kematian menurut islam 7

Rabu, 16 Agustus 2023

kematian menurut islam 7


kesatuan. Jiwa merupakaniislz (tubuh)
halus pada diri manusiayang berkaitan dengan tubuh (kasar) manusia yang
dapat diraba dan disentuh. Ruh (saat dia mati) ditarik dan keluar dari tubuh
kasarnya. Dalam kain kafannya dia dibungkus dan dilipat: ruh dinaikkan ke
langit, tidak mati dan tidak hancur. Ruh (sejak diciptakan pertama kali) tidak
ada akhirnya, dia memiliki dua mata, dua telinga, memiliki bau baik harum
dan bau busuk. Sifat ruh (tubuh halus) tidak sama dengan sifat badan kasar
manusia.
Dalam sebuah ungkapan Bilal berkata, "Wahai Rasulullah, Dia
mengambil jiwaku dan jiwamu!" Rasulullah berkata, "Bandingkan dengan
perkataan Zaid ibn Aslam ketika mbngungkapkan, "Wahai manusia, Allah
telah mengambil nyawa-nyawa kita. Seandainya Allah berkehendak maka
Dia akan mengembalikannya kepada kita pada tempat lain."
Rasulullah saw bersabda, "Ruh ketika dicabut diikuti oleh pandangan
mata."
Dalam riwayat Beliau bersabda, "Demikianlah ketika pandangan
matanya mengikuti jiwanya (nafs)." Itulah maksud penjelasan yang sangat
jelas.
Banyak sekali pendapat tentang pengertian 'ruh'' Yang paling
dianggap benar adalah pendapat Mazhab Ahlusunnah, yang mengatakan
bahwa ruh adalah 'jisim'.
Allah SWT berfirman: Allah memegang jiwa [orang] ketika mat@a.
(QS. az-Zumar:42)
Sedangkan ahli Takwil berpendapat bahwa ruh atau arwah adalah
seperti pada firman Allah SWTI. Maka mengapa ketilu nyqwa sampai di
kerongkongan (QS. al-Waqi'ah:83), yakni, "Jiwa atau ruh yang keluar dari
jasadnya ketika mati."
Itulah sifat ruh, kami tidak bermaksud menunjukkan ayat Al-Qur'an
yang mendukung pendapat mereka.
Seperti kata penyair:
Ketika suatu hari berbunyi nafas di tenggorokannya
Dan dadanya menjadi sesak
Orang yang mengatakan bahwa ruh mengalami kematian dan
kebinasaan adalah orang yang ingkar. Demikian pula orang yang
mengatakan bahwa ruh mengalami reinkarnasi, yaitu ketika dia keluar dari
jasad seseorang, maka ruh itu akan menitis kepada yang lain; bisa kepada
keledai, anjing, dan sebagainya. Jiwa dijaga oleh Allah, sehingga ada yang
mendapat nikmat dan ada yang mendapat siksa, insya Alloh nanti
diterangkan lebih lanj ut.
Pasal Kedua: Antara Ruh dan Jasad
Percaya kepada siksa kubur dan fitnahnya hukumnya wajib dan
membenarkannya merupakan keharusan, sesuai yang disampaikan oleh
Rasulullah saw. Allah SWT menghidupkan kembali seorang mukallaf (yang
telah dikenai tanggung jawab agama) dalam kuburnya serta diberi akal
kembali kepadanya, sehingga dia bisa hidup kembali dan memahami apa yang ditanyakan dan bisa menjawabnya, memahami apayan9 diberikan dan
dijanjikan kepadanya, baik berupa penghormatan maupun kehinaan.
Banyak hadits pilihan Nabi -semoga Allah memberikan ke.sejahteraun
dan keselamatan kepada beliau dan keluarganya sepanjang siang dan
malam-.lnilah pendapat mazhab Ahlusunnah dan para ulama. Para sahabat
yang diturunkan Al-Qur'an dalam bahasa mereka dari Nabi mereka tidak
mempunyai pemahaman lain dari yang telah kami kemukakan. Demikian
pula para tabi'in yang datang sesudah mereka dan seterusnya.
Ketika Nabi mengabarkan tentang ujian terhadap mayat dalam
kuburnya dan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, Umar ibn al-Khatthab
ra bertanya, "Ya Rasulullah, apakah akal kita akan dikembalikan?" "Beliau
menjawab, "Ya." Kemudian Beliau berkata, "Demi Allah, jika mereka
bertanya kepadaku, maka aku akan balik bertanya kepada mereka berdua.
Aku akan berkata, "Tuhanku Allah, maka siapakah Tuhan kalian?"
Dalam kitab Nawadir al-Ushul at-Tirmidzi al-Hakim Abu Abdullah
meriwayatkan hadits dari lbnu Umar, bahwa Rasulullah saw suatu hari
menyampaikan tentang keberadaan dua malaikat penguji dalam kubur. Umar
ibn al-Khatthab ra lalu bertany4 "Ya Rasulullah, apakah akal kita akan
dikembalikan lagi?" Beliau menjawab, "Benar, seperti keadaan kalian
sekarang."
Terdapat sebuah riwayat dari Sahl ibn 'Ammar, dia bercerita: Aku
bermimpi bertemu Yazid ibn Harun sesudah dia meninggal. Aku lalu
bertanya kepadanya, "Apa yang telah diperbuat Allah terhadapmu?" Dia
mengatakan bahwa dia didatangi dua malaikat yang kasar dan kejam. Lalu
mereka bertanya kepadanya, "Apa agamamu? Siapa Tuhanmu? Siapa
Nabimu?" Dia lalu berkata, "Maka aku pegang jenggotku dan menjawab
seperti ini, "Sungguh aku sudah mengajarkan banyak orang jawabannya
selama delapan puluh tahun!" Lalu kedua malaikat itu langsung pergi sambil
bertanya, "Apakah engkau sudah menuliskannya dari Huraiz ibn Utsman?"
Aku menjawab, "Memang." Keduanya berkata, "Dia membenci 'Ali, maka
Allah j uga membencinya."
Dalam hadits al-Barra' ada ungkapan, "Ruhnya dikembalikan ke
dalam jasadnya." Ada yang berpendapat bahwa pertanyaan dan siksa kubur
hanya terjadi pada ruh, sedangkan jasad tidak. Hal yang kami kemukakan
pada pasal pertama ini lebih shahih,walllahu a'lam.
Pasal Ketiga: Tidak Bisa Dipahami Secara Hakiki?
Orang-orang kafir mengingkarinya" termasuk orang-orang yang
terpengaruh dengan paham filsafat Yunani di kalangan Islam. Mereka
menyatakan bawah siksa tidak ada hakikatnya, dan mereka memaparkan
alasan sebagai berikut:
Jika kita membuka kuburan, riraka kita tidak menemukan malaikat
yang buta dan tuli memukuli manusia dengan dengan palu besi. Kita juga
iidak melihat ular, api, atau ular besar. Demikian pula kalau kita membuka
kuburan seseorang, kita melihat keadaannya tetap seperti itu, tidak ada yang
hilang atau berubah. Jadi bagaimana mungkin dia didudukkan. Seandainya
kita taruh air raksa di antara kedua matanya, maka keadaan air raksa tetap
seperti itu. Lalu mana mungkin dia duduk dan dipukul sedangkan tubuhnya
tidak bercerai-berai? Jadi bagaimana dia didudukkan atau dilapangkan
kuburnya? Lahadnya tetap sempit dan luasnya tetap. Lantas bagaimana
kuburannya menjadi luas atau diluaskan oleh malaikat yang menanyainya?"
Semua itu adalah isyarat yang menunjukkan keadaan-keadaan ruh tersebut
secara ruhani.
Jawaban terhadap PendaPat mereka:
Kami meyakini hal yang telah kami sampaikan' Demi Allah Yang
Maha Memperbuat apa yang diinginkan-Nya, baik memberikan siksa atau
kenikmatan. Yang berkuasa memalingkan pandangan kita dari semua itu,
bahkan menghilangkannya dari kita semua. Allah sanggup melakukan
semuanya karena Dia Mahakuasa untuk melakukan segala hal. Sekalipun
kita ingin menaruh air raksa pada kedua matanya, kemudian kita baringkan
dia kembali dan air raksa itu kita letakkan lagi pada tempatnya. Atau
mungkin kita perdalam atau perluas kuburannya hingga memungkinkannya
untuk berdiri di dalamnya, lebih daripada sekedar duduk. Atau kita perluas
kuburannya sampai dua ratus hasta yang lebih dari sekedar tujuh puluh
hasta, maka Allah Yang Mahasuci lebih mampu daripada kita untuk
melapangkan kuburannya, jauh lebih kuat dari kita, lebih cepat dan lebih
sempurna perhitungan-Nya.
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya, "Jadilah!" maka teriadilah ia. (QS. Yaa sin: 82)'
Sepertinya orang-orang yang berkata demikian tidak percaya pada
Tuhan. Ketika kita membongkar kuburnya, maka Allah mengembalikan
keadaannya seperti sedia kala. Sekalipun mayat seseorang hanya diletakkan,
tidak ada halangan bagi malaikat untuk mendatanginya dan menanyainya
yang tidak diketahui oleh orang-orang yang hadir kedatangan mereka. Dia
menjawab pertanyaan kedua malaikat tersebut. Misalnya: dua orang yang
sedang tidur, satu orang mendapat mimpi nikmat sedang yang lainnya
mendapat mimpi siksa, tidak seorangpun yang dapat merasakan keadaan
keduanya secara pasti di antara orang-orang yang memperhatikannya.Kemudian ketika mereka bangun keduanya sama-sama memberitahukan
keadaan yang mereka alami.
Beberapa ulama berpendapat:
Ada beberapa kemungkinan untuk menafsirkan (menakwilkan)
ungkapan 'malaikat masuk ke dalam kubur':
Pertama, malaikat datang ke kuburnya atau dari atas ahli kubur. Ahli
kubur tersebut merasakan kehadiran mereka tanpa mengetahui asal tempat
mereka masuk dan mendekatinya.
Kedua, boleh jadi malaikat mengitari bagian-bagian (kuburannya) dan
masuk dari lubang kubur hingga sampai ke tempat ahli kubur tanpa menggali
(mungkin menggalinya), lantas Allah mengembalikan keadaannya seperti
semula dengan cara yang tidak diketahui oleh manusia di dunia. Mungkin
juga malaikat masuk dari bawah kuburannya dari beberapa jalan masuk yang
tidak ada petunjuk bagi manusia untuk mengetahuinya. Bila kita ingin
melogikakannya, mungkin hanya iniyang bisa kita katakan.
Kesimpulan: Keadaan alam kubur dan penghuninya sangat berbeda
dengan keadaan kita di dunia. Tidak ada perselisihan pendapat tentang hal
ini. Seandainya Nabi Muhammad tidak memberitahu kita, maka kita tidak
akan pernah tahu tentang hal tersebut.
Jika mereka (para pengingkar) berpendapat bahwa setiap hadits yang
tidak sesuai dengan rasio manusia harus ditolak dan disalahkan
(ketidaksesuaian tersebut) kepada peramainya, lalu bagaimana dengan nasib
orang mati yang disalib dalam waktu lama dan ia tidak masuk kubur?
Bagaimana cara mataikat menanyainya? Apakah juga seperti hadits itu?
Mayat yang tidak bisa menjawab pertanyaan orang (yang hidup) dan tidak
bergerak. Orang yang mati diterkam oleh binatang buas, dipatuk oleh
burung, dan terpisah-pisah badannya di dalam perut burung itu, berada
dalam perut ular, dalam lambung, pencernaan, atau di dalam jalan angin
binatang-binatang itu, maka bagaimana mengumpulkan badannya yang
sudah bercerai-berai tersebut? Bagaimana melukiskan pertanyaan malaikat
terhadap orang yang kondisinya seperti ini? Atau bagaimana
menggambarkan kubur sebagai sebuah taman (di antara taman surga) atau
jurang (di antarajurang-jurang neraka) dengan kondisi seperti ini?
Terdapat empat pendapat berkenaan dengan hal tersebut:
Pertama: orang-orang yang dianugerahi ini adalah orang yang datang
dengan shalat lima waktu. Tidak ada jalan bagi kita, kecuali yang mereka
(para perawi) sampaikan kepada kita.
Kedua: hal yang disampaikan oleh ulama lisanul ummah, yakni orang￾orang yang dikuburkan ditanya dalam kuburnya dan Allah menjadikan hijab(penghalang) yang menghalangi orang-orang yang masih hidup di dunia
untuk mengetahui apa yang terjadi dengan mereka, sebagaimana
terhalangnya mereka melihat malaikat serta nabi-nabi mereka. Orang-orang
yang mengingkarinya berarti mengingkari turunnya Jibril as kepada para
Nabi as. Allah SWT berfirman (tatkala menggambarkan sifat-sifat setan):
Sesungguhnya ia dan pengikutnya-pengikutnya melihat kamu dari suatu
tempat yang tidak bisa kamu lihat. (QS. al-A'raf: 27)
Ketiga: Beberapa ulama berkata: tidak sulit bagi Allah mengembalikan
kehidupan kepada orang yang mati digantung, sedangkan kita tidak
mengetahuinya sebagaimana kita menganggap orang yang pingsan sudah
mati, demikian pula orang yang terdiam lalu kita mengafaninya karena
dianggap mati. Sedangkan orang-orang yang terpisah-pisah badannya, maka
tidak sulit bagi Allah untuk menghidupkannya kembali.
Menurutku, Allah mengembalikannya seperti semula. Seperti yang
AIIah perbuat terhadap orang yang mati terbakar menjadi abu, lalu kita
buang abu itu hingga diterbangkan angin (hadits), dan disebutkan di
dalamnya: Allah memerintahkan bumi untuk mengumpulkannya sehingga
jasadnya berkumpul kembali, dan Allah memerintahkan laut untuk
mengumpulkan jasadnya sehingga jasadnya berkumpul kembali. Lalu Allah
bertanya, "Apa yang menyebabkanmu melakukannya?" Dia menjawab,
"Aku takut kepadamu!" (HR. al-Bukhari-Muslim)
Dalam Al-Qur'an juga ada kisah tentang Ibrahim yang ingin
mengetahui cara Allah menghidupkan orang mati: [Kalau demikianJ
ambillah empot ekor burung. (QS. al-Baqarah:260\ lalu sembelih dan pisah￾pisahkan bagian tubuhnya, maka seluruh bagian tubuh itu kembali bersatu
utuh.
Keempat: Abu al-Ma'ali memberikan komentar yang memuaskan kita:
Pertanyaan yang diajukan kepada bagian-bagian (tubuh) itu melalui hati atau
anggota badan lainnya (sehingga Allah menghidupkannya) dan diajukan
pertanyaan tersebut kepadanya. Tidak mustahil hal tersebut bisa diterima
oleh akal.
Para ulama kita berkata: kedua hal ini hampir sama dengan debu yang
dikeluarkan oleh Allah dari tulang sulbi Nabi Adam as, dan Allah
mempersaksikan kepada mereka, "Bukankan Aku Tuhanmu," mereka
menjawab, "Benar!"
Pasal Keempat: Nasib Anak Kecil?
