Mazmur-1-50 15
dalam per-
sediaan-Nya.
(2) Untuk memberi Dia kemuliaan sebagai Allah yang kekal,
yang baik keberadaan-Nya maupun kemuliaan-Nya telah
ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.
(3) Untuk memberi kemuliaan kepada Dia dengan sepenuh
hati dan kasih, seperti yang ditandai dengan meterai ganda
pada ayat penutup Amin, ya amin. Hendaklah demikian
sekarang, hendaklah demikian sampai selama-lamanya.
Kita mengucapkan Amin untuk ini, dan baiklah semua
yang lain mengucapkan Amin juga.
PASAL 42
ila Kitab Mazmur, seperti yang digambarkan sebagian orang, me-
rupakan sebuah cerminan dari perasaan-perasaan yang saleh
dan taat, maka mazmur ini secara khusus, sama seperti mazmur-
mazmur lain, pantas disebut seperti itu, dan juga, sama seperti yang
lainnya, mampu menyalakan dan mengobarkan berbagai perasaan
demikian dalam diri kita: keinginan-keinginan yang baik terasa be-
gitu kuat dan membara di sini, berbagai pengharapan dan ketakutan
yang datang dari perasaan terdalam, sukacita dan dukacita, semua-
nya saling bergumul di sini. Dan walaupun begitu, pada akhirnya
perasaan yang menyenangkan keluar sebagai pemenang. Atau kita
dapat memandang semua ini sebagai sebuah pertentangan antara
indra dan iman, indra mempertanyakan dan iman menjawab.
I. Iman dimulai dengan keinginan-keinginan yang kudus ter-
hadap Allah dan untuk bersekutu dengan-Nya (ay. 2-3).
II. Indra mengeluh mengenai kegelapan dan kabut yang menye-
limuti keadaan pada saat ini, yang diperburuk lagi oleh ke-
nangan akan kenikmatan-kenikmatan yang dulu dirasakan
(ay. 4-5).
III. Iman membungkam keluhan itu dengan keyakinan bahwa
semuanya akan menjadi baik pada akhirnya (ay. 6).
IV. Indra kembali mengeluhkan keadaan sekarang yang gelap
dan suram (ay. 7-8).
V. Kendati demikian, iman menegakkan hati, dengan harapan
bahwa fajar baru akan menyingsing (ay. 9).
VI. Indra mengulang kembali ratapan-ratapannya (ay. 10-11)
dan mendesahkan keluh-kesah yang sama seperti sebelum-
nya.
B
596
VII. Iman mengakhirinya dengan kemenangan (ay. 12), untuk
membungkam keluhan-keluhan indra, dan, walaupun kata-
katanya hampir sama dengan kata-kata yang ada pada ayat
6, namun sekarang imanlah yang menang dan berjaya.
Dalam judul mazmur ini tidak disebutkan siapa penulisnya,
tetapi kemungkinan besar Daudlah orangnya, dan kita boleh
menduga bahwa mazmur ini digoreskannya saat , entah
sebab pengejaran Saul atau pemberontakan Absalom, dia
terusir dari tempat kudus, dan terampas hak istimewanya
untuk melayani Allah dalam ibadah-ibadah umum bersama
orang banyak.
Nada mazmur ini sangat mirip dengan Mazmur 63, dan oleh sebab
itu kita dapat menduga bahwa mazmur ini ditorehkan oleh tangan
yang sama dan pada suatu peristiwa tertentu yang sama atau serupa.
Dalam menyanyikannya, jika kita entah sedang menderita secara la-
hiriah atau sedang kesusahan di dalam batin, kita bisa merasakan
betul ungkapan-ungkapan sedih yang terdapat di sini. Jika kita me-
mang tidak sedang menderita, maka dalam menyanyikannya kita ha-
rus bersimpati kepada orang-orang yang keadaannya dibicarakan de-
ngan begitu jelas dalam mazmur ini, dan bersyartikel r kepada Allah
bahwa kita tidak mengalami masalah itu. Namun, kita harus ber-
usaha dengan sungguh-sungguh untuk mengarahkan pikiran kita
pada bagian-bagian dalam mazmur ini yang mengungkapkan dan
membangkitkan keinginan-keinginan yang kudus terhadap Allah dan
ketergantungan kepada-Nya.
Ingin Bersekutu dengan Allah; Meratap sebab Tidak Bisa
Menjalankan Ketetapan-ketetapan Ibadah Bersama
(42:1-6)
1 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah. 2 Seperti rusa
yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Eng-
kau, ya Allah. 3 Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah
aku boleh datang melihat Allah? 4 Air mataku menjadi makananku siang dan
malam, sebab sepanjang hari orang berkata kepadaku: Di mana Allahmu?
5 Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah gulana; bagaimana
aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melang-
kah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syartikel r, dalam
keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan. 6 Mengapa engkau
tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah!
Sebab aku akan bersyartikel r lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Kitab Mazmur 42:1-6
597
Kasih yang kudus kepada Allah sebagai kebaikan utama dan kebaha-
giaan kita yaitu kekuatan kesalehan, yang merupakan hidup dan
jiwa dari agama itu sendiri. Tanpa kasih itu, semua pengakuan dan
perbuatan lahiriah hanyalah kulit luar dan bungkus kosong belaka.
Nah, dalam bagian mazmur ini kita mendapati sebagian dari ungkap-
an-ungkapan kasih itu.
Inilah,
I. Rasa haus akan kasih yang kudus, kasih yang menggebu-gebu,
melambung tinggi dalam keinginan-keinginan yang kudus terha-
dap Allah dan pada kenangan akan nama-Nya (ay. 2-3): Jiwaku
merindukan Allah, dan haus kepada-Nya, tidak ada lain lagi selain
Allah, selalu lebih rindu dan lebih haus akan Dia.
Sekarang perhatikanlah:
1. Kapan Daud mengungkapkan keinginannya yang begitu mem-
bara itu terhadap Allah. Daud mengungkapkannya,
(1) saat dia terhalang oleh keadaan-keadaan lahiriah untuk
menanti-nantikan Allah, saat ia diusir ke tanah Yordan,
yang sangat jauh dari pelataran rumah Allah. Perhatikan-
lah, kadang-kadang Allah berhasil mengajar kita untuk me-
nyadari betapa berharganya semua belas kasihan-Nya
saat kita kehilangan belas kasihan itu, dan berhasil
membangkitkan hasrat kita untuk merindukan sarana-
sarana anugerah dengan cara menghentikan sarana-sarana
itu bagi kita. Kita cenderung merasa muak dengan manna,
apabila kita memilikinya dengan berlimpah. Tetapi ia akan
sangat berharga bagi kita jika kita mengalami kekurangan
manna itu.
(2) saat penghiburan batin yang dahulu selalu dirasakannya
di dalam Allah ditarik secara besar-besaran dari dia. Kini ia
sedang berkabung, namun ia terus merindukan Allah. Per-
hatikanlah, saat kita hampir tidak lagi merasakan sukacita
besar yang biasanya kita selalu alami di dalam Allah dan
kemudian Allah melalui anugerah-Nya mengerjakan di da-
lam diri kita keinginan-keinginan yang tulus dan sungguh-
sungguh terhadap-Nya, maka itu berarti bahwa kita boleh
berlapang dada. Sebab, meratap di hadapan Allah memberi
598
bukti yang pasti bahwa kita mengasihi Allah, sama seperti
saat kita bersukacita di dalam Dia. Sebelum pemazmur
mengungkapkan keragu-raguan, ketakutan, dan dukanya
yang sudah mengguncangnya sedemikian hebat itu, ia su-
dah memegang kebenaran bahwa ia memandang Allah yang
hidup sebagai kebaikannya yang utama. Ia telah meng-
arahkan hatinya kepada Dia sesuai dengan pandangannya
itu, serta bertekad untuk hidup atau mati untuk Dia. Begi-
tulah, setelah terlebih dulu melemparkan jangkar, ia pun
berlayar menerjang badai.
2. Apa yang diinginkannya dan apa yang dikejarnya dengan rasa
haus.
(1) Ia merindukan Allah, ia haus kepada Allah. Bukan ibadah-
ibadah itu sendiri, melainkan Allah dari semua ibadah-
ibadah itu. Jiwa yang mulia hanya bisa mendapat sedikit
kepuasan saja di pelataran Allah jika ia tidak menjumpai
Allah itu sendiri di sana: Ah, semoga aku tahu mendapat-
kan Dia! agar aku mendapatkan lebih banyak tanda ke-
baikan-Nya, segala anugerah dan penghiburan Roh-Nya,
dan segala pertanda kemuliaan-Nya.
(2) Dalam hal ini, ia mengarahkan pandangannya kepada
Allah sebagai Allah yang hidup, yang mempunyai hidup
dalam diri-Nya sendiri, dan yang merupakan sumber kehi-
dupan dan segala kebahagiaan bagi orang-orang kepunya-
an-Nya. Daud mengarahkan pandangan-Nya kepada Allah
yang hidup, yang bukan hanya sebagai lawan dari berhala-
berhala yang mati, pekerjaan tangan manusia, melainkan
juga dari segala penghiburan dunia yang akan sirna ini,
yang akan habis saat dinikmati. Jiwa-jiwa yang hidup tidak
akan pernah dapat beristirahat di mana pun jika Allah
yang hidup tidak ada di situ.
(3) Ia rindu untuk datang melihat Allah, untuk menyatakan
dirinya kepada-Nya, sebab ia sadar akan kejujurannya
sendiri. Ia rindu untuk melayani-Nya, seperti hamba yang
menghadap Tuannya, untuk memberikan penghormatan-
penghormatannya kepada Dia dan menerima perintah-
perintah-Nya. Ia rindu untuk memberikan pertanggung-
jawabannya kepada Dia, sebagai Pribadi yang memberikan
Kitab Mazmur 42:1-6
599
penghakiman kepada kita. Datang menghadap Allah meru-
pakan suatu kerinduan bagi orang-orang yang lurus hati,
tetapi hal yang sama menjadi kengerian bagi orang-orang
munafik. Sang pemazmur tahu bahwa ia tidak dapat ma-
suk ke dalam pelataran Allah tanpa membayar harga, se-
bab demikianlah ketentuan hartikel m Taurat, supaya tidak
seorang pun datang menghadap Allah dengan tangan ko-
song. Namun demikian, ia rindu untuk datang, dan tidak
akan berkeluh dengan tuntutan yang harus dipenuhinya.
3. Bagaimana besarnya keinginan ini. Keinginannya sangat ku-
kuh. Jiwanyalah yang rindu, jiwanya yang haus, yang menun-
jukkan bukan hanya ketulusan melainkan juga kekuatan dari
keinginannya. Kerinduannya untuk meneguk air dari sumur
Betlehem tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ke-
rinduan yang ini. Ia membandingkan kerinduannya ini dengan
seekor rusa, atau kijang, yang secara alamiah menjadi kepa-
nasan dan kekeringan, terutama rusa jantan yang sedang di-
buru-buru, yang merindukan sungai yang berair. Begitu ber-
sungguh-sungguhnya jiwa yang penuh rahmat ingin bersekutu
dengan Allah, begitu tidak sabarnya ia saat kehilangan per-
sekutuan itu, dan begitu mustahil baginya untuk dapat
dipuaskan oleh apa pun yang tidak sebanding dengan perse-
kutuan seperti itu. Jiwa itu begitu tidak terpuaskan dalam me-
nikmati persekutuan itu saat kesempatan untuk menikmati-
nya datang kembali sebab masih tetap haus untuk menikmati
Allah dengan sepenuhnya di Kerajaan Sorgawi.
II. Kasih kudusnya berduka sebab hadirat Allah undur dari dirinya.
Ia berduka sebab tidak bisa menikmati keuntungan dari acara-
acara ibadah yang khidmat (ay. 4): Air mataku menjadi makanan-
ku siang dan malam selama aku terpaksa tidak bisa hadir di
rumah Allah ini. Keadaannya penuh dengan duka, dan hatinya
hanyut, tertekan, dan ia menjadi sedih. Begitulah, nabi yang se-
kaligus raja itu pun menjadi nabi peratap saat kehilangan peng-
hiburan-penghiburan dari rumah Allah. Air matanya bercampur
dengan makanannya, bahkan, air matanya yaitu makanannya
siang dan malam. Ia makan, ia berpesta, dengan air matanya sen-
diri, saat ada alasan yang pantas untuk itu. Dan ia merasa puas
saat mendapati hatinya begitu diaduk-aduk oleh kesusahan se-
600
macam ini. Amatilah, tidak cartikel p baginya hanya dengan mene-
teskan satu atau dua butir air mata saat berpisah dari tempat
kudus, hanya dengan mengucapkan doa perpisahan sambil mena-
ngis saat ia pergi meninggalkannya. Lebih dari pada itu, selama
ia dipaksa untuk tidak boleh menghadiri tempat kesenangannya
itu, ia tidak mau mendongakkan kepalanya, tetapi terus menangis
siang dan malam. Perhatikanlah, orang-orang yang diambil hak-
nya untuk menghadiri acara-acara ibadah pasti akan terus-mene-
rus merindukannya. Ia akan terus meratapi kehilangannya itu
sampai semua itu dikembalikan lagi kepadanya. Ada dua hal yang
memperberat derita Daud itu:
1. Celaan-celaan yang dilontarkan para musuhnya untuk meng-
olok-olok dia: Sepanjang hari orang berkata kepadaku: Di
mana Allahmu?
