Saksi yehova 4
Di Indonesia terdapat beberapa agama yang
dijamin keberadaannya oleh Negara sesuai de-
ngan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 dan
28. Pada masing-masing agama juga terdapat
beragam faham, aliran, denominasi dan sekte.
Satu sama lain memiliki persamaan namun juga
memiliki perbedaan. Pada awalnya faham, aliran,
denominasi dan sekte mengikuti pemahaman
dari agama induk, kemudian ada perkembangan
pemikiran yang berbeda, selanjutnya memisah-
kan diri dari agama induk, kemudian memben-
tuk komunitas tersendiri.
Pada agama Kristen terdapat beberapa de-
nominasi, aliran atau sekte. Menurut data sta-
tistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992,
yang diterbitkan Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Kristen (Protestan) Departemen
Agama RI (sekarang Kementerian Agama) pada
tahun 1993, ditemukan 275 organisasi Kristen
Protestan. Di samping itu ada sekitar 400-an ya-
yasan Kristen Protestan atau yang bersifat gere-
jawi (para church/ di samping gereja), baik yang
sudah memperoleh surat keputusan pendaftaran
sesuai dengan UU No. 8/1985 maupun yang be-
lum. Jadi secara keseluruhan terdapat 700 or-
ganisasi Kristen Protestan yang memiliki aktivi-
tas melayani warga Kristen Protestan Indonesia
yang jumlahnya sekitar 15 juta jiwa maupun ling-
kungan masyarakat Indonesia umumnya, yang
menurut sensus berjumlah sekitar 180 juta jiwa
(Aritonang, 2009).
Kemungkinan munculnya faham atau aliran
baru akan terus berlanjut, karena terbuka peluang
untuk melakukan penafsiran terhadap ajaran
agama. Menurut Joachim Wach (1985) pada
dasarnya pengalaman keagamaan, meliputi be-
berapa aspek: pertama, aspek pemahaman atau
pemikiran keagamaan; kedua, aspek peribadatan
atau ritual keagamaan; dan ketiga adalah aspek
kemasyarakatan atau organisasi sosial. Terkait
dengan pemikiran keagamaan yang melahirkan
suatu denominasi dalam agama Kristen ini akan
GDSDWPHPSHUOLKDWNDQ EHEHUDSD VSHVL¿NDVL WHU
tentu dari denominasi atau aliran tersebut.
Saksi-saksi Yehuwa (selanjutnya ditulis de-
ngan singkatan SSY) yang lebih dikenal sebagai
Jehovah Witnesses dalam bahasa Inggris merupa-
kan salah satu agama yang menjadi aliran dari
agama Kristen menurut SK pendiriannya. SSY
dinyatakan sebagai organisasi Gereja oleh peme-
rintah, meskipun sesungguhnya, SSY secara ideal
menginginkan diakui sebagai agama. Akan tetapi
dengan alasan politik pemerintah, SSY menerima
pengakuan pemerintah sebagai organisasi agar
jelas dan diakui menurut negara keberadaannya.1
Legalitas SSY tidak serta merta membuatnya di-
terima oleh masyarakat secara umum. Penyebab-
nya terletak pada sifat gerakan SSY yang sema-
ngat dan cenderung agresif, secara terus-menerus
mengkonversikan jamaah, baik Kristiani mau-
pun non-Kristiani.2 Gerakan SSY yang cenderung
problematik ini juga diakui dan dianggap sebagai
penyimpangan dalam agama Kristen Protestan,
sesat seperti Ahmadiyah di Islam.3
1 Hasil FGD dengan Bapak Pramoko, Agung dan Paulus pada hari Minggu, 29 Maret 2011.
2 Hasil wawancara dengan A. Mustaqin sebagai seorang yang sering “berinteraksi” dan menjadi “korban” semangat ze-
nding SSY via email, pada hari Kamis, 28 April 2011 pukul 1:11 PM; Hasil wawancara dengan Roto sebagai seorang Katolik
Tradisional via Yahoo.Messanger.
3 Hasil wawancara dengan Bapu sebagai seorang Katolik dan penjaga perpustakaan di Kotabaru, Yogyakarta pada tanggal
14 April 2011.
Dalam arti luas, SSY memang disifatkan sebagai salah satu aliran Kristen karena mereka membaca Alkitab dan menghor-
mati Yesus Kristus. Akan tetapi, jika diselidiki lebih jauh, SSY lebih tepat jika digolongkan sebagai suatu bidat dalam agama
Kristen. Dengan asumsi bahwa mereka tidak menerima Kristus sebagai penjelmaan Tuhan Allah dan menolak adanya Tri-
tunggal, serta banyaknya ajaran yang diterima oleh seluruh umat Kristen, termasuk Katolik justru ditolak oleh mereka. Lihat
tim redaksi Lembaga Literatur Baptis (LLB), Bagaimana Menghadapi Saksi Yehuwa, (Bandung: Lembaga Literatur Baptis,
1976), hlm. 7.
Arifuddin Ismail
173Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 01 Juli - Desember 2012
Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, maka
permasalahan yang perlu ditelusuri adalah:
“Kehadiran SSY mengusik sebagian umat se-
bagai hal yang kontradiktif dengan faham ke-
banyakan umat Kristen, tetapi justru menarik
banyak orang untuk bergabung, bahkan dalam
perkembangannya mengalami pertumbuhan
JUD¿N \DQJ VLJQL¿NDQ GHQJDQ JHUDNDQ \DQJ
mereka lakukan”. Masalah ini dijabarkan dalam
beberapa item pertanyaan yang dipakai sebagai
penuntun dalam penelitian. Pertanyaan peneli-
tian yang dimaksud yaitu:
1) Bagaimana SSY hadir sebagai denomina-
si Kristen hingga di Yogyakarta?; 2) Seperti apa
ajaran dan pemahaman teologis SSY yang ber-
beda dengan Kristen lainnya?; 3) Bagaimanakah
ajaran dan praktik peribadatan yang dilakukan
SSY jemaat Yogyakarta?; dan 4) Bagaimana res-
pon umat yang lain terhadap kehadiran SSY?
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk
menemukan jawaban dari permasalahan di atas
dan mendeskripsikan tentang SSY sebagai deno-
minasi atau aliran keagamaan Kristen yang keha-
dirannya ditentang sebagian umat Kristen, tetapi
justru banyak orang yang bergabung dengannya
bahkan mengalami pertumbuhan yang sangat sig-
QL¿NDQGHQJDQDSD\DQJGLODNXNDQ6HFDUDNKXVXV
penelitian ini bertujuan untuk menghimpun dan
menyajikan data tentang: 1) Kehadiran SSY se-
bagai denominasi Kristen hingga di Yogyakarta; 2)
Ajaran dan pemahaman teologis SSY yang berbeda
dengan paham kebanyakan dari umat Kristen; 3)
Praktik peribadatan SSY jemaat Yogyakarta; dan
4) Respon umat lain terhadap kehadiran SSY.
Kerangka Teori
Tulisan tentang SSY telah banyak beredar,
terutama tulisan dari SSY sendiri. Hanya tulisan
hasil penelitian belum banyak ditemukan, kecuali
yang dilakukan oleh Puslitbang Kehidupan Ber-
agama, sebagaimana yang dilakukan oleh Muchit
A Karim (2007) yaitu “Studi tentang Kelompok
Keagamaan Saksi Jehova di Kalimantan Barat”.
Dalam penelitian tersebut diperoleh temuan
tentang beberapa karakteristik faham SSY yaitu
tentang konsep ketuhanan, tentang Alkitab,
penebusan dosa, kedatangan Kristus kedua, ke-
bangkitan dan penghakiman, baptisan dan perja-
muan, pertemuan dan peribadatan, larangan dan
pantangan. Beberapa karakteristik ini oleh umat
Kristen lainnya ditanggapi bahwa ajaran kelom-
pok SSY menimbulkan keresahan. Sementara itu
oleh pihak gereja-gereja di Kalimantan Barat SSY
dianggap telah menyimpang dari ajaran Kristen.
Penelitian terhadap SSY juga dilakukan oleh
Nuhrison M. Nuh di Kupang Nusa Tenggara
Timur (2007) yang memfokuskan pada persing-
gungan antara SSY dengan pihak Gereja Arus
Utama. Nuhrison melihat bagaimana pihak Gere-
ja menolak keras kehadiran SSY dengan alasan
penyimpangan dari Iman Kristen. Penolakan itu
membuat pihak Bimas Kristen juga tidak berani
merangkul SSY.
Penelitian yang dilakukan ini pada dasarnya
adalah untuk mengeksplorasi dan melengkapi
penelitian yang telah ada tersebut. Meskipun
GHPLNLDQGLKDUDSNDQVHFDUDVLJQL¿NDQSHQHOLWLDQ
ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelum-
nya, terutama pada persoalan kontradiksi keha-
diran SSY, khususnya di Yogyakarta.