Jika mereka menanyakan bagaimana halnya terhadap anak-anak kecil!
Maka kami katakan bahwa mereka diperlakukan seperti orang dewasa dan
diberi akal yang sempurna sehingga mereka mengetahui tempat tinggal dan
kesenangan hidup mereka. Mereka diberi ilham untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan terhadap mereka. Ini sesuai dengan maksud teks hadits yang
nampak. Ada juga hadits yang menyatakan bahwa mereka dirangkul oleh
kubur (sebagaimana terjadi pada orang dewasa), seperti yang dipaparkan
sebelumnya.
Hannad ibn as-Sariy menceritakan sebuah riwayat dari Abu Muawiyah
dari Yahya ibn Sa'id ibn Musayyib dari Abu Hurairah ra, dia berkata,
"Ketika anak kecil itu dishalatkan sedangkan ia tidak pernah melakukan
dosa sedikitpun, kita tetap berdoq "Ya Allah, selamatkanlah dia dari siksa
kubur!"
Pasal Kelima: Apa Maksud Kubur sebagai Liang Neraka dan Surga?
Jika mereka menanyakan takwil (apa yang dimaksud) ungkapan hadits
bahwa kuburan bisajadi 'sebuahjurang atau lubang di antarajurang neraka
atau sebuah taman di antara taman-taman surga'? maka kami katakan:
ungkapan tersebut mengandung pengertian hakiki (sebenarnya), bukan
majazi (kiasan). Kuburan seorang Mukmin dipenuhi oleh tanaman hijau.
Abdullah ibn 'Amru ibn al-'Ash dalam keterangannya mengatakan
yaitu tumbuh-tumbuhan yang baunya harum, sama dengan orang kafir yang
mendapat hamparan (tempat tidur) dari batu neraka.
Tapi ada juga sebagian ulama yang memahaminya dengan pengertian
majazi (metafora). Adapun yang dimaksud dengan pertanyaan yang ringan
atas orang Mukmin, diberi kemudahan dan keamanan di dalamnya,
kehidupan yang menyenangkan yang digambarkan seperti 'surga'
merupakan tasybih (perumpamaan) dari surga yang sebenarnya yang penuh
dengan kenikmatan dan taman-taman yang hijau. Seperti perkataan "Fulan
berada di 'surga"'yang mengandung arti bahwa kehidupannya diliputi oleh
kesenangan dan keselamatan.
Jadi orang Mukmin (dalam kuburnya) mendapat kehidupan yang baik
dan menyenangkan. Allah mengangkat hijab dari kedua matanya sehingga
dia bisa melihat sejauh pandangannya (sebagaimana telah disebutkan dalam
hadits). Jurang neraka maksudnya adalah jepitan kubur, pertanyaan yang
sulit, ketakutan, dan segala kesusahan yang ada terhadap orang kafir dan
orang yang melakukan dosa besar. Allah lebih mengetahuinya.
Pendapat pertama lebih shahih karena Allah Yang Mahasuci dan rasul￾Nya selalu memberitahukan sesuatu yang hak (penuh kebenaran) dan tidak
ada sesuatupun yang mustahil bagi-Nya.
Pasal Keenam: Tidak Bisa Dilogikan Begitu Saia
Dalam kitab at-Tamhid, Abu Umar meriwayatkan sebuah hadits dari
lbnu ,Abbas ra yang mengatakan bahha beliau pernah mendengar Umar ibn
al-Khatthab ra berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya rajam adalah sesuatu
yang hak, maka kalian jangan melaknat aku dengannya. Rasulullah telah
memberikan teladan, beliau pernah melakukan rajam. Abu Bakar ra juga
pernah melakukannya dan kami benar-benar akan melakukannya sesudah
mereka berdua. Akan muncul di tengah-tengah umat ini orang-orang yang
mendustakan rajam, Dajjal, terbitnya matahari dari barat, mengingkari azab
kubur, syafa'at, serta mendustakan kaum yang akan keluar dari neraka
sesudah dibakar (dihapuskan) dosa mereka.
Para ulama -semoga Allah merahmati mereka-berkata: Mereka adalah
kelompok Qadariyah dan Khawarij dan para pengikutnya. Mereka memiliki
perselisihan tajam sehingga terpecah dalam banyak golongan.
Abu al-Hudzail dan Bisyr menyatakan bahwa hal tersebut berada di
luar rangkaian keimanan. Siksa tersebut terjadi antara dua tiupan dan
pertanyaan malaikat hanya terjadi pada saat-saat tersebut.
Al-Balkhi dan al-Jubba'i (serta anaknya) mengakui siksa kubur, tapi
hanya orang kafir dan orang fasik, dan tidak terjadi kepada orang beriman.
Sebagian besar golongan Mu'tazilah berpendapat bahwa tidak boleh
memberikan nama pada malaikat-malaikat Allah dengan nama 'Munkar dan
Nakir'. Agaknya pengertian 'Munkar' adalah orang yang gagap atau sulit
perkataannya ketika bertanya. Dan dua malaikat yang memotong
pembicaraannya disebut dengan Nakir.
Shaleh berkata, "Siksa kubur mungkin saja ada Qaiz), yang terjadi atas
orang mati, tetapi ruhnya dikembalikan ke dalam jasadnya. Mayat mungkin
merasakan sakit dan mengetahuinya. Itulah pendapat golongan al-Karamiah.
Beberapa kelompok Mu'tazilah mengatakan bahwa Allah menyiksa
mayat dalam kuburnya, sehingga mereka mengalami kepedihan, tapi mereka
tidak merasakannya. Mereka meyakini bahwa cara mayat disiksa seperti
orang yang sedang mabuk atau pingsan, sehingga ketika dipukul dia tidak
merasa kesakitan. Ketika sadar mereka baru merasakannya.
Sebagian kecil golongan Mu'tazilah (seperti Dhirar ibn Amru, Bisyr
al-Murisi, Yahya ibn Kamil) tidak meyakini sama sekali adanyaazab kubur.
Mereka berkata, "Orang yang mati tetap mati di kuburnya sampai hari
berbangkit."
Kalau kita merujuk kepada hadits-hadits tadi, maka sangat jelas
kerancuannya.Allah SWT berfirman: Diperlihotkan kepada mereka neraka tiap pagi
dan petang. (QS. Ghafir: 46)
Nanti akan dikemukakan beberapa hadits untuk menambah
penjelasannya Kepada Allah kita mohon taufik dan perlindungan-Nya, dan
Allah lebih mengetahui.
Bentuk Mrtrikrt Munker den Nakir serte Bentuk Pertanyaan Kubur
Dalam had its riwayat at-Tirm idzi (d i sebutkan sebel um nya) d i nyatakan
bahwa kedua malaikat (Munkar dan Nakir) berwarna hitam kebiru-biruan.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ma'mar dari Umar ibn Dinar
dari Sa'ad ibn lbrahim dari 'Atha' ibn Yasar menyebutkan bahwa Rasulullah
saw bertanya kepada Umar, "Apa yang akan kau perbuat Umar, jika Munkar
dan Nakir daang kepadamu ketika kamu telah mati dan kaummu
meninggalkanmu. Mereka mengukur galian tanah untukmu seluas tiga hasta
satu jengkal kali satu hasta satu jengkal, lantas kamu mereka mandikan,
kafani, dan memberi harum-haruman. Lalu mercka membawamu ke kubur
dan meleaklonnya di dalamnya" kemudian menimbunimu dengan tanah?
Manakala mereka telah berpaling darimu, datang malaikat Munkar dan
Nakir yang suaranya laksana petir yang menggelegar, sorotan matanya
bagaikan kilat yang menyambar, dan rambutnya menjulur sampai ke tanah.
Keduanya memegang palu besi yang tidak sanggup diangkat oleh seluruh
manusia di bumi." Umar menjawab, "Ya Rasulullah, kami ini berbeda-beda
tampil, malra apaloh kita akan dibangkitkan seperti sedia kala?" Nabi saw
menjawab, "Ya.'Ia berkat4 "Kalau begitu, aku meminta petunjuk darimu."
Ada sebuah hadits yang dikutip dari Ibnu 'Abbas ra (berkenaan
dengan berita Isra') yang menyatakan bahwa Nabi saw berkata:
Aku bertanya, "Wahai Jibril, siapakah mereka?" Jibril menjawab,
"Mereka adalah Munkar dan Nakir yang mendatangi setiap manusia ketika
diletakkan dalam kuburannya sendiri. Lantas aku berkata, "Wahai Jibril,
terangkan padaku bentuk keduanya?" Dia menjawab, "Memang, aku belum
menerangkan kepada engkau panjang dan luas kedua Malaikat itu!" Lalu
Jibril menjelaskan bentuk kedua Malaikat tersebut yang sangat
menyeramkan. Suara mereka seperti petir yang menggelegar, mata mereka
laksana kilat yang menyambar, taring mereka seperti tanduk banteng, dari
mulul hidung dan telinga mereka keluar lidah api, bumimenjadibersih oleh
sapuan rambut merek4 dan mereka lubangi bumi dengan kukunya. Masing￾masing memegang tongkat besi yang seandainya seluruh penghuni bumi
bersatu maka tidak mampu menggerakkannya. Keduanya mendatangi
manusia (ketika diletakkan dalam kuburannya sendirian). Lalu memasukkan
ruh ke dalam jasadnya dengan izin Allah SWT, menyuruhnya duduk, danmembentaknya secara keras sehingga tulang-tulangnya bergetar,
menghentikan persendiannya dan membuatnya jatuh pingsan.
Kemudian keduanya rn"nyu.'rh orang itu duduk dan berkata,
"Sekarang engkau berada di alam barzakh. Renungkan keadaanmu dan
kenali tempatmu!" Kemudian keduanya kembali membentaknya, dan
berkata, "Beginilah keadaanmu setelah meninggalkan dunia. Telah
diperlihatkan kepadamu tempat kembalimu, maka beritahu kami siapa
Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa nabimu?"
Jika dia orang yang beriman kepada Allah, maka Allah akan
mengajarkan jawabannya, sehingga dia akan berkata, "Tuhanku Allah,
nabiku Muhammad, agamaku Islam." Kemudian keduanya menghardiknya
sehingga seluruh persendiannya terpisah dan semua urat tubuhnya terputus,
lalu mereka berkata, "Apakah yang akan kamu katakan?" Maka Allah
menetapkannya dengan perkataan yang tetap (iman) pada kehidupan dunia
maupun akhirat, memberikannya keamanan dan perlindungan sehingga dia
tidak merasa takut.
Tatkala Allah berbuat demikian terhadap hambanya yang Mukmin,
Mukmin itu senang terhadap keduanya dan menyambut mereka dengan
tantangan. Mukmin itu akan berkata kepada kedua malaikat tersebut, "Kalian
mencoba menakut-nakutiku supaya aku takut terhadap Tuhanku dan kalian
ingin agar aku mengambil penolong selain Dia. Aku bersaksi tiada Tuhan
selain Allah, Dialah Tuhanku dan Tuhan kalian berdua dan Tuhan semua
makhluk! Muhammad nabiku dan Islam agamaku?"
Kemudian kedua Malaikat itu kembali membentaknya dan
menanyakan hal itu kepadanya. Mukmin tersebut menjawab, "Tuhanku
Allah, Pencipta langit dan bumi, hanya kepada-Nya aku menyembah dan aku
tidak pernah menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. "Apakah kalian ingin
memalingkan ma'rdah dan ibadahku kepada-Nya? "Dialah Allah, tak ada
Tuhan selain Dia."
Beliau berkata, "Saat itu dia mengulangi jawabannya sebanyak tiga
kali dengan tawadhu' (rendah diri) yang membuat keduanya senang dengan
Mukmin itu, sebagaimana keluarganya cinta kepadanya ketika di dunia.
Kedua Malaikat itu tertawa padanya dan berkata kepadanya, "Engkau benar!
Allah telah menyenangkan dirimu dan menetapkan ucapanmu.
Bergembiralah dengan surga dan kemuliaan dari Allah!"
Kemudian mereka melapangkan kuburannya sejauh penglihatannya
dan membukakan pintu surga untuknya, dan masuk ke dalam kuburannya
angin surga yang baunya harum semerbak, serta keindahannya menunjukkan
kemuliaan yang diberikan Allah SWT. Tatkala Mukmin itu melihat
semuanya, dia yakin dengan keberuntungan yang diperolehnyq maka dia
memuji Allah. Di samping itu, dia diberi hamparan (tempat tidur) sutera tebal dari surga. Kedua malaikat itu juga memasangkan penerangan nur di
dekat kepala dan kedua kakinya yang menyinari kuburannya. Kemudian
masuk lagi ke dalam kuburannya angin sejuk lain yang membuatnya
mengantuk dan tertidur. Kedua Malaikat itu lalu berkata, "Tidurlah laksana
tidurnya pengantin yang sangat menggembirakan, tiada ketakutan, dan
kesedihan atasmu!"
Setelah itu datang seorang laki-laki shalih yang tampan sekali serta
baunya sangat wangi (yang berada di dekat kepalanya) ke dalam kuburnya.
Mereka berkata "lnilah amal shalihmu! Allah telah merubahnya bagimu
dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan baunya yang sangat harum
membuatmu senang dalam kuburku. Sekarang kamu tidak sendirian lagi!
Tidak akan datang kepadamu singa dan semua binatang yang menyakitimu!
Allah tidak akan menelantarkanmu dalam kuburmu, tidak pula pada tempat￾tempat lain di akhirat nanti sampai kamu memasuki surga-Nya dengan
rahmat-Nya. Tidurlah dengan bahagia, engkau telah beruntung dan
mendapat tempat kembali yang sebaik-baiknya. Kemudian keduanya
mengucapkan salam kepadanya dan pergi darinya."
Dia juga menyebutkan hadis (berkenaan keadaan orang kafir dalam
kubur) serta mengatakan kehinaan yang besar dan siksa yang pedih dalam
kuburnya. Sudah cukup rasanya dipaparkan kepada Anda tentang ini.
Aku katakan bahwa hadits ini (walaupun hanya disandarkan kepada isi
perkataannya karena diriwayatkan dari 'Amru ibn Sulaiman dari Dhahhak
ibn Muzahim) merupakan hadits yang menetapkan keadaan-keadaan yang
jelas sekaligus mengandung hal-hal yang bisa diafsirkan.
Nama Dua Malaikat Penguji den Penimpa Musibah Kubur
Penjelasan tentang perkataan: 'Datang kepada engkau dua (malaikat
penguji) kubur, yakni Munkar dan Nakir'.
Keduanya dinamakan 'dua penguji kubur' karena dalam bertanya
disertai dengan bentakan. Rupa keduanya sangat juga menyulitkan.
Bukankah terlihat dari nama keduanya 'Munkar dan nakir'?" Keduanya
dinamakan seperti itu karena rupanya yang tidak sama dengan manusia,
tidak sama dengan malaikat lainnyq burung, hewan ternak, atau singa.