(1) sebab ia tidak ada bersama-sama dengan tabut perjanji-
an, tanda hadirat Allah. Dengan menilai Allah Israel menu-
rut ilah-ilah bangsa kafir, mereka memandang bahwa ia
telah kehilangan Allahnya. Perhatikanlah, keliru orang jika
mereka berpikir bahwa dengan merampas Alkitab, hamba
Tuhan, dan ibadah-ibadah yang khidmat dari kita, mereka
telah merampas Allah dari kita. Sebab, meskipun Allah
telah mengikatkan kita kepada semua hal itu saat hal-hal
tersebut kita miliki, Dia tidak mengikat diri-Nya sendiri
kepada semua hal itu. Kita tahu di mana Allah kita, dan di
mana harus menemukan-Nya, meskipun kita tidak tahu di
mana tabut perjanjian-Nya atau di mana harus menemu-
kan tabut itu. Di mana pun kita berada, ada jalan yang ter-
buka menuju sorga.
(2) sebab Allah tidak segera bangkit untuk membebaskannya,
mereka menyimpulkan bahwa Dia telah meninggalkannya.
Namun, dalam hal ini juga mereka tertipu. Hanya sebab
orang-orang kudus telah kehilangan semua teman mereka,
itu tidak lantas berarti bahwa mereka telah kehilangan
Allah mereka. Meskipun demikian, pandangan rendah me-
reka terhadap Allah dan umat-Nya ini cartikel p menambah
penderitaan pada orang yang sedang tertindas, dan itulah
yang mereka inginkan. Tidak ada yang lebih menyusahkan
Kitab Mazmur 42:1-6
601
jiwa yang mulia selain dari niat untuk menggoncangkan
harapan dan keyakinannya kepada Allah.
2. Kenangan akan segala kebebasan dan kenikmatannya yang
dulu (ay. 5). Anakku, ingatlah bahwa semua hal baik yang eng-
kau terima akan sangat memperberat hal-hal yang jahat, apa
yang kita renungkan kembali menambah penderitaan kita
pada saat ini. Daud teringat akan hari-hari dahulu kala, dan
kemudian jiwanya gundah gulana. Ia hancur lebur, dan ka-
rena memikirkan ini ia hampir patah hati. Jiwanya gundah
gulana dalam kesedihan, namun kemudian ia mencurahkan
kegundahan jiwanya di hadapan Allah dalam doa. Tetapi, apa-
kah gerangan yang menyebabkan rohnya hancur lebur dengan
demikian menyakitkan? Yang menyebabkannya bukanlah ke-
nangan-kenangan indah di istana, atau kehangatan-kehangat-
an di rumahnya sendiri, yang darinya ia kini dibuang, dan
yang menyiksanya, melainkan kenangan akan kebebasan yang
dulu dimilikinya untuk masuk ke dalam rumah Allah, dan ke-
senangan yang dulu dinikmatinya dalam menghadiri ibadah-
ibadah suci yang khidmat di sana.
(1) Ia melangkah ke rumah Allah, meskipun pada masanya ru-
mah itu hanyalah berupa tenda. Atau, jika mazmur ini me-
mang ditulis, sebagaimana yang banyak dipikirkan orang,
pada waktu ia dikejar-kejar Saul, maka tabut Allah pada
saat itu disimpan di rumah seseorang (2Sam. 6:3). Namun
kehinaan, ketidaktenaran, dan ketidaknyamanan tempat
itu tidak mengurangi penghargaannya terhadap lambang
suci hadirat ilahi itu. Daud yaitu seorang pejabat istana,
seorang raja, seorang yang terhormat, seorang pekerja, na-
mun ia sangat rajin menghadiri rumah Allah dan berga-
bung mengikuti upacara-upacara ibadah bersama, bahkan
pada masa Saul, saat Saul dan para pembesarnya tidak
mengindahkannya (1Taw. 13:3). Apa pun yang dilakukan
orang lain, Daud dan seisi rumahnya akan melayani
Tuhan.
(2) Ia berjalan maju dalam kepadatan manusia, dan tidak
menganggapnya sebagai penghinaan pada martabatnya
sendiri untuk menjadi pemimpin orang ramai dalam mela-
yani Allah. Bahkan, perbuatannya ini lebih menambah ke-
602
senangannya dalam melayani Allah, bahwa ia ditemani oleh
orang banyak, dan oleh sebab nya hal itu disebutkan dua
kali di sini sebagai sesuatu yang kini sangat diratapinya
sebab ia tidak bisa melakukannya lagi. Semakin banyak
orang, semakin baik jadinya dalam melayani Allah. Ini se-
makin menyerupai sorga, dan membantu kita untuk lebih
merasakan penghiburan dalam persekutuan kita dengan
para orang kudus.
(3) Ia melangkah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syu-
kur, bukan hanya dengan sorak-sorai dan nyanyian syartikel r
di dalam hatinya, melainkan juga mengungkapkannya te-
rang-terangan, dengan mengumandangkan sukacitanya
dan menyuarakan secara lantang puji-pujian yang tinggi
bagi Allahnya. Perhatikanlah, saat kita menantikan Allah
dalam upacara-upacara ibadah bersama, beralasanlah bila
kita melakukannya baik dengan segala keceriaan dan rasa
syartikel r, supaya hati kita terhibur dan bisa menaikkan puji-
an kemuliaan bagi Allah sebab kita bisa bebas untuk me-
nemui-Nya.
(4) Ia pergi untuk memperingati hari-hari suci, bukan untuk
memperingatinya dengan kegembiraan dan pelesir yang
sia-sia, melainkan dengan tindakan saleh. Hari-hari yang
khidmat paling baik dihabiskan dalam perkumpulan-per-
kumpulan yang khidmat.
III. Kasih kudus yang berharap (ay. 6): Mengapa engkau tertekan, hai
jiwaku? Kesedihannya memang untuk alasan yang sangat baik,
namun kesedihan itu tidak boleh melebihi batas-batas yang wajar,
atau sampai berhasil menyusahkan jiwanya. Oleh sebab itu, ia
bercakap-cakap dengan hatinya sendiri, mencari kelegaan. Mari-
lah, hai jiwaku, ada sesuatu yang harus kukatakan kepadamu da-
lam kesusahan yang menimpamu. Marilah kita pertimbangkan,
1. Penyebabnya. Engkau tertekan, seperti orang yang bungkuk
dan terkulai sebab menanggung beban (Ams. 12:25). Engkau
gelisah, bingung, dan kacau. Mengapakah engkau begitu hai
jiwaku? Ini bisa dipandang sebagai pertanyaan yang meminta
jawaban: Biarlah penyebab ketidaktenangan ini dipertimbang-
kan sebagaimana mestinya, dan lihat apakah penyebab itu
wajar. Kegelisahan-kegelisahan kita dalam banyak hal akan
Kitab Mazmur 42:1-6
603
sirna saat diperiksa benar-benar apa yang menjadi dasar-
dasar dan alasan-alasannya. Mengapa aku tertekan? Apakah
ada alasannya, alasan yang nyata? Bukankah orang lain mem-
punyai lebih banyak alasan, namun mereka tidak sampai ter-
tekan seperti ini? Bukankah kita, pada waktu yang sama,
mempunyai alasan untuk berbesar hati? Atau ini bisa dipan-
dang sebagai pertanyaan yang diajukan untuk bertukar pikir-
an. Orang-orang yang banyak berbincang-bincang dengan hati
mereka sendiri sering kali akan mendapatkan kesempatan
untuk menegurnya, seperti yang diperbuat Daud di sini.
Mengapakah aku demikian tidak menghormati Allah dengan
kemurunganku yang menyedihkan ini? Mengapakah aku me-
matahkan semangat orang lain dan begitu banyak melukai
diriku sendiri? Dapatkah aku mempertanggungjawabkan gejo-
lak perasaan ini?
2. Penyembuhannya: Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan
bersyartikel r lagi kepada-Nya. Keyakinan dan kepercayaan ke-
pada Allah merupakan penangkal ampuh bagi kemuraman
dan kegelisahan jiwa yang melanda. Oleh sebab itu, saat
kita menegur diri kita sendiri untuk berharap kepada Allah,
janganlah jiwa kita dibiarkan bergumul sendirian, sebab ia
akan tenggelam. Namun, jika ia berpegang erat-erat pada kua-
sa dan janji Allah, maka kepalanya akan tetap mengambang di
atas air. Berharaplah kepada Allah,
(1) Agar Dia mendapatkan kemuliaan dari kita: Aku akan ber-
syartikel r lagi kepada-Nya (KJV: Aku akan memuji-Nya lagi
pen.). Keadaanku akan mengalami perubahan yang sedemi-
kian rupa sehingga aku tidak akan kekurangan pokok puji-
an, dan rohku akan mengalami perubahan yang sedemi-
kian rupa sehingga aku tidak akan kekurangan hati untuk
memuji. yaitu suatu kehormatan dan kebahagiaan yang
terbesar bagi manusia, dan keinginan serta harapan yang
terbesar dari setiap orang yang baik, untuk menjadi kena-
maan dan pujian bagi Allah. Apa mahkota kebahagiaan
sorga jika bukan ini, bahwa di sana kita akan memuji Allah
untuk selama-lamanya? Dan apa yang menyokong kita da-
lam kemalangan-kemalangan yang kita alami sekarang jika
bukan ini, bahwa kita akan memuji Allah lagi, bahwa se-
mua kemalangan itu tidak akan menghalangi atau mereda-
604
kan ungkapan-ungkapan haleluya kita yang tiada berkesu-
dahan?
(2) Bahwa kita akan mendapatkan penghiburan di dalam Dia.
Kita akan memuji-Nya atas pertolongan-Nya, atas kebaik-
an-Nya, atas dartikel ngan yang kita miliki melalui pertolong-
an-Nya itu dan kepuasan yang kita rasakan di dalamnya.
Orang-orang yang tahu bagaimana menghargai dan me-
manfaatkan terang wajah Allah akan menemukan di da-
lamnya pertolongan yang sesuai, tepat waktu, dan men-
cartikel pi pada masa-masa yang paling sulit. Dan inilah yang
akan memperlengkapi mereka dengan pokok-pokok pujian
yang tidak ada habis-habisnya. Pengharapan dan keperca-
yaan Daud akan hal ini menjaganya sehingga tidak tengge-
lam, bahkan, pengharapan itu mencegahnya agar tak sam-
pai tidak berdaya sama sekali. Kecapinya yaitu obat yang
meredakan kesedihan Saul, namun pengharapannya ada-
lah obat yang mujarab bagi kesedihannya sendiri.
Berbagai Keluhan dan Penghiburan
(42:7-12)
7 Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu dari tanah
sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar. 8 Samudera
raya berpanggil-panggilan dengan deru air terjun-Mu; segala gelora dan ge-
lombang-Mu bergulung melingkupi aku. 9 TUHAN memerintahkan kasih se-
tia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian,
suatu doa kepada Allah kehidupanku. 10 Aku berkata kepada Allah, gunung
batartikel : Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup ber-
kabung di bawah impitan musuh? 11 Seperti tikaman maut ke dalam tulang-
ku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: Di mana
Allahmu? 12 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau
gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyartikel r lagi
kepada-Nya, penolongku dan Allahku.
Keluhan-keluhan dan penghiburan-penghiburan di sini, sama seperti
sebelumnya, silih berganti, bagaikan siang dan malam dalam per-
edaran alam.
I. Ia mengeluhkan jiwanya yang tertekan, tetapi menghibur dirinya
dengan pemikiran-pemikiran akan Allah (ay. 7).
1. Dalam permasalahan-permasalahannya. Jiwanya murung, dan
ia datang kepada Allah, lalu memberitahukan Dia demikian:
Kitab Mazmur 42:7-12
605
Ya Tuhan, jiwaku tertekan dalam diriku. Sungguh merupakan
suatu dartikel ngan yang besar bagi kita, bahwa kita bebas untuk
datang kepada Allah kapan saja saat kita sedang tertekan.
