Jumat, 19 Januari 2024

santet




warga  pesisir Kabupaten Rembang 
masih percaya terhadap makhluk gaib yang 
memiliki kekuatan untuk melakukan hal-hal 
tertentu yang sebenamya tidak dapat diterima 
oleh akal sehat manusia- Selain itu, merekajuga 
percaya terhadap kebudayaan Jawa yang masih 
dipengaruhi oleh kepercayaan animisme dan 
dinamisme sehingga agama yang mereka 
bercorak Kejawen atau disebut Agami Jawi 
yang masih percaya dengan adanya ruh arwah gentayangan 
halus atau makhluk gaib. 
warga  yang tinggal di daerah pantai, 
khususnya pantai utara Jawa termasuk 
Kabupaten Rembang dikenal dengan 
warga  pesisir. Pada umumnya, mereka 
bekerja sebagai nelayan yang memiliki 
karakteristik berbeda dari warga  lainnya, 
bersifat terbuka dan keras. sebagai suatu 
kesatuan sosial, warga  nelayan hidup, 
tumbuh, dan berkembang di wilayah pesisir 
atau wilayah pantai. Dalam konstruksi sosial 
warga  di kawasan pesisir, rnasyarakat 
nelayan merupakan bagian dari konstruksi 
sosial ini , meskipun disadari bahwa tidak 
semua desa di kawasan pesisir memiliki 
penduduk yang bermata-pencaharian sebagai 
nelayan. 
Kepercayaan datam kaitannya dengan 
kebudayaan dan keagamaan merupakan 
keyakinan seseorang terhadap sesuatu 
sehingga membuat mereka melakukan 
penyembahan, scperti halnya penyembahan 
terhadap Tuhan, dewa, arwah orang mati , atau lainnya. 
Sedangkan keyakinan merupakan suatu sikap 
yang ditunjukkan oleh manusia saat mereka 
merasa mengetahui tentang suatu hal dan 
menganggap bahwa 
dirinya telah mencapai kebenaran. Gaib dapat 
diterjemahkan sebagai sesuatu yang tidak 
nyata, tidak dapat terlihat oleh mata, namun  
dapat dirasakan di dalam hati dan pikiran 
manusia. Jadi, kepercayaan gaib dapat 
diartikan sebagai keyakinan manusia terhadap 
sesuatu yang tidak dapat mereka lihat, namun  
dapat mereka rasakan bahwa sesuatu itu ada 
dan memiliki kekuatan serta mereka yakin 
akan hal ini . Menurut Thohir (2006), 
kepercayaan terhadap kekuatan gaib terbentuk 
menjadi sistem simbol yang bertindak untuk 
menetapkan dorongan hati dan memotivasi 
dengan sangat kuat dan bertahan lama dalam 
diri manusia dengan cara memfonnulasi 
berbagai konsep tentang tatanan umum diri 
yang hidup dengan aura faktualitas sehingga 
dorongan hati dan motivasi itu tampak sangat 
realisris. 
Sebenarnya, kepercayaan gaib merupakan 
salah satu rukun iman. Namun, banyak 
manusia yang mengartikan kepercayaan ghaib 
itu menurut cara pandang dan kepentingan 
dirinya sendiri sehingga menimbulkan 
kesalahan tafsir terhadap makna kepercayaan 
gaib ini . Dalam rukun iman, kepercayaan 
terhadap sesuatu yang gaib merupakan ajaran 
kepada manusia mengenai 
sesuatu yang tidak dapat terlihat itu bukan 
berarti tidak ada. Oleh karena itu, Allah 
menciptakan makhluk gaib yang tidak 
sempuma kegaibannya sehingga terkadang 
mereka dapat muncul dan terlihat oleh 
manusia. Karena ketidaksempumaannya, 
maka sering kali mereka muncul dalam bentuk 
tidak utuh atau bahkan sangat menyeramkan; 
berbeda dari Ailah yang maha sempuma dan 
memiliki kekuasaan dalam mengatur sistem 
dan seluruh kehidupan di alam semesta ini 
dengan sempuma. 
Pada dasamya, manusia merupakan makhluk 
yang sulit percaya terhadap orang lain, namun  
mudah sekali percaya terhadap sesuatu yang 
tidak nyata sehingga mau menuruti dan 
menjalankan semua perintahnya. Manusia akan 
lebih percaya terhadap sesuatu yang 
sebenamya tidak tampak, namun  pada suatu 
saat  dapat terlihat dan mereka dapat 
melakukan komunikasi. Kemungkinan lainnya 
adalah manusia merasa bahwa makhluk gaib 
itu dapat melakukan hal-hal yang sebenamya 
tidak dapat diterima oleh akal sehat manusia. 