Mereka adalah makhluk yang diciptakan dan tidak ada orang yang senang
melihat wajah keduanya. Allah menjadikan keduanya bagi orang Mukmin,
untuk memberikan kesenangan terhadap orang Mukmin dengan meneguhkan
(keimanannya) dan memberikan pertolongan terhadapnya. Sebaliknya,
menjadi pembuka aib bagi orang munafik di alam barzakh, sebelum dia
dibangkitkan, sampai azab menimpa mereka. Hal tersebut diriwayatkan oleh
Abu Abdullah at-Tirmidzi.
Bagaimana Cara Mereka Berdua Bertanya kepada Banyak Mayat?
Jika seseorang bertanya, "Baggimana kedua malaikat itu berbicara
kepada semua orang mati, sedangkan tempat (kuburan) mereka berbeda-beda
dan saling berjauhan, pada saat yang sama, padahal tubuh mereka tidak
berada pada dua tempat secara bersamaan. Dan bagaimana amal seseorang
bisa berubah sementara dia berada dalam satu badan?"
Jawaban Pertama: Apa yang disebutkan dalam hadits ini tentang
tubuh mereka yang besar, maka mereka berbicara kepada manusia yang
banyak dengan tujuan yang sama terhadap mereka dengan satu kali
pembicaraan: satu kali pembicaraan, tapi setiap orang menyangka bahwa si
pembicara hanya berbicara kepada dirinya seorang. Allah menghalangi ahli
kubur untuk mendengar tanya jawab malaikat dengan ahli kubur lain. Dia
hanya mendengar pembicaraannya dengan dua malaikat itu, walaupun
mereka dikuburkan dalam satu kubur.
Sudah dikemukakan bahwa siksa kubur dapat didengar oleh semua
makhluk, kecuali jin dan manusia. Allah SWT mendengar semua yang
dikehendaki-Nya dan Dia Mahakuasa atas segalanya.
Jawaban Kedua: Allah memberikan ganjaran kepada segala
perbuatan manusia, baik maupun buruk. Jiwa seseorang menjadi permata
kalau sebelumnya bukan permata.
Dalam sebuah hadits shahih ada contoh seperti ini, "Akan datang
kepadanya maut laksana seekor domba jantan yang putih kehitam-hitaman
yang berhentipada suatu jalan, kemudian dia disembelih."
Sesuatu yang mustahil bila maut berubah jadi domba, karena maut
adalah sifat. Namun maksudnya adalah: Allah menciptakan tubuh yang
dinamakan dengan maut, lalu disembelih di antara surga dan neraka.
Semua yang kami sebutkan ini (bila ada yang menakwilkannya) sesuai
dengan semua yang sudah kami jelaskan sebelumnya. Allah SWT lebih tahu
dan nanti akan diterangkan lebih lanjut, insya Allah.
Ukuran Luas Kuburan Orang Mukmin Tergantung Amalnya
Dalam hadits al-Bukhari disebutkan "Dilapangkan kuburannya seluas
tujuh puluh hasta." Sementara dalam riwayat at-Tirmidzi disebutkan seluas
"tujuh puluh hasta koli tujuh puluh hasta."
Dalam hadits al-Bara' disebutkan "sejauh pandangannya. "
Dalam sebuah riwayat dari Ma'bad dari Ma'azah, dia berkata, "Aku
bertanya kepada 'Aisyah ra, "Sudikah Anda memberitahu kami tentang apayang akan terjadi pada kubur-kubur kami? "Beliau menjawab, *Jika dia
orang Mulonin maka kuburannyo dilapangkan seluas empat puluh hosto."
Menurutku, hal ini terjadi karena sebelumnya kuburannya dirasakan
sempit sesudah dia berhasil menjawab pertanyaan malaikat. Aku mendengar
beberapa ulama berkata: Suatu saat seorang penggali kubur di pekuburan
Mesir di distrik Qarafah sedang menggali beberapa kuburan. Sesudah selesai
menggali tiga buah kuburan, tiba-tiba dia mengantuk. Dalam tidurnya dia
bermimpi melihat dua malaikat turun dan berhenti pada kuburan yang
pertama. Salah seorang Malaikat itu berkata kepada kawannya, "Tulislah
satu farsakh2o (untuk kubur ini)!" Kemudian mereka berhenti pada kuburan
yang kedua. Kemudian berkata lagi kepada kawannya, "Tulislah satu mil!"
Lalu melanjutkannya pada kuburan yang ketiga, dan berkata, "Tulislah satu
fatrah (kurang dari sejengkal)!" Kemudian orang itu terbangun. I-alu
datanglah mayat seorang laki-laki yang tidak dikenalnya, tapi dia
menyukainya dan laki-laki itu dikuburkan pada kuburan yang pertama.
Kemudian datang lagi mayat seorang laki-laki lain dan dikuburkan pada
kuburan yang kedua. Terakhir datang mayat seorang perempuan cantik yang
merupakan tokoh masyarakat di Mesir yang dikelilingi oleh banyak orang,
lalu dikuburkan pada kuburan yang ketiga yang sangat sempit. Luasnya
hanya satufatrah.
Satufatrah seukuran jarak antara ibu jari dan telunjuk. Kita berlindung
kepada Allah dari kuburan yang sempit serta siksaannya.
Siksa Kubur adalah Benar Keberadaennya, sedangkan Kaum Kafir
Berbeda Kadar Siksaan serta Kesempitan Kuburannya
Allah SWT berfrrman: Dan barorysiapa berpaling dari peringatan￾Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (QS. Thaha:
t24).
Abu Sa'id al-Khudri dan Abdullah ibn Mas'ud mengatakan bahwa
kata & aftinya sempitnya siksa kubur. Allah SWT juga berfirman dalam
ayat lain, antara lainl. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada
azab selain rtz. (QS. ath-Thur: 47) Maksudnya adalah azab kubur, karena
Allah menyebutkan pada ayat sebelumnya: Maka biarkanlah mereka hingga
merelra menemui hari [yang dijanjikan kepada] mereka yang pada lrari itu
merela dibinasalant (QS. ath-Thur: 45) Yaitu hari yang lain dari hari-hari di
dunia, yang menunjukkan bahwa azab yang menimpa mereka adalah azab
kubur. Demikian pula pada aytt: Tetapi lcebanyalan mereka tidak
mengetahui (QS. al-Anfal: 34), karena dia bersifat gaib.Dan Fir'awt beserta koumnyo dikepung oleh azab yang amal buruk, Kepada
merelu dinanpaklcan nerala pada pagi dan pelang. (QS. Ghafir: 45-46)
Demikianlah siksa kubur di alailr barzakhdan seterusnya. Ibnu 'Abbas
ra memberikan komentar tentang firman Allah SWT: (OfiiJ?\4 artinya:
Janganlah begitu, kelak lcamu alun mengetahui [akibat perbuatanmu ituJ.
(QS. arTakatsur:3) maksudnya adalah siksa kubur dan (oiifi J rS i)
artinya: Dot joryanlah begitu kelak kamu akan mengelafrzi. (QS. at￾Takatsur: 4) maksudnya siksaan di akhirat ketika dia mendapat siksaan. Jadi
yang pertama dia disiksa dalam kubur dan yang kedua dia disiksa di akhirat.
Jadi kedua siksaan itu berulang-ulang
Diriwayatkan dari Z,arr ibn Jaisy dari 'Ali ra, beliau berkata, "Dulu
kami ragu terhadap azab kubur sampai turunnya surah ini: Bermegah￾megahor telah melalailan kamu, sampai kamu masuk kc dalam fubur.
Janganlah begitu, kelak kamu alcan mengetahui [akibat perbuatanmu ituJ.
(QS. at-Takatsur: l-3) Maksudnya azab kubur. Abu Hurairah ra berkat4
"Orang kafir disempitkan kuburannya sehingga remuk tulang-belulangnya.
Maksudnya kehidupan yang sempit."
Siksaan untuk Orang Kalir
Abu Hurairah ra meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah saw,
Beliau bersaMq "Tahukan kalian untuk siapa ayat ini diturunkan? Maka
seswtggulurya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimputkomya pada luri kiamat dalam keadaan Dzta. (QS. Thaha:
124) Tahukah kalian siapa yang mendapat kehidupan yang sempit?" Mereka
berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau saw bersabda,
"Azab bagi orang kafir dalam kubumya, demi jiwaku yang berada di
Tangan-Nya (Allah), orang kafir benar-benar akan dililit oleh sembilan
puluh sembilan at-taniin? Tahukah kalian apakah atlaniin itu? yaitu
sembilan puluh sembilan ular besar yang masing-masing memiliki sembilan
kepala yang berdesis dalam tubuhnya yang menyengat dan mencabik-cabik
tubuh sampai hari kiamat, dan dia dihimpun dalam kuburnya dalam keadaan
buta."'
Abu Bakar ibn Syaibah menyampaikan sebuah hadits dari Abu Sa'id
al-Khudri, dia mengatakan batrwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda,
"Orang kafir disiksa dalam kuburnya berupa sembilan puluh sembilan ular
besar yang menyengat dan menggigitnya sampai hari kiamat. Jika satu ekor
saja diletakkan di bumi, niscaya tidak satu pun tanaman yang tumbuh.' (HR.
Abu Bakar ibn Syaibah dari Abu Sa'id al-Khudri dari Rasulullah saw)Dalam sebuah hadits mouquf dari Abdullah ibn Umar ra, beliau
berkata, 'Orang kafir disempitkan kuburnya dan diberi ular yang badannya
sebesar leher untao yang akan memakan semua dagingnya. Dia juga dikirimi
para malaikat yang tuli dan buta yang memukulnya dengan palu besi."
Hadits ini sudah dikemukakan sebelumnya.
Jangan Anda mengira -rahimakallah-- bahwa hadits-hadits tersebut
bertentangan dengan hadits marfu'yang menyatakan: 'orang kafir disiksa
dengan keadaan mereka yang buta dan tuli', karena saat itu siksaan bagi
orang kafir berbeda-beda. Di antara mereka ada yang disiksa dengan satu
macam siksaan, dan ada pula yang disiksa dengan berbagai macam siksaan.
Juga tidak ada pertentangan antara siksaan dengan keadaan buta dan tuli
tersebut dengan siksaan berupa ular besar yang mencabik-cabik dagingnya,
karena kedua siksaan tersebut dapat berlangsung secara bergantian,
sebagaimana diisyaratkan dalam Firman Allah SWT: Inilah neralca
Johonnan tenpat disil<sanya orong-orang yang berdosa, dan kadangkala
mereka mengelilinginya antaranya [JahannamJ dan neraka Hamim."
Suatu waktu mereka disiksa dengan memakan buah zaqum (makanan
ahli neraka) dan pada waktu lain mereka diberi minuman berupa air yang
sangat panas- Kadang dipukul dengan api neraka, dan kadang yang lain
disiksa dengan kedinginan yang amat sangat. Ada pula yang diberi hamparan
dari batu neraka" dan ada yang dikatakan (kepadanya), "Tidurlah kamu
dalam keadaan digigit (ular)!"
'Ali ibn Ma'bad meriwayatkan sebuah hadits mauquf dari Abu Hazim
dari Abu Hurairah ra, beliau berkat4 "Apabila mayat telah diletakkan dalam
kuburannya, maka datang seorang utusan (dari Tuhannya) untuk mengajukan
pertanyaan kepada mayat itu, "Siapakah Tuhanmu?" Kalau dia orang yang
teguh imannya, maka jawabannya tetap (beriman kepada Allah)." Dia
berkata, *Allah Tuhanku!" Kemudian ditanyakan lagi, "Apakah agamamu?"
Dia menjawab, "lslam!" Lalu ditanya lagi, "Siapakah Nabimu?" Dia
menjawab, 'Muhammad saw!" Sesudah itu dia merasa gembira dan orang
itu menyampaikan kabar gembira kepadanya. Lantas dia berkata, "Biarkan
aku kembali kepada keluargaku untuk memberitahukan kabar yang
menggembirakan ini?" Tapi utusan itu berkata kepadanya, "Tidurlah dengan
senang, Anda akan mendapat seorang teman sehingga mereka (keluarganya)
tidak akan mendapatkan Anda!" Tapi jika dia termasuk orang yang durhaka
atau kafig maka apabila ditanya, "Siapakah Tuhanmu?" Dia akan menjawab, *Hah?' Dia terlihat sangat ketakutan. Kemudian dia dipukul dengan palu,
yang suara pukulannya terdengar oleh semua makhluk, kecuali jin dan
manusia Juga dikatakan kepadany4 "Tidurlah kamu dengan keadaan
manhw (digigit ular)."
Ahli bahasa menyatakan bahwa perkataan .rir dengan ge yang tidak
bertitik mengandung pengertian 'seseorang yang disengat oleh ular yang
menggigitnya'. t
Hal ini diungkapkan oleh ar-Rajiz dalam sebuah syair:
Dia mempunyoi dua buah tanduk yang besor
diliputi kemarahan karena songal kelaparan
mengoyak segala yang lruat dengon gigitannya
mengelilingi seseorang seperli cahaya api unggun
Kadangkala orang yang digigitnya menjadi terbangun karena
dahsyatnya rasa sakit yang dialaminya dan kadangkala dia tertidur seperti
orang pingsan.
An-Nabighah menyampaikan dalam bait syairnya:
Aku merasa lelah seakan-akan kelemahan telah menguasaiku
Karena kekuatan racun yang ganas
Aku tidak dapat tidur dalam keindahan malam laksana perhiosan wanita
Yang bergemirincing di tangannya
Azab Kubur untuk Orang Kafir
Al-Wa'ili al-Hafiz (dalam kitabnya, al-Ibanah) menyampaikan
riwayat dari Malik ibn Maghul dari Nafi' dari Ibnu Umar. Dia berkata,
"Ketika kami lewat di dekat pekuburan Badar, tiba-tiba keluar seorang laki￾laki dari dalam tanah dengan leher yang terbelenggu oleh rantai hitam. Dia
berkata, "Hai Abdullah, beri aku minum!" Ibnu Umar berkata, o'Aku tak
tahu, ia memanggilku Abdullah karena mengenalku atau memang seperti
seseorang memanggil Abdullah kepada orang lain."
Ibnu Umar melanjutkan penuturannya, "LJlar besar yang berwarna
hitam yang menahan ujung rantai itu berkata, "Jangan, jangan beri dia
minum! dia orang kafir!?" Kemudian orang itu ditariknya hingga masuk
kembali ke tanah. Peristiwa itu aku ceritakan kepada Rasulullah saw."
Rasulullah berkata, "Kalau memang kau melihatnya, maka dia adalah Abu
Jahal ibn Hisyam, musuh Allah. Ia disiksa seperti itu sampai hari kiamat!"
Kadar Azab Kubur yang Dialami Para Pendurhaka
Rasulullah saw bersabda, "Kebanyakan azab kubur disebabkan oleh
kencing (yang tidak bersih atau tidak istinja ')." (HR. Abu Bakar ibn Syaibah
dariAbu Hurairah ra.)
