tawarikh ester 23
di
bawah perlindungan ilahi (ay. 9): Kami berdoa kepada Tuhan
kami. Itulah cara yang dipakai orang baik ini, dan seharusnya
menjadi cara kita pula. Segala kekhawatirannya, segala
kesedihannya, dan segala ketakutannya, dicurahkannya ke hadapan
Tuhan , sehingga membuatnya tenang. Ini yaitu hal pertama yang
772
dilakukannya. Sebelum dia menggunakan cara-cara lain, dia meman-
jatkan doa kepada Tuhan , sebab bersama Dialah kita harus selalu
memulai segala sesuatu.
(2) Ia mengamati di sekelilingnya. Sesudah berdoa, dia mengadakan
penjagaan terhadap mereka. Petunjuk-petunjuk yang telah diberikan
oleh Kristus kepada kita dalam peperangan rohani kita yaitu
sejalan dengan teladan ini (Mat. 26:41). Berjaga-jagalah dan
berdoalah. Jika kita mengira kita dapat melindungi diri kita sendiri
hanya dengan doa saja, tanpa berjaga-jaga, maka kita malas dan
mencobai Tuhan . Jika dengan berjaga-jaga saja, tanpa doa, maka kita
sombong dan meremehkan Tuhan . Dan, dengan cara yang mana saja,
kita kehilangan perlindungan-Nya.
2. Amatilah,
(1) Bagaimana Nehemia menempatkan para penjaga (ay. 13). Ia
menempatkan mereka di bagian-bagian yang paling rendah dari
tempat itu, di belakang tembok, supaya mereka dapat mengganggu
musuh yang ada di balik tembok, sebagai pertahanan. namun dia
menempatkan rakyat di tempat-tempat yang terbuka, di mana
tembok sudah dibangun mencapai ketinggian yang penuh, sehingga
dari atasnya mereka dapat melempar batu atau anak panah ke atas
kepala para penyerang. Ia menempatkan mereka menurut kaum
keluarganya, sehingga hubungan saudara dapat menggerakkan
mereka untuk saling membantu.
(2) Bagaimana Nehemia menyemangati dan menguatkan segenap
bangsa (ay. 14). Ia mengamati bahwa bahkan para pemuka dan
penguasa sendiri, seperti juga rakyat selebihnya, merasa sangat
khawatir mendengar berita yang dibawa kepada mereka, dan sudah
siap menyimpulkan bahwa mereka semua akan binasa. Hal ini
membuat tangan mereka menjadi lemah baik untuk bekerja maupun
berperang. Oleh sebab itu dia berusaha meredakan ketakutan mere-
ka. “Mari,” katanya, “jangan kamu takut terhadap mereka, namun
bersikaplah gagah berani, dengan mempertimbangkan,
[1] Di bawah siapa engkau berperang. Tidak ada panglima lain yang
lebih baik seperti yang ada padamu: Ingatlah kepada Tuhan yang
maha besar dan dahsyat. Engkau menganggap musuh-
musuhmu kuat dan mengerikan, namun apalah mereka itu jika
dibandingkan dengan Tuhan , terutama jika diperlawankan dengan
Dia? Tuhan itu jauh lebih besar di atas mereka sehingga dapat me-
Kitab Nehemia 4:1-6
773
ngendalikan mereka, dan akan menjadi kengerian bagi mereka
ketika Ia datang untuk mengadakan perhitungan dengan
mereka.” Orang-orang yang dengan mata iman melihat Tuhan
jemaat sebagai Tuhan yang Mahabesar dan dahsyat, akan melihat
musuh-musuh jemaat sebagai orang-orang yang rendah dan
hina. Rasa takut akan Tuhan yang meraja dalam diri kita yaitu
penangkal terbaik terhadap rasa takut yang menjerat terhadap
manusia. Orang yang takut terhadap manusia yang memang akan
mati, melupakan TUHAN yang menjadikannya (Yes. 51:12-13).
[2] “Untuk siapa engkau berperang. Tidak ada kepentingan lain yang
lebih baik seperti yang engkau miliki. Engkau berperang untuk
saudara-saudaramu (Mzm. 122:8), untuk anak-anak lelaki dan
anak-anak wanita mu. Semua yang engkau sayangi di dunia
sedang dipertaruhkan. Oleh sebab itu, bersikaplah gagah
berani.”
V. Kekecewaan yang dialami oleh para musuh sebab tindakan Nehemia ini,
yang membawa kebahagiaan bagi orang Yahudi (ay. 15). Ketika para musuh
mendapati bahwa rancangan mereka telah diketahui, dan bahwa orang-
orang Yahudi telah berjaga-jaga, maka mereka menyimpulkan bahwa tidak
ada gunanya untuk mengupayakan apa pun, namun bahwa Tuhan telah meng-
gagalkan rancangan mereka. Mereka tahu bahwa mereka tidak akan dapat
mencapai tujuan mereka kecuali dengan mengadakan serangan secara tiba-
tiba, dan, jika rencana mereka ini diketahui, maka gagal sudah rencana itu.
Orang-orang Yahudi kemudian masing-masing kembali ke
pekerjaannya, dengan jauh lebih riang sebab mereka melihat dengan jelas
bahwa Tuhan memberikan pengakuan terhadap pekerjaan pembangunan
tembok itu, dan terhadap mereka dalam mengerjakannya. Perhatikanlah,
kepedulian Tuhan akan keselamatan kita haruslah menggugah dan
mendorong kita untuk terus melaksanakan kewajiban kita dengan penuh
semangat. Segera sesudah bahaya lewat, marilah kita kembali ke pekerjaan
kita, dan percayakan saja waktu-waktu lain kepada Tuhan .
Tindakan yang Diambil Nehemia untuk Berjaga-jaga
(4:16-23)
16 Sejak hari itu sebagian dari pada anak buahku melakukan pekerjaan, dan sebagian yang
lain memegang tombak, perisai dan panah dan mengenakan baju zirah, sedang para
pemimpin berdiri di belakang segenap kaum Yehuda 17 yang membangun di tembok.
Orang-orang yang memikul dan mengangkut melakukan pekerjaannya dengan satu
774
tangan dan dengan tangan yang lain mereka memegang senjata. 18 Setiap orang yang
membangun bekerja dengan berikatkan pedang pada pinggangnya, dan di sampingku
berdiri peniup sangkakala. 19 Berkatalah aku kepada para pemuka dan para penguasa dan
kepada orang-orang yang lain: “Pekerjaan ini besar dan luas, dan kita terpencar pada
tembok, yang satu jauh dari pada yang lain. 20 Dan kalau kamu mendengar bunyi
sangkakala di suatu tempat, berkumpullah ke sana mendapatkan kami. Tuhan kita akan
berperang bagi kita!” 21 Demikianlah kami melakukan pekerjaan itu, sedang sebagian dari
pada orang-orang memegang tombak dari merekahnya fajar sampai terbitnya bintang-
bintang. 22 Pada waktu itu juga aku berikan perintah kepada rakyat: “Setiap orang dengan
anak buahnya harus bermalam di Yerusalem, supaya mereka mengadakan penjagaan bagi
kami pada malam hari, dan melakukan pekerjaannya pada siang hari.” 23 Demikianlah aku
sendiri, saudara-saudaraku, anak buahku dan para penjaga yang mengikut aku, kami
semua tidak sempat menanggalkan pakaian kami. Setiap orang memegang senjata dengan
tangan kanan.
Walaupun para pembangun tembok mempunyai alasan yang begitu kuat untuk
berpikir bahwa rancangan para musuh telah digagalkan, sehingga mereka dapat
kembali ke pekerjaan mereka, namun mereka tidak merasa begitu aman hingga
dapat meletakkan senjata mereka. Sebab mereka mengetahui betapa para
musuh tidak tinggal diam dan tidak kenal lelah dalam upaya-upaya mereka, dan
bahwa, jika satu rencana gagal, maka mereka akan memikirkan rencana lain.
Demikian pula kita harus selalu berjaga-jaga terhadap musuh-musuh rohani kita,
dan jangan berharap bahwa peperangan kita akan selesai sebelum pekerjaan
kita selesai. Lihatlah cara apa yang diambil oleh Nehemia, supaya orang-orang
dapat mempersiapkan diri, kalau-kalau ada serangan.
1. Sementara sebagian orang bekerja, sebagian yang lainnya siap-siap dengan
senjata mereka, memegang tombak, perisai dan panah, bukan hanya bagi diri
mereka sendiri melainkan juga bagi para pekerja, yang akan segera
menghentikan pekerjaan mereka, dan pergi mengambil senjata, begitu
mendengar tanda bahaya yang pertama (ay. 16). Ada kemungkinan bahwa
mereka mengubah tugas pada jam-jam yang ditentukan, yang akan
meringankan kelelahan kedua pihak, dan secara khusus akan membawa
kelegaan bagi para pengangkat beban yang kekuatannya sudah merosot (ay.
10). Selama menyandang senjata, mereka beristirahat namun tidak lengah.
Demikianlah, dengan membagi waktu antara sekop dan tombak, mereka
dikatakan melakukan pekerjaan dengan satu tangan, dan dengan tangan
yang lain memegang senjata (ay. 17), yang tidak dapat dipahami secara
harfiah, sebab pekerjaan itu menuntut kedua tangan. Namun perkataan itu
menyiratkan bahwa mereka sama-sama bekerja untuk kedua hal tersebut.
Demikian pula kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan senjata
perang di tangan kita. Sebab dalam setiap tugas panggilan, kita harus siap
menjumpai perlawanan dari musuh-musuh rohani kita, dan untuk melawan
mereka, kita tetap harus bertanding dalam pertandingan iman yang benar.
Kitab Nehemia 4:1-6
775
2. Setiap orang yang membangun tembok berikatkan pedang pada
pinggangnya (ay. 18), yang dapat dibawanya tanpa menghalangi
pekerjaannya. Firman Tuhan yaitu pedang Roh, yang harus selalu kita bawa
di tangan dan tidak boleh dicari-cari terlebih dahulu, baik dalam pekerjaan
kita maupun dalam perjuangan kita sebagai orang Kristen.