Secara teoritik, penelitian ini merujuk pada
teori religious movement (gerakan keagamaan).
Sedikitnya ada 3 gerakan keagamaan (religious
movement), yaitu: 1) endogenous religious move-
ment, 2) generatifve religious movement, 3) exo-
genious religious movement.
Gerakan keagamaan tipe pertama terkait de-
ngan sistem kepercayaan, sistem simbol, sistem
ritus, pengamalan dan organisasi keagamaan.
Hal-hal yang terkait dengan ini telah banyak ter-
jadi perubahan penting dalam sejarah agama-
agama di dunia. Di kalangan Kristen mengalami
perubahan dan memunculkan banyak sekte-sekte
baru yang satu sama lain saling mendekat dan
boleh jadi saling menjauh.
Gerakan keagamaan tipe kedua menimbulkan
perubahan bentuk sacred canopy yang dipercaya
Kontradiksi Kehadiran Saksi-saksi Yehuwa sebagai Denominasi Kristen di Yogyakarta
174 Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 02 Juli - Desember 2012
sebelumnya, baik dalam sistem cosmogony, an-
thropogony maupun system teodicy. Perubahan
tersebut berakibat pada adanya kemungkinan
terjadi perluasan atau penyempitan wilayah dan
bentuk dari sacred canopy, bisa semakin bertam-
bah atau semakin berkurang. Generatif religious
movement ditandai adanya kesengajaan untuk
berupaya melahirkan agama baru di luar agama
yang ada. Atau boleh jadi merupakan pengem-
bangan dari apa yang sudah ada sebelumnya.
Sementara itu Atho’ Mudzhar (2003: 8-9)
berpendapat, gerakan keagamaan tipe ketiga
atau yang bersifat exogenous religious move-
ment biasanya merupakan reaksi dari organisa-
si-organisasi keagamaan terhadap lingkungan
sekitarnya yang mengalami perubahan. Senada
dengan Atho’ Mudzhar, Nuhrison (2007) men-
jelaskan bahwa seiring dengan itu juga para ahli
sosiologi mensinyalir bahwa keberadaan organ-
isasi keagamaan dalam masyarakat, sedikitnya
mempunyai 4 kepentingan, yaitu: 1) survival
(mempertahankan hidup); 2) economic (kepen-
tingan ekonomi; 3) status (kepentingan untuk
eksis dan berperan; dan 4) ideology (kepentingan
untuk mempertahankan atau mengembangkan
pandangan hidup).
Jadi penelitian “Kontradiksi Kehadiran Sak-
si-Saksi Yehuwa sebagai Denominasi Kristen
di Yogyakarta”, bisa dianalisis dengan menggu-
nakan pendekatan teori di atas, di samping te-
ori-teori yang terkait sebagai penunjang. Dengan
demikian liku-liku kehadiran SSY sebagai de-
nominasi Kristen dan kontroversi kemunculan-
nya akan terlihat dengan jelas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mendasarkan diri pada metode
sebagaimana di bawah ini:
Jenis Penelitian
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini masuk
dalam kategori penelitian eksploratif, karena ka-
jian ini mengarahkan pada penemuan gambaran
Kehadiran Saksi-saksi Yehuwa sebagai denomi-
nasi Kristen di Yogyakarta. Dengan demikian
melalui pendekatan ini diupayakan agar dapat
diperoleh data tentang SSY sebagai denominasi
Kristen secara lebih lengkap dan mendalam.
Sasaran dan Penentuan Lokasi Penelitian
Sasaran penelitian atau subyek penelitian
ini adalah fokus pada SSY di Derah Istimewa
Yogyakarta (selanjutnya disingkat DIY). Pertim-
bangan pemilihan lokasi penelitian ini, karena di
daerah tersebut terdapat denominasi keagamaan
Kristen versi SSY. Di Provinsi DIY jumlah peme-
luk agama Kristen menjadi urutan ketiga setelah
Islam dan Katholik. Pemeluk agama Kristen di
wilayah Yogyakarta yaitu sebanyak 98.395 orang
atau 2,83% (Kanwil Kementerian Agama Yo-
gyakarta, 2007: 30). Selain itu, masyarakat DIY
memiliki tipikal kultur terbuka dan tingkat tole-
ransi yang cukup tinggi dalam kehidupan ber-
agama, sehingga terbuka kemungkinan eksisnya
SSY di daerah ini.
Data yang Digali dan Sumbernya
Data yang dihimpun dalam penelitian ini
yaitu: 1) Data primer, meliputi sejarah berdiri-
nya, tokoh/pemuka agama, kepengurusan, keang-
gotaan, kegiatan dan interaksi dengan masya-
rakat. Demikian juga data tentang penerimaan
kehadiran SSY yang dianggap kontradiktif de-
ngan faham yang dianut oleh kebanyakan umat
Kristen; dan 2) Data sekunder, meliputi data ten-
tang DIY, mencakup keadaan daerah penelitian,
NRQGLVLJHRJUD¿VGDQGHPRJUD¿VVHUWDOLQJNXQJ
an sosialnya. Sumber data dalam penelitian ini:
1) Pembimbing Agama Kristen; 2) Tokoh-tokoh
SSY; 3) Tokoh organisasi sosial keagamaan Kris-
ten; 4) Para Penatua dan Gembala Rohani; 5)
Anggota kelompok SSY; 6) Tokoh masyarakat.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga teknik pe-
ngumpulan data. Ketiga teknik tersebut adalah
pengamatan, wawancara, dan telaah dokumen.
Wawancara dipergunakan menggali data yang
berkenaan dengan SSY, kegiatan peribadatan
atau ritual keagamaan, aktivitas kelompok atau
aliran keagamaan dalam bentuk aktivitas sosial
Arifuddin Ismail
175Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 01 Juli - Desember 2012
keagamaan, dan aktivitas sosial kemasyarakatan.
Wawancara dilakukan dengan pola terstruktur.
Wawancara ini dilakukan terhadap para infor-
man yang dipilih secara purposive atau dilaku-
kan secara sengaja. Pertimbangannya, bahwa in-
forman tersebut memiliki banyak informasi yang
akurat tentang berbagai hal berkaitan dengan
aliran keagamaan tersebut. Wawancara ini juga
dilengkapi dengan wawancara mendalam se-
bagai langkah lebih lanjut dari proses wawancara
yang dilakukan manakala wawancara terstruktur
masih terdapat data yang perlu digali melalui wa-
wancara mendalam (depth interview) (Singarim-
bun dan Efendi, 1986: 198-199).
Telaah dokumen dipergunakan untuk meng-
gali data yang tertulis dalam berbagai dokumen
atau buku. Telaah dokumen ini dilakukan untuk
menggali data tentang berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh kelompok SSY meliputi pelak-
sanaan peribadatan, aktivitas sosial keagamaan
dan sosial kemasyarakatan.
Pengamatan atau observasi dilakukan de-
ngan cara mengamati terhadap obyek penelitian
dan dibantu dengan pencatatan rangkaian peris-
tiwa yang diamati. Sehingga dengan melakukan
pengamatan ini dapat diperoleh data yang di-
amati secara langsung (Singarimbun dan Efendi,
1986: 198-199). Pengamatan ini dilakukan oleh
peneliti untuk memperoleh data tentang aktivitas
peribadatan yang dilakukan oleh kelompok kea-
gamaan, serta aktivitas sosial keagamaan mau-
pun aktivitas sosial kemasyarakatan.
Analisa Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh
tersebut dianalisis dengan teknik deskriptif kuali-
tatif, yang merupakan suatu alur kegiatan yang
meliputi: reduksi data, penyajian data, dan pena-
rikan kesimpulan (Moleong, 1998). Reduksi data
merupakan proses pemilihan, pemusatan perha-
tian, pengabstraksian data kasar dari lapangan.
Penyajian data dimaksudkan sekumpulan infor-
masi tersusun yang memberi kemungkinan untuk
menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Kemudian dilakukan penarikan kesimpulan yang
VHEHOXPQ\DMXJDGLYHUL¿NDVLNDQVHODPDSHQHOLWLDQ
berlangsung (Miles dan Huberman, 1992: 15).
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum DIY
DIY adalah daerah yang sudah sangat popu-
ler, baik di Indonesia maupun di mancanegara.
Kepopuleran Yogyakarta terjadi sebelum bangsa
Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,
yaitu ketika Yogyakarta masih menganut sistem
pemerintahan kerajaan.
DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau
Jawa VHFDUD JHRJUD¿V WHUOHWDN SDGD R¶R¶
Lintang Selatan dan 110o00’-110o50’ Bujur
Timur. Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY
GDSDW GLNHORPSRNNDQPHQMDGL HPSDW VDWXDQ ¿-
VLRJUD¿ \DLWX 6DWXDQ ¿VLRJUD¿ Junung api
Merapi, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan
sebagian Bantul; 2) Satuan Pegunungan Selatan
atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah
Gunungkidul, dan Wonosari; 3) Satuan Pegu-
nungan Kulon Progo; 4) Satuan Dataran Rendah,
membentang di bagian selatan DIY, mulai dari
Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan de-
ngan Pegunungan Seribu.