Ibnu 'Abbas ra meriwayatkan sebuah hadits: Ketika Nabi saw
melewati dua kuburan, Beliau bersabda, "Mereka sedang disiks4 tetapi
bukan karena dosa besar. Yang pertama disiksa karena dulu dia biasa
berjalan dengan menyebarkan fitnah (mengadu domba), dan yang kedua
disiksa karena dulu dia tidak membersihkan kencingnya. Lalu Beliau
menyuruh seorang sahabat mengambil dahan pohon yang masih segar
(lembab) lalu Beliau membelahnya menjadi dua bagian dan
menancapkannya di atas kuburan mereka. Kemudian Beliau bersabda,
"Semoga Allah meringankan siksaan keduanya, selama dahan pohon ini
belum kering." (HR. al-Bukharidan Muslim)
Dalam riwayat Muslim disebutkan, "Dia dulu tidak bersuci setelah
kencing (atau: bersuci dari kencingnya)."
Dalam kitab Abu Daud diungkapkan, "Dulu dia tidak menyiram
kencingnya."
Menurut versi Hannad ibn as-Sariy diungkapkan, "Dia tidak bersuci
dari air kencingnya'.
At-Buktrari berkata, "Keduanya disiksa bukan karena dosa besar, tapi
dampaknya yang sangat besar."
Diriwayatkan oleh Abu Daud ath-Thayalisi dari Abu Bakrah, dia
berkata: Ketika aku dan seorang laki-laki berjalan bersama Rasulullah saw
(Rasulullah berada di tengah-tengah kami). Beliau mendatangi dua buah
kuburan lalu bersabda, "Kedua ahli kubur ini sedang disiksa dalam kubur
mereka. Siapakah di antara kalian yang mau mengambilkan pelepah kurma
untukku?" Aku dan temanku saling mendahului untuk mengambilnya. Lalu
aku memperolehnya dan mengambil sebuah pelepah kurma dari batangnya.
Kemudian aku mendatangi Nabi saw. Beliau lalu memotongnya menjadi dua
bagian (dari atasnya) dan meletakkannya di atas kuburan mereka. Lantas
Beliau bersaM4 *Allah akan meringankan nzab mereka selama pelepah
korma ini masih segar (lembab). Mereka diaz,ab karena melakukan ghibah
(fitnah dan mengumpat) dan tidak membersihkan kencing (istinja')."
Hadis ini dan hadits sebelumnya menunjukkan adanya keringanan
(dari siksa kubur) karena sebuah ranting dapat meringankan siksa kubur
selama dia masih segar, tidak lebih dari itu.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim (dari Jabir) hadits yang panjang,
"Tatkala Beliau sampai kepadaku, Beliau berkata, "Wahai Jabir, perhatikantempat aku berdiri?" Aku menjawab, "lya, wahai Rasulullah?" Kemudian
Beliau bersabda, "Cari dua batang po[on, lalu ambil masing-masing satu
rantingnya. Ketika engkau berdiri dekat tempat aku berdiri ini, tancapkan
kedua ranting pohon itu dari sisi kanan dan kirimu!" Jabir berkata, "Aku
langsung berdiri. Batu lalu aku pecahkan sehingga menjadi tajam, dan aku
mencari dua batang pohon untuk aku potong (dengan batu tersebut) masing￾masing sebuah ranting dari kedua pohon itu. Lantas aku berdiri dekat tempat
berdiri Rasulullah dan menancapkan sebuah ranting dari kananku dan kiriku.
Lalu aku berkata, "Aku telah melakukannya Rasullullah?" Saat itu Beliau
menjawab, "Aku melewati dua buah kuburan yang penghuninya sedang
disiksa. Aku ingin memberikan syafaatku kepada mereka untuk meringankan
siksaan terhadap keduanya, selama kedua ranting pohon tersebut masih segar
-lembab-." (HR. Muslim)
Dalam hadits tersebut ada penambahan pada ungkapan 'ranting yang
segar' yaitu syafa'at Nabi saw'. Menurutku, hal tersebut menjelaskan bahwa
kedua hadits tersebut mengandung dua persoalan berbeda, sebagaimana
pendapat orang (pada umumnya) terhadap hal itu dan menunjukkan bahwa
keduanya memiliki hubungan.
Dalam hadits Ibn 'Abbas ra dan Abu Bakrah menyatakan adanya
"sebuah ranting pohon yang dipotong menjadi dua bagian oleh Nabi dengan
tangan Beliau, dan menancapkannya di atas kuburan mereka."
Hadits Jabir berbeda dari kedua hadits sebelumnya dan di dalam hadits
itu tidak disebutkan penyebab mereka diazab.
Abu Daud ath-Thayalisi meriwayatkan sebuah hadits dari lbn 'Abbas
ra, dia berkata, "Syu'bah menyampaikan kepada kami dari A'masy dari
Mujahid dari lbn 'Abbas ra, beliau menyatakan bahwa suatu hari Rasulullah
saw melewati dua buah kuburan. Lalu Beliau bersabda, "Kedua penghuni
kuburan ini sedang diazab bukan karena dosa besar! Salah seorang dari
mereka dulu sering memakan daging orang lain (ghibah), sedangkan yang
satu lagi suka menyebarkan fitnah (mengadu domba). Kemudian Beliau
menyuruh sahabat untuk mengambil sepotong pelepah kurma dan
membelahnya menjadi dua bagian. Beliau lalu meletakkannya di atas
kuburan mereka masing-masing satu bagian, dan sesudah itu Beliau
bersabda lagi, "Mudah-mudahan azab mereka diringankan selama pelepah
kurma ini masih segar!"
Ada yang berpendapat mungkin kedua penghuni kuburan itu orang
kafir. Mereka memberikan alasan dengan adanya ungkapan 'Mereka sedang
disiksa bukan karena dosa besar'. Hal itu merupakan penambahan siksaan
atas kekafiran dan kesyirikan mereka. Jika keduanya orang Mukmin, maka
aku sampaikan bahwa mereka diazab karena telah berbuat suatu kesalahan,
bukan karena faktor kekafiran, tetapi mereka belum bertaubat. Jika keduanyaorang kafir, maka keduanya diazab karena kedua dosa tersebut sebagai
tambahan terhadap siksaan mereka karena kekafiran, kedustaan, dan semua
kejahatan mereka. Kalau mereka memang orang kafir, maka sudah jelas bagi
kiia (siksaan yang akan ditimpakan pada mereka) dan Allah lebih
mengetahui semuanya.
Pendapat yang menyatakan bahwa kedua penghuni kubur tersebut
orang Mukmin mungkin pendapat yang banyak dipegang oleh kaum Muslim
saat lni, seperti yang disebutkan lbn Barjan dalam bukunya, ul-lrsyad al￾Hadi ila it-Taufiq wa as-Sadad (Petunjuk Allah kepada kebaikan dan
kebenaran).
Aku tegaskan di sini, bahwa jelas kedua penghuni kubur tersebut
orang Mukmin, sebagaimana diisyaratkan oleh zahir hadits-hadits tersebut,
wallahu a'lam.
Ath-Thahawi pernah meriwayatkan sebuah hadits Nabi saw dari lbnu
Mas'ud, dia berkata, "Jika seorang hamba Allah 'Azza wo Jallo
diperintahkan untuk disiksa dengan pukulan seratus kali dalam kuburnya,
maka ia selalu meminta kepada Allah hingga berkurang hanya satu kali. Jadi
ketika dipukul satu kali tiba-tiba kuburnya penuh dengan api. Setelah api itu
hilang dia terbangun dan bertanya, "Mengapa kamu memukul aku? Dia
menjawab, "Kamu pernah shalat tanpa wudhu', dan tidak menolong orang
yang teraniaya."
Samurah ibn Jundub berkata:
Ketika Rasulullah setesai shalat, Beliau menghadapkan wajahnya
kepada kami (para sahabat). Beliau bertanya, "Adakah salah seorang di
ania.a kalian tadi malam bermimpi?" Lalu orang yang bermimpi
menceritakan mimpinya kepada Beliau. Setelah mendengarnya Beliau
mengucapkan masya Allah. Lalu suatu hari Beliau bertanya kepada kami,
"Adakah di antara kalian yang bermimpi? Kami menjawab, "Tidak ada."
Kemudian Betiau berkata, "Tetapi aku semalam mimpi didatangi dua orang
yang menuntun tanganku dan membawaku sampai ke al-Ardh al￾Muqaddasa& (Palestina). Aku melihat seorang laki-laki sedang duduk dan
seorang lagi berdiri sambil memegang sebuah bantolan besi yang
dimasukkan ke dalam mututnya hingga tembus tengkuknya. Demikian pula
yang dilakukan oteh yang seorang lagi. Kemudian mulutnya menjadi utuh
seperti semula, dan dia mengulangi perbuatan itu. Lantas aku bertanya,
"Apakah ini?" Tapi kedua orang itu berkata. "Ayo jalan!" Maka kami terus
berjalan hingga kami melihat orang yang sedang berbaring, sedangkan ada
seseorang yang berdiri di atasnya sambil memegang kapak atau batu yang
besar dan keras yang dipukulkannya ke kepala orang itu hingga remuk
kepalanya. Ketika dia memukul kepala orang itu batu di tangannya jatuh
menggelinding. Lalu dia memungutrnya kembali, dan dia tidak kembali
sampai kepala orang tersebut utuh kembali. Lantas dia kembali lagi kepada
orang itu untuk memukulnya lagi. Alupun kembali bertanya, "Apakah ini?"
Tapi kedua orang itu tetap berkata, "Ayo jalan?" Kedua orang itu terus
mengajakku berjalan. Kami pergi bersama-sama dan sampailah di suatu
tempat seperti dapur api. Bagian atas dapur itu sangat sempit dan bawahnya
sangat luas. Di sana terdengar suara pekikan orang-orang. Ketika menoleh
ke dalamnya, kami melihat sekelompok laki-laki dan perempuan yang
telanjang. Tibatiba datang semburan api dari bawah. Ketika semburan api
itu mengenai mereka, mereka memekik dengan sekuat-kuatnya karena
panasnya. Keduanya tetap berkata, "Ayo jalan?" Kami terus berjalan hingga
bertemu dengan sebuah sungai yang airnya berwarna merah laksana darah,
yang di dalamnya ada orang yang sedang berenang dan seorang lagi berdiri
di tepinya sambil memegang batu yang senantiasa menghadap kepada orang
yang berada dalam sungai tersebut. Ketika orang yang berada dalam sungai
tersebut ingin keluar dari sungai itu, laki-laki itu melemparinya dengan batu
yang dipegangnya tadi, sehingga laki-laki yang ada di sungai tadi kembali ke
tengah-tengah sungai itu. Setiap kali laki-laki yang ada di sungai ingin
keluar dari sana dia selalu dilempari batu oleh laki-laki yang ada di tepi
sungai tersebut, sehingga dia tidak bisa keluar dari sana dan selalu kembali
ke tempatnya semula (di tengah sungai). Aku kembali bertanya, "Apakah
ini?" Tapi lagi mereka menyuruhku untuk segera meneruskan perjalanan.
Kemudian kami menyaksikan sebuah taman yang hijau ranau. Di
dalamnya terdapat sebuah pohon besar dan di bawah pohon itu ada orang tua
dan anak-anak yang banyak. Kemudian terlihat seorang laki-laki yang
mengobar-ngobarkan api besar yang ada di hadapannya. Kedua orang itu
lalu membawaku naik ke sebuah pohon dan masuk ke sebuah tempat yang
tidak pernah aku lihat sama sekali sebagus itu sebelumnya. Di dalamnya ada
orang tua, para pemuda dan pemudi, serta anak-anak. Kemudian keduanya
membawaku keluar dari sana dan kembali menaiki sebuah pohon, setelah itu
membawaku lagi memasuki tempat yang lebih indah dan bagus dari tempat
yang tadi, yang dihuni oleh orang-orang tua serta orang-orang muda.
Kemudian aku berkata, "Kalian berdua telah mengajakku berkeliling
malam ini, maka beritahu aku maksud kejadian-kejadian tadi?" Kedua orang
itu menjawab, "Baiklah? orang yang engkau lihat sedang merobek mulutnya
dengan besi tadi adalah orang yang suka dusta dan berkata bohong (fitnah
makar) sehingga tersebar kemana-mana. Keadaannya tetap seperti itu sampai
hari kiamat. Orang yang dipukul kepalanya dengan batu hingga hancur
adalah orang yang suka mengajarkan Al-Qur'an tapi dia mengabaikannya
dan tidak mengamalkannya. Nasibnya tetap seperti itu sampai hari kiamat.
Orang-orang yang engkau lihat dalam lubang tadi adalah para pezina,
sedangkan orang yang di dalam sungai tadi adalah orang yang suka
memakan riba. Orang tua yang ada di bawah pohon tadi adalah Nabi Ibrahim, sedangkan anak-anak yang mengitarinya adalah anak-anak manusia
(yang mati ketika masih kecil). Orang yang menghidupkan api tadi adalah
malaitat penjaga neraka. Tempat penama yang engkau lihat tadi adalah
tempat orung Mukmin umumnya, sedangkan tempat kedua yang lebih baik
dan bagus daripada yang pertama tadi adalah tempat bagi orang-orang yang
syahid di jalan allah. Aku adalah Jibril, sedangkan ini adalah Mikail.
Mereka beikata, "Angkatlah kepalamu?" Lalu aku mengangkat kepalaku dan
melihat di atasku seperti ada awan. Keduanya berkata, "ltulah rumahmu."
Aku berkata, "Bisakah aku memasuki rumahku?" Salah seorang dari mereka
berkata, "Sisa umurmu masih ada. Jika sudah habis, maka engkau bisa
memasukinya." (HR. al-Bukhari dari Samurah)
Kesimpulan
Para ulama -rahimahumullah- mengatakan: Dalam hadits al-Bukhari
sangatjelas keadaan orang-orang yang mendapat azab dalam kubur mereka.
Dalam hadits tersebut disebutkan adanya mimpi, sedangkan mimpi para nabi
adalah wahyu, berdasarkan perkataan Nabi lbrahim as dalam Al-Qur'an: F/ai
anakku sesungguhnya aht melihat dalam mimpi balwa aku menyembelihmu.
(QS. ash-Shaffaat: lO2) Maka anaknya [Nobi IsmailJ meniawab: Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu." (QS' ash￾Shaffaat: 102)
Dalam hadits ath-Thahawijuga ada riwayat yang mirip dengan hadits
tersebut, sekaligus sebagai bantahan terhadap golongan Khawarij dan orang￾orang yang menganggap kafir terhadap orang Mukmin yang melakukan
dosa.
Ath-Thahawi berkata, "Pada hadits tersebut ada isyarat yang
menyatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat tidak dapat divonis
sebagai orang kafir, karena kalau ada orang yang melakukan shalat tanpa
berwudhu maka sebenamya dia tidak shalat! Seandainya mereka orang kafir,
maka doa mereka tidak akan didengar, karena Allah 'Azza wa Jalla
berfirman: Dan doa [ibadatJ orang-orang ka/ir itu, hanyalah sia-sia belaka.
(QS. ar-Ra'du: l4)
Dalam hadits al-Bukhari-Muslim menyatakan bahwa membersihkan
dan bersuci setelah buang air kecil hukumnya wajib! Sebab seseorang diazab
jika meninggalkan sesuatu yang wajib! Menghilangkan semua najis juga
kewajiban yang dikiaskan kepada (membersihkan) kencing tadi.