Kita mempunyai kebebasan untuk berbicara di hadapan-Nya
dan mencurahkan kepada-Nya penyebab-penyebab kemurung-
an kita. Daud sudah berbincang-bincang dengan hatinya ten-
tang kepahitannya sendiri, namun hingga saat itu ia masih
belum mendapatkan kelegaan. Oleh sebab itu, ia berbalik ke-
pada Allah, dan mengungkapkan permasalahan itu di hadap-
an-Nya. Perhatikanlah, bila kita sudah berbantah dengan diri
sendiri dan belum juga mendapat kelegaan bagi jiwa kita,
maka kita harus mengusahakan apa yang bisa kita lakukan
dengan berdoa kepada Allah dan menyerahkan permasalahan
kita kepada-Nya. Kita tidak bisa menenangkan angin dan
gelombang ini, namun kita tahu siapa yang bisa.
2. Dalam ibadah-ibadahnya. Jiwanya terangkat, dan, sebab sa-
dar bahwa penyakitnya sangat nyeri, ia mengambil jalan un-
tuk datang kepada Dia sebagai Penyembuh yang berdaulat.
Jiwaku terjerumus jauh ke dalam, oleh sebab itu, untuk men-
cegahnya supaya tidak tenggelam, aku akan mengingat-ingat-
Mu, merenungkan-Mu, dan berseru-seru kepada-Mu, dan
mencoba apa saja yang membuat jiwaku tetap terangkat.
Perhatikanlah, cara untuk melupakan rasa sengsara kita ada-
lah dengan mengingat Allah sumber belas kasihan kita. yaitu
suatu keadaan yang tidak biasa terjadi saat sang pemazmur
teringat akan Allah, lalu ia kesusahan (77:3). Seringnya, sete-
lah teringat akan Allah, ia terhibur, dan oleh sebab itu ia
mengambil jalan yang berguna itu sekarang. Ia kini sudah ter-
pojok sampai ke ujung perbatasan tanah Kanaan, berlindung
di sana dari kegeraman para penganiayanya. Kadang-kadang
ia lari ke daerah sekitar Yordan, dan apabila ditemukan di
sana, ia lari lagi ke pegunungan Hermon, atau ke sebuah gu-
nung yang bernama Mizar, yang berarti bukit (gunung) kecil.
Namun,
(1) Ke mana pun ia pergi, ia membawa serta agamanya ber-
sama dia. Di semua tempat ini, ia mengingat Allah, dan
mengangkat hatinya kepada-Nya, serta menjaga persekutu-
an rahasianya dengan-Nya. Inilah penghiburan bagi orang-
orang yang terbuang, para pengelana, pelancong, dan me-
606
reka yang merupakan pendatang di negeri asing, bahwa
undique ad cælos tantundem est viæ di mana pun mereka
berada, ada jalan yang terbuka ke arah sorga.
(2) Di mana pun ia berada, ia tetap menyimpan rasa sayang-
nya akan pelataran rumah Allah. Dari tanah Yordan, atau
dari puncak pegunungan, ia biasanya memandang dengan
penuh kerinduan, ke arah tempat kudus, dan rindu untuk
berada di sana. Jarak dan waktu tidak bisa membuatnya
lupa akan apa yang begitu lekat di hatinya, sangat dekat di
sana.
II. Ia mengeluhkan tanda-tanda ketidakberkenanan Allah melawan
dia, namun menghibur dirinya sendiri dengan harapan-harapan
bahwa kebaikan-Nya akan kembali pada waktunya.
1. Ia melihat bahwa permasalahannya datang sebab murka
Allah, dan ini menciutkan hatinya (ay. 8): Samudera raya ber-
panggil-panggilan, satu penderitaan datang menimpa penderi-
taan yang lain, seolah-olah mereka dipanggil untuk berkejar-
kejaran. Dan air terjun-Mu memberikan petunjuk serta me-
niupkan sangkakala peperangan. Yang dimaksudkan di sini
mungkin kengerian dan kegelisahan batinnya saat merasakan
murka Allah. Satu pikiran yang menakutkan mengundang
pikiran takut yang lain, dan membuka jalan baginya, seperti
yang biasa terjadi pada orang-orang yang sedang bersusah
hati. Air bah kesedihan melandanya, dan ia kewalahan meng-
hadapinya, seperti air bah pada zaman dulu, saat tingkap-
tingkap langit terbuka dan segala mata air samudra raya
terbelah. Atau ini merupakan rujukan pada kapal di laut di
tengah-tengah badai besar, yang diombang-ambingkan oleh
amukan gelombang, yang naik melingkupinya (107:25). Apa
pun gelombang dan gelora penderitaan yang melingkupi kita
pada setiap waktu, kita harus menyebut itu yaitu gelombang
dan gelora Allah, agar kita dapat merendahkan diri kita di
bawah tangan-Nya yang perkasa, dan dapat mendorong diri
kita sendiri untuk berharap bahwa meskipun kita terancam,
kita tidak akan binasa. Gelombang dan gelora bergulung di
bawah kendali ilahi. Dari pada suara air yang besar ini, lebih
hebat TUHAN di tempat tinggi. Janganlah orang baik mengang-
gapnya aneh jika mereka diuji dengan banyak dan beragam
Kitab Mazmur 42:7-12
607
pencobaan, dan jika pencobaan-pencobaan itu menimpa me-
reka dengan begitu berat. Allah tahu apa yang diperbuat-Nya,
dan mereka pun akan mengetahuinya sebentar lagi. Yunus, di
dalam perut ikan, mengucapkan kata-kata Daud ini (Yun. 2:3)
(kata-kata itu persis sama dalam bahasa aslinya), dan perkata-
an itu benar-benar terjadi pada diri Yunus secara nyata, se-
gala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku. Memang, Kitab
Mazmur dirancang sedemikian rupa supaya dapat menjangkau
permasalahan setiap orang.
2. Ia mengharapkan pembebasannya datang dari kebaikan Allah
(ay. 9): TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya. Banyak hal
memang buruk, tetapi tidak semua selalu demikian. Non si
male nunc et olim sic erit Meskipun perkara-perkara yang se-
karang dihadapi sangat jahat, tidak akan selalu demikian.
Seusai badai, akan datang ketenangan, dan pengharapan akan
hal ini menguatkan Daud saat samudra raya berpanggil-
panggilan.
Perhatikanlah:
(1) Apa yang dijanjikannya bagi dirinya sendiri mengenai
Allah: TUHAN akan memerintahkan kasih setia-Nya. Ia me-
mandang kebaikan Allah sebagai sumber dari segala ke-
baikan yang dicarinya. Kebaikan-Nya itu yaitu hidup,
kebaikan-Nya lebih baik daripada hidup, dan dengan
kebaikan itu Allah akan mengumpulkan orang-orang yang
dari mereka Dia telah, dalam murka sesaat, menyembunyi-
kan wajah-Nya (Yes. 54:7-8). Penganugerahan kebaikan
oleh Allah ini disebut dengan Ia memerintahkan kebaikan-
Nya itu. Ini menunjukkan bahwa kebaikan itu diberikan
secara cuma-cuma. Kita tidak bisa mengaku-ngaku berjasa
untuk menerimanya. Sebaliknya, kebaikan itu dikarunia-
kan tanpa ada paksaan dari penguasa, yakni Dia memberi
seperti seorang raja. Ini juga menunjukkan bahwa kebaik-
an itu sungguh punya kemampuan untuk membuahkan
hasil. Ia mengucapkan kasih setia-Nya, dan membuat kita
mendengarnya. Ia berkata, lalu itu jadi. Ia memerintahkan
kemenangan (44:5), memerintahkan berkat (133:3), sebagai
yang empunya hak dan kuasa untuk itu. Dengan memerin-
tahkan kasih setia-Nya, Ia memerintahkan gelombang dan
608
gelora untuk reda, dan mereka akan mematuhi-Nya. Ini
akan dilakukan-Nya pada siang hari, sebab kasih setia
Allah akan membawa hari yang cerah pada jiwa kapan
saja. Meskipun tangisan terdengar sepanjang malam, ma-
lam yang panjang, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
(2) Apa yang dijanjikannya kepada Allah bagi dirinya sendiri.
Jika Allah memerintahkan kasih setia-Nya baginya, maka
ia akan menerimanya dan menyambutnya, dengan segala
perasaan dan ibadahnya yang terbaik.
[1] Ia akan bersukacita di dalam Allah: Pada malam hari
aku menyanyikan nyanyian. Belas kasihan yang kita
terima pada siang hari harus kita syartikel ri pada malam
hari. saat orang lain tertidur, kita harus memuji Allah
(119:62), tengah malam aku bangun untuk bersyartikel r
kepada-Mu. Dalam keheningan dan kesendirian, saat
kita mengundurkan diri dari hiruk-pikuk dunia ini, kita
harus menyenangkan diri kita dengan pemikiran-pemi-
kiran akan kebaikan Allah. Atau pada malam penderita-
an: Sebelum fajar merekah, saat Allah memerintah-
kan kasih setia-Nya, aku akan menyanyikan nyanyian
puji-pujian dalam pengharapanku akan datangnya ka-
sih setia-Nya. Bahkan dalam kesengsaraan, orang-
orang kudus dapat bermegah dalam pengharapan akan
menerima kemuliaan Allah, bernyanyi dalam pengharap-
an, dan memuji dalam pengharapan (Rm. 5:2-3). yaitu
hak istimewa Allah untuk memberi nyanyian pujian di
waktu malam (Ayb. 35:10).
[2] Ia akan mencari Allah dengan terus bergantung kepada-
Nya: Doaku akan kupanjatkan kepada Allah kehidupan-
ku. Pengharapan dan kepercayaan kita akan belas ka-
sihan Allah tidak boleh menggantikan, tetapi justru
mendorong, doa-doa kita untuk menerimanya. Allah
yaitu Allah kehidupan kita, di dalam Dia kita hidup
dan bergerak, Sang Pencipta dan Pemberi semua peng-
hiburan bagi kita. Oleh sebab itu, kepada siapa lagi kita
harus datang dengan doa selain kepada-Nya? Dan dari
Dia, kebaikan apakah yang tidak boleh kita harapkan?
Doa-doa kita akan hidup jika kita memandang Allah
sebagai Allah kehidupan kita. Untuk kehidupan kitalah,
Kitab Mazmur 42:7-12
609
dan kehidupan jiwa kita, kita berdiri untuk mengajukan
permohonan.
III. Ia mengeluhkan penghinaan musuh-musuhnya, namun menghi-
bur dirinya sendiri di dalam Allah sebagai sahabatnya (ay. 10-12).
1. Keluhannya yaitu bahwa musuh-musuhnya menekan dan
mencela dia, dan ini membuatnya sangat tertekan.
(1) Mereka menekannya sedemikian rupa sehingga ia berka-
bung dari hari ke hari, dari tempat ke tempat (ay. 10). Ia
tidak melampiaskan perasaannya dengan cara yang tidak
pantas, meskipun sudah dilecehkan seperti yang belum
pernah dialami oleh siapa pun, tetapi menangisi kesedihan-
nya secara diam-diam, dan pergi berkabung. Dan kita tidak
bisa menyalahkannya untuk ini: orang yang benar-benar
mencintai negerinya, dan mengusahakan kebaikan untuk-
nya, pasti akan merasa sedih melihat dirinya sendiri dike-
jar-kejar dan hampir tidak pernah dimanfaatkan, seolah-
olah ia musuh bagi negerinya sendiri. Namun, dari sini
Daud tidak boleh menyimpulkan bahwa Allah telah melu-
pakannya dan membuangnya. Ia juga tidak boleh berban-
tah dengan-Nya seperti itu, seolah-olah Allah telah berbuat
salah kepadanya dengan membiarkannya diinjak-injak se-
perti orang-orang itu menginjak-injak dia: Mengapa aku
harus hidup berkabung? Dan mengapa Engkau melupakan
aku? Kita boleh berkeluh kesah kepada Allah, namun kita
tidak boleh mengeluhkan Dia seperti itu.
(2) Mereka mencelanya dengan begitu menusuk sehingga cela-
an itu terasa seperti tikaman maut ke dalam tulangnya (ay.
11). Ia sudah menyebutkan sebelumnya celaan apa yang
menusuk sampai ke dalam jiwanya, dan di sini ia meng-
ulanginya: Mereka berkata kepadaku sepanjang hari: Di
mana Allahmu? Ini suatu celaan yang sangat menyakitkan
baginya, sebab celaan itu menghina kehormatan Allah dan
diniatkan untuk mematahkan pengharapannya kepada
Allah. Ia masih memiliki cartikel p pengharapan itu, tetapi
harus dijaganya untuk tetap bertahan, dan itu pun cende-
rung mudah sirna.
