tawarikh ester 29

Kamis, 30 Januari 2025

tawarikh ester 29



 k semakin menggerakkan hati sang raja, Ester mengemukakan, 

(1) Bahwa dia dan bangsanya telah dibeli dan dijual. Mereka tidak 

menjual diri mereka sendiri sebab  suatu pelanggaran terhadap 

pemerintah, namun  dijual untuk memuaskan kesombongan dan balas 

dendam satu orang.  

(2) Bahwa bukan hanya kebebasan mereka saja, melainkan juga nyawa 

mereka yang dijual. “Seandainya kami dijual,” kata Ester, “untuk 

menjadi budak, maka aku tidak akan mengeluh. Sebab pada saatnya 

nanti bisa jadi kami akan memperoleh kembali kebebasan kami, 

meskipun raja hanya melakukan jual beli yang buruk melaluinya, dan 

tidak meningkatkan kekayaannya dengan harga jual kami. Berapa 

pun harga yang diterima dengan menjual kami, jika begitu banyak 

tangan yang rajin sampai hilang dari kerajaannya, maka itu akan 

lebih merusak perbendaharaan istana dan tidak akan bisa ditutupi 

oleh harga yang sudah diterima.” Menganiaya orang baik yaitu  

tindakan yang selain tidak cerdas juga tidak saleh, dan jelas-jelas me-

rusak kepentingan para raja dan pemerintah. Mereka diperlemah 

dan dipermiskin olehnya. namun  bukan ini masalahnya. Kami telah 

terjual kata Ester, untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan. Maka 

inilah saatnya untuk bicara. Ia merujuk kepada perkataan yang ada 

dalam surat perintah (3:13), yang tujuannya tidak kurang dari 

kehancuran mereka. Hal ini akan menyentuh sisi yang lembut pada 

hati raja, jika ia memang memilikinya, dan akan membuat 

perasaannya melunak. 

III. Sang raja terperanjat atas keluhan itu, dan bertanya (ay. 5): “Siapakah orang 

itu dan di manakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat 

demikian? Astaga! Merencanakan pembunuhan sang ratu dan semua 

temannya? Adakah orang yang demikian, atau lebih tepatnya seorang 

monster, di jagad alam ini? Siapakah orang itu dan di manakah dia yang 

hatinya penuh dengan niat untuk berbuat demikian?” Atau, siapakah yang 

telah memenuhi hatinya. Sang raja terheran-heran,  

1. Bahwa ada orang yang bisa begitu jahat hingga memikirkan sesuatu yang 

demikian. Iblis tentu telah memenuhi hatinya.  


 

982 

2. Bahwa ada orang yang bisa begitu berani untuk berbuat sesuatu yang 

demikian, yang hatinya begitu penuh niat untuk berbuat jahat, dan yang 

begitu lancang. Perhatikanlah,  

(1) Sulit untuk membayangkan bahwa sampai ada kejahatan yang begitu 

mengerikan yang dilakukan di dalam dunia ini. Siapakah dia, di 

manakah dia, yang berani, yang lancang, mempertanyakan 

keberadaan Tuhan  dan penyelenggaraan-Nya, mengolok-olok sabda-

Nya, mencemarkan nama-Nya, menganiaya umat-Nya, dan tetap 

menantang murka-Nya? Memang ada orang-orang seperti itu, dan 

memikirkan mereka saja sudah cukup untuk membuat kita menjadi 

gusar (Mzm. 119:53).  

(2) Kita kadang-kadang terperanjat mendengar suatu kejahatan 

disebutkan, padahal kita sendiri dapat didakwa atas kejahatan itu. 

Ahasyweros tercengang mendengar kejahatan yang dia sendiri 

bersalah atasnya. Sebab dia telah menyetujui titah berdarah 

melawan orang-orang Yahudi itu. Engkaulah orangnya, demikian 

Ester bisa saja berkata, dan perkataannya itu sungguh benar. 

IV. Ester dengan terus terang mendakwa Haman atas kejahatan itu di depan 

mukanya: “Inilah orangnya, biarlah dia membela dirinya sendiri, sebab 

itulah alasannya dia diundang: Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, 

orang jahat ini (ay. 6). Dialah yang telah merancang pembunuhan terhadap 

kami, dan, yang lebih buruk lagi, yang dengan hina telah menyeret raja untuk 

terlibat menjadi particeps criminis – kaki tangan kejahatannya, dengan 

menyetujuinya tanpa tahu permasalahannya.”  

V. Haman segera sadar akan bahaya yang mengancam dirinya: Ia pun sangatlah 

ketakutan di hadapan raja dan ratu. Dan inilah saatnya bagi dia untuk 

merasa ketakutan, sebab sang ratu menjadi jaksa penuntutnya, sang raja 

menjadi hakimnya, dan hati nuraninya sendiri menjadi saksi melawan dia. 

Dan hal-hal mengejutkan yang oleh Tuhan  Sang Penyeleggara diizinkan 

terjadi melawan dia pada pagi yang sama itu, tidak bisa tidak pasti semakin 

menambah ketakutannya. Sekarang ia tidak lagi merasa senang diundang ke 

perjamuan minum anggur, namun  mendapati dirinya penuh khawatir justru 

ketika dia menyangka sedang berada dalam kemewahannya yang berlimpah-

limpah. Kakinya sendiri menyangkutkan dia dalam jaring. 

Kitab Ester 7:1-6 

 

983 

Haman Digantung pada Tiangnya Sendiri  

(7:7-10) 

7 Lalu bangkitlah raja dengan panas hatinya dari pada minum anggur dan keluar ke taman 

istana; akan namun  Haman masih tinggal untuk memohon nyawanya kepada Ester, sang 

ratu, sebab  ia melihat, bahwa telah putus niat raja untuk mendatangkan celaka 

kepadanya. 8 Ketika raja kembali dari taman istana ke dalam ruangan minum anggur, 

maka Haman berlutut pada katil tempat Ester berbaring. Maka titah raja: “Masih jugakah 

ia hendak menggagahi sang ratu di dalam istanaku sendiri?” Tatkala titah raja itu keluar 

dari mulutnya, maka diselubungi oranglah muka Haman. 9 Sembah Harbona, salah 

seorang sida-sida yang di hadapan raja: “Lagipula tiang yang dibuat Haman untuk 

Mordekhai, orang yang menyelamatkan raja dengan pemberitahuannya itu, telah berdiri 

di dekat rumah Haman, lima puluh hasta tingginya.” Lalu titah raja: “Sulakan dia pada 

tiang itu.” 10 Kemudian Haman disulakan pada tiang yang didirikannya untuk Mordekhai. 

Maka surutlah panas hati raja. 

Dalam perikop ini,  

I. Sang raja menyingkir dalam amarah. Ia bangkit dari tempat duduknya 

dengan sangat geram, dan keluar ke taman istana untuk menenangkan diri 

dan mempertimbangkan apa yang harus diperbuat (ay. 7). Ia tidak 

memanggil tujuh orang penasihatnya yang arif bijaksana dan mengetahui 

kebiasaan zaman, sebab  merasa malu untuk meminta petunjuk kepada 

mereka tentang cara membatalkan apa yang telah dia lakukan dengan 

gegabah tanpa sepengetahuan atau nasihat mereka. namun  dia keluar untuk 

berjalan di dalam taman sejenak, untuk membandingkan apa yang baru saja 

diberitahukan oleh Ester kepadanya dengan apa yang sebelumnya telah 

terjadi antara dirinya dan Haman. Dan kita dapat menduga bahwa dia,  

1. Jengkel dengan dirinya sendiri, bahwa dia sampai bisa begitu bodoh 

hingga menghukum suatu bangsa yang tak bersalah pada kehancuran, 

dan ratunya sendiri di antara yang lain, atas saran yang hina dari orang 

yang mementingkan diri sendiri, tanpa memeriksa kebenaran dari 

tuduhan-tuduhannya. Orang-orang yang melakukan segala sesuatu 

dengan keras hati kerap kali merenungkannya sesudahnya dengan 

mencela diri sendiri.  

2. Jengkel terhadap Haman yang telah menjadi orang kepercayaannya, 

bahwa dia sampai bisa menjadi seorang yang begitu jahat hingga 

menyalahgunakan pengaruhnya atas diri raja untuk  menarik sang raja 

agar menyetujui rancangan yang sedemikian jahat. Ketika dia melihat 

dirinya dikhianati oleh seseorang yang telah disanjungnya sendiri, dia 

pun penuh kemarahan terhadap orang itu. Namun dia tidak mau ber-

bicara apa pun sebelum mengambil waktu untuk berpikir-pikir lagi, untuk 

melihat apakah perkaranya akan menjadi lebih baik atau lebih buruk 


dibandingkan  yang tampak pada awalnya, sehingga dia dapat melanjutkan 

tindakannya sebagaimana mestinya. Pada waktu kita marah, kita haruslah 

berhenti sejenak sebelum kita sampai kepada suatu keputusan, seperti 

orang yang dapat mengendalikan diri dan diatur oleh akal budi.  

II. Haman menjadi seorang pemohon yang rendah hati kepada sang ratu agar 

nyawanya diampuni. Haman dapat dengan mudah memahami, ketika 

melihat sang raja keluar dari ruangan dengan tergesa-gesa, bahwa telah 

putus niat raja untuk mendatangkan celaka kepadanya. Sebab kemarahan 

raja, raja yang demikian, yaitu  seperti raung singa muda dan 

seperti bentara maut. Dan sekarang lihatlah,  

1. Betapa hinanya Haman terlihat, ketika dia pada awalnya berdiri dan 

kemudian jatuh tersungkur di bawah kaki Ester, untuk memohon agar 

Ester mau menyelamatkan nyawanya dan mengambil semua yang 

dimilikinya. Orang-orang yang paling angkuh, kurang ajar, dan suka 

memerintah-merintah ketika mereka berkuasa dan makmur, biasanya 

menjadi yang paling hina dan penakut ketika roda nasib berputar 

melawan mereka. Pengecut, kata orang, yaitu  orang yang paling kejam, 

dan kemudian kesadaran akan kekejaman mereka membuat mereka 

menjadi semakin pengecut.  

2. Betapa agungnya Ester terlihat, padahal baru belakangan ini ia telah 

diabaikan dan dihukum untuk dibantai tanquam ovis – seperti seekor 

domba. Kini musuh bebuyutannya mengakui bahwa dia bergantung pada 

belas kasihan Ester, dan memohon supaya nyawanya diluputkan dari 

tangan Ester. Demikianlah Tuhan  benar-benar memperhatikan 

kerendahan hamba-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang 

congkak hatinya (Luk. 1:48, 51). Bandingkan hal ini dengan janji yang 

dibuat bagi jemaat di Filadelfia (Why. 3:9), Aku akan menyuruh mereka 

dari jemaah Iblis datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, 

bahwa Aku mengasihi engkau. Harinya akan tiba ketika orang-orang yang 

membenci dan menganiaya umat pilihan Tuhan  akan dengan senang hati 

meminta pertolongan mereka. Berikanlah kami sedikit dari minyakmu 

itu. Bapa Abraham, suruhlah Lazarus. Orang benar akan memerintah 

mereka pada pagi hari. 

III. Sang raja kembali namun merasa lebih geram lagi kepada Haman. Semakin 

dia memikirkan Haman, semakin buruklah dalam pandangannya Haman dan 

apa yang telah dilakukannya. Baru belakangan ini segala sesuatu yang 

dikatakan dan diperbuat Haman, bahkan yang paling jahat sekalipun, 

diterima dengan baik dan diartikan dengan cara yang menguntungkan 

baginya. Kini, sebaliknya, apa yang dilakukan oleh Haman yang bukan hanya 

tidak mengandung kesalahan, namun  juga yang merupakan tanda pertobatan, 

diterima dengan buruk, dan tanpa alasan apa pun diartikan dengan cara 

yang merugikan baginya. Ia berbaring ketakutan di bawah kaki Ester, untuk 

memohon pengampunan nyawanya. Apa? seru sang raja, Masih jugakah ia 

hendak menggagahi sang ratu di dalam istanaku sendiri? Bukan berarti sang 

raja berpikir bahwa Haman mempunyai niat seperti itu. namun  setelah 

merenungkan rancangan Haman untuk membunuh sang ratu, dan sebab  

mendapati dia dalam sikap tubuh ini, maka raja mengambil kesempatan dari 

situ untuk melampiaskan kemarahannya terhadap Haman seperti itu, 

sebagai orang yang tidak akan segan-segan melakukan kejahatan yang paling 

besar dan paling kurang ajar. “Ia telah merancang untuk membunuh sang 

ratu, dan membunuhnya bersamaku di dalam istanaku sendiri. Apakah dia 

dengan cara yang sama akan memerkosanya juga? Astaga! Mencabuli dia 

terlebih dahulu dan kemudian membunuhnya? Orang yang berencana 

menghabisi nyawa sang ratu dapat dicurigai berencana menodai 

kesuciannya.” 