Kebanyakan ulama berpendapat seperti itu. Ada juga hadits shahih dari
Malik yang menegaskan hal ini yang disampaikan oleh Ibn Wahab' "Siapa
yang shatat tapi tidak bersuci (setelah buang air kecil) berarti dia shalat tanpa
thaharah (bersuci Penjelasan Terhadap Suatu Kekeliruan:
Ada beberapa sahabat kami *eperti yang dinukilkan kepada kami￾menuturkan bahwa kuburan yang ditancapkan dahan pohon oleh Nabi saw
adalah kuburan Sa'ad ibn Mu'adz. Pendapat ini keliru. Sesungguhnya yang
benar hanyalah bahwa tanah kuburannya telah menekannya seperti yang
kami sampaikan, kemudian dia mendapat keringanan. Faktor yang
menyebabkan dia dihimpit oleh kuburnya seperti yang diceritakan dalam
hadits riwayat Yunus ibn Bakrah dari Muhammad ibn lshaq, dia
mengatakan: Ummayyah ibn Abdullah meriwayatkan kepadaku bahwa dia
telah menanyakan kepada beberapa orang keluarga Sa'ad, "Apakah sabda
Rasulullah saw tentang hal ini telah sampai kepada mereka?" Lantas beliau
menyampaikan pada kami bahwa Rasulullah saw telah ditanyai tentang hal
itu, lalu menjawab, "Dia pernah beberapa kali lalai bersuci setelah buang air
kecil."
Hannad ibn as-Sariy menyampaikan sebuah riwayat dari Ibn Fudhail
dari Abu Tsufuan dari Hasan, dia berkata, "Ketika Sa'ad ibn Mu'adz terluka,
Nabi saw menyuruh seorang perempuan mengobatinya. Dia wafat pada
malam harinya, maka Jibril datang memberi kabar kepada Beliau. Jibril
berkata, "Semalam telah meninggal seorang laki-laki di antaramu yang
menggoncangkan Arsy karena kecintaannya untuk bertemu dengan Allah,
yaitu Sa'ad ibn Mu'adz." Rasulullah lalu datang ke kuburannya dan
mengucapkan takbir, tahlil, dan tasbih ketika akan pulang."
Hannad berkata: Ketika Beliau datang dari kuburannya, para sahabat
bertanya, "Wahai Rasulullah, kami tidak pernah melihat engkau berbuat
seperti ini sama sekali sebelumnya?" Beliau menjawab, "Dia tadi dijepit oleh
kuburnya dengan sekalijepitan sampai menjadi seperti sehelai rambut, maka
aku berdoa kepada Allah untuk meringankan siksaannya, karena dia pernah
tidak membersihkan kencingnya."
As-Sulimi Abu Muhammad Abdul Ghalib mengatakan (dalam
bukunya), "Berita-berita tentang azab kubur tersebut telah tersebar
sedemikian luas, di antaranya hadits Nabi mengenai Sa'ad ibn Mu'adz di
bawah ini, "Tanah kuburnya telah menghimpitnya dengan sekali himpitan,
sehingga tulang-belulangnya remuk." Para sahabat Rasulullah ra berkata,
"Dia tidak disiksa sedikitpun karena suatu hal, kecuali dia pernah tidak
membersihkan kencingnya dalam beberapa perjalanan."
Hadits Nabi saw yang menyebutkan 'kemudian diringankan
siksaannya' merupakan dalil yang menunjukkan pengurangan siksaan
tersebut, karena sesudah itu dia tidak diazab lagi dalam kuburnya. Padahal
orang yang kita katakan ini memiliki keutamaan.
Apakah Anda akan mengira terhadap orang yang telah membuat Arsy
Allah tergoncang dan kedatangannya ruhnya disambut oleh para malaikatyang mulia dengan penuh kegembiraan dan kesenangan. Lalu apakah dia
diaiab sesudah dihilangkan azab itu darinya? Tentu tidak murrgkin sekali.
Hanya orang-orang bodoh dan tidak tahu dengan kemuliaannya yang
berpendapat seperti itu. Semoga Allah meridhainya dan dia rela terhadap
Allah.
Bagaimana bisa seseorang menyangka seperti itu sedangkan
kemuliaannya sudah sangat terkenal dan kebajikannya sangat banyak!
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim serta periwayat lainnya:
Beliau orang yang mendapat hukum yang sesuai dengan kehendak Allah
terhadap Bani Quraizah2r dari atas langit yang ketujuh, yang disampaikan
Rasutullah saw melatui riwayat al-Bukhari dan Muslim serta yang lainnya.
Sabda-sabda Nabi saw tentang Azab Kubur pada Peristiwa Isra'
Diriwayatkan dari Rabi' ibn Anas dari Abu 'Aliyah dari Abu Hurairah
ra dari Nabi saw, berkenaan dengan ayat: Mahasuci Allah, yang telah
memperjalankon hambo-Nyo pada suatu malam dari Masjidil Haram... (QS.
al-lsra': I )
"Nabi saw didatangi oleh seekor kuda yang langkahnya sejauh
pandangannya, kemudian Beliau pergi bersama Malaikat Jibril mendatangi
suatu kaum yang sedang menanam sesuatu. Hari itu mereka menanamnya
dan hari itu pula mereka memanennya. Setiap selesai memanennya tanaman
itu tumbuh lagi seperti semula. Lalu Rasulullah bertanya, "Wahai Jibril,
siapakah mereka?" Jibril menjawab, "Mereka orang-orang yang hijrah ke
jalan Allah, maka kebaikan mereka dibalas dengan pahala yang tujuh ratus
kali lipat."
Allah SWT berfirman: Dan barang apa saia yang kamu naJkahkan,
maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik￾baiknya. (QS. Saba' : 39)
Kemudian Beliau mendatangi suatu kaum yang memukuli kepala
mereka sampai hancur. Setiap hancur kepala itu kembali seperti semula,begitu seterusnya. Mereka nampak tidak mengalami kelelahan sedikitpun.
Lalu Rasulullah bertanya, "Siapakah mereka, wahaiJibril?" Jibril menjawab,
"Mereka orang-orang yang kepaldnya ,"rura berat untuk menunaikan
shalat." Kemudian Beliau mendatangi suatu kaum di mana di depan dan di
belakang mereka tertutup. Mereka dihalau seperti binatang ternak dan diberi
makanan berduri dari neraka. Mereka dipanggang oleh api neraka bersama
batu-batunya. Beliau bertanya, "Siapakah mereka Jibril?" "Mereka orang￾orang yang enggan menunaikan zakat harla mereka. Allah tidak menyiksa
mereka dan Allah tidak pernah berbuat aniaya terhadap hamba-Nya," jawab
Jibril. Kemudian Beliau bertemu dengan kaum yang di hadapan mereka
terdapat daging yang matang (di dalam periuk) dan daging yang busuk. Tapi
anehnya mereka memilih daging yang busuk untuk mereka makan dan
membiarkan daging yang matang. "Siapakah mereka wahai Jibril?" tanya
Rasulullah. "Mereka laki-laki yang suka berzina dengan perempuan lacur
sampai pagi, padahal mereka memiliki isteri yang sah dan baik di
rumahnya," jawab J ibri L
Kemudian Beliau melihat sepotong kayu di atas jalan, dan segala
sesuatu yang melewatinya akan dipelantingkannya. "Apakah ini, wahai
Jibril," tanya Rasulullah. Jibril lalu membacakan firman Allah SWT: Dar
janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan
menghalang-halangi orang yang beriman dari jalon Allah... " (QS. al-
'Araaf: 86)
Setelah itu Beliau melihat seseorang yang sedang memikul seikat kayu
bakar yang sudah begitu banyak yang tidak sanggup lagi dia pikul, tapi
anehnya dia ingin selalu menambah bebannya. Siapakah orang ini Jibril?,"
tanya Rasulullah. "Orang ini salah satu umatmu yang diserahi amanat, tapi
dia tidak bisa memikul amanat itu, tapi dia tetap ingin menambahnya,"
jawab Jibril. Kemudian Beliau menyaksikan suatu kaum yang sedang
menggunting mulutnya atau lidahnya dengan gunting dari api. Setiap
digunting mulut itu utuh kembali, dan hal itu tidak membuat mereka lelah
sama sekali." "lni siapa Jibril?" tanya Rasul. "Mereka para orator yang suka
menimbulkan fitnah," jawab Jibril.
Kemudian Beliau menyaksikan seekor kuda betina kecil melahirkan
seekor sapi yang besar. Sapi besar itu ingin masuk kembali ke tempat dia
keluar tadi, tapi dia tidak sanggup memasukinya. Ketika Rasulullah
menanyakan hal itu kepada Jibril, maka dijelaskan bahwa mereka adalah
orang-orang yang mengucapkan sesuatu yang menimbulkan penyesalan
besar dalam dirinya. Dia ingin untuk mencabut perkataannya kembali, tapi
dia tidak bisa melakukannya." (HR. al-Baihaqi)
Ada juga hadits dari Abu Harun al-Abdi dari Abu Sa'id al-Khudri,
yang mengatakan bahwa para sahabat berkata kepada Nabi saw, "WahaiRasulullah, ceritakan kepada kami semua yang Anda saksikan ketika engkau
diperjalanan pada suatu malam (hadits). Lantas Rasulullah menuturkan:
"Waktu itu aku bersama Jibril naik ke langit dunia' Di sana aku
melihat barisan para malaikat yang bertugas menjaga langit dunia bernama
Ismail. Di depan mereka ada tujuh puluh ribu malaikat yang masing-masing
memliki anak buah sebanyak seratus ribu Malaikat. Kemudian Beliau
membacakan ayat: Dan tidak ada yang mengelahui lenlora Tuhonmu
melainkan. Dia sendiri. (QS. al-Muddatstsir: 3l )
Jibril minta dibukakan pintu langit, dan saat aku bersama Nabi Adam
(dalam bentuk ketika diciptakan), dinampakkan kepada beliau arwah-arwah
anak cucunya yang beriman. Lalu Adam berkata, "Hai ruh yang baik, jiwa
yang baik, tempatkan dia di 'Illiyyin." Lantas dinampakkan kepada beliau
arwah-arwah anak cucunya yang kafir, maka beliau berkata, "Hai ruh yang
jahat, jiwa yang jahat, tempatkan diadi Sijiin " Setelah berlalu beberapa saat
aku melewati meja yang penuh dengan makanan, yang aromanya sangat
lezat. Di atasnya terdapat beberapa potong daging, tapi anehnya tidak
seorangpun yang mendekatinya. Kemudian aku melewati meja makan lain
yang bau dan aromanya sangat busuk dan menjijikkan, tapi banyak sekali
orang yang memakannya. "siapakah mereka Jibril," tanyaku. Jibril
menjawab, "Mereka umatmu yang lebih suka memilih yang haram daripada
yang halal."
Setelah beberapa saat aku menyaksikan kaum yang perutnya sebesar
rumah. Setiap kali salah seorang dari mereka ingin bangkit, maka dia
langsung tersungkur sambil memohon kepada Allah SWT, "Ya Allah,
jangan datangkan kiamat!" Beliau mengatakan bahwa mereka adalah orang￾orang yang mengikuti jalan yang ditempuh oleh keluarga Fir'aun. Aku
mendengar rintihan dan jeritan mereka kepada Allah 'Azza wa Jallo. Ketika
aku menanyakannya kepada Jibril, dia menjawab, "Mereka umatmu yang
suka makan riba, seperti yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya: Orang￾orang yang makan [menganbilJ riba tidak dapat berdiri, melainkan sePerti
berdirinya orang yang kemasulcon setan lantaran [tekananJ penyakit gila.
(QS. al-Baqanh:275)
Setelah berlalu beberapa saat, aku melihat lagi kaum yang bibirnya
sebesar bibir unta. Lalu mereka membuka mulut dan memasukkan bara api
ke dalamnya. Kemudian api itu keluar dari belakang bokong mereka. Aku
mendengar jeritan dan rintihan mereka; memohon kepada Allah. "Siapakah
mereka Jibril," tanyaku pada Jibril?" Jibril menjawab, "Mereka umatmu
yang suka memakan harta anak yatim, sebagaimana firman Allah dalam Al￾Qur'an, "Sesungppthnya orong-orang yang memakan harla anak yutim
secoro zalim, sebenarnya mereko itu menelan api sepenuh Perutnya dan
mereko akon masuk ke dalam api yang menyala-nyala fnerakoJ." (QS. an￾Nisa': l0). 
r
Setelah berlalu beberapa saat, aku menyaksikan para wanita yang
digantung payudaranya, dan aku juga mendengar jeritan dan rintihan
mereka; memohon kepada Allah 'Azza wa Jalla. Aku bertanya kepada Jibril,
"Siapakah para wanita tersebut?" Dia menjawab, "Mereka pezina di antara
umatmu."
Setelah berlalu beberapa saat, aku lihat lagi suatu kaum yang merobek
lambungnya sendiri dan mengambil dagingnya kemudian memakannya. Lalu
dikatakan kepada mereka. "Makanlah olehmu sebagaimana kamu dulu suka
memakan daging saudaramu sendiri!" Aku bertanya, "Siapakah mereka
Jibril?" Jibril lalu menjelaskan kepadaku bahwa mereka adalah umatku yang
suka mengumpat dan menyebarkan fitnah." (HR. Abu Harun)
Diriwayatkan oleh Anas ibn Malik ra, dia menyatakan bahwa
Rasulullah bersabda, "Ketika aku dimi'rajkan, aku melihat suatu kaum yang
kukunya dari tembaga sedang mencakar-cakar muka dan dadanya sendiri."
Aku lalu bertanya, "Siapakah mereka Jibril." Jibril menjawab, "Mereka
orang-orang yang suka memakan daging manusia lain (menyakiti dengan
ghibah) dan suka mencela kehormatan mereka." (HR. Abu Daud)
Kegembiraan Orang Mukmin di Dalam Kuburnya
Ka'ab al-Ahbar berkata, "Ketika seorang hamba yang shalih berada
dalam kuburnya, maka seluruh amal shalihnya segera mengelilinginya. Lalu
datang para malaikat azab dari kedua kakinya. (Pahala) shalatnya segera
berkata, "Enyah kalian dari sini?" Mereka lalu mendatangi arah kepalanya,
maka puasanya berkata, "Tidak ada jalan bagi kalian di sini! Dia sudah
sangat lama menahan dahaga karena Allah 'Azza wa Jalla ketika di dunia.
Kemudian mereka mendatanginya dari arah badannya. Pahala haji dan
jihadnya segera berkata, "Pergi kalian dari sini? Badan ini rela menahan letih
dan lelah dalam melaksanakan haji dan berjihad dijalan Allah karena Allah
semata-mata. Tidak ada jalan bagi kalian di sini untuk menyiksanya."
Kemudian mereka mencoba mendatanginya dari kedua tangannya. Pahala
sedekah dan zakatnya segera berkata, "Menjauh kalian dari sahabatku?
Banyak sekali sedekah yang telah diberikan kedua tangan ini, sampai-sampai
dia berperang untuk menolong Allah 'Azza wa Jalla, demi mencari
keridhaan-Nya. Jadi tidak ada jalan bagi kalian di sini?" Lalu dikatakan
kepadanya, "Tidurlah dengan tenang. Engkau telah hidup dengan baik,
begitu pula ketika engkau mati."
