tawarikh ester 29
k semakin menggerakkan hati sang raja, Ester mengemukakan,
(1) Bahwa dia dan bangsanya telah dibeli dan dijual. Mereka tidak
menjual diri mereka sendiri sebab suatu pelanggaran terhadap
pemerintah, namun dijual untuk memuaskan kesombongan dan balas
dendam satu orang.
(2) Bahwa bukan hanya kebebasan mereka saja, melainkan juga nyawa
mereka yang dijual. “Seandainya kami dijual,” kata Ester, “untuk
menjadi budak, maka aku tidak akan mengeluh. Sebab pada saatnya
nanti bisa jadi kami akan memperoleh kembali kebebasan kami,
meskipun raja hanya melakukan jual beli yang buruk melaluinya, dan
tidak meningkatkan kekayaannya dengan harga jual kami. Berapa
pun harga yang diterima dengan menjual kami, jika begitu banyak
tangan yang rajin sampai hilang dari kerajaannya, maka itu akan
lebih merusak perbendaharaan istana dan tidak akan bisa ditutupi
oleh harga yang sudah diterima.” Menganiaya orang baik yaitu
tindakan yang selain tidak cerdas juga tidak saleh, dan jelas-jelas me-
rusak kepentingan para raja dan pemerintah. Mereka diperlemah
dan dipermiskin olehnya. namun bukan ini masalahnya. Kami telah
terjual kata Ester, untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan. Maka
inilah saatnya untuk bicara. Ia merujuk kepada perkataan yang ada
dalam surat perintah (3:13), yang tujuannya tidak kurang dari
kehancuran mereka. Hal ini akan menyentuh sisi yang lembut pada
hati raja, jika ia memang memilikinya, dan akan membuat
perasaannya melunak.
III. Sang raja terperanjat atas keluhan itu, dan bertanya (ay. 5): “Siapakah orang
itu dan di manakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat
demikian? Astaga! Merencanakan pembunuhan sang ratu dan semua
temannya? Adakah orang yang demikian, atau lebih tepatnya seorang
monster, di jagad alam ini? Siapakah orang itu dan di manakah dia yang
hatinya penuh dengan niat untuk berbuat demikian?” Atau, siapakah yang
telah memenuhi hatinya. Sang raja terheran-heran,
1. Bahwa ada orang yang bisa begitu jahat hingga memikirkan sesuatu yang
demikian. Iblis tentu telah memenuhi hatinya.
982
2. Bahwa ada orang yang bisa begitu berani untuk berbuat sesuatu yang
demikian, yang hatinya begitu penuh niat untuk berbuat jahat, dan yang
begitu lancang. Perhatikanlah,
(1) Sulit untuk membayangkan bahwa sampai ada kejahatan yang begitu
mengerikan yang dilakukan di dalam dunia ini. Siapakah dia, di
manakah dia, yang berani, yang lancang, mempertanyakan
keberadaan Tuhan dan penyelenggaraan-Nya, mengolok-olok sabda-
Nya, mencemarkan nama-Nya, menganiaya umat-Nya, dan tetap
menantang murka-Nya? Memang ada orang-orang seperti itu, dan
memikirkan mereka saja sudah cukup untuk membuat kita menjadi
gusar (Mzm. 119:53).
(2) Kita kadang-kadang terperanjat mendengar suatu kejahatan
disebutkan, padahal kita sendiri dapat didakwa atas kejahatan itu.
Ahasyweros tercengang mendengar kejahatan yang dia sendiri
bersalah atasnya. Sebab dia telah menyetujui titah berdarah
melawan orang-orang Yahudi itu. Engkaulah orangnya, demikian
Ester bisa saja berkata, dan perkataannya itu sungguh benar.
IV. Ester dengan terus terang mendakwa Haman atas kejahatan itu di depan
mukanya: “Inilah orangnya, biarlah dia membela dirinya sendiri, sebab
itulah alasannya dia diundang: Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman,
orang jahat ini (ay. 6). Dialah yang telah merancang pembunuhan terhadap
kami, dan, yang lebih buruk lagi, yang dengan hina telah menyeret raja untuk
terlibat menjadi particeps criminis – kaki tangan kejahatannya, dengan
menyetujuinya tanpa tahu permasalahannya.”
V. Haman segera sadar akan bahaya yang mengancam dirinya: Ia pun sangatlah
ketakutan di hadapan raja dan ratu. Dan inilah saatnya bagi dia untuk
merasa ketakutan, sebab sang ratu menjadi jaksa penuntutnya, sang raja
menjadi hakimnya, dan hati nuraninya sendiri menjadi saksi melawan dia.
Dan hal-hal mengejutkan yang oleh Tuhan Sang Penyeleggara diizinkan
terjadi melawan dia pada pagi yang sama itu, tidak bisa tidak pasti semakin
menambah ketakutannya. Sekarang ia tidak lagi merasa senang diundang ke
perjamuan minum anggur, namun mendapati dirinya penuh khawatir justru
ketika dia menyangka sedang berada dalam kemewahannya yang berlimpah-
limpah. Kakinya sendiri menyangkutkan dia dalam jaring.
Kitab Ester 7:1-6
983
Haman Digantung pada Tiangnya Sendiri
(7:7-10)
7 Lalu bangkitlah raja dengan panas hatinya dari pada minum anggur dan keluar ke taman
istana; akan namun Haman masih tinggal untuk memohon nyawanya kepada Ester, sang
ratu, sebab ia melihat, bahwa telah putus niat raja untuk mendatangkan celaka
kepadanya. 8 Ketika raja kembali dari taman istana ke dalam ruangan minum anggur,
maka Haman berlutut pada katil tempat Ester berbaring. Maka titah raja: “Masih jugakah
ia hendak menggagahi sang ratu di dalam istanaku sendiri?” Tatkala titah raja itu keluar
dari mulutnya, maka diselubungi oranglah muka Haman. 9 Sembah Harbona, salah
seorang sida-sida yang di hadapan raja: “Lagipula tiang yang dibuat Haman untuk
Mordekhai, orang yang menyelamatkan raja dengan pemberitahuannya itu, telah berdiri
di dekat rumah Haman, lima puluh hasta tingginya.” Lalu titah raja: “Sulakan dia pada
tiang itu.” 10 Kemudian Haman disulakan pada tiang yang didirikannya untuk Mordekhai.
Maka surutlah panas hati raja.
Dalam perikop ini,
I. Sang raja menyingkir dalam amarah. Ia bangkit dari tempat duduknya
dengan sangat geram, dan keluar ke taman istana untuk menenangkan diri
dan mempertimbangkan apa yang harus diperbuat (ay. 7). Ia tidak
memanggil tujuh orang penasihatnya yang arif bijaksana dan mengetahui
kebiasaan zaman, sebab merasa malu untuk meminta petunjuk kepada
mereka tentang cara membatalkan apa yang telah dia lakukan dengan
gegabah tanpa sepengetahuan atau nasihat mereka. namun dia keluar untuk
berjalan di dalam taman sejenak, untuk membandingkan apa yang baru saja
diberitahukan oleh Ester kepadanya dengan apa yang sebelumnya telah
terjadi antara dirinya dan Haman. Dan kita dapat menduga bahwa dia,
1. Jengkel dengan dirinya sendiri, bahwa dia sampai bisa begitu bodoh
hingga menghukum suatu bangsa yang tak bersalah pada kehancuran,
dan ratunya sendiri di antara yang lain, atas saran yang hina dari orang
yang mementingkan diri sendiri, tanpa memeriksa kebenaran dari
tuduhan-tuduhannya. Orang-orang yang melakukan segala sesuatu
dengan keras hati kerap kali merenungkannya sesudahnya dengan
mencela diri sendiri.
2. Jengkel terhadap Haman yang telah menjadi orang kepercayaannya,
bahwa dia sampai bisa menjadi seorang yang begitu jahat hingga
menyalahgunakan pengaruhnya atas diri raja untuk menarik sang raja
agar menyetujui rancangan yang sedemikian jahat. Ketika dia melihat
dirinya dikhianati oleh seseorang yang telah disanjungnya sendiri, dia
pun penuh kemarahan terhadap orang itu. Namun dia tidak mau ber-
bicara apa pun sebelum mengambil waktu untuk berpikir-pikir lagi, untuk
melihat apakah perkaranya akan menjadi lebih baik atau lebih buruk
dibandingkan yang tampak pada awalnya, sehingga dia dapat melanjutkan
tindakannya sebagaimana mestinya. Pada waktu kita marah, kita haruslah
berhenti sejenak sebelum kita sampai kepada suatu keputusan, seperti
orang yang dapat mengendalikan diri dan diatur oleh akal budi.
II. Haman menjadi seorang pemohon yang rendah hati kepada sang ratu agar
nyawanya diampuni. Haman dapat dengan mudah memahami, ketika
melihat sang raja keluar dari ruangan dengan tergesa-gesa, bahwa telah
putus niat raja untuk mendatangkan celaka kepadanya. Sebab kemarahan
raja, raja yang demikian, yaitu seperti raung singa muda dan
seperti bentara maut. Dan sekarang lihatlah,
1. Betapa hinanya Haman terlihat, ketika dia pada awalnya berdiri dan
kemudian jatuh tersungkur di bawah kaki Ester, untuk memohon agar
Ester mau menyelamatkan nyawanya dan mengambil semua yang
dimilikinya. Orang-orang yang paling angkuh, kurang ajar, dan suka
memerintah-merintah ketika mereka berkuasa dan makmur, biasanya
menjadi yang paling hina dan penakut ketika roda nasib berputar
melawan mereka. Pengecut, kata orang, yaitu orang yang paling kejam,
dan kemudian kesadaran akan kekejaman mereka membuat mereka
menjadi semakin pengecut.
2. Betapa agungnya Ester terlihat, padahal baru belakangan ini ia telah
diabaikan dan dihukum untuk dibantai tanquam ovis – seperti seekor
domba. Kini musuh bebuyutannya mengakui bahwa dia bergantung pada
belas kasihan Ester, dan memohon supaya nyawanya diluputkan dari
tangan Ester. Demikianlah Tuhan benar-benar memperhatikan
kerendahan hamba-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang
congkak hatinya (Luk. 1:48, 51). Bandingkan hal ini dengan janji yang
dibuat bagi jemaat di Filadelfia (Why. 3:9), Aku akan menyuruh mereka
dari jemaah Iblis datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku,
bahwa Aku mengasihi engkau. Harinya akan tiba ketika orang-orang yang
membenci dan menganiaya umat pilihan Tuhan akan dengan senang hati
meminta pertolongan mereka. Berikanlah kami sedikit dari minyakmu
itu. Bapa Abraham, suruhlah Lazarus. Orang benar akan memerintah
mereka pada pagi hari.
III. Sang raja kembali namun merasa lebih geram lagi kepada Haman. Semakin
dia memikirkan Haman, semakin buruklah dalam pandangannya Haman dan
apa yang telah dilakukannya. Baru belakangan ini segala sesuatu yang
dikatakan dan diperbuat Haman, bahkan yang paling jahat sekalipun,
diterima dengan baik dan diartikan dengan cara yang menguntungkan
baginya. Kini, sebaliknya, apa yang dilakukan oleh Haman yang bukan hanya
tidak mengandung kesalahan, namun juga yang merupakan tanda pertobatan,
diterima dengan buruk, dan tanpa alasan apa pun diartikan dengan cara
yang merugikan baginya. Ia berbaring ketakutan di bawah kaki Ester, untuk
memohon pengampunan nyawanya. Apa? seru sang raja, Masih jugakah ia
hendak menggagahi sang ratu di dalam istanaku sendiri? Bukan berarti sang
raja berpikir bahwa Haman mempunyai niat seperti itu. namun setelah
merenungkan rancangan Haman untuk membunuh sang ratu, dan sebab
mendapati dia dalam sikap tubuh ini, maka raja mengambil kesempatan dari
situ untuk melampiaskan kemarahannya terhadap Haman seperti itu,
sebagai orang yang tidak akan segan-segan melakukan kejahatan yang paling
besar dan paling kurang ajar. “Ia telah merancang untuk membunuh sang
ratu, dan membunuhnya bersamaku di dalam istanaku sendiri. Apakah dia
dengan cara yang sama akan memerkosanya juga? Astaga! Mencabuli dia
terlebih dahulu dan kemudian membunuhnya? Orang yang berencana
menghabisi nyawa sang ratu dapat dicurigai berencana menodai
kesuciannya.”
