tawarikh ester 19

Kamis, 30 Januari 2025

tawarikh ester 19



 aria menetapkan hati untuk menghalangi pekerjaan itu.  

I. Mereka menawarkan diri untuk menjadi rekan dalam membangun Bait 

Suci, supaya mereka mendapatkan kuasa untuk menghambatnya. 

namun  mereka ditolak (ay. 1-3).  

II. Mereka melemahkan semangat orang Israel dalam membangun Bait 

Suci, dan menghalangi orang Israel melakukannya (ay. 4-5).  

III. Mereka secara hina menjelek-jelekkan pekerajan itu, dan para 

pekerjanya, kepada raja Persia, melalui surat yang mereka kirimkan 

kepadanya (ay. 6-16).  

IV. Mereka memperoleh perintah dari sang raja untuk menghentikan 

pembangunan itu (ay. 17-22), yang mereka laksanakan dengan segera 

(ay. 23-24).  

Perlawanan yang Dibuat terhadap Orang Yahudi 

(4:1-5) 

1 Ketika lawan orang Yehuda dan Benyamin mendengar, bahwa orang-orang yang pulang 

dari pembuangan itu sedang membangun Bait Suci bagi TUHAN, Tuhan  Israel, 2 maka 

mereka mendekati Zerubabel serta para kepala kaum keluarga dan berkata kepada 

mereka: “Biarlah kami turut membangun bersama-sama dengan kamu, sebab  kami pun 

berbakti kepada Tuhan mu sama seperti kamu; lagipula kami selalu mempersembahkan 

korban kepada-Nya sejak zaman Esar-Hadon, raja Asyur, yang memindahkan kami ke 

mari.”  

3 namun  Zerubabel, Yesua dan para kepala kaum keluarga orang Israel yang lain berkata 

kepada mereka: “Bukanlah urusan kita bersama, sehingga kamu dan kami membangun 

rumah bagi Tuhan  kami, sebab  kami sendirilah yang hendak membangun bagi TUHAN, Tuhan  

Israel, seperti yang diperintahkan kepada kami oleh Koresh, raja negeri Persia.” 4 Maka 

penduduk negeri itu melemahkan semangat orang-orang Yehuda dan membuat mereka 

takut membangun. 5 Bahkan, selama zaman Koresh, raja negeri Persia, sampai zaman 


 

634 

pemerintahan Darius, raja negeri Persia, mereka menyogok para penasihat untuk melawan 

orang-orang Yehuda itu dan menggagalkan rancangan mereka. 

Di sini kita mendapati sebuah contoh tentang perseteruan lama yang ada antara 

keturunan sang wanita  dan keturunan si ular. Bait Tuhan  tidak boleh 

dibangun, atau Iblis akan murka, dan alam maut akan berusaha memeranginya.  

Demikian pula halnya, kerajaan Injil akan didirikan dengan banyak pergumulan 

dan perlawanan. Dalam hal ini kemuliaan rumah Tuhan  yang kemudian lebih 

besar dibandingkan  kemuliaan rumah Tuhan  yang terdahulu. Dan rumah Tuhan  yang 

kedua ini lebih merupakan perlambang dari rumah jemaat Kristus, sebab 

Salomo membangun Bait Sucinya ketika tidak ada lagi lawan dan tidak ada lagi 

malapetaka menimpa (1Raj. 5:4). Sebaliknya, Bait Suci yang kedua ini dibangun 

kendati dengan perlawanan besar yang dibuat. Dalam menyingkirkan dan 

mengalahkan perlawanan itu, dan dalam menuntaskan pekerjaan itu secara 

sempurna pada akhirnya, hikmat, kuasa, dan kebaikan Tuhan  amat dimuliakan, 

dan jemaat didorong untuk percaya kepada-Nya.  

I. Para pekerjanya di sini disebut sebagai orang-orang yang pulang dari 

pembuangan (ay. 1), yang membuat mereka tampak sangat hina. Mereka 

baru saja pulang dari pembuangan, dilahirkan dalam pembuangan, masih 

memiliki tanda-tanda pembuangan pada diri mereka. Kendati mereka 

sekarang bukan lagi orang buangan, namun mereka tetap berada di bawah 

kendali orang-orang yang belum lama ini pernah menawan mereka. Israel 

yaitu  anak Tuhan , anak-Nya yang sulung. namun  oleh pelanggaran mereka, 

mereka telah menjual dan memperbudak diri mereka sendiri, sehingga 

menjadi anak-anak buangan. Akan namun , tampaknya, dengan menyadari 

bahwa mereka yaitu  orang-orang buangan, mereka terdorong untuk segera 

melakukan pekerjaan ini, sebab oleh pengabaian mereka terhadap Bait 

Sucilah maka mereka kehilangan kebebasan mereka.  

II. Para penentang pembangunan Bait Suci itu dikatakan di sini sebagai lawan 

orang Yehuda dan Benyamin, bukan orang Kasdim atau Persia. Mereka sama 

sekali tidak mengusik orang Yehuda dan Benyamin – “biarkanlah mereka 

membangun, dan kami persilakan mereka melakukannya,” melainkan sisa-

sisa dari sepuluh suku, dan orang-orang asing yang telah bergabung dengan 

mereka. Orang-orang ini telah menambal sulam agama campuran itu, yang 

penjelasannya kita baca dalam 2 Raja-raja 17:33. Mereka berbakti kepada 

TUHAN, namun  dalam pada itu mereka beribadah kepada Tuhan  

mereka. Mereka disebut penduduk negeri (ay. 4). Musuh-musuh terburuk 

Kitab Ezra 4:1-5 

 

635 

yang dimiliki Yehuda dan Benyamin yaitu  orang-orang yang menyebut diri 

mereka orang Yahudi, namun  yang sebenarnya tidak demikian (Why. 3:9). 

III. Perlawanan yang diberikan orang Samaria banyak mengandung kelicikan si 

ular tua. Ketika mendengar bahwa Bait Suci sedang dibangun, mereka segera 

sadar bahwa hal tersebut akan menjadi hantaman yang mematikan bagi 

takhayul mereka, maka mereka pun menetapkan hati untuk menentangnya. 

Mereka tidak memiliki kekuasaan untuk melakukannya dengan paksa, namun  

mereka mencoba segala macam cara yang dapat mereka coba untuk 

melakukannya dengan berhasil.  

1. Orang Samaria menawarkan jasa mereka untuk turut membangun 

bersama orang Israel, sebab  hanya dengan cara demikian mereka dapat 

memperoleh kesempatan untuk menghambat pekerjaan itu, sementara 

mereka berpura-pura untuk memajukannya. Nah,  

(1) Tawaran mereka cukup masuk akal, dan terlihat baik: “Kami akan 

turut membangun bersama-sama dengan kamu, akan membantumu 

membuat rancangannya, dan akan menyumbang pembiayaannya, 

sebab  kami pun berbakti kepada Tuhan mu sama seperti kamu” (ay. 2). 

Ini tidak benar, sebab, kendati mereka berbakti kepada Tuhan  yang 

sama, mereka tidak berbakti kepada Dia saja, tidak berbakti kepada-

Nya menurut cara yang ditetapkan-Nya, dan sebab  itu tidak 

berbakti kepada-Nya seperti yang dilakukan oleh orang Israel. Dalam 

hal ini mereka merancang, jika memungkinkan, untuk menghambat 

pembangunan Bait Suci, paling tidak untuk mencegah mereka 

menikmati Bait Suci itu dengan penuh penghiburan. Jika mereka 

tidak dapat memiliki Bait Suci sendiri, maka diusahakan supaya 

pihak lawan pun tidak memiliki Bait Suci, untuk menyembah secara 

murni Tuhan  yang benar, dan Dia saja. Demikianlah, ciuman seorang 

lawan penuh tipu daya. Mulutnya lebih licin dari mentega, namun  ia 

berniat menyerang. Akan namun ,  

(2) Penolakan terhadap pelayanan yang mereka tawarkan sangatlah 

wajar (ay. 3). Para kepala kaum keluarga orang Israel segera sadar 

bahwa mereka tidak bermaksud baik, apa pun itu kepura-puraan 

mereka, namun  sungguh bermaksud jahat terhadap mereka. Oleh 

sebab  itu, kendati cukup perlu bantuan seandainya bantuan itu 

dapat diterima tanpa rasa khawatir, para kepala orang Israel mem-

beri tahu mereka dengan tegas, “Ini bukanlah urusan kita 

bersama, tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini. Kalian 


 

636 

bukanlah orang Israel sejati atau penyembah Tuhan  yang setia. Kamu 

menyembah apa yang tidak kamu kenal (Yoh. 4:22). Kalian bukanlah 

orang-orang yang dengannya kami berani bersekutu, sebab  itu 

biarlah kami sendiri yang membangunnya.” Orang Israel tidak 

menyerukan hukum Tuhan  mereka kepada orang Samaria, yang 

melarang mereka untuk berbaur dengan orang-orang asing, kendati 

itulah hal yang terutama ada dalam benak mereka. Sebaliknya, 

mereka menyerukan apa yang akan lebih diperhatikan oleh orang-

orang itu, yaitu perintah raja, yang ditujukan hanya kepada mereka: 

“Raja Persia telah memerintahkan kami untuk membangun rumah 

ini, dan kami akan menyangsikan dan menghina dia jika kami 

meminta bantuan asing.” Perhatikanlah, dalam melakukan kebaikan, 

kita perlu cerdik seperti ular, dan juga tulus seperti burung merpati. 

Dan kita perlu, seperti yang dikatakan selanjutnya dalam Kitab 

Matius itu, waspada terhadap semua orang (Mat. 10:16-17). Kita 

harus berhati-hati dengan siapa kita bergaul dan kepada siapa kita 

bergantung. Selama kita percaya kepada Tuhan  dengan penuh ke-

yakinan dan kesalehan, kita harus percaya kepada manusia dengan 

penuh kewaspadaan dan kehati-hatian.  

2. Ketika rencana ini gagal, orang Samaria melakukan apa yang dapat 

mereka lakukan untuk mengalihkan perhatian orang Yahudi dari 

pekerjaan itu dan mengecilkan hati mereka dalam mengerjakannya. 