Karena keyakinan merupakan suatu sikap, 
maka keyakinan seseorang tidak selamanya 
benar. Pada umumnya, warga  pesisir 
memandang adanya sebuah kekuatan gaib yang 
dapat menjaga dan melindungi alam semesta, 
terutama laut sebagai lahan mereka mencari 
naflcah. Oleh karena itu, mereka melakukan 
berbagai macam ritual penyembahan dan 
komunikasi dengan makhluk gaib ini  
sebagai bentuk penghonnatan. 
Pada umumnya, warga  di seluruh pulau 
di Indonesia termasuk Pulau Jawa roenganut 
agama atau kepercayaan tertentu-Salah satu 
kepercayaan atau mungkin dapat dikatakan 
sebagai agama atau keyakinan yang 
berkembang dan dianut oleh suku Jawa dan 
sukupangsa lainnya yang menetap di Jawa 
adala^ Kejawen. Menurut Koentjaraningrat 
(1^84), agama Islam yang berkembang di 
warga  pesisir Jawa sering disebut dengan 
Islam Kejawen atau Agami Jawi merupakan 
paham keagamaan perpaduan antara adat 
keagamaan asli Jawa (animisme dan 
dinamisme) dengan agama Hindu-Budha dari 
Jaman Majapahit dan pengaruh Agama Islam 
dari Jaman Demak. 
Persentuhan antara budaya warga  
pesisiran dan pedataman inilah yang pada 
akhirnya melahirkan Kepustakaan Islam 
Kejawen. Kepustakaan ini  memuat 
perpaduan antara tradisi Jawa dengan 
unsur-unsur ajaran Agama Islam (Simuh, 
1988). Kepustakaan ini memakai tulisan 
dan bahasa Jawa, sedangkan isinya cenderung 
bernuansa mistik dan sedikit yang 
memakai permasalahan syariat Islam. 
Kepustakaan ini merupakan kategori 
kepustakaan Islam karena banyak 
mengungkapkan ajaran-ajaran Islam, namun  ada 
juga sebagian yang tidak menghargai aspek 
syariat Islam. Namun, kepustakaan ini 
banyak dimanfaatkan oleh orang-orang Islam 
di Jawa sebagai sumber ajaran hidup 
Pemberian nama Kejawen berdasarkan pada 
bahasa yang dipakai  dalam beribadah yaitu 
memakai bahasa Jawa. Penganut ajaran ini 
tidak menganggap ajarannya sebagai agama 
dalam pengertian seperti agama monoteisme, 
seperti Islam, Kristen, Katolik, atau ajaran 
agama lainnya, namun  lebih melihat sebagai 
seperangkat paradigma dan nilai-nilai 
kehidupan yang diiringi dengan sejumlah 
tidakan peribadatan. Kejawen merupakan salah 
satu bagian dari agama lokal di Indonesia. 
Seorang ahli antropologi Amerika Serikat, 
Clifford Geertz menulis tentang agama ini  
dalam bukunya yang berjudul The Religion of 
Java (1960) atau disebut Agami Jawi. Geertz 
menggambarkan bahwa setiap ideologi 
keagamaan itu kontekstual dengan persatuan  
atau golongan sosial dan sumberdaya 
kehidupan. 
Tindakan peribadatan yang dilakukan biasanya 
melibatkan benda-benda yang berasal dari 
tradisi asli Jawa, seperti keris, pembacaan doa 
atau mantera, pemakaian  bunga-bunga 
tertentu yang memiliki arti simbotik, 
pemakaian  kemenyan, dan sebagainya. 
Akibatnya, banyak orang termasuk penganut 
ajaran itu sendiri yang dengan mudah 
menganalogkan Kejawen dengan praktek 
perdukunan. Pada perkembangannya, praktik 
perdukunan ini  dimanfaatkan oleh 
manusia untuk hal-hal yang tidak baik, salah 
satunya adalah sihir yang dalam warga  
Jawa lebih dikenal dengan santet. Sebagai 
contoh, saat  mereka merasa tidak suka dengan 
orang lain karena memiliki masalah tertentu atau 
dianggap sebagai saingan dan musuh, maka mereka 
akan memakai cara-cara ini  untuk 
menghancurkan atau bahkan membunuh. Hal itu 
terjadi karena mereka merasa tidak mampu 
menghadapi secara langsung orang yang dianggap 
sebagai musuh dan mereka merasa lemah sehingga 
meminta bantuan kepada dukun dengan segala 
kekuatan ghaib yang dimilikinya. 
