tawarikh ester 21

Kamis, 30 Januari 2025

tawarikh ester 21



 k bebas 

dari kesalahan. Kabar itu disampaikan kepada orang yang memiliki kuasa 

untuk membereskan masalah ini, yang sebagai seorang ahli kitab, dapat 

beradu pendapat dengan mereka, dan sebagai pejabat raja, dapat membuat 

mereka bersikap hormat. Ada kemungkinan bahwa para pemuka ini telah 

sering berusaha mengatasi masalah ini, namun tidak berhasil. namun  

sekarang mereka memohon kepada Ezra, dengan harapan bahwa hikmat, 

wewenang, dan pengaruhnya akan berhasil mengatasinya. Orang-orang yang 

tidak sanggup memperbaiki sendiri penyelewengan-penyelewengan yang 

dilakukan banyak orang, masih dapat berjasa dengan memberikan laporan 

kepada mereka yang mampu melakukannya. 

IV. Kesan yang ditimbulkan oleh kabar ini dalam diri Ezra (ay. 3): Ia  

mengoyakkan pakaiannya, mencabut rambut kepalanya, dan duduk tertegun. 

Demikianlah ia mengungkapkan kesedihannya yang mendalam, 

1. Atas cela yang diberikan kepada Tuhan  akibat perbuatan ini. Hati Ezra 

sangat sedih memikirkan betapa suatu umat yang disebut dengan nama-

Nya dapat melakukan pelanggaran sebesar itu terhadap hukum-Nya, 

tidak banyak belajar dari teguran-Nya, dan membalas perkenanan-Nya 

dengan keburukan sebesar itu. 

2. Atas celaka yang didatangkan terhadap bangsa itu sendiri akibat 

perbuatan ini, dan bahaya yang mengancam mereka bahwa murka Tuhan  

akan tercurah atas mereka. Perhatikanlah, 

(1) Dosa-dosa orang lain haruslah menjadi kesedihan bagi kita, dan cela 

yang didatangkan oleh dosa-dosa itu terhadap kehormatan Tuhan  dan 

jiwa manusia haruslah membuat hati kita terenyuh. 

(2) Dukacita sebab  dosa haruslah menjadi dukacita yang mendalam, 

sama seperti dukacita Ezra, seperti menangisi seorang anak tunggal 

atau anak sulung. 

(3) Dosa-dosa memalukan yang dilakukan orang-orang percaya pantas 

membuat kita tertegun. Kita dapat terheran-heran melihat 

bagaimana orang menentang, merendahkan, merusak, dan 

menghancurkan diri mereka sendiri. Sungguh aneh bahwa manusia 

dapat bertindak dengan begitu gegabah dan begitu bertentangan 

dengan kebaikan diri mereka sendiri! Orang-orang yang lurus hati 

tertegun melihat hal ini. 

Kitab Ezra 9:1-4 

 

701 

V. Pengaruh dukacita Ezra atas perbuatan ini terhadap orang-orang lain. Dapat 

kita duga bahwa ia pergi ke rumah TUHAN, untuk merendahkan diri di sana, 

sebab dalam kesedihannya ia mengarahkan pandangan kepada Tuhan , dan 

memang itulah tempat yang tepat untuk menjauhkan murka-Nya. 

Pengumuman pun segera disebarkan perihal perbuatan tidak setia itu, dan 

semua orang yang benar-benar saleh yang ada di sekitar Ezra pun 

berkumpul kepadanya. Sepertinya, hal ini mereka lakukan atas kehendak 

sendiri, sebab tidak disebutkan bahwa mereka disuruh datang (ay. 4). 

Perhatikanlah, 

1. Sudah menjadi watak orang-orang baik bahwa mereka gentar kepada 

firman Tuhan . Mereka takut dan hormat terhadap kewenangan perintah-

perintah firman itu, dan terhadap kekerasan serta keadilan ancaman-

ancamannya. Dan kepada orang-orang seperti itulah Tuhan  memandang 

(Yes. 66:2). 

2. Orang-orang yang gentar kepada firman Tuhan  tidak bisa tidak pasti 

gemetar melihat dosa manusia, yang olehnya hukum Tuhan  dilanggar, dan 

murka serta kutuk-Nya didatangkan. 

3. Semangat yang saleh dari satu orang melawan dosa bisa jadi merangsang 

banyak sekali orang untuk berbuat serupa, seperti yang dikatakan Rasul 

Paulus mengenai perkara lain (2Kor. 9:2). Banyak orang yang tidak 

memiliki cukup pertimbangan, bakat, dan keberanian untuk memimpin 

dalam pekerjaan baik, akan menjadi pengikut. 

4. Semua orang baik haruslah memberikan pengakuan terhadap orang-

orang yang tampil dan bertindak bagi kepentingan Tuhan  untuk melawan 

kejahatan serta kecemaran, harus mendukung mereka, dan berbuat 

semampu mungkin untuk menguatkan mereka. 

Pembaharuan yang Dilakukan Ezra 

(9:5-15) 

5 Pada waktu korban petang bangkitlah aku dan berhenti menyiksa diriku, lalu aku 

berlutut dengan pakaianku dan jubahku yang koyak-koyak sambil menadahkan tanganku 

kepada TUHAN, Tuhan ku, 6 dan kataku: “Ya Tuhan ku, aku malu dan mendapat cela, sehingga 

tidak berani menengadahkan mukaku kepada-Mu, ya Tuhan ku, sebab  dosa kami telah 

menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membubung ke langit. 7 Dari 

zaman nenek moyang kami sampai hari ini kesalahan kami besar, dan oleh sebab  dosa 

kami maka kami sekalian dengan raja-raja dan imam-imam kami diserahkan ke dalam 

tangan raja-raja negeri, ke dalam kuasa pedang, ke dalam penawanan dan penjarahan, 

dan penghinaan di depan umum, seperti yang terjadi sekarang ini. 8 Dan sekarang, baru 

saja kami alami kasih karunia dari pada TUHAN, Tuhan  kami yang meninggalkan pada 

kami orang-orang yang terluput, dan memberi kami tempat menetap di tempat-Nya yang 

kudus, sehingga Tuhan  kami membuat mata kami bercahaya dan memberi kami sedikit 


 

702 

kelegaan di dalam perbudakan kami. 9 sebab  sungguhpun kami menjadi budak, namun  di 

dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Tuhan  kami. Ia membuat kami disayangi 

oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah 

Tuhan  kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, dan diberi tembok pelindung di 

Yehuda dan di Yerusalem. 10 namun  sekarang, ya Tuhan  kami, apa yang akan kami katakan 

sesudah semuanya itu? sebab  kami telah meninggalkan perintah-Mu, 11 yang Kau-

perintahkan dengan perantaraan hamba-hamba-Mu, para nabi itu, dengan berfirman: 

Negeri yang kamu masuki untuk diduduki yaitu  negeri yang cemar oleh sebab  

kecemaran penduduk negeri, yaitu  oleh sebab  kekejian yang mereka lakukan dengan 

segala kenajisan mereka di segenap negeri itu dari ujung ke ujung. 12 Jadi sekarang 

janganlah kamu memberikan anak-anak wanita mu kepada anak lelaki mereka, 

ataupun mengambil anak-anak wanita  mereka untuk anak-anak lelakimu. Janganlah 

kamu mengikhtiarkan kesejahteraan dan kebahagiaan mereka untuk selama-lamanya, 

supaya kamu menjadi kuat, mengecap hasil tanah yang baik, dan mewariskan tanah itu 

kepada anak-anakmu untuk selama-lamanya. 13 Sesudah semua yang kami alami oleh 

sebab perbuatan kami yang jahat, dan oleh sebab kesalahan kami yang besar, sedang  

Engkau, ya Tuhan  kami, tidak menghukum setimpal dengan dosa kami, dan masih 

mengaruniakan kepada kami orang-orang yang terluput sebanyak ini, 14 masakan kami 

kembali melanggar perintah-Mu dan kawin-mengawin dengan bangsa-bangsa yang keji 

ini? Tidakkah Engkau akan murka kepada kami sampai kami habis binasa, sehingga tidak 

ada yang tinggal hidup atau terluput? 15 Ya TUHAN, Tuhan  Israel, Engkau maha benar, 

sebab kami masih dibiarkan tinggal sebagai orang-orang yang terluput, seperti yang 

terjadi sekarang ini. Lihatlah, kami menghadap hadirat-Mu dengan kesalahan kami. 

Bahwasanya, dalam keadaan demikian tidak mungkin orang tahan berdiri di hadapan-

Mu.” 

Apa yang direnungkan Ezra sementara ia duduk tertegun selama beberapa jam, 

dapat kita perkirakan melalui perkataan mulutnya ketika ia pada akhirnya 

berbicara dengan lidahnya. Dan sungguh menyedihkan perkataan yang 

disampaikannya kepada sorga pada kesempatan ini. Amatilah, 

I. Waktu ketika ia menyampaikan perkataan ini – pada waktu korban petang 

(ay. 5). Pada masa itu (ada kemungkinan) orang-orang saleh biasa datang ke 

pelataran rumah Tuhan  untuk menyemarakkan upacara korban dan 

mempersembahkan doa-doa mereka sendiri kepada Tuhan  sejalan dengan 

korban itu. Ezra memilih membuat pengakuan ini dengan cara yang dapat 

didengar oleh mereka, agar mereka dapat disadarkan sebagaimana mestinya 

akan dosa-dosa bangsa mereka, yang sampai saat itu tidak mereka 

perhatikan atau telah mereka remehkan. Doa juga dapat menjadi khotbah. 

Korban, terutama korban petang, merupakan perlambang dari propisiasi 

agung, oleh Anak domba Tuhan  yang terpuji itu, yang pada petang hari dunia 

ini menghapuskan dosa oleh korban-Nya. Dapat kita duga bahwa kepada pen-

damaian agung inilah Ezra mengarahkan mata imannya dalam perkataannya 

yang penuh penyesalan ini kepada Tuhan . Ia seakan-akan membuat 

pengakuan dengan meletakkan tangan ke atas kepala korban agung itu, yang 

melaluinya kita menerima pendamaian. Tentu Ezra mengetahui pesan yang 

beberapa tahun sebelumnya pernah disampaikan malaikat Gabriel kepada 

Kitab Ezra 9:1-4 

 

703 

Daniel, pada waktu korban petang juga, yang seolah-olah merupakan pen-

jelasan dari propisiasi agung itu, menyangkut Mesias Sang Raja (Dan. 9:21, 

24). Dan mungkin Ezra memberikan perhatian terhadap kejadian itu dalam 

memilih waktu petang ini. 

II.  Persiapan Ezra untuk menyampaikan perkataannya ini. 

1. Ia bangkit dan berhenti menyiksa dirinya, dan melepaskan diri dari beban 

dukacitanya sampai sejauh mungkin sehingga ia dapat mengangkat 

hatinya kepada Tuhan . Ia pulih dari rasa tertegunnya, berhasil membuat 

jiwanya yang bergejolak agak mereda, dan menenangkan rohnya untuk 

bersekutu dengan Tuhan . 