IV. Orang-orang di sekitar raja siap menjadi alat penyalur murkanya. Para
pejabat istana yang dahulu memuja Haman ketika dia menjadi matahari
terbit, menetapkan hati untuk melawannya setelah sekarang ia menjadi
bintang yang jatuh, dan bahkan senang atas kesempatan untuk
meruntuhkannya. Betapa orang sombong tidak bisa merasa begitu yakin
akan pengaruh yang mereka pikir mereka miliki.
1. Segera sesudah sang raja mengucapkan kata-kata yang penuh
kemarahan, diselubungi oranglah muka Haman, sebagai orang yang
terhukum, tidak layak lagi untuk melihat raja ataupun dilihat olehnya.
Mereka menandai dia untuk dihukum mati. Orang-orang yang dihukum
gantung biasanya ditutupi mukanya. Lihatlah betapa sigapnya para
hamba itu untuk menangkap isyarat pertama tentang apa yang ada di
benak raja dalam perkara ini. Turba Romae sequitur fortunam, et semper
et odit damnatos – Penduduk Roma berubah sikap seiring berubahnya
wajah keberuntungan, dan selalu menindas yang jatuh. Jika Haman akan
jatuh, mereka semua berseru, “Jatuhlah dia.”
2. Salah satu dari orang-orang yang belakangan ini diutus ke rumah
Haman, untuk menjemput dia ke perjamuan, memberi tahu raja tentang
tiang yang telah dipersiapkan Haman bagi Mordekhai (ay. 9). sebab
sekarang Mordekhai disukai semua orang, maka sida-sida itu memuji
dia. Mordekhai yaitu orang yang menyelamatkan raja dengan
pemberitahuannya itu. Dan, sebab Haman jatuh dalam kehinaan, maka
diperhatikan segala sesuatu yang bisa dibuat untuk melawan dia,
menyulut kemarahan sang raja terhadapnya, dan memenuhi takaran ke-
jahatannya.
V. Sang raja memberi perintah bahwa Haman harus digantung pada tiangnya
sendiri, yang kemudian dilakukan sebagaimana mestinya. Haman pun
bahkan tidak ditanya apa pembelaannya supaya penghakiman ini tidak
dijatuhkan kepadanya, dan supaya hukuman mati itu tidak dilaksanakan.
Putusannya singkat – sulakan dia pada tiang itu. Dan pelaksanaannya cepat –
kemudian Haman disulakan pada tiang (ay. 10). Lihatlah di sini,
1. Kesombongan menjatuhkan. Ia yang mengharapkan semua orang untuk
memberinya penghormatan sekarang justru dijadikan bahan tontonan
yang memalukan bagi dunia, dan dia sendiri dikorbankan untuk balas
dendamnya. Tuhan menentang orang yang congkak. Dan orang-orang
yang ditentang Tuhan akan mendapati-Nya sebagai yang tak bisa
ditentang.
2. Penganiayaan mendatangkan hukuman. Haman dalam banyak hal
merupakan seorang yang jahat, namun permusuhannya terhadap jemaat
Tuhan yaitu kejahatannya yang paling menyulut murka. Dan sebab
itulah Tuhan yang berhak atas pembalasan di sini mengadakan
perhitungan dengan dia. Dan, kendati rencana Haman digagalkan, Tuhan
mengganjar dia menurut kelakukannya yang jahat (Mzm. 28:4).
3. Kejahatan berbalik kepada orang yang telah merancangnya sendiri.
Orang fasik terjerat dalam perbuatan tangannya sendiri (Mzm. 7:16-17;
9:16-17). Haman dengan adil digantung tepat pada tiang yang dengan
tidak adil telah dipersiapkannya bagi Mordekhai. Seandainya Haman
tidak mempersiapkan tiang tersebut, mungkin sang raja tidak akan
berpikiran untuk memerintahkan dia digantung. namun , apabila dia
mendirikan sebuah tiang bagi orang yang raja berkenan menghormatinya,
maka sangat wajar kalau raja berpikir bahwa Haman harus disuruh
mencobanya sendiri, dan melihat apakah itu cocok baginya, melihat
apakah dia menyukainya. Musuh-musuh jemaat Tuhan telah sering kali
tertangkap dalam kecerdikan mereka sendiri seperti itu. Pada pagi hari
Haman sedang merancang jubah untuk dirinya sendiri dan tiang untuk
Mordekhai. namun keadaan telah berbalik. Mordekhai mendapat mahkota,
sedang Haman mendapat salib. TUHAN dikenal melalui penghakiman-
penghakiman yang demikian. Lihat Amsal 11:8; 21:18.
Yang terakhir, kepuasan yang dirasakan raja atas pelaksanaan
hukuman ini. Maka surutlah panas hati raja, dan tidak sebelum itu. Ia
sama senangnya dalam memerintahkan Haman untuk digantung seperti
dalam memerintahkan Mordekhai untuk dihormati. Demikianlah akan
dilakukan kepada orang yang raja berkenan membalas dendam. Tuhan
berkata tentang orang fasik (Yeh. 5:13), Aku akan melampiaskan murka-
Ku kepada mereka, sehingga hati-Ku yang panas tenang kembali dan Aku
merasa puas.
PASAL 8
alam pasal sebelumnya kita meninggalkan si pembuat rencana digantung,
dan sekarang kita akan melihat apa yang terjadi dengan rencananya.
I. Rencananya yaitu untuk menumpuk harta kekayaan bagi dirinya
sendiri. Namun semua hartanya, yang telah disita sebab
pengkhianatan, diberikan kepada Ester dan Mordekhai (ay. 1-2).
II. Rencananya yaitu untuk menghancurkan bangsa Yahudi. Dan
berkenaan dengan hal itu,
1. Ester dengan sungguh-sungguh memohon agar titah melawan
mereka itu dibatalkan (ay. 3-6).
2. Pembatalan ini pada dasarnya dilakukan melalui titah lain, yang
diumumkan di sini, dengan memberi kuasa kepada bangsa Yahudi
untuk membela diri terhadap para musuh mereka (ay. 7-14).
III. Hal ini menimbulkan kegembiraan yang besar bagi bangsa Yahudi dan
semua teman mereka (ay. 15-17).
Ester dan Mordekhai Diperkaya
(8:1-2)
1 Pada hari itu juga raja Ahasyweros mengaruniakan harta milik Haman, seteru orang
Yahudi, kepada Ester, sang ratu, dan Mordekhai masuk menghadap raja, sebab Ester
telah memberitahukan apa pertalian Mordekhai dengan dia. 2 Maka raja mencabut cincin
meterai yang diambil dari pada Haman, lalu diserahkannya kepada Mordekhai; dan
Mordekhai diangkat oleh Ester menjadi kuasa atas harta milik Haman.
Baru belakangan ini kita mendapati Ester dan Mordekhai bersimbah air mata
dan dicekam ketakutan, namun senantiasa berdoa dan berpuasa. Sekarang mari
kita lihat bagaimana bagi mereka telah terbit terang di dalam kegelapan. Dalam
perikop ini kita mendapati,
1. Ester diperkaya. Haman telah digantung sebagai seorang pengkhianat,
sebab itu harta miliknya disita oleh pihak istana. Dan raja memberikan
semuanya kepada Ester, sebagai ganti rugi atas ketakutan yang telah
ditimbulkan dalam dirinya oleh orang jahat itu dan keresahan yang
diciptakan orang itu baginya (ay. 1). Semua rumah dan tanah Haman, harta
bendanya, serta semua uang yang telah ditimbunnya selama dia menjabat
sebagai perdana menteri kerajaan (yang kita duga tidaklah sedikit), diberi-
kan kepada Ester. Semuanya itu kini milik Ester, ditambahkan kepada
tunjangan yang telah diperolehnya. Demikianlah kekayaan orang berdosa
disimpan bagi orang benar, dan orang yang tidak bersalah akan membagi-
bagi uang itu (Ams. 13:22; Ayb. 27:17-18). Apa yang tadinya akan dipakai
Haman untuk melakukan kejahatan, dipakai Ester untuk melakukan
kebaikan. Harta benda haruslah dinilai berdasarkan pemakaiannya.
2. Mordekhai diangkat. Arak-arakannya yang megah, pada pagi ini, melewati
jalan-jalan kota, hanyalah sekilat atau seberkas kehormatan yang bersinar
sekilas saja. namun di sini kita mendapati kenaikan pangkat yang bertahan
lebih lama dan menguntungkan, yang jalannya dibuka secara
membahagiakan oleh arak-arakan tadi.
(1) Mordekhai sekarang diakui sebagai sepupu ratu, yang sampai sekarang,
kendati Ester telah empat tahun menjadi ratu, sepanjang yang bisa
disaksikan, tidak diketahui oleh sang raja. Begitu rendah hati, begitu
sederhana, orang yang bernama Mordekhai ini, dan begitu jauh dari
hasrat untuk menduduki jabatan di istana, hingga dia menyembunyikan
hubungannya dengan sang ratu dan kewajiban-kewajiban sang ratu
kepadanya sebagai penjaganya, dan tidak pernah memanfaatkan
pengaruh sang ratu demi keuntungan pribadinya. Siapakah selain
Mordekhai yang dapat memberikan perhatian yang begitu kecil terhadap
kehormatan yang begitu besar? namun kini dia dibawa masuk
menghadap raja, diperkenalkan, seperti kita katakan, untuk mencium
tangan sang raja. Sebab sekarang, pada akhirnya, Ester memberitahukan
apa pertalian Mordekhai dengan dia, bukan hanya saudara dekatnya, me-
lainkan juga teman terbaik yang dimilikinya di dalam dunia, yang
mengasuhnya ketika dia seorang yatim piatu, dan yang masih
dihormatinya sebagai seorang ayah. Kini sang raja mendapati dirinya,
demi istrinya, lebih terdorong dibandingkan yang dia pikirkan sebelumnya
untuk bersuka dalam memberikan kehormatan kepada Mordekhai.
Betapa besar jasa orang itu, yang kepadanya baik raja maupun ratu benar-
benar berutang nyawa! Setelah dibawa masuk menghadap raja, tak diragu-
kan lagi Mordekhai berlutut dan sujud kepadanya, kendati dia tidak mau
melakukannya kepada Haman seorang Amalek.
(2) Raja membuat cincin meterai untuknya sebagai ganti Haman. Semua
kepercayaan yang telah diserahkan sang raja kepada Haman, dan semua
kekuasaan yang telah dia berikan kepadanya, kini dipindahkan kepada
Mordekhai. Sebab cincin yang telah diambil sang raja dari Haman
diberikannya kepada Mordekhai, dan ia menjadikan orang yang dapat
dipercaya dan rendah hati ini sebagai orang kesayangannya, orang
kepercayaannya, dan wakilnya, seperti yang pernah dilakukan kepada si
bedebah yang sombong dan pengkhianat itu. Suatu perubahan yang
menggembirakan telah diadakan oleh sang raja berkenaan dengan
teman-teman dekatnya, sehingga tidak diragukan lagi, dia dan rakyatnya
segera mengetahuinya.