IV. Orang-orang di sekitar raja siap menjadi alat penyalur murkanya. Para 

pejabat istana yang dahulu memuja Haman ketika dia menjadi matahari 

terbit, menetapkan hati untuk melawannya setelah sekarang ia menjadi 

bintang yang jatuh, dan bahkan senang atas kesempatan untuk 

meruntuhkannya. Betapa orang sombong tidak bisa merasa begitu yakin 

akan pengaruh yang mereka pikir mereka miliki.  

1. Segera sesudah sang raja mengucapkan kata-kata yang penuh 

kemarahan, diselubungi oranglah muka Haman, sebagai orang yang 

terhukum, tidak layak lagi untuk melihat raja ataupun dilihat olehnya. 

Mereka menandai dia untuk dihukum mati. Orang-orang yang dihukum 

gantung biasanya ditutupi mukanya. Lihatlah betapa sigapnya para 

hamba itu untuk menangkap isyarat pertama tentang apa yang ada di 

benak raja dalam perkara ini. Turba Romae sequitur fortunam, et semper 

et odit damnatos – Penduduk Roma berubah sikap seiring berubahnya 

wajah keberuntungan, dan selalu menindas yang jatuh. Jika Haman akan 

jatuh, mereka semua berseru, “Jatuhlah dia.” 

2. Salah satu dari orang-orang yang belakangan ini diutus ke rumah 

Haman, untuk menjemput dia ke perjamuan, memberi tahu raja tentang 

tiang yang telah dipersiapkan Haman bagi Mordekhai (ay. 9). sebab  

sekarang Mordekhai disukai semua orang, maka sida-sida itu memuji 

dia. Mordekhai yaitu  orang yang menyelamatkan raja dengan 

pemberitahuannya itu. Dan, sebab  Haman jatuh dalam kehinaan, maka 

diperhatikan segala sesuatu yang bisa dibuat  untuk melawan dia, 

menyulut kemarahan sang raja terhadapnya, dan memenuhi takaran ke-

jahatannya. 

V. Sang raja memberi perintah bahwa Haman harus digantung pada tiangnya 

sendiri, yang kemudian dilakukan sebagaimana mestinya. Haman pun 

bahkan tidak ditanya apa pembelaannya supaya penghakiman ini tidak 

dijatuhkan kepadanya, dan supaya hukuman mati itu tidak dilaksanakan. 

Putusannya singkat – sulakan dia pada tiang itu. Dan pelaksanaannya cepat – 

kemudian Haman disulakan pada tiang (ay. 10). Lihatlah di sini,  

1. Kesombongan menjatuhkan. Ia yang mengharapkan semua orang untuk 

memberinya penghormatan sekarang justru dijadikan bahan tontonan 

yang memalukan bagi dunia, dan dia sendiri dikorbankan untuk balas 

dendamnya. Tuhan  menentang orang yang congkak. Dan orang-orang 

yang ditentang Tuhan  akan mendapati-Nya sebagai yang tak bisa 

ditentang.  

2. Penganiayaan mendatangkan hukuman. Haman dalam banyak hal 

merupakan seorang yang jahat, namun  permusuhannya terhadap jemaat 

Tuhan  yaitu  kejahatannya yang paling menyulut murka. Dan sebab  

itulah Tuhan  yang berhak atas pembalasan di sini mengadakan 

perhitungan dengan dia. Dan, kendati rencana Haman digagalkan, Tuhan  

mengganjar dia menurut kelakukannya yang jahat (Mzm. 28:4).  

3. Kejahatan berbalik kepada orang yang telah merancangnya sendiri. 

Orang fasik terjerat dalam perbuatan tangannya sendiri (Mzm. 7:16-17; 

9:16-17). Haman dengan adil digantung tepat pada tiang yang dengan 

tidak adil telah dipersiapkannya bagi Mordekhai. Seandainya Haman 

tidak mempersiapkan tiang tersebut, mungkin sang raja tidak akan 

berpikiran untuk memerintahkan dia digantung. namun , apabila dia 

mendirikan sebuah tiang bagi orang yang raja berkenan menghormatinya, 

maka sangat wajar kalau raja berpikir bahwa Haman harus disuruh 

mencobanya sendiri, dan melihat apakah itu cocok baginya, melihat 

apakah dia menyukainya. Musuh-musuh jemaat Tuhan  telah sering kali 

tertangkap dalam kecerdikan mereka sendiri seperti itu. Pada pagi hari 

Haman sedang merancang jubah untuk dirinya sendiri dan tiang untuk 

Mordekhai. namun  keadaan telah berbalik. Mordekhai mendapat mahkota, 

sedang  Haman mendapat salib. TUHAN dikenal melalui penghakiman-

penghakiman yang demikian. Lihat Amsal 11:8; 21:18.  

Yang terakhir, kepuasan yang dirasakan raja atas pelaksanaan 

hukuman ini. Maka surutlah panas hati raja, dan tidak sebelum itu. Ia 

sama senangnya dalam memerintahkan Haman untuk digantung seperti 

dalam memerintahkan Mordekhai untuk dihormati. Demikianlah akan 

dilakukan kepada orang yang raja berkenan membalas dendam. Tuhan  

berkata tentang orang fasik (Yeh. 5:13), Aku akan melampiaskan murka-

Ku kepada mereka, sehingga hati-Ku yang panas tenang kembali dan Aku 

merasa puas. 

 


PASAL  8  

alam pasal sebelumnya kita meninggalkan si pembuat rencana digantung, 

dan sekarang kita akan melihat apa yang terjadi dengan rencananya.  

I. Rencananya yaitu  untuk menumpuk harta kekayaan bagi dirinya 

sendiri. Namun semua hartanya, yang telah disita sebab  

pengkhianatan, diberikan kepada Ester dan Mordekhai (ay. 1-2).  

II. Rencananya yaitu  untuk menghancurkan bangsa Yahudi. Dan 

berkenaan dengan hal itu,  

1. Ester dengan sungguh-sungguh memohon agar titah melawan 

mereka itu dibatalkan (ay. 3-6).  

2. Pembatalan ini pada dasarnya dilakukan melalui titah lain, yang 

diumumkan di sini, dengan memberi kuasa kepada bangsa Yahudi 

untuk membela diri terhadap para musuh mereka (ay. 7-14).  

III. Hal ini menimbulkan kegembiraan yang besar bagi bangsa Yahudi dan 

semua teman mereka (ay. 15-17). 

Ester dan Mordekhai Diperkaya 

(8:1-2) 

1 Pada hari itu juga raja Ahasyweros mengaruniakan harta milik Haman, seteru orang 

Yahudi, kepada Ester, sang ratu, dan Mordekhai masuk menghadap raja, sebab  Ester 

telah memberitahukan apa pertalian Mordekhai dengan dia. 2 Maka raja mencabut cincin 

meterai yang diambil dari pada Haman, lalu diserahkannya kepada Mordekhai; dan 

Mordekhai diangkat oleh Ester menjadi kuasa atas harta milik Haman. 

Baru belakangan ini kita mendapati Ester dan Mordekhai bersimbah air mata 

dan dicekam ketakutan, namun  senantiasa berdoa dan berpuasa. Sekarang mari 

kita lihat bagaimana bagi mereka telah terbit terang di dalam kegelapan. Dalam 

perikop ini kita mendapati, 

1. Ester diperkaya. Haman telah digantung sebagai seorang pengkhianat, 

sebab  itu harta miliknya disita oleh pihak istana. Dan raja memberikan 

semuanya kepada Ester, sebagai ganti rugi atas ketakutan yang telah 

ditimbulkan dalam dirinya oleh orang jahat itu dan keresahan yang 

diciptakan orang itu baginya (ay. 1). Semua rumah dan tanah Haman, harta 

bendanya, serta semua uang yang telah ditimbunnya selama dia menjabat 

sebagai perdana menteri kerajaan (yang kita duga tidaklah sedikit), diberi-

kan kepada Ester. Semuanya itu kini milik Ester, ditambahkan kepada 

tunjangan yang telah diperolehnya. Demikianlah kekayaan orang berdosa 

disimpan bagi orang benar, dan orang yang tidak bersalah akan membagi-

bagi uang itu (Ams. 13:22; Ayb. 27:17-18). Apa yang tadinya akan dipakai 

Haman untuk melakukan kejahatan, dipakai Ester untuk melakukan 

kebaikan. Harta benda haruslah dinilai berdasarkan pemakaiannya.  

2. Mordekhai diangkat. Arak-arakannya yang megah, pada pagi ini, melewati 

jalan-jalan kota, hanyalah sekilat atau seberkas kehormatan yang bersinar 

sekilas saja. namun  di sini kita mendapati kenaikan pangkat yang bertahan 

lebih lama dan menguntungkan, yang jalannya dibuka secara 

membahagiakan oleh arak-arakan tadi.  

(1) Mordekhai sekarang diakui sebagai sepupu ratu, yang sampai sekarang, 

kendati Ester telah empat tahun menjadi ratu, sepanjang yang bisa 

disaksikan, tidak diketahui oleh sang raja. Begitu rendah hati, begitu 

sederhana, orang yang bernama Mordekhai ini, dan begitu jauh dari 

hasrat untuk menduduki jabatan di istana, hingga dia menyembunyikan 

hubungannya dengan sang ratu dan kewajiban-kewajiban sang ratu 

kepadanya sebagai penjaganya, dan tidak pernah memanfaatkan 

pengaruh sang ratu demi keuntungan pribadinya. Siapakah selain 

Mordekhai yang dapat memberikan perhatian yang begitu kecil terhadap 

kehormatan yang begitu besar? namun  kini dia dibawa masuk 

menghadap raja, diperkenalkan, seperti kita katakan, untuk mencium 

tangan sang raja. Sebab sekarang, pada akhirnya, Ester memberitahukan 

apa pertalian Mordekhai dengan dia, bukan hanya saudara dekatnya, me-

lainkan juga teman terbaik yang dimilikinya di dalam dunia, yang 

mengasuhnya ketika dia seorang yatim piatu, dan yang masih 

dihormatinya sebagai seorang ayah. Kini sang raja mendapati dirinya, 

demi istrinya, lebih terdorong dibandingkan  yang dia pikirkan sebelumnya 

untuk bersuka dalam memberikan kehormatan kepada Mordekhai. 

Betapa besar jasa orang itu, yang kepadanya baik raja maupun ratu benar-

benar berutang nyawa! Setelah dibawa masuk menghadap raja, tak diragu-

kan lagi Mordekhai berlutut dan sujud kepadanya, kendati dia tidak mau 

melakukannya kepada Haman seorang Amalek.  

(2) Raja membuat cincin meterai untuknya sebagai ganti Haman. Semua 

kepercayaan yang telah diserahkan sang raja kepada Haman, dan semua 

kekuasaan yang telah dia berikan kepadanya, kini dipindahkan kepada 

Mordekhai. Sebab cincin yang telah diambil sang raja dari Haman 

diberikannya kepada Mordekhai, dan ia menjadikan orang yang dapat 

dipercaya dan rendah hati ini sebagai orang kesayangannya, orang 

kepercayaannya, dan wakilnya, seperti yang pernah dilakukan kepada si 

bedebah yang sombong dan pengkhianat itu. Suatu perubahan yang 

menggembirakan telah diadakan oleh sang raja berkenaan dengan 

teman-teman dekatnya, sehingga tidak diragukan lagi, dia dan rakyatnya 

segera mengetahuinya.  