3. Diberikan perhatian baik untuk memperoleh maupun untuk menyampaikan
pemberitahuan awal tentang mendekatnya musuh, kalau-kalau musuh itu
berupaya menyerang mereka secara mengejutkan. Nehemia selalu ditemani
oleh seorang peniup sangkakala di dekatnya untuk membunyikan tanda
peringatan, begitu diketahui ada bahaya. Pekerjaan membangun tembok itu
besar, dan para pekerjanya pun terpencar, sebab mereka mengerjakan
seluruh bagian tembok itu pada waktu yang sama. Nehemia senantiasa
berjalan berkeliling untuk mengawasi pekerjaan itu dan menguatkan para
pekerjanya, dan dengan demikian akan segera mendapat pemberitahuan jika
musuh melakukan serangan. Dan melalui bunyi sangkakala, dia akan segera
memberitahukan hal itu kepada semuanya, dan mereka harus segera datang
berkumpul kepadanya dengan keyakinan penuh bahwa Tuhan mereka akan
berperang bagi mereka (ay. 18-20). Pada waktu mereka sedang bertindak
sebagai pekerja, mereka harus berpencar ke tempat di mana ada pekerjaan
untuk dilakukan. namun ketika sedang bertindak sebagai prajurit, mereka
harus datang merapatkan barisan, dan berkumpul sebagai satu kesatuan.
Demikian pula orang-orang yang bekerja mendirikan bangunan Kristus
harus siap bersatu melawan musuh bersama.
4. Para penduduk desa diperintahkan untuk tinggal di dalam kota Yerusalem,
dengan anak buah mereka, bukan hanya supaya mereka dapat berada lebih
dekat dengan pekerjaan mereka di pagi hari, melainkan juga agar mereka
dapat bersiap untuk membantu kalau-kalau ada serangan di malam hari (ay.
22). Kekuatan sebuah kota lebih terletak pada tangan para penduduknya di-
banding pada tembok-temboknya. Jagalah mereka, dan mintalah berkat
Tuhan atas mereka, maka kota akan menjadi aman.
5. Nehemia sendiri, dan semua orangnya, tetap berada dekat dengan pekerjaan
mereka. Tombak-tombak diangkat, supaya musuh yang melihatnya menjadi
gentar, bukan hanya dari fajar ke fajar, melainkan juga dari senja ke senja
(ay. 21). Demikian pula kita harus selalu berjaga-jaga terhadap musuh-
musuh rohani kita, bukan hanya seperti di sini, ketika hari masih
terang, melainkan juga ketika hari sudah gelap, sebab mereka yaitu
penghulu-penghulu dunia yang gelap ini. Bahkan, begitu bersungguh-
sungguh Nehemia dalam pekerjaannya, dan begitu ketat dia mengawasi anak
buahnya bekerja, sehingga selama pekerjaan itu masih harus dilakukan, baik
776
dia maupun anak buahnya tidak beranjak untuk pergi ke tempat tidur,
melainkan setiap malam berbaring di tempat dan tidur dalam pakaian
mereka (ay. 23). Mereka hanya menanggalkan pakaian mereka sewaktu-
waktu, entah sebab alasan kebersihan atau sebab kenajisan yang membuat
mereka tidak boleh mengikuti upacara ibadah. Suatu tanda bahwa hati
mereka terpatri pada pekerjaan mereka apabila mereka tidak dapat mene-
mukan waktu untuk mengenakan dan melepas pakaian, namun bertekad
bahwa mereka akan siap sedia sepanjang waktu untuk bekerja. Pekerjaan
baik dapat berlanjut dengan berhasil apabila orang-orang yang bekerja di
dalamnya bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya.
PASAL 5
agaimana Nehemia, sebagai seorang bupati yang bijaksana dan setia,
berjaga-jaga dengan berani melawan serangan para musuh dari luar, telah
kita baca di dalam pasal sebelumnya. Di sini kita mendapati dia tidak kalah
berani dan giatnya untuk menangani keluhan-keluhan di dalam negeri sendiri.
Dan, setelah menjaga bangsanya supaya tidak dihancurkan oleh musuh-musuh
mereka, sekarang ia menjaga mereka supaya tidak menghancurkan satu sama
lain. Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Keluhan yang disampaikan oleh orang-orang miskin kepada Nehemia
tentang kesusahan besar yang ditimpakan oleh orang-orang kaya atas
mereka sehingga mereka terpaksa meminjam uang dari orang-orang
kaya itu (ay. 1-5).
II. Tindakan jitu yang diambil Nehemia untuk menyadarkan para
penindas dan melegakan yang tertindas (ay. 6-13).
III. Teladan baik yang ditunjukkan oleh Nehemia sendiri, sebagai seorang
bupati, tentang belas kasihan dan kelemahlembutan (ay. 14-19).
Keluhan Rakyat Miskin
(5:1-5)
1 Maka terdengarlah keluhan yang keras dari rakyat dan juga dari pihak para isteri
terhadap sesama orang Yahudi. 2 Ada yang berteriak: “Anak laki-laki dan anak wanita
kami banyak dan kami harus mendapat gandum, supaya kami dapat makan dan hidup.” 3
Dan ada yang berteriak: “Ladang dan kebun anggur dan rumah kami gadaikan untuk
mendapat gandum pada waktu kelaparan.” 4 Juga ada yang berteriak: “Kami harus
meminjam uang untuk membayar pajak yang dikenakan raja atas ladang dan kebun
anggur kami. 5 Sekarang, walaupun kami ini sedarah sedaging dengan saudara-saudara
sebangsa kami dan anak-anak kami sama dengan anak-anak mereka, namun kami
terpaksa membiarkan anak-anak lelaki dan anak-anak wanita kami menjadi budak
dan sudah beberapa anak wanita kami harus membiarkan diri dimiliki orang. Kami
tidak dapat berbuat apa-apa, sebab ladang dan kebun anggur kami sudah di tangan
orang lain.”
B
780
Dalam perikop ini kita membaca tentang air mata orang-orang yang tertindas,
yang diperhatikan oleh Salomo (Pkh. 4:1). Marilah kita perhatikan di sini
bagaimana air mata itu ditumpahkan di hadapan Nehemia, yang pekerjaannya,
sebagai bupati, yaitu meluputkan orang yang lemah dan yang miskin, dan
melepaskan mereka dari tangan para penindas yang fasik (Mzm. 82:4). Masa
yang sulit dan hati yang keras membuat orang miskin sengsara.
I. Masa ketika mereka hidup sungguh sulit. Ada kelangkaan gandum (ay. 3),
mungkin sebab tidak ada hujan, yang melaluinya Tuhan menghukum mereka
sebab telah melalaikan rumah-Nya (Hag. 1:9-11) dan tidak membayarkan
persepuluhan mereka (Mal. 3:9-10). Demikianlah orang-orang berdosa yang
bodoh mendatangkan hukuman-hukuman Tuhan ke atas diri mereka sendiri,
dan kemudian menggerutu dan mengeluh tentangnya. Ketika permintaan
tinggi namun persediaan langka dan mahal, maka orang miskin pun segera
merasa kesusahan dan tertekan olehnya. Terpujilah Tuhan atas belas kasihan
berupa makanan yang berlimpah-limpah (Yeh. 16:49), dan semoga Dia
melepaskan kita dari dosa yang dapat timbul darinya. Apa yang membuat
kelangkaan itu dikeluhkan di sini dengan lebih menyakitkan yaitu sebab
anak laki-laki dan anak wanita mereka banyak (ay. 2). Keluarga yang
paling membutuhkan yaitu keluarga yang paling banyak. Di sini ada banyak
mulut, namun di manakah makanannya? Sebagian orang memiliki harta
benda, namun tidak memiliki anak-anak untuk mewarisinya. Sebagian yang
lain memiliki anak-anak, namun tidak memiliki harta benda untuk
diwariskan. Orang-orang yang memiliki keduanya mempunyai alasan untuk
bersyukur, dan orang-orang yang tidak memiliki keduanya dapat berpuas
hati dengan lebih mudah. Orang-orang yang memiliki keluarga banyak dan
harta sedikit harus belajar untuk hidup oleh iman kepada penyelenggaraan
dan janji Tuhan . Dan orang-orang yang memiliki keluarga kecil dan harta
banyak harus mencukupkan kekurangan orang lain dengan kelebihan mereka.
namun ini belum yang terburuk. sebab gandum mahal, maka pajak juga
tinggi. Upeti raja harus dibayar (ay. 4). Tanda penawanan mereka ini masih
melekat pada diri mereka. Mungkin pajak yang dituntut itu yaitu pajak
yang sama besarnya untuk semua orang, dan sebab anak-anak laki-laki dan
anak wanita mereka banyak, maka pajak itu pun semakin tinggi.
Semakin banyak yang harus mereka hidupi (sungguh masalah yang berat!)
semakin besar jumlah yang harus mereka bayar. Sekarang, mereka
tampaknya tidak memiliki uang sendiri untuk membeli gandum dan mem-
bayar pajak, namun terpaksa meminjam. Keluarga mereka menjadi miskin
ketika keluar dari Babel. Mereka telah mengeluarkan banyak biaya untuk
Kitab Nehemia 5:1-5
781
membangun rumah-rumah bagi keluarga mereka, dan belum sempat
memulihkan kekuatan mereka ketika beban-beban baru ini datang menimpa
mereka. Kesusahan para kepala keluarga yang miskin, yang bersusah payah
mencari penghidupan dengan jujur, dan kadang-kadang tidak mendapatkan
pekerjaan yang layak bagi mereka dan keluarga mereka, sangat layak
mendapat perhatian yang penuh belas kasihan dari orang-orang yang entah
dengan kekayaan atau kekuasaan mereka mampu menolong para kepala
keluarga itu.
II. Orang-orang yang harus mereka hadapi sungguh berhati keras. Uang harus
diperoleh, namun harus dipinjam. Dan orang-orang yang meminjami mereka
uang, dengan mengambil keuntungan dari kebutuhan mereka, berlaku
sangat keras kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai mangsa.
1. Orang-orang kaya itu memungut bunga dari pinjaman sebesar 12 persen,
seratus dari segala uang dan barang setiap bulan (ay. 11). Jika orang
meminjam dalam jumlah banyak untuk keperluan berdagang, untuk
menambah ternak, atau untuk membeli tanah, tidak ada alasan mengapa
si peminjam tidak boleh berbagi untung dengan yang meminjam. Begitu
pula jika orang meminjam uang untuk melampiaskan hawa nafsu
mereka, atau menutupi apa yang telah mereka habiskan dengan cara
demikian, tidak ada alasan mengapa mereka tidak boleh membayar
bunga untuk foya-foya mereka. Akan namun , jika orang miskin meminjam
untuk menghidupi keluarga mereka, dan kita mampu menolong mereka,
sudah tentu kita harus meminjamkan secara cuma-cuma apa yang
mereka butuhkan, atau jika mereka sepertinya tidak dapat mengem-
balikannya, sudah tentu kita harus memberikan secara cuma-cuma apa
yang dapat membantu mereka. Bahkan,
2. Orang-orang kaya itu memaksa mereka untuk menggadaikan tanah dan
rumah mereka untuk mendapatkan uang (ay. 3). Dan tidak hanya
demikian, orang-orang kaya itu juga mengambil keuntungan darinya
sebagai bunga (ay. 5, bandingkan ay. 11), sehingga sedikit demi sedikit
mereka dapat menjadikan diri mereka penguasa atas semua yang
dimiliki orang-orang miskin. Namun ini belum yang terburuk.
