samuel raja2 tawarik
samuel raja2 tawarikh
Dalam Alkitab, ada enam kitab sejarah yang mengisahkan sejarah
kerajaan Israel dengan konteks yang berbeda. Kitab-kitab tersebut adalah 1-2
Samuel, 1-2 Raja-Raja, dan 1-2 Tawarikh.1 Keenam kitab sejarah ini dikategorikan
dalam dua konteks yang berbeda, yaitu konteks prapembuangan dan konteks
pascapembuangan. Kitab yang ditulis dalam konteks prapembuangan adalah 1-2
Samuel dan 1-2 Raja-Raja, sedangkan kitab yang ditulis dalam konteks
pascapembuangan adalah 1-2 Tawarikh.2 Dua konteks yang berbeda ini
mempengaruhi tujuan penulisan dan sudut pandang para penulisnya.
Pada umumnya, 1-2 Samuel memberikan pengetahuan kepada para
pembacanya akan sejarah berdirinya perjanjian Daud (2Sam. 7).3 1-2 Samuel ditulis
bukan untuk tujuan historis, tetapi tujuan utamanya adalah teologis.4 1-2 Samuel
1. LXX atau Septuaginta melihat 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-Raja merupakan satu bagian yang
disebut sebagai the book of Kingdoms, sedangkan Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani memiliki
pandangan yang berbeda dengan LXX atau Septuaginta. Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani
memandang bahwa 1-2 Samuel terpisah dari 1-2 Raja-Raja. Dalam hal ini, penulis mengikuti
pembagian menurut Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani. Lihat Andrew E. Hill and John H. Walton, A
Survey of the Old Testament (Grand Rapids: Zondervan, 2000), 209.
2. Secara umum, tanggal penulisan 1-2 Tawarikh biasanya diletakkan dalam periode Persia,
yaitu 539-333 SM (masa awal pascapembuangan). Rincian insidental, seperti frasa yang sesuai
antara 2 Tawarikh 16:9 dan Zakharia 4:10 dan penyebutan koin persia, sebuah "dirham" (1Taw. 29:
7), yang tidak dicetak sebelum 515 SM, menyakinkan beberapa sarjana untuk menarik kesimpulan
bahwa tanggal penulisan 1-2 Tawarikh tidak lebih awal dari 515 SM. Lebih jelas lihat R. K. Duke,
“Book of Chronicles” dalam Dictionary of the Old Testament: Historical Books, ed. Bill T. Arnold dan H.
G. M Williamson (Downers Grove: IVP, 2005), 167.
3. Ayat Alkitab yang digunakan penulis dikutip dari Terjemahan Baru Lembaga Alkitab
Indonesia.
ditulis dengan maksud menceritakan sejarah penetapan perjanjian Daud.5 Hill dan
Walton berpandangan bahwa perjanjian Daud ditetapkan oleh Allah karena Israel
bisa saja memilih raja, sebagaimana Israel memilih Saul, tetapi Allah yang memilih
dinasti (Ul. 17:14-20).6
Penulis 1-2 Raja-Raja mencoba melakukan lebih dari sekedar menulis
sejarah kerajaan Israel secara teknis. Ia menulis 1-2 Raja-Raja dengan tujuan
didaktik, yaitu "Deuteronomic."7 Dilday melihat bahwa 1-2 Raja-Raja ditulis agar
bangsa Israel memiliki hati yang taat dan mematuhi hukum Yahweh. Jika mereka
melakukannya, mereka akan diberkati; jika tidak, mereka akan dikutuk.8 Berbeda
dengan Dilday, House memiliki pandangan yang berbeda. House melihat bahwa 1-2
Raja-Raja ditulis untuk memperlihatkan Allah yang menepati janji-Nya,
menciptakan, membuat perjanjian, dan memberikan tanah perjanjian kepada umat-
Nya, Israel.9
Penulis 1-2 Tawarikh mengisahkan tentang kerajaan Israel yang bersatu dan
peranan penting yang dilakukan oleh Daud dan Salomo.10 Secara khusus, penulis 1-2
Tawarikh ingin menekankan jabatan raja Daud dan Salomo dengan tujuan
menunjukkan kesinambungan sejarah kerajaan Israel pada masa prapembuangan
dan pascapembuangan.11 Penulis 1-2 Tawarikh menulis sejarahnya untuk orang-
orang Yehuda yang sedang berjuang, menghadapi sikap apatis, kemurtadan,
kesulitan ekonomi, oposisi asing, dan konflik domestik.12 Kitab 1-2 Tawarikh ditulis
sesuai dengan konteks orang-orang Yehuda yang kembali dari tanah pembuangan
Babel.13
Penulis 1-2 Tawarikh mengisahkan sejarah kerajaan Israel dengan perspektif
yang sangat berbeda dari perspektif penulis 1-2 Samuel dan penulis 1-2 Raja-Raja.