(3) Sang ratu di sini menjadikan Mordekhai sebagai pengurus untuk 

mengelola semua harta kekayaan Haman, dan untuk membuat semuanya 

itu tetap menjadi milik Mordekhai sendiri. Ester mengangkat Mordekhai 

menjadi kuasa atas harta milik Haman. Lihatlah betapa sia-sianya 

mengumpulkan harta di bumi. Orang yang menimbun kekayaan tidak 

tahu siapa yang meraupnya nanti (Mzm. 39:7), dan bukan hanya apakah 

dia menjadi orang berhikmat atau bodoh (Pkh. 2:19), melainkan juga 

apakah dia akan menjadi seorang kawan atau lawan. Betapa Haman akan 

memandang harta bendanya dengan perasaan yang tidak begitu senang, 

bahkan dengan rasa kesal yang terus-menerus, seandainya ia dapat 

mengetahui terlebih dahulu bahwa Mordekhai, orang yang ia benci 

melebihi semua orang di dunia, akan berkuasa atas segala usaha yang 

telah dia lakukan, dan yang di dalamnya Haman menyangka bahwa dia 

telah menunjukkan dirinya bijak! Oleh sebab  itu, sudah menjadi 

kepentingan kita untuk memastikan bahwa kita mengumpulkan 

kekayaan yang tidak akan kita tinggalkan, melainkan yang akan 

menyertai kita ke dunia yang akan datang. 

Orang-orang Yahudi Didorong untuk Membela Diri 

(8:3-14) 

3 Kemudian Ester berkata lagi kepada raja sambil sujud pada kakinya dan menangis 

memohon karunianya, supaya dibatalkannya maksud jahat Haman, orang Agag itu, serta 

rancangan yang sudah dibuatnya terhadap orang Yahudi. 4 Maka raja mengulurkan 

tongkat emas kepada Ester, lalu bangkitlah Ester dan berdiri di hadapan raja, 5 serta 

sembahnya: “Jikalau baik pada pemandangan raja dan jikalau hamba mendapat kasih raja, 

dan hal ini kiranya dipandang benar oleh raja dan raja berkenan kepada hamba, maka 

hendaklah dikeluarkan surat titah untuk menarik kembali surat-surat yang berisi 

rancangan Haman bin Hamedata, orang Agag itu, yang ditulisnya untuk membinasakan 

orang Yahudi di dalam semua daerah kerajaan. 6 sebab  bagaimana hamba dapat melihat 

malapetaka yang menimpa bangsa hamba dan bagaimana hamba dapat melihat 

kebinasaan sanak saudara hamba?” 7 Maka jawab raja Ahasyweros kepada Ester, sang 

ratu, serta kepada Mordekhai, orang Yahudi itu: “Harta milik Haman telah kukaruniakan 

kepada Ester, dan Haman sendiri telah disulakan pada tiang sebab  ia sudah mengacung-

kan tangannya kepada orang Yahudi. 8 Tuliskanlah atas nama raja apa yang kamu 

pandang baik tentang orang Yahudi dan meteraikanlah surat itu dengan cincin meterai 

raja, sebab  surat yang dituliskan atas nama raja dan dimeteraikan dengan cincin meterai 

raja tidak dapat ditarik kembali.” 9 Pada waktu itu juga dipanggillah para panitera raja, 

dalam bulan yang ketiga – yaitu  bulan Siwan – pada tanggal dua puluh tiga, dan sesuai 

dengan segala yang diperintahkan Mordekhai ditulislah surat kepada orang Yahudi, dan 

kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India sampai 

ke Etiopia, seratus dua puluh tujuh daerah, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya 

dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga kepada orang Yahudi menurut 

tulisan dan bahasanya. 10 Maka ditulislah pesan atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai 

dengan cincin meterai raja, lalu dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat yang 

berkuda, yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas yang diternakkan di pekudaan, 

dikirimkanlah surat-surat 11 yang isinya: raja mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota 

untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh atau 

membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan wanita -wanita , dari 

bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka, dan untuk merampas harta miliknya, 

12 pada hari yang sama di segala daerah raja Ahasyweros, pada tanggal tiga belas bulan 

yang kedua belas, yaitu  bulan Adar. 13 Salinan pesan tertulis itu harus diundangkan di 

tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, dan orang Yahudi harus bersiap-

siap untuk hari itu akan melakukan pembalasan kepada musuhnya. 14 Maka dengan 

terburu-buru dan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat yang mengendarai 

kuda kerajaan yang tangkas itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di 

dalam benteng Susan. 

Haman, sang musuh utama orang Yahudi, telah digantung, sementara Mordekhai 

dan Ester, teman-teman utama orang Yahudi, telah terlindungi dengan cukup. 

namun  ada banyak orang lain yang berada di dalam wilayah kekuasaan raja yang 

membenci orang Yahudi dan menginginkan kehancuran mereka. Dan orang-

orang Yahudi selebihnya diperhadapkan pada kegeraman dan kebencian 

mereka. Sebab titah melawan orang Yahudi masih berlaku, dan untuk 

melaksanakannya, para musuh mereka pada hari yang telah ditentukan akan 

menyerang mereka, dan mereka akan dianggap sebagai pemberontak terhadap 

raja dan pemerintahannya jika mereka sampai berani melawan dan mengangkat 

senjata untuk membela diri. Untuk mencegah hal ini,  

I. Sang ratu di sini mengajukan permohonan dengan penuh perasaan dan 

desakan. Ia datang ke hadapan raja, untuk kedua kalinya, tanpa dipanggil 

(ay. 3), dan seperti sebelumnya didorong untuk menyampaikan 

permohonannya, dengan diulurkannya tongkat emas raja kepadanya (ay. 4). 

Permohonannya yaitu  agar sang raja, setelah menyingkirkan Haman, mau 

menyingkirkan kejahatan Haman dan rancangannya melawan orang Yahudi, 

agar rancangan itu tidak terjadi sekarang setelah dia disingkirkan. Banyak

kejahatan orang tetap ada setelah orang itu sendiri tiada, dan kekejian yang 

dirancangnya bekerja ketika dia telah tiada. Apa yang direncanakan dan 

ditulis oleh seseorang bisa saja, setelah kematiannya, entah sangat 

bermanfaat atau sangat merusak. Oleh sebab itu, dalam hal ini dituntut 

bahwa, untuk menggagalkan rencana Haman, Ester dan Mordekhai harus 

memohon karunia lebih lanjut kepada raja, agar melalui titah lain sang raja 

berkenan menarik kembali surat-surat perintah yang telah dibuat dan ditulis 

oleh Haman. Ester tidak mengatakan yang telah disetujui dan disahkan raja 

dengan meterainya sendiri. Dia menyerahkan kepada hati nurani raja sendiri 

untuk mengatakannya. Melalui surat-surat itu Haman mengambil jalan yang 

jitu untuk membinasakan orang Yahudi di dalam semua daerah kerajaan (ay. 

5). Jika sang raja memang, seperti yang tampak demikian, merasa terganggu 

dengan terbitnya titah seperti itu, maka sekurang-kurangnya dia dapat 

mencabut kembali titah itu. Sebab apa itu pertobatan, kalau bukan 

membatalkan kembali, dengan segenap kekuatan kita, kesalahan yang telah 

kita lakukan?  

1. Permohonan ini disampaikan Ester dengan segenap hati: Dia sujud pada 

kaki raja dan menangis memohon karunianya (ay. 3), setiap tetes air 

mata sama berharganya seperti mutiara yang menghiasi dirinya. Inilah 

saatnya untuk bersungguh-sungguh ketika nasib jemaat Tuhan  sedang 

dipertaruhkan. Janganlah ada orang yang merasa begitu tinggi sehingga 

tidak mau membungkuk, atau merasa begitu gembira sehingga tidak 

mau menangis, ketika dengan berbuat demikian mereka dapat 

melakukan suatu pelayanan kepada jemaat dan umat Tuhan . Ester, 

kendati dirinya sendiri aman, jatuh tersungkur, dan memohon dengan 

air mata bagi pembebasan bangsanya.  

2. Ester mengungkapkannya dengan sikap yang sangat tunduk dan rasa 

hormat yang mendalam kepada raja dan hikmat serta kehendaknya (ay. 

5): Jikalau baik pada pemandangan raja dan jikalau hamba mendapat 

kasih raja, dan sekali lagi, “Jikalau hal ini kiranya dipandang benar dan 

masuk akal oleh raja, dan jika raja berkenan kepada hamba yang 

memohonkannya, sudilah kiranya titah itu dicabut.” Bahkan ketika di 

pihak kita ada alasan dan keadilan yang sangat kuat, dan perkara yang 

sangat jelas untuk diajukan, hendaklah kita berbicara kepada atasan kita 

dengan rendah hati dan bersahaja, dan dengan segala rasa hormat, dan 

tidak berbicara seperti orang yang menuntut padahal kita sedang 

memohon. Tidak ada ruginya bersikap sopan dan mengikuti tata krama. 

Sama seperti jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, 

demikian pula permohonan yang lemah lembut akan dikabulkan.  

3. Ester menguatkan permohonannya dengan seruan yang menyedihkan: 

“sebab  bagaimana hamba dapat melihat malapetaka yang menimpa 

bangsa hamba? Hanya sedikit saja penghiburan yang hamba dapatkan 

dengan menyelamatkan nyawa hamba sendiri, jika hamba tidak berhasil 

menyelamatkan nyawa mereka. Lebih baik hamba ikut berbagi dalam 

malapetaka itu dibandingkan  melihatnya menimpa mereka. Sebab bagaimana 

hamba dapat melihat kebinasaan sanak saudara hamba, yang begitu 

berharga bagi hamba?” Ester, seorang ratu, mengakui sanak saudaranya 

yang malang, dan berbicara tentang mereka dengan kepedulian yang 

sangat lembut. Pada saat itulah kata-katanya bercampur dengan air 

matanya, bahwa ia menangis dan memohon belas kasihan. Kita tidak 

membaca tentang adanya air mata ketika dia memohon supaya 

nyawanya sendiri diluputkan, namun , sebab  sekarang dia yakin bahwa 

nyawanya akan selamat, dia menangis bagi nyawa bangsanya. Air mata 

yang penuh belas kasihan dan kelemah-lembutan yaitu  sikap yang 

paling serupa dengan Kristus. Orang-orang yang sungguh-sungguh 

peduli terhadap kebaikan bersama akan lebih memilih mati di garis 

akhir dibandingkan  hidup untuk melihat keruntuhan jemaat Tuhan  dan kehan-

curan negeri mereka. Orang-orang yang berjiwa lembut tidak dapat 

tahan membayangkan kehancuran bangsa dan sanak saudara mereka, 

dan sebab nya tidak berani melewatkan kesempatan untuk memberi 

mereka kelepasan. 

II. Sang raja di sini mengambil suatu tindakan untuk mencegah malapetaka 

yang telah dirancang oleh Haman.  

1. Sang raja tahu, dan memberi tahu sang ratu, bahwa menurut undang-

undang pemerintahan Persia, titah sebelumnya tidak dapat dibatalkan 

(ay. 8): Apa yang dituliskan atas nama raja dan dimeteraikan dengan 

cincin meterai raja tidak boleh, dengan alasan apa pun, ditarik kembali. 

Ini merupakan aturan yang mendasar dari piagam mereka, bahwa sekali 

mendapat persetujuan raja, hukum atau ketetapan tidak boleh dicabut 

atau ditarik, penghakiman tidak boleh dihapuskan, dan putusan tidak 

boleh dibatalkan (Dan. 6:16). Hal ini sama sekali tidak menunjukkan 

hikmat dan kehormatan orang-orang Media dan Persia, namun  

sesungguhnya justru menunjukkan kesombongan dan kebodohan 

mereka, dan sebagai akibatnya cela bagi mereka. Suatu hal yang konyol 

dengan sendirinya bagi siapa saja, atau bagi sekumpulan orang, untuk 

mengaku-aku memiliki hikmat yang begitu kebal dari kekeliruan, sehing-

ga dapat meramalkan segala akibat dari apa yang mereka tetapkan. Oleh 

sebab  itu tidaklah adil, dan berbahaya bagi umat manusia, apabila 

mereka mengaku-aku memiliki kekuasaan yang begitu berdaulat hingga 

ketetapan mereka tidak dapat dicabut kembali, entah akibat-akibatnya 

baik atau buruk. Ini terasa seperti kelancangan yang diperbuat pada 

zaman dulu kala itu, yang telah menghancurkan kita semua: Kita akan 

menjadi seperti Tuhan . Jauh lebih bijak ketentuan dalam undang-undang 

kita, bahwa tidak boleh ada hukum yang, dengan kata-kata atau hak apa 

pun, tidak dapat dicabut, sama seperti tidak boleh ada harta benda yang 

tidak dapat disita. Cujus est instruere, ejus est destruere – hak untuk 

memberlakukan menyiratkan hak untuk mencabut. Hak istimewa Tuhan  

sajalah untuk tidak pernah menyesal, dan mengatakan apa yang tidak 

akan pernah dapat diubah atau dibatalkan.  