.RQGLVL ¿VLRJUD¿ WHUVHEXW PHPEDZD SH
ngaruh terhadap persebaran penduduk, ke-
tersediaan prasarana dan sarana wilayah, dan
kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta kema-
juan pembangunan antarwilayah yang timpang.
Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah
dataran ÀXYLDO yang meliputi Kabupaten Sleman,
Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul (khusus-
nya di wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakar-
ta) adalah wilayah dengan kepadatan penduduk
tinggi dan memiliki kegiatan sosial ekonomi ber-
intensitas tinggi, sehingga merupakan wilayah
yang lebih maju dan berkembang.
Kependudukan
DIY dikenal sebagai kota yang berpenduduk
heterogen, hampir semua etnik di Indonesia ter-
dapat di Yogyakarta. Setiap tahun berdatangan
dari berbagai penjuru, sehingga tingkat pertum-
buhannya juga mengalami kenaikan.
Kontradiksi Kehadiran Saksi-saksi Yehuwa sebagai Denominasi Kristen di Yogyakarta
176 Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 02 Juli - Desember 2012
Laju pertumbuhan penduduk di DIY antara
2003-2007 sebanyak 135.915 jiwa atau kenaikan
rata-rata pertahun sebesar 1,1%. Umur Harapan
Hidup (UHH) penduduk di DIY menunjukkan
kecenderungan yang meningkat dari 72,4 tahun
pada tahun 2002 menjadi 72,9 tahun pada tahun
2005. Ditinjau dari sisi distribusi penduduk me-
nurut usia, terlihat kecenderungan yang semakin
meningkat pada penduduk usia di atas 60 tahun.
Proporsi distribusi penduduk berdasarkan
usia produktif memiliki akibat pada sektor tenaga
kerja. Angkatan kerja di DIY pada 2010 sebesar
71,41%. Di sektor ekonomi yang menyerap tenaga
kerja paling besar adalah sektor pertanian kemu-
dian disusul sektor jasa-jasa lainnya. Sektor yang
potensial dikembangkan yaitu sektor pariwisata,
sektor perdagangan dan industri terutama in-
dustri kecil menengah serta kerajinan. Pengang-
guran di DIY menjadi problematika sosial yang
cukup serius karena karakter pengangguran DIY
menyangkut sebagian tenaga-tenaga profesional
dengan tingkat pendidikan tinggi.
Seperti telah diproyeksikan sebelumnya,
jumlah penduduk Kota Yogyakarta menga-
lami penurunan dari hasil sensus penduduk
2010. Penurunan itu sejumlah 8.623 jiwa (2,17
persen) dibandingkan data sensus tahun 2000.
Meski begitu, kepadatan penduduk masih ter-
tinggi dari lima kabupaten/kota di DIY. Hal itu
terungkap dari hasil hitung cepat sensus 2010
Yogyakarta yang dilaporkan Badan Pusat Statis-
tik Yogyakarta.
Jumlah penduduk Yogyakarta pada 2010
tercatat sebanyak 388.088 jiwa, turun dari sen-
sus 2000 yang mencapai 396.711 jiwa. “Tren ini
melanjutkan penurunan dari sensus tahun 1990
yang tercatat sebanyak 412.059 jiwa,” katanya.
Rasio penduduk laki-laki terhadap perempuan
pun ikut menurun menjadi 94,36 persen (dari
100 perempuan terdapat 94,36 laki-laki). Pada
tahun 1990, rasio itu tercatat 96,17 persen dan
menurun pada 2000 sebesar 95,81. Meski be-
gitu, tingkat kepadatan penduduk Yogyakarta
masih sangat tinggi, yakni mencapai rata-rata
11.941 penduduk setiap satu kilometer persegi.
Dilihat dari jumlah penganut agama, sebagi-
an besar beragama Islam. Sebagian kecil lain-
nya non-Islam, terdiri atas Katolik dan Kristen
Protestan, Hindu, Budha, dan sebagainya. Jum-
lah umat Islam di daerah ini sebanyak 403.628
(77,8%), jumlah penganut agama Katolik seba-
nyak 65.972 orang (12,7%), Kristen Protestan
sebanyak 44.049 orang (8,5%), Hindu sebanyak
2.157 orang (0,4%), Budha sebanyak 2.924 orang
(0,6%) dan lainnya 70 orang (0,01%).
Dari Yogyakarta terpancar SDM kepen-
didikan yang sangat dibanggakan di tanah air,
yaitu adanya Universitas Gajahmada (UGM), dan
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk di
pendidikan umum, sementara juga terdapat Uni-
versitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka)
untuk pendidikan agama. Selain itu, banyak ya-
yasan swasta yang mendirikan sekolah di semua
jenjang pendidikan, baik yayasan keagamaan
maupun yayasan yang bersifat umum. Peman-
dangan tersebut membuat Yogyakarta dijuluki
“Kota Pendidikan” atau “Kota Pelajar”.
Kehidupan Sosial Budaya dan Agama
Yogyakarta adalah kota dengan banyak se-
butan, mulai dari kota budaya, kota pelajar, kota
wisata, kota gudeg, kota sepeda, hotspot town,
dan masih banyak lagi. Yogyakarta adalah juga
miniatur Indonesia. Di kota ini tinggal berbagai
macam orang dengan latar suku bangsa yang be-
ragam. Namun demikian keberagaman budaya
yang ada di Yogyakarta bisa berpadu dengan in-
GDKWDQSDPHPLFXNRQÀLN\DQJEHUDUWL'L<RJ
yakarta orang-orang yang dengan berbagai latar
belakang sosial dan pendidikan bisa berbaur se-
cara harmonis. Banyak intelektual, seniman dan
budayawan besar yang pernah mengasah ilmunya
di Yogyakarta. Tidak mengherankan, sebab Yog-
yakarta juga dijuluki sebagai kota pendidikan.
Yogyakarta masih sangat kental dengan bu-
daya Jawanya. Seni dan budaya merupakan bagi-
an tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat
Yogyakarta. Sejak masih kanak-kanak sampai de-
wasa, masyarakat Yogyakarta akan sangat sering
menyaksikan dan bahkan mengikuti berbagai
Arifuddin Ismail
177Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 01 Juli - Desember 2012
acara kesenian dan budaya di kota ini.
Kesenian yang dimiliki masyarakat Yog-
yakarta sangatlah beragam, terangkai indah
dalam sebuah upacara adat. Sehingga bagi
masyarakat Yogyakarta, seni dan budaya benar-
benar menjadi suatu bagian tak terpisahkan dari
kehidupan mereka.
Kesenian khas di Yogyakarta antara lain adalah
ketoprak, jatilan, dan wayang kulit. Oleh karena
itu, tidak mengherankan bilamana Yogyakarta
memiliki julukan yang variatif, kota Yogyakarta
sebagai kota budaya, pariwisata, pendidikan dan
yang tak kalah populernya kota Yogyakarta diang-
gap sebagai miniatur Indonesia.
Apa yang diamanatkan Undang-Undang
Dasar 1945 itu pada prinsipnya telah lama dilaku-
kan di Yogyakarta, bahkan sejak pemerintahan
Kerajaan Hamengku Buwono I masyarakat Yog-
yakarta diberi kesempatan hidup berdampingan
dan membangun keharmonisan tanpa sekat per-
bedaan agama dan suku bangsa. Hingga saat ini
umat beragama dengan latar belakang keyakin-
an yang berbeda bisa hidup berdampingan secara
damai di Yogyakarta. Setiap kelompok dari umat
beragama secara leluasa menjalankan ibadah
sesuai dengan keyakinannya.
Data keagamaan menunjukkan, bahwa
umat Islam yang terbanyak yaitu 3.240.126 jiwa
(92.218%), dan yang paling sedikit adalah Khong
Hucu sebanyak 33 jiwa. Kristen menempati urut-
an ketiga yaitu 112.035 jiwa (3.189%). Banyaknya
penganut Islam di Yogyakarta, karena merupa-
kan penduduk asli yang secara turun temurun
menganut Islam. Sedangkan Khong Hucu tampak
sedikit, ini bisa dimaklumi, karena penganutnya
memang baru saja diakui oleh pemerintah sete-
lah masa Reformasi, yaitu ketika Presiden Abdur-
rahman Wahid (Gusdur). Penganut Khong Hucu
semuanya dari kalangan keturunan suku bangsa
Tionghoa yang sebelumnya menganut agama
lain, dan beralih ke Khong Hucu setelah adanya
pengakuan dari pemerintah.
