tawarikh ester 27

Kamis, 30 Januari 2025

tawarikh ester 27



 ekhai menjadi pembesar di 

istana, dua orang yang kelak akan menjadi alat bagi pembebasan yang 

dimaksudkan (ps. 1-2). 

II. Atas tindakan apa, dan dengan cara apa, Haman si orang Amalek 

berhasil mendapatkan perintah untuk memusnahkan semua orang 

Yahudi (ps. 3). 

III. Ketakutan besar yang dialami orang Yahudi, terutama para pembela 

negeri mereka, setelah mengetahui perintah tersebut (ps. 4). 

IV. Digagalkannya rencana Haman secara khusus atas nyawa Mordekhai 

(ps. 5-7). 

V. Digagalkannya rencana Haman secara umum atas orang Yahudi (ps. 8). 

VI. Tindakan yang diambil untuk mengabadikan ingatan akan peristiwa itu 

(ps. 9-10). 

Seluruh cerita ini meneguhkan kebenaran perkataan sang pemazmur, orang 

fasik merencanakan kejahatan terhadap orang benar dan menggertakkan giginya 

terhadap dia; Tuhan menertawakan orang fasik itu, sebab Ia melihat bahwa hari-

nya sudah dekat (Mzm. 37:12-13). 

 

PASAL  1  

ejumlah hal dalam pasal ini dengan sendirinya memberi banyak pelajaran 

dan sangat bermanfaat, namun  maksud dicatatnya kisah ini ialah untuk 

menunjukkan bagaimana terbukanya jalan bagi Ester menuju takhta, agar ia 

dapat dipakai sebagai alat untuk menggagalkan rencana Haman. Dan ini terjadi 

jauh sebelum rencana itu dibuat, supaya kita dapat mencermati dan mengagumi 

bagaimana Tuhan  Sang Penyelenggara mampu mengetahui sesuatu sebelum itu 

terjadi, dan betapa jauh jangkauan Penyelenggaraan-Nya. “Segala pekerjaan 

Tuhan  telah diketahui-Nya dari sejak semula.” Raja Ahasyweros, 

I. Dalam puncak kejayaannya menjamu semua pembesarnya (ay. 1-9). 

II. Dalam kemurkaannya ia menceraikan ratunya, sebab sang ratu tidak 

mau datang kepadanya ketika dipanggil olehnya (ay. 10-22). 

Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan  memenuhi tujuan-tujuan-Nya 

sendiri bahkan melalui dosa dan kebodohan manusia, yang tidak akan 

diizinkan-Nya terjadi seandainya Dia tidak tahu bagaimana 

mendatangkan kebaikan darinya. 

Perjamuan Ahasyweros 

(1:1-9) 

1 Pada zaman Ahasyweros – dialah Ahasyweros yang merajai seratus dua puluh tujuh 

daerah mulai dari India sampai ke Etiopia –, 2 pada zaman itu, ketika raja Ahasyweros 

bersemayam di atas takhta kerajaannya di dalam benteng Susan, 3 pada tahun yang ketiga 

dalam pemerintahannya, diadakanlah oleh baginda perjamuan bagi semua pembesar dan 

pegawainya; tentara Persia dan Media, kaum bangsawan dan pembesar daerah hadir di 

hadapan baginda. 4 Di samping itu baginda memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaan-

nya dan keindahan kebesarannya yang bersemarak, berhari-hari lamanya, sampai seratus 

delapan puluh hari. 5 Setelah genap hari-hari itu, maka raja mengadakan perjamuan lagi 

tujuh hari lamanya bagi seluruh rakyatnya yang terdapat di dalam benteng Susan, dari 

pada orang besar sampai kepada orang kecil, bertempat di pelataran yang ada di taman 

istana kerajaan. 6 Di situ tirai-mirai dari pada kain lenan, mori halus dan kain ungu tua, 

yang terikat dengan tali lenan halus dan ungu muda bergantung pada tombol-tombol 

perak di tiang-tiang marmar putih, sedang katil emas dan perak ditempatkan di atas 


 

916 

lantai pualam, marmar putih, gewang dan pelinggam.  

7 Minuman dihidangkan dalam piala emas yang beraneka warna, dan anggurnya ialah 

anggur minuman raja yang berlimpah-limpah, sebagaimana layak bagi raja. 8 Adapun 

aturan minum ialah: tiada dengan paksa; sebab  beginilah disyaratkan raja kepada semua 

bentara dalam, supaya mereka berbuat menurut keinginan tiap-tiap orang. 9 Juga Wasti, 

sang ratu, mengadakan perjamuan bagi semua wanita  di dalam istana raja 

Ahasyweros. 

Ahasyweros yang manakah ini dari antara raja-raja Persia, para pakar tidak 

mencapai kesepahaman. Mordekhai dikatakan sebagai salah satu orang yang 

diangkut dari Yerusalem sebagai salah seorang buangan (2:5-6), dan dari sini 

tampak bahwa Ahasyweros ini yaitu  salah satu dari raja-raja pertama dalam 

kekaisaran Persia. Dr. Lightfoot berpendapat bahwa dia ini sama dengan 

Artahsasta yang menghalangi pembangunan Bait Suci, yang juga disebut 

Ahasyweros (Ezr. 4:6-7), menurut nama kakek buyutnya yang berasal dari ketu-

runan orang Media (Dan. 9:1). Pada perikop ini kita mendapati, 

I. Luasnya cakupan wilayah kekuasaan Ahasyweros. Pada zaman Darius dan 

Koresh hanya ada 120 wakil raja (Dan. 6:2). Sekarang ada 127, dari India 

sampai ke Etiopia (ay. 1). Kerajaan itu telah berkembang begitu pesat, hingga 

pada waktunya nanti akan tenggelam oleh bebannya sendiri, dan, seperti 

yang lazim terjadi, akan kehilangan wilayah-wilayahnya secepat ia 

memperolehnya. Bila diletakkan ke dalam tangan yang jahat, kekuasaan 

seluas itu mampu melakukan kejahatan yang jauh lebih besar. Namun, bila 

diletakkan ke dalam tangan yang baik, kekuasaan itu sanggup mengadakan 

kebaikan yang jauh lebih besar. Kerajaan Kristus sekarang, atau pada masa 

yang akan datang, jauh lebih luas dibandingkan  kerajaan ini, ketika semua 

kerajaan dunia kelak menjadi milik-Nya. Dan kerajaan-Nya itu akan abadi. 

II. Kemegahan dan semarak istananya yang sangat besar. Ketika Ahasyweros 

mendapati dirinya duduk aman di atas takhtanya, keangkuhan hatinya pun 

meninggi bersama kebesaran kerajaannya. Ia mengadakan perjamuan yang 

paling meriah, di mana ia mengeluarkan biaya dan kerepotan yang besar 

hanya untuk memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan 

kebesarannya yang bersemarak (ay. 4). Ini yaitu  keangkuhan yang sia-sia, 

cinta akan kemegahan tanpa tujuan sama sekali. Sebab tak seorang pun 

meragukan kekayaan kerajaannya, atau berniat menyainginya dalam hal 

kehormatan. Seandainya ia memamerkan kekayaan kerajaan dan keindahan 

kebesarannya, seperti yang dilakukan oleh beberapa pendahulunya, untuk 

memberikan banyak sumbangsih bagi pembangunan Bait Suci dan 

Kitab Ester 1:1-9 

 

917 

pemeliharaan ibadah di dalamnya (Ezr. 6:8; 7:22), maka hal itu akan jauh 

lebih berfaedah. Ada dua perjamuan yang diadakan Ahasyweros:  

1. Perjamuan pertama diadakan untuk para pembesar dan pegawainya, 

yang berlangsung selama seratus delapan puluh hari (ay. 3-4). Bukan 

berarti bahwa ia menjamu orang-orang yang sama sepanjang waktu 

tersebut, namun  kemungkinan para pembesar dan pegawai dari satu 

wilayah pada hari yang satu, dan dari wilayah lain pada hari yang lain, 

sementara ia dan para pegawai tetapnya bersukaria dalam kemewahan 

seperti itu setiap hari. Dalam Alkitab bahasa Aram (yang sangat berani 

dalam menambahkan cerita pada kitab ini), dikatakan bahwa ada 

pemberontakan di antara rakyatnya, dan bahwa pesta ini diadakan 

sebagai sukacita atas dipadamkannya pemberontakan itu.  

2. Perjamuan kedua digelar untuk seluruh rakyatnya, dari pada orang besar 

sampai kepada orang kecil, yang berlangsung selama tujuh hari, sebagian 

orang pada satu hari dan sebagian yang lain pada hari lain. Dan, sebab  

tidak ada rumah yang dapat menampung mereka, maka orang-orang itu 

dijamu di pelataran yang ada di taman istana kerajaan (ay. 5). Tirai-tirai 

yang membagi-bagi sejumlah ruangan atau tenda yang didirikan di sana 

untuk kawanan orang itu sangatlah indah dan mahal. Demikian pula 

dengan dipan-dipan atau bangku-bangku tempat mereka duduk, dan 

lantai di bawah telapak kaki mereka (ay. 6). Lebih baik sepiring sayur 

dengan ketenangan, dan waktu yang dihabiskan dalam kehangatan 

dengan seorang sahabat, dibandingkan  perjamuan anggur ini dengan segala 

hiruk-pikuk dan kegaduhan yang pasti menyertainya. 

III. Tata tertib yang dalam beberapa hal tetap terjaga di dalam perjamuan itu, 

kendati dengan segala keramaian ini. Kita tidak melihat bahwa pesta ini 

sama dengan perjamuan Belsyazar, yang di dalamnya dewa-dewa sampah 

dipuji dan perkakas Bait Suci dinajiskan (Dan. 5:3-4). Namun demikian, 

Alkitab bahasa Aram mengatakan bahwa perkakas tempat kudus juga 

dipakai dalam perjamuan Ahasyweros ini, yang sangat mendukakan orang-

orang Yahudi yang saleh. Pesta ini juga tidak sama seperti perjamuan 

Herodes, yang menyuguhkan kepala seorang nabi sebagai hidangan 

penutupnya. Ada dua hal yang patut dipuji, yang dapat kita petik dari 

penjelasan yang diberikan di sini tentang pesta ini: 

1. Tidak ada paksaan untuk bersulang, tidak ada desakan untuk itu. Acara 

minumnya mengikuti aturan, kemungkinan suatu aturan yang belum 

lama ini disusun. Tiada dengan paksa, tiada orang yang memaksa dengan 


 

918 

terus-menerus menawarkan minuman (sebagaimana Yosefus 

menjelaskannya). Mereka tidak mengedarkan gelasnya, namun  setiap 

orang minum sekehendak hatinya (ay. 8), sehingga jika ada yang minum 

sampai berlebih-lebih, itu kesalahannya sendiri, kesalahan yang tidak 

akan diperbuat banyak orang, sebab perintah raja memberikan 

kehormatan pada orang yang tidak mabuk. Sikap hati-hati seorang raja 

kafir ini, bahkan saat ia hendak menunjukkan kemurahan hatinya, 

seharusnya mempermalukan banyak orang yang menyebut diri sebagai 

orang Kristen, yang merasa belum cukup menunjukkan 

keramahtamahan mereka, atau menyambut kawan-kawan mereka, bila 

mereka tidak membuat mabuk kawan-kawan mereka itu. Dan, dengan 

dalih bersulang untuk semuanya, mereka menjatuhkan semuanya ke 

dalam dosa, dan bersama dengan itu ke dalam maut. Ada celaka yang 

diancamkan bagi orang-orang yang berbuat demikian. Hendaklah 

mereka membacanya dan gemetar (Hab. 2:15-16). Membuat orang lain 

mabuk berarti merampas akal budi mereka, perhiasan mereka yang 

paling berharga, dan menjadikan mereka orang bodoh, kejahatan 

terbesar yang bisa dilakukan. 