2. Namun demikian, sang raja menemukan cara yang bijaksana untuk 

membatalkan rencana-rencana Haman, dan menggagalkan 

rancangannya, dengan menandatangani dan menerbitkan titah lain yang 

memberi kuasa kepada orang-orang Yahudi untuk membela diri, vim vi 

repellere, et invasorem occidere – untuk melawan kekuatan dengan 

kekuatan, dan menghancurkan pihak penyerang. Hal ini akan berhasil 

membuat mereka aman. Sang raja menunjukkan kepada Ester dan 

Mordekhai bahwa dia sudah melakukan apa yang cukup untuk meyakin-

kan mereka akan kepeduliannya terhadap bangsa Yahudi, sebab dia 

telah memerintahkan orang kepercayaannya untuk digantung, sebab  ia 

sudah mengacungkan tangannya kepada orang Yahudi (ay. 7). Dan 

sebab  itu sang raja akan berbuat sekuat tenaga untuk melindungi 

mereka. Sang raja menyerahkan sepenuhnya kepada Ester dan 

Mordekhai untuk menggunakan nama dan kuasanya untuk 

membebaskan orang Yahudi, sama seperti sebelumnya dia telah 

menyerahkan kepada Haman untuk menggunakan nama dan kuasanya 

untuk menghancurkan mereka: “Tuliskanlah apa yang kamu pandang 

baik tentang orang Yahudi (ay. 8), hanya selamatkanlah kehormatan dari 

undang-undang kami. Hendaklah malapetaka itu disingkirkan dengan 

setuntas mungkin tanpa membatalkan surat-surat perintah.” Para 

panitera kerajaan diperintahkan untuk berkumpul dan menuliskan titah 

ini pada tanggal dua puluh tiga dalam bulan yang ketiga (ay. 9), sekitar 

dua bulan sesudah pengumuman titah sebelumnya, namun  sembilan 

bulan sebelum waktu yang ditetapkan untuk pelaksanaannya. Titah itu 

harus ditulis dan diumumkan dalam bahasa masing-masing dari semua 

wilayah. Bukankah rakyat dari raja di bumi membaca titah-titah sang 

raja dalam bahasa yang mereka pahami? Jadi, masa sabda dan hukum 

Tuhan  harus dikunci dari hamba-hamba-Nya dalam bahasa yang tidak 

dikenal? Titah tersebut harus ditujukan kepada para pejabat yang 

bersangkutan dari setiap wilayah, baik kepada para penegak hukum 

maupun kepada para kepala daerah. Titah tersebut harus disebar 

dengan penuh perhatian ke seluruh wilayah kekuasaan raja, dan salinan-

salinan aslinya harus dikirim cepat ke semua wilayah. Tujuan dari titah 

ini yaitu  untuk memberikan kuasa kepada orang-orang Yahudi, pada 

hari yang telah ditetapkan bagi kehancuran mereka, untuk berkumpul 

dan bersatu demi membela diri. Dan,  

(1) Untuk mempertahankan hidup mereka, supaya siapa pun yang 

menyerang mereka, orang itu sendiri yang akan menanggung 

akibatnya.  

(2) Mereka tidak hanya boleh bertindak membela diri, namun  juga 

memunahkan, membunuh atau membinasakan segala tentara, bahkan 

anak-anak dan wanita -wanita  yang hendak menyerang 

mereka (ay. 11), dan dengan demikian melakukan pembalasan kepada 

musuh mereka (ay. 13). Dan, jika mereka mau, mereka boleh 

memperkaya diri melalui para musuh mereka, sebab  mereka diberi 

kuasa untuk mengambil barang-barang musuh sebagai jarahan. Nah,  

[1] Hal ini menunjukkan kebaikan sang raja kepada orang-orang 

Yahudi, dan menyediakan sarana yang memadai bagi 

keselamatan mereka. Sebab titah yang terakhir akan dipandang  

secara tahu sama tahu sebagai pencabutan titah sebelumnya, 

kendati tidak diungkapkan. Namun,  

[2] Hal ini menunjukkan kejanggalan dari perundang-undangan 

mereka dalam perkara ini, bahwa tak satu pun dari titah-titah 

raja dapat dicabut. Sebab ketentuan ini membebani sang raja di 

sini untuk memberlakukan perang saudara di dalam wilayah 

kekuasaannya sendiri, antara orang Yahudi dan musuh-musuh 

mereka, sehingga kedua pihak mengangkat senjata dengan 

wewenangnya, namun  juga melawan wewenangnya. Tak ada 

kebaikan yang bisa muncul dari orang yang mengaku-aku 

berhikmat melampaui apa yang diberikan kepadanya. Perjalanan 

besar-besaran diadakan untuk menyebarluaskan titah ini. Sang 

raja sendiri merasa khawatir jangan-jangan suratnya datang 

sangat terlambat, dan suatu malapetaka ditimpakan kepada 

orang-orang Yahudi berdasarkan titah yang dulu, sebelum 

pemberitahuan tentang titah yang ini tiba. Oleh sebab itu atas 

titah raja, dan juga atas perintah Mordekhai, para pesuruh diminta 

bekerja dengan terburu-buru dan tergesa-gesa (ay. 14), dan 

diperlengkapi dengan kuda-kuda yang berlari cepat (ay. 10). Ini 

bukanlah waktu untuk bermain-main ketika begitu banyak nyawa 

terancam bahaya.  

Sukacita Orang Yahudi 

(8:15-17) 

15 Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja dengan memakai pakaian kerajaan dari pada 

kain ungu tua dan kain lenan, dengan memakai tajuk emas yang mengagumkan serta 

jubah dari pada kain lenan halus dan kain ungu muda. Maka kota Susan pun 

bertempiksoraklah dan bersukaria: 16 orang Yahudi telah beroleh kelapangan hati dan 

sukacita, kegirangan dan kehormatan. 17 Demikian juga di tiap-tiap daerah dan di tiap-tiap 

kota, di tempat mana pun titah dan undang-undang raja telah sampai, ada sukacita dan 

kegirangan di antara orang Yahudi, dan perjamuan serta hari gembira; dan lagi banyak 

dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, sebab  mereka ditimpa ketakutan kepada 

orang Yahudi. 

Baru beberapa hari lalu kita mendapati Mordekhai mengenakan kain kabung 

dan semua orang Yahudi berdukacita. namun  di sini suatu perubahan yang penuh 

berkat terjadi, Mordekhai berpakaian jubah ungu dan semua orang Yahudi 

bersukacita. Lihat Mazmur 30:6, 12-13.  

1. Mordekhai berpakaian jubah ungu (ay. 15). Sesudah memperoleh perintah 

untuk melepaskan semua orang Yahudi, dia pun menjadi tenang. Dia 

menanggalkan pakaian kabungnya, dan mengenakan pakaian kerajaan, yang 

entah sesuai dengan kedudukannya atau yang ditetapkan untuknya oleh 

sang raja sebagai orang kepercayaannya. Jubahnya sangat mahal, terbuat 

dari kain ungu tua, kain lenan halus dan kain ungu muda. Demikian pula 

dengan mahkota kecilnya, terbuat dari tajuk emas. Semuanya ini sebenarnya 

tidak layak untuk diperhatikan, namun  benda-benda itu menjadi tanda dari 

perkenanan raja, dan perkenanan raja itu merupakan buah dari perkenanan 

Tuhan  bagi jemaat-Nya. Baiklah keadaan suatu negeri apabila panji-panji 

kehormatan dijadikan sebagai perhiasan untuk kesalehan yang sungguh-

sungguh. Kota Susan merasakan keuntungan yang akan diperolehnya melalui 

pengangkatan Mordekhai, dan sebab nya bertempik sorak dan bersukaria. 

Kota itu tidak hanya gembira pada umumnya dengan terangkatnya 

kebajikan, namun  juga yakin betul, secara khusus, akan masa-masa yang lebih 

baik, sebab  sekarang orang yang begitu baik dipercayai untuk memegang

kuasa. Haman digantung. Dan, bila orang fasik binasa, gemuruhlah sorak-

sorai (Ams. 11:10). Mordekhai diangkat. Dan, jika orang benar bertambah, 

bersukacitalah rakyat.  

2. Orang-orang Yahudi bersukacita (ay. 16-17). Orang-orang Yahudi, yang 

beberapa waktu lalu dinaungi awan gelap, muram dan terhina, sekarang 

beroleh kelapangan hati dan sukacita, kegirangan dan kehormatan, 

perjamuan serta hari gembira. Seandainya mereka tidak terancam dan 

tertekan, mereka tentu tidak akan memiliki kesempatan untuk merasakan 

sukacita yang luar biasa ini. Demikianlah kadang-kadang umat Tuhan  dibuat 

menabur dengan mencucurkan air mata, supaya mereka dapat menuai 

dengan sorak-sorai yang jauh lebih besar. Perubahan keadaan secara tiba-

tiba dan ajaib yang menguntungkan mereka itu banyak menambah sukacita 

mereka. Mereka seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut 

mereka penuh dengan tertawa (Mzm. 126:1-2). Salah satu dampak baik dari 

pembebasan ini yaitu  bahwa banyak dari antara rakyat negeri itu, yang 

baik budi, berkepala dingin, dan cenderung pada kebaikan, menjadi orang 

Yahudi, memeluk agama Yahudi, meninggalkan penyembahan berhala, dan 

menyembah Tuhan  yang benar saja. Haman berupaya untuk memusnahkan 

orang-orang Yahudi, namun  ternyata jumlah mereka malah bertambah sangat 

besar dan banyak orang ditambahkan ke dalam jemaat. Amatilah, ketika ada 

sukacita dan kegirangan di antara orang Yahudi, pada saat itulah banyak dari 

antara rakyat negeri itu masuk Yahudi. Kegembiraan yang tulus dari orang-

orang yang mengaku beragama yaitu  perhiasan yang indah bagi pengakuan 

iman mereka, dan akan mengundang serta mendorong orang lain untuk 

beragama. Alasan yang diberikan di sini mengapa begitu banyak orang 

menjadi Yahudi pada saat ini yaitu  sebab  mereka ditimpa ketakutan 

kepada orang Yahudi. Ketika mereka mengamati betapa Penyelenggaraan 

ilahi secara ajaib telah menjaga mereka dan bekerja bagi mereka pada saat 

yang genting seperti ini,  

(1) Mereka pun memandang hebat orang-orang Yahudi itu, dan menganggap 

berbahagia orang-orang yang ada di antara mereka. Itulah sebabnya 

mereka datang kepada orang Yahudi, seperti yang telah dinubuatkan (Za. 

8:23). Kami mau pergi menyertai kamu, sebab telah kami dengar, telah 

kami lihat, bahwa Tuhan  menyertai kamu, perisai pertolongan dan pedang 

kejayaanmu (Ul. 33:29). Ketika jemaat berjaya, dan mendapat senyuman, 

maka banyak orang akan masuk ke dalamnya, sekalipun mereka akan 

merasa malu terhadapnya ketika ia sedang dilanda kesusahan.  

(2) Mereka memandang tangguh orang-orang Yahudi itu, dan menganggap 

sengsara orang-orang yang melawan mereka. Mereka dengan jelas 

melihat di dalam nasib Haman bahwa, jika ada yang ingin mencelakakan 

orang Yahudi, maka mereka sendiri yang akan menanggung akibatnya. 

Oleh sebab  itu, demi keselamatan mereka sendiri, mereka bergabung 

dengan orang Yahudi. Sungguh bodoh untuk berupaya menentang Tuhan  

Israel, dan sebab nya berhikmatlah untuk mau tunduk kepada-Nya. 

 

 

 

PASAL  9  

alam pasal sebelumnya kita meninggalkan dua titah raja yang berlaku, dan 

keduanya dikeluarkan di benteng Susan. Titah yang pertama tertanggal 

hari ketiga belas bulan pertama, yang menetapkan bahwa pada hari ketiga belas 

bulan kedua belas dan berikutnya, semua orang Yahudi harus dibunuh. 