Kehadiran SSY Sebagai Denominasi Kristen
Dimulai dari Pemberontakan Sang Gembala
SSY adalah suatu denominasi Kristen, mile-
narian, restorasionis yang dahulu bernama Siswa-
siswa Alkitab hingga pada tahun 1931. Agama ini
diorganisasi secara internasional, lebih dikenal
di dunia Barat sebagai Jehovah’s Witnesses atau
Jehovas Zeugen, yang mencoba mewujudkan
pemulihan dari gerakan Kekristenan abad per-
tama yang dilakukan oleh para pengikut Yesus
Kristus. Penganjur pertama SSY awalnya meng-
anggap SSY bukan suatu sekte, mereka tidak per-
nah memisahkan diri dari gereja atau kelompok
besar manapun. Wewenang tertinggi kehidupan
mereka berdasarkan hukum-hukum dan prinsip-
prinsip dari Kitab Suci atau Alkitab.
Menurut data kesejarahan, SSY bermula lebih
dari seratus tahun yang lalu. Berawal dari sebuah
kelompok belajar Alkitab sederhana yang dipelo-
pori oleh Charles Taze Russell. Dia dilahirkan di
kota Pittsburgh, negara bagian Pennsylvania,
pada tahun 1952. Dia dididik di sekolah umum
dengan latar belakang keluarganya sebagai ang-
gota gereja yang giat. Saat muda, dia tertarik
dengan soal-soal teologi dan pernah menjadi pe-
ngabar Injil. Akan tetapi, dia meninggalkan gere-
ja pada usia belasan tahun dan mengaku tidak
beragama karena doktrin tentang adanya ne-raka
dan hukuman bagi orang jahat. Dia merasa bahwa
hal tersebut tidak sesuai dengan Alkitab, logika,
berlawanan dengan kasih Allah dan tidak adil
(Lembaga Literatur Baptis [LLB], 1976: 72). Men-
gapa manusia berbuat jahat hanya beberapa wak-
tu, tetapi mendapat hukuman selama-lamanya di
neraka. Kegelisah-an inilah yang mengantarkan-
nya untuk menggali Alkitab secara lebih dalam.4
Dia juga pernah menjadi anggota Gereja Advent
meskipun tidak mau mengakui pengaruh ajaran-
4 Focus Group Discussion (selanjutnya disingkat FGD) dengan Bapak Pramoko, Paulus, Agung, Edi Santoso Sandjaya,
dan Sutarto di rumah Ibu Agus, Sastrowinatan Yogyakarta pada hari Jumat, 29 April 2011 pukul 13.30-15.00.
Kontradiksi Kehadiran Saksi-saksi Yehuwa sebagai Denominasi Kristen di Yogyakarta
178 Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 02 Juli - Desember 2012
nya. Kemudian pada usia duapuluhan dia meyaki-
ni bahwa Tuhan Allah telah menunjuk dia sendiri
sebagai satu-satu-nya penafsir Alkitab yang benar
dan mulailah dia memimpin suatu kelas Alkitab
(LLB, 1976: 12).
Kegiatan Russell berlanjut dengan pener-
bitan majalah Zion’s Watch Tower and Herald
of Christ’s Presence pada bulan Juli 1879. Kemu-
dian pada tahun 1880 terbentuk sejumlah sidang
di negara-negara bagian yang berpangkal dari ke-
lompok tersebut, hingga terbentuk Zion’s Watch
Tower Tract Society pada tahun 1881 dan men-
jadi badan hukum pada tahun 1884 serta bergan-
ti nama menjadi Watch Tower Bible and Tract
Society. Kelompok yang dipresideni oleh Russell
tersebut memiliki pemberita sepenuh waktu se-
banyak 700.000 orang mulai 1888-sekarang, un-
tuk menawarkan bacaan-bacaan Alkitab dari ru-
mah ke rumah. Taraf lembaga internasional pun
disandang pada tahun 1909 dan memiliki kantor
pusat di Brooklyn, New York.
Pada tahun 1916 Russell meninggal dunia,
faham dan ajarannya dilanjutkan oleh Joseph F.
Rutherford5. Pada masa itu banyak sekali terjadi
perubahan pada metode pemberitaan. Dimu-
lai dengan penerbitan pendamping majalah The
Watchtower, yaitu The Golden Age yang saat ini
dikenal dengan Awake! (Sedarlah!). Pada masa
ini pula pemberitaan dari rumah ke rumah de-
ngan menggunakan fonograf portabel dan rekam-
an-rekaman khotbah semakin digiatkan, serta ra-
dio. Penggunaan nama SSY juga dilakukan pada
masa ini untuk membedakan diri dari denomi-
nasi-denominasi susunan Kristen, tepatnya pada
tahun 1931. Akan tetapi, metode tersebut justru
menyebabkan banyak penangkapan terhadap SSY
selama tahun 1930-1940an. Meskipun demikian,
SSY dapat memenangkan hak-hak sipil mereka
di pengadilan (Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab
[PSA], 2006: 6).
Pada tahun 1942 Rutherford meninggal dan
digantikan oleh N.H. Knorr6. Pada masa kepe-
mimpinan Knorr, pelatihan khusus bagi para ro-
haniawan menjadi program utamanya. Bahkan
sekolah pelatihan khusus bagi mereka juga
didirikan dengan nama Sekolah Alkitab Gilead
Menara Pengawal pada tahun 1943. Adapun
perubahan pada bidang pengorganisasian yang
dilakukan adalah penambahan jumlah anggota
Badan Pimpinan di Brooklyn. Tanggung jawab
administrasi pun dibagi dan ditugaskan kepada
berbagai panitia yang terdiri dari para anggota
Badan Pimpinan, yang telah berpengalaman se-
lama sepuluh tahun sebagai rohaniawan (PSA,
2006: 8-9).
SSY Masuk di Indonesia
SSY masuk ke Indonesia dibawa oleh mi-
sionaris dari Australia yang bernama Frank
Rice pada bulan Juni 1931, tepatnya di Batavia
(sekarang Jakarta). Theodorus, Ratu dari Mi-
nahasa, menjadi Saksi pertamanya. Kemudian
pada tanggal 25 Januari 1935 kapal layar “Light-
bearer” (Pembawa Terang) dari Sidney menuju
pulau Sumba dan Lombok tiba di Tanjung Priok
pada tanggal 8 Juli 1935. Kapal ini berawak tujuh
orang rohaniawan. Mereka juga singgah di Kali-
mantan, Sumatera dan Sulawesi. Kantor cabang
SSY pun berdiri pada bulan September 1951 di
Jakarta. Dari situ mulai bergerak hingga ber-
diri 11 sidang tahun 1959 di Jawa, yaitu empat
5 Joseph Franklin Rutherford lahir di daerah pertanian negara bagian Missouri pada tahun 1869. Dia adalah sarjana hu-
kum yang tersohor, penulis pengadilan, advokad dan hakim. Lihat Bagaimana Menghadapi Saksi..., hlm. 15.
6 Nathan Homer Knorr dilahirkan di negara bagian Penssylvania, kota Bethlehem pada tahun 1905. Dia mengenal ajaran
Saksi-saksi SSY sejak SMA. Akan tetapi dia tidak meneruskan ke pendidikan tinggi karena diterima sebagai pekerja di pener-
bitan Saksi-saksi SSY di New York bahkan dia segera naik pangkat dan menjadi direkturnya pada tahun 1932. Pada masanya
pula, indoktrinasi Saksi-saksi SSY diperkuat sehingga anggotanya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepada mereka. Bagaimana Menghadapi Saksi..., hlm. 17.
7 Hasil Wawancara yang ditulis via e-mail dengan Bapak Pramoko pada hari Kamis, 14 April 2011 pukul 6:46 AM.
Arifuddin Ismail
179Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 01 Juli - Desember 2012
di Jakarta dan masing-masing satu di Bandung,
Bogor, Cirebon, Malang, Semarang, Sukabumi
dan Surabaya. Hingga saat ini telah menyebar ke
pulau Sumatera di Medan dan Palembang, dan
pulau Sulawesi di Manado.7
Pada tanggal 22 Agustus 1961, Lembaga
Siswa-siswa Alkitab dibentuk sebagai badan hu-
kum nasional dan mengambil alih kepentingan-
kepentingan Siswa-siswa Alkitab Indonesia serta
menjadikannya penasehat resmi SSY di Indo-
nesia. Badan hukum ini menerima pengakuan
resmi dari Menteri Kehakiman pada tanggal 9
Juli 1964. Kemudian pada tanggal 11 Mei 1968
Menteri Agama, KHA Achmad Dachlan, menan-
datangani dokumen resmi yang mengakui bahwa
SSY adalah agama dengan hak-hak yang sah.