Orang Samaria melemahkan semangat orang Yahudi dengan memberi 

tahu mereka bahwa sia-sia saja untuk membangun Bait Suci itu, dengan 

menyebut mereka pembangun yang bodoh, yang memulai apa yang tidak 

sanggup mereka selesaikan. Dan melalui banyak sindiran, orang Samaria 

menyusahkan hati orang Yahudi, dan membuat mereka berat untuk 

bekerja. Tidak semua orang sama-sama bersemangat dalam 

mengerjakannya. Mereka yang dingin dan acuh tak acuh dibuat mundur 

dari pekerjaan itu oleh upaya-upaya licik ini (ay. 4). Dan sebab  apabila 

orang Samaria sendiri yang mengatakannya, maka orang Yahudi akan 

curiga bahwa mereka bermaksud buruk, dan orang Yahudi sendiri tidak 

akan terpengaruh olehnya, maka mereka pun dengan licik menyogok 

para penasihat untuk melawan orang-orang Yehuda itu. Mereka berpura-

pura menasihati orang-orang Yehuda untuk mendapatkan apa yang 

terbaik, namun sebenarnya mereka hendak mencegah orang-orang 

Yehuda melanjutkan pekerjaan itu, dan dengan demikian menggagalkan 

rancangan mereka (ay. 5), atau mencegah orang-orang Tirus dan Sidon 

mengirimkan kepada mereka kayu yang telah mereka pesan (3:7). Atau 

Kitab Ezra 4:1-5 

 

637 

urusan apa saja yang dimiliki orang Yahudi di istana Persia, untuk 

meminta suatu pemberian atau bantuan tertentu, sesuai dengan 

maklumat bagi kebebasan mereka, ada orang-orang yang disuap dan 

siap untuk tampil menentang mereka. Janganlah heran akan kegencaran 

musuh-musuh jemaat dalam usaha mereka untuk menentang 

pembangunan Bait Suci Tuhan . Iblis yang mereka layani, dan yang 

pekerjaannya sedang mereka kerjakan, tidak lelah berjalan mengelilingi 

dan menjelajah bumi untuk berbuat kejahatan. Dan biarlah orang-orang 

yang melemahkan suatu pekerjaan baik, dan mematahkan semangat 

mereka yang bekerja di dalamnya, menyadari teladan siapa yang mereka 

ikuti. 

Orang Yahudi Difitnah 

(4:6-16) 

6 Pada zaman pemerintahan Ahasyweros, pada permulaan pemerintahannya, mereka 

menulis surat tuduhan terhadap orang-orang yang telah menetap di Yehuda dan di 

Yerusalem. 7 Dan pada zaman Artahsasta ditulislah surat oleh Bislam, Mitredat dan Tabeel 

serta rekan-rekannya yang lain kepada Artahsasta, raja negeri Persia. Naskah surat itu 

ditulis dalam bahasa Aram dengan terjemahannya. (Dalam bahasa Aram:) 8 Rehum, 

bupati, dan Simsai, panitera, telah menulis surat terhadap Yerusalem kepada raja 

Artahsasta, yang isinya sebagai berikut. 9 – Pada waktu itu ditulislah surat itu oleh Rehum, 

bupati, dan Simsai, panitera, serta rekan-rekan mereka yang lain, para hakim dan 

punggawa dan pegawai-pegawai, orang Persia, orang-orang dari Erekh, dari Babel serta 

orang-orang dari Susan, yaitu orang-orang Elam,  

10 dan bangsa-bangsa lain, yang oleh Asnapar yang agung dan mulia itu dipindahkan dan 

disuruh menetap di kota Samaria dan di daerah yang lain sebelah barat sungai Efrat. 11 

Inilah salinan surat yang dikirim mereka kepadanya: “Ke hadapan raja Artahsasta dari 

hamba-hamba tuanku, orang-orang di daerah sebelah barat sungai Efrat. Maka 12 kiranya 

raja maklum, bahwa orang-orang Yahudi, yang berangkat dari tuanku ke tempat kami, 

telah tiba di Yerusalem. Mereka sedang membangun kembali kota yang durhaka dan jahat 

itu; mereka menyelesaikan pembangunan tembok-tembok dan memperbaiki dasarnya. 13 

Kiranya raja maklum, bahwa jikalau kota itu sudah dibangun dan tembok-temboknya 

sudah selesai, orang tidak lagi membayar pajak, upeti atau bea, sehingga kota itu akhirnya 

mendatangkan kerugian kepada raja-raja. 14 Sekarang, oleh sebab  kami mempunyai hu-

bungan dengan raja dan tidak patut bagi kami melihat raja kena cela, maka oleh sebab itu 

kami menyuruh orang memberitahukan hal itu kepada raja, 15 supaya diadakan 

penyelidikan dalam kitab riwayat nenek moyang tuanku. Di dalam kitab riwayat itu 

tuanku akan mendapati dan mengetahui, bahwa kota itu kota durhaka, yang selalu 

mendatangkan kerugian kepada raja-raja dan daerah-daerah, dan bahwa orang selalu 

mengadakan pemberontakan di dalamnya sejak zaman dahulu. Itulah sebabnya maka 

kota itu dibinasakan. 16 Kami ini memberitahukan kepada raja, bahwa jikalau kota itu 

sudah dibangun kembali dan tembok-temboknya sudah selesai, maka bagi tuanku kelak 

tidak ada lagi milik di daerah sebelah barat sungai Efrat.” 

Koresh dengan teguh berpihak pada kepentingan orang-orang Yahudi, dan 

menyokong apa yang sudah diberikannya sendiri kepada mereka. Tidak ada 

gunanya mencoba berbuat apa saja kepada sang raja supaya mencabut kembali 


 

638 

dukungannya. Apa yang telah dilakukannya berasal dari dasar pandangan yang 

baik, dan dalam rasa takut akan Tuhan , dan sebab  itu ia tetap berpegang teguh 

padanya. Akan namun , kendati lama pemerintahannya secara keseluruhan yaitu  

30 tahun, namun setelah penaklukan Babel, dan maklumatnya untuk 

membebaskan orang-orang Yahudi, sebagian penafsir berpendapat bahwa dia 

memerintah hanya selama tiga tahun saja, sedang  menurut sebagian yang 

lain tujuh tahun. Kemudian dia meninggal atau menyerahkan sisa 

pemerintahannya itu, di mana penerusnya yaitu  Ahasyweros (ay. 6), yang 

disebut pula Artahsasta (ay. 7), yang diduga merupakan orang yang sama 

dengan orang yang oleh penulis kafir disebut Kambisus. Ia tidak pernah memberi 

perhatian yang begitu rupa terhadap orang-orang Yahudi yang terhina, hingga 

harus ambil peduli terhadap nasib mereka. Ia juga tidak memiliki pengetahuan 

tentang Tuhan  Israel yang dimiliki oleh pendahulunya. Kepada dialah orang-

orang Samaria ini menulis surat untuk meminta diberi sebuah perintah untuk 

menghentikan pembangunan Bait Suci. Dan mereka melakukannya pada 

permulaan pemerintahannya, sebab mereka bertekad untuk tidak membuang-

buang waktu ketika mereka menyadari bahwa ada seorang raja yang dapat men-

dukung tujuan mereka. Lihatlah betapa sigapnya musuh-musuh jemaat dalam 

mengambil kesempatan pertama untuk berbuat kejahatan kepadanya. Maka 

janganlah sahabat-sahabat jemaat kurang sigap untuk berbuat kebaikan 

kepadanya. Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Maksud umum dari surat yang mereka kirimkan kepada sang raja, untuk 

memberitahukan kepadanya tentang masalah ini. Surat itu disebut (ay. 

6) surat tuduhan terhadap orang-orang yang telah menetap di Yehuda dan di 

Yerusalem. Iblis yaitu  pendakwa saudara-saudara kita (Why. 12:10). Dia 

melanjutkan rancangan-rancangan jahatnya terhadap mereka, tidak hanya 

dengan menuduh mereka di hadapan Tuhan , seperti yang dilakukannya ter-

hadap Ayub, namun  juga dengan bertindak sebagai roh dusta di dalam mulut 

antek-anteknya. Iblis memakai antek-anteknya itu untuk menuduh saudara-

saudara kita di hadapan para hakim dan raja, dan untuk membuat mereka 

dibenci oleh banyak orang dan dipandang meresahkan bagi yang berkuasa. 

Janganlah heran jika tipu daya yang sama masih digunakan untuk 

menjatuhkan kesalehan yang sungguh-sungguh. 

II. Orang-orang yang terkait dalam penulisan surat ini. Para penggagas yang 

merencanakan hal itu disebutkan namanya (ay. 7), para penulis yang 

menuangkannya dalam surat (ay. 8), dan para pendukung (ay. 9) yang 

Kitab Ezra 4:1-5 

 

639 

menyetujuinya dan bergabung bersama mereka dalam surat penjelasan ini, 

penjelasan yang keliru saya harus menyebutnya. Sekarang lihatlah di sini,  

1. Bagaimana para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN 

dan Bait Suci-Nya, bersama dengan rekan-rekan mereka. Pembangunan 

Bait Suci tidak akan mencelakakan mereka, namun mereka maju untuk 

menentangnya dengan kekhawatiran dan kebencian yang sejadi-jadinya, 

mungkin sebab  para nabi Tuhan  Israel telah bernubuat akan men-

dahsyatkan dan melenyapkan para Tuhan  bangsa kafir (Zef. 2:11; Yer. 

10:11).  

2. Bagaimana rakyat sepakat dengan mereka dalam mereka-reka perkara 

yang sia-sia ini. Rakyat mengikuti seruan itu, kendati tidak tahu baik 

buruknya perkara itu. Semua wilayah jajahan itu (sembilan di antaranya 

disebutkan di sini), yang diberi nama berdasarkan tempat asal mereka di 

kota-kota atau desa-desa Asyur, Kasdim, Persia, dan lain-lain, 

mengulurkan tangan mereka, melalui perwakilan mereka, untuk 

mendukung surat ini. Mungkin mereka marah terhadap orang-orang Ya-

hudi yang kembali ini, sebab  banyak orang dari kesepuluh suku itu 

tinggal di antara mereka, yang wilayahnya sudah mereka duduki. Oleh 

sebab  itu mereka merasa khawatir, jangan-jangan orang-orang itu 

berupaya mengambil kembali wilayah itu nanti. 

III. Salinan surat itu sendiri, yang disisipkan Ezra di sini dari arsip kerajaan 

Persia, tempat penyimpanan salinan surat itu. Dan syukurlah kita memiliki 

salinan tersebut, sehingga kita dapat melihat dari mana orang menyalin 

cara-cara yang serupa, yang masih digunakan untuk membahayakan orang-

orang baik dan menggagalkan rancangan-rancangan baik. 

1.  Orang Samaria menggambarkan diri mereka sebagai orang-orang yang 

sangat setia kepada pemerintah, dan sangat peduli terhadap kehormatan 

dan kepentingannya. Dan mereka ingin supaya sang raja berpikir bahwa 

ia tidak mempunyai warga yang sedemikian penuh kasih dan kesetiaan 

di seluruh wilayah kekuasaannya seperti mereka, tak ada yang lain yang 

begitu peka akan kewajiban mereka terhadapnya (ay. 14). sebab  kami 

digarami dengan garam istana (demikianlah dalam tafsiran yang agak 

luas), “kami mendapat gaji dari istana, dan tidak dapat hidup tanpanya 

sama seperti daging tidak bisa diawetkan tanpa garam.” Atau, seperti 

menurut sebagian penafsir, bayaran atau upah mereka dikirimkan dalam 

bentuk garam. Atau “sebab  kami telah menerima didikan di dalam 

istana, dan dibesarkan di meja raja,” seperti yang kita jumpai dalam 


 

640 

Daniel 1:5. Mereka ini yaitu  orang-orang yang diniatkan untuk diangkat 

oleh sang raja. Mereka telah makan dari santapan raja. “Nah, dengan 

mempertimbangkan hal ini, tidak patut bagi kami melihat raja kena cela.” 