2. Tari-tarian tidak dilakukan secara berbaur antara laki-laki dan 

wanita . Sebab pria dan wanita diberi hiburan secara terpisah, 

berbeda dengan perjamuan Belsyazar, di mana para istri dan para 

gundiknya minum bersama dia (Dan. 5:2), atau pesta Herodes, di mana 

anak wanita nya menari di hadapannya. Wasti menjamu para wanita 

di tempat kediamannya sendiri, bukan secara terbuka di pelataran 

taman, melainkan di dalam istana raja (ay. 9). Dengan demikian, selagi 

sang raja menunjukkan kehormatan kemuliaannya, sang ratu dan para 

wanita menunjukkan kehormatan kesantunan mereka, yang merupakan  

kemuliaan sejati kaum wanita . 

Wasti Menolak Datang; Wasti Diceraikan 

(1:10-22) 

10 Pada hari yang ketujuh, ketika raja riang gembira hatinya sebab  minum anggur, 

bertitahlah baginda kepada Mehuman, Bizta, Harbona, Bigta, Abagta, Zetar dan Karkas, 

yaitu  ketujuh sida-sida yang bertugas di hadapan raja Ahasyweros, 11 supaya mereka 

membawa Wasti, sang ratu, dengan memakai mahkota kerajaan, menghadap raja untuk 

memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar, sebab  

sang ratu sangat elok rupanya. 12 namun  ratu Wasti menolak untuk menghadap menurut 

titah raja yang disampaikan oleh sida-sida itu, sehingga sangat geramlah raja dan berapi-

apilah murkanya. 13 Maka bertanyalah raja kepada orang-orang arif bijaksana, orang-

orang yang mengetahui kebiasaan zaman – sebab  demikianlah biasanya masalah-masalah 

raja dikemukakan kepada para ahli undang-undang dan hukum; 14 adapun yang terdekat 

Kitab Ester 1:1-9 

 

919 

kepada baginda ialah Karsena, Setar, Admata, Tarsis, Meres, Marsena dan Memukan, 

ketujuh pembesar Persia dan Media, yang boleh memandang wajah raja dan yang 

mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam kerajaan –, tanya raja: 15 Apakah yang harus 

diperbuat atas ratu Wasti menurut undang-undang, sebab  tidak dilakukannya titah raja 

Ahasyweros yang disampaikan oleh sida-sida? 16 Maka sembah Memukan di hadapan raja 

dan para pembesar itu: “Wasti, sang ratu, bukan bersalah kepada raja saja, melainkan juga 

kepada semua pembesar dan segala bangsa yang di dalam segala daerah raja Ahasyweros. 

17 sebab  kelakuan sang ratu itu akan merata kepada semua wanita , sehingga 

mereka tidak menghiraukan suaminya, apabila diceritakan orang: Raja Ahasyweros 

menitahkan, supaya Wasti, sang ratu, dibawa menghadap kepadanya, namun  ia tidak mau 

datang. 18 Pada hari ini juga isteri para pembesar raja di Persia dan Media yang 

mendengar tentang kelakuan sang ratu akan berbicara tentang hal itu kepada suaminya, 

sehingga berlarut-larutlah penghinaan dan kegusaran. 19 Jikalau baik pada pemandangan 

raja, hendaklah dikeluarkan suatu titah kerajaan dari hadapan baginda dan dituliskan di 

dalam undang-undang Persia dan Media, sehingga tidak dapat dicabut kembali, bahwa 

Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja akan mengaruniakan 

kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik dari padanya. 20 Bila 

keputusan yang diambil raja kedengaran di seluruh kerajaannya – alangkah besarnya 

kerajaan itu! –, maka semua wanita  akan memberi hormat kepada suami mereka, 

dari pada orang besar sampai kepada orang kecil.” 21 Usul itu dipandang baik oleh raja 

serta para pembesar, jadi bertindaklah raja sesuai dengan usul Memukan itu. 22 Dikirim-

kanlah oleh baginda surat-surat ke segenap daerah kerajaan, tiap-tiap daerah menurut 

tulisannya dan tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, bunyinya: “Setiap laki-laki harus 

menjadi kepala dalam rumah tangganya dan berbicara menurut bahasa bangsanya.” 

Pada perikop ini kita mendapati suatu masalah yang merusak segala 

kegembiraan dalam pesta Ahasyweros. Pesta itu berakhir dengan kesuraman, 

bukan sebab  angin ribut dari seberang padang gurun seperti dalam pesta anak-

anak Ayub, bukan pula sebab  tangan yang menulis di dinding seperti dalam 

pesta Belsyazar, melainkan sebab  kebodohan Ahasyweros sendiri. Terjadi 

perselisihan yang tidak membahagiakan antara sang raja dan sang ratu pada 

akhir perjamuan, sehingga pesta mereka berakhir seketika, dan para tamu pun 

pergi dengan hening dan malu. 

I. Sang raja jelas bersalah dengan menyuruh memanggil Wasti ke hadapannya 

saat ia sedang mabuk, dan dikelilingi oleh berbagai macam pria, yang banyak 

di antaranya mungkin berada dalam keadaan yang sama. Ketika raja riang 

gembira hatinya sebab  minum anggur, tiada yang bisa menyukakan dia 

selain kedatangan Wasti dalam pakaian kebesaran, dengan memakai 

mahkota kerajaan, supaya para pembesar dan seluruh rakyat dapat melihat 

betapa cantik jelitanya dia (ay. 10-11). Dengan perbuatan itu, 

1. Sang raja menghinakan dirinya sendiri sebagai seorang suami, yang 

seharusnya menjaga kesantunan istrinya, dan bukan malah 

memamerkannya, yang seharusnya menutupi kesuciannya (Kej. 20:16), 

dan bukan malah menyingkapkannya. 


 

920 

2. Sang raja menjatuhkan dirinya sendiri sebagai seorang raja, dengan 

memerintahkan sesuatu yang dapat ditolak oleh istrinya, dan justru 

membawa kehormatan besar bagi kebajikan sang istri. Bertentangan 

dengan kebudayaan orang Persia jika kaum wanita  tampil di muka 

umum, dan Ahasyweros mendatangkan kesulitan besar kepada istrinya 

ketika ia tidak membujuk, namun  memerintahkan dia untuk melakukan 

sesuatu yang begitu tidak tahu adat, dan menjadikannya bahan tontonan. 

Seandainya Ahasyweros tidak kehilangan kendali diri akibat minum 

terlalu banyak, tentu ia tidak akan memerintahkan hal seperti itu, namun  

justru akan murka kepada siapa saja yang berani menyebut-nyebutkan 

hal tersebut. Ketika anggur masuk, kesadaran pun lenyap, dan akal budi 

manusia meninggalkan dirinya. 

II. Namun demikian, mungkin sang ratu tidak bertindak bijaksana dengan 

menolak panggilan raja. Ratu Wasti menolak untuk menghadap (ay. 12). 

Walaupun raja mengirimkan perintahnya melalui tujuh orang sida-sida 

terhormat, dan itu dilakukan di depan umum, dan menurut Yosefus bahkan 

berulang kali, namun sang ratu bersikeras menolak. Seandainya Wasti 

datang, maka selain jelas bahwa ia melakukannya semata-mata sebab  taat, 

perbuatannya itu juga tidak akan menjadi cela bagi kesantunannya, tidak 

pula memberikan contoh yang buruk. Perbuatan itu sendiri tidaklah 

berdosa, dan sebab  itu menaati akan lebih membawa kehormatan baginya 

dibandingkan  bersikap begitu keras. Barangkali, Wasti menolak dengan sikap 

angkuh, dan jika demikian maka jelas itu jahat. Ia tidak sudi memenuhi 

perintah raja. Betapa memalukannya ini bagi Ahasyweros! Selagi 

memamerkan kemuliaan kerajaannya, ia justru memperlihatkan aib 

keluarganya, bahwa ia mempunyai seorang istri yang ingin bertindak sesuka 

hatinya sendiri. Perselisihan di antara pasangan suami istri sudahlah cukup 

buruk kapan pun terjadinya, namun  apabila terjadi di depan orang lain, hal itu 

sangat memalukan, serta menimbulkan kebingungan dan rasa tidak nyaman. 

III. Oleh sebab  itu, sang raja pun murka. Ia yang berkuasa atas 127 wilayah tidak 

mampu menguasai dirinya sendiri, sebaliknya, berapi-apilah murkanya (ay. 

12). Seandainya ia menahan kemarahannya, tidak mengambil hati penistaan 

yang diberikan kepadanya oleh istrinya, dan mengabaikannya dengan 

lelucon, maka ia tentu lebih mengutamakan kenyamanan dan nama baiknya 

sendiri. 