2.  Metodologi 
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara 
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan 
kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008). Berdasarkan 
tujuan, metode yang dipakai  dalam penelitian ini 
adalah metode deskriptif yang bersifat survei dengan 
memakai pendekatan kualitatif. 
Metode penelitian deskriptif adalah suatu inetode 
dalam meneliti status sepersatuan  manusia, suatu 
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran 
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. 
Survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk 
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada 
dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, 
balk tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik 
dari suatu persatuan  ataupun suatu daerah (Nazir, 
2005). Metode penelitian kualitatif adalah metode 
penelitian yang berlandaskan pada fnsafat 
postpositivisme, dipakai  untuk meneliti pada 
kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti sebagai 
instrumen kunci. Teknik pengumpulan data 
dilakukan secara triangulasi atau gabungan 
(Sugiyono, 2008). 
Data pada penelitian ini diperoleh dengan cara studi 
pustaka, wawancara mendalam (m-depth interview) 
dan pengamatan secara langsung. Sesuai dengan 
pernyataan Sugiyono (2005), triangulasi diartikan 
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat 
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan 
data dan sumber data yang ada. Tujuan dari 
triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang 
beberapa fenomena, namun  lebih pada peningkatan 
pemahaman terhadap 
apa yang ditemukan. Dengan memakai 
triangulasi dalam pengumpulan data, maka data 
yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas, dan 
pasti. 
3.   Santet 
Santet (yang dahulunya disebut sihir) merupakan 
salah satu bagian dari praktek ilmu hitam, yang 
dilakukan oleh dukun dengan bantuan mahluk gaib 
jin sebagai mediator untuk mencelakai korbannya. 
Santet tidak hanya menjadi tradisi pada zaman 
dahulu, namun  merupakan tradisi yang sampai saat 
ini masih ada dan masih dilakukan oleh warga  
termasuk warga  pesisir di Kabupaten 
Rembang. Pada umumnya, mereka melakukan santet 
untuk mengganggu, menyakiti, dan membunuh 
seseorang. Metode mengirim energi darijarakjauh 
dengan tujuan menyakiti atau membunuh orang lain 
itu telah dimiliki hampir setiap bangsa di dunia, 
tanpa melihat suku bangsa, budaya, kepercayaan 
atau agamanya. 
Santet telah ada sejak lama, bahkan saat  
warga  menganut kepercayaan animisme dan 
dinamisme. Simuh (2004) mengungkapkan ciri khas 
religi animisme-dinamisme adalah menganut 
kepercayaan ruh arwah gentayangan dan daya-daya gaib yang 
bersifat aktif. Adanya kepercayaan ini  
mengajarkan bahwa arwah orang mati  orang mati tetap hidup dan 
bahkan menjadi sakti seperti dewa, dapat berbuat 
aktif mencelakakan atau sebaliknya, membantu 
menyelamatkan dan mensejahterakan manusia. 
Religi animisme-dinamisme memuncak dengan 
pengembangan ilmu perdukunan, ilmu klenik, iimu 
gaib dengan rumusan lafal-lafal yang dipercaya 
berdaya magis. Ilmu santet, ilmu tenung merupakan 
warisan dari ilmu hitam nenek moyang yang 
berkaitan dengan kepercayaan animisme-dinamisme. 
Berdasarkan cara kerjanya, santet dibagi menjadi 
duayaitu: 
 Dematerialisasi 
Dematerialisasi adatah proses perubahan materi 
menjadi non materi atau energi yang tidak dapat 
dilihat. Sesungguhnya, jasad manusia, hewan dan 
semua benda merupakan kumpulan partikel-partikel 
kecil yang dipadatkan. Hal ini dapat dikaitkan 
dengan 
rumus Einstein E = MC2, yang menjelaskan 
bahwa semua benda padat dengan kepadatan 
massa (M) dan kecepatan yang melebihi 
kecepatan cahaya (C) dapat diurai menjadi 
partikel-partikel kecil atau semacam energi 
yang     tidak     terlihat 
Berdasarkan prinsip hukum inilah, para 
dukun mengubah benda-benda seperti jarum, 
paku, silet, besi, dan benda-benda lainnya 
menjadi energi yang tidak dapat dilihat. Cara 
kerja dematrialisasi ini dapat dilakukan dengan 
tenaga dalam, memusatkan kekuatan batin dan 
pikiran atau bahkan meminta bantuan mahluk 
gaib/ jin. Kemudian, energi yang tidak dapat 
dililihat ini  mereka kirim kepada para 
korbannya. 3.2. Cara langsung 
Cara ini dilakukan dengan meminta jin secara 
langsung tanpa harus memakai 
benda-benda sebagai perantara. Para jin 
suruhan inilah yang langsung ditugaskan 
untuk mengganggu korban. Jin dapat 
mengganggu dengan berbagai cara, seperti 
mengganduli, memeluk, mencekik, menduduki, 
sehingga korban akan kesutitan bemafas, 
pusing, badan terasa berat, susah tidur. Cara 
lain adalah dengan memakai aura negatif 
jin itu dengan memancarkan gelombang 
Electro Enchepalo Magnetis yang dimiliki jin 
(http ://dukunsantet. wordpress. 
com/apa-itu-santet/). 