(3) Sang ratu di sini menjadikan Mordekhai sebagai pengurus untuk
mengelola semua harta kekayaan Haman, dan untuk membuat semuanya
itu tetap menjadi milik Mordekhai sendiri. Ester mengangkat Mordekhai
menjadi kuasa atas harta milik Haman. Lihatlah betapa sia-sianya
mengumpulkan harta di bumi. Orang yang menimbun kekayaan tidak
tahu siapa yang meraupnya nanti (Mzm. 39:7), dan bukan hanya apakah
dia menjadi orang berhikmat atau bodoh (Pkh. 2:19), melainkan juga
apakah dia akan menjadi seorang kawan atau lawan. Betapa Haman akan
memandang harta bendanya dengan perasaan yang tidak begitu senang,
bahkan dengan rasa kesal yang terus-menerus, seandainya ia dapat
mengetahui terlebih dahulu bahwa Mordekhai, orang yang ia benci
melebihi semua orang di dunia, akan berkuasa atas segala usaha yang
telah dia lakukan, dan yang di dalamnya Haman menyangka bahwa dia
telah menunjukkan dirinya bijak! Oleh sebab itu, sudah menjadi
kepentingan kita untuk memastikan bahwa kita mengumpulkan
kekayaan yang tidak akan kita tinggalkan, melainkan yang akan
menyertai kita ke dunia yang akan datang.
Orang-orang Yahudi Didorong untuk Membela Diri
(8:3-14)
3 Kemudian Ester berkata lagi kepada raja sambil sujud pada kakinya dan menangis
memohon karunianya, supaya dibatalkannya maksud jahat Haman, orang Agag itu, serta
rancangan yang sudah dibuatnya terhadap orang Yahudi. 4 Maka raja mengulurkan
tongkat emas kepada Ester, lalu bangkitlah Ester dan berdiri di hadapan raja, 5 serta
sembahnya: “Jikalau baik pada pemandangan raja dan jikalau hamba mendapat kasih raja,
dan hal ini kiranya dipandang benar oleh raja dan raja berkenan kepada hamba, maka
hendaklah dikeluarkan surat titah untuk menarik kembali surat-surat yang berisi
rancangan Haman bin Hamedata, orang Agag itu, yang ditulisnya untuk membinasakan
orang Yahudi di dalam semua daerah kerajaan. 6 sebab bagaimana hamba dapat melihat
malapetaka yang menimpa bangsa hamba dan bagaimana hamba dapat melihat
kebinasaan sanak saudara hamba?” 7 Maka jawab raja Ahasyweros kepada Ester, sang
ratu, serta kepada Mordekhai, orang Yahudi itu: “Harta milik Haman telah kukaruniakan
kepada Ester, dan Haman sendiri telah disulakan pada tiang sebab ia sudah mengacung-
kan tangannya kepada orang Yahudi. 8 Tuliskanlah atas nama raja apa yang kamu
pandang baik tentang orang Yahudi dan meteraikanlah surat itu dengan cincin meterai
raja, sebab surat yang dituliskan atas nama raja dan dimeteraikan dengan cincin meterai
raja tidak dapat ditarik kembali.” 9 Pada waktu itu juga dipanggillah para panitera raja,
dalam bulan yang ketiga – yaitu bulan Siwan – pada tanggal dua puluh tiga, dan sesuai
dengan segala yang diperintahkan Mordekhai ditulislah surat kepada orang Yahudi, dan
kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India sampai
ke Etiopia, seratus dua puluh tujuh daerah, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya
dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga kepada orang Yahudi menurut
tulisan dan bahasanya. 10 Maka ditulislah pesan atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai
dengan cincin meterai raja, lalu dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat yang
berkuda, yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas yang diternakkan di pekudaan,
dikirimkanlah surat-surat 11 yang isinya: raja mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota
untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh atau
membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan wanita -wanita , dari
bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka, dan untuk merampas harta miliknya,
12 pada hari yang sama di segala daerah raja Ahasyweros, pada tanggal tiga belas bulan
yang kedua belas, yaitu bulan Adar. 13 Salinan pesan tertulis itu harus diundangkan di
tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, dan orang Yahudi harus bersiap-
siap untuk hari itu akan melakukan pembalasan kepada musuhnya. 14 Maka dengan
terburu-buru dan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat yang mengendarai
kuda kerajaan yang tangkas itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di
dalam benteng Susan.
Haman, sang musuh utama orang Yahudi, telah digantung, sementara Mordekhai
dan Ester, teman-teman utama orang Yahudi, telah terlindungi dengan cukup.
namun ada banyak orang lain yang berada di dalam wilayah kekuasaan raja yang
membenci orang Yahudi dan menginginkan kehancuran mereka. Dan orang-
orang Yahudi selebihnya diperhadapkan pada kegeraman dan kebencian
mereka. Sebab titah melawan orang Yahudi masih berlaku, dan untuk
melaksanakannya, para musuh mereka pada hari yang telah ditentukan akan
menyerang mereka, dan mereka akan dianggap sebagai pemberontak terhadap
raja dan pemerintahannya jika mereka sampai berani melawan dan mengangkat
senjata untuk membela diri. Untuk mencegah hal ini,
I. Sang ratu di sini mengajukan permohonan dengan penuh perasaan dan
desakan. Ia datang ke hadapan raja, untuk kedua kalinya, tanpa dipanggil
(ay. 3), dan seperti sebelumnya didorong untuk menyampaikan
permohonannya, dengan diulurkannya tongkat emas raja kepadanya (ay. 4).
Permohonannya yaitu agar sang raja, setelah menyingkirkan Haman, mau
menyingkirkan kejahatan Haman dan rancangannya melawan orang Yahudi,
agar rancangan itu tidak terjadi sekarang setelah dia disingkirkan. Banyak
kejahatan orang tetap ada setelah orang itu sendiri tiada, dan kekejian yang
dirancangnya bekerja ketika dia telah tiada. Apa yang direncanakan dan
ditulis oleh seseorang bisa saja, setelah kematiannya, entah sangat
bermanfaat atau sangat merusak. Oleh sebab itu, dalam hal ini dituntut
bahwa, untuk menggagalkan rencana Haman, Ester dan Mordekhai harus
memohon karunia lebih lanjut kepada raja, agar melalui titah lain sang raja
berkenan menarik kembali surat-surat perintah yang telah dibuat dan ditulis
oleh Haman. Ester tidak mengatakan yang telah disetujui dan disahkan raja
dengan meterainya sendiri. Dia menyerahkan kepada hati nurani raja sendiri
untuk mengatakannya. Melalui surat-surat itu Haman mengambil jalan yang
jitu untuk membinasakan orang Yahudi di dalam semua daerah kerajaan (ay.
5). Jika sang raja memang, seperti yang tampak demikian, merasa terganggu
dengan terbitnya titah seperti itu, maka sekurang-kurangnya dia dapat
mencabut kembali titah itu. Sebab apa itu pertobatan, kalau bukan
membatalkan kembali, dengan segenap kekuatan kita, kesalahan yang telah
kita lakukan?
1. Permohonan ini disampaikan Ester dengan segenap hati: Dia sujud pada
kaki raja dan menangis memohon karunianya (ay. 3), setiap tetes air
mata sama berharganya seperti mutiara yang menghiasi dirinya. Inilah
saatnya untuk bersungguh-sungguh ketika nasib jemaat Tuhan sedang
dipertaruhkan. Janganlah ada orang yang merasa begitu tinggi sehingga
tidak mau membungkuk, atau merasa begitu gembira sehingga tidak
mau menangis, ketika dengan berbuat demikian mereka dapat
melakukan suatu pelayanan kepada jemaat dan umat Tuhan . Ester,
kendati dirinya sendiri aman, jatuh tersungkur, dan memohon dengan
air mata bagi pembebasan bangsanya.
2. Ester mengungkapkannya dengan sikap yang sangat tunduk dan rasa
hormat yang mendalam kepada raja dan hikmat serta kehendaknya (ay.
5): Jikalau baik pada pemandangan raja dan jikalau hamba mendapat
kasih raja, dan sekali lagi, “Jikalau hal ini kiranya dipandang benar dan
masuk akal oleh raja, dan jika raja berkenan kepada hamba yang
memohonkannya, sudilah kiranya titah itu dicabut.” Bahkan ketika di
pihak kita ada alasan dan keadilan yang sangat kuat, dan perkara yang
sangat jelas untuk diajukan, hendaklah kita berbicara kepada atasan kita
dengan rendah hati dan bersahaja, dan dengan segala rasa hormat, dan
tidak berbicara seperti orang yang menuntut padahal kita sedang
memohon. Tidak ada ruginya bersikap sopan dan mengikuti tata krama.
Sama seperti jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman,
demikian pula permohonan yang lemah lembut akan dikabulkan.
3. Ester menguatkan permohonannya dengan seruan yang menyedihkan:
“sebab bagaimana hamba dapat melihat malapetaka yang menimpa
bangsa hamba? Hanya sedikit saja penghiburan yang hamba dapatkan
dengan menyelamatkan nyawa hamba sendiri, jika hamba tidak berhasil
menyelamatkan nyawa mereka. Lebih baik hamba ikut berbagi dalam
malapetaka itu dibandingkan melihatnya menimpa mereka. Sebab bagaimana
hamba dapat melihat kebinasaan sanak saudara hamba, yang begitu
berharga bagi hamba?” Ester, seorang ratu, mengakui sanak saudaranya
yang malang, dan berbicara tentang mereka dengan kepedulian yang
sangat lembut. Pada saat itulah kata-katanya bercampur dengan air
matanya, bahwa ia menangis dan memohon belas kasihan. Kita tidak
membaca tentang adanya air mata ketika dia memohon supaya
nyawanya sendiri diluputkan, namun , sebab sekarang dia yakin bahwa
nyawanya akan selamat, dia menangis bagi nyawa bangsanya. Air mata
yang penuh belas kasihan dan kelemah-lembutan yaitu sikap yang
paling serupa dengan Kristus. Orang-orang yang sungguh-sungguh
peduli terhadap kebaikan bersama akan lebih memilih mati di garis
akhir dibandingkan hidup untuk melihat keruntuhan jemaat Tuhan dan kehan-
curan negeri mereka. Orang-orang yang berjiwa lembut tidak dapat
tahan membayangkan kehancuran bangsa dan sanak saudara mereka,
dan sebab nya tidak berani melewatkan kesempatan untuk memberi
mereka kelepasan.
II. Sang raja di sini mengambil suatu tindakan untuk mencegah malapetaka
yang telah dirancang oleh Haman.
1. Sang raja tahu, dan memberi tahu sang ratu, bahwa menurut undang-
undang pemerintahan Persia, titah sebelumnya tidak dapat dibatalkan
(ay. 8): Apa yang dituliskan atas nama raja dan dimeteraikan dengan
cincin meterai raja tidak boleh, dengan alasan apa pun, ditarik kembali.
Ini merupakan aturan yang mendasar dari piagam mereka, bahwa sekali
mendapat persetujuan raja, hukum atau ketetapan tidak boleh dicabut
atau ditarik, penghakiman tidak boleh dihapuskan, dan putusan tidak
boleh dibatalkan (Dan. 6:16). Hal ini sama sekali tidak menunjukkan
hikmat dan kehormatan orang-orang Media dan Persia, namun
sesungguhnya justru menunjukkan kesombongan dan kebodohan
mereka, dan sebagai akibatnya cela bagi mereka. Suatu hal yang konyol
dengan sendirinya bagi siapa saja, atau bagi sekumpulan orang, untuk
mengaku-aku memiliki hikmat yang begitu kebal dari kekeliruan, sehing-
ga dapat meramalkan segala akibat dari apa yang mereka tetapkan. Oleh
sebab itu tidaklah adil, dan berbahaya bagi umat manusia, apabila
mereka mengaku-aku memiliki kekuasaan yang begitu berdaulat hingga
ketetapan mereka tidak dapat dicabut kembali, entah akibat-akibatnya
baik atau buruk. Ini terasa seperti kelancangan yang diperbuat pada
zaman dulu kala itu, yang telah menghancurkan kita semua: Kita akan
menjadi seperti Tuhan . Jauh lebih bijak ketentuan dalam undang-undang
kita, bahwa tidak boleh ada hukum yang, dengan kata-kata atau hak apa
pun, tidak dapat dicabut, sama seperti tidak boleh ada harta benda yang
tidak dapat disita. Cujus est instruere, ejus est destruere – hak untuk
memberlakukan menyiratkan hak untuk mencabut. Hak istimewa Tuhan
sajalah untuk tidak pernah menyesal, dan mengatakan apa yang tidak
akan pernah dapat diubah atau dibatalkan.