2. Ia berlutut, mengambil sikap seorang petobat yang sedang merendahkan 

diri,  dan seorang pemohon yang sedang meminta belas kasihan. Dalam 

kedua sikap ini, ia mewakili umat yang untuknya ia sekarang menjadi 

pengantara. 

3. Ia menadahkan tangannya, sebagai orang yang perasaannya dipenuhi 

oleh apa yang hendak dikatakannya, dengan mempersembahkannya 

kepada Tuhan , sambil menanti, dan menggapai seakan-akan penuh 

pengharapan, untuk menerima jawaban yang penuh rahmat. Di dalam 

hal ini ia mengarahkan pandangan kepada Tuhan  sebagai Tuhan, dan 

sebagai Tuhan nya, Tuhan  yang berkuasa, namun juga Tuhan  yang penuh 

anugerah. 

III. Isi perkataan itu sendiri. Perkataan Ezra kurang tepat disebut doa, sebab  di 

dalamnya tidak terdapat kata permohonan sama sekali. Namun demikian, 

apabila kita memberikan kebebasan penuh kepada doa, maka doa berarti 

mempersembahkan perasaan yang penuh kesalehan dan ketakwaan kepada 

Tuhan . Dan sungguh penuh ketakwaan, penuh kesalehan, perasaan yang 

diungkapkan oleh Ezra di sini. Kata-katanya merupakan pengakuan dosa 

yang penuh penyesalan. Bukan dosanya sendiri, yang timbul dari hati nurani 

yang dibebani oleh kesalahannya sendiri dan yang merasa takut terhadap 

bahaya yang akan menimpanya, melainkan dosa bangsanya, yang timbul dari 

keprihatinan mendalam akan kehormatan Tuhan  dan kesejahteraan Israel. Di 

sini ada gambaran yang hidup tentang pertobatan yang tulus. Amatilah 

dalam kata-katanya ini, 

1. Pengakuan yang dibuat Ezra tentang dosa itu dan hal-hal yang 

memberatkannya. Hal ini ditegaskannya, supaya hatinya sendiri dan hati 

orang-orang yang bergabung bersamanya diliputi oleh dukacita, rasa 


 

704 

malu, dan rasa takut yang kudus ketika merenungkan dosa itu, sehingga 

mereka dapat betul-betul merendahkan diri sebab nya. Dan patut 

diperhatikan bahwa, meskipun Ezra sendiri sepenuhnya bersih dari ke-

salahan ini, namun ia menempatkan diri ke dalam golongan pendosa itu, 

sebab ia merupakan bagian dari masyarakat yang sama – dosa dan 

kesalahan kami. Mungkin ia sekarang mengingat dan merasa bersalah, 

bahwa ia sudah tinggal begitu lama bersama saudara-saudaranya di 

Babel, dan tidak segera memisahkan diri seperti seharusnya dari bangsa-

bangsa di sana. Ketika kita sedang meratapi kejahatan orang fasik, bisa 

saja terjadi bahwa, jika kita betul-betul merenungkan diri kita dan 

memeriksa batin kita dengan jujur, kita akan mendapati kesalahan yang 

sama sifatnya, walau dalam tingkat yang lebih rendah. Bagaimanapun, 

Ezra berbicara tentang apa yang pernah, atau yang seharusnya, menjadi 

keluhan umum. 

(1) Ia mengakui bahwa dosa-dosa mereka sangatlah besar: “Dosa kami 

telah menumpuk mengatasi kepala kami (ay. 6). Kami akan segera 

binasa di dalamnya seperti di dalam air yang dalam.” Betapa dosa itu 

merajalela di mana-mana, begitu dahsyat kekuatannya, dan begitu 

mengancam dengan akibat-akibat yang sangat merusak. “Dosa telah 

bertumpuk sedemikian tinggi di antara kami hingga mencapai langit, 

begitu kurang ajar hingga menantang sorga, dan begitu menyulut 

murka hingga, seperti dosa Sodom, dosa itu berteriak kepada sorga 

menuntut pembalasan.” namun  hendaklah ini menjadi penghiburan 

bagi orang-orang yang benar-benar bertobat, bahwa meskipun dosa-

dosa mereka mencapai langit, belas kasihan Tuhan  sampai ke langit 

(Mzm. 36:6). Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia 

menjadi berlimpah-limpah. 

(2) Dosa mereka telah mereka lakukan dengan keras hati dalam waktu 

yang lama (ay. 7): Dari zaman nenek moyang kami sampai hari ini 

kesalahan kami besar. Contoh yang diperlihatkan oleh orang-orang 

yang telah mendahului mereka sama sekali tidak dianggap Ezra bisa 

dijadikan alasan untuk memaafkan kesalahan mereka, namun  justru 

memberatkannya. “Kami seharusnya menerimanya sebagai peringat-

an untuk tidak tersandung batu yang sama. Kebobrokan itu 

bertambah begitu parah hingga berakar sangat dalam dan mulai 

perlu obat untuk menyembuhkannya. Namun melalui sarana ini 

kami mempunyai alasan untuk merasa takut bahwa takaran 

kejahatan itu sudah hampir penuh.” 

Kitab Ezra 9:1-4 

 

705 

(3) Penghukuman berat dan menyakitkan yang telah dijatuhkan Tuhan  ke 

atas mereka sebab  dosa-dosa mereka itu sangatlah memperparah 

dosa-dosa tersebut: “sebab  dosa kami maka kami sekalian 

diserahkan ke dalam kuasa pedang dan penawanan (ay. 7), namun 

kami belum juga diperbaharui, belum berbalik dari jalan kami. Kami 

ditumbuk dalam lesung, namun kebodohan kami belum lenyap (Ams. 

27:22), kami dihajar, namun  tidak dibuat berbalik kembali.” 

(4) Belas kasihan Tuhan  yang belakangan ini telah dicurahkan kepada 

mereka juga sangat memperparah dosa-dosa mereka. Hal ini sangat 

ditekankan Ezra (ay. 8-9). Amatilah, 

[1] Jangka waktu belas kasihan itu: Sekarang baru saja, yaitu, “Belum 

begitu lama ini kami memperoleh kebebasan, namun sepertinya 

hal itu tidak akan berlangsung lama.” Hal ini sangat 

memperparah dosa mereka, bahwa belum lama berselang 

mereka berada di dalam dapur api, dan mereka tidak tahu 

secepat apa mereka bisa saja kembali ke sana lagi. Lalu masih 

dapatkah mereka merasa aman? 

[2] Sumber belas kasihan itu: Kami alami kasih karunia dari pada 

TUHAN. Para raja Persia menjadi alat bagi kelepasan mereka. 

namun  Ezra beranggapan bahwa kelepasan itu berasal dari Tuhan  

dan anugerah-Nya, anugerah-Nya yang cuma-cuma, tanpa jasa 

mereka. 

[3] Aliran-aliran belas kasihan itu, bahwa di dalam perbudakan itu 

mereka tidak ditinggalkan, namun  bahkan di Babel pun mereka 

melihat tanda-tanda kehadiran Tuhan . Bahwa mereka merupakan 

orang-orang Israel yang terluput, sedikit dari banyak orang yang 

dengan susah payah berhasil melepaskan diri dari tangan 

musuh-musuh mereka, berkat kebaikan raja-raja Persia. Dan ter-

utama bahwa mereka diberi tempat menetap di tempat-Nya yang 

kudus, yaitu seperti yang dijelaskan di dalam ayat 9, bahwa 

mereka telah membangun rumah Tuhan . Mereka berhasil 

membereskan masalah agama mereka dan membuat ibadah di 

dalam rumah Tuhan  berjalan dengan tetap. Kita harus 

menganggapnya sebagai penghiburan dan keuntungan yang 

besar apabila kita memiliki kesempatan-kesempatan yang tetap 

untuk menyembah Tuhan . Berbahagialah orang-orang yang diam 

di rumah Tuhan , seperti Hana yang tidak mau meninggalkan Bait 

Suci. Inilah tempat perhentianku selama-lamanya, kata jiwa yang 

beroleh anugerah. 


 

706 

[4] Dampak-dampak dari semua belas kasihan ini. Belas kasih itu 

menerangi mata mereka, dan menghidupkan kembali hati 

mereka. Artinya, belas kasih ini sangat menghiburkan mereka, 

dan penghiburan itu semakin dapat dirasakan sebab  terjadi  di 

dalam perhambaan mereka. Bagi mereka, belas kasih ini 

bagaikan hidup dari antara orang mati. Walaupun hanya sedikit 

kelegaan, itu merupakan perkenanan yang besar, mengingat bah-

wa mereka tidak pantas mendapatkannya sama sekali, dan hari 

peristiwa-peristiwa kecil yaitu  pertanda dari peristiwa-

peristiwa yang lebih besar. “Sekarang,” kata Ezra, “betapa tidak 

tahu berterima kasihnya kita sebab  telah menyakiti hati Tuhan  

yang telah begitu baik kepada kita! Betapa kita tidak berpikir 

panjang sebab  telah bergaul dalam dosa bersama bangsa-

bangsa yang dari mereka, dalam belas kasihan yang 

menakjubkan, kita telah dibebaskan! Betapa kita tidak bijaksana 

sebab  telah memperhadapkan diri kepada murka Tuhan  ketika 

kita diuji dengan kembalinya perkenanan-Nya, dan seharusnya 

berperilaku baik supaya perkenanan itu dapat berlanjut!” 

(5) Dosa itu semakin parah sebab  melawan perintah yang jelas: Kami 

telah meninggalkan perintah-Mu (ay. 10). Tampaknya sudah menjadi 

hukum kaum keluarga Yakub sejak zaman dahulu untuk tidak 

berpasangan dengan kaum keluarga yang tidak bersunat (Kej. 

34:14). Namun, di samping itu, Tuhan  sendiri telah melarangnya 

dengan tegas. Ezra mengutip perintah itu (ay. 11-12). Sebab dosa 

tampak sebagai dosa, tampak luar biasa berdosa, apabila kita mem-

bandingkannya dengan hukum yang telah dilanggar olehnya. Tidak 

ada yang bisa lebih jelas lagi: Janganlah kamu memberikan anak-

anak wanita mu kepada anak lelaki mereka, ataupun mengambil 

anak-anak wanita  mereka untuk anak-anak lelakimu. Alasan 

yang diberikan yaitu  sebab , apabila mereka berbaur dengan 

bangsa-bangsa itu, mereka akan mencemarkan diri mereka sendiri. 

Negeri itu najis, sedang  mereka yaitu  umat yang kudus. 