Kitab Ester 1:1-9 

 

921 

IV. Walaupun marah bukan kepalang, sang raja tidak mau mengambil tindakan 

apa pun dalam perkara ini sebelum meminta pendapat dari para penasihat 

pribadinya. Sama seperti ia mempunyai tujuh sida-sida yang siap 

melaksanakan perintahnya, yang namanya disebutkan (ay. 10), demikian 

pula ia mempunyai tujuh orang penasihat untuk mengarahkan perintah-

perintahnya. Semakin besar kekuasaan seseorang, semakin besar pula 

kebutuhannya akan nasihat, supaya ia tidak menyalahgunakan 

kekuasaannya. Mengenai para penasihat ini, dikatakan bahwa mereka 

yaitu  orang-orang terpelajar, sebab mereka merupakan para ahli undang-

undang dan hukum. Mereka juga yaitu  orang-orang yang arif bijaksana, 

sebab  mereka mengetahui kebiasaan zaman, dan sang raja sangat percaya 

serta menghormati mereka, sebab mereka boleh memandang wajah raja dan 

mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam kerajaan (ay. 13-14). Jikalau 

penasihat yang seperti itu banyak, maka keselamatan ada. Selanjutnya kita 

mendapati di sini, 

1. Pertanyaan yang diajukan kepada jajaran penasihat itu (ay. 15). Apakah 

yang harus diperbuat atas ratu Wasti menurut undang-undang? Amatilah,  

(1) Sekalipun yang bersalah yaitu  ratu, hukum harus tetap berjalan.  

(2) Sekalipun raja sangat marah, ia tidak mau melakukan apa pun 

kecuali yang disarankan kepadanya berdasarkan hukum. 

2. Usulan yang dikemukakan oleh Memukan, yaitu  supaya Wasti 

diceraikan sebab  ketidaktaatannya. Sebagian penafsir menduga bahwa 

Memukan memberikan nasihat yang keras itu, dan semua penasihat 

lainnya setuju, sebab mereka tahu bahwa hal itu akan menyenangkan 

raja, akan memuaskan panas murkanya pada saat ini dan selera 

makannya kemudian. namun  Yosefus berkata bahwa, justru sebaliknya, 

sang raja sangat menyayangi Wasti, dan tidak akan menyingkirkan dia 

atas pelanggaran itu seandainya ada hukum yang bisa meloloskannya. 

Dan jika demikian, kita bisa menduga bahwa Memukan, dalam 

nasihatnya, mempunyai perhatian yang tulus terhadap penegakan 

keadilan dan kebaikan bersama.  

(1) Memukan menunjukkan hal-hal buruk apa saja yang akan 

diakibatkan oleh ketidaktaatan sang ratu kepada suaminya. Jika 

dibiarkan dan tidak ditindak tegas, maka hal itu akan membuat para 

istri lain berani membangkang dan memerintah-merintah suami 

mereka. Seandainya perselisihan yang tidak membahagiakan antara 

raja dan istrinya ini, yang di dalamnya istrinya menjadi pemenang, 

terjadi secara pribadi, maka kesalahan itu tentu akan tetap menjadi 


 

922 

rahasia mereka sendiri dan pertengkaran itu bisa dibereskan oleh 

mereka secara pribadi. Akan namun , sebab  peristiwa itu terjadi di 

depan umum, dan mungkin para wanita  yang sekarang sedang 

berpesta bersama sang ratu tampak senang dengan penolakan itu, 

maka contoh buruknya bisa berpengaruh jelek pada seluruh 

keluarga dalam kerajaan tersebut. Jika sang ratu harus dituruti 

kemauannya, dan sang raja harus tunduk padanya, sebab  keluarga-

keluarga rakyat biasanya mencontoh tindakan keluarga istana, maka 

para istri akan menjadi congkak dan berlagak berkuasa. Mereka 

tidak sudi menaati suami mereka, sementara para suami yang 

malang dan terhina merasa kesal sebab nya, namun  tidak bisa 

berbuat apa-apa. Sebab pertengkaran seorang isteri yaitu  seperti 

tiris yang tidak henti-hentinya menitik (Ams. 19:13, 21:9, 27:15 dan 

25:24). Apabila para istri tidak menghiraukan suami, yang 

seharusnya mereka hormati (Ef. 5:33), dan merebut kekuasaan dari 

suami yang kepadanya mereka harus tunduk (1Ptr. 3:1), maka pasti 

yang ada hanyalah rasa bersalah dan kesedihan, serta kekacauan dan 

segala perbuatan jahat yang terus-menerus. Dan orang-orang besar 

harus berjaga-jaga supaya tidak memberikan contoh semacam ini 

(ay. 16-18).  

(2) Memukan menunjukkan apa akibat baik yang akan dihasilkan dari 

titah menentang Wasti, yaitu bahwa ia harus diceraikan. Bisa kita 

duga bahwa sebelum mengambil tindakan tegas itu, mereka sudah 

menyuruh orang untuk memberi tahu Wasti supaya ia mau tunduk, 

dan berseru Peccavi – aku telah bersalah, lalu meminta ampunan 

sang raja. Dan seandainya ia melakukannya, maka kejahatan yang 

akan ditimbulkan dari contoh buruknya itu tentu bisa dicegah, dan 

tidak akan diambil tindakan lebih lanjut. Namun, ada kemungkinan 

Wasti terus berkeras hati, dan menegaskan bahwa sudah menjadi 

hak istimewanya untuk berbuat sesuka hatinya, entah hal itu 

menyenangkan raja atau tidak. Itulah sebabnya para penasihat 

memberikan penghakiman ini menentang dia, yaitu bahwa ia 

dilarang menghadap raja, dan perintah itu disahkan sedemikian rupa 

hingga tidak dapat dicabut kembali (ay. 19). Dampak yang 

diharapkan dari titah ini ialah supaya semua wanita  akan 

memberi hormat kepada suami mereka, bahkan istri dari orang besar, 

kendati dengan tingginya kedudukan sang istri sendiri, dan istri dari 

orang kecil, kendati dengan rendahnya kedudukan suaminya (ay. 

20). Dengan demikian, setiap laki-laki akan menjadi kepala dalam 

Kitab Ester 1:1-9 

 

923 

rumah tangganya sendiri, seperti yang memang seharusnya, dan ka-

rena istrinya tunduk, maka demikian pula dengan anak-anak dan 

para hambanya. Sudah menjadi kepentingan negara dan kerajaan 

untuk memastikan bahwa tata tertib dijaga dalam setiap keluarga. 

3. Maklumat yang dikeluarkan menurut usulan ini, yang berarti bahwa 

sang ratu diceraikan sebab  kedegilannya, sesuai dengan hukum, dan 

bahwa, jika para istri lain bertindak tidak taat seperti itu terhadap suami 

mereka, maka mereka harus bersiap untuk dipermalukan dengan cara 

serupa (ay. 21-22). Adakah mereka lebih baik dibandingkan  sang ratu? Entah 

amarah sang raja atau kebijakannya yang dipuaskan oleh maklumat ini, 

penyelenggaraan Tuhan  memenuhi tujuan-tujuannya sendiri melalui 

maklumat tersebut, yaitu  membuka jalan bagi Ester menuju mahkota. 

 

 

PASAL  2  

da dua hal yang dicatat dalam pasal ini, yang sedang bekerja menuju 

pembebasan bangsa Yahudi dari persekongkolan Haman:  

I. Diangkatnya Ester menjadi ratu menggantikan Wasti. Ada banyak 

orang lain yang menjadi calon untuk mendapatkan kehormatan ini (ay. 

1-4). namun  Ester, seorang anak yatim piatu, seorang tawanan Yahudi 

(ay. 5-7), mendapat tempat pertama-tama di hati pejabat raja (ay. 8-

11), dan kemudian di hati sang raja (ay. 12-17), yang lalu 

mengambilnya sebagai ratu (ay. 18-20).  

II Pekerjaan baik yang dilakukan oleh Mordekhai untuk raja, dalam 

menyingkapkan suatu persekongkolan yang mengancam nyawa sang 

raja (ay. 21-23). 

Ester Diangkat dan Dipilih Menjadi Ratu 

(2:1-20) 

1 Sesudah peristiwa-peristiwa ini, setelah kepanasan murka raja Ahasyweros surut, 

terkenanglah baginda kepada Wasti dan yang dilakukannya, dan kepada apa yang 

diputuskan atasnya. 2 Maka sembah para biduanda raja yang bertugas pada baginda: 

“Hendaklah orang mencari bagi raja gadis-gadis, yaitu anak-anak dara yang elok rupanya; 

3 hendaklah raja menempatkan kuasa-kuasa di segenap daerah kerajaannya, supaya 

mereka mengumpulkan semua gadis, anak-anak dara yang elok rupanya, di dalam 

benteng Susan, di balai wanita , di bawah pengawasan Hegai, sida-sida raja, penjaga 

para wanita ; hendaklah diberikan wangi-wangian kepada mereka. 4 Dan gadis yang 

terbaik pada pemandangan raja, baiklah dia menjadi ratu ganti Wasti.” Hal itu dipandang 

baik oleh raja, dan dilakukanlah demikian. 5 Pada waktu itu ada di dalam benteng Susan 

seorang Yahudi, yang bernama Mordekhai bin Yair bin Simei bin Kish, seorang Benyamin 

6 yang diangkut dari Yerusalem sebagai salah seorang buangan yang turut dengan 

Yekhonya, raja Yehuda, ketika ia diangkut ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar, 

raja Babel. 7 Mordekhai itu pengasuh Hadasa, yaitu  Ester, anak saudara ayahnya, sebab 

anak itu tidak beribu bapa lagi; gadis itu elok perawakannya dan cantik parasnya. Ketika 

ibu bapanya mati, ia diangkat sebagai anak oleh Mordekhai. 8 Setelah titah dan undang-

undang raja tersiar dan banyak gadis dikumpulkan di dalam benteng Susan, di bawah 

pengawasan Hegai, maka Ester pun dibawa masuk ke dalam istana raja, di bawah 


 

926 

pengawasan Hegai, penjaga para wanita . 9 Maka gadis itu sangat baik pada peman-

dangannya dan menimbulkan kasih sayangnya, sehingga Hegai segera memberikan 

wangi-wangian dan pelabur kepadanya, dan juga tujuh orang dayang-dayang yang 

terpilih dari isi istana raja, kemudian memindahkan dia dengan dayang-dayangnya ke 

bagian yang terbaik di dalam balai wanita . 10 Ester tidak memberitahukan 

kebangsaan dan asal usulnya, sebab  dilarang oleh Mordekhai. 11 Tiap-tiap hari berjalan-

jalanlah Mordekhai di depan pelataran balai wanita  itu untuk mengetahui bagaimana 

keadaan Ester dan apa yang akan berlaku atasnya. 12 Tiap-tiap kali seorang gadis 

mendapat giliran untuk masuk menghadap raja Ahasyweros, dan sebelumnya ia dirawat 

menurut peraturan bagi para wanita  selama dua belas bulan, sebab seluruh waktu 

itu digunakan untuk pemakaian wangi-wangian: enam bulan untuk memakai minyak mur 

dan enam bulan lagi untuk memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian 

wanita . 13 Lalu gadis itu masuk menghadap raja, dan segala apa yang dimintanya 

harus diberikan kepadanya untuk dibawa masuk dari balai wanita  ke dalam istana 

raja. 14 Pada waktu petang ia masuk dan pada waktu pagi ia kembali, namun  sekali ini ke 

dalam balai wanita  yang kedua, di bawah pengawasan Saasgas, sida-sida raja, 

penjaga para gundik. Ia tidak diperkenankan masuk lagi menghadap raja, kecuali jikalau 

raja berkenan kepadanya dan ia dipanggil dengan disebutkan namanya. 15 Ketika Ester – 

anak Abihail, yaitu  saudara ayah Mordekhai yang mengangkat Ester sebagai anak – 

mendapat giliran untuk masuk menghadap raja, maka ia tidak menghendaki sesuatu apa 

pun selain dari pada yang dianjurkan oleh Hegai, sida-sida raja, penjaga para wanita . 