Bahkan izin mencetak majalah pun diberikan dari
Departemen Penerangan dan Laksusda (Koman-
do Militer) dan izin untuk mengimpor buku-buku
diperoleh dari Kejaksaan Agung dan Gubernur
DKI Jaya, serta wewenang untuk menyelengga-
rakan dan mencatat perkawinan (Catatan Sipil)
pun diberikan oleh Gubernur DKI Jaya.
Akan tetapi, setelah SSY berkiprah selama
puluhan tahun tiba-tiba muncul larangan un-
tuk tidak bisa lagi melakukan berbagai kegiatan.
Surat pelarangan itu ditandatangani oleh Kejak-
saan Agung RI. Nomor 129/JA/12/1976 tanggal
7 Desember 1976. Meskipun 25 tahun kemudian
larangan tersebut dicabut pada tanggal 1 Juni
2001 oleh Kejaksaan Agung RI dengan Keputus-
an No. KEP-255/A/JA/06/2001 dan diteguhkan
sebagai agama yang sah oleh Departemen Agama
RI melalui Keputusan SK Bimas Kristen Depag
RI No. F/KEP/HK.005-/22/1103/2002 tertang-
gal 22 Maret 2002.8
Pada masa antara pencabutan dan peneguh-
an kembali SSY sebagai agama ini menunjukkan
sekali pemberlakuan politik keagamaan peme-
rintah pada SSY. Gerakan yang dilakukan SSY
dianggap mengancam negara dan mengganggu
keamanan dan ketentraman di masyarakat. Me-
ngancam negara karena SSY melakukan tindakan
yang bertentangan dengan Alkitab, seperti salut
terhadap bendera merah putih ketika upacara,
wajib militer.
SSY di Yogyakarta
SSY di Yogyakarta sejak awal tidak dapat
diketahui langsung dari pelaku sejarahnya, pelaku
dinas SSY, karena para pengurus SSY belum la-
hir. Pelaku sejarah SSY yang masuk pertama kali
dengan usia termuda saat itu adalah Puspohadi
Suryo, usianya sekarang diperkirakan berusia 80
tahun ke atas dan dalam kondisi sakit.
SSY datang di Yogyakarta pada tahun 1957
dengan dua orang tenaga penuh waktu dari Ja-
karta, yaitu Carla Dryer dan Kho Liang Nio. Dinas
mereka selama tiga bulan berhasil menghimpun
delapan orang peminat yang berpusat di Jl. Abu-
bakar Ali No. 7 lalu pindah ke Jl. Kemetiran Kidul
No.20. Keberhasilan itu kemudian didukung
dengan datangnya dua pelayan penuh waktu dari
Surabaya pada bulan Juli 1957, yaitu Puspohadi
Suryo dan Arto Martin Haryo Pranoto. Hingga
sidang pertama didirikan pada tahun 1959 di Jl.
Cemoro Jajar No. 22 Yogyakarta yang dikoordinir
oleh Puspohadi Suryo dan dihadiri oleh 15 orang.
Pada tahun ini hingga 1980-an, tempat perhim-
punan masih berpindah-pindah, mulai dari Jl.
Taman Sari, Jln. Kintelan/Dipowinatan (seka-
rang Brigjen Katamso), lalu Jl. Taman Siswo gg.
Permadi, hingga Jl. Poncowinatan 45.9
Sebenarnya bagi SSY tidak ada istilah peng-
urus resmi, akan tetapi pengikut SSY membuat
pengurus hanya untuk memenuhi peraturan
pemerintah tersebut. Jadi secara internal hanya
sedikit yang mengetahui. Pada awal kedatangan-
nya, SSY bergerilya mengembangkan misinya,
dan satu-persatu bergabung hingga mencapai 1
8 Hasil Wawancara yang ditulis via e-mail dengan Bapak Pramoko, sda.
9 Wawancara dengan Pramoko, via e-mail, sda.
Kontradiksi Kehadiran Saksi-saksi Yehuwa sebagai Denominasi Kristen di Yogyakarta
180 Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 02 Juli - Desember 2012
(satu) sidang, yaitu 40 orang jemaatnya. Kemu-
dian tahun-tahun selanjutnya bertambah walau-
pun kelihatan lamban, tetapi menggembirakan,
karena sampai tahun 1986 mencapai 80 orang.
Pada tahun 1990 mengalami peningkatan pada
menjadi 120 orang janggota jemaat. Peningkat-
an itu kelihatan lagi pada tahun 2000 menjadi
160 janggota jemaat. Hingga tahun tahun 2011
sudah ada 8 sidang (perkumpulan) atau sekitar
VHEDJDLPDQDJUD¿NEHULNXW7HWDSLPHQXUXW
pengakuan dari pengurus SSY sekarang telah ada
400 orang anggota jemaat yang tersebar di 40
perkumpulan.
Konsep Ajaran SSY
a) Konsep Teologi
Pengakuan SSY sebagai agama dapat dijabar-
kan dalam tiga dimensi keagaaman, sebagaima-
na pendapat Joachim Wach. Dimensi pertama
adalah dimensi pemikiran keagamaan. Dimensi
ini merupakan penjelasan dari konsep ketuhanan
mereka. Berbeda dengan Kristen pada umum-
nya, SSY menolak ajaran Trinitas yang berarti
tiga dalam satu. Menurut mereka Yehuwa itu
terwujud dalam satu pribadi, yaitu Bapa, Yesus
sebagai tangan kanan Yehuwa dan Roh Kudus
sebagai tenaga aktif Yehuwa.10
Peran ketiga pribadi ini dapat digambarkan
dalam proses penciptaan bumi dan manusia.
Yehuwa menciptakan bumi dan isinya untuk
kebaikan manusia. Kemudian menyerahkan-
nya kepada Yesus sebagai tangan kanannya
hingga saat Armagedon datang. Yesus harus
menyerahkan bumi dan isinya ini kembali ke-
pada Yehuwa, sedangkan manusia diuji kem-
bali. Kemudian diseleksi dan dimatikan bagi
manusia yang masih memiliki kejahatan. Se-
dangkan manusia yang tidak mengandung ke-
jahatan hidup selama-lamanya di Firdaus, tetap
di muka bumi ini. Jadi, bumi tidak dihancurkan
sebagaimana keyakinan agama Islam dan yang
lainnya.11 SSY percaya kepada Yesus Kristus
dalam kehidupannya dan pelayanannya selama
hidup di muka bumi dengan kapasitasnya se-
bagai: 1) Putra Allah (Matius 3: 17; Lukas 9: 35);
2) Utusan Allah (Yohanes 17: 3; Yohanes 8: 42);
3) Penebus dan Juru Selamat (Matius 20: 28; 1
Yohanes 4: 9,10).12 Adapun Roh Kudus sebagai
tenaga aktif Yehuwa memiliki berbagai fungsi
bahkan menciptakan.13
Kepercayaan tersebut didasarkan pada Alkitab,
bukan pada pendapat-pendapat rekaan manu-
sia ataupun kredo-kredo agama. Alkitab memi-
liki wewenang tertinggi untuk menyatakan benar
dan salah (2 Timotius 3: 16). Alkitab tidak hanya
meng-ajar tentang cara beribadat kepada Allah,
tetapi juga berisi “jalan hidup” yang dapat mem-
bawa seseorang untuk menikmati kedamaian, ke-
sejahteraan dan kebahagiaan (Yesaya 45: 17, 18).
Adapun tiga doktrin mengenai Allah yang di-
terima oleh semua aliran Kristen dan dipermasa-
lahkan SSY sebagai berikut:
1) Keilahian Kristus, Tuhan Allah itu Yehuwa
Yang Mahaesa. Yesus itu dianggap sebagai
anak Allah bukan Allah anak. Dia adalah se-
seorang “Allah Yang Kuasa” bukan Allah yang
Mahakuasa karena dia sesungguhnya adalah
seorang makhluk ciptaan Allah. SSY juga
menyangkal dwipribadi Kristus bahwa Yesus
adalah manusia dan Allah sekaligus. Padahal
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Ye-
sus Kristus itu berwujud ilahi, dengan sifat-si-
fat dan sebutan-sebutan yang hanya ada pada
Tuhan Allah, yaitu Tuhan Yang Mahakuasa,
Tuhan Yang Mahatahu, Tuhan Yang Mahaha-
10 FGD dengan Bapak Pramoko, Paulus, Agung, Edi Santoso Sandjaya, dan Sutarto...
11 FGD dengan Bapak Pramoko, Paulus, Agung, Edi Santoso Sandjaya, dan Sutarto...
12 Panitia Penghubung Rumah Sakit Yogyakarta dan Solo mewakili SSY demi kerjasama dan perawatan pasien, Kerjasa-
ma untuk Pengobatan dan Pembedahan Nondarah, Kumpulan Dokumen SSY, hlm. 3.
13 FGD dengan Bapak Pramoko, Paulus, Agung, Edi Santoso Sandjaya, dan Sutarto...
Arifuddin Ismail
181Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 01 Juli - Desember 2012
dir (LLB, 1976: 48-50).