Sebaliknya, apabila mereka tetap membedakan diri dari bangsa-

bangsa itu, maka ini akan menjadi kehormatan serta keamanan bagi 

mereka, dan akan melestarikan kesejahteraan mereka. Nah, 

melanggar perintah yang begitu jelas, yang didukung oleh alasan-

alasan yang begitu kuat, dan yang merupakan hukum utama dari 

pemerintahan mereka, sungguh merupakan perbuatan yang sangat 

menyulut murka Tuhan  di sorga. 

Kitab Ezra 9:1-4 

 

707 

(6) Bahwa dalam penghukuman-penghukuman yang telah membuat 

mereka menderita sebab  dosa-dosa mereka, Tuhan  tidak menghukum 

setimpal dengan dosa mereka, sehingga Ia memandang mereka masih 

berutang hukuman atas perkara yang lama. “Astaga! Dan sekalipun 

demikian, masih jugakah kita menambah kesalahan yang baru? 

Bukankah Tuhan  sudah memperlakukan kita dengan begitu lembut 

dalam menghukum kita? Masa kita menyalahgunakan perkenanan-

Nya seperti itu dan membalas anugerah-Nya dengan berbuat 

sembarangan?” Di dalam anugerah dan belas kasih-Nya, Tuhan  telah 

berfirman tentang pembuangan Sion, Ia telah menerima hukuman dari 

tangan TUHAN dua kali lipat sebab  segala dosanya (Yes. 40:2). namun  

Ezra, dalam kesadaran yang penuh pertobatan akan kejahatan besar 

yang terkandung dalam dosa mereka, mengakui bahwa meskipun 

hukuman itu sangat berat, itu belumlah setimpal. 

2. Perasaan-perasaan yang penuh kesalehan yang bekerja dalam diri Ezra, 

dalam membuat pengakuan ini. Ketika berbicara tentang dosa, 

(1) Ia berkata-kata seperti orang yang merasa sangat malu. Ia memulai 

dengan berkata (ay. 6), Ya Tuhan ku, aku malu dan mendapat cela, ya 

Tuhan ku (demikianlah penempatan kata-kata itu), sehingga tidak 

berani menengadahkan mukaku kepada-Mu. Perhatikanlah, 

[1] Dosa yaitu  hal yang memalukan. Begitu orangtua pertama kita 

memakan buah terlarang, mereka malu akan diri mereka sendiri. 

[2] Rasa malu yang kudus dalam pertobatan yang sungguh-sungguh 

dan tulus merupakan unsur yang sama pentingnya seperti 

dukacita yang kudus. 

[3] Dosa-dosa orang lain haruslah membuat kita malu, dan kita 

harus merasa tercela untuk orang-orang bermuka tebal yang 

tidak merasakannya. Kita patut merasa malu bahwa kita 

mempunyai hubungan saudara dengan orang-orang yang begitu 

tidak tahu berterima kasih kepada Tuhan  dan tidak bijak terhadap 

diri mereka sendiri. Inilah yang disebut membuktikan diri kita 

tidak bersalah di dalam perkara itu (2Kor. 7:11). 

[4] Orang-orang berdosa yang bertobat tidak pernah melihat alasan 

yang begitu kuat untuk merasa malu dan mendapat cela, seperti 

ketika mereka datang untuk menengadahkan muka kepada Tuhan . 

Perasaan alami menyangkut kehormatan kita sendiri yang telah 

kita nodai dengan melakukan kesalahan, akan membuat kita 

malu memandang wajah seseorang. namun  kepedulian yang 


 

708 

penuh rahmat terhadap kehormatan Tuhan  akan membuat kita 

jauh lebih malu memandang wajah-Nya. Pemungut cukai, ketika 

pergi ke Bait Tuhan  untuk berdoa, menundukkan kepalanya lebih 

dalam dibandingkan  sebelumnya, sebagai orang yang merasa malu 

(Luk. 18:13). 

[5] Memandang Tuhan  sebagai Tuhan  kita akan sangat berguna bagi 

kita dalam melakukan pertobatan. Ezra memulai dengan berkata, 

ya Tuhan ku, dan sekali lagi dalam tarikan napas yang sama, ya 

Tuhan ku. Merenungkan hubungan kovenan kita dengan Tuhan  

sebagai Tuhan  kita akan membantu merendahkan diri kita, dan 

menghancurkan hati kita atas dosa yang kita perbuat, sebab  kita 

telah melanggar baik perintah-perintah-Nya kepada kita maupun 

janji-janji kita kepada-Nya. Hal ini juga akan mendorong kita 

mengharapkan pengampunan pada saat kita bertobat. “Ia yaitu  

Tuhan ku, kendati dengan segala pelanggaran ini.” Dan setiap 

pelanggaran yang dilakukan di dalam kovenan tidak 

mengeluarkan kita dari kovenan itu. 

(2) Ezra berkata-kata seperti orang yang sangat tertegun (ay. 10): “Apa 

yang akan kami katakan sesudah semuanya itu? Aku sendiri tidak 

tahu harus berkata apa. Bila Tuhan  tidak menolong kami, binasalah 

kami.” Menyadari kesalahan akan memicu rasa tertegun. Semakin 

kita merenungkan dosa, semakin buruk dosa terlihat. Kepelikan 

perkara itu mendorong rasa tertegun. Bagaimana kita akan memulih-

kan diri kita? Dengan cara apakah kita bisa berdamai dengan Tuhan ? 

[1] Orang-orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh akan 

kehilangan kata-kata. Apakah kita akan berkata, kami tidak 

berdosa, atau Tuhan  tidak menuntut? Jika demikian, maka kita 

menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. 

Akankah kita berkata, bersabarlah terhadap kami, maka kami 

akan membayar seluruh utang kami kepada-Mu dengan ribuan 

domba jantan, atau anak sulung kami akan kami persembahkan 

sebab  pelanggaran kami? Tuhan  tidak akan membiarkan diri-Nya 

dipermainkan seperti itu. Ia tahu bahwa kita tidak sanggup 

membayarnya. Akankah kita berkata, tidak ada harapan, dan 

biarlah terjadi apa pun yang akan terjadi atas diri kita? Hal itu 

justru akan memperburuk keadaan. 

[2] Orang-orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh akan 

mempertimbangkan apa yang hendak dikatakan, dan seperti 

Kitab Ezra 9:1-4 

 

709 

Ezra, harus memohon kepada Tuhan  agar mengajari mereka. Apa 

yang harus kita katakan? Katakanlah, “Aku telah berdosa, aku 

telah bertindak bodoh. Kiranya Tuhan  berbelas kasihan 

terhadapku, orang berdosa,” dan sejenisnya (lih. Hos. 14:3). 

(3) Ezra berkata-kata sebagai orang yang sangat takut (ay. 13-14). 

“Semua penghukuman telah dijatuhkan ke atas kami untuk membuat 

kami berbalik dari dosa, dan semua kelepasan telah diadakan bagi 

kami untuk membuat kami tergerak kepada Tuhan  dan kewajiban. 

Setelah semuanya itu, jika kami kembali melanggar perintah-Mu, 

dengan kawin-mengawin dengan bangsa-bangsa yang keji ini dan 

mengikuti jalan-jalan mereka, apa lagi yang dapat kami harapkan 

selain bahwa Tuhan  akan murka kepada kami sampai kami habis 

binasa, sehingga bahkan tidak ada yang tinggal hidup, atau terluput 

dari kehancuran?” Tidak ada tanda yang lebih pasti atau yang lebih 

menyedihkan akan kehancuran sebuah bangsa dibandingkan  

pemberontakan bangsa itu dengan berbuat dosa, dengan berbuat 

dosa-dosa yang sama lagi, sesudah mengalami berbagai penghukum-

an yang berat dan pembebasan yang luar biasa. Orang-orang yang 

tidak mau disadarkan oleh penghukuman yang berat ataupun 

pembebasan yang luar biasa memang pantas ditolak, seperti perak 

buangan, sebab sia-sia orang melebur terus-menerus. 

(4) Ezra berkata-kata sebagai orang yang sangat yakin akan keadilan 

Tuhan , dan membulatkan hati untuk menerima keadilan-Nya dan 

menyerahkan perkara itu kepada Dia yang hukuman-Nya 

berlangsung secara jujur (ay. 15): “Engkau maha benar, bijaksana, 

adil, dan baik. Engkau tidak akan menjahati kami ataupun berlaku 

keras terhadap kami. Oleh sebab  itu lihatlah, kami menghadap 

hadirat-Mu, kami bersimpuh di bawah kaki-Mu, sambil menantikan 

hukuman kami. Kami tidak mungkin tahan berdiri di hadapan-Mu, 

dengan menegaskan kebenaran kami sendiri, sebab  kami tidak 

mempunyai pembelaan yang akan mendukung atau membebaskan 

kami. Oleh sebab itu, kami jatuh tersungkur di hadapan-Mu, di dalam 

pelanggaran kami, dan berserah kepada belas kasihan-Mu. 

Lakukanlah kepada kami segala yang baik di mata-Mu (Hak. 10:15). 

Tidak ada suatu apa pun yang dapat kami katakan dan kami lakukan, 

selain memohon belas kasihan kepada yang mendakwa kami” (Ayb. 

9:15). Demikianlah orang yang baik ini membawa kesedihannya ke 

hadapan Tuhan , dan kemudian menyerahkannya kepada Dia. 

 


 

710 

 

 

PASAL  10  

alam pasal ini kita mendapati bahwa permasalahan yang dikeluhkan dan 

diratapi dalam pasal sebelumnya sekarang diperbaiki. Amatilah, 

I. Bagaimana hati umat dipersiapkan untuk perbaikan itu melalui 

perendahan diri yang mendalam atas dosa mereka (ay. 1). 

II. Bagaimana usulan perbaikan itu diajukan kepada Ezra oleh Sekhanya 

(ay. 2-4). 

III. Bagaimana usulan tersebut dilaksanakan. 

1. Para pembesar disumpah untuk melaksanakannya dengan setia 

(ay. 5). 

2. Ezra tampil pertama kali dalam pelaksanaan usulan itu (ay. 6). 

3. Segenap jemaah dipanggil berkumpul (ay. 7-9). 

4. Mereka semua, dengan menuruti imbauan Ezra, menyetujui 

pembaharuan tersebut (ay. 10-14). 

5. Para petugas ditunjuk untuk duduk “de die in diem” – hari demi 

hari, untuk memeriksa siapa saja yang telah memperistri 

wanita -wanita  asing dan untuk menyuruh mereka 

menyingkirkan wanita -wanita  itu. Hal ini dilakukan 

sebagaimana mestinya (ay. 15-17), dan daftar nama orang yang 

kedapatan bersalah pun disebutkan (ay. 18-44). 