Maka Ester dapat menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihat dia. 16 

Demikianlah Ester dibawa masuk menghadap raja Ahasyweros ke dalam istananya pada 

bulan yang kesepuluh – yaitu  bulan Tebet – pada tahun yang ketujuh dalam 

pemerintahan baginda. 17 Maka Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua 

wanita  lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih dari pada semua anak 

dara lain, sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepalanya dan 

mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti. 18 Kemudian diadakanlah oleh baginda suatu 

perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya, yaitu  perjamuan sebab  Ester, dan 

baginda menitahkan kebebasan pajak bagi daerah-daerah serta mengaruniakan 

anugerah, sebagaimana layak bagi raja. 19 Selama anak-anak dara dikumpulkan untuk 

kedua kalinya, Mordekhai duduk di pintu gerbang istana raja. 20 Adapun Ester tidak 

memberitahukan asal usul dan kebangsaannya seperti diperintahkan kepadanya oleh 

Mordekhai, sebab Ester tetap berbuat menurut perkataan Mordekhai seperti pada waktu 

ia masih dalam asuhannya. 

Bagaimana Tuhan  menurunkan seorang yang tinggi dan sangat berkuasa dari 

kedudukannya, telah kita baca dalam pasal sebelumnya. Sekarang kita akan 

diberi tahu bagaimana Ia meninggikan seorang dari derajat yang rendah, seperti 

yang diamati oleh perawan Maria dalam nyanyiannya (Luk. 1:52), dan oleh Hana 

sebelumnya (1Sam. 2:4-8). sebab  Wasti telah direndahkan akibat ketinggian 

hatinya, maka Ester ditinggikan atas kerendahan hatinya. Amatilah, 

I. Cara berlebihan yang dipakai untuk menyenangkan hati sang raja dengan 

istri lain sebagai ganti Wasti. Yosefus berkata bahwa ketika murka sang raja 

surut, ia merasa sangat merana sebab  perkara itu berlanjut sampai begitu 

jauh, dan hatinya ingin rujuk kembali dengan Wasti. Akan namun , 

berdasarkan undang-undang pemerintahan, hukuman tersebut tidak dapat 

dibatalkan. Oleh sebab  itu, untuk membuat sang raja melupakan Wasti, 

para pejabat istana berencana menghibur raja pertama-tama dengan 

Kitab Ester 2:1-20 

 

927 

berbagai macam selir, dan kemudian menambatkan hatinya kepada selir 

yang paling menyenangkan dari antara semuanya untuk menjadi seorang 

ratu menggantikan Wasti. Pernikahan anak-anak raja biasanya 

diselenggarakan melalui kebijakan dan kepentingan, untuk memperluas 

daerah-daerah kekuasaan mereka dan memperkuat persekutuan-

persekutuan yang mereka jalin. namun  pernikahan ini harus diadakan 

sebagian berdasarkan penampilan sang wanita  yang menarik hati sang 

raja, entah dia kaya atau miskin, terpandang atau tidak terpandang. Betapa 

susah payah harus ditempuh untuk menyenangkan raja! Seakan-akan 

kekuasaan dan kekayaannya diberikan kepadanya bukan untuk tujuan lain 

selain agar dia dapat memperoleh segala kesenangan indrawi yang akan 

membawanya pada puncak kenikmatan, dan yang dipoles dengan begitu 

halus, walaupun segala kesenangan itu paling-paling hanyalah sampah dan 

ampas dibandingkan dengan kesenangan-kesenangan yang bersifat ilahi dan 

rohani.  

1. Seluruh wilayah kerajaannya harus dijelajahi untuk mencari anak-anak 

dara yang elok rupanya, dan para petugas ditunjuk untuk memilih 

mereka (ay. 3).  

2. Sebuah rumah (istana selir) sengaja dipersiapkan bagi para gadis itu, 

dan seseorang ditunjuk untuk mengawasi mereka, untuk memastikan 

bahwa mereka semua dirawat dengan baik.  

3. Tidak kurang dari dua belas bulan diberikan kepada mereka untuk 

membersihkan diri, paling tidak untuk sebagian dari mereka yang 

dibawa dari desa, supaya tubuh mereka menjadi sangat bersih dan 

wangi (ay. 12). Bahkan orang-orang yang merupakan mahakarya alam 

tetap harus mendapatkan semua bantuan dari buatan manusia ini, agar 

mereka disukai oleh orang yang pikirannya sia-sia dan hanya ingin 

memuaskan keinginan daging.  

4. Setelah sang raja membawa gadis-gadis tersebut ke dalam tempat 

tidurnya, mereka diasingkan untuk seterusnya, kecuali sang raja 

berkenan untuk menyuruh orang memanggil mereka kapan saja (ay. 14). 

Mereka dipandang sebagai istri-istri cadangan, yang dirawat oleh raja 

dengan selayaknya, dan tidak boleh menikah. Kita dapat melihat, melalui 

contoh ini, betapa tidak masuk akalnya perbuatan-perbuatan yang dila-

kukan oleh orang-orang yang tidak mendapat wahyu ilahi, dan yang, 

sebagai hukuman atas penyembahan berhala mereka, diserahkan 

kepada hawa nafsu yang memalukan. Setelah melanggar hukum 

penciptaan yang merupakan hasil dari penciptaan manusia oleh Tuhan , 

mereka melanggar hukum lain, yang didasarkan atas penciptaan seorang 


 

928 

laki-laki dan seorang wanita  oleh-Nya. Lihatlah betapa Injil Kristus 

diperlukan untuk memurnikan manusia dari hawa nafsu kedagingan dan 

untuk mengembalikan mereka kepada keadaan yang mula-mula. Orang-

orang yang telah mengenal Kristus akan menganggap memalukan bahkan 

untuk menyebutkan apa yang dibuat oleh orang-orang ini, bukan hanya di 

tempat-tempat yang tersembunyi, melainkan juga secara terang-terangan 

(Ef. 5:12). 

II. Penyelenggaraan Tuhan  yang berkuasa atas segala tindakan manusia itu pun 

kemudian membawa Ester menjadi ratu. Seandainya dia ditawarkan 

langsung kepada Ahasyweros untuk dijadikan seorang istri, sang raja akan 

menolak usulan tersebut dengan mentah-mentah. namun  ketika dia datang 

sesuai gilirannya, sesudah sejumlah gadis lain, dan ditemukan bahwa 

kendati banyak dari mereka yaitu  gadis-gadis yang terampil dan berbudi 

luhur, anggun dan menyenangkan, namun Ester tetap mengungguli mereka 

semua, maka dibukakanlah jalan baginya, bahkan oleh para pesaingnya, 

untuk mendapatkan tempat di hati sang raja dan kehormatan-kehormatan 

yang menyertainya. Sudah tentu, seperti yang dikatakan oleh Uskup Patrick, 

bahwa orang-orang yang menyatakan bahwa Ester telah berbuat dosa besar 

untuk sampai kepada martabat ini tidaklah mempertimbangkan kebiasaan 

pada zaman dan di negeri itu. Setiap gadis yang dibawa oleh sang raja ke 

tempat tidurnya juga dinikahinya, dan menjadi istrinya dalam kedudukan 

yang lebih rendah, seperti kedudukan Hagar sebagai istri Abraham. Jadi, 

kalaupun Ester tidak dijadikan ratu, anak-anak Yakub tidak perlu berkata 

bahwa sang raja telah memperlakukan adik wanita nya sebagai seorang 

wanita  sundal. Mengenai Ester kita harus memperhatikan,  

1. Asal usul dan sifatnya.  

(1) Ester yaitu  salah satu dari orang-orang buangan, seorang 

wanita  Yahudi dan seorang yang berbagi nasib dengan 

bangsanya dalam perbudakan mereka. Daniel dan kawan-kawannya 

mendapat kedudukan tinggi di negeri di mana mereka ditawan. 

Sebab mereka yaitu  orang-orang yang dikirim Tuhan  ke sana untuk 

kebaikan mereka (Yer. 24:5).  

(2) Ester yaitu  seorang anak yatim piatu. Baik ayah maupun ibunya 

telah meninggal (ay. 7), namun , ketika mereka meninggalkan dia, 

TUHAN menyambutnya (Mzm. 27:10). Apabila orang-orang yang 

bernasib malang sebab  kehilangan orangtua pada waktu kecil, 

namun kemudian menjadi orang yang sangat saleh dan makmur, 

Kitab Ester 2:1-20 

 

929 

maka kita harus memandangnya dengan memuliakan Tuhan , dan 

anugerah serta penyelenggaraan-Nya, yang di antara semua gelar 

kehormatan-Nya disebut sebagai Bapa bagi anak yatim.  

(3) Ester merupakan seorang gadis yang cantik, elok perawakannya dan 

cantik parasnya, demikian dalam tafsiran yang agak luas (ay. 7). 

Hikmat dan kebajikannya yaitu  kecantikannya yang terbesar, namun  

sungguh suatu keuntungan baginya untuk menjadi sebuah berlian 

yang dihias dengan baik.  

(4) Mordekhai, saudara sepupunya, menjadi penjaganya, yang 

membesarkannya dan mengangkatnya sebagai anak. Dalam 

Septuaginta dikatakan bahwa dia berencana untuk menjadikan Ester 

sebagai istrinya. Jika benar demikian, maka dia patut dipuji sebab dia 

tidak menentang Ester dalam memilih yang lebih baik. Kiranya Tuhan  

diakui dalam membangkitkan teman-teman bagi mereka yang tidak 

berayah dan tidak beribu. Kiranya orang-orang mendapat dorongan 

dari contoh perbuatan saleh yang berlandaskan cinta kasih itu, 

bahwa banyak orang yang telah bersusah payah untuk mendidik 

anak-anak yatim piatu, hidup untuk melihat hasil yang baik dari jerih 

payah mereka, yang membawa penghiburan berlimpah bagi mereka. 