2. Namun demikian, sang raja menemukan cara yang bijaksana untuk
membatalkan rencana-rencana Haman, dan menggagalkan
rancangannya, dengan menandatangani dan menerbitkan titah lain yang
memberi kuasa kepada orang-orang Yahudi untuk membela diri, vim vi
repellere, et invasorem occidere – untuk melawan kekuatan dengan
kekuatan, dan menghancurkan pihak penyerang. Hal ini akan berhasil
membuat mereka aman. Sang raja menunjukkan kepada Ester dan
Mordekhai bahwa dia sudah melakukan apa yang cukup untuk meyakin-
kan mereka akan kepeduliannya terhadap bangsa Yahudi, sebab dia
telah memerintahkan orang kepercayaannya untuk digantung, sebab ia
sudah mengacungkan tangannya kepada orang Yahudi (ay. 7). Dan
sebab itu sang raja akan berbuat sekuat tenaga untuk melindungi
mereka. Sang raja menyerahkan sepenuhnya kepada Ester dan
Mordekhai untuk menggunakan nama dan kuasanya untuk
membebaskan orang Yahudi, sama seperti sebelumnya dia telah
menyerahkan kepada Haman untuk menggunakan nama dan kuasanya
untuk menghancurkan mereka: “Tuliskanlah apa yang kamu pandang
baik tentang orang Yahudi (ay. 8), hanya selamatkanlah kehormatan dari
undang-undang kami. Hendaklah malapetaka itu disingkirkan dengan
setuntas mungkin tanpa membatalkan surat-surat perintah.” Para
panitera kerajaan diperintahkan untuk berkumpul dan menuliskan titah
ini pada tanggal dua puluh tiga dalam bulan yang ketiga (ay. 9), sekitar
dua bulan sesudah pengumuman titah sebelumnya, namun sembilan
bulan sebelum waktu yang ditetapkan untuk pelaksanaannya. Titah itu
harus ditulis dan diumumkan dalam bahasa masing-masing dari semua
wilayah. Bukankah rakyat dari raja di bumi membaca titah-titah sang
raja dalam bahasa yang mereka pahami? Jadi, masa sabda dan hukum
Tuhan harus dikunci dari hamba-hamba-Nya dalam bahasa yang tidak
dikenal? Titah tersebut harus ditujukan kepada para pejabat yang
bersangkutan dari setiap wilayah, baik kepada para penegak hukum
maupun kepada para kepala daerah. Titah tersebut harus disebar
dengan penuh perhatian ke seluruh wilayah kekuasaan raja, dan salinan-
salinan aslinya harus dikirim cepat ke semua wilayah. Tujuan dari titah
ini yaitu untuk memberikan kuasa kepada orang-orang Yahudi, pada
hari yang telah ditetapkan bagi kehancuran mereka, untuk berkumpul
dan bersatu demi membela diri. Dan,
(1) Untuk mempertahankan hidup mereka, supaya siapa pun yang
menyerang mereka, orang itu sendiri yang akan menanggung
akibatnya.
(2) Mereka tidak hanya boleh bertindak membela diri, namun juga
memunahkan, membunuh atau membinasakan segala tentara, bahkan
anak-anak dan wanita -wanita yang hendak menyerang
mereka (ay. 11), dan dengan demikian melakukan pembalasan kepada
musuh mereka (ay. 13). Dan, jika mereka mau, mereka boleh
memperkaya diri melalui para musuh mereka, sebab mereka diberi
kuasa untuk mengambil barang-barang musuh sebagai jarahan. Nah,
[1] Hal ini menunjukkan kebaikan sang raja kepada orang-orang
Yahudi, dan menyediakan sarana yang memadai bagi
keselamatan mereka. Sebab titah yang terakhir akan dipandang
secara tahu sama tahu sebagai pencabutan titah sebelumnya,
kendati tidak diungkapkan. Namun,
[2] Hal ini menunjukkan kejanggalan dari perundang-undangan
mereka dalam perkara ini, bahwa tak satu pun dari titah-titah
raja dapat dicabut. Sebab ketentuan ini membebani sang raja di
sini untuk memberlakukan perang saudara di dalam wilayah
kekuasaannya sendiri, antara orang Yahudi dan musuh-musuh
mereka, sehingga kedua pihak mengangkat senjata dengan
wewenangnya, namun juga melawan wewenangnya. Tak ada
kebaikan yang bisa muncul dari orang yang mengaku-aku
berhikmat melampaui apa yang diberikan kepadanya. Perjalanan
besar-besaran diadakan untuk menyebarluaskan titah ini. Sang
raja sendiri merasa khawatir jangan-jangan suratnya datang
sangat terlambat, dan suatu malapetaka ditimpakan kepada
orang-orang Yahudi berdasarkan titah yang dulu, sebelum
pemberitahuan tentang titah yang ini tiba. Oleh sebab itu atas
titah raja, dan juga atas perintah Mordekhai, para pesuruh diminta
bekerja dengan terburu-buru dan tergesa-gesa (ay. 14), dan
diperlengkapi dengan kuda-kuda yang berlari cepat (ay. 10). Ini
bukanlah waktu untuk bermain-main ketika begitu banyak nyawa
terancam bahaya.
Sukacita Orang Yahudi
(8:15-17)
15 Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja dengan memakai pakaian kerajaan dari pada
kain ungu tua dan kain lenan, dengan memakai tajuk emas yang mengagumkan serta
jubah dari pada kain lenan halus dan kain ungu muda. Maka kota Susan pun
bertempiksoraklah dan bersukaria: 16 orang Yahudi telah beroleh kelapangan hati dan
sukacita, kegirangan dan kehormatan. 17 Demikian juga di tiap-tiap daerah dan di tiap-tiap
kota, di tempat mana pun titah dan undang-undang raja telah sampai, ada sukacita dan
kegirangan di antara orang Yahudi, dan perjamuan serta hari gembira; dan lagi banyak
dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, sebab mereka ditimpa ketakutan kepada
orang Yahudi.
Baru beberapa hari lalu kita mendapati Mordekhai mengenakan kain kabung
dan semua orang Yahudi berdukacita. namun di sini suatu perubahan yang penuh
berkat terjadi, Mordekhai berpakaian jubah ungu dan semua orang Yahudi
bersukacita. Lihat Mazmur 30:6, 12-13.
1. Mordekhai berpakaian jubah ungu (ay. 15). Sesudah memperoleh perintah
untuk melepaskan semua orang Yahudi, dia pun menjadi tenang. Dia
menanggalkan pakaian kabungnya, dan mengenakan pakaian kerajaan, yang
entah sesuai dengan kedudukannya atau yang ditetapkan untuknya oleh
sang raja sebagai orang kepercayaannya. Jubahnya sangat mahal, terbuat
dari kain ungu tua, kain lenan halus dan kain ungu muda. Demikian pula
dengan mahkota kecilnya, terbuat dari tajuk emas. Semuanya ini sebenarnya
tidak layak untuk diperhatikan, namun benda-benda itu menjadi tanda dari
perkenanan raja, dan perkenanan raja itu merupakan buah dari perkenanan
Tuhan bagi jemaat-Nya. Baiklah keadaan suatu negeri apabila panji-panji
kehormatan dijadikan sebagai perhiasan untuk kesalehan yang sungguh-
sungguh. Kota Susan merasakan keuntungan yang akan diperolehnya melalui
pengangkatan Mordekhai, dan sebab nya bertempik sorak dan bersukaria.
Kota itu tidak hanya gembira pada umumnya dengan terangkatnya
kebajikan, namun juga yakin betul, secara khusus, akan masa-masa yang lebih
baik, sebab sekarang orang yang begitu baik dipercayai untuk memegang
kuasa. Haman digantung. Dan, bila orang fasik binasa, gemuruhlah sorak-
sorai (Ams. 11:10). Mordekhai diangkat. Dan, jika orang benar bertambah,
bersukacitalah rakyat.
2. Orang-orang Yahudi bersukacita (ay. 16-17). Orang-orang Yahudi, yang
beberapa waktu lalu dinaungi awan gelap, muram dan terhina, sekarang
beroleh kelapangan hati dan sukacita, kegirangan dan kehormatan,
perjamuan serta hari gembira. Seandainya mereka tidak terancam dan
tertekan, mereka tentu tidak akan memiliki kesempatan untuk merasakan
sukacita yang luar biasa ini. Demikianlah kadang-kadang umat Tuhan dibuat
menabur dengan mencucurkan air mata, supaya mereka dapat menuai
dengan sorak-sorai yang jauh lebih besar. Perubahan keadaan secara tiba-
tiba dan ajaib yang menguntungkan mereka itu banyak menambah sukacita
mereka. Mereka seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut
mereka penuh dengan tertawa (Mzm. 126:1-2). Salah satu dampak baik dari
pembebasan ini yaitu bahwa banyak dari antara rakyat negeri itu, yang
baik budi, berkepala dingin, dan cenderung pada kebaikan, menjadi orang
Yahudi, memeluk agama Yahudi, meninggalkan penyembahan berhala, dan
menyembah Tuhan yang benar saja. Haman berupaya untuk memusnahkan
orang-orang Yahudi, namun ternyata jumlah mereka malah bertambah sangat
besar dan banyak orang ditambahkan ke dalam jemaat. Amatilah, ketika ada
sukacita dan kegirangan di antara orang Yahudi, pada saat itulah banyak dari
antara rakyat negeri itu masuk Yahudi. Kegembiraan yang tulus dari orang-
orang yang mengaku beragama yaitu perhiasan yang indah bagi pengakuan
iman mereka, dan akan mengundang serta mendorong orang lain untuk
beragama. Alasan yang diberikan di sini mengapa begitu banyak orang
menjadi Yahudi pada saat ini yaitu sebab mereka ditimpa ketakutan
kepada orang Yahudi. Ketika mereka mengamati betapa Penyelenggaraan
ilahi secara ajaib telah menjaga mereka dan bekerja bagi mereka pada saat
yang genting seperti ini,
(1) Mereka pun memandang hebat orang-orang Yahudi itu, dan menganggap
berbahagia orang-orang yang ada di antara mereka. Itulah sebabnya
mereka datang kepada orang Yahudi, seperti yang telah dinubuatkan (Za.
8:23). Kami mau pergi menyertai kamu, sebab telah kami dengar, telah
kami lihat, bahwa Tuhan menyertai kamu, perisai pertolongan dan pedang
kejayaanmu (Ul. 33:29). Ketika jemaat berjaya, dan mendapat senyuman,
maka banyak orang akan masuk ke dalamnya, sekalipun mereka akan
merasa malu terhadapnya ketika ia sedang dilanda kesusahan.
(2) Mereka memandang tangguh orang-orang Yahudi itu, dan menganggap
sengsara orang-orang yang melawan mereka. Mereka dengan jelas
melihat di dalam nasib Haman bahwa, jika ada yang ingin mencelakakan
orang Yahudi, maka mereka sendiri yang akan menanggung akibatnya.
Oleh sebab itu, demi keselamatan mereka sendiri, mereka bergabung
dengan orang Yahudi. Sungguh bodoh untuk berupaya menentang Tuhan
Israel, dan sebab nya berhikmatlah untuk mau tunduk kepada-Nya.
PASAL 9
alam pasal sebelumnya kita meninggalkan dua titah raja yang berlaku, dan
keduanya dikeluarkan di benteng Susan. Titah yang pertama tertanggal
hari ketiga belas bulan pertama, yang menetapkan bahwa pada hari ketiga belas
bulan kedua belas dan berikutnya, semua orang Yahudi harus dibunuh.