Oleh sebab  itu, mereka mendesak sang raja untuk menghentikan pem-

bangunan Bait Suci itu, yang tentu akan menjadi cela bagi raja lebih 

dibandingkan  hal lain. Perhatikanlah, permusuhan yang tersembunyi 

terhadap Kristus dan Injil-Nya sering kali ditutupi dengan berpura-pura 

senang kepada kaisar dan kekuasaannya. Orang Yahudi membenci 

pemerintahan Roma, namun, demi memenuhi suatu tujuan, mereka 

dapat berteriak, kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar. Akan 

namun , (dengan merujuk pada hal ini), jika orang-orang yang hidup dari 

sokongan kerajaan menganggap diri mereka terikat rasa terima kasih 

untuk mendukung kepentingannya seperti itu, maka jauh lebih kuat 

alasan bagi kita untuk memiliki rasa peduli yang penuh kesalehan ter-

hadap kehormatan Tuhan . Kita beroleh pemeliharaan dari Tuhan  di sorga 

dan digarami dengan garam-Nya, hidup di atas kelimpahan-Nya dan 

dipelihara oleh penyelenggaraan-Nya. Oleh sebab  itu, tidak patut bagi 

kita melihat Tuhan  kena cela tanpa merasa geram sebab nya dan tanpa 

melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk mencegahnya. 

2. Orang Samaria menggambarkan orang Yahudi sebagai orang-orang yang 

tidak setia, dan berbahaya bagi pemerintahan, bahwa Yerusalem yaitu  

kota yang durhaka dan jahat (ay. 12), yang selalu mendatangkan 

kerugian kepada raja-raja dan daerah-daerah (ay. 15). Lihatlah 

bagaimana Yerusalem, kegirangan bagi seluruh bumi (Mzm. 48:3), di sini 

dicela sebagai aib bagi seluruh bumi. Musuh-musuh jemaat tidak dapat 

melakukan hal-hal buruk yang mereka rancang terhadapnya jika mereka 

tidak terlebih dulu menjelek-jelekkannya. Yerusalem telah menjadi kota 

yang setia terhadap raja-rajanya yang benar, dan para penduduknya 

yang sekarang disukai oleh raja dan pemerintahannya sama seperti para 

penduduk di daerah-daerah lain. Daniel, yang yaitu  seorang Yahudi, 

belum lama ini telah membuktikan dirinya begitu setia kepada rajanya 

sehingga para musuhnya yang terburuk sekalipun tidak dapat menemu-

kan kesalahan dalam perilakunya (Dan. 6:5). Akan namun , demikian pula 

Elia dengan sangat tidak adil dituduh telah menyusahkan Israel, para 

rasul dituduh mengacaukan seluruh dunia, dan Kristus sendiri dituduh 

menyesatkan bangsa dan melarang membayar pajak kepada Kaisar. Dan 

janganlah kita merasa heran jika permainan yang sama masih 

dimainkan. Sekarang di sini,  

Kitab Ezra 4:1-5 

 

641 

(1) Sejarah masa lampau yang digambarkan orang Samaria tentang kota 

itu sungguh menyakitkan, bahwa orang selalu mengadakan 

pemberontakan di dalamnya sejak zaman dahulu, dan itulah sebabnya 

maka kota itu dibinasakan (ay. 15). Tidak dapat disangkal bahwa 

pernyataan ini ada dasarnya, dengan melihat upaya-upaya Yoyakim 

dan Zedekia untuk melepaskan kuk dari raja Babel. Padahal 

seandainya mereka tetap berpegang teguh pada agama mereka dan 

Bait Suci yang sedang mereka bangun sekarang, maka mereka tidak 

akan pernah ditimpa kuk itu. Namun harus dipertimbangkan,  

[1] Bahwa orang Yahudi sendiri, dan nenek moyang mereka, yaitu  

para raja yang berdaulat. Dan segala usaha mereka untuk 

mengembalikan hak-hak mereka, andai kata mereka tidak 

melanggar sumpah, sepanjang yang saya ketahui, akan dapat 

dibenarkan dan juga berhasil, seandainya mereka mengambil 

cara yang benar dan berdamai dengan Tuhan  terlebih dahulu.  

[2] Kendati orang-orang Yahudi ini, dan raja-raja mereka, telah 

bersalah atas pemberontakan, namun tetap tidak benar untuk 

menempelkan cap yang tak terhapuskan itu atas kota ini, seolah-

olah kota itu selama-lamanya harus dikenal dengan nama kota 

yang durhaka dan jahat. Orang-orang Yahudi, dalam 

pembuangan mereka, telah memberikan contoh perilaku yang 

begitu baik, sehingga bagi orang-orang yang berakal sehat, hal 

itu sudah memadai untuk menghapuskan satu cela tersebut. 

Sebab mereka diperintahkan (dan beralasan bagi kita untuk 

berharap bahwa mereka melaksanakan perintah tersebut) untuk 

mengusahakan kesejahteraan kota ke mana mereka 

dibuang dan berdoa kepada TUHAN untuk kota itu (Yer. 29:7). 

Oleh sebab  itu tidaklah adil, kendati bukannya tidak lazim, 

untuk menimpakan kesalahan orangtua kepada anak-anak. 

(2) Keterangan yang disampaikan orang Samaria tentang apa yang 

sedang terjadi sekarang jelas-jelas salah dan tidak sesuai kenyataan. 

Betapa dengan sangat hati-hati mereka memberi tahu sang raja 

bahwa orang-orang Yahudi telah membangun tembok-tembok kota 

ini. Bahkan, bahwa mereka telah menyelesaikannya (demikian dalam 

tafsiran yang agak luas) dan memperbaiki dasarnya (ay. 12), padahal 

ini jauh dari kenyataan. Mereka baru saja mulai membangun Bait 

Suci, yang telah diperintahkan oleh Koresh untuk mereka lakukan. 

namun , mengenai tembok-tembok, belum ada sesuatu yang 


 

642 

diselesaikan atau hendak diperbaiki, seperti yang tampak melalui 

keadaannya bertahun-tahun sesudahnya (Neh. 1:3), bahwa 

semuanya menjadi reruntuhan. Apakah yang diberikan kepadamu 

dan apakah yang ditambahkan kepadamu, hai lidah penipu, bahkan, 

yang lebih buruk lagi, hai pena penipu? Tidak diragukan lagi, mereka 

akan terkena panah-panah yang tajam dari pahlawan, dan bara kayu 

arar (Mzm. 120:3-4). Seandainya segala kebajikan dan kehormatan 

tidak benar-benar hilang dari mereka, mereka tidak akan 

menuliskan kepada raja apa yang diketahui oleh semua tetangga 

mereka sebagai suatu kebohongan besar. Dan seandainya mereka 

tidak merasa sangat aman dalam menghadap sang raja, tentu mereka 

tidak akan berani menuliskannya (lih.  Ams. 29:12). 

(3) Perkiraan orang Samaria akan akibat-akibat dari pembangunan kota 

itu sama sekali tidak berdasar dan tidak masuk akal. Mereka merasa 

sangat yakin, dan hendak membuat raja percaya pada kata-kata 

mereka, bahwa jika kota ini sudah dibangun, maka bukan saja orang-

orang Yahudi tidak akan membayar pajak, upeti atau bea (ay. 13), 

melainkan juga sebab  kebohongan besar akan segera terucap begitu 

kebohongan kecil disampaikan, bahwa sang raja pun tidak akan 

mendapat milik sama sekali di seberang sungai ini (ay. 16). Dengan 

demikian, semua kota di seberang sungai Efrat ini akan segera 

memberontak, sebab  terpancing oleh contoh mereka. Dan, jika raja 

yang memiliki daerah itu membiarkan hal ini terjadi, maka dia akan 

menjahati bukan hanya dirinya sendiri melainkan juga para 

penerusnya: Kota itu akan mendatangkan kerugian kepada raja-raja. 

Lihatlah bagaimana setiap baris di dalam surat ini mengembuskan 

baik kelicikan maupun maksud jahat dari si ular tua. 

Orang Yahudi Difitnah 

(4:17-24) 

17 Maka raja mengirim surat jawaban ini: “Kepada Rehum, bupati, dan Simsai, panitera, 

serta rekan-rekan mereka yang lain, yang tinggal di Samaria dan di daerah yang lain 

seberang sungai Efrat. Salam! Maka sekarang,  

18 surat yang kamu kirim kepada kami, telah dibacakan kepadaku dengan jelas. 19 Lalu 

atas perintahku telah diadakan penyelidikan, dan didapati, bahwa kota itu sejak zaman 

dahulu selalu bangkit melawan raja-raja dan bahwa penduduknya selalu mendurhaka dan 

memberontak. 20 Lagipula dahulu ada raja-raja yang berkuasa atas Yerusalem, yang 

memerintah seluruh daerah seberang sungai Efrat, dan kepada mereka dibayarlah pajak, 

upeti dan bea. 21 Oleh sebab itu, keluarkanlah perintah, untuk menghentikan orang-orang 

itu, supaya kota itu jangan dibangun kembali, sebelum aku mengeluarkan perintah. 22 Dan 

ingatlah baik-baik supaya jangan kamu perbuat suatu kelalaian dalam perkara ini. Apakah 

Kitab Ezra 4:1-5 

 

643 

gunanya kerusakan yang menjadi kerugian raja-raja itu bertambah besar?” 23 Maka 

setelah salinan surat raja Artahsasta dibacakan kepada Rehum, dan Simsai, panitera, serta 

rekan-rekan mereka, berangkatlah mereka dengan segera ke Yerusalem mendapatkan 

orang-orang Yahudi, dan dengan kekerasan mereka memaksa orang-orang itu menghenti-

kan pekerjaan itu. 24 Pada waktu itu terhentilah pekerjaan membangun rumah Tuhan  yang 

di Yerusalem, dan tetap terhenti sampai tahun yang kedua zaman pemerintahan Darius, 

raja negeri Persia. 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Perintah yang diberikan oleh raja Persia, sebagai jawaban atas pem-

beritahuan yang dikirimkan kepadanya oleh orang Samaria yang menentang 

orang Yahudi. Ia membiarkan dirinya diperdaya oleh tipuan dan kebohongan 

orang Samaria. Ia tidak berusaha memeriksa tuduhan-tuduhan dalam 

permohonan mereka tentang apa yang sedang dilakukan oleh orang Yahudi 

sekarang, namun  menerimanya bagitu saja bahwa tuduhan tersebut benar. 

Dan ia sangat bersedia untuk mengabulkan permintaan mereka dengan 

memberi mereka sebuah perintah untuk mengambil tindakan hukum.  