Pembaharuan yang Dilakukan Ezra 

(10:1-5) 

1 Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan bersujud di depan 

rumah Tuhan , berhimpunlah kepadanya jemaah orang Israel yang sangat besar jumlahnya, 

laki-laki, wanita  dan anak-anak. Orang-orang itu menangis keras-keras. 2 Maka 

berbicaralah Sekhanya bin Yehiel, dari bani Elam, katanya kepada Ezra: “Kami telah 

melakukan perbuatan tidak setia terhadap Tuhan  kita, oleh sebab  kami telah 

memperisteri wanita  asing dari antara penduduk negeri. Namun demikian sekarang 

juga masih ada harapan bagi Israel. 3 Marilah kita sekarang mengikat perjanjian dengan 


 

714 

Tuhan  kita, bahwa kita akan mengusir semua wanita  itu dengan anak-anak yang 

dilahirkan mereka, menurut nasihat tuan dan orang-orang yang gemetar sebab  perintah 

Tuhan  kita. Dan biarlah orang bertindak menurut hukum Taurat. 4 Bangkitlah, sebab  hal 

itu yaitu  tugasmu. Kami akan mendampingi engkau. Kuatkanlah hatimu, dan 

bertindaklah!” 5 Kemudian bangkitlah Ezra dan menyuruh para pemuka imam dan orang-

orang Lewi dan segenap orang Israel bersumpah, bahwa mereka akan berbuat menurut 

perkataan itu, maka bersumpahlah mereka. 

Dalam perikop ini diberitahukan kepada kita, 

I. Kesan-kesan baik apa yang ditimbulkan dalam diri rakyat oleh sikap Ezra 

yang merendahkan diri dan mengaku dosa. Begitu terdengar di kota bahwa 

pemimpin baru mereka, yang atasnya mereka bersukacita, sekarang justru 

sedang berduka, dan sampai sedemikian dalam, sebab  mereka dan dosa 

mereka, pada saat itu juga berhimpunlah kepadanya jemaah orang Israel 

yang sangat besar jumlahnya, untuk melihat apa yang terjadi dan turut 

menangis bersamanya (ay. 1). Ratapan kita atas dosa orang lain dapat 

membuat mereka meratapi diri mereka sendiri, yang mungkin bila tidak kita 

ratapi akan tetap tidak sadar dan tidak menyesal. Lihatlah betapa 

membahagiakan dampak yang dapat ditimbulkan oleh teladan yang baik dari 

para pembesar terhadap orang-orang di bawah mereka. Ketika Ezra, seorang 

ahli kitab, seorang cendekiawan, orang yang memiliki wewenang di bawah 

sang raja, begitu dalamnya meratapi kebobrokan-kebobrokan masyarakat, 

maka mereka pun mengerti bahwa kebobrokan-kebobrokan itu memang 

sangat menyedihkan, sebab kalau tidak, ia tentu tidak akan berdukacita 

seperti itu sebab  mereka. Dan hal itu pun menyebabkan banjir air mata 

pada setiap orang: laki-laki, wanita , dan anak-anak menangis keras-

keras, ketika ia menangis seperti itu. 

II. Betapa baik usulan yang dibuat oleh Sekhanya pada kesempatan ini. Tempat 

kejadian itu ada di Bokhim – tempat para peratap. Akan namun , sepanjang 

yang bisa disaksikan, ada keheningan yang senyap di antara mereka, seperti 

di antara sahabat-sahabat Ayub, yang tidak mengucapkan sepatah kata 

kepadanya, sebab  mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya, 

hingga Sekhanya (salah satu kawan Ezra dari Babel, 8:3, 5) berdiri dan 

berbicara kepada Ezra. Dalam perkataannya itu, 

1. Sekhanya mengakui dosa bangsa itu, merangkum seluruh pengakuan 

Ezra dalam satu kata, dan memeteraikan bahwa hal itu benar adanya: 

“Kami telah melakukan perbuatan tidak setia terhadap Tuhan  kita, oleh 

sebab  kami telah memperisteri wanita  asing (ay. 2). Perkara ini 

terlalu jelas untuk disangkal, dan terlalu buruk untuk dimaafkan.” Tidak 

Kitab Ezra 10:1-5 

 

715 

tampak bahwa Sekhanya sendiri bersalah dalam perkara ini. Seandainya 

ada balok di dalam matanya sendiri, ia tentu tidak dapat melihat dengan 

begitu jelas untuk mengambil selumbar dari mata saudaranya. namun  

ayahnya bersalah, juga sejumlah anggota keluarga ayahnya (ay. 26), dan 

sebab  itu ia menempatkan dirinya di antara para pelanggar hukum. 

Tidak pula ia berusaha memaklumi atau meringankan dosa tersebut, 

meskipun beberapa kerabatnya melakukannya. Sebaliknya, dalam per-

kara menyangkut Tuhan , ia berkata tentang ayahnya, aku tidak 

mengindahkan dia, seperti yang dikatakan orang Lewi (Ul. 33:9). 

Mungkin wanita  asing yang telah diperistri oleh ayahnya itu 

menjadi ibu tiri yang jahat dan berlaku tidak adil kepadanya, dan telah 

membuat keonaran dalam keluarga. Dan Sekhanya beranggapan bahwa 

wanita -persempuan asing lain pun telah melakukan hal serupa, 

yang membuatnya semakin tergerak untuk tampil menentang 

kebobrokan ini. Jika demikian, ini bukan satu-satunya peristiwa di mana 

kebencian pribadi dipakai oleh penyelenggaraan Tuhan  guna 

mewujudkan kebaikan bersama. 

2. Sekhanya menguatkan dirinya dan orang lain untuk berharap bahwa 

sekalipun buruk, perkara itu dapat diperbaiki: “Namun demikian 

sekarang juga masih ada harapan bagi Israel. Memang, di mana lagi ada 

harapan selain di Israel? Orang-orang yang tidak termasuk kewargaan 

Israel dikatakan tanpa pengharapan (Ef. 2:12), bahkan mengenai perkara 

ini. Persoalan itu menyedihkan, namun  bukannya tanpa harapan. Penyakit 

itu mengancam, namun  bukannya tidak bisa disembuhkan. Ada harapan 

bahwa umat bisa diperbaharui, yang bersalah dibuat berbalik kembali, 

dan penyebaran penyakit itu dihentikan. Dengan demikian, 

penghakiman yang pantas dijatuhkan sebab  dosa tersebut bisa dicegah, 

dan semua akan baik-baik saja. Sekarang juga masih ada harapan. 

Sekarang, sebab  penyakitnya sudah diketahui, maka penyakit itu sudah 

setengah sembuh. Sekarang, sebab  peringatan telah diterima, maka 

rakyat mulai menyadari kejahatan mereka, dan meratapinya. Roh 

pertobatan tampak tercurah ke atas mereka, dan mereka semua 

merendahkan diri seperti itu di hadapan Tuhan  sebab  kejahatan mereka, 

sebab sekarang juga ada harapan bahwa Tuhan  akan mengampuni dan 

berbelaskasihan. Lembah Akhor, yang berarti persoalan, yaitu  pintu 

pengharapan (Hos. 2:14), sebab dosa yang sungguh-sungguh mengusik 

kita tidak akan membinasakan kita. Sekarang juga ada harapan, sebab  

Israel memiliki pemimpin yang begitu bijaksana, saleh, dan giat seperti 

Ezra untuk menangani perkara ini. Perhatikanlah,  


 

716 

(1) Pada masa-masa kesedihan, kita harus melihat dan mencermati apa 

yang mendukung kita dan apa yang melawan kita.  

(2) Bisa jadi ada pengharapan yang baik melalui anugerah, sekalipun 

ada rasa bersalah yang besar di hadapan Tuhan .  

(3) Apabila dosa dilihat dan ditangisi, dan langkah-langkah yang baik 

diambil menuju pembaharuan, maka bahkan orang berdosa pun 

harus dibesarkan hatinya.  

(4) Bahkan orang-orang kudus yang paling hebat sekalipun harus 

dengan penuh syukur menerima nasihat dan penghiburan yang 

datang tepat waktu dari orang-orang yang berada jauh di bawah 

mereka, seperti Ezra menerima dari Sekhanya. 

3 Sekhanya mengusulkan agar diambil tindakan cepat dan tuntas untuk 

menceraikan para istri dari bangsa asing itu. Masalahnya jelas, kesalahan 

yang sudah dilakukan harus ditarik kembali sejauh mungkin. Yang 

kurang dibandingkan  itu bukanlah pertobatan sejati. Marilah kita mengusir 

semua wanita  itu dengan anak-anak yang dilahirkan mereka (ay. 3). 

Meskipun Ezra tahu bahwa itulah satu-satunya cara untuk memperbaiki 

masalah tersebut, namun mungkin ia berpikir bahwa cara itu tidak 

mudah dilaksanakan, dan ia kehilangan harapan bahwa rakyat akan mau 

melakukannya. Hal ini membuatnya bingung, seperti yang kita lihat 

dalam pasal sebelumnya. Akan namun  Sekhanya, yang lebih banyak 

bergaul dengan umat dibandingkan  Ezra, meyakinkan dia bahwa tindakan itu 

bisa dilakukan bila mereka bekerja dengan bijaksana. Bagi kita sekarang, 

sudah pasti bahwa dosa harus disingkirkan, surat cerai harus diberikan 

kepada dosa itu, dengan tekad untuk tidak pernah lagi berurusan 

dengannya, meskipun dosa itu disayangi seperti istri sendiri, bahkan 

seperti mata kanan atau tangan kanan, sebab jika tidak, maka tiada peng-

ampunan, tiada damai. Apa yang telah diambil dengan tidak benar, tidak 

dapat dipertahankan dengan benar, namun  harus dikembalikan. Namun, 

berkenaan dengan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang 

yang tak percaya, usulan Sekhanya itu tidak bisa diberlakukan pada 

zaman sekarang, walaupun Sekhanya pada waktu itu melihatnya sebagai 

sesuatu yang begitu jelas. Pernikahan-pernikahan seperti itu, sudah 

pasti, yaitu  sesuatu yang berdosa, dan seharusnya tidak boleh 

dilakukan, namun  tetap sah adanya. Quod fieri non debuit, factum valet – 

Sesuatu yang sebetulnya tidak boleh dilakukan, jika sudah terlanjur 

dilakukan, akan tetap mengikat. Pedoman kita di bawah Injil yaitu , 

kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan 

Kitab Ezra 10:1-5 

 

717 

wanita  itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara 

itu menceraikan dia (1Kor. 7:12-13). 

4. Sekhanya menetapkan cara yang baik bagi mereka untuk mewujudkan 

pembaharuan tersebut, dan menunjukkan kepada mereka bukan hanya 

bahwa hal itu harus dilakukan, melainkan juga bagaimana caranya.  

(1) “Hendaklah Ezra, bersama semua orang yang hadir dalam kumpulan 

jemaah ini, sepakat bahwa tindakan ini harus dilakukan (lakukan 

segera pemungutan suara untuk mencari tahu hasilnya. Ketetapan 

itu sekarang akan dibuat nemine contradicente – dengan suara bulat). 