610
2. Penghiburannya yaitu bahwa Allah yaitu gunung batunya
(ay. 10), yaitu gunung batu yang di atasnya ia dapat mendiri-
kan bangunan, dan gunung batu yang dapat digunakannya se-
bagai tempat berlindung. Gunung batu yang abadi, yang di
dalam-Nya terdapat kekuatan kekal, akan menjadi gunung ba-
tunya, kekuatan dalam dirinya, baik untuk melakukan sesua-
tu maupun untuk menanggung suatu penderitaan. Kepada-
Nya ia bebas datang dengan penuh keyakinan. Kepada Allah
gunung batunya ia bisa mengatakan apa yang harus dikata-
kannya, dan yakin bahwa ia akan didengarkan dengan penuh
rahmat. Oleh sebab itu, ia mengulangi apa yang sudah dikata-
kannya sebelumnya (ay. 6), dan menutupnya dengan perkata-
an itu (ay. 12): Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku? Duka
dan rasa takutnya berteriak-teriak dengan nyaring dan me-
nyusahkan jiwanya. Semuanya itu tidak bisa dibungkam mes-
kipun sudah ditanggapi berkali-kali. Namun di sini, pada
akhirnya, imannya keluar sebagai pemenang dan mendesak
mundur musuh-musuhnya dari medan pertempuran. Dan ia
pun meraih kemenangan ini,
(1) Dengan mengulangi apa yang sudah dikatakannya sebe-
lumnya, yaitu menegur dirinya sendiri, sama seperti sebe-
lumnya, atas segala kemurungan dan kegelisahannya, dan
mendorong dirinya sendiri untuk percaya pada nama
Tuhan, dan untuk tetap berpegang pada Allahnya. Perhati-
kanlah, sangatlah berguna juga bagi kita untuk memikir-
kan kembali hal-hal yang baik berulang-ulang, dan jika
kita tidak berhasil pada kali pertama, mungkin kita akan
berhasil pada kali kedua. Namun bagaimanapun juga, jika
hati kita turut sejalan dengan perkataan kita, maka ini
bukan pengulangan yang sia-sia. Kita perlu menekankan
hal yang sama secara berulang kali dalam hati kita, dan
semua itu harus kita lakukan sedikit demi sedikit.
(2) Dengan menambahkan satu kata ke dalamnya, pada ayat 6
ia berharap untuk memuji Allah atas keselamatan yang ada
pada wajah-Nya (KJV), sementara pada ayat 12 ini, Aku
akan memuji-Nya, (KJV) ujarnya, sebagai Allah yang me-
nyelamatkan wajahku dari awan kelabu yang menyelimuti-
ku pada saat ini. Jika Allah tersenyum kepadaku, maka itu
akan membuatku tampak menyenangkan, akan membuat-
Kitab Mazmur 42:7-12
611
ku menengadah, menatap ke depan, dan menengok ke se-
kelilingku dengan hati senang. Ia menambahkan, dan
Allahku, yang berhubungan denganku, yang mengikat ko-
venan denganku. Segala sesuatu tentang Dia, segala sesua-
tu yang dimiliki-Nya, yaitu milik-Ku, sesuai dengan niat
dan maksud yang sebenarnya dari janji itu. Pemikiran ini
memampukan dia untuk menang atas segala duka dan
ketakutannya. Keberadaan Allah bersama orang-orang ku-
dus di sorga, dan kedudukan-Nya sebagai Allah mereka,
yaitu sesuatu yang akan menghapus segala air mata dari
mata mereka (Why. 21:3-4).
PASAL 43
azmur ini, ada kemungkinan, ditulis pada kesempatan yang
sama seperti mazmur sebelumnya, dan, sebab tidak punya
judul, dapat dipandang sebagai tambahan untuk mazmur itu. saat
kesakitan kembali menimpanya sekarang, sang pemazmur segera
mengambil jalan untuk mendapatkan obat penawar yang sama,
sebab ia telah memasukkan cara ini ke dalam bartikel nya sebagai cara
yang probatum est sudah terbukti. Ayat kedua dari mazmur ini
hampir sama dengan ayat kesepuluh dari mazmur sebelumnya. De-
mikian pula, ayat kelima dari mazmur ini sama persis dengan ayat
kedua belas dari mazmur sebelumnya. Kristus sendiri, yang mempu-
nyai Roh secara tidak terbatas, saat ada kesempatan, berdoa seba-
nyak dua tiga kali dengan mengucapkan doa yang itu juga (Mat.
26:44). Dalam mazmur ini,
I. Daud mengadu kepada Allah tentang kejahatan-kejahatan
yang telah diperbuat musuh-musuhnya kepadanya (ay. 1-2).
II. Dia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan lagi kepada-
nya kesenangan yang dulu dirasakannya dengan bebas da-
lam mengikuti upacara-upacara ibadah bersama, dan ia ber-
janji akan memanfaatkannya dengan baik (ay. 3-4).
III. Ia berusaha menenangkan gejolak rohnya sendiri dengan
harapan dan keyakinannya yang hidup kepada Allah (ay. 5).
sebab itu, jika dalam menyanyikan mazmur ini, kita berusaha
melakukannya seperti Daud di sini, maka kita bernyanyi dengan
anugerah Allah di dalam hati kita.
M
614
Berbagai Seruan dan Permohonan
(43:1-5)
1 Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terha-
dap kaum yang tidak saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang
curang! 2 Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau
membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan
musuh? 3 Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku ditun-
tun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu! 4
Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang yaitu suka-
citaku dan kegembiraanku, dan bersyartikel r kepada-Mu dengan kecapi, ya
Allah, ya Allahku! 5 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa eng-
kau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyartikel r
lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Di sini Daud berseru kepada Allah, dengan iman dan doa, sebagai
Hakimnya, kekuatannya, Penuntunnya, sukacitanya, dan pengharap-
annya, dengan perasaan-perasaan dan ungkapan-ungkapan yang se-
suai.
I. Sebagai Hakimnya, Hakimnya yang adil, yang ia tahu akan meng-
adilinya, dan yang ia tahu (sebab sadar akan kejujurannya sen-
diri) akan memberikan keadilan kepadanya (ay. 1): Berilah keadil-
an kepadaku, ya Allah dan perjuangkanlah perkaraku! Ada orang-
orang yang mendakwanya. Ia membela diri melawan mereka dan
terhadap pengadilan mereka, di mana dia secara tidak adil dinya-
takan bersalah dan dihartikel m. Ia berseru kepada pengadilan sorga,
mahkamah agung, berdoa agar penghakiman mereka yang mela-
wannya berbalik menentang mereka sendiri dan agar ketidakber-
salahannya dibersihkan. Ada orang-orang yang telah melukainya.
Jadi, ia menggugat mereka dan mengutarakan keluhannya ke-
pada Dia yang membalaskan kesalahan, dengan berdoa meminta
keadilan bagi dirinya dan terhadap mereka.
Perhatikanlah:
1. Siapa musuh-musuhnya yang dengan mereka dia sedang ber-
gumul. Inilah sekelompok orang berdosa, yang disebutnya
kaum yang tidak saleh atau yang tidak berbelas kasihan.
Orang-orang yang tidak berbelas kasihan memperlihatkan
bahwa mereka tidak saleh. Sebab, orang-orang yang takut
atau yang mengasihi tuan mereka pasti akan mempunyai
belas kasihan terhadap teman-teman mereka sesama hamba.
Dan di sini ada sesorang jahat yang mengepalai mereka, se-
Kitab Mazmur 43:1-5
615
orang penipu dan curang, kemungkinan besar Saul, yang
bukan saja sama sekali tidak menunjukkan kebaikan kepada
Daud, tetapi juga yang paling licik dan tidak jujur terhadap-
nya. Jika Absalom yaitu orang yang dimaksudkannya, sifat-
nya pun tidak lebih baik. Selama ada orang-orang jahat seperti
itu di luar neraka, dan beribu-ribu kaumnya, maka tidak he-
ran jika orang-orang baik, yang masih berada di luar sorga,
menjumpai perlakuan yang keras dan hina. Sebagian orang
berpikir bahwa Daud, melalui roh bernubuat, merancang maz-
mur ini untuk digunakan oleh orang-orang Yahudi di pem-
buangan mereka di Babel, dan bahwa orang-orang Kasdim
yaitu kaum yang tidak saleh yang dimaksudkan di sini. Maz-
mur ini dapat diterapkan dengan paling baik kepada mereka,
namun seperti perikop-perikop Alkitab lain yang serupa, tidak
ada yang boleh ditafsirkan menurut selera pribadi. Allah bisa
saja merancangnya untuk digunakan oleh mereka, tidak pe-
duli apakah Daud merancangnya demikian atau tidak.
2. Apa yang menjadi doanya dalam kaitan dengan orang-orang
yang berbuat jahat kepada dia: Berilah keadilan kepadaku.
Tentang perselisihan Allah dengan dirinya sebab dosanya, dia
berdoa, Janganlah berperkara denganku, sebab jika demikian
aku akan dihartikel m. Namun, tentang perselisihan musuh-mu-
suhnya dengan dirinya, dia berdoa, Ya Tuhan, adililah aku,
sebab aku tahu bahwa aku akan dibenarkan. Perjuangkanlah
perkaraku terhadap mereka, berpihaklah kepadaku, dan dalam
pemeliharaan-Mu bangkitlah membelaku. Barangsiapa yang
mempunyai perkara yang jujur boleh berharap bahwa Allah
akan memperjuangkan perkaranya. Perjuangkanlah perkara-
ku sehingga aku terluput dari mereka, supaya apa yang hen-
dak mereka perbuat terhadapku tidak terlaksana. Kita harus
memandang bahwa perkara kita sudah cartikel p diperjuangkan
jika kita terluput dari musuh-musuh kita, meskipun mereka
tidak dihancurkan.
II. Sebagai kekuatannya, kekuatannya yang maha-mencartikel pi. De-
mikianlah ia memandang Allah (ay. 2): Engkaulah Allah tempat
pengungsianku (KJV: Engkaulah Allah kekuatanku pen.), Allahku,
kekuatanku, yang dari-Nya segala kekuatanku berasal, yang di
dalam Dia aku menguatkan diriku sendiri, yang sudah sering kali
616
menguatkan aku, dan yang tanpa-Nya aku lemah seperti air dan
sama sekali tidak mampu entah untuk berbuat sesuatu atau
menanggung suatu penderitaan bagi-Mu. Daud sekarang berka-
bung, tanpa sukacita rohani, namun Dia mendapati Allah sebagai
Allah kekuatannya. Jika kita tidak bisa menghibur diri di dalam
Allah, kita dapat tetap tinggal di dalam Dia, dan boleh mendapat-
kan dartikel ngan-dartikel ngan rohani saat kita kehilangan kegem-
biraan-kegembiraan rohani. Di sini Daud menyerukan hal ini ke-
pada Allah: Engkaulah Allah, kepada-Mulah aku bergantung
sebagai kekuatanku. Lalu mengapa Engkau membuang aku? Ini
merupakan suatu kesalahan, sebab Allah tidak pernah mem-
buang siapa pun yang percaya kepada-Nya, apa pun kekhawatir-
an dan kesedihan yang mungkin telah mereka rasakan sendiri.
Engkaulah Allah kekuatanku. Lalu mengapa musuhku terlalu
kuat bagiku, dan mengapa aku berkabung sebab kekuatannya
yang menindas itu? Memang sulit untuk mendamaikan kekuatan
besar musuh-musuh gereja dengan kekuatan mahabesar Allah
atas gereja. Namun, apabila tiba harinya, mereka akan diperda-
maikan, saat semua musuh-Nya menjadi tumpuan kaki-Nya.
III. Sebagai Penuntunnya, Penuntunnya yang setia (ay. 3): Tuntunlah
aku, dan bawalah aku ke gunung-Mu yang kudus.
Ia berdoa,
1. Agar Allah dengan pemeliharaan-Nya akan membawanya kem-
bali dari pembuangan, dan membuka jalan baginya lagi untuk
menikmati hak-hak istimewanya secara bebas di tempat ku-
dus Allah. Hatinya tertuju pada gunung yang kudus dan tem-
pat kediaman Allah, bukan pada kehangatan keluarganya, ke-
dudukannya di istana, atau kesenangan-kesenangannya. Ia
bisa menahan diri terhadap hal-hal ini, namun ia tidak sabar
untuk melihat lagi tempat kediaman Allah. Tidak ada hal lain
yang begitu menarik di matanya selain tempat kediaman Allah.