Menurutku, hal tersebut hanya berlaku bagi orang-orang yang ikhlas
dalam beramal, benar segala perkataan dan perbuatannya, dan bersihniatnya, baik ketika beramal dengan terang-terangan maupun dengan
sembunyi-sembunyi, sehingga amalnya menjadi hujjah dan perisai baginya.
Jadi tidak ada kontradiksi dalam hal ini dengan bab-bab sebelumnya.
Manusia berbeda-beda tingkat keikhlasannya dalam beramal, dan Allah lebih
mengelahui semuanya.
Memohon Perlindungan dari Azab Kubur dan Fitnahnya
Dalam suatu hadits Ummul Mukminin'Aisyah ra berkata, "Suatu hari
Rasutullah menemuiku. Saat itu aku sedang bersama seorang wanita Yahudi.
Wanita itu berkata, "Kalian akan menghadapi fitnah (ujian) dalam kubur."
Aku menyampaikan hal tersebut kepada Rasulullah, lalu Beliau bersabda,
"Orang Yahudi akan diuji (dalam kuburnya)." Setelah berlalu beberapa
malam, Rasulullah kemudian bertanya kepadanya, "Apakah engkau merasa
bahwa aku mendapat wahyu yang menyatakan, "Kalian akan menghadapi
ujian dalam kubur?" 'Aisyah berkata, "Aku mendengar Beliau memohon
perlindungan dari azab kubur." (HR. an-Nasa'i)
Diriwayatkan oleh para ulama dari Asma'. Dia menyampaikan bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Telah diwahyukan kepadaku bahwa nanti kalian
akan menghadapi ujian dalam kubur, atau seperti fitnah Dajjal, tapi aku tidak
mengetahuinya?" Asma' berkata, "seseorang akan mendatangi kalian dan
mengajukan pertanyaan, "Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini
(Muhammad saw)." Jika dia orang Mukmin atau orang yang meyakininya,
maka dia akan menjawab, "Dia Rasulullah yang membawa petunjuk dan
keterangan kepada kami, maka kami mengikuti dan menaatinya," sampai
tiga kali. Lalu dikatakan kepadanya, "Tidurlah kamu, kami tahu kamu benar￾benar beriman kepadanya, maka sekarang tidurlah dengan tenang." Tapijika
dia orang munafik atau orang yang ragu terhadapnya, maka dia akan berkata,
"Aku tidak mengenalnya? Aku dengar orang-orang mengatakan begini dan
begitu tentangnya, maka aku juga mengatakan seperti itn." (Lafaz Muslim)
Abu Hurairah ra mengatakan: Rasulullah sering mengucapkan doa,
:At) $At : q: ,tht -)tr,' ,r,i rre)t -,tJi i +\;i ,i1 ,ii:t
Jr-lirr eltgri
Ya Allah, aht mohon perlindungan dari siksa htbur, siksa neraka, serta dari
fitnah baik ketika masih hidup moupun ketika mati, dan dari fitnah Daijal;'
(HR. al-Bukhari)
Hadits yang serupa dengan hal tersebut banyak sekali diriwayatkan
oleh para periwayat yang jujur dan terpecaya.
Binatang Mendengar Azab Kubur
Zaid ibn Tsabit meriwayatkan,sebagai berikut, "Ketika kami bersama
Nabi saw berada kebun Bani Najjar, tiba-tiba keledai yang ditunggangi
Beliau mogok dan menjadi binal, sehingga nyaris menjatuhkan Beliau.
Ternyata di sana terdapat enam, lima, atau empat buah kuburan, demikian
kata Hariri. Beliau bertanya, "Adakah yang tahu kuburan siapakah itu?"
Seseorang berkata, "Aku." "Kapan mereka meninggal?" tanya Beliau. Orang
itu menjawab, "Mereka orang-orang yang mati dalam keadaan musyrik!"
Lalu Beliau berkata, "Umat ini sedang menghadapi ujian dalam kuburnya,
seandainya kalian tidak akan dikubur, pasti aku memohon kepada Allah
untuk memperdengarkan kepada kalian azab kubur yang aku dengar!" (HR.
Muslim)
'Aisyah ra juga meriwayatkan sebuah hadits, dimana beliau berkata,
"Dua orang perempuan Yahudi Madinah yang telah tua menemuiku.
Keduanya berkata, "Sungguh ahli kubur akan disiksa dalam kubur mereka."
Tapi aku mendustakan keduanya dan tidak mempercayainya ucapan mereka.
Sesudah mereka keluar, Rasulullah datang rnaka aku bertanya kepada
Rasulullah, "Wahai Rasulullah, tadi ada dua orang wanita Yahudi Madinah
yang telah tua datang ke sini. Keduanya mengatakan bahwa para ahli kubur
disiksa dalam kubur mereka." Rasulullah saw bersabda, "Mereka berdua
benar. Mereka disiksa dengan siksaan yang terdengar oleh binatang." Lantas
'Aisyah berkata, "Setelah itu aku melihat Beliau selalu memohon
perlindungandari azab kubur setiap sudah shalat."
Dalam hadits versi al-Bukhari Beliau berkata, "Terdengar oleh semua
binatang."
Hannad ibn as-Sariy (dalam bukunya, az-Zuhd) meriwayatkan dari
Waki' dari A'masy dari Syafiq dari 'Aisyah ra, dia berkata, "Seorang wanita
Yahudi datang kepadaku dan menyebut tentang azab kubur, tapi aku tidak
mempercayainya. Ketika Nabi datang, aku memberitahukannya kepada
beliau, dan Beliau bersabda, "Demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya
(Allah) mereka benar-benar akan diazab dalam kubur hingga suara mereka
terdengar oleh binatang."
Kisah Para Shalihin
Para ulama mengatakan: Hadits penama dari Z-aid ibn Tsabit tersebut
menunjukkan bahwa keledai yang ditunggangi Nabi saw tiba-tiba mogok
dan berusaha menjauhi tempat yang sedang dilewati tersebut tatkala
mendengar suara orang yang sedang diazab. Sedangkan manusia dan Jin
yang memiliki akal tidak dapat mendengarnya; menurut keterangan hadits
Nabi yang mengatakan, "Sungguh lebih baik kiranya jika kalian tidak salingmenguburkan." Atau "seandainya kalian tidak akan dikubur." Jadi Allah
SWT menutup hal itu bagi kita, itu adalah ketetapan ilahi dan rahasia Tuhan,
karena kita akan diliputi ketakutan jika mendengarnya dan kita tidak mampu
mendekati kuburan atau menguburkan teman kita, atau membinasakan
kehidupan ketika mendengarnya. Kekuatan kita akan lemah. Bukankah kita
sering melihat keadaan manusia ketika mereka mendengar suara petir yang
menggelegar atau gempa bumi yang menakutkan yang menyebabkan banyak
manusia menjadi korban. Jadi bagaimana keadaannya jika suara keras
laksana petir yang disebabkan oleh suara pukulan besi malaikat itu dapat
didengar oleh seluruh orang yang berada di sekitarnya? Ketika Nabi
menerangkan tentang jenazah, Beliau berkata, "Seandainya manusia
mendengarnya, niscaya mereka akan mati."
Bagaimana jika seseorang mendapat siksaan, hukuman, dan bencana
yang sangat dahsyat tersebut? Jadi kita hendaknya memohon perlindungan,
maghfirah, ampunan, dan rahmat Allah agar terhindar dari azab tersebut."
Abu Muhammad Abdul Haq menuturkan:
Abu Hakim ibn Burjan (seorang ulama dan ahli ibadah rahimahullah)
meriwayatkan, "Ketika penduduk Timur Isybiliyah selesai menguburkan
seseorang si desa mereka, mereka lalu duduk di sampingnya sambil
berbincang-bincang. Saat itu ada binatan! ternak yang sedang merumput
dekat mereka. Tiba-tiba binatang tersebut segera mendekati kuburan itu dan
meletakkan telinganya di atas kubur itu, seakan-akan dia mendengar.
Kemudian perbuatannya diikuti oleh seekor tikus. Binatang itu
melakukannya berulang-ulang. Aku kemudian segera ingat azab kubur."
Nabi saw bersabda, "Mereka benar-benar diazab dengan azab yang
terdengar oleh para binatang, dan Allah 'Azzo wa Jalla lebih mengetahui
keadaan mayat itu." Beliau menyampaikan riwayat ini ketika seseorang
membacakan hadits tentang azab kubur. Saat itu kami mengetahuinya dalam
kilab Shahih Muslim ibn Hajjaj ra."
Mayat Mendengar Ucapan yang Ditujukan Kepadanya
Anas ibn Malik ra meriwayatkan: Umar ibn al-Khatthab ra
menceritakan tentang ahli Badar, dia berkata, "Rasulullah kemarin
memperlihatkan kepada kami lokasi pekuburan ahli Badar -sebelum terjadi
perang-. Beliau berkata, "lnsya Allah di sinilah kuburan Fulan besok! Umar
lalu berkata, "Demi Allah yang telah mengutusnya sebagai Nabi, mereka
tidak melihat hal berbeda dengan batas-batas ramalan yang telah ditetapkan
Rasulullah. Sebagian mereka menempatkan sebagian yang lain dalam sebuah
sumur, maka Rasulullah mendatangi mereka semua sampai yang terakhir,
Beliau bersabda, "Hai Fulan ibn Fulan, bukankah sudah kalian lihat bahwajanji Allah dan Rasul-Nya benar? Aku mendapatkan janji Allah kepadaku
adalah benar?" Lalu Umar berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana engkau
berbicara kepada tubuh-tubuh yahg tidak ada ruhnya?" Rasulullah
menjawab, "Mereka lebih rnendengar perkataan daripada engkau, tetapi
mereka tidak mampu menjawabnya!"
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw meninggalkan
orang-orang yang terbunuh dalam perang Badar tiga orang musuh. Beliau
berdiri dan menyeru mereka, "Hai, Abu Jahal ibn Hisyam, Ummayyah ibn
Khalaf, Utbah ibn Rabi'ah, dan Syaibah ibn Rabi'ah, bukankah kalian telah
melihat bahwa janji Tuhan kepada kalian adalah benar? Sungguh aku
mendapatkan bahwa janji Tuhan kepadaku adalah benar!" Umar yang
mendengar seruan Nabi tersebut langsung bertanya, "Wahai Rasulullah,
bagaimana mereka mendengarmu! Bagaimana mereka menjawabnya!
Padahal mereka benar-benar telah jadi mayat?" Beliau menjawab, "Demi
jiwaku yang berada di Tangan-Nya, mereka lebih mendengar perkataan
daripada engkau, tapi mereka tidak sanggup menjawabnya." Kemudian
Beliau meyuruh para sahabat untuk menyeret dan mengumpulkan mayat
mereka ke dalam sumur Badar.
Perbedaan Pendapat tentang Pengetahuan Mayat pada Alam Dunia
Ketahuilah bahwa 'Aisyah ra mengingkari pemahaman seperti ini, dan
mengemukakan dua buah ayat Al-Qur'an:
Maka sesungguhnya kamu tidak akan sanggap meniadikan orang￾orangyang mali itu dapat mendengar (QS. ar-Rum: 52)
Dan kamu sekali-kali tiada sanggup meniadikan orang yang di dalam
kubur dapat mendengar. (QS. Fathir:22)
Kedua pendapat tidak bertentangan, karena mungkin orang-orang yang
telah mati hanya mendengar dalam kondisi teftentu. Jadi kemungkinan ada
pengkhususan dari suatu hal yang bersifat umum (takhsisul 'umum), dan sah￾sah sajajika terdapat'pengkhususan' dalam hal ini.
Berkenaan dengan hal itu, ada dalilnya, yaitu hadits Nabi saw, "Mcyat
mendengar bunyi terompah mereka (pengantarnyaJ." Juga mengerti dengan
pertanyaan dua malaikat dalam kuburnya dan dapat menjawabnya. Selain itu
tidak ada yang mengingkarinya.
lbn Abdul Bini (dalam bukunya, at-Tamhid wa al-Istidzkar)
menyebutkan sebuah hadits dari Ibnu 'Abbas ra:
Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah seseorang melewati kuburan
saudaranya (Mukmin) yang dikenalnya ketika dunia yang mengucapkan
salam kepadanya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya."
(Hadits ini dishahihkan oleh Abu Muhammad Abdul Haq). Kata liirfuu'
dalam hadits memiliki makna yang sama dengan kata'anlanuu' yang artinya
'sudah berbau busuk atau menjadi bangkai.'
Tafsir pada Surah lbrahim ay^t27
Penjelasan Firman Altah: Alluh meneguhkan [imanJ orung'orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia..."
(QS.lbrahim:27)
Al-Barra' ibn 'Azib meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw. Beliau
membaca ayat: Allah meneguhkan [imanJ orang-orang, yang beriman
dengan ucapqn yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat
(QS. Ibrahim:27).
Beliau mengatakan bahwa ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan
azab kubur. Ahli kubur akan ditanya, "Siapakah Tuhanmu?" Kalau dia
menjawab, "Tuhanku Allah dan nabiku Muhammad." Maka itulah maksud
ayat tersebut: Allah meneguhkan [imanJ orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. -QS.
Ibrahim: 27- (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dinyatakan bahwa hadits tersebut disampaikan
oleh al-Barra' dan tidak menyebutkan (di dalamnya) Nabi saw.
Meskipun jalur periwayatan hadits ini mauquf namun ia tidak dapat
dikatakan sebagai perkataan berdasarkan pendapat pribadi sahabat, tapi
berasal dari Nabi saw (seperti keterangan kami pada riwayat yang pertama).
Hadits serupa juga diriwayatkan oleh an-Nisa'i dan Ibn Majah (dalam
kitab Sunan) serta al-Bukhari (dalam Shahih-nya).
Dalam lafaz al-Bukhari dipaparkan sebagai berikut:
Ja'far ibn Umar meriwayatkan dari Syu'bah ibn 'lqlimah ibn Martsad
dari Sa'ad ibn Ubaidah dari al-Barra' ibn 'Azib dari Nabi saw, Beliau
bersabda, "Ketika seorang Mukmin disuruh duduk dalam kuburnya, dia akan
berkata, "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah."
Demikian maksud firman Allah SWT yang berbunyi, "Allah meneguhkan
[imanJ orang-or(mg yang beriman dengan ucapan yang teguh..." (QS.
Ibrahim:27)
Dalam Sunan Abu Daud yang juga diriwayatkan oleh al-Barra' ibn
'Azib diuraikan sebagai berikut, "Rasulullah saw bersabda, "Seorang
Muslim saat ditanya dalam kuburnya akan menjawab, "Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu adalah rasul-Nya."
Demikianlah maksud firman Allah SWT yang berbunyi,"Allah meneguhkan[imanJ orang-orung yang beriman dengan ucapan yang teguh..." (QS.
lbrahim: 27) r
Jadi, maksud ayat ini secara sempurna sudah terangkum dalam hadits
al-Barra' yang panjan g dan marfu ' tersebut, dan segala puji bagi Allah.