3. Orang-orang kaya itu mengambil anak-anak orang miskin sebagai budak
rodi, untuk diperbudak atau dijual sesuka hati (ay. 5). Hal inilah yang
paling mereka keluhkan dengan penuh perasaan, sebagai sesuatu yang
menusuk hati mereka, dan mereka memperparahnya dengan hal ini:
“Anak-anak kami sama dengan anak-anak mereka, yang kami sayangi
sama seperti mereka menyayangi anak-anak mereka. Anak-anak kami
782
tidak hanya memiliki sifat manusia yang sama, dan berhak mendapat
kehormatan dan kemerdekaan sebagai manusia (Mal. 2:10; Ayb. 31:15),
namun juga berasal dari bangsa kudus yang sama, orang-orang Israel
yang dilahirkan merdeka, dan dijunjung tinggi martabatnya dengan hak-
hak istimewa yang sama. Pada daging kami ada meterai suci perjanjian
sunat, seperti juga pada daging saudara-saudara sebangsa kami. Namun
demikian, ahli waris kami harus menjadi budak mereka, dan kami tidak
dapat berbuat apa-apa untuk menebus mereka.” Hal ini mereka
keluhkan dengan rendah hati kepada Nehemia, bukan hanya sebab
mereka melihat bahwa dia yaitu seorang tokoh besar yang dapat
menolong mereka, melainkan juga sebab ia yaitu orang baik yang mau
melakukannya. Ke manakah orang miskin yang dijahati harus berlari
meminta pertolongan selain kepada perisai-perisai bumi? Ke manakah
selain kepada badan pengadilan, kepada badan amal, di dalam
perlindungan istana, dan orang-orang yang mewakilinya untuk
memberikan bantuan melawan summum jus – keketatan hukum?
Yang terakhir, kita akan meninggalkan Nehemia yang sedang
mendengarkan keluhan, dan menyelidiki kebenaran dari pernyataan-
pernyataan para pengadu sebab teriakan orang miskin tidaklah selalu
benar, sementara kita duduk dan melihat,
(1) Dengan penuh rahmat belas kasihan terhadap orang-orang yang
tertindas, dan meratapi kesulitan-kesulitan yang di bawahnya
banyak orang di dunia ini sedang merintih. Kita harus menempatkan
jiwa kita bersama jiwa mereka, dan mengingat dalam segala doa dan
pertolongan kita orang-orang yang memikul beban, seolah-olah kita
ikut memikul beban bersama mereka.
(2) Dengan kemarahan yang pada tempatnya terhadap para penindas
dan kebencian terhadap kesombongan dan kekejaman mereka, yang
meminum air mata, dan juga darah, dari orang-orang yang mereka
injak-injak. Namun biarlah orang-orang yang tidak menunjukkan
belas kasihan bersiap mendapatkan penghakiman yang tak berbelas
kasihan. Sungguh memperberat dosa-dosa orang Yahudi yang menin-
das ini bahwa mereka sendiri baru belakangan ini dibebaskan dari
rumah perbudakan, yang mewajibkan mereka, sebagai ungkapan
syukur, untuk melepaskan tali-tali kuk (Yes. 58:6).
Kitab Nehemia 5:1-5
783
Keluhan Orang-orang Miskin Diatasi
(5:6-13)
6 Maka sangat marahlah aku, ketika kudengar keluhan mereka dan berita-berita itu. 7
Setelah berpikir masak-masak, aku menggugat para pemuka dan para penguasa. Kataku
kepada mereka: “Masing-masing kamu telah makan riba dari saudara-saudaramu!” Lalu
kuadakan terhadap mereka suatu sidang jemaah yang besar. 8 Berkatalah aku kepada
mereka: “Kami selalu berusaha sedapat-dapatnya untuk menebus sesama orang Yahudi
yang dijual kepada bangsa-bangsa lain. namun kamu ini justru menjual saudara-
saudaramu, supaya mereka dibeli lagi oleh kami!” Mereka berdiam diri sebab tidak
dapat membantah. 9 Kataku: “Tidaklah patut apa yang kamu lakukan itu! Bukankah kamu
harus berlaku dengan takut akan Tuhan kita untuk menghindarkan diri dari cercaan
bangsa-bangsa lain, musuh-musuh kita? 10 Juga aku dan saudara-saudaraku dan anak
buahku telah membungakan uang dan gandum pada mereka. Biarlah kita hapuskan
hutang mereka itu! 11 Biarlah kamu kembalikan kepada mereka hari ini juga ladang
mereka, kebun anggur, kebun zaitun dan rumah mereka, pula hapuskanlah hutang
mereka, yaitu uang serta gandum, anggur dan minyak yang kamu tagih dari pada
mereka!” 12 Berkatalah mereka: “Itu akan kami kembalikan! Dan kami tidak akan menun-
tut apa-apa dari mereka. Kami akan lakukan tepat seperti yang engkau perintahkan!” Lalu
aku memanggil para imam dan menyuruh mereka bersumpah, bahwa mereka akan
menepati janji mereka. 13 Juga kukebas lipatan bajuku sambil berkata: “Demikianlah
setiap orang yang tidak menepati janji ini akan dikebas Tuhan dari rumahnya dan hasil
jerih payahnya. Demikianlah ia dikebas dan menjadi hampa!” Dan seluruh jemaah
berkata: “Amin,” lalu memuji-muji TUHAN. Maka rakyat berbuat sesuai dengan janji itu.
Sejauh yang terlihat, keluhan sebelumnya disampaikan kepada Nehemia ketika
dia sedang sibuk-sibuknya mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk
mengurus kepentingan umum seputar pembangunan tembok. Namun demikian,
sebab menganggapnya sebagai keluhan yang adil, dia tidak menolaknya sebab
keluhan itu disampaikan tidak pada waktu yang tepat. Ia tidak menegur para
pemohon, atau meluap dalam kemarahan terhadap mereka, sebab meng-
ganggunya padahal mereka melihat betapa banyak pekerjaan yang harus
dilakukannya, suatu kesalahan yang terlalu sering dilakukan oleh orang-orang
yang sibuk bekerja. Ia juga bahkan tidak menunda untuk menggelar sidang
perkara atau mengambil tindakan hukum atas perkara itu sampai dia
mempunyai waktu luang. Perkara itu menuntut penanganan yang cepat, dan
sebab nya dia segera mencurahkan perhatiannya untuk mempertimbangkan
perkara itu, sebab ia mengetahui bahwa sekalipun dia membangun tembok-
tembok Yerusalem begitu tinggi, begitu tebal, dan begitu kuat, kota itu tidak
akan dapat aman sementara penyelewengan-penyelewengan yang seperti ini
dibiarkan saja. Sekarang amatilah, cara apa yang diambil Nehemia untuk
mengatasi keluhan yang begitu mengancam kepentingan umum ini.
I. Nehemia sangat marah (ay. 6). Ia mengungkapkan perasaan sangat tidak
senang terhadap perkara tersebut, sebagai sesuatu yang sangat buruk.
Perhatikanlah, sudah sepatutnya para penguasa menunjukkan kemarahan
784
terhadap dosa, supaya dengan kemarahan itu mereka dapat terdorong untuk
menjalankan kewajiban mereka, dan melalui ungkapan-ungkapan
kemarahan tersebut orang lain dapat dicegah dari kejahatan.
II. Nehemia berpikir masak-masak (ay. 7). Melalui hal ini tampak bahwa
kemarahannya tidaklah berlebihan, namun tetap dalam batas yang wajar,
sehingga, kendati rohnya terpancing amarah, dia tidak berkata atau berbuat
sesuatu secara gegabah. Sebelum menggugat para pemuka, dia berpikir
masak-masak apa yang akan dikatakannya, kapan, dan bagaimana.
Perhatikanlah, teguran harus diberikan dengan pertimbangan yang masak,
supaya apa yang dimaksudkan dengan baik tidak gagal mencapai tujuannya
sebab tidak diatur dengan baik. Teguran yang mendidiklah yang
memberikan jalan kehidupan. Bahkan orang-orang bijak adakalanya
kehilangan manfaat dari hikmat mereka sebab tidak berpikir masak-masak
dan mengambil waktu untuk menimbang-nimbang.
III. Nehemia menggugat para pemuka dan para penguasa, sebagai kaum yang
berada, dan yang kekuasaannya mungkin membuat mereka semakin berani
untuk menindas. Perhatikanlah, bahkan para pemuka dan para penguasa,
jika melakukan apa yang jahat, harus ditegur oleh orang-orang yang tepat.
Janganlah seorang pun membayangkan bahwa martabatnya membuat
dirinya kebal terhadap teguran.
IV. Nehemia mengadakan suatu sidang jemaah yang besar terhadap para
pemuka dan para penguasa itu. Ia memanggil umat berkumpul untuk
menjadi saksi dari apa yang dikatakannya, dan untuk memberikan kesaksian
mereka, yang dengan senang hati akan dilakukan rakyat pada umumnya,
melawan penindasan dan pemerasan yang menjadi kesalahan para penguasa
mereka (ay. 12). Baik Ezra maupun Nehemia yaitu orang yang sangat
bijaksana, baik, dan berguna, namun demikian, dalam perkara-perkara yang
hampir serupa, ada banyak perbedaan di antara keduanya dalam menangani
masalah. Ketika Ezra diberi tahu tentang dosa para penguasa dalam
menikahi wanita asing, ia mengoyakkan pakaiannya, menangis, dan
berdoa, dan hampir tidak dapat dibujuk untuk mengupayakan suatu
pembaharuan, takut kalau hal itu tidak dapat dilakukan. Sebab dia yaitu
seorang yang berperangai halus dan lembut. Sementara pada waktu
Nehemia diberi tahu tentang suatu perkara yang sama buruknya, dia segera
tersulut amarah, menegur para pelaku kejahatan, menyulut kemarahan
orang banyak terhadap mereka, dan tidak mau tinggal diam sampai, dengan
Kitab Nehemia 5:1-5
785
segala cara keras yang dapat dilakukannya, dia mendesak mereka untuk
berubah. Sebab dia yaitu seorang yang berperangai keras dan berapi-api.