Ke sanalah ia ingin dibawa kembali dengan senang hati. Untuk
itu ia berdoa, Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang
(KJV: terang-Mu dan kebenaran-Mu pen.). Biarlah aku menda-
patkannya sebagai buah dari kebaikan-Mu, yang yaitu te-
rang, dan sebagai penunaian janji-Mu, yang yaitu kebenar-
an. Kita tidak perlu apa-apa lagi untuk membuat kita berba-
Kitab Mazmur 43:1-5
617
hagia selain hal-hal baik yang mengalir dari kebaikan Allah
dan yang termasuk di dalam janji-Nya. Belas kasihan itu, ke-
benaran itu, sudah cartikel p, sudah merupakan segalanya. Dan,
apabila kita melihat semua ini dalam pemeliharaan-pemeliha-
raan Allah, maka kita melihat diri kita sendiri berada dalam
bimbingan yang sangat aman. Perhatikanlah, orang-orang
yang dituntun Allah akan dituntun-Nya ke gunung-Nya yang
kudus dan ke tempat kediaman-Nya. Oleh sebab itu, orang-
orang yang menganggap diri dipimpin oleh Roh, namun berpa-
ling dari ibadah-ibadah yang sudah ditetapkan, pastilah me-
nipu diri mereka sendiri.
2. Bahwa Allah dengan anugerah-Nya akan membawanya kem-
bali bersekutu dengan-Nya, dan akan mempersiapkan dia un-
tuk melihat dan menikmati hadirat-Nya di dunia lain. Sebagi-
an penulis Yahudi mengartikan terang dan kebenaran di sini
sebagai Mesias Sang Raja dan Elia sang pelopor-Nya: Kedua-
nya sudah datang, untuk menjawab doa-doa Perjanjian Lama.
Tetapi kita masih harus berdoa meminta terang dan kebenar-
an Allah, Roh terang dan kebenaran, yang mengisi ketiadaan
kehadiran tubuh jasmani Kristus, untuk menuntun kita ma-
suk ke dalam rahasia kesalehan dan membimbing kita di jalan
menuju sorga. saat Allah mengutus terang dan kebenaran-
Nya ke dalam hati kita, terang dan kebenaran itu akan mem-
bimbing kita ke dunia atas dalam segala ibadah kita dan juga
dalam segala tujuan dan pengharapan kita. Dan, jika kita
mengikuti terang dan kebenaran itu dengan kesadaran hati
nurani, maka keduanya pasti akan membawa kita ke gunung
yang kudus di atas.
IV. Sebagai sukacitanya, sukacitanya yang tak terkatakan. Jika Allah
membimbingnya ke tempat kediaman-Nya, jika Dia mengembali-
kan lagi kebebasan-kebebasannya yang dulu, maka ia tahu betul
apa yang harus diperbuatnya: Maka aku dapat pergi ke mezbah
Allah (ay. 4). Dia akan mendekat sedekat mungkin kepada Allah,
sukacitanya yang tak terkatakan itu.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang datang ke tempat kediaman Allah harus
datang ke mezbah-Nya. Orang-orang yang datang untuk men-
618
jalankan ketetapan-ketetapan ibadah harus memeriksa kela-
yakan mereka untuk datang, dan sesudah itu datang ke kete-
tapan-ketetapan ibadah yang khusus, ke ibadah-ibadah yang
paling menyentuh hati dan paling mengikat. Semakin dekat
kita datang, dan semakin kita melekat kepada Allah, semakin
baik jadinya.
2. Orang-orang yang datang ke mezbah Allah harus memastikan
bahwa saat datang kepada Allah dan mendekat kepada-Nya,
mereka lakukan dengan sepenuh hati, dengan hati yang be-
nar. Sia-sia saja kita mengikuti upacara-upacara ibadah yang
kudus jika kita tidak datang kepada Allah yang kudus dalam
kesempatan-kesempatan itu.
3. Orang-orang yang datang kepada Allah harus datang kepada-
Nya sebagai sukacita mereka yang tak terkatakan. Bukan
hanya sebagai kebahagiaan mereka di masa mendatang, me-
lainkan juga sebagai sukacita mereka pada saat ini. Dan Ia
bukan hanya sukacita yang biasa saja, melainkan sukacita
yang amat luar biasa, jauh melebihi segala sukacita indrawi
yang dibatasi oleh waktu. Perkataan tersebut dalam bahasa
aslinya sangat tegas kepada Allah kegembiraan sukacitaku,
atau kegembiraan sorak-soraiku. Apa pun yang membuat kita
bergembira atau bersorak di dalam Allah haruslah ada suka-
cita di dalamnya. Segala sukacita dari kegembiraan kita harus
berakhir di dalam Dia, harus melewati pemberian itu menuju
kepada Sang Pemberi pemberian itu.
4. saat kita datang kepada Allah sebagai sukacita kita yang tak
terkatakan, penghiburan-penghiburan kita di dalam Dia harus
menjadi pokok puji-pujian kita kepada-Nya sebagai Allah,
Allah kita: Aku akan bersyartikel r kepada-Mu dengan kecapi, ya
Allah, ya Allahku! Daud sangat mahir bermain kecapi (1Sam.
16:16, 18), dan dengan apa yang menjadi kemahirannya itu ia
akan memuji Allah. Sebab Allah harus dipuji dengan apa yang
terbaik yang kita miliki. Pantas jika Dia harus dipuji dengan
cara terbaik seperti itu, sebab Dia yaitu Yang Terbaik.
V. Sebagai pengharapannya, pengharapannya yang tidak pernah
gagal (ay. 5). Di sini, sama seperti sebelumnya, Daud berbantah
dengan dirinya sendiri sebab kekesalan dan kemurungannya,
dan mengakui bahwa ia berbuat jahat dengan menyerah pada
Kitab Mazmur 43:1-5
619
perasaan-perasaan itu. Ia sadar bahwa ia tidak mempunyai alas-
an untuk berbuat demikian: Mengapa engkau tertekan, hai jiwa-
ku? Kemudian ia menenangkan dirinya dengan pengharapan dan
kepercayaan penuh bahwa ia akan memuliakan Allah lagi (Ber-
haraplah kepada Allah! Sebab aku bersyartikel r lagi kepada-Nya) dan
akan menikmati kemuliaan bersama-Nya: Dia penolongku dan
Allahku! Hal itu kita tidak bisa menegaskan terlalu banyak. De-
ngan cara itulah kita harus hidup dan mati.
PASAL 44
ita tidak diberi tahu siapa penulis mazmur ini atau kapan dan
pada kesempatan apa mazmur itu dituliskan. Namun kita yakin
bahwa mazmur ini dituliskan pada suatu kesempatan yang menye-
dihkan, bukan bagi si penulis sendiri (seandainya demikian, kita da-
pat melihat cartikel p banyak alasan untuk itu dalam kisah Daud dan
segala penderitaannya), melainkan terlebih bagi jemaat Allah pada
umumnya. Oleh sebab itu, jika kita menganggap mazmur ini ditulis
oleh Daud, maka kita tetap harus mengaitkannya secara murni de-
ngan Roh nubuat, dan harus menyimpulkan bahwa Roh itu (apa pun
yang ada dalam pikiran Daud sendiri) mempunyai pandangan ten-
tang pembuangan di Babel, atau penderitaan-penderitaan jemaat
Yahudi di bawah penindasan Antiokus. Atau lebih tepatnya tentang
penderitaan jemaat Kristen pada masa-masa awalnya (yang kepada
peristiwa itu ayat 22 diterapkan oleh Rasul Paulus dalam Roma 8:36),
dan juga di sepanjang masa selama jemaat itu ada di bumi, sebab
sudah ditentukan baginya bahwa ia harus masuk ke dalam Kerajaan
Sorga melalui banyak penganiayaan. Dan, jika kita mempunyai
mazmur-Injil yang menunjuk pada hak-hak istimewa serta peng-
hiburan-penghiburan bagi orang-orang Kristen, mengapa kita tidak
bisa mempunyai mazmur-Injil yang menunjuk pada pencobaan-pen-
cobaan dan ujian-ujian bagi mereka? Mazmur ini yaitu mazmur
yang dirancang untuk hari saat kita berpuasa dan merendahkan
diri oleh sebab suatu malapetaka yang melanda semua orang, yang
membuat mereka entah tertekan atau terancam. Dalam mazmur ini,
jemaat diajar,
I. Untuk mengakui dengan penuh rasa syartikel r, bagi kemuliaan
Allah, perkara-perkara besar yang telah diperbuat Allah bagi
nenek moyang mereka (ay. 2-9).
K
622
II. Untuk memberi peringatan akan malapetaka yang tengah
menimpa mereka sekarang (ay. 10-17).
III. Untuk menyatakan kejujuran dan kesetiaan mereka terha-
dap Allah kendati dengan itu semua (ay. 18-22).
IV. Untuk mempersembahkan permohonan mereka di hadapan
takhta anugerah untuk memintakan pertolongan dan kelega-
an (ay. 23-27).
Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus memberikan kepada
Allah pujian atas apa yang dulu telah diperbuat-Nya bagi umat-Nya,
harus menyampaikan keluhan-keluhan kita sendiri, atau turut mera-
sakan kesusahan yang sedang dialami oleh sebagian jemaat, harus
mendorong diri kita sendiri, apa pun yang terjadi, agar tetap melekat
kepada Allah dan kewajiban kita, dan kemudian dengan senang hati
menantikan apa yang akan terjadi.
Pengakuan yang Penuh Rasa Syartikel r atas Segala
Belas Kasihan yang Telah Diberikan;
Pengabdian Diri kepada Allah
(44:1-9)
1 Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Nyanyian pengajaran. 2 Ya Allah,
dengan telinga kami sendiri telah kami dengar, nenek moyang kami telah
menceritakan kepada kami perbuatan yang telah Kaulakukan pada zaman
mereka, pada zaman purbakala. 3 Engkau sendiri, dengan tangan-Mu, telah
menghalau bangsa-bangsa, tetapi mereka ini Kaubiarkan bertumbuh; sartikel -
sartikel bangsa telah Kaucelakakan, tetapi mereka ini Kaubiarkan berkembang.
4 Sebab bukan dengan pedang mereka menduduki negeri, bukan lengan
mereka yang memberikan mereka kemenangan, melainkan tangan kanan-Mu
dan lengan-Mu dan cahaya wajah-Mu, sebab Engkau berkenan kepada mere-
ka. 5 Engkaulah Rajaku dan Allahku yang memerintahkan kemenangan bagi
Yakub. 6 Dengan Engkaulah kami menanduk para lawan kami, dengan
nama-Mulah kami menginjak-injak orang-orang yang bangkit menyerang
kami. 7 Sebab bukan kepada panahku aku percaya, dan pedangku pun tidak
memberi aku kemenangan, 8 tetapi Engkaulah yang memberi kami keme-
nangan terhadap para lawan kami, dan orang-orang yang membenci kami
Kauberi malu. 9 sebab Allah kami nyanyikan puji-pujian sepanjang hari,
dan bagi nama-Mu kami mengucapkan syartikel r selama-lamanya. S e l a.
Sebagian orang mengamati bahwa kebanyakan mazmur yang diberi
judul Maschil mazmur pengajaran, yaitu mazmur-mazmur kese-
dihan. Sebab penderitaan memberikan pengajaran, dan roh yang ber-
duka membuka telinga untuk mendengarkan pengajaran. Berbaha-
gialah orang yang Kauhajar dan yang Kauajar.
Kitab Mazmur 44:1-9
623
Dalam ayat-ayat ini, jemaat Allah, meskipun tengah diinjak-injak,
dipanggil untuk mengenang masa-masa kejayaannya, kejayaannya di
dalam Allah dan atas musuh-musuhnya. Masalah kejayaan masa lalu
ini disebutkan dengan panjang lebar di sini,
1. Sebagai hal yang memperparah kesusahan pada saat ini. Kuk per-
budakan tidak bisa tidak pasti terasa berat membebani pundak
orang-orang yang dulu memakai mahkota kemenangan. Begitu
pula, tanda-tanda ketidakberkenanan Allah pasti terasa paling
memilukan bagi orang-orang yang sudah lama terbiasa dengan
tanda-tanda kebaikan-Nya.
2. Sebagai dorongan untuk berharap agar Allah akan membawa me-
reka kembali dari pembuangan dan berbalik kepada mereka da-
lam belas kasihan-Nya. Sesuai dengan semuanya ini, sang pemaz-
mur memadukan doa-doa dan harapan-harapan yang menghibur
dengan catatannya tentang segala belas kasihan Allah yang dulu
pernah mereka semua rasakan.
Perhatikanlah:
I. Kenangan mereka akan perkara-perkara besar yang dulu diper-
buat Allah bagi mereka.
1. Secara umum (ay. 2): Nenek moyang kami telah menceritakan
kepada kami perbuatan yang telah Kaulakukan pada zaman
mereka.
Cermatilah,
(1) Banyak pekerjaan pemeliharaan ilahi dikatakan di sini se-
bagai satu perbuatan Mereka telah menceritakan kepada
kami perbuatan yang telah Kaulakukan. Sebab ada kesera-
sian dan keseragaman yang mengagumkan dalam segala
sesuatu yang diperbuat Allah, dan banyak roda menghasil-
kan hanya satu roda (Yeh. 10:13, KJV), banyak perbuatan
menghasilkan hanya satu perbuatan.