Sementara titah yang kedua tertanggal hari kedua puluh tiga bulan ketiga, yang
memberi wewenang kepada orang Yahudi, pada hari yang ditetapkan bagi
pembantaian mereka, untuk menghunus pedang mereka guna membela diri dan
menghabisi musuh-musuh mereka sebanyak mungkin. Tidak perlu diragukan
lagi bahwa hari itu, dan juga hasilnya, sangatlah dinantikan. Perkara orang
Yahudi akan diuji melalui pertempuran, dan hari untuk bertempur telah
ditentukan oleh pihak yang berwenang. Musuh-musuh mereka bertekad untuk
tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan kepada mereka melalui titah
pertama, dengan harapan bisa mengalahkan orang Yahudi dengan jumlah mere-
ka. Orang Yahudi mengandalkan kebaikan Tuhan mereka dan keadilan perkara
mereka, serta bertekad untuk berusaha sekuat tenaga melawan musuh-musuh
mereka. Akhirnya hari itu pun tiba, dan di dalam pasal ini diceritakan kepada
kita,
I. Betapa gemilangnya hari itu, tahun itu, bagi orang Yahudi, dan dua hari
berikutnya – hari yang penuh kemenangan dan kejayaan, baik di kota
Susan maupun di semua daerah raja lainnya (ay. 1-19).
II. Betapa hari itu dijadikan sebagai hari yang harus dikenang oleh
keturunan mereka, melalui pesta tahunan, untuk memperingati
pembebasan luar biasa ini, yang disebut “hari raya Purim,” (ay. 20-32).
Orang Yahudi Mengadakan Pembalasan
(9:1-19)
1 Dalam bulan yang kedua belas – yaitu bulan Adar –, pada hari yang ketiga belas, ketika
titah serta undang-undang raja akan dilaksanakan, pada hari musuh-musuh orang Yahudi
berharap mengalahkan orang Yahudi, terjadilah yang sebaliknya: orang Yahudi
mengalahkan pembenci-pembenci mereka.
2 Maka berkumpullah orang Yahudi di dalam kota-kotanya di seluruh daerah raja
Ahasyweros, untuk membunuh orang-orang yang berikhtiar mencelakakan mereka, dan
tiada seorang pun tahan menghadapi mereka, sebab ketakutan kepada orang Yahudi
telah menimpa segala bangsa itu. 3 Dan semua pembesar daerah dan wakil pemerintahan
dan bupati serta pejabat kerajaan menyokong orang Yahudi, sebab ketakutan kepada
Mordekhai telah menimpa mereka. 4 Sebab Mordekhai besar kekuasaannya di dalam
istana raja dan tersiarlah berita tentang dia ke segenap daerah, sebab Mordekhai itu ber-
tambah-tambah besar kekuasaannya. 5 Maka orang Yahudi mengalahkan semua
musuhnya: mereka memukulnya dengan pedang, membunuh dan membinasakannya;
mereka berbuat sekehendak hatinya terhadap pembenci-pembenci mereka. 6 Di dalam
benteng Susan saja orang Yahudi membunuh dan membinasakan lima ratus orang. 7 Juga
Parsandata, Dalfon, Aspata,
8 Porata, Adalya, Aridata, 9 Parmasta, Arisai, Aridai dan Waizata, 10 kesepuluh anak laki-
laki Haman bin Hamedata, seteru orang Yahudi, dibunuh oleh mereka, namun kepada
barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan. 11 Pada hari itu juga jumlah
orang-orang yang terbunuh di dalam benteng Susan disampaikan ke hadapan raja. 12 Lalu
titah raja kepada Ester, sang ratu: “Di dalam benteng Susan saja orang Yahudi telah
membunuh dan membinasakan lima ratus orang beserta kesepuluh anak Haman. Di
daerah-daerah kerajaan yang lain, entahlah apa yang diperbuat mereka. Dan apakah
permintaanmu sekarang? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu lagi?
Niscaya dipenuhi.” 13 Lalu jawab Ester: “Jikalau baik pada pemandangan raja, diizinkanlah
kiranya kepada orang Yahudi yang di Susan untuk berbuat besok pun sesuai dengan
undang-undang untuk hari ini, dan kesepuluh anak Haman itu hendaklah disulakan pada
tiang.” 14 Raja pun menitahkan berbuat demikian; maka undang-undang itu dikeluarkan di
Susan dan kesepuluh anak Haman disulakan orang. 15 Jadi berkumpullah orang Yahudi
yang di Susan pada hari yang keempat belas bulan Adar juga dan dibunuhnyalah di Susan
tiga ratus orang, namun kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan. 16
Orang Yahudi yang lain, yang ada di dalam daerah kerajaan, berkumpul dan
mempertahankan nyawanya serta mendapat keamanan terhadap musuhnya; mereka
membunuh tujuh puluh lima ribu orang di antara pembenci-pembenci mereka, namun
kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan. 17 Hal itu terjadi pada
hari yang ketiga belas dalam bulan Adar. Pada hari yang keempat belas berhentilah
mereka dan hari itu dijadikan mereka hari perjamuan dan sukacita.
18 Akan namun orang Yahudi yang di Susan berkumpul, baik pada hari yang ketiga belas,
baik pada hari yang keempat belas dalam bulan itu. Lalu berhentilah mereka pada hari
yang kelima belas dan hari itu dijadikan mereka hari perjamuan dan sukacita. 19 Oleh
sebab itu orang Yahudi yang di pedusunan, yaitu yang diam di perkampungan merayakan
hari yang keempat belas bulan Adar itu sebagai hari sukacita dan hari perjamuan, dan
sebagai hari gembira untuk antar-mengantar makanan.
Di dalam perikop ini kita mendapati pertempuran yang menentukan antara
orang Yahudi dan musuh-musuh mereka, dan yang dimenangkan oleh orang
Yahudi. Kedua belah pihak tidak dikejutkan oleh pertempuran itu, sebab
mereka sudah diberi tahu tentangnya jauh-jauh hari, sehingga pertempuran itu
merupakan adu ketangkasan yang adil di antara mereka. Masing-masing pihak
juga tidak bisa menyebut pihak lawan sebagai pemberontak, sebab keduanya
didukung oleh wewenang kerajaan.
I. Musuh-musuh orang Yahudi merupakan pihak penyerang. Mereka berharap,
tanpa memedulikan titah yang terakhir, untuk mengalahkan orang Yahudi,
berdasarkan titah sebelumnya (ay. 1), dan dengan demikian mereka pun
menyerang orang Yahudi. Orang Yahudi berkumpul dan bersatu melawan
musuh-musuh, yang berikhtiar mencelakakan mereka (ay. 2). Di dalam
Alkitab bahasa Aram disebutkan bahwa tidak seorang pun muncul melawan
orang Yahudi selain orang Amalek, yang sudah kehilangan akal sehat dan
dikeraskan hatinya, sama seperti Firaun, untuk melawan orang Israel,
sehingga mereka mengangkat senjata menuju kebinasaan mereka sendiri.
Ada sebagian orang yang memendam kebencian yang begitu berurat akar
dan tidak dapat dihilangkan terhadap orang Yahudi, sehingga kejatuhan
Haman dan pengangkatan Mordekhai bukannya menyadarkan mereka,
namun hanya justru menjengkelkan mereka, dan membuat mereka semakin
geram dan bertekad untuk menggorok leher semua orang Yahudi. Anak-anak
Haman, secara khusus, bersumpah untuk menuntut balas atas kematian
ayah mereka dan melanjutkan rancangannya, yang mereka sebut mulia dan
berani, tidak peduli bahaya apa pun yang bisa menimpa mereka. Untuk
mencapai tujuan ini, mereka telah menggalang kekuatan baik di Susan
maupun di daerah-daerah lain. Mereka akan tetap bertempur, meskipun
mereka melihat dengan jelas bahwa Tuhan Sang Penyelenggara bertempur
melawan mereka. Demikianlah mereka telah kehilangan akal sehat sehingga
menuju kebinasaan mereka sendiri. Seandainya saja mereka mau berdiam
diri, dan tidak mengupayakan apa pun melawan umat Tuhan , maka tak
sehelai pun rambut di kepala mereka akan jatuh ke tanah. Akan namun , me-
reka tidak dapat meyakinkan diri untuk melakukan hal itu. Mereka ingin ikut
campur, meskipun itu terbukti mendatangkan kehancuran bagi diri mereka
sendiri. Dan mereka ingin menggelindingkan batu berat yang membebani,
yang hanya akan berbalik menimpa diri mereka sendiri.
II. namun orang Yahudilah yang menjadi pemenang. Tepat pada hari ketika
titah raja untuk menghancurkan orang Yahudi dilaksanakan, dan yang
disangka musuh akan menjadi hari mereka, ternyata hari itu merupakan hari
Tuhan (Mzm. 37:13). Terjadilah yang sebaliknya dari apa yang diharapkan,
dan orang Yahudi mengalahkan pembenci-pembenci mereka (ay. 1). Di sini
kita diberi tahu,
1. Apa yang dilakukan orang Yahudi bagi diri mereka sendiri (ay. 2): Maka
berkumpullah orang Yahudi di dalam kota-kotanya, bergabung menjadi
satu, dan siap membela diri, tidak menyerang siapa pun, namun
menentang semuanya. Seandainya mereka tidak mendapat surat kuasa,
maka mereka tentu tidak akan berani melakukannya. namun , sebab
didukung oleh surat kuasa itu, mereka melawan secara sah menurut
hukum. Andai kata mereka bertindak secara terpisah, dengan setiap
keluarga bertindak sendiri-sendiri, mereka akan menjadi mangsa yang
empuk bagi musuh-musuh mereka. namun dengan bertindak bersama-
sama, dan berkumpul di kota-kota mereka, mereka menguatkan satu
sama lain, dan berani menghadapi musuh-musuh mereka. Vis unita
fortior – kekuatan akan bekerja paling dahsyat apabila digabungkan.
Orang-orang yang menulis tentang keadaan orang Yahudi pada masa kini
mengajukan hal ini sebagai alasan mengapa, meskipun jumlah orang
Yahudi sangat banyak di berbagai belahan dunia, dan juga sangat kaya,
namun mereka begitu hina, yaitu sebab mereka pada umumnya begitu
mementingkan diri sendiri hingga tidak dapat bersatu. Selain itu, sebab
berada di bawah kutuk yang membuat mereka tercerai-berai, mereka
tidak dapat bersatu, atau (seperti di sini) berkumpul bersama. Sebab,
seandainya dapat bersatu, mereka bisa saja dengan jumlah dan kekayaan
mereka mengancam negara-negara yang paling kuat sekalipun.
2. Apa yang dilakukan para penguasa daerah bagi orang Yahudi di bawah
pengaruh Mordekhai. Semua pejabat raja yang, melalui titah berdarah
itu, diperintahkan untuk membantu mempercepat kehancuran mereka
(3:12-13), mematuhi titah yang terakhir, yang sebab menentang titah
sebelumnya, maka perkara itu terbuka untuk didukung siapa saja, dan
mereka bebas mendukung titah yang mana saja. Dan mereka menyokong
orang Yahudi, sehingga nasib baik pun berpihak kepada orang Yahudi
(ay. 3). Biasanya daerah-daerah akan mengikuti apa yang cenderung
diperbuat oleh para penguasa daerah, dan oleh sebab itu tindakan
mereka yang mendukung orang Yahudi akan sangat menguntungkan
orang Yahudi. Akan namun , mengapa mereka membantu orang Yahudi?
Bukan sebab mereka berbaik hati kepada orang Yahudi, melainkan
sebab ketakutan kepada Mordekhai telah menimpa mereka, sebab
Mordekhai jelas-jelas mendapat dukungan baik dari Tuhan maupun raja.
Mereka semua beranggapan bahwa sudah menjadi kepentingan mereka
untuk menolong sahabat-sahabat Mordekhai. Bukan sebab saja ia
mempunyai kuasa yang besar di istana, dan disanjung-sanjung oleh
kalangan istana, sebagaimana dengan banyak orang yang sebenarnya
tidak mempunyai nilai hakiki untuk menunjang nama baik mereka,
melainkan juga sebab tersiarlah dari sana berita tentang dia serta
hikmat dan kebajikannya ke segenap daerah. Di mana-mana ia dipuji
sebagai orang yang mulia. Ia juga dipandang sebagai orang yang
berkembang dengan pesat, dan yang bertambah-tambah besar
kekuasaannya (ay. 4). Maka dari itu, sebab ketakutan kepadanya semua
pejabat raja turut membantu orang Yahudi. Orang-orang besar, melalui
pengaruh mereka, dapat berbuat banyak kebaikan. Banyak orang yang
tidak takut kepada Tuhan akan gentar kepada mereka.