Electro Enchepalo Magnetis (EEM) 
merupakan gelombang magnetik dari otak 
manusia yang memiliki kelebihan dan dapat 
diarahkan untuk sesuatu yang positif atau 
negatif. Menurut Hindarto ef al. (2011), otak 
sebagai struktur pusat pengaturan aktivitas 
manusia, bertanggungjawab terhadap segala 
aktivitas manusia. Bentuk sinyal Electro 
Encephah untuk setiap orang berbeda. Ini 
karena dipengaruhi oleh kondisi mental, 
frekuensi dan perubahan amplitudo irama alpha 
dari pola berpikir masing-masing individu 
dalam merespon rangsangan yang diterima 
oleh otak. 
Dengan adanya aura negatif ini , dukun 
mengirim getaran gelombang yang berbentuk 
partikel untuk mempengaruhi 
gelombang otak korban. Saya melakukan 
wawancara pribadi dengan peneliti yang 
melakukan penelitian tentang santet selama ± 2 
tahun. 
"Santet dapat membuat sebagian jiwa 
seseorang itu hilang dan pengaruhnya 
memicu  seseorang menjadi tidak fokus 
atau tiba-tiba bingung dalam beberapa waktu 
atau bahkan selamanya tanpa alasan yangjelas. 
Selain itu, santet juga dapat merubah karakter 
seseorang, menjadikan seseorang suka marah. 
Mereka merasa takut karena melihat 
penampakan dan merasakan kehadiranjin yang 
diperintahkan si dukun hingga dapat 
merinding, sering bermimpi buruk dan 
diganggujiwanya. jika orang yang terkena 
santet tidak kuat pertahanannya, maka mereka 
dapat menjadi stres, gila, sakit, atau bahkan 
meninggal"   
merinding adalah suatu 
keadaan pada tubuh manusia jika muncul 
benjolan-benjolan kecil di kulit karena hawa 
dingin. Udara dingin membuat otot pada akar 
rambut di kulit menjadi kaku sehingga 
memicu  munculnya benjolan-benjolan 
ini . Rambut kulit akan berdiri, menjebak 
udara dianiara rambut-rambut itu dan 
melindungi tubuh dari udara dingin. saat  
manusia merasa ketakutan, maka akan merasa 
geli di bagian belakang leher. Hal itu adalah 
rambut-rambut yang berdiri. 
"Itu merupakan salah satu cara pertahanan 
makhluk hidup saat  mereka merasa ada 
bahaya yang mengancam secara fisik. 
Rangsangan diteruskan ke otak dan otak akan 
memberi  respon secara psikologis." 

. Macam-niacam Santet 
Berdasarkan kekuatan yang dipakai  untuk 
melakukan dan mengirim santet, maka santet 
ini  dapat dibedakan menjadi 3 
golongan.yaitu: 
1). Golongan tingkat rendah / dasar 
Banyak orang yang memakai golongan ini 
baik kalangan professional yaitu dukun dan 
paranormal maupun warga  awam yang 
tidak menguasai ilmu metafisika apapun. 
Tingkatan awal ini hanya menyerang tubuh 
fisik dan energi tubuh. Proses ritual 
masih memakai sesajian yang dipakai  
untuk menyuruh jin menyerang korbannya. 