1. Ia menyelidiki kitab riwayat tentang Yerusalem, dan menemukan bahwa 

kota itu memang telah memberontak melawan raja Babel. Oleh sebab  

itu, sebagaimana mereka menyebutnya, kota itu yaitu  kota yang jahat 

(ay. 19). Dan bahwa di samping itu, pada masa lalu raja-raja telah 

memerintah di sana, dan raja-raja itu menerima upeti dari semua daerah 

di seberang sungai Efrat (ay. 20). Oleh sebab itu, ada bahaya bahwa jika 

mereka mampu, yang sepertinya tidak pernah demikian, mereka akan 

menuntut semua daerah itu kembali. Demikianlah sang raja Persia 

berbicara seperti mereka berbicara, dan berpura-pura memberi suatu 

alasan untuk berbuat demikian. Lihatlah nasib berat para raja, yang 

harus melihat dan mendengar melalui mata dan telinga orang lain, dan 

memberikan penghakiman atas perkara-perkara sebagaimana perkara 

itu digambarkan kepada mereka, meskipun sering kali digambarkan 

secara keliru. Penghakiman Tuhan  selalu adil sebab Dia melihat segala 

sesuatu seperti apa adanya, dan sesuai dengan kebenaran.  

2. Raja Persia menunjuk orang-orang Samaria ini untuk menghentikan 

pembangunan kota itu dengan segera, sampai ada perintah selanjutnya 

yang diberikan tentangnya (ay. 21-22). Baik mereka, dalam surat 

mereka, maupun sang raja, dalam perintahnya, tidak menyebut sama 

sekali tentang Bait Suci, dan pembangunannya. Sebab baik mereka 

maupun sang raja tahu bahwa orang Yahudi tidak hanya mendapat izin, 

namun  juga menerima perintah dari Koresh untuk membangunnya kem-

bali, dan bahkan orang-orang Samaria ini tidak berani mencabutnya. 


 

644 

Mereka hanya menyinggung tentang kota saja: “Janganlah kota itu 

dibangun,” yaitu, sebagai kota dengan tembok-tembok dan pintu-pintu 

gerbang. “Apa pun yang engkau lakukan, cegahlah pembangunan kota 

itu, supaya jangan sampai kerugian raja-raja itu bertambah besar.” Dia 

tidak mau kalau mahkota sampai hilang sebab  dikenakan olehnya.  

II. Bagaimana musuh-musuh orang Yahudi memanfaatkan perintah sang raja 

ini, yang diperoleh dengan cara yang begitu curang. Setelah menerima 

perintah tersebut, berangkatlah mereka dengan segera ke Yerusalem (ay. 23). 

Kaki mereka lari menuju kejahatan (Ams. 1:16). Mereka tidak sabar melihat 

para pembangun Bait Suci itu dikenakan larangan ini, yang mereka 

keluarkan sebagai surat perintah untuk memaksa orang-orang itu 

menghentikan pekerjaan itu dengan kekerasan. Sama seperti mereka telah 

menyalahgunakan kepercayaan sang raja dalam memperoleh perintah ini 

melalui keterangan palsu mereka, demikian pula mereka menyalahgunakan 

kepercayaannya dalam melaksanakan perintah itu. Sebab perintah itu hanya 

untuk mencegah pembangunan tembok-tembok kota, namun , sebab  pada 

pihak mereka ada kekuatan dan kekuasaan, mereka memperluas perintah 

itu pada Bait Suci. Sebab pada Bait Sucilah mereka mempunyai maksud jahat, 

dan mereka hanya memerlukan suatu dalih untuk mencegah 

pembangunannya. Memang ada pernyataan umum dalam surat perintah itu, 

untuk menghentikan orang-orang itu, yang merujuk pada keluhan mereka 

tentang pembangunan tembok-tembok kota. namun  mereka menerapkannya 

pada pembangunan Bait Suci. Lihatlah betapa perlunya kita berdoa, bukan 

hanya untuk raja-raja, melainkan juga untuk semua pembesar di bawah 

mereka, dan para pemimpin yang diutus oleh mereka. Sebab ketenangan dan 

ketenteraman hidup kita, dalam segala kesalehan dan kehormatan, banyak 

bergantung pada kelurusan hati dan hikmat dari para pejabat rendah, 

seperti juga dari para pejabat tinggi. Akibatnya yaitu  bahwa terhentilah 

pekerjaan membangun rumah Tuhan  untuk sementara waktu, melalui 

kekuatan dan kekurangajaran orang-orang yang memusuhi pekerjaan itu. 

Dan dengan demikian, melalui sikap dingin dan acuh tak acuh dari sahabat-

sahabat yang mendukung pekerjaan itu, pembangunan Bait Suci terhenti 

sampai tahun yang kedua zaman pemerintahan Darius Histaspes. Sebab bagi 

saya tampak jelas, melalui benang merah sejarah suci ini, bahwa raja 

tersebut yaitu  Darius yang itu (ay. 24). Meskipun sekarang pem-

bangunannya dihentikan oleh kekerasan orang-orang Samaria, namun 

orang-orang Yahudi mungkin melanjutkan pekerjaan itu dengan diam-diam 

segera sesudahnya, jika mereka memang benar-benar terdorong untuk 

Kitab Ezra 4:1-5 

 

645 

melakukan pekerjaan itu sebagaimana mestinya. Ini tampak dari hal berikut, 

bahwa sebelum mereka mendapatkan surat perintah langsung dari raja 

untuk melakukannya (ps. 6), mereka telah ditegur oleh para nabi sebab  

tidak melakukannya (5:1), bandingkan dengan Hagai 1:1, dan seterusnya. 

Seandainya mereka berusaha sebagaimana mestinya untuk memberi tahu 

Kambisus tentang kebenaran masalah ini, mungkin sang raja akan menarik 

kembali perintahnya. Namun, sepanjang pengetahuan saya, sebagian dari 

para pembangun Bait Suci itu sepertinya ingin agar pembangunan itu 

berhenti, sama seperti yang dikehendaki oleh para musuh sendiri. Selama 

beberapa kurun waktu tertentu, jemaat telah menderita lebih sebab  sikap 

dingin para sahabatnya dibandingkan  sebab  sikap panas para musuhnya. namun  

kedua hal itu secara bersama-sama biasanya membuat pekerjaan jemaat 

berjalan dengan lambat. 

 

 

 

PASAL  5  

alam pasal sebelumnya, kita meninggalkan pekerjaan membangun rumah 

Tuhan  dalam keadaan terhenti sama sekali. Namun, sebab  merupakan 

pekerjaan Tuhan , maka pekerjaan itu akan dihidupkan kembali, dan dalam pasal 

ini kita mendapati penjelasan tentang dihidupkannya kembali pekerjaan 

tersebut. Pekerjaan itu dihambat oleh keperkasaan dan kekuatan, namun  

sekarang dimulai kembali “oleh Roh Tuhan semesta alam.” Sekarang di sini 

diceritakan kepada kita bagaimana Roh yang penuh berkat itu, 

I. Menghangatkan dinginnya hati para sahabat yang mendukung 

pekerjaan itu, dan membuat mereka bersemangat untuk membangun 

(ay. 1-2). 

II. Mendinginkan panasnya kepala musuh-musuh yang menentang 

pekerjaan itu, dan membawa mereka pada suasana hati yang lebih 

baik. Sebab, sekalipun diam-diam mereka tidak menyukai pekerjaan itu 

sama seperti orang-orang dalam pasal sebelumnya, namun, 

1. Mereka bersikap lebih lunak terhadap para pembangun Bait Suci (ay. 

3-5). 

2. Mereka lebih adil dalam menggambarkan duduk perkaranya 

kepada raja, yang penjelasan tentangnya kita dapati dalam pasal ini 

(ay. 6-17). 

Orang Yahudi Dikuatkan oleh Nabi-nabi Mereka 

(5:1-2) 

1 namun  nabi Hagai dan Zakharia bin Ido, kedua nabi itu, bernubuat terhadap orang-orang 

Yahudi yang tinggal di Yehuda dan di Yerusalem dalam nama Tuhan  Israel, yang menyertai 

mereka. 2 Pada waktu itu mulailah Zerubabel bin Sealtiel dan Yesua bin Yozadak 

membangun rumah Tuhan  yang ada di Yerusalem. Mereka didampingi dan dibantu oleh 

nabi-nabi Tuhan . 


 

650 

Sebagian penafsir memperhitungkan bahwa pembangunan rumah Tuhan  ditunda 

selama sembilan tahun saja. Namun, saya berani berpendapat bahwa penundaan 

itu terjadi paling lama sampai lima belas tahun. Selama waktu itu, orang-orang 

Yahudi memiliki mezbah dan kemah suci, yang tentunya mereka pergunakan 

untuk keperluan mereka. Saat kita tidak dapat melakukan apa yang kita 

inginkan, kita harus melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk melayani 

Tuhan , dan menyesali sebab  kita tidak mampu berbuat lebih baik. Akan namun , 

para penasihat yang disogok untuk menghalangi pekerjaan itu (4:5) berkata 

kepada orang-orang Yahudi, dan mungkin dengan mengaku mendapat ilham, 

bahwa belum tiba waktunya untuk membangun rumah Tuhan  (Hag. 1:2), sambil 

menegaskan bahwa waktu untuk membangun Bait Suci Salomo masih lama. Dan 

dengan demikian, rakyat dibuat tenang-tenang saja di dalam rumah-rumah 

mereka yang dipapani dengan baik, sementara Rumah Tuhan  tetap menjadi 

reruntuhan. Sekarang, dalam pasal ini disampaikan kepada kita bagaimana 

pekerjaan baik yang tampaknya terbaring mati itu diberi kehidupan. 

I. Rakyat memiliki dua hamba Tuhan yang baik, yang dalam nama Tuhan  

berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meyakinkan mereka agar 

menggerakkan kembali roda pekerjaan tersebut. Cermatilah, 

1. Siapa kedua hamba Tuhan ini, yaitu  Nabi Hagai dan Nabi Zakharia, yang 

keduanya mulai bernubuat pada tahun yang kedua zaman Raja Darius, 

seperti yang tampak dalam Hagai 1:1 dan Zakharia 1:1. Perhatikanlah,  

(1) Rumah Tuhan  di antara manusia haruslah dibangun melalui nubuatan. 

Bukan oleh kekuatan duniawi (yang sering kali justru 

menghambatnya, namun  hampir tidak pernah memajukannya), 

melainkan oleh firman Tuhan . Sama seperti senjata kita dalam 

perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan rohani, demikian 

pula halnya dengan alat-alat kita untuk membangun. Dan pelayan-

pelayan Injil yaitu  ahli-ahli bangunan.  

(2) Sudah menjadi tugas para nabi Tuhan  untuk menggerakkan umat 

Tuhan  kepada apa yang baik, dan membantu mereka di dalamnya. 