Perhatikanlah,
1. Orang-orang yang sangat saleh bisa saja jauh berbeda satu dari yang lain
dalam perangai mereka dan dalam hal-hal lain yang ditimbulkan
olehnya.
2. Pekerjaan Tuhan dapat dilakukan, dilakukan dengan baik, dan dengan
berhasil, sekalipun dengan cara-cara yang berlainan. Ini merupakan
alasan yang baik mengapa kita tidak boleh menyalahkan cara orang lain
dalam mengaturnya, atau menjadikan cara kita sendiri sebagai patokan.
Ada rupa-rupa cara kerja, namun oleh Roh yang sama.
V. Nehemia membahas perkara itu bersama para pemuka dan para penguasa
secara adil, dan menunjukkan kepada mereka kejahatan dari apa yang telah
mereka perbuat. Cara biasa untuk memperbaiki kehidupan orang yaitu
dengan berusaha, pertama-tama, untuk menyadarkan hati nurani mereka.
Ada sejumlah hal yang diajukan Nehemia untuk mereka pertimbangkan,
yang begitu mengena dan adil hingga tampak bahwa ia telah berpikir masak-
masak. Ia mengemukakan kepada mereka,
1. Bahwa orang-orang yang mereka tindas yaitu saudara-saudara
mereka: Masing-masing kamu telah makan riba dari saudara-saudaramu.
Menindas orang-orang asing saja sudah jahat, namun jauh lebih jahat lagi
menindas saudara-saudara mereka yang miskin, sementara hukum ilahi
pun tidak memperbolehkan mereka untuk memungut bunga dari
saudara-saudara mereka itu (Ul. 23:19-20).
2. Bahwa mereka baru saja ditebus dari tangan bangsa kafir. Demikianlah
kumpulan bangsa itu telah ditebus oleh penyelenggaraan Tuhan yang
menakjubkan. Dan demikian pula dengan beberapa orang tertentu di
antara mereka, yang selain ikut berbagi dalam penawanan bersama, juga
menjadi budak bagi tuan-tuan kafir mereka, dan ditebus atas biaya
Nehemia dan orang-orang lain yang saleh dan berkehendak baik. “Seka-
rang,” kata Nehemia, “setelah kami bersusah payah untuk membebaskan
mereka dari tangan bangsa kafir, masakan para penguasa mereka sendiri
memperbudak mereka? Betapa tidak masuk akalnya hal ini! Haruskah
kami kembali bersusah payah dan mengeluarkan banyak biaya untuk
menebus mereka dari kamu, sama seperti kami dahulu menebus mereka
dari Babel?” (ay. 8). Orang-orang yang telah dimerdekakan Tuhan melalui
786
anugerah-Nya janganlah kembali berada di bawah kuk perhambaan (Gal.
5:1; 1Kor. 7:23).
3. Bahwa merupakan dosa besar untuk menindas orang miskin seperti itu
(ay. 9): “Tidaklah patut apa yang kamu lakukan itu. Kendati engkau
memperoleh uang dengan melakukannya, namun engkau bersalah oleh
sebab nya, dan bukankah kamu harus berlaku dengan takut akan Tuhan ?
Tentu saja demikian, sebab engkau mengaku beragama, dan memiliki
hubungan dengan Tuhan . Dan, jika kamu benar-benar berlaku dengan
takut akan Tuhan , maka kamu tidak akan tamak akan keuntungan
duniawi atau bertindak kejam terhadap saudara-saudaramu.” Orang-
orang yang berlaku dengan takut akan Tuhan tidak akan berani berbuat
fasik (Ayb. 31:13-14, 23).
4. Bahwa perbuatan mereka itu merupakan suatu aib yang besar, dan
menjadi cela bagi pengakuan iman mereka. “Pikirkanlah cercaan bangsa-
bangsa lain, musuh-musuh kita, musuh-musuh bagi kita, bagi Tuhan kita,
dan bagi agama kita yang suci. Mereka akan senang mendapat
kesempatan apa saja untuk berbicara menentang kita, dan perbuatanmu
ini akan memberi mereka kesempatan yang besar. Mereka akan berkata,
orang-orang Yahudi ini, yang mengaku sangat berbakti kepada Tuhan ,
lihatlah betapa biadabnya mereka satu terhadap yang lain.”
Perhatikanlah,
(1) Semua orang yang mengaku beragama harus sangat berhati-hati
agar mereka tidak berbuat apa-apa yang dapat memperhadapkan
mereka pada celaan orang-orang yang tidak beragama, supaya
jangan sampai nama agama tercoreng oleh ulah mereka.
(2) Tidak ada hal lain yang lebih memperhadapkan agama pada celaan
musuh-musuhnya selain keduniawian dan kekerasan hati para
pengikutnya.
5. Bahwa Nehemia sendiri telah memberi mereka sebuah teladan yang lebih
baik (ay. 10), yang kemudian dibicarakannya secara panjang lebar (ay. 14,
dst.). Orang-orang yang dengan keras menuntut hak mereka sendiri, pasti
dengan sangat tidak tahu malu akan membujuk orang lain untuk
melepaskan hak mereka.
VI. Nehemia dengan sungguh-sungguh mendesak para pemuka dan para
penguasa itu bukan hanya untuk tidak lagi menjadikan saudara-saudara
mereka yang miskin sebagai barang dagangan seperti itu, namun juga untuk
mengembalikan semua yang mereka dapat dari saudara-saudara mereka (ay.
Kitab Nehemia 5:1-5
787
11). Lihatlah betapa dia berbicara kepada mereka sebagai orang dekat:
Biarlah kita hapuskan hutang mereka itu, dengan memasukkan dirinya
sendiri di antara orang-orang yang bersalah, seperti yang sepatutnya dilaku-
kan oleh mereka yang memberikan teguran, meskipun dia sama sekali tidak
bersalah atas kejahatan itu. Lihatlah betapa dengan bersungguh-sungguh,
namun dengan rendah hati, dia membujuk mereka: Aku memohon kepadamu
hapuskanlah (KJV), dan aku memohon kepadamu kembalikanlah. Kendati dia
mempunyai wewenang untuk memerintah, namun mengingat kasih, lebih
baik dia memintanya dari pada mereka. Lihatlah betapa dengan terperinci
dia mendesak para penguasa itu untuk bersikap baik kepada orang miskin,
untuk menyerahkan kepada mereka barang-barang gadaian mereka,
membuat mereka mendapatkan kembali harta benda mereka,
menghapuskan bunga, dan memberi mereka waktu untuk melunasi utang
pokok mereka. Ia mendesak para penguasa itu untuk merugi, namun, dengan
mendesak mereka pada kewajiban mereka, hal itu pada akhirnya akan
menjadi keuntungan bagi mereka. Apa yang kita maafkan dengan murah hati
pasti akan diingat dan diganjar, demikian pula dengan apa yang kita berikan
dengan murah hati.
VII. Nehemia mewajibkan para pemuka dan para penguasa itu untuk sedapat
mungkin melakukan apa yang didesakkannya kepada mereka.
1. Ia menerima janji dari mereka (ay. 12): Itu akan kami kembalikan.
2. Ia memanggil para imam untuk menyuruh mereka bersumpah bahwa
mereka akan menepati janji ini. sebab sekarang rasa bersalah mereka
begitu kuat, dan mereka tampak sudah menetapkan hati, maka dia ingin
tetap menjaga mereka dalam suasana hati itu.
3. Ia mengikat mereka dengan suatu kutuk atau laknat yang diucapkan
secara sungguh-sungguh, dengan berharap bahwa hal itu akan membuat
mereka sedikit banyak gentar: Demikianlah setiap orang yang tidak
menepati janji ini akan dikebas Tuhan (ay. 13). Ini yaitu ancaman bahwa
Tuhan pasti akan berbuat demikian, dan umat mengucapkan amin untuk
menyetujuinya, seperti halnya dengan kutuk-kutuk di gunung Ebal (Ul.
27), sehingga kerongkongan mereka akan dipotong oleh lidah mereka
sendiri jika mereka sampai ingkar janji, dan supaya oleh kengerian akan
hal tersebut mereka dapat selalu diingatkan kepada janji mereka.
Bersama dengan jawaban amin ini, umat memuji-muji TUHAN. Mereka
sama sekali tidak menyesal telah berjanji, justru mereka berjanji dengan
segala ungkapan sukacita dan syukur yang dapat ditunjukkan. Demikian
pula halnya Daud, ketika bernazar kepada Tuhan , bernyanyi dan
788
mengucap syukur (Mzm. 56:13). Keriangan hati dalam berjanji ini
memang baik, namun apa yang dikatakan selanjutnya lebih baik lagi:
Maka rakyat berbuat sesuai dengan janji itu, dan tetap memegang apa
yang telah mereka janjikan, tidak seperti nenek moyang mereka dalam
perkara serupa, yang memperbudak kembali orang-orang yang baru saja
mereka lepaskan sebagai orang merdeka (Yer. 34:10-11). Janji-janji yang
baik yaitu hal yang baik, namun menepati janji dengan baik yaitu
segala-galanya.
Kemurahan Hati Nehemia
(5:14-19)
14 Pula sejak aku diangkat sebagai bupati di tanah Yehuda, yaitu dari tahun kedua puluh
sampai tahun ketiga puluh dua pemerintahan Artahsasta jadi dua belas tahun lamanya,
aku dan saudara-saudaraku tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi hak
bupati. 15 namun para bupati yang sebelumnya, yang mendahului aku, sangat
memberatkan beban rakyat. Bupati-bupati itu mengambil dari mereka empat puluh syikal
perak sehari untuk bahan makanan dan anggur. Bahkan anak buah mereka merajalela
atas rakyat. namun aku tidak berbuat demikian sebab takut akan Tuhan . 16 Aku pun
memulai pekerjaan tembok itu, walaupun aku tidak memperoleh ladang. Dan semua anak
buahku dikumpulkan di sana khusus untuk pekerjaan itu. 17 Duduk pada mejaku orang-
orang Yahudi dan para penguasa, seratus lima puluh orang, selain mereka yang datang
kepada kami dari bangsa-bangsa sekeliling kami. 18 Yang disediakan sehari atas
tanggunganku ialah: seekor lembu, enam ekor kambing domba yang terpilih dan
beberapa ekor unggas, dan bermacam-macam anggur dengan berlimpah-limpah setiap
sepuluh hari. Namun, dengan semuanya itu, aku tidak menuntut pembagian yang menjadi
hak bupati, sebab pekerjaan itu sangat menekan rakyat. 19 Ya Tuhan ku, demi
kesejahteraanku, ingatlah segala yang kubuat untuk bangsa ini.