Proses dan pemakaian  energinya tidak tetap 
dan bergantung pada sesaji. Biasanya pada 
tataran ini santet tidak memiliki kekuatan yang 
cukup                       lama 

2). Golongan tingkat menengah 
Pada golongan ini, dukun memakai media 
bantu seperti jimat, arwah orang mati , atau kekuatan supra 
natural dan supra rasional yang berkekuatan 
tetap. Pada prakteknya, mereka juga 
memakai benda atau bagian tertentu dari 
milik korban. Benda-benda ini  disatukan 
dengan media yang akan dipakai . Jika 
berhasil dilakukan, maka kekuatan yang 
dipakai  tidak dapat dimusnahkan. Proses 
dan pemakaian  energinya tetap karena medan 
energi yang dikirimkan dalam rentang 
danJarak yang stabil sehingga dapat 
mempengaruhi korban lebih dalam. Tingkatan 
ini mulai menyerang tubuh fisik, pikiran, dan 
energi 

 
3). Golongan tingkat tinggi 
Pada golongan ini, pemakaian  media bantu 
hanya sebagai pelengkap dalam ritual. Pada 
dasarnya, seorang penyantet tidak 
membutuhkan apapun karena memiliki medan 
energi yang stabil, kuat dan 
berkesinambungan. Selain mempengaruhi 
korban dengan santetnya, pelakujuga dapat 
menguasai kondisi fisik, energi tubuh dan 
pikiran. Pelaku mampu menguasai energi rob 
dalam diri korban dan bahkan 
mempengaruhinya secara utuh 


Ciri-ciri Santet 
Menurut hasil wawancara pribadi dengan 
responden sekaligus peneliti bahwa terjadinya 
santet dapat kita kenali dari beberapa ciri 
antara lain: 
1). Cuaca yang aneh 
Cuaca yang aneh ini dapat ditandai dengan 
perubahan cuaca secara tiba-tiba seperti 
mendung yang hanya terjadi di sekitar lokasi 
dimana korban berada namun  di lokasi 
sekitamya atau di lokasi lain kondisi langit 
sangat cerah, angin kencang, kabut hitam dan 
tebal, hujan badai beserta petir yang 
menyertainya, hujan panas, ada lingkaran di 
sekeliling matahari pada siang hari dan di 
sekeliling bulan pada malam hari. Lingkaran 
ini  sangat tipis dan terkadang tidak dapat 
terlihat secara jelas.Semuakejadian dapat 
disaksikan oleh siapapun yang kebetulan 
berada pada tempat yang sama, namun  
kemungkinan hanya dapat dirasakan oleh 
orang yang betul-betui memahaminya. Selama 
ini, fenomena ini  masih sulit dijelaskan 
secara logika. Namun, itu menjadi kenyataan 
salah satu ciri adanya santet. 
Bennlmpi aneh 
Orang yang terkena santet sering 
bermimpi aneh seperti  melihat sesuatu yang menakjubkan dikejar dikejar, dilukai, 
disiksa bahkan dibunuh dalam mimpi. 
Ha! itu terjadi karena Jiwa kita sedang 
dikendalikan dan dipermainkan. 
Kemudian, tiba-tiba terbangun dari tidur 
pada malam hari atau pada waktu 
tertentu 
saja. Setelah bangun, kita merasa ketakutan 
daii sedih seolah-olah mimpi itu 
sangatnyata
3). Melihat penampakan terutama di malam 
hari 
Pada saat itu, kita berada di portal atau 
perbatasan dimensi antara yang nyata dan tidak 
nyata. Kita dapat melihat alam nyata sekaligus 
melihat sesuatu yang sebenarnya tidak nyata. 
Makhluk ghaib yang menampakkan diri akan 
terlihat tidak sempuma dan menyeramkan. Dia 
akan mengambil sebagian atau seluruh energi 
kita untuk dapat menyempumakan 
penampakannya. Oteh karena itu, semakin 
manusia merasa takut akan kehadiran makhluk 
gaib, maka mereka akan semakin kehilangan 
energi dan makhluk ini  akan semakin 
jelas penampakannya. 
4). Merasa merinding dan tidak nyaman berada 
pada bagian tertentu di dalam rumah 
Seseorang dapat merasakan perasaan takut, 
merinding, dan tidak nyaman saat  berada di 
bagian tertentu dalam rumah. Hal ini dapat 
dianalogikan dengan dukun yang telah 
membuat replika rumah korban dan posisi 
rumah ini  telah dibidik dengan tepat 
koordinatnya sehingga santet yang dikirim 
akan sampai tepat sasaran.,
5). Mencium bau-bau aneh 
Terkadang kita dapat mencium bau-bau aneh 
seperti bau busuk, bau obat, atau bau-bau 
lainnya yang tidak kita ketahul sumbernya. 
  
6). Merasa khawatir tanpa sebab yang Jelas 
Perasaan khawatir, cemas, keluar keringat 
dingin tanpa alasan yang jelas dapat terjadi 
secara tiba-tiba. Hal itu membuat pikiran kita 
menjadi bingung dan tidak fokus. Keadaan itu 
akan memicu  kreativitas, produktivitas, 
dan kinerja kita akan menurun. Secara fisik 
memang tidak dapat diamati secara nyata, 
namun  dapat menimbulkan dampak lain seperti 
mematikan karir atau jabatan. , 
Ada bunyi sesuatu di sekitar  rumah. 