Juga untuk menguatkan tangan mereka, dan, melalui pertimbangan-

pertimbangan yang sesuai yang diambil dari firman Tuhan , untuk 

menyemangati mereka agar melakukan kewajiban mereka, serta 

menguatkan mereka di dalamnya.  

(3) Suatu pertanda bahwa Tuhan  menyediakan belas kasihan bagi sebuah 

bangsa apabila Ia membangkitkan para nabi di antara mereka untuk 

Kitab Ezra 5:1-2 

 

651 

menjadi penolong mereka di jalan Tuhan  dan di dalam pekerjaan-Nya, 

serta untuk menjadi penuntun, pengawas, dan pemimpin mereka. 

2. Kepada siapa kedua nabi itu diutus. Mereka bernubuat kepada orang-

orang Yahudi, sebab  orang-orang Yahudi dididik di bawah pengajaran 

dan bimbingan mereka. Sebab, sebagaimana kepada mereka diberikan 

hukum Taurat, demikian pula kepada mereka diberikan karunia 

nubuatan, dan sebab  itu mereka disebut pewaris nubuat (Kis. 3:25). 

Kedua nabi itu bernubuat bahkan terhadap mereka, atas mereka, bahkan 

atas mereka (demikian dalam bahasa aslinya), seperti Yehezkiel ber-

nubuat atas tulang-tulang yang kering, supaya mereka hidup (Yeh. 37:4, 

KJV). Para nabi itu bernubuat menentang mereka (demikian menurut 

Uskup Patrick), sebab kedua nabi itu menegur mereka sebab  mereka 

tidak membangun rumah Tuhan. Firman Tuhan , jika sekarang tidak 

diterima sebagai kesaksian bagi kita, maka di kemudian hari akan 

diterima sebagai kesaksian menentang kita, dan akan menghakimi kita. 

3. Siapa yang mengutus kedua nabi itu. Mereka bernubuat dalam nama, 

atau (sebagaimana sebagian penafsir membacanya) untuk membela 

perkara, atau demi kepentingan, Tuhan  Israel. Mereka berbicara 

berdasarkan amanat dari Dia, dan meyakinkan rakyat berdasarkan 

wewenang-Nya atas mereka, kepentingan-Nya di dalam mereka, dan 

kepedulian terhadap kemuliaan-Nya di antara mereka. 

II. Orang-orang Yahudi memiliki dua petinggi yang baik, yang sigap dan giat 

dalam pekerjaan ini, yaitu Zerubabel pemimpin utama mereka dan Yesua 

imam besar mereka (ay. 2). Orang-orang yang menduduki tempat terhormat 

dan berkuasa haruslah memakai kehormatan mereka itu untuk memberikan 

penghormatan pada setiap pekerjaan baik, dan memakai kekuasaan mereka 

untuk menghidupkan setiap pekerjaan baik. Dengan demikian, sudah 

sepatutnya orang-orang yang terkemuka, dan orang-orang yang memimpin, 

untuk menggenapkan seluruh kehendak Tuhan  dan saling mendahului dalam 

pekerjaan baik, melalui kepedulian dan semangat yang patut dicontoh. 

Orang-orang besar ini tidak merasa terhina, namun  menganggapnya sebagai 

suatu kebahagiaan, untuk diajar dan diatur oleh nabi-nabi Tuhan. Dan 

mereka senang mendapat bantuan dari para nabi itu dalam menghidupkan 

kembali pekerjaan yang baik ini. Bacalah nubuatan Hagai dalam Hagai pasal 

1 (sebab itulah uraian terbaik mengenai dua ayat ini), dan lihatlah betapa 

besar perkara-perkara yang diperbuat Tuhan  melalui firman-Nya, yang 

diagungkan-Nya melebihi segala sesuatu, dan melalui Roh-Nya yang turut 

bekerja bersama firman-Nya. 


 

652 

Perkara Diajukan kepada Darius 

(5:3-17) 

3 namun  pada waktu itu juga datanglah kepada mereka Tatnai, bupati daerah sebelah 

barat sungai Efrat, bersama-sama dengan Syetar-Boznai dan rekan-rekan mereka, dan 

beginilah katanya kepada mereka: “Siapakah yang memberi perintah kepadamu untuk 

membangun rumah ini dan menyelesaikan tembok ini?” 4 Lalu katanya pula kepada 

mereka: “Siapakah nama-nama orang yang mendirikan bangunan ini?” 5 namun  mata Tuhan  

mengamat-amati para tua-tua orang Yahudi, sehingga mereka tidak dipaksa berhenti oleh 

orang-orang itu sampai ada berita diterima oleh Darius dan kemudian dikirim kembali 

surat jawaban mengenai hal itu. 6 Inilah salinan surat yang dikirim Tatnai, bupati daerah 

sebelah barat sungai Efrat, bersama-sama dengan Syetar-Boznai dan rekan-rekannya, 

para punggawa daerah sebelah barat sungai Efrat, kepada raja Darius. 7 Mereka mengirim 

laporan tertulis kepadanya yang bunyinya sebagai berikut: “Ke hadapan raja Darius. 

Salam sejahtera! 8 Kiranya raja maklum, bahwa kami datang ke daerah Yehuda, ke rumah 

Tuhan  yang maha besar. Rumah itu sedang dibangun dengan batu yang besar-besar, 

sedang dindingnya dilapis dengan kayu, dan pekerjaan itu dikerjakan dengan seksama 

dan berjalan lancar di tangan mereka. 9 Kemudian kami menanyai para tua-tua itu dan 

beginilah kata kami kepada mereka: Siapakah yang memberi perintah kepadamu untuk 

membangun rumah ini dan menyelesaikan tembok ini? 10 Lagipula kami tanyakan kepada 

mereka nama-nama mereka, untuk memberitahukannya kepada tuanku, dengan 

mencatat nama orang-orang yang mengepalai mereka. 11 Inilah jawaban yang diberikan 

mereka kepada kami: Kami yaitu  hamba-hamba Tuhan  semesta langit dan bumi, dan 

kami membangun kembali rumah, yang telah didirikan bertahun-tahun sebelumnya, 

didirikan dan diselesaikan oleh seorang raja Israel yang agung. 12 namun  sesudah nenek 

moyang kami membangkitkan murka Tuhan  semesta langit, mereka diserahkan-Nya ke 

dalam tangan Nebukadnezar, raja negeri Babel, orang Kasdim, yang merusak rumah itu 

dan mengangkut bangsa itu sebagai tawanan ke negeri Babel. 13 Akan namun  pada tahun 

pertama zaman Koresh, raja negeri Babel, dikeluarkanlah perintah oleh raja Koresh untuk 

membangun rumah Tuhan  ini. 14 Juga perlengkapan emas dan perak dari rumah Tuhan , yang 

telah diambil oleh Nebukadnezar dari bait suci yang di Yerusalem dan dibawa ke dalam 

bait suci yang di Babel, diambil pula oleh raja Koresh dari bait suci yang di Babel itu, dan 

diserahkan kepada seorang yang bernama Sesbazar yang telah diangkatnya menjadi 

bupati. 15 Perintahnya kepadanya: Ambillah perlengkapan ini, pergilah dan taruhlah itu di 

dalam bait suci yang di Yerusalem, dan biarlah rumah Tuhan  dibangun di tempatnya yang 

semula. 16 Kemudian datanglah Sesbazar, meletakkan dasar rumah Tuhan  yang ada di 

Yerusalem, dan sejak waktu itu sampai sekarang dikerjakanlah pembangunannya, hanya 

belum selesai.  

17 Oleh sebab itu, jikalau dianggap baik oleh raja, maka hendaklah diadakan penyelidikan 

di dalam gedung perbendaharaan raja, di sana, di Babel, apakah pernah dikeluarkan 

perintah oleh raja Koresh untuk membangun kembali rumah Tuhan  yang di Yerusalem itu. 

Kemudian keputusan raja tentang hal itu kiranya dikirimkan kepada kami.” 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Bagaimana para tetangga orang Yahudi segera mengetahui bahwa pekerjaan 

yang baik ini dihidupkan kembali. Mata yang penuh iri hati, tampaknya, 

mereka arahkan pada orang Yahudi. Dan begitu Roh Tuhan  menggerakkan 

para sahabat yang mendukung pembangunan Bait Suci untuk tampil 

baginya, pada saat itu pula roh jahat menggerakkan para lawan untuk tampil 

menentangnya. Ketika orang Yahudi membangun dan memapani rumah-

rumah mereka sendiri, musuh-musuh mereka tidak mengganggu mereka 

Kitab Ezra 5:1-2 

 

653 

(Hag. 1:4), padahal raja memerintahkan agar pembangunan kota dihentikan 

(4:21). Akan namun , ketika mereka mulai mengerjakan Rumah Tuhan  kembali, 

pada saat itu pula tanda bahaya dibunyikan, dan semua orang berupaya 

menghalangi mereka (ay. 3-4). Para lawan orang Yahudi itu disebutkan 

namanya di sini: Tatnai dan Syetar-Boznai. Ada kemungkinan bahwa para 

kepala daerah yang kita baca dalam pasal 4 telah diganti pada permulaan 

pemerintahan yang sekarang, seperti yang biasa terjadi. Sudah menjadi 

kebijakan para penguasa untuk sering mengganti para wakil pemerintah, 

para bupati, dan para pembesar daerah. Mereka ini, sekalipun merupakan 

musuh yang nyata bagi pembangunan rumah Tuhan, sebetulnya memiliki 

perangai yang lebih baik dibandingkan  orang-orang lain yang disebutkan dalam 

pasal sebelumnya. Dan berdasarkan dorongan hati nurani, mereka mau 

berkata benar. Kalaupun tidak semua orang beroleh iman (2Tes. 3:2), dan 

rasa hormat, syukurlah jika sebagian orang memperolehnya. Musuh-musuh 

jemaat tidak sama-sama keji dan tak waras. Penulis kitab ini mulai 

menuturkan apa yang terjadi antara para pembangun Bait Suci dan orang-

orang yang menentangnya itu (ay. 3-4), namun  ia memotong penuturannya, 

lalu menyebut tentang salinan surat yang mereka kirimkan kepada raja. 

Surat yang sama tampaknya lebih lengkap dan panjang, dan ia meringkasnya 

(ay. 4), atau membuat inti sarinya, walaupun setelah dipikir-pikir lagi, ia 

menyisipkan seluruhnya. 