2) Kebangkitan Kristus tidak dipahami sebagai-
mana Kristen yang lain. Mereka mempercayai
bahwa Kristus bangkit sebagai roh dan tidak
semua orang mengenali kebangkitanNya. Pa-
dahal tercatat dalam 1 Korintus15: 4-8 bahwa
ada beratus-ratus orang yang mengenali Yesus
setelah kebangkitanNya (LLB, 1976: 54-57).
3) Kepribadian Roh Kudus tidak diakui oleh SSY.
Padahal Roh Kudus itulah yang mendiami ke-
hidupan orang Kristen serta menjelaskan ke-
benaran ilahi kepadaNya, dan Tuhan Yesus
sendiri mengajarkan bahwa orang yang meng-
hujat atau menentang Roh Kudus tidak akan
diampuni, di dunia ini maupun di dunia yang
akan datang (LLB, 1976: 57-58).
b) Aspek Peribadatan SSY
Berdasarkan inti kepercayaan SSY, dapat
diketahui bahwa mereka tidak memiliki ritual
seperti agama-agama yang lain; Islam, Katolik,
Hindu dan Buddha. SSY menganggap bahwa
beribadah dapat dilakukan di mana saja, kapan
saja tanpa aturan yang runtut dan ritus untuk
bersuci sebelumnya. Bahkan perempuan yang se-
dang datang bulan pun juga tidak dilarang untuk
beribadah. Sehingga cara memperlakukan Alkitab
pun sama seperti buku biasa untuk belajar.14 SSY
menyatakan bahwa mereka tidak memiliki ritual,
tetapi mereka juga bernyanyi, berdoa dan mem-
baca Alkitab serta buku-buku dan majalah-ma-
jalah terbitan Watchtower. Mereka lebih nya-
man untuk menyebutnya sebagai pembelajaran
dan pergi ke perhimpunan jika akan berkumpul
bersama untuk mendengarkan khotbah dari pe-
mimpin mereka.15
SSY hanya memiliki satu hari yang bisa dika-
takan bahwa hari itu dikultuskan, yaitu tanggal
14 Nisan sebelum matahari terbenam. Tanggal
14 Nisan ini diperingati sebagai bentuk peng-
hormatan terhadap perjamuan malam yang di-
lakukan oleh Yesus sebelum mati dipantek. Per-
ingatan ini wajib dilakukan oleh seluruh umat
SSY di dunia. Sehingga aktivitas apapun yang
sedang mereka lakukan wajib dihentikan. Per-
ingatan ini pula yang dapat disebut sebagai hari
besar dalam SSY, di mana perhitungannya ber-
dasar pada peredaran bulan.16
Kegiatan Kemasyarakatan dan
Interaksi Sosialnya
Dampak terkucilkannya SSY dari dunia
kekristenan yang mayoritas dan dominan meng-
akibatkan relasi dan interaksi SSY dalam ke-
hidupan sosial-keagamaan dengan pemeluk aga-
ma Kristen berada pada posisi termarjinalkan.
Tetapi secara diam-diam mereka terus bergerak
dan melakukan kontak personal kepada siapa
saja. Memang kegiatan mereka tidak secara
demonstratif seperti halnya denominasi Kristen
lainnya. Bahkan secara terbuka mengumandang-
kan faham dan ajaran-ajarannya, mengajak orang
seluruh dunia untuk berinteraksi dan belajar le-
bih dalam tentang SSY dengan memanfaatkan
media teknologi (website).
Sebagai organisasi keagamaan, SSY jarang
sekali terdengar kiprah dan aktivitas out group-
nya sebagaimana kelima agama yang lain. Ak-
tivitas lebih melekat pada SSY adalah aktivitas in
groupnya, seperti pembelajaran Alkitab. Pembe-
lajaran Alkitab ini selalu ditawarkan kepada sia-
papun termasuk melalui websitenya.
Pemanfaatan media informatika ini bukan
hanya website (dunia maya) tetapi juga media ce-
tak. Hal ini ditunjukkan dengan majalah-majalah
dan buku-buku terbitan SSY yang sangat memadu-
kan dan mengintegrasikan antara doktrin teologis
dengan pengetahuan modern. Terbitannya dise-
14 FGD dengan Bapak Pramoko, Paulus, Agung, Edi Santoso Sandjaya, dan Sutarto...
15 Hasil wawancara dengan Bapak Pramoko, Agung dan Paulus pada hari Minggu tanggal 29 Maret 2011.
16 FGD dengan Bapak Pramoko, Paulus, Agung, Edi Santoso Sandjaya, dan Sutarto...
Kontradiksi Kehadiran Saksi-saksi Yehuwa sebagai Denominasi Kristen di Yogyakarta
182 Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 02 Juli - Desember 2012
barluaskan dalam berbagai bahasa di dunia.
SSY juga sangat berperan dalam bidang sosial
melalui hasil penelitian yang mereka kembang-
kan dalam bidang kesehatan, yaitu pengobatan
dan pembedahan nondarah. Aktivitas yang sangat
berdasar pada Firman Tuhan melarang makan
darah ini sangat membantu banyak orang, tidak
hanya bagi pengikutnya tetapi juga bagi masya-
rakat yang lain. Melalui aktivitas tersebut, SSY da-
pat memberikan alternatif pengobatan yang lebih
aman bagi kesehatan, karena menolak transfusi
darah alogenik yang sangat berisiko menimbul-
kan banyak penularan penyakit.
$NWL¿WDVVRVLDO\DQJODLQGHQJDQPDV\DUDNDW
sekitar adalah bilamana terjadi suatu peristiwa
sosial yang mengakibatkan dampak negatif ter-
hadap kehidupan sosial kemasyarakatan, mereka
cukup tanggap dan cekatan untuk berpartisipasi
membantu baik bantuan dalam bentuk materi
maupun immateri. Terbukti pada waktu erupsi
gunung Merapi, mereka tanggap dalam berpar-
tisipasi membantu meringankan masyarakat
yang tertimpa musibah.
Kontradiksi Kehadiran SSY sebagai
Denominasi Kristen
Goncangan atas Kehadiran SSY
SSY atau Jehovah’s Witnesses atau Jeho-
vas Zeugen adalah aliran agama yang mengakui
dirinya sebagai salah satu Denominasi Kristen.
Alasan yang digunakan adalah: pertama, meru-
juk pada Kitab yang menjadi pegangan dan ru-
jukannya sama dengan Kristen yang lain; kedua,
berdasar pada sejarah munculnya SSY itu sendiri
yang tidak keluar dari perkumpulan umum atau
kelompok Gereja.
Sejak pertama munculnya Jehovah’s Wit-
nesses atau Jehovas Zeugen, telah menimbulkan
banyak kegelisahan. Dimulai dari pemahaman
yang berbeda tentang kenyataan atau fakta sosial
dengan isi Injil sebagai Kitab Suci pegangan umat
Kristen. Terlalu banyak hal yang dipraktikkan
orang di luar dari Kitab Suci. Bahkan kegelisahan
umat Kristen yang lain semakin meningkat ketika
Charles Taze Russell sebagai pencetus Jehovah’s
Witnesses mendeklarasikan dirinya sebagai satu-
satunya penafsir Kitab Suci yang diberi kewe-
nangan oleh Tuhan.
Secara sosiologis, keberadaan SSY sebagai
representasi denominatif dalam agama Kristen
menuai banyak kontroversi karena doktrin ajaran
alirannya bertentangan dengan ajaran agama
Kristen pada umumnya. Orang-orang Kristen
sendiri menganggap SSY bukan Kristen, karena
bertentangan dengan apa yang menjadi Iman
Kristen selama ini dan menjadi keyakinan umat
Kristen kebanyakan.
Menurut penjelasan dari Simanjuntak (Sek-
retaris PGI Yogyakarta), bahwa ajaran SSY tidak
sesuai dengan yang dipercayai atau diyakini oleh
umat Kristen, sehingga dianggap banyak berten-
tangan dengan ajaran kekristenan. Pertentang-
an yang dimaksud Simanjuntak berkisar pada
persoalan “keilahian” dan juga ajaran yang lain.
Secara rinci Simanjuntak memberi alasan tidak di-
terimanya SSY sebagai denominasi Kristen, yaitu:
1) Kitab sucinya tidak sama;
2) Rumah Ibadahnya bukan sebutan gereja;
3) Sejak kehadirannya memunculkan banyak ma-
salah, khususnya pada praktik penginjilan;
4) Dianggap merusak tatanan;
5) Dianggap kejam (istrinya menderita);
6) SSY dianggap ekstrem.