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa ketetapan itu dilaksanakan 

menurut nasihat tuan, pemimpin jemaah ini, dengan persetujuan 

bulat dari orang-orang yang gemetar sebab  perintah Tuhan  kita, yang 

merupakan gambaran dari orang-orang yang datang berkumpul 

kepada Ezra (9:4). Umumkanlah ketetapan itu sebagai kesadaran 

dari semua orang yang berakal sehat dan bersungguh-sungguh di 

antara kita, maka tidak bisa tidak, pengaruhnya akan besar di antara 

orang Israel.”  

(2) “Hendaklah perintah Tuhan  dalam perkara ini, yang dikutip Ezra 

dalam doanya, diucapkan di hadapan rakyat, dan biarlah mereka 

melihat bahwa ketetapan itu diperbuat menurut hukum Taurat. Kita 

memiliki hukum Taurat yang memberi kita kuasa untuk 

melakukannya, bahkan, yang mengikat kita pada apa yang kita 

lakukan. Ini bukanlah tambahan dari kita sendiri terhadap hukum 

ilahi, melainkan pelaksanaan yang semestinya dari hukum itu.”  

(3) “Selama kita sedang berpikiran baik, marilah kita mengikat diri 

dengan sumpah dan kovenan yang khidmat bahwa kita akan 

melakukannya, sebab kalau tidak, apabila kesan-kesan yang ada 

sekarang telah hilang, perkara ini akan dibiarkan tidak terlaksana. 

Marilah kita mengikat kovenan, bukan hanya bahwa, apabila kita 

telah memperistri orang asing, kita akan menyingkirkan mereka, 

melainkan juga bahwa, apabila tidak, kita akan melakukan apa yang 

dapat kita lakukan untuk membuat orang lain menyingkirkan istri-

istri asing mereka.”  

(4) “Hendaklah Ezra sendiri yang memimpin perkara ini, sebab dia 

diberi wewenang oleh mandat raja untuk mencari tahu apakah 

hukum Tuhan  dipelihara sebagaimana mestinya di Yehuda dan 

Yerusalem (7:14). Dan hendaklah kita semua menetapkan hati untuk 

mendukung Ezra dalam perkara ini (ay. 4). Bangkitlah, kuatkanlah 

hatimu! Dalam perkara ini, meratap itu baik, namun  memperbaharui 


 

718 

lebih baik lagi.” Lihat apa yang difirmankan Tuhan  kepada Yosua 

dalam perkara serupa (Yos. 7:10-11). 

III. Keputusan baik apa yang mereka capai atas usulan yang baik ini (ay. 5). 

Mereka bukan hanya sepakat bahwa hal itu harus dilakukan, namun  juga 

mengikat diri dengan sumpah bahwa mereka akan berbuat menurut 

perkataan itu. Amankan segera, supaya tidak hilang. 

Pembaharuan yang Dilakukan Ezra 

(10:6-14) 

6 Sesudah itu Ezra pergi dari depan rumah Tuhan  menuju bilik Yohanan bin Elyasib, dan di 

sana ia bermalam dengan tidak makan roti dan minum air, sebab ia berkabung sebab  

orang-orang buangan itu telah melakukan perbuatan tidak setia. 7 Lalu disiarkanlah 

pengumuman di Yehuda dan di Yerusalem kepada semua orang yang pulang dari 

pembuangan untuk berhimpun di Yerusalem. 8 Barangsiapa dalam tiga hari tidak datang, 

maka menurut keputusan para pemimpin dan tua-tua segala hartanya akan disita dan ia 

akan dikucilkan dari jemaah yang pulang dari pembuangan. 9 Lalu berhimpunlah semua 

orang laki-laki Yehuda dan Benyamin di Yerusalem dalam tiga hari itu, yaitu  dalam bulan 

kesembilan pada tanggal dua puluh bulan itu. Seluruh rakyat duduk di halaman rumah 

Tuhan , sambil menggigil sebab  perkara itu dan sebab  hujan lebat. 10 Maka bangkitlah 

imam Ezra, lalu berkata kepada mereka: “Kamu telah melakukan perbuatan tidak setia, 

sebab  kamu memperisteri wanita  asing dan dengan demikian menambah kesalahan 

orang Israel. 11 namun  sekarang mengakulah di hadapan TUHAN, Tuhan  nenek moyangmu, 

dan lakukanlah apa yang berkenan kepada-Nya dan pisahkanlah dirimu dari penduduk 

negeri dan wanita -wanita  asing itu!” 12 Lalu seluruh jemaah menjawab dan 

berseru dengan suara nyaring: “Sesungguhnya, yaitu  kewajiban kami melakukan seperti 

katamu itu. 13 namun  orang-orang ini besar jumlahnya dan sekarang musim hujan, 

sehingga orang tidak sanggup lagi berdiri di luar. Lagipula pekerjaan itu bukan perkara 

sehari dua hari, sebab  dalam hal itu kami telah banyak melakukan pelanggaran.  

14 Biarlah pemimpin-pemimpin kami bertindak mewakili jemaah seluruhnya, maka setiap 

orang di kota-kota kami yang memperisteri wanita  asing harus datang menghadap 

pada waktu-waktu tertentu, dan bersama-sama mereka para tua-tua dan para hakim di 

tiap-tiap kota, sampai murka Tuhan  kami yang bernyala-nyala sebab  perkara ini 

dijauhkan dari kami.” 

Pada perikop ini, kita mendapati tindak lanjut dari keputusan yang belum lama 

ini diambil mengenai istri-istri dari bangsa asing. Tiada waktu yang terbuang. 

Mereka langsung memanfaatkan kesempatan selagi ada, dan segera saja 

memutar roda pembaharuan. 

1. Ezra pergi ke bilik penasihat, di mana, ada kemungkinan, para imam biasa 

bertemu untuk membicarakan urusan rakyat. Dan sebelum ia tiba di sana 

(demikian ayat itu harus dibaca menurut Uskup Patrick), sebelum ia melihat 

ada suatu tindakan dilakukan, dan kemungkinan besar akan dilakukan, 

untuk memperbaiki masalah ini, ia tidak makan roti dan minum air, namun  

Kitab Ezra 10:1-5 

 

719 

terus berkabung. Berduka sebab  dosa haruslah menjadi duka yang berlang-

sung lama. Pastikan duka itu terus ada sampai dosanya disingkirkan. 

2. Ezra memberikan perintah kepada semua orang yang pulang dari 

pembuangan untuk datang kepadanya di Yerusalem dalam waktu tiga hari 

(ay. 7-8). Dan, sebab  diberi wewenang oleh raja untuk menegakkan 

perintahnya dengan menyertakan hukuman (7:26), ia mengancam bahwa 

barang siapa tidak mau memenuhi panggilan tersebut akan disita hartanya 

dan dikucilkan. Hukuman bagi orang yang tidak mau menghadiri 

perkumpulan keagamaan ini ialah bahwa harta miliknya, sebagai ganti 

dirinya, akan dipakai untuk keperluan agama mereka untuk seterusnya. 

sedang  orang itu sendiri, atas penghinaannya, akan selamanya diasing-

kan dari segala kehormatan dan hak istimewa agama mereka. Ia harus 

dikucilkan. 

3. Dalam jangka waktu yang telah ditentukan, sebagian besar rakyat 

berkumpul di Yerusalem dan menunjukkan diri di halaman rumah Tuhan  (ay. 

9). Orang-orang yang tidak bersemangat mengerjakan tugas panggilan itu, 

bahkan, mungkin yang tidak menyukainya, sebab  mereka sendiri 

melanggar hukum, sekalipun begitu menaruh hormat yang begitu besar 

terhadap wewenang Ezra, dan begitu gentar oleh ancaman hukumannya, 

sehingga mereka tidak berani duduk diam. 

4. Tuhan  memberi mereka tanda murka-Nya melalui hujan lebat yang turun 

pada waktu itu (ay. 9, dan sekali lagi ay. 13), yang kemungkinan membuat 

sebagian orang tidak datang, dan sangat menyusahkan orang-orang yang 

berkumpul di halaman. Ketika mereka menangis, sorga menangis juga. Hal 

ini menandakan bahwa, meskipun Tuhan  murka terhadap mereka sebab  

dosa mereka, namun Dia amat berkenan pada pertobatan mereka, dan 

seperti yang dikatakan dalam Hakim-hakim 10:16, TUHAN tidak dapat lagi 

menahan hati-Nya melihat kesukaran mereka. Hujan itu juga merupakan 

tanda akan buah-buah yang baik dari pertobatan mereka, sebab hujan 

membuat bumi subur. 

5. Ezra memberikan perintah kepada kumpulan jemaah yang besar ini. Ia 

memberi tahu mereka apa alasannya mengumpulkan mereka sekarang, 

yaitu  sebab  ia melihat bahwa sejak kepulangan mereka dari pembuangan, 

mereka telah menambah kesalahan orang Israel dengan memperisteri 

wanita  asing. Mereka telah menambahkan pelanggaran baru ini ke 

dalam dosa-dosa mereka yang dulu, yang pasti akan menjadi jalan masuknya 

penyembahan berhala sekali lagi, dosa yang justru telah membuat mereka 

menderita dan yang diharapkan Ezra telah sembuh dari mereka dalam 

pembuangan. Dan ia memanggil mereka berkumpul supaya mereka dapat 


 

720 

mengaku dosa kepada Tuhan , dan, setelah melakukannya, mereka dapat 

menyatakan bahwa mereka siap dan bersedia melakukan apa yang berkenan 

kepada-Nya, sebagaimana yang akan diberitahukan kepada mereka (yang 

pasti akan dilakukan oleh semua orang yang sungguh-sungguh bertobat dari 

apa yang telah mereka perbuat sehingga murka-Nya tercurah). Dan khu-

susnya supaya mereka dapat memisahkan diri dari semua penyembah 

berhala, terutama istri-istri asing mereka yang menyembah berhala (ay. 10-

11). Dapat kita duga bahwa Ezra berbicara panjang lebar tentang pokok-

pokok bahasan ini, dan kemungkinan membuat pengakuan dosa lain 

sekarang seperti yang pernah dibuatnya dalam pasal 9, yang untuk itu ia 

meminta rakyat mengucapkan Amin. 

6. Umat itu tunduk bukan hanya pada kekuasaan hukum Ezra secara umum, 

namun  juga pada penyelidikan dan keputusannya dalam perkara ini, 

“Sesungguhnya, yaitu  kewajiban kami melakukan seperti katamu itu (ay. 