II. Perhatian yang diberikan oleh Tuhan  Sang Penyelenggara terhadap pekerjaan 

baik ini (ay. 5): Mata Tuhan  mengamat-amati para tua-tua orang Yahudi, yang 

sedang giat bekerja dalam pembangunan Bait Suci tersebut, sehingga 

musuh-musuh mereka tidak dapat menghentikan mereka, seperti yang 

dikehendaki, sebelum perkara itu sampai kepada Darius. Mereka hanya mau 

berhenti setelah mendapat perintah dari raja tentangnya. Namun, mereka 

tidak mau menyerah sedikit pun kepada musuh-musuh mereka, sebab mata 

Tuhan  mengamat-amati mereka, yaitu Tuhan  mereka. Dan, 

1. Mata Tuhan  yang mengamat-amati mereka itu membingungkan musuh-

musuh orang Yahudi, membuat mereka hilang akal dan melemahkan 

mereka, serta melindungi para pembangun Bait Suci dari rencana jahat 

musuh-musuh mereka. Selagi kita mengerjakan pekerjaan Tuhan , kita 

ditempatkan di bawah perlindungan-Nya yang istimewa. Mata-Nya 

senantiasa mengawasi kita, tujuh mata di atas satu batu permata di 

dalam Bait-Nya (lih. Za. 3:9; 4:10). 

2. Mata Tuhan  yang mengamat-amati mereka itu menyemangati mereka. 

Para tua-tua Yahudi melihat bahwa mata Tuhan  mengamat-amati mereka, 


 

654 

untuk memperhatikan apa yang mereka perbuat dan mengakui mereka 

dalam apa yang mereka kerjakan dengan baik. Maka mereka pun 

memiliki cukup keberanian untuk menghadapi musuh-musuh mereka 

dan melanjutkan pekerjaan mereka dengan bersemangat, kendati 

dengan segala perlawanan yang mereka temui. Jika mata kita meman-

dang Tuhan , dan melihat bahwa mata-Nya sedang mengawasi kita, maka 

kita akan tetap setia menjalankan kewajiban kita, dan kita akan 

dikuatkan dalam mengerjakannya ketika kesulitan-kesulitan terasa 

begitu mengecilkan hati.  

III. Laporan yang mereka kirimkan kepada raja mengenai persoalan ini, yang di 

dalamnya kita dapat mengamati, 

1. Betapa para tua-tua orang Yahudi memberikan penjelasan yang lengkap 

tentang tindakan mereka kepada orang-orang Samaria. Saat mendapati 

orang-orang Yahudi sibuk bekerja dan pekerjaannya berjalan lancar, 

bahwa semua tangan bekerja untuk mendirikan bangunan ini dan bahwa 

pekerjaan itu terus berjalan dengan pesat, orang-orang Samaria meng-

ajukan segala pertanyaan ini kepada mereka: “Atas wewenang apa kalian 

mengerjakan pembangunan ini, dan siapa yang memberi kalian 

wewenang itu? Siapa yang menyuruh kalian bekerja? Adakah sesuatu 

yang dapat menyokong tindakan kalian?” Terhadap pertanyaan ini, 

mereka menjawab bahwa mereka memiliki cukup surat kuasa untuk 

melakukan apa yang mereka lakukan. Sebab, 

(1) “Kami yaitu  hamba-hamba Tuhan  semesta langit dan bumi. Tuhan  

yang kami sembah bukanlah dewa setempat, sebab  itu kami tidak 

dapat dituntut dengan tuduhan membentuk golongan, atau 

mendirikan bidah, dalam membangun Bait ini bagi kehormatan-Nya. 

Sebaliknya, kami berbakti kepada Tuhan  yang menjadi penopang 

seluruh ciptaan, dan sebab  itu kami harus dilindungi dan didukung 

oleh semua pihak, dan tidak boleh dihalangi oleh siapa pun.” Sudah 

menjadi hikmat dan juga kewajiban para raja untuk memberikan 

sokongan kepada hamba-hamba Tuhan  semesta langit. 

(2) “Kami memiliki ketentuan atas rumah ini. Rumah ini dibangun bagi 

kehormatan Tuhan  kami oleh Salomo bertahun-tahun silam. 

Pembangunan ini bukanlah hal baru yang kami ciptakan sendiri. Kami 

hanya memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan” 

(Yes. 58:12). 

Kitab Ezra 5:1-2 

 

655 

(3) “Untuk menghukum kami atas dosa-dosa kamilah maka kami, untuk 

sementara waktu, kehilangan kepemilikan atas rumah ini. Bukan 

sebab  para ilah bangsa-bangsa lain telah mengalahkan Tuhan  kami, 

melainkan sebab  kami telah membangkitkan murka-Nya (ay. 12), 

maka Dia menyerahkan kami dan Bait Suci kami ke dalam tangan 

raja Babel. namun  dengan berbuat demikian Ia tidak pernah bermak-

sud mengakhiri agama kami untuk selamanya. Kami hanya dihukum 

untuk sementara waktu, bukan dibuang untuk selamanya.” 

(4) “Kami mendapat titah kerajaan dari Koresh yang membenarkan dan 

menyokong kami dalam apa yang kami lakukan. Ia tidak hanya 

mengizinkan dan membiarkan kami, namun  juga menyuruh dan 

memerintahkan kami untuk membangun rumah ini (ay. 13), dan 

membangunnya di tempat semula (ay. 15), tempat yang sama di 

mana rumah itu berdiri sebelumnya.” Koresh memerintahkan hal itu 

bukan hanya dalam belas kasihan kepada orang Yahudi, namun  juga 

dalam penghormatan kepada Tuhan  mereka, dengan berkata, Dialah 

Tuhan . Koresh juga memberikan perlengkapan Bait Suci kepada orang 

yang dipercayainya untuk memastikan bahwa barang-barang itu 

dikembalikan ke tempat dan kegunaannya yang semula (ay. 14). Dan 

orang Yahudi memiliki semuanya ini untuk ditunjukkan, yang akan 

menguatkan apa yang mereka nyatakan. 

(5) “Pembangunan itu dimulai sesuai dengan perintah Koresh segera 

setelah kami kembali, sehingga kami tidak kehilangan manfaat dari 

perintah tersebut sebab  tidak lekas-lekas mengerjakannya pada 

waktunya. Bait ini masih dalam pembangunan, namun , sebab  kami 

menghadapi perlawanan, pembangunan itu belum selesai.” 

Akan namun , cermatilah, mereka tidak menyebut-nyebut 

kesalahan dan kejahatan dari para kepala daerah sebelumnya, tidak 

pula membuat keluhan apa pun tentang mereka, sekalipun mereka 

memiliki alasan yang cukup untuk itu. Hal ini mengajar kita untuk 

tidak membalas kepahitan dengan kepahitan, atau teguran yang 

sangat wajar dengan celaan yang sangat tidak wajar. Sebaliknya, kita 

harus merasa puas jika kita bisa mendapat perlakuan yang adil 

untuk ke depan, tanpa mengungkit-ungkit segala sesuatu yang 

menyakitkan hati di masa silam (ay. 16). Inilah penjelasan yang 

diberikan orang Yahudi mengenai tindakan mereka, tanpa 

menanyakan wewenang apa yang dimiliki orang Samaria untuk 

memeriksa mereka, tidak pula menegur orang Samaria atas 

penyembahan berhala, takhayul, dan agama campuran mereka. 


 

656 

Marilah kita belajar dari sini untuk memberi pertanggungan jawab 

tentang pengharapan yang ada pada kita dengan lemah lembut dan 

hormat (1Ptr. 3:15). Pahami dengan benar, dan kemudian nyatakan 

dengan siap, apa yang kita lakukan dalam melayani Tuhan  dan 

mengapa kita melakukannya. 

2. Betapa dengan adil orang-orang Samaria mengajukan perkara ini kepada 

raja. 

(1) Mereka menyebut Bait Suci di Yerusalem sebagai rumah Tuhan  yang 

maha besar (ay. 8). Sebab meskipun orang Samaria, seperti yang 

terlihat, memiliki banyak Tuhan  dan banyak tuhan, namun mereka 

mengakui Tuhan  Israel sebagai Tuhan  yang maha besar, yang 

mengatasi segala ilah. “Bait itu yaitu  rumah Tuhan  yang maha besar, 

dan sebab  itu kami tidak berani menentang pembangunannya tanpa 

perintah dari tuan raja.” 

(2) Mereka berkata jujur kepada raja tentang apa yang sedang 

dikerjakan, dan tidak menyatakan, seperti para pendahulu mereka, 

bahwa orang Yahudi membentengi kota itu seolah-olah hendak 

berperang, namun  hanya bahwa mereka sedang mendirikan Bait Suci 

sebagaimana orang yang berniat untuk beribadah (ay. 8). 

(3) Mereka mengajukan permohonan mereka secara lengkap, dengan 

mengatakan kepada raja apa yang hendak mereka katakan bagi diri 

mereka sendiri, dan bersedia agar duduk perkara itu dipahami 

dengan benar. 

(4) Mereka menyerahkan kepada raja agar ia memeriksa arsip untuk 

mengetahui apa benar Koresh telah mengeluarkan perintah seperti 

itu, dan kemudian agar raja memberi arahan yang dianggapnya tepat 

(ay. 17). Ada alasan bagi kita untuk berpikir bahwa seandainya 

Artahsasta, dalam pasal sebelumnya, mendengar perkara orang 

Yahudi disampaikan dengan adil seperti yang disampaikan kepada 

Darius di sini, maka ia tidak akan memerintahkan agar pekerjaan itu 

dihentikan. Umat Tuhan  tidak dapat dianiaya jika mereka tidak 

difitnah, tidak dapat diserang jika mereka tidak dipakaikan bulu 

serigala. Jika kepentingan Tuhan  dan kebenaran dinyatakan dengan 

adil, dan didengar dengan adil, niscaya ia akan berdiri tegak. 

 

PASAL  6  

etapa dengan penuh khidmat dasar rumah Tuhan  diletakkan, sudah kita baca 

dalam pasal 3. Betapa lamban pembangunan itu berjalan, dan betapa 

dengan susah payah, sudah kita dapati dalam pasal 4 dan 5. namun  betapa pada 

akhirnya batu utamanya diangkat dengan mulia sambil diiringi sorak-sorai, kita 

dapati dalam pasal ini. Dan bahkan kita, yang terpisah oleh waktu sekian lama, 

ketika membacanya, bisa berseru, “Bagus, bagus sekali batu itu.” Adapun Tuhan , 

jalan-Nya sempurna. Pekerjaan-Nya bisa saja berjalan lamban, namun pasti. Di 

dalam pasal ini kita mendapati,  

I. Dibacakannya surat perintah Koresh untuk membangun rumah Tuhan  

(ay. 1-5). 

II. Dikuatkannya surat itu melalui perintah baru dari Darius untuk 

menyempurnakan pekerjaan itu (ay. 6-12). 

III. Diselesaikannya pekerjaan tersebut sebagai hasilnya (ay. 13-15). 

IV. Ditahbiskannya rumah Tuhan  dengan khidmat setelah selesai dibangun 

(ay. 16-18), dan disahkannya rumah itu (kalau boleh saya katakan) 

dengan merayakan Paskah (ay. 19-22). Dan sekarang bisa kita katakan 

bahwa keadaan di Yehuda dan Yerusalem berjalan dengan baik, sangat 

baik. 