Kemudian ada lagi riwayat yang bersumber dari Abu Hurairah ra, Ibn
Mas'ud, Ibn 'Abbas ra, dan Abu Sa'id al-Khudri. Abu Sa'id al-Khudri
berkata:
Tatkala kami bersama Nabi saw (sedang menghadapi seorang jenazah)
Beliau bersabda, "Hai manusia, umat ini akan diuji dalam kuburnya. Jika
seorang insan selesai dikebumikan dan para sahabatnya telah pergi, maka
malaikat (sambil membawa palu di tangannya) menyuruhnya duduk dan
berkata, "Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini (Muhammad saw)?"
Jika dia orang Mukmin. maka dia akan menjawab, "Aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan tidak ada sekutu baginya. Aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya." Lalu dikatakan
kepadanya, "Engkau benar." Lalu dibukakan baginya pintu neraka, malaikat
berkata, "lnilah tempatmu, seandainya kamu kafir kepada Tuhanmu!"
Tapi jika dia orang kafir atau orang munafik, maka ketika diajukan
pertanyaan yang sama dia akan menjawab, "Aku tidak tahu." Lalu malaikat
itu akan berkata kepadanya, "Engkau tidak mengenalnya dan tidak pernah
mengetahuinya. Kemudian dibukakan baginya pintu neraka. Lantas malaikat
itu memukulnya dengan palu tersebut -dengan sekali pukulan- yang
bunyinya terdengar oleh seluruh makhluk (kecuali Jin dan manusia)."
Beberapa sahabat Rasulullah saw berkata, "Tidaklah seseorang akan
tegak kepalanya di hadapan malaikat yang sedang memegang palu, kecuali
akan merasa ketakutan saat itu. Lalu Rasulullah membacakan ayat: Allah
meneguhkan [imanJ orang-orangyang beriman dengan ucapan yang teguh
itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang￾orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim:
27)
Orang Mukmin Juga Ada yang Disilca dalam Kubur
Sejumlah hadits Nabi tersebut telah membenarkan tentang azab kubur,
maka tidak ada lagi yang bisa membantah dan mengingkarinya. Dalam
beberapa Atsar (hadits) lain juga sudah dikemukakan bahwa orang kafir
akan terkena fitnah dan ujian dalam kuburnya, serta mendapat kehinaan dan
azab. Abu Muhammad Abdul Haq berkata, "Az.ab kubur tidak hanya
menimpa orang kafir dan munafik, tetapi juga menimpa sebagian kaum
Mukmin yang banyak melakukan dosa dan kesalahan."
Walaupun teks-teks hadits tersebut banyak membatasi azab kubur
hanya terhadap orang kafir dan munafik, namun menurut Abu Umar ibn
Abdul Birri (dalam kitab at-Tamhid), atsar (hadirhadits) yang dapat
dipercaya menunjukkan bahwa fitnah kubur tidak hanya terjadi pada orang
Kafir atau munafik, tapi juga akan menimpa beberapa golongan kaum,
Mukmin (sesuai dosa mereka).
Meskipun riwayat terdahulu menunjukkan bahwa siksa kubur hanya
terjadi atas orang kafir dan munafik, namun riwayat secara tegas
menunjukkan bahwa siksa kubur terjadi atas kaum Mukmin, munafik, dan
orang kafir (kafir i'tiqad). Allah memberikan kekuatan pada mereka yang
benar-benar beriman, sedangkan mereka yang mengingkari menjadi ragu
saat ujian kubur.
Abu Abdul Birr dan Zaid ibn Tsabit menyampaikan sebuah hadits dari
Nabi saw, "Umat ini' akan diuji dalam kuburnya." Di antara mereka ada
yang meriwayatkan dengan ungkapan 'ditanya'. Dengan demikian lafaz ini
menunjukkan 'kekhususan'. Tapi hal tersebut tidak berlaku secara pasti
(qath'i), hanya Allah yang lebih mengetahui keadaan sebenarnya.
Abu Abdullah at-Tirmidzi dalam kitab Nowadir al-Ushul
menyebutkan: Pertanyaan terhadap mayat hanya terjadi pada umat (lslam)
sekarang, karena umat (lslam) terdahulu langsung diazab (ketika mereka
mengingkari risalah para rasul). Tapi saat Muhammad saw diutus Allah,
Beliau diutus dengan penuh rahmat dan keselamatan terhadap semua
makhluk.
Allah SWT berfirman: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan
untuk fmenjadiJ rahmat bagi semesta alam. (QS. al-Anbiya': 107)
ladi azab ditahan (ditunda) bagi mereka, ada yang terpaksa masuk
Islam karena kondisi tertentu, lalu iman bersemi dalam hati mereka secara
berangsur-angsur. Jadi mereka diberikan masa tenggang oleh Allah. Di sini
muncul fenomena orang-orang munafik yang menyembunyikan kekafiran
mereka dan menampakkan keimanan. Mereka bersembunyi dalam barisan
kaum Muslim. Tatkala mereka mati Allah mendatangkan dua malaikat
penanya kubur -kepada mereka- yang akan mengungkap kebohongan
mereka dengan pertanyaan kubur. Allah memisahkan yang buruk di antara
yang baik, meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan
yang teguh dalam kehidupan di dunia, dan Allah menyesatkan orang-orang
zalim. Pendapat Abu Muhammad Abdul Haq rasanya lebih benar, wallahu
a'lam- r
Hadits-hadits yang kami sebutkan menunjukkan bahwa orang kafir
(ingkar pada ajaran Muhammad setelah dakwah sampai pada mereka) akan
ditanya dan diuji oleh dua malaikat dengan beberapa pertanyaan, dan
malaikat memukulnya dengan palu besi.
Orang Mukmin Bebas dari Ketakutan, Fitnah serta Azab Kubur
Lima faktor penyebab keselamatan dari siksa kubur yaitu:
I . Riboth (berjaga-jaga terhadap musuh)
2. Matisyahid
3. Bacaan Al-Qur'an
4. Musibah sakit
5. Waktu yang baik
l, Ribath (berjaga-jaga terhadap musuh)
Salman mengatakan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
"Berjaga-jaga (terhadap musuh di garis depan) sehari semalam jauh lebih
baik daripada puasa sebulan dan ibadah malam harinya. Bila ia mati, maka
amal yang diperbuatnya mengalir kepadanya, sedangkan rezekinya tetap
mengucur atasnya. Ia juga terpelihara dari fitnah kubur!" (HR. Muslim)
Ribath (berjaga-jaga terhadap musuh di garis depan) merupakan amal
yang paling baik, yang pahalanya kekal (sesudah kematian), sebagaimana
dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-'Ala ibn Abdurrahman
dari bapaknya dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw, Beliau saw bersabda,
"Jika anak Adam mati, maka semua amalnya putus, kecuali tiga perkara."
Hadits ini shahih, tetapi hanya terdapat dalam riwayat Muslim.
Demikian pula sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dan
Abu Nu'aim yang menerangkan tentang mayat sesudah matinya. Saat itu ada
beberapa amalan yang tidak terputus pahalanya dengan kematian dan
kebinasaannya, seperti sedekah, ilmu, dan anak shalih. Di samping itu ada
ribath. Pelakunya akan mendapat pahala yang berlipat ganda sampai hari
kiamat (menurut hadits Nabi saw, "Jika dia mati, maka pahalanya akan
mengalir kepadanya.")
Terdapat suatu penjelasan terhadap hal tersebut dalam sebuah kitab
(hadits) at-Tirmidzi, yang diriwayatkan oleh Fadhalah ibn Ubaid. Dia
menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Setiap mayat akan tertutupamalnya, kecuali orang yang selalu melakukan ribath (berjaga-jaga terhadap
musuh) di .jalan Allah. Amalnya akan bertambah (tumbuft) sampai hari
kiamat dan bebas dari fitnah kubur." (HR. at-Tirmidzi. Beliau menyatakan
bahwa hadits ini hasun shuhih).
Abu Daud juga menuturkan sebuah hadits yang mirip dengan hadits
tersebut. Beliau saw bersabda. "Dia bebas dari fitnah kubur." Kata
'bertambah' di sini berarti 'berlipal g,anda' dan pahalanya tidak berhenti
karena kematiannya, bahkan Allah selalu menambahnya. Amal-amal
kebaikannya juga membawa keselamatan dari musuh dan melindungi
mereka dengan perlindungannya, menyucikan agama, serta menegakkan
syiar-syiar Islam. Amal yang mengalir pahalanya hanya amal-amal shalih
yang dilakukannya.
Terdapat sebuah hadits dengan snad shahih dari Abu Hurairah ra,
yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang meninggal
dalam keadaan berjaga-jaga dari musuh Allah (ribat&) dijalan Allah, maka
Allah akan mengalirkan pahala atas amal shalihnya yang dilakukannya, atau
membebaskannya dari fitnah kubur, dan memberikan rezeki berupa rasa
aman dari ketakukan yang dahsyat." (HR. Ibnu Majah)
Abu Nu'aim al-Hafidz meriwayatkan sebuah hadits dari Jubair ibn
Bukair, Kubair ibn Murrah, dan Amru ibn Aswad dari 'lrbadh ibn Sariyah
ra. Dia menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Setiap amal terputus
dari pelakunya ketika dia mati, kecuali orang yang melakukan ribath dijalan
Allah. Pahalanya akan terus bertambah dan rezekinya terus mengucur
kepadanya sampai hari perhitungan."
Hadits ini dan hadits riwayat Fadhalah ibn Ubaid ada dua batasan,
yakni orang yang meninggal dalam keadaan ribath, wallahu a'lam.
Diriwayatkan oleh Utsman ibn 'Affan. Beliau mengatakan: Aku
mendengar Rasulullah saw bersabda, "Siapa berjaga-jaga dari musuh
(ribath) satu malam dijalan Allah aku diberi pahala yang sepadan dengan
puasa dan menegakkan malamnya selama seribu malam."
Dalam hadits lain Ubai ibn Ka'ab menuturkan: Rasulullah saw
bersabda, "Barangsiapa melakukan ribath selama satu hari untuk menjaga
kehormatan kaum Muslim dengan penuh ikhlash pada bulan di luar
Ramadhan, maka pahalanya lebih besar daripada ibadah puasa dan
menegakkan malamnya selama seratus tahun. Ribath selama sehari di jalan
Allah dalam menjaga kehormatan kaum Muslim pada bulan Ramadhan lebih
utama dan lebih besar lagi pahalanya di sisi Allah."
Menurut versi riwayat lain disebutkan: Aku rasa Beliau saw berkata,
"(Pahala ribath lebih besar dari) melakukan ibadah puasa dan menegakkan
malamnya selama seribu tahun. Jadijika Allah mengembalikan dia kepada keluarganya dengan selamat, tidak akan ditulis atasnya dosa selama seribu
tahun yang ditulis adalah kebaikannya, sedangkan pahala ribath mengalir
terus kepadanya sampai hari kiamat."
Hadits tersebut menunjukkan bahwa orang yang melakukan ribath
satu hari saja pada bulan Ramadhan akan diberi pahala yang kekal,
meskipun dia tidak mati dalam keadaan ribath, wallahu a'lam. (Hadits ini
dari Muhammad ibn Ismail yang diriwayatkan dari lbn Samurah yang
disampaikan oleh Muhammad ibn Ya'li as-Salmi dari Umar ibn Shahih dari
Abdurrahman ibn Umar dari Makhul dari Ubai ibn Ka'ab)
Ribath merupakan suatu kewajiban di jalan Allah. Diambil dari kata
rabthul khail (mengikat tali kuda) kemudian di sebut dengan istilah 'orang
yang ikut menjaga batas negara di antara batas-batas negara kaum Muslim'
dengan murabith baik dengan kendaraan maupun berjalan kaki'. Lafaz
murabith JoarT berasal dari kata ltrt berdasarkan perkataan Nabi saw ketika
menanti shalat: {tt'rr r<Jii} yang memiliki tasybih (persamaan) dengan
istilah {il'J,-,, }!rr,t} atau berjaga-jaga dari musuh di jalan Allah.
Jadilafazribath secara bahasa seperti penjelasan pertama, yakni orang
yang pergi ke salah satu perbatasan untuk berjaga-jaga selama waktu
tertentu. Orang yang menetap dan berusaha di sana (walaupun ikut
melakukan penjagaan) tidak dianggap murabith sebagaimana dikatakan oleh
para ulama, yang diterangkan dalam kitab al-Jami' li Ahkam Al-Qur'an
(surah Ali 'lmran).
2. Mati Syahid
Diriwayatkan oleh Rasyid ibn Sa'ad dari beberapa orang sahabat
Rasulullah saw. Dalam hadits ini disebutkan bahwa seorang laki-laki
mengajukan pertanyaan kepada Beliau, "Wahai Rasulullah, bagaimana
keadaan fitnah bagi mereka yang mati syahid dalam kuburnya?" Rasulullah
menjawab, "Cukup kilatan pedang atas kepala mereka sebagai fitnah." (HR.
an-Nasa'i)
Demikian pula terdapat sebuah hadits dalam kitab Sunan lbnu Majah
dan Jami' at-Tirmidzi, serta dari Miqdam ibn Ma'di Karb, yang
menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Orang yang mati syahid di
sisi Allah mendapat enam keistimewaan:
l. Dosanya diampuni ketika pertama sekali darahnya menetes;
2. Diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya di surga;
3. Diselamatkan dari azab kubur;
4. Aman dari kedahsyatan yang paling besar;
5. Diberi mahkota kehormatan berupa batu mulia yang lebih baik
daripada dunia serta isinya;
6. Dikawinkan dengan T2bidadari dan dapat memberi syafaat kepada 70
orang keluarganya."
Hadits tersebut diriwayatkan melalui lafadz at-Tirmidzi. Beliau
mengatakan bahwa hadits tersebut hasan shahih gharib.
Sedangkan dalam riwayat lbn Majah disebutkan, "Diberi perhiasan
iman" sebagai ganti ungkapan, "Diberi mahkota kehormatan."22
Penulis mengatakan dan juga terdapat dalam kumpulan naskah at￾Tirmidzi dan lbn Majah, yang menyebutkan 'enam keistimewaan'. Padahal
dalam motan (kandungan) hadits sebenarnya ada 'tujuh'. Bahkan ada
'delapan' jika ditambahkan dengan perkataan lbn Majah, "Diberi perhiasan
iman."
Abu Bakar Ahmad ibn Salman an-Najad menyebutkan ada 'delapan',
yang disandarkan kepada Miqdam ibn Ma'di Karb. Dia mengatakan bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Orang yang syahid di sisi Allah mendapat
delapan keistimewaan."
3. Bacaan Al-Qur'an
Ibnu 'Abbas ra mengatakan:
Seorang sahabat Rasulullah mendirikan tenda di atas sebuah kuburan,
karena sebelumnya dia tidak tahu bahwa tempat itu adalah kuburan. Pada
waktu itu dia mendengar -dari dalam kubur itu- seseorang membaca surah
al-Mulk sampai khatam. Lalu ia mengadukan hal itu kepada Nabi saw,
"Wahai Rasulullah, aku mendirikan sebuah tenda di atas sebuah kuburan.
Aku tidak tahu bahwa tempat itu kuburan seseorang. Saat itu aku mendengar
seseorang membaca surah al-Mulk sampai tamat dari dalam kubur itu!"