12). Kami telah berdosa sebab  bercampur baur dengan bangsa kafir, dan 

dengan demikian kami tidak hanya terancam bahaya akan dirusakkan oleh 

mereka, sebab kami ini rapuh, namun  juga akan terhilang di antara mereka, 

sebab kami ini hanya sedikit. Oleh sebab  itu, kami sadar bahwa mutlak 

perlu bagi kami untuk memisahkan diri dari mereka lagi.” Ada harapan bagi 

rakyat apabila mereka sadar bahwa bukan hanya menjauhkan diri dari dosa-

dosa mereka yaitu  hal yang baik, melainkan juga bahwa hal itu mutlak 

perlu. Kita harus melakukannya, atau kita akan binasa. 

7. Sudah disepakati bahwa perkara ini harus dilanjutkan, bukan dalam 

kumpulan jemaah yang besar, bukan pula bahwa mereka harus 

menyelesaikannya secara tiba-tiba, namun  bahwa sejumlah perwakilan harus 

ditunjuk untuk menerima keluhan, dan mendengarkan serta menjatuhkan 

keputusan atasnya. Hal ini tidak bisa dilakukan pada saat itu juga, sebab  

belum ditentukan caranya, lagi pula jemaah tidak sanggup berdiri di luar 

sebab  hujan. Para pelanggar itu banyak jumlahnya, dan perlu waktu untuk 

mencari tahu dan memeriksa mereka. Kasus-kasus yang pelik akan timbul, 

dan tidak bisa diputuskan tanpa perbantahan dan perembukan (ay. 13). 

“Oleh sebab itu, biarlah kumpulan itu dibubarkan, sementara para pemimpin 

berdiri untuk menerima laporan menyangkut perkara itu. Biarlah mereka 

bergerak dari kota ke kota, dan biarlah para pelanggar dinyatakan bersalah 

di hadapan para hakim dan tua-tua kota mereka masing-masing. Dan biarlah 

mereka diserahi kepercayaan untuk memastikan bahwa perintah-perintah 

tersebut dilaksanakan. Jadi, jangan terburu-buru, maka kita pasti akan 

melakukannya dengan lebih cepat, sementara, jika kita terburu-buru, kita 

malah hanya mengerjakannya setengah-setengah (ay. 14). Bila dengan cara 

Kitab Ezra 10:1-5 

 

721 

ini pembaharuan yang menyeluruh diadakan, maka murka Tuhan  yang 

bernyala-nyala akan dijauhkan dari kita, murka yang kita rasakan siap 

tercurah ke atas kita sebab  pelanggaran ini.” Ezra tidak keberatan apabila 

semangatnya itu harus dibimbing oleh kehati-hatian umat, dan ia pun 

mengerjakan perkara tersebut dengan cara ini. Ia tidak malu mengakui 

bahwa nasihat itu berasal dari mereka, sama seperti ia tidak malu untuk 

menurutinya. 

Pembaharuan yang Dilakukan Ezra  

(10:15-44) 

15 Hanya Yonatan bin Asael, dan Yahzeya bin Tikwa, berdiri menentang perkara itu, 

disokong oleh Mesulam dan Sabetai, orang Lewi itu. 16 namun  mereka yang pulang dari 

pembuangan melakukannya. Maka imam Ezra memilih beberapa orang, kepala-kepala 

kaum keluarga, masing-masing untuk kaum keluarganya, semuanya dengan namanya 

disebut. Pada hari pertama bulan kesepuluh mereka bersidang untuk menyelidiki perkara 

itu,  

17 dan mereka menyelesaikan segala urusan mengenai orang yang memperisteri 

wanita  asing itu pada hari pertama bulan pertama. 18 Di antara kaum imam yang 

memperisteri wanita  asing terdapat: dari bani Yesua bin Yozadak, dengan saudara-

saudaranya: Maaseya, Eliezer, Yarib dan Gedalya. 19 Dengan memegang tangan, mereka 

itu berjanji akan mengusir isteri mereka. Dan mereka mempersembahkan seekor domba 

jantan dari kawanan kambing domba sebagai korban penebus salah sebab  kesalahan 

mereka. 20 Dari bani Imer: Hanani dan Zebaja; 21 dari bani Harim: Maaseya, Elia, Semaya, 

Yehiel dan Uzia; 22 dan dari bani Pasyhur: Elyoenai, Maaseya, Ismael, Netaneel, Yozabad 

dan Elasa. 23 Dari orang-orang Lewi: Yozabad, Simei, Kelaya (yaitu  Kelita), Petahya, Yuda 

dan Eliezer. 24 Dari para penyanyi: Elyasib. Dari para penunggu pintu gerbang: Salum, 

Telem dan Uri. 25 Dari orang-orang Israel yang lain: dari bani Paros: Ramya, Yezia, Malkia, 

Miyamin, Eleazar, Malkia dan Benaya. 26 Dari bani Elam: Matanya, Zakharia, Yehiel, Abdi, 

Yeremot dan Elia. 27 Dari bani Zatu: Elyoenai, Elyasib, Matanya, Yeremot, Zabad dan Aziza. 

28 Dari bani Bebai: Yohanan, Hananya, Zabai dan Altai. 29 Dari bani Bani: Mesulam, 

Malukh, Adaya, Yasub, Seal dan Yeramot. 30 Dari bani Pahat-Moab: Adna dan Kelal, 

Benaya, Maaseya, Matania, Bezaleel, Binui dan Manasye. 31 Dari bani Harim: Eliezer, Yisia, 

Malkia, Semaya, Simeon, 32 Benyamin, Malukh, dan Semarya. 33 Dari bani Hasum: Matnai, 

Matata, Zabad, Elifelet, Yeremai, Manasye dan Simei. 34 Dari bani Bani: Maadai, Amram, Uel, 35 

Benaya, Bedeya, Keluhu, 36 Wanya, Meremot, Elyasib,  

37 Matanya, Matnai, Yaasai. 38 Dari bani Binui: Simei, 39 Selemya, Natan, Adaya, 40 Makhnadbai, 

Sasai, Sarai, 41 Azareel, Selemya, Semarya, 42 Salum, Amarya dan Yusuf. 43 Dari bani Nebo: 

Yeiel, Matica, Zabad, Zebina, Yadai, Yoel dan Benaya. 44 Mereka sekalian mengambil sebagai 

isteri wanita  asing; maka mereka menyuruh pergi isteri-isteri itu dengan anak-anaknya. 

Cara untuk menyelesaikan persoalan ini telah diputuskan, dan segenap jemaah 

telah dibubarkan, supaya setiap orang pada tempatnya masing-masing dapat 

memperoleh dan memberikan keterangan untuk mempermudah penyelesaian 

perkara itu. Pada perikop ini diceritakan kepada kita, 

1. Siapa saja orang-orang yang turun tangan menangani masalah tersebut dan 

membawa perkara secara rutin ke hadapan para petugas (KJV). Mereka 


 

722 

yaitu  Yonatan dan Yahzeya, dua orang yang giat, entah dari kalangan imam 

atau rakyat biasa tidaklah jelas. namun  kemungkinan mereka yaitu  orang-

orang yang pernah mengajukan usulan yang disebutkan itu (ay. 13-14), 

sehingga merekalah orang yang paling tepat untuk memastikan 

pelaksanaannya. Dua orang Lewi yang jujur bergabung bersama mereka, dan 

menyokong mereka (ay. 15). Dr.Lightfoot memberikan pemaknaan yang 

berlawanan mengenai ayat ini: Hanya (atau meskipun demikian) Yonatan bin 

Asael dan Yahzeya bin Tikwa berdiri menentang perkara itu (yang memang 

sangat didukung bila membaca bahasa aslinya). Dan kedua orang Lewi ini 

menyokong mereka dalam menentangnya, entah menentang perkara itu 

sendiri atau cara pelaksanaannya yang disebutkan di sini. Memang aneh bila 

pekerjaan semacam ini dijalankan tanpa menemui perlawanan sama sekali. 

2. Siapa saja para petugas yang duduk menangani masalah ini. Ezra sebagai 

ketua, dan bersama dia ada beberapa orang, yaitu kepala-kepala kaum 

keluarga yang dilengkapi dengan hikmat dan semangat melebihi orang-

orang lain untuk melakukan pelayanan ini (ay. 16). Sungguh suatu 

kebahagiaan bagi mereka bahwa mereka memiliki orang seperti Ezra yang 

mengepalai mereka. Mereka tidak akan dapat mengerjakannya dengan baik 

tanpa pimpinannya, namun ia juga tidak akan mau melakukannya tanpa per-

setujuan mereka. 

3. Berapa lama waktu yang mereka perlukan untuk mengerjakannya. Mereka 

mulai pada hari pertama bulan kesepuluh untuk menyelidiki perkara itu (ay. 

16), hanya sepuluh hari setelah cara ini diajukan (ay. 9), dan mereka 

menyelesaikannya dalam tiga bulan (ay. 17). Mereka duduk dan 

mengerjakan tugas mereka dengan tekun, kalau tidak, mereka tidak akan 

dapat menyelesaikan begitu banyak perkara di hadapan mereka dalam 

waktu yang sesingkat itu. Sebab kita dapat menduga bahwa semua orang 

yang didakwa tentu dimintai keterangan secara adil tentang alasan yang 

dapat mereka tunjukkan mengapa mereka tidak perlu bercerai. Dan, jika kita 

boleh menilai berdasarkan perkara-perkara lain, asalkan sang istri menjadi 

pemeluk agama Yahudi, ia tidak boleh disingkirkan. Dan persidangan ini 

pasti menuntut perhatian yang besar. 

4. Siapa saja orang-orang yang kedapatan bersalah atas kejahatan ini. Nama 

mereka dicatat di sini sebagai cela bagi mereka untuk selamanya. Banyak 

dari antara para imam, bahkan dari keluarga Yesua, sang imam besar, 

dinyatakan bersalah (ay. 18), sekalipun hukum Taurat telah memberikan 

ketentuan secara khusus, untuk menjaga kehormatan perkawinan mereka, 

bahwa sebab  mereka sendiri kudus, maka mereka tidak boleh menikah 

dengan orang-orang yang cemar (Im. 21:7). Para imam yang seharusnya 

Kitab Ezra 10:1-5 

 

723 

mengajarkan hukum Taurat kepada orang lain justru melanggarnya sendiri, 

dan melalui contoh yang mereka berikan, mereka membuat orang lain 

berani berbuat serupa. Namun, sebab  mereka telah kehilangan kekudusan 

mereka dalam perkara ini, mereka berbuat benar dengan mengakui 

kesalahan mereka dan memberi teladan pertobatan. Sebab mereka berjanji 

dengan memegang tangan untuk menyingkirkan istri-istri asing mereka 

(sebagian penafsir beranggapan bahwa mereka bersumpah untuk melaku-

kannya dengan mengangkat tangan). Dan mereka memakai cara yang telah 

ditetapkan untuk memperoleh pengampunan, yaitu dengan membawa 

domba jantan yang ditetapkan oleh hukum Taurat sebagai korban penebus 

salah (Im. 6:6). Dengan demikian, mereka mengakui kesalahan mereka dan 

ganjaran yang pantas untuknya, serta dengan rendah hati meminta 

pengampunan. Kira-kira 113 orang semuanya yang telah memperistri 

wanita -wanita  asing disebutkan namanya di sini, dan sebagian dari 

mereka, demikian dikatakan (ay. 44), mempunyai anak dari wanita -

wanita  itu. Hal ini menyiratkan bahwa tidak banyak dari mereka yang 

mempunyai anak, sebab Tuhan  tidak memahkotai perkawinan-perkawinan 

itu dengan berkat anak yang banyak. Tidak jelas apakah anak-anak itu 

disingkirkan bersama ibu mereka, seperti yang diusulkan Sekhanya. 