Seperti bunyi benda jatuh, namun  tidak ada 
benda apapun yang memicu  bunyi 
ini  
Bunyi yang muncul terdengar seperti bunyi 
kerikil. Secara logika, jika ada benda jatuh 
di atap yang bentuknya seperti segitiga, maka 
benda ini  akan menggelinding ke bawah. 
Namun, sering kali, bunyi itu hanya 
terdeengar satu-satu dan saat  kita coba 
menelusuri sumber bunyi ini , temyata 
tidak ada benda apapun yang menimbulkan 
bunyi. Bunyi-bunyi itu sebenamya ditujukan 
untuk membuat seseorang menjadi takut. 
8). Telinga berhunyi / berdengung dalam 
beberapa waktu 
Secara logika, salah satu penyebab telinga 
berdengung adalah karena kondisi kejiwaan 
sepeni stres. Keadaan ini  dapat terjadi 
saat  seseorang sedang mengalami kondisi 
kejiwaan yang tidak normal, tertekan atau 
mengalami depresi ,
Sedangkan secara tidak logis, hal ini terjadi 
karena mereka makhluk gaib/jin ingin 
menyamakan frekuensi dengankita. 
9). Sakit di bagian tubuh tcrtentu dan pada 
saat tertentu 
Seseorang dapat merasakan sakit seperti 
ditusuk-tusuk di bagian tubuh tertentu seperti 
di kepala, perut, kaki, atau bagian tubuh 
lainnya. Dukun membuat tiruan tubuh kita 
kemudian dia permainkan dengan cara 
menusuk dengan jarum, paku atau benda-benda 
lainnya. (Delisa, 2013). Merasa sakit di bagian 
kepala pada jam tertentu seperti jam 6 sore, 9 
malam, 1 malam, 3 malam, 6 pagi, dan jam 9 
pagi» karena waktu itulah jam kerja lukang 
santet 

Pengaturan Hukum tentang Santet 
Pada zaman Majapahit, santet sudah diatur 
dalam undang-undang kerajaan. Bagi para 
pelaku santet dan orang yang seenaknya 
menuduh seseorang melakukan santet tanpa 
bukti kuat, diancam dengan hukuman mati. 
Pada masa sekarang, santet dimasukkan ke 
dalam Undang-undang. Berdasarkan berita di 
Radar Lampung pada tanggal 4 April 2013, 
pasal santet masuk dalam revisi Kitab 
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). 
Pasal ini  akan dikenakan pada pihak 
yang memberi  jasa santet karena yang 
bersangkutan berjanji melakukan jasa yang 
bemiat mencelakakan orang lain. Pasal santet 
secara logis dapat diterapkan dengan tujuan 
melindungi warga  
Saat ini, kejahatan-kejahatan ihnu hitam 
termasuk santet telah dibahas dan diatur dalam 
RUU KUHP. Setiap orang yang berupaya 
menawarkan kemampuan magisnya dapat 
terancam pidana lima tahun penjara. Aturan 
ini  diatur dalam Bab V tentang Tindak 
Pidana terhadap Ketertiban Umum yang secara 
khusus dicantumkan dalam Pasal 293. Berikut 
kutipan pasal yang mengatur tentang santet 
dan ilmu hitam lainnya itu: 
"(I) Setiap orang yang menyatakan dirinya 
mempunyai kekuatan gaib, memberitahukan, 
memberi  harapan, menawarkan, atau 
memberi  bantuan jasa kepada orang lain 
bahwa karena perbuatannya dapat 
menimbulkan penderitaan mental atau fisik 
seseorang, dipidana dengan pidana penjara 
paling lama 5 tahun atau pidana denda paling 
banyak Kategori IV; 
(2) Jika pembuat tindak pidana sebagaimana 
dimaksud dalam ayat 1 melakukan perbuatan 
ini  untuk mencari keuntungan atau 
menjadikan sebagai mata pencaharian atau 
kebiasaan. maka pidananya ditambah dengan 
sepertiga." 
Dalam penjelasannya, ketentuan itu dimaksudkan 
untuk mengatasi kekhawatiran warga  karena 
praktek itmu hitam (black magic) yang dalam 
hukum sulit dibuktikan kebenarannya secara nyata. 