Secara khusus, penulis 1-2 Tawarikh mendeskripsikan figur Daud dengan perspektif
yang berlainan dari penulis 1-2 Samuel dan penulis 1-2 Raja-Raja. Satterthwaite
mengatakan bahwa figur Daud dalam 1-2 Tawarikh memiliki perbedaan yang sangat
signifikan dengan figur Daud dalam 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-raja.14 Penulis 1-2
Tawarikh melukis figur Daud sebagai seorang raja yang ideal atas bangsa Israel
dibandingkan dengan raja-raja Israel yang lain. Menurut Strauss, penulis 1-2
Tawarikh mempresentasikan figur Daud sebagai potret yang ideal, yaitu potret yang
memperlihatkan penekanan akan kedalaman kasih Daud kepada Allah dan
persiapannya untuk pembangunan bait suci.15 Ketidaksamaan ini dikarenakan
penulis 1-2 Tawarikh memiliki tujuan, penekanan, dan fokus yang berbeda dengan
penulis 1-2 Samuel dan penulis 1-2 Raja-Raja.
Secara umum, ada dua pandangan terhadap tujuan penulisan 1-2 Tawarikh.
Pandangan pertama mengatakan bahwa tujuan penulisan 1-2 Tawarikh ialah
menghidupkan kembali harapan orang Yehuda melalui penceritaan kembali sejarah
kerajaan Israel, terutama kisah tentang kerajaan Ibrani.16 Pandangan kedua adalah
penulis menulis 1-2 Tawarikh dengan tujuan ingin memulihkan identitas orang
Yehuda yang telah “rusak” setelah kembali dari tanah pembuangan Babel, yaitu
pada masa pemerintahan raja Nebukadnezar.17 Penulis melihat bahwa pandangan
kedua lebih sesuai dengan isi kitab 1-2 Tawarikh.18
Penulis 1-2 Tawarikh mengambarkan figur Daud dengan lebih baik
dibandingkan dengan penulis 1-2 Samuel dan penulis 1-2 Raja-Raja. Hal ini terlihat
jelas dari beberapa kisah Daud yang ada dalam kitab 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-
Raja, tetapi tidak muncul dalam 1-2 Tawarikh. Strauss mengatakan bahwa kisah-
kisah yang berkaitan dengan kejahatan dan dosa Daud serta kisah yang berpotensi
merusak citra Daud tidak dimasukkan oleh penulis 1-2 Tawarikh.19 Kisah Daud yang
tidak muncul dalam 1-2 Tawarikh adalah beberapa kisah gelap Daud, kisah gelap
rumah tangga Daud, dan kisah baik Daud.20 Menurut Satterthwaite, kisah gelap
Daud dan kisah gelap rumah tangga Daud yang tidak ada dalam 1-2 Tawarikh
adalah peperangan antar orang-orang Daud dengan orang-orang Saul setelah
kematian Saul (2Sam. 2-4), perselingkuhan Daud dengan Batsyeba dan pembunuhan
Uria (2Sam. 11), nubuatan nabi Natan akan penghukuman Allah atas Daud dan
rumah tangganya (2Sam. 12), pemerkosaan Tamar dan pembunuhan Amnon (2Sam.
13), pemberontakan Absalom dan perang sipil yang terjadi (2Sam. 15-20), eksekusi
tujuh anak Saul (2Sam. 21:1-14), intrik tentang sukses (1Raj. 1-2).21 Di sisi lain,
penulis 1-2 Tawarikh juga tidak memasukkan beberapa kisah baik Daud. Ia tidak
memasukkan lagu Daud dan perkataan terakhir Daud (2Sam.22:1-23:7), karier
Daud selama masa Saul memerintah (1Sam. 16-30), dan kebaikan-kebaikan Daud
kepada Mefiboset (2Sam. 9).22 Alasan mengapa penulis 1-2 Tawarikh tidak
memasukkan beberapa kisah baik Daud adalah kisah-kisah baik itu tidak ‘sejalan’
dengan tujuan penulisan 1-2 Tawarikh. Alasan lain mengapa kisah-kisah itu absen
dalam 1-2 Tawarikh adalah beberapa kisah baik Daud itu memiliki potensi
merendahkan martabat Daud karena berkaitan dengan status Daud sebagai hamba
Saul (pada masa pemerintahan Saul) dan tubuh Mefiboset yang tidak sempurna atau
utuh.23
Beberapa kisah gelap Daud, kisah gelap rumah tangga Daud, dan kisah baik
Daud yang tidak muncul dalam 1-2 Tawarikh ini memperlihatkan bahwa penulis 1-2
Tawarikh secara sengaja melakukan penyeleksian terhadap kisah Daud dalam 1-2
Tawarikh. Tidak masuknya kisah-kisah itu merupakan upaya penulis 1-2 Tawarikh
dalam mendukung tujuan penulisan 1-2 Tawarikh. Tidak masuknya kisah-kisah itu
juga bertujuan untuk memperlihatkan dan melukiskan Daud sebagai raja rujukan
yang ideal dan sebagai figur yang lebih baik dibandingkan dengan figur Daud yang
digambarkan oleh penulis 1-2 Samuel dan penulis 1-2 Raja-Raja.