Nehemia telah menyebutkan apa yang diperbuatnya sendiri sebagai bupati,
sebagai dorongan bagi para pemuka untuk tidak membebani orang miskin,
sekalipun itu dengan tuntutan-tuntutan yang adil. Dalam perikop ini dia
menceritakan secara lebih terperinci apa yang diperbuatnya itu, bukan dalam
kesombongan atau keangkuhan diri, atau untuk memuji diri sendiri, melainkan
sebagai dorongan bagi para penerusnya dan para pemimpin di bawahnya agar
bersikap selembut mungkin untuk meringankan beban rakyat.
I. Nehemia menyatakan apa yang menjadi cara kerja para pendahulunya (ay.
15). Ia tidak menyebutkan nama mereka, sebab apa yang harus
dikatakannya tentang mereka bukanlah demi kehormatan mereka, dan
dalam perkara seperti itu lebih baik tidak menyebutkan nama. namun rakyat
tahu betapa berat beban yang telah mereka timpakan, dan betapa negeri itu
harus membayar mahal untuk segala bantuan yang datang dari
pemerintahan mereka. Pemerintah memberi mereka empat puluh syikal
Kitab Nehemia 5:1-5
789
perak, yang hampir setara dengan 2,5 kilogram, sekian banyak setiap hari,
mungkin. Akan namun , di samping itu, mereka mewajibkan rakyat untuk
menyediakan bahan makanan dan anggur bagi mereka, yang mereka tuntut
sebagai penghasilan tambahan dari jabatan mereka. Dan tidak hanya
demikian, namun juga mereka membiarkan anak buah mereka memeras
rakyat, untuk mendapatkan semua yang bisa mereka dapatkan dari rakyat.
Perhatikanlah,
1. Bukan hal baru apabila orang-orang yang bekerja melayani masyrakat
justru lebih mengedepankan kepentingan mereka sendiri dibandingkan
kesejahteraan rakyat, bahkan, mengambil keuntungan dari kerugian
rakyat.
2. Para tuan harus bertanggung jawab atas segala tindakan penipuan dan
ketidakadilan, kekerasan dan penindasan, yang mereka biarkan terjadi
kepada hamba-hamba mereka.
II. Nehemia memberi tahu kita seperti apa cara kerjanya sendiri.
1. Secara umum, dia tidak berbuat seperti para bupati sebelumnya. Ia tidak
mau, tidak berani, sebab takut akan Tuhan . Ia gentar akan keagungan Tuhan
dan ngeri terhadap murka-Nya. Dan,
(1) Takut akan Tuhan menahannya dari menindas orang. Orang-orang yang
sungguh-sungguh takut akan Tuhan tidak akan berani melakukan
sesuatu yang kejam atau tidak adil.
(2) Takut akan Tuhan -lah yang semata-mata menahan dia. Nehemia
bersikap murah hati seperti itu, bukan supaya ia mendapat pujian
dari manusia, atau memenuhi tujuannya sendiri dengan mengambil
hati rakyat, melainkan semata-mata demi tuntutan hati nurani,
sebab takut akan Tuhan . Hal ini akan menjadi kaidah keadilan dan
kasih yang tidak hanya kuat, namun juga dapat diterima. Bagaimana
para pendahulunya memanfaatkan dengan baik kedudukan mereka,
tampak melalui harta kekayaan yang mereka peroleh. Namun
Nehemia sendiri tidak memperoleh apa-apa, kecuali kepuasan dalam
berbuat baik: Aku tidak memperoleh ladang (ay. 16). Jadi jangan
katakan bahwa dia yaitu seorang suami yang buruk, melainkan
bahwa dia seorang bupati yang baik, yang tidak bertujuan untuk
memperkaya diri sendiri. Marilah kita ingat perkataan Tuhan,
bagaimana Dia berkata, yaitu lebih berbahagia memberi dari pada
menerima (Kis. 20:35).
2. Secara lebih khusus, amatilah di sini,
790
(1) Betapa sedikit Nehemia menerima dari apa yang bisa saja dia tuntut.
Ia melakukan pekerjaan bupati, namun dia tidak mengambil
pembagian yang menjadi hak bupati (ay. 14), tidak menuntutnya (ay.
18). Jauh darinya untuk memeras lebih dibandingkan apa yang menjadi
haknya, justru sebaliknya, ia tidak pernah menuntutnya, namun hidup
berdasarkan apa yang diperolehnya dari istana raja Persia dan dari
ladangnya sendiri di Yudea. Alasan yang dia berikan atas tindakan
penyangkalan diri ini yaitu sebab pekerjaan itu sangat menekan
rakyat. Ia bisa saja menggunakan alasan yang biasa dipakai untuk
bertindak tegas dalam perkara-perkara seperti itu, bahwa ia akan
menyalahi para penerusnya jika tidak menuntut apa yang menjadi
haknya. namun biarlah mereka bercermin pada diri mereka sendiri.
Dia mempertimbangkan keadaan orang-orang Yahudi yang
menderita, dan, sementara mereka mengerang di bawah begitu
banyak kesulitan, dia tidak sampai hati menambah beban mereka,
namun lebih memilih mengurangi harta miliknya sendiri dibandingkan
menghancurkan mereka. Perhatikanlah, dalam tuntutan-tuntutan
kita, kita harus mempertimbangkan bukan hanya keadilan dari
tuntutan itu, melainkan juga kesanggupan orang-orang yang kita
tuntut. Jika tidak ada yang bisa didapat, kita tahu siapa yang akan
kehilangan haknya.
(2) Betapa Nehemia memberikan banyak dari apa yang bisa saja
ditahannya.
[1] Pekerjaan anak buahnya (ay. 16). Anak buah para raja
menganggap diri mereka dibebaskan dari bekerja. namun anak
buah Nehemia, tentunya oleh perintahnya, dikumpulkan khusus
untuk pekerjaan itu. Orang-orang yang memiliki banyak anak buah
harus mencari akal bagaimana mereka bisa berbuat baik melalui
anak buah mereka dan menjaga mereka untuk tetap bekerja
dengan baik.
[2] Makanannya sendiri (ay. 17-18). Ia menyediakan makanan yang
sangat baik di mejanya, bukan pada hari-hari tertentu saja,
melainkan terus-menerus. Ia menerima banyak tamu yang
terhormat, paling sedikit 150 orang yang sebangsa, orang-orang
yang berkedudukan tinggi, di samping orang-orang asing yang
datang kepadanya untuk urusan pekerjaan. Dan dia
menyediakan makanan yang berlimpah bagi tamu-tamunya,
yaitu daging lembu, kambing domba, unggas, dan segala macam
anggur. Hendaklah orang-orang yang bekerja melayani rakyat
Kitab Nehemia 5:1-5
791
ingat bahwa mereka diangkat untuk berbuat baik, bukan untuk
memperkaya diri sendiri. Dan hendaklah orang-orang dengan
kedudukan yang lebih rendah belajar untuk memberi tumpangan
seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut (1Ptr.
4:9).
III. Nehemia menutup dengan sebuah doa (ay. 19): Ya Tuhan ku, demi
kesejahteraanku, ingatlah segala yang kubuat untuk bangsa ini.
1. Nehemia di sini menyebut apa yang telah dibuatnya untuk bangsa ini,
bukan dalam kesombongan, seperti orang yang sedang memegahkan
diri, atau dalam kemarahan, seperti sedang menegur mereka. Tidak pula
tampak bahwa ia memiliki alasan untuk melakukannya demi
membenarkan dirinya sendiri, seperti Paulus ketika menyampaikan
penyangkalan diri yang serupa kepada jemaat di Korintus, melainkan
untuk mempermalukan para penguasa agar mereka tidak menindas lagi.
Hendaklah mereka belajar dari dia untuk tidak tamak dalam tuntutan
mereka atau kikir dalam pengeluaran mereka, maka mereka akan
mendapat keuntungan dan penghiburan dari kemurahan hati mereka,
seperti yang telah didapatkannya.
2. Nehemia menyebutkan apa yang telah dibuatnya itu kepada Tuhan di
dalam doa, bukan seakan-akan dia menganggap bahwa dengan ini dia
patut mendapat suatu perkenanan dari Tuhan , sebagai suatu utang,
melainkan untuk menunjukkan bahwa dia tidak mencari imbalan apa
pun dari manusia atas kemurahan hatinya. Sebaliknya, ia hanya
bergantung kepada Tuhan saja untuk mengganti apa yang telah hilang
darinya dan apa yang telah dikerjakannya bagi kehormatan-Nya. Dan dia
menganggap perkenanan Tuhan sebagai imbalan yang sudah cukup.
“Apabila Tuhan mengingatku demi kesejahteraanku saja, itu sudah cukup
bagiku.” Maksud-Nya yang baik untuk kita yaitu kebahagiaan kita
(Mzm. 40:6). Nehemia menyerahkan kepada Tuhan untuk membalasnya
dengan cara yang dikehendaki-Nya. “Jika orang melupakanku, kiranya
Tuhan ku selalu mengingatku, maka aku tidak menginginkan apa-apa
lagi.”
PASAL 6
etelah seruan orang-orang miskin yang tertindas diredam, kita sekarang
akan mencari tahu bagaimana kelanjutan pembangunan tembok Yerusalem.
Dan pada pasal ini kita mendapati bahwa pembangunan itu berjalan dengan penuh
semangat dan diselesaikan dengan penuh sukacita, kendati dengan berbagai upaya
yang tak kenal lelah dari alam maut untuk merintanginya. Bagaimana musuh-
musuh orang Yahudi dikacaukan dalam rencana mereka untuk menghentikan
pembangunan itu secara paksa, telah kita baca sebelumnya (ps. 4). Pada pasal ini
kita mendapati bagaimana upaya mereka untuk membuat Nehemia meninggalkan
pembangunan itu digagalkan.