Sementara titah yang kedua tertanggal hari kedua puluh tiga bulan ketiga, yang 

memberi wewenang kepada orang Yahudi, pada hari yang ditetapkan bagi 

pembantaian mereka, untuk menghunus pedang mereka guna membela diri dan 

menghabisi musuh-musuh mereka sebanyak mungkin. Tidak perlu diragukan 

lagi bahwa hari itu, dan juga hasilnya, sangatlah dinantikan. Perkara orang 

Yahudi akan diuji melalui pertempuran, dan hari untuk bertempur telah 

ditentukan oleh pihak yang berwenang. Musuh-musuh mereka bertekad untuk 

tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan kepada mereka melalui titah 

pertama, dengan harapan bisa mengalahkan orang Yahudi dengan jumlah mere-

ka. Orang Yahudi mengandalkan kebaikan Tuhan  mereka dan keadilan perkara 

mereka, serta bertekad untuk berusaha sekuat tenaga melawan musuh-musuh 

mereka. Akhirnya hari itu pun tiba, dan di dalam pasal ini diceritakan kepada 

kita, 

I. Betapa gemilangnya hari itu, tahun itu, bagi orang Yahudi, dan dua hari 

berikutnya – hari yang penuh kemenangan dan kejayaan, baik di kota 

Susan maupun di semua daerah raja lainnya (ay. 1-19). 

II. Betapa hari itu dijadikan sebagai hari yang harus dikenang oleh 

keturunan mereka, melalui pesta tahunan, untuk memperingati 

pembebasan luar biasa ini, yang disebut “hari raya Purim,” (ay. 20-32). 

Orang Yahudi Mengadakan Pembalasan 

(9:1-19) 

1 Dalam bulan yang kedua belas – yaitu  bulan Adar –, pada hari yang ketiga belas, ketika 

titah serta undang-undang raja akan dilaksanakan, pada hari musuh-musuh orang Yahudi 

berharap mengalahkan orang Yahudi, terjadilah yang sebaliknya: orang Yahudi 

mengalahkan pembenci-pembenci mereka.  

2 Maka berkumpullah orang Yahudi di dalam kota-kotanya di seluruh daerah raja 

Ahasyweros, untuk membunuh orang-orang yang berikhtiar mencelakakan mereka, dan 

tiada seorang pun tahan menghadapi mereka, sebab  ketakutan kepada orang Yahudi 

telah menimpa segala bangsa itu. 3 Dan semua pembesar daerah dan wakil pemerintahan 

dan bupati serta pejabat kerajaan menyokong orang Yahudi, sebab  ketakutan kepada 

Mordekhai telah menimpa mereka. 4 Sebab Mordekhai besar kekuasaannya di dalam 

istana raja dan tersiarlah berita tentang dia ke segenap daerah, sebab  Mordekhai itu ber-

tambah-tambah besar kekuasaannya. 5 Maka orang Yahudi mengalahkan semua 

musuhnya: mereka memukulnya dengan pedang, membunuh dan membinasakannya; 

mereka berbuat sekehendak hatinya terhadap pembenci-pembenci mereka. 6 Di dalam 

benteng Susan saja orang Yahudi membunuh dan membinasakan lima ratus orang. 7 Juga 

Parsandata, Dalfon, Aspata,  

8 Porata, Adalya, Aridata, 9 Parmasta, Arisai, Aridai dan Waizata, 10 kesepuluh anak laki-

laki Haman bin Hamedata, seteru orang Yahudi, dibunuh oleh mereka, namun  kepada 

barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan. 11 Pada hari itu juga jumlah 

orang-orang yang terbunuh di dalam benteng Susan disampaikan ke hadapan raja. 12 Lalu 

titah raja kepada Ester, sang ratu: “Di dalam benteng Susan saja orang Yahudi telah 

membunuh dan membinasakan lima ratus orang beserta kesepuluh anak Haman. Di 

daerah-daerah kerajaan yang lain, entahlah apa yang diperbuat mereka. Dan apakah 

permintaanmu sekarang? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu lagi? 

Niscaya dipenuhi.” 13 Lalu jawab Ester: “Jikalau baik pada pemandangan raja, diizinkanlah 

kiranya kepada orang Yahudi yang di Susan untuk berbuat besok pun sesuai dengan 

undang-undang untuk hari ini, dan kesepuluh anak Haman itu hendaklah disulakan pada 

tiang.” 14 Raja pun menitahkan berbuat demikian; maka undang-undang itu dikeluarkan di 

Susan dan kesepuluh anak Haman disulakan orang. 15 Jadi berkumpullah orang Yahudi 

yang di Susan pada hari yang keempat belas bulan Adar juga dan dibunuhnyalah di Susan 

tiga ratus orang, namun  kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan. 16 

Orang Yahudi yang lain, yang ada di dalam daerah kerajaan, berkumpul dan 

mempertahankan nyawanya serta mendapat keamanan terhadap musuhnya; mereka 

membunuh tujuh puluh lima ribu orang di antara pembenci-pembenci mereka, namun  

kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan. 17 Hal itu terjadi pada 

hari yang ketiga belas dalam bulan Adar. Pada hari yang keempat belas berhentilah 

mereka dan hari itu dijadikan mereka hari perjamuan dan sukacita.  

18 Akan namun  orang Yahudi yang di Susan berkumpul, baik pada hari yang ketiga belas, 

baik pada hari yang keempat belas dalam bulan itu. Lalu berhentilah mereka pada hari 

yang kelima belas dan hari itu dijadikan mereka hari perjamuan dan sukacita. 19 Oleh 

sebab itu orang Yahudi yang di pedusunan, yaitu  yang diam di perkampungan merayakan 

hari yang keempat belas bulan Adar itu sebagai hari sukacita dan hari perjamuan, dan 

sebagai hari gembira untuk antar-mengantar makanan. 

Di dalam perikop ini kita mendapati pertempuran yang menentukan antara 

orang Yahudi dan musuh-musuh mereka, dan yang dimenangkan oleh orang 

Yahudi. Kedua belah pihak tidak dikejutkan oleh pertempuran itu, sebab  

mereka sudah diberi tahu tentangnya jauh-jauh hari, sehingga pertempuran itu 

merupakan adu ketangkasan yang adil di antara mereka. Masing-masing pihak 

juga tidak bisa menyebut pihak lawan sebagai pemberontak, sebab  keduanya 

didukung oleh wewenang kerajaan. 

I. Musuh-musuh orang Yahudi merupakan pihak penyerang. Mereka berharap, 

tanpa memedulikan titah yang terakhir, untuk mengalahkan orang Yahudi, 

berdasarkan titah sebelumnya (ay. 1), dan dengan demikian mereka pun 

menyerang orang Yahudi. Orang Yahudi berkumpul dan bersatu melawan 

musuh-musuh, yang berikhtiar mencelakakan mereka (ay. 2). Di dalam 

Alkitab bahasa Aram disebutkan bahwa tidak seorang pun muncul melawan 

orang Yahudi selain orang Amalek, yang sudah kehilangan akal sehat dan 

dikeraskan hatinya, sama seperti Firaun, untuk melawan orang Israel, 

sehingga mereka mengangkat senjata menuju kebinasaan mereka sendiri. 

Ada sebagian orang yang memendam kebencian yang begitu berurat akar 

dan tidak dapat dihilangkan terhadap orang Yahudi, sehingga kejatuhan 

Haman dan pengangkatan Mordekhai bukannya menyadarkan mereka, 

namun  hanya justru menjengkelkan mereka, dan membuat mereka semakin 

geram dan bertekad untuk menggorok leher semua orang Yahudi. Anak-anak 

Haman, secara khusus, bersumpah untuk menuntut balas atas kematian 

ayah mereka dan melanjutkan rancangannya, yang mereka sebut mulia dan 

berani, tidak peduli bahaya apa pun yang bisa menimpa mereka. Untuk 

mencapai tujuan ini, mereka telah menggalang kekuatan baik di Susan 

maupun di daerah-daerah lain. Mereka akan tetap bertempur, meskipun 

mereka melihat dengan jelas bahwa Tuhan  Sang Penyelenggara bertempur 

melawan mereka. Demikianlah mereka telah kehilangan akal sehat sehingga 

menuju kebinasaan mereka sendiri. Seandainya saja mereka mau berdiam 

diri, dan tidak mengupayakan apa pun melawan umat Tuhan , maka tak 

sehelai pun rambut di kepala mereka akan jatuh ke tanah. Akan namun , me-

reka tidak dapat meyakinkan diri untuk melakukan hal itu. Mereka ingin ikut 

campur, meskipun itu terbukti mendatangkan kehancuran bagi diri mereka 

sendiri. Dan mereka ingin menggelindingkan batu berat yang membebani, 

yang hanya akan berbalik menimpa diri mereka sendiri. 

II.  namun  orang Yahudilah yang menjadi pemenang. Tepat pada hari ketika 

titah raja untuk menghancurkan orang Yahudi dilaksanakan, dan yang 

disangka musuh akan menjadi hari mereka, ternyata hari itu merupakan hari 

Tuhan  (Mzm. 37:13). Terjadilah yang sebaliknya dari apa yang diharapkan, 

dan orang Yahudi mengalahkan pembenci-pembenci mereka (ay. 1). Di sini 

kita diberi tahu,

1. Apa yang dilakukan orang Yahudi bagi diri mereka sendiri (ay. 2): Maka 

berkumpullah orang Yahudi di dalam kota-kotanya, bergabung menjadi 

satu, dan siap membela diri, tidak menyerang siapa pun, namun  

menentang semuanya. Seandainya mereka tidak mendapat surat kuasa, 

maka mereka tentu tidak akan berani melakukannya. namun , sebab  

didukung oleh surat kuasa itu, mereka melawan secara sah menurut 

hukum. Andai kata mereka bertindak secara terpisah, dengan setiap 

keluarga bertindak sendiri-sendiri, mereka akan menjadi mangsa yang 

empuk bagi musuh-musuh mereka. namun  dengan bertindak bersama-

sama, dan berkumpul di kota-kota mereka, mereka menguatkan satu 

sama lain, dan berani menghadapi musuh-musuh mereka. Vis unita 

fortior – kekuatan akan bekerja paling dahsyat apabila digabungkan. 

Orang-orang yang menulis tentang keadaan orang Yahudi pada masa kini 

mengajukan hal ini sebagai alasan mengapa, meskipun jumlah orang 

Yahudi sangat banyak di berbagai belahan dunia, dan juga sangat kaya, 

namun mereka begitu hina, yaitu sebab  mereka pada umumnya begitu 

mementingkan diri sendiri hingga tidak dapat bersatu. Selain itu, sebab  

berada di bawah kutuk yang membuat mereka tercerai-berai, mereka 

tidak dapat bersatu, atau (seperti di sini) berkumpul bersama. Sebab, 

seandainya dapat bersatu, mereka bisa saja dengan jumlah dan kekayaan 

mereka mengancam negara-negara yang paling kuat sekalipun. 

2. Apa yang dilakukan para penguasa daerah bagi orang Yahudi di bawah 

pengaruh Mordekhai. Semua pejabat raja yang, melalui titah berdarah 

itu, diperintahkan untuk membantu mempercepat kehancuran mereka 

(3:12-13), mematuhi titah yang terakhir, yang sebab  menentang titah 

sebelumnya, maka perkara itu terbuka untuk didukung siapa saja, dan 

mereka bebas mendukung titah yang mana saja. Dan mereka menyokong 

orang Yahudi, sehingga nasib baik pun berpihak kepada orang Yahudi 

(ay. 3). Biasanya daerah-daerah akan mengikuti apa yang cenderung 

diperbuat oleh para penguasa daerah, dan oleh sebab itu tindakan 

mereka yang mendukung orang Yahudi akan sangat menguntungkan 

orang Yahudi. Akan namun , mengapa mereka membantu orang Yahudi? 

Bukan sebab  mereka berbaik hati kepada orang Yahudi, melainkan 

sebab  ketakutan kepada Mordekhai telah menimpa mereka, sebab 

Mordekhai jelas-jelas mendapat dukungan baik dari Tuhan  maupun raja. 

Mereka semua beranggapan bahwa sudah menjadi kepentingan mereka 

untuk menolong sahabat-sahabat Mordekhai. Bukan sebab  saja ia 

mempunyai kuasa yang besar di istana, dan disanjung-sanjung oleh 

kalangan istana, sebagaimana dengan banyak orang yang sebenarnya 

tidak mempunyai nilai hakiki untuk menunjang nama baik mereka, 

melainkan juga sebab  tersiarlah dari sana berita tentang dia serta 

hikmat dan kebajikannya ke segenap daerah. Di mana-mana ia dipuji 

sebagai orang yang mulia. Ia juga dipandang sebagai orang yang 

berkembang dengan pesat, dan yang bertambah-tambah besar 

kekuasaannya (ay. 4). Maka dari itu, sebab  ketakutan kepadanya semua 

pejabat raja turut membantu orang Yahudi. Orang-orang besar, melalui 

pengaruh mereka, dapat berbuat banyak kebaikan. Banyak orang yang 

tidak takut kepada Tuhan  akan gentar kepada mereka. 