Dr. Lightfoot berpendapat bahwa Mordekhai ini sama dengan yang 

disebut dalam Ezra 2:2, yang berangkat pulang ke Yerusalem dengan 

rombongan yang pertama, dan membantu bangsanya untuk menetap 

di sana sampai pembangunan Bait Suci dihentikan. Lalu ia kembali 

ke istana Persia, untuk mencari tahu pelayanan apa yang dapat di-

lakukannya bagi mereka di sana. sebab  Mordekhai yaitu  penjaga 

atau orangtua angkat Ester, kita diberi tahu,  

[1] Betapa lembut perlakuannya terhadap Ester, seolah-olah Ester 

yaitu  anaknya sendiri (ay. 11): dia berjalan-jalan di depan pintu 

rumah Ester setiap hari, untuk mengetahui kabarnya, dan 

perkembangannya. Hendaklah orang-orang yang juga dititipi 

saudara oleh Tuhan  Sang Penyelenggara memperlakukan saudara 

mereka dengan kasih sayang seperti itu, dan memperhatikan 

mereka.  

[2] Betapa hormatnya Ester kepada Mordekhai. Kendati menurut 

hubungan keluarga Ester berkedudukan sama tinggi dengan 

Mordekhai, namun, sebab  menurut usia dan kebergantungan 

Ester berada di bawah Mordekhai, maka Ester menghormatinya 

sebagai ayahnya – tetap berbuat menurut perkataan Mordekhai 

(ay. 20). Ini yaitu  sebuah teladan yang harus diikuti oleh anak-


 

930 

anak yatim piatu. Jika mereka jatuh ke dalam tangan orang-orang 

yang mengasihi mereka dan merawat mereka, hendaklah mereka 

membalasnya secara pantas dengan bakti dan kasih. Semakin 

berkurang kewajiban para penjaga mereka untuk mencukupi 

kebutuhan mereka, semakin bertambahlah kewajiban mereka, 

sebagai rasa terima kasih, untuk menghormati dan menaati para 

penjaga mereka. Inilah contoh sikap patuh Ester kepada 

Mordekhai, bahwa dia tidak memberitahukan kebangsaan dan 

asal-usulnya, sebab  Mordekhai telah melarangnya (ay. 10). Ia 

tidak menyuruh Ester untuk menyangkal negerinya, atau 

berbohong untuk menyembunyikan asal-usulnya. Seandainya dia 

menyuruh Ester untuk berbuat demikian, maka Ester tidak boleh 

menurutinya. Namun dia hanya meminta Ester untuk tidak 

memberitahukan kebangsaannya. Tidak semua kebenaran harus 

diucapkan setiap saat, meskipun kepalsuan tidak boleh 

diucapkan kapan pun itu. sebab  Ester lahir di dalam benteng 

Susan, dan orangtuanya telah meninggal, maka semua orang 

mengira bahwa dia yaitu  keturunan Persia, dan dia tidak ter-

ikat kewajiban untuk memberi tahu mereka yang sebenarnya. 

2. Pengangkatan Ester. Siapa yang menyangka bahwa seorang wanita  

Yahudi, seorang tawanan, dan seorang yatim piatu, dilahirkan untuk 

menjadi seorang ratu, seorang permaisuri! Namun, itulah kenyataannya. 

Penyelenggaraan ilahi kadang-kadang menegakkan orang yang hina dari 

dalam debu, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bang-

sawan (1Sam. 2:8).  

(1) Pejabat raja menghormati dia (ay. 9), dan siap untuk melayaninya. 

Hikmat dan kebajikan akan memperoleh penghormatan. Orang-

orang yang mendapat perkenanan Tuhan  akan mendapat perkenanan 

manusia pula sepanjang hal itu baik bagi mereka. Semua orang yang 

melihat Ester mengaguminya (ay. 15) dan meyakini bahwa dialah 

wanita  yang akan memenangkan sayembara, dan memang 

benar demikian.  

(2) Sang raja sendiri jatuh cinta kepadanya. Ester tidak terlalu berhasrat, 

seperti semua gadis yang lain, untuk menghias diri dengan 

perawatan kecantikan buatan. Ia tidak menghendaki sesuatu apa 

pun selain dari apa yang dianjurkan baginya (ay. 15), dan sekalipun 

demikian dialah yang paling berkenan. Makin alami kecantikan, 

makin indah dipandang. Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada 

Kitab Ester 2:1-20 

 

931 

semua wanita  lain (ay. 17). Sekarang sang raja tidak perlu 

mengadakan sayembara lagi, atau mengambil waktu untuk 

menimbang-nimbang. Ia segera menetapkan hati untuk mengenakan 

mahkota kerajaan ke atas kepalanya, dan mengangkat dia menjadi 

ratu (ay. 17). Hal ini terjadi pada tahun yang ketujuh dalam 

pemerintahannya (ay. 16), dan Wasti diceraikan pada tahun yang 

ketiga (1:3). Dengan demikian, selama empat tahun sang raja 

memerintah tanpa seorang ratu. Diberi perhatian,  

[1] Tentang kehormatan-kehormatan yang diberikan oleh sang raja 

kepada Ester. Ia menyemarakkan upacara penobatan Ester 

dengan perjamuan kerajaan (ay. 18), yang di dalamnya Ester 

mungkin, untuk menuruti perintah raja, tampil di hadapan 

umum, suatu perbuatan yang telah ditolak oleh Wasti. Dengan 

demikian, Ester bisa mendapatkan pujian dalam hal ketaatan 

pada perkara yang sama di mana Wasti terkena noda ketidak-

taatan. Sang raja juga menitahkan kebebasan bagi daerah-daerah, 

entah pembebasan tunggakan pajak atau pengampunan bagi 

para pelaku kejahatan. Seperti Pilatus, pada suatu pesta 

perjamuan, melepaskan seorang tahanan. Hal ini dilakukan 

untuk menambah sukacita.  

[2] Tentang rasa hormat yang terus ditunjukkan Ester kepada 

mantan penjaganya. Ia tetap berbuat menurut perkataan 

Mordekhai seperti pada waktu ia masih dalam asuhannya (ay. 20). 

Mordekhai duduk di pintu gerbang istana raja. Itulah 

kedudukannya yang tertinggi. Dia menjadi salah satu penunggu 

atau penjaga pintu istana. Apakah dia telah menduduki jabatan 

ini sebelumnya, ataukah Ester yang mendapatkannya bagi dia, 

kita tidak diberi tahu. namun  di sanalah dia duduk dengan puas 

hati, dan tidak berhasrat untuk naik ke tempat yang lebih tinggi. 

Namun demikian, Ester yang telah naik takhta tetap 

memperhatikannya. Hal ini merupakan bukti dari sifat yang 

rendah hati dan tahu berterima kasih, bahwa Ester tetap 

mengakui kebaikan Mordekhai di masa lalu dan hikmatnya yang 

tetap ada hingga sekarang. Sungguh suatu perhiasan yang indah 

bagi orang-orang yang telah diangkat kedudukannya, dan suatu 

pujian yang besar bagi mereka, apabila mereka mengingat orang-

orang yang telah berjasa kepada mereka, mencamkan didikan 

baik yang telah diajarkan kepada mereka, tetap bersikap 


 

932 

membumi, bersedia menerima nasihat, dan bersyukur untuk 

semuanya itu.  

Mordekhai Menyingkapkan Suatu Persekongkolan 

(2:21-23) 

21 Pada waktu itu, ketika Mordekhai duduk di pintu gerbang istana raja, sakit hatilah 

Bigtan dan Teresh, dua orang sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga pintu, lalu 

berikhtiarlah mereka untuk membunuh raja Ahasyweros. 22 namun  perkara itu dapat 

diketahui oleh Mordekhai, lalu diberitahukannyalah kepada Ester, sang ratu, dan Ester 

mempersembahkannya kepada raja atas nama Mordekhai. 23 Perkara itu diperiksa dan 

ternyata benar, maka kedua orang itu disulakan pada tiang. Dan peristiwa itu dituliskan 

di dalam kitab sejarah, di hadapan raja. 

Pekerjaan baik yang dilakukan oleh Mordekhai bagi pemerintah ini, dalam 

menyingkapkan suatu persekongkolan yang mengancam hidup sang raja, dicatat 

di sini, sebab  hal ini akan disebutkan kembali sebagai sesuatu yang 

menguntungkan dirinya. Belum ada langkah yang diambil menuju rancangan 

Haman untuk menghancurkan bangsa Yahudi, namun  sejumlah langkah telah 

diambil menuju rancangan Tuhan  untuk membebaskan mereka, dan inilah salah 

satunya. Tuhan  sekarang memberi Mordekhai sebuah kesempatan untuk berbuat 

kebaikan kepada raja, supaya dia bisa mendapatkan kesempatan yang lebih baik 

sesudahnya untuk berbuat kebaikan kepada bangsa Yahudi.  

1. Sebuah rancangan disiapkan untuk melawan raja oleh dua orang hambanya, 

yang berikhtiar untuk membunuhnya, tidak hanya menjadikannya seorang 

tahanan, namun  juga mengambil nyawanya (ay. 21). Mungkin mereka merasa 

sakit hati atas suatu penghinaan yang mereka anggap telah diberikan oleh 

sang raja kepada mereka, atau suatu celaka yang telah dilakukan oleh sang 

raja kepada mereka. Siapakah yang ingin menjadi orang besar, yang menjadi 

sasaran iri hati dari begitu banyak orang? Siapakah yang ingin bertindak 

sewenang-wenang, yang menjadi sasaran niat jahat dari begitu banyak 

orang? Para raja, di atas segala yang fana, mempertaruhkan nyawa mereka 

di dalam tangan mereka sendiri, dan sering kali mati terbunuh ke liang 

kubur, terutama mereka yang menimbulkan ketakutan di dunia orang-orang 

hidup.  

2. Mordekhai mengetahui pengkhianatan mereka dan, melalui Ester, 

menyingkapkannya kepada raja, sehingga Ester semakin disukai raja dan 

Mordekhai mendapat perkenanan sang raja. Bagaimana Mordekhai dapat 

mengetahui rencana tersebut tidaklah jelas. Apakah dia mencuri dengar 

percakapan mereka, ataukah mereka menawarinya untuk bergabung, yang 

Kitab Ester 2:1-20 

 

933 

jelas perkara itu dapat diketahui olehnya. Hal ini haruslah menjadi 

peringatan bagi semua pengkhianat dan penghasut. Sekalipun manusia 

menyangka dapat menutup-nutupi rahasia, burung di udara mungkin akan 

menyampaikan ucapanmu. Mordekhai, segera setelah mengetahuinya, 

menyampaikan hal itu kepada raja. Ini harus menjadi pelajaran dan contoh 

bagi semua orang yang ingin didapati sebagai warga yang baik, bahwa 

mereka tidak boleh menyembunyikan rencana jahat apa pun yang mereka 

ketahui mengancam raja atau ketertiban umum. Sebab hal yang demikian 

sama saja dengan mengadakan persekongkolan dengan musuh bersama.  