Setiap penulis sejarah kerajaan Israel menggambarkan kisah dan tokoh yang
sama, tetapi dari perspektif yang berbeda. 1-2 Samuel mengisahkan kemenangan
Daud dengan penggambaran kekuasaan yang akan berujung kepada situasi yang
berantakan dan berkepanjangan. Hal ini berbanding terbalik dengan 1 Tawarikh
yang menunjukkan Daud sebagai orang yang setia kepada Saul, yang tidak setia.
Penulis 1-2 Tawarikh memperlihatkan kepemimpinan Daud yang dikenal dengan
cepat oleh kedua belas suku Israel setelah Saul meninggal dunia (1Taw. 10-11).24
Penulis 1-2 Tawarikh juga menunjuk Daud sebagai figur yang menjadi
standar bagi raja-raja Yehuda apakah mereka memerintah umat Allah dengan takut
akan Tuhan atau tidak. Setiap kali penulis Tawarikh menuliskan bahwa seorang raja
memerintah suku Yehuda dengan takut akan Tuhan atau tidak selalu
diperbandingkan dengan Daud. Hal ini terlihat jelas dalam beberapa ayat dalam
kitab Tawarikh. Raja-raja yang diperbandingkan dengan Daud ialah raja Yerobeam
(1Raj. 14:8), Abiam (1Raj. 15:3; 2Taw. 13-14:1), raja Ahas (2Raj. 16:2; 2Taw. 28:1),
raja Amazia (2Raj. 14:3; 2Taw. 25:2), raja Yosia (2Taw. 34:2), raja Asa (1Raj. 15:11;
2Taw. 14:2), raja Hizkia (2Raj. 18:3: 2Taw. 29:2).
Pokok Permasalahan
1. Beberapa kisah gelap Daud, kisah gelap rumah tangga Daud, dan kisah baik
Daud di dalam 1-2 Samuel dan 1 Raja-Raja tidak ada dalam 1-2
Tawarikh. Absennya beberapa kisah tersebut memperlihatkan bahwa
penulis 1-2 Tawarikh secara sengaja melakukan penyeleksian terhadap kisah
gelap Daud, kisah gelap rumah tangga Daud, dan kisah baik Daud dalam 1-2
Tawarikh.
2. Penulis 1-2 Tawarikh menambahkan beberapa kisah dalam kitabnya, yaitu
silsilah (1Taw. 1-9) dan kisah hubungan Daud dengan bait Allah (1Taw. 22-
29). Kisah ini tidak ada dalam 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-Raja.
Penambahan kisah ini merupakan upaya penulis 1-2 Tawarikh dalam
memulihkan identitas orang-orang Yehuda.
3. Dalam 1-2 Tawarikh, beberapa kisah yang berkaitan dengan kalimat rujukan
(status) Daud mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi itu
adalah kalimat rujukan “tidak seperti Daud” dan “seperti Daud.” Salah satu
kisah yang terlihat dengan jelas mengalami perubahan adalah kisah
pendaftaran dan hukuman (2Sam. 24:1-17; 1Taw. 21:1-17). Perubahan
beberapa kisah ini sedang memperlihatkan bahwa penulis 1-2 Tawarikh
secara sengaja melakukan perubahan terhadap kisah itu untuk mendukung
dan “sejalan” dengan tujuan penulisan 1-2 Tawarikh yang adalah
memulihkan identitas orang-orang Yehuda yang kembali dari tanah
pembuangan Babel.
Maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
A. Menjelaskan mengapa penulis 1-2 Tawarikh tidak memasukkan beberapa
kisah gelap Daud, kisah gelap rumah tangga Daud, dan kisah baik Daud.
Penulis juga memperlihatkan signifikansi absennya kisah-kisah tersebut
terhadap tujuan penulisan 1-2 Tawarikh.