Penginjilan dengan Gerakan Bawah Tanah
SSY menggunakan 7 langkah indoktrinasi,
atau rentetan pengajaran dan latihan-latihan
yang bertujuan menjangkau dan meyakinkan
penganut-penganut baru sebagai berikut:
a) Menjual Bahan Cetakan
SSY memanfaatkan media cetak untuk
pengembangan misinya. Kebanyakan buku dan
majalah mereka tidak dihadiahkan, tetapi dijual;
dengan demikian orang yang menerimanya mera-
sa bahwa dia sendiri harus berikhtiar/berusaha
sedikit untuk barang yang bermutu itu. SSY bu-
kan hanya sekadar menjual bahan cetakan; para
penjual itu siap sedia untuk mengadakan diskusi
Arifuddin Ismail
183Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 01 Juli - Desember 2012
dengan pembeli mengenai doktrin-doktrin mere-
ka, dan untuk menyanggah ajaran-ajaran Kristen
yang mereka anggap tidak sesuai.
Ada banyak buku dan terbitan-terbitan dari
SSY. Majalah-majalah SSY lebih dikenal, daripa-
da buku atau traktat mereka. Di antaranya ialah:
Menara Pengawal dan Sedarlah!
b) Kunjungan kepada Pembeli
Pemimpin-pemimpin daerah dari aliran SSY
membuat catatan yang teliti mengenai semua ma-
jalah dan buku yang telah dibeli orang. Lalu para
pembeli itu dikunjungi, dengan harapan bahwa
mereka akan membeli bahan cetakan yang lain.
Sementara itu, penjual selalu siap sedia untuk
menjawab semua pertanyaan pembeli, dengan
menggunakan ayat-ayat kitab suci sebagai bukti.
Ayat-ayat itu ada banyak yang dikutip satu-satu
serta dikutip di luar hubungan kalimat, dalam
usaha untuk mengindoktrinasi pembeli agar
masuk bidat itu.
c) Pelajaran di Rumah
SSY menantikan kesempatan untuk datang
ke rumah, demi menolong pembeli memahami
bahan cetakan yang telah dibelinya. Mereka
meyakinkan orang, bahwa mereka sudah terlatih,
dan sanggup menolong untuk menjelaskan me-
ngenai isi bacaan tersebut. SSY bersedia untuk
datang setiap saat. Dengan menggunakan buku
pedoman “Karena Allah itu benar adanya”, mere-
ka memberikan indoktrinasi sedikit demi sedikit
tentang ajaran-ajaran mereka.
Biasanya pelajaran itu diberikan secara pri-
badi kepada calon anggota. Calon anggota terse-
but harus mengalami “pencucian otak”; yaitu
pikirannya harus dibersihkan dari semua paham
Kristen dan ajaran Alkitab yang bertentangan
dengan doktrin SSY.
d) Pelajaran Sedaerah
Sesudah pelajaran diberikan secara pribadi di
rumah, maka calon itu dipimpin selangkah lebih
maju, yakni: mengikuti pelajaran indoktrinasi se-
daerah. Sampai di sini masih belum ada tekanan
terhadap calon anggota, agar ia hadir di sebuah
“Balai Kerajaan” (nama gereja atau tempat per-
temuan SSY).
Dengan hati-hati, calon tersebut dibimbing
setahap demi setahap, sampai ia mengalami pen-
cucian otak dan indoktrinasi. Kelompok belajar
(studi grup) itu merupakan satu kumpulan dari
semua calon anggota di daerah yang berdekatan,
yaitu perhimpunan orang-orang yang sudah ter-
lebih dahulu belajar di rumah masing-masing.
Pelajaran-pelajaran diberikan oleh anggota SSY
senior dan yang cukup pandai menjawab perta-
nyaan dan keberatan yang diajukan.
e) Undangan ke Balai Kerajaan
Calon tersebut siap untuk dididik di Balai
Kerajaan. Selain pelajaran Alkitab, di situ juga
diberikan pelajaran tentang doktrin dan organ-
isasi SSY. Dijelaskan kepada dia, tentang peker-
jaan gerakan itu, serta tanggung jawabnya sen-
diri jika ia menjadi anggota. Pelajaran-pelajaran
di Balai Kerajaan tidak selesai-selesai. Belum
pernah ada seorang pun yang tamat. Minimal se-
minggu sekali mereka menerima pengajaran. Ada
juga pelajaran Alkitab, yang tentu saja dengan
cara SSY yang seringkali menyimpangkan arti-
nya. Ada juga pelajaran berpidato, yang berman-
faat, baik dalam perkumpulan umum maupun
dalam pelayanan kepada calon anggota secara
pribadi. Ada juga semacam pertemuan kebak-
tian, di mana calon anggota itu dilatih dalam tiap
segi pekerjaan SSY. Majalah Menara Pengawal
merupakan bahan pelajaran yang utama.
f) Calon Diutus sebagai Penjual
Sekarang calon itu siap untuk keluar sebagai
penjual bahan cetakan. Dengan demikian ia akan
mengulang kembali langkah-langkah indoktri-
nasi itu. Mula-mula ia diutus dengan didam-
pingi oleh seorang anggota yang terlatih dan
dapat dipercaya. SSY tidak membedakan antara
kaum pendeta dengan kaum awam. Tiap penjual
akan mengaku semacam “pendeta” atau “pengin-
jil” yang telah ditetapkan. Memang ada anggota
yang malas, sama seperti organisasi yang lain.
Tapi kenyataannya, persentase anggota mereka
yang keluar untuk bersaksi, mencapai rata-rata
Kontradiksi Kehadiran Saksi-saksi Yehuwa sebagai Denominasi Kristen di Yogyakarta
184 Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 02 Juli - Desember 2012
65 persen! Di manakah kiranya ada gereja yang
keanggotaannya serajin itu?
g) Calon Dibaptiskan ke dalam Theokrasi
SSY menggunakan istilah theokrasi; artinya:
wilayah kekuasaan Ilahi. Mereka beranggapan,
bahwa theokrasi atau Kerajaan Allah itu, tak lain
dan tak bukan adalah organisasi mereka sendiri.
Sekarang calon itu siap dibaptiskan ke dalam the-
okrasi tersebut. Anehnya, SSY menyangkal Trini-
tas/Tritunggal, namun mereka tetap memakai ru-
musan pembaptisan dari Matius 28: 19, yang jelas
menyebutkan ketiga pribadi Tuhan Allah itu.
Sekarang calon anggota itu sudah menjadi
seorang SSY yang lengkap. Ia juga siap untuk
menjangkau dan meyakinkan orang-orang baru,
supaya mereka mengikuti ajarannya.
Di atas itu semua adalah langkah-langkah
indoktrinatif yang digunakan SSY dalam menyo-
sialisasikan ajaran-ajarannya terhadap para pe-
nganut-penganut barunya.
Sinar Penolong di Awal Reformasi Bangsa
Eksistensi SSY menjadi diskursus yang
cukup hangat dibicarakan dalam agama Kristen,
di mana SSY dalam doktrin teologisnya, yaitu
SSY mempunyai pandangan bahwa Yesus Kris-
tus bukan Tuhan. Padahal doktrin mainstream
EHUSDQGDQJDQ <HVXV .ULVWXV DGDODK SHUVRQL¿-
kasi Tuhan. Karena inilah kemudian SSY menda-
patkan stigma negatif dari penganut agama Kris-
ten mainstream sebagai aliran sesat. Meskipun
secara legal standing, eksistensi SSY di Indone-
sia telah diberikan kepastian yuridis oleh peme-
rintah pasca era Reformasi di mana sebelumnya
SSY mendapatkan pelarangan oleh pemerintah
karena aliran tersebut memiliki padangan teolo-
gis yang bertentangan dengan penganut agama
Kristen pada umumnya.
Dengan dicabutnya larangan oleh pemeritah
di era Reformasi, SSY mendapatkan ruang gerak
yang cukup luas, minimal secara yuridis, keab-
sahan hukum SSY legal untuk mensosialisasikan
dan melaksanakan seluruh ajaran-ajarannya di
ruang publik.
Melalui keyakinan yang kokoh dan sema-
ngat solidaritas yang tinggi, penganut SSY ber-
keyakinan bahwa pasca dicabutnya larangan oleh
pemerintah di awak Reformasi, mereka berang-
gapan hanya alirannya satu-satunya pembawa
keselamatan di antara aliran yang lain.