3. Para pengkhianat itu digantung, seperti yang layak mereka dapatkan, namun  

tidak sebelum pengkhianatan mereka, setelah diselidiki, terbukti benar 

sepenuhnya (ay. 23). Dan seluruh perkara itu dicatat dalam buku harian sang 

raja, dengan suatu keterangan khusus bahwa Mordekhailah orang yang telah 

menyingkapkan pengkhianatan tersebut. Ia tidak diberi penghargaan 

sekarang, namun  sebuah kitab peringatan telah ditulis. Demikian pula halnya 

dengan orang-orang yang melayani Kristus, kendati balasan mereka ditunda 

sampai kebangkitan orang-orang benar, namun telah dibuat sebuah catatan 

tentang pekerjaan iman dan kasih mereka, dan Tuhan  bukan tidak adil sehingga 

Ia melupakannya (Ibr. 6:10). 

 

 

 

 

PASAL  3  

emandangan yang sangat kelam dan menyedihkan terbuka di sini, yang 

mengancam kehancuran seluruh umat Tuhan . Seandainya tidak ada 

kegelapan malam yang demikian, maka terang pagi tidak akan disongsong 

dengan begitu hangat.  

I. Haman menjadi orang kepercayaan raja (ay. 1).  

II. Mordekhai menolak untuk memberinya hormat seperti yang 

dituntutnya (ay. 2-4).  

III. Haman, demi dirinya, bersumpah untuk membalaskan dendam kepada 

semua orang Yahudi (ay. 5-6).  

IV. Setelah menimbulkan pikiran jahat tentang orang Yahudi, Haman 

mendapatkan sebuah perintah dari sang raja untuk membantai semua 

orang Yahudi pada hari tertentu (ay. 7-13).  

V. Perintah ini disebarkan ke seluruh kerajaan (ay. 14-15). 

Usulan Haman yang Jahat 

(3:1-6) 

1 Sesudah peristiwa-peristiwa ini maka Haman bin Hamedata, orang Agag, dikaruniailah 

kebesaran oleh raja Ahasyweros, dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya 

ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda. 2 Dan semua pegawai 

raja yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman, sebab 

demikianlah diperintahkan raja tentang dia, namun  Mordekhai tidak berlutut dan tidak 

sujud. 3 Maka para pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berkata kepada 

Mordekhai: “Mengapa engkau melanggar perintah raja?” 4 Setelah mereka menegor dia 

berhari-hari dengan tidak didengarkannya juga, maka hal itu diberitahukan merekalah 

kepada Haman untuk melihat, apakah sikap Mordekhai itu dapat tetap, sebab ia telah 

menceritakan kepada mereka, bahwa ia orang Yahudi.  

5 Ketika Haman melihat, bahwa Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya, maka 

sangat panaslah hati Haman, 6 namun  ia menganggap dirinya terlalu hina untuk 

membunuh hanya Mordekhai saja, sebab  orang telah memberitahukan kepadanya 

kebangsaan Mordekhai itu. Jadi Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang 

Yahudi, yaitu  bangsa Mordekhai itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros. 


 

936 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Haman diangkat oleh raja, dan kemudian disembah oleh rakyat. Ahasyweros 

baru-baru ini telah mendudukkan Ester ke atas pangkuannya sebagai ratu, 

namun  Ester tidak mempunyai pengaruh yang begitu rupa atas diri sang raja 

hingga dapat mengangkat teman-teman sebangsanya, atau mencegah raja 

mengangkat seseorang yang diketahuinya sebagai musuh bagi bangsanya. 

Ketika orang-orang yang baik telah menjadi besar, mereka masih mendapati 

bahwa mereka tidak dapat melakukan kebaikan, atau mencegah kejahatan, 

seperti yang mereka inginkan. Haman ini yaitu  seorang Agag (seorang 

Amalek, menurut Yosefus), mungkin dari keturunan Agag, sebuah nama 

umum untuk raja-raja Amalek, seperti yang tampak dalam Bilangan 24:7. 

Sebagian penafsir berpendapat bahwa Haman terlahir sebagai seorang raja, 

seperti Yoyakhin, yang kedudukannya lebih tinggi dibandingkan  kedudukan raja-

raja tawanan lainnya (2Raj. 25:28), sama halnya seperti kedudukan Haman 

di sini (ay. 1). Sang raja menyukai Haman (raja-raja tidak harus memberikan 

alasan bagi perkenanan mereka), menjadikannya orang kesayangannya, 

orang kepercayaannya, dan wakilnya di dalam kerajaan. Begitu berkuasanya 

pengaruh istana pada waktu itu, hingga, bertentangan dengan kata pepatah, 

orang-orang yang diberkati oleh istana, diberkati pula oleh negeri. Sebab 

semua orang memuja matahari yang sedang terbit ini, dan hamba-hamba 

raja secara khusus diperintahkan untuk berlutut dan sujud kepadanya (ay. 2), 

dan mereka pun berbuat demikian. Saya heran apa yang dilihat raja dalam 

diri Haman ini yang patut dipuji atau layak dihormati. Sudah jelas bahwa dia 

bukanlah orang yang terhormat atau bersikap adil, yang memiliki kebe-

ranian sejati atau dapat mengendalikan diri. Sebaliknya, dia yaitu  orang 

yang angkuh, lekas marah, dan penuh dendam. Namun demikian, dia 

diangkat, dimanja, dan tak ada seorang pun yang sebesar dia. Orang-orang 

kesayangan raja tidaklah selalu merupakan orang-orang yang patut 

dihormati. 

II. Oleh sebab  Mordekhai berpegang pada dasar-dasar pandangannya dengan 

tekad yang berani, maka ia menolak untuk berlutut dan sujud kepada Haman 

seperti yang dilakukan oleh para pegawai raja yang lain (ay. 2). Ia didesak 

untuk berlutut dan sujud oleh teman-temannya, yang mengingatkan dia akan 

perintah raja, dan sebab  itu bahaya yang akan ditimbulkannya jika dia me-

nolak untuk menaatinya. Nyawanya sendiri menjadi taruhannya, terutama 

dengan mempertimbangkan keangkuhan Haman (ay. 3). Mereka menegor 

dia berhari-hari (ay. 4), untuk membujuknya supaya patuh, namun  semuanya 

Kitab Ester 3:1-6 

 

937 

sia-sia. Dia tidak mau mendengarkan mereka, namun  justru memberi tahu 

mereka dengan terang-terangan bahwa dia yaitu  seorang Yahudi, dan tidak 

dapat melakukannya sesuai tuntutan hati nuraninya. Tidak diragukan lagi 

bahwa penolakannya, ketika diketahui dan dijadikan bahan pembicaraan, 

biasanya dikaitkan dengan kesombongan dan iri hati, bahwa dia tidak mau 

memberi hormat kepada Haman sebab , mengingat hubungannya dengan 

Ester, dia sendiri tidak diangkat setinggi itu. Atau penolakannya itu dikaitkan 

dengan jiwa penghasut dan mementingkan golongan sendiri, dan ketidak-

puasan kepada raja dan pemerintahannya. Orang-orang yang ingin 

menafsirkan penolakannya itu dengan sebaik-baiknya memandang hal itu 

sebagai kelemahannya, atau sebab  kurangnya sopan santun, menyebutnya 

sebagai suasana hati Mordekhai pada saat itu, dan keinginan untuk bersikap 

lain sendiri. Tampaknya tak seorang pun merasa keberatan untuk menaati 

perintah itu kecuali Mordekhai. Namun penolakannya itu didasari kesalehan, 

penuh tanggung jawab, dan menyenangkan Tuhan , sebab agama Yahudi 

melarang dia,  

1. Untuk memberikan penghormatan yang begitu berlebihan kepada 

manusia yang fana melebihi apa yang dituntut, terutama kepada orang 

yang begitu jahat seperti Haman. Dalam pasal yang termasuk kitab 

Apokrifa (Tambahan Ester C:4-5), Mordekhai digambarkan sedang 

berseru kepada Tuhan  untuk perkara ini sebagai berikut: Segala 

sesuatunya Kaukenal dan Engkaupun, ya Tuhan, tahu bahwa aku begini, 

yaitu tidak sujud kepada Haman yang congkak itu, bukanlah sebab  

sombong dan congkak atau sebab  gila hormat. Aku mau-mau saja 

mencium telapak kakinya demi keselamatan Israel. namun  aku tidak 

berbuat demikian supaya jangan kutaruh kehormatan manusia lebih 

tinggi dari pada kehormatan Tuhan . Aku tidak akan sujud menyembah 

kepada siapapun kecuali kepada-Mu, ya Tuhanku, dan aku berbuat 

demikian bukanlah sebab  congkak hati.  

2. Mordekhai terutama menganggap tidak adil bagi bangsanya jika ia harus 

memberikan penghormatan yang demikian kepada seorang Amalek, 

salah seorang dari bangsa yang dikhususkan untuk ditumpas itu, yang 

dengannya Tuhan  telah bersumpah untuk mengadakan peperangan 

secara turun-temurun (Kel. 17:16), dan yang tentangnya Ia telah mem-

berikan pesan yang sungguh-sungguh itu (Ul. 25:17), Ingatlah apa yang 

dilakukan orang Amalek. Kendati agama sama sekali tidak 

menghancurkan tata krama yang baik, namun  mengajar kita untuk 

memberi hormat kepada orang yang berhak menerima hormat, namun 

sudah menjadi sifat seorang warga Sion bahwa bukan hanya hatinya, 


 

938 

melainkan juga matanya, memandang hina orang keji seperti Haman 

(Mzm. 15:4). Hendaklah orang-orang yang dipimpin oleh dasar-dasar 

pegangan hati nurani bersikap mantap dan teguh, betapapun mereka 

dicela dan diancam, seperti halnya Mordekhai di sini.  