3. Apa yang diperbuat Tuhan  bagi mereka: Ketakutan kepada orang Yahudi 

telah ditimpakan Tuhan  atas segala bangsa itu (ay. 2), sama seperti orang 

Kanaan dibuat takut terhadap Israel (Yos. 2:9; 5:1). Akibatnya, meskipun 

mereka begitu bersikeras untuk menyerang orang Yahudi, namun 

mereka tidak memiliki keberanian untuk melancarkan serangan itu. Hati 

mereka menjadi tawar ketika mereka datang untuk bertempur, dan 

semua orang yang gagah perkasa kehilangan kekuatannya. 

4. Bagaimana orang Yahudi kemudian melaksanakan serangan itu: Tiada 

seorang pun tahan menghadapi mereka (ay. 2), sebaliknya, mereka 

berbuat sekehendak hatinya terhadap pembenci-pembenci mereka (ay. 5). 

Betapa orang Yahudi secara mengherankan dikuatkan dan dibuat 

bersemangat, sedang  musuh-musuh mereka dilemahkan dan dibuat 

berkecil hati, hingga tidak satu pun dari mereka yang telah mencari 

kehancuran diri sendiri itu terluput dari maut. Sebaliknya, orang Yahudi 

mengalahkan mereka dan memukul mereka dengan pedang. Secara 

khusus, 

(1) Pada hari ketiga belas bulan Adar, di kota Susan saja mereka 

membunuh lima ratus orang (ay. 6) beserta kesepuluh anak laki-laki 

Haman (ay. 10). Ketika membaca Kitab Ester ini pada hari raya 

Purim, orang Yahudi diwajibkan membaca nama kesepuluh anak 

laki-laki Haman dalam satu tarikan napas sekaligus, sebab  mereka 

berkata bahwa kesepuluh orang itu dibunuh secara serentak, dan se-

muanya mengembuskan napas terakhir tepat pada saat yang sama 

(Buxt. Synag. Jud. c. 24). Dalam Alkitab bahasa Aram disebutkan 

bahwa, ketika kesepuluh orang ini dibunuh, Zeresh bersama tujuh 

puluh anak Haman yang lain berhasil melarikan diri, dan di 

kemudian hari mengemis dari pintu ke pintu. 

(2) Pada hari keempat belas, di Susan mereka membunuh tiga ratus 

orang lagi, yang telah berhasil lolos dari pedang pada serangan hari 

sebelumnya (ay. 15). Hal ini bisa mereka lakukan berkat izin yang 

diperoleh Ester dari raja, yang semakin menimbulkan kengerian bagi 

musuh-musuh mereka, dan meremukkan sampai sehabis-habisnya 

segolongan orang yang sangat jahat itu. Raja telah mencatat jumlah 

orang yang dibunuh dengan pedang pada hari pertama (ay. 11), dan 

memberitahukannya kepada Ester (ay. 12), lalu menanyakan apa lagi 

yang diinginkannya. “Tidak ada,” jawab Ester, “selain perintah untuk 

berbuat hal yang sama pada hari lain.” Ester tentu tidak tergolong 

orang yang haus darah, atau yang bersuka dalam pembantaian 

besar-besaran, namun  ia mempunyai alasan yang sangat baik yang 

membuat hatinya tergerak untuk mengajukan permintaan ini. Ia juga 

ingin agar kesepuluh mayat anak laki-laki Haman digantung di tiang 

tempat ayah mereka disula, untuk semakin mempermalukan 

keluarga mereka dan semakin mendatangkan kengerian bagi pihak 

yang mengikuti mereka (ay. 13). Maka hal itu pun dilaksanakan 

sesuai permintaannya (ay. 14). Diduga bahwa kesepuluh anak 

Haman digantung dengan rantai dan dibiarkan tergantung selama 

beberapa waktu. 

(3) Orang Yahudi di daerah menaati perintah yang diberikan kepada 

mereka, dan tidak membunuh musuh-musuh lebih dari yang telah 

dibunuh pada hari ketiga belas. Jumlah keseluruhannya di semua 

daerah yaitu  tujuh puluh lima ribu orang (ay. 16). Jika semuanya ini 

yaitu  orang Amalek (seperti yang dikatakan orang Yahudi), maka 

tentu sekaranglah saatnya ingatan kepada Amalek dihapuskan sama 

sekali (Kel. 17:14). Bagaimanapun juga, apa yang membenarkan 

orang Yahudi dalam membunuh begitu banyak orang yaitu  sebab  

mereka memang pantas dan perlu melakukannya demi membela 

diri. Mereka mempertahankan nyawa mereka, diberi wewenang 

untuk berbuat demikian oleh hukum mempertahankan diri, seperti 

juga oleh titah raja. 

(4) Di dalam sejumlah serangan ini, dicatat bahwa kepada barang 

rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan (ay. 10, 15-16). 

Perintah raja telah memberi mereka wewenang untuk merampas 

harta milik musuh-musuh mereka (8:11), dan sungguh baik 

kesempatan yang mereka miliki untuk memperkaya diri dengan 

harta itu. Seandainya kelompok Haman menang, maka tidak 

diragukan lagi mereka akan memanfaatkan wewenang mereka untuk 

merampas semua harta milik orang Yahudi (3:13). namun  orang Ya-

hudi tidak mau berbuat demikian terhadap mereka, 

[1] Supaya mereka, bagi kehormatan agama mereka, dapat 

menunjukkan kepada semua orang bahwa mereka secara kudus 

sangat memandang hina kekayaan duniawi, dengan mencontoh 

Abraham, bapa leluhur mereka, yang tidak sudi memperkaya diri 

dengan hasil jarahan Sodom. 

[2] Supaya mereka dapat memperlihatkan bahwa mereka tidak 

mempunyai tujuan apa pun selain kelangsungan hidup mereka 

sendiri. Dan mereka memanfaatkan pengaruh mereka di istana 

demi menyelamatkan nyawa mereka, bukan demi 

memperbanyak harta mereka. 

[3] Perintah itu memberi mereka kuasa untuk membinasakan 

keluarga musuh-musuh mereka, bahkan anak-anak dan 

wanita -wanita  (8:11). Namun, rasa kemanusiaan 

mereka melarang mereka berbuat demikian, walaupun perintah 

itu dirancang untuk menentang keluarga musuh-musuh mereka. 

Orang Yahudi tidak membunuh siapa pun selain orang-orang 

yang mereka dapati bersenjata. Oleh sebab itu, mereka tidak 

mengambil barang rampasan, namun  meninggalkannya untuk 

para wanita  dan anak-anak, yang mereka biarkan hidup, 

untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Jika tidak demikian, 

lebih baik membunuh mereka dibandingkan  membiarkan mereka 

kelaparan, atau mencabut nyawa mereka dibandingkan  merampas 

penghidupan mereka. Dalam hal ini mereka bertindak dengan 

pertimbangan dan belas kasihan yang patut ditiru. 

5. Betapa besar kepuasan yang mereka peroleh melalui pembebasan 

mereka. Orang Yahudi di pedesaan menyapu bersih musuh-musuh 

mereka pada hari ketiga belas bulan itu, dan mereka beristirahat pada 

hari keempat belas (ay. 17), lalu menjadikannya sebagai hari 

pengucapan syukur (ay. 19). Orang Yahudi di Susan, kota kerajaan, 

membutuhkan dua hari untuk melaksanakan serangan mereka, sehingga 

mereka beristirahat pada hari kelima belas dan menjadikannya sebagai 

hari pengucapan syukur mereka (ay. 18). Orang-orang Yahudi baik yang 

di pedesaan maupun yang di kota Susan merayakan pesta tepat sehari 

sesudah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka dan mencapai tujuan 

mereka. Apabila kita telah menerima belas kasih yang menakjubkan dari 

Tuhan , kita harus sigap dan segera belas kasih-Nya dengan ucapan syukur 

kita, sementara rahmat itu masih segar dalam ingatan dan kesan-

kesannya masih sangat terasa. 



Hari Raya Purim 

(9:20-32) 

20 Maka Mordekhai menuliskan peristiwa itu, lalu mengirimkan surat-surat kepada semua 

orang Yahudi di seluruh daerah raja Ahasyweros, baik yang dekat baik yang jauh, 21 untuk 

mewajibkan mereka, supaya tiap-tiap tahun merayakan hari yang keempat belas dan 

yang kelima belas bulan Adar, 22 sebab  pada hari-hari itulah orang Yahudi mendapat 

keamanan terhadap musuhnya dan dalam bulan itulah dukacita mereka berubah menjadi 

sukacita dan hari perkabungan menjadi hari gembira, dan supaya menjadikan hari-hari 

itu hari perjamuan dan sukacita dan hari untuk antar-mengantar makanan dan untuk 

bersedekah kepada orang-orang miskin. 23 Maka orang Yahudi menerima sebagai 

ketetapan apa yang sudah dimulai mereka melakukannya dan apa yang ditulis Mordekhai 

kepada mereka. 24 Sesungguhnya Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru semua orang 

Yahudi itu, telah merancangkan hendak membinasakan orang Yahudi dan dia pun telah 

membuang pur – yaitu  undi – untuk menghancurkan dan membinasakan mereka, 25 akan 

namun  ketika hal itu disampaikan ke hadapan raja, maka dititahkannyalah dengan surat, 

supaya rancangan jahat yang dibuat Haman terhadap orang Yahudi itu dibalikkan ke atas 

kepalanya. Maka Haman beserta anak-anaknya disulakan pada tiang. 26 Oleh sebab itulah 

hari-hari itu disebut Purim, menurut kata pur. Oleh sebab itu jugalah, yaitu  sebab  se-

luruh isi surat itu dan sebab  apa yang dilihat mereka mengenai hal itu dan apa yang 

dialami mereka, 27 orang Yahudi menerima sebagai kewajiban dan sebagai ketetapan bagi 

dirinya sendiri dan keturunannya dan bagi sekalian orang yang akan bergabung dengan 

mereka, bahwa mereka tidak akan melampaui merayakan kedua hari itu tiap-tiap tahun, 

menurut yang dituliskan tentang itu dan pada waktu yang ditentukan, 28 dan bahwa hari-

hari itu akan diperingati dan dirayakan di dalam tiap-tiap angkatan, di dalam tiap-tiap 

kaum, di tiap-tiap daerah, di tiap-tiap kota, sehingga hari-hari Purim itu tidak akan lenyap 

dari tengah-tengah orang Yahudi dan peringatannya tidak akan berakhir dari antara 

keturunan mereka. 29 Lalu Ester, sang ratu, anak Abihail, menulis surat, bersama-sama 

dengan Mordekhai, orang Yahudi itu; surat yang kedua tentang hari raya Purim ini 

dituliskannya dengan segala ketegasan untuk menguatkannya. 30 Lalu dikirimkanlah 

surat-surat kepada semua orang Yahudi di dalam keseratus dua puluh tujuh daerah 

kerajaan Ahasyweros, dengan kata-kata salam dan setia, 31 supaya hari-hari Purim itu 

dirayakan pada waktu yang ditentukan, seperti yang diwajibkan kepada mereka oleh 

Mordekhai, orang Yahudi itu, dan oleh Ester, sang ratu, dan seperti yang diwajibkan 

mereka kepada dirinya sendiri serta keturunan mereka, mengenai hal berpuasa dan 

meratap-ratap. 32 Demikianlah perintah Ester menetapkan perihal Purim itu, kemudian 

dituliskan di dalam kitab. 

Kita dapat membayangkan betapa tergerak hati Mordekhai dan Ester oleh sorak 

kemenangan orang Yahudi atas musuh-musuh mereka. Dan bagaimana mereka 

melihat hasil dari hari yang menentukan itu dengan rasa puas yang sebanding 

dengan kekhawatiran dan kecemasan yang mereka rasakan dalam 

menantikannya. Betapa hati mereka dilapangkan dengan sukacita di dalam Tuhan  

dan keselamatan-Nya, dan betapa nyanyian-nyanyian pujian baru mengalun dari 

mulut mereka! namun  di dalam perikop ini kita diberi tahu cara apa yang mereka 

ambil untuk menyebarluaskan berita itu di antara bangsa mereka, dan untuk 

meneruskan peringatan akan peristiwa itu kepada keturunan mereka, bagi 

kehormatan Tuhan  dan untuk mendorong umat-Nya agar senantiasa percaya 

kepada-Nya. 