I. Ketika mereka mengajak Nehemia untuk bertemu, dengan niat untuk
mencelakakannya, ia tetap bergeming. (ay. 1-4)
II. Ketika mereka ingin membuat Nehemia percaya bahwa upayanya
diartikan sebagai pemberontakan dan pengkhianatan, ia tidak
menghiraukan tuduhan itu (ay. 5-9)
III. Ketika mereka menyuap para nabi palsu untuk menyuruhnya
melarikan diri ke dalam Bait Suci demi keamanan dirinya, ia tetap tidak
beranjak (ay. 10-14)
IV. Meskipun ada surat-menyurat rahasia di antara mereka dan beberapa
orang Yahudi yang palsu dan pengkhianat, namun pekerjaan
pembangunan tembok itu diselesaikan dalam waktu yang singkat (ay.
15-19).
Seperti inilah pergumulan antara jemaat dan musuh-musuhnya. Namun
besarlah perkara Tuhan , dan pasti akan berhasil dan menang.
S
796
Persekongkolan Sanbalat dan Kawan-kawan
(6:1-9)
1 Ketika Sanbalat dan Tobia dan Gesyem, orang Arab itu dan musuh-musuh kami yang lain
mendengar, bahwa aku telah selesai membangun kembali tembok, sehingga tidak ada lagi
lobang, walaupun sampai waktu itu di pintu-pintu gerbang belum kupasang pintunya, 2
maka Sanbalat dan Gesyem mengutus orang kepadaku dengan pesan: “Mari, kita
mengadakan pertemuan bersama di Kefirim, di lembah Ono!” namun mereka berniat
mencelakakan aku. 3 Lalu aku mengirim utusan kepada mereka dengan balasan: “Aku
tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar. Aku tidak bisa datang! Untuk apa
pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan pergi kepada kamu!” 4
Sampai empat kali mereka mengirim pesan semacam itu kepadaku dan setiap kali aku
berikan jawaban yang sama kepada mereka. 5 Lalu dengan cara yang sama untuk kelima
kalinya Sanbalat mengirim seorang anak buahnya kepadaku yang membawa surat yang
terbuka. 6 Dalam surat itu tertulis: “Ada desas-desus di antara bangsa-bangsa dan Gasymu
membenarkannya, bahwa engkau dan orang-orang Yahudi berniat untuk memberontak,
dan oleh sebab itu membangun kembali tembok. Lagipula, menurut kabar itu, engkau
mau menjadi raja mereka. 7 Bahkan engkau telah menunjuk nabi-nabi yang harus
memberitakan tentang dirimu di Yerusalem, demikian: Ada seorang raja di Yehuda!
Sekarang, berita seperti itu akan didengar raja. Oleh sebab itu, mari, kita sama-sama
berunding!” 8 namun aku mengirim orang kepadanya dengan balasan: “Hal seperti yang
kausebut itu tidak pernah ada. Itu isapan jempolmu belaka!” 9 sebab mereka semua mau
menakut-nakutkan kami, pikirnya: “Mereka akan membiarkan pekerjaan itu, sehingga tak
dapat diselesaikan.” namun aku justru berusaha sekuat tenaga.
Pada perikop ini kita mendapati penjelasan mengenai dua persekongkolan
melawan Nehemia, bagaimana keduanya disusun dengan licik oleh musuh-
musuhnya, dan bagaimana keduanya digagalkan secara membahagiakan oleh
penyelenggaraan Tuhan yang baik dan kehati-hatian Nehemia.
I. Sebuah persekongkolan untuk menjebak Nehemia ke dalam perangkap. Para
musuh mendapatkan laporan mengenai kemajuan pembangunan tembok
yang sedang dikerjakan, bahwa semua lubang tembok telah ditutup,
sehingga mereka menganggapnya seperti sudah selesai dibangun, meskipun
pada waktu itu pintu-pintu gerbang belum dipasang pintunya (ay. 1). Oleh
sebab itu, sekarang atau tidak selama-lamanya, dengan satu hantaman yang
berani, mereka harus melenyapkan Nehemia. Mereka mendengar bagaimana
Nehemia dijagai dengan begitu ketat, sehingga mereka tidak dapat
menyerangnya dengan serta-merta. Oleh sebab itu mereka hendak
mencoba, melalui segala macam bujukan, untuk membuatnya datang ke
tengah-tengah mereka. Amatilah,
1. Betapa dengan kelicikan yang menyerupai Iblis mereka membujuk
Nehemia untuk menemui mereka, bukan di sembarang kota, supaya
jangan sampai hal itu memicu kecurigaan bahwa mereka berniat untuk
menangkapnya, melainkan di sebuah desa di wilayah suku Benyamin:
“Mari, kita mengadakan pertemuan bersama untuk membahas tentang
Kitab Nehemia 6:1-9
797
kepentingan-kepentingan bersama di daerah kita.” Atau mereka ingin
supaya Nehemia berpikir bahwa mereka hendak menjalin persahabatan
dengannya, dan dengan senang hati ingin lebih mengenalnya, demi
terciptanya pengertian yang baik di antara mereka dan terbinanya
hubungan yang baik. namun mereka berniat mencelakakan dia. Ada
kemungkinan Nehemia mendapat suatu laporan rahasia bahwa mereka
berniat untuk menangkap atau membunuhnya. Atau mungkin ia
mengenal mereka dengan begitu baik sehingga, tanpa melanggar hukum
kasih, ia menyimpulkan bahwa mereka mengincar nyawanya. Oleh sebab
itu, ketika mereka berkata manis kepadanya, ia tidak percaya kepada
mereka.
2. Lihatlah betapa dengan hikmat sorgawi Nehemia menolak usulan
tersebut. Tuhan nya telah memberinya petunjuk untuk memberikan
jawaban yang bijak itu kepada mereka melalui utusannya sendiri: “Aku
tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar, aku sangat sibuk, dan
enggan menghentikan pekerjaan selagi aku meninggalkannya untuk
pergi kepada kamu” (ay. 3). Apa yang menjadi kepeduliannya yaitu
supaya pekerjaan itu tidak terhenti. Ia mengetahui bahwa pekerjaan itu
akan terhenti apabila ia meninggalkannya barang sebentar saja. Dan
untuk apa pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan
pergi kepada kamu? Ia tidak berbicara apa-apa mengenai
kewaspadaannya, juga tidak menegur mereka atas rencana mereka yang
penuh pengkhianatan, namun memberi mereka sebuah alasan yang baik
dan salah satu alasan yang benar mengapa ia tidak mau datang. Ke-
inginan untuk menyenangkan hati orang harus selalu mengalah pada
pekerjaan. Hendaklah orang-orang yang tergoda oleh kawan-kawan
mereka yang tidak berguna untuk menghadiri pertemuan yang sia-sia,
dan yang hanya untuk senang-senang, menjawab godaan itu demikian,
“Ada pekerjaan yang harus kami lakukan, dan kami tidak boleh
mengabaikannya.” Empat kali mereka menyerangnya dengan
permintaan yang sama, dan empat kali juga ia memberikan jawaban
yang sama, yang dapat kita duga membuat mereka sangat kesal. Sebab
sesungguhnya yang menjadi tujuan mereka yaitu menghentikan
pekerjaan tersebut, dan harapan mereka untuk menggagalkan pekerjaan
itu akan pupus ketika mereka melihat para pekerjanya begitu
bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Aku berikan jawaban yang
sama, kata Nehemia kepada mereka (ay. 4). Perhatikanlah, jangan pernah
kita membiarkan diri kita dikalahkan oleh desakan yang terus-menerus
untuk melakukan sesuatu yang berdosa atau ceroboh. Sebaliknya, ketika
798
kita diserang dengan godaan yang sama, kita harus tetap melawannya
dengan akal budi dan keteguhan hati yang sama.
II. Sebuah persekongkolan untuk menakut-nakuti Nehemia sehingga ia
menghentikan pekerjaannya. Kalau saja mereka dapat membuat Nehemia
meninggalkan pekerjaannya, maka pekerjaan tersebut pasti akan terhenti.
Oleh sebab itu, inilah yang berusaha dilakukan oleh Sanbalat, namun sia-sia.
1. Sanbalat berupaya membuat Nehemia diliputi kekhawatiran bahwa
usahanya untuk membangun tembok-tembok Yerusalem pada
umumnya dianggap sebagai tindakan yang mementingkan golongan
dan menghasut, dan dengan demikian akan dibenci oleh raja (ay. 5-7).
Orang-orang terbaik sekalipun, bahkan ketika melakukan tindakan
yang teramat luhur dan tidak mengandung kesalahan, telah terkena
tuduhan ini. Hal ini dituliskan kepada Nehemia dalam sebuah surat
yang terbuka, sebagai sesuatu yang diketahui dan dibicarakan secara
umum, bahwa hal itu diberitakan di antara bangsa-bangsa. Dan Gasymu
akan membuktikan kebenarannya, bahwa Nehemia hendak menjadikan
dirinya sebagai raja dan melepaskan kuk Persia. Perhatikanlah, sudah
biasa bahwa apa yang hanya dipikirkan oleh orang-orang keji, digam-
barkan secara tidak benar oleh mereka sebagai apa yang dipikirkan
oleh orang kebanyakan. Sekarang, Sanbalat berpura-pura untuk
memberi tahu Nehemia akan hal ini sebagai seorang kawan, supaya
Nehemia dapat bergegas ke istana untuk membersihkan tuduhan
kepadanya, atau menghentikan pekerjaannya, sebab takut kalau-kalau
pekerjaan itu disalahartikan seperti itu. Setidak-tidaknya, berdasarkan
dugaan ini, ia mendesak Nehemia untuk menemuinya. “Mari kita sama-
sama berunding untuk mencari tahu bagaimana meredam berita itu”
sambil berharap bahwa dengan cara ini ia dapat melenyapkan Nehemia,
atau setidaknya menjauhkan dia dari pekerjaannya. Demikianlah
perkataannya lebih lembut dari minyak, namun ia berniat menyerang,
dan ia berharap, seperti Yudas, untuk mencium lalu membunuh. Namun
tentu saja, percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang
bersayap. Nehemia segera menyadari apa sebenarnya tujuan mereka,
yaitu untuk membuat para pekerja membiarkan pekerjaan itu (ay. 9).
Oleh sebab itu, ia tidak hanya menyangkal kebenaran berita itu, namun
juga menyangkal bahwa memang ada berita seperti itu. Ia dikenal baik
oleh rakyat sehingga tidak mungkin ia dicurigai seperti itu.
2. Demikianlah Nehemia lolos dari jerat itu dan tetap berdiri teguh. Ia juga
tidak akan takut menabur dan menuai sebab ada angin dan awan.