Perintah yang Menguntungkan dari Raja Darius 

(6:1-12) 

1 Sesudah itu atas perintah raja Darius diadakanlah penyelidikan di perbendaharaan di 

Babel, di tempat naskah-naskah disimpan. 2 Kemudian di Ahmeta, benteng yang di 

propinsi Media, didapati sebuah gulungan, yang isinya sebagai berikut: “Piagam: 3 Pada 

tahun pertama zaman raja Koresh dikeluarkanlah perintah oleh raja Koresh: Mengenai 

rumah Tuhan  di Yerusalem. Rumah itu haruslah dibangun kembali sebagai tempat orang 

mempersembahkan korban sembelihan dan korban api-apian; haruslah tingginya enam 

puluh hasta dan lebarnya enam puluh hasta. 4 Dan haruslah dipasang tiga lapis batu 

besar-besar dan satu lapis kayu. Biayanya harus dibayar dari perbendaharaan kerajaan. 5 


 

660 

Dan juga perlengkapan emas dan perak rumah Tuhan  yang diambil oleh Nebukadnezar 

dari bait suci yang di Yerusalem dan dibawa ke Babel itu haruslah dikembalikan, supaya 

kembali pula ke dalam bait suci yang di Yerusalem, ke tempatnya yang semula; dan 

engkau haruslah menaruhnya di dalam rumah Tuhan .” 6 “Oleh sebab itu, hai Tatnai, bupati 

daerah seberang sungai Efrat, dan Syetar-Boznai serta rekan-rekanmu, para punggawa 

daerah seberang sungai Efrat, hendaklah kamu menjauhkan diri dari sana. 7 Biarkanlah 

pekerjaan membangun rumah Tuhan  itu. Bupati dan para tua-tua orang Yahudi boleh 

membangun rumah Tuhan  itu di tempatnya yang semula. 8 Lagipula telah dikeluarkan 

perintah olehku tentang apa yang harus kamu perbuat terhadap para tua-tua orang 

Yahudi mengenai pembangunan rumah Tuhan  itu, yaitu  dari pada penghasilan kerajaan, 

dari pada upeti daerah seberang sungai Efrat, haruslah dengan seksama dan dengan tidak 

bertangguh diberi biaya kepada orang-orang itu. 9 Dan apa yang diperlukan, yaitu  lembu 

jantan muda, domba jantan, anak domba untuk korban bakaran bagi Tuhan  semesta langit, 

juga gandum, garam, anggur dan minyak, menurut petunjuk para imam yang di 

Yerusalem, semuanya itu harus diberikan kepada mereka hari demi hari tanpa kelalaian, 

10 supaya mereka selalu mempersembahkan korban yang menyenangkan kepada Tuhan  

semesta langit dan mendoakan raja serta anak-anaknya. 11 Selanjutnya telah dikeluarkan 

perintah olehku, supaya setiap orang yang melanggar keputusan ini, akan dicabut 

sebatang tiang dari rumahnya, untuk menyulakannya pada ujung tiang itu dan supaya 

rumahnya dijadikan reruntuhan oleh sebab  hal itu.  

12 Maka Tuhan , yang sudah membuat nama-Nya diam di sana, biarlah Ia merobohkan 

setiap raja dan setiap bangsa, yang mengacungkan tangan untuk melanggar keputusan ini 

dan membinasakan rumah Tuhan  yang di Yerusalem itu. Aku, Darius, yang mengeluarkan 

perintah ini. Hendaklah itu dilakukan dengan seksama.” 

Di dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Surat perintah Koresh untuk membangun rumah Tuhan  diulang kembali. 

Kepada surat inilah orang Samaria merujuk, sebab orang Yahudi 

menyerukannya. Dan mungkin orang Samaria berharap agar surat itu tidak 

ditemukan, sehingga seruan orang Yahudi akan dipatahkan dan pekerjaan 

mereka dihentikan. Maka diperintahkanlah penyelidikan terhadap surat itu 

di antara semua naskah yang ada. Sebab, sepertinya, suku-suku Israel tidak 

memberi perhatian untuk menyimpan salinan aslinya, yang bisa saja ber-

manfaat bagi mereka, sehingga mereka harus mencari surat yang asli. Surat 

perintah itu dicari di Babel (ay. 1), tempat Koresh berada ketika ia 

menandatanganinya. Namun, ketika surat itu tidak ditemukan di sana, 

Darius tidak menjadikannya sebagai alasan untuk menyimpulkan bahwa itu 

berarti tidak terdapat surat perintah semacam itu, dan sebab  itu untuk 

membuat penghakiman melawan orang Yahudi. namun  ada kemungkinan, 

sebab  ia sendiri telah mendengar bahwa surat perintah seperti itu benar-

benar pernah dibuat, maka ia memerintahkan agar gulungan-gulungan 

naskah di tempat-tempat lain juga diselidiki. Dan pada akhirnya gulungan itu 

pun ditemukan di Ahmeta, di provinsi Media (ay. 2). Mungkin ada sebagian 

orang yang tidak berani memusnahkannya, namun mereka 

menyembunyikannya di sana sebab  berniat jahat terhadap orang Yahudi, 

agar mereka kehilangan manfaat dari surat itu. Akan namun , 

Kitab Ezra 6:1-12 

 

661 

Penyelenggaraan Tuhan  mengatur sedemikian rupa hingga surat itu 

ditemukan juga, dan surat itu diselipkan di sini (ay. 3-5).  

1. Inilah surat perintah untuk membangun rumah Tuhan : Biarlah rumah 

Tuhan  di Yerusalem, ya, biarlah rumah itu dibangun kembali (demikian 

ayat itu bisa dibaca), dengan ukuran-ukuran yang sekian, dan dengan 

bahan-bahan bangunan yang sekian. 

2. Surat perintah supaya biaya pembangunan diambil dari perbendaharaan 

kerajaan (ay. 4). Kita tidak mendapati bahwa orang-orang Yahudi telah 

menerima apa yang diperintahkan di sini kepada mereka, mengingat 

keadaan di istana segera berubah. 

3. Surat perintah untuk mengembalikan perlengkapan dan perkakas rumah 

Tuhan , yang dahulu telah diambil oleh Nebukadnezar (ay. 5), bersama 

perintah supaya para imam, yaitu  pelayan-pelayan Tuhan, harus 

mengembalikan semuanya itu ke tempatnya yang semula di dalam 

rumah Tuhan . 

II. Dikuatkannya piagam Koresh itu oleh perintah Darius, yang didasarkan atas 

piagam tersebut, dan untuk menindaklanjutinya. 

1. Perintah Darius itu sangatlah tegas dan meyakinkan. 

(1) Darius melarang para pejabatnya melakukan apa pun yang 

menentang pembangunan rumah Tuhan  tersebut. Caranya 

mengutarakan hal itu menyiratkan bahwa ia tahu bahwa mereka 

berencana menghalang-halangi pekerjaan itu: Hendaklah kamu 

menjauhkan diri dari sana (ay. 6). Biarkanlah pekerjaan membangun 

rumah Tuhan  itu (ay. 7). Demikianlah panas hati manusia dijadikan 

syukur bagi Tuhan , dan sisa panas hati itu diperikatpinggangkan oleh-

Nya. 

(2) Darius memerintahkan para pejabatnya agar menyediakan uang bagi 

para pembangun Bait Suci dari perbendaharaannya sendiri, 

[1] Untuk melanjutkan pembangunannya (ay. 8). Di dalam hal ini ia 

mencontoh teladan yang diberikan oleh Koresh (ay. 4). 

[2] Untuk melangsungkan korban-korban persembahan di sana 

setelah rumah Tuhan  selesai dibangun (ay. 9). Darius 

memerintahkan agar orang Yahudi diperlengkapi dengan segala 

sesuatu yang mereka butuhkan untuk korban bakaran dan 

korban sajian. Ia bersedia bahwa semua biayanya dibebankan 

kepada perbendaharaannya, dan memerintahkan agar biaya itu 

dibayarkan setiap hari, tanpa terlewat, supaya mereka dapat 


 

662 

mempersembahkan korban-korban dan menaikkan doa-doa 

bersama korban-korban itu demi kehidupan (yaitu kebahagiaan 

dan kesejahteraan) raja serta anak-anaknya (ay. 10). Sebab para 

bapa leluhur, ketika mempersembahkan korban, memanggil 

nama TUHAN, begitu juga dengan Samuel, Elia, dan yang lain. 

Lihatlah di sini bagaimana Darius memberikan kehormatan, 

pertama, kepada Tuhan  Israel, yang kembali disebutnya sebagai 

Tuhan  semesta langit. Kedua, kepada hamba-hamba-Nya, dengan 

memerintahkan para pejabatnya untuk menyediakan perbekalan 

bagi ibadah di rumah Tuhan  sesuai ketentuan para imam. Orang-

orang yang berniat untuk mengendalikan para imam sekarang, 

dalam perkara ini, harus mengikuti perintah para imam. Suatu 

hal yang baru bagi para imam untuk mempunyai pengaruh yang 

begitu besar atas keuangan umat. Ketiga, kepada doa: Supaya 

mereka mendoakan raja. Darius tahu bahwa mereka yaitu  

bangsa yang suka berdoa, dan ia pernah mendengar bahwa Tuhan  

dekat dengan mereka dalam segala sesuatu yang mereka serukan 

kepada-Nya. Ia menyadari bahwa ia membutuhkan doa-doa 

mereka dan dapat menerima manfaat malalui doa-doa mereka. 

Dan ia bersikap baik terhadap mereka supaya ia bisa mendapat 

bagian dalam doa-doa mereka. Sudah menjadi kewajiban umat 

Tuhan  untuk mendoakan orang-orang yang berwenang atas 

mereka. Mereka tidak hanya harus mendoakan pihak-pihak 

berwenang yang baik dan berhati lembut, namun  juga yang 

angkuh. Akan namun , mereka secara khusus berutang budi untuk 

berdoa bagi para pelindung mereka dan orang-orang yang 

berjasa terhadap mereka. Dan berhikmatlah para raja apabila 

mereka membutuhkan doa-doa para hamba Tuhan dan 

melibatkan hamba-hamba Tuhan itu. Janganlah para penguasa 

yang paling besar sekalipun memandang rendah doa-doa para 

orang kudus yang paling hina sekalipun. Sungguh baik jika 

orang-orang kudus berpihak kepada kita, dan sungguh 

mengerikan apabila mereka melawan kita. 

(3) Darius menguatkan perintahnya dengan hukuman (ay. 11): “Jangan 

ada seorang pun yang menentang pekerjaan dan ibadah di  rumah 

Tuhan , atau menahan sokongan yang diberikan untuk keperluan itu 

oleh pihak raja, dengan ancaman hukuman mati. Apabila ada yang 

mengubah perintah ini, biarlah ia (digantung di depan pintu 

rumahnya sendiri, sebagaimana kita berkata), ditancapkan pada 

Kitab Ezra 6:1-12 

 

663 

ujung tiang rumahnya sendiri, dan, sebagai orang yang menjijikkan, 

biarlah rumahnya dijadikan reruntuhan.” 