I. Sejarah tentang pembebasan itu dicatat, dan salinan-salinannya disebarkan 

kepada semua orang Yahudi di semua daerah kerajaan, baik yang dekat baik 

yang jauh (ay. 20). Mereka semua mengetahui sedikit banyak tentang kisah 

itu, sebab  ikut terlibat langsung di dalamnya. Melalui titah pertama, mereka 

dibuat sadar akan bahaya yang mengancam mereka, dan melalui titah kedua, 

mereka dibuat sadar akan pembebasan mereka. Namun, bagaimana 

perubahan keadaan yang menakjubkan ini terjadi, mereka tidak bisa berkata 

apa-apa. Oleh sebab  itu Mordekhai menuliskan peristiwa itu. Dan jika Kitab 

Ester ini sama dengan apa yang dituliskan Mordekhai, seperti pendapat 

banyak penafsir, saya tidak bisa tidak mengamati betapa berbedanya gaya 

penulisan Mordekhai dan gaya penulisan Nehemia. Nehemia, setiap kali 

terjadi perubahan, memberi perhatian terhadap Penyelenggaraan ilahi dan 

tangan Tuhan nya yang murah yang melindungi dia, sikap yang sangat patut 

untuk menggugah rasa kesalehan dalam hati para pembacanya. Sebaliknya, 

Mordekhai sama sekali tidak pernah menyebutkan nama Tuhan  dalam 

seluruh kisah yang ditulisnya. Nehemia menulis kitabnya di Yerusalem, 

tempat agama dijunjung tinggi dan hawanya terasa dalam perilaku hidup 

sehari-hari. Sementara Mordekhai menulis kitabnya di istana Susan, tempat 

kebijakan duniawi lebih bertakhta dibandingkan  kesalehan, dan ia menulis sesuai 

dengan kecondongan tempat tersebut. Bahkan orang-orang yang 

mempunyai akar agama cenderung kehilangan rasa agama, dan membiarkan 

daunnya layu, ketika mereka bergaul akrab dengan orang-orang yang tidak 

begitu beragama. Anjurkanlah gaya penulisan Nehemia kepada saya, itulah 

yang akan saya tiru. Namun belajarlah dari Mordekhai bahwa orang bisa saja 

benar-benar saleh meskipun mereka tidak sering memperlihatkan dan 

mengungkapkan kesalehan mereka. Oleh sebab itu, janganlah kita 

menghakimi atau memandang rendah saudara-saudara seiman kita. Akan 

namun , sebab  terdapat begitu sedikit bahasa Kanaan di dalam kitab ini, 

banyak penafsir berpendapat bahwa kitab ini tidak ditulis oleh Mordekhai, 

namun  merupakan kutipan dari catatan harian raja-raja Persia, yang mem-

berikan penjelasan tentang kenyataan yang terjadi, dan diulas dengan baik 

oleh orang Yahudi sendiri. 

II. Sebuah perayaan ditetapkan, untuk dijalankan setiap tahun oleh orang 

Yahudi dari angkatan ke angkatan, sebagai peringatan akan perbuatan ajaib 

yang diadakan Tuhan  bagi mereka ini, supaya anak-anak, yang akan lahir 

kelak dapat mengetahuinya, dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, 

supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Tuhan  (Mzm. 78:6-7). Perayaan 

ini ditetapkan bagi kehormatan Tuhan  sebagai pelindung umat-Nya, dan bagi 

kehormatan Israel sebagai umat yang diperhatikan sorga. Perayaan ini juga 

merupakan peneguhan atas kesetiaan terhadap kovenan Tuhan , undangan 

bagi orang-orang asing untuk datang dan mengikat kovenan itu, serta 

dorongan bagi umat Tuhan  sendiri untuk dengan riang hati bergantung pada 

hikmat, kuasa, dan kebaikan-Nya pada masa-masa yang tersulit. Keturunan 

mereka akan meraup manfaat dari pembebasan ini, dan oleh sebab itu harus 

merayakan peringatan tentangnya. Nah, mengenai perayaan ini kita diberi 

tahu di sini, 

1. Kapan perayaan itu harus dijalankan – setiap tahun pada hari yang 

keempat belas dan yang kelima belas bulan Adar atau bulan kedua belas, 

yaitu hanya satu bulan sebelum Paskah (ay. 21). Dengan demikian, bulan 

pertama dan bulan terakhir setiap tahun diperingati untuk mengenang 

bulan-bulan yang sudah berlalu, bahkan hari-hari ketika Tuhan  

melindungi mereka. Mereka merayakan dua hari sekaligus sebagai hari 

pengucapan syukur, dan tidak menganggapnya terlampau lama untuk 

dilewatkan dengan memuji Tuhan . Janganlah kita terlampau kikir dalam 

memberikan balasan berupa pujian kepada Dia yang melimpahkan 

perkenanan-Nya dengan begitu murah hati atas diri kita. Amatilah, 

mereka tidak memperingati hari ketika mereka bertempur, melainkan 

hari ketika mereka beristirahat, dan pada hari ke lima belas bagi orang-

orang yang di Susan, dan kedua hari itu mereka rayakan. Hari Sabat 

ditetapkan bukan pada hari Tuhan  merampungkan pekerjaan-Nya, 

melainkan pada hari ketika Ia berhenti darinya. Orang Yahudi masa kini 

memperingati hari ketiga belas, yaitu hari yang ditetapkan bagi 

kehancuran mereka, sebagai hari untuk berpuasa, dengan mendasarkan 

kebiasaan itu pada ayat 31, mengenai hal berpuasa dan meratap-ratap. 

Namun, puasa itu sebenarnya merujuk kepada apa yang terjadi pada hari 

kesesakan mereka (4:3, 16), yang tidak boleh dilanjutkan ketika Tuhan  

telah mengubah puasa mereka menjadi kegirangan dan sukacita (Za. 

8:19). 

2. Bagaimana hari itu disebut – hari raya Purim (ay. 26), yang diambil dari 

kata Pur, istilah Persia yang berarti undi, sebab dengan membuang 

undilah Haman menetapkan hari ini sebagai hari untuk memunahkan 

bangsa Yahudi. namun  Tuhan, yang menentukan undi itu, telah 

menetapkannya sebagai hari kemenangan orang Yahudi. Nama hari raya 

ini akan mengingatkan mereka kepada kekuasaan Tuhan  Israel yang ber-

daulat, yang memenuhi tujuan-tujuan-Nya sendiri melalui takhayul 

bodoh bangsa kafir, dan yang menang akal atas orang-orang yang pada 

setiap bulan baru memberitahukan apa yang akan terjadi (Yes. 47:13). Ia 

melakukannya dengan meniadakan tanda-tanda peramal pembohong dan 

mempermain-mainkan tukang-tukang tenung (Yes. 44:25-26). 

3. Oleh siapa hari raya itu ditetapkan dan diberlakukan. Perayaan itu 

bukanlah ketetapan ilahi, dan sebab  itu tidak disebut hari yang kudus, 

melainkan ketetapan manusia, yang olehnya hari itu dibuat menjadi hari 

gembira (ay. 19, 22). 

(1) Orang Yahudi menetapkan perayaan itu, dan menerimanya sebagai 

kewajiban bagi diri mereka sendiri (ay. 27), dengan sukarela 

menerima sebagai ketetapan apa yang sudah dimulai (ay. 23). Mereka 

mengikat diri pada ketetapan ini atas persetujuan bersama. 

(2) Mordekhai dan Ester mengukuhkan keputusan mereka, supaya 

perayaan itu dapat semakin mengikat keturunan mereka, dan dapat 

diikuti dengan baik sebab  dianjurkan oleh kedua nama besar itu. 

Mereka menulis, 

[1] Dengan segala ketegasan (ay. 29), seperti yang sudah selayaknya, 

sebab  Ester yaitu  ratu dan Mordekhai perdana menteri negeri 

itu. Sungguh baik apabila orang-orang yang berwenang 

menggunakan wewenang mereka untuk mengesahkan hal yang 

baik. 

[2] Dengan kata-kata salam dan setia. Walaupun menulis dengan 

wewenang, mereka juga menulis dengan kelembutan, bukan 

dengan berlagak berkuasa atau memaksakan kehendak, 

melainkan dengan bahasa yang begitu rupa seperti yang 

digunakan dalam sidang di Yerusalem dalam ketetapan mereka 

(Kis. 15:29): “Jikalau kamu berbuat ini dan itu, kamu berbuat 

baik. Sekianlah, selamat.” Demikianlah gaya penulisan surat-

surat ini, atau gaya pengucapan salam perpisahannya: Mudah-

mudahan TUHAN menunjukkan kasih dan setia kepadamu. 

4. Oleh siapa hari raya itu harus dijalankan – oleh semua orang Yahudi, oleh 

keturunan mereka, dan oleh sekalian orang yang akan bergabung dengan 

mereka (ay. 27). Pelaksanaan hari raya ini harus dijalankan oleh semua 

orang dan secara terus-menerus. Orang-orang yang baru memeluk 

agama Yahudi harus menjalankannya, sebagai tanda ketulusan kasih 

sayang mereka terhadap bangsa Yahudi dan tanda bahwa mereka telah 

menyatukan kepentingan-kepentingan mereka dengan bangsa Yahudi. 

Kesehatian dalam sukacita dan puji-pujian merupakan salah satu bagian 

dari persekutuan orang-orang kudus. 

5. Mengapa hari raya itu harus dijalankan – supaya peringatan akan 

perkara-perkara besar yang telah diadakan Tuhan  bagi jemaat-Nya tidak 

akan pernah berakhir dari antara keturunan mereka (ay. 28). Tuhan  tidak 

mengadakan mujizat hanya untuk satu hari, namun  harus senantiasa 

diingat untuk selamanya. Segala sesuatu yang dilakukan Tuhan  akan tetap 

ada untuk selamanya, dan oleh sebab itu harus senantiasa diingat (Pkh. 

3:14). Di dalam perkara ini mereka akan mengingat,  

(1) Perbuatan-perbuatan jahat Haman terhadap jemaat, yang 

mendatangkan cela bagi dirinya untuk selamanya (ay. 24): Sebab ia 

telah merancangkan hendak membinasakan orang Yahudi . Biarlah hal 

ini senantiasa diingat, supaya umat Tuhan  tidak pernah merasa aman 

selama mereka mempunyai musuh-musuh yang demikian jahat, yang 

harus betul-betul mereka waspadai. Tidak tanggung-tanggung, para 

musuh mereka mengincar kebinasaan mereka. Oleh sebab itu, 

kepada Tuhan lah hendaknya mereka menggantungkan keselamatan. 

(2) Jasa-jasa Ester bagi jemaat, yang membawa kehormatan abadi 

baginya. Ketika Ester, dengan mempertaruhkan nyawanya, datang ke 

hadapan raja, sang raja mencabut kembali titah itu (ay. 25). Hal ini 

juga harus diingat, supaya di mana pun pesta ini dirayakan, dan 

sejarah ini dibacakan sebagai penjelasan tentang perayaan itu, apa 

yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia. Per-

buatan-perbuatan baik yang dilakukan bagi Israel kepunyaan Tuhan  

haruslah diingat, untuk mendorong orang lain agar berbuat serupa. 

Tuhan  tidak akan melupakan semua perbuatan itu, dan oleh sebab  

itu kita juga tidak boleh melupakannya. 

(3) Doa-doa orang Yahudi sendiri, dan jawaban yang diberikan terhadap 

doa-doa itu (ay. 31): Mengenai hal berpuasa dan meratap-ratap. 

Semakin banyak seruan yang kita naikkan dalam kesesakan kita, dan 

semakin banyak doa yang kita panjatkan memohon pembebasan, 

semakin kita wajib bersyukur kepada Tuhan  atas pembebasan itu. 

Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, dan kemudian persem-

bahkanlah syukur sebagai korban kepada Tuhan . 

6. Bagaimana hari raya itu harus dijalankan. Dan mengenai hal ini marilah 

kita lihat, 

(1) Apa yang diperintahkan di sini, yang merupakan sesuatu yang sangat 

baik, yaitu bahwa mereka harus menjadikannya sebagai, 

[1] Hari yang penuh kegembiraan, hari perjamuan dan sukacita (ay. 

22), dan untuk tertawa orang menghidangkan makanan (Pkh. 