III. Haman memikirkan cara untuk membalas dendam. Beberapa orang yang 

melalui kejadian ini berharap untuk menjilat Haman memberitahukan sikap 

kasar Mordekhai kepada Haman, sambil menunggu untuk melihat apakah 

Haman akan menahan amarah atau meluapkannya (ay. 4). Haman kemudian 

melihatnya sendiri, dan sangat panaslah hatinya (ay. 5). Seorang yang 

rendah hati dan lemah lembut akan mengabaikan penghinaan, dan berkata, 

“Biarkan saja dia melakukan apa yang disukainya, aku pun tidak menjadi 

lebih buruk sebab nya.” Namun perbuatan Mordekhai itu membuat jiwa 

Haman yang sombong menjadi murka, gusar, dan memanas di dalam dirinya, 

sehingga dia sendiri, dan semua orang di sekelilingnya, menjadi tidak 

tenang. Diputuskan dengan segera bahwa Mordekhai harus mati. Kepala 

yang tidak mau membungkuk kepada Haman itu haruslah putus. Apabila dia 

tidak bisa mendapatkan penghormatan dari Mordekhai, maka dia akan men-

dapatkan darahnya. Di dalam istana ini, tidak menyembah Haman yaitu  

suatu pelanggaran, sama seperti di istana Nebu-kadnezar jika tidak 

menyembah patung emas yang telah didirikannya. Mordekhai yaitu  

seorang yang terpandang, dengan kedudukan yang terhormat, dan 

sepupunya sendiri yaitu  seorang ratu. Namun Haman menganggap nyawa 

Mordekhai tidaklah berharga untuk membayar penghinaan itu. Ribuan 

nyawa yang tidak bersalah dan yang berharga harus dikorbankan demi 

kemarahannya. Oleh sebab  itu, dia bersumpah untuk memusnahkan selu-

ruh bangsa Mordekhai, demi dirinya, sebab  jati dirinya sebagai seorang 

Yahudi merupakan alasan yang diberikan mengapa dia tidak mau 

menghormati Haman. Dalam hal ini tampaklah kesombongan Haman yang 

tak terkira, kekejamannya yang tak terpuaskan, dan kebencian seorang 

Amalek yang sudah ada sejak dulu kala kepada Israel milik Tuhan . Saul bin 

Kish, seorang Benyamin, telah membiarkan Agag hidup, namun  Mordekhai 

bin Kish, seorang Benyamin (2:5), tidak akan mendapat belas kasihan dari 

orang Agag ini, yang merancang untuk memunahkan semua orang Yahudi di 

seluruh kerajaan Ahasyweros (ay. 6), yang saya duga akan mencakup orang-

orang yang telah kembali ke negeri mereka, sebab negeri itu sekarang 

menjadi wilayah kerajaannya. Marilah kita lenyapkan mereka sebagai bangsa 

(Mzm. 83:5). Harapan Nero yang biadab juga menjadi harapan Haman, 

bahwa jika satu orang Yahudi harus mati, maka matilah semuanya. 

Kitab Ester 3:1-6 

 

939 

Haman Mendapat Izin untuk Membantai Bangsa Yahudi 

(3:7-15) 

7 Dalam bulan pertama, yaitu  bulan Nisan, dalam tahun yang kedua belas zaman raja 

Ahasyweros, orang membuang pur – yaitu  undi – di depan Haman, hari demi hari dan 

bulan demi bulan sampai jatuh pada bulan yang kedua belas, yaitu  bulan Adar. 8 Maka 

sembah Haman kepada raja Ahasyweros: “Ada suatu bangsa yang hidup tercerai-berai 

dan terasing di antara bangsa-bangsa di dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan 

hukum mereka berlainan dengan hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan 

mereka, sehingga tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa. 9 Jikalau baik pada 

pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan mereka; 

maka hamba akan menimbang perak sepuluh ribu talenta dan menyerahkannya kepada 

tangan para pejabat yang bersangkutan, supaya mereka memasukkannya ke dalam 

perbendaharaan raja.” 10 Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserah-

kannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu, 11 kemudian 

titah raja kepada Haman: “Perak itu terserah kepadamu, juga bangsa itu untuk 

kauperlakukan seperti yang kaupandang baik.” 12 Maka dalam bulan yang pertama pada 

hari yang ketiga belas dipanggillah para panitera raja, lalu, sesuai dengan segala yang 

diperintahkan Haman, ditulislah surat kepada wakil-wakil raja, kepada setiap bupati yang 

menguasai daerah dan kepada setiap pembesar bangsa, yaitu  kepada tiap-tiap daerah 

menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya; surat itu ditulis atas 

nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja. 13 Surat-surat itu 

dikirimkan dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat ke segala daerah kerajaan, 

supaya dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan semua orang Yahudi dari pada yang muda 

sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan wanita -wanita , pada satu hari 

juga, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas – yaitu  bulan Adar –, dan supaya 

dirampas harta milik mereka. 14 Salinan surat itu harus diundangkan di dalam tiap-tiap 

daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, supaya mereka bersiap-siap untuk hari 

itu. 15 Maka dengan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat itu, atas titah raja, 

dan undang-undang itu dikeluarkan di dalam benteng Susan. Sementara itu raja serta 

Haman duduk minum-minum, namun  kota Susan menjadi gempar. 

Haman menilai tinggi dirinya sendiri atas pemikiran yang berani itu, yang 

dikhayalkannya sesuai dengan jiwa besarnya, yaitu memusnahkan semua orang 

Yahudi, suatu usaha yang besar sebesar penggagasnya, dan yang diyakininya 

akan mengabadikan ingatan akan dirinya. Ia tidak ragu bahwa ia akan 

menemukan tangan-tangan yang cukup nekat dan haus darah untuk menggorok 

semua leher mereka jika saja sang raja memberinya izin. Bagaimana dia 

mendapatkan izin, dan perintah untuk melaksanakannya, diberitahukan kepada 

kita di sini. Perkataannya selalu didengar raja, jadi biarkan dia sendiri yang 

membicarakan masalah itu dengan sang raja. 

I. Haman membuat suatu keterangan yang palsu dan jahat tentang orang-

orang Yahudi, dan sifat mereka, kepada raja (ay. 8). Musuh-musuh umat 

Tuhan  tidak dapat memperlakukan mereka dengan sedemikian buruk jika 

para musuh itu tidak lebih dulu menjelek-jelekkan mereka. Haman ingin 

membuat raja percaya,  


 

940 

1. Bahwa orang-orang Yahudi yaitu  suatu bangsa yang keji, dan tidaklah  

patut bagi sang raja untuk menampung mereka: “Ada suatu bangsa,” 

tanpa nama, seakan-akan tidak ada yang tahu dari mana mereka datang 

dan siapa mereka. “Mereka tidak bersatu padu, namun  hidup tercerai-

berai dan terasing di dalam seluruh daerah kerajaan sebagai pelarian dan 

pengembara di bumi, dan pesakitan di semua negeri, beban dan aib di 

semua tempat di mana mereka tinggal.”  

2. Bahwa mereka yaitu  bangsa yang berbahaya, sehingga tidaklah aman 

untuk menampung mereka. “Mereka memiliki hukum dan kebiasaan 

sendiri, dan tidak mau menaati hukum kerajaan dan kebiasaan di negeri 

kita. Oleh sebab  itu, mereka dapat dipandang sebagai orang-orang yang 

tidak puas dengan pemerintah dan besar kemungkinan akan 

mempengaruhi orang lain dengan keanehan mereka, yang dapat berakhir 

dalam pemberontakan.” Bukanlah hal baru bagi orang-orang yang paling 

baik sekalipun untuk digambarkan dengan sifat-sifat yang keji seperti ini. 

Jika tidak berdosa untuk membunuh mereka, maka tidak berdosa pula 

untuk berdusta tentang mereka.  

II. Haman menawarkan harga yang tinggi untuk mendapatkan izin 

membinasakan mereka semua (ay. 9). Ia tahu bahwa ada banyak orang yang 

membenci bangsa Yahudi, dan akan bersedia menyerang mereka jika saja 

diberi perintah. Oleh  sebab  itu, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk 

membinasakan mereka. Berikan saja perintah untuk membantai habis-

habisan semua orang Yahudi, maka Haman akan melaksanakannya dengan 

mudah. Jika sang raja mau menuruti keinginan Haman dalam perkara ini, 

maka Haman akan memberinya hadiah sepuluh ribu talenta, yang akan 

dimasukkan ke dalam perbendaharaan raja. Hal ini, pikir Haman, akan 

menjadi dorongan yang kuat bagi sang raja untuk menyetujuinya, dan akan 

menyingkirkan keberatan terkuat terhadapnya, yaitu bahwa pemerintah 

harus menanggung kerugian dalam pendapatannya melalui kehancuran 

rakyatnya yang begitu banyak. Jumlah yang sebesar itu, demikian harap 

Haman, akan sebanding dengan pendapatan yang hilang itu. Orang-orang 

yang sombong dan jahat tidak akan segan-segan mengeluarkan biaya untuk 

membalas dendam, atau membayar harga untuk memuaskan dendam 

mereka. Namun demikian, tidak diragukan lagi bahwa Haman tahu 

bagaimana mengganti biaya itu dari hasil jarahan orang-orang Yahudi, yang 

akan dirampas oleh para pesuruhnya bagi dia (ay. 13). Dengan demikian, 

Haman membuat orang-orang Yahudi menanggung biaya atas kehancuran 

Kitab Ester 3:1-6 

 

941 

mereka sendiri, sementara dia sendiri berharap untuk tidak hanya 

menghemat uang, namun  juga mendapat untung dari penawaran itu. 

III. Haman mendapatkan apa yang diinginkannya, yaitu sebuah mandat penuh 

untuk melakukan apa yang ingin diperbuatnya terhadap bangsa Yahudi (ay. 

10-11). Sang raja begitu lalai dalam mengurus masalah itu, dan begitu 

tersihir oleh Haman, sehingga dia tidak mengambil waktu untuk memeriksa 

kebenaran dari tuduhannya, namun  mau saja mempercayai hal terburuk 

mengenai orang-orang Yahudi seperti yang diharapkan Haman. Oleh sebab -

nya, sang raja menyerahkan mereka ke dalam tangan Haman, seperti domba-

domba kepada singa: Bangsa itu kuserahkan kepadamu untuk kauperlakukan 

seperti yang kaupandang baik. Sang raja tidak berkata, “Bunuh saja mereka, 

bantailah mereka” dengan berharap bahwa sesudah pikiran Haman menjadi 

lebih dingin, ia akan memperlunak hukuman tersebut dan membujuk Haman 

untuk menjual mereka sebagai budak. namun , “Lakukan saja apa yang 

engkau mau terhadap mereka.” Dan betapa sang raja tidak 

mempertimbangkan berapa banyak upeti yang akan hilang darinya, dan 

betapa besar keuntungan yang akan didapat Haman dari jarahan, sampai-

sampai dia memberikan juga sepuluh ribu talenta kepada Haman: Perak itu 

terserah kepadamu. Ia juga secara tersirat memiliki keyakinan yang 

demikian besar pada Haman, dan telah mengabaikan sepenuhnya semua 

urusan kerajaannya, sehingga dia memberikan cincinnya kepada Haman, 

meterai pribadinya, atau tanda tangannya, untuk meneguhkan maklumat 

apa pun yang ingin dibuat Haman untuk mencapai tujuan ini. Sungguh 

menyedihkan kerajaan yang diatur oleh seorang kepala seperti ini, yang 

hanya memiliki satu telinga saja, dan satu hidung yang dapat digiring, namun 

tidak mempunyai mata ataupun otak, dan bahkan hampir tidak mempunyai 

lidah sendiri.  