(2) yaitu utang yang harus dibayar oleh setiap angkatan ke-
pada kaum keturunannya untuk menyimpan catatan ten-
tang karya-karya Allah yang ajaib, dan untuk meneruskan
pengetahuan akan semua karya-Nya itu kepada angkatan
selanjutnya. Orang-orang yang telah mendahului kita men-
ceritakan kepada kita apa yang diperbuat Allah pada za-
624
man mereka, dan kita pun harus menceritakan kepada
orang-orang yang akan datang setelah kita apa yang telah
diperbuat-Nya pada zaman kita, dan semoga mereka juga
berlaku adil untuk melakukan hal serupa kepada angkat-
an penerus mereka. Demikianlah angkatan demi angkatan
akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Nya (145:4), se-
orang bapa memberitahukan kesetiaan-Nya kepada anak-
anaknya (Yes. 38:19).
(3) Kita tidak hanya harus menyebutkan perbuatan yang su-
dah dilakukan Allah pada zaman kita sendiri, tetapi juga
kita dan anak-anak kita harus mengenali dengan akrab
apa yang telah diperbuat-Nya pada zaman dulu, jauh
sebelum zaman kita sendiri. Dan tentang semua pekerjaan-
Nya itu, dalam Kitab Suci kita mempunyai pernyataan
sejarah yang pasti, sepasti firman nubuatan.
(4) Anak-anak harus memperhatikan baik-baik apa yang dice-
ritakan orangtua mereka kepada mereka mengenai per-
buatan-perbuatan Allah yang ajaib, dan harus tetap me-
ngenangnya sebagai suatu hal yang kelak akan sangat
bermanfaat bagi mereka.
(5) Pengalaman-pengalaman yang terdahulu tentang kuasa
dan kebaikan Allah sangat menguatkan iman dan seruan-
seruan kita saat kita berdoa di tengah-tengah malapetaka
yang sedang terjadi. Lihatlah bagaimana Gideon bersikeras
menuntutnya, Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya
yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami ke-
pada kami (Hak. 6:13).
2. Secara khusus, nenek moyang mereka telah menceritakan ke-
pada mereka,
(1) Betapa dengan menakjubkannya Allah menanam Israel di
tanah Kanaan pada mulanya (ay. 3-4). Ia menghalau pen-
duduk asli untuk menyediakan tempat bagi Israel. Ia me-
nyusahkan para penduduk itu dan mengusir mereka. Pe-
dang Israel membuat mereka seperti debu dan panah Israel
membuat mereka seperti jerami yang tertiup. Banyaknya
kemenangan telak yang diraih Israel atas orang-orang
Kanaan di bawah pimpinan Yosua tidak bisa disebutkan
Kitab Mazmur 44:1-9
625
sebagai usaha mereka sendiri, dan mereka juga tidak boleh
bermegah diri dengan kemenangan-kemenangan itu.
[1] Semua kemenangan itu diraih bukan sebab jasa mere-
ka sendiri, melainkan sebab kebaikan Allah dan anu-
gerah-Nya yang cuma-cuma: itu terjadi melalui cahaya
wajah-Mu, sebab Engkau berkenan kepada mereka. Bu-
kan sebab jasa-jasamu atau sebab kebenaran hatimu
Allah menghalau mereka dari hadapanmu (Ul. 9:5-6),
melainkan sebab Allah ingin memegang sumpah yang
telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyang mereka (Ul.
7:8). Semakin sedikit pujian, semakin banyak penghi-
buran yang kita dapatkan, sebab kita bisa melihat se-
gala keberhasilan dan kemajuan datang kepada kita
dari kebaikan Allah dan cahaya wajah-Nya.
[2] Semua kemenangan itu terjadi bukan sebab keperka-
saan mereka sendiri, melainkan sebab kuasa Allah
yang dikerahkan bagi mereka. Tanpa kuasa-Nya ini se-
gala usaha dan perjuangan mereka tidak akan mem-
buahkan hasil apa-apa. Bukan dengan pedang mereka
sendiri mereka berhasil memiliki negeri itu, meskipun
mereka memiliki orang-orang perkasa yang luar biasa
banyaknya. Juga bukan lengan mereka sendiri yang
menyelamatkan mereka sehingga mereka tidak dipartikel l
mundur dan dipermalukan oleh orang-orang Kanaan.
Tetapi itu semua terjadi sebab tangan kanan Allah dan
lengan-Nya. Ia berperang bagi Israel, sebab kalau tidak,
mereka akan berperang dengan sia-sia. Melalui Dialah
mereka berperang dengan gagah perkasa dan berjaya.
Allah-lah yang menanam Israel di negeri yang baik itu,
seperti petani yang menanam pohon dengan hati-hati,
yang darinya ia berharap akan mendapatkan buah
(80:9). Ini dapat diterapkan pada penanaman gereja
Kristen di dunia, melalui pemberitaan Injil. Agama kafir
secara menakjubkan dihalau, seperti orang-orang Ka-
naan, tidak sekaligus, tetapi sedikit demi sedikit, bukan
dengan kebijakan atau kuasa manusiawi (sebab Allah
memilih untuk melakukannya melalui apa yang lemah
dan bodoh di mata dunia), melainkan dengan hikmat
dan kuasa Allah. Kristus dengan Roh-Nya maju sebagai
626
pemenang untuk merebut kemenangan. Dan kenangan
akan hal itu sungguh sangat menopang dan menghibur
orang-orang yang merintih di bawah kuk penguasa la-
lim yang anti-Kristen. Begitulah, menurut penafsiran
sebagian orang (terutama cendekiawan Amyraldus) ke-
luhan-keluhan pada bagian akhir dari mazmur ini sa-
ngat cocok menggambarkan keadaan gereja di bawah
kekuasaan Babel Perjanjian Baru. Dia yang dengan
kuasa dan kebaikan-Nya menanam gereja bagi diri-Nya
sendiri di dunia pasti akan mendartikel ngnya dengan kua-
sa dan kebaikan yang sama. Dan, alam maut tidak akan
menguasainya.
(2) Betapa seringnya Ia memberi mereka keberhasilan mela-
wan musuh-musuh yang berusaha mengganggu mereka
dalam memiliki negeri yang baik itu (ay. 8): Engkau, ber-
kali-kali, telah memberi kami kemenangan terhadap para
lawan kami, dan telah menghalau, dan dengan demikian
mempermalukan, orang-orang yang membenci kami. Lihat
saja keberhasilan hakim-hakim [para pemimpin pen.]
Israel dalam melawan bangsa-bangsa yang menindas
Israel. Sudah berkali-kali para penganiaya gereja Kristen
dan orang-orang yang membencinya, dipermalukan oleh
kuasa kebenaran (Kis. 6:10).
II. Manfaat baik yang mereka ambil dari catatan ini, dan yang dulu
sudah mereka ambil, dengan menimbang perkara-perkara besar
yang telah diperbuat Allah bagi nenek moyang mereka pada dahu-
lu kala.
1. Mereka telah menerima Allah sebagai Tuhan mereka yang ber-
daulat, bersumpah setia kepada-Nya, dan menyerahkan diri
mereka ke dalam perlindungan-Nya (ay. 5): Engkaulah Rajaku
dan Allahku. Daud berbicara atas nama jemaat, seperti dalam
pasal 74:12, Engkau yaitu Rajaku dari zaman purbakala.
Allah, sebagai Raja, telah menetapkan hartikel m-hartikel m bagi
jemaat-Nya, menyediakan kedamaian dan tatanan yang baik
baginya, serta juga memberi keadilan untuknya. Ia membela
perkaranya, berperang baginya, dan melindunginya. Jemaat
yaitu kerajaan-Nya di dunia, dan harus tunduk kepada-Nya,
Kitab Mazmur 44:1-9
627
serta memberi-Nya penghormatan. Atau di sini sang pemaz-
mur berbicara bagi dirinya sendiri: Tuhan, Engkaulah Rajaku.
Kepada siapakah aku akan menghadap dengan permohonan-
permohonanku, selain kepada-Mu? Kebaikan yang kupinta
bukanlah untuk diriku sendiri, melainkan untuk jemaat-Mu.
Perhatikanlah, yaitu kewajiban setiap orang untuk meman-
faatkan kepentingan pribadinya di hadapan takhta anugerah
bagi kesejahteraan dan kemakmuran seluruh umat Allah, se-
perti Musa, Jika aku kiranya mendapat kasih karunia di ha-
dapan-Mu, bimbinglah umat-Mu (Kel. 33:13).
2. Mereka selalu datang kepada-Nya dengan doa untuk meminta
kemenangan saat mereka sedang dilanda kesusahan: perin-
tahkanlah kemenangan bagi Yakub (KJV: kemenangan-keme-
nangan pen.).
Perhatikanlah:
(1) Meluasnya keinginan mereka. Mereka berdoa meminta ke-
menangan-kemenangan, bukan hanya satu, melainkan ba-
nyak kemenangan, sebanyak yang mereka butuhkan, seba-
nyak-banyaknya yang bisa ada, serangkaian kemenangan,
sebuah kemenangan dari setiap bahaya.
(2) Kekuatan iman mereka akan kuasa Allah. Mereka tidak
berkata, kerjakanlah kemenangan-kemenangan, tetapi pe-
rintahkanlah kemenangan-kemenangan, yang menunjukkan
bahwa Dia melakukannya dengan mudah dan langsung
Berkatalah saja, maka itu jadi (seperti itulah iman si
perwira dalam Matius 8:8, Katakan saja sepatah kata,
maka hambaku itu akan sembuh). Itu juga menunjukkan
bahwa Dia melakukannya dengan berhasil: Perintahkan-
lah itu, seperti orang yang mempunyai wewenang, yang
perintahnya akan ditaati. sebab titah raja berkuasa,
apalagi titah Raja segala raja.
3. Mereka telah percaya dan menang di dalam Dia. Sama seperti
mereka mengakui bahwa bukan pedang dan panah mereka
sendiri yang telah menyelamatkan mereka (ay. 4), demikian
pula mereka tidak percaya pada pedang atau panah mereka
sendiri untuk menyelamatkan mereka di masa mendatang (ay.
7): Bukan kepada panahku aku percaya, juga bukan kepada
segala perlengkapan tempurku, seolah-olah semua itu akan
628
menopangku berdiri teguh tanpa Allah. Tidak, dengan Engkau-
lah kami menanduk para lawan kami (ay. 6). Kami akan ber-
usaha dengan kekuatan-Mu, hanya mengandalkannya, dan
bukan dengan mengandalkan jumlah atau kegagahan bala
tentara kami. Dan, sebab Engkau berada di pihak kami, kami
tidak akan ragu bahwa usaha kami itu akan berhasil. Dengan
nama-Mulah (dengan hikmat-Mu yang membimbing kami,
kuasa-Mu yang menguatkan dan bekerja untuk kami, serta
dengan janji-Mu yang menjamin keberhasilan kami), kami
pasti akan menginjak-injak orang-orang yang bangkit menye-
rang kami.
4. Mereka telah menjadikan-Nya sukacita dan pujian mereka (ay.
9): sebab Allah kami nyanyikan puji-pujian (KJV: Di dalam
Allah kami telah bermegah pen.). Di dalam Dia kami berme-
gah dan akan bermegah setiap hari, dan sepanjang hari. Keti-
ka musuh-musuh mereka bermegah dalam kekuatan dan ke-
berhasilan mereka, seperti Sanherib dan si juru minuman
agung yang menakut-nakuti Hizkia itu, mereka tidak mau me-
nanggapinya dengan bermegah diri selain hanya bermegah
saja atas hubungan mereka dengan Allah dan bagian mereka
di dalam Dia. Dan, jika Dia berpihak pada mereka, maka me-
reka sanggup menghadapi seluruh dunia. Siapa yang mau
bermegah, baiklah ia bermegah di dalam Tuhan, dan janganlah
ia bermegah di dalam apa pun yang lain sampai selama-lama-
nya. Biarlah orang-orang yang percaya kepada Allah bermegah
di dalam Dia, sebab mereka tahu siapa yang telah mereka
percaya. Biarlah mereka bermegah di dalam Dia sepanjang
hari, sebab itu merupakan pokok pujian yang tidak akan per-
nah habis. Namun, biarlah mereka bersamaan dengan itu
mengucapkan syartikel r dan memuji nama-Nya selama-lamanya.
Jika mereka mendapat penghiburan dari nama-Nya, maka
biarlah mereka memberikan kepada-Nya kemuliaan sebab
nama-Nya.