Pengembangan Sayap dan Prospek
Masa Depannya
Dari sudut pandang teoritik, SSY masuk
dalam kategori kelompok endogenous religious
movement. Perubahan yang dilakukan SSY telah
menyentuh ranah substansi kepercayaan umat
Kristen yang dianggap mapan, walaupun meng-
gunakan rujukan yang sama, yaitu Alkitab. SSY
menolak ajaran Trinitas yang berarti tiga dalam
satu. SSY meyakini Yehuwa itu terwujud dalam
tiga pribadi, yaitu: 1) Bapa Yang Maha Segala-
nya; 2) Yesus sebagai tangan kanan Yehuwa; dan
3) Roh Kudus sebagai tenaga aktif Yehuwa.17
Ketiga pribadi tersebut memiliki peran, yaitu
Yehuwa menciptakan bumi dan isinya untuk ke-
baikan manusia. Kemudian menyerahkannya ke-
pada Yesus sebagai tangan kanannya hingga saat
Armagedon datang. Yesus harus menyerahkan
bumi dan isinya ini kembali kepada Yehuwa,
sedangkan manusia diuji kembali, kemudian di-
seleksi dan dimatikan. Sedangkan manusia yang
tidak mengandung kejahatan hidup selama-la-
manya di Firdaus. Bumi tidak dihancurkan se-
bagaimana keyakinan agama Islam dan yang
17 FGD dengan Bapak Pramoko, Paulus, Agung, Edi Santoso Sandjaya, dan Sutarto...
18 FGD dengan Bapak Pramoko, Paulus, Agung, Edi Santoso Sandjaya, dan Sutarto...
19 Panitia Penghubung Rumah Sakit Yogyakarta dan Solo mewakili Saksi-Saksi SSY demi kerjasama dan perawatan
pasien, Kerjasama untuk Pengobatan dan Pembedahan Nondarah, Kumpulan Dokumen SSY, hlm. 3.
20 FGD dengan Bapak Pramoko, Paulus, Agung, Edi Santoso Sandjaya, dan Sutarto...
Arifuddin Ismail
185Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 01 Juli - Desember 2012
21 Wawancara dengan Ahmad Muttaqin tanggal 28 April.
lainnya.18 SSY percaya kepada Yesus Kristus
dalam kehidupannya dan pelayanannya selama
hidup di muka bumi dengan kapasitasnya se-
bagai: 1) Putra Allah (Matius 3:17; Lukas 9:35);
2) Utusan Allah (Yohanes 17:3; Yohanes 8:42); 3)
Penebus dosa dan Juru Selamat (Matius 20:28;
1 Yohanes 4:9,10).19 Adapun Roh Kudus sebagai
tenaga aktif Yehuwa memiliki berbagai fungsi
bahkan menciptakan.20
Perubahan juga dilakukan SSY pada sistem
simbol, sistem ritus dan organisasinya. SSY tidak
menggunakan Salib sebagaimana dengan Kristen
lainnya yang menempatkan Salib sebagai simbol.
Gereja diistilahkan dengan Balai Kerajaan Allah.
Demikian halnya para pengkhotbah tidak serta
merta harus dilakukan oleh para pendeta, tetapi
siapa saja yang punya kemampuan, terutama
para saksi yang sudah dibaptis.
Secara yuridis dan sosiologis, eksistensi SSY
memperoleh pengakuan resmi dari pemerintah.
Ini artinya, denominasi SSY secara sosiologis men-
dapat tempat dalam kehidupan sosial keagamaan
di Indonesia apalagi dengan situasi sosial-ekonomi
masyarakat tidak menentu yang sering mengalami
kebimbangan. Dari situasi demikian SSY tepat
menjadi jawaban sandarannya dengan gaya pe-
ngabarannya yang agresif dan memberikan peng-
harapan rohani dan penjelasan ajaran-ajarannya
dengan memakai pendekatan psychology human-
istik dan publikasi resmi dengan ilustrasi gambar-
gambar pemandangan alam yang menakjubkan
dengan penguatan dalil-dalil Alkitab.21
Peningkatan SSY menurut data dapat dira-
PDONDQ VDQJDW VLJQL¿NDQ MXPODKQ\D GL WHQJDK
hiruk-pikuk persoalan kehidupan, di tengah keke-
ringan manusia terhadap spiritualitas iman. Me-
tode gerakan mereka yang menyentuh permasa-
lahan psikis justru akan sangat berhasil jika terus
dikembangkan secara eksternal apa lagi mereka
memiliki kekuatan sel-sel gerakan yang luar biasa
secara internal dan dukungan kekuatan hukum
yang telah mereka peroleh dari pemerintah. Ge-
rakan mereka hampir sama dengan gerakan Islam
Jama’ah, di mana spirit umatnya sangat tinggi un-
tuk terus mengabarkan berita baik dan kebenaran
yang mereka yakini, apalagi jika gerakan mereka
didukung dengan kekuatan ekonomi.
Jadi faktor pendukung yang membuat SSY bisa
bertahan dan mengembangkan misinya adalah:
1) Secara internasional Organisasi SSY kelihatan
rapi, terkordinasi dan terkendali dari satu pu-
sat informasi, misalnya semua khotbah yang
akan dipakai pada bulan Oktober mendatang,
sebulan sebelumnya sudah terkirim ke selu-
ruh dunia;
2) SSY membuka diri sekaligus menyosialisasikan
faham dan ajarannya melalui website dan me-
dia cetak untuk membangun komunikasi se-
cara interaktif;
3) Jalinan solidaritas antar sesama SSY sangat
tinggi. Dibuktikan dengan contoh ketika salah
satu dari penganut SSY tertimpa musibah
maka secara massif persoalan tersebut lang-
sung diatasi secara kolektif;
4) Secara personal dibangun spirit keberagamaan
versi SSY yang di dalamnya terdapat keikhlas-
an, keteguhan dan pengorbanan.
PENUTUP
SSY sebagai salah satu denominasi dalam aga-
ma Kristen telah hadir di tengah hiruk-pikuk umat
beragama di Yogyakarta. SSY memiliki pemaha-
man ajaran yang berbeda secara fundamental
pada aspek teologis-normatifnya dengan keyaki-
nan umat Kristen mainstream. SSY telah menja-
di suatu gerakan keagamaan yang sangat massif,
karena setiap orang atau SSY menjadi keharusan
menyebarluaskan kebenaran sambil memperba-
Kontradiksi Kehadiran Saksi-saksi Yehuwa sebagai Denominasi Kristen di Yogyakarta
nyak dan mengembangkan anggotanya. Inilah
yang kemudian menjadi pemicu terjadinya gon-
cangan bahkan penolakan atas kehadirannya.
Umat Kristen yang lain telah menganggap
SSY sebagai perusak tatanan kekristenan, bahkan
kemasyarakatan secara umum. Di samping meng-
ganggu stabilitas emosional keyakinan juga me-
langgar peraturan dan perundangan-undangan.
Padahal kehadiran SSY bukan suatu keniscayaan
yang harus dipermasalahkan. Apalagi dari aspek
yuridis formal Negara telah menjamin dalam
pasal 29 dan 28 Undang-Undang Dasar 1945 dan
dijabarkan oleh Jaksa Agung melalui Surat Kepu-
tusan nomor: Kep 255/A/JA/06/2001, tanggal
1 Juni 2001, mencabut Keputusan Jaksa Agung
nomor Kep 129/JA/12/1976, tgl 7 Desember 1976
tentang pelarangan terhadap ajaran/perkumpul-
an Siswa-siswa Alkitab/Saksi-saksi Yehuwa. Ini
pertanda SSY telah diberi hak yang sama dengan
komunitas lain di republik ini untuk beraktivitas.
Berdasarkan simpulan di atas, maka perlu
mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1) SSY sebagai denominasi dalam agama Kris-
ten telah hadir sebagai gerakan keagamaan
yang berskala internasional, dan telah men-
dapatkan jaminan di dalam Undang-Undang
Dasar 1945 dan telah mendapatkan pengakuan
dari pemerintah sebagai organisasi keagamaan
yang punya hak yang sama dengan yang lain
sepantasnya diterima dengan legawa;
2) Walaupun dengan kehadirannya berbeda
dengan Kristen mainstream, tetapi sebaiknya
perbedaaaan tersebut disikapi secara arif-bi-
jaksana, artinya tetap mengembangkan sikap
setuju dalam perbedaan untuk meminimalisir
WXPEXKQ\DEHQLKNRQÀLN
3) Semua denominasi diharapkan bisa membu-
ka mata dan membuka hati untuk hidup ber-
dampingan dengan para pengikut SSY dan Beri
kesempatan kepada umat untuk memilih yang
terbaik menurut dirinya sesuai keyakinannya;
4) SSY perlu dirangkul dan diberi perlakuan yang
sama dengan yang lain dalam kehidupan ber-
bangsa dan bernegara guna menghindari dis-
kriminasi dan pemarjinalan sesama;
5) Belajar dari pengalaman yang ada, muncul-
nya beragam denominasi, karena ruang atau
space ke arah itu dibuka secara lebar, tanpa
ada rambu-rambu sebagai pembatas, padahal
side effectnya mengarah ke negatif. Jadi perlu
renungan untuk memikirkan ulang apakah
akan dibiarkan seperti itu atau dibuatkan atur-
an main, sehingga bisa tercipta kenyamanan
dalam menata kehidupan beragama.
.jpeg)