Kitab Nehemia 6:1-9
799
Kalaupun memang ada berita seperti itu, kita tidak boleh mengabaikan
apa yang kita ketahui sebagai kewajiban, hanya sebab takut akan
disalahartikan. Sebaliknya, selama kita bertindak sesuai dengan hati
nurani yang baik, marilah kita mempercayakan nama baik kita kepada
Tuhan . namun sesungguhnya tidak ada berita seperti itu. Umat Tuhan ,
meskipun sarat dengan celaan, sesungguhnya tidak sehina seperti yang
ingin disangkakan kepada mereka oleh sebagian orang.
Di tengah-tengah keluhan Nehemia atas niat jahat mereka, dalam
berupaya untuk menakut-nakuti dirinya, dan dengan demikian
melemahkan tangannya, ia mengangkat hatinya kepada sorga melalui
doa singkat ini: Maka, ya Tuhan , kuatkanlah tanganku (ay. 9, KJV).
Sungguh suatu sokongan dan penghiburan yang besar bagi orang-
orang baik bahwa di dalam segala kesukaran dan kesulitan, ada Tuhan
yang bisa mereka datangi. Dari Dialah, melalui iman dan doa, mereka
dapat memperoleh anugerah untuk meredam ketakutan mereka dan
menguatkan tangan mereka, ketika musuh-musuh mereka sedang
berupaya untuk memenuhi mereka dengan ketakutan dan melemahkan
tangan mereka. Di dalam pekerjaan dan peperangan kita sebagai orang
Kristen, ketika kita sedang memasuki suatu pelayanan atau
perselisihan tertentu, inilah doa yang baik untuk kita panjatkan: “Ada
suatu kewajiban yang harus kulakukan, suatu godaan yang harus
kulawan, maka ya Tuhan , kuatkanlah tanganku.” Sebagian penafsir
membacanya bukan sebagai doa, melainkan sebagai ketetapan hati
yang kudus, sebab kata ya Tuhan ditambahkan di dalam terjemahan kita
(KJV): namun aku justru berusaha sekuat tenaga. Perhatikanlah,
keteguhan hati kita sebagai orang Kristen akan diasah melalui
perlawanan. Setiap godaan untuk menjauhkan kita dari kewajiban harus-
lah justru semakin menyemangati kita untuk melaksanakan kewajiban
itu.
Rencana Semaya Digagalkan
(6:10-14)
10 Ketika aku pergi ke rumah Semaya bin Delaya bin Mehetabeel, sebab ia berhalangan
datang, berkatalah ia: “Biarlah kita bertemu di rumah Tuhan , di dalam Bait Suci, dan
mengunci pintu-pintunya, sebab ada orang yang mau datang membunuh engkau, ya,
malam ini mereka mau datang membunuh engkau.” 11 namun kataku: “Orang manakah
seperti aku ini yang akan melarikan diri? Orang manakah seperti aku ini dapat memasuki
Bait Suci dan tinggal hidup? Aku tidak pergi!” 12 sebab kuketahui benar, bahwa Tuhan
tidak mengutus dia. Ia mengucapkan nubuat itu terhadap aku, sebab disuap Tobia dan
Sanbalat. 13 Untuk ini ia disuap, supaya aku menjadi takut lalu berbuat demikian, sehingga
800
aku berdosa. Dengan demikian mereka mempunyai kesempatan untuk membusukkan
namaku, sehingga dapat mencela aku. 14 Ya Tuhan ku, ingatlah bagaimana Tobia dan
Sanbalat masing-masing telah bertindak! Pun tindakan nabiah Noaja dan nabi-nabi yang
lain yang mau menakut-nakutkan aku.
Musuh-musuh orang Yahudi menggunakan segala cara, tidak ada cara yang tidak
dicoba, untuk membuat Nehemia meninggalkan pekerjaan membangun tembok
di sekeliling Yerusalem. Demi mencapai hal ini, mereka telah berusaha untuk
menariknya ke desa untuk bertemu mereka, namun sia-sia. Sekarang mereka
berusaha untuk membawanya ke dalam Bait Suci demi keamanan dirinya.
Biarlah Nehemia berada di mana saja asalkan tidak mengerjakan pekerjaannya.
sebab mereka memperhatikan bahwa Nehemia yaitu seorang yang berhati-
hati, maka mereka berusaha untuk mencapai tujuan mereka dengan membuat
dia tampak seperti seorang pengecut. Amatilah,
I. Betapa dengan rendah para musuh mengatur godaan ini.
1. Apa yang mereka rencanakan yaitu membuat Nehemia melakukan
suatu hal yang bodoh, sehingga mereka dapat menertawakannya, dan
menghinanya atas perbuatan itu, dan dengan demikian mengurangi
wibawa dan pengaruhnya (ay. 13): Supaya aku menjadi takut, dan
dengan demikian mereka mempunyai kesempatan untuk membusukkan
namaku, sehingga dapat mencela aku. Ini sungguh-sungguh pekerjaan
Iblis, yang yaitu penggoda manusia, sehingga ia dapat menjadi pendak-
wa mereka, menarik manusia kepada dosa supaya ia dapat bermegah
dalam aib yang menimpa mereka. Kejahatan terbesar yang dapat
dilakukan oleh musuh-musuh kita terhadap kita yaitu dengan
menakut-nakuti kita sehingga kita meninggalkan kewajiban dan
membuat kita melakukan apa yang berdosa.
2. Alat-alat yang mereka pergunakan yaitu seorang nabi dan nabiah palsu,
yang mereka suap untuk membujuk Nehemia agar menghentikan
pekerjaannya dan menarik diri demi keamanan dirinya sendiri. Nabi
palsu itu yaitu Semaya, yang tentangnya dikatakan bahwa ia menutup
diri (ay. 10, KJV) di rumahnya sendiri, entah dengan berpura-pura sedang
menarik diri untuk merenung dan mencari tahu kehendak Tuhan , atau
untuk memberikan tanda kepada Nehemia agar menyendiri dengan cara
serupa. Kelihatannya Nehemia menghargai Semaya, sebab ia pergi ke
rumahnya untuk mencari petunjuk (ay. 10). Ada juga nabi-nabi lain, dan
seorang nabiah, Noaja (ay. 14), yang berpihak kepada musuh-musuh
orang Yahudi, yang menerima upah dari musuh-musuh itu dan menjadi
pengkhianat bagi bangsa mereka sendiri. Tidak tampak apakah mereka
Kitab Nehemia 6:1-9
801
mengaku-aku mendapatkan ilham ilahi atau tidak. Mereka tidak berkata,
beginilah firman Tuhan, sebagaimana yang dikatakan nabi-nabi palsu
pada zaman dahulu. Sekalipun demikian, mereka ingin dianggap unggul
dalam pengetahuan ilahi dan hikmat manusia, dan memiliki pengertian
dan penglihatan yang luar biasa akan masa depan. Oleh sebab itu,
mereka dimintai petunjuk dalam perkara-perkara yang sulit, layaknya
para nabi. Nabi-nabi palsu ini diupah oleh para musuh untuk
memberikan petunjuk bagi mereka. Marilah dari sini kita mengambil
kesempatan untuk meratapi,
(1) Kefasikan orang-orang jahat seperti para nabi ini, bahwa sampai ada
orang yang begitu durhaka hingga mengkhianati kepentingan Tuhan
dan bangsa mereka, bahkan dengan dalih bersekutu dengan Tuhan
dan peduli terhadap bangsa mereka.
(2) Ketidakbahagiaan orang-orang baik seperti Nehemia, yang terancam
bahaya diperdaya oleh tipuan-tipuan seperti itu, dan yang bagi
mereka tidak ada godaan yang lebih kuat dibandingkan godaan yang
berkedok agama, wahyu, ibadah, dan yang dibawa oleh tangan para
nabi.
3. Kepura-puraan itu tampak dapat dipercaya. Nabi-nabi palsu ini
mengemukakan kepada Nehemia bahwa para musuh mau datang
membunuh dirinya, pada malam ini mereka akan membunuhnya, yang
cukup beralasan untuk dipercayainya. Mereka mau membunuhnya, jika
mereka dapat, jika mereka berani. Mereka berpura-pura sangat peduli
akan keselamatannya. Rakyat akan tercerai-berai seluruhnya apabila ada
bahaya yang menimpa Nehemia. Oleh sebab itu, mereka dengan sangat
sungguh-sungguh menyarankannya untuk bersembunyi di Bait Tuhan
sampai bahaya usai. Bait Tuhan merupakan sebuah tempat yang kokoh
dan suci, di mana ia akan berada di bawah perlindungan khusus dari
sorga (Mzm. 27:5). Seandainya Nehemia berhasil dibujuk melakukan hal
ini, maka rakyat pasti akan langsung pergi meninggalkan pekerjaan
mereka dan juga meletakkan senjata mereka, dan semua orang akan
mencari tempat untuk berlindung. Kemudian para musuh akan dengan
mudah, dan tanpa perlawanan, menghancurkan hasil pekerjaan itu,
meruntuhkan tembok kembali, dan dengan demikian mencapai tujuan
mereka. Meskipun penyelamatan diri yaitu kaidah dasar dari hukum
alam, namun nasihat yang diaku-aku didasarkan atas hukum alam itu
tidak selalu merupakan nasihat yang paling baik dan paling bijak.
802
II. Lihatlah betapa Nehemia dengan berani menaklukkan godaan ini, dan tampil
sebagai seorang pemenang.
1. Nehemia langsung bertekad untuk tidak menyerah kepada godaan itu
(ay. 11). Lihatlah di sini,
(1) Apa pertimbangan-pertimbangannya: “Orang manakah seperti aku ini
yang akan melarikan diri? Haruskah aku meninggalkan pekerjaan
Tuhan , atau mengecilkan hati para pekerjaku sendiri yang telah aku
pekerjakan dan beri semangat? Haruskah aku terlalu percaya kepada
kabar berita, dan terlalu khawatir akan nyawaku sendiri? Aku yang
yaitu seorang bupati, yang diperhatikan oleh begitu banyak orang,
baik kawan maupun lawan? Orang lain mungkin saja kabur, namun
aku tidak. Orang manakah seperti aku ini, dengan jabatanku yang
penuh kehormatan, kekuasaan, dan kepercayaan, akan pergi ke Bait
Suci dan bersembunyi di sana, ketika ada pekerjaan yang harus
dilakukan, bahkan sekalipun itu untuk menyelamatkan nyawaku?”