Ketentuan ini dimaksudkan juga untuk mencegah 
praktek main hakim sendiri yang dilakukan oleh 
warga warga  terhadap seseorang yang 
menawarkan jasa maupun orang yang 
membutuhkanjasaini  
4.  Kejawen 
Kejawen merupakan sebuah kepercayaan atau 
mungkin dapat dikategorikan sebagai agama atau 
keyakinan yang dianut oleh suku Jawa dan suku 
bangsa lainnya yang menetap di Jawa. warga  
pesisir khususnya di Kabupaten Rembang, Jawa 
Tengah sebagian besar menganut agama Islam. Dan 
jurnlah tesebut, ada sebagian persatuan  yang 
menganut aJaran agama Islam Kejawen 
stauAgamiJawi. Simuh (2004) menjelaskan bahwa 
pergulatan Islam dengan sastra budaya Jawa temyata 
melahirkan tiga bentuk keislaman yang memiliki 
dasar pemikiran yang berbeda, salah satunya adalah 
Islam Kejawen. 
 corak 
Islam yang dikembangkan di Jawa lebih mengarak 
kepada pendekatan sufistik yang cenderung identik 
dengan paham mistik agama sebelumnya sehingga 
melahirkan corak keberagaman umat Islam Jawa 
yang khas yaitu Islam Kejawen. Pada umumnya, 
warga  ini  tinggal di daerah pedalaman 
yang masih mendukung nilai-nilai warisan budaya 
lama (animisme dan hinduisme). Munculnya 
berbagai macam aliran kebatman di Jawa juga 
sebagai akibat dari pemahaman agama yang masih 
bersifat sinkretik ini . Di Kabupaten Rembang, 
temyata warga  yang menganut agama Islam 
Kejawen tidak hanya tinggal di daerah pesisir dan 
desa pedalaman, ada juga yang tinggal di perkotaan 
dan masih tetap mempertahankan kebudayaan 
lamanya dan tersebar di hampir seluruh daerah di 
Kabupaten Rembang. 
bahwa kenyataan bahwa hampir tidak pernah ada 
penduduk dalam suatu desa bercorak tunggal dalam 
hal kecenderungan beragama. 
Koentjaraningrat menempatkan 
persatuan  ini  sebagai orang Islam yang 
didasarkan pada anggapan atau fakta di lapangan 
bahwa mereka mengaku beragama Islam saat  ada 
orang lain atau petugas sensus menanyakan hai itu. 
 jawaban seperti itu 
mengacu kepada dua makna. Pertama, bahwa 
mereka memang benar menganut agama Islam dan 
kedua, bisa jadi karena Islam Kejawen atau Agami 
Jawi tidak diakui sebagai agama tersendiri oleh 
pemerintah. Namun, agama Kejawen (Agami Jawi) 
dapat dikategorikan sebagai agama tersendiri karena 
perilaku keagamaan yang selama ini dijalankan oleh 
penganutnya dapat dijelaskan secara argumentatif. 
Penjelasan oleh Koentjaraningrat dan Thohir 
ini  berlaku pula pada warga  pesisir 
Kabupaten Rembang yang menganut agama Islam 
Kejawen atauAgamiJawi. 
Jenis agama tertentu yang dianut oleh seseorang 
mengacu kepada ideologi atau keyakinan dan 
pengetahuan terhadap hal-hal yang gaib yang 
menjadi inti dari agama itu sendiri, bagaimana 
mengekspresikan keyakinannya itu ke dalam 
tindakan keagamaan. Adanya perbedaan yang 
penting dan mendasar di dalam memaknai agama 
dan di daiam menjelaskan mengenai akidah, tata 
cara beribadah, sampai pada 
kecenderungan-kecenderungan yang bercorak 
keduniawian,
Orientasi keagamaan bagi orang Jawa adalah 
kesaktian, kekuatan batin, keadaan selamat, dan 
perlindungan terhadap bahaya dan nasib buruk. , inti dari praktek keagamaan 
bagi orang Jawa yang mengikuti ajaran Kejawen 
adalah masalah tatanan moral yang diekspresikan 
pada tindakan yang dapat dipahami dari berbagai 
kitab Kejawen. Salah satu kitab Kejawen itu adalah 
Seraf Wedatama karya Mangkunegara IV yang 
menjelaskan adanya empat jenis sembah, yaitu 
sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan 
sembah rasa. Serat ini ditulis dalam bentuk tembang 
macapat agar mudah diingat oleh warga  Jawa 
yang pada umumnya menyukai kesenian. Dalam 
kitab itu pada Pupuh I Pangkur sebagian disebutkan: 
"Mingkar-mingkuring ukara, akarana karenan 
mardi siwi, sinawung resmining kitting, 
sinuba smukarta, mrih kretarta pakartimng 
ilmu luhung.kang tumrap ing tanah Jawa, 
agama ageming aji. Jinejer ing 
Weddhatama, mrih tan kemba 
kembenganing pambudi, mangka nacfyan 
tuwapikun, yen tan mikani rasa, yekti sepi 
sepa lir sepah asamun, samasane 
pakumpulan, gonyak'ganyuk ngle lings emi. 