(4) Darius menyertakan kutuk ilahi atas semua raja dan bangsa kalau 

mereka sampai ikut andil untuk menghancurkan rumah ini (ay. 12). 

Apa yang tidak akan dilakukannya sendiri untuk melindungi rumah 

Tuhan  ini, ia ingin supaya Tuhan , yang empunya pembalasan, 

melakukannya. Hal ini memperlihatkan bahwa ia gigih membela 

perkara itu. Dan meskipun rumah Tuhan  ini, pada akhirnya nanti, di-

hancurkan seperti yang sudah selayaknya oleh tangan Tuhan  yang 

adil, namun mungkin orang Romawi, yang menjadi alat dalam 

penghancuran itu, merasakan dampak dari kutuk ini, sebab 

kekaisaran itu jelas terlihat terus mengalami kemerosotan sejak saat 

itu. 

2. Dari semua hal ini kita dapat belajar, 

(1) Bahwa hati para raja berada di tangan Tuhan , dan Ia mem-

belokkannya ke arah mana pun yang diinginkan-Nya. Ia menjadikan 

mereka sesuai kehendak-Nya, sebab Ia yaitu  Raja di atas segala 

raja. 

(2) Bahwa ketika tiba saatnya Tuhan  menggenapi maksud dan tujuan-Nya 

yang penuh rahmat menyangkut jemaat-Nya, Ia akan memunculkan 

alat-alat untuk mewujudkan maksud dan tujuan-Nya itu melalui 

orang-orang yang tanpa disangka-sangka ternyata dapat melakukan 

pekerjaan baik seperti itu. Ada kalanya bumi datang menolong 

wanita  itu (Why. 12:16), dan orang-orang yang tidak begitu ber-

agama justru dipakai untuk membela agama. 

(3) Bahwa apa yang tadinya dimaksudkan untuk merugikan jemaat, 

sering kali justru dibuat bermanfaat baginya melalui 

penyelenggaraan Tuhan  yang mengatasi segala tindakan manusia 

(Flp. 1:12). Dengan mengajukan permohonan kepada Darius, musuh-

musuh orang Yahudi berharap mendapat perintah untuk menekan 

mereka. Namun, bukannya demikian, mereka justru mendapat 

perintah untuk memberikan persediaan bagi orang Yahudi. Demi-

kianlah dari yang makan keluar makanan. Di dalam kitab Apokrifa 1 

Esdras pasal 3 dan 4, diberikan penjelasan lain tentang perintah 

yang berpihak kepada orang Yahudi ini, yaitu bahwa Darius telah 

bersumpah untuk membangun rumah Tuhan  di Yerusalem apabila ia 

bisa naik takhta kerajaan. Dan bahwa Zerubabel, yang merupakan 

salah satu pegawainya dan jelas di sini bahwa ia sedang berada di 


 

664 

Yerusalem, sebab  telah membicarakan perkara itu secara terus 

terang dengan Darius (agunglah kebenaran, dan akan menang), maka 

ia dipersilakan meminta imbalan yang diinginkannya. Dan Zerubabel 

hanya meminta perintah ini, dalam memenuhi sumpah sang raja. 

Selesainya Pembangunan Rumah Tuhan  yang Kedua 

(6:13-22) 

13 Kemudian Tatnai, bupati daerah sebelah barat sungai Efrat, Syetar-Boznai dan rekan-

rekan mereka berbuat dengan seksama menurut apa yang diperintahkan raja Darius. 14 

Para tua-tua orang Yahudi melanjutkan pembangunan itu dengan lancar digerakkan oleh 

nubuat nabi Hagai dan nabi Zakharia bin Ido. Mereka menyelesaikan pembangunan 

menurut perintah Tuhan  Israel dan menurut perintah Koresh, Darius dan Artahsasta, raja-

raja negeri Persia.  

15 Maka selesailah rumah itu pada hari yang ketiga bulan Adar, yaitu  pada tahun yang 

keenam zaman pemerintahan raja Darius. 16 Maka orang Israel, para imam, orang-orang 

Lewi dan orang-orang lain yang pulang dari pembuangan, merayakan pentahbisan rumah 

Tuhan  ini dengan sukaria. 17 Untuk pentahbisan rumah Tuhan  ini mereka 

mempersembahkan lembu jantan seratus ekor, domba jantan dua ratus ekor dan anak 

domba empat ratus ekor; juga kambing jantan sebagai korban penghapus dosa bagi 

seluruh orang Israel dua belas ekor, menurut bilangan suku Israel. 18 Mereka juga me-

nempatkan para imam pada golongan-golongannya dan orang-orang Lewi pada 

rombongan-rombongannya untuk melakukan ibadah kepada Tuhan  yang diam di 

Yerusalem, sesuai dengan yang ada tertulis dalam kitab Musa. 19 Dan pada tanggal empat 

belas bulan pertama mereka yang pulang dari pembuangan merayakan Paskah. 20 sebab  

para imam dan orang-orang Lewi bersama-sama mentahirkan diri, sehingga tahirlah 

mereka sekalian. Demikianlah mereka menyembelih anak domba Paskah bagi semua 

orang yang pulang dari pembuangan, dan bagi saudara-saudara mereka, yaitu  para imam, 

dan bagi dirinya sendiri. 21 Orang-orang Israel yang pulang dari pembuangan memak-

annya dan demikian juga setiap orang yang memisahkan diri dari kenajisan bangsa-

bangsa negeri itu lalu menggabungkan diri kepada mereka, untuk berbakti kepada 

TUHAN, Tuhan  Israel. 22 Lagipula mereka merayakan hari raya Roti Tidak Beragi dengan 

sukacita, tujuh hari lamanya, sebab  TUHAN telah membuat mereka bersukacita; Ia telah 

memalingkan hati raja negeri Asyur kepada mereka, sehingga raja membantu mereka 

dalam pekerjaan membangun rumah Tuhan , yaitu  Tuhan  Israel. 

Di dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Musuh-musuh orang Yahudi dijadikan sahabat-sahabat mereka. Ketika 

menerima perintah ini dari sang raja, mereka datang untuk mendorong dan 

membantu pekerjaan itu, dengan sama tergesa-gesanya seperti para 

pendahulu mereka yang datang untuk menghentikannya (4:23). Mereka 

melakukan apa yang diperintahkan raja, dan, sebab  tidak mau dianggap 

melakukannya dengan enggan, mereka melakukannya dengan segera (ay. 13, 

KJV). Sikap raja yang lunak membuat mereka, bertentangan dengan kemauan 

mereka sendiri, bersikap lunak juga. 

Kitab Ezra 6:1-12 

 

665 

II. Pembangunan rumah Tuhan  terus berjalan, dan selesai dalam waktu singkat 

(ay. 14-15). Sekarang para tua-tua orang Yahudi melanjutkan pembangunan 

itu dengan sukacita. Sepanjang yang saya ketahui, para tua-tua itu 

mengerjakannya dengan tangan mereka sendiri. Dan, jika memang benar 

demikian, hal ini tidaklah mengecilkan kedudukan mereka sebagai tua-tua, 

namun  justru merupakan dorongan bagi para pekerja lain. 

1. Para tua-tua itu mendapati diri mereka terikat pada pekerjaan itu 

menurut perintah Tuhan  Israel, yang telah memberi mereka kekuatan 

supaya mereka menggunakannya untuk melayani-Nya. 

2. Para tua-tua itu mendapati diri mereka dipermalukan untuk 

mengerjakannya melalui perintah para raja bukan Yahudi, yaitu Koresh 

pada waktu dulu, dan Darius pada masa sekarang, serta Artahsasta di 

kemudian hari. Masa para tua-tua orang Yahudi lalai dalam melakukan 

pekerjaan baik ini padahal raja-raja asing itu tampak begitu bersemangat 

di dalamnya? Masa orang-orang Israel asli mengeluhkan susah payah 

mereka dalam membangun rumah Tuhan  ini padahal orang-orang asing 

tidak mengeluhkan biaya yang harus dikeluarkan untuknya? 

3. Para tua-tua itu mendapati diri mereka dikuatkan untuk menger-

jakannya melalui nubuatan Nabi Hagai dan Nabi Zakharia, yang mungkin 

menggambarkan kepada mereka (seperti menurut Uskup Patrick) 

kebaikan Tuhan  yang ajaib dalam menggerakkan hati raja Persia untuk 

berpihak kepada mereka seperti itu. Dan sekarang pekerjaan itu berjalan 

dengan begitu lancar hingga, hanya dalam waktu empat tahun, pem-

bangunan itu pun selesai. Adapun Tuhan , jalan-Nya sempurna. Jemaat 

Injili, Bait Suci yang rohani itu, membutuhkan waktu lama dalam 

pembangunannya. Namun demikian, pekerjaan itu pada akhirnya akan 

selesai juga, ketika tubuh yang rohani dan misteri itu sudah menjadi 

lengkap. Setiap orang percaya merupakan Bait Tuhan  yang hidup, yang 

membangun diri sendiri di atas dasar iman yang paling suci. Banyak per-

lawanan diberikan terhadap pekerjaan ini oleh Iblis dan kebobrokan kita 

sendiri. Kita suka tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya, 

dan melanjutkannya dengan sering berhenti dan beristirahat. namun  Ia 

yang telah memulai pekerjaan yang baik itu akan memastikan bahwa 

pekerjaan itu terlaksana dengan tuntas, dan akan menjadikan hukum 

menang. Roh-roh orang-orang benar akan dijadikan sempurna. 

III. Penahbisan rumah Tuhan . Ketika rumah Tuhan  itu selesai dibangun, sebab  

hanya dirancang untuk keperluan-keperluan ibadah, mereka menunjukkan 

cara menggunakannya melalui contoh, yang (menurut Uskup Patrick) 


 

666 

merupakan arti yang tepat dari kata menahbiskan. Mereka memasuki rumah 

Tuhan  dengan khidmat, dan mungkin dengan menyatakan di depan umum 

agar tempat itu tidak digunakan untuk keperluan biasa, namun  diserahkan 

bagi kehormatan Tuhan , untuk beribadah kepada-Nya. 

1. Orang-orang yang ditugaskan di dalam ibadah ini bukan saja para imam 

dan orang-orang Lewi yang bertugas, melainkan juga orang-orang Israel, 

sebagian orang dari kedua belas suku, meskipun Yehuda dan Benyamin 

menjadi suku utama. Selain itu terdapat pula orang-orang lain yang 

pulang dari pembuangan atau yang diangkut tertawan, yang menyiratkan 

bahwa ada banyak lagi selain orang-orang Israel, yang berasal dari 

bangsa-bangsa lain, yang diangkut bersama mereka, dan menjadi 

pemeluk agama mereka. Kecuali kita membacanya, bahkan saudara-

saudara mereka yang lain yang pulang dari tempat tawanan. Dan jika 

demikian, dapat kita duga, di sini dicatat tentang keadaan mereka