10:19). Ketika Tuhan  memberi kita alasan untuk bersukacita, 

mengapa kita tidak mengungkapkan sukacita kita? 

[2] Hari untuk bermurah hati, untuk antar-mengantar makanan, 

sebagai tanda rasa senang dan saling menghormati, dan tanda 

bahwa melalui pembebasan ini dan segala bahaya serta 

pembebasan lain yang mereka alami bersama, hubungan mereka 

satu sama lain semakin dipererat dalam kasih. Sesama sahabat 

akan saling berbagi kebaikan. 

[3] Hari untuk beramal, untuk bersedekah kepada orang-orang 

miskin. Bukan hanya kepada kaum keluarga kita dan tetangga-

tetangga kita yang kaya saja kita harus mengirimkan hadiah, 

melainkan juga kepada orang-orang miskin dan orang-orang 

cacat (Luk. 14:12-13). Orang-orang yang telah menerima belas 

kasihan haruslah, sebagai tanda syukur, menunjukkan belas 

kasihan juga. Dan kita tidak akan pernah kekurangan kesempat-

an untuk berbuat demikian, sebab orang miskin senantiasa ada 

pada kita. Ucapan syukur dan bersedekah harus berjalan 

beriringan, supaya ketika kita sedang bersukacita dan memuji 

Tuhan , hati orang miskin dapat bersukacita bersama kita dan 

keturunan mereka dapat mendoakan yang baik untuk kita. 

(2) Apa yang ditambahkan ke dalam perayaan ini, yang merupakan 

sesuatu yang jauh lebih baik. Pada perayaan itu, setiap hari mereka 

senantiasa membacakan seluruh kisah tentang pembebasan itu di 

tempat ibadah, dan memanjatkan tiga doa kepada Tuhan . Dalam doa 

pertama, mereka memuji Tuhan  sebab  menganggap mereka layak 

untuk menghadiri ibadah ilahi ini. Dalam doa kedua, mereka 

mengucap syukur kepada-Nya atas pemeliharaan ajaib yang 

diberikan kepada nenek moyang mereka. Dalam doa ketiga, mereka 

memuji Dia sebab  mereka masih hidup untuk menjalankan satu 

perayaan lagi untuk mengingat peristiwa itu. Demikianlah menurut 

pendapat Uskup Patrick. 

(3) Bagaimana perayaan itu mengalami kemerosotan sejak saat itu, yang 

merupakan sesuatu yang jauh lebih buruk. Para penulis Yahudi 

sendiri mengakui bahwa pesta ini biasanya dirayakan di antara 

mereka dengan kerakusan, mabuk-mabukan, dan kegaduhan yang 

berlebihan. Kitab Talmud mereka berkata dengan jelas bahwa pada 

hari raya Purim, seorang laki-laki harus minum-minum sampai ia 

tidak bisa lagi membedakan antara terkutuklah Haman dan 

diberkatilah Mordekhai. Lihatlah bagaimana sesuatu yang pada 

awalnya dimaksudkan dengan baik sering kali dibawa menjadi buruk 

oleh kodrat manusia yang bobrok dan jahat. Di sini perayaan agama 

diubah menjadi pesta pora, hura-hura yang sejadi-jadinya, seperti 

yang juga dilakukan oleh golongan tertentu di antara kita. Tidak ada 

yang lebih memurnikan hati dan menghiasi agama dibandingkan  sukacita 

yang kudus. Dan tidak ada yang lebih mencemarkan hati dan 

mencela agama dibandingkan  keriangan duniawi dan kesenangan badani. 

Corruptio optimi est pessima – Apa yang terbaik, apabila dirusak, akan 

menjadi yang terburuk. 

 

PASAL  10  

ni hanya merupakan bagian dari sebuah pasal. Sisanya, dimulai dari ayat 4 

dan enam pasal berikutnya, sebab  hanya bisa ditemukan dalam bahasa 

Yunani, ditolak sebagai kitab-kitab Apokrif. Di dalam ketiga ayat ini kita hanya 

mendapatkan beberapa petunjuk singkat, 

I. Mengenai Ahasyweros di atas takhtanya, betapa ia yaitu  raja yang 

perkasa (ay. 1-2). 

II. Mengenai Mordekhai orang kesayangannya, betapa ia menjadi berkat 

yang istimewa bagi bangsanya (ay. 2-3). 

Kemuliaan Mordekhai 

(10:1-3) 

1 Maka raja Ahasyweros mengenakan upeti atas negeri dan daerah-daerah pesisir juga. 2 

Segala perbuatannya yang hebat serta gagah dan pemberitaan yang seksama tentang 

kebesaran yang dikaruniakan raja kepada Mordekhai, bukankah semuanya itu tertulis di 

dalam kitab sejarah raja-raja Media dan Persia? 3 sebab  Mordekhai, orang Yahudi itu, 

menjadi orang kedua di bawah raja Ahasyweros, dan ia dihormati oleh orang Yahudi serta 

disukai oleh banyak sanak saudaranya, sebab ia mengikhtiarkan yang baik bagi bangsa-

nya dan berbicara untuk keselamatan bagi semua orang sebangsanya. 

Di dalam perikop ini diceritakan kepada kita, 

I.  Betapa Ahasyweros yaitu  raja yang besar dan berkuasa. Wilayah 

kekuasaannya sangat luas, baik di daerah-daerah pedalaman maupun di 

daerah-daerah pesisir, yang darinya ia memperoleh pendapatan yang besar. 

Selain pajak-pajak umum yang biasa ditarik oleh para raja Persia (Ezr. 4:13), 

ia mengenakan tambahan upeti kepada rakyatnya, untuk memenuhi suatu 

kebutuhannya yang tinggi akan uang (ay. 1): Raja Ahasyweros mengenakan 

upeti. Berbahagialah negeri kita, yang tidak perlu membayar upeti selain apa 

yang sudah ditentukan oleh para wakil rakyat dan orang-orang yang telah 

dipilihnya sendiri. Dan yang tidak diperas atau ditindas oleh kekuasaan yang 

sewenang-wenang, seperti halnya beberapa bangsa di sekitar kita. Selain 

contoh tentang keagungan Ahasyweros ini, banyak lagi contoh yang bisa 

diberikan, yang merupakan segala perbuatannya yang hebat serta gagah. 

Namun demikian, semuanya ini dianggap tidak layak dicatat di sini dalam 

sejarah suci, yang terbatas untuk orang Yahudi saja, dan yang menceritakan 

berbagai perkara dari bangsa-bangsa lain hanya sejauh itu bersinggungan 

dengan perkara-perkara mereka. Namun, segala perbuatan yang hebat dan 

gagah itu tertulis di dalam kitab sejarah raja-raja Media dan Persia (ay. 2), 

yang sudah sejak lama hilang dan terlupakan, sementara apa yang tertulis 

dalam Kitab Suci tetap hidup, hidup dalam kehormatan, dan akan senantiasa 

hidup sampai habisnya waktu. Ketika kerajaan manusia, raja-raja, dan 

singgasana dihancurkan, dan lenyaplah ingatan kepadanya (Mzm. 9:7), 

kerajaan Tuhan  di antara manusia, dan catatan-catatan mengenai kerajaan 

itu, akan tetap ada sampai seumur langit (Dan. 2:44). 

II. Betapa Mordekhai yaitu  orang yang besar dan baik. 

1. Mordekhai yaitu  orang yang besar. Sungguh baik apabila orang melihat 

kebajikan dan kesalehan dihormati seperti itu. 

(1) Ia menjadi orang besar bersama raja, menjadi orang kedua di bawah 

raja, sebagai orang yang sangat disukai dan dipercaya olehnya. 

Sudah lama Mordekhai duduk dengan puas hati di pintu gerbang 

istana raja, dan sekarang pada akhirnya ia dinaikkan pangkatnya 

menjadi kepala dewan raja. Orang-orang yang berjasa bisa saja 

untuk sementara waktu tampak seakan terkubur hidup-hidup. 

Namun sering kali, melalui satu atau lain cara, mereka ditemukan 

dan ditinggikan pada akhirnya. Pemberitaan tentang kebesaran yang 

dikaruniakan raja kepada Mordekhai tertulis di dalam kitab sejarah 

raja-raja, sebagai hal yang paling terus dikenang dan berperan bagi 

pencapaian-pencapaian besar sang raja. Ahasyweros belum pernah 

melakukan perbuatan-perbuatan yang hebat seperti itu sebelum 

Mordekhai menjadi tangan kanannya. 

(2) Mordekhai dihormati oleh orang Yahudi (ay. 3). Ia tidak saja menjadi 

orang besar di atas mereka, lebih terhormat dibandingkan  siapa pun di 

antara mereka, namun  juga besar bersama mereka, disayangi oleh 

mereka, akrab dengan mereka, dan sangat dihormati oleh mereka. 

Mereka sama sekali tidak iri terhadap kedudukannya yang tinggi, 

namun  justru bersukacita atas hal itu. Dan mereka menambahkan 

kedudukan yang tinggi itu dengan memberinya wewenang atas 

mereka dan menyerahkan semua perkara mereka kepada 

bimbingannya. 

2. Mordekhai yaitu  orang yang baik, sangat baik, sebab ia berbuat baik. 

Kebaikan ini membuatnya sungguh-sungguh besar, dan kemudian 

kebesarannya memberinya peluang untuk mengerjakan kebaikan yang 

jauh lebih besar lagi. Ketika raja meninggikan dia, 

(1) Ia tidak menyangkal orang Yahudi, bangsanya sendiri, atau malu 

akan hubungannya dengan mereka, walaupun mereka yaitu  orang 

asing dan tawanan, yang tercerai-berai dan dipandang rendah. Ia 

masih tetap menulis bahwa dirinya yaitu  Mordekhai, orang Yahudi 

itu. Oleh sebab itu, tidak perlu diragukan lagi bahwa ia yaitu  

penganut agama Yahudi, dan melalui kegiatan-kegiatan ibadahnya ia 

membedakan diri dari yang lain, namun itu tidak menjadi 

penghalang bagi kedudukannya, tidak pula dipandang sebagai noda 

baginya. 

(2) Ia tidak mencari kekayaan sendiri, atau menumpuk harta bagi dirinya 

sendiri dan keluarganya, yang menjadi hal utama yang diincar oleh 

kebanyakan orang ketika mereka menduduki tempat-tempat 

terhormat di istana. Sebaliknya, ia memikirkan kesejahteraan 

bangsanya, dan menjadikannya sebagai tugas utamanya. Kekuasaan, 

harta, dan segala pengaruhnya terhadap raja dan ratu 

dimanfaatkannya demi kebaikan bersama. 

(3) Ia tidak saja berbuat baik, namun  juga melakukannya dengan sikap 

merendah. Ia mudah ditemui, berperilaku sopan dan ramah, serta 

berbicara yang baik-baik kepada semua orang yang datang untuk 

mengajukan permohonan kepadanya. Berbuat baik yaitu  hal yang 

paling baik dan utama yang diharapkan dari orang-orang yang 

memiliki kekayaan dan kekuasaan. namun  menyampaikan kata-kata 

yang baik juga patut dipuji, dan membuat perbuatan baik itu 

semakin diterima. 

(4) Ia tidak berpihak kepada suatu golongan dari orang-orang 

sebangsanya melawan golongan lain, tidak pula menjadikan sebagian 

dari mereka sebagai kesayangannya, sementara sebagian yang lain 

diabaikan dan ditindas. Sebaliknya, perbedaan apa pun yang 

terdapat di antara mereka, Mordekhai menjadi ayah bagi mereka 

semua. Ia membuat dirinya diterima oleh banyak sanak saudaranya, 

tidak memandang rendah khalayak ramai, dan berbicara untuk kese-

lamatan bagi semua orang sebangsanya, tanpa membeda-bedakan 

mereka. Dengan membuat dirinya diterima melalui sikap rendah hati 

dan murah hati seperti itu, ia pun diterima oleh semua orang, dan 

semua sanak saudaranya berbicara baik tentang dirinya. Syukur 

kepada Tuhan  kita diberkati dengan pemerintahan sebaik itu, yang 

mengikhtiarkan yang baik bagi bangsa kita dan berbicara untuk 

keselamatan bagi semua orang sebangsa kita. Kiranya Tuhan  terus 

memelihara hal ini untuk waktu yang lama, sangat lama, dan di 

bawah perlindungan serta pengaruh yang membahagiakan dari 

pemerintahan itu, kiranya kita dapat hidup tenang dan tenteram 

dalam segala kesalehan dan kehormatan, dan juga kasih!