Kelihatannya tidak. Bagaimanapun juga, ada kemungkinan bahwa para istri 

yang diceraikan itu tetap dinafkahi dengan baik, sesuai dengan kedudukan 

mereka. Orang akan mengira bahwa persoalan ini sudah diatasi secara 

menyeluruh, namun kita menjumpainya lagi (Neh. 13:23 dan Mal. 2:11), 

sebab  kebusukan-kebusukan seperti ini bisa masuk dengan mudah dan 

tanpa disadari, namun  sangat sulit untuk dibersihkan kembali. Para 

pembaharu yang terbaik sekalipun hanya bisa berupaya, namun , ketika Sang 

Penebus sendiri datang ke Sion, Dia pasti akan menyingkirkan segala 

kefasikan dari pada Yakub. 

 

 

 

T A F S I R A N  M A T T H E W  H E N R Y  

Kitab  

Nehemia  

   

 

TAFSIRAN KITAB Nehemia  

Disertai Renungan Praktis  

itab ini melanjutkan sejarah orang-orang buangan, yaitu orang-orang 

Yahudi yang malang, yang baru-baru ini kembali dari Babel ke negeri 

mereka sendiri. Pada waktu ini tidak hanya kerajaan Persia berkembang pesat 

dalam kemegahan dan kekuasaan yang besar, namun  juga Yunani dan Roma 

mulai menjadi dua negeri yang sangat hebat dan diperhitungkan. Tentang 

perkara-perkara yang terjadi pada kedua pemerintahan yang agung dan perkasa 

tersebut, kita memiliki catatan sejarah asli yang masih ada. namun  sejarah suci 

yang penuh dengan ilham ilahi hanya memberi perhatian terhadap 

pemerintahan bangsa Yahudi saja, dan tidak menyebut bangsa-bangsa lain 

kecuali kalau ada hubungannya dengan Israel milik Tuhan . Sebab bagian TUHAN 

yaitu  umat-Nya. Mereka yaitu  harta-Nya yang istimewa, dan, dibandingkan 

dengan mereka, semua bangsa lain di dunia hanyalah sekam saja. Menurut 

anggapan saya, meskipun Ezra sang ahli kitab maupun Nehemia sang gubernur 

daerah tidak pernah mengenakan sebuah mahkota, namun mereka memimpin 

sebuah pasukan, menaklukkan suatu negeri, atau termasyhur sebab  

kebijaksanaan atau kepandaian berbicara mereka. Namun keduanya, sebagai 

orang-orang yang saleh dan tekun berdoa, dan sangat berjasa di zaman mereka 

kepada jemaah Tuhan  dan kepentingan-kepentingan agama, sesungguhnya 

yaitu  orang-orang yang lebih besar dan lebih terhormat, bukan hanya dibandingkan  

penguasa atau kepala negara Roma, melainkan juga dibandingkan  Xenofon, atau 

Demosthenes, atau Plato sendiri, yang hidup di zaman yang sama, tokoh-tokoh 

cemerlang dari Yunani. Peran Nehemia dalam membuat bangsa Israel bisa 

menetap dengan tenang kita dapati penjelasan lengkapnya dalam kitab ini, yang 

berisi ulasan atau riwayat hidupnya sendiri. Di dalamnya dia menuliskan bukan 

hanya pekerjaan-pekerjaan tangannya, melainkan juga apa yang berkecamuk di 

dalam hatinya, dalam mengurus perkara-perkara masyarakat. Ia menyisipkan ke 

dalam cerita itu banyak renungan dan seruan yang penuh kesalehan, yang 


 

730 

menyingkapkan bahwa di dalam lubuk hatinya tersimpan kesalehan yang 

sungguh-sungguh, dan yang menjadi ciri khas tulisannya. Selama dua belas 

tahun, dari tahun yang kedua puluh (ay. 1) sampai tahun yang ketiga puluh dua 

dari pemerintahannya (13:6), dia menjadi gubernur Yehuda, di bawah Artah-

sasta raja Persia, yang oleh Dr. Lightfoot dianggap sebagai orang yang sama 

dengan orang yang telah memberikan perintah kepada Ezra. Kitab ini 

menceritakan,  

I. Kepedulian Nehemia terhadap Yerusalem dan perintah yang 

didapatnya dari sang raja untuk pergi ke sana (ps. 1-2).  

II. Pekerjaannya membangun tembok Yerusalem kendati menghadapi 

perlawanan (ps. 3-4).  

III. Tindakannya dalam mengatasi masalah-masalah rakyat (ps. 5).  

IV. Selesainya pembangunan tembok yang dikerjakannya (ps. 6).  

V. Penghitungan yang dilakukannya atas rakyat (ps. 7).  

VI. Panggilan yang diadakannya kepada rakyat untuk melakukan upacara 

pembacaan hukum Taurat, berpuasa, berdoa, dan memperbaharui 

kovenan mereka (ps. 8-10).  

VII. Perhatian yang diberikannya untuk memadati kembali kota suci dan 

membuat suku yang kudus itu menetap dengan tenang (ps. 11-12).  

VIII. Semangatnya dalam memperbaiki berbagai penyimpangan (ps. 

13). Sebagian orang menyebut kitab ini sebagai kitab kedua dari Ezra, 

bukan sebab  dia yaitu  penulisnya, melainkan sebab  kitab ini 

merupakan kelanjutan dari sejarah kitab sebelumnya, yang berkaitan 

dengan kitab ini (ay. 1). Ini yaitu  kitab sejarah yang terakhir, 

sebagaimana Maleakhi yaitu  kitab nubuatan yang terakhir, dari 

Perjanjian Lama.  

 

 

 

 

PASAL  1  

alam pasal ini kita pertama kali berjumpa dengan Nehemia di istana 

Persia, di mana kita mendapati dia,  

I. Merasa ingin tahu tentang keadaan orang-orang Yahudi dan Yerusalem 

(ay. 1-2).  

II. Mendapat kabar tentang keadaan mereka yang menyedihkan (ay. 3).  

III. Berpuasa dan berdoa setelah mendengar kabar itu (ay. 4), dengan 

rincian isi doanya (ay. 5-11). Demikianlah awal kemunculan tokoh 

besar ini, yaitu melalui kesalehan, bukan melalui kecerdikan dalam 

perkara-perkara duniawi.  

Kesedihan Nehemia  

(1:1-4) 

1 Riwayat Nehemia bin Hakhalya. Pada bulan Kislew tahun kedua puluh, ketika aku ada di 

puri Susan, 2 datanglah Hanani, salah seorang dari saudara-saudaraku dengan beberapa 

orang dari Yehuda. Aku menanyakan mereka tentang orang-orang Yahudi yang terluput, 

yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem. 3 Kata mereka kepadaku: “Orang-

orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam 

kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan 

pintu-pintu gerbangnya telah terbakar.” 4 Ketika kudengar berita ini, duduklah aku 

menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat 

Tuhan  semesta langit, 

Dari suku apa Nehemia berasal tidaklah dijelaskan di bagian mana pun. Akan 

namun , jika benar (sebagaimana pengarang Kitab Makabe memberi tahu kita, 2 

Makabe 1:18), bahwa dia mempersembahkan korban, maka kita dapat 

menyimpulkan bahwa dia yaitu  seorang imam. Amatilah, 

I. Kedudukan Nehemia di istana Persia. Kita di sini diberi tahu bahwa dia 

berada di  puri Susan, atau kota kerajaan, dari raja Persia, tempat istana raja 


 

734 

biasanya berada (ay. 1). Dan bahwa dia ada-lah juru minuman raja (ay. 

11). Raja-raja dan para pembesar mungkin memandang sebagai suatu 

kebesaran apabila mereka dilayani oleh berbagai orang dari bangsa-bangsa 

lain. Melalui kedudukannya di istana ini, Nehemia akan lebih diperlengkapi 

untuk melakukan pelayanan bagi negerinya di tempat yang memang telah 

dirancang oleh Tuhan  baginya, seperti Musa lebih layak untuk memerintah 

sebab  dibesarkan di dalam istana Firaun, dan Daud di dalam istana Saul. 

Nehemia juga akan mendapatkan kesempatan yang lebih baik untuk 

melayani negerinya melalui pengaruhnya atas sang raja dan orang-orang di 

sekelilingnya. Amatilah, ia tidak ingin cepat-cepat memberi tahu kita betapa 

tinggi kedudukannya di istana. Baru pada akhir pasal ini dia memberi tahu 

kita bahwa dia yaitu  seorang juru minuman raja (sebuah jabatan dengan 

kepercayaan, seperti juga kehormatan dan keuntungan, yang besar), ketika 

dia tidak dapat menghindar untuk menyebutkannya oleh sebab  apa yang 

diceritakan selanjutnya. Namun mula-mula dia hanya berkata, aku ada di 

puri Susan. Dari sini kita dapat belajar untuk rendah hati dan bersahaja, dan 

menahan diri untuk berbicara tentang keberhasilan diri kita sendiri. namun  

dalam penyelenggaraan Tuhan  terhadap Nehemia, kita dapat mencermati, 

bagi penghiburan kita,  

1. Bahwa ketika Tuhan  mempunyai pekerjaan untuk dilakukan, Dia tidak 

akan pernah kekurangan alat yang dapat dipakai untuk melakukannya.  

2. Bahwa apabila Tuhan  merancang orang-orang untuk melayani-Nya, maka 

Ia akan menemukan cara-cara yang tepat baik untuk melayakkan 

mereka bagi pelayanan itu maupun untuk memanggil mereka pada 

pelayanan tersebut.  

3. Bahwa Tuhan  selalu memiliki orang-orang yang tersisa dari umat-Nya di 

segala tempat. Kita membaca tentang Obaja di rumah Ahab, orang-orang 

kudus di rumah Kaisar, dan Nehemia yang saleh di puri Susan.  

4. Bahwa Tuhan  dapat membuat istana raja-raja menjadi tempat 

pengasuhan pada satu waktu, dan tempat perlindungan pada waktu lain, 

bagi para sahabat dan pendukung kepentingan jemaat.  