3. Apa yang diperbuat Tuhan bagi mereka: Ketakutan kepada orang Yahudi
telah ditimpakan Tuhan atas segala bangsa itu (ay. 2), sama seperti orang
Kanaan dibuat takut terhadap Israel (Yos. 2:9; 5:1). Akibatnya, meskipun
mereka begitu bersikeras untuk menyerang orang Yahudi, namun
mereka tidak memiliki keberanian untuk melancarkan serangan itu. Hati
mereka menjadi tawar ketika mereka datang untuk bertempur, dan
semua orang yang gagah perkasa kehilangan kekuatannya.
4. Bagaimana orang Yahudi kemudian melaksanakan serangan itu: Tiada
seorang pun tahan menghadapi mereka (ay. 2), sebaliknya, mereka
berbuat sekehendak hatinya terhadap pembenci-pembenci mereka (ay. 5).
Betapa orang Yahudi secara mengherankan dikuatkan dan dibuat
bersemangat, sedang musuh-musuh mereka dilemahkan dan dibuat
berkecil hati, hingga tidak satu pun dari mereka yang telah mencari
kehancuran diri sendiri itu terluput dari maut. Sebaliknya, orang Yahudi
mengalahkan mereka dan memukul mereka dengan pedang. Secara
khusus,
(1) Pada hari ketiga belas bulan Adar, di kota Susan saja mereka
membunuh lima ratus orang (ay. 6) beserta kesepuluh anak laki-laki
Haman (ay. 10). Ketika membaca Kitab Ester ini pada hari raya
Purim, orang Yahudi diwajibkan membaca nama kesepuluh anak
laki-laki Haman dalam satu tarikan napas sekaligus, sebab mereka
berkata bahwa kesepuluh orang itu dibunuh secara serentak, dan se-
muanya mengembuskan napas terakhir tepat pada saat yang sama
(Buxt. Synag. Jud. c. 24). Dalam Alkitab bahasa Aram disebutkan
bahwa, ketika kesepuluh orang ini dibunuh, Zeresh bersama tujuh
puluh anak Haman yang lain berhasil melarikan diri, dan di
kemudian hari mengemis dari pintu ke pintu.
(2) Pada hari keempat belas, di Susan mereka membunuh tiga ratus
orang lagi, yang telah berhasil lolos dari pedang pada serangan hari
sebelumnya (ay. 15). Hal ini bisa mereka lakukan berkat izin yang
diperoleh Ester dari raja, yang semakin menimbulkan kengerian bagi
musuh-musuh mereka, dan meremukkan sampai sehabis-habisnya
segolongan orang yang sangat jahat itu. Raja telah mencatat jumlah
orang yang dibunuh dengan pedang pada hari pertama (ay. 11), dan
memberitahukannya kepada Ester (ay. 12), lalu menanyakan apa lagi
yang diinginkannya. “Tidak ada,” jawab Ester, “selain perintah untuk
berbuat hal yang sama pada hari lain.” Ester tentu tidak tergolong
orang yang haus darah, atau yang bersuka dalam pembantaian
besar-besaran, namun ia mempunyai alasan yang sangat baik yang
membuat hatinya tergerak untuk mengajukan permintaan ini. Ia juga
ingin agar kesepuluh mayat anak laki-laki Haman digantung di tiang
tempat ayah mereka disula, untuk semakin mempermalukan
keluarga mereka dan semakin mendatangkan kengerian bagi pihak
yang mengikuti mereka (ay. 13). Maka hal itu pun dilaksanakan
sesuai permintaannya (ay. 14). Diduga bahwa kesepuluh anak
Haman digantung dengan rantai dan dibiarkan tergantung selama
beberapa waktu.
(3) Orang Yahudi di daerah menaati perintah yang diberikan kepada
mereka, dan tidak membunuh musuh-musuh lebih dari yang telah
dibunuh pada hari ketiga belas. Jumlah keseluruhannya di semua
daerah yaitu tujuh puluh lima ribu orang (ay. 16). Jika semuanya ini
yaitu orang Amalek (seperti yang dikatakan orang Yahudi), maka
tentu sekaranglah saatnya ingatan kepada Amalek dihapuskan sama
sekali (Kel. 17:14). Bagaimanapun juga, apa yang membenarkan
orang Yahudi dalam membunuh begitu banyak orang yaitu sebab
mereka memang pantas dan perlu melakukannya demi membela
diri. Mereka mempertahankan nyawa mereka, diberi wewenang
untuk berbuat demikian oleh hukum mempertahankan diri, seperti
juga oleh titah raja.
(4) Di dalam sejumlah serangan ini, dicatat bahwa kepada barang
rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan (ay. 10, 15-16).
Perintah raja telah memberi mereka wewenang untuk merampas
harta milik musuh-musuh mereka (8:11), dan sungguh baik
kesempatan yang mereka miliki untuk memperkaya diri dengan
harta itu. Seandainya kelompok Haman menang, maka tidak
diragukan lagi mereka akan memanfaatkan wewenang mereka untuk
merampas semua harta milik orang Yahudi (3:13). namun orang Ya-
hudi tidak mau berbuat demikian terhadap mereka,
[1] Supaya mereka, bagi kehormatan agama mereka, dapat
menunjukkan kepada semua orang bahwa mereka secara kudus
sangat memandang hina kekayaan duniawi, dengan mencontoh
Abraham, bapa leluhur mereka, yang tidak sudi memperkaya diri
dengan hasil jarahan Sodom.
[2] Supaya mereka dapat memperlihatkan bahwa mereka tidak
mempunyai tujuan apa pun selain kelangsungan hidup mereka
sendiri. Dan mereka memanfaatkan pengaruh mereka di istana
demi menyelamatkan nyawa mereka, bukan demi
memperbanyak harta mereka.
[3] Perintah itu memberi mereka kuasa untuk membinasakan
keluarga musuh-musuh mereka, bahkan anak-anak dan
wanita -wanita (8:11). Namun, rasa kemanusiaan
mereka melarang mereka berbuat demikian, walaupun perintah
itu dirancang untuk menentang keluarga musuh-musuh mereka.
Orang Yahudi tidak membunuh siapa pun selain orang-orang
yang mereka dapati bersenjata. Oleh sebab itu, mereka tidak
mengambil barang rampasan, namun meninggalkannya untuk
para wanita dan anak-anak, yang mereka biarkan hidup,
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Jika tidak demikian,
lebih baik membunuh mereka dibandingkan membiarkan mereka
kelaparan, atau mencabut nyawa mereka dibandingkan merampas
penghidupan mereka. Dalam hal ini mereka bertindak dengan
pertimbangan dan belas kasihan yang patut ditiru.
5. Betapa besar kepuasan yang mereka peroleh melalui pembebasan
mereka. Orang Yahudi di pedesaan menyapu bersih musuh-musuh
mereka pada hari ketiga belas bulan itu, dan mereka beristirahat pada
hari keempat belas (ay. 17), lalu menjadikannya sebagai hari
pengucapan syukur (ay. 19). Orang Yahudi di Susan, kota kerajaan,
membutuhkan dua hari untuk melaksanakan serangan mereka, sehingga
mereka beristirahat pada hari kelima belas dan menjadikannya sebagai
hari pengucapan syukur mereka (ay. 18). Orang-orang Yahudi baik yang
di pedesaan maupun yang di kota Susan merayakan pesta tepat sehari
sesudah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka dan mencapai tujuan
mereka. Apabila kita telah menerima belas kasih yang menakjubkan dari
Tuhan , kita harus sigap dan segera belas kasih-Nya dengan ucapan syukur
kita, sementara rahmat itu masih segar dalam ingatan dan kesan-
kesannya masih sangat terasa.
Hari Raya Purim
(9:20-32)
20 Maka Mordekhai menuliskan peristiwa itu, lalu mengirimkan surat-surat kepada semua
orang Yahudi di seluruh daerah raja Ahasyweros, baik yang dekat baik yang jauh, 21 untuk
mewajibkan mereka, supaya tiap-tiap tahun merayakan hari yang keempat belas dan
yang kelima belas bulan Adar, 22 sebab pada hari-hari itulah orang Yahudi mendapat
keamanan terhadap musuhnya dan dalam bulan itulah dukacita mereka berubah menjadi
sukacita dan hari perkabungan menjadi hari gembira, dan supaya menjadikan hari-hari
itu hari perjamuan dan sukacita dan hari untuk antar-mengantar makanan dan untuk
bersedekah kepada orang-orang miskin. 23 Maka orang Yahudi menerima sebagai
ketetapan apa yang sudah dimulai mereka melakukannya dan apa yang ditulis Mordekhai
kepada mereka. 24 Sesungguhnya Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru semua orang
Yahudi itu, telah merancangkan hendak membinasakan orang Yahudi dan dia pun telah
membuang pur – yaitu undi – untuk menghancurkan dan membinasakan mereka, 25 akan
namun ketika hal itu disampaikan ke hadapan raja, maka dititahkannyalah dengan surat,
supaya rancangan jahat yang dibuat Haman terhadap orang Yahudi itu dibalikkan ke atas
kepalanya. Maka Haman beserta anak-anaknya disulakan pada tiang. 26 Oleh sebab itulah
hari-hari itu disebut Purim, menurut kata pur. Oleh sebab itu jugalah, yaitu sebab se-
luruh isi surat itu dan sebab apa yang dilihat mereka mengenai hal itu dan apa yang
dialami mereka, 27 orang Yahudi menerima sebagai kewajiban dan sebagai ketetapan bagi
dirinya sendiri dan keturunannya dan bagi sekalian orang yang akan bergabung dengan
mereka, bahwa mereka tidak akan melampaui merayakan kedua hari itu tiap-tiap tahun,
menurut yang dituliskan tentang itu dan pada waktu yang ditentukan, 28 dan bahwa hari-
hari itu akan diperingati dan dirayakan di dalam tiap-tiap angkatan, di dalam tiap-tiap
kaum, di tiap-tiap daerah, di tiap-tiap kota, sehingga hari-hari Purim itu tidak akan lenyap
dari tengah-tengah orang Yahudi dan peringatannya tidak akan berakhir dari antara
keturunan mereka. 29 Lalu Ester, sang ratu, anak Abihail, menulis surat, bersama-sama
dengan Mordekhai, orang Yahudi itu; surat yang kedua tentang hari raya Purim ini
dituliskannya dengan segala ketegasan untuk menguatkannya. 30 Lalu dikirimkanlah
surat-surat kepada semua orang Yahudi di dalam keseratus dua puluh tujuh daerah
kerajaan Ahasyweros, dengan kata-kata salam dan setia, 31 supaya hari-hari Purim itu
dirayakan pada waktu yang ditentukan, seperti yang diwajibkan kepada mereka oleh
Mordekhai, orang Yahudi itu, dan oleh Ester, sang ratu, dan seperti yang diwajibkan
mereka kepada dirinya sendiri serta keturunan mereka, mengenai hal berpuasa dan
meratap-ratap. 32 Demikianlah perintah Ester menetapkan perihal Purim itu, kemudian
dituliskan di dalam kitab.
Kita dapat membayangkan betapa tergerak hati Mordekhai dan Ester oleh sorak
kemenangan orang Yahudi atas musuh-musuh mereka. Dan bagaimana mereka
melihat hasil dari hari yang menentukan itu dengan rasa puas yang sebanding
dengan kekhawatiran dan kecemasan yang mereka rasakan dalam
menantikannya. Betapa hati mereka dilapangkan dengan sukacita di dalam Tuhan
dan keselamatan-Nya, dan betapa nyanyian-nyanyian pujian baru mengalun dari
mulut mereka! namun di dalam perikop ini kita diberi tahu cara apa yang mereka
ambil untuk menyebarluaskan berita itu di antara bangsa mereka, dan untuk
meneruskan peringatan akan peristiwa itu kepada keturunan mereka, bagi
kehormatan Tuhan dan untuk mendorong umat-Nya agar senantiasa percaya
kepada-Nya.