Nggugu karsane priyangga, nora nganggo 
peparah lamun angling, lumuh ingaran balilu, 
uger guru aleman, nanging janma ingkang 
wus •waspadeng semu, sinamun samudana, 
sesadoningadumanis." 
Artinya: 
"Meredam nafsu angkara dalam diri, hendak 
berkenan mendidik putra-putri, Tersirat dalam 
indahnya tembang, dihias penuh variasi, agar 
menjiwai hakekat   ilmu luhur, yang berlangsung di 
tanah Jawa (nusantara) agama sebagai pakaian 
kehidupan. Disajikan dalam serat Wedhatama, agar 
jangan miskin pengetahuan walaupim sudah tua 
pikun, jika tidak memahami rasa sejati (batin) 
niscaya kosong tiada berguna bagai ampas, percuma 
sia-sia, di dalam setiap pertemuan sering bertindak 
ceroboh memalukan. Mengikuti kemauan sendiri, 
bila berkata tanpa dipertimbangkan. Namun tidak 
mau dianggap 
bodoh,selaluberharapdipuji-puji.(sebaliknya) Ciri 
orang yang sudah memahami (ilmu sejati) tidak bisa 
ditebak berwatak rendah hati, setalu berprasangka      
baik." 
Ringkasan karya sastra Jawa Kuno ini dapat dibaca 
pada buku Poerbatjaraka, Kepustakaan Jawi. Dalam 
buku ini , diuraikan ringkasan dari 36 
kitab-kitab yang berbahasa Jawa Kuno, Kemudian 
disusul kupasan 10 kitab yang berbahasa Jawa 
Tengahan yang mulai tumbuh pada zaman 
Majapahit. Baru kemudian diteruskan dengan 
kitab-kitan Islam Kejawen, yakni kitab-kitab sastra 
Jawa yang mengungkap perpaduan dengan agama 
Islam ,bahwa 
persentuhanantara budaya warga  pesisir 
dan pedalaman dapat melahirkan Kepustakaan 
Islam Kejawen yang merupakan salah satu 
kepustakaan Jawa yang memuat perpaduan 
antara tradisi Jawa dengan unsur-unsur ajaran 
Agama Islam. Kepustakaan ini memakai 
tulisan dan bahasa Jawa, sedangkan isisnya 
cenderung bernuansa mistik 'dan sedikit yang 
memakai permasalahan syariat Islam. 
Kepustakaan ini merupakan kategori 
kepustakaan Islam karena banyak 
mengungkapkan ajaran-ajaran Islam, namun  ada 
juga sebagian yang tidak menghargai aspek 
syariat islam. Namun, kepustakaan ini banyak 
dimanfaatkan oleh orang-orang Islam di Jawa 
sebagai sumber ajaran hidup ,
Ajaran-ajaran atau doktrin yang tersirat dalam 
mitos, sastra-sastra rakyat, atau dalam 
cerita-cerita rakyat memiliki tafsiran yang lebih 
bersifat fleksibel dan sesuai dengan situasi dan 
peristiwayang dihadapi ,
Agama sebagai keyakinan dan pengetahuan 
yang menjadi dan dijadikan landasan, bersifat 
askriptif yaitu diturunkan, diberlakukan, dan 
dibakukan oleh orang tua dan lingkungan 
sosialnya. jika golongan Islam Kejawen 
dikategorikan sebagai variasi dari agama Islam, 
sementara para penganutnya mengabaikan 
syariat Islam, maka pandangan ini  
memberi  kesan bahwa persatuan  penganut 
ajaran agama Islam Kejawen adalah negatif 
atau antagonis. Orang-orang pada persatuan  ini 
seringkali dijadikan sebagai orang yang salah 
dari sudut norma beragama. Namun, hal 
ini  bisa jadi tidak ada yang salah karena 
mereka dapat memberi  penjelasan 
argumentatif mengenai semua tindakannya 
ini , tanpa dikaitkan dengan pengabaikan 
terhadap syariat Islam (Thohir, 2006). 
Golongan Islam Kejawen di Kecamatan 
Rembang tidak memiliki sanggar keagamaan 
atau tempat peribadatan tertentu seperti 
penganut ajaran Kejawen yang ada di daerah 
Jawa Pedalaman seperti Yogyakarta dan Solo.