II. Pertanyaan Nehemia yang penuh kelembutan dan kasih sayang tentang 

keadaan orang-orang Yahudi di negeri mereka sendiri (ay. 2). Kebetulan 

bahwa seorang teman dan kerabatnya datang ke istana, bersama sekawanan 

orang lain. Melalui mereka, dia memperoleh kesempatan untuk mengetahui 

dengan sepenuhnya bagaimana keadaan orang-orang buangan dan suasana 

di Yerusalem, kota tercinta, pada saat ini. Nehemia sendiri hidup dengan 

nyaman, dalam kehormatan dan kelimpahan, namun dia tidak dapat lupa 

Kitab Nehemia 1:1-4 

 

735 

bahwa dia yaitu  seorang Israel, tidak pula dapat menghilangkan pikiran 

tentang saudara-saudaranya yang sedang kesusahan. Sebaliknya, di dalam 

roh (seperti Musa, Kis. 7:23) ia mengunjungi saudara-saudaranya dan 

melihat beban penderitaan mereka. Sama seperti jarak tidak dapat mengikis 

kasih sayangnya terhadap mereka (jauh di mata, namun dekat di hati), 

demikian pula,  

1. Kedudukan tinggi yang diperolehnya tidak dapat mengikis kasih 

sayangnya terhadap mereka. Kendati dia yaitu  seorang pembesar, dan 

mungkin masih akan naik lebih tinggi lagi, namun dia tidak merasa 

rendah untuk memberi perhatian terhadap saudara-saudaranya yang 

berada di bawah dan terhina, tidak pula ia malu mengakui hubungannya 

dengan mereka dan kepeduliannya terhadap mereka.  

2. Perbedaan antara dorongan hati mereka dan dorongan hatinya, dan 

langkah berbeda yang mereka ambil sebagai akibatnya, tidak dapat 

mengikis kasih sayangnya terhadap mereka. Kendati dia sendiri tidak 

pergi untuk tinggal di Yerusalem, yang menurut kita seharusnya dia 

lakukan, sebab sekarang kebebasan telah dimaklumkan, melainkan tetap 

setia kepada istana, dan tinggal tenang di sana, namun dia tidak meng-

hakimi atau memandang rendah orang-orang yang kembali, atau 

mencela mereka sebagai orang-orang yang tidak cerdas. Sebaliknya, ia 

dengan baik hati ambil peduli terhadap mereka, siap untuk menolong 

mereka dengan segala kebaikan yang dapat dilakukannya. Dan, agar dia 

tahu dengan cara apa dia dapat melakukan kebaikan bagi mereka, ia 

menanyakan tentang mereka. Perhatikanlah, bertanya, “Ada kabar apa?” 

yaitu  hal yang diperbolehkan dan baik adanya. Kita harus bertanya 

terutama tentang keadaan jemaat dan agama, dan apa yang sedang 

terjadi dengan umat Tuhan . Dan maksud dari pertanyaan kita haruslah, 

bukan seperti orang-orang Atena, yaitu supaya ada sesuatu yang dapat 

kita perbincangkan, melainkan supaya kita tahu bagaimana 

mengarahkan doa-doa kita dan puji-pujian kita.  

III. Penjelasan menyedihkan yang diberikan di sini kepada Nehemia tentang 

keadaan orang-orang Yahudi dan Yerusalem pada saat ini (ay. 3). Hanani, 

orang yang ditanyai Nehemia, digambarkan memiliki sifat ini (7:2), bahwa 

dia takut akan Tuhan  lebih dari pada orang-orang lain. Oleh sebab nya, ia 

tidak hanya akan berbicara dengan jujur, namun  juga, ketika berbicara 

tentang kehancuran Yerusalem, akan berbicara dengan penuh perasaan. Ada 

kemungkinan bahwa keperluannya ke istana kali ini yaitu  untuk meminta 


 

736 

suatu perkenanan, satu atau lain bantuan, yang sedang mereka butuhkan. 

Nah, penjelasan yang disampaikannya yaitu ,  

1. Bahwa keturunan yang kudus itu diinjak-injak dan dilecehkan secara 

mengenaskan, sedang dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela, 

dicemooh setiap saat oleh bangsa-bangsa sekitar mereka, dan kenyang 

dengan olok-olok orang-orang yang merasa aman.  

2. Bahwa kota suci itu sekarang tanpa perlindungan dan tinggal puing-

puing saja. Tembok Yerusalem masih terbongkar dan pintu-pintu 

gerbangnya, pada saat orang Kasdim meninggalkannya, menjadi 

reruntuhan. Hal ini membuat keadaan para penduduknya sangat tercela 

dengan tanda-tanda kemiskinan dan perbudakan yang terus menempel, 

dan juga sangat berbahaya, sebab  para musuh mereka bisa saja, kapan 

pun para musuh itu mau, memangsa mereka dengan mudah. Bait Suci 

telah dibangun, pemerintahan telah berjalan dengan baik, dan pekerjaan 

pembaharuan telah mengalami sedikit banyak kemajuan, namun  di sini 

masih ada satu lagi pekerjaan baik yang belum terselesaikan. Masih ada 

yang kurang. Setiap Yerusalem, yang ada di seberang sorga sini, pasti 

akan memiliki satu atau lain cacat cela di dalamnya, dan untuk meng-

hapuskannya diperlukan bantuan dan pelayanan dari sahabat-

sahabatnya. 

IV. Penderitaan besar yang dirasakan Nehemia setelah mendengar kabar ini dan 

keprihatinannya yang mendalam sebab nya (ay. 4).  

1. Ia menangis dan berkabung. Bukan hanya tepat ketika dia mendengar 

kabar itu tangisannya pecah, namun  juga kesedihannya berlanjut selama 

beberapa hari. Perhatikanlah, kehancuran dan kesusahan jemaat 

haruslah menjadi kesedihan kita, betapapun kita tinggal dengan nyaman.  

2. Ia berpuasa dan berdoa. Bukan di hadapan umum (dia tidak mempunyai 

kesempatan untuk melakukannya), melainkan ke hadirat Tuhan  semesta 

langit, yang melihat apa yang tersembunyi, dan akan memberikan 

jawaban secara terbuka. Melalui puasa dan doanya,  

(1) Ia menguduskan dukacitanya, dan menumpahkan air matanya ke 

arah yang benar, berdukacita menurut kehendak Tuhan , dengan mata 

yang tertuju kepada Tuhan , sebab nama-Nya telah dicela dalam 

penghinaan yang diberikan kepada umat-Nya, sehingga ia 

menyerahkan perkaranya kepada Dia seperti itu.  

Kitab Nehemia 1:1-4 

 

737 

(2) Ia meredakan dukacitanya, dan mengangkat beban jiwanya, dengan 

mencurahkan keluhannya di hadapan Tuhan  dan memasrahkannya 

kepada Dia.  

(3) Ia mengambil cara yang benar untuk memperoleh pertolongan bagi 

bangsanya dan petunjuk bagi dirinya sendiri tentang apa yang dapat 

dilakukannya untuk melayani mereka. Hendaklah orang-orang yang 

sedang membentuk rancangan-rancangan yang baik untuk mem-

bantu masyarakat mengikutsertakan Tuhan  bersama mereka pada 

saat mereka pertama kali menggagasnya, dan menyampaikan semua 

rencana mereka di hadapan Dia. Inilah cara untuk berhasil di 

dalamnya. 

Doa Nehemia  

(1:5-11) 

5 kataku: “Ya, TUHAN, Tuhan  semesta langit, Tuhan  yang maha besar dan dahsyat, yang 

berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya 

dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya, 6 berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu 

dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan 

malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami 

orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat 

dosa. 7 Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, 

ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kauperintahkan kepada Musa, 

hamba-Mu itu. 8 Ingatlah akan firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yaitu : 

Bila kamu berubah setia, kamu akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-bangsa. 9 namun , 

bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku serta 

melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan 

Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat 

nama-Ku diam di sana. 10 Bukankah mereka ini hamba-hamba-Mu dan umat-Mu yang 

telah Kaubebaskan dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan tangan-Mu yang kuat? 11 

Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu 

yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat 

belas kasihan dari orang ini.” Ketika itu aku ini juru minuman raja. 

Dalam perikop ini kita membaca tentang doa Nehemia, sebuah doa yang 

merujuk kepada semua doa yang telah dipanjatkannya pada suatu waktu 

sebelumnya kepada Tuhan  siang dan malam, selama dia terus berduka atas 

kehancuran Yerusalem. Dan bersamaan dengan itu, doa tersebut juga merujuk 

pada permohonan yang sekarang hendak disampaikannya kepada tuan rajanya, 

supaya sang raja menunjukkan perkenanannya kepada Yerusalem. Kita dapat 

mencermati dalam doa ini, 

I. Permohonan Nehemia yang penuh kerendahan hati dan rasa hormat kepada 

Tuhan , yang di dalamnya dia bersujud di hadapan-Nya dan memberi kepada-


 

738 

Nya kemuliaan sebab  nama-Nya (ay. 5). Permohonan ini hampir sama 

dengan permohonan Daniel (9:4). Hal ini mengajar kita untuk datang 

mendekat kepada Tuhan ,  

1. Dengan kegentaran yang kudus akan kebesaran dan kemuliaan-Nya, 

mengingat bahwa Dia yaitu  Tuhan  di sorga, yang secara tak terhingga 

jauh di atas kita, dan Tuhan yang berdaulat atas diri kita. Dan bahwa Dia 

yaitu  Tuhan  yang maha besar dan dahsyat, yang secara tak terhingga 

mengungguli semua pemerintah dan penguasa baik dari dunia atas 

maupun dunia bawah, baik para malaikat maupun para raja. Dan Ia 

yaitu  Tuhan  yang patut disembah dengan takut dan gentar oleh semua 

umat-Nya, dan yang kedahsyatan murka-Nya harus ditakuti oleh semua 

musuh-Nya. Bahkan kengerian-kengerian Tuhan dapat dimanfaatkan 

bagi penghiburan dan dorongan orang-orang yang berharap kepada-

Nya.  

2. Dengan keyakinan yang kudus pada anugerah dan kebenaran-Nya, sebab 

Ia berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang 

kasih kepada-Nya, bukan hanya kasih setia yang dijanjikan-Nya, namun  

juga bahkan lebih dibandingkan  yang dijanjikan-Nya. Tidak ada suatu apa pun 

yang dianggap terlalu besar untuk dilakukan bagi orang-orang 

yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya.  

II. Permohonan Nehemia secara umum agar semua doa serta pengakuan yang 

sekarang dipanjatkannya kepada Tuhan  didengar dan diterima (ay. 6): 

“Berilah telinga-Mu dan dengarkanlah doa, yang bukan aku ucapkan (doa 

yang sekadar diucapkan saja tidak cukup), melainkan yang kupanjatkan ke 

hadirat-Mu. Doa kita baru mungkin akan dikabulkan apabila kita memoho