I. Sejarah tentang pembebasan itu dicatat, dan salinan-salinannya disebarkan
kepada semua orang Yahudi di semua daerah kerajaan, baik yang dekat baik
yang jauh (ay. 20). Mereka semua mengetahui sedikit banyak tentang kisah
itu, sebab ikut terlibat langsung di dalamnya. Melalui titah pertama, mereka
dibuat sadar akan bahaya yang mengancam mereka, dan melalui titah kedua,
mereka dibuat sadar akan pembebasan mereka. Namun, bagaimana
perubahan keadaan yang menakjubkan ini terjadi, mereka tidak bisa berkata
apa-apa. Oleh sebab itu Mordekhai menuliskan peristiwa itu. Dan jika Kitab
Ester ini sama dengan apa yang dituliskan Mordekhai, seperti pendapat
banyak penafsir, saya tidak bisa tidak mengamati betapa berbedanya gaya
penulisan Mordekhai dan gaya penulisan Nehemia. Nehemia, setiap kali
terjadi perubahan, memberi perhatian terhadap Penyelenggaraan ilahi dan
tangan Tuhan nya yang murah yang melindungi dia, sikap yang sangat patut
untuk menggugah rasa kesalehan dalam hati para pembacanya. Sebaliknya,
Mordekhai sama sekali tidak pernah menyebutkan nama Tuhan dalam
seluruh kisah yang ditulisnya. Nehemia menulis kitabnya di Yerusalem,
tempat agama dijunjung tinggi dan hawanya terasa dalam perilaku hidup
sehari-hari. Sementara Mordekhai menulis kitabnya di istana Susan, tempat
kebijakan duniawi lebih bertakhta dibandingkan kesalehan, dan ia menulis sesuai
dengan kecondongan tempat tersebut. Bahkan orang-orang yang
mempunyai akar agama cenderung kehilangan rasa agama, dan membiarkan
daunnya layu, ketika mereka bergaul akrab dengan orang-orang yang tidak
begitu beragama. Anjurkanlah gaya penulisan Nehemia kepada saya, itulah
yang akan saya tiru. Namun belajarlah dari Mordekhai bahwa orang bisa saja
benar-benar saleh meskipun mereka tidak sering memperlihatkan dan
mengungkapkan kesalehan mereka. Oleh sebab itu, janganlah kita
menghakimi atau memandang rendah saudara-saudara seiman kita. Akan
namun , sebab terdapat begitu sedikit bahasa Kanaan di dalam kitab ini,
banyak penafsir berpendapat bahwa kitab ini tidak ditulis oleh Mordekhai,
namun merupakan kutipan dari catatan harian raja-raja Persia, yang mem-
berikan penjelasan tentang kenyataan yang terjadi, dan diulas dengan baik
oleh orang Yahudi sendiri.
II. Sebuah perayaan ditetapkan, untuk dijalankan setiap tahun oleh orang
Yahudi dari angkatan ke angkatan, sebagai peringatan akan perbuatan ajaib
yang diadakan Tuhan bagi mereka ini, supaya anak-anak, yang akan lahir
kelak dapat mengetahuinya, dan menceritakannya kepada anak-anak mereka,
supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Tuhan (Mzm. 78:6-7). Perayaan
ini ditetapkan bagi kehormatan Tuhan sebagai pelindung umat-Nya, dan bagi
kehormatan Israel sebagai umat yang diperhatikan sorga. Perayaan ini juga
merupakan peneguhan atas kesetiaan terhadap kovenan Tuhan , undangan
bagi orang-orang asing untuk datang dan mengikat kovenan itu, serta
dorongan bagi umat Tuhan sendiri untuk dengan riang hati bergantung pada
hikmat, kuasa, dan kebaikan-Nya pada masa-masa yang tersulit. Keturunan
mereka akan meraup manfaat dari pembebasan ini, dan oleh sebab itu harus
merayakan peringatan tentangnya. Nah, mengenai perayaan ini kita diberi
tahu di sini,
1. Kapan perayaan itu harus dijalankan – setiap tahun pada hari yang
keempat belas dan yang kelima belas bulan Adar atau bulan kedua belas,
yaitu hanya satu bulan sebelum Paskah (ay. 21). Dengan demikian, bulan
pertama dan bulan terakhir setiap tahun diperingati untuk mengenang
bulan-bulan yang sudah berlalu, bahkan hari-hari ketika Tuhan
melindungi mereka. Mereka merayakan dua hari sekaligus sebagai hari
pengucapan syukur, dan tidak menganggapnya terlampau lama untuk
dilewatkan dengan memuji Tuhan . Janganlah kita terlampau kikir dalam
memberikan balasan berupa pujian kepada Dia yang melimpahkan
perkenanan-Nya dengan begitu murah hati atas diri kita. Amatilah,
mereka tidak memperingati hari ketika mereka bertempur, melainkan
hari ketika mereka beristirahat, dan pada hari ke lima belas bagi orang-
orang yang di Susan, dan kedua hari itu mereka rayakan. Hari Sabat
ditetapkan bukan pada hari Tuhan merampungkan pekerjaan-Nya,
melainkan pada hari ketika Ia berhenti darinya. Orang Yahudi masa kini
memperingati hari ketiga belas, yaitu hari yang ditetapkan bagi
kehancuran mereka, sebagai hari untuk berpuasa, dengan mendasarkan
kebiasaan itu pada ayat 31, mengenai hal berpuasa dan meratap-ratap.
Namun, puasa itu sebenarnya merujuk kepada apa yang terjadi pada hari
kesesakan mereka (4:3, 16), yang tidak boleh dilanjutkan ketika Tuhan
telah mengubah puasa mereka menjadi kegirangan dan sukacita (Za.
8:19).
2. Bagaimana hari itu disebut – hari raya Purim (ay. 26), yang diambil dari
kata Pur, istilah Persia yang berarti undi, sebab dengan membuang
undilah Haman menetapkan hari ini sebagai hari untuk memunahkan
bangsa Yahudi. namun Tuhan, yang menentukan undi itu, telah
menetapkannya sebagai hari kemenangan orang Yahudi. Nama hari raya
ini akan mengingatkan mereka kepada kekuasaan Tuhan Israel yang ber-
daulat, yang memenuhi tujuan-tujuan-Nya sendiri melalui takhayul
bodoh bangsa kafir, dan yang menang akal atas orang-orang yang pada
setiap bulan baru memberitahukan apa yang akan terjadi (Yes. 47:13). Ia
melakukannya dengan meniadakan tanda-tanda peramal pembohong dan
mempermain-mainkan tukang-tukang tenung (Yes. 44:25-26).
3. Oleh siapa hari raya itu ditetapkan dan diberlakukan. Perayaan itu
bukanlah ketetapan ilahi, dan sebab itu tidak disebut hari yang kudus,
melainkan ketetapan manusia, yang olehnya hari itu dibuat menjadi hari
gembira (ay. 19, 22).
(1) Orang Yahudi menetapkan perayaan itu, dan menerimanya sebagai
kewajiban bagi diri mereka sendiri (ay. 27), dengan sukarela
menerima sebagai ketetapan apa yang sudah dimulai (ay. 23). Mereka
mengikat diri pada ketetapan ini atas persetujuan bersama.
(2) Mordekhai dan Ester mengukuhkan keputusan mereka, supaya
perayaan itu dapat semakin mengikat keturunan mereka, dan dapat
diikuti dengan baik sebab dianjurkan oleh kedua nama besar itu.
Mereka menulis,
[1] Dengan segala ketegasan (ay. 29), seperti yang sudah selayaknya,
sebab Ester yaitu ratu dan Mordekhai perdana menteri negeri
itu. Sungguh baik apabila orang-orang yang berwenang
menggunakan wewenang mereka untuk mengesahkan hal yang
baik.
[2] Dengan kata-kata salam dan setia. Walaupun menulis dengan
wewenang, mereka juga menulis dengan kelembutan, bukan
dengan berlagak berkuasa atau memaksakan kehendak,
melainkan dengan bahasa yang begitu rupa seperti yang
digunakan dalam sidang di Yerusalem dalam ketetapan mereka
(Kis. 15:29): “Jikalau kamu berbuat ini dan itu, kamu berbuat
baik. Sekianlah, selamat.” Demikianlah gaya penulisan surat-
surat ini, atau gaya pengucapan salam perpisahannya: Mudah-
mudahan TUHAN menunjukkan kasih dan setia kepadamu.
4. Oleh siapa hari raya itu harus dijalankan – oleh semua orang Yahudi, oleh
keturunan mereka, dan oleh sekalian orang yang akan bergabung dengan
mereka (ay. 27). Pelaksanaan hari raya ini harus dijalankan oleh semua
orang dan secara terus-menerus. Orang-orang yang baru memeluk
agama Yahudi harus menjalankannya, sebagai tanda ketulusan kasih
sayang mereka terhadap bangsa Yahudi dan tanda bahwa mereka telah
menyatukan kepentingan-kepentingan mereka dengan bangsa Yahudi.
Kesehatian dalam sukacita dan puji-pujian merupakan salah satu bagian
dari persekutuan orang-orang kudus.
5. Mengapa hari raya itu harus dijalankan – supaya peringatan akan
perkara-perkara besar yang telah diadakan Tuhan bagi jemaat-Nya tidak
akan pernah berakhir dari antara keturunan mereka (ay. 28). Tuhan tidak
mengadakan mujizat hanya untuk satu hari, namun harus senantiasa
diingat untuk selamanya. Segala sesuatu yang dilakukan Tuhan akan tetap
ada untuk selamanya, dan oleh sebab itu harus senantiasa diingat (Pkh.
3:14). Di dalam perkara ini mereka akan mengingat,
(1) Perbuatan-perbuatan jahat Haman terhadap jemaat, yang
mendatangkan cela bagi dirinya untuk selamanya (ay. 24): Sebab ia
telah merancangkan hendak membinasakan orang Yahudi . Biarlah hal
ini senantiasa diingat, supaya umat Tuhan tidak pernah merasa aman
selama mereka mempunyai musuh-musuh yang demikian jahat, yang
harus betul-betul mereka waspadai. Tidak tanggung-tanggung, para
musuh mereka mengincar kebinasaan mereka. Oleh sebab itu,
kepada Tuhan lah hendaknya mereka menggantungkan keselamatan.
(2) Jasa-jasa Ester bagi jemaat, yang membawa kehormatan abadi
baginya. Ketika Ester, dengan mempertaruhkan nyawanya, datang ke
hadapan raja, sang raja mencabut kembali titah itu (ay. 25). Hal ini
juga harus diingat, supaya di mana pun pesta ini dirayakan, dan
sejarah ini dibacakan sebagai penjelasan tentang perayaan itu, apa
yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia. Per-
buatan-perbuatan baik yang dilakukan bagi Israel kepunyaan Tuhan
haruslah diingat, untuk mendorong orang lain agar berbuat serupa.
Tuhan tidak akan melupakan semua perbuatan itu, dan oleh sebab
itu kita juga tidak boleh melupakannya.
(3) Doa-doa orang Yahudi sendiri, dan jawaban yang diberikan terhadap
doa-doa itu (ay. 31): Mengenai hal berpuasa dan meratap-ratap.
Semakin banyak seruan yang kita naikkan dalam kesesakan kita, dan
semakin banyak doa yang kita panjatkan memohon pembebasan,
semakin kita wajib bersyukur kepada Tuhan atas pembebasan itu.
Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, dan kemudian persem-
bahkanlah syukur sebagai korban kepada Tuhan .
6. Bagaimana hari raya itu harus dijalankan. Dan mengenai hal ini marilah
kita lihat,
(1) Apa yang diperintahkan di sini, yang merupakan sesuatu yang sangat
baik, yaitu bahwa mereka harus menjadikannya sebagai,
[1] Hari yang penuh kegembiraan, hari perjamuan dan sukacita (ay.
22), dan untuk tertawa orang menghidangkan makanan (Pkh.