Keadaan Israel yang Menderita
(44:10-17)
10 Namun Engkau telah membuang kami dan membiarkan kami kena umpat,
Engkau tidak maju bersama-sama dengan bala tentara kami. 11 Engkau
Kitab Mazmur 44:10-17
629
membuat kami mundur dari pada lawan kami, dan orang-orang yang mem-
benci kami mengadakan perampokan. 12 Engkau menyerahkan kami sebagai
domba sembelihan dan menyerakkan kami di antara bangsa-bangsa. 13 Eng-
kau menjual umat-Mu dengan cuma-cuma dan tidak mengambil keuntungan
apa-apa dari penjualan itu. 14 Engkau membuat kami menjadi cela bagi te-
tangga-tetangga kami, menjadi olok-olok dan cemooh bagi orang-orang seke-
liling kami. 15 Engkau membuat kami menjadi sindiran di antara bangsa-
bangsa, menyebabkan sartikel -sartikel bangsa menggeleng-geleng kepala. 16 Se-
panjang hari aku dihadapkan dengan nodaku, dan malu menyelimuti muka-
ku, 17 sebab kata-kata orang yang mencela dan menista, di hadapan musuh
dan pendendam.
Umat Allah di sini berkeluh kesah kepada-Nya tentang keadaan yang
hina dan menyengsarakan yang sedang mereka alami di bawah ke-
kuasaan para musuh dan penindas mereka yang berjaya. Lebih me-
nyakitkan lagi, mereka sekarang diinjak-injak, padahal dahulu, da-
lam peperangan melawan bangsa-bangsa di sekitar mereka, mereka
selalu menang dan berjaya. Bangsa-bangsa itu sekarang menindas
mereka, padahal sebelumnya mereka sudah berkali-kali menang atas
bangsa-bangsa itu dan mendapatkan upeti dari mereka. Melebihi se-
muanya itu, mereka selalu bermegah-megah di dalam Allah mereka
dengan keyakinan yang besar bahwa Dia akan tetap melindungi dan
membuat mereka berhasil, dan ini membuat kesusahan dan peng-
hinaan atas mereka itu lebih memalukan lagi. Marilah kita lihat apa
yang dikeluhkan di sini.
I. Bahwa mereka menginginkan tanda-tanda kebaikan Allah seperti
biasanya bagi mereka dan hadirat-Nya bersama mereka (ay. 10):
Engkau telah membuang kami, Engkau tampak telah membuang
kami dan tidak peduli dengan perkara kami. Engkau tidak mem-
perhatikan dan peduli lagi dengan kami, dan dengan demikian
telah mempermalukan kami, sebab kami bermegah di dalam ke-
baikan-Mu yang terus-menerus dan tiada berkesudahan. Bala
tentara kami maju berperang seperti biasa, namun mereka dipu-
kul mundur dan melarikan diri. Kami tidak berhasil, malah seba-
liknya, kami kehilangan apa yang telah kami peroleh, sebab Eng-
kau tidak maju bersama-sama dengan bala tentara kami, sebab ,
seandainya Engkau maju, ke mana pun mereka melangkah me-
reka pasti akan menang. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
Perhatikanlah, umat Allah, saat tertekan, tergoda untuk me-
nyangka bahwa mereka telah dibuang dan ditinggalkan oleh
Allah. Namun, ini suatu kekeliruan. Adakah Allah mungkin telah
menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! (Rm. 11:1).
630
II. Bahwa mereka dibuat tampak paling buruk di hadapan musuh-
musuh mereka di medan pertempuran (ay. 11): Engkau membuat
kami mundur dari pada lawan kami, seperti Yosua yang mengeluh
saat orang-orangnya lari membelakangi orang-orang Ai (Yos.
7:8): Kami menjadi kecut hati, dan telah kehilangan keberanian
yang dimiliki orang-orang Israel pada zaman dulu. Kami melari-
kan diri, kami jatuh, di hadapan orang-orang yang dulu melarikan
diri dari kami dan jatuh di hadapan kami. Dan kemudian orang-
orang yang membenci kami telah menjarah kemah dan negeri
kami. Mereka merampas barang-barang kami demi kepuasan me-
reka sendiri, dan mengambil semua barang yang dapat mereka ja-
rah sebagai milik mereka sendiri. Usaha-usaha untuk melepaskan
diri dari kuk Babel telah gagal, dan kami justru dikalahkan oleh
mereka.
III. Bahwa mereka pasti akan kalah oleh pedang dan akan ditawan
(ay. 12): Engkau menyerahkan kami sebagai domba sembelihan.
Mereka tidak segan-segan lagi membunuh orang-orang Israel se-
perti mereka menyembelih domba. Bahkan, seperti tukang jagal,
mereka memperdagangkannya, mereka mendapat kesenangan da-
lam melakukannya seperti orang lapar memakan lahap daging
hidangannya. Dan kami digiring dengan begitu mudah, dengan
begitu sedikit perlawanan seperti domba yang akan disembelih.
Banyak orang dibunuh, dan yang lainnya diserakkan di antara
bangsa-bangsa kafir, dan terus-menerus dihina oleh kebencian
mereka atau terancam akan terpengaruh oleh kejahatan-kejahat-
an mereka. Mereka memandang diri mereka sendiri sebagai
orang-orang yang diperjualbelikan, dan mereka mempersalahkan
Allah sebab nya, Engkau menjual umat-Mu. Namun, padahal se-
harusnya mereka mempersalahkannya pada dosa mereka sendiri.
Oleh sebab kesalahanmu sendiri kamu terjual (Yes. 50:1). Namun
bagaimanapun juga, sejauh ini mereka bertindak benar, bahwa
mereka melihat melampaui siapa yang dijadikan alat dalam per-
masalahan mereka dan tetap mengarahkan pandangan mereka
kepada Allah, sebagai Allah yang tahu dengan baik bahwa mu-
suh-musuh mereka yang paling ganas tidak berkuasa atas diri
mereka kecuali kuasa itu diberikan kepada mereka dari atas. Me-
reka mengaku bahwa Allah-lah yang menyerahkan mereka kepada
orang lalim, seperti barang jualan diserahkan kepada pembeli.
Kitab Mazmur 44:10-17
631
Engkau menjual umat-Mu dengan cuma-cuma dan tidak menawar-
kan mereka dengan harga yang mahal (demikianlah ayat ini bisa
dibaca). Engkau tidak menjual mereka dengan cara melelang, ke-
pada orang-orang yang menawar mereka dengan harga paling
tinggi, tetapi dengan tergesa-gesa, kepada orang-orang yang me-
nawar mereka pertama kali. Siapa saja yang menginginkan mere-
ka pasti akan mendapatkan mereka. Atau, sebagaimana kita
membacanya, Engkau tidak mengambil keuntungan apa-apa dari
penjualan itu, yang menyiratkan bahwa mereka bisa saja mene-
rima penderitaan itu dengan senang hati seandainya mereka ya-
kin bahwa hal itu akan membawa kemuliaan bagi Allah, dan
bahwa kepentingan-Nya dengan satu dan lain cara dapat dipenuhi
melalui penderitaan-penderitaan mereka. Namun, justru sebalik-
nya: celaan bagi Israel menjadi penghinaan terhadap Allah, se-
hingga Dia begitu jauh dari memperoleh kemuliaan bagi diri-Nya
sendiri dengan menjual mereka, melainkan justru menderita ba-
nyak kerugian sebab nya (Yes. 52:5; Yeh. 36:20).
IV. Bahwa mereka dibebani dengan penghinaan, dan segala macam
celaan yang dapat ditimpakan kepada mereka. Dalam hal ini juga
mereka mengakui Allah: Engkau membuat kami menjadi cela.
Engkau menimpakan segala malapetaka kepada kami yang men-
datangkan cela itu, dan Engkau mengizinkan lidah mereka yang
berbisa menyengat kami.
Mereka mengeluh,
1. Bahwa mereka diejek dan diolok-olok, dan dipandang sebagai
umat yang paling menjijikkan di bawah matahari. Permasalah-
an mereka menjadi cela bagi mereka, dan sebab permasalah-
an-permasalahan itu mereka dicemooh.
2. Bahwa tetangga-tetangga mereka, orang-orang di sekeliling
mereka, yang tidak bisa mereka abaikan begitu saja, paling
kejam menghina mereka (ay. 14).
3. Bahwa orang kafir, orang-orang yang asing bagi negara perse-
makmuran Israel dan yang asing bagi ikatan kovenan dengan
Allah, membuat mereka menjadi sindiran, dan menggeleng-
gelengkan kepala pada mereka, seperti orang yang bersorak-
sorak atas kejatuhan mereka (ay. 15).
632
4. Bahwa celaan itu menghujani mereka terus-menerus dan tan-
pa henti (ay. 16): Sepanjang hari aku dihadapkan dengan noda-
ku. Jemaat pada umumnya, dan sang pemazmur pada khu-
susnya, terus-menerus diejek dan dibuat kesal oleh penghina-
an-penghinaan musuh mereka. Kepada orang-orang yang ter-
pelosot, setiap musuh mereka berseru, Ganyang mereka.
5. Bahwa celaan itu sangat memilukan, dan membuatnya kewa-
lahan: malu menyelimuti mukaku. Mukanya menjadi merah
padam sebab dosa, atau lebih tepatnya sebab penghinaan
yang diberikan kepada Allah, dan dengan demikian rasa malu-
nya itu bersifat kudus.
6. Bahwa celaan itu membawa penghinaan bagi Allah sendiri.
Celaan yang ditimpakan para musuh dan mereka yang mem-
balas dendam kepada mereka merupakan hujat yang terang-
terangan melawan Allah (ay. 17, dan 2Raj. 19:3). Oleh sebab
itu, ada alasan yang kuat untuk percaya bahwa Allah akan
bangkit membela umat-Nya itu. Sama seperti tidak ada masa-
lah yang lebih memilukan bagi pikiran yang murah hati dan
tulus selain daripada celaan dan fitnah, demikian pula tidak
ada hal yang lebih memilukan bagi jiwa yang kudus dan pe-
nuh rahmat selain daripada hujatan dan penghinaan yang
diberikan kepada Allah.
Seruan Israel kepada Allah
(44:18-27)
18 Semuanya ini telah menimpa kami, tetapi kami tidak melupakan Engkau,
dan tidak mengkhianati perjanjian-Mu. 19 Hati kami tidak membangkang dan
langkah kami tidak menyimpang dari jalan-Mu, 20 walaupun Engkau telah
meremukkan kami di tempat serigala, dan menyelimuti kami dengan
kekelaman. 21 Seandainya kami melupakan nama Allah kami, dan menadah-
kan tangan kami kepada allah lain, 22 masakan Allah tidak akan menyelidiki-
nya? sebab Ia mengetahui rahasia hati! 23 Oleh sebab Engkau kami ada
dalam bahaya maut sepanjang hari, kami dianggap sebagai domba-domba
sembelihan. 24 Terjagalah! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan? Bangunlah!
Janganlah membuang kami terus-menerus! 25 Mengapa Engkau menyem-
bunyikan wajah-Mu dan melupakan penindasan dan impitan terhadap kami?
26 Sebab jiwa kami tertanam dalam debu, tubuh kami terhampar di tanah. 27
Bersiaplah menolong kami, bebaskanlah kami sebab kasih setia-Mu.
Umat Allah, sebab sangat menderita dan tertindas, di sini datang
kepada-Nya. sebab , kepada siapa lagi mereka harus mengadu?
Kitab Mazmur 44:18-27
633
I. Mereka berseru, menyatakan kesetiaan hati mereka, yang hanya
bisa dihakimi tanpa keliru oleh Dia, dan yang pasti akan diganjar
oleh-Nya. Ada dua hal yang mereka minta agar Allah menyaksi-
kannya:
1. Bahwa, meskipun mereka menderita masalah-masalah yang
berat ini, mereka tetap dekat dengan Allah dan terus melaku-
kan kewajiban mereka (ay. 18): Semuanya ini telah menimpa
kami, dan ini mungkin yang paling buruk dari segala yang
buruk, tetapi kami tidak melupakan Engkau. Tidak juga kami
membuang pemikiran-pemikiran akan Engkau atau mening-
galkan ibadah kami kepada-Mu. Sebab, meskipun kami tidak
dapat menyangkal bahwa kami telah berlaku bodoh, kami
tidak mengkhianati perjanjian-Mu, sehingga sampai mem-
buang-Mu dan datang kepada allah-allah lain. Meskipun yang
menaklukkan kami yaitu para penyembah berhala, kami
tidak terpengaruh untuk mengikuti ilah-ilah dan segala ber-
hala mereka. Meskipun Engkau tampak telah meninggalkan
kami dan menarik diri dari kami, kami tidak meninggalkan-Mu
sebab itu. Masalah yang sudah lama menimpa mereka sa-
ngatlah berat: Kami telah diremukkan di tempat serigala, di
antara orang-orang yang bengis, geram, dan kejam seperti
serigala. Kami telah diselimuti dengan kekelaman, yakni, kami
telah melewati masa-masa kesedihan yang mendalam dan
mengalami kekhawatiran akan terancam maut. Kami telah di-
selimuti oleh kegelapan, dan dikubur hidup-hidup. Demikian-
lah Engkau telah meremukkan kami seperti itu, Engkau telah
menyelimuti kami seperti itu (ay. 20), namun kami tidak me-
nyimpan pemikiran-pemikiran yang jahat tentang Engkau,
atau berpikir-pikir untuk mundur dan tidak lagi melayani-Mu.