B. Menjelaskan mengapa penulis 1-2 Tawarikh menambahkan silsilah dan
kisah hubungan Daud dengan bait Allah dalam 1Tawarikh. Penulis juga
akan memperlihatkan signifikansi silsilah dan kisah hubungan Daud
dengan bait Allah terhadap tujuan penulisan 1-2 Tawarikh.
C. Menjelaskan mengapa penulis 1-2 Tawarikh merubah beberapa kisah
Daud yang berhubungan dengan kalimat rujukan (status) “Tidak seperti
Daud” dan “Seperti Daud.” Penulis juga akan menjelaskan mengapa
penulis 1-2 Tawarikh mengubah salah satu kisah Daud, yaitu kisah
pendaftaran dan hukuman (2Sam. 24:1-17; 1Taw. 21:1-17). Penulis akan
memperlihatkan signifikansi perubahan dari kisah-kisah itu terhadap
tujuan penulisan 1-2 Tawarikh.
Penulisan skripsi ini akan dibatasi dalam enam kitab sejarah, yaitu 1-2
Samuel, 1-2 Raja-Raja, dan 1-2 Tawarikh. Penulisan ini secara khusus akan
menggunakan empat kitab sejarah kerajaan Israel, yaitu 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-
Raja sebagai perbandingan terhadap 1-2 Tawarikh. Penggunaan keempat kitab
sejarah tersebut untuk memperlihatkan keunikan penulis 1-2 Tawarikh dalam
menggambarkan figur Daud. Perbandingan keenam kitab sejarah ini juga ingin
memperlihatkan bahwa ada beberapa kisah gelap Daud, kisah gelap rumah tangga
Daud, dan kisah baik Daud yang ada dalam 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-Raja, tetapi
tidak ada dalam 1-2 Tawarikh.
Penulisan skripsi ini juga akan dibatasi pada penggambaran figur Daud.
Fokus penulisan ini pada penggambaran figur Daud dan hal-hal yang berkaitan
dengan tokoh Daud. Penulis tidak akan membahas segala sesuatu di luar Daud dan
hal-hal yang tidak berkaitan dengan Daud.
Dalam bab satu, penulis menjabarkan latar belakang masalah, pokok
permasalahan, tujuan penulisan, batasan penulisan, metodologi penulisan, dan
sistematika penulisan.
Dalam bab dua, penulis akan melakukan tiga hal. Pertama, penulis akan
memperlihatkan sejarah kerajaan Israel yang terdiri dari dua masa, yaitu masa
prapembuangan sampai masa pembuangan dan masa pascapembuangan. Kedua,
penulis akan memaparkan dua pandangan terhadap tujuan penulisan 1-2 Tawarikh.
Ketiga, penulis akan menunjukkan penggunaan sumber 1-2 Tawarikh. Penulis akan
memberikan rangkuman sebagai penutup dari bab dua.
Dalam bab tiga, peneliti akan mengerjakan tiga hal. Pertama penulis akan
menjelaskan mengapa beberapa kisah gelap Daud, kisah gelap rumah tangga Daud,
dan kisah baik Daud yang ada dalam 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-Raja tidak
ada dalam 1-2 Tawarikh. Kedua penulis akan memberikan penjelasan mengapa
penulis 1-2 Tawarikh menambahkan silsilah dan kisah hubungan Daud dengan bait
Allah dalam kitabnya. Ketiga, penulis akan memperlihatkan hubungan pengurangan
dan penambahan kisah figur Daud dengan tujuan penulisan 1-2 Tawarikh. Bab ini
akan ditutup dengan rangkuman.
Dalam bab empat, penulis akan melaksanakan tiga hal. Pertama, penulis akan
memberikan penjelasan mengapa penulis 1-2 Tawarikh mengubah beberapa kisah
yang berkaitan dengan kalimat perbandingan atau status “Tidak seperti Daud” dan
“Seperti Daud.” Kedua, penulis akan menganalisa salah satu contoh kisah yang
mengalami perubahan dalam 1-2 Tawarikh, yaitu kisah pendaftaran dan hukuman
(2Sam. 24:1-17; 1Taw. 21:1-17). Ketiga, penulis akan memperlihatkan hubungan
perubahan kalimat perbandingan Daud dan perubahan kisah figur Daud dengan
tujuan penulisan 1-2 Tawarikh. Penulis akan menyajikan rangkuman di akhir bab ini
sebagai penutup.
Dalam bab lima, peneliti akan memberikan kesimpulan dan refleksi pribadi
terhadap keseluruhan dari tulisan ini.
.png)