Rasulullah saw bersabda, "Surah itu menghalangi dan menyelamatkannya
dari azab kubur." (HR. at-Tirmidzi, mengatakan bahwa hadits tersebut hasan
gharib)
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda, "Siapa membacanya
(Surah al-Mulk) setiap malam, maka surah itu akan membela orang yang
membacanya (dari siksa kubur)." (HR. at-Tirmidzi).Ada hadits yang menyatakan bahwa surah al-Mujadilah menjadi
pelindung dalam kubur, bagi orang yang suka membacanya."
Pada hadits lain disebutkan, "Orang yang membacanya setiap malam
akan selamat dari fitnah kubur."
Syekh Abu al-Abbas Ahmad ibn Umar al-Anshari al-Qurthubi (di
pelabuhan lskandariah) berkata:
Diriwayatkan dari lbrahim ibn Hakam dari bapaknya dari lkrimah dari
lbn 'Abbas ra, beliau berkata kepada seorang laki-laki:23 "Maukah engkau
kuberitahu tentang hadits yang dapat membuatmu gembira?" "Tentu, wahai
lbn 'Abbas, semoga Allah mengasihimu!" lbn 'Abbas berkata, "Hafalkanlah
surah 'tabqarakal tadzi biyadihil mulk'24 dan ajarkan kepada keluargamu,
anak-anakmu, para pembantumu, serta para tetanggamu, karena ia akan
menolong, membantu dan membelamu pada hari kiamat di hadapan Allah.
Dia akan meminta Tuhan untuk menyelamatkan orang yang membacanya
dari azab neraka ketika dia berada di dalamnya dan Allah akan
menye lamatkannya dari azab kubur."
Rasulullah saw bersabda, "Aku senang jika dia ada dalam setiap hati
umatku."
Ahli hadits Abu Abdullah ibn Ibrahim al-Anshari at-Talmasani
menyampaikan kepada kami dari (gurunya yang mulia) Abu Muhammad
Yunus dari Abu al-Waqt. Beliau berkata, "Orang yang membaca'Qul huwa
Allahu Ahadzs ketika naza' (sakit ketika menghadapi kematian) akan
terhindar dari azab kubur."
4. Musibah Sakit
Abu Hurairah ra meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah saw,
"Orang yang mati karena sakit akan mati dalam keadaan syahid. Dia selamat
dari azab kubur dan setiap pagi sakit sedangkan sore diberi rezeki dari
surga." (HR. Ibnu Majah)
Jami' ibn Syaddad menyampaikan sebuah hadits dari Abdullah ibn
Yasar: Ketika aku duduk dekat Sulaiman ibn Shard dan Khalid ibn
'Urfathah, keduanya menyebut tentang seorang laki-laki yang mati karena sakit perut. Saat itu keduanya ingin melihat jenazahnya. Salah seorang
berkata kepada temannya, "Bukankah Rasulullah saw bersabda, "Orang
yang mati karena sakit perut tidak akan disiksa dalam kuburnya." (HR. an￾Nasa'i)
Abu Daud ath-Thayalisi menyebutkan hadits tersebut dalam Musnad￾nya: Syu'bah menyampaikan hadits itu kepada kami dariJami' ibn Syaddad,
lalu dia menyebutkannya dan menambahkannya. Kemudian yang lain
berrkata, "Betul."
5. Wektu yang Baik
Rabiah ibn Saif meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah ibn Umar
ra: Dia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang Muslim yang
mati pada hari Jum'at atau malam Jum'at akan dijauhkan dari fitnah kubur
oleh Allah." (HR. at-Tirmidzi) Beliau menyatakan hadits ini hasan gharib
munqathi.26
Menurutku -dalam kitab Nm'adir al-Ushul- Abu Abdullah at-Tirmidzi
meriwayatkan hadits tersebut dengan sanad yang bersambung dari Rabiah
ibn Saif al-lskandaridari lyadh ibn'Uqbah al-FihridariAbdullah ibn Umar,
yang berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang mati
pada hari Jum'at atau malam Jum'at akan diselamatkan dari fitnah kubur."
(HR. at-Tirmidzi)
Ali ibn Ma'bad meriwayatkan dari Abdullah ibn Umar ra, beliau
berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang wafat pada
hari Jum'at atau malam Jum'at akan selamat dari fitnah kubur."
Dalam riwayat dari Abu Nu'aim al-Hafidz dari Muhammad ibn
Munkadir dari Jabir ra, beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Siapa yang mati pada malam Jum'at atau hari Jum'at akan selamat dari
siksa kubur, dan pada hari kiamat dia akan datang dengan cap syuhada (di
mukanya)."
Hadits tersebut hanya dari perkataan Jabir dan Muhammad.
Diriwayatkan secara tersendiri oleh Umar ibn Musa al-Wajihi (penduduk
Madinah dengan kualifikasi sedikit kelemahan [/irn]) dari Muhammad dari
JabirTidak Kontradisksi dengan Hadits Terdahulu
Aku menyatakan: Bab ini tidak bertentangan dengan bab-bab yang
telah dikemukakan sebelumnya, bahkan memberi kekhususan dan penjelasan
tentang orang yang tidak akan ditanya dan tidak bebas dari fitnah kubur.
Juga terbebas dari semua ketakutan (ketika berada dalam kubur). Semuanya
tidak dapat dikiaskan (dianalogikan) dan dirasionalkan. Semuanya harus
dapat diterima, karena berasal dari perkataan Nabi saw.
Ibn Majah (dalam kitab Sunan-nya) meriwayatkan sebuah hadits dari
Jabir. Beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Ketika mayat
telah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka sinar matahari menyinari
kuburnya dari arah barat. Kemudian dia duduk dan mengusapngusap
matanya dan berkata, 'Biarkan aku shalat'."
Mungkin orang ini salah satu yang dilindungi dari fitnah kubur.
Hadits itu juga tidak bertentangan dengan hadits-hadits sebelumnya,
alhamdulillah.
Beragam Mati Syahid
Rasulullah memberikan komentar kepada orang yang mati syahid
dengan ungkapan, "Cukup kilatan pedang atas kepalanya sebagai fitnah."
At-Tirmidzi memberikan ulasan yang bijak tentang hadits ini. Beliau
berkata:
Makna perkataan Nabi tersebut adalah, "Jika orang-orang yang mati
adalah orang-orang munafik, maka saat bertemu dua pasukan besar dalam
peperangan dan pedang-pedang mereka berkilatan secara spontan, maka
mereka akan lari, karena memang begitu perilaku orang munafik; lari dan
bersembunyi saat itu. Namun jika orang Mukmin rela mengorbankan dan
menyerahkan dirinya kepada Allah maka dia akan bangkit -dengan semangat
yang bergelora- untuk mempertahankan agama Allah dan menegakkan
kalimat-Nya. Jadi di sini sangat jelas kebenaran isi hatinya, dimana ia
berangkat untuk perang dan gugur dalam pertempuran. Lantas mengapa dia
harus ditanya dalam kuburnya?"
Menurutku: Jika orang yang syahid tidak ditanya, maka apalagi orang￾orang yang shiddiiq (orang-orang yang suka kepada kebenaran) yang
kedudukannya lebih tinggi dan pahalanya lebih besar daripada mereka. Jadi
mereka lebih pantas untuk tidak diuji, karena AIlah mendahulukan
penyebutannya dalam Al-Qur'an daripada para syuhada; Mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oteh Allah,
yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid danorung-orang, shalih. Dan mereka itulah teman yang.sebaik-baiknya." (QS.
an-Nisa': 69)
Para murabith (orangyang berjaga-jaga dari musuh) yang martabatnya
lebih rendah daripada orang yang syahid tidak diuji dalam kuburnya, apalagi
orang yang lebih tinggi martabatnya daripada murabith dan orang yang
syahid? Wallahu a'lam.
Nabi saw bersabda, "Siapa yang mati karena sakit akan mati syahid."
Yaitu orang yang sakit selama setahun. Tapi pada hadits lain dibatasi, "Siapa
yang mati karena sakit perut." Dalam hal tersebut ada dua pendapat:
Pendapat pertama: Kata 'penyakit' pada hadits tersebut dimaksudkan
untuk orang yang menderita penyakit muntaber (diare). Orang Arab
menyebutnya 'ia memegang perutnya' ketika jatuh sakit dan sering buang air
besar. Jika tidak diobati maka sakitnya akan bertambah buruk.
Pendapat kedua: Maksud hadits tersebut adalah orang yang
menderita penyakit busung air. Pendapat ini lebih kuat, karena orang Arab
menghubungkan kematiannya dengan perutnya, yakni penyakit di dalam
perut seseorang. Penderita busung airjarang sekali yang meninggal, kecuali
dibarengi dengan penyakit muntaber atau rusaknya perut. Dengan demikian
seakan-akan dua sifat terkumpul di dalamnya. Tanda syahid bagi mayat
(selain perutnya) adalah akal yang masih berfungsi (sadar), pikiran yang
tetap ada (hingga dia meninggal).
Demikian pula penderita penyakit lumpuh (stroke), yang
menyebabkan kematian adalah kerusakan tubuh. Semua mati secara
berangsur-angsur, bukan mendadak (karena racun atau zal berbahaya
lainnya, tertimpa beban berat, radang paru-paru, demam siang-malam,
kencing batu, atau kehilangan akal karena beratnya rasa sakit). Sedangkan
saat itu keadaannya sebaliknya; ketika akan mati pikirannya masih ada
(masih sadar) dan dia mengetahuinya wallahu a'lam.
Meninggal ketika Selesainya Bulan Ramadhan, Hari Arafah dan setelah
Berzekat
Abu Nu'aim meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah ibn
Muhammad dari Ibn Sa'id dari Muhammad ibn Harb al-Wasithi yang
menyampaikannya dari Nashr ibn Hammad dari Hammam dari Muhammad
ibn Hujadah dari Thalhah ibn Musharrif yang didengarnya dari Khaitsamah
ibn Abdurrahman yang meriwayatkannya dari Ibn Mas'ud, bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang matinya bertepatan dengan selesainya
bulan Ramadhan maka akan masuk surga. Siapa yang matinya bertepatan
dengan selesainya hari Arafah maka akan masuk surga. Siapa yang matinya
bertepatan setelah habis membayar za\at maka akan masuk surga." Hadits
ini hanya diriwayatkkan oleh Thalhah dan hanya bersumber dari Nashr dari
Hammam. r
Setiap Pagi dan Sore Mayat Diperlihatkan Tempatnya di Akhirat
' lbn Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda. "Ketika
salah seorang dari kamu meninggal, maka akan diperlihatkan kepadanya
tempatnya (di akhirat kelak) setiap pagi dan sore. Jika dia termasuk ahli
surga maka diperlihatkan tempatnya di surga, tetapi jika termasuk ahli
neraka maka diperlihatkan tempatnya di neraka. Lalu dikatakan kepadanya,
"lni tempatmu hingga Allah membangkitkanmu pada hari kiamat." (HR. al￾Bukharidan Muslim)
Hal Tersebut Termasuk Siksa atau Nikmat
Para ulama memberikan penjelasan terhadap perkataan 'diperlihatkan
kepadanya tempatnya' dan ada yang meriwayatkan 'diperlihatkan
tempatnya' sebagai berikut:
Ini adalah salah satu contoh azabyang besar dan di dunia kita banyak
mengalami contoh seperti itu. Seperti ketika seseorang diperlihatkan
musuhnya atau bermacam-macam siksaan atau seseorang yang menakutinya
meskipun tidak diperlihatkan kepadanya siksaan. Kita berlindung kepada
Allah dari azab dan siksa-Nya dengan kemuliaan dan rahmat-Nya.
Dalam Al-Qur'an disebutkan tentang hak orang kafir,"Kepada mereka
dinampakkan neraka pada pagi dan petang... (QS. Ghafir: 46)
Allah SWT memberitahukan bahwa orang-orang kafir akan
diperlihatkan neraka, sebagaimana diperlihatkan surga kepada ahlus sa'adah
(orang Mukmin) dengan khabar yangshahih di dalamnya.
Apakah surga diperlihatkan kepada semua orang Mukmin? Benar, tapi
khusus orang Mukmin yang sempurna imannya dan orang yang
diselamatkan oleh Allah dari neraka. Orang yang terkena ancaman Allah
(yaitu orang yang mencampuradukkan amalan baik dengan buruk), akan
diperlihatkan dua tempat itu sebagaimana dia melihat amalnya pada dua
orang dalam dua waktu atau satu waktu, yaitu buruk dan baik. Dapat juga
dipahami bahwa yang dimaksud dengan ahli surga adalah semua orang
punya kesempatan untuk mendapatkannya, wallahu a'lam.
Apakah Penampakan itu Dirasakan oleh Jasad?
Kemudian dipertanyakan, apakah tempatnya itu diperlihatkan kepada
arwahnya? Boleh jadi dengan sebagian badannya atau seluruh jasadnya,
karena waktu itu dikembalikan ruhnya ke dalam jasadnya di dalam kubur,
sama halnya ketika arwahnya dikembalikan ke dalam jasadnya (ketika dua
orang malaikat menyuruhnya duduk untuk menjawab pertanyaan).
Kemudian dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu di neraka! Allah telah
menukarnya dengan sebuah tempat di surga." Bagaimanapun keadaannya,
siksaan itu dapat dirasakan oleh seseorang, sakit dan pedihnya serta
suasananya yang dahsyatjuga dapat dirasakan.
Beberapa ulama memberikan contoh tentang siksaan terhadap ruh ini,
yakni seperti orang yang sedang tidur. Jadi ruhnya menerima azab dan
nikmat. walaupun jasadnya tidak merasakannya sama sekali.
Abdullah ibn Mas'ud berkata, "Arwah para pengikut Fir'aun berada
dalam perut burung yang hitam dan mereka diperlihatkan neraka setiap hari
sebanyak dua kali. Dikatakan kepada mereka, "lnilah tempat kalian!"
Allah berfirman: Neraka diperlihatkan kepada mereka setiap pagi dan
petang.
Syu'bah meriwayatkan sebuah riwayat dari Ya'la ibn 'Atha dari
Maimun ibn Maisarah, dia berkata, "Apabila pagi telah datang maka Abu
Hurairah ra berseru, 'Petang telah datang. Segala puji bagi Allah. Telah
diperlihatkan neraka kepada pengikut Fir'aun'. Dia hanya mendengar Abu
Hurairah ra memohon perlindungan kepada Allah dari azab neraka." Dan
sungguh dikatakan, "Arwah mereka berada dalam batu besar hitam di bawah
bumi yang ketujuh, di tepi Jahannam, dalam perut burung hitam." Istilah
pagi dan petang hanya dikaitkan kepada kebiasaan kita, karena di akhirat
tidak ada pagi dan petang.
Allah SWT berfirman: Bagi mereka rezekinya di surga itu tiap-tiap
pagi dan pelazg. (QS. Maryam: 62)
Insya Allahjawaban terhadap dua hal ini akan dijelaskan satu-persatu
dalam pembahasan tentang keadaan surga.
Hanya Anvah Para Syuhada yang Berada dalam Surga
Ibn Umar meriwayatkan,