Meskipun Engkau membunuh kami, kami tetap percaya pada-
Mu: Hati kami tidak membangkang, kami tidak menarik de-
ngan diam-diam perasaan sayang kami kepada-Mu, dan lang-
kah-langkah kami pun, entah dalam ibadah entah dalam per-
kataan, tidak menyimpang dari jalan-Mu (ay. 19), jalan yang
telah Kautentukan bagi kami untuk kami tapaki. Apabila hati
membangkang, maka langkah-langkah juga akan segera me-
nyimpang, sebab hati jahat sebab ketidakpercayaan condong
untuk meninggalkan Allah. Perhatikanlah, lebih baik kita
menanggung masalah-masalah kita, betapapun menekannya,
634
jika di dalamnya kita tetap berpegang erat-erat pada kesetiaan
hati kita. Selagi permasalahan kita tidak menjauhkan kita dari
kewajiban kita terhadap Allah, kita tidak boleh membiar-
kannya menjauhkan kita dari penghiburan yang kira rasakan
di dalam Dia. Sebab, Dia tidak akan meninggalkan kita jika
kita tidak meninggalkan Dia. Sebagai bukti akan kesetiaan
hati mereka, mereka memohon kemahatahuan Allah untuk
bersaksi, dan ini sungguh menghibur mereka yang lurus hati-
nya. Padahal cara yang sama mendatangkan kengerian bagi
orang-orang munafik (ay. 21-22): Seandainya kami melupa-
kan nama Allah kami, dengan berdalih bahwa Dia telah melu-
pakan kami, atau jika di dalam kesusahan kami, kami mena-
dahkan tangan kami kepada allah lain, sebagai allah yang
lebih mungkin akan menolong kami, masakan Allah tidak akan
menyelidikinya? Masakan Dia tidak mengetahuinya sepenuh-
penuhnya dan terinci lebih daripada yang dapat kami ketahui
melalui penyelidikan yang paling hati-hati dan tekun sekali-
pun? Masakan Dia tidak akan menghakiminya, dan menuntut
pertanggungjawaban dari kami sebab nya? Melupakan Allah
yaitu dosa hati, dan menadahkan tangan kita kepada allah
lain sering kali merupakan dosa rahasia (Yeh. 8:12). Namun
dosa hati dan dosa rahasia diketahui oleh Allah, dan harus
dipertanggungjawabkan. Ia mengetahui rahasia hati, dan oleh
sebab itu Dia yaitu Sang Hakim yang mengadili tanpa keliru
segala perkataan dan perbuatan.
2. Bahwa mereka menderita masalah-masalah yang berat ini ka-
rena mereka tetap dekat kepada Allah dan terus melakukan
kewajiban mereka (ay. 23): Oleh sebab Engkau kami ada da-
lam bahaya maut sepanjang hari, sebab kami tetap berhu-
bungan dengan-Mu, disebut dengan nama-Mu, menyerukan
nama-Mu, dan tidak mau menyembah allah-allah lain. Dalam
hal ini, Roh nubuatan merujuk pada orang-orang yang
menderita bahkan sampai mati sebab kesaksian mereka akan
Kristus. Kepada merekalah ayat ini diterapkan (Rm. 8:36).
Begitu banyak orang dibunuh dan disiksa sedemikian rupa
sebelum mati, sehingga mereka terancam bahaya maut sepan-
jang hari. Hal ini terjadi di mana-mana, sehingga saat sese-
orang menjadi Kristen, ia menganggap dirinya sebagai domba
sembelihan.
Kitab Mazmur 44:18-27
635
II. Mereka memohon, menyampaikan kesusahan mereka saat ini,
agar Allah, pada waktu-Nya sendiri, mau membebaskan mereka.
1. Permintaan mereka sangat mendesak: Terjagalah! Bangunlah!
(ay. 24). Bersiaplah menolong kami, bebaskanlah kami (ay. 27).
Datanglah cepat, dengan penuh kuasa untuk memberikan
kelegaan kepada kami. Bangkitkanlah keperkasaan-Mu dan da-
tanglah untuk menyelamatkan kami (80:3). Sebelumnya mere-
ka mengeluh (ay. 13) bahwa Allah telah menjual mereka, na-
mun sekarang mereka berdoa (ay. 27) agar Allah mau mem-
bebaskan mereka. Begitulah, kita tidak bisa berseru kepada
yang lain kecuali kepada-Nya saja. Jika Ia menjual kami, maka
bukan yang lain yang akan menebus kami. Tangan yang sama
yang menerkam harus menyembuhkan, dan tangan yang me-
martikel l yang harus membalut (Hos. 6:1). Mereka telah menge-
luh (ay. 10), Engkau telah membuang kami, namun sekarang
mereka berdoa (ay. 24), Janganlah membuang kami terus-me-
nerus! Janganlah kami ditinggalkan oleh Allah.
2. Ungkapan keberatan mereka sangat menyentuh hati: Mengapa
Engkau tidur? (ay. 24). Tidak terlelap dan tidak tertidur Pen-
jaga Israel. Namun, apabila Ia tidak segera bangkit untuk
membebaskan umat-Nya, mereka tergoda untuk berpikir bah-
wa Ia tertidur. Ungkapan ini bersifat kiasan (seperti dalam
pasal 78:65, Lalu terjagalah Tuhan, seperti orang yang tertidur).
Tetapi ungkapan ini dapat diterapkan kepada Kristus secara
harfiah (Mat. 8:24). Di situ Dia sedang tertidur saat murid-
murid-Nya diterjang badai, dan kemudian mereka memba-
ngunkan-Nya, dengan berkata, Tuhan, tolonglah, kita binasa.
Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, supaya kami
tidak dapat memandang-Mu dan cahaya wajah-Mu? Atau,
Supaya Engkau tidak dapat melihat kami dan kesusahan
kami? Engkau melupakan penderitaan kami dan keadaan kami
yang tertindas, sebab semuanya masih tetap berlanjut, dan
kami tidak melihat terbukanya jalan bagi pembebasan kami.
3. Permohonan-permohonan itu sangat sesuai, bukan sebab
jasa dan kebenaran mereka sendiri, meskipun mereka mempu-
nyai kesaksian hati nurani bagi kesetiaan hati mereka, melain-
kan sebab di sini mereka menyerukan permohonan-permo-
honan orang-orang berdosa yang malang.
636
(1) Kesengsaraan mereka sendiri, yang membuat mereka patut
mendapatkan belas kasihan ilahi (ay. 26): Jiwa kami terta-
nam dalam debu, di bawah kesedihan dan ketakutan yang
melanda. Kami telah menjadi seperti binatang-binatang
merayap, binatang yang paling menjijikkan: Tubuh kami
terhampar di tanah. Kami tidak bisa mengangkat diri kami
sendiri, atau membangkitkan roh kami yang terkulai, atau
memulihkan diri dari keadaan kami yang hina dan menye-
dihkan. Kami terancam diinjak-injak oleh musuh kami
yang menghina.
(2) Kasih setia Allah: Bebaskanlah kami sebab kasih setia-
Mu. Kami bergantung pada kebaikan sifat-Mu, yang meru-
pakan kemuliaan nama-Mu (Kel. 34:6), dan bergantung
pada segala kasih setia yang pasti yang diberikan kepada
Daud itu, yang melalui kovenan disampaikan kepada se-
mua keturunannya secara rohani.
PASAL 45
azmur ini merupakan nubuatan yang sudah terkenal tentang
Mesias Sang Raja: mazmur ini penuh dengan kabar Injil, dan
hanya menunjuk kepada Dia, sebagai Mempelai laki-laki yang memi-
nang jemaat bagi diri-Nya sendiri, serta sebagai Raja yang memerin-
tah di dalamnya dan memerintah untuknya. Ada kemungkinan bah-
wa Juruselamat kita merujuk pada mazmur ini saat Dia memban-
dingkan Kerajaan Sorga, lebih dari satu kali, dengan sebuah upacara
perkawinan, yaitu upacara perkawinan raja (Mat. 22:2; 25:1). Kita
tidak mempunyai alasan untuk berpikir bahwa mazmur ini mempu-
nyai suatu rujukan apa pun pada pernikahan Salomo dengan putri
Firaun. Seandainya pun saya berpikir bahwa mazmur ini mempunyai
rujukan yang lain selain pada perkawinan mistis antara Kristus dan
jemaat-Nya, maka saya akan menerapkannya pada perkawinan-per-
kawinan Daud, sebab ia seorang prajurit perang, seperti yang digam-
barkan di sini tentang mempelai laki-laki, sedangkan Salomo bukan.
Namun demikian, saya memandang bahwa yang dimaksudkan dalam
mazmur ini yaitu murni dan hanya tentang Yesus Kristus. Tentang
Dialah sang nabi berbicara di sini, tentang Dia dan bukan tentang
orang lain. Dan kepada-Nyalah (ay. 7-8) mazmur ini diterapkan da-
lam Perjanjian Baru (Ibr. 1:8), dan tidak bisa dipahami sebagai ber-
bicara tentang orang lain. Kata pengantarnya berbicara tentang ke-
unggulan nyanyian ini (ay. 2). Mazmur itu berbicara,
I. Tentang mempelai laki-laki yang yaitu seorang raja, yaitu
Kristus.
1. Keunggulan pribadi-Nya yang melampaui segalanya (ay. 3).
2. Kemuliaan kemenangan-kemenangan-Nya (ay. 4-6).
3. Kebenaran pemerintahan-Nya (ay. 7-8).
4. Kemegahan istana-Nya (ay. 9-10).
M
638
II. Tentang mempelai perempuan dari sang raja, yaitu gereja.
1. Persetujuan didapat dari mempelai perempuan (ay. 11-12).
2. Upacara perkawinan dirayakan dengan khidmat (ay. 13-16).
3. Hasil dari perkawinan ini (ay. 17-18).
Dalam menyanyikan mazmur ini, hati kita harus dipenuhi dengan
pemikiran-pemikiran yang luhur tentang Kristus, dengan sepenuhnya
berserah dan puas terhadap pemerintahan-Nya, dan dengan sung-
guh-sungguh berkeinginan untuk memperluas serta melangsungkan
gereja-Nya di dunia.
Nyanyian Perkawinan;
Kemuliaan-kemuliaan Mesias
(45:1-6)
1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung. Dari bani Korah.
Nyanyian pengajaran; nyanyian kasih. 2 Hatiku meluap dengan kata-kata in-
dah, aku hendak menyampaikan sajakku kepada raja; lidahku ialah pena se-
orang jurutulis yang mahir. 3 Engkau yang terelok di antara anak-anak ma-
nusia, kemurahan tercurah pada bibirmu, sebab itu Allah telah memberkati
engkau untuk selama-lamanya. 4 Ikatlah pedangmu pada pinggang, hai pah-
lawan, dalam keagunganmu dan semarakmu! 5 Dalam semarakmu itu maju-
lah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! Biarlah tangan kanan-
mu mengajarkan engkau perbuatan-perbuatan yang dahsyat! 6 Anak-anak
panahmu tajam, menembus jantung musuh raja; bangsa-bangsa jatuh di
bawah kakimu.
Sebagian orang mengartikan kata Shoshannim pada judul (KJV) seba-
gai sebuah alat musik bersenar enam. Sebagian orang lagi mengarti-
kannya sesuai dengan arti asalnya, yaitu bunga bakung atau bunga
mawar, yang mungkin biasa ditaburkan, bersama bunga-bunga lain,
pada upacara-upacara perkawinan. Dan jika demikian, kata ini dapat
dengan mudah diterapkan pada Kristus yang menyebut diri-Nya
sebagai bunga mawar dari Saron dan bunga bakung di lembah-lembah
(Kid. 2:1). Mazmur ini yaitu nyanyian kasih, mengenai kasih yang
kudus antara Kristus dan gereja-Nya. Mazmur ini yaitu nyanyian
kekasih, anak-anak dara, teman-teman mempelai perempuan (ay.
15), yang dipersiapkan untuk dinyanyikan oleh mereka. Anak-anak
dara, atau orang-orang murni, yang mengikuti Anak Domba di Bukit
Sion dikatakan menyanyikan suatu n