Perhatikanlah, ketika kita tergoda untuk berdosa, kita harus
mengingat siapa dan apa diri kita, supaya kita tidak melakukan apa
yang tidak pantas bagi kedudukan kita dan pengakuan iman yang
kita buat. Tidaklah pantas bagi raja, hai Lemuel! (Ams. 31:4)
(2) Apa hasil pertimbangan Nehemia. Ia sampai pada suatu keputusan:
“Aku tidak akan masuk. Lebih baik aku mati di dalam pekerjaanku
dibandingkan hidup dalam pelarian yang hina darinya.” Perhatikanlah,
keteguhan hati dan keluhuran budi yang kudus akan menggugah
kita, apa pun harganya, untuk tidak pernah menolak suatu pekerjaan
yang baik, atau melakukan pekerjaan yang buruk.
2. Nehemia segera menyadari apa yang sedang terjadi (ay. 12): “sebab
kuketahui benar, bahwa Tuhan tidak mengutus dia, bahwa Semaya
memberikan nasihat ini bukan atas petunjuk ilahi apa pun, yang bersifat
biasa ataupun luar biasa, melainkan dengan rencana untuk melawanku.”
Kefasikan orang-orang upahan yang hina seperti itu cepat atau lambat
akan terbongkar. Dua hal yang dikatakan Nehemia sangat ditakutinya
dalam apa yang dinasihatkan kepadanya:
(1) Melawan Tuhan : Supaya aku menjadi takut lalu berbuat demikian,
sehingga aku berdosa. Perhatikanlah, dosa merupakan hal yang harus
kita takuti melampaui apa pun, dan obat penawar yang baik
terhadap dosa yaitu dengan tidak takut terhadap apa pun kecuali
dosa.
Kitab Nehemia 6:1-9
803
(2) Mempermalukan dirinya sendiri: Sehingga mereka dapat mencela
aku. Perhatikanlah, selain ngeri terhadap keberdosaan dosa, kita juga
harus ngeri terhadap cela yang diakibatkan oleh dosa.
3. Nehemia dengan rendah hati memohon kepada Tuhan untuk mengadakan
perhitungan dengan mereka atas rancangan-rancangan mereka yang keji
terhadap dirinya (ay. 14): Ya Tuhan ku, ingatlah bagaimana Tobia, dan
mereka semua, telah bertindak. Ketika Nehemia menyebutkan tentang
pelayanan-pelayanan baik yang telah ia lakukan, ia tidak berhasrat untuk
mengatur-atur Tuhan tentang upah apa yang seharusnya Ia berikan
kepadanya. Sebaliknya, ia berdoa dengan rendah hati, ingatlah aku, ya
Tuhan ku (5:19). Demikian pula halnya di sini, ia tidak bersumpah serapah
agar suatu hukuman tertentu menimpa musuh-musuhnya, namun ia
menyerahkan perkara itu kepada Tuhan . “Engkau mengenal hati mereka,
dan Engkaulah pembalas kejahatan dan kesalahan. Berilah perhatian
terhadap perkara ini, adililah antara aku dan mereka, dan mintalah per-
tanggungjawaban mereka seturut dengan cara dan waktu yang berkenan
pada-Mu.” Perhatikanlah, apa pun kejahatan yang dilakukan terhadap kita,
kita tidak boleh membalasnya, namun serahkanlah perkara kita kepada Dia
yang menghakimi dengan adil.
Tembok Kota Selesai Dibangun
(6:15-19)
15 Maka selesailah tembok itu pada tanggal dua puluh lima bulan Elul, dalam waktu lima
puluh dua hari. 16 Ketika semua musuh kami mendengar hal itu, takutlah semua bangsa
sekeliling kami. Mereka sangat kehilangan muka dan menjadi sadar, bahwa pekerjaan itu
dilaksanakan dengan bantuan Tuhan kami. 17 Pada masa itu pula para pemuka Yehuda
mengirim banyak surat kepada Tobia, dan sebaliknya mereka menerima surat-surat dari
padanya,
18 sebab banyak orang di Yehuda mempunyai ikatan sumpah dengan dia, sebab ia yaitu
menantu Sekhanya bin Arah, sedang Yohanan, anaknya, mengambil anak Mesulam bin
Berekhya sebagai isteri. 19 Juga mereka sebut-sebut segala kebaikan Tobia di mukaku dan
segala perkataanku terus dibeberkan kepadanya. Pula Tobia mengirim surat-surat untuk
menakut-nakutkan aku.
Pada perikop ini Nehemia sedang menyelesaikan pembangunan tembok
Yerusalem, namun masih juga ia menghadapi kesulitan yang ditimbulkan oleh
para musuhnya.
I. Tobia, dan musuh-musuh orang Yahudi lainnya, malu menyaksikan tembok
yang telah selesai dibangun, kendati dengan semua upaya mereka untuk
menghalanginya. Tembok itu mulai dan selesai dibangun dalam waktu lima
804
puluh dua hari, namun kita memiliki alasan untuk meyakini bahwa mereka
beristirahat pada hari-hari Sabat (ay. 15). Banyak orang yang dipekerjakan,
dan ada tempat bagi mereka semua. Apa yang mereka kerjakan, dikerjakan
dengan riang hati, dan mereka memusatkan perhatian pada pekerjaan
mereka sebab mereka mencintainya. Ancaman para musuh mereka, yang
dimaksudkan untuk melemahkan mereka, ada kemungkinan justru
menggugah mereka untuk meneruskan pekerjaan mereka dengan lebih
bersemangat, supaya mereka dapat menyelesaikannya sebelum para musuh
datang. Demikianlah dari yang makan keluar makanan. Lihatlah betapa
banyak pekerjaan yang dapat dilakukan dalam waktu singkat apabila kita mau
mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus. Ketika para
musuh mendengar bahwa tembok itu telah selesai dibangun padahal mereka
menyangka pembangunannya belum dimulai dengan baik, dan ketika mereka
tidak merasa ragu akan dapat menghentikannya, mereka sangat kehilangan
muka (ay. 16).
1. Mereka sangat malu akan kepercayaan diri mereka bahwa mereka akan
menghentikan pekerjaan itu. Mereka menjadi putus asa sebab
kekecewaan itu.
2. Mereka iri akan kesejahteraan dan keberhasilan orang-orang Yahudi,
sedih menyaksikan tembok-tembok Yerusalem selesai dibangun,
sementara raja-raja Persia mungkin tidak mengizinkan mereka untuk
membentengi kota-kota Samaria. Ketika Kain iri kepada adiknya,
mukanya muram (Kej. 4:5)
3. Hilang sudah harapan mereka untuk mencelakakan orang-orang Yahudi
seperti yang mereka rancangkan, untuk menjatuhkan orang-orang
Yahudi, dan memangsa mereka. Dan baguslah mereka merasa demikian,
sebab mereka telah sadar, melalui keberhasilan yang luar biasa ini,
bahwa pekerjaan itu dilaksanakan dengan bantuan Tuhan . Bahkan orang-
orang kafir ini masih mempunyai akal sehat,
(1) Untuk melihat penyelenggaraan Tuhan yang istimewa atas perkara-
perkara jemaat ketika perkara-perkara itu berhasil secara luar biasa.
Berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: “TUHAN telah melakukan
perkara besar kepada orang-orang ini!” Itu yaitu perbuatan-Nya
(Mzm. 126:2). Tuhan berperang bagi bangsa Israel dan bekerja
bersama mereka.
(2) Untuk percaya bahwa pekerjaan Tuhan akan sempurna. Ketika
mereka menyadari bahwa pekerjaan itu dilaksanakan dengan
Kitab Nehemia 6:1-9
805
bantuan Tuhan , mereka tidak mengharapkan yang lain selain bahwa
pekerjaan itu akan berlanjut dan berhasil.
(3) Untuk menyimpulkan bahwa, apabila pekerjaan itu berasal dari
Tuhan , maka tidak ada gunanya mencoba untuk menentangnya.
Pekerjaan itu sudah pasti akan berhasil dan menang.
II. Terlepas dari hal ini, Nehemia merasa kesal melihat beberapa orang dari
bangsanya sendiri berkhianat dengan berkirim surat dengan Tobia dan
melayani kepentingannya. Tidak diragukan lagi bahwa hal itu membuat
Nehemia sangat sedih dan berkecil hati.
1. Bahkan dari antara para pemuka Yehuda ada yang tidak begitu memiliki
rasa hormat dan kesadaran akan kebaikan negeri mereka, hingga
mereka berkirim surat dengan Tobia (ay. 17). Mereka menulis dengan
begitu bebas dan akrab layaknya teman kepada Tobia, dan menyambut
surat-surat yang ia tulis untuk mereka. Adakah para pemuka melakukan
hal yang sedemikian hina? Adakah para pemuka Yehuda melakukan hal
yang sedemikian fasik? Kelihatannya para pembesar tidak selalu
bijaksana, tidak selalu jujur.
2. Banyak orang di Yehuda mengadakan persekongkolan penuh namun
rahasia dengan Tobia untuk memajukan kepentingan negerinya,
meskipun hal itu pasti akan menghancurkan negeri mereka sendiri.
Mereka mempunyai ikatan sumpah dengan dia, bukan sebagai pemimpin
mereka, melainkan sebagai kawan dan sekutu mereka, sebab baik dia
maupun anak laki-lakinya telah menikah dengan anak-anak wanita
Israel (ay. 18). Lihatlah kejahatan dari menikahi orang kafir. Untuk satu
orang kafir yang bertobat melalui pernikahan itu, sepuluh orang Yahudi
disesatkan. Begitu mereka menjadi saudara dengan Tobia, mereka
segera memiliki ikatan sumpah dengannya. Cinta yang berdosa
membawa kepada ikatan yang berdosa.
3. Mereka dengan lancang membujuk Nehemia sendiri untuk berkawan
dengan Tobia: “Juga mereka sebut-sebut segala kebaikan Tobia di
mukaku, dengan menggambarkannya sebagai seorang yang cerdas dan
layak kukenal, seorang pria yang jujur dan dapat kupercaya.” Kita
memang tidak boleh berbicara buruk tentang siapa pun, namun juga kita
tidak boleh berbicara baik tentang orang yang buruk. Orang yang meng-
abaikan hukum memuji orang fasik (Ams. 28:4).
4. Mereka begitu berkhianat hingga memberitahukan rencana-rencana
Nehemia kepada Tobia. Mereka menyampaikan kata-kata Nehemia
kepadanya, memutarbalikkan kata-kata