10:19). Ketika Tuhan memberi kita alasan untuk bersukacita,
mengapa kita tidak mengungkapkan sukacita kita?
[2] Hari untuk bermurah hati, untuk antar-mengantar makanan,
sebagai tanda rasa senang dan saling menghormati, dan tanda
bahwa melalui pembebasan ini dan segala bahaya serta
pembebasan lain yang mereka alami bersama, hubungan mereka
satu sama lain semakin dipererat dalam kasih. Sesama sahabat
akan saling berbagi kebaikan.
[3] Hari untuk beramal, untuk bersedekah kepada orang-orang
miskin. Bukan hanya kepada kaum keluarga kita dan tetangga-
tetangga kita yang kaya saja kita harus mengirimkan hadiah,
melainkan juga kepada orang-orang miskin dan orang-orang
cacat (Luk. 14:12-13). Orang-orang yang telah menerima belas
kasihan haruslah, sebagai tanda syukur, menunjukkan belas
kasihan juga. Dan kita tidak akan pernah kekurangan kesempat-
an untuk berbuat demikian, sebab orang miskin senantiasa ada
pada kita. Ucapan syukur dan bersedekah harus berjalan
beriringan, supaya ketika kita sedang bersukacita dan memuji
Tuhan , hati orang miskin dapat bersukacita bersama kita dan
keturunan mereka dapat mendoakan yang baik untuk kita.
(2) Apa yang ditambahkan ke dalam perayaan ini, yang merupakan
sesuatu yang jauh lebih baik. Pada perayaan itu, setiap hari mereka
senantiasa membacakan seluruh kisah tentang pembebasan itu di
tempat ibadah, dan memanjatkan tiga doa kepada Tuhan . Dalam doa
pertama, mereka memuji Tuhan sebab menganggap mereka layak
untuk menghadiri ibadah ilahi ini. Dalam doa kedua, mereka
mengucap syukur kepada-Nya atas pemeliharaan ajaib yang
diberikan kepada nenek moyang mereka. Dalam doa ketiga, mereka
memuji Dia sebab mereka masih hidup untuk menjalankan satu
perayaan lagi untuk mengingat peristiwa itu. Demikianlah menurut
pendapat Uskup Patrick.
(3) Bagaimana perayaan itu mengalami kemerosotan sejak saat itu, yang
merupakan sesuatu yang jauh lebih buruk. Para penulis Yahudi
sendiri mengakui bahwa pesta ini biasanya dirayakan di antara
mereka dengan kerakusan, mabuk-mabukan, dan kegaduhan yang
berlebihan. Kitab Talmud mereka berkata dengan jelas bahwa pada
hari raya Purim, seorang laki-laki harus minum-minum sampai ia
tidak bisa lagi membedakan antara terkutuklah Haman dan
diberkatilah Mordekhai. Lihatlah bagaimana sesuatu yang pada
awalnya dimaksudkan dengan baik sering kali dibawa menjadi buruk
oleh kodrat manusia yang bobrok dan jahat. Di sini perayaan agama
diubah menjadi pesta pora, hura-hura yang sejadi-jadinya, seperti
yang juga dilakukan oleh golongan tertentu di antara kita. Tidak ada
yang lebih memurnikan hati dan menghiasi agama dibandingkan sukacita
yang kudus. Dan tidak ada yang lebih mencemarkan hati dan
mencela agama dibandingkan keriangan duniawi dan kesenangan badani.
Corruptio optimi est pessima – Apa yang terbaik, apabila dirusak, akan
menjadi yang terburuk.
PASAL 10
ni hanya merupakan bagian dari sebuah pasal. Sisanya, dimulai dari ayat 4
dan enam pasal berikutnya, sebab hanya bisa ditemukan dalam bahasa
Yunani, ditolak sebagai kitab-kitab Apokrif. Di dalam ketiga ayat ini kita hanya
mendapatkan beberapa petunjuk singkat,
I. Mengenai Ahasyweros di atas takhtanya, betapa ia yaitu raja yang
perkasa (ay. 1-2).
II. Mengenai Mordekhai orang kesayangannya, betapa ia menjadi berkat
yang istimewa bagi bangsanya (ay. 2-3).
Kemuliaan Mordekhai
(10:1-3)
1 Maka raja Ahasyweros mengenakan upeti atas negeri dan daerah-daerah pesisir juga. 2
Segala perbuatannya yang hebat serta gagah dan pemberitaan yang seksama tentang
kebesaran yang dikaruniakan raja kepada Mordekhai, bukankah semuanya itu tertulis di
dalam kitab sejarah raja-raja Media dan Persia? 3 sebab Mordekhai, orang Yahudi itu,
menjadi orang kedua di bawah raja Ahasyweros, dan ia dihormati oleh orang Yahudi serta
disukai oleh banyak sanak saudaranya, sebab ia mengikhtiarkan yang baik bagi bangsa-
nya dan berbicara untuk keselamatan bagi semua orang sebangsanya.
Di dalam perikop ini diceritakan kepada kita,
I. Betapa Ahasyweros yaitu raja yang besar dan berkuasa. Wilayah
kekuasaannya sangat luas, baik di daerah-daerah pedalaman maupun di
daerah-daerah pesisir, yang darinya ia memperoleh pendapatan yang besar.
Selain pajak-pajak umum yang biasa ditarik oleh para raja Persia (Ezr. 4:13),
ia mengenakan tambahan upeti kepada rakyatnya, untuk memenuhi suatu
kebutuhannya yang tinggi akan uang (ay. 1): Raja Ahasyweros mengenakan
upeti. Berbahagialah negeri kita, yang tidak perlu membayar upeti selain apa
yang sudah ditentukan oleh para wakil rakyat dan orang-orang yang telah
dipilihnya sendiri. Dan yang tidak diperas atau ditindas oleh kekuasaan yang
sewenang-wenang, seperti halnya beberapa bangsa di sekitar kita. Selain
contoh tentang keagungan Ahasyweros ini, banyak lagi contoh yang bisa
diberikan, yang merupakan segala perbuatannya yang hebat serta gagah.
Namun demikian, semuanya ini dianggap tidak layak dicatat di sini dalam
sejarah suci, yang terbatas untuk orang Yahudi saja, dan yang menceritakan
berbagai perkara dari bangsa-bangsa lain hanya sejauh itu bersinggungan
dengan perkara-perkara mereka. Namun, segala perbuatan yang hebat dan
gagah itu tertulis di dalam kitab sejarah raja-raja Media dan Persia (ay. 2),
yang sudah sejak lama hilang dan terlupakan, sementara apa yang tertulis
dalam Kitab Suci tetap hidup, hidup dalam kehormatan, dan akan senantiasa
hidup sampai habisnya waktu. Ketika kerajaan manusia, raja-raja, dan
singgasana dihancurkan, dan lenyaplah ingatan kepadanya (Mzm. 9:7),
kerajaan Tuhan di antara manusia, dan catatan-catatan mengenai kerajaan
itu, akan tetap ada sampai seumur langit (Dan. 2:44).
II. Betapa Mordekhai yaitu orang yang besar dan baik.
1. Mordekhai yaitu orang yang besar. Sungguh baik apabila orang melihat
kebajikan dan kesalehan dihormati seperti itu.
(1) Ia menjadi orang besar bersama raja, menjadi orang kedua di bawah
raja, sebagai orang yang sangat disukai dan dipercaya olehnya.
Sudah lama Mordekhai duduk dengan puas hati di pintu gerbang
istana raja, dan sekarang pada akhirnya ia dinaikkan pangkatnya
menjadi kepala dewan raja. Orang-orang yang berjasa bisa saja
untuk sementara waktu tampak seakan terkubur hidup-hidup.
Namun sering kali, melalui satu atau lain cara, mereka ditemukan
dan ditinggikan pada akhirnya. Pemberitaan tentang kebesaran yang
dikaruniakan raja kepada Mordekhai tertulis di dalam kitab sejarah
raja-raja, sebagai hal yang paling terus dikenang dan berperan bagi
pencapaian-pencapaian besar sang raja. Ahasyweros belum pernah
melakukan perbuatan-perbuatan yang hebat seperti itu sebelum
Mordekhai menjadi tangan kanannya.
(2) Mordekhai dihormati oleh orang Yahudi (ay. 3). Ia tidak saja menjadi
orang besar di atas mereka, lebih terhormat dibandingkan siapa pun di
antara mereka, namun juga besar bersama mereka, disayangi oleh
mereka, akrab dengan mereka, dan sangat dihormati oleh mereka.
Mereka sama sekali tidak iri terhadap kedudukannya yang tinggi,
namun justru bersukacita atas hal itu. Dan mereka menambahkan
kedudukan yang tinggi itu dengan memberinya wewenang atas
mereka dan menyerahkan semua perkara mereka kepada
bimbingannya.
2. Mordekhai yaitu orang yang baik, sangat baik, sebab ia berbuat baik.
Kebaikan ini membuatnya sungguh-sungguh besar, dan kemudian
kebesarannya memberinya peluang untuk mengerjakan kebaikan yang
jauh lebih besar lagi. Ketika raja meninggikan dia,
(1) Ia tidak menyangkal orang Yahudi, bangsanya sendiri, atau malu
akan hubungannya dengan mereka, walaupun mereka yaitu orang
asing dan tawanan, yang tercerai-berai dan dipandang rendah. Ia
masih tetap menulis bahwa dirinya yaitu Mordekhai, orang Yahudi
itu. Oleh sebab itu, tidak perlu diragukan lagi bahwa ia yaitu
penganut agama Yahudi, dan melalui kegiatan-kegiatan ibadahnya ia
membedakan diri dari yang lain, namun itu tidak menjadi
penghalang bagi kedudukannya, tidak pula dipandang sebagai noda
baginya.
(2) Ia tidak mencari kekayaan sendiri, atau menumpuk harta bagi dirinya
sendiri dan keluarganya, yang menjadi hal utama yang diincar oleh
kebanyakan orang ketika mereka menduduki tempat-tempat
terhormat di istana. Sebaliknya, ia memikirkan kesejahteraan
bangsanya, dan menjadikannya sebagai tugas utamanya. Kekuasaan,
harta, dan segala pengaruhnya terhadap raja dan ratu
dimanfaatkannya demi kebaikan bersama.
(3) Ia tidak saja berbuat baik, namun juga melakukannya dengan sikap
merendah. Ia mudah ditemui, berperilaku sopan dan ramah, serta
berbicara yang baik-baik kepada semua orang yang datang untuk
mengajukan permohonan kepadanya. Berbuat baik yaitu hal yang
paling baik dan utama yang diharapkan dari orang-orang yang
memiliki kekayaan dan kekuasaan. namun menyampaikan kata-kata
yang baik juga patut dipuji, dan membuat perbuatan baik itu
semakin diterima.
(4) Ia tidak berpihak kepada suatu golongan dari orang-orang
sebangsanya melawan golongan lain, tidak pula menjadikan sebagian
dari mereka sebagai kesayangannya, sementara sebagian yang lain
diabaikan dan ditindas. Sebaliknya, perbedaan apa pun yang
terdapat di antara mereka, Mordekhai menjadi ayah bagi mereka
semua. Ia membuat dirinya diterima oleh banyak sanak saudaranya,
tidak memandang rendah khalayak ramai, dan berbicara untuk kese-
lamatan bagi semua orang sebangsanya, tanpa membeda-bedakan
mereka. Dengan membuat dirinya diterima melalui sikap rendah hati
dan murah hati seperti itu, ia pun diterima oleh semua orang, dan
semua sanak saudaranya berbicara baik tentang dirinya. Syukur
kepada Tuhan kita diberkati dengan pemerintahan sebaik itu, yang
mengikhtiarkan yang baik bagi bangsa kita dan berbicara untuk
keselamatan bagi semua orang sebangsa kita. Kiranya Tuhan terus
memelihara hal ini untuk waktu yang lama, sangat lama, dan di
bawah perlindungan serta pengaruh yang membahagiakan dari
pemerintahan itu, kiranya kita dapat hidup tenang dan tenteram
dalam segala kesalehan dan kehormatan, dan juga kasih!