IV. Haman kemudian meminta petunjuk kepada para ahli tenungnya untuk 

menemukan satu hari yang baik untuk melakukan pembantaian yang sudah 

direncanakan tersebut (ay. 7). Ketetapan diambil pada bulan pertama, dalam 

tahun yang kedua belas pemerintahan raja, ketika Ester telah menjadi 

istrinya selama sekitar lima tahun. Satu atau lain hari dalam tahun itu harus 

ditentukan. Dan, seakan-akan tidak ragu bahwa sorga akan mendukung 

rancangannya dan memajukannya, Haman menyerahkan kepada undi, yaitu, 

kepada Penyelenggaraan ilahi, untuk memilih hari baginya. Akan namun , 

dalam keputusannya, undi itu ternyata menjadi teman yang lebih baik bagi 

orang Yahudi dibandingkan  baginya, sebab undi itu jatuh pada bulan yang kedua 


 

942 

belas, sehingga Mordekhai dan Ester mempunyai sebelas bulan untuk 

mempersiapkan diri guna menggagalkan rancangan itu. Atau, jika mereka 

tidak dapat menggagalkannya, ada tenggang waktu bagi orang Yahudi untuk 

melarikan diri bagi keselamatan mereka. Haman, kendati bersemangat 

untuk memusnahkan bangsa Yahudi, tetap mau tunduk kepada hukum-

hukum takhayulnya, dan tidak mempercepat hari yang dianggap penuh 

keberuntungan tersebut, sekalipun untuk memuaskan balas dendamnya 

yang sudah tak tertahankan itu. Mungkin dia merasa takut kalau-kalau 

bangsa Yahudi ternyata terlalu tangguh bagi musuh-musuh mereka, 

sehingga ia tidak berani mengambil risiko untuk usaha yang berbahaya 

seperti itu, kecuali kalau didukung oleh suatu pertanda baik. Hal ini dapat 

mempermalukan kita, yang sering kali tidak mematuhi petunjuk dan aturan 

Tuhan  Sang Penyelenggara apabila itu berlawanan dengan keinginan dan 

tujuan kita. Orang yang percaya kepada undi, apalagi yang percaya kepada 

janji ilahi, tidak akan bertindak dengan terburu-buru. namun  lihatlah 

bagaimana hikmat Tuhan  memenuhi tujuan-tujuannya sendiri melalui 

kebodohan manusia. Haman telah berpegang pada undi, dan undi itulah 

yang akan ia turuti. Dan dengan menunda pelaksanaan hukuman, maka 

penghakiman pun dijatuhkan atas dirinya dan menghancurkan rencana itu. 

V. Maklumat berdarah pun kemudian dibuat, ditandatangani, dan 

disebarluaskan, dengan memberi perintah kepada pasukan rakyat dari 

setiap daerah untuk bersiap pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas.  

Pada hari itu, mereka akan membunuh semua orang Yahudi, laki-laki, 

wanita , dan anak-anak, dan merampas semua harta benda mereka (ay. 

12-14). Seandainya titah itu yaitu  untuk membuang semua orang Yahudi 

dan mengusir mereka dari wilayah kekuasaan raja, maka hal itu pun sudah 

cukup keras. namun  memang tidak pernah ada tindakan kejam yang 

memperlihatkan diri dengan begitu tidak tahu malu seperti ini, membunuh, 

memunahkan, dan membinasakan semua orang Yahudi, dengan menetapkan 

mereka seperti domba-domba sembelihan tanpa menunjukkan alasan apa 

pun untuk melakukannya. Tidak ada kejahatan yang dituduhkan kepada 

mereka. Tidak ada dalih yang dikemukakan bahwa mereka pantas diadili di 

depan umum, tidak pula ada syarat yang diajukan, yang dengan 

memenuhinya nyawa mereka dapat diselamatkan. namun  mereka harus 

mati, tanpa ampun. Demikian pula halnya musuh-musuh jemaat haus 

darah, darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus, dan 

meminumnya sampai mereka benar-benar mabuk (Why. 17:6). Namun tetap 

saja, seperti lintah, mereka berseru, “Untukku, untukku!”. Tawaran kejam ini 

Kitab Ester 3:1-6 

 

943 

disahkan dengan meterai raja, ditujukan kepada wakil-wakil raja, dan ditulis 

atas nama raja, namun raja tidak tahu apa yang dilakukannya. Para pesuruh 

pun dikirim, dengan secepat mungkin, untuk membawa salinan-salinan dari 

maklumat itu ke daerah-daerah yang dituju (ay. 15). Lihatlah betapa tak 

kenal lelahnya tindak kejahatan musuh-musuh jemaat. Kejahatan itu tidak 

segan-segan untuk bersusah payah, tidak mau membuang-buang waktu.  

VI. Perbedaan keadaan di istana dan di kota sebagai akibatnya.  

1. Istana sangat bergembira sebab  maklumat itu: Raja serta Haman duduk 

minum-minum, mungkin minum sambil berkata, “Kekalutan bagi semua 

orang Yahudi.” Haman takut kalau-kalau raja akan terpukul oleh hati 

nuraninya atas apa yang telah dilakukannya, dan dia akan mulai 

berharap untuk membatalkannya. Untuk mencegah hal itu, Haman 

membuat sang raja asyik dengan dirinya sendiri, dan menahannya untuk 

terus minum. Cara yang terkutuk ini diambil oleh banyak orang untuk 

menyumbat suara hati mereka yang menyatakan mereka bersalah, dan 

untuk mengeraskan hati mereka sendiri dan hati orang lain di dalam 

dosa.  

2. Kota sangat bersedih atas maklumat itu (dan juga kota-kota lain di 

kerajaan itu, tak diragukan lagi, ketika diberi tahu tentang maklumat 

tersebut): Kota Susan menjadi gempar,  bukan hanya orang-orang Yahudi 

sendiri, melainkan juga semua tetangga mereka yang berpegang pada 

kaidah-kaidah keadilan dan belas kasihan. Sungguh sedih hati mereka 

melihat raja mereka diperdaya seperti itu, melihat ketidakadilan di 

tempat pengadilan (Pkh. 3:16), melihat manusia yang hidup dengan 

damai diperlakukan dengan begitu biadab. Dan apa yang akan menjadi 

dampaknya bagi diri mereka sendiri, mereka tidak tahu. namun  raja dan 

Haman sama sekali tidak mempedulikan semuanya ini. Perhatikanlah, 

sungguh tidak masuk akal dan tidak saleh apabila kita memanjakan diri 

kita sendiri dalam kegembiraan dan kesenangan, sementara jemaat 

sedang kesusahan dan masyarakat sedang gempar. 

PASAL  4  

alam pasal sebelumnya, kita meninggalkan Ishak kepunyaan Tuhan  terikat 

di atas mezbah dan siap dipersembahkan sebagai korban, sementara para 

seteru menanti-nantikan saat pengorbanan itu dengan sorak kemenangan. 

Namun demikian, di dalam pasal ini segala sesuatunya mulai bekerja menuju 

kelepasan, dan diawali dari pangkal yang benar.  

I. Sahabat-sahabat orang Yahudi ikut merasakan bahaya tersebut dan 

meratapinya (ay. 1-4). 

II. Sejumlah tindakan bersama diambil oleh Mordekhai dan Ester untuk 

mencegah terjadinya malapetaka itu.  

1. Ester menanyakan duduk perkaranya, dan mendapatkan 

keterangan terperinci tentangnya (ay. 5-7). 

2. Mordekhai mendesak Ester untuk memohon kepada raja agar 

mencabut kembali titah itu (ay. 8-9). 

III. Ester menyampaikan keberatannya dengan mengemukakan bahaya 

yang akan mengancamnya apabila menghadap raja tanpa dipanggil (ay. 

10-12). 

IV. Mordekhai terus mendesak Ester untuk memberanikan diri (ay. 13-14). 

V. Ester, setelah beribadah puasa selama tiga hari, berjanji akan 

melakukannya (ay. 15-17), dan kita akan membaca bahwa tindakannya 

itu berbuah manis. 

Perkabungan Besar di Tengah Bangsa Yahudi 

(4:1-5)  

1 Setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, ia mengoyakkan pakaiannya, lalu 

memakai kain kabung dan abu, kemudian keluar berjalan di tengah-tengah kota, sambil 

melolong-lolong dengan nyaring dan pedih.  

2 Dengan demikian datanglah ia sampai ke depan pintu gerbang istana raja, sebab  

seorang pun tidak boleh masuk pintu gerbang istana raja dengan berpakaian kain kabung. 


 

946 

3 Di tiap-tiap daerah, ke mana titah dan undang-undang raja telah sampai, ada 

perkabungan yang besar di antara orang Yahudi disertai puasa dan ratap tangis; oleh 

banyak orang dibentangkan kain kabung dengan abu sebagai lapik tidurnya. 4 Ketika 

dayang-dayang dan sida-sida Ester memberitahukan hal itu kepadanya, maka sangatlah 

risau hati sang ratu, lalu dikirimkannyalah pakaian, supaya dipakaikan kepada Mordekhai 

dan supaya ditanggalkan kain kabungnya dari padanya, namun  tidak diterimanya. 

Dalam perikop ini kita mendapati penjelasan tentang kedukaan besar di tengah 

bangsa Yahudi akibat terbitnya titah Haman yang berdarah untuk membantai 

mereka. Sungguh masa yang menyedihkan bagi jemaat. 

1. Mordekhai menangis pedih, mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain 

kabung (ay. 1-2). Dengan bertindak demikian, ia tidak hanya melampiaskan 

dukacitanya, namun  juga memaklumkannya, supaya semua orang mengetahui 

bahwa ia tidak malu mengakui diri sebagai sahabat orang Yahudi, dan 

sebagai orang yang turut menderita bersama-sama dengan mereka, saudara 

dan sekutu dalam kesusahan, betapapun mereka sekarang digambarkan oleh 

kelompok Haman sebagai orang-orang yang keji dan patut dibenci. Sungguh 

mulia tindakan Mordekhai yang menyokong di depan umum apa yang 

diketahui