuaskan diri dan mengejar hal-hal duniawi.  

Umat Allah yang percaya kepada Kristus dipanggil untuk menjadi saksi Kristus dan 

mengaku kepercayaan kepada Kristus. Hal itu dinampakkan lewat pikiran, perkataan dan 

perbuatan.


 namun  sebelum itu, umat Allah benar-benar harus tahu siapa Allah itu.  

 Pemuda Kristen yaitu  anak muda yang mengetahui ajaran tentang Kristus dan 

keselamatan yang berasal dari Allah. namun , masalah yang sering terjadi pada masa sekarang 

yaitu  banyaknya pemuda yang meninggalkan keselamatan yang telah diberikan 

kepadanya sebab  masalah-masalah duniawi. Padahal anugerah keselamatan itu diberikan 

secara gratis. Seberapa besar pemahaman iman yang dimiliki oleh pemuda. Banyak sekali 

kasus pemuda Kristen meninggalkan imannya sebab  berhala-berhala masa kini. Pada 

kisah-kisah di masa lampau khususnya dalam Alkitab berhala-berhala digambarkan sebagai 

sebuah kepercayaan kepada allah lain (dewa) dalam bentuk patung. namun , pada masa 

sekarang berhala bukan lagi dalam bentuk patung melainkan dalam bentuk sesuatu yang 

bisa membuat manusia jauh dari Allah seperti kekayaan, jabatan, wanita/pria yang dicintai. 

Lebih lagi ketika cobaan iman itu berhubungan dengan ancaman antara hidup atau mati, 

akan sangat sulit untuk mempertahankan iman saat berada dalam situasi tersebut.  

 

  

 Ada contoh dalam Alkitab (Dan. 3:1-30) yang menceritakan tentang kisah tiga orang 

muda yang tetap mampu untuk mempertahankan iman mereka ditengah situasi yang sangat 

sulit. Ketika mereka diperhadapkan dengan cobaan untuk menyembah patung yang 

didirikan oleh Nebukadnezar mereka memilih untuk menolak tawaran yang diberikan oleh 

raja kepada mereka dan tetap bertekun pada iman mereka walaupun mereka mengetahui 

bahwa akibat dari perbuatan mereka akan menimbulkan murka raja dan benar saja bahwa 

raja menyuruh pengawalnya untuk memasukan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego ke dalam 

dapur api yang telah dipanaskan 7 kali lipat.  

Orang-orang yang memiliki hubungan yang sangat intim dengan Allah akan cenderung 

lebih bisa bertahan dalam pencobaan sebab pegangan hidupnya yaitu  Firman dan janji 

Allah.

 Namun, orang-orang yang memiliki hubungan yang relatif renggang dengan Allah 

akan cenderung lebih cepat goyah ketika ditimpah masalah dan akan lebih banyak 

menyalahkan Allah atas masalah yang dihadapinya sehingga hal ini akan membuat relasi 

antara dirinya dengan Allah semakin jauh. Jika melihat Daniel 1:17 Allah memberkati Daniel, 

Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dengan kebijaksanaan dan kepandaian sehingga hal itu 

akan membantu mereka dalam pekerjaan dan membuat mereka menjadi istimewa. Mereka 

menyadari pemberian Allah dan memiliki relasi yang dekat dengan Allah, Allah terus 

memberkati mereka dan mereka tetap setia kepada Allah. Hingga pada suatu masa ketika 

Nebukadnezar mendirikan sebuah patung emas dan memberikan titah untuk 

menyembahnya, ketiga orang ini didapati tidak menyembah patung tersebut sehingga hal 

itu membuat Nebukadnezar sangat marah. Di depan Nebukadnezar pun mereka tetap 

mempertahankan iman mereka kepada Allah dan memilih untuk menjalani hukuman yang 

disediakan oleh Nebukadnezar bagi orang-orang yang tidak mau menyembah patung 

tersebut. Namun, apa yang terjadi Allah menyelamatkan mereka bahkan Allah membuat 

mereka menjadi semakin sejahtera hidupnya, dan melalui mereka nama Allah semakin 

 

 

 

dikenal banyak orang (Dan. 3:1-30). Jika hal ini menjadi panutan para pemuda maka gereja 

akan menjadi semakin maju dan di mana pun pemuda gereja berada maka mereka bisa 

memperkenalkan Allah.

 hal ini tentu tidak lepas dari relasi yang harus dibangun terlebih 

dahulu dengan Allah. Dalam peribadatan dan penyembahan banyak hal yang bisa 

didapatkan jika doa yang diucapkan juga diucapkan dengan sungguh-sungguh. Banyak 

cobaan dan masalah yang akan dihadapi oleh manusia. Namun, orang-orang yang memiliki 

hubungan yang intim dengan Allah akan memiliki sudut pandang tersendiri ketika 

diperhadapakan dengan masalah. Orang-orang yang memiliki hubungan yang intim dengan 

Allah akan memandang masalah sebagai ujian yang akan menaikkan level mereka sebab  

mereka melihat masalah bukan sebagai hukuman. Orang yang memiliki relasi baik dengan 

Allah akan selalu memakai  iman mereka ketika mereka diperhadapkan dengan 

masalah.